traktus pyramidalis dan exstrapyramidalis
TRANSCRIPT
Traktus pyramidalis dan exstrapyramidalis
Di dalam perjalanannya implus motorik dibagi menjadi dua bagian, yaitu upper motor neuron yang menghantarkan implus dari pusat motorik di cortex cerebri sampai batas synapsis cornu anterior medulla spinalis dan lower motor neuron yang menghantarkan implus dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke otot.Dalam pembahasan upper motor neuron ini akan penulis singgung tentang tractus pyramidalis, tractus extrapyramidalis serta stimulasi tractus pyramidalis dan tractus extrapyramidalis.1) Tractus pyramidalis Adalah serabut – serabut saraf motoris central yang tergabung dalam suatu berkas yang berfungsi menjalarkan implus motorik yang disadari.Tractus ini membentuk pyramidal pada mendulla oblongata dan karena itu dinamakan system pyramidal turun dari kapsula interna daeri cortex cerebri. Kira –kira 80 % serabut – serabut ini menyilang garis tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk tractus corticospinalis lateralis, sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior.2) Tractus extrapyramidalis Sistem tractus extrapyramidalis dapat dianggap suatu system fungsional dengan tiga lapisan integrasi, yaitu cortical, striatal (basal ganglia) dan tegmental (mesensephalon). Fungsi utama dari extrapyramidalis berhubungan dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap dan integrasi otonom.(Chusid.1993)3) Stimulasi dari tractus pyramidalis dan extrapyramidalisSistem pyramidalis dan extrapyramidalis menurut John Chas pada tahun 1975, bekerja bersama – sama untuk memberikan pola gerakkan yang berupa gerak sinergis yang benar dan reaksi postural. Ada beberapa teori yang menjelaskan terjadinya gerakan volunter, yaitu (1) permulaan keinginan/ide untuk bergerak,(2) stimulasi dari motoneuron,(3) perubahan atau kotrol inhibisi dari antagonis,(4) aktifitas dari sinergis dan otot fiksator,(5) penyesuaian postur dan perubahan pola postur untuk membuat gerakan yang diinginkan.Pada pyramidalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area centrocephal.Jika tractus ini bekerja sendirian tanpa bantuan dari system extrapiramidalis, maka gerakan yang dihasilkan akan cenderung menjadi gerakan yang tidak beraturan. Dapat dikatakan bahwa tractus pyramidalis akan membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh pada kumpulan motoneuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan aktifitas yang tidak diinginkan
http://www.infofisioterapi.com/blog/arti-sistem-saraf-piramidalis.html
TRAKTUS PIRAMIDALIS
PENDAHULUAN
ANATOMI
Traktus piramidalis, menurut Turek adalah traktus yang lewat di piramida medulla
oblongata.
Bila kita berpegang teguh pada definisi tersebut, maka sununan ekstrapiramidal
adalah semua susunan jaras-jaras dan nuclei yang terletak di luar susunan piramidal.
Filogenetik traktus piramidalis itu adalah suatu traktus yang baru. Bahkan Brouwer
mengatakan bahwa traktus piramidalis itu adalah suatu tambahan filogenitik baru
pada susunan saraf pusat. Traktus piramidalis hanya ditemukan pada mamalia.
Traktus piramidalis ini tidak didapatkan pada ikan, amfibia, reptilia atau pada burung.
Hanya burung kakak tua memperlihatkan suatu traktus mulai di korteks serebri turun
sampai di medulla spinalis. Ini diberi nama serabut-serabut kortiko-septo-mesensefalo-
spinalis dari Kalisner. Ariens Kappers berpendapat bahwa serabut-serabut Kalisner ini
adalah analogen avian dari traktus piramidalis pada mamalia.
Traktus piramidalis pada mamalia yang rendah tidaklah sama dengan traktus
piramidalis mamalia yang filogenetiknya lebih tinggi tingkatnya. Pada rodentata
misalnya kita lihat, bahwa traktus piramidalis sesudah dekusasio menjadi terletak di
funukulus posterior.
Pada primata dan manusia, sebagian besar traktus piramidalis berada di funikulus
lateralis. Hanya sebagian kecil traktus piramidalis itu berada di funikulus anterior.
Kita lihat, bahwa ada serabut-serabut yang telah menyilang di daerah pons dan
kemudian ke jurusan kaudal bersama-sama dengan traktus spinalis nervi trigemini.
Serabut-serabut ini, yang dinamai traktus dari Pick, kemudian di daerah servikal
menjadi satu dengan traktus kortiko-spinalis lateralis.
Sewaktu-waktu terlihat bila berkas-berkas dari traktus piramidalis yang jalan bersama-
sama dengan lemniskus medialis (“pedes lemnisci”). Pada dekusasio piramidorum
sewaktu-waktu tampak traktus piramidalis yang menyilang secara menyeluruh, tetapi
sebaliknya ada pula traktus piramidalis yang sama sekali tidak menyilang. Keganjilan-
keganjilan ini akan dapat kita pahami, bila kita sadari, bahwa traktus piramidalis
adalah suatu tambahan filogenetik baru, yang harus mencari jalannya sendiri diantara
susunan-susunan ekstrapiramidal yang filogenetik adalah lebih tua.
Susunan filogenetik tua terdiri atas susunan-susunan neuron yang pendek, sedangkan
susunan filogenetik muda terdiri atas neuron-neuron yang panjang, seperti kita lihat
misalnya pada traktus kortiko-spinalis. Tetapi di dalam traktus piramidalis sendiri
terdapat beberapa serabut yang bila dilakukan ablasi dari korteks serebri tidak
memperlihatkan degenerasi sama sekali.
Serabut-serabut ini rupanya berasal dari neuron-neuron yang pendek. Traktus
piramidalis itu selain memiliki suatu susunan yang benar-benar baru, saat
perkembangannya telah pula merangkul beberapa serabut yang filogenetik tua ke
dalamnya. Dengan demikian traktus piramidalis terdiri atas susunan piramidalis sejati
dan beberapa serabut “ekstrapiramidal”. Terutama di kapsula interna terdapat cukup
banyak serabut ekstrapiramidal yang jalan bersama-sama dengan traktus kortiko-
spinalis. Keadaan ini mengakibatkan, bahwa suatu lesi di kapsula interna akan
menimbulkan kerusakan pada susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis. Lesi yang
demikian akan memperlihatkan suatu sindrom“upper motor neuron”. (1,2,3)
Susunan kortikofugal terdiri dari bagian frontofugal, sentrofugal, dan bagian
temporofugal.
Di dalam bagian frontofugal, di samping serabut-serabut frontopontinus, ditemukan
pula serabut-serabut frontospinalis. Di dalam bagian sentrofugal terletak serabut-
serabut sentropontinus dan serabut-serabut sentrospinalis.
Serabut-serabut frontospinalis dan serabut-serabut sentrospinalis bersama-sama
membentuk traktus piramidalis. Tetapi traktus piramidalis ini selain mengandung
serabut-serabut kortikospinalis seperti diuraikan di atas, mengandung pula beberapa
serabut-serabut halus yang berasal pada inti-inti subkortikal.
Di medulla oblongata, traktus piramidalis menjadi menjadi suatu lintasan yang kompak
dan lewat di piramis (oleh karena itu traktus ini dinamakan traktus piramidalis). Di
perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, sebagian besar (85%) dari
traktus piramidalis menyilang ke sisi yang lain, dan menduduki suatu daerah di
funukulus lateralis. Traktus ini dinamakan traktus piramidalis lateralis. Serabut-
serabut kortikospinalis yang tidak menyilang melanjutkan perjalanannya di bagian
medial dari funukulus ventralis. Traktus ini dinamakan traktus piramidalis ventralis.
Tempat penyilangan dari serabut-serabut piramidalis itu disebut dekusasio
piramidorum. (1)
PATOLOGI
Manifestasi akibat lesi pada sistema piramidalis dapat berupa kelumpuhan berat,
sedang dan ringan, atau konvulsi. Yang pertama adalah manifestasi insufisiensi atau
defisiensi kegiatan sistema dan yang kedua merupakan manifestasi perangsangan
terhadap sistema piramidalis. Kelumpuhan yang ringan (paresis ringan) berarti, bahwa
kekuatan tenaga otot berkurang sehingga mengganggu segi ketangkasan gerak otot.
Pada konvulsi, gerak otot muncul secara serangan tanpa dikehendaki. (3,4)
Konvulsi yang diakibatkan oleh lesi di sistema piramidalis berbeda dengan konvulsi
pada epilepsy. Pada epilepsy umumnya tidak hanya neuron-neuron piramidalis saja
yang terangsang secara menyeluruh, tetapi sebenarnya semua neuron yang berada di
korteks serebri.
Faktor yang menentukan manifestasi perangsangan, karena apa yang satu
menimbulkan konvulsi dan yang lain automatismus, adalah intensitas dan cara gaya
sarafi merangsang korteks piramidalis. Intensitas yang tinggi dan gaya yang serentak
merangsang korteks piramidalis membangkitkan konvulsi. Sedangkan intensitas gaya
sarafi yang sedang dan cara perangsangan dengan sumasi temporal akan
membangkitkan automatismus. (2,3,4)
Kelumpuhan akibat lesi pada sistema piramidalis mempunyai berbagai macam corak
yang ditentukan oleh lokalisasi dan sifat lesi. Namun demikian, semua kelumpuhan
tersebut diiringi oleh tanda-tanda khas yang dikenal sebagai tanda-tanda “upper
motoneuron” (UMN).
Tanda-tanda kelumpuhan UMN adalah: (1) tonus otot meninggi, (2) hiperrefleksi, (3)
klonus, (4) refleks patologis, (5) tidak ada atrofi pada otot-otot yang lumpuh, (6) refleks
automayismus spinalis.
Semua jenis kelumpuhan yang timbul akibat kerusakan korteks piramidalis dan jaras
kortiko-spinalis, menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan UMN. Tergantung pada gejala
motorik tambahan atau gejala sensorik pengantar, maka terdapatlah gambaran
penyakit kelumpuhan yang dapat dikorelasikan dengan lokasi suatu lesi.
Jenis atau sifat lesi yang dapat menimbulkan kelumpuhan piramidalis adalah: (1) lesi
vaskuler, (2) lesi akibat proses desak ruang, (3) perdarahan, (4) infeksi, (5) degenerasi,
(6) trauma atau lesi mekanik.
Berdasarkan tempat lesi, maka kelumpuhan piramidalis terdiri atas: (1) kelumpuahan
akibat lesi di korteks piramidalis, (2) kelumpuhan akibat lesi di kapsula interna, (3)
kelumpuahn akibat lesi di batang otak, (4) kelumpuhan UMN pada lesi di medulla
spinalis. (2,3)
DAFTAR RUJUKAN
1. Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 1 – 4.
2. Http://www.yahoo.net/seach/cache?/neuro24.de/hirntraktus_piramidalis.htm
3. Http://www.yahoo.net/search/cache?/angelfire.com/nc/neurosurgery/Topik.html .
4. Mardjono M, Sidharta P. Sarafotak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis Dasar.
Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2000: 19 – 40.
http://dokmud.wordpress.com/2009/10/23/traktus-piramidalis/