tradisi pulang tige ari dalam adat betawi (telaah etnografi hukum islam … · 2018-10-02 · putri...

101
TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM DI SETU BABAKAN JAGAKARSA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: PUTRI SHAFWATIL HUDA 1112044100039 P R O G R A M S T U D I H U K U M K E L U A R G A KONSENTRASI PERADILAN AGAMA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H/2017 M

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI

(TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM

DI SETU BABAKAN JAGAKARSA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

PUTRI SHAFWATIL HUDA

1112044100039

P R O G R A M S T U D I H U K U M K E L U A R G A

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H/2017 M

Page 2: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah
Page 3: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah
Page 4: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah
Page 5: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

v

ABSTRAK

Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat

Betawi (Telaah Etnografi Hukum Islam Di Setu Babakan Jagakarsa), Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta 1437 H/2016 M, 85 Halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal muasal tradisi Pulang Tige Ari, untuk

mengetahui apa saja yang dilakukan dalam tradisi Pulang Tige Ari dan untuk mengetahui

pandangan hukum Islam tentang tradisi Pulang Tige Ari.

Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan pendekatan

Etnografis. Penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field

research), dan merupakan kelanjutan dari penelitian deskriptif yang bertujuan bukan hanya

sekedar memaparkan karakteristik saja, melainkan juga menganalisa dan menjelaskan

mengapa dan bagaimana hal itu terjadi. Kriteria data yang didapatkan berupa data primer dan

sekunder dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

studi dokumentasi dan studi pustaka.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa asal muasal tradisi Pulang

Tige Ari dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, Arab, Eropa dan India. Tahapan yang

dilakukan mulai dari penjemputan oleh pihak keluarga laki-laki, lalu dilanjutkan dengan

acara perayaan, kemudian terjadi hubungan suami-istri, adanya simbol yang menandakan suci

atau tidak pengantin perempuan, dan terakhir acara selamatan untuk mengucap rasa syukur

karena pengantin perempuan masih suci. Tradisi ini pada dasarnya tidak bertentangan dengan

hukum Islam, karena ini merupakan bagian dari adat. Masyarakat Betawi identik dengan

Islam dan tidak ada masyarakat Betawi yang tidak Islam (non muslim). Tradisi berangkat dari

sumber agama yaitu Islam. Oleh sebab itu tradisi-tradisi di masyarakat Betawi di perbolehkan

dan tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Kata Kunci : Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah Etnografi

Hukum Islam Di Setu Babakan Jagakarsa).

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sofyan, S.H., M.Ag., M.H.

Daftar pustaka : 1982 sampai 2016.

Page 6: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan

penulis banyak sekali rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan baginda

Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi terakhir serta manusia yang paling mulia.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah banyak

membantu penulis baik dari segi moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, S.Ag., MA., Ph.D., Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Unversitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Keluarga yang selalu

memerikan pelayanan terbaik serta motivasi-motivasi kepada penulis.

3. Arip Purkon, M.A., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga yang selalu

memberikan pelayanan terbaik.

4. Dr. H. Yayan Sofyan, S.H., M.Ag., M.H., Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga serta fikirannya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. JM. Muslimin, MA., Ph.D., Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan

waktu, tenaga serta fikirannya untuk membimbing serta memotivasi penulis.

6. Perpustakaan Umum, Perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Nasional, serta Lembaga Kebudayaan Betawi yang telah membantu

dalam menyediakan bahan-bahan referensi skripsi ini.

7. Bapak Yahya Andi Saputra, Prof. Dr. Murodi, MA., Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag.,

yang telah meluangkan waktu dan fikirannya untuk menjadi narasumber skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Lingkungan Program Studi Hukum Keluarga yang

dengan sabar telah memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.

9. Secara khusus penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Ayahanda

H.M. Yazid Ya’qub dan Ibunda Hj. Majidah yang telah memberikan dukungan moril

dan materil, yang senantiasa dengan tulus memberikan motivasi dan bimbingan serta

mendoakan penulis.

Page 7: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

vii

10. Kakak tercinta Fajrul Islamy AB, S.H., dan adik tercinta Nailah Rizkia yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil, kepada kelurga besar penulis yang

senantiasa memberikan motivasi.

11. Teman-teman Peradilan Agama 2012, khususnya Aisyah, Nafis, Nanik Sarifah, Nisa,

Fida, Deza, April, Iffa, Syah ul, Ridwan serta keluarga Peradilan Agama kelas A yang

telah memberikan semangat untuk penulis.

12. Sahabat-sahabatku Windy Tri Kurniawati dan Sahara Indah Sari yang telah

memberikan dukungan dan semangat.

13. Teman-teman IKPA BAZIS Provinsi DKI Jakarta, khusunya BAZIS Jakarta Selatan.

14. Tak terlupakan pula terima kasih kepada semua yang telah berjasa membantu dalam

pembuatan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak

mengurangi rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya.

Semoga segala kebaikan dan sumbangsinya dicatat sebagai amal ibadah dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 10 Jumadil Awwal 1438 H

09 Januari 2017

Page 8: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................7

C. Pembatasan Masalah....................................................................................7

D. Perumusan Masalah.....................................................................................7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................8

F. Review Studi Terdahulu..............................................................................8

G. Metode Penelitian......................................................................................11

H. Sistematika Penulisan................................................................................14

BAB II ISLAM DAN BUDAYA.................................................................................16

A. Antropologi................................................................................................16

B. Perubahan Sosial dan Budaya....................................................................22

C. Fungsi Budaya Bagi Masyarakat...............................................................31

D. Budaya dan Islam......................................................................................33

E. Islam dan Betawi.......................................................................................35

BAB III ISLAM DAN BETAWI DALAM PERKAWINAN....................................40

A. Lamaran.....................................................................................................41

B. Pernikahan.................................................................................................47

C. Acara Setelah Pernikahan..........................................................................52

BAB IV TRADISI PULANG TIGE ARI DI SETU BABAKAN JAGAKARSA...57

A. Profil Setu Babakan Jagakarsa..................................................................57

Page 9: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

ix

B. Pulang Tige Ari.........................................................................................68

C. Analisis Penulis.........................................................................................73

BAB V PENUTUP.......................................................................................................77

A. Kesimpulan................................................................................................77

B. Saran-Saran................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................81

LAMPIRAN............................................................................................................................85

1. Wawancara dengan Budayawan Yahya Andi Saputra Mengenai Tradisi Pulang Tige

Ari.

2. Wawancara dengan Akademika Prof. Dr. Murodi, MA. Mengenai Tradisi Pulang Tige

Ari.

3. Wawancara dengan Ahli Hukum Islam Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, MA. Mengenai

Tradisi Pulang Tige Ari.

Page 10: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang dibangun oleh pilar-pilar keragamana. Baik

itu etnik, budaya, adat maupun agama. Agama di Indonesia hadir dan berkembang

dengan segala norma yang mengikat setiap penganutnnya. Selanjutnya, norma ini

mulai menyerap dalam institusi masyarakat.1

Masyarakat muslim, diatur perilakunya oleh hukum Islam. Baik itu yang

berkaitan dengan hubungan sosial, maupun hubungan vertikal. Titik fungsional

hukum Islam terus-menerus membentuk struktur sosial masyarakat muslim dalam

menjalani kehidupan sosialnya. Jika ditelisik mendalam, hukum Islam mempunyai

perbedaan dengan hukum yang ada dalam masyarakat. Hukum Islam adalah

peraturan yang didatangkan dari langit, lewat kreasi intelektual para ulama fikih,

dengan memahami pesan yang tertulis dalam Alquran maupun Sunnah. Kreasi

intelektual itu bersifat nisbi, terkait dengan kemampuan nalar para ulama fikih,

sekaligus perubahan sosial yang ada ketika hukum Islam itu lahir.2

Hukum Islam merupakan kata majemuk yang asalnya terdiri dari kata

“hukum” dan “Islam”. Hukum, pertama; hukum adalah peraturan yang dibuat oleh

suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak.

Kedua; segala undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur

1 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, (Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2011), h. 11. 2 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, h. 12.

Page 11: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

2

pergaulan hidup dalam masyarakat. Kata “Islam” diartikan agama yang diajarkan

oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi hukum Islam adalah sebagai peraturan

tentang tingkah laku manusia mukallaf (layak dituntut hukum) yang diakui dan

diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam berdasarkan Alquran-

Hadits.3

Yang terpenting adalah syariah atau syariat Islam, fikih Islam dan undang-

undang Islam. Berbeda dengan semua sistem hukum yang lain, yang sumber

hukumnya semata-mata berdasarkan tradisi dan atau budaya dalam hal ini akal

pikiran para pembentuk undang-undang, sistem hukum Islam selalu dan

selamanya bersumberkan wahyu Ilahi dalam hal ini terutama Alquran yang

kemudian diikuti Hadits dan baru digali serta dikembangkan lebih lanjut oleh para

ahli hukum Islam melalui literatur fikih para fuqaha.4

Hukum Islam, fikih atau syariat Islam merupakan sebuah jalan atau

ketentuan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan

manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.

Hukum tersebut pada hakikatnya mewujudkan kemaslahatan dan kebaikan hidup

manusia, baik individual maupun sosial.5

Kedatangan Islam tersebar ke seluruh Indonesia, salah satunya di Jakarta.

Masyarakat yang mendiami wilayah Jakarta sejak dulu dikenal dengan sebutan

etnis Betawi. Tidak dapat dipungkiri bahwa etnis Betawi memiliki ketaatan yang

3 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, (Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2011), h. 12. 4 Muhammad Amin Suma, Kedudukan dan Peranan Hukum Islam di Negara Hukum

Indonesia, (Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2009), h. 19. 5 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, h. 14.

Page 12: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

3

fanatik terhadap ajaran Islam dan perasaan anti Barat yang kuat. Kuatnya

pengaruh Islam dan sentimen anti Barat pada pertengahan abad ke-19 itu dapat

disebabkan oleh perkembangan dakwah Islam yang semakin meningkat terutama

dengan munculnya sejumlah ulama dan habaib terkemuka.6

Persentuhan Islam dengan budaya Betawi tanpa menimbulkan konflik. Hal

ini bisa terjadi karena Islam yang hadir di Betawi lebih bermadzhab Syafi’i dan

berfaham Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang cendrung lebih toleran dan inklusif

serta menghargai budaya dan tradisi lokal. Oleh karenanya dapat dipahami bila

organisasi Islam modernis dan Organisasi Islam yang berfaham Wahabi kurang

mengakar di kalangan masyarakat Betawi karena organisasi tersebut kerapkali

mengecam apa yang dinamakan TBC (tahayul, bid’ah dan khurafat). Kecaman

tersebut dalam banyak hal tertuju pada budaya dan tradisi Betawi yang beberapa

hal bersentuhan dengan tahayul, bid’ah dan khurafat.7

Pengaruh dalam hal agama dan hal keyakinan bisa dikatakan bahwa

masyarakat Betawi adalah masyarakat yang memegang keislaman dengan begitu

kuat. Dari ke-Islaman orang Betawi ini lahirlah kebudayaan Islam Betawi yang

mewarnai siklus hidup orang Betawi, sejak dalam kandungan sampai kematian.8

Oleh sebab itu ada pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada orang Betawi

6 Ahmad Fadli HS, Ulama Betawi (Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi Dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad Ke-19 Dan 20), (Jakarta: Manhalun Nasyi-in

Press, 2011), h. 57. 7 Ahmad Fadli HS, Ulama Betawi (Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi Dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad Ke-19 Dan 20), h. 62. 8 Anisa. “Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan Betawi” artikel diakses pada 18

November 2008 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/08/11/17/15092-kebudayaan-islam-betawi-dulu-kini-dan-esok.

Page 13: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

4

yang bukan beragama Islam. Jika ada, maka orang tersebut bukan lagi orang

Betawi.

Indonesia sebagai Negara multikultural tentu memiliki tradisi pernikahan

yang berbeda–beda dalam setiap suku. Tak terkecuali pada Tradisi Pernikahan

adat Betawi. Etnis Betawi yang berdomisili di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan

sekitarnya tentu memiliki Tradisi pernikahan yang berbeda dari Tradisi

Pernikahan dari Etnis yang lain.9

Masyarakat betawi adalah suatu masyarakat yang mendiami suatu daerah

Jakarta pada masa mulai berdirinya Jayakarta akibat takluknya Bangsa Portugis,

wilayah Batavia pada mulanya hanya berkisar pada daerah yang menurut Ridwan

Saidi hanya sekitar kali sentries.10

Kebudayaan masyarakat Betawi yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-

kebudayaan asing seperti kebudayaan Arab, Cina, dan Belanda, ataupun

kebudayaan-kebudayaan yang masuk dari wilayah Indonesia itu sendiri seperti

Makasar, Sunda, dan Jawa hanya menjadi corak berorentasi kepada etika Islam.11

Adat pernikahan yang masih ada hingga saat ini salah satunya diperlihatkan

oleh adat pernikahan masyarakat Betawi. Sebagai suatu kelompok etnik,

masyarakat etnik, masyarakat Betawi pun memiliki berbagai atribut budaya

9 Fajar Pratiwi, “Tindak Tutur Komunikasi Pada Upacara Pernikahan Adat Betawi (Studi

Fenomenologi Linguistik Dengan Pendekatan Analisis Percakapan Tentang Tindak Tutur

Komunikasi Pada Tradisi Berbalas Pantun Dalam Upacara Pernikahan Adat Betawi)”, (Skripsi

S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2014), h. 3. 10

Ridwan Saidi, Babad Tanah Betawi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), h. 153. 11

Soebakti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: Pradya Paramita,

1983), h. 18.

Page 14: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

5

sendiri sebagai manifestasi keberadaannya, termasuk adat istiadat dalam

perkawinan.12

Adat dan upacara perkawinan pada masyarakat Betawi dilakukan melalui

beberapa proses sesuai dengan tahapan yang mengawalinya. Tahapan-tahapan

tersebut diawali dengan masa perjumpaan dan pendekatan, lamaran sampai

dengan aqad nikah yang merupakan resminya seorang pemuda dan seorang gadis

menjadi suami istri serta pesta yang melengkapinya.13

Salah satu prosesi yang ada di adat Betawi adalah “Pulang Tige Ari”.

Acara penganten pulang tige ari ini berlangsung setelah Tuan raje Mude

bermalam beberapa hari di rumah None Penganten.14

Acara Pulang Tige Ari

(Pulang Tiga Hari) ini tidak mutlak bahwa setelah tiga hari mereka akan dijemput.

Dahulunya memang demikian akan tetapi pada masa menjelang kemerdekaan

Pulang Tige Ari tersebut dapat berlangsung sesudah satu minggu atau lebih.15

Untuk keperluan acara Pulang Tige Ari ini utusan yang bertindak sebagai

wakil keluarga pengantin laki-laki akan datang menjemput pengantin perempuan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sebelum berangkat ke rumah

mertuanya pengantin perempuan diberi wejangan bagaimana seharusnya ia

berperilaku di rumah suaminya nanti.16

12

Lembaga Kebudayaan Betawi, Upacara Perkawinan Adat Betawi, (Jakarta: Lembaga

Kebudayaan Betawi, 1994), h. 1. 13

Lembaga Kebudayaan Betawi, h. 12. 14

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 66. 15

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 30. 16

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, h. 30.

Page 15: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

6

Disamping wejangan-wejangan tersebut yang khusus dan penting adanya

suatu kebiasaan yaitu dimana di kamarnya akan diletakkan seperangkat kotak sirih

komplit dengan isinya dan selembar kain putih. Ini menandakan bahwa pada

malam ini dianjurkan sebaiknya ia sudah “menerima” suami nya.

Dalam adat Betawi ini mengharuskan jika pada malam itu telah terjadi

“kumpul” antara keduanya, pada pagi hari suaminya akan mengeluarkan kotak

sirih dan meletakkan di sisi luar pintu kamar. Jika alat penumbuk sirih diletakkan

miring atau tergeletak di antara perlengkapan lainnya, itu mengisyaratkan bahwa

None Penganten benar-benar gadis suci ketika memasuki mahligai pernikahan.

Sebaliknya jika tempat sirih dikeluarkan dalam keadaan sama seperti dimasukkan,

berarti None Penganten bukan gadis lagi tatkala memasuki mahligai pernikahan.17

Sehubungan dengan praktek perkawinan adat betawi yang sudah

dijelaskan diatas terkait masalah Tradisi Pulang Tige Ari dalam Adat betawi

penulis ingin melakukan penelitian yang diberi judul “TRADISI PULANG

TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM

ISLAM DI SETU BABAKAN JAGAKARSA)”.

Penelitian ini penting dilakukan karena banyak masyarakat banyak yang

kurang memahami terkait masalah salah satu tradisi pernikahan dalam adat

Betawi. Hal ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang

ditimbul di masyarakat selama ini.

17

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 67.

Page 16: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

7

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah dalam pernikahan budaya Betawi bertentangan dengan syariat

Islam?

2. Mengapa Betawi identik dengan Islam?

3. Apa saja budaya Betawi yang harus dilakukan seseorang ketika hendak

ingin menikah?

4. Apakah budaya Betawi dipengaruhi oleh budaya negara lain?

5. Adakah hari baik yang dipercaya masyarakat Betawi dalam

melangsungkan pernikahan?

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasannya tidak melebar, penulis membatasi hanya membahas

seputar Tradisi Pulang Tige Ari menurut hukum adat Betawi itu sendiri dan

pembahasan tentang Tradisi Pulang Tige Ari menurut pandangan hukum

Islam mengenai adat tersebut yang terjadi di Setu Babakan Jagakarsa.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang sudah penulis uraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan di bawah ini:

1. Dari manakah asal muasal tradisi Pulang Tige Ari?

2. Apa saja yang dilakukan dalam tradisi Pulang Tige Ari?

3. Bagaimana hukum Islam Memandang tradisi Pulang Tige Ari?

Page 17: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

8

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan suatu penelitian adalah mengungkapkan secara jelas apa yang ingin

dicapai dalam penelitian yang akan dilakukan. Dari pemahanan tersebut, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui asal muasal tradisi Pulang tige Ari.

2. Mengetahui yang dilakukan dalam tradisi Pulang Tige Ari.

3. Mengetahui pandangan hukum Islam tentang tradisi Pulang Tige Ari.

Sejalan dengan tujuan penelitian makan penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dalam

masyarakat Betawi mengenai budaya Pulang Tige Ari.

2. Memberikan karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas akademika

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah

Jakarta.

3. Secara akademis agar dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada

penulis lain untuk mengadakan penelitian yang bersifat etnografis,

sehingga dapat mengharmonisasikan kehidupan di Indonesia yang

berbudaya dan memiliki adat istiadat masing-masing dengan Islam.

F. Review Studi Terdahulu

Tinjauan pustaka perlu dilakukan untuk menguasai teori yang relevan

dengan topik atau masalah penelitian dan rencana model analisis yang akan

dipakai. Idealnya penulis dapat mengetahui hal-hal yang telah diteliti dan

Page 18: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

9

yang belum diteliti, sehingga tidak terjadi duplikasi penelitian.18

Penulis

menemukan karya, yaitu:

No Aspek

perbandingan

Peneliti Terdahulu Peneliti

sekarang

1 Judul

Penelitian

1. Muhasim, Tradisi

Kudangan Perkawinan

Betawi Dalam Perspektif

Hukum Islam (Studi Kasus

kelurahan Benda Baru

Kec. Pamulang), Skripsi,

Konsentrasi Peradilan

Agama FSH UIN Jakarta,

2009.

2. Ahmad Fauzi, Respon

Masyarakat Kelurahan

Pasir Putih Kecamatan

Sawangan Kota Depok

Terhadap Nikah Dengan

Melangkahi Kakak

Kandung, Skripsi,

Konsentrasi Peradilan

Agama FSH UIN Jakarta,

2010.

Putri

Shafwatil

Huda, Tradisi

Pulang Tige

Ari Dalam

Adat Betawi

(Telaah

Etnografi

Hukum Islam

Di Setu

Babakan

Jagakarsa),

Skripsi,

Konsentrasi

Peradilan

Agama FSH

UIN Jakarta,

2106.

2 Fokus

Penelitian

1. Fokus pada permintaan

atau syarat pihak

perempuan yang belum

bisa dipenuhi oleh kedua

orang tua maka permintaan

tersebut harus dipenuhi

oleh pihak laki-laki yang

akan dinikahinya. Apakah

kudangan ini termsauk

mahar atau tidak.

2. Fokus pada penghalang

bagi seseorang untuk

menikah karena kakak atau

orang tua tidak

memberikan izin.

Kalaupun diizinkan maka

diharuskan membayar

Perbedaan dua

(2) skripsi

tersebut

dengan skripsi

yang penulis

susun adalah

pada skripsi

pertama (1)

membahas

tentang

Tradisi

Kudangan,

apakah

kudangan itu

termasuk

mahar atau

tidak. Pada

18

Supriyadi Ahmad, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatullah Jakarta, (Jakarta: PPJM Fakultas Syariah Dan

Hukum UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2012), h. 8.

Page 19: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

10

uang pelangkah (uang atau

barang) kepada kakak yang

belum menikah. Hal ini

bisa menjadi beban dan

mereka yang akan menikah

bisa mengurungkan

niatnya untuk menikah.

skripsi kedua

(2) membahas

tentang

menikah

dengan

melangkahi

kakak

kandung.

Dimana fokus

penelitiannya

mengarah

kepada uang

pelangkah

atau

pemberian

sang adik

kepada sang

kakak ketika

ingin menikah.

Sedangkan

pada

penelitian ini

penulis lebih

fokus ke

Tradisi Pulang

Tige Ari

dimana tradisi

ini dilakukan

untuk

mengetahui

apakah

perempuan

yang nikahi

masih suci

atau tidak.

3 Obyek

Penelitian

1. Tradisi Kudangan

Perkawinan Betawi Dalam

Perspektif Hukum Islam

(Studi Kasus kelurahan

Benda Baru Kec.

Pamulang)

2. Ahmad Fauzi, Respon

Masyarakat Kelurahan

Pasir Putih Kecamatan

Sawangan Kota Depok

Terhadap Nikah Dengan

Tradisi Pulang

Tige Ari

Dalam Adat

Betawi

(Telaah

Etnografi

Hukum Islam

Di Setu

Babakan

Jagakarsa)

Page 20: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

11

Melangkahi Kakak

Kandung, Skripsi,

Konsentrasi Peradilan

Agama FSH UIN Jakarta,

2010.

4 Metode

penelitian

1. Penelitian lapangan (Field

Research).

2. Penelitian lapangan (Field

Research).

Penelitian

lapangan

(Field

Research).

5 Metode

analisis isi

1. Menggunakan metode

deskriptif (deskriptive

reseach).

2. Menggunakan metode

deskriptif (deskriptive

reseach).

Menggunakan

metode

deskriptif

(deskriptive

reseach)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah berpijak dari realita atas

peristiwa yang berlangsung dilapangan. Apa yang dihadapi dalam

penelitian adalah sosial kehidupan sehari-hari. Penelitian seperti berupaya

memandang apa yang sedang terjadi dalam dunia tersebut dan meletakkan

temuan-temuan yang diperoleh didalamnya. Oleh karena itu, apa yang

dilakukan oleh peneliti selama dilapangan termasuk dalam suatu posisi

yang berdasarkan kasus, yang mengarahkan perhatian dalam spesifikasi

kasus-kasus tertentu.19

19

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet.III, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001), h. 82.

Page 21: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

12

2. Pendekatan Penelitian

Pendekan penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang merupakan metode

dengan mengamati secara langsung (survey) atau menggunakan data-data

berupa gambaran sebenarnya tentang Budaya Pernikahan Adat Betawi

ditinjau dari Perspektif Fiqih serta melakukan observasi langsung.

3. Sumber dan Kriteria Data Penelitian

a. Data Primer

Data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh secara

langsung dari budayawan,20

akademisi serta masyarakat baik yang

dilakukan secara wawancara, observasi atau yang lainnya.21

Data

diperoleh dari wawancara dengan budayawan, akademisi, ahli hukum

Islam dan penduduk Setu Babakan, serta buku-buku dan data lainnya yang

memuat keterangan dan penjelasan seputar tema dan pokok penjelasan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau berasal dari bahan

perpustakaan untuk menguatkan.22

Data ini biasanya untuk melengkapi

data primer dapat berupa buku-buku, makalah seminar, jurnal-jurnal,

20

Budayawan adalah orang yang berkecimpung dalam kebudayaan, ahli kebudayaan,

seseorang yang senantiasa mengikuti perkembangan zaman. 21

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pers, 1996), h. 12.

22

P. Joko Subagio, Metode Penelittian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

1997), h. 87.

Page 22: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

13

laporan penelitian dan data lain yang terkumpul yang mempunyai

hubungan dengan tema ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Cara pegumpulan data yang dilakukan penulis untuk mendapatkan dan

memahami gambaran serta realita yang ada, penulis menggunakan

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu proses tanya jawab secara langsung antara

peneliti dengan informan. Penulis mewawancarai Bapak Yahya Andi

Saputra, Prof. Dr. Murodi, MA., dan Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, MA.

Wawancara ini bertujuan untuk memeriksa kebenaran informasi yang

diperoleh sebelumnya.

b. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap objek yang

diteliti. Tujuan observasi ini adalah untuk informasi mengenai objek

penelitian seperti apa yang terjadi pada kenyataannya.

c. Dokumen

Dokumen yaitu sejumlah bahan bukti berupa fakta dan data yang

tersimpan dalam bentuk dokumen. Dapat berbentuk dokumen

pemerintahan atau swasta, dalam bentuk website, dan lain-lain.

Page 23: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

14

5. Metode Analisis

Penulis menggunakan metode deskriptif (deskriptive reseach)

dalam proses analisa data penelitian deskriptif adalah hasil penelitian yang

diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas dan sistematis.23

Proses analisa yang dilakukan dari hasil wawancara dengan

narasumber serta data-data tambahan dari buku terkait kemudian penulis

menggabungkan dengan analisa yang dimilikinya.

Adapun teknis penulisan, penulis merujuk kepada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum” yang diterbitkan oleh

Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidatullah jakarta tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Bab I Bab Pertama tentang Pendahuluan dengan memuat Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bab II Bab Kedua tentang Islam dan Budaya dengan memuat

Antropologi, Perubahan Sosial dan Budaya, Fungi Budaya

23

Joko Medikanto, Penetapan Wali Adhal (Studi Kasus Pengadilan Agama Kendal),

Tesis, (Semarang, 2006), h. 56.

Page 24: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

15

Bagi Masyarakat, Islam dan Budaya, serta Islam dan

Betawi.

Bab III Bab Ketiga tentang Islam dan Betawi Dalam Pernikahan

dengan memuat Lamaran, Pernikahan, serta Acara Setelah

Pernikahan.

Bab IV Bab Keempat tentang Tradisi Pulang Tige Ari Di Setu

Babakan Jagakarsa dengan memuat Profil Setu Babakan

Jagakarsa, Pulang Tige Ari, serta Analisis Penulis.

Bab V Bab Kelima tentang Penutup berisi tentang kesimpulan dan

saran-saran.

Page 25: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

16

BAB II

BUDAYA DAN ISLAM

A. Antropologi

Anthropology berarti “ilmu tentang manusia”, dan adalah suatu istilah

yang sangat tua. Dahulu istilah itu digunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu

tentang ciri-ciri tubuh manusia”. Dapat dikatakan bahwa antropologi adalah ilmu

tentang manusia masa lalu dan kini. Antropologi berasal dari bahasa Yunani yang

terdiri dari dua kata anthropos (manusia) dan logos (wacana), dapat disimpulkan

bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.

Antropologi dalam perjalanan nya mengalami fase-fase perkembangan,

diantaranya:1

1. Fase pertama (sebeum 1800), kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika,

Asia danAmerika selama 4 abad membawa pengaruh bagi berbagai suku

bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisan

buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, Penerjemah

Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah perjalanan,

laporan dan sebagainya. Dalam buku-buku tersebut terdapat berbagai

pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, dan

ciri-ciri fisik dari beragam suku bangsa.

2. Fase kedua (kira-kira pertengahan Abad ke-19), dalam fase perkembangannya

yang kedua ini ilmu antropologi berupa suati ilmu yang akademikal, dengan

tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan

1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 1-5.

Page 26: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

17

kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang

tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan

manusia.

3. Fase ketiga (permulaan abad ke-20), dalam fase ketiga ini ilmu antroplogi

menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya adalah mempelajari masyarakat

dan kebudayaan suku-suku di luar Eropa guna kepentingan pemerintah

kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini

yang kompleks.

4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930), mengenai tujuannya ilmu antropologi

yang baru dalam fase ini dapat dibagi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan

praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk

manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya,

masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan tujuan praktisnya adalah

mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna

membangun masyarakt suka bangsa itu.

Antropologi telah berkembang secara ruang lingkup dan batas lapangan

perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah

penelitian khusus. Berkaitan denga pengkhususan kelima lapangan tersebut, ilmu

antropologi mengenal juga ilmu-ilmu bagain, yaitu:2

1) Paleo-antropologi Disebut antropologi fisik dalam arti luas

2) Antroplogi fisik

2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 5-6.

Page 27: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

18

3) Etnolinguistik

4) Prehistori Disebut antropologi budaya

5) Etnologi

Paleo-antroplogi adalah ilmu bagian yang meneliti asl-usul atau terjadinya

dan evolusi manusia dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah membeku

(fosil-fosil manusia) tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi yang harus didapat

oleh si peneliti dengan berbagai metode penggalian.3

Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi

yang mencoba mencapai suatu pengertianctentang sejarh terjadinya beragam

manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Bahan penelitiannya adalah ciri-

ciri tubuh, baik yang lahir (fenotipe) seperti warna kulit, warna dan bentuk

rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan

bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipe), seperti frekuensi golongan darah

dan sebagainya. Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa

golongan tertentu berdasarkan atas persamaan beberapa ciri tubuh. Adapun ciri-

ciri tubuh itu terdapat pada sebagian besar individu-individu, walaupun tiap

individu memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda-beda. Penggolongan manusia

seperti itu dalam ilmu antropologi disebut “ras”. Pengertian tentang pelbagai ras

di dunia dicapai oleh para sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai merode

3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 11.

Page 28: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

19

klasifikasi terhadap beragam ciri tubuh tersebut. Bagian dari ilmu antropologi ini

disebut antropologi fisik dalam arti khusus atau samatologi.4

Etnolinguistik atau antropologi linguistik adalah ilmu bagian yang asal

mulanya berkaitan erat dengan ilmu antropologi. Bahkan penelitiannya yang

berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus

bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini, terkumpul

bersama-sama dengan bahan kebudayaan suku bangsa. Dari bahan ini telah

berkembang berbagai macam merode analisis kebudayaan, serta berbagai metode

untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan.

Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah juga dalam ilmu

linguistik umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik di berbagai pusat

ilmiah di dunia masih tetap juga berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan

merupakan bagian dari ilmu antropologi.5 Ilmu linguistik mula-mula terjadi pada

akhir abad ke-18, ketika para ahli mulai mengalisa naskah-naskah klasik dalam

bahasa-bahasa Indo-German (Latin, Yunani, Gotis, Avetis Sansekerta dan lain-

lain). Saat ini ilmu linguistik telah berkembang menjadi ilmu yang berusaha

mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala

macam bentuk bahasa secara global. Dengan demikian secara cepat dan mudah

dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari semua bahasa di dunia.6

4 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 11.

5 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, h. 12.

6 Koentjaraningrat, Pengantar Antrplologi - Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 21-

22.

Page 29: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

20

Prehistori, mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua

kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf. Dalam ilmu

sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia mulai saat

terjadinya makhluk manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahun yang lalu, hingga

sekarang dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa sebelum manusia mengenal huruf

dan masa setelah manusia mengenal huruf.7

Batas antara kedua masa ini di berbagai tempat di dunia dan dalam

berbagai kebudayaan tentulah sangat berbeda. Kebudayaan Messir adalah

kebudayaan tertua yang mengenal tulisan, yaitu sekitar 4.000 tahun S.M,

kebudayaan Minoa yang terdapat bekas-bekasnya di Pulau Kreta, mengenal

tulisan sudah kurang lebih 3.000 tahun S.M, kebudayaan Yemdet Nasr yang

berlokasi di Irak Selatan. Sebaliknya, banyak kebudayaan lain di dunia baru

mengenal tulisan rata-rata sekitar 100 tahun S.M, sedangkan lebih banyak

kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang terssebar di muka bumi ini baru

mengenal tulisan pada abad ke-20 ini. Suatu bangsa yang tidak mengenal huruf,

tentu tidak dapat menyatakan kejadian dan peristiwa dalam kehidupan

kebudayaan dan masyarakatnya dengan tulisan. Dengan demikian tidak dapat

meninggalkan sumber-sumber tertulis kepada kita yang mempelajari sejarah

perkembangan kebudayaan itu. Sebaliknya, suatu bangsa yang telah mengenal

tulisan dapat mencatat semua peristiwa dalam kehidupan masyarakat dan

kebudayaannya dalam kitab-kitab dan tulisan-tulisan lainnya, tentu saja bangsa itu

akan meninggalkan kepada kita sumber-sumber keterangan tulisan. Zaman

7 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 12.

Page 30: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

21

sebelum suatu bangsa mengenal huruf dalam ilmu pengetahuan disebut zaman

prehistori (sebelum sejarah), sedangkan zaman sesudah suatu bangsa mengenal

huruf disebut zman histori (sejarah). Zaman prehistori dipelajari oleh subilmu

prehistori sedangkan zaman histori dipelajari oleh ilmu sejarah. Bahkan penelitan

ilmu prehistori adalah bekas-bekas kebudayaan yang berupa benda-benda dan

alat-alat, atau artefak-artefak yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi.8

Etnografi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pegertian mengenai

asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam

kehidupan masyarakat dari sebnayak mungkinsuku bangsa yang tersebar di

seluruh muka bumi pada masa sekarang ini. Lebih khusus lagi dalam kalangan

subilmu etnologi, akhir-akhir ini telah berkembang dua golongan penelitian.

Golongan yang satu menekankan pada bidang diakronis, sedangkan yang lain

menekankan pada bidang sinkronis dari kebudayaan umat manusia.9 Nama yang

tepat untuk kedua macam penelitian tersebut belum ada, tetapi sering kita lihat

adanya nama-nama seperti descriptive integration untuk penelitian-penelitian

yang diakronis dan generalizing approach untuk penelitian-penelitian sinkronis.10

Descritive integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan

menjadi satu hasil penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik, etnolinguistik,

8 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 13.

9 Diakronis berarti berturut-turut dalam berjalannya waktu; sinkronis berarti bersamaan

dalam satu waktu. 10

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, h. 13.

Page 31: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

22

ilmu prehistori, dan etnografi.11

Dipandang dari metodenya maka descriptive

integration termasuk secara khusus dalam lapangan subilmu etnologi, tetapi

emmpunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang sejarah perkembagan dari

suatu daerah.12

Generalizing approach (antropologi sosial) dalam etnologi mencari asa

persamaan beragam masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi

itu. Pengertian tentang asa tersebut dapat dicapai dengan metode-metode yang

dimasukkan ke dalam dua golongan. Golongan pertama terdiri dari metode yang

menuju ke arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan

kebudayaan yang terbatas (tiga sampai paling banyak lima). Golongan kedua

terdiri dari metode yang menuju ke arah perbandingan merata sejumlah unsur

terbatas dalam sebanyak mungkin jumlah masyarakat (dua-tiga ratus atau lebih).13

B. Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan

suatu hal (keadaan) yang berubah; peralihan; pertukaran. Perubahan dalam diri

manusia sudah terjadi sejak manusia itu lahir dan terus terjadi sampai akhir

hayatnya. Sedangkan pengertian sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan

masyarakat atau yang berkaitan dengan kepentingan umum.14

11

Etnografi adalah bagian dari etnologi yang meliputi segala cara pengumpulan bahan

dan deskripsi tentang masyarakat dan kebudayaan dari suku bangsa di suatu daerah tertentu,

dengan demikian etnografi adalah bagian deskripsi dari etnologi. 12

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.14. 13

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrplologi, h. 15. 14

Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke 3,4, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 931.

Page 32: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

23

Salah satu ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian

perubahan sosial, menurut Soejono Soekanto perubahan sosial adalah segala

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,

yang mempengarahi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan

pola-perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.15

Perubahan sosial dalam masyarakat berkaitan dengan :

(1) nilai-nilai sosial

(2) pola-pola perilaku

(3) organisasi

(4) lembaga kemasyarakatan

(5) lapisan masyarakat

(6) kekuasaan, wewenang dan lain-lain

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai lembaga-lembaga sosial, yang

merupakan himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut

kebutuhan pokok manusia. Lembaga-lembaga sosial tesebut sebagai pedoman

berperilaku, sebagai dasar integrasi masyarakat serta sebagai pegangan untuk

mengadakan “sosial control” atau pengendalian sosial. Di dalam kehidupan

bersama yang disebut masyarakat, tidak setiap norma dengan sendirinya menjadi

15

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.4 (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1990), h. 335.

Page 33: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

24

bagian dari suatu lembaga sosial. Untuk menjadi bagian dari suatu lembaga sosial,

maka norma-norma harus mengalami proses pelembagaan.16

Proses pelembagaan tersebut dimulai dengan adanya pengetahuan

terhadap norma-norma tertentu. Taraf tersebut kemudian harus diikuti dengan

proses pemahaman dan pentaatan, serta mencapai puncaknya pada proses

penghargaan terhadap norma-norma. Proses penghargaan mungkin diikuti dengan

proses penjiwaan, sehingga norma-norma tersebut membudaya dalam

masyarakat.17

Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pikiran;

akal budi; adat istiradat; sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar

diubah.18

Sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal

budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.19

Kata kebudayaan berasal dari kata budaya yang diberi konfiks ke-an yang

berarti “hal budaya” atau “tentang budaya”. Sedangkan kata budaya berasal dari

kata bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang

berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian, kebudayan dapat diartikan sebagai

“hal-hal yang berkenaan dengan akal”. Ada yang mengatakan kata budaya itu

sebagai satu perkembangan dari kata majemuk budi daya, yang berarti „daya dan

budi‟. Oleh karena itu, dibedakan antara kata budaya dan kata kebudayaan. Jadi,

16

Soerjono Sukanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, cet 2, (Jakarta: Radar Jaya

Offset, 1982), h. 91-92. 17

Soerjono Sukanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, cet 2, h. 92. 18

Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke 3,4, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 169. 19

Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke 3,4, h. 170.

Page 34: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

25

budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan

kebudayaan berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa.20

Kata kebudayan lazim disebut kultur yang diambil dari bahasa Inggris

culture. Sedangkan kata culture berasal dari kata bahasa Latin yaitu colere yang

berarti “mengolah” atau “mengerjakan”.21

Jika kita membuka berbagai buku tentang kebudayaan atau antropologi,

berbagai macam definisi mengenai kebudayaan akan ditemukan. Semua defnisi

itu benar karena semuanya mengacu pada manusia dengan segala aspek

kehidupannya. Beberapa ahli telah menyimpulkan dan menganalisa 160 buah

definisi tentang kebudayaan dan mengelompokkannya menjadi enam kelompok

menurut sifat di definisi itu. Keenam kelompok itu adalah:22

(1) Definisi yang deskriptif, yakni definisi yang menekankan pada unsur-unsur

kebudayaan.

(2) Definisi yang historis, yakni definisi yang menekankan kebudayaan itu

diwarisi secara kemasyarakatan.

(3) Definisi yang normatif, yakni definisi yang menekankan hakikat kebudayan

sebagai aturan hidup dan tingkah laku

(4) Definisi yang psikologis, yakni definisi yang menekankan pada kegunaan

kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan

persoalan, dan belajar hidup.

20

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayan Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2015), h. 1. 21

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayan Betawi, h. 2. 22

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayan Betawi, h. 3.

Page 35: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

26

(5) Definisi yang struktural, yakni definisi yang menekankan sifat kebudayaan

sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur.

(6) Definisi yang genetik yakni definisi yang menekankan pada terjadinya

kebudayan sebagai hasil karya manusia.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian dari kebudayaan diantaranya,

Koentjaraningrat, pakar antropologi Indonesia mendefinisikan bahwa

“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan karya manusia

dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.23

Soejono Soekanto berpendapat kebudayaan adalah kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat.24

Beranjak dari pengertian kebudayaan Koentjaraningrat mengelompokkan

wujud kebudayaan menjadi 3, yaitu:25

(1) Wujud pertama dari kebudayaan berupa ide, bersifat abstrak, tidak dapat

diraba dan dilihat. Hal tersebut dikarenakan telah berada dalam alam pikiran

warga masyarakat kebudayaan itu. Jika gagasan atau ide itu dituliskan, berarti

wujud ideal ini berada di dalam buku atau tersimpan di dalam memori

komputer. Ide dan gagasan itu banyak yang hidup dalam suatu masyarakat,

memberi jiwa pada masyarakat itu. Hal ini disebut sebagai satu sistem budaya

23

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 144. 24

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1987), h. 341. 25

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, h. 150.

Page 36: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

27

(culture system). Wujud ideal ini sama dengan ada istiadat yang harus

dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat.

(2) Wujud kedua dari kebudayaan adalah sistem sosial (social system) mengenai

tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial itu berupa aktivitas-

aktivitas manusia yang berinteraksi satu sama lain dari waktu ke waktu.

Sistem sosial itu bersifat konkret karena berupa rangkaian aktivitas manusia

dalam suatu masyarakat yang terjadi sehari-hari dan dapat diobsevasi atau

diamati.

(3) Wujud ketiga dari kebudayaan berupa bentuk yang disebut kebudayaan fisik.

Kebudayaan fisik ini berupa semua hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan

karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkret karena

berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto. Benda-benda

budaya dapat berupa bangunan, rumah, pabrik, jembatan, dan sebagainya.

Selain memaparkan wujud kebudayaan Koentjaraningrat berpendapat

adanya tujuh unsur kebudayaan universal, artinya ketujuh unsur itu dapat

ditemukan pada semua bangsa atau suka bangsa di dunia. Berikut ini ketujuh

unsur kebudayaan:26

(1) Bahasa

(2) Kelengkapan hidup

(3) Sistem mata pencaharian

(4) Sistem kemasyarakatan

26

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 151.

Page 37: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

28

(5) Pendidikan dan pengajaran

(6) Religi/kepercayaan

(7) Kesenian.

Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering

mempersoalkan perbedaan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan.

Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang

masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat

dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan

sosial dan perubahan kebudayaan dapat dijelaskan.27

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua bagiannya yaitu: kesenian,

ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk

serta aturan-aturan organisasi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah

menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan

kebudayaan. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan

sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu

masyarakat. Artinya perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek

yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-

27

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.4 (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1990), h. 341.

Page 38: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

29

cara baru atau perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya.28

Manusia di muka bumi ini serba macam dan serba bisa, maka cara

pendekatan antropologi bersifat menyeluruh (holistic approach). Antropologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia baik dari segi tubuhnya

maupun dari segi budayanya yang disebut Antropologi Fisik dan Antrologi

Budaya.29

Antropologi Budaya pada mulanya dibagi dalam tiga bagian, yang

pertama Etnolinguistik atau Antropologi Bahasa, yang mempelajari berbagai

bahasa, macam kata-kata, tata bahasa dan sebagainya dari berbagai macam suku

bangsa di muka bumi. Yang kedua, ialah pra-sejarah atau pra-histori yang

mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran manusia di muka bumi,

sebelum ia mengenal aksara, termasuk peralatan yang digunakannya atau artefak-

artefak yang terdapat dalam lapisan bumi. Yang ketiga, Etnologi atau ilmu

bangsa-bangsa yang mempelajari berbagai suku bangsa di dunnia dan

kebudayaannya masing-masing.30

Belakangan ini etnologi berkembang ke arah penelitian yang bersifat

descriptive integration yaitu pelukisan tentang suatu bangsa di daerah tertentu,

yang berarti khusus mengenai bangsa-bangsa tertentu, dan penelitian yang

dilakukan dengan pendekatan secara umum atau generalizing approach. Jadi yang

dipelajari itu adalah kesamaan yang umum dari bangsa-bangsa di dunia ini yang

28

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.4 (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1990), h. 342, 343.

29 Hilma Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, (Jakarta: P.T.Citra Aditya Bakti,

1992), h. 1. 30

Hilma Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, h. 1-2.

Page 39: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

30

dilakukan dengan metode perbandingan antara masyarakat bangsa satu dan yang

lain.31

Perbedaan antropologi hukum dan ilmu hukum adat.32

No. Antropologi Hukum Ilmu Hukum Adat

a. Objeknya, perilaku manusia

menyangkut hukum.

Objeknya, norma-norma hukum

di luar hukum perundangan.

b. Metode pendekatan holistik

(menyeluruh).

Metode pendekatan normatif-

juridis (mengkhusus).

c. Penelitian lebih banyak di lapangan,

dengan tidak perhatian pada kasus

perselisihan.

Penelitian lebih banyak bersifat

kepustakaan dan dokumentasi,

dengan memperhatikan norma-

norma yang ideal

d. Norma-norma hukum yang nyata

berlaku, pada titik akhir.

Norma-norma hukum yang

dikehendaki (seharusnya)

berlaku, pada titik awal.

Perbedaan antropologi hukum dan sosiologi hukum.33

No. Antropologi Hukum Sosiologi Hukum

a. Sejarah timbulnya dari kehidupan

masyarakat pedesaan (agraris) di

dunia timur (daerah jajahan).

Sejarah timbulnya dari kehidupan

masyarakat sebagai akibat

kemajuan industri (di dunia barat).

b. Masyarakat manusia di dunia timur

berbeda budaya dari budaya barat,

dengan masyarakat yang belum

kompleks.

Masyarakat barat, bersifat

heterogen dengan hukumnya yang

kompleks.

C. Cara berfikir dan berperilaku

manusianya bersifat tradisional,

Cara berfikir dan berperilaku serba

konseptual, individualisme,

liberalismme, berdasar

31

Hilma Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, (Jakarta: P.T.Citra Aditya Bakti,

1992), h. 2. 32

Hilma Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, h. 21. 33

Hilma Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, h. 28.

Page 40: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

31

magis religieus dan komunal. kepentingan semata.

d. Beranggapan bahwa hukum itu

bersifat universal, terdapat bukan

saja di dunia maju (modern) tetapi

juga pada masyarakat sederhana

(primitif).

Beranggapan bahwa sistem hukum

itu bersifat modern seperti halnya

di dunia barat (Eropa).

e. Hukum yang dipealjari kebanyakan

tidak tertulis dan bersifat lokal.

Hukum itu kebanyakan berbentuk

tertulis (kodifikasi, unifikasi)

perundanganan yang sistematis

dan bersfiat nasional.

C. Fungsi Budaya Bagi Masyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. Berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan

anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di

dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan

masyarakat memerlukan juga kepuasaan, baik di bidang spiritual maupun materiil.

Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagai besar dipenuhi

oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian

besar karena kemampuan manusia terbatas, sehingga kemampuan kebudayaan

yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala

kebutuhan.

Fungsi kebudayaan pada hakikatnya adalah untuk mengatur agar manusia

dapat mengerti satu sama lainnya, bagaimana manusia bertindak dan bagaimana

manusia itu berbuat untuk kebaikan bersama. Jadi pada intinya kebudayaan ini

sebagai cerminan kehidupan manusia, jika suatu masyarakat memegang teguh

kebudayaannya maka akan tercipta kehidupan yang harmonis.

Page 41: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

32

Selain memiliki fungi sosial, kebudayaan juga memiliki fungsi:34

(1) Sebagai sistem proyeksi, yakni alat pencerminan suatu kelompok rakyat.

(2) Sebagai alat penegasan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.

(3) Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device).

(4) Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan

selalu dipatuhi oleh para anggota kelompoknya.

Menurut Ndaraha Talidizuhu fungsi kebudayaan yaitu:35

1) Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh

berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan posisi geografis, sistem sosial,

politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat.

2) Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan adalah faktor pengikat

anggota masyarakat yang kuat.

3) Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan dan

sumber daya menghasilkan komoditi ekonomi, misalnya : wisata budaya,

produk budaya.

4) Sebagai kekuatan penggerak atau pengubah. Karena budaya terbentuk melalui

proses belajar mengajar maka budaya itu dinamis dan tidak kaku.

5) Sebagai kemampuan membentuk nilai tambah. Menghubungkan dengan nilai

keunggulan.

34 James Danandjaja, Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-Lain, cet.VII,

(Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), h. 19.

35 Ndaraha Talidizuhu, Teori Budaya Organisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 21.

Page 42: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

33

6) Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah laku dan menggariskan

batas-batas toleransi sosial.

7) Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada generasi

berikutnya.

8) Sebagai substitusi (pengganti) formalisasi. Sehingga tanpa diperintah orang

akan melakukan tugasnya.

9) Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan proses budaya dalam

pembangunan sebagai perubahan sosial yang berencana.

10) Sebagai proses yang mempersatukan. Melalui proses value sharing

masyarakat di persatukan, tidak seperti sapu lidi, melainkan ibarat rantai.

11) Sebagai produk proses usaha mencapai tujuan bersama dalam sejarah yang

sama.

12) Sebagai program mental sebuah masyarakat.

D. Islam dan Budaya

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi

alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan

manusia di dunia ini. Allah SWT telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang

tersebut dalam QS. Toha (20): 2:36

Artinya: “Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi

susah”.

36

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1996).

Page 43: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

34

Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Qur‟an ini,

akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera

dunia dan akhirat.

Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan

kebebasan untuk berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini,

Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama

adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu

pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-

karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan

mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu

beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah

untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong

manusia untuk “berbudaya”. Dan dalam satu waktu Islam lah yang meletakkan

kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa

kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.

Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :

(1) Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqh

disebutkan : “al-adah muhakamah” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan

suatu masyarakat bisa dijadikan hukum, yang merupakan bagian dari budaya

manusia,37

mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang

perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum

37

Abuddin Nata, Masail Al-Fiqhiyah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 39.

Page 44: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

35

ada ketentuannya dalam syariat. Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan

ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat istiadat dan kebiasaan

suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum.

(2) Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian

di “rekonstruksi” sehingga menjadi Islami.

(3) Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.

Sehingga dalam perkembangannya Islam justru merangkul budaya untuk

menyampaikan esensi ajarannya. Karena, dengan merangkul budaya, Islam jadi

lebih mudah diterima di masyarakat. Budaya bisa atau boleh saja digunakan untuk

metode dakwah, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam. Hal ini

sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 42.38

Artinya: “Dan janganlah kau campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan

(janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuiny.”

E. Islam dan Betawi

Kedatangan Islam di Indonesia melalui jalan pelayaran dan perdagangan

yang dibawa oleh pedagang-pedagang muslim dan para mubaligh. Di Jawa Barat

dan Sunda Kelapa sendiri Islam diperkirakan masuk sekitar abad 15-16. Sumber

utama kedatangan Islam di tanah Betawi, Tome Pires menceritakan bahwa pada

awalnya Islam lebih dulu masuk ke Cirebon dan Indramayu sebelum masuk ke

tanah Betawi. Bahkan di Cirebon dan Indramayu telah terbentuk suatu kelompok

muslim bahkan bentuk pemerintahan juga telah ada sedangkan di Betawi belum

38

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1996).

Page 45: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

36

tersentuh Islam sama sekali. Menurut Tome Pires, orang-orang muslim tidak

berani menginjakkan kaki ke tanah Betawi karena adanya larangan dari Raja

Sunda. Dalam berita Portugis, De Barros Sunda Kelapa dikuasai oleh Muslim

dibawah Fatahillah dari Pasai sekitar tahun 1527.39

Selama ini berkembang pendapat bahwa nama Betawi berasal dari kata

Batavia, dengan jalan pikiran bunyi [a] lenyap, sedangkan bunyi [vi] berubah

menjadi [wi], dan bunyi [a] pada suku [ba] melemah menjadi [be]. Jalan pikiran

yang tampaknya masuk akal, tetapi agak sukar diterima karena orang Belanda

pada zamannya menyebut orang Betawi dengan istilah Batvian atau Bataviaan.40

Hal yang paling masuk akal dan dapat diuji kebenarannya adalah teori

bahwa nama Betawi berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, cassia

glance, kerabat papilionaecae. Gulinging Betawi ini adalah tanaman perdu,

kayunya bulat dan kokoh. Dulu banyak tumbuh di Nusa Kelapa (Jakarta) dan

Kalimantan Barat dengan nama Bekawi.41

Nama Betawi ini dikatakan berasal dari

tumbuhan adalah lebih rasional dikarenakan banyak tempat di Jakarta ini yang

berasal dari nama tumbuhan atau pohon, seperti Menteng, Karet, Duku, Gandaria,

Kemang, Malaka, dan Bintaro.

Untuk masalah etnik Betawi, tampaknya ada beberapa kriteria atau

pendekatan yang digunakan untuk menentukan etnis Betawi atau bukan, yaitu

39

Pemerintah Provinsi DKI, Sejarah Jakarta Dari Zaman Prasejarah, (Jakarta: Dinas

Museum & Pemugaran, 2001). 40

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2015), h. 9. 41

Ridwan Saidi, Sejarah Jakarta dan Peradaban Melayu Betawi, (Jakarta: Perkumpulan

Renaissance Indonesia (Timpani Pub), 2010), h. 62.

Page 46: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

37

pendekatan sejarah, pendekatan lokasi (tempat), pendekatan kesamaan bahasa,

pendekatan agama (Islam), dan pendekatan campuran antara pendekatan lokasi

dan agama.42

Pendekatan sejarah menyatakan bahwa orang Betawi atau etnis Betawi

adalah etnis yang lahir dari percampuran pernikahan berbagai etnis yang ada di

Batavia pada abad ke-17 dan ke-18. Generasi yang lahir dari pernikahan campur

ini tidak lagi mengenal etnis ayah-ibunya, sehingga mereka disebut orang Betawi.

Pendekatan lokasi berkonsep bahasa Betawi adalah nama tempat atau

lokasi yang identik dengan Batavia pada masa VOC dan Hindia Belanda atau

Jakarta sebelum proklamasi kemerdekaan. Kiranya para pribumi menggunakan

istilah Betawi, sedangkan orang Belanda menyebutnya Batavia. Jika pendekatan

lokasi yang digunakan untuk menyatakan siapa orang Betawi, maka jelas orang

Betawi adalah pribumi yang ada di kota Batavia, yang oleh Residen Batavia

disebut Bataviaan.

Pendekatan bahasa menyatakan orang Betawi adalah orang yang

menggunakan bahasa Melayu Betawi. Pendekatan agama melihat etnis Betawi

dari agama Islam. Hal ini juga dikuatkan dalam Kongres Kebudayaan Betawi

pada penghujung 2011 yang lalu, menyatakan bahwa Betawi identik dengan

islam. Maka, ia bukanlah Betawi jika bukan beragama Islam.

Selanjutnya pendekatan menggabungkan agama (Islam) dan lokasi

(tempat). Jadi, seorang Betawi adalah yang tinggal di kota Batavia (Jakarta

42

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2015), h. 11.

Page 47: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

38

sekarang) dan beragama Islam. Sementara itu, Badan Musyawarah masyarakat

Betawi (Bamus Betawi) dalam anggaran Dasarnya pasal 10 menyatakan bahwa

ada empat kriteria orang Betawi, yaitu:43

1. Genetis: Berdasarkan garis keturunan (bapak dan ibunya Betawi atau salah

satunya Betawi).

2. Sosiologi: Orang yang berperilaku budaya Betawi atau menyandang

kebudayaan Betawi dalam kesehariannya.

3. Antropologis: Seseorang yang peduli dan memiliki kepedulian terhadap

budaya Betawi

4. Geografis: Masyarakat yang hidup dalam teritori budaya Betawi, yaitu

Jakarta, sebagian daerah Bogor, sebagian daerah Depok, sebagian daerah

Tanggerang dan sebagian daerah Bekasi.

Terlepas dari perdebatan asal usul komunitas etnis Betawi, tetapi tidak

dapat dipungkiri bahwa etnis Betawi memiliki ketaatan yang fanatik terhadap

ajaran Islam dan perasaan anti Barat yang kuat. Kuatnya pengaruh Islam dan

sentimen anti Barat pada pertengahan abad ke-19 itu dapat disebabkan oleh

perkembangan dakwah Islam yang semakin meningkat terutama dengan

munculnya sejumlah ulama dan habaib terkemuka.44

43

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2015), h. 13. 44

Ahmad Fadli HS, Ulama Betawi (Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad Ke-19 Dan 20), (Jakarta: Manhalun Nasyi-in

Press, 2011), h. 57.

Page 48: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

39

Persentuhan Islam dengan budaya Betawi tanpa menimbulkan konflik. Hal

ini bisa terjadi karena Islam yang hadir di Betawi lebih bermadzhab Syafi‟i dan

berfaham Ahli Sunnah Wal Jama‟ah yang cendrung lebih toleran dan inklusif

serta menghargai budaya dan tradisi lokal. Oleh karenanya dapat dipahami bila

organisasi Islam modernis dan Organisasi Islam yang berfaham Wahabi kurang

mengakar di kalangan masyarakat Betawi karena organisasi tersebut kerapkali

mengecam apa yang dinamakan TBC (tahayul, bid‟ah dan khurafat). Kecaman

tersebut dalam banyak hal tertuju pada budaya dan tradisi Betawi yang beberapa

hal bersentuhan dengan tahayul, bid‟ah dan khurafat.45

Pengaruh dalam hal agama dan hal keyakinan bisa dikatakan bahwa

masyarakat Betawi adalah masyarakat yang memegang keislaman dengan begitu

kuat. Dari keislaman orang Betawi ini lahirlah kebudayaan Islam Betawi yang

mewarnai siklus hidup orang Betawi, sejak dalam kandungan sampai kematian.46

Oleh sebab itu ada pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada orang Betawi

yang bukan beragama islam. Jika ada, maka orang tersebut bukan lagi orang

Betawi.

45

Ahmad Fadli HS, Ulama Betawi (Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad Ke-19 Dan 20), h. 62. 46

Anisa. “Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan Betawi” artikel diakses pada 18

November 2008 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/08/11/17/15092-kebudayaan-islam-betawi-dulu-kini-dan-esok

Page 49: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

40

BAB III

ISLAM DAN BUDAYA BETAWI DALAM PERKAWINAN

Islam dan adat saling berhubungan, Islam sudah mengaturnya karena di

dalam kehidupan tiap gerak berawal dari agama, berujung pada kebudayaan.1

Islam telah membahas mengenai tata cara pernikahan secara rinci. Berpasang-

pasangan merupakan pola hidup yang diitetapkan oleh Allah SWT.2 Pernikahan di

dalam Islam merupakan suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan

bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.3

Tidak hanya itu, pernikahan juga memiliki unsur-unsur ibadah. Pernikahan

dapat menjaga kehormatan diri sendiri dan pasangan agar tidak terjerumus ke

dalam hal-hal yang mengharamkan.4

Melaksanakan perkawinan berarti

melaksanakan sebagian dari ibadah dan berarti pula telah menyempurnakan

sebagian dari agama.5

Adat pernikahan yang masih ada hingga saat ini salah satunya adat

pernikahan masyarakat Betawi. Sebagai suatu masyarakat etnik, masyarakat

1 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1976), h. 127. 2 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Jakarta: P.T. Citra Aditya Bakti, 1992),

h. 12. 3 M. A. Tihami, dkk, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali

Pers, 2009), h. 6. 4 Wahbah Az-Zuhaili, Al Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 2004), h.

6516. 5 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1974), h. 5.

Page 50: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

41

Betawi memiliki macam-macam atribut budaya sendiri sebagai manifestasi

keberadaannya, termasuk adat istiadat dalam perkawinan.6

Adat dan upacara perkawinan pada masyarakat Betawi akan diuraikan

sesuai dengan tahapan dan proses yang mengawalinya. Tahapan-tahapan tersebut

diawali dengan masa perjumpaan dan pendekatan, lamaran, aqad nikah, dan acara

setelah pernikahan.7

A. Lamaran

Khitbah atau Pinangan menurut Syari‟at adalah langkah penetapan atau

penentuan sebelum pernikahan. Menurut istilah, makna khitbah atau lamaran

adalah sebuah permintaan atau pernyataan dari laki-laki kepada pihak perempuan

untuk mengawininya, baik dilakukan oleh laki-laki secara langsung maupun

dengan perantara pihak lain yang dipercayai sesuai dengan ketentuan agama.

Intinya mengajak untuk berumah tangga. Khitbah itu sendiri masih harus dijawab

“ya” atau “tidak”. Bila telah dijawab “ya”, maka jadilah wanita tersebut sebagai

'makhthubah', atau wanita yang telah resmi dilamar.

Jumhur Ulama berpendapat bahwa khitbah tidak menjadi syarat sahnya

pernikahan, oleh karenanya tanpa lamaran pernikahan dapat dilangsungkan

dengan memenuhi syarat dan rukunnya.8 Acara khitbah hanya sebagai sarana yang

mengantarkan kepada peristiwa nikah. Menurut jumhur, acara khitbah dihukum

“ja’iz” (boleh). Sedangkan madzhab Syafi‟i (al-Syafi‟iyah) terhadap hukum

6 Lembaga Kebudayaan Betawi, Upacara Perkawinan Adat Betawi, (Jakarta: LKB,

1994), h. 1. 7 Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, (Jakarta: LKB, 1999/2000), h. 12.

8 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari,

2006), h. 92.

Page 51: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

42

khitbah mereka sependapat dengan Jumhur yaitu „boleh‟ hanya saja istilah yang

digunakan adalah kata “mubah”. Kelompok ini berargumen Sunnah Fi‟liyah Nabi

SAW, bahwa beliau telah mengkhitbah (melamar) Aisyah binti Abi Bakar dan

melamar Hafsah binti Umar bin al-Khattab.9

Bagi orang Betawi lamaran (ngelamar) adalah pernyataan dan permintaan

resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) kepada pihak keluarga

wanita (calon none mantu), dan ditegaskan bahwa Si Fulan sangat berhasrat

mempersunting dan memperistrikan Fulanah.10

Lamaran lazimnya dilakukan oleh orang perempuan bukan laki-laki. Yang

melakukan lamaran ini adalah keluarga dekat dari si perjaka, seperti ncang atau

ncing nya. Bila dianggap perlu, meminta bantuan seseorang yang fasih bicaranya

dan biasa melakukan acara lamaran.11

Lamaran ini, biasanya tidak langsung diterima dengan alasan akan

ditanyakan dulu kepada si gadis. Nanti setelah si gadis setuju, maka akan dikirim

satu utusan ke rumah si perjaka untuk mengiyakan lamaran itu. Ada kemungkinan

lamaran itu akan ditolak, jika misalnya si gadis tidak setuju karena si perjaka

setelah diselidiki mempunyai kelakuan yang kurang baik atau juga kerana

masalah lain. Diterima atau ditolaknya lamaran itu akan diberitahukan melalui

utusan ke rumah si perjaka.12

9 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari,

2006), h. 93. 10

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 36. 11

Abdul Chaer, Folklor Betawi Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2012), h. 144. 12

Abdul Chaer, Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, (Jakarta,

Masup Jakarta, 2015), h. 183.

Page 52: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

43

Sesuai dengan adat dan tradisi Betawi harus dipersiapkan bawaan pokok

yang ada pada waktu ngelamar, antara lain:13

a. Sirih lamaran (sirih embun) ini bawaan pertama dan utama yang wajib

sifatnya. Bawaan ini sebagai lambang kegembiraan pihak keluarga dan orang

tua laki-laki. Dan juga merupakan lambang kehormatan dan penghargaan

terhadap keluarga pihak orang tua gadis dan tentu satu gadisnya sendiri yang

memiliki keanggunan dan terpelihara moral dan akidahnya. Perlengkapan

sirih laraman terdiri dari:

1) Nampan kuningan, kalau sekarang nampan apa saja berbentuk bulat,

lonjong atau persegi.

2) Kertas minyak berwarna cerah untuk alas nampan dibentuk enda-renda.

3) Daun sirih dilipat bulan dan diikat potongan kertas minyak warna-warni.

4) Sirih tampi, yaitu sirih yang telah diisi rempah-rempah untuk nyirih

(kapur, gambir, pinang).

5) Bunga rampai tujuh rupa.

6) Tembakau yang sudah dihias berbagai bentuk.

b. Pisang raja jumlahnya dua sisir. Ujung pisang rajanya dibungkus atau

dibuatkan topi dengan warna kuning atau merah atau warna emas dan

metalik. Pisang raja pun diletakkan di atas nampan kuningan.

c. Roti tawar. Roti atau ruti ini pun diletakkan di atas nampan dihias kertas

warna-warni. Keberadaan roti ini sama halnya dengan pisang raja artinya

13

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 36.

Page 53: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

44

mutlak harus dibawa. Dengan pisang, ruti ini menjadi pasangan yang orang.

Betawi sebut ruti-pisang.

d. Hadiah pelengkap. Selain persyaratan utama, dibawa juga hadiah pelengkap.

Hadiah ini pada dasarnya merupakan pemberian dari saudara kandung kedua

orang tua calon tuan mantu atau dari saudara kandung si calon yang telah

berkeluarga. Hadiah tersebut dapat berupa bahan baju kebaya, kain batik tiga

negeri, kain panjang, perlengkapan kosmetik, selop dan sebagainya. Hadiah

ini utamanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atau

menambah rasa kegembiraan dan terima kasih atas diterimanya keponakan

atau saudaranya oleh pihak calon none mantu.

e. Para utusan. Utusan untuk menyampaikan antara lamaran ini terdiri dari:

1) Mak comblang. Ia adalah orang yang paling besar tugas dan tanggung

jawabnya sehingga rombongan calon tuan mantu sampai pada tahap

ngelamar. Saat ngelamar ini ia bertugas membuka pembicaraan awal

sehingga dialog antara pihak calon tuan mantu dengan pihak calon

none mantu berjalan penuh kekeluargaan dan kegembiraan.

2) Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari

sepasang wakil keluarga ibu dan sepasang dari wakil keluarga bapak.

Dulu orang Betawi mengutamakan utusan ini adalah keluarga yang

sudah jadi haji atau yang memahami masalah-masalah keagamaan,

dengan harapan apabila pembicaraan sampai pada tahap tande putus,

semua perencanaan ke depan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Kehadiran pihak keluarga ibu maupun pihak keluarga bapak dari

Page 54: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

45

calon tuan mantu dalam rombongan utama ngelamar ini merupakan

pertanda bahwa pihak yang diwakili telah menyetujui rencana dan

pelaksanaan lamaran. Dengan ini pula diharapkan nantinya lamaran

akan sampai pada tahap pernikahan dan pada saatnya nanti keluarga

baru itu akan membina keluargnya menjadi keluarga sakinah yang

langgeng penuh kasih sayang serta saling hormat-menghormati.

Dari pihak calon none mantu diharapkan hadir pula orang-orang yang

memiliki hubungan serupa dengan pihak calon tuan mantu. Hal ini

sebagai lambang bahwa kedatangan utusan orang tua calon tuan

mantu diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga calon none

mantu.

Selanjutnya sebagai jawaban diterimanya lamaran dari pihak calon tuan

mantu maka calon none mantu dihadirkan kehadapan para utusan atau tamu.

Kepada para utusan tersebut si gadis harus melakukan sembah takzim dan cium

tangan. Setelah itu diserahkan uang sembah lamaran yang khusus diberikan

kepada si gadis calon menantu.14

Setelah acara ngelamar selesai maka dilanjutkan

dengan pembicaraan mengenai Serah Uang dan Bawa Tande Putus. Acara Bawa

Tande Putus adalah merupakan unsur yang menentukan dasar rangkaian adat

perkawinan Betawi.15

Seperti diketahui bahwa di kalangan masyarakat Betawi semua hari itu

sama baiknya. Tidak ada hitungan atau ramalan mengenai hari yang baik atau

14

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 16. 15

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, h. 16.

Page 55: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

46

jelek. Akan tetapi pada umunya peristiwa ngelamar sering dilakukan atau

dilaksanakn pada hari Rabu. Maka biasanya acarah serah uang dan bawa Tande

Putus akan dilaksanakan pada hari Rabu berikutnya atau seminggu setelah acara

lamaran.16

Apabila waktu serah uang dan bawa tande putus telah disepakati maka

persiapan akan dibicarakan secara lebih rinci seperti:17

1) Apa cingkrem (mas kawin atau mahar) yang diminta.

2) Berapa nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan.

3) Apa kekudang (bawaan seserahan) yang diminta.

4) Pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yang dilangkahi.

5) Berapa lama pesta diselenggarakan.

6) Berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan oleh calon

none mantu pada acara resepsi.

7) Siapa dan berapa banyak undangan.

Cingkrem (mas kawin atau mahar) menjadi pembicaraan pokok. Tempo

dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, seorang utusan

dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami berapa jumlah biaya yang

diperlukan. Biasanya merupakan hasil kelipatan sepuluh dari harga mas kawin.18

Adapun ketika menyebut mas kawin, orang Betawi punya tata krama

tersendiri. Dia tidak akan menyebut langsung apa dan berapa permintaan yang

16

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 17 17

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 42. 18

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 42.

Page 56: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

47

diinginkan. Biasanya pihak calon none mantu mengutarakannya dengan gaya

bahasa atau ungkapan yang tersirat. Contoh: “None kite mintenya Mate Bandeng

seperangkat”. Itu berarti calon none mantu menghendaki mas kawin seperangkat

perhiasan emas bermata berlian. Jika pihak calon none mantu menyatakan: “None

kite mintanye Mate Kembung seperangkat”. Artinya mas kawin yang diminta

adalah perhiasan emas bermata intan tulen seperangkat. 19

Setelah acara Bawa Tande Putus, kedua belah pihak menunggu dan

mempersiapkan keperluan pelaksanaan Acara Akad Nikah. Masa ini dimanfaatkan

juga untuk memelihara none calon mantu yang disebut dengan Piare Calon None

Penganten dan orang yang memelihara disebut Tukang Piare Penganten.20

B. Pernikahan

Nikah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ikatan (akad)

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.21

Nikah secara bahasa berasal dari kata al-wath’u yang artinya hubungan

badan.22

Pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata,

yaitu nakaha dan zawãj. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Alquran dengan

19

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 43. 20

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 43. 21

Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke 3,4, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 782. 22

Syaikh Ayyub, Fikih keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 3.

Page 57: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

48

arti kawin.23

Menurut syara‟ nikah artinya akad yang telah terkenal dan memenuhi

rukun-rukun serta syarat-syarat untuk berkumpul.24

Pernikahan merupakan suatu ketentuan yang menjadikan sunahtullah bagi

manusia yang berlaku universal bagi seluruh makhluknya yang bernyawa. Islam

memandang pernikahan tidak sekedar wahana bertemunya dua insan yang berbeda

jenis dan tidak pula sekedar sarana pemuas nafsu yang membara dalam setiap

manusia. Islam mempunyai pandangan yang lebih mendalam, mendasar dan

menuju kepada sarana yang terarah.25

Pernikahan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sejak zaman Nabi

Adam AS, dan dilakukan manusia secara turun menurun. Hal ini dikarenakan

pernikahan merupakan salah satu pokok kebutuhan manusia yang dituntut secara

naluri, selain itu pernikahan merupakan jalan mencari kebutuhan dan ketentraman

jiwa.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum (30:) 21. 26

Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

23

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan, cet.III, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 35. 24

Abdul fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fikih Islam lengkap, cet.III, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2004), h. 224. 25

Thariq Ismail Kakhiya, Perkawinan Dalam Islam, cet.II, (Jakarta: Yasaguna, 1987), h.

42. 26

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1996).

Page 58: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

49

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir.”

Dasar hukum dianjurkannya pernikahan dalam agama Islam terdapat

dalam firman Allah SWT dalam QS. An-Nur (24): 32.27

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan

hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)

lagi Maha Mengetahui”.

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa perkawinan merupakan

sunahtullah yang memang menjadi kebutuhan hidup untuk mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Selayaknya melangsungkan sebuah pernikahan dalam adat Betawi ada

tahapan yang harus dilalui yaitu Acara Ngebesan atau Ngerudat (Akad Nikah) dan

Acara Membuka Palang Pintu.

Acare Ngebesan atau Ngerudat adalah upacara akad nikah atau ijab

kabul.28

Pelaksanaannya dilakukan secara terbuka. Persiapannya mengacu pada

persetujuan yang telah dicapai kedua belah pihak dalam pemufakatan tande putus.

Kedua keluarga mempelai melaksanakan ketentuan yang telah disepakati sesuai

dengan kedudukan masing-masing.

27

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya. 28

Lembaga Kebudayaan Betawi, Upacara Perkawinan Adat Betawi, (Jakarta: LKB,

1994), h. 19.

Page 59: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

50

Calon tuan mantu akan datang dengan rombongan pengiring yang besar

terdiri dari:29

1. Calon tuan mantu diiringi dan diapit oleh para alim ulama dan tokoh

masyarakat di lingkungan keluarganya.

2. Para penabuh rebana.

3. Di belakang mereka terdapat rombongan pembawa barang.

Maka berangkatlah rombongan rudat calon tuan mantu menuju rumah none

calon mantu. Rombongan besar ini terdiri dari:30

1. Dua orang pemuda sebagai pengawal terdepan memakai baju pangsi (baju

silat) dan masing-masing membawa tongkat (toya atau tombak), yang saat ini

sudah dimodifikasi menjadi kembang kelapa tiang.

2. Tiga orang pemuda memakai baju sadarie (sadariyah) yang bertugas

membawa sirih nanas lamaran, mas kawin, dan sirih nanas hiasan. Formasi

ketiganya huruf V dengan mas kawin di tengah.

3. Dua orang lelaki setengah baya berbaju ujung Serong yang bertugas sebagai

juru bicara.

4. Barisan disusul dengan tiga orang pemuda membawa miniatur masjid,

kekudang (makanan yang disukai oleh none calon mantu perempuan sejak

masa kanak-kanak), dan kue susun penganten memakai baju sadarie. Formasi

sama seperti nomor 2 dan kekudang berada di tengah.

29

Lembaga Kebudayaan Betawi, Upacara Perkawinan Adat Betawi, h. 19. 30

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 50.

Page 60: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

51

5. Calon tuan mantu berpakaian Jas Kaen Serebet diapit oleh encangnya dari

pihak Babe (ayah) dan Enyak (ibu) memakai baju Ujung Serong.

6. Dua orang jago sebagai pengawal calon tuan mantu berbaju pangsi.

7. Rombongan rebana ketimpring yang ngarak calon tuan mantu.

8. Beberapa pemuda yang membaca roti buaya, sie, pesalin, idam-idaman dan

sebagainya yang memakai baju sadarie. Rombongan ini biasanya kelaurga

dekat atau teman-teman calon tuan mantu.

Rombongan rudat calon tuan mantu sampai di depan rumah calon none

mantu, ada upacara yang disebut dengan acare buka palang pintu.31

Pihak

rombongan calon tuan mantu dilarang masuk oleh pihak calon none mantu. Dari

kedua juru bicara masing-masing pihak terjadi dialog yang diselingi dengan balas

pantun.

Di dalam acare buka palang pintu ini ada berbalas pantun, adu jago, baca

sike, dan lain-lain. Setelah selesai maka rombongan calon tuan mantu

dipersilahkan masuk ke dalam rumah.32

Setelah rombongan calon tuan mantu masuk dan duduk bersila, calon tuan

mantu disediakan tempat khusus menghadap kiblat berhadapan dengan

penghulu.33

Maka dimulailah acara ijab kabul. Sampai acara ijab kabul selesai

calon none mantu masih berada di kamar dan belum boleh dipertemukan oleh

31

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 50. 32

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 51. 33

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 52.

Page 61: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

52

calon tuan mantu. Setelah rangkaian acara tersebut selesai barulah kedua

mempelai dipertemukan.

C. Acara Setelah Pernikahan

Dalam tradisi adat Betawi ada beberapa tahapan acara lagi setelah

resminya pernikahan antara kedua mempelai. Tahap-tahap tersebut adalah:34

a) Kebesaran

b) Negor

c) Pulang tige ari

a) Acara Kebesaran

Acara kebesaran merupakan puncak pesta perkawinan dimana pada saat

ini kedua mempelai bersanding di puade (istilah taman). Acara kebesaran

pada saat ini disebut dengan resepsi pernikahan. Sebagaimana resepsi pada

umumnya acara kebesaran berisi tamu-tamu undangan yang datang

memberikan doa restu untuk kedua mempelai. Acara kebesaran ini

erlangsung sehari dan dilanjutkan pada malam harinya dengan acara hiburan

atau kesenian.35

Mempelai perempuan mengenakan busana penganten care Cine (rias gede

dandanan cara none pengantin Cina) dan wajahnya ditutup dengan roban

tipis. Busana care Cine ini terdiri dari:36

34

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 30. 35

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 29. 36

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 55.

Page 62: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

53

1) Tuaki, 37

yaitu baju bagian atas yang terbuat dari bahan yang

gemerlap.

2) Kun,38

yaitu rok bagian bawah yang dibuat agak lebar.

3) Teratai Betawi, yaitu sebagaian hiasan penutup dada dikenakan

sehelai kain bertatahkan emas yang dibuat mengelilingi leher dan

berkancing di belakang yang disebut delime (delapan bentuk

dirangkai menjadi satu sehingga menyerupai belahan buah delima).

4) Alas kaki, yaitu penutup kaki mempelai perempuan berupa selop

berbentuk Perahu Kolek39

yang diperindah dengan tatahan emas

dan manik-manik disebut Selop Kasut.

Pada acara ini mempelai pria mengenakan busana yang disebut “dandanan

cara haji”.40

Modelnya diadoptasi dari pakaian Pak Haji, yaitu berupa jubah

dan tutup kepala sorban. Jubah yang dipakai ada dua, yaitu jubah luar dan

jubah dalam. Busana jubah luar ini agak longgar dan besar, bagian tengah

37

Tuaki, adalah baju bagian atas (blus) yang dikenal memiliki 2 (dua) model, yaitu model

shianghai (Cina), dan model baju kurung (Melayu). Syarat utama dari tuaki ini adalah bahannya

yang polos. Motif-motif hiasan emas, mote atau manik-manik yang diletakan di ujung lengan,

daerah sekitar dada, bagian bawah baju sangat bervariasi. Dari ragam hias geometri, bunga-bunga

sampai motif burung hong.

Ciri khas model shianghai adalah krahnya yang tertutup. Lengan panjangnya diberi

benang karet pada pergelangan. Model yang mengikuti bentuk badan sipemakai, panjangnya

sebatas pinggul. Biasanya diberi pemanis dengan tambahan kain pada pinggiran bawah tuaki yang

dirimpel keliling. Tuaki bentuk baju kurung, modelnya seperti baju kurung Melayu umumnya.

Panjang lengan agak longgar.

38 kun, adalah rok melebar ke bawah dengan panjang sampai ke mata kaki. Kun juga di

beri hiasan benang tebar dengan kombinasi sesuai tatahan motif pada tuaki. Warna yang terbuat

dari bahan polos ini pun disesuaikan dengan warna tuaki. Warna-warna cerah yang dipilih, baik

dari bahan satin ataupun beludru, serta gemerlapan hiasan tuaki dan kun ini melambangkan suka

cita dan keceriaan kedua pengantin dan seluruh keluarganya. 39

Sepatu dengan bentuk perahu kolek, dengan ujung melengkung ke atas dan dihias

dengan tatahan emas dan manikmanik atau mute. 40

Abdul Chaer, Folklor Betawi Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2012), h. 227.

Page 63: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

54

depan dari leher ke bawah terbuka. Jubah luar ini memiliki hiasan yang

bermotif flora dan fauna “burung hong” dari benang emas manik-manik atau

mute, bahan kain jubah dari beludru. Berwarna cerah, kuning, biru dan hijau.

Jubah dalam yang disebut Gamis, dari kain putih halus, model baju kurung

panjang. Gamis ini terbuka dari leher sampai sebatas uluhati. Ukuran jubah

dalam ini lebih panjang dari jubah luar, sampai sebatas mata kaki.

Perlengkapan lain adalah selendang yang dikenakan pada gamis berhias

motif-motif dari benang emas, manik-manik atau mute, beludru warna cerah.

Alas kaki sepatu model pantofel dan berkaus kaki.

b) Negor

Sehari setelah akad nikah, Tuan Pengantin diperbolehkan menginap di

rumah None Pengantin. Meskipun menginap, Tuan Pengantin tidak

diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri. None

pengantin harus mampu mempertahankan kesuciannya selama mungkin.

Bahkan untuk melayani berbicara pun, None pengantin harus menjaga gengsi

dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan

dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan

peralatan mandi.41

Dengan strategi diam itu (sesuai dengan pepatah diam adalah emas), tidak

ada pilihan lain bagi Tuan Raje Mude untuk berusaha keras membujuk dan

merayu agar istrinya menerima. Bujuk rayu Tuan Raje Mude biasanya tidak

41

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 63.

Page 64: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

55

hanya dengan ungkapan kata-kata indah, tetapi juga dengan memberi Uang

Tegor. Uang tegor ini tidak diberikan secara langsung tapi diselipkan di

bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas. Dengan uang tegor ini pun

tidak membuat hati None Pengantin mencair, karena mungkin uang tegornya

masih relatif kecil. Tuan Raje Mude tentu saja memahami apa yang

dikehendaki None Pengantin, maka uang tegornya ditambah dari hari ke hari

semakin besar jumlah.42

Acara negor ini bisa berlangsung berhari-hari, sampai None Pengantin

bersedia diajak masuk kamar. Dalam acara negor ini ada kebiasaan yang

disebut nganten-ngantenan. Nganten-ngantenan ini dilakukan sehari setelah

setelah pernikahan.43

Bertahannya si istri pada malam negor itu dapat ditafsirkan sebagai

ungkapan harga dirinya bahwa ia bukan perempuan gampangan, selain itu

pada malam negor mereka bisa saling mengenal secara mendalam.44

Acara negor ini tidak hanya hanya meluluhkan hati None Penganten

melainkan suatu kondisi dimana Tuan Raje Mude bisa mengenal lebih dekat

istri nya.45

Uang negor yang diberikan tidak ada kaitannya dengan mahar,

uang negor disini merupakan hadiah dari suami kepada istri.46

c) Pulang Tige Ari

42

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 64. 43

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 64. 44

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 30. 45

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 46

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016.

Page 65: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

56

Sebagai tanda kegembiraan dari pihak pria atas kesucian yang telah di

pelihara oleh pihak wanita, maka akan diberikan hadiah kepada pihak

orangtua wanita. Setelah acara ini selesai maka Tuan dan None Betawi

berhak untuk tinggal serumah atau menetap di tempat yang telah disepakati

berdua.

Page 66: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

57

BAB IV

TRADISI PULANG TIGE ARI DI SETU BABAKAN JAGAKARSA

A. Profil Setu Babakan Jagakarsa

Kronologi Pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.1

1. 18 Desember 1975 : Kepgub No. : D.I-7903/a/30/75 tentang Penegasan

Penetapan Kelurahan Condet Batu Ampar, Kelurahan Condet Bale Kambang,

Kelurahhan Condet Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Wilayah

Jakarta Timur sebagai Daerah Buah-Buahan.

2. 11 Desember 1976 : Intruksi Gubernur KDKI Jakarta No. : D.IV-

116/d/11/1976 untuk melaksanakan Kepgub No. : D.I-7903/a/30/75 dan

menjaga keaslian dan keasrian kawasan Condet.

3. 24 September 1987 : Kepgub No. 1873 Tahun 1987, tentang Penguasaan

Perencanaan/Peruntukan Bidang Tanah untuk Pembangunan Kawasan Setu

Babakan Wilayah Jakarta Selatan.

4. 13 September 1997 : Festival Sehari di Setu Babakan (Sudin Pariwisata

Kotamadya Jakarta Selatan).

5. 9 November 1997 : Upacara Pindah Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta

dengan Adat Betawi. Gubernur mencetuskan keinginan membangun

Perkampungan Budaya Betawi.

1 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 163-

169.

Page 67: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

58

6. 7 Januari 1998 : Bamus Betawi menyampaikan Proposal Pembangunan

Perkampungan Budaya Masyarakat Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah,

Jakarta Selatan (Bamus Betawi).

7. Februari 1998 : Bamus mengirimkan Proposal Pendahuluan Pembangunan

Perkampungan Budaya Masyarakat Betawi.

8. 15-16 Januari 1998 : Bamus Betawi menyelenggarakan Sarasehan

Perkampungan Budaya Betawi.

9. 23 Maret 1998 : LKB Beraudiensi dengan wagub Bidang Kesra, dr. H.

Djailani, menyerahkan Proposal Rencana Pembangunan Perkampungan

Budaya Betawi.

10. 14 Oktober 1998 : LKB membentuk Tim Asistensi Teknis Perkampungan

Budaya masyarakat Betawi.

11. 14 Oktober 1998 : LKB melakukan peninjauan lokasi Setu Babakan

Srengseng sawah dan mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat

sekitar lokasi.

12. 1998 : SK Gubernur tentang Tim Teknis Pembangunan Perkampungan

Budaya Betawi. Dialokasikan anggaran sebesar Rp 150.000.000,- melalui

anggaran pembangunan yang diperuntukan pembuatan Master Plan.

13. 30-31 Januari 1999 : Festival Setu Babakan (Sudin Pariwisata Kotamadya

Jakarta Selatan).

14. 29 Maret 1999 : Wagub Bidang Kesra, dr. H. Djailani, memimpi rapat

koordinasi pembahasan kriteria dan pola umum pembangunan Perkampungan

Page 68: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

59

Budaya Masyarakat Betawi. Ditetapkan namanya adalah Perkampungan

Budaya Betawi.

15. 31 Agustus 1999 : Lokakarya Rencana Pembangunan Perkampungan Budaya

Betawi (Dinas kebudayaan – LKB. Pembicara Dr. Meutia F. Swasono, Nana

Nurliana, MA, Ir. Safwandi, Msc, Ir. Martono Juwono, Amarullah Asbah,

Amrul Sandjaja – Lurah Jagakarsa, Drs. Zainuddin Thohir- Camat Jagakarsa).

16. 21 September 1999 : Surat Bamus Betawi kepada Gubernur DKI Jakarta

perihal Realisasi Pembangunan Perkampungan budaya Betawi.

17. 7 Februari 2000 : Surat Bamus Betawi kepada Kepala Dinas Kebudayaan

DKI Jakarta tentang usul Pekerjaan Prioritas Pembangunan Perkampungan

Budaya Betawi.

18. Februari 2000 : Penyelesaian Master Plan dan Maket Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Lemtek

UI).

19. 14 Maret 2000 : Pemaparan Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, oleh Lemtek UI di

hadapan Gubernur.

20. 14 Agustus 2000 : Peninjauan lokasi pembangunan Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Dinas

dan stakeholder).

21. 18 Agustus 2000 : SK Gubernur No. 92 Tahun 2000 tentang Penataan

Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah,

Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Page 69: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

60

22. 2000 : Kepgub No. 3381 Tahun 2000 tentang Pembentukan Tim Koordinasi

Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng

Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

23. 6 September 2000 : Pembahasan Master Plan oleh Dewan Pakardan

mengusulkan “Penyempurnaan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi”.

24. 15 September 2000 : Gubenrur DKI Jakarta, Sutiyoso meletakan batu

pertama Pembangunan Perkampungna Budaya Betawi Setu Babakan.

25. 18 Oktober 2000 : Surat Bamus Betawi kepada Gubernur Provinsi DKI

Jakarta tentang Usulan Program Pembangunan Perkampungan Budaya

Betawi dan Program Pembangunan di DKI Jakarta Tahun 2001/2002.

26. 20 Januari 2001 : Penandatanganan prasasti penggunaan awal Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

oleh pejabat setempat.

27. 20 Januari 2001 : Dibentuk Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi.

28. 2001 : Intruksi Gubernur No. 260 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan

Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Kegiatan Pembangunan

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa,

Jakarta Selatan.

29. 15 Januari 2001 : Keputusan Pimpinan Proyek Pengadaan Sarana dan

Prasarana Seni Budaya No. 08 a/2001 tentang Pengangkatan Perangkat

Pelaksanaan Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi TA 2001.

30. 1 Juni 2001 : Pencanangan HUT Kota Jakarta ke-474 di Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Page 70: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

61

31. 27-29 Juli 2001 : Pameran Seni Budaya Peranakan di Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan.

32. 1-5 November 2001 : Studi Banding Sistem Manajemen Pengelolaan

Perkampungan Budaya Betawi ke Sarawak Culture Village, Kuching,

Sarawak, Malaysia.

33. 20 September 2001 : Kunjungan Kerja Wagub Kesra ke Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

34. 23-27 Oktober 2002 : Pekam Kebudyaan Betawi ke-18 di Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

35. 10 Maret 2005 : Perda No. 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan

Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

36. 1 Oktober 2007 : Pergub No. 129 Tahun 2007 tentang Lembaga Pengelolaan

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa,

Jakarta Selatan.

37. 5 November 2007 : Pergub Provisni DKI Jakarta No. 151 Tahun 2007 tentang

Pedoman Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

38. 3 Juni 2008 : SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 754/2008 tentang

Kepengurusan Lembaga Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi.

39. 11 Juni 2008 : Seminar Sehari Penguatan Kelembagaan Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

(Bamus Betawi dengan Walikota Jakarta Selatan).

Page 71: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

62

40. 18 Februari 2010 : Rapat Pengarahan Sekda Prov kepada Lembaga Pengelola

Perkampungan Budaya Betawi dan Instansi terkait.

41. 17 Mei 2011 : Deklarasi Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi

(MP-PBB) dengan akta notaris No. 4 Tahun 2011.

42. 14 Juni 2012 : Pagelaran Seni Betawi Tempo Doeloe. Acara yang dipusatkan

di Perkampungan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

dan Lembaga Kebudayaan Betawi).

43. 29 Agustus 2012 : Seminar Pengembangan Cagar Budaya Perkampungan

Budaya Betawi sebagai Setus warisan budaya (Sudin Kebudayaan

Kotamadya Jakarta Selatan) di Hotel Amoz Cosy, Jakarta Selatan.

44. 3 Agustus 2012 : SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1193/2012 tentang

Kepengurusan Lembaga Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi.

45. 4 Oktober 2012 : Seminar Penyusunan Panduan Rancangan Kota Atau Urban

Design Guidelines (UDGL) di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

(Dinas Tata Ruang Pemprov. DKI Jakarta).

46. 21 November 2012 : Kunjungan Gubernur DKI Joko Widodo dan

memastikan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, akan dilanjutkan.

47. 15 Mei 2014 : Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo Melantik Walikota

Jakarta Selatan, Syamsudin Noor, di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Page 72: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

63

48. 10 September 2014 : SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1149 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur No. 1193/2012 tentang

Kepengurusan Lembaga Pengelola Perkmapungan Budaya Betawi.

Setu Babakan (Setu atau Situ berarti Danau Kecil), merupakan kawasan

pemukiman yang terletak di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan

yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat pelestarian dan

pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang

terletak di Selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang

menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau

menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung.

Kawasan Setu Babakan terletak di Kampung Kalibata, Kelurahan

Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan ini memiliki

luas sekitar 289 Ha, terdiri atas 70 Hektar aset Pemerintah Daerah dan 209 Hektar

milik masyarakat. Kawasan tersebut meliputi kawasan pemukiman, fasilitas,

hutan kota, Setu Babakan, Setu Mangga Bolong dan mata air yang merupakan

satu kesatuan yang dikelola secara terpadu.2

Konsep kawasan perkampungan Budaya Betawi diawali dengan terbitnya

Perda Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi

Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan

yang bertujuan untuk melestarikan budaya Betawi melalui sebuah perspektif

2 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 184.

Page 73: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

64

kehidupan budaya Betawi. Kawasan Setu Babakan terbagi menjadi 3 zona

wilayah, yaitu:3

1. Zona A, dikembangkan menjadi pusat pelestarian pengembangan budaya

dengan luas 3,2 ha. Pada zona ini dikembangkan berbagai rumah adat khas

Betawi, seperti rumah adat gudang, kebaya, joglo, bapang, pesisir dan pulau

seribu yang juga dilengkapi dengan museum sejarah dan purbakala, gedung

teater dan gedung modern bernuansa Betawi.

2. Zona B, dikembangkan sebagai pusat kuliner nusantara dengan tema Betawi

untuk Indonesia, zona ini berdiri diatas lahan seluas 3.700 meter persegi.

Didalam zona ini terdapat kurang lebih 250 pedagang kuliner yang

menjajakan makanan khas Betawi dan budaya Indonesia lainnya.

3. Zona C, dikembangkan menjadi zona komersial dan studi alam, zona ini

berdiri diatas lahan seluas 2,8 ha. Di zona ini dibangun replika perkampungan

Betawi yang dilengkapi rumah adat, sawah dan empang (danau kecil).

Salah satu pertimbangan utama ditetapkannya wilayah Setu Babakan

sebagai Perkampungan Budaya Betawi oleh Pemda Jakarta adalah karena

kawasan ini termasuk salah satu wilayah berkomunitas Betawi yang masih

bertahan di tengah perkembangan masyarakat Jakarta yang semakin Heterogen.

Berdasarkan prosentasi bahwa 67,5% merupakan penduduk asli Betawi yang telah

tinggal turun temurun hingga 6 generasi.

3 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 159-

161.

Page 74: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

65

Di Setu Babakan terdapat 4 RW yaitu RW 5, RW 6, RW 7 DAN RW 8.

Penduduk Betawi di wilayah ini lebih banyak menempati RW 6 dan RW 8.

Prosentasi tertinggi berada di RW 8 (75%) dan RW 6 (71.4%). Sebagian

penduduk asli Betawi terkonsentrasi di RW 8 bagian utara yaitu sisi timur

kawasan. Penduduk pendatang berada pada sebagian besar RW 6 bagian utara,

sebagian RW 6 bagian tengah, sebagian kecil sekali RW 6 bagian selatan dan RW

8 bagian selatan. Penduduk campuran Betawi dan pendatang ada di RW 8 bagian

selatan, RW 6 bagian tengah dan selatan.4

Pencapaian ke dalam kawasan Setu Babakan secara makro dapat dicapai

dari 4 arah yang berlainan, yaitu:5

1. Arah Barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere, dan Pondok Labu sebagai

konsentrasi tujuan dari dan ke lokasi melalui Jalan Warung Silah.

2. Arah Timur, dari Jalan Raya Lenteng Agung melalui Jalan Srengseng Sawah.

3. Arah Utara, dari Jalan Raya Lenteng Agung melalui Jalan Mohammad Kahfi

II atau Jalan Jeruk.

4. Arah Selatan, mewakili daerah Lebak Bulus dan Depok, melalui Jalan Tanah

Baru (terusan Mohammad Kahfi II ke arah Selatan) dari Lebak Bulus dan

Jalan Kukusan di Depok.

Secara umum masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang agraris, hal

ini berkaitan dengan kondisi pemukiman Betawi (pemukiman Betawi bagian

4 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 188. 5 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, h. 196.

Page 75: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

66

dalam) yang pada umumnya memiliki suasana pedesaan pertanian kebun, yang

sangat terasa dengan lapak yang didominasi oleh lahan kebun dan hunian dengan

pekarangan yang ditumbuhi oleh pohon buah-buahan sehingga masyarakat Betawi

mengandalkan hasil kebun dan pekarangannya sebagai pencaharian ekonomi

keluarga.6

Kondisi ini menunjukkan hal yang signifikan pada wilayah Setu Babakan.

Berdasarkan hasil penelitian, prosentase terbesar mata pencaharian masyarakat

bukanlah yang bersifat agraris. Prosentase terbesar mata pencaharian masyarakat

adalah karyawan swasta (50%), ibu rumah tangga (15%), wiraswasta (25%),

lainnya (10%).7

Pada saat ini kegiatan wisata hanya terfokus di RW 8, maka fasilitas

penunjang wisata yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

hanya ada di sub-kawasan ini. Fasilitas wisata yang ditemui di sub-kawasan ini

meliputi Wisma Betawi, warung-warung yang menjual barang-barang khas

Betawi, toilet, panggung terbuka, tempat duduk dan tempat parkir kendaraan.8

Bila ingin dapat menggunakan Wisma Betawi, wisatawan harus

mengontak pihak pengolola sebelum hari digunakan (reservasi). Untuk warung-

warung yang ada sebagian besar ternyata dimiliki dan dikelola oleh masyarakat

dari luar wilayah Setu Babakan. Ada beberapa jenis fasilitas yang dapat

6 Ismet Harun, Rumah tradisonal Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta,

1991), h. 12. 7 Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputa, Jakarta, 15 Desember 2016.

8 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 209.

Page 76: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

67

diakomodir oleh penduduk Setu Babakan seperti penginapan (home stay), warung

makan atau kios kerajinan (souvenir shop).9

Konservasi budaya dari aspek kultural merupakan suatu hal yang sangat

penting. Suatu masyarakat akan dikenal jika masih tetap mempertahankan budaya

asli mereka. Indikator kebudayaan ada lewat masyarakat yang mempertahankan

budaya mereka. Hal ini saling berkaitan dimana adanya suatu perkumpulan

masyarakat maka disitu akan ada budaya dan adat istiadat.10

Nilai filosofis dari konservasi budaya Setu Babakan Jagakarsa merupakan

suatu tempat (locus) untuk mempertahankan suatu eksistensi kebudayaan terutama

budaya Betawi. Setu Babakan Jagakarsa sangat penting dibentuk dan

dipertahankan sebagai bentuk pertahanan budaya Betawi.11

Nilai sosiologis dari Setu Babakan Jagarkarsa adalah mempertahankan dan

membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa budaya itu sangatlah penting. Dan

kemudian masyarakat akan sadar tentang budaya nya lalu mulai berkomunikasi

dan membagi pengetahuan serta pengalaman dan saling berdiskusi siapa mereka,

mengapa mereka ada, untuk apa mereka ada dan bagaimana mereka

mempertahankan tradisi itu.12

Nilai yuridis dari Setu Babakan Jagakarsa tertuang dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Propinsi

9 Yahya Andi Saputra, dkk, Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu, (Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014), h. 210. 10

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016. 11

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016. 12

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016.

Page 77: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

68

Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Ini merupakan bukti

konkrit kepedulian pemerintah terhadap pelestarian dan pengembangan budaya

Betawi.13

B. Pulang Tige Ari

Acara penganten Pulang Tige Ari ini berlangsung setelah Tuan Raje Mude

bermalam beberapa hari di rumah None Pengantin. Acara Pulang Tige Ari

(Pulang Tiga Hari) ini tidak mutlak bahwa setelah tiga hari bersama mereka akan

dijemput. Dahulunya memang demikian akan tetapi pada masa menjelang

kemerdekaan Pulang Tiga Hari tersebut dapat berlangsung sesudah satu minggu

atau lebih.14

Dalam tradisi Jawa acara ini disebut Ngunduh Mantu.15

Tradisi Pulang Tige Ari merupakan satu kebiasaan masyarakat Betawi

yang dilakukan setelah acara pernikahan (acara kebesaran) dan dilakukan di

rumah pengantin laki-laki.16

Untuk keperluan acara ini utusan yang bertindak sebagai wakil keluarga

pengantin laki-laki akan datang menjemput pengantin perempuan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan. Keberangkatan pengantin perempuan diantar oleh

beberapa orang yang mewakili orang tuanya.17

Pengantin wanita boleh dijemput mateng dan boleh juga dijemput mentah.

Maksud dijemput mateng yaitu None Pengantin sudah memakai pakaian

pengantin lengkap (Pakean Penganten Care Cine) adat Betawi. Sedangkan

13

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Jakarta 28 Desember 2016. 14

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 30. 15

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 66. 16

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016. 17

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 30.

Page 78: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

69

dijemput mentah yaitu None Pengantin Belum dirias dan hanya mengenakan

busana rias bakal.18

Sebelum berangkat ke rumah mertuanya pengantin wanita diberi wejangan

bagaimana seharusnya ia berperilaku di rumah suaminya nanti. Misalnya ia harus

bangun lebih pagi dari pada mereka yang berada di rumah mertuanya dan

seterusnya.19

Selain itu pengantin perempuan diberi petunjuk bahwa setelah

beberapa hari ia diberi uang tegor oleh suaminya, di kamarnya akan diletakkan

seperangkat kotak sirih komplit dengan isinya dan selembar kain putih. Ini

menandakan bahwa pada malam itu dianjurkan sebaiknya ia sudah “menerima”

suaminya atau ia harus mau diajak “kumpul” bersama suaminya.20

Adat Betawi mengharuskan jika pada malam itu telah terjadi “kumpul”

antara keduanya maka pada pagi hari suaminya akan mengeluarkan kotak sirih

dan meletakkan di sisi luar pintu kamar. Jika alat penumbuk sirih diletakkan

miring atau tergeletak di antara perlengkapan lainnya, itu mengisyaratkan bahwa

None Pengantin benar-benar gadis suci ketika memasuki mahligai pernikahan.

Sebaliknya jika tempat sirih dikeluarkan dalam keadaan sama seperti dimasukkan,

berarti None Pengantin bukan gadis lagi tatkala memasuki pernikahan.21

Ketika diketahui pengantin perempuan sudah tidak suci lagi (di beberapa

kampung) maka keluarga perempuan diberi sanksi dengan mengembalikan dua

kali lipat bawaan yang sudah diberikan dan yang paling berbahaya bisa

18

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 67. 19

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 30. 20

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 67. 21

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, h. 67.

Page 79: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

70

membatalkan pernikahan nya.22

Jika diketahui pengantin perempuan sudah tidak

suci lagi ini merupakan suatu aib bagi kedua keluarga. Dan mengenai sanksi yang

diberikan kepada pihak pengantin perempuan nantinya akan bicarakan dan

diselesaikan oleh kedua belah pihak keluarga.23

Selembar kain putih yang awal nya bersih ketika mereka sudah

“berhubungan” akan ada bercak darah, kemudian kain tersebut ditunjukan kepada

ibu mertua.24

Dalam hal demikian orang tua pengantin laki-laki memahami makna

artinya dan mengucapkan rasa syukur. Begitu pula orang tua pengantin

perempuan sangat gembira diberi tahu bahwa anaknya menikah dalam keadaan

suci. Bagi orang tua pengantin perempuan kesucian sebelum menikah dinilai

sangat tinggi karena hal itu berkaitan dengan martabat dan harga diri anak

perempuannnya, orang tua serta seluruh keluarganya.25

Sebagai tanda kegembiraan dari orang tua pengantin laki-laki bahwa

anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga

pihak laki-laki akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten untuk

dimasak oleh kepada keluarga penganten perempuan.26

Sambil memanjatkan puji-pujian kepada Allah SWT keluarga pihak

perempuan menerima kiriman itu dan memasaknya. Maka siang harinya tanpa

diundang lagi keluarga kedua belah pihak akan berkumpul di tempat kediaman

22

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 23

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016. 24

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 25

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, Daerah DKI Jakarta, cet. 1999/2000, h. 31. 26

Dinas Kebudayaan, Pengantin Betawi, h. 31.

Page 80: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

71

pihak perrempuan bersama pengantin baru. Bersama-sama mereka mengadakan

selamatan dan mendoakan kebahagiaan pengantin baru. Pada saat ini pengantin

laki-laki mengenakan Baju Ujung Serong dan pengantin perempuan menggunakan

busana Encim Betawi. Keluarga lain boleh mengenakan busana Betawi apa saja.27

Pernikahan tidak hanya sekadar pertemuaan antara laki-laki dan

perempuan melainkan perkawinan antara dua adat, dua tradisi dan dua perilaku.

Maka ketika tradisi Pulang Tige Ari ini suami maupun istri beradaptasi untuk

mengetahui apa yang harus dilakukan dan disukai oleh keduanya. Tradisi ini

dilakukan sebagai wadah untuk berkomunikasi dan mendapatkan satu persamaan

persepsi ketika sudah menikah suami-istri harus rukun.28

Nilai filosofis tradisi Pulang Tige Ari adalah kaum perempuan menjadi

mulia dalam pandangan masyarakat Betawi dengan diadakannya tradisi ini

(memuliakan yang seharusnya dimuliakan).29

Nilai sosiologis tradisi Pulang Tige

Ari adalah mengukur status sosial di masyarakat juga sebagai penghormatan dan

pengakuan masyarakat bahwa keluarga ini merupakan baik-baik dan mulia.30

Nilai yuridis tradisi Pulang Tige Ari ini di dalam hukum tertulis

masyarakat Betawi memang tidak diatur akan tetapi secara hukum adat tradisi ini

dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara keluarga kedua mempelai,

selain itu tradisi ini juga sebagai suatu tanda untuk mengukur status sosial

keluarga yang bersangkutan. Di dalam masyarakat Betawi bila ingin dikatakan

27

Yahya Andi Saputra, dkk, Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat”, (Jakarta:

Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000), h. 68. 28

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016 29

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 30

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016.

Page 81: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

72

sebagai manusia yang baik maka sudah seharusnya bila menikahkan sang anak

harus melakukan tradisi sampai selesai dimana tradisi Pulang Tige Ari ini

merupakan tardisi terakhir dari rangkaian tradisi perniakahan dalam adat Betawi.31

Tradisi Pulang Tige Ari di pengaruhi oleh ajaran pra-Islam (Hindu dan

Budha). Hal ini dikarenakan bila pengantin wanita dijemput mateng (sudah

didandani) itu berarti pengantin wanita tidak boleh langsung menginjak tanah dan

harus ditandu atau menggunakan kereta kuda. Mengenai pakaian pengantin tradisi

ini dipengaruhi oleh beberapa budaya diantaranya Cina, Eropa dan Melayu.32

Dari segi masakan dan makanan tradisi Pulang Tige Ari dipengaruhi oleh

budaya Cina dan India. Hal ini dikarenakan bumbu-bumbu yang digunakan untuk

membuat membuat laksa pengantin sama dengan bumbu-bumbu yang digunakan

oleh orang-orang India dan dipadukan dengan mie yang merupakan makanan khas

Cina.33

Menurut ahli hukum Islam tradisi Pulang Tige Ari ini hanya sebatas tradisi

lokal khususnya di wilayah Jakarta dan dalam aturan agama hal ini tidak diatur.

Secara hukum normatif agama ketika seseorang sudah menikah seharusnya tidak

perlu dihalangi kecuali istrinya masih di bawah umur (kawin gantung).34

Dari sudut pandang Islam tradisi ini tidak Islami cendrung merugikan

perempuan, sebaiknya ditolak saja. Jika memang masih dilaksakan sebaiknya

31

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 32

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 33

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016. 34

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, MA. Tanggerang Selatan 03

Januari 2017.

Page 82: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

73

ambil sisi positifnya saja dan tidak memihak kepada siapa pun. Islam

menginginkan kedudukan laki-laki dan perempuan disama ratakan.35

Tradisi Pulang Tige Ari ini pada dasarnya tidak bertentangan hukum

Islam. Tradisi ini merupakan rangkaian dimana harus ada tahap-tahap yang dilalui

oleh seorang laki-laki untuk bisa membina rumah tangga dengan perempuan yang

dicintainya. Hal ini dilakukan oleh adat sebagai ekspresi komunikasi, ekspresi

berbahasa juga ekspresi keindahan. Maka dimulai perlahan-lahan sampai terjadi

klimaks diantara suami-istri ini. Ketika mempunyai keturunan nanti niscahya akan

berkah.36

Masyarakat Betawi identik dengan Islam dan tidak ada masyarakat Betawi

yang tidak Islam (non muslim). Tradisi berangkat dari sumber agama yaitu Islam.

Oleh sebab itu tradisi-tradisi di masyarakat Betawi di perbolehkan dan tidak

bertentangan dengan hukum Islam. Tradisi Pulang Tige Ari hanya merupakan

bagian dari adat, dan upacara inti dari pernikahan sudah terlaksana dengan akad.37

C. Analisis Penulis

Melihat dari penjelasan di atas, penulis dapat menganalisa beberapa hal

mengenai tradisi Pulang Tige Ari bahwa tradisi Pulang Tige Ari memang tidak

dijelaskan di dalam hukum tertulis masyarakat Betawi melainkan hal ini diatur

dalam hukum adat Betawi.

35

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, MA. Tanggerang Selatan 03

Januari 2017. 36

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputra. Jakarta 8 Desember 2016. 37

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan 28 Desember

2016.

Page 83: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

74

Tradisi Pulang Tige Ari merupakan acara resepsi pernikahan yang

diadakan oleh pihak laki-laki dan dilaksanakan di rumah pihak laki-laki. Acara ini

umunya disebut dengan acara ngunduh, tetapi di masyarakat Betawi dikenal

dengan tradisi Pulang Tige Ari. Sama halnya dengan acara resepsi pada umumnya

dimana kedua pengantin akan duduk di kursi pelaminan dan menyambut tamu-

tamu yang hadir. Akan tetapi ada yang membedakan tradisi Betawi ini dengan

tradisi yang sejenis dari wilayah lain. Dalam tradisi Pulang Tige Ari ketika

pengantin perempuan hendak dijemput oleh utusan pihak laki-laki pengantin

perempuan boleh dijemput mateng dan boleh juga dijemput mentah.

Dijemput mateng yaitu None Pengantin sudah memakai pakaian pengantin

lengkap (Pakean Penganten Care Cine) adat Betawi. Sedangkan dijemput mentah

yaitu None Penganten Belum dirias dan hanya mengenakan busana rias bakal.

Ketika sampai di rumah pihak laki-laki None Pengatin yang sudah dijemput

mateng bisa langsung duduk di kursi pelaminan dengan Tuan Raje Muda, dan

apabila dijemput mentah maka None Pengantin harus dirias terlebih dahulu

sebelum duduk di kursi pelaminan.

Ketika selesai semua acara maka pada malam harinya suami dan istri

masuk ke dalam kamar dan mulai berbicara untuk mengenal lebih dekat satu sama

lain. Mulailah suami meletakkan uang di bawah gelas untuk merayu istri, ini

dinamakan malam negor. Pada saat malam negor suami belum bisa berhubungan

“kumpul” dengan istri hal ini dikarenakan sang istri belum mau berbicara banyak.

Disinilah tugas suami untuk membuat istrinya mau membuka hati untuk suami.

Diamnya istri dalam tradisi Pulang Tige Ari tidak berarti dia melalaikan tugasnya

Page 84: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

75

sebagai seorang istri, dia tetap menyiapkan segala sesuatu untuk suami nya. Dia

hanya bersikap jual mahal dan tidak gampangan.

Ketika uang negor yang diberikan suami sudah dianggap besar maka sang

istri mulai membuka hati untuk suaminya dan terjadi hubungan suami istri. Ketika

esok harinya setelah mereka “berkumpul” di depan pintu kamar pengantin baru ini

biasanya akan ada seperangkat kotak sirih dan selembar kain putih. Ini merupakan

simbol yang menandakan bahwa sang istri masih suci. Apabila kotak sirih

diletakkan miring atau tergeletak diantara perlengkapan lainnya maka itu berarti

sang istri benar-benar suci atau masih gadis. Sebaliknya jika tempat sirih

dikeluarkan dalam keadaan sama seperti awal dikeluarkan dari kamar itu berarti

sang istri bukan gadis lagi.

Ketika mengetahui sang istri masih suci itu terlihat pada selembar kain

putih yang ada bercak darah. Kain putih tersebut diberikan kepada ibu mertua.

Sebagai tanda kegembiraan dan syukur dari orang tua pihak laki-laki bahwa

anaknya memperoleh istri yang terpelihara kesuciannya maka kelaurga pihak laki-

laki akan mengirimkan bahan-bahan untuk membuat lakse pengante kepada pihak

keluarga perempuan.

Maka keluarga pihak perempuan menerima bahan-bahan tersebut dan

langsung membuat lakse penganten. Siang harinya kedua belah pihak keluarga

kembali berkumpul dan mengundang saudara-saudara serta tetangga untuk

mengadakan acara syukuran dan mendoakan agar kehidupan rumah tangga anak-

Page 85: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

76

anak mereka bahagia. Lakse penganten ini hanya akan dibuat pada saat-saat

seperti ini saja. Itulah mengapa makanan ini disebut lakse Penganten.

Tradisi Pulang Tige Ari ini pada dasarnya tidak bertentangan hukum

Islam. Tradisi ini merupakan rangkaian dimana harus ada tahap-tahap yang dilalui

oleh seorang laki-laki untuk bisa membina rumah tangga dengan perempuan yang

dicintainya. Hal ini dilakukan oleh adat sebagai ekspresi komunikasi, ekspresi

berbahasa juga ekspresi keindahan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tradisi

Pulang Tige Ari itu merupakan suatu acara untuk memuliakan seorang

perempuan, dalam Islam seorang perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah

SWT yang sangat suci dan dihormati. Jika ada dalam tradisi ini hal-hal yang

cendrung tidak Islami maka perlu dilihat kembali menurut pandangan orang yang

bersangkutan. Ambil sisi baik dan positif nya dari sebuah tradisi. Maka tradisi ini

tidak akan bertentangan dengan Hukum Islam. Karena Betawi itu Islam.

Page 86: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan akhir tentang masalah

tradisi Pulang Tige Ari. Tradisi Pulang Tige Ari di pengaruhi oleh ajaran pra-

Islam (Hindu dan Budha). Hal ini dikarenakan bila pengantin wanita dijemput

mateng (sudah didandani) itu berarti pengantin wanita tidak boleh langsung

menginjak tanah dan harus ditandu atau menggunakan kereta kuda. Mengenai

pakaian pengantin tradisi ini dipengaruhi oleh beberapa budaya diantaranya Cina,

Eropa dan Melayu. Dari segi masakan dan makanan tradisi Pulang Tige Ari

dipengaruhi oleh budaya Cina dan India. Hal ini dikarenakan bumbu-bumbu yang

digunakan untuk membuat membuat laksa pengantin sama dengan bumbu-bumbu

yang digunakan oleh orang-orang India dan dipadukan dengan mie yang

merupakan makanan khas Cina.

Acara ini pada awalnya dilakukan setelah 3 hari pengantin baru menginap

di rumah pihak perempuan kemudian pada hari ketiga keluarga pihak pengantin

laki-laki menjemput keduanya untuk mengadakan kembali acara di rumah

pengantin laki-laki. Sebenarnya tidak harus mutlak dilakukan pada hari ketiga

setelah mereka menikah, bisa dilaksanakan seminggu setelahnya atau pun

beberapa waktu kedepan. Tidak ada batasan waktu untuk melaksanakan acara ini.

Pada acara Pulang Tige Ari ini ada satu kebiasaan dimana suami-istri belum bisa

langsung berhubungan selayaknya pasangan lain. Hal ini dikarenakan adanya

Page 87: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

78

“malam negor”. Di malam negor ini suami diharuskan memenangkan hati istri

untuk mau diajak berbicara dari hati ke hati. Kebiasaan yang sering terjadi pada

malam negor adalah suami meletakkan sejumlah uang dibawah gelas yang

nantinya akan diambil oleh istri. Dalam malam negor ini pun istri masih belum

mau berbicara banyak kepada suami hal ini menandakan bahwa istri bukan

perempuan gampangan. Malam negor ini bisa berlangsung selama beberapa hari

tergantung istri sudah mau diajak berbicara dengan suaminya. Selama masa

diamnya istri, dia tetap menjalankan tugas sebagaimana istri melayani suami

seperti segala sesuatu yang diperlukan suaminya. Ketika istri sudah mau

membuka hati dan bisa diajak berbicara banyak oleh suami maka mereka baru

bisa melakukan hubungan suami-istri. Adat Betawi mengharuskan jika pada

malam itu telah terjadi “kumpul” antara keduanya maka pada pagi hari suaminya

akan mengeluarkan kotak sirih, selembar kain putih dan meletakkan di sisi luar

pintu kamar. Ini merupakan simbol yang menandakan bahwa istri masih suci

(gadis) atau tidak ketika mereka menikah. Jika alat penumbuk sirih diletakkan

miring atau tergeletak di antara perlengkapan lainnya, itu mengisyaratkan bahwa

None Penganten benar-benar gadis suci ketika memasuki mahligai pernikahan.

Sebaliknya jika tempat sirih dikeluarkan dalam keadaan sama seperti dimasukkan,

berarti None Penganten bukan gadis lagi tatkala memasuki pernikahan.Ketika

mengetahui istri masih suci hal yang dilakukan oleh suami adalah menunjukkan

selembar kain putih yang ada bercak darah itu kepada ibu nya.

Tradisi Pulang Tige Ari cendrung tidak Islami, ada beberapa hal dalam

tradisi ini yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Manusia setiap harinya tumbuh

Page 88: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

79

dan berubah begitu pun dengan tradisi. Tidak semua tradisi akan tetap bertahan

pada tempatnya. Jika tradisi ini cendrung tidak Islami maka sebaiknya tidak perlu

dilanjutkan, ambil hal-hal baik dan positif dari suatu tradisi dan hilangkan jika

memang bertentangan dengan syariat Islam. Tradisi-tradisi yang ada di budaya

Betawi pada dasarnya tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena pengaruh

dalam hal agama dan hal keyakinan bisa dikatakan bahwa masyarakat Betawi

adalah masyarakat yang memegang keislaman dengan begitu kuat. Begitu pun

dengan tradisi Pulang Tige Ari ini. Oleh sebab itu tradisi-tradisi di masyarakat

Betawi di perbolehkan dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Tradisi

Pulang Tige Ari hanya merupakan bagian dari adat, dan upacara inti dari

pernikahan sudah terlaksana dengan akad.

B. Saran-saran

Melihat penjelasan dari penelitan yang penulis lakukan, penulis ingin

menyampaikan saran-saran kepada semua agar menjadi masyarakat yang lebih

baik. Berkaitan dengan tradisi Pulang Tige Ari ini agar tidak terjadi salah tafsir

maka penulis akan memberikan beberapa saran yang sesuai dengan apa yang

penulis teliti, diantaranya:

1. Hendaklah seseorang yang akan menikah berkonsultasi terlebih dahulu

kepada orang yang dituakan agar mengetahui apa saja tahap-tahap yang

harus dilakukan dari awal sampai selesainya prosesi adat pernikahan

Betawi.

2. Seseorang wajib memahami apa itu tradisi dalam suatu adat. Karena

banyaknya hal-hal baru dalam suatu budaya adat istiadat maka diperlukan

Page 89: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

80

pemahaman yang benar dan kuat akan hal tersebut. Jangan

mengesampingkan suatu budaya karena kita semua terlahir dan tumbuh di

lingkungan yang mempunyai budaya adat istiadat masing-masing.

3. Tradisi-tradisi budaya Betawi termasuk Pulang Tige Ari harus tetap dijaga

dan dipertahankan. Agar nantinya anak-cucu masyarakat Betawi

mengetahui dan mengenal tradisi tersebut.

Page 90: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

81

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmad Sudirman. Pengantar Pernikahan. Jakarta: PT. Prima Heza

Lestari, 2006.

Ahmad, Supriyad, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatullah Jakarta,

Jakarta: PPJM Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidatullah

Jakarta. 2012

Anisa. “Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan Betawi” artikel diakses

pada 18 November 2008 dari

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/08/11/17/15092-kebudayaan-islam-betawi-dulu-kini-dan-

esok

Ayyub, Syaikh. Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Az-Zuhaili, Wahbah. Al Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. Damaskus: Darul

Fikr, 2004.

Bungin, Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet.III. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Chaer, Abdul. Folklor Betawi Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi.

Jakarta: Masup Jakarta, 2012.

----------. Betawi Tempo Doeloe Menelusuri Sejarah Kebudayan Betawi.

Jakarta: Masup Jakarta, 2015.

Danandjaja, James. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-

Lain. cet.VII. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007.

Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: CV. Indah

Press, 1996.

Dinas Kebudayaan. Pengantin Betawi. Daerah DKI Jakarta, cet.

1999/2000.

Gazalba, Sidi. Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi.

Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Hadikusuma, Hilman. Pengantar Antropologi Hukum. Jakarta: P.T.Citra

Aditya Bakti, 1992.

Page 91: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

82

Harun, Ismet. Rumah Tradisonal Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI

Jakarta, 1991.

HS, Ahmad Fadli HS. Ulama Betawi (Studi Tentang Jaringan Ulama

Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad

Ke-19 Dan 20). Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011.

Kakhiya, Thariq Ismail. Perkawinan Dalam Islam. cet.II. Jakarta:

Yasaguna, 1987.

Koentjaraningrat. Pengantar Antrplologi - Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta,

2005.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta,

2009.

Lembaga Kebudayaan Betawi. Upacara Perkawinan Adat Betawi. Jakarta:

LKB, 1994.

Medikanto, Joko Medikanto. Penetapan Wali Adhal (studi kasus

Pengadilan Agama Kendal). Tesis. Semarang, 2006.

Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta:

PT. Bulan Bintang. 1974.

Nata, Abuddin. Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta: Kencana, 2006.

Pemerintah Provinsi DKI. Sejarah Jakarta Dari Zaman Prasejarah.

Jakarta: Dinas Museum & Pemugaran, 2001.

Pratiwi, Fajar. “Tindak Tutur Komunikasi Pada Upacara Pernikahan Adat

Betawi (Studi Fenomenologi Linguistik Dengan Pendekatan

Analisis Percakapan Tentang Tindak Tutur Komunikasi Pada

Tradisi Berbalas Pantun Dalam Upacara Pernikahan Adat

Betawi)”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2014.

Poesponoto, Soebakti. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta:

Pradya Paramita, 1983.

Saidi, Ridwan. Babad Tanah Betawi. Jakarta: PT. Gramedia, 2002.

----------. Sejarah Jakarta dan Peradaban Melayu Betawi. Jakarta:

Perkumpulan Renaissance Indonesia (Timpani Pub), 2010.

Page 92: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

83

Saputra, Yahya Andi, dkk. Siklus Betawi Upacara dan Adat Istiadat.

Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi, 2000.

----------. Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan Demi

Anak-Cucu. Jakarta: Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi

Jakarta Selatan, 2014.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. cet.4. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1990.

----------. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pers, 1996.

Sopyan, Yayan. Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam

Dalam Hukum Nasional. Tanggerang Selatan: UIN Syarif

Hidatullah Jakarta, 2011.

Subagio, P. Joko. Metode Penelittian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1997.

Sukanto, Soerjono. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat. cet 2. Jakarta:

Radar Jaya Offset, 1982.

Suma, Muhammad Amin. Kedudukan dan Peranan Hukum Islam di

Negara Hukum Indonesia. Tanggerang Selatan: UIN Syarif

Hidatullah Jakarta, 2009.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. cet.III. Jakarta:

Kencana, 2011.

Talidizuhu, Ndaraha. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta,

2005.

Tihami, M. A., dkk. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Tim Penyusun Pusat Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet ke 3,4.

Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Wawancara Pribadi dengan Yahya Andi Saputa, Jakarta, 15 Desember

2016.

Wawancara Pribadi dengan Prof. DR. Murodi, MA. Tanggerang Selatan

28 Desember 2016.

Page 93: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

84

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. Mujar Ibnu Syaris, MA. Tanggerang

Selatan 03 Januari 2017.

Page 94: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

LAPORAN HASIL WAWANCARA

DENGAN BUDAYAWAN DI SETU BABAKAN JAGAKARSA

BAPAK YAHYA ANDI SAPUTRA

1. Apa itu tradisi Pulang Tige Ari dalam adat Betawi?

Jawaban: Acara kebesaran atau acara resepsi yang dilakukan kembali

di rumah pihak keluarga laki-laki. Tradisi ini dilakukan untuk

memualikan pengantin perempuan. Sebelum menuju rumah keluarga

laki-laki pengantin laki-laki dan perempuan masih berada di rumah

pengantin perempuan untuk selanjutnya akan dijemput oleh keluarga

pihak laki-laki menuju tempat acara. Salah satu kemuliaannya itu

adalah ketika akan berangkat pengantin perempuan ditanya terlebih

dahulu akan dijemput mateng atau dijemput mentah. Jika dijemput

mateng pengantin perempuan tidak diperbolehkan untuk menginjak

tanah (menggunakan kereta kuda), sudah resmi menggunakan pakaian

pengantin kebesaran Betawi. Sedangkan jika dijemput mentah maka

pengantin perempuan akan dijemput apa adanya dengan menggunakan

pakaian biasa terlebih dahulu, nanti ketika tiba di rumah pihak laki-laki

barulah akan diurus sebagaimana seorang perempuan akan menjadi

pengantin.

2. Nilai filosofi, yuridis dan sosilogis di dalam tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Nilai filosofisnya adalah pemuliaan terhadap kaum

perempuan di mata adat Betawi. Memuliakan yang seharusnya

dimuliakan. Nilai yuridisnya adalah di dalam hukum tertulis

masyarakat Betawi memang tidak diatur akan tetapi secara hukum adat

tradisi ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara

keluarga kedua mempelai, selain itu tradisi ini juga sebagai suatu tanda

untuk mengukur status sosial keluarga yang bersangkutan. Di dalam

masyarakat Betawi bila ingin dikatakan sebagai manusia yang baik

maka sudah seharusnya bila menikahkan sang anak harus melakukan

tradisi sampai selesai dimana tradisi Pulang Tige Ari ini merupakan

tradisi terakhir dari rangkaian tradisi perniakahan dalam adat Betawi.

Nilai sosiologisnya adalah mengukur status sosial di masyarakat juga

sebagai penghormatan dan pengakuan masyarakat bahwa keluarga ini

merupakan keluarga baik-baik dan mulia.

3. Adakah pengaruh budaya negara atau agama lain dalam tradisi Pulang

Tige Ari?

Page 95: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

Jawaban: Dalam hal filosofi tradisi ini dipengaruhi oleh paham pra-

Islam Hindu dan Budha. Ketika pengantin dijemput mateng maka dia

tidak diperkenankan untuk menginjak tanah. Terlihat pada masa

kerajaan Hindu Budha dahulu para raja dan ratu tidak pernah berjalan

kaki melainkan menggunakan kereta kuda atau ditandu oleh

pengawalnya. Dalam hal berbusana tradisi ini dipengaruhi oleh etnik

Eropa, Melayu, dan Arab.

4. Apa makna dari peletakkan kotak sirih dan selembar kain putih dalam

tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Untuk mengetahui kondisi pengantin perempuan masih suci

(gadis) atau sudah tidak suci lagi.

5. Adakah sanksi yang berikan kepada pihak perempuan ketika diketahui

pengantin perempuan sudah tidak sudah suci?

Jawaban: Ketika diketahui pengantin perempuan sudah tidak suci lagi

(di beberapa kampung) maka keluarga perempuan diberi sanksi dengan

mengembalikan dua kali lipat bawaan yang sudah diberikaan dan yang

paling berbahaya bisa membatalkan pernikahan nya.

6. Apakah tradisi Pulang Tige Ari bertentangan dengan hukum Islam?

Jawaban: Tradisi Pulang Tige Ari ini pada dasarnya tidak bertentangan

hukum Islam. Tradisi ini merupakan rangkaian dimana harus ada

tahap-tahap yang dilalui oleh seorang laki-laki untuk bisa membina

rumah tangga dengan perempuan yang dicintainya. Hal ini dilakukan

oleh adat sebagai ekspresi komunikasi, ekspresi berbahasa juga

ekspresi keindahan. Maka dimulai perlahan-lahan sampai terjadi

klimaks diantara suami-istri ini. Ketika mempunyai keturunan nanti

niscahya akan berkah.

7. Pada acara malam negor ada pemberian suami kepada istri yang

disebut uang negor, maksud uang tegor ini mengarah ke pemberian

nafkah, mahar hadiah atau tradisi adat?

Jawaban: Uang negor yang diberikan tidak ada kaitannya dengan

mahar, uang negor disini merupakan hadiah dari suami kepada istri.

8. Ketika pihak laki-laki membawa 10 seserahan (bingkisan) apakah

pihak perempuan wajib membalas seserahan sejumlah tersebut?

Jawaban: Tidak ada ketentuan bagi pihak keluarga perempuan untuk

membalas seserahan yang dibawakan oleh pihak laki-laki. Karena

silaturrahmi itu penting maka pihak perempuan berinisiatif untuk

Page 96: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

menyiapkan balasan akan tetapi jumlahnya tidak harus sama. Hanya

kewajiban moral saja dan tidak merupakan kewajiban.

9. Fungsi budaya bagi masyarakat?

Jawaban: Budaya membentuk aturan dan norma, hal itu dijadikan

pegangan dalam menjalankan kehidupan di tengah masyarakat.

Jakarta Selatan, 15 Desember 2016.

Peneliti, Budayawan,

Putri Shafwatil Huda. Yahya Andi Saputra.

Page 97: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

LAPORAN HASIL WAWANCARA

DENGAN AKADEMIKA

PROF. DR. MURODI, MA.

1. Apa itu tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Merupakan satu kebiasaan masyarakat Betawi setelah

acara perkawinan. Suami diizinkan untuk tinggal selama tiga hari

di rumah istri. Setelah tiga hari tadi suami mengajak istri ke rumah

nya (rumah pihak laki-laki) untuk kembali diadakan acara disana.

Keluarga pihak laki-laki akan datang ke rumah pengantin

perempuan untuk menjemput keduanya kemudian diantarkan ke

rumah pengantin laki-laki. Di rumah pengantin laki-laki ini akan

diadakan kembali acara kebesaran atau resepsi kedua.

2. Adakah pengaruh budaya lain dalam tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Dari segi makanan ada makanan khas dalam tradisi ini

yaitu laksa pengnatin. Laksa pengantin diadopsi dari budaya Cina,

India dan Melayu.

3. Apa itu tradisi malam negor?

Jawaban: Setelah ijab qabul terjadi suami istri belum boleh

melakukan hubungan selayaknya pasangan suami istri. Untuk

mengetahui perilaku suami istri diperlukan adaptasi, minimal 3

hari. Karena perkawinan itu bukan hanya sekedar perkawinan

antara laki-laki dan perempuan melainkan juga perkawinan antara

dua tradisi dan dua perilaku. Jadi selama tiga hari itu minimal

sudah saling memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh

suami-istri. Kemudian mendapatkan satu persamaan persepsi

sehingga kelak menjalankan rumah tangga hidup rukan.

4. Apa makna uang tegor?

Jawaban: Uang tegor merupakan simbol adat dimana seorang

suami harus menafkahi istrinya itu makna filosifisnya. Dalam

malam negor bisa dikatakan sebagai media untuk saling mengenal

dan berkomunikasi satu sama lain. Suami menengur istri di malam

negor.

Page 98: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

5. Apa maksud dari peletekan kotak sirih dan selembar kain putih di

depan kamar pengantin?

Jawaban: Untuk mengetahui mereka sudah melakukan hubungan

suami-sitri dan untuk mengetahui suci tidaknya si istri.

6. Apa konsekuensi ketika diketahui istri sudah tidak suci?

Jawaban: Dahulu hal itu merupakan aib besar bagi kedua belah

pihak keluarga. Maka menjadi tanggungjawab kedua keluarga

untuk menyelesaikannya. Akan ada sanksi sosial dari masyarakat

yang mencap tidak baik kepada keluarga mereka.

7. Apakah akan membatalkan pernikahan keduanya jika istri sudah

tidak suci?

Jawaban: Ini merupakan hak suami untuk menggugat istri nya atau

tidak. Kalaupun hal ini terjadi biasanya penyelesaiaan awal

dilakukkan musyawarah keluarga secara baik-baik.

8. Apakah Tradisi Pulang Tige Ari bertentangan dengan hukum

Islam?

Jawaban: Tradisi ini tidak bertetangan dengan hukum Islam karena

masyarakat Betawi identik dengan Islam dan tidak ada masyarakat

Betawi yang tidak Islam (non muslim). Tradisi berangkat dari

sumber agama yaitu Islam. Oleh sebab itu tradisi-tradisi di

masyarakat Betawi di perbolehkan dan tidak bertentangan dengan

hukum Islam. Tradisi Pulang Tige Ari hanya merupakan bagian

dari adat, dan upacara inti dari pernikahan sudah terlaksana dengan

akad.

9. Seberapa penting konservasi budaya Betawi Setu Babakan

Jagakarsa?

Jawaban: Konservasi budaya dari aspek kultural merupakan suatu

hal yang sangat penting. Suatu masyarakat akan dikenal jika masih

tetap mempertahankan budaya asli mereka. Indikator kebudayaan

ada lewat masyarakat yang mempertahankan budaya mereka. Hal

ini saling berkaitan dimana adanya suatu perkumpulan masyarakat

maka disitu akan ada budaya dan adat istiadat.

10. Apakah makna konservasi (filosofis, sosiologis, yuridis)?

Jawaban: Nilai filosofis dari konservasi budaya Setu Babakan

Jagakarsa merupakan suatu tempat (locus) untuk mempertahankan

suatu eksistensi kebudayaan terutama budaya Betawi. Setu

Page 99: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

Babakan Jagakarsa sangat penting dibentuk dan dipertahankan

sebagai bentuk pertahanan budaya Betawi. Nilai sosiologis dari

Setu Babakan Jagarkarsa adalah mempertahankan dan

membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa budaya itu sangatlah

penting. Dan kemudian masyarakat akan sadar tentang budaya nya

lalu mulai berkomunikasi dan membagi pengetahuan serta

pengalaman dan saling berdiskusi siapa mereka, mengapa mereka

ada, untuk apa mereka ada dan bagaimana mereka

mempertahankan tradisi itu. Nilai yuridis dari Setu Babakan

Jagakarsa tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Ini merupakan

bukti konkrit kepedulian pemerintah terhadap pelestarian dan

pengembangan budaya Betawi.

Tanggerang Selatan, 28 Desember 2016.

Peneliti, Budayawan,

Putri Shafwatil Huda. Prof. DR. Murodi, MA.

Page 100: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

LAPORAN HASIL WAWANCARA

DENGAN AHLI HUKUM ISLAM

DR. H. MUJAR IBNU SYARIF, MA.

1. Pandangan hukum Islam terhadap tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Menurut ahli hukum Islam tradisi Pulang Tige Ari ini

hanya sebatas tradisi lokal khususnya di wilayah Jakarta dan dalam

aturan agama hal ini tidak diatur. Secara hukum normatif agama

ketika seseorang sudah menikah seharusnya tidak perlu dihalangi

kecuali istrinya masih di bawah umur (kawin gantung).

2. Adakah nilai yuridis, filosofis, dan sosiologis dari tradisi Pulang

Tige Ari?

Jawabannya: Secara yuridis hukum tradisi ini sudah dipastikan

tidak diatur di dalam undang-undang, akan tetapi di hukum adat

mungkin diatur. Secara filosofis tradisi ini mempunyai tujuan yang

bagus agar pasangan yang baru menikah diberikan waktu untuk

istirahat terlebih dulu. Jika pasangan yang baru menikah ketika

malam harinya langsung melakukan hubungan tentu kurang

berkualitas, maka diperlukan jeda beberapa agar kualitas hubungan

lebih terjamin. Secara sosilogis tradisi ini hanya sekadar tradisi

adat di wilayah tertentu.

3. Apa makna dari tradisi Pulang Tige Ari?

Jawaban: Jika melihat keseluruhan dalam tradisi ini pihak

perempuan yang akan lebih dirugikan. Jika diketahui istri sudah

tidak suci lagi bagaimana suami bisa menuduhnya begitu. Dan juga

pihak keluarga perempuan harus mengembalikan 2 kali lipat

bawaan yang sudah diterimanya dari pihak laki-laki. Sebaiknya

sebelum resminya hubungan diantara suami-istri ada baiknya

masing-masing pihak bisa menerima kelebihan dan kekurangan.

Karena cinta yang tulus tidak memerlukan syarat. Tradisi ini tidak

Islami cendrung merugikan perempuan, sebaiknya ditolak saja.

Jika memang masih di dilaksakan sebaiknya ambil sisi positifnya

saja dan tidak memihak kepada siapa pun. Islam menginginkan

kedudukan laki-laki dan perempuan disama ratakan.

Page 101: TRADISI PULANG TIGE ARI DALAM ADAT BETAWI (TELAAH ETNOGRAFI HUKUM ISLAM … · 2018-10-02 · Putri Shafwatil Huda, NIM 1112044100039, Tradisi Pulang Tige Ari Dalam Adat Betawi (Telaah

Tanggerang Selatan, 03 Januari 2017.

Peneliti, Ahli Hukum,

Putri Shafwatil Huda. Dr.H.Mujar Ibnu Syaris, MA.