transposisi kreatif ‘gerak’ dalam film sebagai …

6
93 Transposisi Kreatif ‘Gerak’ dalam Film sebagai Identitas Kultural... - Agustina Kusuma Dewi, dkk. Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mengakibatkan adanya pergeseran makna teks yang pada awalnya hanya diartikan sebagai kata-kata yang tercetak, namun sekarang menjadi bentuk multimodal. Kemampuan literasi sebagai wujud dasar pengembangan budi pekerti yang bertujuan untuk mencapai tingkat melek aksara yang tinggi di Indonesia. Kompetensi literasi mengalami peralihan menjadi multiliterasi, pengembangan dari literasi tradisional atau basic literasi (Abidin, 2015). Pada era Revolusi 4.0, kompetensi literasi menjadi sangat penting. Literasi mulai didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti berbagai teks dalam berbagai bentuk yang lebih dari membaca dan menulis, termasuk ragam teks yang dimaksud berbentuk gambar, grafik, elektronik, termasuk kinestetik. Wilbur Schramm mengungkapkan bahwa secara garis besar dalam proses komunikasi, pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, merupakan paduan pikiran dan perasaan (ide, informasi, himbauan, perintah, larangan, keluhan, dsb), dimana lambang dapat berupa verbal/bahasa TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI IDENTITAS KULTURAL PADA ERA MULTILITERASI DIGITAL Studi Kasus Film ‘Setan Jawa’ Karya Garin Nugroho Agustina Kusuma Dewi 1) , Yasraf Amir Piliang 2) , Irfansyah 3) , Acep Iwan Saidi 4) 1,2,3,4 Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 , [email protected] 4 ABSTRACT Technology change the way of thinking, how people access information also influence process to spread and share information in various media, including film, an art that plays images and screen technology. In the film, ‘movement’ is a changing position of an object. Accelerating technology constructed’movement’ becomes an important keyword that needs to be presented in every communication channel. ‘Setan Jawa’ Film by Garin Nugroho with Gamelan Orchestra composed by Rahayu Supanggah, was released in Indonesia in 2016 in Jakarta and still scheduled to tour the world until 2020. Combines a variety of collaborative art, design and technology—‘Setan Jawa’ creating a multiliterated communication channel that has possibilities to become a medium society cultural education. In this film, ‘movement’ becomes a sign constructed by creative transpo- sition of narratives in various arts, including puppets. Using a case study approach and documentation analy- sis, referring to the results of Roger Long’s research (1979), this research aims to identify creative forms of puppet’s ‘movement’ transposition in the film ‘Setan Jawa’ as cultural identity, a finding that in the Industrial Era 4.0; through multiliteration digital, process of cultural discourseto society could be done through a variety vehicle of signs. Keywords : Film Setan Jawa, cultural identity,multiliteration digital, cultural discourse. (lisan mau pun tulisan), atau pun non-verbal (visual, isyarat, gerak tubuh, mimik) (Littlejohn & Foss, 1996). Terkait hal ini, Revolusi Industri 4.0 memungkinkan makna diperdagangkan dan atau diinformasikan dalam bentuk visual, dengan potensi sifat persuasif sekaligus informative – bahkan disruptif – terjadi secara bersamaan pada proses di dalamnya. Ketidak-jelasan ragam tanda yang dimunculkan dari multiliterasi adalah disebabkan karena teknologi memudahkan siapa pun meng-encode tanda-tanda dalam teks yang berpotensi memunculkan kode-kode ganda, kode-kode transestetik. Kehadiran unsur seni yang didominasi oleh perasaan sekaligus unsur komunikasi yang dilandasi kesadaran, maka gambar, simbol, lambang atau tanda yang bermakna ini memerlukan jembatan untuk dapat dimaknai dengan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Salah satu jembatan yang digunakan sebagai saluran komunikasi adalah film. Dalam hal ini, pencitraan adalah perantara untuk realisasi gagasan, ‘bahasa’ dalam film dapat membawa orang kembali ke kekuatan kreatif orang untuk merekonstruksi gagasan dalam imajinasi nyata. Dalam film, sebuah gambar menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa gambar film

Upload: others

Post on 29-Apr-2022

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

93

Transposisi Kreatif ‘Gerak’ dalam Film sebagai Identitas Kultural... - Agustina Kusuma Dewi, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi mengakibatkanadanya pergeseran makna teks yang pada awalnyahanya diartikan sebagai kata-kata yang tercetak,namun sekarang menjadi bentuk multimodal.Kemampuan l i terasi sebagai wujud dasarpengembangan budi pekerti yang bertujuan untukmencapai tingkat melek aksara yang tinggi diIndonesia. Kompetensi literasi mengalami peralihanmenjadi multiliterasi, pengembangan dari literasitradisional atau basic literasi (Abidin, 2015). Pada eraRevolusi 4.0, kompetensi literasi menjadi sangatpenting. Literasi mulai didefinisikan sebagaikemampuan untuk mengerti berbagai teks dalamberbagai bentuk yang lebih dari membaca dan menulis,termasuk ragam teks yang dimaksud berbentukgambar, grafik, elektronik, termasuk kinestetik.

Wilbur Schramm mengungkapkan bahwasecara garis besar dalam proses komunikasi, pesanadalah pernyataan yang didukung oleh lambang,merupakan paduan pikiran dan perasaan (ide,informasi, himbauan, perintah, larangan, keluhan,dsb), dimana lambang dapat berupa verbal/bahasa

TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI IDENTITAS KULTURALPADA ERA MULTILITERASI DIGITAL

Studi Kasus Film ‘Setan Jawa’ Karya Garin Nugroho

Agustina Kusuma Dewi1), Yasraf Amir Piliang2) , Irfansyah3), Acep Iwan Saidi4)

1,2,3,4Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi [email protected], [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRACT

Technology change the way of thinking, how people access information also influence process to spread andshare information in various media, including film, an art that plays images and screen technology. In the film,‘movement’ is a changing position of an object. Accelerating technology constructed’movement’ becomes animportant keyword that needs to be presented in every communication channel. ‘Setan Jawa’ Film by GarinNugroho with Gamelan Orchestra composed by Rahayu Supanggah, was released in Indonesia in 2016 inJakarta and still scheduled to tour the world until 2020. Combines a variety of collaborative art, design andtechnology—‘Setan Jawa’ creating a multiliterated communication channel that has possibilities to become amedium society cultural education. In this film, ‘movement’ becomes a sign constructed by creative transpo-sition of narratives in various arts, including puppets. Using a case study approach and documentation analy-sis, referring to the results of Roger Long’s research (1979), this research aims to identify creative forms ofpuppet’s ‘movement’ transposition in the film ‘Setan Jawa’ as cultural identity, a finding that in the Industrial Era4.0; through multiliteration digital, process of cultural discourseto society could be done through a varietyvehicle of signs.

Keywords : Film Setan Jawa, cultural identity,multiliteration digital, cultural discourse.

(lisan mau pun tulisan), atau pun non-verbal (visual,isyarat, gerak tubuh, mimik) (Littlejohn & Foss, 1996).Terkait hal ini, Revolusi Industri 4.0 memungkinkanmakna diperdagangkan dan atau diinformasikan dalambentuk visual, dengan potensi sifat persuasif sekaligusinformative – bahkan disruptif – terjadi secarabersamaan pada proses di dalamnya. Ketidak-jelasanragam tanda yang dimunculkan dari multiliterasi adalahdisebabkan karena teknologi memudahkan siapa punmeng-encode tanda-tanda dalam teks yang berpotensimemunculkan kode-kode ganda, kode-kodetransestetik. Kehadiran unsur seni yang didominasioleh perasaan sekaligus unsur komunikasi yangdilandasi kesadaran, maka gambar, simbol, lambangatau tanda yang bermakna ini memerlukan jembatanuntuk dapat dimaknai dengan terarah sesuai dengantujuan yang ingin dicapai.Salah satu jembatan yangdigunakan sebagai saluran komunikasi adalah film.

Dalam hal ini, pencitraan adalah perantarauntuk realisasi gagasan, ‘bahasa’ dalam film dapatmembawa orang kembali ke kekuatan kreatif oranguntuk merekonstruksi gagasan dalam imajinasi nyata.Dalam film, sebuah gambar menjadi bagian pentingyang tidak dapat dipisahkan. Tanpa gambar film

Page 2: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

94

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

bukanlah seni memutar gambar di layar. Gambar padatitik ini sangat penting dalam sebuah film. (BambangSugiharto, 2013). Film, kemudian, dikaitkan denganmedia wacana sosial dan memiliki karakteristik unikyang menyebar ke berbagai tempat, sedangkan dariperspektif psikoanalisis film berpotensi untuk bermaindi pikiran bawah sadar sehingga dapat menjadikekuatan hipnosis budaya massa, memengaruhi caraberpikir yang terkait erat dengan persepsi dankesesuaian ni lai-ni lai di mana informasidikomunikasikan. Film, kemudian, dengan sifatmultiliterasinya, berpotensi sebagai medium edukasibudaya.

Film sine-orkestra merupakan salah satubentuk komunikasi grafis yang masih jarang dilakukandi Indonesia. Film sine-orkestra ‘Setan Jawa’merupakan film bisu hitam putih pertama karya GarinNugroho yang diiringi dengan orkestra musik gamelansecara live yang dibuat oleh Rahayu Supanggah dandiputar perdana pada September 2016 di GedungTeater Jakarta. Hingga tahun 2020, film ini masihdijadwalkan tur keliling beberapa Negara. ‘Setan Jawa’yang dokumentasinya ditunjukkan pada Gambar 1mengangkat kisah mitologi Jawa Pesugihan KandangBubrah sebagai narasi besar, termasuk di dalamnyaadalah diakronik kebudayaan masyarakat Jawa di awalabad ke-20 yang divisualisasikan melalui karakter yangbermain dalam film, Asih (Asmara Abigail), Setio (HeruPurwanto), Ibu Asih (Dorothea Quuin) dan Setan Jawa(Luluk Ari).

Gambar 1. Dokumentasi Pertunjukan Film ‘SetanJawa’ (Sumber: www.facebook.com/setanjawamovie

Diakses 29 Mei 2019)

Seringkali dianggap tidak komunikatif dantidak mengikuti teori film konvensional, film berbasishigh culture, seperti halnya film ‘Opera Jawa’ dan

beberapa film Garin lainnya yang banyak bermain padaarea tanda-tanda semiotika. ‘Setan Jawa’ karya GarinNugroho lebih mementingkan misi (gagasan) sebagaialat untuk mencerdaskan ‘kultur’ penontonnya sertamenampilkan ekspresi sineas, dan dengan sifatnyayang sine-orkestra, film ‘Setan Jawa’ menjadi sebuahmedium diskursus budaya, yang memberikan ruangbagi pertumbuhan sirkulasi makna-makna, objek-objekdan identitas kultural yang terbangun dalam ruang danwaktu yang difusif sebagai dampak dari perkembanganteknologi digital.

Pada kultur Jawa, merujuk pada gerakwayang, ragam jenis gerak sangat menentukan tipekarakter dan kepribadian persona. Bahasa rupa ‘gerak’yang semula merupakan tata ungkapan luar, melaluiperpindahan ruang dan waktu, akhirnya dapatdikembangkan melalui bahasa rupa ‘gerak’ wayangkulit bayangan di saat pergelaran (Roger Long, 1979).Dikelompokkan dalam tiga bagian penting: gestur(bahasa tubuh), transisi (peralihan satu gerakan kegerakan berikutnya) dan perang (adegan perang).Bahasa tubuh/gesture yang digunakan, diperlihatkandisetiap adegan adalah bahasa tubuh formal(Ismurdyahwati, 2007).

II. KAJIAN LITERATURHasil penelitian yang dilakukan A.K. Dewi

(2019) mengidentifikasi bahwa sumber literasi palingefektif untuk mendukung multiliterasi desain adalahgabungan dari beberapa modal literasi, yang bisaberupa multimodal antara sumber oral, audio, visual,spasial, gestural dan/atau audio visual seperti yangditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 2. Bentuk Media Paling Efektif sebagaiSumber Literasi (A.K. Dewi, 2019)

Temuan ini menguatkan bahwa multi modalliterasi dalam bentuk gambar (visual literacy), literasidasar (basic literacy), literasi media (media literacy)dan literasi teknologi (technology literacy) dapatmendukung sebuah saluran komunikasi menghasilkanpotensi melek aksara yang sanggup mengintegrasikan

Page 3: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

95

Transposisi Kreatif ‘Gerak’ dalam Film sebagai Identitas Kultural... - Agustina Kusuma Dewi, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

beragam sumber informasi sebagai dasar pengemasaninformasi yang kemudian disebarkan pada khalayak,termasuk dalam memaknai sebuah tanda kultural yangdidefinisikan sebagai sebuah stimulus untukmenunjukkan identitas kultural. Tiap simbol antaramasyarakat satu dan masyarakat lain akan berbedamaknanya ketika digunakan dalam berkomunikasi,termasuk di dalamnya berkaitan dengan bahasa,wacana dan tindakan-tindakan nonverbal (Littlejohn &Foss, 1996).

Berkaitan dengan produksi kode, HenrikGottlieb (2007) mengemukakan bahwa 1) Bahasamelalui kombinasi beragan tanda sensorik merupakan“komunikasi komunikatif yang tersusun sebagaisebuah sistem”; 2) Teks sebagai “kombinasi tanda-tanda sensorik yang membawa niat komunikatif”; dan3)Tranposisi sebagai “setiap proses, atau produkdaripadanya, di mana kombinasi tanda-tanda sensorikyang membawa niat komunikatif digantikan olehkombinasi lain yang mencerminkan, atau diilhami oleh,entitas asli”; sehingga dengan demikian transposisikreatif atas tanda dalam suatu medium akan secarakonsisten diubah bersama dengan pergeseran matrikssemiotika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasitransposisi kreatif ‘gerak’ wayang pada film ‘SetanJawa’ dalam posisinya sebagai kode kultural yangterkonvensi, ke dalam kategori intersemiotika yangmelibatkan unsur nonverbal (dever-balisasi) bersifatsupersemiotika artinya, makna disampaikan lebih darisekadar dua saluran; gambar dan gerak.

Posisi standar yang biasa digunakan dalamwayang, merujuk pada hasil penelitian Roger Long(1979) adalah sebagai berikut :1. Posisi lengan angapurancang, merupakan posisi

lengan pada tipe karakter yanglebih tenang.2. Posisi mathentheng merupakan posisi pada salah

satu lengan berada di lekuk pinggul, dengan gapitditancapkan pada debog. Bahasa tubuh inidigunakan oleh semua tipe karakter tokoh wayang,baik tokoh berwatak halus, berwatak gagah atautokoh berwatak kasar. Variasi dari posisi-posisi inibiasanya digunakan untuk yang memiliki karakterkeras kepala atau karakter-karakter yang sulitdiajak kompromi.

3. Posisi makidhupuh merupakan bahasa tubuh yangunik untuk posisi wayang kulit duduk bersimpuhatau duduk bersimpuh sambil berjalan, terjadi saattokoh dalam posisi bergerak (bersimpuh sambilberjalan) atau posisi makidhupuh sambilmenyembah.

4. Untuk versi yang lain mathentheng, merupakangerakan dasar untuk memulai berjalan. Posisimalang kadhak merupa-kan posisi dasar yangdiperlukan untuk gerakan berlari, berjalan, terbangatau perkelahian.Posisi malang kerik merupakanbahasa tubuh untuk menyatakan sikap melawan,sedangkan variasi yang lain kedua tangandiletakkan dipinggang, merupakan sikap bahasatubuh untuk bersiap-siap menyerang.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan studikasus dan analisis dokumentasi. Data yangdikumpulkan merupakan data terkait film ‘Setan Jawa’,serta data tambahan bagi penelitian yang diperolehdari studi literatur yang mendukung, berkaitan denganpenelusuran sejarah sinematik-orkestra, termasuk didalamnya juga multiliterasi visual dalam produk budayavisual, khususnya film. Data yang dibutuhkan untukanalisis relasi makna dalam penelitian ini akanmeliputi data referensi dan data visual.

Data referensi merupakan beragam penelitianyang memiliki irisan kesamaan dengan objek penelitianuntuk menjadi acuan penelitian, terutama dalammenentukan kerangka metodologis dan teoritispenelitian ini. Sumber referensi dalam analisisdokumentasi juga akan menentukan posisi penelitianterkait penentuan identifikasi masalah dan tujuanpenelitian, yang pengumpulan datanya akan dilakukansecara berkelanjutan sesuai dengan data penelitian.Data visual diperoleh dari dokumentasi berupapertunjukan sine-orkestra Film ‘Setan Jawa’.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi multiliterasi visual dalam era Revolusi4.0 dalam prosesnya yang dapat melahirkan karya-karya seni dan desain dengan kode-kode denganmakna ganda, memerlukan penguatan multiliterasiyang pada dasarnya hendak mempelajari bagaimanakemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).Terkait hal ini, tentunya, memaknai (to signify) dalamhal ini tidak dapat dicampuradukkan denganmengkomunikasi-kan (to communicate) (Kurniawan,2001). Ini berarti, salah satu kompetensi multiliterasivisual dalam film sebagai wujud produk budaya visualsebaiknya memiliki daya dalam mengkonstruksikemampuan pemahaman konseptual (conceptualunderstanding) penontonnya.

Berikut adalah hasil identifikasi transposisigerak wayang pada film ‘Setan Jawa’ yang diambil

Page 4: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

96

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

dari beberapa adegan penting dalam narasi film ‘SetanJawa’, yaitu adegan awal (mengisahkan kelahiran‘Setan Jawa’) serta adegan menuju klimaks (Ibu Asihmenolak lamaran Setio).

Tabel 3.1 Transposisi ‘Gerak’ Wayang padaFilm ‘Setan Jawa’

Sumber Gambar : Film ‘Setan Jawa’ karya GarinNugroho (2017); rujukan gerak wayang diadaptasi

dari Roger Long (1979)

Dari identifikasi transposisi gerak wayangpada film ‘Setan Jawa’, dapat diidentifikasi adanyabeberapa posisi khas sebagai berikut:1. Posisi malang kadhak diadaptasi dalam gesture

Setan Jawa saat kecil, yang divisualisasikanmelalui gerak tangan berupa bayangan di dinding

(serupa efek yang ditimbulkan dari blencong),merupakan posisi dasar untuk gerakan perkelahian.

2. Posisi makidhupuh yang divisualisasikan olehSetio dengan duduk bersimpuh dan dudukbersimpuh sambil berjalan.

3. Posisi mathentheng yang divisualisasikan oleh Ibudengan salah satu lengan berada di lekuk pinggul(lengan kanan), divariasi-kan dengan posisi malangkerik yang merupakan bahasa tubuh untuk menya-takan sikap melawan dan biasanya digunakanuntuk yang memiliki karakter keras kepala ataukarakter-karakter yang sulit diajak kompromi.

Transposisi kreatif ‘gerak’ wayang pada film‘Setan Jawa’ juga merepresentasikan berbagai sta-tus sosial dari setiap karakter. Intersemiotikaberpotensi membuka ruang bagi transposisi kreatif,transmutasi kode-kode budaya pada gambar dalamimaji film di lapis telaah filosofis yang lebih dalam.Setiap ‘gerak’ wayang yang ditransposisi menunjuk-kan bahwa cara kita bertindak dalam hidup tidakpernah konstan; tidak peduli apa, bagaimana ‘diri’bersosialisasi selalu dipengaruhi oleh di mana ruangtempat seseorang berada, dengan siapa bersama,dan kapan berada di sana. Goffman, mengadaptasiBurke, menyatakan bahwa dalam interaksi sosial,semua ‘diri’ adalah aktor dan dunia adalah panggung.

Pada film ‘Setan Jawa’, pesan dan maknatersebut dibaca melalui elemen-elemen visual teks filmyang dikonstruksi oleh keragaman penggunaan me-dium, seperti juga film-film Garin Nugroho lainnya, salahsatunya adalah Opera Jawa (R. Belasunda, et al,2014). Meski demikian, tanda-tanda yang terjalinmenjadi sebuah proses intersemiosis tentunya tidakdapat terlepas begitu saja dari pakem ‘gerak’ wayang,yang merepresentasikan pengahaya-tan ‘diri’ kulturJawa atas ragam tatanan relasi sosial yang dihadapipada kehidupan nyata, yang salah satu akarnyabermuara pada menjalankan prinsip rukun dan hormatyang memang menjadi ciri khas kepribadian orangJawa. Ini berarti, bahwa transposisi kreatif ‘gerak’ padafilm ‘Setan Jawa’ sebaiknya tidak melupakan ‘gerak’baik sebagai konteks actual-image dan/atau konsepyang bersifat transenden serta imaginary dalamkaitannya yang transenden dan yang imanen.

Melalui pendekatan sinematik-orkestra, film‘Setan Jawa’ dalam tur keliling dunia sanggupmembawa misinya sebagai medium edukasi budayaJawa pada penonton di luar Indonesia. Terkait hal ini,film ‘Setan Jawa’ memiliki kompetensi multiliterasi vi-sual sebagai salah satu solusi bagi kendala bahasadalam menyongsong era Indonesia 4.0 dengan

Gerak Wayang Transposisi Malang Kadhak, Malang Kerik

Makidhipuh

Mathentheng

Page 5: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

97

Transposisi Kreatif ‘Gerak’ dalam Film sebagai Identitas Kultural... - Agustina Kusuma Dewi, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

merujuk pada kompetensi khusus abad ke 21 menurutBinkley, dkk, dalam Abidin (2015) yakni : di antaranya(1) kreativitas dan inovasi, (2) metakognisi, (3)komunikasi, (4) kolaborasi, (5) literasi informasi, (6)literasi teknologi informasi dan komunikasi, (7) sikapberkewarganegaraan, (8) responsibilitas personal dansosial, termasuk kesadaran atas kompetensi danbudaya (Abidin, 2015).

V. KESIMPULAN

‘Gerak’ wayang menunjukkan deskripsikonseptual ‘diri’ mereka sebagai orang Jawatergambarkan dalam frase-frase menurut ungkapanmasing-masing. Dalam hal penghayatan ‘diri’ dikehidupan nyata, subjek mengimplementasikan apayang mereka konsepkan sebagai karakteristik dari ‘diri’masing-masing ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari, terwujudkan melalui salah satunya adalah geraktubuh.

Dalam film, kemunculan transposisi kreatifmenghasilkan makna dengan modifikasi luas, yangjuga merupakan sarana mengadaptasi penempatanbahasa sumber dalam konteks baru untuk tujuantertentu, subversi bahasa verbal, proses intersemiosis,yang merujuk pada operasi metalinguistik searah dimana karakter linguistik telah dipindahkan atau diubahsecara kreatif menjadi elemen kode dan non-linguistik.

Dengan pendekatan sinematik-orkestra yangmemadukan beragam tanda-tanda literasi mulai darigerak, bunyi, kata-dan-gambar, sistem konstruksi vi-sual pada film ‘Setan Jawa’, meskipun merupakan filmbisu, namun mengandung pendekatan literasi (literacyapproach) dengan dimensi pembelajaran multiliterasiyang dapat menggabungkan multi modal literasi baiksumber oral, audio, visual, spasial, gestural dan/atauaudio visual dalam penerapannya pada film sebagaisaluran komunikasi visual.

Dalam film ‘Setan Jawa’, potensi ini kemudian,menjadi sebuah tawaran baru, sebuah estetika khasbagi pengembangan multiliterasi visual untuk mencapaikom-petensi yang dibutuhkan pada Indonesia 4.0 yaituKompetensi Pemahaman Konsep (Conceptual Under-standing) berhubungan dengan kemampuan seseoranguntuk memiliki pemahaman tentang berbagai ilmupengetahuan, Kompetensi Berpikir Kritis (CriticalThinking) merupakan kemampuan mendayagunakankemampuan berpikir dan kemampuan menalar danmemberikan apresiasi, dalam hal ini, adalah berkaitandengan identitas kultural etnis tertentu yangmengandung nilai-nilai luhur falsafah hidup yang harus

ditransmisikan antar generasi dalam ragam tatananinteraksi sosial dalam masyarakat.

Meski demikian, masih dibutuhkan penelitianlebih lanjut sebagai kajian mendalam pada area ‘gerak’sebagai kode dalam film yang menentukan modelbudaya tertentu; dalam hal ini, kode gerak pada film‘Setan Jawa’ sebagai sarana wacana edukasi budayadan diskursus budaya tentang identitas budaya etnisJawa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. Z. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi,Konsep, dan Aplikasi, Bandung: PustakaSetia.

Belasunda, R. et al. (2014). Hibriditas Medium padaFilm Opera Jawa Karya Garin Nugrohosebagai Sebuah Dekonstruksi. ITB J. Vis.Art & Des, Vol. 6, No. 2, 2014, 108-129Received July 2nd, 2012, Revised Septem-ber 27th, 2013, Accepted for publicationJanuary 16th, 2014, ISSN: 1978-3078, DOI:10.5614/itbj.vad. 2014.6.2.3.\

Dewi, A.K. (2019). Pengembangan KompetensiMultiliterasi Desain Berbasis PadaPenerapan Tradisi Komunikasi di Era Indo-nesia 4.0, Jurnal Desain Indonesia, Vol 1No 1 (2019), 1-6 [Jurnal Online].

Gottlieb. H. (2007). Multidimensional translation: Se-mantics turned semiotics. In S. Nauert & HGerzymisch-Arbogast (Eds.), Proceedingsof the Marie Curie Euroconferences MuTra:Challenges of multidimensional translation,[Online] EU-High-Level Scientific ConferenceSeries, Available http://www.eurocon-ferences.info/proceedings/2005_Proceed-ings/2005_Gottlieb_Henrik.pdf, pp. 1-29.

Goffman, E. (1959). The Presentation of Self in Ev-eryday Life, London: Penguin Group.

Ismurdyahwati. (2007). Kajian Bahasa Rupa BerdasarRekaman Video Pergelaran Wayang KulitPurwa dalam Lakon ’Parta Krama’,J. Vis.Art. ITB, Vol. 1 D, No. 3, 2007, pp. 364-390.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (1996). Theories ofHuman Communication, Wadsworth Pub-lishing Company.

Page 6: TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI …

98

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Long, R. (1979). The Movement System in JavaneseWayang Kulit in Relation to Puppet ShadowType.Ph.D., University of Hawaii, LampiranC.

Sugiharto, B. (ed.). (2013). Untuk Apa Seni?, Bandung:Matahari.

Daftar Gambar dari Internet

Gambar 1 Dokumentasi Pertunjukan Film Sine-Orkestra ‘Setan Jawa’ Diakses dariwww.facebook.com/setanjawamovie padatanggal 29 Mei 2019.

Gambar 2 Bentuk Media Paling Efektif sebagaiSumber Literasi (A.K. Dewi, 2019)