travelista wisata dari media indonesia

Upload: kesia78

Post on 07-Aug-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Travelista Wisata dari Media Indonesia

    1/1

    RHEZA ARDIANSYAH 

    SAAT menuju ke sungai

    itu, saya memilih tersesat

    ketimbang bertanya. Sore

    itu, saya bertolak dari

    perpustakaan pusat Kota Frankfurt di

    kawasan Konstablerwache. Berbekal

    peta dan petunjuk rute kereta distasiun, saya mengulik sendiri cara

    mencapai tepian Sungai Main.

    Ternyata, saya benar-benar tersesat.

    Setelah tiba di Stasiun Schweizer/

    Gartenstrase, langkah kaki ini malah

    menjauhi sungai. Meski begitu, saya

    tetap bisa menemukan hal menarik

    untuk dinikmati.

    Dari penjual buah-buahan segar di

    pinggir jalan, hingga tanaman rambat

    yang menutupi sebuah gedung dengan

    warna khas musim gugur. Setelah

    merasa cukup banyak waktu yang

    terbuang, saya menyerah. Seseorang

    kemudian mengarahkan ke sungai yang

    saya tuju.

    MenakjubkanSungai Main melintasi Kota Frankfurt

    dan Wurzburg. Sungai ini membentang

    sepanjang lebih dari 500

    km. Ada satu kata yangmenggambarkan impresi

    saya ketika tiba di sebuah

    pinggirannya: takjub!

    Bentangan lebar sungai

    begitu luas. Di kiri dan

    kanannya pun tampak jalur

    pejalan kaki, dan warna

    dedaunan yang

    bukan hanya

    hijau.

    Saya

    bergegas menuju ke tengah jembatan

    Untermainbrucke, menengadah ke

    arah barat. Awan bergumpal, asap dari

    sebuah cerobong mengepul. Satu dua

    gedung bergaya modern menjulang,

    sedangkan bangunan berjendela

    banyak berarsitektur khas Eropa lebih

    mendominasi.

    Warna dedaunan berselang-seling,sebuah perahu motor memecah riak

    tenang sang sungai. Saat berbalik

    arah, saya memandang Kaiserdom St

    Bartholomeus. Bangunan yang juga

    dikenal sebagai Frankfurt Chatedral itu

    menjulang sedikit tertutup jembatan

    Eiserner Steg. Kala senja tiba nanti,

    saya akan mengunjungi keduanya.

    Saat sore masih terang, saya

    menuruni jembatan, menepi menuju

    sebuah bangku kosong. Membelakangi

    taman dengan bebek di rerumputan

    hijau, saya menaruh semua barang

    bawaan dan duduk.

    Tak jauh dari sana, kapal motor

    Meral Event yang menjual donner  khas

    turki tertambat. Dua orang p engunjung

    menyunggingkan senyum ke arah

    saya, menyatakan ‘halo’ dalam bahasa

    universal.

    Cukup lama saya menghabiskan

    waktu di sana. Sesekali beberapa orangwarga yang sedang joging melintas.

    Mereka cuek, saya menggambar sketsa

    hingga langit membiru pekat. Tiba-

    tiba sebuah lengkingan

    terdengar lantang.

    Suaranya menggema

    hingga seluruh

    penjuru kota.

    Keras sekali.

    Saya tak menyangka sebelumnya,

    ternyata di seberang sana ada sebuah

    kereta uap siap melaju. Desis khas

    itu beberapa kali berbunyi, diiringi

    kepulan asap putih dan derap khas

    suara laju kereta. Seraya rangkaian

    gerbong itu berlalu, saya menuju lokasi

    lain.

    Sahabat IndonesiaRelasi Frankfurt dan Indonesia

    memang istimewa. Saat Museumsufer

    Fest, festival museum di tepi Sungai

    Main digelar, Indonesia dan budayanya

    dirayakan. Begitu gelaran itu berakhir,

    giliran Indonesia jadi tamu kehormatan

    Frankfurt Book Fair, festival buku

    terbesar sedunia pada 19-23 Oktober

    2015. Poster promosi tentang Indonesia

    tersebar di sejumlah sudut kota,

    bahkan gerobak penjual satai pun ada.

    Saya melanjutkan perjalanan

    menyusuri pinggiran Sungai Main ke

    arah timur. Saya kemudian tiba di

    pangkal jembatan Eiserner Steg. Coba

    tebak, apa yang akan Anda dapati di

    atas jembatan yang rampung dibangun

    tahun 1868 ini?

     Jembatan gembok

    Gembok. Ya, kunci gembok. Lengkapbertuliskan nama pasangan yang

    memasangkannya. Rupanya jembatan

    ini berfungsi serupa seperti jembatan

    Pont des Arts di Paris, Prancis.

    Bedanya, gembok jembatan cinta di

    Kota Mode itu sudah dipindahkan sejak

    pertengahan 2015 lalu. Memanfaatkan

    ruang kosong di antara pagar jembatan,

    sepasang kekasih memasangkan

    gembok mereka. Setelahnya, pasangan

    yang nampaknya berasal dari Jepang

    itu berfoto.

    Frankfurter Stadt HallPelesir di tepian sungai hari itu

    menuntun saya ke simbol utama kota

    Frankfurt: kawasan Altstadt atau

    kota tua. Di sana, terdapat balai kota

    Frankfurt alias Frankfurter Stadt

    Hall alias Romer. Sebelum beralih

    menjadi kantor wali kota selama 600

    tahun lebih, hingga 1405, gedung ini

    berfungsi sebagai vila.Ketika saya menghampiri gedung

    itu, ada suara merdu yang muncul dari

    dalam. Ketika saya hampiri, rupanya

    ada sebuah pertunjukan seni di dalam

    sana. Tepat di hadapan Romer, ada

    sebuah alun-alun. Di bagian tengahnya

    ada sebuah patung berhias air mancur.

    Namanya Fountain of Justice. Patung

    berbahan perunggu itu dibuat 1887.

    Kalau sudah ada di kawasan kota tua

    itu, jangan lupa pula untuk kunjungi

    sebuah gedung bernama Kunstverein,

    galeri yang selalu memamerkan

    karya seni kontemporer. Ketika itu,

    karya instalasi buatan Joko Avianto

    menghiasi pintu masuknya. Selain Joko,

    sejumlah perupa asal Indonesia juga

    sedang memamerkan kreasi mereka.Dari sana, saya kemudian menyisir

    pinggiran Jalan Braubachstrase. Di

    tepian jalan itu ada Fotografie Forum

    Frankfurt. Dari luar sebuah foto ikonik

    terpampang besar: ‘ciuman salam’

    antara pemimpin Uni Soviet Leonid

    Berzhnev dan pimpinan partai Jerman

    Timur Erich Honecker.

    Gereja Katedral FrankfurtSaya pun tiba di ujung perjalanan.

    Gereja megah yang saya lihat dari

     jembatan sore tadi kini sudah ada tepat

    di hadapan muka. Gereja Katedral

    Frankfurt ini juga dikenal dengan

    nama Dom. Kini, Dom tidak lagi

    berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi

    sebagai museum. Yang dipamerkan didalamnya ialah temuan seputar gedung

    yang berdiri sejak 1356 itu.

    Seusai menikmati Dom, saya

    bergegas menuju statsiun kereta bawah

    tanah. Hari yang kaya cerita! (M-1)

    [email protected]

    KAMIS, 25 FEBRUARI  VI TRAVELISTA

    FRANKFURT 

    Tepian Sungai Main di Kota Frankfurt, Jerman, bisa dinikmati dari bangku-bangku taman di pinggirannya. Saya menikmati sungai yang tertata apik,panorama kota, dan kesibukan warganya.

    dari Tepian Sungai Main

    Menikmati Main daribangku taman.

     Jembatan Eiserner Steg.

    Kawasan Frankfruter Stadt Hall

    FOTO-FOTO: DOK RHEZA