transaksi berjaminan

Upload: januar-abdul-razak

Post on 01-Mar-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas transaksi berjaminan Pasca Sarjana FH UI

TRANSCRIPT

1. Titel eksekutorial merupakan hal yang harus tercantum dalam sertifikat fidusia. Titel Eksekutorial yang berbunyi DEMI KETUHANAN YANG MAHA ESA memang merupakan simbol bahwa suatu dokumen atau naskah memiliki kekuatan eksekusi (pelaksanaan secara paksa) dengan bantuan alat negara. Dokumen atau naskah tersebut dalam Lembaga fidusia ialah sertifikat fidusia, Atas adanya titel eksekutorial tersebut si pemegangnya dapat mengajukan permohonan pelaksanaan secara paksa kepada pengadilan dan pengadilan akan melaksanakannya melalui prosedur eksekusi.Dasar Hukum dari Kewajiban penulisan Titel Eksekutorial dalam Sertifikat Fidusia dituangkan dalam Pasal 15 UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berisi:1) Dalam sertifikat Jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) dicantumkan kata-kata " DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".2) Sertifikat Jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. Titel eksekutorial bukan hanya terdapat dalam putusan pengadilan, melainkan juga terdapat dalam akta-akta otentik dalam hal ini ialah Sertifikat Fidusia, Dasar Hukum dalam HAPER bagi Ketua PN untuk membuat penetapan eksekusi terhadap sertifikat Fidusia ialah Pasal 224 HIR/258 Rbg atau dikenal dengan Grosse Akte. Yang dimana pasal 224 HIR mengatakan Surat asli dari pada surat hipotek dan surat hutang yang diperkuat di hadapan notaris di Indonesia dan yang kepalanya memakai perkataan "Atas nama Undang-undang" berkekuatan sama dengan putusan hakim

3. Menurut pendapat saya, pelaksanaan Parate Eksekusi yang diterapkan pada Lembaga Fidusia dalam prakteknya belum berjalan sesuai dengan amanat UU Jaminan Fidusia dikarenakan masih perlunya fiat eksekusi dari Hakim PN untuk melaksanakan eksekusi. Pelaksanakan parate eksekusi pada prakteknya tidak dapat dilaksanakan dengan baik pada lembaga fidusia karena untuk pelaksanaannya tetap harus memperoleh fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri terlebih dahulu untuk melakukan proses pelelangan, disamping itu proses yang diperlukan untuk sampai pada tahap pelelangan juga sangat panjang sedangkan pada umumnya kredit dengan jaminan fidusia adalah kredit denga jangka pendek dan plafonnya tidak terlalu besar. Hal ini berbeda dengan hal-hal yang telah diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia bahwa untuk pelaksanaan parate eksekusi dapat dilakukan secara langsung melalui pelelangan umum dengan memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) dengan dicantumkannya kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Jadi, dalam praktek apabila debitur cidera janji untuk terlaksananya parate eksekusi tetap melalui prosedural gugatan ke Pengadilan Negeri yang tentunya memakan waktu serta biaya yang cukup besar. Oleh karena itu saya juga berpendapat bahwa revisi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia diperlukan sebagai salah satu alternatif untuk mengantisipasi kendala eksekusi. Ketentuan serta pengaturan lebih lanjut secara tegas mengenai pelaksanaan parate eksekusi sehingga dapat dilaksanakan tanpa memerlukan fiat eksekusi serta prosedur gugatan ke pengadilan yang berbelit-belit sehingga dapat tercipta eksekusi jaminan fidusia yang cepat, mudah dan sederhana sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang Jaminan Fidusia dan juga dapat memperlancar kegiatan perekonomian dan mengurangi berlarut-larutnya proses penyelesaian kredit macet di Indonesia.