trauma kapitis

9
1. Defenisi Trauma kepala (Trauma Capitis) adalah cedera daerah kepala yang terjadi akibat dipukul atau terbentur benda tumpul. Untuk mengatasi trauma kepala, maka tengkorak kepala sangat berperan penting sebagai pelindung jaringan otak. Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka. Semua itu berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan pembentukan rongga. Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya. Kekuatan itu bisa terjadi seketika atau rusaknya otak oleh kompresi, goresan atau tekanan (At a glance, 2006 ). Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001). Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi, 2003). 2. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang. Masing-masing tulang kecuali mandibula disatukan pada sutura. Sutura dibentuk oleh selapis tipis jaringan fibrosa yang mengunci pinggiran tulang yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Pada atap tengkorak, permukaan dalam dan luar dibentuk oleh tulang padat dengan lapisan spongiosa yang disebut diploie terletak diantaranya. Terdapat fariasi yang cukup besar pada ketebalan tulang tengkorak antar individu. Tengkorak paling tebal yang dilindungi oleh otot (Westmoreland,1994). Jenis-jenis tengkorak : 1) Os frontale 2) Os parientale dextra dan sinistra 3) Os occipital 4) Os temporal dextra dan sinistra 5) Os ethmoidale 6) Os sphenoidale 7) Maxilla 8) Mandibula 9) Os zygomatikum dextra dan sinistra

Upload: nike

Post on 18-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

trauma kapitis (bedah)

TRANSCRIPT

1.DefenisiTrauma kepala (Trauma Capitis) adalah cedera daerah kepala yang terjadi akibat dipukulatau terbentur benda tumpul. Untuk mengatasi trauma kepala, maka tengkorak kepala sangat berperan penting sebagai pelindung jaringan otak. Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka. Semua itu berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan pembentukan rongga. Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya. Kekuatan itu bisa terjadi seketika atau rusaknya otak oleh kompresi, goresan atau tekanan (At a glance, 2006 ).Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi, 2003).2.Anatomi Fisiologia.AnatomiTengkorak dibentuk oleh beberapa tulang. Masing-masing tulang kecuali mandibula disatukan pada sutura. Sutura dibentuk oleh selapis tipis jaringan fibrosa yang mengunci pinggiran tulang yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Pada atap tengkorak, permukaan dalam dan luar dibentuk oleh tulang padat dengan lapisan spongiosa yang disebut diploie terletak diantaranya. Terdapat fariasi yang cukup besar pada ketebalan tulang tengkorak antar individu. Tengkorak paling tebal yang dilindungi oleh otot (Westmoreland,1994).Jenis-jenis tengkorak:1)Os frontale2)Os parientale dextra dan sinistra3)Os occipital4)Os temporal dextra dan sinistra5)Os ethmoidale6)Os sphenoidale7)Maxilla8)Mandibula9)Os zygomatikum dextra dan sinistra10)Os platinum dextra dan sinistra11)Os nasale dextra dan sinistra12)Os lacrimale dextra dan sinistra13)Vomer14)Concha dextra dan sinistrab.FisiologiFungsi tengkorak(Westmoreland,1994) adalah:1)Melindungi otak dan indera penglihatan dan pendengaran2)Sebagai tempat melekatnya otot yang bekerja pada kepala3)Sebagai tempat penyangga gigi3.EtiologiCederapadatraumadapatterjadiakibattenagadariluar(Arif Musttaqin, 2008) berupa:a.Benturan/jatuh karena kecelakaanb.Kompresi/penetrasi baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru dan ledakan panas.Akibat cedera ini berupa memar, luka jaringan lunak, cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.4.PatofisiologiMekanisme cedera memegang peranan penting dalam menentukan berat-ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat benda tumpul atau karena terkena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relative tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak (Prince & Wilson, 1995).Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan mungkin karena memar pada permukaan otak, leserasi substansia alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto regulasi serebral (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan intracranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia dan hipotensi (Prince & Wilson, 1995).5.Klasifikasi cederaKlasifikasi Cedera Kepala (Arif Muttaqin, 2008)a.Cedera kepala primerCedera kepala primer mencakup :fraktur tulang, cedera fokaldancedera otak difusa, yang masing-masing mempunyaimekanisme etilogis dan patofisiologi yang unik.1)Fraktur tulang kepala dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak, namun biasanya ini bukan merupakan penyebab utama timbulnya kacacatan neurologis.2)Cedera fokal merupakan akibat kerusakan setempat yang biasanya dijumpai pada kira-kira separuh dari kasus cedera kepala berat. Kelainan ini mencakup kontusi kortikal, hematom subdural, epidural dan intraserebral yang secara makroskopis tampak dengan mata telanjang sebagai suatu kerusakan yang berbatas tegas.3)Cedera otak dufusa pada dasarnya berbeda dengan cedera vokal, dimana keadaan ini berkaitan dengan disfungsi otak yang luas serta biasanya tidak tampak secara mikroskopis. Mengingat bahwa kerusakan yang terjadi kebanyakan melibatkan akson-akson, maka cedera ini juga dikenal dengancedera aksional difusa.b.Kerusakan otak sekunderCedera kepala berat seringkali menampilkan gejalaabnormalitas/gangguan sistemik akibat hipoksia dan hipotensi, dimana keadaan-keadaan ini merupakan penyebab yang sering dari kerusakan otak sekunder. Hipoksia dan hipotensi semata akan menyebabkan perubahan-perubahan minimal, yang kemudian bersamaan dengan efek cedera mekanis memperberat gangguan-gangguan metabolisme serebral.Hipoksia dapat merupakan akibat dari kejadian aspirasi, obstyruksi jalan nafas atau cedera toraks yang terjadi bersamaan dengan trauma kepala, namun sering juga terjadi hipoksia pasca cedera kepala dengan ventilasi normal dan tanpa adanya keadaan-keadaan tersebut di atas.Hipotensi pada penderita cedera kepala biasanya hanya sementara yaitu sesaat setelah konkusi atau merupakan tahap akhir dari kegagalan meduler yang berkaitan dengan herniasi cerebral.c.Edema cerebralTipe yang terpenting pada kejadian cedera kepala adalah edema vasogenik dan edema iskemik. Edema vasogenik disebabkan oleh adanya peningkatan permeabilitas kapiler akibat sawar darah otak sehingga terjadi penimbunan cairan plasma ekstraseluler terutama di massa putih serebral. Edema iskemik merupakan penimbunan cairan intraseluler sehingga sel tersebut tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairannya.Edema cerebral yang mencapai maksimal pada hari ke tiga pasca cedera, dapat menimbulkan suatu efek massa yang bermakna. Di samping itu edema ini sendiri dapat juga terjadi, tanpa adanya tampilan suatu konstusi atau pendarahan intraserebral. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan sekunder dari hipotensi sistemik dan hipoksia, cedera arterial atau hipertensi intracranial. Gangguan aliran darah cerebral trauma yang mengakibatkan anoksia jaringan juga tampil sebagai daerah swellinghipodens difus.d.Pergeseran otak(Brain Shift)-herniasi batang otakAdanya satu massa yang berkembang membesar (hemotom, abses atau pembengkakan otak) di semua lokasi dalam kavitas intracranial (epidural/ubdural/intracerebral supra/infratentorial) biasanya akan menyebab pergeseran dan distori otak, bersamaan dengan peningkatan intracranial akan mengarah terjadinya herniasi otak.6.Jenis-jenis trauma capitisMenurut Bornner dan suddarth, 2002 jenis-jenis trauma capitis yaitu :a.FrakturFraktur kalvaria atau atap tengkorak apabila tidak terbuka tidak ada hubungan dengan dunia luar tidak memerlukan perhatian segera yang lebih penting adalah intracranialnya. Fraktur basis cranium dapat berbahaya terutama karena perdarahan yang ditimbulkan sehingga menimbulkan ancaman pada jalan nafas.b.Comosio cerebri (gegar otak)Kehilangan kesadaran sebentar dibawah 15 menit dan tidak berbahaya,penderita tetap dibawa ke rumah sakit karena kemungkinan cedera yang lain.c.Kontusio cerebriKehilangan kesadaran lebih lama, dalam kepustakaan saat ini dikenal sebagai DAI (Difus Absonal Injury) yang mempunyai prognosis yang lebih buruk.d.Perdarahan intracranialPerdarahan intracranial dapat berupa perdarahan epidural, perdarahan subdural atau perdarahan intracranial. Perdarahan epidural dapat berbahaya karena perdarahan berlanjut atau menyebabkan peninggian tekanan intracranial yang semakin berat.7.Klasifikasi klinis cedera kepalaCedera kepala pada praktek klinis sehari-hari dikelompokkan atas empat gradasi sehubungan dengan kepentingan seleksi perawatan penderita, pemantauan diagnostic-klinik penanganan dan prognosisnya (Brunner & Suddarth, 2001) yaitu:a.Tingkat I: Bila dijumpai adanya riwayat kehilangankesadaran/pingsan yang sesaat setelah mengalami trauma, kemudian sadar kembali. Pada waktu diperiksa dalam keadaan sadar penuh, orientasi baik dan tidak ada defisit neurologist.b.Tingkat II:Kesadaran menurun namun masih dapat mengikuti perintah-perintah yang sederhana, dan dijumpai adanya defisit neurologis vokal.c.Tingkat III:Kesadaran yang sangat menurun dan tidak bisa mengikuti perintah (walaupun sederhana) sama sekali. Penderita masih bisa bersuara namun susunan kata-kata dan orientasinya kacau, gaduh serta gelisah. Respon motorik bervariasi dari keadaan yang masih mampu melokalisir rasa sakit sampai tidak ada respon sama sekali. Postur tubuh dapat menampilkan posisi dekortikasi-deserebrasi.d.Tingkat IV:Tidak ada fungsi neurologis sama sekali.8.Kategori Penentuan Keparahan Cedera Berdasarkan Nilai Glasgow Comma Scale (GCS) Menurut At a glance, 2006.PenentuanKeparahanDeskripsiFrekuensi

MinorSedangBerat-GCS 13 15-Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit-Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada konstusio cerebral, hematoma, abrasi, pusing dan nyeri kepala-GCS 9 12-Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tapi kurang dari 24 jam-Dapat mengalami faktur tengkorak-Muntah-GCS 3 8-Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam-Juga meliputi konstusio cerebral, laserasi atau hematona intracranial-Tanda neurologis vocal-Teraba fraktur55 %24 %21 %

0. Evaluasi diagnostic dan laboratoriumEvaluasi diagnostic dan laboratorium (Marilynn, 1999).-Scan CT tanpa/dengan kontras : Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragic, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak. Catatan pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24 72 jam pasca trauma.-MRI :Sama dengan scan CT tanpa/dengan menggunakan kontras.-Angiografi cerebral : Menunjukan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan serta trauma.-EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.-Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.-BAER (Brain Auditori Evoked Respons). : Menentukan fungsi korteks dan batang otak.-PET (Positron Emission Tomografi) : Menunjukan perubahan aktivitas metabolisme dalam otak.-Pungsi Lumbal, CSS : Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.-GDA (Gas Darah Arteri) : Mengetahuai adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.-Kimia/Eolektrolit Darah : Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam peningkatan TIK/perubahan mental.-Pemeriksaan Toksikologi: Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab dalam penurunan kesadaran.-Kadar Antikonvulsan Darah : Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.10.Gambaran / Gejala KlinisMenurut Agus Purwadianto & Budi Sampurna, 2000 gambaran klinis cedera yaitu :a.Komosio Cerebri1)Penderita pingsan sebentar (kurang dari 10 menit)2)Nyeri kepala3)Pusing4)Mual, muntah5)Setelah sadar, penderita menunjukkan gejala-gejala retrograt amnesia (lupa akan kejadian-kejadian pada waktu beberapa saat sebelum terjadinya kecelakaan)b.Kontusio Cerebri1)Penderita pingsan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari sampai berminggu-minggu2)Retrograt amnesia lebih berat dan jelas3)Ditemukan gejala neurologik yaitu reflek babinski positif serta kelumpuhan nyata4)Pada keadaan berat didapatkan denyut nadi yang cepat sekali, suhu badan meningkat, pernapasan chyne strokes dan kesadaran menurun sampai koma.c.Perdarahan Epidural1)Penderita hanya pingsan sesaat, kemudian sadar kembali akan tetapi beberapa waktu (biasanya 3 x 24 jam) timbul gejala-gejala progresif seperti nyeri kepala hebat, kesadaran menurun dapat sampai koma2)Pupil anisokor3)Refleks patologik babinski ditemukan unilateral4)Ditemukan tanda-tanda gangguan traktus piramidalis seperti hemipareses, refleks tendon yang meninggi dibandingkan dengan sisi kontralaterald.Perdarahan Subdural1)Nyeri kepala yang makin lama makin berat biasanya di daerah dehidrasi, edema papila nervus optikus (papil edema)2)Derajat gangguan kesadaran berbeda-beda tergantung kepada kerusakan yang terdapat di otak.11.KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada cedera kepala menurut Arif Muttaqin, 2008.a.Hemorhagicb.Infeksic.Edemad.Herniasi12.Faktor-faktor yang mempengaruhi trauma kepalaFaktor-faktor yang mempengarui trauma kepala (Brunner & Suddarth, 2002)a.KardiovaskulerAkibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah anterior bekontraksi pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan anterior otak yang tidak terlalu besar.b.RespiratoriAdanya edema paru pada trauma kepala dan fase kontraksi paru-paru atau hipertensi paru menyebabkan hipernoe dan berkontraksi. Abnea, edema otak terjadi robekan pada pembuluh darah kapiler atau cairan traumatic yang mengandung protein aksudal yang berisi albumen. Edema otak terjadi karena penekanan pembuluh darah dan jaringan di sekelilingnya.c.MetabolismePada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium, air dan hilangnya sejumlah netrogen.d.GastrointestinalTrauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal setelah trauma kepala tiga hari terdapat respon tumbuh dengan merangsang aktivitas hipotamalus akan merangsang lambung menjadi hiperaditas.e.PsikologisSelain dampak masalah yang mempengaruhi fisi klinis, trauma kepala lain adalah suatu pengalaman yang menakutkan.13.Penanganan Cedera KepalaPenanganan kasus-kasus cedera kepala di unit gawat darurat/emergensi didasarkan atas patokan pemantauan dan penanganan terhadap6 B(Arif Muttaqin 2008),yakni:1)BreathingPerlu diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernafasan penderita. Adanya obstruksi jalan nafas perlu segera dibebaskan dengan tindakan-tindakan : suction, inkubasi, trakheostomi. Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu, merupakan tindakan yang berperan penting sehubungan dengan edema cerebri.2)BloodMencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium darah (Hb, leukosit). Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu peninggian tekanan intracranial, sebaliknya tekanan darah yang menurun dan makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya syok hipovolemik akibat perdarahan (yang kebanyakan bukan dari kepala/otak) dan memerlukan tindakan transfusi.3)BrainPenilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-respon mata, motorik dan verbal (GCS). Perubahan respon ini merupakan implikasi perbaikan/perburukan kiranya perlu pemeriksaan lebih mendalam mengenai keadaan pupil (ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola mata.4)BladderKandung kemih perlu selalu dikosongkan (pemasangan kateter) mengingat bahwa kandung kemih yang penuh merupakan suatu rangsangan untuk mengedan sehingga tekanan intracranial cenderung lebih meningkat.5)BowelSeperti halnya di atas, bahwa yang penuh juga cenderung dapat meninggikan TIK.6)BoneMencegah terjadinya dekubitus, kontraktur sendi dan sekunder infeksi.