tugas 2 pendidikan kewarganegaraan

11
1 IIN SATYA NASTITI E1M013017 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 2 DISUSUN OLEH: NAMA : IIN SATYA NASTITI NIM : E1M013017 PRODI : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

Upload: iinsatyanastiti

Post on 01-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

hfghghjg

TRANSCRIPT

  • 1

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    TUGAS KEWARGANEGARAAN

    LATIHAN 2

    DISUSUN OLEH:

    NAMA : IIN SATYA NASTITI

    NIM : E1M013017

    PRODI : PENDIDIKAN KIMIA (III-A)

    S-1 PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MATARAM

    2014

  • 2

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    Latihan 2

    Identifikasi berbagai identitas masyarakat yang ada di wilayah

    kabupaten/kota anda berdasarkan 4 (empat) unsure pembentuk identitas

    nasional (suku bangsa, agama, bahasa, dan kebudayaan), kemudian jelaskan

    potensinya dalam upaya membangun integrasi nasional!

    Jawaban:

    Identifikasi identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4 (empat)

    unsure pembentuk identitas nasional dan potensinya dalam upaya membangun

    integritas nasional. Kabupaten Bima didiami oleh penduduk yang berjenis

    kelamin Laki2 berjumlah 224454 jiwa, dan yang berjenis kelamin perempuan

    sebanyak 226522 jiwa.

    A. Identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4 (unsur) integritas

    nasional, yaitu:

    a. Suku

    Suku adalah golongan sosial yang khusus bersifat askriptif (ada

    sejak lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis

    kelamin.

    Ada beberapa suku yang ada di wilayah kabupaten Bima yaitu :

    1. Suku donggo atau Orang Donggo

    Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah

    menghuni tanah Bima sejak lama. Mereka sebagian besar menempati

    wilayah pegunungan. Karena letaknya yang secara geografis di atas

    ketinggian rata-rata tanah Bima, kehidupan orang Donggo sangat jauh

    berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat Bima saat ini.

    Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar wilayah

    kecamatan Donggo sekarang yang dikenal dengan nama Dou Donggo

    Di, sebagian lagi mendiami kecamatan Wawo Tengah (Wawo

    pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta, Sambori, dan Kalodu yang

  • 3

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    dikenal dengan nama Dou Donggo Ele. Pada awalnya, penduduk asli

    ini tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan. Salah satu alasan

    mengapa mereka umumnya mendiami wilayah pegunungan adalah

    karena terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang menyebarkan

    budaya dan agama yang baru pula, seperti: agama Islam, Kristen,

    Hindu, atau Budha.

    2. Suku mbojo atau Dou Mbojo

    Dou Mbojo yang sekarang dikenal sadalah para pendatang yang

    berasal dari daerah-daerah sekitarnya seperti Makassar dan Bugis,

    yang mendiami daerah-daerah pesisir Bima. Mereka umumnya

    berbaur dengan masyarakat asli dan bahkan menikahi wanita-wanita

    penduduk asli Bima. Para pendatang ini datang pada sekitar abad ke-

    15, baik yang datang karena faktor ekonomi seperti berdagang

    maupun untuk menyiarkan agama sebagai mubaliq. Mata pencaharian

    mereka cukup bervariasi seperti halnya bertani, berdagang,

    nelayan/pelaut, dan sebagian lagi sebagai pejabat dan pegawai

    pemerintah.

    3. Suku arab dan melayu

    Orang Arab dan Melayu Orang Melayu umumnya berasal dari

    Minangkabau dan daerah-daerah lain di Sumatera, baik sebagai

    pedagang maupun sebagai mubaliq. Jumlah mereka termasuk

    minoritas, yang pada awalnya menempati daerah Bima pesisir Teluk

    Bima, Kampung Melayu dan Benteng.

    Terdorong oleh arus mobilitas penduduk yang cukup cepat,

    sekarang sebagian besar mereka telah membaur ke wilayah-wilayah

    pedalaman bersama masyarakat Bima lainnya. Orang Arab pun datang

    ke Bima sebagai pedagang dan mubaliq.

    b. Agama

  • 4

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    Pada kabupaten bima terdapat beberapa agama yang dianut oleh

    masyarakat Bima, yaitu:

    1. Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam yaitu sekitar

    97,38%. Yang ditandai dengan adanya sarana peribadatan di kabupaten

    bimaa terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, dan Langgar/Mushola 89

    unit.

    Masjid ini adalah masjid Penaraga, karena letaknya di

    Kelurahan Penaraga Kota Bima, tepatnya di Jalan SoekarnoHatta.

    2. memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 0,89%,

    3. beragama Kristen Katholik sebesar 0,62% dan

    4. Hindu/Budha sekitar 1,11%. Yang ditandai dengan adanya

    Pura/Wihara 3 unit sebagai sarana peribadahan.

    5. Kepercayaan asli orang Bima disebut pare no bongi, yaitu kepercayaan

    terhadap roh nenek moyang yang masih dipercayai oleh masyarakat

    Bima sekarang khususnya yang berada di desa-desa.

    c. Bahasa

    Ada beberapa bahasa yang digunakan oleh masyarakat bima, yaitu:

    1. Bahasa Bima

    Bahasa Bima terdiri atas berbagai dialek, yaitu: dialek Bima,

    Bima Donggo dan Sangiang. Bahasa ini membedakan bahasa halus

    dan kasar. Bahasa yang mereka pakai ini termasuk kelompok Melayu

    Polynesia. Dalam dialek bahasanya, mereka sering menggunakan

    huruf hidup dalam akhiran katanya, jarang menggunakan huruf hidup.

  • 5

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    Misalnya kata jangang diucapkan menjadi janga dalam bahasa

    Indonesia Ayam.

    2. Bahasa Jawa kuno kadang-kadang masih digunakan sebagai bahasa

    halus di Bima.

    Asal usulnya bahasa :

    Suku ini menggunakan Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo.

    Menurut sejarahnya, suku Bima mempunyai 7 pemimpin di setiap

    daerah yang disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di Majapahit,

    salah satu dari Pandawa Lima, Bima, melarikan diri ke Bima melalui

    jalur selatan agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan langsung

    diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama. Namun Sang

    Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau kembali

    lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintah di Kerajaan

    Bima.

    3. Bahasa asli Bima, yang saat ini masih hidup dan berkembang di

    kalangan masyarakat Sambori.

    d. Kebudayaan

    Indonesia memiliki banyak suku yang beragam menyebabkan

    bermacam budaya atau kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia

    yang berbeda. Contohnya kebudayaan atau kebiasaan orang Jawa

    berbeda dengan kebudayaan orang Bima bahkan di kabupaten Bima

    sendiri kebudayaan atau adat setiap desa ada yang berbeda.

    Beberapa kebudaayan yang ada di kabupaten Bima, yaitu:

    1. Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut Pacoa Jara

    Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut Pacoa Jara

    tampaknya makin marak di Bima. Paling tidak pacuan kuda

    diselenggarakan 2 kali setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti Hari

  • 6

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda (Oktober). Acara ini

    diselenggarakan di Panda.

    2. Terdapat beberapa tarian khas bima, antara lain:

    a. Tarian khas buja kadanda.

    "Buja Kadanda": tarian ini konon di lakoni oleh para prajurit

    kerajaan kesultanan Bima pada masa itu, tarian ini mengadu

    keperkasaan dan ketangkasan para prajurit kerajaan sedangkan alat

    pemukul adalah rotan dan di bantu dengan perisai yang terbuat dari

    kulit kerbau.

    b. Tarian kalero yang berasal dari daerah Donggo lama.

    Kalero adalah tarian dan nyanyian yang berisi ratapan,

    pujian, pengharapan dan penghormatan terhadap arwah.

    c. Tarian Wura bongi monca

    Wura Bongi Monca adalah sebuah tradisi Bima NTB yang

    masih ada saat ini. Tradisi dari leluhur yang dikatakan memberi

    berkah dalam kehidupan.

  • 7

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    3. Upacara Ua Pua

    Upacara Ua Pua merupakan sebuah tradisi masyarakat bima yang

    dipengaruhi oleh ajaran Islam. Upacara Ua Pua dilaksanakan bersamaan

    dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga dirangkai

    dengan penampilan atraksi Seni Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima)

    yang berlangsung selama 7 hari.Prosesi Ua Pua diawali dengan Pawai

    dari Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan, Keluarga

    Istana, Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo

    yang dilengkapi dengan Upacara Ua Pua. Selama proses pawai

    berlangsung Group Kesenian terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan

    Genda Lenggo. Ketika memasuki Istana, Penunggang Kuda menari

    dengan suka ria (Jara Sarau), Sere, Soka dan lain-lain sampai Ketua

    Rombongan bertemu dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo.

    Pada saat itu diserahkan Sere Pua dan Al-Quran kepada Sultan.

    4. Pakaian adat dan cara berpakaian:

    a. Rimpu

    Merupakan budaya berpakaian wanita Bima yaitu dengan

    menggunakan 2 buah kain sebagai pakaian. Rimpu terdiri dari 2

  • 8

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    jenis, yaitu: jenis pertama memperlihatkan seluruh wajah, rinpu

    jenis ini dinamakan rimpu colo, rimpu ini pada umumnya

    digunakan oleh kaum wanita tua. Sedangkan, jenis kedua adalah

    rimpu yang hanya memperlihatkan mata saja. Rimpu yang zaman

    dulu digunakan oleh para gadis, dinamakan rimpu mpida.

    b. Baju bodo (baju khas suku mbojo atau bima)

    c. Baju khas suku donggo

    5. Bangunan bersejarah dan merupakan tempat rekreasi, antara lain:

    a. Asi mbojo

  • 9

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    Museum Asi Mbojo (Asi dalam bahasa Bima berarti Istana)

    merupakan bekas istana Kesultanan Bima. Bangunannya merupakan

    perpaduan antara arsitektur Mbojo dan Belanda. Dengan berakhirnya

    masa kesultanan pada tahun 1952, kemegahan istana ini juga mulai

    sirna. Pada tahun 1980 di saat pemerintahan Bupati H.Oemarharoen

    B.Sc istana yang hampir runtuh ini segera diperbaiki dan dipugar.

    Oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian dijadikan

    Benda Cagar Budaya.

    6. Antraksi musik

    a. Mpaa Gantao

    Mpaa Gantao adalah salah salah satu jenis kesenian musik

    rakyat yang telah tumbuh sejak zaman kesultanan Bima. Atraksi

    keseniaan ini diperkirakan ada sejak masa pemerintahan Sultan

    Abdul Khair Sirajuddin( 1648-1685).Atraksi kesenian ini cukup

    popular bagi masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih tetap

    eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hajatan baik di

    lingkup Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao

    dipertunjukkan pada acara hajatan pernikahan maupun sunatan.

    7. Prosesi Adat pernikahan

  • 10

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    a. Peta Kapanca

    Peta Kapanca Adalah Tradisi upacara Perkawinan yang

    dilakukan oleh mempelai wanita untuk mempersiapkan diri menjadi

    Ratu yang akan mengakhiri masa lajangnya.

    B. Potensi identitas nasional di kabupaten Bima dalam membangun integrasi

    nasional.

    Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan

    perbedaan-perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya

    keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui,

    Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan

    ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi

    bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara

    bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan

    rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga

    akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah

    dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia

    manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa

    Indonesia.

    Oleh karena itu diperlukan hal-hal berikut agar integrasi nasional

    atau semboyan Indonesia Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda

    tetap satu jua, sebagai berikut:

  • 11

    IIN SATYA NASTITI E1M013017

    a. Saling mempelajari budaya satu sama lain agar mengerti perbedaan

    yang ada.

    b. Toleransi budaya harus dijunjung tinggi yaitu memahami setiap budaya

    yang ada.

    c. Menghargai budaya lain yaitu tidak mengangap rendah budaya dari

    suku lain demi terciptanya persaudaraan.

    d. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan

    rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan

    rakyat Indonesia