persepsi masyarakat kabupaten ende pada partai politik dan

193
PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK DAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 OLEH REYNA VIRGINIA NONA AVIANITA RACHMAWATI BALTASAR TARUMA DJATA KERJASAMA KPU KABUPATEN ENDE DENGAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS FLORES ENDE 2015

Upload: hoangtruc

Post on 31-Dec-2016

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDEPADA PARTAI POLITIK DAN PERILAKU MEMILIH

PADA PEMILU LEGISLATIF DANPEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

OLEH

REYNA VIRGINIA NONA

AVIANITA RACHMAWATI

BALTASAR TARUMA DJATA

KERJASAMA KPU KABUPATEN ENDE DENGANLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FLORES ENDE

2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK

DAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul :“PERSEPSI MASYARAKAT

KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK DAN PERILAKU

MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN

DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014”

2. Ketua Peneliti : Reyna Virginia Nona, SE.,M.M.A3. Anggota : 1. Avianita Rachmawati, S.Sos.,MM

2. Baltasar Taruma Djata, SE.,M.Sc

4. Lokasi Penelitian : Kabupaten Ende5. Waktu Penelitian : 60 hari kalender (2 bulan)6. Biaya Penelitian : Rp. 10.000.000.-7. Sumber Dana : DIPA KPU Kabupaten Ende, Tahun Anggaran

2015

Ende, 30 Juli 2015

KPU Kabupaten Ende Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

K e t u a, K e t u a,

Florentinus H. Wadhi, SH Reyna Virginia Nona, SE.,M.M.ANIDN.0813057301

iii

KATA PENGANTAR

Keberhasilan suatu negara dalam melembagakan sistem demokrasi yang

terkonsolidasi tak hanya ditentukan oleh keberhasilan pemilihan umum mewadahi

aspirasi dan kepentingan masyarakat, melainkan juga turut ditentukan oleh kapasitas

lembaga penyelenggara pemilu, dan lembaga-lembaga lain yang mengelola pemilu

sebagai ajang kompetisi yang bebas, demokratis, adil, dan inklusif. Di sisi lain,

kapasitas lembaga-lembaga tersebut tidak semata-mata terkait kualitas dan

profesionalitas, tetapi juga tersedianya sistem pendukung yang memungkinkan

berlangsungnya pemilu yang berkualitas dan akuntabel.

Sejak tahun 1999 Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu legislatif

yang bebas, adil, dan demokratis. Kemudian untuk pertama kalinya, sebagai

konsekuensi logis perubahan konstitusi, sejak tahun 2004 negeri ini juga berhasil

menyelenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat.

Sementara itu di tingkat lokal, mulai tahun 2005 diselenggarakan pula pemilihan

kepala-kepala daerah secara langsung, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan

kota. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pemilu-pemilu demokratis tersebut,

menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia

setelah India dan Amerika Serikat.

Namun demikian sulit dipungkiri bahwa keberhasilan penyelenggaraan

pemilu di Indonesia khususnya di Kabupaten Ende masih menyisakan beberapa

persoalan terkait perilaku memilih masyarakat, seperti : Pertama, pendataan

kependudukan oleh dinas terkait belum dilakukan secara kontinu dan masih dilakukan

dengan jeda waktu yang cukup panjang. Kedua, sistem pendataan penduduk belum

iv

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Ketiga, pemutakhiran data tidak

dilakukan secara menyeluruh oleh petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP).

Keempat, partisipasi masyarakat yang masih rendah dalam proses pendataan

penduduk oleh pemerintah dan pemutakhiran data pemilih oleh penyelenggara.

Salah satu faktor penting di balik munculnya aneka persoalan terkait

perilaku memilih masyarakat Kabupaten Ende tersebut, adalah minimnya dukungan

riset, baik bagi lembaga penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Ende, dan jajarannya, maupun untuk DPRD dan Pemerintah Daerah selaku

penentu kebijakan-kebijakan strategis kepemiluan. Padahal, dukungan riset-riset

akademis dan profesional diperlukan, agar setiap pilihan kebijakan kepemiluan tak

hanya benar-benar rasional dan realistik, melainkan juga sesuai dengan aspirasi,

kepentingan, dan kebutuhan masyarakat yang plural.

Untuk itu Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ende bekerja sama dengan Lembaga

Penelitian Pengabdian Masyaakat (LP2M) Universitas Flores, telah melakukan

sebuah riset tentang “Perilaku Memilih Masyarakat Kabupaten Ende dalam

Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014”,

berdasarkan tugas yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum melalui Komisi

Pemilihan Umum Provinsi NTT.

Penyelesaian laporan hasil riset ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama

berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas semua

ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Yth :

1. KPU Provinsi NTT yang telah memberikan kepercayaan kepada KPU

Kabupaten Ende untuk melakukan riset tentang “Perilaku Memilih

Masyarakat Kabupaten Ende Pada Pemilu Legislatif serta Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014”;

v

2. Rektor Universitas Flores yang telah memberikan persetujuan untuk

bekerjasama dalam melakukan riset ini;

3. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Flores (Yapertif) yang telah mengijinkan

penggunaan ruangan untuk melakukan FGD;

4. LP2M Universitas Flores yang telah melakukan kegiatan riset ini secara

ilmiah, independensi, profesional, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;

5. DPRD Kabupaten Ende yang telah mendukung dengan memberikan

informasi-informasi yang memadai;

6. Kesbangpollinmas, Dispendukcapil, BPS kabupaten Ende yang dengan

caranya masing-masing telah membantu dan mendukung dalam memberikan

data dan informasi.

7. Para narasumber dan peserta FGD di Kabupaten Ende yang telah memberikan

dukungan dan partisipasi secara penuh selama kegiatan riset ini berlangsung.

Semoga hasil riset ini bisa menjadi bahan evaluasi dan pengembangan

strategi oleh pihak yang berkompeten untuk meningkatkan proses dan hasil pemilu

yang berintegritas, khususnya terkait dengan perilaku memilih masyarakat Kabupaten

Ende.

KPU Kabupaten EndeKetua,

Ttd

Florentinus H. Wadhi, SH

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas berkat dan perkenan-Nya maka kami dapat menyelesaikan pekerjaan penelitian

dengan judul “Persepsi Masyarakat Kabupaten Ende pada Partai Politik dan

Perilaku Memilih pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014”

Penelitian ini terselenggara berkat kerja sama antara KPU Kabupaten Ende

dengan Universitas Flores, dan merupakan suatu bukti pelaksanaan tri dharma

perguruan tinggi khususnya dharma penelitian.

Penelitian ini diharapkan bisa menjawabi kebutuhan KPU Kabupaten Ende

yaitu menjadi bahan evaluasi, membangun tradisi kebijakan berbasis riset dan

pengembangan strategi oleh pihak yang berkompeten untuk meningkatkan proses dan

hasil pemilu yang berintegritas, khususnya terkait dengan perilaku memilih

masyarakat Kabupaten Ende. Penelitian ini juga diharapkan bisa memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan perilaku memilih.

Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian ini, yaitu:

1. Ketua dan komisioner KPU Kabupaten Ende

2. Rektor Universitas Flores

3. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Flores

4. Sekretariat KPU Kabupaten Ende

5. Sekretariat DPRD Kabupaten Ende

6. Tokoh masyarakat, tokoh agama, responden dan peserta FGD

vii

Semoga Tuhan yang Maha Kuasa selalu memberikan karunia kepada semua

pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Kiranya hasil penelitian

ini dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik terkait dengan perilaku

memilih di Kabupaten Ende.

Ende, 30 Juli 2015

Penyusun

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

viii

DAFTAR ISI

Kover .................................................................................................... i

Lembar Pengesahan .............................................................................. ii

Kata Pengantar ...................................................................................... iii

Ucapan Terima Kasih............................................................................ vi

Daftar Isi ............................................................................................... viii

Daftar Tabel .......................................................................................... xi

Daftar Gambar ...................................................................................... xiii

Ringkasan............................................................................................... xvii

Abstrak................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.2 Gambaran Umum Kabupaten Ende................................................. 1

1.2 Gambaran Demografi Kabupaten Ende .......................................... 2

1.3 Gambaran Struktur Sosial Kabupaten Ende ................................... 3

1.4 Dasar Regulasi Penelitian ............................................................... 5

1.5 Latar Belakang Masalah Penelitian ................................................. 7

1.6 Rumusan Masalah ........................................................................... 14

1.7 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 15

1.8 Manfaat Penelitian ......................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 16

2.1. Pengertian Persepsi Masyarakat .................................................... 19

2.2. Pengertian Masyarakat .................................................................. 19

2.3. Partisipasi Politik ........................................................................... 20

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

ix

2.3.1 Pengertian Partisipasi Politik ........................................ 21

2.3.2 Bentuk Partisipasi Politik ........................................... 22

2.3.3. Tujuan Partisipasi Politik ............................................ 27

2.3.4. Landasan Partisipasi Politik ........................................ 29

2.4. Perilaku Memilih .................................. 30

2.5. Teori Pilihan Rasional ................................................................. 35

2.6. Pemilihan Umum (Pemilu) …………………………………. 36

2.6.1 Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu) …………………. 36

2.6.2.Tujuan Pemilihan Umum.................................................... 37

2.6.3.Asas Pemilihan Umum ………………………………… 37

2.6.4.Sistem Pemilihan Umum..................................................... 39

2.7. Kerangka Konsep Penelitian......................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................... 43

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 43

3.2 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 43

3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 44

3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................... 45

3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 46

3.6 Analisis Data.................................................................................... 47

3.7 Populasi dan Sampel.................................................................. 48

3.7.1. Populasi............................................................................. 48

3.7.2. Sampel .............................................................................. 51

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

x

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN........................................... 54

4.1. Gambaran Kabupaten Ende............................................................. 54

4.1.1.Kondisi Politik Kabupaten Ende........................................... 54

4.1.2 Kondisi Keamanan................................................................. 55

4.1.3 Gambaran DPRD Kabupaten Ende........................................ 56

4.1.4 Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Ende ……………… 58

4.1.5 Gambaran Kecamatan............................................................ 60

4.1.6 Jumlah Penduduk................................................................... 63

4.1.7 Mata Pencaharian................................................................... 65

4.2 Karakteristik Responden.................................................................. 68

4.3 Persepsi Terhadap Partai Politik..................................................... 75

4.4 Perilaku Memilih Calon Legislatif................................................. 97

4.5 Perilaku Memilih Presiden dan wakil Presiden............................. 125

BAB V PENUTUP.................................................................................... 153

5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 153

5.2 Rekomendasi........................................................................................ 155

Daftar Pustaka

Lampiran

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jenis Kegiatan Dan Pekerjaan Penduduk Di Kabupaten

Ende.....................................................................................

3

Tabel 1.2 Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap dam Jumlah Pemilih

yang Menggunakan Hak Pilih Dalam Pemilu Legislatif dan

Pemilu Presiden Di Kabupaten Ende......................................

13

Tabel 2.1 Bentuk – Bentuk Partisipasi Politik ………………………… 24

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………………………………………....... 43

Tabel 3.2 Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif di

Kabupaten Ende .....................................................................

49

Tabel 3.3 Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden di Kabupaten Ende...................................................

50

Tabel 3.4 Jumlah Populasi Penelitian Berdasarkan Daftar Pemilih

Tetap (DPT) yang telah menggunakan hak pilihnya di

Kabupaten Ende....................................................................

50

Tabel 3.5 Jumlah Sampel Penelitian Pemilu Legislatif ……………….. 52

Tabel 3.6 Jumlah Sampel Penelitian Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden...................................................................................

53

Tabel 4.1 Pembagian Daerah Pemilihan pada Pemilu Tahun 2014 di

Kabupaten Ende......................................................................

57

Tabel 4.2 Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Ende 2014 – 2019.................................................

58

Tabel 4.3 Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Ende Tahun 2014 – 2019..........................

59

Tabel 4.4 Pembagian Fraksi pada DPRD Kabupaten Ende Tahun

2014-2019..................................................................................

60

Tabel 4.5 Gambaran Kecamatan di Kabupaten Ende ………………... 61

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xii

Tabel 4.6 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 …………………………. 62

Tabel 4.7 Perkembangan Jumlah Penduduk Ende Tahun 2010-2013 64

Tabel 4.8 Data Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per

Kecamatan di Kabupaten Ende Tahun 2013...........................

65

Tabel 4.9 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Ende Tahun 2013........

66

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja

Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Kabupaten Ende Tahun

2013...........................................................................................

67

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ………… 68

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……………… 70

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasar Status Pekerjaan ……… 71

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasaran Tingkat Pendidikan ... 74

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xiii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIKHalaman

Gambar 2.1 Piramida Partisipasi Politik................................................. 25

Gambar 2.2 kerangka Konsep Penelitian................................................ 42

Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ………… 57

Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasar Usia …………………… 71

Grafik 4.3 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Pekerjaan …………………………………………………..

72

Grafik 4.4 Tingkat Pendidikan Responden Petani/Nelayan …………... 73

Grafik 4.5 Karakteristik Responden Berdasar Tingkat Pendidikan …… 75

Grafik 4.6 Hasil Uji “Persepsi Terhadap Penjabaran Visi Dan Misi

Partai Politik ……………………………………………….

76

Grafik 4.7 Hasil Uji “Persepsi Terhadap Ideologi Partai ……………… 77

Grafik 4.8 Hasil Uji “Optimalisasi Fungsi Partai Politik Sebagai

Sarana Sosialisasi ………………………………………….

78

Grafik 4.9 Hasil Uji “Persepsi Terhadap Optimalisasi Fungsi Partai

Politik Sebagai Sarana Yang Baik Untuk Merekrut Calon

Kandidat …………………………………………………..

79

Grafik 4.10 Hasil Uji Partai Politik Sebagai Saran Pengontrol

Kebijakan Pemerintah ……………………………………..

80

Grafik 4.11 Hasil Uji Fungsi Partai Sebagai Wadah Aspirasi yang

Menyuarakan Kepentingan Rakyat ………………………..

81

Grafik 4.12 Hasil Uji Partai Politik sebagai Pengendali Konflik …… 82

Grafik 4.13 Memilih Karena Memiliki Kesamaan Ikatan Profesi Dan

Satu Lingkaran Pertemanan ……………………………….

99

Grafik 4.14 Memilih Karena Memiliki Kesamaan Afiliasi Tertentu

Yang Sama ………………………………………………...

100

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xiv

Grafik. 4.15 Memilih Karena Memiliki Kesamaan Asal Suku Dan

Daerah Tempat Asal ………………………………………

101

Grafik 4.16 Memlih Karena Kebanyakan Lingkungan Sekitar Dan

Keluarga Juga Memberi Saran Rekomendasi Pada

Calon Tersebut (%) …………………………………….

103

Grafik 4.17 Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Sosiologis ………………………………………………

107

Grafik 4.18 Rasa Kedekatan Emosional ……………………………… 109

Grafik 4.19 Memilih Karena Didorong Oleh Adanya Isu Positif Yang

Berkembang Tentang Calon Tersebut ………………….

110

Grafik 4.20 Memilih karena memiliki orientasi pada calon tersebut …. 112

Grafik 4.21 Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Psikologis …………………………………………………...

113

Grafik 4.22 Memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut

berjanji akan memberi bantuan terhadap perbaikan fasilitas

dan sarana umum ……………………………………………

116

Grafik.4.23 Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut

Berjanji Memberi Akses Kemudahan Terhadap Sesuatu …...

117

Grafik 4.24 Memilih Karena Program Dari Calon Mampu

Menyelesaikan Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini …..

120

Grafik 4.25 Memilih Karena Didorong Kualitas Kepribadian Baik Dari

Calon ………………………………………………………..

121

Grafik 4.26 Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan Kemahiran

Memimpin …………………………………………………..

122

Grafik 4.27 Memilih Karena Rekam Jejak Baik Pada Calon …………. 123

Grafik 4.28 Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Ekonomi/Rasional …………………………………………..

124

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xv

Halaman

Grafik 4.29 Saya Memilih Karena Kesamaan Ikatan Profesi Dan Satu

Lingkaran Pertemanan …………………………………..

127

Grafik 4.30 Saya Memilih Karena Memiliki Kesamaan Afiliasi

Tertentu Yang Sama …………………………………..

128

Grafik 4.31 Saya Memilih Karena Memiliki Kesamaan Asal Suku

Dan Daerah Tempat Asal ……………………………..

130

Grafik 4.32 Saya Memilih Karena Kebanyakan Lingkungan Sekitar

Juga Keluarga Memberi Saran Rekomendasi Padacalon

Tersebut …………………………………………………

132

Grafik 4.33 Nilai Rata-rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Sosiologis ……………………………………………….

133

Grafik 4.34 Saya Memilih Karena Didorong Oleh Rasa Kedekatan

Emosional ……………………………………………….

135

Grafik 4.35 Saya memilih karena memiliki orientasi pada calon

tersebut ………………………………………………….

137

Grafik 4.35 Saya memilih karena memiliki orientasi pada calon

tersebut ………………………………………………….

138

Grafik 4.36 Saya Memilih Karena Adanya Isu Positif Yang

Berkembang Tentang Calon Tersebut …………………..

138

Grafik 4.37 Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Psikologi ………………………………………………..

139

Grafik 4.38 Saya Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon

Tersebut Berjanji Akan Memberi Bantuan Terhadap

Perbaikan Fasilitas Dan Sarana Umum …………………

141

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xvi

Grafik 4.39 Saya Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon

Tersebut Berjanji Memberi Akses Kemudahan

Terhadap Sesuatu …………………………………….

143

Grafik 4.40 Saya Memilih Karena Program Dari Calon Mampu

Menyelesaikan Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini

144

Grafik 4.41 Saya Memilih Karena Didorong Kualitas Kepribadian

Baik Dari Calon ………………………………………..

145

Grafik 4.42 Saya Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan

Kemahiran Memimpin ………………………………

147

Grafik 4.43 Saya Memilih Karena Rekam Jejak Baik Dari Calon …… 148

Grafik 4.44 Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Ekonomi / Rasional …………………………………….

150

xvii

RINGKASAN

Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia merupakan suatu sarana demokrasi.Masyarakat (warga negara) adalah komponen penentu berhasil atau tidaknyapelaksanaan pemilu, karena melalui kekuatan pemilih masyarakatlah maka dapatmenentukan nasib negara dan bangsa ke depan. Dua proses sejarah demokrasi bangsaIndonesia yang menunjukkan tatanan demokrasi yang semakin berkembang adalahterjadi di tahun 1999, dimana dibukanya ruang gerak bagi banyak partai untuk ikutdalam pesta demokrasi atau yang dikenal dengan system multipartai. Yang keduaadalah di tahun 2004, untuk pertama kalinya dalam sejarah Pemilu bangsa Indonesia,rakyat boleh memilih dan menentukan secara langsung wakil daerahnya masingmasing atau system proporsional daftar terbuka.

Dalam sebuah proses Pemilu setiap warga negara, apapun latar belakangnyaseperti suku, agama, ras, jenis kelamin, status sosial, dan golongan, mereka memilikihak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan pendapat, menyikapisecara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara. Hak ini disebut hak politikyang secara luas dapat langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui pemilihanumum baik Pemilu Presiden maupun Pemilu Legislatif.

Pemilu di Kabupaten Ende baik untuk Pemilu Legislatif maupun untuk CalonPresiden dan Wakil Presiden akan bergantung pada bagaimana persepsi masyarakatyang memilih terhadap partai politik, dan perilaku memilih dari masyarakat terhadapcalon anggota legislatif dan calon presiden dan calon wakil presiden. Seiring denganberkembangnya kesadaran berpolitik masyarakat Kabupaten Ende, ada beberapafaktor yang mempengaruhi hal tersebut salah satunya adalah persepsi masyarakatterhadap partai yang memiliki pengaruh terhadap perilaku memilih dalam Pemilu. Disamping itu, faktor calon yang akan dipilih juga sangat menentukan, baik calonlegislatif maupun calon presiden dan calon wakil presiden.

Adapun faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi pilihan politikmasyarakat pemilih adalah : a). Sosiologis: merupakan pendekatan yang menekankanpada peranan faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang.Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakangsosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktorjenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atautidak.b). Psikologi: merupakan istilah yang lebih menekankan pada pengaruh faktorpsikologis seseorang dalam menentukan perilaku politik. Menurut Greenstein ada 3fungsi sikap yang mempengaruhi perilaku pemilih yaitu: Pertama, sikap merupakanfungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkanmotivasi, minat dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsipenyesuaian diri. Artinya, seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orangitu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya.Ketiga, sikap merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikapseseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis,yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan (defense mechanism). Pembentukansikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi, melainkan proses sosialisasi yangberkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat antara seseorang dengan partaipolitik atau kandidat tertentu. Kedekatan inilah yang menentukan seseorang ikutmemilih atau tidak. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin

xviii

besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan.c) Rasional, Pada peristiwa-peristiwa politik tertentu yang bisa saja mengubah preferensi pilihan politikseseorang. Hal ini berarti ada variabel-variabel lain yang ikut menentukan dalammempengaruhi perilaku politik seseorang. Ada faktor-faktor situasional yang ikutberperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang dalam pemilu. Denganbegitu, pemilih bukan hanya pasif melainkan juga individu yang aktif. Ia tidakterbelenggu oleh karakteristik sosiologis, melainkan bebas bertindak. Faktor-faktorsituasional, bisa berupa isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan, sepertiketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik. Atauketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dansebagainya. Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaanlebih baik, cenderung untuk tidak ikut memilih. Faktor pemilih rasional jugamerupakan kegiatan memilih sebagai kalkulasi untung dan rugi yang dipertimbangkantidak hanya ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasilyang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada.Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diriterpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbanganuntung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidatyang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikutmemillih.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana persepsimasyarakat Kabupaten Ende terhadap Partai Politik pada Pemilu Legislatif danPemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. 2). Bagaimana perilaku memilihmasyarakat Kabupaten Ende pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan WakilPresiden tahun 2014? Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Mengetahuipersepsi masyarakat Kabupaten Ende terhadap Partai Politik pada Pemilu Legislatifdan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. 2). Mengetahui perilaku memilih padaPemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di KabupatenEnde. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :1). Hasil penelitian ini dapatdijadikan salah satu bahan referensi bagi pihak-pihak terkaiat, yaitu KPU KabupatenEnde, Pemerintah Kabupaten Ende, Partai Politik yang ada di Kabupaten Ende, dalamrangka penyusunan kebijakan dan strategi guna meningkatkan dan memperkuatpartisipasi warga dalam pemilu mendatang di wilayah Kabupaten Ende. 2). Hasilpenelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang inginmelakukan penelitian sejenis tentang persepsi masyarakat pada partai politik danperilaku memilih.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Ende dalam waktu 60 harikalender (2 buan) menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitianyang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial ataudimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena ataukenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaandengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Persepsi pemilih pada partai politikadalah sebagi berikut: a). Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsidan peran sebagai sarana komunikasi politik. Pandangan masyarakat tentang realitasperan tersebut dirasa partai politik kurang optimal dalam menjalankan fungsikomunikasi politik. b). Partai politik dianggap penting dalam menjalankan peran dan

xix

fungsi sebagai sarana rekrutmen politik. Pandangan masyarakat tentang realitastersebut bahwa sebagaian besar partai tidak melakukan proses rekrutmen kaderdengan layak dan sehat, lebih banyak diwarnai politik transaksional yang pragmatis.c). Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi sebagai saranasosialisasi politik. Peran partai dalam sarana sosialisasi adalah meningkatkanpemahaman politik, penguatan kapasitas berjenjang bagi kader, meyakinkan tentangvisi misi pada masyarakat. d). Partai politik dianggap penting dalam menjalankanfungsi sebagai pengendali konflik. Peran partai adalah mengontrol kebijakanpemerintah.

Perilaku memilih calon anggota legislatif pada Pemilu tahun 2014 adalahsebagai berikut: a). Gambaran perilaku memilih dari seluruh aspek dari faktorsosiologis tidak merupakan aspek yang diperhatikan dalam memilih calon anggotalegislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende. b). Faktor psikologi yangmempengaruhi perilaku memilih caleg adalah karena didorong oleh isu positif yangberkembang tentang calon tersebut. c). Faktor ekonomi/rasional yang mempengaruhiperilaku memilih adalah aspek memilih karena program dari calon mampumenyelesaikan permasalahan sosial yang ada, aspek memilih karena didorong olehkepribadian yang baik dari calon, aspek memilih atas dasar kemampuan dankemahiran memimpin dan aspek memilih karena rekam jejak yang baik dari calon.

Perilaku memilih calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu tahun2014 di Kabupataen Ende adalah sebagai berikut:a). Gambaran perilaku memilih dariseluruh aspek dari faktor sosiologis tidak merupakan aspek yang diperhatikan dalammemilih presiden dan wakil presiden. b). Faktor psikologi yang mempengaruhiperilaku memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden adalah karenadidorong adanya isu positif yang berkembang tentang calon dan aspek memilihkarena memiliki orientasi pada calon. c). Faktor ekonomi/rasional yangmempengaruhi perilaku memilih adalah aspek memilih karena program dari calonyang mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada, karena didorong olehkepribadian yang baik dari calon, karena kemahiran memimpin, dan karena rekamjejak yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan untuk memperbaikibeberapa rekomendasi terhadap hak-pihak terkait perlu kami sampaikan sebagaiberikut:1). Bagi Pemerintah Kabupaten Ende, perlu memperbaharui data pendudukdan melakukan sosialisasi politik pada masyarakat sipil lebih dini, kontinyu, masifdan menyeluruh. 2). Bagi KPU Kabupaten, perlu memperbaiki mekanisme dan sistempemutahiran data pemilih sehingga mudah melakukan verifikasi pemilih secarapersonal. 3). Bagi Caleg, agar senantiasa proaktif dalam peningkatan kapasitas dankualitas diri agar menjadi figur yang bisa dicontohi dalam memberikan pendidikanpolitik bagi masyarakat dan melahirkan budaya politik yang baik dengan tidakmelestarikan politik transaksional. 4). Bagi Partai Politik, agar dapat menyusun sistemdan prosedur perekrutan serta pembelajaran berpolitik yang baik dan santun, sertatidak terkesan transaksional. 5). Bagi Masyarakat, agar dapat berperan aktif dalamPemilu dan membantu KPU Kabupaten memberikan informasi yang berkaitan denganpemutahiran data.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

xx

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK DANPERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

Reyna Virginia Nona, Avianita Rachmawati, Baltasar Taruma DjataUniversitas Flores, Jln. Sam Ratulangi, Ende

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: 1) Bagaimana persepsi masyarakatKabupaten Ende terhadap Partai Politik. 2) Bagaimana perilaku memilih masyarakatKabupaten Ende pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presidentahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan jumlahresponden sebanyak 100 orang, dilakukan dalam waktu 2 bulan. Hasil penelitianadalah: a) Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi dan peransebagai sarana komunikasi politik, namun peran tersebut dirasa kurang optimal. b)Partai politik dianggap penting dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai saranarekrutmen politik, namun realitasnya bahwa sebagian besar partai tidak melakukanproses rekrutmen kader dengan layak dan sehat, tetapi lebih banyak diwarnai politiktransaksional yang pragmatis. c) Partai politik dianggap penting dalam menjalankanfungsi sebagai sarana sosialisasi politik dalam meningkatkan pemahaman terhadappolitik, penguatan kapasitas berjenjang bagi kader, meyakinkan tentang visi misi padamasyarakat. d) Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi sebagaipengendali konflik karena partai politik dapat menjadi penghubung psikologis danorganisasional antar masyarakat dengan pemerintahnya. Perilaku memilih padapemilu legislatif tahun 2014 adalah sebagai berikut: a) Pada faktor sosiologis seluruhaspek yang diteliti bukan merupakan aspek utama yang diperhatikan pemilih dalammemilih calon legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende. b) Pada faktorpsikologi hanya aspek isu positif yang berkembang tentang calon merupakan aspekyang diperhatikan dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 diKabupaten Ende. c) Pada faktor ekonomi/rasional aspek-aspek yang diperhatikandalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Endeadalah aspek: program dari calon yang mampu menyelesaikan permasalahan sosial,kepribadian yang baik dari calon, kemampuan dan kemahiran memimpin dan rekamjejak yang baik dari calon. Perilaku memilih pada pemilu presiden dan wakil presidentahun 2014 di Kabupataen Ende adalah sebagai berikut: a) Pada faktor sosiologisseluruh aspek yang diteliti bukan merupakan aspek utama yang diperhatikan pemilihdalam memilih calon presiden dan wakil presiden pada pemilu tahun 2014 diKabupaten Ende. b) Pada faktor psikologi aspek yang diperhatikan dalam memilihcalon presiden dan calon wakil presiden adalah: aspek karena didorong adanya isupositif yang berkembang tentang calon dan aspek memilih karena memiliki orientasipada calon.c) Pada faktor ekonomi/rasional aspek-aspek yang diperhatikan dalammemilih calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu tahun 2014 diKabupaten Ende adalah aspek: program dari calon yang mampu menyelesaikanpermasalahan sosial, kepribadian yang baik dari calon, kemampuan dan kemahiranmemimpin dan rekam jejak yang baik dari calon.

Kata Kunci: persepsi, perilaku memilih, pemilu, partai politik

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Kabupaten Ende

Ditinjau dari aspek karakteristik geografi Kabupaten Ende, merupakan salah

satu dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki luas wilayah

2046.60 km². Dengan batas–batasnya sebelah utara adalah Laut Flores, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Sikka, Sebelah selatan adalah Laut Sawu dan sebelah

barat merupakan Nabupaten Nagekeo.

Secara administrasi terdiri atas 21 kecamatan, 255 desa, 23 kelurahan dan 893

dusun–lingkungan. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan

Nangapanda (10,42 %), diikuti Detukeli, Kotabaru dan Ende, sedangkan wilayah

terkecil adalah Kecamatan Ndori. Berdasarkan jenis pemerintahan, terdapat 2 (dua)

kecamatan yang seluruh wilayah merupakan kelurahan yaitu Kecamatan Ende Selatan

dan Ende Tengah, 10 (sepuluh) kecamatan yang tidak mempunyai pemerintahan

kelurahan. Dan 9 (Sembilan) kecamatan memiliki unsur desa dan kelurahan.(RPJMD

2014-2019, Hal 17)

Pada Tahap pembangunan 2014–2019, yang diawali Pemilukada Bupati dan

Wakil Bupati periode 2014-2019, maka tahun 2013 Bapak Ir.Marselinus Y.W Petu

dan Drs.H.Djafar H.Ahmad,MM secara resmi menjabat sebagai Bupati dan Wakil

Bupati Ende. Masa pemerintahan pada periode baru memuat visi dan misi untuk

membawa Ende pada perubahan dan masa depan. Visi Kabupaten Ende adalah

“Mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende dengan membangun dari desa dan

kelurahan menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan”.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

2

Sedangkan misi pembangunan daerah tahun 2014-2019 antara lain: 1) Menghasilkan

kualitas sumberdaya manusia Ende yang memiliki daya saing tinggi. 2) Meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat. 3) Percepatan

pembangunan perekonomian dan pariwisata yang kompetitif dan berkelanjutan. 4)

Membangun, menata dan meningkatkan sarana dan prasarana penunjang secara

kuantiatif dan kualitatif sesuai potensi dan kebutuhan daerah yang ramah lingkungan.

5) Menciptakan pemerintahan yang bersih, serta rasa aman, tertib dan nyaman bagi

pengembangan usaha dan kehidupan masyarakat.

1.2. Gambaran Demografi Kabupaten Ende

Data topografi Kabupaten Ende yang tercantum pada RPJMD Kabupaten

Ende 2014–2019 dimana struktur wilayah Kabupaten Ende didominasi oleh

perbukitan dan pegunungan. Secara keseluruhan 20,60 % wilayah Ende berada pada

ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Selain pegunungan dan perbukitan

Kabupaten Ende juga berbatasan dengan Laut Sawu. Variasi topografi Kabupaten

Ende mengakibatkan juga keberagaman jenis mata pencaharian penduduk sesuai

kontur wilayah. Untuk wilayah perbukitan, tingkat kemiringan lerengnya rata–rata

diatas 40 %. Karakteristik wilayah Ende yang sangat beragam ini juga membawa

dampak pada tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi.

Berdasar data demografi BPS Kabupaten Ende (Tahun 2014; Hal 99) jenis

kegiatan dan pekerjaan di Kabupaten Ende tercantum pada tabel 1.1 sebagai berikut:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

3

Tabel 1.1

Data Jenis Kegiatan Dan Pekerjaan Penduduk Di Kabupaten Ende

Sumber: Data BPS Ende 2014

Berdasar tabel 1.1 di atas diantara angkatan kerja dengan jumlah total 121.607

menyebar di 21 Kecamatan dengan variasi mata pencaharian antara lain kecamatan

pesisir pantai seperti Ndori, Nangapanda, Ende Selatan, Pulau Ende, Maukaro,

Maurole dan sebagian wilayah Kecamatan Lio Timur memiliki mata pencaharian

sebagian besar sebagai buruh upahan non pertanian diantaranya adalah nelayan.

Sedangkan kecamatan dengan topografi kemiringan lereng diatas 40 % diantaranya

Kecamatan Ende tengah, Ende, Sebagian Ende Timur, Wewaria, Detukeli,

Lepembusu Kelisoke, Wolowaru, Ende Utara, Kotabaru, Detusoko, dan Ndona rata–

rata penduduknya bermatapencaharian usaha jasa dan pertanian.

1.3. Gambaran Struktur Sosial Kabupaten Ende

Pada masyarakat Lio-Ende-Flores susunan masyarakat terbagi atas beberapa

golongan yaitu: (Hidayat, 1976: 165-167) .Pertama, yang dipertuan atau “Ata

Ngga’e”.Kedua, golongan “Ata Ho’o” suatu golongan yang menjadi hamba bagi

Aktivitas dan Status Laki-laki Perempua Total

Angkatan Kerja 60.051 61.556 121.607

- Bekerja 56.741 59.630 116.371

- Pengangguran 3.310 1.926 5.236

Bukan Angkatan Kerja 21.225 36.073 57.298

- Sekolah 10.214 8.302 18.516

- Ibu Rumah Tangga 5.420 22.878 28.298

-Lain-Lain 5.591 4.893 10.484

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

4

yang dipertuan. Golongan yang dipertuan ini dapat dibedakan dalam dua bagian besar

yaitu “Mosa Laki” (kaum bangsawan) dan golongan “Faiwalu Anahalo” (golongan

rakyat biasa). Golongan “Mosa Laki” juga dapat dibedakan lagi dalam tiga golongan

yaitu “Ria Bewa, Mosa Laki Pu’u dan Suke Sani”. Ria Bewa adalah sekelompok

penduduk yang merasa dirinya paling murni, paling dekat hubungan darahnya dari

nenek moyang pembuka daerah dan kerajaan. Mereka ini pada umumnya termasuk

kepala adat tertua dari keturunan pertama. Keturunannya mewarisi kemurnian darah

dan dianggap kelompok penduduk yang hubungan darahnya paling senior dari clan

pertama. Golongan “Mosa Laki Pu’u” termasuk sekelompok penduduk yang

hubungan darahnya sudah menjauh tetapi masih jelas ada hubungan keluarga dengan

Mosa Laki Ria Bewa. Oleh karena itu golongan ini mendapat kepercayaan untuk

mengemban tugas menjaga keamanan. Golongan “Suke Sani” adalah merupakan

sekelompok penduduk yang hubungan darahnya dari clan pertama ini sudah sangat

jauh dan samar, akan tetapi masih jelas hubungan darahnya dengan golongan Mosa

laki Pu’u. Golongan Suke Sani ini merupakan clan yang termuda dengan mendapat

tugas dalam pemerintahan adat, sebagai pembantu para Mosa Laki Pu’u serta menjadi

prajurit angkatan perang.

Tiap golongan tersebut di atas berusaha sedapat mungkin mempertahankan

kemurnian darahnya. Oleh karena itu dalam perkawinan setiap golongan tertutup di

dalam golongan sendiri. Kalau golongan atas kawin dengan golongan bawah,

pasangan itu akan turun derajatnya, kemurnian darahnya. Bagi golongan yang

dipertuan pantang sekali mengawinkan anak keturunannya kepada golongan hamba

sahaya. Golongan budak ini pada masa dahulu berasal dari tawanan perang dan

keturunannya dianggap budak. Golongan budak ini terus bertambah akibat pembelian

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

5

karena tidak terbayarnya hutang. Disamping itu ada yang disebabkan karena dari

golongan Suke sani yang jatuh miskin, sehingga karena miskinnya itu ia menjadi

hamba sahaya. Pada masa sekarang keadaan stratifikasi sosial ini masih tetap

dipertahankan namun tidak dipraktekkan secara kaku dan otoriter, karena kehidupan

tradisionil pertanian masih dikuasai oleh golongan Ata Ngga’e sebagai tanah ulayat,

hak persekutuan bukan hak perorangan. Para anggota hanya sebagai penggarap.

Tanah-tanah garapan itu dibagi-bagikan dengan kewajiban sipenggarap harus menjaga

kesuburan tanah dan bila digarap harus dikembalikan kepada penguasa tanah hak

ulayat itu. Di samping itu tanah-tanah garapan itu tidak boleh diperjualbelikan.

Macam-macam tanah garapan diantaranya tanah perburuan, tanah penggembalaan,

dan tanah pertanian. Oleh karena itu tanah garapan masih tetap dikuasai oleh para

penguasa adat golongan Ata Ngga’e sebagai yang dipertuan, sedangkan golongan

hamba sahaya juga akan tetap ada selama tanah dikuasai oleh golongan Ata Ngga’e

tersebut.

1.4. Dasar Regulasi Penelitian

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844);

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

6

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden

dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924);

Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5189);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD dan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316).

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja

Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten/Kota, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2010;

Peraturan KPU Nomor 9 TAHUN 2013 tentang Penyusunan Daftar Pemilih

Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pemungutan

dan Penghitungan Suara Di Tempat Pemungutan Suara dalam Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

7

1.5. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia merupakan suatu sarana demokrasi.

Masyarakat (warga negara) adalah komponen penentu berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pemilu, karena melalui kekuatan pemilih masyarakatlah maka dapat

menentukan nasib negara dan bangsa ke depan. Melalui pemilihan umum, rakyat

Indonesia turut serta secara aktif untuk berpartisipasi dalam memilih wakil mereka

dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah

karena partisipasi politik meruapakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara

demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.

Menurut freedom house dalam Didik Supriyanto merumuskan empat indeks

pokok demokrasi yang masing–masing dijabarkan menjadi sub–sub indeks. Keempat

indeks pokok itu: Pertama, adanya system pemilihan umum yang jujur dan adil (free

and fair elections); Kedua, adanya pemerintahan yang terbuka, akuntabel, dan

responsive (open , accountable and responsive government); Ketiga, adanya promosi

dan perlindungan hak asasi manusia yang berkelanjutan, terutama hak–hak sipil dan

politik; Keempat, adanya masyarakat sipil maupun lembaga–lembaga politik yang

merefleksikan adanya masyarakat yang percaya diri. Rumusan itulah kemudian diakui

masyarakat internasional untuk melihat praktek demokrasi di banyak Negara. Jika

demokrasi dilihat berdasar indeks pertama yakni adanya sistem pemilihan yang jujur

dan adil, maka system pemilihan umum di Indonesia mengalami perkembangan

signifikan sejak jatuhnya rezim orde baru tahun 1998. (Didik Supriyanto, 2007: Hal

17)

Dua proses sejarah demokrasi bangsa Indonesia yang menunjukkan tatanan

demokrasi yang semakin berkembang adalah terjadi di tahun 1999, dimana dibukanya

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

8

ruang gerak bagi banyak partai untuk ikut dalam pesta demokrasi atau yang dikenal

dengan system multipartai. Yang kedua adalah di tahun 2004, untuk pertama kalinya

dalam sejarah Pemilu bangsa Indonesia, rakyat boleh memilih dan menentukan secara

langsung wakil daerahnya masing masing atau system proporsional daftar terbuka.

Dalam sebuah proses Pemilu setiap warga negara, apapun latar belakangnya

seperti suku, agama, ras, jenis kelamin, status sosial, dan golongan, mereka memiliki

hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan pendapat, menyikapi

secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara. Hak ini disebut hak politik

yang secara luas dapat langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui pemilihan

umum baik Pemilu Presiden maupun Pemilu Legislatif.

Pada hakekatnya, pemilihan umum merupakan salah satu bentuk paritisipasi

politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah,

rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik di suatu wilayah

dengan memberikan suara secara langsung. Dan dalam sebuah Negara dengan tatanan

demokrasi yang matang pelembagaan politik dengan munculnya partai poltik yang

beragam sebagai sebuah wadah distribusi kekuasaan merupakan ciri demokrasi

modern. Melalui partai politik, masyarakat dapat menilai program, visi, misi dan

ideologi partai yang sesuai dengan ideologi politik perorangan. Masing–masing partai

politik berupaya mensosialisakan pesan politik dengan menggunakan berbagai media

kampanye. Masing–masing partai politik mengusung calon kandidat wakil rakyat dan

calon pemimpin negara yang dianggap berintegritas, berkualitas, kompeten,

kharismatik dan popular. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 08

Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota , dimana tercantum

pengertian Partai Politik adalah Organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

9

sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak

dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,

masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repubik

Indonesia berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Menurut pengertian tersebut maka dalam pemilu sistem multipartai

rakyat akan memilih manakah partai yang memenuhi keterwakilan kesamaaan

kehendak, cita-cita, ideologi pemilih, masyarakat, bangsa dan negara. Motif

masyarakat sebagai pemilih dalam pemilu pun beragam dan bervariasi. Pada akhirnya

perwujudan kedaulatan rakyat di dalam proses kenegaraan ditentukan oleh

kematangan dan efektivitas partai, pemilu dan demokrasi.

Pemilu di Kabupaten Ende baik untuk Pemilu Legislatif maupun untuk Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden akan bergantung pada bagaimana persepsi masyarakat

yang memilih terhadap partai politik, dan perilaku memilih dari masyarakat terhadap

calon anggota legislatif dan calon presiden dan calon wakil presiden. Seiring dengan

berkembangnya kesadaran berpolitik masyarakat Kabupaten Ende, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah persepsi masyarakat

terhadap partai yang memiliki pengaruh terhadap perilaku memilih dalam Pemilu. Di

samping itu, faktor calon yang akan dipilih juga sangat menentukan, baik calon

legislatif maupun calon presiden dan calon wakil presiden.

Dilihat dari tipikal perilaku memilih masyarakatnya maka jenis perilaku

pemilih adalah jenis rational voters dan tradisional voters. Pemilih jenis rasional

adalah golongan pemilih yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada

suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi pemilih jenis ini

adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau seorang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

10

kontestan pemilu. (Muhamad Asfar,2006: Hal 137-144). Rational Voters juga

mempunyai tanggungjawab, kesadaran, kalkulasi, rasionalitas dan kemampuan

kontrol yang kritis terhadap kandidat pilihannya. Sedangkan Traditional voters adalah

golongan pemilih yang fanatik, primordial dan irasional. Pemilih jenis ini mudah

dimobilisasi selama masa kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat

tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu

atau partai politik adalah merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi

(Muhamad Asfar,2006: hal 138).

Adapun faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi pilihan politik

masyarakat pemilih adalah :

a. Sosiologis

Merupakan pendekatan yang menekankan pada peranan faktor-faktor

sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang. Seseorang tidak ikut

dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang sosiologis

tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor

jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut

pemilihan atau tidak.

b. Psikologis

Psikologis merupakan istilah yang lebih menekankan pada pengaruh

faktor psikologis seseorang dalam menentukan perilaku politik. Menurut

Greenstein ada 3 fungsi sikap yang mempengaruhi perilaku pemilih yaitu:

Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap

suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang

tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Artinya, seseorang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

11

bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak

sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap

merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang

itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang

mungkin berwujud mekanisme pertahanan (defense mechanism).

Pembentukan sikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi, melainkan proses

sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat antara

seseorang dengan partai politik atau kandidat tertentu. Kedekatan inilah yang

menentukan seseorang ikut memilih atau tidak. Makin dekat seseorang dengan

partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan seseorang terlibat

dalam pemilihan.

c. Rasional

Dua faktor di atas menempatkan pemilih pada waktu dan ruang kosong

baik secara implisit maupun eksplisit. Mereka beranggapan bahwa memilih

bukanlah keputusan yang dibuat pada saat menjelang atau ketika ada di bilik

suara, tetapi sudah ditentukan jauh sebelumnya, bahkan jauh sebelum

kampanye dimulai. Karakteristik sosiologis, latar belakang keluarga,

pembelahan kultural atau identifikasi partai melalui proses sosialisasi dan

pengalaman hidup, merupakan variabel yang secara sendiri-sendiri maupun

komplementer mempengaruhi perilaku atau pilihan politik sesorang. Tetapi

pada kenyataannya, ada sebagian pemilih yang mengubah pilihan politiknya

dari satu pemilu ke pemilu lainnya. Ini disebabkan oleh ketergantungan. Pada

peristiwa-peristiwa politik tertentu yang bisa saja mengubah preferensi pilihan

politik seseorang. Hal ini berarti ada variabel-variabel lain yang ikut

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

12

menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Ada faktor-

faktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan politik

seseorang dalam pemilu. Dengan begitu, pemilih bukan hanya pasif melainkan

juga individu yang aktif. Ia tidak terbelenggu oleh karakteristik sosiologis,

melainkan bebas bertindak. Faktor-faktor situasional, bisa berupa isu-isu

politik atau kandidat yang dicalonkan, seperti ketidakpercayaan dengan

pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik. Atau ketidakpercayaan

masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya.

Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih

baik, cenderung untuk tidak ikut memilih. Faktor pemilih rasional juga

merupakan kegiatan memilih sebagai kalkulasi untung dan rugi yang

dipertimbangkan tidak hanya ongkos memilih dan kemungkinan suaranya

dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari

alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan

kandidat yang hendak mencalonkan diri terpilih sebagai wakil rakyat atau

pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan untung dan rugi digunakan

untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama

untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memillih.

Pertimbangan psikologis, sosiologis dan rasional diatas adalah faktor–faktor

yang melatarbelakangi perilaku memilih di Kabupaten Ende. Berikut ini adalah

rekapitulasi jumlah pemilih tetap dan jumlah penilih yang menggunakan hak pilihnya

untuk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Ende

tahun 2014. Terdapat selisih jumlah antara daftar pemilih dengan pemilih yang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

13

menggunakan hak pilih pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden. Data tersebut tercantum pada tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 1.2

Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap dam Jumlah Pemilih yang Menggunakan

Hak Pilih Dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Di

Kabupaten Ende

JENIS DATA JUMLAH

Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif 164.661

Daftar Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

dalam Pemilu Legislatif

131.015

Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden 169.607

Daftar Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

127.404

Sumber: Data KPU Kab.Ende 2014

Dari data pada tabel 1.2 di atas terdapat kesenjangan jumlah antara Daftar

Pemilih Tetap pada Pemilu Legislatif di Kabupaten Ende Tahun 2014 yaitu sebesar

164.661 dan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 131.015.

Penurunan jumlah terdaftar dan jumlah aktual yaitu sebesar 33.646, jika dikonversi ke

dalam prosentase maka selisih jumlah terdaftar dengan jumlah pemilih yang

menggunakan hak pilih pada Pemilu Legislatif di Kabupaten Ende Tahun 2014

sebesar 20 %. Dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya tersebar dalam

beragam kelas sosial, dengan rentang usia 17 tahun keatas adalah mereka yang

tergolong pemilih pemula, tingkat pendidikan pun beragam yaitu kelas sosial

masyarakat dengan lulusan SD sampai dengan jenjang tertinggi Profesor.

Keberagaman pemilih berdasarkan mata pencaharian atau profesi yang digeluti

berdasar kategorial usaha kecil menengah yaitu usaha jasa, manufaktur dan pertanian.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

14

Sedangkan mata pencaharian sebagai pegawai antara lain PNS, TNI / POLRI, Guru

dan Dosen, Mahasiswa, Pegawai Swasta, dan lain-lain.

Sedangkan daftar pemilih tetap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Kabupaten Ende tahun 2014 berjumlah 169.607 dan jumlah pemilih yang

menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Kabupaten Ende

2014 sebesar 127.404. Berdasarkan data di atas tersebut terjadi pula penurunan selisih

yang sama seperti jumlah pemilih pada Pemilu Legislatif. Selisih antara daftar pemilih

tetap dan Pemilih yang menggunakan hak pilihnya yaitu sebesar 42.203 atau jika

dikonversikan dalam prosentase sebesar 25 %.

Berdasar realitas di atas maka Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ende

bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Flores

menjalin kerja sama untuk melakukan penelitian dengan fokus penelitiannya adalah

untuk mengangkat realitas fenomena politik pada Pemilu Legislatif dan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Ende dengan judul “PERSEPSI

MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK DAN

PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014”

1.6. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat Kabupaten Ende terhadap Partai Politik

pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun

2014

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

15

2. Bagaimana perilaku memilih masyarakat Kabupaten Ende pada Pemilu

Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014?

1.7. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persepsi masyarakat Kabupaten Ende terhadap Partai Politik

pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

2. Mengetahui perilaku memilih masyarakat pada Pemilu Legislatif dan

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende

1.8. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan referensi bagi pihak-

pihak terkaiat, yaitu KPU Kabupaten Ende, Pemerintah Kabupaten Ende,

Partai Politik yang ada di Kabupaten Ende, dalam rangka penyusunan

kebijakan dan strategi guna meningkatkan dan memperkuat partisipasi

warga dalam pemilu mendatang di wilayah Kabupaten Ende.

2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi para

peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis tentang persepsi

masyarakat pada partai politik dan perilaku memilih.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Persepsi Masyarakat

Pengertian persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan,

dorongan–dorongan dalam kesatuan–kesatuan, hal mengetahui, melalui indera,

tanggapan, dan daya memahami. Oleh karena itu kemampuan manusia untuk

membedakan, mengelompokkan dan memfokuskan yang ada di lingkungan mereka

disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi.

(Sarwono,1976, Hal.39). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului suatu

penginderaan yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat reseptornya. Untuk lebih memahami persepi berikut adalah beberapa definisi

mernurut pakar psikologi antara lain sebagai berikut:

Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi–segi ekstern

(lingkungan sosial, fisik, peristiwa-peristiwa, gerakan–gerakan massa) maupun segi

intern (kesehatan fisik, perorangan, semangat, emosi). Psikologi sosial juga dapat

menjelaskan bagaimana kepemimpinan tidak resmi dapat menentukan keputusan

dalam kebijaksanaan politik dan kenegaraan, bagaimana sikap (attitude) dan harapan

(expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan–tindakan serta tingkah laku yang

berpegang teguh pada tuntutan–tuntutan sosial (conformity) bagaimana motivasi kerja

dapat ditingkatkan sehingga memperbanyak produksi kerja melalui penanaman

penghargaan terhadap waktu dan usaha. Betapa nilai–nilai budaya yang bertahun–

tahun lamanya diterima masyarakat dapat melahirkan tingkah laku politik yang relatif

stabil. Psikologi sosial juga dapat menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

17

keadaan yang dianggap baru, asing atau yang bertentangan denga consensus

masyarakat mengenai suatu gejala sosial tertentu (Budiarjo,Miriam.2008: hal 24).

Menurut pendapat Kartini Kartono, persepsi adalah pengamatan secara global,

belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari

lainnya (baru ada proses yang memiliki tanggapan). Sedangkan menurut Bimo

Walgito, persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus

yang diterima oleh organism atau individu sehingga merupakan aktivitas yang

integrated dalam diri. (Walgito, Bimo,1994: Hal 53).

Persepsi adalah sekumpulan tindakan mental yang mengatur impul sensorik

menjadi suatu pola bermakna (Travis Carol et.al, 2002: hal 193). Kemampuan

persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat

dini. Meskipun kebanyakan kemampuan persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga

menaikkan peranan penting. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena

sel–sel dalam syaraf mengalami kemunduran, berubah, atau gagal membentuk jalur

syaraf yang layak. Secara keseluruhan kemampuan persepsi kita ditanamkan dan

tergantung pada pengalaman.(Travis Carol et.al,2002: Hal 226-228).

a. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses

fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa obyek menimbulkan

stimulus,lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologi

berupa stimulus yang diterima oleh indera yang diteruskan oleh saraf sensoris

ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak sehingga

individu menyadari stimulus yang diterima.(Sunaryo,2004: Hal 94)

b. Faktor yang mempengaruhi Persepsi

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

18

Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

1) Diri yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha

memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu

yang turut berpengaruh antara lain sikap, motif, kepentingan,

pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.

Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.

3) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya

bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan

perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam

menumbuhkan persepsi.(Siagian Sondang, 1995: Hal 101-105).

Sementara David Krech dan Richard, menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi adalah:

1) Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut

sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan

persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang

melakukan persepsi.

2) Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat.

Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf

individu.

3) Faktor-faktor situasional, Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non

verbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk

paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

19

mempengaruhi persepsi.

4) Faktor personal. Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi

dan kepribadian.(Sondang Siagian, 1995: Hal 101-105)

Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi di atas dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses penafsiran seorang

terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan, keinginan dan

pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh perilaku manusia

dalam menentukan pilihan hidupnya.

2.2. Pengertian Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Hidup

bermasyarakat dapat diartikan sebagai hidup dalam suatu pergaulan. Kata

masyarakat berasal dari bahasa arab ‘syaraka’ yang artinya ikut serta (partisipasi).

Sedangkan dalam bahasa inggris dipakai istilah ‘society’ yang berasal dari kata

‘socius’ yang artinya kawan.

Aristoteles mengemukakan bahwa manusia ini adalah ‘zoon politicon’ yaitu

makhluk sosial yang hanya menyukai hidup bergolongan atau sedikitnya mencari

teman bersama lebih suka daripada hidup tersendiri (Lukman Surya Saputra, 2007:

Hal 11).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masyarakat merupakan

sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu

dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor utamanya ialah adanya

hubungan yang kuat di antara anggota kelompok dibandingkan hubungan dengan

orang-orang diluar kelompoknya.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

20

Sedangkan menurut Hasan Sadhily, masyarakat adalah golongan besar atau

kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian

secara golongan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian

kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi masyarakat.

Masyarakat bukannya a d a hanya dengan menjumlahkan adanya orang-orang

saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.(Hasan Sadhily,1984: Hal

47)

Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena proses

masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa masyarakat

mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan

sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun

sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-

wenang untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa

berarti tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (Negara, perkumpulan

dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adat dan berdasarkan keinsyafan

akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat dan

sebagainya).

2.3. Partisipasi Politik

Partisipasi politik itu merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan Negara

demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Di Negara–

Negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik,

biasanya tingkat partisipasi warga Negara meningkat.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

21

Di beberapa Negara berkembang partisipasi yang bersifat otonom, artinya

lahir dari diri mereka sendiri, masih terbatas. Berkaitan dengan gejalan itu , jika hal

itu terjadi di Negara–Negara maju seringkali dianggap sebagai indikator adanya

kepuasan terhadap pengelolaan kehidupan politik. Tetapi jika hal itu terjadi di Negara

berkembang tidak selalu demikian. (Budiarjo, 2009: 381).

Sedangkan pada sisi lain, Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek

politik dan pemerintah. Menurut Prof. Miriam Budiardjo, Partisipasi politik adalah

kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara

langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,

menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan

pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu

gerakan sosial dengan direct actionnya. (Budiarjo,2009:367).

2.3.1. Pengertian Partisipasi Politik

Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan

menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah yang

digunakan warga masyarakat untuk ikut serta dalam menentukan isu politik. Perilaku-

perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup semua kegiatan sukarela,

dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan

turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum.

Menurut Herbert Mc Closky, Partisipasi politik adalah kegiatan–kegiatan

sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam

proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak lansgung, dalam proses

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

22

pembentukan kebijakan umum. Hal yang diteropong utama adalah tindakan–tindakan

yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan–keputusan pemerintah, sekalipun

fokus utamanya lebih luas tetapi abstrak, yaitu usaha-usaha untuk mempengaruhi

alokasi nilai secara otoritatif untuk masyarakat (the authoritative allocation of values

for a society).

Sedangkan menurut Samuel P.Huntington dan Joan M.Nelson dalam no easy

choice: Political Participation in Developing Countries memberi tafsiran yang lebih

luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan illegal dan kekerasan.

(Budiarjo,2009: 368). Dalam negara demokrasi yang mendasari konsep partisipasi

politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui

kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu Negara itu dan

untuk menentukan orang–orang yang akan memegang kepemimpinan.

Dari pengertian mengenai partisipasi politik di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau

kelompok sebagai warga Negara dalam proses politik dan dapat juga yang negatif

yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka

mempengaruhi kebijakan pemerintah.

2.3.2. Bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik seorang tampak dalam aktivitas–aktivitas politiknya.

Bentuk partisipasi politik umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah

untuk memilih calon wakil rakyat atau untuk memilih kepala Negara.

(Maran,2001:148). Dalam buku pengantar sosiologi politik (Maran,2001: 148),

Michael Rush dan Philip Althoff mengidentifikasi bentuk–bentuk partisipasi politik

sebagai berikut:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

23

a. Menduduki jabatan politik atau adminsitrasi.

b. Mencari jabatan politik atau administrasi.

c. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik.

d. Menjadi anggota pasif dalam suatu organsasi politik.

e. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi poliitk.

f. Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik.

g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb.

h. Pasrtisipasi dalam diskusi politik internal.

i. Partisipasi dalam pemungutan suara.

Sastroatmodjo (1993:77) juga mengemukakan tentang bentuk–bentuk

partisipasi politik berdasarkan jumlah pelakunya yang dikategorikan menjadi dua

yaitu partisipasi individual dan partisipasi kolektif. Partisipasi individual dapat

terwujud kegiatan seperti menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan pada

pemerintah. Partisipasi kolektif adalah bahwa kegiatan warga Negara secara serentak

dimaksudkan untuk mepengaruhi penguasa seperti dalam kegiatan pemilu.

Sementara itu Maribath dan Goel (Rahman,2007:289) membedakan partisipasi

politik menjadi beberapa kategori:

a. Apatis, adalah yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dalam proses

politik.

b. Spektator, adalah yang setidak–tidaknya pernah ikut memilih dalam

pemilu.

c. Gladiator, adalah mereka yang ikut terlibat dalam proses politik. Misalnya

komunikator, aktivis partai dan aktivis masyarakat.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

24

d. Pengkritik, adalah orang–orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang

tidak konvensional.

Menurut Rahman (2007: 287) kegiatan politik yang tercakup dalam konsep

partisipasi politik mempunyai berbagai macam bentuk–bentuk partisipasi politik yang

terjadi di berbagai negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan politik

konvensional dan non konvensional, termasuk yang mungkin legal dan illegal, penuh

kekerasan, dan revolusioner. Bentuk–bentuk frekuensi partispasi politik dapat dipakai

sebagai ukuran untuk menilai stabilitas system politik. Integritas kehidupan politik,

kepuasan/ketidakpuasan warga Negara. Bentuk–bentuk partisipasi yang dikemukakan

oleh Almond (Syarbaini,2002: 70) yang terbagi dalam dua bentuk partisipasi politik

konvensional dan partisipasi politik non konvensional. Rincian bentuk partisipasi

politik sebagai berikut:

Tabel 2.1

Bentuk–Bentuk Partisipasi Politik

Konvensional Non Konvensional

Pemberian Suara (voting) Pengajuan Petisi

Diskusi Politik Berdemonstrasi

Kegiatan Kampanye Konfrontasi, Mogok

Membentuk dan bergabung dalam

kelompok kepentingan

Tindak kekerasan politik harta benda

(pengrusakan, pengeboman)

Komunikasi Individual dengan pejabat

politik dan administratif

Tindak kekerasan politik terhadap

manusia (penculikan, percabulan)

Sumber: Almond dalam Syarbaini,2002: 71

Dalam perspektif lain Roth dan Wilson (Suryadi,2007:137) menguraikan

bentuk–bentuk partisipasi politik warga Negara berdasarkan intensitasnya. Intensitas

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

25

terendah adalah sebagai pengamat, intensitas menengah yaitu sebagai partisipan, dan

intensitas partisipasi tertinggi sebagai aktivis. Bila dijenjangkan, intensitas kegiatan

politik warga negara tersebut membentuk segitiga serupa dengan piramida yang

kemudian dikenal dengan nama “Piramida Partisipasi politik”. Karena seperti

piramida maka bagian mayoritas partisipasi politik warga Negara terletak di bawah.

Gambar 2.1

Piramida Partisipasi Politik

Sumber: David F Roth dan Frank L.wilson dlm Syarbaini,2002:70

Kelompok warga paling bawah pada gambar piramida partisipasi politik

adalah kelompok warga yang sama sekali tidak terlibat dan tidak melakukan kegiatan

politik oleh Roth dan Wilson disebut sebagai orang apolitis (Syarbaini,2002:70).

Kelompok yang kedua di atas adalah orang–orang apolitis adalah kelompok

pengamat, kelompok ini biasanya melakukan kegiatan politik seperti, menghadiri

rapat umum, menjadi anggota partai. Kelompok kepentingan, membicarakan masalah

politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa dan memberikan suara

dalam pemilihan umum. Kemudian yang terletak di atas satu tingkat dari kelompok

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

26

pengamat yaitu kelompok partisipan. Pada jenjang ini, aktivitas poltiik yang sering

dilakukan adalah menjadi petugas kampanye, menjadi anggota aktif dari suatu partai

/ kelompok kepentingan. Kelompok terakhir yang terletak dibagian atas piramida

partisipasi politik adalah kelompok aktivis. Warga yang termasuk kelompok aktivis

ini tergolong sedikit jumlahnya dimana kelompok aktivis terdiri dari pejabat partai

penuh waktu, dan pemimpin partai / kelompok kepentingan.

Adapun bentuk partisipasi politik yang sering dilakukan oleh pemuda, dimana

para pemuda melakukan aksi demonstrasi pemogokan dan kegiatan protes. Cara yang

biasa dilakukan oleh pemilih pemula untuk turut berpartisipasi dalam pemilu yaitu

dengan cara bergabung dengan salah satu parpol di daerahnya, mengikuti kegiatan

kampanye, menghadiri diskusi politik di daerahnya.

Indikator utama yang dimiliki oleh setiap pemilih pemula yang dianggap

mendasari atau melatarbelakangi tingkat partisipasi politik pemula adalah tingkat

pendidikan, dan jenis kelamin. Setiap komunitas masyarakat memiliki latar belakang

tertentu yang dapat diungkap beraneka ragam. Keragaman latar belakang tersebut

akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam

pelaksanaan pemilu, dan menjadi bagian partisipasi dalam dinamika kehidupan

politik. Kegiatan politik yang mencakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai

bentuk dan intensitas. Dalam konsep demikian termasuk dalam perbedaan jenis

partisipasi. Partisipasi secara aktif tidak intensif yaitu kegiatan yang tidak banyak

menyita waktu seperti memberikan suara dalam pemilu, besar sekali jumlahnya.

Jumlah orang yang secara aktif dan penuh waktu melibatkan diri dalam politik

(aktivis politik, pemimpin partai atau kelompok yang berkepentingan) relatif

jumlahnya lebih kecil.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

27

Partisipasi seseorang itu dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat

(pendidikan dan kedudukan sosial) dan faktor keadaan alam sekitar atau

lingkungannya (Budiarjo, 1998: 47). Dalam konteks ini teori partisipasi masyarakat

pemilih pemula diarahkan pada berbagai bentuk dan jenis peran serta dan

keikutsertaan masyarakat pemilih pemula dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden

dan wakil presiden tahun 2014.

2.3.3. Tujuan Partisipasi Politik

Adanya kondisi masyarakat yang beraneka ragam tentunya tiap–tiap warga

masyarakat mempunyai tujuan hidup yang beragam pula sesuai dengan tingkat

kebutuhannya. Upaya memenuhi kebutuhan itu direfleksikan dalam bentuk kegiatan,

yang tentunya kebutuhan yang berbeda akan menghasilkan kegiatan yang berbeda

pula. Demikian pula dalam partisipasi politiknya tentu tujuan yang ingin dicapai

antara warga satu dengan yang lainnya berbeda.

Menurut Waimer (Sastroatmodjo, 1995:85) menyatakan bahwa yang

menyebabkan timbulnya pergerakan kearah partisipasi yang lebih luas dalam proses

politik yaitu:

a. Modernisasi di segala bidang berimplikasi pada komersialisme pertanian,

industri, perbaikan pendidikan, pengembangan metode masa dan

sebagainya.

b. Terjadinya perubahan–perubahan struktur kelas sosial. Perubahan struktur

kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja

baru yang semakin meluas dalam era industrialisasi dan modernisasi. Dari

hal itu muncul persoalan yaitu siapa yang berhak ikut serta dalam

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

28

pembuatan keputusan–keputusan politik yang akhirnya membawa

perubahan–perubahan dalam pola partisipasi politik. Kelas menengah baru

itu secara praktis menyuarakan kepentingan-kepentingan masyarakat yang

terkesan demokratis.

c. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi masa merupakan

faktor meluasnya komunikasi politik masyarakat. Ide–ide baru seperti

nasionalisme, liberisasi akan membangkitkan tuntutan-tuntutan untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi yang luas

mempermudah penyebaran ide–ide seluruh masyarakat. Dengan masyarakat

yang belum maju sekalipun akan dapat menerima ide–ide terbaik tersebut

secara tepat. Hal itu berimplikasi pada tuntutan–tuntutan rakyat dalam ikut

sserta menentukan dan mepengaruhi kebijakan pemerintah.

d. Adanya konflik antara pemimpin–pemimpin politik. Pemimpin politik

yang bersaing memperebutkan kekuasaan seringkali untuk mencapai

kemenangan dilakukan dengan cara mencari dukungan masa. Dalam hal

mereka beranggapan, adalah sah apabila yang mereka lakukan demi

kepentingan rakyat dan dalam upaya memperjuangkan ide–ide partisipasi

masa. Implikasinya adalah munculnya tuntutan terhadap hak–hak rakyat,

baik hak asasi manusia, keterbukaan, demokratisasi, maupun isu-isu

kebebasan pers. Dengan demikian pertentangan dan perjuangan kelas

menengah kekuasaan mengakibatkan perluasan hak pilih rakyat.

e. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial,

ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah

ini seringkali merangsang tumbuhnya tuntutan–tuntutan yang berorganisasi

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

29

untuk ikut serta dalam mempengaruhi keputusan politik. Hal tersebut

merupakan konsekuensi dari perbuatan pemerintah dalam segala bidang

kehidupan.

Menurut David (Sastroatmodjo, 1995: 85) partisipasi politik bertujuan untuk

mempengaruhi penguasa dalam arti memperkuat maupun dalam pengertian

menekannya sehingga mereka memperhatikan atau memenuhi kepentingan pelaku

partisipasi. Tujuan tersebut sangat beralasan karena sasaran partisipasi politik adalah

lembaga–lembaga politik atau pemerintah yang memiliki kewenangan dalam

pengambilan keputusan politik.

2.3.4. Landasan Partisipasi Politik

Huntington dan Nelson (1994:21) mengemukakan bahwa landasan yang lazim

digunakan untuk menyelenggarakan pasrtisipasi politik adalah:

a. Kelas: perorangan–perorangan dengan status sosial, pendapatan, pekerjaan

yang serupa.

b. Kelompok / komunal: perorangan–perorangan dari ras, agama, bahasa dan

etnisitas yang sama.

c. Lingkungan: perorangan–perorangan yang secara geografis bertempat

tinggal berdekatan satu sama lain.

d. Partai: Perorangan yang mengidentifikasikan diri dengan organisasi formal

yang sama yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kontrol atas

bidang–bidang eksekutif dan legislatif pemerintahan.

e. Golongan: perorangan–perorangan yang dipersatukan oleh interaksi yang

terus menerus atau intens satu sama lain, dan salah satu manifestasinya

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

30

adalah pengelompokkan patron klien, artinya satu golongan melibatkan

pertukaran manfaat-manfaat secara timbal balik diantara perorangan-

perorangan yang mempunyai sistem status, kekayaan dan pengaruh yang

tidak sederajat.

Hermawan (2001: 72) berpendapat bahwa yang berkaitan dengan faktor–

faktor yang mempengaruhi perilaku politik, adalah:

a. Lingkungan sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, media masa,

sistem budaya, dan lain–lain.

b. Lingkungan politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk

kepribadian aktor seperti keluarga, teman, agama, kelas dan sebagainya.

c. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.

d. Faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang

mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu

kegiatan politik, seperti suasana kelompok, ancaman, dan lain–lain.

2.4. Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan

pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang

perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu yaitu; Mazhab Colombia dan

Mazhab Michigan (Fadilah Putra,2003: Hal 201). Mazhab Colombia menekankan

pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan

pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok

yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut

pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

31

yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas (status

sosial), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup

menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan

terhadap suatu partai politik merupakan suatu produk dari karakteristik sosial

individu yang bersangkutan (Affan Gafar,1992: Hal 43)

Perilaku pemilih juga dapat dianalisis menggunakan tiga pendekatan

yaitu:

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kharakteristik

sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang

cukup signifikan dalam menentukan pilihan pemilih. Pendekatan

sosiologis dilandasi oleh pemikiran bahwa determinan pemilih dalam

respon politiknya adalah status sosio-ekonomi, afiliasi religious. Dengan kata

lain, pendekatan ini didasarkan pada ikatan sosial pemilih dari segi etnik, ras,

agama, keluarga dan pertemanan yang dialami oleh agen pemilih secara

historis. Pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-

perempuan) agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang

cukup menentukan dalam membentuk pengelompokan sosial baik secara

formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi

keagamaan, organisasi-organisasi profesi, dan sebagainya, maupun

kelompok-kelompok informal seperti keluarga, pertemuan, ataupun

kelompok-kelompok kecil lainnya. Merupakan sesuatu yang sangat vital

dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok

inilah yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan sikap,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

32

persepsi dan orientasi seseorang.

b. Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini pada dasarnya melihat sosialisasi sebagai

determinasi dalam menentukan perilaku politik pemilih, bukan kharakteristik

sosiologis. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang merupakan

refleksi dari keperibadian seseorang yang menjadi variabel yang cukup

menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena

itu, pendekatan psikologi menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai

kajian utama, yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi

terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat. Pertama, sikap merupakan

fungsi kepentingan, artinya penilaian terhadap suatu objek diberikan

berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut; kedua, sikap

merupakan fungsi penyesuaian diri artinya seseorang bersikap tertentu

merupakan akibat dari keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama

dengan tokoh yang dijadikan panutan; ketiga, sikap merupakan fungsi

eksternalisasi dan pertahanan diri, artinya sikap seseorang itu merupakan

upaya utuk mengatasi konflik batin dan tekanan psikis dan eksternalisasi diri

seperti proyeksi, idealisasi, rasionalisasi dan identifikasi.

Kedua pendekatan tersebut di atas melihat bahwa perilaku pemilih

bukanlah keputusan yang dibuat pada saat menjelang atau ketika berada

dibilik suara, tapi sudah ditentukan jauh sebelumnya, bahkan sebelum

kampanye dimulai. Oleh karena itu tidak cukup menjelaskan perilaku

politik dengan hanya menggunakan kedua pendekatan tersebut, tetapi

juga dibutuhkan pendekatan rasional.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

33

c. Pendekatan Rasional

Melihat bahwa pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan

penilaiannya terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan, artinya para

pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan rasional.

Untuk mengetahui jenis pemilih berikut ini juga akan dijelaskan

tentang jenis-jenis pemilih.( Muhamad Asfar,2004: Hal 137-149).

a. Pemilih Rasional

Pemilih dalam hal ini mengutamakan kemampuan partai politik atau

calon peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat program

kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dan

tawaran program yang diberikan sang calon atau partai politik dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi. Pemilih jenis ini

memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada

suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi pemilih

jenis ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah

partai atau seorang kontestan pemilu.

b. Pemilih Kritis

Proses untuk menjadi pemilih ini bisa terjadi melalui 2 hal yaitu

pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk

menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana mereka akan berpihak

dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah

dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik

dahulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kontestan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

34

pemilu baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan paham yang

melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah

pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara

ideologi partai dengan kebijakan yang akan dibuat.

c. Pemilih Tradisional

Jenis pemilih ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan

tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai

sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional

sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal usul, paham dam

agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kontestan

pemilu. Kebijakan seperti yang berhubungan dengan masalah ekonomi,

kesejahteraan, pendidikan dan yang lainnya dianggap sebabagi prioritas kedua.

Pemilih jenis ini sangatlah mudah dimobilisasi selama masa kampanye,

pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Mereka menganggap

apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang

merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi.

d. Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tingi

dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, Pemilih jenis ini juga tidak

menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun

mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya secara

acak atau rendom. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi

pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti

yang dapat terjadi bagi kondisi dari daerah atau Negara ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

35

Dari penjelasan di atas, kajian penelitian ini memfokuskan pada

pendekatan sosiologis yang didasarkan pada ikatan sosial pemilih dari segi

etnik, ras, agama, keluarga dan pertemanan yang dialami oleh pemilih secara

historis. Dan juga pengelompokkan sosial lainnya seperti umur, jenis kelamin,

jenis pekerjaan dan lain sebagainya.

2.5. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa

“tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan)

ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)”. Untuk memberikan analogi dalam

merealisasikam teorinya Coleman menggunakan dua unsur utama yakni aktor dan

sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh

aktor.

Friedman dan Hecter (1988), teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada

aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai

maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk

mencapai tujuan itu, Aktorpun dipandang mempunyai pilihan (atau nilai,keperluan).

Teori pilihan rasional tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang

menjadi sumber pilihan aktor. Yang terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

Interpretasi teori pilihan rasional dalam penelitian ini adalah bahwa tindakan

pemilih baik secara individu maupun berkelompok dalam melakukan sebuah tindakan

untuk berpartisipasi ataupun menggunakan hak pilih dalam pemilu mengarah pada

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

36

sebuah tujuan yang sudah tentu didasarkan oleh nilai ataupun sebuah pilihan. (Randy

R dan Rian Nugroho,2007: Hal 103-104)

2.6. Pemilihan Umum (Pemilu)

2.6.1 Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu)

Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2) kedaulatan berada ditangan

rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam demokrasi modern yang

menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh

rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat maka

dilaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-

wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu

pelayanan hak-hak asasi warga Negara dalam bidang politik (Kusnardi, M. dan

Ibrahim, 1994: hlm. 329)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2007 tentang

penyelenggara pemiliham umum dinyatakan bahwa pemilihan umum, adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila dan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu hak asasi warga negara yang

sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu

keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Sesuai dengan asas bahwa

rakyatlah yang berdaulat maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk

menentukannya. Adalah suatu pelanggaran suatu hak asasi apabila pemerintah tidak

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

37

mengadakan pemilu atau memperlambat pemilu (Kusnardi, M. dan Ibrahim, 1994:

hlm. 329)

Dari pengertian di atas bahwa pemilu adalah sarana mewujudkan pola

kedaulatan rakyat yang demokratis dengan cara memilih wakil-wakil rakyat, Presiden

dan Wakil Presiden secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Karena

pemilu merupakan hak asasi manusia, maka pemilu tahun 2014, warga negara yang

terdaftar pada daftar pemilih, berhak memilih langsung wakil-wakilnya dan juga

memilih langsung Presiden dan Wakil Presidennya.

2.6.2. Tujuan Pemilihan Umum

Tujuan pemilu adalah menghasilkan wakil-wakil rakyat yang representatif dan

selanjutnya menentukan pemerintahan. Dalam UUD 1945, Bab VII B pasal 22 E ayat

(2) pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden serta Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kemudian dijabarkan dalam UU RI Nomor 15

tahun 2011 bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat

sesuai dengan amanat konstitusional yang diselenggarakan secara langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.6.3. Asas Pemilihan Umum

Berdasarkan Pasal 22 E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indoneisa tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil. Pengertian asas pemilu adalah :

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

38

a. Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk secara

langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya,

tanpa perantara.

b. Umum, pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan

minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah

kawin, berhak ikut memilih dalam pemilu. Warga negara yang sudah

berumur 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi

(pengecualian).

c. Bebas, setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa

tekanan dan paksaan dari siapapun/dengan apapun. Dalam melaksanakan

haknya setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat

memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia, dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya

tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan apapun. Pemilih

memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh

orang lain kepada siapapun suaranya akan diberikan.

e. Jujur, dalam penyelenggaraan pemilu seitap penyelenggara/pelaksana

pemilu, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas, dan

pemantau pemilu, termasuk pemilih serta semua pihak yang terlibat secara

tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

f. Adil, berarti dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilih dan parpol

perserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecurangan pihak manapun.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

39

2.6.4. Sistem Pemilihan Umum

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-maca sistem pemilihan umum, akan

tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu: “single member constituency

(satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut Sistem Distrik) dan

multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya

dinamakan prorportional Representation atau sistem Perwakilan Berimbang)”

(Rahman, 2007:151).

a. Single-member constituency (Sistem Distrik)

Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan

atas kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya

daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam Dewan Perwakilan

Rakyat. Untuk keperluan itu daerah pemilihan dibagi dalam sejumlah

besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam Dewan Perwakilan Rakyat

ditentukan oleh jumlah distrik.

Dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014, untuk anggota Dewan

Perwakilan Daerah pesertanya perseorangan menggunakan sistem distrik.

b. Multi-member constituency (sistem Perwakilan Berimbang)

Satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan

prorportional representation atau sistem perwakilan berimbang. Sistem ini

dimaksud untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari sistem distrik.

Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu

golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang

diperolehnya. Untuk ini diperlukan suatu pertimbangan (Rahman,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

40

2007:151). Jumlah total anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan

atas dasar pertimbangan dimana setiap daerah pemilih memilih sejumlah

wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu.

Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi dimana dengan adanya

sistem pemilihan umum yang bebas untuk membentuk dan

terselenggaranya pemerintahan yang demokratis. Hal ini sesuai dengan

tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan

sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasrkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu 2014 dilakukan dua kali,

dimana pemilu pertama untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD

(legislatif) kemudian pemilu ke dua yaitu memilih Perseiden dan Wakil

Presiden (eksekutif). Dalam pemilu legislatif rakyat dapat memilih secara

langsung wakil - wakil mereka yang akan duduk di kursi DPR, DPRD

Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pada pemilihan umum anggota

legislatif menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka

dimana dalam memilih, rakyat dapat mengetahui siapa saja calon wakil-

wakilnya yang akan mewakili daerahnya. Selain dilaksanakan sistem

proporsional juga adanya sistem distrik dalam pemilihan untuk anggota

DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Dengan adanya sistem pemilihan

umum yang terbuka inilah diharapkan dapat memilih wakil-wakil rakyat

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

41

yang mempunyai integritas dan benar-benar mewakili aspirasi, keragaman,

kondisi, serta keinginan dari rakyat yang memilihnya.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kedaulatan rakyat merupakan bentuk pelaksanaan demokrasi di negara kita,

dimana Pemilu yang diatur dalam regulasi, baik melalui Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah untuk memilih partai politik dan calon-calonnya, baik yang

akan menjadi calon legislatif maupun calon presiden dan calon wakil presiden. Untuk

itu penelitian tentang persepsi terhadap partai politik dan perilaku memilih dalam

pelaksanaan Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

merupakan upaya untuk mengetahui partisipasi dan pemahaman masyarakat, sebagai

salah satu wujud pelaksanaan partisipasinya dalam pembangunan bangsa, khususnya

melalui ikut berperan aktif dalam pemilu. Berikut ini adalah gambar kerangka konsep

penelitian:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

42

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung sejak penyusunan proposal

penelitian. Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

NO KEGIATANWAKTU

Juni Juni Juni 29 Juni Juli Juli Juli Juli

8-13 15-20 22-27 4 Juli 6-11 13-18 20-25 27-301 Penyusunan

KarakteristikResponden

2 PenyusunanKuesioner

3 Penyusunan materiFGD

4 PembuatanProposal

5 Seminar Proposal

5 Pengumpulan datakuesioner dan FGD

6 Input data dananalisis data

7 PenyusunanLaporan

8 Seminar Hasil

9 Perbaikan laporandan Penjilidan

10 PenyerahanLaporan

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan membahas persepsi memilih (Voting

Behaviour) masyarakat terhadap partai politik, perilaku memilih masyarakat terhadap

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

44

calon legislatif, dan calon presdien dan calon wakil presiden pada pemilu tahun 2014

di Kabupaten Ende. Adapun pertimbangannya yaitu Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Ende belum pernah melakukan riset tentang persepsi masyarakat dalam

memilih dan perilaku memilih masyarakat pada pemilu legislatif dan pemilu presiden

dan wakil presiden. Selain itu, berupaya membangun tradisi pembuatan kebijakan

berbasis riset. Oleh karena itu hasil riset ini dapat dijadikan acuan bagi pembuatan

kebijakan dan evaluasi pelaksanaan pemilu di Kabupaten Ende.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode

penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting

sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.

(Wikipedia Bahasa Indonesia). Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi

jelas tentang subjek penelitian yang akan menggunakan pertanyaan who dalam

menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan

mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam

bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,

menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian,

menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi

bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

45

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.

Data kuantitatif, yaitu data yang dilambangkan dengan angka-angka dan simbol.

Sedangkan berdasarkan sumbernya maka dapat dibedakan menjadi data primer dan

data sekunder. Data primer yang diperlukan mencakup:

a. Persepsi masyarakat terhadap partai politik.

b. Perilaku memilih masyarakat terhadap calon anggota legislatif.

c. Perilaku memilih masyarakat terhadap calon presiden dan calon wakil

presiden.

d. Data primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang

diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.

Data primer diperoleh dari para pemilih pada pemilu legislatif dan pemilu presiden

dan wakil presiden, pengurus partai politik, calon legislatif (terpilih dan tidak terpilih,

tim sukses (kandidat terpilih dan tidak terpilih), masyarakat sipil (pegiat politik dan

pemilu), penyelenggara pemilu (KPU Kabupaten dan Panwaslu), pemerintah daerah

serta tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemilih pemula.

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat hasil publikasi atau dokumen-

dokumen yang disiapkan oleh pihak tertentu. Adapun data sekunder yang diperlukan

meliputi:

a. Jumlah parpol peserta pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende

b. Jumlah daftar pemilih pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

46

c. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih pada pemilu legislatif tahun

2014 di Kabupaten Ende

d. Jumlah pemilih pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 di

Kabupaten Ende

e. Deskripsi tempat penelitian, mencakup keadaan geografis, jumlah

penduduk, luas wilayah dan sebagainya.

f. Peta politik dan gambaran DPRD, serta gambaran kecamatan di Kabupaten

Ende

Data sekunder diperoleh dari KPUD Ende, BPS Kabupaten Ende,

Sekretariat DPRD Kabupaten Ende dan instansi lainnya yang terkait.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan:

a. Angket

Metode ini juga disebut sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa

Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket berbentuk

rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam

sebuah daftar pertanyaan, kemudian diberikan kepada responden untuk diisi.

Adapun angket yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan angket langsung tertutup. Yakni angket yang sudah

disediakan alternatif jawaban dari peneliti, yang harus dipilih oleh responden

tanpa kemungkinan untuk memberikan jawaban lain. Responden harus

memilih salah satu jawaban yang menurut pendapatnya paling tepat (benar).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi

masyarakat pada partai politik dan perilaku memilih dalam pemilu legislatif

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

47

tahun 2014 di Kabupaten Ende. Data yang diperoleh dari angket tersebut

nantinya akan dikelola dalam bentuk numerik dengan menggunakan rumus

statistik.

b. Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kunci (key

informan), dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu untuk

mendapatkan informasi yang lengkap atas respon yang diberikan oleh

informan sampai diperoleh informasi yang lengkap yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

c. Dokumentasi yaitu memperoleh data dan informasi melalui catatan, hasil

publikasi maupun dokumen yang telah disiapkan oleh instansi terkait.

d. Studi kepustakaan (library research) yaitu melakukan kegiatan

penelitian dengan cara mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal yang

terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

3.6 Analisis Data

Teknik analisa data merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan

data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga mempermudah memberi jawaban pada

masalah yang bersifat deskriptif. Teknik analisa data yang digunakan adalah “statistik

deskriptif” untuk menganalisis data persepsi masyarakat pada partai politik dan

perilaku memilih terhadap caleg dan calon presiden calon wakil presiden.

Data primer yang terkumpul melalui kuesioner diolah dengan melakukan

inputing, editing, coding, tabulating dan menganalisis data. Proses menganalisis data

dengan “metode statistik deskriptif” dimulai dengan membuat pembobotan yang

bertujuan memaknai tingkat kepentingan (degree oh important) dari masing-masing

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

48

pertanyaan. Selanjutnya dibuat skoring dengan menggunakan skala tingkat (rating

scale) menurut “Skala Likert”. Skala ini terbentuk dalam lima kategori jawaban dari

setiap item yang disusun. Masing-masing jawaban diberi skor secara konsisten.

Pemberian skor ini mencerminkan derajat respon dari responden, sehingga skor

tersebut dinyatakan dalam bilangan bulat 1,2,3,4 dan 5 untuk setiap jawaban (skala

ordinal). Setiap pertanyaan diberi skor tertinggi lima untuk jawaban yang sangat

diharapkan, dan diberi skor terendah satu untuk jawaban yang sangat tidak

diharapkan.

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih maka dibuat

kategorisasi terhadap nilai rata-rata (mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap

aspek yang diteliti ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang.

Pengkategoriannya adalah sebagai berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori

sangat tidak setuju; 20% - 40% kategori tidak setuju; 40% - 60% kategori netral; 60%

- 80% kategori setuju dan 80%-100% sangat setuju.

3.7 Populasi dan Sampel

3.7.1. Populasi

Penelitian ini mengambil populasi masyarakat yang ikut memilih pada pemilu

legislatif dan pemilu presiden wakil presiden tahun 2014 dalam wilayah Kabupaten

Ende. Adapun jumlah orang yang ikut memilih calon legislatif dan calon presiden

wakil presiden dari masing-masing wilayah pemilihan di Kabupaten Ende dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

49

Tabel 3.2

Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif di Kabupaten Ende.

NO KECAMATAN DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT)LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 51 Detukeli 1.768 2.066 3.8342 Detusoko 3.662 4.722 8.3843 Ende 4.253 5.667 9.9204 Ende Selatan 7.556 8.359 15.9155 Ende Tengah 7.662 8.702 16.3646 Ende Timur 5.762 6.685 12.4477 Ende Utara 4.892 5.949 10.8418 Kelimutu 1.808 2.360 4.1689 Kotabaru 2.801 3.127 5.92810 Lepembusu-Kelisoke 1.607 1.828 3.43511 Lio Timur 1.938 2.437 4.37512 Maukaro 2.251 2.421 4.67213 Maurole 3.040 3.412 6.45214 Nangapanda 5.757 7.115 12.87215 Ndona 3.963 4.825 8.78816 Ndona Timur 1.270 1.640 2.91017 Ndori 1.287 1.901 3.18818 Pulau Ende 2.852 3.238 6.09019 Wewaria 4.885 5.626 10.51120 Wolojita 1.715 2.255 3.97021 Wolowaru 4.022 5.575 9.597

TOTAL 74.751 89.910 164.661Sumber: Data KPU Kab. Ende 2014

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

50

Tabel 3.3Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

di Kabupaten Ende

NO KECAMATAN DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT)LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 51 Detukeli 1.774 2.117 3.8912 Detusoko 3.648 4.759 8.4073 Ende 4.370 5.721 10.0914 Ende Selatan 7.648 8.466 16.1145 Ende Tengah 8.375 10.045 18.4206 Ende Timur 6.078 6.969 13.0477 Ende Utara 4.975 6.019 10.9948 Kelimutu 1.859 2.392 4.2519 Kotabaru 2.797 3.163 5.96010 Lepembusu-Kelisoke 1.571 1.840 3.41111 Lio Timur 1.964 2.543 4.50712 Maukaro 2.201 2.421 4.62213 Maurole 3.155 3.610 6.76514 Nangapanda 6.035 7.362 13.39715 Ndona 3.842 4.791 8.86316 Ndona Timur 1.380 1.777 3.15717 Ndori 1.315 1.957 3.27218 Pulau Ende 2.785 3.192 5.97719 Wewaria 4.964 5.779 10.74320 Wolojita 1.753 2.293 1.04621 Wolowaru 4.156 5.746 9.902

TOTAL 76.645 92.962 169.607Sumber: Data KPU Kab. Ende 2014

Tabel 3.4Jumlah Populasi Penelitian Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah

menggunakan hak pilihnya di Kabupaten Ende

JENIS DATA JUMLAH

Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif 164.661Daftar Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilihnyadalam Pemilu Legislatif

131.015

Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden 169.607Daftar Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilihnyadalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

127.404

Sumber: data KPU Kab.Ende 2014

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

51

3.7.2. Sampel

Dari jumlah populasi tersebut di atas maka sampelnya dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan Slovin (Umar, 2002:141-1412) sebagai berikut:

dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

Moe = Margin of error Maximum (kesalahan yang masih ditoleransi diambil 10%).

10092,9915,311.1

015.131

15,13101

015.131

)01.0(015.1311

015.131

)010(015.1311

015.1312

n

Jadi yang menjadi sampel dari pemilih yang melakukan pilihan pada pemilu legislatif

adalah sejumlah 100 orang.

Sedangkan sampel untuk pemilu presiden wakil presiden dihitung sebagai berikut:

92,9904,1295

404.129

04,12941

404.129

)01.0(404.1291

404.129

)10.0(404.1291

404.1292

n

Sehingga sampel untuk pemilu presiden wakil presiden adalah 100 orang. Adapun

metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Random

Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa

memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Adapun untuk

menentukan jumlah sampel setiap kecamatan peneliti menggunakan Rumus

Prosentase.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

52

Dimana:

N = Sampel

F = Jumlah populasi setiap kecamatan

n = Jumlah populasi keseluruhan

Maka dengan menggunakan rumus Prosentase diperoleh seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.5Jumlah Sampel Penelitian Pemilu Legislatif

No Kecamatan Jumlah yangmemilih

X Jumlahsampel

1 Detukeli 2,874 131,015 2.193641949 2

2 Detusoko 6,803 131,015 5.192535206 5

3 Ende 8,571 131,015 6.541999008 7

4 Ende Selatan 12,597 131,015 9.614929588 10

5 Ende Tengah 11,808 131,015 9.012708468 9

6 Ende Timur 9,829 131,015 7.502194405 8

7 Ende Utara 8,688 131,015 6.631301759 7

8 Kelimutu 3,465 131,015 2.644735336 3

9 Kota Baru 4,436 131,015 3.385871847 3

10 Lepembusu Kelisoke 2,725 131,015 2.079914514 2

11 Lio Timur 3,417 131,015 2.608098309 3

12 Maukaro 3,489 131,015 2.663053849 3

13 Maurole 4,982 131,015 3.802618021 4

14 Nangapenda 10,627 131,015 8.111284967 8

15 Ndona 7,339 131,015 5.601648666 6

16 Ndona Timur 2,404 131,015 1.8349044 2

17 Ndori 2,530 131,015 1.931076594 2

18 Pulau Ende 4,438 131,015 3.387398389 3

19 Wewaria 8,618 131,015 6.577872763 7

20 Wolojita 3,252 131,015 2.482158531 2

21 Wolowaru 8,123 131,015 6.200053429 6

Jumlah 131,015 100 100Sumber: Data KPU Kabupaten Ende, diolah

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

53

Tabel 3.6

Jumlah Sampel Penelitian Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

No Kecamatan Jumlah yangmemilih

X Jumlahsampel

1 Detukeli 2,974 129404 2.298228803 2

2 Detusoko 6,899 129404 5.331365336 5

3 Ende 8,503 129404 6.570894254 7

4 Ende Selatan 12,150 129404 9.389199716 9

5 Ende Tengah 11,806 129404 9.123365584 9

6 Ende Timur 9,637 129404 7.44721956 7

7 Ende Utara 8,575 129404 6.626533956 7

8 Kelimutu 3,357 129404 2.594201107 3

9 Kota Baru 4,529 129404 3.499891812 3

10 Lepembusu Kelisoke 2,582 129404 1.995301536 2

11 Lio Timur 3,321 129404 2.566381256 3

12 Maukaro 3,380 129404 2.6119749 3

13 Maurole 4,924 129404 3.805137399 4

14 Nangapenda 11,209 129404 8.662019721 9

15 Ndona 7,094 129404 5.482056196 5

16 Ndona Timur 2,316 129404 1.789743748 2

17 Ndori 2,548 129404 1.969027233 2

18 Pulau Ende 4,261 129404 3.292788476 3

19 Wewaria 8,333 129404 6.439522735 6

20 Wolojita 3,206 129404 2.477512287 2

21 Wolowaru 7,800 129404 6.027634385 6

Jumlah 129,404 129404 100 100Sumber: Data KPU Kabupaten Ende, diolah

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

54

BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

Pembahasan penelitian terbagi kedalam beberapa bagian pembahasan yang

dimulai dari bagian pertama yang meliputi gambaran tentang Kabupaten Ende yang

meliputi peta politik, gambaran DPRD, gambaran kecamatan ,jumlah penduduk dan

mata pencaharian penduduk di Kabupaten Ende. Selanjutnya bagian kedua yaitu

pembahasan karakteristik responden. Bagian ketiga akan diuraikan persepsi pemilih

terhadap partai politik. Bagian keempat menjelaskan perilaku memilih calon legislatif

(Caleg) dan bagian kelima menjelaskan perilaku memilih calon presiden dan calon

wakil presiden (Capres dan Cawapres).

4.1. Gambaran Kabupaten Ende

4.1.1. Kondisi Politik Kabupaten Ende

Berdasarkan data deskripsi kondisi sosial politik dari Kesbangpollinmas

Kabupaten Ende, bahwa secara umum kondisi sosial politik di wilayah Kabupaten

Ende relatif aman terkendali. Hal ini bisa dibuktikan dengan terciptanya tatanan

kehidupan sosial politik masyarakat Kabupaten Ende yang demokratis, dinamis,

kondusif dan bersatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang

terwujud melalui kemandirian institusi-institusi sosial, politik, kemasyarakatan,

profesi, pemuda dan mahasiswa (ORMAS /LSM /PARPOL)

Sejalan dengan perlunya meningkatkan kewaspadaan secara

berkesinambungan terhadap berbagai perkembangan aktual yang turut berpengaruh

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

55

pada situasi dan kondisi politik maka Pemerintah Daerah menentukan skala prioritas

program kerja dan kegiatan dalam rangka memberikan pendidikan politik bagi

masyarakat, antara lain:

1. Penyuluhan Peraturan Undang–Undang politik kepada masyarakat,

dilaksanakan setiap tahun dengan sasaran unsur partai politik, organisasi

massa, toga / toda / towa dan tokoh pemuda, LSM dan perguruan tinggi se

Kabupaten Ende.

2. Koordinasi Forum–forum diskusi politik dilaksanakan setiap tahun dengan

sasaran dari unsur partai politik, Ormas, LSM, Wartawan, toga / toda

/towa dan tokoh pemuda se Kabupaten Ende.

3. Verifikasi bantuan keuangan partai politik dalam rangka fasilitasi

akuntabilitas kinerja partai politik dilaksanakan setiap tahun dengan

mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah melalui penganggaran

dalam APBD II, sasarannya adalah untuk 10 Partai peserta pemilu dengan

besaran bervariasi sesuai dengan jumlah perolehan suara / kursi, tujuannya

untuk mendukung operasional kinerja partai politik.

4. Keberhasilan kegiatan sosialisasi, komunikasi dan partisipasi politik

masyarakat tercermin dalam suksesnya pelaksanaan perhelatan rakyat /

pemilu.

4.1.2 Kondisi Keamanan

Meningkatnya suasana aman, tertib, demokratis dan kondusif dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu arah

kebijakan pemerintah Kabupaten Ende demi mewujudkan keharmonisan tata

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

56

kehidupan dan pergaulan sosial masyarakat yang berdasarkan pada azas kekeluargaan

dan semangat kegotongroyongan yang berwawasan nusantara. Pokok kebijakan

tersebut, selanjutnya dituangkan dalam program kerja dan kegiatan Pemerintah

melalui SKPD atau unit yang memiliki tupoksi terkait guna terwujudnya

pembangunan kehidupan berpolitik. Adapun program kerja dimaksud sebagai berikut:

1. Program kerja peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan,

dengan kegiatan pelatihan Pengendalian Keamanan Lingkungan /

Gangguan Keamanan Lingkungan. Target terbentuknya Linmas di 21

Kecamatan, di tahun 2015 akan dibentuk Linmas di Kecamatan Wolojita

dan Ndori dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan Linmas. Rencana

pembangunan pos jaga di setiap kelurahan / desa se Kabupaten Ende

2. Program kerja pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban

masyarakat dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan

dan fasilitasi dan penguatan komunitas intelijen Daerah Kabupaten Ende.

4.1.3 Gambaran DPRD Kabupaten Ende

Mengawali hasil penelitian lapangan yang dilakukan pada lembaga legislatif

daerah, perlu diberikan gambaran deskriptif tentang kondisi DPRD Kabupaten

Ende tahun 2015, dapat ditelusuri dari segi keanggotaan DPRD Kabupaten Ende

sebagai wakil rakyat hasil pemilu 2014. Pemilihan Umum Legislatif Kabupaten Ende

tahun 2014 mencakup 21 kecamatan yang dibagi menjadi 4 daerah pemilihan,

masing-masing cakupan wilayah daerah pemilihan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

57

Tabel 4.1Pembagian Daerah Pemilihan pada Pemilu Tahun 2014

di Kabupaten Ende

Daerah Pemilihan Kecamatan

Satu (I)

Ende Selatan

Ende Tengah

Ende Utara

Ende Timur

Dua (II)

Nangapanda

Pulau Ende

Ndona

Ende

Ndona Timur

Tiga (III)

Wewaria

Maurole

Maukaro

Detukeli

Kotabaru

Lepembusu Kelisoke

Empat (IV)

Detusoko

Wolowaru

Wolojita

Ndori

Lio Timur

Kelimutu

Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Ende Tahun 2014

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

58

4.1.4 Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Ende

Adapun yang menjadi alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Ende tahun 2014-2019, adalah seperti tampak pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ende 2014 – 2019

No. Jabatan Nama Partai

1 Ketua Herman Yoseph Wadhi, ST Golkar

2 Wakil Ketua Ericos Emanuel Rede Nasdem

3 Wakil Ketua Fransiskus Taso, S.Sos PDIP

Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Ende Tahun 2014

Berikut ini adalah tabel tentang Struktur Badan Musyawarah Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Ende Periode tahun 2014-2019

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

59

Tabel 4.3

Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Ende Tahun 2014 – 2019

NO NAMA JABATAN FRAKSI

1. Herman Yoseph Wadhi, ST Ketua merangkap anggota Golkar

2. Ericos Emanuel RedeWakil Ketua merangkapanggota

Nasdem

3. Fransiskus Taso, STWakil Ketua merangkapanggota

PDIP

4.Drs. Albertus VinsensiusTani

Anggota Golkar

5.Yohanes Don Bosco Rega,SH

Anggota Nasdem

6. Yulius Rada Anggota Gerindra

7. Antonius Yohanes Bata, SE Anggota PDIP

8. Ruben Lay Riwu Anggota Gerindra

9. Haji Pua Ndale Anggota Demokrat

10. Ir. Don Randa Ma Sekretaris bukan anggota

Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Ende Tahun 2014

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

60

Berikut adalah pembagian fraksi pada DPRD Kabupaten Ende, sebagai berikut:

Tabel 4.4

Pembagian Fraksi pada DPRD Kabupaten Ende Tahun 2014-2019

NO FRAKSI KETUA FRAKSI

1 Fraksi Nasdem Oktafianus Moa Mesi, ST

2 Fraksi PKB Abdul Kadir Hmb, S.Sos

3 Fraksi Hanura Ruben Lay Riwu

4 Fraksi PDIP Yustinus Sani, SE

5 Fraksi Golkar Ir. Ambrosius Reda

6 Fraksi Gerindra Mohamad Orba Kamu Imma, ST

7 Fraksi Demokrat Mikhael Tani Badeoda

Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Ende Tahun 2014

4.1.5 Gambaran Kecamatan

Setelah dalam kurun beberapa tahun terakhir mengalami pemekaran beberapa

kecamatan di Kabupaten Ende dan hingga kini memiliki 21 kecamatan. Pada masing-

masing kecamatan memiliki karakteristik sebagai modal keunggulan dan memiliki

keberagaman letak geografis dengan topografi bervariasi, struktur adat bervariasi dan

ketinggian dari permukaan laut yang bervariasi juga. Berikut pada tabel 4.5

dipaparkan mengenai gambaran kecamatan di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

61

Tabel 4.5

Gambaran Kecamatan di Kabupaten Ende

Kecamatan Tinggi rata-rata DPL Luas Kecamatan

Nangapanda 441 213,17

Pulau Ende 259 102,60

Maukaro 589 63,03

Ende 589 179,50

Ende Selatan 306 12,65

Ende Timur 351 38,76

Ende Tengah 317 7,43

Ende Utara 351 48,55

Ndona 698 106,47

Ndona Timur 1148 40,24

Wolowaru 777 66,84

Wolojita 847 32,90

Lio Timur 814 46,79

Kelimutu 988 58,94

Ndori 319 5,94

Maurole 587 155,94

Kotabaru 783 179,81

Detukeli 911 198,81

Lepembusu Kelisoke 913 136,20

Detusoko 891 194,07

Wewaria 506 157,95Sumber: Ende dalam Angka 2014

Berdasar tabel di atas, jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Ende

sebanyak 21 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Nangapanda sebesar

213,17 Km² dengan ketinggian rata – rata diatas permukaan laut adalah 441.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

62

Pada pertarungan politik untuk pemilihan umum di tingkat legislatif dan

pemilihan umum presiden dan wakil presiden terjadi perkembangan partai politik

peserta pemilihan umum. Adapun partai politik yang mengikuti pemilu tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Partai Politik Peserta Pemilu 2014

NO PARTAI POLITIK1 Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

2 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA)

3 Partai Persatuan Indonesia (PPP)

4 Partai Demokrat

5 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

6 Partai Bulan Bintang (PBB)

7 PKPI

8 Partai Amanat Nasional (PAN)

9 Partai Nasional Demokrat (NASDEM)

10 Partai Golongan Karya (GOLKAR)

11 PDIP

12 PKS

Sumber: KPU Kabupaten, 2014

Jumlah rekapitulasi partai politik peserta pemilu legislatif di tahun 2014 yang

terpapar pada tabel 4.6 di atas sudah mengalami perubahan jumlah dibandingkan pada

tahun 2009. Ketika tahun 2009 terdapat 38 partai politik yang mengikuti pemilu.

Perubahan jumlah partai tersebut karena selektivitas proses verifikasi administratif

dan verifikasi kelembagaan. KPU sebagai sebuah institusi yang merupakan

kepanjangan tangan pemerintah dalam menjalankan fungsinya untuk memperlancar

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

63

berjalannya pesta demokrasi yang baik dan berkualitas, oleh karena itu KPU

melakukan tugas untuk menseleksi partai politik peserta Pemilu Legislatif dan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 lalu. Dasar kebijakan proses seleksi partai

politik tertuang dalam Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendaftaran,

verifikasi dan penetapan partai politik peserta pemilu. Point verifikasi antara lain

mengenai kejelasan dokumen AD/ART partai politik, susunan kepengurusan partai

politik tingkat pusat, propinsi dan kabupaten / kota, kejelasan bangunan kantor tetap,

bukti dokumen yang menyatakan keanggotaan minimal 100 orang pada masing –

masing kepengurusan partai politik di tingkat kabupaten, keterwakilan perempuan

sebesar 30 % pada kepengurusan partai politik. Verifikasi adminitratif yang

dilakukan KPU membawa dampak pergeseran jumlah partai politik peserta pemilu

dari 38 partai politik di tahun 2009 menjadi 12 partai politik peserta pemilu di tahun

2014.

4.1.6 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Ende mengalami trend peningkatan sejak

tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, peningkatan ini disebabkan karena angka

natalitas, perpindahan penduduk antar pulau, kematian dan transmigrasi sejumlah

pengungsi dari Timor. Perkembangan jumlah penduduk Ende sejak tahun 2010 dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

64

Tabel 4.7

Perkembangan Jumlah Penduduk Ende Tahun 2010-2013

Tahun Jumlah Penduduk % Perubahan

2010 260.605 0

2011 261.432 0,32

2012 269.629 3,14

2013 278.538 3,30

Total Perubahan 6,75

Sumber:Data BPS Kabupaten Ende, diolah

Jumlah penduduk pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 mengalami

kenaikan sebesar 6,75 %. Berikut data tabel 4.8 menggambarkan jumlah penduduk

secara lebih terperinci yaitu data jumlah penduduk pada masing – masing kecamatan

dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

65

Tabel 4.8

Data Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di

Kabupaten Ende Tahun 2013

Kecamatan Populasi Luas (Km²) Kepadatan

Nangapanda 23.328 213,17 109

Pulau Ende 8.196 102,60 80

Maukaro 7.710 63,03 122

Ende 20.527 179,50 114

Ende Selatan 21.198 12,65 1676

Ende Timur 18.089 38,76 467

Ende Tengah 27.949 7,43 3.762

Ende Utara 17.874 48,55 368

Ndona 13.373 106,47 126

Ndona TImur 6.060 40,24 151

Wolowaru 17.097 66,84 256

Wolojita 6.327 32,90 192

Lio Timur 8.558 46,79 183

Kelimutu 7.326 58,94 124

Ndori 6.085 5,94 1.024

Maurole 13.178 155,94 85

Kotabaru 10.762 179,81 60

Detukeli 7.505 198,81 38

Lepembusu Kelisoke 6.548 136,20 48

Detusoko 13.197 194,07 68

Wewaria 17.651 157,95 112Sumber: Ende dalam Angka 2014

4.1.7 Mata Pencaharian

Ditinjau dari jenis lapangan usaha utama terbagi kedalam tiga jenis yaitu

sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer adalah lapangan usaha

utama bidang pertanian. Sektor sekunder adalah lapangan usaha utama bidang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

66

manufaktur. Sektor tersier adalah lapangan usaha utama sektor jasa. Kabupaten Ende

selama beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran sektor yang menopangnya, sebelum

terjadi pergeseran, Kabupaten Ende penopang didominasi oleh sektor primer yaitu

pertanian, akan tetapi beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jenis lapangan

usaha utama pada sektor jasa. Pemaparan ketiga jenis sektor tersebut pada tabel 4.9 di

bawah ini.

Tabel 4.9

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Utama di Kabupaten Ende Tahun 2013

LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Primer 24.462 21.394 45.856

Sekunder 7.437 20.288 27.725

Tersier 24.842 17.948 42.790

Sumber: Ende dalam Angka 2014

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Ende terbagi kedalam beberapa

kategori yaitu 7 (tujuh) status pekerjaan utama antara lain (1) Berusahan Sendiri, (2)

Berusahan Dibantu Buruh Tidak Tetap, (3) Berusahan Dengan Buruh Tetap, (4)

Buruh/karyawan/Pegawai, (5) Pekerja Bebas Pertanian, (6) Pekerja Bebas Non

Pertanian, (7) Pekerja Tidak Dibayar/ Pekerja Keluarga. Pemaparan status pekerjaan

utama tersebut terlihat pada tabel 4.10 di bawah ini ;

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

67

Tabel 4.10

Jumlah Penduduk usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jenis

Pekerjaan Utama di Kabupaten Ende Tahun 2013

JENIS PEKERJAAN UTAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Berusaha Sendiri 15.095 22.482 37.577

Berusaha Dibantu Buruh Tidak

Tetap

14.659 6.474 21.133

Berusaha Dibantu Buruh Tetap 880 127 1.077

Buruh/Karyawan/Pegawai 17.596 11.572 29.168

Pekerja Bebas Pertanian 180 0 180

Pekerja Beban Non Pertanian 2.266 123 2.389

Pekerja Tidak Dibayar 6.065 18.852 24.917

Sumber: Ende dalam angka 2014

Dilihat berdasarkan kependudukan dan angkatan kerja maka Kabupaten Ende

sebagian besar lapangan usaha utama adalah bergerak pada sektor pertanian dan jasa.

Berdasarkan angkatan kerja maka dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja penduduk

Kabupaten Ende didominasi sebagai buruh, karyawan, pegawai yaitu berjumlah

29.168 penduduk.

Angkatan kerja dan lapangan usaha diduga amat berkorelasi terhadap

aktivitas harian, kelompok afilisasi dimana seseorang mengalami kohesivitas sosial.

Dan kohesivitas sosial akan mempengaruhi cara seseorang memandang sesuatu ,

sebagai reference group bagi seseorang dalam menyatakan sikap dan mengambil

keputusan tertentu.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

68

4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

Peneliti melakukan pembagian angket pertanyaan pada sampel atas dasar

pertimbangan tertentu, dan pengambilan sampel sebanyak 100 orang dengan

perhitungan secara proporsional pada sampel masing–masing kecamatan berdasarkan

jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih pada kecamatan tersebut. Jika jumlah

pemilih yang menggunakan hak pilih dalam kecamatan tertentu makin besar, maka

makin besarlah proporsi besaran sampel responden. Berikut ini adalah pemaparan

karakteristik repsonden dengan metode analisis statistik deskriptif.

Pada tabel 4.11 di bawah adalah karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.11

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN JUMLAH PROSENTASE

Laki-Laki 61 61

Perempuan 39 39

Total 100 100

Sumber: olahdata 2015

Berdasarkan tabel 4.11 dari 100 responden, terdapat 61 % responden dengan

jenis kelamin laki–laki, dan 39 % responden dengan jenis kelamin perempuan.

Berikut adalah tampilan grafik histogram tentang karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

69

Grafik 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Olahdata 2015

Tabel 4.12 di bawah menjelaskan karakteristik responden dari sisi rentangan usia.

Peneliti melakukan kategorisasi rentangan usia ke dalam 5 kategorisasi antara lain

pemilih dengan rentang usia 17-26 tahun adalah pemilih pemula, pemilih dengan

rentang usia 27-36 tahun adalah pemilih cukup matang, pemilih dengan rentang usia

37-46 tahun adalah pemilih kategori dewasa, pemilih dengan rentang usia 47-56 tahun

adalah pemilih berpengalaman, dan pemilih dengan rentang usia 56 tahun keatas

adalah pemilih dengan usia tua.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

70

Tabel 4.12

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

RENTANG USIA KATEGORI JUMLAH PROSENTASE

17-26 tahun Pemilih Pemula 25 25

27-36 tahun Pemilih Matang 25 25

37-46 tahun Pemilih Dewasa 24 24

47-56 tahun Pemilih Berpengalaman 18 18

56 tahun keatas Pemilih Tua 8 8

TOTAL 100 100

Sumber: olahdata 2015

Berdasarkan hasil olahdata yang dilakukan, responden terbanyak

didominasi oleh pemilih dengan kategori pemilih pemula dan pemilih matang.

Pemilih pemula, menurut lembaga-lembaga survey international seperti the Pew

Research Center dan Gallup pemilih berusia antara 17 hingga 29 tahun. Sedangkan

yang dimaksud dengan pemilih pemula muda adalah mereka yang telah berusia 17-

26 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT)

serta pertama kali mengikuti pemilihan umum, baik Pemilihan Legislatif, Pemilihan

Presiden maupun Pemilihan Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. (UU Plipres

2008: hal 7)

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

71

Grafik 4.2

Karakteristik Responden Berdasar Usia

Sumber: olahdata 2015

Tabel 4.13 di bawah ini adalah olahdata karakteristik responden berdasarkan

status pekerjaan. Responden terbanyak adalah responden dengan status pekerjaan

sebagai petani atau nelayan yaitu sebesar 25 % persen .

Tabel 4.13

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

STATUS PEKERJAAN JUMLAH PROSENTASE

Pelajar/Mahasiswa 8 8

Wiraswasta 14 14

Ibu Rumah Tangga 6 6

Pegawai Negeri Sipil 15 15

Pegawai Swasta 14 14

Pengajar/Dosen 14 14

Petani/Nelayan 25 25

Profesi Lain 4 4

Total 100 100

Sumber: Olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

72

Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan dengan tampilan

grafik.

Grafik 4.3

Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Sumber: Olahdata 2015

Berdasar data Tabel 4.13 dan ditampilkan data yang sama pada grafik 4.3

yaitu data karakteristik responden sebagai sampel penelitian ini, data tersebut

berkaitan dengan status pekerjaan responden. Bahwa responden sebagai

petani/nelayan memiliki jumlah yang cukup tinggi yaitu 25 % dari berbagai jenis

status pekerjaan dan profesi yang berjumlah 8 (delapan) jenis pekerjaan. Meskipun

sebagian besar responden berprofesi petani, dan diasumsikan memiliki tingkat

pemahaman politik lebih rendah dibanding jenis profesi lain seperti PNS , tenaga

pengajar/dosen, pegawai swasta dan mahasiswa namun demikian dari keseluruhan

jumlah petani sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SLTA atau setara dengan

SLTA. Data tersebut ditampilkan pada grafik di bawah ini

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

73

Grafik 4.4

Tingkat Pendidikan Responden Petani/Nelayan

Sumber:Olahdata 2015

Data grafik 4.4 di atas menggambarkan bahwa responden petani/nelayan

sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir SLTA atau setara. Maka dapat

disimpulkan sementara bahwa meskipun dari status pekerjaan mereka petani / nelayan

akan tetapi tingkat pendidikan yang dijalani amat mempengaruhi rasionalitas dalam

memandang obyek, mempengaruhi daya nalar dalam mengakses informasi politik dan

mempengaruhi sikap perilaku seseorang dalam mengambil keputusan memilih dalam

pemilihan umum baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden dan wakil presiden

2014.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

74

Tabel 4.14

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PROSENTASE

SD kebawah 14 14

SLTP 5 5

SLTA 53 53

D1-D3 dan S1 21 21

S2 7 7

Total 100 100

Sumber: olahdata 2015

Tampilan tabel 4.14 dan grafik 4.5 adalah karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan. Dari total 100 responden yang menjadi sampel pada penelitian ini

didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA atau setingkat

dengan SLTA, seperti MAN, SMK atau STM. Dan urutan terbanyak kedua adalah

responden dengan tingkat pendidikan terakhir D1 sampai dengan S1 yaitu sebanyak

21 % dari total responden 100 orang atau sebanyak 21 orang.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

75

Grafik 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: olahdata 2015

4.3 PERSEPSI TERHADAP PARTAI POLITIK

Persepsi menurut Japri (1983), ialah kemampuan individu untuk mengamati

(mengenal) perangsang (stimulus) sesuatu sehingga berkesan menjadi pemahaman,

pengetahuan, sikap dan tanggapan-tanggapan. Dalam persepsi itu ada hubungan

antara pengamatan dan perangsang yang mana hubungan keduanya harus ada

kesesuaian, dalam Bawono, 2008).

Persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal.

Kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh proses yang dikenal

dengan komunikasi. Demikian pula proses komunikasi ini terselenggara dengan baik

atau tidak tergantung persepsi masing-masing orang terlibat dalam proses komunikasi

tersebut (Thoha,2005, dalam Bawono, 2008).

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

76

Berkaitan dengan persepsi terhadap partai politik, terdapat 7 (tujuh) item

pernyataan dengan rentang jawaban skala likert antara lain sangat tidak penting

(STP), tidak penting (TP), N (Netral), penting (P) dan sangat penting (SP). Masing–

masing jawaban skala likert tersebut memiliki klasifikasi nilai sesuai dengan

rentangan jawaban yang telah dibahas pada bagian metodologi penelitian.

1. Hasil Uji pada pernyataan “Partai politik dalam mewujudkan visi

dan misi”

Adapun persepsi dari pemilih terkait dengan “Partai politik dalam

mewujudkan visi dan misi” diperoleh persepsi bahwa penjabaran visi dan misi

partai merupakan hal “penitng” terdapat 39 orang atau 39 %. Dan 25 %

responden yang mengangggap bahwa penjabaran visi dan misi partai politik

“sangat penting”. Hal tersebut diperkuat kedalam penggambaran grafik 4.6 di

bawah ini.

Grafik 4.6

Hasil Uji “Persepsi Terhadap Penjabaran Visi Dan Misi Partai Politik”

Sumber: olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

77

2. Hasil uji persepsi terhadap “Ideologi yang kuat dan jelas dari

partai politik”

Dalam kaitannya dengan “ideologi yang kuat dan jelas dari partai

politik”, responden menjawab “penting” sebanyak 48 orang (48%), “sangat

penting” 16 orang atau 16%, sisanya adalah “netral”, “tidak penting” dan

“sangat tidak penting” masing-masingnya adalah 22 orang (22%), 12 orang

(12%) dan 2 orang (2 %). Uraian tersebut dapat diilustrasikan dalam grafik 4.7

berikut ini:

Grafik 4.7

Hasil Uji “Persepsi Terhadap Ideologi Partai”

Sumber: olahdata 2015

3. Hasil Uji “Optimalisasi Fungsi Partai Sebagai Sarana Sosialiasi

Politik”

Item pertanyaan ke-3 (tiga) tentang partai politik adalah fungsi dan

peran partai politik sebagai sarana sosialisasi partai politik. Responden

menjawab “sangat tidak penting” sebanyak 1 orang atau sebanyak 1 %,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

78

responden menjawab “tidak penting” sebanyak 10 orang atau 10 %, responden

menjawab netral sebanyak 22 orang atau 22 %, responden menjawab

“penting” sebanyak 52 orang atau 52 %, dan responden menjawab “sangat

penting” sebanyak 15 orang atau 15 %. Hasil uji terlampir pada grafik 4.8 di

bawah ini.

Grafik 4.8

Hasil Uji “Optimalisasi Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi”

Sumber: olahdata 2015

4. Hasil Uji Persepsi terhadap “Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana

Rekrutmen Yang Baik Bagi Calon Kandidat”

Berdasar hasil uji persepsi responden terhadap “fungsi partai politik

sebagai sarana rekrutmen yang baik bagi calon kendidat” maka terdapat 21

orang berpendapat “sangat penting”, 42 orang berpendapat “penting” , 20

orang berpendapat “netral, 9 orang berpendapat “ tidak penting” dan 8 orang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

79

berpendapat “sangat tidak penting”. Berikut penjelasan dalam gambar terdapat

pada grafik 4.9 di bawah ini

Grafik 4.9

Hasil Uji “Persepsi Terhadap Optimalisasi Fungsi Partai Politik Sebagai

Sarana Yang Baik Untuk Merekrut Calon Kandidat”

Sumber: olahdata 2015

5. Hasil Uji “Fungsi Partai Politik Sebagai Pengontrol Sarana

Kebijakan Pemerintah”

Item pernyataan ke 5 (lima) adalah tentang “fungsi partai politik

sebagai saran yang baik dalam pengontrol kebijakan pemerintah”. Responden

yang memiliki persepsi “sangat tidak penting” sebanyak 4 orang (4%),

reponden yang memiliki persepsi “tidak penting” sebanyak 15 orang (15%),

responden yang memiliki persepsi “netral” sebanyak 21 orang (21%),

responden yang memiliki persepsi “penting” sebanyak 25 orang (25%) dan

responden yang memiliki persepsi “sangat penting” sebanyak 35 orang atau 35

%. Berikut terlampir pada grafik 4.10 di bawah ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

80

Grafik 4.10

Hasil Uji”Partai Politik Sebagai Saran Pengontrol Kebijakan

Pemerintah”

Sumber: Olahdata 2015

6. Hasil Uji Persepsi tentang “Fungsi Partai Politik Sebagai Wadah

Aspirasi yang Menyuarakan Kepentingan Rakyat”

Item pernyataan ke 6 (enam) adalah berkaitan dengan fungsi partai

politik sebagai wadah aspirasi yang menyuarakan kepentingan rakyat. Untuk

pernyataan ini responden yang memiliki persepsi “sangat tidak penting”

sebanyak 10 orang atau 10 %, responden yang memiliki persepsi “tidak

penting” sebanyak 21 orang atau 21 %, responden yang memiliki persepsi

“netral” sebanyak 37 orang atau 37 %, responden yang memilki persepsi

“penting” sebanyak 22 orang atau 22 %, dan responden yang memiliki

kategori jawaban “sangat penting” sebanyak 10 orang atau 10 %. Berikut di

bawah ini adalah tampilan dalam bentuk grafik 4.11

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

81

Grafik 4.11

Hasil Uji “Fungsi Partai Sebagai Wadah Aspirasi yang

Menyuarakan Kepentingan Rakyat”

Sumber: Olahdata 2015

7. Hasil uji fungsi partai polittik sebagai pengendali konflik

Hasil uji fungsi partai politik sebagai pengendali konflik dengan jawaban

responden yang memiliki persepsi “sangat penting” ada 10 orang atau 10 %,

responden yang memiliki persepsi “penting ada 22 orang atau 22 %,

responden dengan persepsi “netral” ada 37 Orang atau 37 %, sedangkan

responden dengan jawaban “tidak penting” ada 21 orang atau 21 % dan

responden dengan jawaban “sangat tidak penting ada 10 orang atau 10 %.

Berikut tergambar pada grafik 4.12 di bawah ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

82

Grafik 4.12

HASIL UJI “Partai Politik Sebagai Pengendali Konflik”

Sumber:Olahdata 2015

4.3.1. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik Di

Kabupaten Ende

Persepsi pemilih terhadap partai politik adalah pandangan seorang

individu dalam mengamati terhadap partai politik dalam menjalankan peran

dan fungsinya dalam kehidupan berdemokrasi. Tentu saja pandangan tersebut

adalah peran partai politik dalam menjalankan fungsinya secara komprehensif

tidak monumental berdasarkan momentum politik tertentu. Persepsi seseorang

sangat ditentukan berbagai faktor piskologis maupun demografis yang

melatarabelakangi dan melekat pada dirinya. Persepsi terutama salah satunya

dipengaruhi oleh wawasan seseorang dalam konteks pandangannya, dan

wawasan seseorang juga ditentukan oleh tingkat pendidikan, kelas sosial,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

83

lingkungan sekitar. Menurut teori yang dikemukakan oleh Prof. Miriam

Budiarjo memiliki fungsi dan peran antara lain sebagai berikut:

1. Fungsi Partai Politik sebagai Sarana Komunikasi Politik

Didalam masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak ragam

pendapat dan aspirasi yang berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau

suatu kelompok akan hilang tak berbekas, apabila tak ditampung dan digabung

dengan pendapat atau aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan

penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan

pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih

teratur. Proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation).

Seandainya tidak ada yang mengagreasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat

atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan saling berbenturan, sedangkan

dengan agregasi dan artikulasi kepentingan kesimpangsiuran dan benturan

dikurangi. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi politik

dari partai politik.

Di sisi lain, partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan

menyebarluaskan rencana – rencana dan kebijakan – kebijakan pemerintah.

Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas ke

bawah dan dari bawah ke atas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran

sebagai penghubung antara yang memerintah dengan yang diperintah. Peran

partai sebagai jembatan sangat penting, karena di satu pihak kebijakan

pemerintah perlu dijelaskan pada semua kelompok masyarakat, dan di pihak

lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat. Akan tetapi pada

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

84

tataran pelaksanaan, seringkali terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi

komunikasi ini, sengaja atau tidak disengaja, menghasilkan informasi yang

berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam

masyarakat. Misinformasi semacam itu akan menimbulkan kehidupan politik

yang tidak sehat (Miriam Budiarjo, 2009: hal 405-406). Lebih dalam lagi

partai politik memiliki peran sebagai penyambung atau penerus tangan

pemerintah dalam melakukan sosialisasi kebijakan pemerintah.

Pernyataan menyangkut persepsi pemilih dalam kaitan persepsi

terhadap partai poltik dalam menjalankan peran sebagai sarana komunikasi

politik yaitu terdapat pada pernyataan persepsi “partai politik dalam

menyampaikan visi dan misi partai” tersebut yaitu dari 100 responden

memiliki persepsi bahwa penjabaran visi dan misi partai merupakan hal

“penting” terdapat 39 orang atau 39 %. Dan 25 % responden yang

mengangggap bahwa penjabaran visi dan misi partai politik “sangat penting”.

Pernyataan kedua yang juga berkaitan dengan fungsi partai politik sebagai

sarana komunikasi politik adalah berkaitan dengan persepsi masyarakat

mengenai ideologi partai politik. Dari 100 orang responden ada 48 %

responden yang berpandangan atau memiliki persepsi bahwa penting jika

partai politik memiliki ideologi yang kuat dan mengakar, dan 22 % responden

berpandangan atau berpersepsi netral. Responden yang berpendapat “sangat

penting” ada 16 (16%) orang dari total 100 responden.

Dari hasil analisis in depth interview menurut pendapat seorang

narasumber yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupeten Ende

selama dua periode dan menjabat sebagai Ketua MUI Kabupaten Ende,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

85

pendapat beliau tentang “apakah partai politik sudah cukup menyuarakan

aspirasi masyarakat pada konteks lokal ?”:

Kalau mau jujur lebih banyak berorientasi pada kepentinganpribadi, kadang2anggota legislatif mengabaikan kepentingan partai yangmembesarkannyakarena yang bersangkutan tidak memperhatikan kepentinganpartai, akhirnya waktupemilu terjadi geser menggeser.

Persepsi responden terkait “fungsi dan peran partai politik sebagai sarana

untuk menyuarakan aspirasi rakyat”. Responden yang memiliki persepsi

“sangat penting” terdapat 10 orang atau 10 %, responden yang memiliki

persepsi “penting” terdapat 22 orang atau 22 %, responden yang memiliki

persepsi netral sebanyak 37 orang atau 37 % , responden yang memiliki

persepsi “merasa tidak penting” terdapat 21 orang atau 21 % dan responden

yang memiliki persepsi “amat tidak penting” ada 10 orang atau 10 %.

Jawaban responden antara yang merasa penting dan tidak penting

dalam hal ini cukup berimbang, artinya bahwa sebagian masyarakat

berpandangan bahwa penting bagi sebuah partai untuk memiliki ideologi yang

jelas. Hasil analisis kuantitatif berhubungan erat dengan yang dikemukakan

oleh salah seorang key informan dengan rekam jejak sebagai aktivis lokal,

pengamat politik lokal, menjabat dalam kepengurusan inti partai besar sebagai

wakil ketua II, dan penggerak dalam dunia LSM, beliau mengatakan bahwa

terdapat dua jenis partai politik, yaitu partai massa dan partai kader. Partai

massa yakni dimana partai yang berkosentrasi memobilisasi supaya jumlah

massa memenuhi target kuantitas. Dan partai kader adalah partai yang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

86

menjalankan fungsinya sebagai wadah bagi seseorang untuk ditempah dan

berproses menjadi kader yang berkualitas, integritas dan unggul. Dalam proses

pengkaderan tersebut tentu saja ditanamkan ideologi partai sebagai ideologi

terbaik yang diyakini membawa umat manusia mencapai harkat, martabat,

kesejahteraan lahir dan batin untuk menuju pada kemajuan perubahan dan

pembenahan kebangsaan yang lebih baik.

Dan dalam dinamika perkembangan jatuhnya partai politik, biasanya

partai dengan ideologi yang kurang kuat, hanya dibatasi oleh kepentingan

pragmatis, dan mengejar jumlah simpatisan maka dengan sendirinya akan

terseleksi secara alami dan gugur satu persatu. Sedangkan partai yang

berproses dengan benar dan matang akan bertahan dalam dinamika politik

kebangsaan dan makin matang dalam hal ideologi karena salah satunya faktor

usia partai. Dalam hal ini Indonesia memiliki beberapa partai besar dengan

usia partai cukup lama dan memiliki kematangan ideologi diantaranya partai

PDIP, partai GOLKAR, dan PKS.

2. Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses

yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadp fenomena

politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah

bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang misalnya

mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan

kewajiban. Dimensi lain dari sosialisasi politik sebagai proses yang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

87

melaluinya masyarakat menyampaikan “budaya politik” yaitu norma – norma

dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dengan demikian sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam

terbentuknya budaya politik suatu bangsa. Suatu definisi yang dirumuskan

oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) dalam Miriam Budiarjo,

mengatakan Sosialisasi Politik adalah proses yang melaluinya seseorang

dalam masyarakat tertentu belajar mengenali sistem politiknya, Proses ini

sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena

politik. Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah menciptakan citra

(image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika

dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan melalui

pemenangan pemilihan umum.

Ada lagi yang lebih nilainya, apabila partai dapat menjalankan fungsi

sosialiasasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggotanya menjadi

manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan

menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Namun

tidak dapat disangkal, adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai di

atas kepentingan nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada

partai, yang melebihi loyalitas kepada Negara.

Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat

dirinya dalam konteks yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat

mengakibatkan pengkotakkan dan tidak membantu proses integrasi, yang bagi

Negara–Negara berkembang menjadi begitu penting (Miriam Budiarjo,2009:

hal 407-408).

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

88

Melalui pengambilan data primer hasil in depth interview dengan

beberapa orang terkait dari keterwakilan berbagai unsur, peneliti mengutip

ucapan seorang narasumber berkaitan dengan rekam jejak partai politik dalam

mengikuti dinamika kehidupan politik bangsa Indonesia, dan khususnya

pendapat dan persepsinya lebih mendalam mengenai partai politik dalam

menjalankan fungsinya sebagai sarana sosialisasi politik.

saya belum pernah melihat satu partai pun yang menjalankanfungsinya dengan baiktahun 2009 ada 38 partai, dan tahun 2014 berjumlah 12 partaipolitik.menurut saya partai politik terkesan kehadirannya momentum saja,misalnya ketika ada momentum pilkada, pileg dan pilpres. Ada duajenis partai, yaitu partai massa dan partai kader….Kalau partaimassa dia hanya sebatas merekrut dan memobilisasi massa.Sedangkan partai kader adalah idelanya menjalankan garisamanat partai, mengakar ideology dengan kuat dan berdinamikadengan baik melakukan pendidikan politiknya pada para kaderpartainya.

Dikatakan bahwa dewasa ini amat sedikit partai yang benar – banar

memperjuangkan ideologinya dan melaksanakan apa yang sudah tertulis

dalam AD/ART. Partai secara aktif administratif dan kelembagaan aktif bila

mendekati momentum politik. Dilihat dari aspek fisik, bila tidak mendekati

momentum politik bangunan kantor partai politik seperti rumah kosong. Dan

dalam menjalankan fungsi perannya sebagai sarana sosialiasi politik, partai

politik berperan sangat besar dalam melek politik masyarakat lokal pada

kepengurusan partai politik tingkat Kabupaten.

Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara

yaitu media massa, cermah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran dan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

89

sebagainya. Dan dalam menjalankan fungsinya partai politik berperan amat

besar untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang esensi pemilihan

umum agar masyarakat dapat menjalani pesta demokrasi dengan santun,

bermartabat, dalam semangat Pancasila yang beretika politik. Pada tataran

praktiknya justru terdapat kesenjangan luar biasa, dan partai politik dalam

konteks lokal menjadi wadah bagi terbentuknya praktik-praktik politik

pragmatis yang melahirkan contoh pembelajaran buruk bagi warga masyarakat

lokal. Misalnya saja budaya politik transaksional, kolusi dan nepotisme dalam

pemilihan sejumlah kader pada jajaran kepengurusan partai politik. Hal ini

selaras dengan kutipan salah seorang mantan caleg tahun 2014 yang tidak

lolos dalam pemilu legislatif di Kabupaten Ende Tahun 2014 lalu. Berikut

pendapatnya:

saya pernah mendaftar ikut sebagai caleg dalam partai tertentu,akan tetapi terjaditransaksi, apa yang saya bisa berikan pada ketua partai jikaterpilih. Atau ketua dapat apa

Kutipan di atas adalah satu data bukti primer bahwa partai politik melahirkan

praktik politik buruk dan memberikan contoh pembelajaran buruk pada

masyarakat. Dalam menjalankan fungsi dan perannya ketika sebuah partai

politik tidak bergerak sesuai amanat Undang – undang yang berlaku dan mulai

menyimpang dari AD/ART partai tersebut, seharusnya ada lembaga

pemerintah yang memiliki wewenang kontrol dalam memberikan sanksi pada

partai politik, atau di tataran awal dapat melakukan pembinaan partai politik

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

90

jika terbukti secara organisatoris partai tersebut tidak menjalankan fungsi

peran dengan baik.

Analisis kuantitatif berkaitan dengan persepsi rensponden terhadap

peran partai sebagai sarana sosialisasi politik yaitu jumlah responden yang

merasa “sangat penting” tentang sosialisasi politik dari partai politik adalah 15

orang atau sebesar 15 % dari total 100 responden dan jumlah responden yang

memiliki persepsi “penting” berjumlah 52 orang atau 52 %.

Sebagian responden memilki pandangan merasa penting agar partai

menjalankan peran fungsinya untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman

pada masyarakat, juga pendidikan politik pada masyarakat. Berikut pernyataan

key informan di bawah adalah penguat daripada hasil analisis dan berbanding

lurus dengan hasil analisis kuantitatif. Pernyataan key informan merujuk pada

beberapa alasan mengapa penting bagi sebuah partai menjalankan peran

sosialisasi dan peranan ideal apakah yang harus dijalankan sebagai sarana

sosialisasi politik.

Apakah fungsi partai politik sudah menjalankan fungsinyadalam mendidik politik pada masyarakat ?Konteksnya sebagai organisasi untuk menata pelaksanaanpemilu untuk mengontrol partaipolitik sangat lemah. Kita tidak bisa mempersalahkan KPUuntuk melahirkan wakil rakyat yangmemiliki kepemimpinan berkualitas. KPU tidak berperansejauh itu, KPU hanya menjembatanisupaya pelaksanaan pemilu dengan baik.sampai dengan ini nyatanya tidak ada yang meng auditkinerja partai politiik. Jika aliran dana dansumbernya berasal dari Negara maka BPK dapat meng audit,akan tetap jika aliran dana dikumpulkan dari kader, makasangat sulit untukmelakukan audit.………………..Perencanaan jangka panjang untuk meminimalisir praktik

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

91

politik burukdan mencerdaskan pemilih. Maka solusinya adalahperbaikan padatingkat pemilih, berikan penguatan untuk mencerdaskanpemilihDan ini adalah peran partai politik.Kemudian perbaikan tingkat partai politik dalam rekrutmendan seleksiYang lebih berkualitasDan perbaikan peran Negara melalui fungsi peran KPUKabupaten

...di tingkat pemilih adalah mencerdaskan pemilih, memberipemahaman pada masyarakat supayamengerti betul tentang tujuan pemilu.

3. Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Fungsi ini berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik

kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan yang lebih luas. Untuk

kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas,

karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang

mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan

mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan

pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk memajukan calon untuk

masuk ke dalam bursa kepemimpinan nasional.

Selain untuk tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan

memperluas atau memperbanyak keanggotaan. Maka iapun menarik sebanyak-

banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya organisasi

– organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan –

golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya,

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

92

kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin

kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk

menjaring dan melatih calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melatih

rekrutmen politik, yaitu melalui kontrak pribadi, persuasi maupun cara – cara

lain. (Miriam budiarjo,2009:hal 408-409).

Berdasarkan hasil angket yang didistribusikan pada 100 orang

responden dapat diperoleh jawaban sebagai berikut: Hasil analisis terhadap

aspek optimalisasi fungsi partai politik sebagai sarana yang baik untuk merekrut

calon kandidat akan ditampilkan pada grafik hasil uji di atas. Hasil analisis

menunjukkan bahwa 8 % responden menyatakan persepsinya bahwa sangat

tidak penting. Selain itu ada 9 % responden yang memiliki persepsi bahwa tidak

penting untuk sebuah partai konsisten pada proses rekrutmen calon kandidatnya

dan 20 % menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan memililki

persepsi bahwa penting bagi sebuah partai menjalankan peran dan fungsinya

sebagai sarana rekrutmen calon kandidat legislatif sebanyak 42 %. Dengan

demikian maka dari hasil analisis tersebut menunjukkan persepsi responden

bahwa amat sangat penting bagi sebuah partai menjalankan peran dan fungsinya

sebagai sarana rekrutmen calon kadernya sebesar 21%.

Adapun hasil in depth interview dari pendapat pegiat partai poltik, aktivis,

penggerak LSM lokal, pengurus inti dari PDIP Kabupaten Ende, pendapatnya

sebagai berikut:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

93

politik transaksional di Ende sangat kuat, sejak mulaidari proses awal rekrutment untuk seleksi pencalegan baik yang diranah legislatif maupunranah eksekutif. Ketika terjadi perebutan penentuan nomor urutterjadi perebutan dan pergesekanada partai tertentu yang penentuan nomor urut otonomi pada tingkatkabupaten dan ada yangdi tingkat propinsi. Disini ada kelebihan dan kekurangan, ketika ditingkat kabupaten , ternyatapenguatan pengurus inti partai masih lemah maka dalam pemilihanmasih diwarnai kedekatan

Dikatakan lagi lebih lanjut menurut narasumber tersebut di atas bahwa

peran partai politik sebagai lembaga pengkaderan wakil rakyat berperan amat

besar. Lahirnya wakil rakyat yang berkualitas, berintegritas, memiliki ideologi

kuat, kepemimpinan yang bersih jujur dan adil, adalah berasal dari rekrutmen

yang sehat dalam partai politik.

Sementara yang terjadi dewasa ini banyak kader yang dipilih menjadi

calon legislatif karena memiliki sumber daya finansial lebih banyak, memiliki

kedekatan emosional dengan kepengurusan inti dari partai politik tersebut.

Kader – kader “karbitan” yang muncul tersebut adalah kader yang tidak

berproses panjang dan bergelut dalam dinamika partai, dan bahkan tidak

memahami dan menghayati ideologi partai. Dan rekrutmen dengan pola

seperti demikian di atas seperti “gayung bersambut” dengan kader yang

dimotivasi karena sekedar ingin jadi caleg saja, karena ingin cepat kaya dan

mendapat kemudahan akses sehingga ketika kader – kader dengan tipe berikut

di atas duduk dalam kursi DPRD dan bertugas memperjuangkan aspirasi

masyarakat maka yang bersangkutan terkesan “gagap tugas” tidak tahu harus

melakukan apa, memulai dari mana, dan bagaimana caranya. Dalam

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

94

menjalankan tugas keseharian hanya terjebak pada agenda rutin pekerjaan

harian yang sifatnya sangat administratif dan birokratis.

Misalnya ada sebuah partai besar tertentu sekitar 2003mereka punya anggaran khusus untuk penguatan kapasitaspartai. Dalam AD/ART dan silabuspartai ada proses pengkaderan berjenjang.politik transaksional di Ende sangat kuat,sejak mulaidari proses awal rekrutment untuk seleksi pencalegan baikyang di ranah legislatif maupunranah eksekutif.Ketika terjadi perebutan penentuan nomor urut terjadiperebutan dan pergesekan ada partai tertentu yang penentuannomor urut dengan otonomDitangani kepengruusan tingkat kabupaten, dan ada yangtingkat propinsiDisini ada kelebihan dan kekurangan, ketika di tingkatkabupaten , ternyatapenguatan pengurus inti partai masih lemah maka dalampemilihan masih diwarnai kedekatan

Berdasar data di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada partai

politik masih terdapat praktik kolusi dan nepotisme. Jika seorang kader

memiliki jaringan kedekatan dengan kepengurusan partai pada tingkat pusat ,

maka peluang lebih besar untuk masuk ke dalam jajaran kepengurusan inti

partai di tingkat kabupaten. Dan banyak kader partai yang dipandang amat

potensial, memiliki militansi tinggi, unggul dari sisi karakter dan

kepemimpinan, memiliki ideologi partai kuat akan tetapi minim akses dan

sumber daya maka kecil kemungkinan akan terpilih menjadi calon legislatif

mewakili partai tersebut.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

95

4. Fungsi Partai Politik sebagai Sarana Pengatur Konflik

Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat

yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnik (suku bangsa), sosial, ekonomi

ataupun agama. Setiap perbedaan menyimpan potensi konflik. Apabila

keanekaragaman itu terjadi pada Negara yang menganut paham demokrasi,

persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat

tempat. Akan tetapi didalam negara yang heterogen sifatnya, potensi

pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.

Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu

mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa

sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai

dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu

juga meyakinkan pendukungnya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa

partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara

warga negara dengan pemerintahnya. Selain itu partai juga melakukan

konsolidasi dan artikulasi tuntutan – tuntutan yang beragam yang

berkembang di berbagai kelompok masyarakat. Partai juga merekrut orang–

orang untuk diikutsertakan dalam kontes pemilihan wakil-wakil rakyat dan

menemukan orang-orang yang cakap untuk menduduki posisi–posisi

eksekutif. Pelaksanaan fungsi ini dapat dijadikan instrumen untuk mengukur

keberhasilan atau kegagalan partai politik di Negara demokrasi. Berikut ini

persepsi dari pemilih terkait dengan “fungsi partai politk sebagai sarana

pengontrol kebijakan pemerintah” diperoleh persepsi yang “sangat penting”

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

96

35 orang dari 100 orang (35%), dan “penting” 25 orang atau 25%, sedangkan

sisanya adalah “netral”, “tidak puas” dan “sangat tidak puas”.

Dalam konteks kepengurusan partai politik di tingkat kabupaten, partai

politik masih terlihat sangat minim berperan untuk pengatur konflik. Selain itu,

partai politik sering tidak mampu menengahi pertikaian dalam masyarakat dan

persaingan antar partai sering memperuncing situasi konflik. Bahkan pada

internal partai sendiri terdapat kasus dualisme kepemimpinan dan dualisme

kepengurusan dan masing–masing kubu melakukan klaim sebagai pengurus

yang berdasar pada AD/ART partai politik tersebut. Ini merupakan dinamika

partai politik sebagai bagian dari mozaik kehidupan politik berbangsa dan

bernegara dan diduga dapat berakibat menimbulkan citra buruk partai dimata

masyarakat, jika bercitra buruk maka tingkat kredibilitas dan elektabilitas partai

politik niscaya akan menurun. Dan partai politik sebagai lembaga politik yang

sedang berkonflik maka terjadi campur tangan pemerintah melalui lembaga

yudikatif untuk menengahi pertikaian berlandaskan peraturan perundang–

undangan yang berlaku di Indonesia. Miriam Budiarjo berpendapat (2009: 414)

namun hal nya demikian sekalipun pertumbuhan dan perkembangan partai

politik pada sebuah Negara berkembang seperti Indonesia memiliki banyak

kelemahan, partai poltik masih dianggap salah satu pilar demokrasi yang

dianggap penting dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara. Usaha

untuk melibatkan partai politik dalam proses pembangunan dalam segala aspek

dan dimensinya, merupakan hal yang sangat utama. Jika partai dan golongan–

golongan politik lainnya diberi kesempatan untuk berkembang, mungkin ia

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

97

dapat mencari bentuk partisipasi yang dapat menunjang usaha untuk mengatasi

masalah–masalah yang ada.

4.4. Perilaku Memilih Calon Legislatif

Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam

sistem politik-demokratik modern. Idealnya, pemilu merupakan proses sekaligus

sarana demokratis untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Pemilu merupakan proses

sirkulasi elit yang bersifat inklusif dimana semua warga secara terbuka memiliki

kesempatan untuk memilih dan dipilih. Melalui prosesi pemilu, rakyat memiliki

kesempatan untuk menentukan beragam harapan, keinginan dan berbagai

kepentingannya melalui pilihan-pilihan politiknya yang disalurkan dalam pemilu.

Dalam tataran idealitas-nornatif, bahkan, melalui mekanisme pemilu inilah rakyat

menentukan pilihan haluan kehidupan bernegara secara paripurna. Karena itulah

dalam konteks pemilu, rakyat sebagai pemilih memiliki urgensi tersendiri. Karena itu

pula, dalam konteks pemilu, perilaku pemilih menjadi salah satu elemen penting

untuk dikaji. Kajian atas perilaku memilih masyarakat pada Pemilu Presiden dan

wakil Presiden hendaknya untuk melihat dan memahami konstelasi harapan dan

kepentingan rakyat dalam konteks politik demokratik.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat dan memetakan pola

pergeseran memilih dalam pemilu adalah dengan menggunakan pendekatan voting

behavior (perilaku memilih). Dieter Roth (2009) menyebutkan bahwa apabila kita

membicarakan teori perilaku pemilih, maka tidak ada satu teori yang benar, karena

juga tidak ada hanya satu teori mengenai perilaku manusia pada umumnya. Namun

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

98

menurutnya, secara umum terdapat tiga macam pendekatan atau dasar pemikiran yang

berusaha menerangkan perilaku pemilu, yaitu pendekatan sosiologis atau sosial

struktural, model psikologi sosial, dan model pilihan rasional (rational choice).

Menurut Dieter Roth, ketiga pendekatan itu tidak sepenuhnya berbeda, dan dalam

beberapa hal ketiganya bahkan saling membangun dan mendasari serta memiliki

urutan kronologis yang jelas. Perbedaan antara ketiga pendekatan ini terletak pada

titik beratnya satu sama lain.

1. Faktor Sosiologis

Pendekatan sosiologis atau sosial struktural, menekankan pentingnya

beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen kemasyarakatan seseorang

seperti, (a) status sosio-ekonomi (seperti pendidikan, jenis pekerjaan,

pendapatan, dan kelas), (b) agama, (c) etnik, bahkan (e) wilayah tempat

tinggal (misalnya kota, desa, pesisir, ataupun pedalaman). Dalam faktor

sosiologis ini juga memperhatikan suatu kebersamaan yang dibangun dan

selanjutnya dapat berusaha mendatangkan kebaikan dalam kehidupan

bersama.

Berkaitan dengan faktor sosiologis ini, hal yang dikaji adalah

“memiliki kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaran pertemanan”, “memiliki

kesamaan afiliasi tertentu yang sama”, “memiliki kesamaan asal suku dan

daerah tempat asal”, dan “kebanyakan lingkungan sekitar dan keluarga juga

memberi saran rekomendasi pada calon tersebut”.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

99

a. Memiliki kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaran pertemanan.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya menyangkut dengan kebersamaan

yang dibangun ini diantaranya adalah kesamaan ikatan profesi dan satu

lingkaran pertemanan. Berhubungan dengan perilaku dalam pemilihan umum

dapat dijelaskan bahwa “memilih karena memiliki kesamaan ikatan profesi

dan satu lingkaran pertemanan” ini yang menyatakan “sangat tidak setuju”

sebesar 26%, “tidak setuju” 37%, “netral” 28% sedangkan sisanya 9% ini

masing-masingnya 8% menyatakan “setuju” dan 1% menyatakan sangat

setuju. Berdasarkan komposisi jawaban tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor “kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaran pertemanan” ini

sangat kecil pengaruhnya terhadap keputusan pemilih dalam menentukan hak

pilihnya pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. Penjelasan di atas secara

rinci seperti terlihat pada grafik 4.13 berikut ini.

Grafik 4.13

Memilih Karena Memiliki Kesamaan Ikatan Profesi Dan Satu Lingkaran

Pertemanan

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

100

b. Memiliki kesamaan afiliasi tertentu yang sama

Kesamaan afiliasipun ternyata tidak mempengaruhi pemilih dalam

melakukan pemilihan umum legislatif di Kabupaten Ende pada tahun 2014.

Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase jawaban “tidak setuju” sebesar

42% dan “sangat tidak setuju” sebesar 23% atas pernyataan “Saya memilih

karena memiliki kesamaan afiliasi tertentu yang sama”. Sisanya menjawab

“netral” 28%, “setuju” 6% dan “sangat setuju” sebanyak 1%. Secara rinci

seperti terlihat dalam grafik 4.14 berikut.

Grafik 4.14

Memilih Karena Memiliki Kesamaan Afiliasi Tertentu Yang Sama

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

101

c. Memiliki kesamaan asal suku dan daerah tempat asal

Sama halnya dengan kesamaan ikatan profesi dan afiliasi, kesamaan

asal suku dan daerah tempat asal bukan menjadi jaminan untuk memperoleh

banyak suara dalam pemilihan umum legislatif Kabupaten Ende pada tahun

2014. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase jawaban “sangat tidak

setuju” 23% dan “tidak setuju” 35% atas pernyataan “Saya memilih karena

memiliki kesamaan asal suku dan daerah tempat asal”, sedangkan sisanya

menjawab “netral” 18%, “setuju” 20% dan “sangat setuju” 4%. Uraian

tersebut di atas secara rinci seperti terlihat dalam grafik 4.15 berikut:

Grafik. 4.15

Memilih Karena Memiliki Kesamaan Asal Suku Dan

Daerah Tempat Asal

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

102

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa banyaknya perolehan

suara masing-masing calon anggota legislatif bukan karena faktor kesamaan

asal suku dan daerah tempat asal.

d. Kebanyakan lingkungan sekitar dan keluarga juga memberi saran

rekomendasi pada calon tersebut.

Memberi saran rekomendasi untuk calon tertentu tidak berpengaruh

signifikan, sebagaimana terlihat dalam persentase jawaban “tidak setuju”

sebesar 40% dan “sangat tidak setuju” 17% atas pernyataan “Saya memlih

karena kebanyakan lingkungan sekitar dan keluarga juga memberi saran

rekomendasi pada calon tersebut”. Yang menjawab “netral” 19%, “setuju”

20%, dan “sangat setuju” sebesar 4% saja. Secara rinci seperti terlihat dalam

grafik 4.16 berikut ini:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

103

Grafik 4.16

Memilih Karena Kebanyakan Lingkungan Sekitar Dan Keluarga Juga

Memberi Saran Rekomendasi Pada Calon Tersebut

Sumber : olahdata 2015

Berikut dipaparkan beberapa kutipan pendapat dalam depth interview

seperti di bawah ini:

di tingkat pemilih adalah mencerdaskan pemilih, memberipemahaman pada masyarakat supayamengerti betul tentang tujuan pemilu. Misalnya sikapmemilih masyarakat hari ini di Ende lebih banyakikut orang, karena pengaruh keluarga. Alasan memilihkarena didorong satu agama, satu afiliasisatu lingkungan atau satu kecamatan.

Perilaku memilih karena didorong oleh pengaruh dari kelompok orang

terdekat terutama orang tua, saudara dan teman sepergaulan banyak

diputuskan oleh pemilih pemula.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

104

Pernyataan pendapat di bawah ini adalah pernyataan pemilih pemula.

Pemilih pemula Menurut lembaga-lembaga survey international seperti the

Pew Research Center dan Gallup pemilih berusia antara 17 hingga 29 tahun.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemilih pemula muda adalah mereka yang

telah berusia 17-21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam

daftar pemilih tetap (DPT) serta pertama kali mengikuti pemilihan umum, baik

Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Perilaku memilih pemula di Kabupaten Ende dalam menentukan atau

menjatuhkan pilihanya pada pemilu legislatif umumnya karena faktor

sosiologis. Hal demikian karena hampir semua informan yang diteliti dalam

menjatuhkan pilihannya kepada seorang kandidat sama dengan pilihan orang

tuanya. Dimana menurut penulis, pilihan pemilih pemula tersebut dipengaruhi

latar belakang lingkungan tempat tinggal, yakni lingkungan keluarganya.

Berikut jawaban mereka ketika ditanya terkait bagaimana mereka memberikan

suara dan menjatuhkan pilihannya pada saat pemilu tahun 2014. Pernyataan

kemudian diutarakan oleh beberapa informan, salah satu dari mereka,

menyatakan:

Apa yang melatarbelakangi anda memilih caleg tertentu ?saya hanya ikut-ikut saja, karena orangtua mempengaruhi untukmemilih beliau yaaa… saya ikuttapi selain itu ajakan orang tua juga masuk akal. Tapi dulu sayajuga pernah dikasi uang pulsa…supaya bisa pilih caleg tertentu, saya iya -iya saja tapi tetap sajasaya punya pilihan lain yang direkomendasikan dari orang tua.

Tidak berbeda dengan yang diutarakan oleh key infoman sebelumnya sebagai

berikut: “Semua keluarga saya memilih kandidat itu, makanya saya secara

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

105

pribadi ikut memilih beliau”

Berdasarkan pernyataan di atas yang dikemukakan oleh kedua key

informan menunjukkan perilaku yang ikut-ikutan. Perilaku ikut-ikutan

demikian disebabkan karena mereka tidak mampu melihat bagaimana

karakteristik pemimpin yang tepat menurut mereka. Selain itu, keputusan

politik mereka masih belum bulat menyebabkan pilihan politik mereka

mudah mendapat pengaruh dari lingkungan dan pengelompokan sosial yang

terbentuk di tempat tinggal mereka, khusus di dalam keluarga dan orang tua.

Menurut mereka orang tua lebih tahu mana yang terbaik (Indar

Meilani,2009:hal 78). Analisis ini diperkuat juga oleh pendapat salah satu

pengamat politik lokal di Kabupaten Ende tentang pemilih pemula berikut:

PEMILIH PEMULA ?mereka jumlahnya cukup banyak, mereka rentan untuk digiring ,belum bisa diharapkan menjadipemilih cerdas dan hanya dipengaruhi oleh reference group nya.Pemilih pemula hari iniadalah pemilih massa mengambang. Pemilih massa mengambangadalah ditentukan dari orangtua.teman sekelompok, satu organisasinya.

Hal ini sejalan dalam pendekatan sosiologis yang melihat hubungan

antara predisposesi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih. Menurut

Pomper predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih

mempunyai hubungan yang berkaitan dengan perilaku memilih seseorang.

Misalnya, preferensi-preferensi politik keluarga, apakah preferensi

politik ayah, atau preferensi politik ibu akan berpengaruh pada

preferensi politik anak. Predisposisi sosial ekonomi bisa berupa agama yang

dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis dan sebagainya

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

106

(Efriza,2012: 495). Namun, Perilaku demikian tidak lepas dari isu yang

didapatkan oleh seorang anak lebih banyak berasal di dalam keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan seorang anak.

Waktu yang mereka gunakan di lingkungan keluarga juga lebih banyak

dibandingkan di lingkungan sekolah dan teman sebaya. Hal demikian

menyebabkan akses komunikasi yang diterima di lingkungan keluarga lebih

mudah.

Selain dari penjelasan Gerald Pomper di atas, David Apter

menguraikan tentang pengaruh dari keluarga terhadap anak dalam memilih

yaitu adanya kesamaan pilihan seorang anak dengan pilihan orang tuanya.

Bahwa adanya kesejajaran atau kesamaan pilihan antara orangtua dengan

anaknya merupakan suatu yang wajar. Sebab pada lembaga keluarga itulah

seseorang pertama kali mempunyai akses pembentukan identitas diri,

mempelajari nilai-nilai lingkungan dan sosial mereka, termasuk peran

politiknya. Pada proses paling dini, pembentukan sikap termasuk

pembentukan sikap politik anak pertama kali di lingkungan keluarga. Fase ini

merupakan fase belajar keluarga. Pada fase ini anak-anak pertama kali mulai

belajar dari orang tuanya tentang perasaan orang tua mereka terhadap

pemimpin politik, perasaan orang tua mereka terhadap isu-isu politik dan

sebagainya.

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

sosiologis secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai rata-rata

(mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti ke dalam

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

107

kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya adalah sebagai

berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak puas; 20% - 40%

kategori tidak pus; 40% - 60% kategori netral; 60% - 80% kategori puas dan

80%-100% sangat puas. Hasil analisis data seperti tampak pada tabel 4.29

menggambarkan perilaku pemilih terhadap seluruh aspek dari faktor

sosiologis.

Grafik 4.17

Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor Sosiologis

Sumber : olahdata 2015

Adapun nilai rata-ratanya (mean) berada antara 2,20 (44%) sampai

dengan 2,54 (50,8%) hal ini menunjukan bahwa perilaku memilih calon

legislatif berada pada kategori netral, dengan demikian dapat disimpulkan

secara umum bahwa gambaran perilaku memilih dari seluruh aspek dari faktor

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

108

sosiologis tidak merupakan aspek yang diperhatikan atau dipertimbangkan

dalam memilih calon legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende.

2. Faktor Psikologi

Persepsi dan penilaian pribadi terhadap sang kandidat atau tema-tema

yang diangkat sangat berpengaruh terhadap pilihannya dalam pemilu. Faktor

psikologis adalah faktor paling mendasar dalam diri individu yang akan

mempengaruhi pilihan-pilihan seseorang.

Dalam kaitannya dengan faktor psikologis yang dikedepankan dalam

penulisan ini adalah dorongan dari dalam diri pemilih karena adanya “rasa

kedekatan emosional”, “adanya isu positif yang berkembang tentang calon

tersebut”, dan “memiliki orientasi pada calon tersebut”. Berikut ini dijelaskan

satu persatu dari ke tiga komponen tersebut di atas:

a. Rasa Kedekatan Emosional.

Adanya hubungan kekerabatan yang terjalin dengan baik akan

mempengaruhi pemilih dalam menentukan hak pilihnya dalm pemilihan

umum. Namun demikian, berbeda halnya dalam kegiatan pemilihan umum

tahun 2014, faktor kedekatan ini sangat kecil dalam mendorong pemilih untuk

menentukan hak pilihnya pada calon anggota legislatif tertentu.

Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang disampaikan oleh 100 orang

responden terhadap pertanyaan peneliti, yang disajikan dalam grafik 4.18

berikut ini.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

109

Grafik 4.18

Rasa Kedekatan Emosional

Sumber : olahdata 2015

Berdasarkan hasil jawaban yang termuat dalam grafik 4.18 di atas,

dapat dijelaskan bahwa memilih karena didorong oleh “rasa kedekatan

emosional” ini, “tidak setuju” sebesar 33%, “sangat tidak setuju” sebesar

13%, “netral” sebesar 27%, “setuju” sebesar 17%, sedangkan sisanya adalah

“sangat setuju” sebesar 10%. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa

faktor “kedekatan emosional” tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan

pemilih dalam memilih calon anggota legislatif. Hal ini dapat dilihat dari

besarnya prosentase jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 13%, “tidak

setuju” 33% dan bersikap “netral” sebanyak 27% responden atas pernyataan

“Saya memilih karena didorong oleh rasa kedekatan emosional”.

b. Isu Positif Yang Berkembang Tentang Calon Tersebut.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

110

Isu-isu baik menyangkut pribadi calon yang diterima pemilih turut

serta menentukan keputusan untuk memilih atau menentukan suaranya.

Namun hal ini hanya mempengaruhi sebanyak 41% (“setuju” sebanyak 28%

dan “sangat tidak setuju” sebanyak 13%) dari 100 responden, sedangkan

sisanya menjawab “sangat tidak setuju” sebanyak 10%, “tidak setuju”

sebanyak 15% dan “netral” sebanyak 34%. Secara rinci terlihat dalam grafik

4.19 berikut ini.

Grafik 4.19

Memilih Karena Didorong Oleh Adanya Isu Positif Yang Berkembang

Tentang Calon Tersebut

Sumber : olahdata 2015

c. Memiliki Orientasi Pada Calon

Berbicara mengenai orientasi ini adalah hak individu, dan merupakan

perilaku individu yang bersangkutan yang selanjutnya adalah berupa kegiatan

individu yang bersangkutan. Dalam kegiatan politik juga ada orientasi

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

111

politiknya. Orientasi politik ini juga merupakan keputusan yang menyangkut

dan mempengaruhi perilaku politik seseorang yang akan berdampak kepada

pilihan pemilih dalam memilih. Dengan demkian pilihan itu dipengaruhi oleh

orientasinya.

Namun demikian, kalau dilihat dari komposisi jawaban responden

dalam grafik 4.19 berikut, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh signifikan,

karena hanya sebesar 16% yang menjawab “sangat setuju” dan 18% yang

menjawab “setuju” atas pernyataan “Saya memilih karena memiliki orientasi

pada calon tersebut”. Sedangkan sisanya sebesar 65% memberikan jawaban

“netral” sebanyak 31%, “tidak setuju” 20% dan “sangat tidak setuju” 15%.

Jika dilihat dari komposisi jawaban maka sangat tipis prosentasenya, dimana

yang menyatakan memilih berdasarkan aspek ini ada 34%, memilih tidak

berdasarkan aspek ini ada 35 %, dan yang memberi jawaban netral ada 31 %.

Data hasil analisis di atas memiliki signifikansi perbedaan yang tidak terlalu

tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa dalam struktur peta politik dimana

Kabupaten Ende terdiri dari empat DAPIL dan pada masing – masing DAPIL

terdapat nama kader unggulan. Hal ini amat memungkinkan mempengaruhi

kelompok pemilih yang memiliki perilaku “dipengaruhi orientasi pada calon

tertnetu” karena nama kader berasal dari satu lingkungan, dan amat besar

harapan pemilih supaya kader memperjuangkan kepentingan kelompok kecil

lingkungan tempat mereka tinggal. Sehingga amat logis jika terdapat 34 %

responden “setuju” bahwa mereka dilatarbelakangi karena orientasi pada calon

anggota legislatif. Untuk jawaban “netral” dan “tidak setuju” sebesar 31 % dan

35 % adalah merepresentasikan kelompok masyarakat pemilih yang

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

112

memandang bahwa sekalipun calon legislatif berasal dari lingkungan

sekitarnya, sama sekali tidak mempengaruhi orientasi kepentingan kelompok

lingkungan akan tetapi diduga memilih karena didominasi faktor lain misalnya

rekam jejak, kemampuan dan kemahiran, atau kualitas kepribadian.

Grafik berikut menyajikan rincian jawaban dari 100 responden atas

pernyataan “Saya memilih karena memiliki orientasi pada calon”.

GRAFIK 4.20

Memilih Karena Memiliki Orientasi Pada Calon Tersebut

Sumber : olahdata 2015

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

psikologi secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai rata-rata

(mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti ke dalam

kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya adalah sebagai

berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak puas; 20% - 40%

kategori tidak puas; 40% - 60% kategori netral; 60% - 80% kategori puas dan

80%-100% sangat puas. Hasil analisis data seperti tampak pada grafik 4.21

menggambakan perilaku memilih terhadap seluruh aspek dari faktor psikologi.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

113

Grafik 4.21

Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor Psikologis

Sumber : olahdata 2015

Adapun nilai rata-ratanya (mean) untuk aspek memilih karena orientasi

pada calon adalah 2,72 (54,4 %) , aspek memilih karena didorong adanya isu

positif yang berkembang tentang calon adalah 3,19 (63,8 %), dan memilih

karena memiliki rasa kedekatan emosional adalah 2,78 (55,6 %). Hal ini

menunjukkan bahwa aspek memilih calon karena didiorong oleh isu positif

merupakan aspek dari faktor psikologi yang mempengaruhi pemilih pada

Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

114

3. Faktor Ekonomi/Rasional

Aspek ekonomi sering menjadi dasar pertimbangan dalam berbagai

kegiatan, termasuk dalam urusan politik. Pendekatan ini dipopulerkan oleh

Anthony Downs (1957) yang mengasumsikan bahwa pemilih pada dasarnya

bertindak secara rasional ketika membuat pilihan dalam tempat pemungutan

suara (TPS), tanpa mengira agama, jenis kelamin, kelas, latar belakang orang

tua, dan latar lainnya yang bersifat eksternal. Menurutnya, dalam konteks

pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan

memilih partai, calon anggota legislatif atau calon presiden yang tengah

berkompetisi, ia bahkan tidak akan melakukan pilihan pada pemilu. Mereka

menggunakan pertimbangan-pertimbangan costs and benefits sebelum

menentukan pilihan. Pertimbangan costs and benefits itu lebih didasarkan pada

gagasan atau program-program yang bersentuhan dengan dirinya. Rasionalitas

pemilih juga bukan sesuatu yang berdiri sendiri, namun akan sangat terkait

dengan faktor lainnya, baik yang berasal dari kandidat seperti proses

pencitraan yang dibangunnya saat kampanye maupun aspek yang berasal dari

para pemilih, terutama tingkat pengetahuan dan kadar sensifitas atas informasi

yang dimilikinya. Sebagaimana disebutkan Lau dan David (2006) bahwa

“informed citizens” akan sangat berpengaruh bagaimana para pemilih

menentukan pilihannya dalam pemilu. Dalam konteks inilah perilaku memilih

dan faktor-faktor lainnya saling mempengaruhi satu sama lain.

Pendekatan pilihan rasional (rational choice) atau lazim disebut

sebagai pendekatan ekonomik berkembang pada tahun 1960-an dan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

115

berkembang setelah memperoleh konsensus yang menunjukkan adanya

pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Salah satu tokoh penting yang

menggagas pendekatan ini adalah V. O. Key. Menurut Key yang menentukan

pilihan para pemilih adalah sejauh mana kinerja pemerintah, partai, atau

wakil-wakil mereka baik bagi dirinya sendiri atau bagi negaranya, atau justru

sebaliknya. Key melihat kecenderungan masing-masing pemilih menetapkan

pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja partai

yang menjalankan pemerintahan pada periode anggota legislatif terakhir

sudah baik bagi dirinya sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya.

Penilaian ini juga dipengaruhi oleh penilaian terhadap pemerintah dimasa

yang lampau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintahan yang berkuasa

(bila dibandingkan dengan pendahulunya) positif, maka mereka akan dipilih

kembali. Apabila hasil penilaian yang negatif, maka pemerintahan tidak akan

dipilih kembali.

Berikut ini adalah item-item pernyataan yang sudah dilakukan umpan

balik (feed back) terhadap 100 orang responden dalam kaitannya dengan

pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2014.

a. Memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji

akan memberi bantuan terhadap perbaikan fasilitas dan sarana

umum.

Pada item awal yang berhubungan dengan faktor ekonomi yakni

“dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan

terhadap perbaikan fasilitas dan sarana umum”. Dari pernyataan tersebut

20% merespon “sangat tidak setuju”, 27% menyatakan ‘tidak setuju”, dan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

116

29% menyatakan “netral”. Sedangkan yang lainnya sebanyak 17%

menyatakan “setuju” dan 7% menyatakan “sangat setuju”. Penjelasan tersebut

di atas dapat diilustrasikan dalam grafik berikut:

GRAFIK 4.22

Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut Berjanji Akan

Memberi Bantuan Terhadap Perbaikan Fasilitas Dan Sarana Umum

Sumber : olahdata 2015

Dari uraian grafik 4.22 tersebut dapat dikatakan bahwa kebanyakan

responden memilih calon legislatif tidak berdasarkan aspek ini yakni sebesar

47 %, Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa sebenarnya masyarakat

tidak terlalu berharap akan menerima “bantuan untuk perbaikan fasilitas dan

sarana umum”.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

117

b. Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut

Berjanji Memberi Akses Kemudahan Terhadap Sesuatu.

Dalam grafik 4.23 menyajikan rincian komponen jawaban dari 100 orang

responden atas pernyataan “Saya memilih atas dasar pertimbangan bahwa

calon tersebut berjanji memberi akses kemudahan terhadap sesuatu”

Grafik.4.23

Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut Berjanji

Memberi Akses Kemudahan Terhadap Sesuatu

Sumber : olahdata 2015

Berdasarkan grafik di atas, dapat dideskripsikan bahwa memilih atas

dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji memberi akses kemudahan

terhadap sesuatu, besarnya persentase pemilih merespon “sangat tidak setuju”

15%, “tidak setuju” 33%, “netral” 30%, “setuju” 19% dan “sangat setuju”

sebesar 3%.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

118

Dengan besarnya persentase jawaban “sangat tidak setuju” dan “tidak

setuju” ini menggambarkan bahwa pertimbangan untuk menentukan suaranya

dalam pemilu legislatif 2014 itu sebenarnya bukan pertimbangan bahwa calon

tersebut berjanji memberi akses kemudahan terhadap sesuatu.

Seperti kita ketahui bahwa stratifikasi sosial pada masyarakat Ende

terdiri dari tiga yaitu Aku, Ngao dan Jao. Dan keberadaan Mosalaki sangat

tergantung dari kekuasaan hak ulayat masing – masing dalam menjalankan

peran sebagai pemangku adat. Kekuasaan mosalaki diberikan secara turun

temurun, dan diwariskan dalam hubungan dasar. Seorang mosalaki diangkat dan

dilantik dalam upacara adat, dan mosalaki terpilih diyakini akan diberkati

dengan arwah para leluhur sehingga memiliki nilai kharismatik magis sebuah

kebijaksanaan untuk menjalankan peran adatnya. Dibawah hak ulayat ada

sebuah hak kecil yang dibagikan pada sekolompok masyarakat. Dibawah hak

kecil terdapat hak personal atau hak individu yang dinamakan Ana Kalo Fai

Whalu. Dan pemimpin suku atau pemangku adat tertinggi dinamakan Mosalaki

Pu’u. Mosalaki pu’u membawahi beberapa Ria Bhewa atau anak suku,. Anak

suku akan diberi mandat atau otoritas untuk mengatur sumber daya pada

jangkauan wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu masyarakat awam yang

termasuk anak suku memiliki ketergantungan pada sumber daya tanah garapan

atau akses sumber air bersih pada desa setempat. Karena memiliki

ketergantungan inilah menjadi mudah bagi seorang pemangku adat untuk

mempengaruhi dengan kekuasaanya berusaha membujuk anak-anak adatnya

agar mengikuti sikap politik dari pemimpin adatnya. Seperti yang diutarakan

oleh key informan sebagai berikut.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

119

Dalam tataran ideal mosalaki juga berperan dalam pendidikanpolitik. Akan tetapi pada praktiknyamosalaki amat berperan dalam membawa proses pemilu menjadilebih baik atau sebaliknya.

….jika memiliki ketergantungan sumber daya pada mosalaki, makakelas sosial yang berada dibawah akan mudah terpengaruhBeberapa dampak juga akan bisa dirasakan pada masyarakat kelasbawah jika tidak mengikuti sikap politik dari pemangku adatsetempat

c. Memilih Karena Program Dari Calon Mampu Menyelesaikan

Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini

Persentase jawaban responden atas pernyataan tersebut di atas adalah

“netral” sebesar 35%, dan selanjutnya berdasarkan urutan persentase terbesar

“setuju” sebesar 27%, “tidak setuju” 19%, “sangat setuju” 17% dan persentase

terkecil adalah yang menjawab “sangat tidak setuju” sebesar 2%. Secara rinci

seperti terlihat dalam grafik 4.24 berikut:

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

120

Grafik 4.24

Memilih Karena Program Dari Calon Mampu Menyelesaikan

Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini

Sumber : olahdata 2015

d. Memilih Karena Didorong Kualitas Kepribadian Baik Dari Calon.

Kepribadian baik dari calon legislatif dapat menarik pemilih dalam

menentukan suaranya saat pemilihan. Gambaran ini dapat diketahui dari

besarnya persentase jawaban “setuju” sebesar 53% dan “sangat setuju” sebesar

21%. Sisanya adalah “netral” sebesar 18%, “sangat tidak setuju” sebesar 3%

dan “tidak setuju” sebesar 5%. Selanjunya grafik berikut akan

menggambarkan perilaku memilih karena didorong kualitas kepribadian baik

dari calon.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

121

Grafik 4.25

Memilih Karena Didorong Kualitas Kepribadian Baik Dari Calon

Sumber : olahdata 2015

Besarnya persentase jawaban puas dan sangat puas ini

mengindikasikan kecenderungan dari pemilih untuk memilih secara selektif

kepada calon yang memiliki kepribadian baik merupakan aspek dari faktor

ekonomi yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada pemilu legislatif

tahun 2014 di Kabupaten Ende.

e. Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan Kemahiran

Memimpin.

Kemampuan dan kemahiran memimpin dari calon anggota legislatif

dalam memimpin akan dinilai dan dihargai oleh kelompok masyarakat sebagai

pemilih. Dan dari kemampuan dan kemahiran tersebut dapat menjadi

pertimbangan bagi pemilih saat memilih. Dalam tabel 4.26 di bawah ini

menampilkan rincian jawaban responden atas pernyataan ”Saya memilih atas

dasar alasan kemampuan dan kemahiran memimpin” .

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

122

Grafik 4.26

Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan Kemahiran Memimpin

Sumber : olahdata 2015

Dari grafik 4.26 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa 47% responden

menyatakan “setuju” dan 24% responden menyatakan “sangat setuju” atas

kemampuan dan kemahiran memimpin. Jawaban lain atas pernyataan

tersebut adalah “netral” sebesar 24%, “tidak setuju” sebesar 4% dan “sangat

tidak setuju” sebesar 1%. Dengan demikian maka aspek memilih atas dasar

alasan kemampuan dan kemahiran memimpin merupakan aspek dari faktor

ekonomi yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada pemilu

legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

123

f. Memilih Karena Rekam Jejak Baik Pada Calon

Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa rekam jejak adalah semua

hal yang seseorang atau organisasi telah lakukan di masa lalu, yang

menunjukkan seberapa baik mereka dalam melakukan pekerjaan, mengatasi

masalah, dan lain-lain.

Berkaitan dengan rekan jejak calon ini diketahui 41% menjawab “setuju” dan

21% menyatakan “sangat setuju”. Sedangkan sisanya adalah “sangat tidak

setuju” sebesar 3%, “tidak setuju” 14% dan “netral” 21%. Dengan demikian

maka aspek memilih karena rekam jejak yang baik dari calon legislatif

merupakan aspek dari faktor ekonomi yang sangat mempengaruhi perilaku

memilih pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ende. Secara rinci

seperti terlihat dalam grafik 4.27 berikut ini:

Grafik 4.27

Memilih Karena Rekam Jejak Baik Pada Calon

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

124

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

ekonomi/rasional secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai

rata-rata (mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti

ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya

adalah sebagai berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak

setuju; 20% - 40% kategori tidak setuju; 40% - 60% kategori netral; 60% -

80% kategori setuju dan 80%-100% kategori sangat setuju. Hasil analisis data

seperti tampak pada grafik 4.28 menggambarkan perilaku memilih terhadap

seluruh aspek dari faktor ekonomi/rasional.

Grafik 4.28

Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor

Ekonomi/Rasional

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

125

Adapun nilai rata-ratanya (mean) untuk aspek memilih atas dasar

pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan terhadap

perbaikan fasilitas adalah 2,64 (52,8 %), aspek memilih atas dasar

pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji memberi akses kemudahan

terhadap sesuatu adalah 2,62 (52,4 %), aspek memilih karena program dari

calon mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada adalah 3,38

(67,6%), aspek memilih karena didorong oleh kepribadian yang baik dari

calon, 3,84 (76,8 %), aspek memilih atas dasar kemampuan dan kemahiran

memimpin 3,89 (77.8 %) dan aspek memilih karena rekam jejak yang baik

dari calon 3,63 (72,6 %). Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas maka

diketahui bahwa aspek-aspek dari faktor ekonomi yang mempengaruhi

perilaku memilih pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ende

adalah aspek memilih karena program dari calon mampu menyelesaikan

permasalahan sosial yang ada, aspek memilih karena didorong oleh

kepribadian yang baik dari calon, aspek memilih atas dasar kemampuan dan

kemahiran memimpin dan aspek memilih karena rekam jejak yang baik dari

calon.

4.5. Perilaku Memilih Calon Presiden Dan Calon Wakil Presiden

Sama halnya dengan perilaku memilih pada calon anggota legislatif, maka

perilaku memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden juga didasarkan

pada tiga faktor yaitu sosiologis, psikologi dan rasional / ekonomis.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

126

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis terhadap perilaku memilih calon

presiden dan calon wakil presiden pada pemilu tahun 2014.

1. Faktor Sosiologis.

Penelitian terhadap perilaku memilih berdasarkan faktor sosiologis

yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Kabupaten Ende pada

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 akan dilihat dari beberapa

aspek yakni a). memiliki kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaran

pertemanan; b) memiliki kesamaan afiliasi tertentu yang sama; c) memiliki

kesamaan asal suku dan daerah tempat asal; d) kebanyakan lingkungan sekitar

dan keluarga juga memberi saran rekomendasi pada calon tersebut.

Selanjutnya akan diuraikan hasil analisis dari masing-masing aspek sebagai

berikut:

a. Aspek Memiliki Kesamaan Ikatan Profesi dan Satu Lingkaran

Pertemanan.

Hasil analisis dari aspek memilih karena memiliki kesamaan ikatan

profesi dan satu lingkaran pertemanan ditampilkan pada Grafik 4.30. Dari

grafik tersebut nampak bahwa ada sebanyak 10 % responden yang

menyatakan bahwa mereka memilih berdasarkan pertimbangan aspek ini,

yakni 1 % responden menyatakan sangat setuju dan 9 % menyatakan setuju.

Sedangkan ada 61 % responden yang memilih tidak berdasarkan aspek ini,

yakni 30 % responden menyatakan sangat tidak setuju dan 31 % menyatakan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

127

tidak setuju. Dari hasil analisis juga diperoleh bahwa sebanyak 29 %

responden yang menyatakan netral terhadap aspek ini.

Hal ini menunjukkan bahwa aspek memiliki kesamaan ikatan profesi

dan satu lingkaran pertemanan, bukan merupakan aspek dari faktor sosiologis

yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Grafik 4.29

Saya Memilih Karena Kesamaan Ikatan Profesi Dan Satu Lingkaran

Pertemanan

Sumber : olahdata 2015

b. Memiliki kesamaan afiliasi tertentu

Hasil analisis dari aspek memiliki kesamaan afiliasi tertentu

ditampilkan pada Grafik 4.30. Dari grafik tersebut nampak bahwa sebanyak 7

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

128

% responden menyatakan bahwa mereka memilih berdasarkan aspek ini, yakni

3% responden menyatakan sangat setuju dan 4 % responden menyatakan

setuju. Sedangkan ada 66 % responden yang memilih tidak berdasarkan aspek

ini, yakni 30 % responden menyatakan sangat tidak setuju dan 36 %

menyatakan tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden

yang menyatakan netral ada 27 %.

Hal ini menunjukkan bahwa aspek memiliki kesamaan afiliasi tertentu

bukan merupakan aspek dari faktor sosiologis yang sangat mempengaruhi

perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di

Kabupaten Ende.

Grafik 4.30

Saya Memilih Karena Memiliki Kesamaan Afiliasi Tertentu Yang Sama

Sumber: olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

129

c. Memiliki Kesamaan Asal Suku dan Daerah Tempat Asal

Hasil analisis terhadap aspek memiliki kesamaan asal suku dan daerah

tempat tinggal akan ditampilkan pada Grafik 4.31. Dari grafik tersebut

nampak bahwa sebanyak 14 % responden menyatakan bahwa mereka

memilih berdasarkan aspek ini, yakni 4 % responden menyatakan sangat

setuju dan 10 % menyatakan setuju. Sedangkan responden yang

menyatakan memilih tidak berdasarkan aspek ini ada 62 %, yakni 27 %

responden menyatakan tidak setuju dan 35 % responden menyatakan

sangat tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden

yang menyatakan netral ada 24 %. Hal ini menunjukkan bahwa aspek

memilih karena kesamaan asal suku dan daerah tempat asal bukan

merupakan aspek dari faktor sosiologis yang sangat mempengaruhi

perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di

Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

130

Grafik 4.31

Saya Memilih Karena Memiliki Kesamaan Asal Suku Dan Daerah

Tempat Asal

Sumber: olahdata 2015

d. Kebanyakan Lingkungan Sekitar dan Keluarga Juga Memberi

Saran Rekomendasi Pada Calon Tersebut.

Hasil analisis terhadap aspek memilih karena lingkungan sekitar dan

saran dan rekomendasi keluarga akan ditampilkan pada Grafik 4.32. Dari

grafik tersebut nampak bahwa 20 % responden menyatakan memilih karena

aspek ini, yakni ada 5 % responden yang menyatakan sangat setuju dan 15 %

menyatakan setuju. Sedangkan responden yang menyatakan memilih tidak

karena aspek ini sebanyak 52 % yakni yang menyatakan tidak setuju ada 25

% responden dan sangat tidak setuju ada 27 % responden . Hasil analisis juga

menunjukkan bahwa responden yang menyatakan netral ada 28 %. Hal ini

menunjukkan bahwa aspek saran rekomendasi dari keluarga dan lingkungan

sekitar bukan merupakan aspek dari faktor sosiologis yang sangat

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

131

mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Hasil analisis angket dipertegas dengan pendapat key informan , bahwa

dalam hal pengaruh dari lingkungan dan orang – orang terdekat maka terdapat

key informan yang berpendapat bahwa dalam memilih presiden yang

bersangkutan didasari oleh pertimbangan rasional karena melihat kualitas

keperibadian akan tetapi sikap politiknya diperkuat ketika key informan

tersebut melakukan konfirmasi ulang apakah terdapat kesamaan pilihannya

dengan lingkungan dan orang – orang terdekatnya. Pendapatnya sebagai

berikut ;

Karena saya senang pada figur Pak Jokowi yang merakyat danrendah hati, juga prestasinya saya ikutisejak beliau jadi Walikota Solo dan mempopulerkan mobil nasionalbuatan anak STM.Keluarga dan sekitar saya juga pendukung Jokowi , jadi makinmemperkuat pilihan saya….

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, diketahui bahwa pada pemilu

presiden dan wakil presiden, aspek ini memang bukan menjadi faktor

sosiologis yang mempengaruhi perilaku memilih karena jika dikaitkan dengan

identitas responden sangat memperkuat hasil analisis, dimana sebagian besar

responden adalah pemilih dewasa yang memiliki kedewasaan dalam berpikir

dan bertindak serta didukung oleh tingkat pengetahuan, informasi dan rekam

jejak dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang diketahui

dengan baik. Sehingga pemilih yang seperti ini hanya mengkonfirmasi

pilihannya dengan orang-orang terdekatnya untuk lebih memantapkan bahwa

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

132

pilihannya tidak keliru. Figur pasangan calon presiden dan calon wakil

presiden sangat mempengaruhi perilaku memilih, dengan tanpa

memperhatikan partai pengusungnya. Alasan dari key informan yang adalah

pemilih pemula adalah didorong oleh faktor rasional yang diperkuat oleh

faktor piskologis karena pengaruh referensi group atau lingkungan

terdekatnya. Dimana telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya tentang

perilaku memilih pemula dalam pemilu legislatif ternyata tidak berbeda jauh

dengan perilaku memilih pemula pada pemilu presiden dan wakil presiden.

Bahwa pemilih pemula merupakan massa mengambang yang amat rentan

untuk dipengaruhi, digiring terutama oleh lingkungan terdekatnya.

Grafik 4.32

Saya Memilih Karena Kebanyakan Lingkungan Sekitar Juga Keluarga

Memberi Saran Rekomendasi Pada Calon Tersebut

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

133

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

sosiologis secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai rata-rata

(mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti ke dalam

kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya adalah sebagai

berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak setuju; 20% -

40% kategori tidak setuju; 40% - 60% kategori netral; 60% - 80% kategori

setuju dan 80%-100% sangat setuju. Hasil analisis data seperti tampak pada

grafik 4.33 menggambarkan perilaku pemilih terhadap seluruh aspek dari

faktor sosiologis.

Grafik 4.33

Nilai Rata-rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor Sosiologis

Sumber: Olahdata 2015

Adapun nilai rata-ratanya (mean) berada antara 2,14 (42,8 %) sampai

dengan 2,46 (49,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku memilih calon

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

134

presiden dan calon wakil presiden berada pada kategori netral, dengan

demikian dapat disimpulkan secara umum bahwa gambaran perilaku memilih

dari seluruh aspek dari faktor sosiologis tidak menjadi aspek yang sangat

diperhatikan dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu tahun

2014 di Kabupaten Ende.

2. Faktor Psikologis.

Penelitian terhadap perilaku memilih berdasarkan faktor psikologis

yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Kabupaten Ende pada

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 akan dilihat dari aspek-aspek

yakni a) dorongan dari dalam diri pemilih karena adanya rasa kedekatan

emosional; b) adanya isu positif yang berkembang tentang calon tersebut; c)

memiliki orientasi pada calon tersebut. Selanjutnya akan diuraikan hasil

analisis dari masing-masing aspek sebagai berikut:

a. Aspek Dorongan Dari Dalam Diri Pemilih Karena Adanya Rasa

Kedekatan Emosional

Hasil analisis terhadap aspek dorongan dari dalam diri pemilih karena

adanya rasa kedekatan emosional akan ditampilkan pada Grafik 4.34. Dari

grafik tersebut tampak bahwa 12 % responden menyatakan memilih karena

aspek ini, yakni 4 % responden menyatakan sangat setuju dan 8 %

menyatakan setuju. Sedangkan 49 % responden yang menyatakan memilih

tidak karena aspek ini yakni 14 % responden menyatakan sangat tidak setuju

dan 35 % responden menyatakan setuju. Hasil analisis juga menunjukkan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

135

bahwa responden yang menyatakan netral ada sejumlah 39 %. Hal ini

menunjukkan bahwa aspek dorongan dari dalam diri pemilih karena adanya

rasa kedekatan emosional bukan merupakan aspek dari faktor psikologis yang

sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Grafik 4.34

Saya Memilih Karena Didorong Oleh Rasa Kedekatan Emosional

Sumber:olahdata 2015

b. Aspek Memiliki Orientasi Pada Calon Tersebut

Hasil analisis terhadap faktor psikologis dari aspek memiliki orientasi

pada calon akan ditampilkan pada Grafik 4.35. Dari grafik tersebut tampak

bahwa 34 % responden menyatakan memilih karena aspek ini, yakni 16 %

responden menyatakan sangat setuju dan 18 % menyatakan setuju. Sedangkan

35 % responden menyatakan memilih bukan karena aspek ini, yakni 20 %

responden menyatakan tidak setuju dan yang menyatakan sangat tidak setuju

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

136

15 %. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden yang menyatakan

netral sejumlah 31 %. Hal ini menunjukkan bahwa 34 % responden meyakini

bahwa aspek orientasi pada calon presiden dan wakil presiden merupakan

aspek dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu

Presiden Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Komposisi jawaban dari responden hampir berimbang antara yang

memilih berdasarkan aspek ini, yang tidak berdasarkan aspek ini dan yang

berpendapat netral. Hal ini disebabkan oleh masyarakat dalam kelompok

tertentu memang memberikan pilihannya pada pemilu atas calon presiden atau

calon wakil presiden tertentu karena mempunyai harapan atau kepentingan

terhadap calon presiden atau calon wakil presiden agar kelak jika terpilih dan

menang dalam pemilu bisa memperjuangkan dan mengabulkan kepentingn

kelompok ini. Sedangkan yang netral dan tidak memilih karena aspek ini

dipengaruhi oleh pandangan bahwa siapa pun yang akan dipilih oleh rakyat

tentunya akan memperjuangkan kepentingan seluruh rakyat, bukan kepentingan

kelompok atau golongan tertentu.

.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

137

GRAFIK 4.35Saya Memilih Karena Memiliki Orientasi Pada Calon Tersebut

Sumber : olahdata 2015

c. Aspek Adanya Isu Positif Yang Berkembang Tentang Calon Tersebut

Hasil analisis terhadap aspek adanya isu positif yang berkembang

tentang calon tersebut akan ditampilkan pada Grafik 4.36. Pada grafik tersebut

nampak bahwa sebanyak 53 % responden memilih berdasarkan aspek ini,

yakni ada sebanyak 29 % responden menyatakan setuju dan 24 % responden

menyatakan sangat setuju. Sedangkan ada sejumlah 21 % responden

menyatakan memilih berdasarkan aspek ini, yakni sebanyak 10 % responden

menyatakan tidak setuju ada dan 11 % responden yang menyatakan sangat

tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa sebanyak 26 %

responden menyatakan netral. Hal ini menggambarkan bahwa aspek adanya

isu positif yang berkembang tentang calon presiden dan calon wakil presiden

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

138

merupakan salah satu aspek psikologis yang mempengaruhi perilaku memilih

pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Grafik 4.36

Saya Memilih Karena Adanya Isu Positif Yang Berkembang Tentang

Calon Tersebut

Sumber: olahdata 2015

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

psikologi secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai rata-rata

(mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti ke dalam

kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya adalah sebagai

berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak setuju; 20% -

40% kategori tidak setuju; 40% - 60% kategori netral; 60% - 80% kategori

setuju dan 80%-100% sangat setuju. Hasil analisis data seperti tampak pada

Grafik 4.37 menggambarkan perilaku pemilih terhadap seluruh aspek dari

faktor psikologi.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

139

Grafik 4.37

Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena Faktor Psikologi

Sumber : olahdata 2015

Adapun nilai rata-ratanya (mean) untuk aspek memilih karena

didorong oleh rasa kedekatan emosional adalah 2,53 (50,6 %) , aspek memilih

karena didorong adanya isu positif yang berkembang tentang calon adalah

3,45 (69 %), dan memilih karena didorong adanya isu positif yang

berkembang tentang calon adalah 3,00 (60 %). Hal ini menunjukkan bahwa

perilaku memilih presiden dan wakil presiden karena didiorong oleh rasa

kedekatan emosional berada pada kategori netral, sedangkan aspek memilih

karena didorong adanya isu positif yang berkembang tentang calon dan aspek

memilih karena memiliki orientasi pada calon merupakan aspek dari faktor

psikologi yang mempengaruhi dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden

pada Pemilu tahun 2014. di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

140

3. Faktor Ekonomi / Rational

Penelitian terhadap perilaku memilih berdasarkan faktor ekonomi /

rasional yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Kabupaten Ende

pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 akan dilihat dari

beberapa aspek yakni a) memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon

tersebut berjanji memberi bantuan terhadap perbaikan fasilitas dan sarana

umum; b) memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji

memberikan akses kemudahan terhadap sesuatu; c) memilih karena program

dari calon mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada saat ini; d)

memilih karena didorong oleh kualitas kepribadian yang baik dari calon; e)

memilih atas dasar alasan kemampuan kemahiran memimpin; f) memilih

karena rekam jejak baik pada calon. Selanjutnya akan diuraikan hasil analisis

dari masing-masing aspek sebagai berikut:

a. Aspek Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon TersebutBerjanji Akan Memberi Bantuan Terhadap Perbaikan Fasilitas DanSarana Umum

Hasil analisis terhadap aspek memilih atas dasar pertimbangan bahwa

calon tersebut berjanji akan memberi bantuan terhadap perbaikan fasilitas dan

sarana umum tampak pada Grafik 4.38. Pada grafik tersebut nampak bahwa 34

% responden menyatakan memilih karena faktor ini, yakni sebanyak 16 %

responden menyatakan sangat setuju dan 18 % responden menyatakan setuju.

Sedangkan ada sebanyak 41 % responden menyatakan memilih bukan karena

aspek ini yakni ada sebanyak 19 % responden menyatakan sangat tidak setuju

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

141

dan 22 % responden menyatakan tidak setuju. Hasil analisis juga

menunjukkan bahwa responden yang menyatakan netral ada 25 %. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa aspek memilih atas dasar pertimbangan

bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan terhadap perbaikan

fasilitas dan sarana umum bukan merupakan aspek dari faktor psikologi yang

sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Grafik 4.38

Saya Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut Berjanji

Akan Memberi Bantuan Terhadap Perbaikan Fasilitas

Dan Sarana Umum

Sumber: olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

142

b. Aspek Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut

Berjanji Memberikan Akses Kemudahan Terhadap Sesuatu

Hasil analisis terhadap aspek memilih atas dasar pertimbangan bahwa

calon tersebut berjanji memberikan akses kemudahan terhadap sesuatu tampak

pada Grafik 4.39. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa ada sebanyak 33

% responden menyatakan bahwa memilih karena aspek ini, yakni ada

sebanyak 6 % responden menyatakan sangat setuju dan 27 % responden yang

menyatakan setuju. Sedangkan ada sejumlah 41 % responden yang

menyatakan memilih bukan karena aspek ini yakni sejumlah 19 % responden

menyatakan sangat tidak setuju dan 22 % responden menyatakan tidak setuju.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden yang menyatakan netral

ada sejumlah 26 %. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dikatakan

bahwa aspek memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji

memberi akses kemudahan terhadap sesuatu bukan merupakan aspek dari

faktor sosiologis yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

143

Grafik 4.39

Saya Memilih Atas Dasar Pertimbangan Bahwa Calon Tersebut Berjanji

Memberi Akses Kemudahan Terhadap Sesuatu

Sumber: olahdata 2015

c. Aspek Memilih Karena Program Dari Calon Mampu Menyelesaikan

Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini

Hasil analisis terhadap aspek memilih karena program dari calon

mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada saat ini tampak pada

Grafik 4.40. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa 60 % responden

menyatakan memilih karena aspek ini yakni ada sejumlah 30 % responden

menyatakan sangat setuju dan 30 % responden menyatakan setuju. Sedangkan

sebanyak 15 % responden yang menyatakan memilih bukan karena aspek ini,

yakni sebanyak 2 % responden menyatakan sangat tidak setuju dan 13 %

responden menyatakan tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

responden yang menyatakan netral ada sejumlah 25 %. Hal ini menunjukkan

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

144

bahwa bahwa aspek memilih karena program dari calon mampu

menyelesaikan permasalahan sosial yang ada merupakan aspek dari faktor

ekonomi/rasional yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.

Grafik 4.40

Saya Memilih Karen Program Dari Calon Mampu Menyelesaikan

Permasalahan Sosial Yang Ada Saat Ini

Sumber : olahdata 2015

d. Aspek Memilih Karena Didorong Oleh Kualitas Kepribadian

Yang Baik Dari Calon

Hasil analisis terhadap aspek memilih karena didiorong oleh kualitas

kepribadian yang baik dari calon akan tampak pada Grafik 4.41. Pada grafik

tersebut tampak bahwa ada sejumlah 80 % responden menyatakan memilih

karena aspek ini, yakni sebanyak 38 % responden menyatakan sangat setuju

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

145

dan 42 % responden menyatakan setuju. Sedangkan 4 % responden

menyatakan memilih bukan karena aspek ini yakni 4 % responden

menyatakan sangat tidak setuju dan 4 % responden menyatakan tidak setuju.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden yang menyatakan netral

ada sejumlah 11 %. Hal ini menunjukkan bahwa memilih karena didorong

oleh aspek kualitas kepribadian yang baik dari calon merupakan aspek dari

faktor ekonomi/rasional yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Grafik 4.41

Saya Memilih Karena Didorong Kualitas Kepribadian Baik Dari Calon

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

146

e. Aspek Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan Kemahiran

Memimpin

Hasil analisis terhadap aspek memilih atas dasar alasan kemampuan

dan kemahiran memimpin akan tampak pada Grafik 4.42. Pada grafik tersebut

tampak bahwa sejumlah 83 % responden menyatakan memilih karena aspek

ini, yakni 46 % responden menyatakan setuju dan 37 % responden

menyatakan sangat setuju. Sedangkan 6 % responden menyatakan memilih

bukan karena aspek ini, yakni 1 % responden yang menyatakan sangat tidak

setuju dan 5 % menyatakan tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan

bahwa responden yang menyatakan netral ada 11%. Hal ini menunjukkan

bahwa bahwa aspek memilih atas dasar alasan kemampuan dan kemahiran

memimpin merupakan aspek dari faktor ekonomi / rasional yang sangat

mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

147

Grafik 4.42

Saya Memilih Atas Dasar Alasan Kemampuan Dan Kemahiran

Memimpin

Sumber : olahdata 2015

f. Aspek Memilih Karena Rekam Jejak Baik Dari Calon

Hasil analisis terhadap aspek memilih karena rekam jejak baik dari

calon dapat dilihat pada Grafik 4.43. Pada grafik tersebut tampak bahwa 72 %

responden menyatakan memilih karena aspek ini, yakni 37 % responden

menyatakan sangat setuju dan 35 % responden menyatakan setuju. Sedangkan

9 % responden yang menyatakan memilih bukan karena aspek ini, yakni 2 %

responden menyatakan sangat tidak setuju dan 7 % responden menyatakan

tidak setuju. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa responden yang

menyatakan netral sejumlah 19 %. Hal ini menunjukkan bahwa aspek memilih

karena rekam jejak baik dari calon merupakan aspek dari faktor sosiologis

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

148

yang sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Ende.

Hasil analisis kualitatif berdasarkan persepsi key informan mengenai

pertanyaan “ apa yang melatarbelakangi bapak dalam memilih pasangan calon

presiden dan wakil presiden ?”

Pandangan masyarakat, saya lihat butuh orang yang bersih, danmasyarakat memilikiterutama akan rekam jejak Prabowo pada kasus pelanggaran HAM.Saya memilih lebih didasari karena alasan rasional, sayamengamati dan melihat program, visimisinya dalam memajukan bangsa. Dan melihat komitmen sertakesungguhannya.

Grafik 4.43

Saya Memilih Karena Rekam Jejak Baik Dari Calon

Sumber : olahdata 2015

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

149

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran perilaku memilih dari faktor

ekonomi/rasional secara keseluruhan maka dibuat kategorisasi terhadap nilai

rata-rata (mean) dengan tujuan untuk menempatkan setiap aspek yang diteliti

ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang. Pengkategoriannya

adalah sebagai berikut: jika skor berada dibawah 20% kategori sangat tidak

setuju; 20% - 40% kategori tidak setuju; 40% - 60% kategori netral; 60% -

80% kategori setuju dan 80%-100% kategori sangat setuju. Hasil analisis data

seperti tampak pada Grafik 4.44 menggambakan perilaku pemilih terhadap

seluruh aspek dari faktor ekonomi/rasional.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

150

Grafik 4.44

Nilai Rata-Rata (Mean) Perilaku Memilih Karena

Faktor Ekonomi / Rasional

Sumber : olahdata 2015

Adapun nilai rata-ratanya (mean) untuk aspek memilih atas dasar

pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan terhadap

perbaikan fasilitas adalah 2, 90 (58 %), aspek memilih atas dasar

pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji memberi akses kemudahan

terhadap sesuatu adalah 2,79 (55, 8%), aspek memilih karena program dari

calon mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada adalah 3,73 (74, 6

%), aspek memilih karena didorong oleh kepribadian yang baik dari calon 4,

04 (82, 6 %), aspek memilih atas dasar kemampuan dan kemahiran memimpin

4, 13 (82, 6 %) dan aspek memilih karena rekam jejak yang baik dari calon 3,

98 (79, 6 %). Hal ini menunjukkan bahwa aspek memilih atas dasar

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

151

pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan terhadap

perbaikan fasilitas dan aspek memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon

tersebut berjanji memberi akses kemudahan terhadap sesuatu bukan

merupakan aspek-aspek dari faktor ekonomi/rasional yang mempengaruhi

perilaku memilih calon presiden dan calon wakil presiden. Sedangkan aspek

memilih karena program dari calon yang mampu menyelesaikan permasalahan

sosial yang ada, aspek memilih karena didorong oleh kepribadian yang baik

dari calon, aspek memilih karena kemahiran memimpin, dan aspek kualitas

kepribadian dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden merupakan

aspek-aspek dari faktor ekonomi/rasional yang sangat mempengaruhi perilaku

memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten

Ende.

Berdasarkan hasil analisis dari faktor sosiologis, psikologi dan

ekonomi/rasional serta wawancara mendalam yang dilakukan terhadap

beberapa kalangan yang terdiri dari Pengurus Partai, Panwaslu, Caleg, Pemilih

Pemula, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama diperoleh kesimpulan bahwa

perilaku memilih pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 di

Kabupaten Ende dipengaruhi oleh faktor ekonomi / rasional. Pemilih yang

bersifat rasional ini diakibatkan oleh sejumlah 81% responden adalah

berpendidikan SLTA atau sederajat hingga Strata 2, dan responden yang telah

memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yaitu berjumlah 63% responden,

yang terdiri dari PNS, Pegawai Swasta dan Dosen. Hal ini erat kaitannya

dengan aktivitas harian dalam kelompok yang akhirnya mempengaruhi cara

seseorang memandang sesuatu, sebagai reference group bagi seseorang dalam

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

152

menyatakan sikap dan mengambil keputusan tertentu. Perilaku memilih

pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tidak didasarkan pada partai

politik yang menjadi pengusungnya. Aspek kemampuan memimpin,

kepribadian, rekam jejak dan program yang mampu mengatasi masalah sosial

yang ada menjadi hal utama yang mempengaruhi faktor rasionalitas pemilih.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

153

BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup akan dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi bagi

pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan temuan penelitian.

5.1. Kesimpulan

1. Persepsi pemilih pada partai politik adalah sebagi berikut:

a. Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi dan peran

sebagai sarana komunikasi politik, namun peran tersebut dirasa kurang

optimal.

b. Partai politik dianggap penting dalam menjalankan peran dan fungsi

sebagai sarana rekrutmen politik, namun realitasnya bahwa sebagian

besar partai tidak melakukan proses rekrutmen kader dengan layak dan

sehat, tetapi lebih banyak diwarnai politik transaksional yang

pragmatis.

c. Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi sebagai

sarana sosialisasi politik dalam meningkatkan pemahaman terhadap

politik, penguatan kapasitas berjenjang bagi kader, menyakinkan

tentang visi misi pada masyarakat.

d. Partai politik dianggap penting dalam menjalankan fungsi sebagai

pengendali konflik karena partai politik dapat menjadi penghubung

psikologis dan organisasional antar masyarakat dengan pemerintahnya.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

154

2. Perilaku memilih pada pemilu legislatif tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Pada faktor sosiologis seluruh aspek yang diteliti bukan merupakan

aspek utama yang diperhatikan pemilih dalam memilih calon anggota

legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende.

b. Pada faktor psikologi hanya aspek isu positif yang berkembang tentang

calon merupakan aspek yang diperhatikan dalam memilih calon

anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende.

c. Pada faktor ekonomi/rasional aspek-aspek yang diperhatikan dalam

memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten

Ende adalah aspek: program dari calon yang mampu menyelesaikan

permasalahan sosial, kepribadian yang baik dari calon, kemampuan

dan kemahiran memimpin dan rekam jejak yang baik dari calon.

3. Perilaku memilih pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 di

Kabupataen Ende adalah sebagai berikut:

a. Pada faktor sosiologis seluruh aspek yang diteliti bukan merupakan

aspek utama yang diperhatikan pemilih dalam memilih calon presiden

dan calon wakil presiden pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ende.

b. Pada faktor psikologi aspek yang diperhatikan dalam memilih calon

presiden dan calon wakil presiden adalah: aspek karena didorong

adanya isu positif yang berkembang tentang calon dan aspek memilih

karena memiliki orientasi pada calon.

c. Pada faktor ekonomi/rasional aspek-aspek yang diperhatikan dalam

memilih calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu tahun

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

155

2014 di Kabupaten Ende adalah aspek: program dari calon yang

mampu menyelesaikan permasalahan sosial, kepribadian yang baik dari

calon, kemampuan dan kemahiran memimpin dan rekam jejak yang

baik dari calon.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan untuk memperbaiki

pelaksanaan Pemilu baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden di Kabupaten Ende di waktu yang akan datang, maka perlu kami sampaikan

beberapa rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Ende, agar memperbaharui data penduduk dan

melakukan sosialisasi politik pada masyarakat sipil lebih dini, kontinyu, masif

dan menyeluruh.

2. Bagi KPU Kabupaten, agar memperbaiki mekanisme dan sistem pemutahiran

data pemilu sehingga mudah melakukan verifikasi pemilih secara personal.

3. Bagi Calon anggota legislatif, agar senantiasa proaktif dalam peningkatan

kapasitas dan kualitas diri, menjadi figur yang bisa dicontohi, melahirkan

budaya politik yang baik dengan tidak melestarikan politik transaksional.

4. Bagi Partai Politik, agar dapat menyusun sistem dan prosedur perekrutan serta

pembelajaran berpolitik yang baik dan santun serta tidak terkesan

transaksional, perlu meningkatkan perannya dalam menjalankan fungsi

komunikasi politik, dan menjalankan perannya secara maksimal dalam

mengontrol kebijakan pemerintah daerah.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

156

5. Bagi Masyarakat, agar dapat berperan aktif dalam Pemilu dan membantu KPU

Kabupaten memberikan informasi yang berkaitan dengan pemutahiran data.

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIKDAN PERILAKU MEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF

DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

157

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 1996. “Beberapa Pendekatan Dalam Memahami PerilakuPemilih , Jurnal Ilmu Politik”, Edisi No. 16. Jakarta : Gramedia PustakaUtama

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya:Pustaka Eureka

Arbit Sanit, 1997. “Partai, Pemilu dan Demokrasi”. Yogyakarta. Pustaka PelajarOffset.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

Bawono, Muhammad. 2008. Persepsi Dan Perilaku Pemilih Terhadap PartisipasiPolitik Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 Di Kabupaten Nganjuk.M'POWER No.8 Vol.8, Oktober 2008. pppm.pasca.uns.ac.id

Budiharjo, Mariam, 1998. “Partisipasi dan Partai Politik”, Jakarta, Yayasan OborIndonesia

Budiharjo, Mariam, 2009, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, Jakarta, PT. GramediaPustaka Utama

Downs, Anthony (1957). An Economic Theory of Democracy, Harper, New York.

Efriza.Political Explore, Sebuah Kajian Ilmu Politik. 2012.Bandung:Alfabeta

Gaffar, Affan. 1992. “ Javanese Voters”, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hassan Shadily, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, (Jakarta: 1984, Bina Aksara)

Hermawan, Eman. 2001. Politik Membela yang Benar. Yayasan KLIK. Yogyakarta.

Huntington Samuel P dan Juan M. Nelson. “Partisipasi Politik di NegaraBerkembang”, Jakarta: Rineka Cipta

Jonatan Sarwono, Sarwonojonatn.info

Kartono, Kartini, 1984.” Psikologi Umum”, . Alumni Bandung

Kusnardi, M. dan Ibrahim, H. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta,Sinar Bakti, 1994

Lukman, Surya Saputra, 2007. “ Pendidikan Kewarganegaraan Bandung”, : SetiaPurna Inves

Putra, Fadillah. 2003. “Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik”,Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Raga Maran, Rafael, 2001,” Pengantar Sosiologi Politik”, Jakarta: Rineka Cipta

Rahman H.A. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta, Garaha Ilmu, 2007

RPJMD Kabupaten Ende Tahun 2014-2019, Ende: Pemerintah daerah KabupatenEnde

Roth, Dieter (2009). Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-teori, Instrumen danMetode, terjemahan oleh Denise Matindas, editor Dodi Ambardi, Friedrich-Naumann-Stiftung dan LSI, Jakarta.

Richard R. Lau & David P Redlawsk (2006). How Voters Decide: InformationProcessing during Election Campaigns, Cambridge University Press, UK.

Randy R dan Rian Nugroho, 2007,” Manajemen Pemberdayaan, Jakarta, Elex MediaComputindo

Sastroatmodjo, Sudjiono, 1995, “ Partisipasi Politik”, Semaranf: IKIP SemarangPress

Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: 2004, EGC).Supriyanto, didik. 2007. “Menjaga Independensi Penyelenggaraan Pemilu”.Semarang. AUSAID.DRSP dan PerluDem

Siagian Sondang, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta, 1995. Rineka Cipta).

Syarbaini, S. DKK, Sosiologi dan Politik, Jakarta, Galia Indonesia, 2002

Tenaya, 2002. Bahan Kuliah Statistik, Denpasar

Carol Travis,et.al, Psikologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002,

Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati danWalikota

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati danWalikota

Walgito,Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Andi Offsed, Yogyakarta, 1994, hal. 53

www.wikipedia.org

KUESIONER

A. Pengantar

Dengan hormat,

Kuesioner ini disusun dalam rangka Penelitian kerjasama KPUD Ende dengan

LP2M Universitas Flores dengan judul “PERSEPSI MASYARAKAT

KABUPATEN ENDE PADA PARTAI POLITIK DAN PERILAKU MEMILIH

PADA PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN WAKIL PRESIDEN

TAHUN 2014” . Guna melengkapi data tersebut kami mengharapkan kesediaan

Bapak/Ibu/Sdra/I untuk menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini,. Atas bantuan dan

kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

Penulis

Petunjuk pengisian :

1. Dimohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/I untuk mengisi daftar pertanyaan di

bawah ini dengan cara memberikan tanda (v) atau (x) pada salah satu jawaban

sesuai dengan jawaban anda.

2. Pilihan-pilihan yang tersedia

a. Bobot 5 : Sangat Setuju / Sangat puas

b. Bobot 4 : Setuju / Puas

c. Bobot 3 : Cukup / Netral

d. Bobot 2 : Tidak Setuju / Tidak Puas

e. Bobot 1 : Sangat Tidak Setuju / Sangat tidak puas

3. Setelah selesai mengisi semua daftar pertanyaan sesuai dengan keadaan yang

Bapak/Ibu/Sdra/I alami, mohon kesediaan untuk segera kembalikan pada tim

peneliti.

4. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/I yang telah meluangkan waktu

untuk mengisi pertanyaan dan mengembalikan kepada kami.

B. Identitas Responden.

1. Nama :...............................................

2. Jenis Kelamin :...............................................

3. Umur :...............................................

4. Pendidikan Terakhir :...............................................

5. Pekerjaan / Status :…………………………………

6. Asal TPS Pemilu /Kecamatan :…………………………………

STS TS N S SS STS TS N S SS

1 partai politik dalam mewujudkan visi dan misi merupakan hal penting2 ideologi yang kuat dan jelas dari partai politik merupakan hal penting

Optimalisasi fungsi Partai Politik sebagai sarana sosialisasi politikmerupakan hal pentingOptimalisasi fungsi partai politik sebagai sarana yang baik untuk merekrutcalon kandidat merupakan hal pentingFungsi partai poltiik sebagai sarana pengontrol kebijakan pemerintahmerupakan hal pentingPartai politik sebagai wadah aspirasi yang menyuarakan kepentinganrakyat merupakan hal penting

7 Partai politik sebagai pengendali konflik merupakan hal penting

FAKTOR PSIKOLOGIS8 Saya memilih karena didorong oleh rasa kedekatan emosional

Saya memilih karena didorong oleh adanya isu positif yang berkembangtentang calon tersebut

10 Saya memilih karena memiliki orientasi pada kandidat

Saya memilih karena memiliki kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaranpertemanan

12 Saya memilih karena memiliki kesamaan afiliasi tertentu yang sama13 Saya memilih karena memiliki kesamaan asal suku dan daerah tempat asal

Saya memlih karena kebanyakan lingkungan sekitar dan keluarga jugamemberi saran rekomendasi pada calon tersebut

Saya memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanjiakan memberi bantuan thd perbaikan fasilitas dan sarana umumSaya memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanjimemberi akses kemudahan thd sesuatuSaya memilih karena program dari calon mampu menyelesaikanpermasalahan yang ada saat ini

18 Saya memilih karena didorong kualitas kepribadian yang baik19 Saya memilih atas dasar alasan kemampuan dan kemahiran memimpin

17

16

FAKTOR EKONOMI / RASIONAL

15

14

FAKTOR SOSIOLOGIS

11

PERILAKU MEMILIH

9

PERSEPSI TERHADAP PARTAI POLITIK

6

5

4

TERHADAP PILEG TERHADAP PILPRESNO ITEM PERTANYAAN

3

19 Saya memilih atas dasar alasan kemampuan dan kemahiran memimpin20 Saya memilih karena rekam jejak pada kandidat

HASIL OLAHAN UNTUK PERSEPSI TERHADAP PARTAI POLITIK

partai politik dalam mewujudkan visi dan misi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 5 5.0 5.0 5.0

TIDAK PUAS 10 10.0 10.0 15.0

NETRAL 21 21.0 21.0 36.0

PUAS 39 39.0 39.0 75.0

SANGAT PUAS 25 25.0 25.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

ideologi yang kuat dan jelas dari partai politik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 2 2.0 2.0 2.0

TIDAK PUAS 12 12.0 12.0 14.0

NETRAL 22 22.0 22.0 36.0

PUAS 48 48.0 48.0 84.0

SANGAT PUAS 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Optimalisasi fungsi Partai Politik sebagai sarana sosialisasi politik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 1 1.0 1.0 1.0

TIDAK PUAS 10 10.0 10.0 11.0

NETRAL 22 22.0 22.0 33.0

PUAS 52 52.0 52.0 85.0

SANGAT PUAS 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Optimalisasi fungsi partai politik sebagai sarana yang baik untuk merekrut calon candidat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 8 8.0 8.0 8.0

TIDAK PUAS 9 9.0 9.0 17.0

NETRAL 20 20.0 20.0 37.0

PUAS 42 42.0 42.0 79.0

SANGAT PUAS 21 21.0 21.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Fungsi partai poltiik sebagai sarana pengontrol kebijakan pemerintah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 3 3.0 3.0 3.0

TIDAK PUAS 22 22.0 22.0 25.0

NETRAL 20 20.0 20.0 45.0

PUAS 26 26.0 26.0 71.0

SANGAT PUAS 29 29.0 29.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Partai politik sebagai wadah aspirasi yang menyuarakan kepentingan rakyat.

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 4 4.0 4.0 4.0

TIDAK PUAS 15 15.0 15.0 19.0

NETRAL 21 21.0 21.0 40.0

PUAS 25 25.0 25.0 65.0

SANGAT PUAS 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Partai politik sebagai pengendali konflik merupakan hal penting

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK PUAS 10 10.0 10.0 10.0

TIDAK PUAS 21 21.0 21.0 31.0

NETRAL 37 37.0 37.0 68.0

PUAS 22 22.0 22.0 90.0

SANGAT PUAS 10 10.0 10.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frequency Table

Statistics

Saya memilih

karena didorong

oleh rasa

kedekatan

emosional

Saya memilih

karena didorong

oleh adanya isu

positif yang

berkembang

tentang calon

tersebut

Saya memilih

karena memiliki

orientasi pada

calon tersebut

NValid 100 100 100

Missing 0 0 0

Mean 2.53 3.45 3.00

Std. Deviation .969 1.266 1.279

Minimum 1 1 1

Maximum 5 5 5

Saya memilih karena didorong oleh rasa kedekatan emosional

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 14 14.0 14.0 14.0

TIDAK SETUJU 35 35.0 35.0 49.0

NETRAL 39 39.0 39.0 88.0

SETUJU 8 8.0 8.0 96.0

SANGAT SETUJU 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena didorong oleh adanya isu positif yang berkembang tentang calon

tersebut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 11 11.0 11.0 11.0

TIDAK SETUJU 10 10.0 10.0 21.0

NETRAL 26 26.0 26.0 47.0

SETUJU 29 29.0 29.0 76.0

SANGAT SETUJU 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena memiliki orientasi pada calon tersebut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 15 15.0 15.0 15.0

TIDAK SETUJU 20 20.0 20.0 35.0

NETRAL 31 31.0 31.0 66.0

SETUJU 18 18.0 18.0 84.0

SANGAT SETUJU 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frequency Table

Saya memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji akan memberi bantuan

thd perbaikan fasilitas dan sarana umum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 19 19.0 19.0 19.0

TIDAK SETUJU 22 22.0 22.0 41.0

NETRAL 25 25.0 25.0 66.0

SETUJU 18 18.0 18.0 84.0

SANGAT SETUJU 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

Saya memilih

atas dasar

pertimbangan

bahwa calon

tersebut

berjanji akan

memberi

bantuan thd

perbaikan

fasilitas dan

sarana umum

Saya memilih

atas dasar

pertimbangan

bahwa calon

tersebut

berjanji

memberi

akses

kemudahan

thd sesuatu

Saya memilih

karena

program dari

calon mampu

menyelesaikan

permasalahan

sosial yang

ada saat ini

Saya

memilih

karena

didorong

kualitas

kepribadian

baik dari

calon

Saya

memilih

atas dasar

alasan

kemampuan

dan

kemahiran

memimpin

Saya

memilih

karena

rekam

jejak baik

pada

calon

NValid 100 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 2.90 2.79 3.73 4.04 4.13 3.98

Std.

Deviation

1.345 1.209 1.090 1.053 .872 1.015

Minimum 1 1 1 1 1 1

Maximum 5 5 5 5 5 5

Saya memilih atas dasar pertimbangan bahwa calon tersebut berjanji memberi akses

kemudahan thd sesuatu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 19 19.0 19.0 19.0

TIDAK SETUJU 22 22.0 22.0 41.0

NETRAL 26 26.0 26.0 67.0

SETUJU 27 27.0 27.0 94.0

SANGAT SETUJU 6 6.0 6.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena program dari calon mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang

ada saat ini

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 2 2.0 2.0 2.0

TIDAK SETUJU 13 13.0 13.0 15.0

NETRAL 25 25.0 25.0 40.0

SETUJU 30 30.0 30.0 70.0

SANGAT SETUJU 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena didorong kualitas kepribadian baik dari calon

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 5 5.0 5.0 5.0

TIDAK SETUJU 4 4.0 4.0 9.0

NETRAL 11 11.0 11.0 20.0

SETUJU 42 42.0 42.0 62.0

SANGAT SETUJU 38 38.0 38.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih atas dasar alasan kemampuan dan kemahiran memimpin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.0 1.0 1.0

TIDAK SETUJU 5 5.0 5.0 6.0

NETRAL 11 11.0 11.0 17.0

SETUJU 46 46.0 46.0 63.0

SANGAT SETUJU 37 37.0 37.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena rekam jejak baik pada calon

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 2 2.0 2.0 2.0

TIDAK SETUJU 7 7.0 7.0 9.0

NETRAL 19 19.0 19.0 28.0

SETUJU 35 35.0 35.0 63.0

SANGAT SETUJU 37 37.0 37.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frequency Table

Statistics

Saya memilih

karena memiliki

kesamaan

ikatan profesi

dan satu

lingkaran

pertemanan

Saya memilih

karena memiliki

kesamaan

afiliasi tertentu

yang sama

Saya memilih

karena memiliki

kesamaan asal

suku dan

daerah tempat

asal

Saya memlih

karena

kebanyakan

lingkungan

sekitar dan

keluarga juga

memberi saran

rekomendasi

pada calon

tersebut

NValid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Mean 2.20 2.14 2.21 2.46

Std. Deviation 1.005 .995 1.149 1.184

Minimum 1 1 1 1

Maximum 5 5 5 5

Saya memilih karena memiliki kesamaan ikatan profesi dan satu lingkaran pertemanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 30 30.0 30.0 30.0

TIDAK SETUJU 31 31.0 31.0 61.0

NETRAL 29 29.0 29.0 90.0

SETUJU 9 9.0 9.0 99.0

SANGAT SETUJU 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena memiliki kesamaan afiliasi tertentu yang sama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 30 30.0 30.0 30.0

TIDAK SETUJU 36 36.0 36.0 66.0

NETRAL 27 27.0 27.0 93.0

SETUJU 4 4.0 4.0 97.0

SANGAT SETUJU 3 3.0 3.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memilih karena memiliki kesamaan asal suku dan daerah tempat asal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 35 35.0 35.0 35.0

TIDAK SETUJU 27 27.0 27.0 62.0

NETRAL 24 24.0 24.0 86.0

SETUJU 10 10.0 10.0 96.0

SANGAT SETUJU 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Saya memlih karena kebanyakan lingkungan sekitar dan keluarga juga memberi saran

rekomendasi pada calon tersebut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU 27 27.0 27.0 27.0

TIDAK SETUJU 25 25.0 25.0 52.0

NETRAL 28 28.0 28.0 80.0

SETUJU 15 15.0 15.0 95.0

SANGAT SETUJU 5 5.0 5.0 100.0

Total 100 100.0 100.0