tt2_1300768_meida_prefik_n_b[1]

9
TAFSIR SURAT AL-‘ALAQ MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas Manahij Tarbawiyah dengan dosen pengampu Drs. H. Aam Abdussalam M.Pd dan Saepul Anwar Q. Ces. S.Pd.I M.Ag Disusun oleh: Meida Prefik Nugraeni (1300768) Kelas B JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

Upload: meida-prefik-nugraeni

Post on 22-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

TAFSIR SURAT AL-‘ALAQ

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas

Manahij Tarbawiyah dengan dosen pengampu Drs. H. Aam Abdussalam M.Pd

dan Saepul Anwar Q. Ces. S.Pd.I M.Ag

Disusun oleh:

Meida Prefik Nugraeni (1300768)

Kelas B

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

Page 2: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

TUGAS

ANALISIS KEPENDIDIKAN SURAT AL-‘ALAQ AYAT 1-8

A. Al-Quran Surat Al-‘Alaq Ayat 1-8 dan Artinya

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah (3), yang mengajar (manusia)

dengan perantaran qalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang

tidak diketahuinya (5). Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-

benar melampaui batas (6). Karena Dia melihat dirinya serba cukup.

(7). Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). (8). (QS.

Al-‘Alaq [96]: 1-8)

B. Asbab Nuzul Ayat

Disebutkan dalam hadiṡ-hadiṡ ṣahih, bahwa Nabi Muhammad Saw.

mendatangi Gua Hira‟ bertujuan untuk beribadah. Hingga pada suatu hari, beliau

dikejutkan oleh kedatangan makhluk yang tidak diketahui. Makhluk tersebut

menyuruh Nabi Saw. untuk membaca, namun Nabi Saw. menjawab bahwa ia

tidak bisa membaca. Ketika mendengar jawaban tersebut, maka makhluk tersebut

merengkuh lagi erat-erat hingga Nabi Saw. merasa kepayahan. Makhluk tersebut

langsung menyampaikan wahyu Surat Al-„Alaq dan Nabi Saw. pun kemudian

mengucapkan apa yang diucapkan oleh makhluk tersebut.

Page 3: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

Setelah kerjadian tersebut, Nabi Saw. berlari menuju rumahnya dalam

keadaan gemetar karena ketakutan. Ketika sampai dirumah, Nabi Saw. meminta

Khadijah agar menyelimutinya. Nabi Saw. berkata bahwa ia merasa khawatir

terhadap dirinya sendiri. Dan Khadijah pun menjawab bahwa ia tak perlu merasa

takut sebab ia adalah orang yang memiliki budi pekerti yang baik. Pada saat itulah

Khadijah memanggil Waraqah untuk menanyakan apa yang sebenarnya dialami

oleh suaminya. Waraqah pun menjawab bahwa makhluk yang ditemui Nabi Saw

ketika di Gua Hira adalah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah datang kepada

Nabi Isa. Berdasarkan kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa permulaan

surat ini merupakan awal ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan.

C. Makna Global

Dalam bahasa Arab, arti kata “'alaq” atau “segumpal darah” adalah “benda

yang melekat pada suatu tempat”. Secara harfiah, kata tersebut digunakan untuk

menjelaskan lintah yang menempel pada kulit untuk mengisap darah. Menurut

Tafsir Al-Maragi (1985:344), pada surat ini Allah menjelaskan asal kejadian

manusia yang diciptakan dari segumpal darah (alaq). Hanya saja dalam surat ini

dijelaskan tentang keadaan hari akhirat, yang merupakan penjelasan bagi surat

yang lalu.

Begitupun menurut Tafsir Al-Azhar (1985:215), Surat Al-„Alaq adalah

wahyu yang pertama kali diturunkan untuk Nabi Muhammad Saw. yang berisikan

perintah untuk membaca di atas nama Allah Swt, Tuhan yang telah mencipta.

Karena dengan membaca, manusia dapat memahami kekuasaan Allah atas

segalanya. Pada surat ini pula diterangkan tentang penciptaan manusia yang

berasal dari segumpal darah.

D. Pendapat Ahli Tafsir

“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta.” Menurut Tafsir

Al-Azhar (1989:215), dalam suku pertama saja, yaitu “bacalah!”, telah terbuka

kepentingan pertama didalam perkembangan agama Islam selanjutnya.

Page 4: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

Menurut Tafsir Al-Maragi (1985:346), pada ayat pertama ini

sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuat Nabi Saw. bisa

membaca, sekalipun sebelum itu tidak pernah belajar membaca.

Menurut Al-Maraghi (1985:96), ayat kedua ini menunjukkan bahwa

sesungguhnya Zat Yang Menciptakan manusia, sehingga menjadi makhluk-Nya

yang paling mulia –Ia menciptakannya dari segumpal darah („Alaq). Kemudian

membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu

pengetahuannya bisa mengolah bumi serta menguasai apa yang ada padanya

untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang Menciptakan manusia,

mampu menjadikan manusia yang paling sempurna, yaitu Nabi Saw. –bisa

membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.

Begitupun menurut Tafsir Al-Azhar (1985:214), pada ayat kedua memiliki

arti bahwa Allah menciptakan manusia dari segumpal darah. Yaitu peringkat

kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-

laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah

menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma

pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (mudhghah).

Dalam Tafsir Al-Azhar (1985:215), setelah di ayat yang pertama Nabi

Saw. disuruh membaca diatas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal

darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama

Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha

Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhluk-Nya.

Menurut Tafsir Al-Maragi (1985:347) اقرأ perintah ini diulang-ulang, sebab

membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-

ulang dan dibiasakan. Berulang-ulangnya perintah Ilahi berpengertian sama

Page 5: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

dengan berulang-ulangnya membaca. االكرم وربك Tuhanmu Maha Pemurah kepada

orang yang memohon pemberian-Nya. Bagi-Nya amat mudah menganugerahkan

kepandaian membaca kepadamu –berkat kemurahanNya–.

Menurut Tafsir Al-Maragi (1985:347), maksud dari ayat keempat ini yang

menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun

letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena,

adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Disini Allah

menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari „alaq,

kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar

manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina,

hingga ia menggapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya

tentang hakikat segala sesuatu.

Begitupun menurut Tafsir Al-Maragi (1985:215), ayat keempat inilah

keistimewaan dan kemuliaanNya yang tertinggi. Yaitu diajarkanNya kepada

manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkanNya berbagai

kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam.

Ayat ke lima Surat Al-„Alaq menurut Tafsir A-Maragi (1985:216) yaitu

bahwa Allah yang lebih dulu mengajarkan kepada manusia untuk mempergunakan

qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu

pengetahuan diberikan Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu

yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya.

Begitupun menurut Tafsir Al-Azhar (1985:348), ayat kelima ini

menegaskan bahwa Dia-lah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh

umat manusia, sehingga umat manusia berbeda dari makhluk lainnya. Ayat ini

Page 6: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

juga merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis

dan ilmu pengetahuan.

(Ketahuilah) artinya memang benar (sesungguhnya manusia benar-benar

melampaui batas) (Asy-Syuyuthi, J. 2010).

Menurut Tafsir Al-Maraghi (1985:352) sesungguhnya perilaku manusia

itu mengherankan sekali. Manakala dirinya merasa kaya dan berkecukupan, ia

keluar dari batasan yang telah digariskan kepadanya. Ia membangkang dan

takabur kepada Tuhannya, gemar menyakiti orang lain serta merasa lebih tinggi

dari manusia yang lain.

(Karena dia melihat dirinya) sendiri (serba cukup) dengan harta benda

yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal. Dan

lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf'ul kedua; dan lafal An Ra-aahu berkedudukan

sebagai Maf'ullah. (Asy-Syuyuthi, J. 2010).

Kebiasaan yang berlaku di kalangan manusia, pada gaibnya mendasarkan

pada individu-individunya. Kecuali kekayaan dan kekuatan yang berada di tangan

Atqiya‟ (mereka yang bertakwa), sesungguhnya merupakan sarana kebaikan dan

penyebab utama yang bisa mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dunia dan

akhirat. (Al-Maragi 1985, 353)

(Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah) hai Manusia (tempat kembali)

yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepada

orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Di

Page 7: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan buat orang yang berlaku

melampaui batas. (Asy-Syuyuthi, J. 2010).

Senada dengan Tafsir Al-Maragi (1985:353), Dialah yang memiliki dirimu

dan apa yang kau miliki. Akan menjadi jelas apa yang kau dustakan, manakala

engkau keluar dari kehidupan ini. Engkau akan tampak hina dina dan segala amal

perbuatanmu akan diperhitungkan, baik sedikit atau banyak dan besar maupun

kecil.

E. Analisis Kandungan Ayat

Pada Surat Al-„Alaq ayat pertama ini mengandung makna bahwa sebagai

manusia haruslah banyak membaca dengan menyebut nama Allah yang telah

menciptakan kita. Sebab dengan membacalah kita dapat mengetahui banyak hal.

Semakin banyak yang kita tahu atas apa yang Allah ciptakan, maka rasa keimanan

kita terhadap Sang Pencipta akan semakin bertambah. Kita sebagai seorang

makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan akal juga memiliki

kekurangan dan kelemahan yang tidak bisa menyamakan diri dengan sifat-sifat

yang Allah miliki sebagai Tuhan.

Ayat yang kedua menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari

segumpal darah („alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan berpikir,

sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi, dan dengan ilmu

pengetahuannya bisa mengolah bumi serta menguasai apa yang ada padanya

untuk kepentingan umat manusia.

Pada ayat yang ketiga, Allah kembali memerintahkan untuk membaca

dengan menyebut nama Tuhan. Adanya penekanan kembali untuk terus membaca

secara berulang-ulang. Karena jika hanya sekedar membaca tetapi tidak merasuk

kedalam jiwa, maka membacanya tidak akan pernah bisa menjadikan kita berpikir

secara lebih kritis. Berbeda jika kita membaca berulang-ulang sampai

memahaminya. Maka kita akan senantiasa bisa berpikir atas apa yang telah kita

baca.

Page 8: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

Begitupun dengan ayat yang keempat, Allah mengajari manusia melalui

perantara qalam. Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah

menciptakan manusia dari „alaq (segumpal darah), kemudian mengajari manusia

dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya

diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia menggapai kesempurnaan

kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu agar

senantiasa berpikir.

Pada ayat kelima pada Surat Al-„Alaq, Allah mengajar kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya. Berkaitan dengan ayat yang sebelumnya, bahwa

Allah telah memberikan perantara qalam. Maka Allah akan mengajari manusia

tentang apa yang tidak diketahuinya melalui perantara tersebut. Agar manusia

dapat senantiasa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan berpikir atas apa

yang telah Allah ciptakan. Karena pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk

senantiasa beribadah kepada Allah.

Kemudian pada ayat keenam, Allah mengatakan bahwa sesungguhnya

manusia telah melampaui batas. Maksud melampaui batas disini yaitu telah benar-

benar ingkar terhadap nikmat yang telah Allah berikan.

Berhubungan dengan ayat yang ketujuh, keingkaran manusia disini

disebabkan karena telah merasa cukup atas apa yang telah diberitakan oleh nenek

moyang mereka. Dan hal itu yang menyebabkan mereka tidak mau mendengar

untuk beriman.

Selanjutnya pada ayat yang ke delapan, terdapat firman dari Allah tentang

balasan yang akan diberikan kepada orang yang telah melampaui batas dan yang

telah ingkar kepada kebenaran yang telah disampaikan. Allah akan

memperhitungkan segala perbuatan yang telah manusia lakukan. Baik yang besar

ataupun kecil, banyak atau sedikit. Sebab Allah Maha Teliti akan segala sesuatu.

Page 9: TT2_1300768_MEIDA_PREFIK_N_B[1]

Daftar Pustaka

Al-Maragi, A. M. Tafsir Al-Maragi. Vol. 10. Semarang: PT. Karya Toha Putra,

1985.

Asy-Syuyuthi, J. Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0. 21 Januari 2010. myface-

online.blogspot.com.

Hamka, P. D. Tafsir Al-Azhar. Vol. 9. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.