tt4_1300768_meida_prefik_n_b[1]
TRANSCRIPT
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH 163-164
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas
Manahij Tarbawiyah dengan dosen pengampu Drs. H. Aam Abdussalam M.Pd
dan Saepul Anwar Q. Ces. S.Pd.I M.Ag
Disusun oleh:
Meida Prefik Nugraeni (1300768)
Kelas B
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
TUGAS IV
ANALISIS KEPENDIDIKAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 163-164
A. Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 163-164 dan Artinya
Artinya : dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (163).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (164). (QS. Al-Baqarah [1]: 163-164)
B. Makna Global
Pada ayat-ayat yang telah lalu, Allah telah menetapkan hukuman terhadap
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Allah turunkan berupa
hidayah dan petunjuk, dengan laknat Allah, kecuali jika mereka bertaubat. Jika
mereka itu masih dalam keadaan berpegang teguh pada pendiriannya, berarti ia
akan langgeng menerima laknat dan siksa yang tidak akan diberi keringanan, dan
tidak ada manfaat syafa’at dari seseorang.
Menurut Tafsir Al-Maragi (1986:54), di dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa syar’i adalah satu, dan tak ada yang wajib disembah kecuali Allah.
karenanya mereka tidak boleh menyembunyikan hidayah Allah kepada manusia,
dan Allah-lah yang akan melimpahkan rahmat dan kebaikan untuk seluruh
manusia. Perlu diingat, bahwa orang-orang yang menyembunyikan bukti-bukti
yang sudah jelas, tetapi justru memilih para pemimpin dan para pendeta ini
ternyata menginginkan syafa’at kepada mereka. Tetapi pada kenyataannya, para
pendeta itu tidak bisa memberikan syafa’at dan tidak mampu berbuat apa
dihadapan Allah. sebenarnya, mereka ini berada di pihak yang salah karena
menyembunyikan kebenaran dan memusuhi orang-orang yang berpegang pada
kebenaran Islam.
Demikian pula menurut Tafsir Al-Azhar (1982:36), sesudah Allah
memberikan peringatan yang demikian keras, bahwa laknat Allah dan Malaikat
serta manusia akan datang timpa-bertimpa ke atas diri orang yang tidak mau
percaya, yang sampai matinya tetap dalam keadaan kekufuran. Dengan demikian,
manusia diperingatkan kembali; janganlah hendaknya mereka sampai bertahan
dalam kekafiran dan mati dalam keadaan kufuran.
C. Pendapat Para Ahli Tafsir
“dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Pada Tafsir Al-Maragi (1986:55), di dalam ayat ini hanya disebutkan
dua sifat Allah, yakni Esa dan Rahmah. Sifat Esa ini dipergunakan untuk
mengingatkan kepada kaum kafir yang menyembunyikan kebenaran, bahwa untuk
selamanya, mereka takkan menemukan pelindung selain Allah yang bisa menjaga
mereka dari laknat-Nya. Akan halnya penyebutan sifat rahmah berguna untuk
menarik mereka agar mau bertaubat. Sifat Rahmah ini juga bisa menghilangkan
rasa putus asa setelah mereka menyeleweng dari kebenaran –yakni kesalahan
yang diperbuat karena mengambil perantara selain Allah. Rahmat-Nya mencakup
seluruh alam semesta. Karenanya, jangan sekali-kali mengharapkan rahmat dari
selain-Nya, yakni pihak-pihak yang mendakwakan dirinya sebagai dekat kepada
Allah. sebab, semua orang yang berpegang teguh kepada Allah itu tidaklah patut
dijadikan sebagai tempat bernaung. Karenanya, berpegang kepada mereka ini
termasuk jenis syirik kepada Tuhan. Hanya di tangan Allah-lah semua
kemanfaatan itu dikendalikan, dan hanya Allah-lah yang berkuasa menolak
bahaya. Allah adalah Maha Esa, dan tidak ada kekuasaan selain kekuasaan-Nya.
Kalam Allah tidak ada yang menandingi, dan tak ada rahmat yang lebih luas
dibanding rahmat Allah.
“Dan Tuhan kamu itu, adalah Tuhan Yang Maha Esa,” (pangkal Surat
Al-Baqarah ayat 163). Menurut Tafsir Al-Azhar (1982:37), Dialah Ilah, Tuhan
Pencipta. Dia berdiri sendiri dalam kekuasaan dan penciptaanNya, dan tidak
bersekutu dengan yang lain. Pada ayat tersebut, apabila telah diakui tunggalNya
dalam penciptaanNya, maka hanya Dialah yang wajib disembah dan dipuja. Itulah
yang bernama Tauhid Rububiyah. Dan setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam
pemeliharaanNya atas alam, maka hanya kepadaNya salah tempat memohon
pertolongan. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam
ucapan:
“Hanya kepada Engkau saja Kami menyebah; dan hanya kepada Engkau saja
kami memohon pertolongan.”
“Yang Maha Murah, Yang Maha Penyayang,” (ujung ayat 163). Yang
Maha Murah arti dari Ar-Rahman; maka Ar-rahman adalah satu di antara sifatNya
yang berhubungan dengan diriNya sebagai Ilah, sebagai Tuhan Pencipta. Ar-
Rahman adalah sifat tetap pada diriNya. Sehingga untuk kejelasan sifat tetap Ar-
Rahman itu, sifat ini selalu dimulai dengan memakai Alif-lam (Al). Ar-Rahim
ialah sifatNya dalam keadaanNya sebagai Rabb, sebagai Tuhan Pemelihara. Maka
membekaslah Ar-Rahim Tuhan pada pemeliharaan. Inilah pokok dari pendirian
agama. Bila pokok yang pertama sudah dipegang, berarti dia telah memasuki
pintu gerbang kepercayaan. Tuhan Allah bukanlah diakui oleh akal saja adanya,
bahkan juga dirasakan dan diresapkan dalam batin, dalam kehalusan dan
keindahan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.” Menurut Tafsir Al-
Azhar (1982:38), pertama sekali diperhatikanlah kejadian semua langit dan bumi;
menghadap dan menengadahlah ke langit yang tinggi itu. Berlapis-lapis
banyaknya. Pada ayat ini dijadikan agar kita selaku manusia memerhatikan segala
yang diciptakan oleh Allah. agar kita dapat menyadari bahwa manusia hanyalah
makhuk yang lemah dan tak berdaya.
Sama halnya dengan Tafsir Al-Maragi (1992:56), ayat tersebut
membuktikan akan Keesaan Allah melalui ditunjukkannya fenomena-fenomena
atau gejala alam yang terjadi dalam kehidupan. Seperti halnya langit yang benda-
bendanya terdiri dari berbagai jenis atau kelompok. Bumi, bentuk materi dan
segala sesuatu yang ada didalamnya berupa benda-benda padat, tetumbuhan dan
aneka marga satwa, manfaat segala benda yang berbeda, dan lain sebagainya.
Kemudian pada silih bergantinya malam dan siang, pada semuanya itu terkandung
manfaat dan maslahat bagi umat manusia. Disamping menunjukkan bahwa
Penciptanya adalah satu, juga Maha Pengasih terhadap hamba-hambaNya. Bukti
yang menunjukkan sifat Rahmah Allah dalam penciptaan-Nya telah diungkapkan
dalam ayat yang berbunyi: bima yanfa’un-nas, yang artinya bermanfaat bagi umat
manusia.
D. Analisis Kandungan Ayat
Dalam Surat Al-Baqarah ayat ke 163 ini terdapat pokok-pokok ketauhidan
dan keimanan. Pernyataan Allah sebagai Tuhan Seluruh Alam, Yang Maha Esa,
Pengasih dan Penyayang adalah bukti bahwa tidak ada dzat lain yang mampu
menandingiNya. Pada ayat ini pula, Allah menegaskan bahwa hanya Dialah yang
pantas untuk disembah. Dialah tempat untuk meminta pertolongan. Karena hanya
di tangan Allah-lah semua kemanfaatan itu dikendalikan, dan hanya Allah-lah
yang berkuasa menolak bahaya. Allah adalah Maha Esa, dan tidak ada kekuasaan
selain kekuasaan-Nya. Jika kita termasuk kedalam orang yang tidak percaya akan
adanya Allah dan janjiNya, maka akan segera datanglah murka dariNya. Sebab
Allah telah menegaskan kepada diri kita agar senantiasa taat dan yakin
kepadaNya.
Kemudian pada ayat yang selanjutnya, yaitu ayat ke 164. Disini Allah
telah memberikan cara agar kita dapat mengenali Sang Pencipta secara lebih dekat
dan mudah. Untuk mengenalinya yaitu dengan cara memerhatikan alam sekitar.
Sebab dari banyaknya keajaiban yang terjadi pada kehidupan ini, semata-mata
hanyalah karena KuasaNya sebagai Sang Pencipta. Jika kita mau berpikir akan
segala ciptaanNya, maka rasa keangkuhan diri akan ketidak yakinan tentang
adanya Allah akan segera sirna. Sebab hal tersebut menjadi sesuatu yang tidak
mungkin untuk ditandingi oleh siapapun. Manusia adalah mahkluk yang lemah
dan terbatas. Maka sangatlah tidak mungkin jika apa yang dilakukan oleh manusia
mampu menandingi apa yang telah Allah ciptakan. Walau ada yang mencoba
hingga ia merasa lelah dalam kesombongannya. Dan pada ayat inipun
mengajarkan diri kita agar senantiasa mengingat Allah dan selalu memujiNya.
Juga tidak menjauhkan agama dari segala aspek kehidupan. Karena pada
hakikatnya, berbagai macam dalam kehidupan terutama dalam ilmu pengetahuan
itu akan tetap ada hubungannya dengan kekuasaan Allah yang patut untuk kita
ketahui dan syukuri.
Daftar Pustaka
Al-Maragi, A. M. (1987). Tafsir Al-Maragi (Vol. 1). (K. A. Sitanggal, H. N. Aly,
& B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Amrullah, A. A. (1982). Tafsir Al-Azhar (Vol. 1). Jakarta: Pustaka Panjimas.