tradisi gebug ende lap

5
TRADISI GEBUG ENDE Desa Seraya merupakan desa di sebelah timur Kabupaten Karangasem yang terkenal memiliki kondisi lingkungan yang panas. Desa Pakraman Seraya terbagi menjadi 3 daerah yaitu Seraya Tengah, Seraya Barat, dan Seraya Timur. Desa pakraman Seraya memiliki tradisi khas yang terkenal yaitu Gebug Ende. Gebug Ende merupakan suatu kebudayaan yang hidup dan tumbuh di Desa Seraya tidak terlepas dari ajaran agama Hindu yang menjiwainya. 1. FILOSOFI Konon zaman dahulu krama Desa Seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem yang ditugaskan untuk menggempur atau menyerang sebuah kerajaan di Lombok Barat yaitu Kerajaan Seleparang. Karena pada waktu itu orang-orang asli Seraya kebal (kuat) sehingga dijadikan benteng oleh Raja Karangasem sehingga Kerajaan

Upload: arii-pratiwii

Post on 25-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gebug ende

TRANSCRIPT

Page 1: Tradisi Gebug Ende Lap

TRADISI GEBUG ENDE

Desa Seraya merupakan desa di sebelah timur Kabupaten Karangasem yang terkenal

memiliki kondisi lingkungan yang panas. Desa Pakraman Seraya terbagi menjadi 3 daerah

yaitu Seraya Tengah, Seraya Barat, dan Seraya Timur. Desa pakraman Seraya memiliki

tradisi khas yang terkenal yaitu Gebug Ende. Gebug Ende merupakan suatu kebudayaan yang

hidup dan tumbuh di Desa Seraya tidak terlepas dari ajaran agama Hindu yang menjiwainya.

1. FILOSOFI

Konon zaman dahulu krama Desa Seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem

yang ditugaskan untuk menggempur atau menyerang sebuah kerajaan di Lombok Barat yaitu

Kerajaan Seleparang. Karena pada waktu itu orang-orang asli Seraya kebal (kuat) sehingga

dijadikan benteng oleh Raja Karangasem sehingga Kerajaan Seleparang takluk terhadap

Kerajaan Karangasem. Belum puas berperang menghadapi musuh dan semangat ksatria

masih berkobar makabertarunglah dengan teman-temannya sendiri ,saling menyerang.

Seiring perkembangan zaman maka terciptalah permainan Gebug Ende yang secara turun

temurun dapat dimainkan dan disaksikan hingga kini. Tombak, pedang dan tameng yang

digunakan pada zaman dahulu diganti dengan peralatan rotan dan ende.

2. PENGERTIAN GEBUG ENDE

Gebug Ende berasal dari dua kata gebug dan ende. Gebug berarti pukul dan ende

merupakan perisai yang berbentuk bulat yang dilapisi dengan kulit sapi kering. Gebug Ende

Page 2: Tradisi Gebug Ende Lap

dilakukan oleh laki-laki baik yang masih kecil dan sudah dewasa. Gebug Ende dilakukan

dengan cara bertarung menggunakan tongkat rotan dengan panjang atara 1,5 sampai 2 meter.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tari Gebug Ende merupakan salah satu

tarian/permainan yang menjadi tradisi masyarakat Seraya yang dimainkan oleh dua

oranglelaki baik dewasa maupun anak-anak yang sama-sama membawa ende dan

penyalin,dimana pemainnya saling memukul dan menyerang. Tehnik yang dibutuhkan adalah

memukul dan menangkis.

3. TUJUAN

Di Desa Seraya merupakan daerah kering dan disertai dengan musim kemarau yang

tak kunjung berahir. Hujan yang dinanti oleh masyarakat setempat belum juga menunjukkan

tanda-tanda akan turun. Sehingga dari hasil paruman Desa tercetuslah untuk melaksanakan

ritual memohon turunnya hujan yakni dengan mengadakan Gebug Ende. Dipercaya hujan

akan turun apabila pertandingan mampu memercikan darah. Menurut bendesa pakraman

seraya, tradisi ini juga diadakan untuk melestarikan tradisi yang mesti diwarisi secara turun

temurun. Unsur olahraga sangat ditekankan dalam permainan ini yakni kekuatan fisik untuk

melakukan pukulan serta kelincahan untuk menangkis.

4. PERMAINAN

Biasanya tradisi ini dilakukan menjelang musin bercocok tanam, yaitu antara sasih

kelima sampai kepitu. Pada sasih ini masyarakat sudah mulai bersiap-siap untuk mulai

bercocok tanam. Kehidupan warga yang sebagaian besar hidup dengan mendapatkan

penghasilan dari mata pencaharian bertani membuat warga sangat mengharapkan turunnya

hujan.

Aturan permainan Gebug sangat sederhana. Arena yang dipergunakan tidak menuntut

tempat yang luas minimal 6 meter persegi. Pelaksanaan gebuk ende biasanya dilakukan di

lapangan ki kopang di wilayah Seraya tengah. Saye (pemimpin pertandingan)  masing-

masing menyeleksi perbandingan/penyesuaian lawan  postur tubuh maupun usia.     Sebelum

Page 3: Tradisi Gebug Ende Lap

permainan di mulai biasanya  didahului  permainan pendahuluan yang di mainkan oleh Saye 

tapi tidak sampai rotan membentur tubuh lawan. Hal itu hanya dilakukan sebentar sebagai

rangsangan pemberi semangat kepada yang akan bermain.

Biasanya sebelum pertandingan di mulai para pemainnya minum tuak (nira) agar

badan cepat panas tapi tidak sampai mabuk. Peraturan permainannya sederhana sekali,

mereka tidak di perkenankan memukul di bawah pusar dan saling berangkulan. Tidak boleh

menyerang melewati garis batas wilayah posisi pemain. Jika aturan tersebut dilanggar mereka

dilerai dan diberi peringatan. Apabila tidak mengindahkan peringatan maka mereka

dikeluarkan dari arena dan dinyatakan kalah. Umunya permainannya berlangsung singkat

sekitar 10 menit. Tidak ada pernyataan resmi dari wasit pihak yang menang ataupun kalah,

hanya penonton yang dapat menilainya.

5. NILAI YANG TERKANDUNG DALAM TRADISI GEBUG ENDE

Dalam Gebug Ende mengandung nilai keagamaan, nilai solidaritas, nilai estetika.

1. Nilai solidaritas

Permainan ini dapat memupuk rasa persaudaraan diantara pemain. Walaupun saling

berkelahi hingga memercikan darah, namun tidak ada rasa dendam diantara mereka,

karena mereka menyadari bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk kesejahteraan

masyarakat.

2. Nilai estetika

Niali estetika dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang dilakukan saat gebug ende.

Seperti gerakan memukul menggunakan rotan dan menangkis dengan ende. Dalam

tradisi gebug ende ini, gerakan yang lincah dan tangkas dari pemain sangat nampak

sebagai nilai keindahan dalam tradisi. Nilai estetikanya juga dapat dilihat dari kostum

yang digunakan oleh pemain yaitu ikat kepala (udeng) berwarna merah yang

melambangkan keberanian, kamben, saput hitam putih (poleng).

3. Nilai ritual

Nilai ritual yang nampak dalam tradisi ini adalah adanya ritual permohonan berkat

sebelum permainan dimulai oleh para juru banten agar permainan Gebug Ende ini

dapat berjalan lancar dan memberikan kemakmuran yaitu dengan turunnya hujan bagi

krama desa pakraman Seraya pada khususnya.