persepsi partai politik terhadap iklan politik/persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji...

92
Persepsi partai politik terhadap iklan politik (studi dekriptif kualitatif tentang persepsi pengurus dewan pimpinan cabang partai demokrat, partai golkar dan partai demokrasi indonesia perjuangan kota surakarta terhadap iklan politik pasangan calon presiden susilo bambang yudhoyono dan calon Wakil Presiden Boediono versi indomie pada pemilu 2009 di televisi) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Oleh : Yudha Yogi Prabawa D.0203149 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hoangquynh

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Persepsi partai politik terhadap iklan politik

(studi dekriptif kualitatif tentang persepsi pengurus dewan pimpinan cabang partai demokrat, partai

golkar dan partai demokrasi indonesia perjuangan kota surakarta terhadap iklan politik pasangan

calon presiden susilo bambang yudhoyono dan calon Wakil Presiden Boediono versi indomie pada

pemilu 2009 di televisi)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Oleh :

Yudha Yogi Prabawa

D.0203149

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui/dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 20 Januari 2010 Pembimbing,

Drs. Mursito, BM. SU NIP. 19530727 198009 1 001

Page 3: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi : 1. Ketua : Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA ( ) NIP. 194904281979031001 2. Sekretaris : Nora Nailul A, S.Sos, M.LMEd,Hons. ( ) NIP. 198104292005012002 3. Penguji : Drs Mursito, BM, SU ( ) NIP. 195307271980031001

Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Dekan,

Drs Supriyadi SN, SU NIP.19601009 198601 1001

Page 4: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

MOTTO

Surodiro jayaningrat Lebur dening pangastuti

Page 5: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan Untuk ibu

Yang selalu sabar dan terus berdoa Yudhanya selesai kuliah

Page 6: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

KATA PENGANTAR

Segala ketundukan dan pengabdian tertinggi hanya kepada Alloh SWT. Saya

bersyukur kepada-Nya karena masih diberikan berbagai nikmat. Salah satu wujud nikmat

yang diberikan pada saya adalah selesainya penyusunan skripsi ini. Saya sangat berharap

mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang menghendaki kebenaran.

Dalam proses penyusunan ini saya telah dibantu oleh beberapa orang dan lembaga.

Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu

peneliti dalam menyusun skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Drs. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph. D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

3. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan

peneliti pada logika keilmuan, kaedah penelitian dan kaedah penulisan ilmiah.

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

5. Pengurus DPC Partai Demokrat Kota Surakarta, DPC Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Kota Surakarta, DPD Partai Golkar Kota Surakarta yang telah bersedia

menjadi responden dan terima kasih telah diijinkan mengakses beberapa data partai.

6. Seluruh rekan-rekan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

7. Seluruh pihak baik individu dan instansi yang belum disebutkan, terima kasih sudah

membantu selesainya penyusunan skripsi ini.

Page 7: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Surakarta, 18 Januari 2010 Penulis,

Yudha Yogi Prabawa

Page 8: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................... i

Lembar persetujuan ...................................................................................................ii

Lembar pengesahan ...................................................................................................iii

Motto..........................................................................................................................iv

Kata pengantar ...........................................................................................................v

Persembahan .............................................................................................................vii

Daftar isi ...................................................................................................................viii

Abstrak ......................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................11

C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................11

D. MANFAAT PENELITIAN ...........................................................................11

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Komunikasi Politik ...............................................................................12

2. Iklan Politik ..........................................................................................13

3. Persepsi .................................................................................................21

4. Iklan dan Pencitraan Politik .................................................................27

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian .....................................................................................30

2. Lokasi Penelitian...................................................................................31

3. Teknik Pengunpulan Data ....................................................................32

4. Teknik Analisa Data ............................................................................32

Page 9: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

5. Teknik Validitas Data ..........................................................................33

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA, PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN, PARTAI GOLKAR DAN PARTAI DEMOKRAT

A. KOTA SURAKARTA...................................................................................35

B. DPC PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN .....................39

C. DPC PARTAI GOLONGAN KARYA .........................................................44

D. DPC PARTAI DEMOKRAT ........................................................................50

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSEPSI PARTAI POLITIK TERHADAP IKLAN POLITIK .................58

a. Tidak realistis........................................................................................61

b. Membentuk citra ...................................................................................66

c. Membantu meningkatkan keterkenalan ................................................71

d. Media sosialisasi program ....................................................................75

e. Berisi janji-janji ....................................................................................79

f. Berlebihan (narsis) ................................................................................82

g. Seragam ................................................................................................85

B. PERSEPSI PARTAI POLITIK TERHADAP IKLAN POLTIK

SBY-BOEDIONO VERSI INDOMIE DI TELEVISI PADA

PEMLU 2009 ...............................................................................................89

a. Persepsi Terhadap Pesan Verbal Iklan..................................................90

b. Persepsi Terhadap Pesan Non-Verbal Iklan ........................................96

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................101

B. Saran ..............................................................................................................102

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................103

Page 10: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

ABSTRAK

Ada fenomena menarik yang layak dicatat terkait perkembangan komunikasi politik di indonesia satu dekade terkahir ini. Yaitu munculnya kampanye partai atau kandidat melalui iklan politik di televisi. Dilihat dari perspektif positif, iklan politik mempunyai manfaat. Jika penayangan iklan disertai dengan gagasan, memperhatikan etika, dan menghindari hal-hal yang menimbulkan keresahan dan permusuhan, media ini merupakan salah satu altenatif komunikasi politik yang baik. Iklan politik juga dinilai sebagai sarana yang efektif dan aman bagi masyarakat di bandingkan dengan pengerahan massa.

SBY dan Boediono juga menggunakan strategi iklan politik dalam pemilu 2009 lalu. Salah satu yang menarik adalah iklan SBY-Boediono versi Indomie. Iklan ini menjadi perbincangan yang menarik dalam berbagai kesempatan. Versi Indomie menggunakan pendekatan yang berbeda dalam komunikasi politiknya. Pesan verbal yang disampaikan dalam bentuk jingle Indomie yang telah dimodifikasi. Sedang pesan non verbal yang ditampilkan menggunakan penyanyi Mike Indonesian Idol dan menggunakan banyak orang sedang berjalan beramai-ramai seperti layaknya iklan Indomie pada umumnya.

Karena itu melalui penelitian ini peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana persepsi partai politik terhadap iklan politik, khususnya iklan SBY-Boediono versi Indomie. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Pengurus tiga partai politik di Solo, yaitu Pengurus DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, DPD Partai Golkar, DPC Partai Demokrat Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview.

Dalam penelitian ini diperoleh simpulan bahwa persepsi mengenai iklan politik yang dimiliki partai politik bervariasi. Dalam persepsi partai politik terhadap iklan poltik secara umum ditemukan partai politk mempersepsikan iklan politik yaitu: pertama, cenderung tidak realistis isi materinya, kedua, membentuk citra, ketiga, meningkatkan keterkenalan, keempat, media sosialisasi program, kelima, berisi janji-janji, keenam, berlebihan dalam materi isinya, ketujuh, seragam dalam tampilannya.

Sementara mengenai persepsi partai politik terhadap iklan politik SBY-Boediono dipersepsikan juga bervariasi. Pihak Partai Golkar melihat iklan SBY hanya mengelabui pemilih (tidak realistis), terkesan berlebihan dan mengesankan SBY tidak percaya diri hingga harus menggunakan iklan Indomie yang sudah terkenal. Sementara PDI Perjuangan melihat persepsi diantaranya tidak kreatif, tidak tepat dan berlebihan. Lain halnya dengan Partai Demokrat. Menurutnya perspesi iklan ini kreatif, cerdas menyampaikan pesan lewat terobosan yang berbeda dan menjaga citra positif SBY. Dikatakan menjaga citra positif karena dalam seluruh iklan SBY (termasuk iklan versi Indomie) tidak pernah menyerang lawan politik lainnya.

Page 11: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kampanye Pilpres dalam Pemilu tahun 2009 menurut UU Nomor 42 Tahun

2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden berlangsung selama kurang dari dua bulan.

Hal itu terhitung sejak tiga hari sejak penetapan calon oleh KPU hingga tiga hari menjelang

hari pemungutan suara atau 8 Juli 2009. Disebutkan dalam undang-undang tersebut bahwa,

tiga hari setelah penetapan peserta pemilu Pilpres, partai politik dapat melaksanaan kampanye

politik dalam bentuk pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, media massa cetak dan

elektronik, penyebaran bahan kampanye dan pemasangan alat peraga di tempat umum.1

Hal ini tentunya akan membuat strategi pemasaran politik yang dilakukan oleh para

pelaku politik seperti partai politik dan calon presiden mengalami perubahan. Perubahan

strategi kampanye itu terlihat dari peninggalan cara konvensional seperti pengerahan massa

secara besar-besaran ke penggunaan strategi “public relations” dan pemanfaatan teknologi

informasi. Di sadari atau tidak pada saat era teknologi informasi sekarang ini media massa

memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mengubah persepsi konstituen terhadap Parpol dan

calon presiden.2

Survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa terekam

kecenderungan yang mengarah pada perubahan peta kekuatan politik. Kekuatan elektoral

partai yang hingga kini diyakini menjadi mesin politik calon presiden, cenderung stagnan

atau menurun. Disebutkan pula bahwa stagnasi, penurunan, dan peningkatan kekuatan

1 Untuk pertemuan terbatas peraturan KPU No 42/2008 menyebutkan, jumlah peserta paling banyak untuk tingkat pusat 1.000 orang, provinsi 500, dan kabupaten /kota 250 orang. Kampanye harus dilakukan dalam ruang tertutup. Untuk pertemuan tahap tatap muka jumlah peserta dibatasi 250 orang. 2 Prof. Drs. Totok Sarsito,SU, MA. Seminar Kekuatan Media Massa Dalam Menyampaikan Iklan Politik. Program Studi Diploma Tiga Komunikasi Terapan FISIP Universitas Sebelas Maret. Surakarta 27 November 2008

Page 12: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

elektoral berbagai partai tersebut terkait erat dengan gejala menguatnya peran media massa

menggantikan fungsi organisasi partai politik dalam menjangkau calon pemilih. LSI

menyebut fenomena ini sebagai “silent revolution” atau revolusi diam-diam, yang sedang

terjadi dalam kompetisi antar partai di Indonesia. Hal ini dicerminkan oleh munculnya

televisi sebagai medium utama penyebaran informasi politik dan sebagai medium persuasi

paling masif. Akibatnya, hanya partai yang mampu mengakses media secara sistematik

tampil lebih kompetitif dibanding partai yang tak mampu mengakses media.3

Media massa menjadi begitu penting, terutama selama periode kampanye pemilihan

umum. Selama periode ini media massa membanjiri khalayak dengan laporan-laporan

kampanye, pidato politik para calon, polling pendapat umum, dan iklan politik. Karena dalam

sistem politik demokrasi biasanya ada jaminan konstitusional untuk kebebasan pers maka

setiap periode kampanye media massa berusaha mempengaruhi khalayak dan menjadi bagian

dari proses pemilihan umum. Karena kecenderungan demikian maka sebagai konsekuensinya

media massa, seperti diungkapkan Craik (1987:65), menjadi kekuatan penentu dalam

pertarungan politik.4

Media massa atau sering diidentikkan dengan pers disebut-sebut sebagai kekuatan

keempat setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuatan yang dimiliki oleh media bisa

digunakan sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan namun di sisi lain juga dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk mengontrol pemerintah. Media massa diyakini punya kekuatan yang

maha dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa bisa

mengarahkan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk atau dicitrakan di masa yang akan

datang. Media massa mampu membimbing dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan

masa datang.5

3 www.lsi.co.id, Oktober 2008 4 Jurnal IPTEK No.1 tahun ke-21, 2001, berjudul Persepsi Pemilih Terhadap Berita Kampanye, LIPI Jakarta. 5 McQuail dalam Nurudin, Media Massa dan Dehumanisasi dalam Komunikasi, Perubahan Sosial dan Dehumanisasi. 2005 hal 59

Page 13: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Strategi pencitraan dan teknologi pencitraan dikemas sedemikian rupa untuk

mempengaruhi persepsi, emosi, perasaan, kesadaran, dan opini public sehingga mereka dapat

digiring ke sebuah preferensi, pilihan dan keputusan politik.6 Citraan-citraan itulah yang

dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum

orang akan dituntun memilih berdasarkan citra.7

Secara konkret proses pencitraan terhadap tokoh akan dituangkan dalam bentuk iklan

politik. Publik pun menemukan hal baru ketika di sela-sela iklan produk komersial muncul

iklan-iklan partai politik. Fenomena parpol beriklan sudah terlihat sejak November 1998,

ketika Gus Dur tampil dalam iklan PKB bertajuk ”Saya mendengar Indonesia menyanyi” di

stasiun televisi TPI dan sejumlah media cetak.8 Kemudian langkah PKB ini diikuti oleh

partai-partai lainnya.

Sementara pada Pemilu 2009 ini terdapat tiga nama pasangan Capres dan Cawapres

yang bersaing dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pasangan Capres Susilo Bambang

Yudhoyono dan Cawapres Budiono, Jusuf Kalla dan Wiranto, Megawati Soekarno Putri dan

Prabowo Subianto.

Ketiga pasangan Capres dan Cawapres ini tidak luput pula menampilkan iklan politik

di televisi. Iklan politik pertama pada Pemilu Capres 2009 muncul adalah milik Jusuf Kalla

dan Wiranto. Pasangan ini tampil pertama kali karena memang telah mencatatkan diri sebagai

pasangan Capres dan Cawapres pertama yang diumumkan ke publik. Setelah itu munculah

iklan politik Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan Megawati dan Prabowo menjadi yang

terakhir. Hal ini dikarenakan pada satu hari menjelang penutupan pendaftaran Capres dan

Cawapres di KPU, pasangan ini baru diperkenalkan kepada publik.

Menurut Baden iklan politik pada intinya lebih ditujukan untuk menggugah aspek

emosional dibandingkan intelektual. Stimulus ekonomi dalam iklan politik pada umumnya 6 Totok Sarsito, Op. Cit 7 Totok Sarsito, Op. Cit 8 Setiyono, Iklan dan Politik, 2008 hal 37

Page 14: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

terbagi menjadi dua, yaitu rasa harap dan rasa takut. Rasa takut akan mendorong seseorang

memilih sosok pemimpin yang mendatangkan stabilitas, sedangkan rasa harap akan

mendorong seseorang memilih sosok pemimpin yang mendatangkan perubahan.9

Dalam iklan politik, stimulus emosi dapat disampaikan secara verbal maupun visual.

Secara verbal, paparan data statistik mengenai angka kemiskinan dan tingkat kematian dapat

memicu perasaan cemas audiens. Secara visual, adegan lingkungan yang nyaman dan

makmur dapat memacu rasa harap. Kombinasi antara stimulasi visual dan verbal yang

difokuskan ke sebuah ranah emosi tertentu di sebuah iklan politik akan meninggalkan kesan

yang kuat dalam ingatan audiens. Sebab, secara psikologis kesan-kesan emosional cenderung

disimpan di dalam memori jangka panjang.10

Oleh sebab itu tidak jarang iklan politik di Indonesia hanya menampilkan stimulus-

stimulus emosi dan bukan program-program konkret. Padahal beriklan dalam media massa

tidaklah sedikit nominal rupiah yang dikeluarkan. Angka-angka dana kampanye berhamburan

di media massa dengan nilai yang simpang siur. Majalah Cakram edisi April 200411

misalnya, menyebutkan bahwa PDI mempunyai alokasi paling besar, sekitar Rp 150 milyar.

Kemudian diikuti Partai Golkar Rp 30 milyar, PAN 20 milyar, PKPB Rp 20 milyar, PPP Rp

10 milyar, PKB Rp 10 milyar, dan PKS Rp 10 milyar. Setelah itu baru diikuti Partai

Demokrat, PBB, PDS dan PBR. Sebagai gambaran, ongkos iklan kampanye di media cetak

saja sebesar Rp 200 juta sekali terbit.

Dewan Pers memperkirakan,12 untuk Pemilu 2009 pendapatan iklan kampanye

pemilihan presiden yang diterima media massa nasional, hingga minggu ketiga Juni 2009,

sudah mencapai Rp 3 triliun. “Hitungan kasar omzet iklan sudah mencapai Rp 3 triliun

merupakan penerimaan media elektronik seperti televisi dan media cetak nasional,” kata

9 Sarsito Opcit 10 Ibid. 11 Setiyono, Opcit hal 97 12 KOMPAS, Wuih…Nilai Iklan Kampanye Pilpres Rp 3 Trilyun,edisi 29 juni 2009

Page 15: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara. Diperkirakan 70 persennya mengucur ke media

televisi. Televisi menjadi pilihan utama karena luas cakupan dan kecepatan penyampaiannya,

sehingga menjadi wahana kampanye yang efektif.13

Iklan politik tidak beda promosi produk. Keduanya berusaha menjual sesuatu kepada

sasaran konsumen tertentu. Memang iklan politik lebih rumit daripada, iklan sabun atau obat

nyamuk. Jika berhasil, iklan politik bisa meraih sejumlah target, seperti meningkatkan

popularitas calon, meyakinkan pemilih yang masih bingung, meraih dukungan, menyerang

pesaing dan penentang, menjelaskan visi dan misi, dan menjaga citra sang calon.14

Para ahli masih berbeda pendapat mengenai efektivitas iklan politik di televisi guna

memenangkan pemilu dan meraih suara sebanyak mungkin. Roderick Hart, profesor ilmu

politik Universitas Texas mengatakan, tidak ada kajian dan penelitian cukup yang bisa

memastikan apakah iklan politik bisa menggalang suara bagi para calon presiden.15

Ditambahkan, ada semacam kepercayaan di masyarakat, betapa pun kuatnya pengaruh

iklan politik di media massa, efektivitas iklan politik belum terjamin seperti halnya iklan

sabun atau produk lainnya. Berdasarkan penelitian, iklan politik hanya bermanfaat untuk

menambah kepopuleran, bukan meningkatkan elektabilitas.16

Padahal banyak kajian menunjukkan swing voters, pemilih berpindah dukungan

karena dipengaruhi iklan politik, kampanye, penampilan kandidat, atau program partai,

persentasenya sangat kecil. Di Amerika Serikat, jumlah swing voters hanya 15 persen dari

total pemilih. Indonesia sekitar 23 persen. Mereka inilah yang sebetulnya jadi sasaran utama

iklan politik karena sebetulnya sebagian besar pemilih sudah memiliki party identification.

Pemilih tipe ini loyal pada partainya serta tidak akan terpengaruh oleh kampanye atau iklan

13 KOMPAS, Opcit hal 94 14 KOMPAS, Senin 15 Maret 2004, Iklan Politik Di Televisi, 15 Ibid 16 Ibid

Page 16: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

politik.17

Dilihat dari perspektif positif, iklan politik mempunyai manfaat. Jika penayangan

iklan disertai dengan gagasan, memperhatikan etika, dan menghindari hal-hal yang

menimbulkan keresahan dan permusuhan, media ini merupakan salah satu altenatif

komunikasi politik yang baik. Advertensi politik juga dinilai sebagai sarana yang efektif dan

aman bagi masyarakat di bandingkan dengan pengerahan massa.18

Pasangan Capres dan Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono juga ikut

beriklan dalam pemilu 2009 ini. KOMPAS mencatat,19 tim sukses SBY Boediono membuat

14 versi iklan yang ditayangkan di televisi dalam pemilu 2009 ini.

Digarap oleh FOX INDONESIA sebagai biro iklannya, iklan-iklan politik SBY

Boediono cenderung menonjolkan program-program keberhasilan presiden SBY selama

menjabat. Program-program seperti : pemberantasan korupsi, bantuan langsung tunai,

penurunan harga BBM, pemberian kredit usaha rakyat (KUR) menjadi tema utama hampir

pada setiap iklan-iklannya. Setelah itu menjadi ciri khas diakhir semua iklannya yang

ditayangkan ditutup dengan kata LANJUTKAN.

Salah satu yang menarik untuk diamati adalah iklan versi INDOMIE. Disini iklan

politik dikemas dengan menggunakan jinggle mie instant merk Indomie yang dinyanyikan

oleh juara kontes idol, Mike. Iklan politik berdurasi 60 detik ini banyak menuai kritik.

Pakar komunikasi UI, Effendy Ghazali mengatakan, iklan itu sama sekali tidak ada

bobotnya dan tidak orisinal. Dicontohkannya, dengan mengambil jingle Indomie, iklan itu

menjadi tidak menarik. Tidak itu saja, substansi yang terkandung dalam iklan tersebut tidak

jelas. ''Iklan itu terkesan seperti sedang berjualan produk tertentu.” Jelasnya.20

Sementara menurut pengamat iklan politik Ahmad Danial, SBY sepertinya akan sulit

17 Ibid 18 Ibid 19 KOMPAS, 2 Juli 2009, Perang Iklan Politik Episode Akhir 20 KOMPAS, 17 Juni 2009, Iklan SBY-Boediono Tak Menarik

Page 17: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

mengeruk untung dari iklan politik tersebut. "Figur SBY tidak sesuai dengan iklan tersebut.

Apalagi meniru iklan jingle produk tertentu." Menurut dia, persepsi masyarakat Indonesia

tentang mie instan sulit diwakili oleh figur pasangan SBY-Boediono yang sama-sama berasal

dari Jawa Timur. "Mie instan itu kan tidak hanya didominasi masyarakat tertentu, semua

masyarakat menikmati mie," paparnya.21

Plesetan jingle iklan mie instan menjadi iklan politik SBY sepertinya jadi langkah

pragmatis tim sukses SBY untuk mendongkrak popularitas SBY. Siapa tahu dengan tampil

dalam iklan mie instan, SBY akan menjadi pilihan para penikmat mie instan.22

Sedangkan menurut Ketua DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng, Mie instan

harus diakui telah melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Maka tak

aneh, jika iklan mie instan itu dinilai cukup efektif untuk mendongkrak popularitas SBY

dengan sedikit plesetan. Andi mengakui, faktor kedekatan dan kelekatan image Indomie di

benak masyarakat itulah yang jadi pertimbangan utama tim kampanye SBY mengadopsi

jingle itu. Upaya tim sukses SBY menyamakan aransemen jingle iklan politik dengan

iklan mie instan itu diyakini memiliki banyak keuntungan. Setidaknya, publik cukup mudah

mengingat iklan politik SBY.23

Dengan tingkat kebergantungan masyarakat Indonesia terhadap televisi begitu tinggi,

penelitian mengenai televisi dalam kaitannya dengan iklan politik dalam pemilu 2009

menjadi menarik dan penting. Penelitian ini mengambil titik fokus pada persoalan bagaimana

Persepsi Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surakarta menafsirkan Iklan Politik Pasangan Calon

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Calon Wakil Presiden Boediono Versi Indomie

Pada Pemilu 2009 di Televisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan

ilmiah yang bersifat awal yang dapat dikonfirmasi atau diintegrasikan ke dalam penelitian 21 www.inilah.com, Siapa Mau Mie Instant ‘Rasa’ SBY? 22 Ibid 23 ibid

Page 18: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

lain demi kesimpulan kesimpulan yang lebih valid.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana persepsi Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Kotamadya Surakarta Terhadap Iklan Politik Pasangan

Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Calon Wakil Presiden Boediono Versi

Indomie Pada Pemilu 2009 di Televisi?

C. Tujuan Penelitian

Page 19: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Untuk mengetahui bagaimana Persepsi Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat, Partai

Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kotamadya Surakarta Terhadap Iklan

Politik Pasangan Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Calon Wakil Presiden

Boediono Versi Indomie Pada Pemilu 2009 di Televisi.

D. Manfaat Penelitian

1. Tercapainya tujuan penelitian diatas akan memberikan penjelasan tambahan

mengenai fenomena iklan politik dan pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat.

2. Penelitian ini akan memperkaya kajian ilmu komunikasi dalam tataran studi

khalayak.

E. Kajian pustaka

1. Komunikasi Politik

Komunikasi politik telah dikenal sejak Cicero dan Aristoteles. Sebagai suatu bidang

kajian ilmiah, komunikasi politik melintasi berbagai disiplin dan dibesarkan secara lintas

disiplin.24

Ilmuwan komunikasi A. Muis25 menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik

menunjuk kepada pesan sebagai objek formalnya, sehingga titik berat konsepnya terletak

pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada hakekatnya komunikasi politik mengandung

informasi atau pesan tentang politik.

24 Anwar Arifin, Komunikasi Politik dan Pers Pancasila, 1992 hal 8 25 ibid hal 9

Page 20: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Selain itu, Astrid26 mengartikan komunikasi politik sebagai suatu komunikasi yang

diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang

dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu

sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik. Dengan demikian melalui

kegiatan komunikasi politik terjadi pengkaitan masyarakat sosial dengan lingkup negara,

sehingga komunikasi politik merupakan sarana untuk pendidikan politik atau kesadaran

warga dalam hubungan kenegaraan.

Menurut Nimmo27 banyak aspek kehidupan politik dapat dilukiskan sebagai

komunikasi, dan bahkan komunikasi meliputi politik. Hal ini didasarkan pada pandangan

Mark Roelofs28 yang memandang politik sebagai pembicaraan.

Berdasarkan pandangan di atas jelas bahwa komunikasi dan politik saling melintasi,

dan bahkan saling mencakupi, dan keduanya telah menyatu menjadi kajian komunikasi

politik dan masing-masing memiliki banyak definisi, maka juga komunikasi politik memiliki

banyak rumusan dengan ruang lingkup yang beragam.29

Dengan memandang inti komunikasi sebagai proses interaksi sosial dan inti politik

sebagai konflik sosial. Nimmo30 merumuskan komunikasi politik sebagai kegiatan yang

bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku dalam

kondisi konflik. Nimmo menggunakan formula Lasswell dalam menjelaskan luas lingkup

komunikasi politik, yaitu komunikator politik, pesan-pesan politik, media komunikasi politik,

khalayak politik dan efek politik. Berdasarkan ruang lingkup itu, terlihat bahwa surat kabar

dan saluran massa lainnya tercakup dalam kajian media komunikasi politik.

2. Iklan Politik

26 ibid hal.9 27 Dan Nimmo, Komunikasi Politik; Komunikator, Pesan dan Media , 2005 hal 9 28 ibid.hal 8. 29 ibid. hal.10. 30 Nimmo, op. cit.

Page 21: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Dalam marketing politik, gagasan mengenai image politik sangat penting. Marketing

politik adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan image politik di benak masyarakat

dan meyakinkan publik mengenainya. Pada akhirnya semua hal yang dilakukan partai politik

adalah mendefinisi dan mendefinisi ulang image yang telah ada.31

Menurut Adman Nursal dalam bukunya Political Marketing, pada dasarnya political

marketing adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga taktis, berdimensi jangka

panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.

Tujuannya untuk membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi dan

perilaku pemilih.32

Promosi dalam bentuk iklan hanya merupakan satu subbagian dari strategi pemasaran

politik. Pergulatan orang-orang periklanan hanyalah satu bagian dari beberapa mata rantai

bauran pemasaran (marketing mix), yang lazim disingkat 4P (product, price, promotion dan

place). Jika memakai bauran pemasaran, product berarti partai, manusianya (misalnya ketua

umum), dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan kepada konstituen. Price bisa

dilihat sebagai suatu harga untuk para pendukungnya misalnya iuran bulanan bagi pengurus

maupun kader, bisa juga atribut dan menchandising dari partai tersebut. Selanjutnya adalah

promotion atau suatu upaya periklanan, kehumasan, dan promosi untuk sebuah partai yang

di-mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Place merupakan tempat

konstituen dapat menemukan berbagai hal dari partai tersebut.33

Tentu saja konsep pemasaran yang lazim diterapkan untuk produk komersial tidak

bisa diterapkan begitu saja untuk kepentingan politik. Konsep political marketing

memerlukan pendekatan yang khas karena produk politik sangat berbeda dari produk

komersial, baik ditinjau dari karakteristik produk maupun karakter konsumen.34

31 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, 2007, hal 232 32 Setiyono, iklan dan politik, menjaring suara dalam penelitian umum, 2008, hal 18 33 ibid. 34 ibid.

Page 22: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan, iklan tidak akan

berwujud. Pesan yang disampaikan dalam iklan dapat berbentuk perpaduan antara pesan

verbal dan non verbal. Di dalam pesan verbal ia merupakan kata-kata yang tersusun dari

huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sementara semua pesan yang

bukan pesan verbal adalah pesan non verbal. Sepanjang bentuk non verbal tersebut

mengandung arti, maka dapat disebut pesan komunikasi.35

Sementara itu iklan politik berfungsi menyampaikan pesan verbal dan visual yang

sudah disusun secara persuasif dan komunikatif kepada khalayak. Dalam iklan pesan verbal

dan visual agak riskan untuk dipisahkan. Bila memposisikan sebagai audience, iklan harus

punya pesan verbal dan non verbal yang kredibel. Janjinya masuk akal, visinya jelas,

gambarnya menyentuh dan membuat nyaman calon pemilih.36

Menurut Dan Nimmo37, periklanan politik ditujukan kepada setiap individu yang

anonim. Hubungan antar individu dan calon pembeli adalah hubungan langsung, dalam arti,

tidak ada organisasi dan kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok

pembeli itu kepada penjual. Karakteristik periklanan politik beroperasi sebagai komunikasi

satu kepada banyak terhadap individu-individu di dalam suatu massa yang heterogen dan

bukan sebagai anggota yang agak homogen. Periklanan bekerja dengan cara yang berbeda.

Pertama, sasarannya bukan individu di dalam suatu kelompok melainkan individu yang

independen, terpisah dari kelompoknya. Kedua, tujuannya bukan untuk mengidentifikasi

individu dengan kelompoknya, melainkan untuk menarik perhatian agar orang itu bertindak

dan memiliki pilihan tersendiri yang berbeda dengan orang lain.

Menurut Linda Lee Kaid38, iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang

sumber (biasanya kandidat atau partai politik) membeli atau memanfaatkan kesempatan

35 Rendra widyatama, Pengantar Periklanan, hal 17 36 Sumbo Tinarbuko, iklan politik dalam realitas media, hal 81 37 Nimmo, Op. Cit. 38 Sarsito, Op. Cit.

Page 23: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

melalui media massa yang meng-exposure pesan-pesan politik dengan sengaja untuk

mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku politik masyarakat (audience). Berdasarkan

definisi tersebut, maka karakteristik iklan politik meliputi dua hal yaitu, kontrol pesan dan

penggunaan saluran komunikasi massa untuk mendistribusikan pesan.

Iklan politik saat ini menjadi upaya penting dari masing-masing kandidat presiden

untuk mengkomunikasikan pesan mereka terhadap pemilih. Dan, iklan politik juga

bermaksud untuk mendorong publik merasa lebih mantap unutk menjatuhkan pilihan

pertamanya.39

Menurut kaid dan Holtz Bacha (1995) mendefinisikan iklan politik televisi sebagai

moving image programming that is designed to promote the interest of given party or

individual. Untuk menekankan soal kontrol pesan politik tadi, mereka memperluas definisi

itu dengan menyodorkan definisi : any controlled message communicated through any

channel designed to promote the political interest of individuals, parties, groups,

government, or other organization. Definisi terakhir ini tidak saja menitikberatkan pada

aspek kontrol dan promosional dari iklan politik saja, tetapi juga membuka peluang

memasukan perbedaan iklan politik dari sisi format dan saluran penyampaian pesan politik.40

Sementara menurut sumbo tinarbuko, iklan politik adalah iklan yang meanwarkan

sesuatu berkaitan dengan politik. Iklan politik merupakan salah satu cara menyampaikan

pesan tentang individu, partai politik, dam visi misi yang dimiliki individu atau partai

politik.41

Sementara Baden42 mengungkapkan:

1. Iklan politik pada intinya lebih ditujukan untuk menggugah aspek emosional

dibanding intelektual.

39 Jane Levin, The Phenomenon Of Political Advertising 40 Akhmad Danial, Iklan Politik TV, 2009, hal 94 41 Sumbo tinarbuko, Iklan Politik Dalam Realitas Media, 2009 hal 58 42 Sarsito, Op. Cit.

Page 24: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

2. Stimulus emosi iklan politik pada umumnya terbagi dua, yaitu rasa takut dan harap.

3. Rasa takut akan mendorong seseorang memilih sosok pemimpin yang mendatangkan

stabilitas, sedangkan rasa harap akan mendorong seseorang memilih sosok pemimpin

yang mendatangkan perubahan.

Menurut Garin Nugroho43, iklan politik seharusnya mengandung dua unsur: 1)

memberikan pendidikan politik dan, 2) melahirkan partisipasi politik masyarakat sehingga

implikasinya bisa melahirkan tindakan sosial. Selanjutnya Garin berpendapat bahwa iklan

politik berbeda dengan iklan komersial. Iklan politik adalah kemampuan mengajak partisipasi

dengan mengemas kenegarawanan dalam berbagai perspektif metode komunikasi. Ia

mengandung unsur ketulusan. Sementara iklan komersial adalah keterampilan mengelola

pameran perhatian untuk masyarakat menjadi pembeli.

Pesan iklan kampanye tampil dalam berbagai bentuk. Positif (memuji kebaikan

kandidat), negative (mengkritik yang lain), atau kontras (gabungan dari keduanya). Iklan bisa

berdasarkan isu atau pertanyaan mengenai karakter (atau berbagai kobinasi), mereka bisa

riang, humor, atau sangat serius; mereka bisa mengajak agar takut atau bangga; mereka bisa

menggunakan haknya di masa lampau atau menatap ke depan.44

Televisi dianggap lebih tepat sasaran karena daya jangkaunya luas dan mudah masuk

dalam ingatan bawah sadar konstituen. Pengelolaan kesan lewat televisi -- baik melalui

berita, acara khusus atau iklan -- sangatlah penting karena televisi dapat melipatgandakan

pengaruh impression management. Pemasangan iklan di sejumlah stasiun swasta juga

berdasarkan pengalaman Pemilu di negara-negara maju.45 Sumartono46 (2002: 6)

menyebutkan tiga kekuatan televisi, yaitu:

1. Efisiensi biaya. Banyak pengiklan memandang televisi sebagai media paling

43 Setiyono, Op. Cit 44 Paul freedman, Thirty Second Democracy: Campaign Advertising And American Elections 45 Setiyono, Op. Cit. 46 Sumartono, Terperangkap Dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi, 2002 hal 6

Page 25: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya. Salah satu

keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat

luas. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau

setiap kepala.

2. Dampak yang kuat. Keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan

dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua

indra: penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan

kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan,

kecantikan, suara, warna, drama, dan humor.

3. Pengaruh yang kuat. Televisi mempunyai pengaruh yang kuat untuk

mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan calon pembeli lebih

percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada

yang tidak sama sekali. Ini adalah cerminan bonafiditas pengiklan.

Tiga kekuatan tersebut menjadikan televisi sebagai prioritas bagi partai politik untuk

mengiklankan dirinya. Selain itu, televisi dianggap efektif menanamkan persepsi sang tokoh

parpol kepada masyarakat.47

Iklan politik, khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam

political marketing. Riset Falkow dan Cwalian dan Kaid48 menunjukkan, iklan politik

berguna untuk beberapa hal:

1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat.

2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidakpastian memilih karena

mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.

3. Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.

47 Setiyono, Op. Cit. 48 ibid

Page 26: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

4. Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu.

5. Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu tertentu.

6. Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap

kandidat dan even-even politik.

Meski iklan hanya satu bauran dalam mata rantai pemasaran, tapi terbukti iklan lebih

sedap dipandang dan lebih sering ditonton ketimbang acara debat, berita dan sejenisnya.

Bahkan jika melihat hasil survei LP3ES, iklan televisi dianggap sebagai jenis kampanye

paling efektif.49

Seperti halnya iklan komersial, persepsi khalayak menjadi parameter atas benar-salah

atau baik-buruk suatu iklan politik. Suatu iklan dianggap melanggar etika manakala persepsi

yang ditimbulkannya tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut khalayak tersebut. Indonesia

juga dapat menggunakan rujukan baku yang ada, karena di seluruh dunia menerapkan

prinsip-prinsip etika yang berlaku secara universal. Prinsip-prinsip itu adalah50 :

1. Iklan harus jujur, bertanggungjawab dan tidak bertentangan dengan hukum.

2. Tidak menyinggung perasaan dan merendahkan martabat negara, agama, susila, adat,

budaya, suku dan golongan.

3. Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.

Pesan-pesan periklanan politik adalah sama dengan pesan-pesan produk komersial. Ia

harus sesuai dengan kebutuhan khalayak sasarannya. Ia juga meyakinkan stakeholders,

membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Namun yang lebih penting dari itu

adalah bahwa pesan-pesan periklanan harus dibangun atas dasar kebenaran.

3. Persepsi

49 ibid. 50 ibid.

Page 27: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Soeryono Soekanto memberikan penjelasan bahwa arti penting dari komunikasi adalah

ketika seseorang membertikan tafsir pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,

gerak-gerik badaniyah, atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang

tersebut.51

Definisi-definisi tentang persepsi menekankan pada penafsiran, interpretasi, pemaknaan

terhadap sensasi, stimuli atau pesan. Definisi yang diungkapkan John R. Wernburg dan

Wiliam W. Wilmot misalnya, persepsi adalah cara organisme memberi makna.52 Rudolf F

Verderberg, persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi.53 Sedangkan J Cohen,

persepsi didefinisaikan sebagai intepretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek

eksternal.54 Dalam bukunya Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat mendefinisikan

persepsi adalah pengalaman obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.55

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson dalam bukunya An Introduction To Human

Comunication: Understanding and Sharing menjelaskan, awalanya persepsi dianggap

sebagai perekam rangsangan, yang sederhana seperti video recorder. Namun kemudian

persepsi dianggap sebagai proses aktif. Disini manusia aktif dalam proses persepsi, dimana

pikiran kita mampu memilih, mengorganisasikan dan memaknai apa-apa yang kita inderai.56

Dari definisi diatas jelas bahwa persepsi merupakan proses penafsiran terhadap pesan.

Dengan demikian persepsi terjadi setelah ada komunikasi. Atau dengan kata lain komunikasi

mempengaruhi persepsi. Ada faktor-faktor lain –mendahului atau berbarengan dengan proses

komunikasi- yang juga mempengaruhi persepsi.

51 Soeryono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1974, hal. 176 52 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2003, hal. 167 53 ibid 54 ibid 55 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 2001, hal 51 56 Judy C. Pearson, Paul E. Nelson, An Introduction to Human Communication: Understanding and Sharing, 2000, hal 26

Page 28: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Faktor lain yang mempengaruhi persepsi yaitu: people’s past experiences and roles,

dan cultures and co-cultures.57 People’s past experience and roles (pengalaman masa lalu

dan peranan). Setiap orang memiliki pengalaman, baik yang menyenangkan atau sebaliknya.

Pengalaman seseorang akan mempengaruhi cara dia memaknai kondisi yang sedang terjadi

dan yang akan datang. Seorang tentara yang pada hari pertama bertugas sudah dimarahi

komandan, akan membuatnya lebih berhati-hati saat bertemu komandan tersebut pada hari

berikutnya. Anak-anak yang hidup dalam masa kecil di daerah konflik yang penuh dengan

keterbatasan, kekerasan, dan ketidakadilan. Maka apabila mereka ditanya cita-cita,

kebanyakan dari anak laki-laki akan menjadi tentara sedangkan anak perempuan akan

menjadi perawat.

Role is the part an individual plays in a group; an individual’s functions or expeted

behaviour.58 Roles atau peranan sangat erat hubungannya dengan status atau kedudukan.

Roles, sebagai aspek dari status, bersifat dinamis. Artinya orang lain akan selalu

mengharapkan peranan atau fungsi yang biasa kita berikan, apa pun status kita. Soeryono

Soekanto59 mengutip Levinson, mengatakan peranan paling sedikit mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilakuan individu yang penting bagi

struktur sosial.

Status dan peranan seseorang akan mempengaruhi konteks berkomunikasi: kepada siapa

berbicara, bagaimana berbicara, bahasa yang digunakan, posisi tubuh dan sebagainya.

Seorang mahasiswa yang memiliki dosen orang tuanya sendiri, maka berkomunikasi di 57 ibid. 58 ibid. hal. 29. 59 Soekanto, Op. Cit. hal. 131

Page 29: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

rumah dengan di kampus akan berbeda. Demikian juga seorang yang menjadi dosen, pejabat,

tokoh masyarakat akan menanggapi suatu kejadian dengan mempertimbangkan statusnya.

Cultures and co-cultures (kultur dan subkultur). Culture dapat diartikan as a system of

shared beliefs, values, customs, behaviours, and artifacts, that the members of society use to

cope with one another and with their world.60 Sedangkan co- culture is a whose beliefs or

behaviour groupdistinguish it from the larger culture of which it is a part and with which it

shared numerous similarities.61 Untuk semakin jelas membedakan kultur dan sub kultur, kita

ambil saja contoh kultur bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai kultur dapat dibuktikan

dengan adanya bahasa, pandangan hidup dan sebagainya. Sementara di dalamnya terdapat

berbagai sub kultur seperti jawa, sunda, aceh, batak, dan sebagainya yang memiliki

karakteristik sendiri (bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian dan lain-lain). Meskipun

bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa namun apabila diteliti, mempunyai dasar-

dasar yang sama. Persamaan itu yang menjadi kultur bangsa Indonesia.62

Perbedaan kultur dan sub kultur akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Berciuman

dengan teman lawan jenis ketika bertemu, dianggap biasa bagi orang-orang barat tapi sangat

tabu dan hina bagi orang indonesia. Kata cokot bagi orang jawa bermakna gigit sedangkan

bagi orang sunda bermakna ambil. Tersenyum sampai terlihat giginya barangkali

melambangkan keakraban, tapi bagi orang papua pedalaman menunjukan gigi berarti

menantang.

Nilai-nilai yang ada dalam kultur dan subkultur mengarahkan, memberi batasan

anggotanya, dan mengontrol setiap individu yang menjadi anggotanya. Misalnya nilai agama

tentang halal dan haram akan dijadikan rujukan pemeluknya dalam mempersepsi sekaligus

menentukan pilihan makanan dan pekerjaan. Nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh

60 Pearson, Op. Cit. hal 29 61 Ibid. hal 30. 62 Soekanto, Op. Cit. hal 41

Page 30: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

masyarakat Jepang, menuntun mereka agar bermusyawarah dalam setiap mengambil

keputusan.

Namun nilai-nilai yang mempengaruhi individu tidak hanya berdasar dari kultur dan

subkultur. Organisasi atau kelompok social yang kita ikuti, nilai-nilainya juga mempengaruhi

kita. Perangkat aturan yang diterapkan baik tertulis maupun tidak akan menuntun persepsi,

sikap dan perilaku kita. Seperti dalam masyarakat, dalam organisasi ada proses kaderisasi

dimana nilai-nilai dalam organisasi disosialisasikan kepada setiap anggotanya. Organisasi

atau kelompok sosial tersebut antara lain lembaga pendidikan, lembaga profesi, partai

politik, kelompok agama, komunitas etnik, dan komunitas lainnya.

Theodore Newcomb menyebut kelompok-kelompok tersebut sebagai reference group

(kelompok rujukan) yaitu merupakan kelompok yang digunakan sebagai alat ukur untuk

menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.63

Jalaludin Rakhmat menyebut faktor lain yang mempengaruhi persepsi, yaitu: faktor

perhatian, faktor fungsional, dan faktor struktural.64 Perhatian adalah proses mental ketika

stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya

melemah. Perhatian dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang

mempengaruhi perhatian, yaitu: faktor sosiopsikologis, motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan,

dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan,

dan perulangan.

Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi seperti: kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal. Faktor-faktor fungsional yang

mempengaruhi persepsi lazim juga disebut sebagai kerangka rujukan. Uang Rp. 100.000,-

dinilai sedikit bagi orang yang berpenghasilan jutaan rupiah. Tapi uang yang sama dihargai

jauh lebih besar oleh tukang becak atau buruh pabrik. Sedangkan Faktor struktural berasal

63 ibid. hal. 145-146 64 Rakhmat, Op. Cit. hal. 51-62.

Page 31: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

dari sifat-sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf

individu.

4. Iklan dan Pencitraan Politik

Di masa lampau bahkan hingga saat ini pun, politik selalu mendapatkan cap buruk.

Bisa dimengerti, karena memang begitu banyak keburukan yang terjadi dalam politik dan

partai politik. Kesan buruk mengenai politik dan partai politik inilah yang harus diubah.

Masalahnya menjadi semakin mendesak bagi partai politik seiring dengan semakin

meningkatnya persaingan. Masing-masing partai politik akan berusaha sekuat tenaga untuk

menciptakan pencitraan yang positif di kalangan pemilih.65

Ketika semua partai politik melakukan hal yang sama, yaitu membeberkan rancangan

program kerja mereka, maka partai politik membutuhkan citra (image) untuk membedakan

satu partai politik dengan partai politik lainnya. Firmanzah66 merangkum pendapat-pendapat

pakar mengenai definisi image politik. Gioia dan Thomas mengatakan bahwa image terkait

erat dengan identitas. Sementara itu menurut Dutton et al., image biasanya diartikan sebagai

cara anggota organisasi dalam melihat kesan dan citra yang berada di benak orang.

Sedangkan menurut Peteraf dan Shanley, image bukan sekedar masalah persepsi atau

identifikasi saja, tetapi juga memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap

kelompok atau grup. Pelekatan ini dapat dilakukan secara rasional maupun emosional.

Kemudian menurut Harrop, image politik dapat mencerminkan tingkat kepercayaan dan

kompetensi tertentu partai politik.

Citra (Image) politik didefinisikan sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi

masyarakat (publik) akan suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait

dengan aktivitas politik. Image politik tidak selalu mencerminkan realitas objektif. Suatu

65 Firmanzah, Op. Cit. hal 229 66 ibid. hal. 230

Page 32: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

image politik juga dapat mencerminkan hal yang tidak real atau imajinasi yang terkadang

bisa berbeda dengan kenyataan fisik.67

Citra (image) dan realitas menjadi dua kutub yang terus tarik menarik. Citra (image)

telah berubah menjadi sebuah mesin politik yang bergerak kian cepat. Strategi pencitraan dan

teknologi pencitraan atau imagologi dikemas sedemikian rupa untuk mempengaruhi persepsi,

emosi, perasaan, kesadaran dan opini publik sehingga mereka dapat digiring ke sebuah

preferensi, pilihan dan keputusan politik tertentu.68 Image politik dapat diciptakan, dibangun

atau diperkuat. Image politik dapat melemah, meluntur dan hilang dalam sistem kognitif

masyarakat. Image politik yang bagus dari suatu partai politik akan memberikan efek yang

positif terhadap pemilih guna memberikan suaranya dalam pemilihan umum.69

Image partai politik sangat sulit ditiru karena sangat sulit pula membangunnya.

Terdapat beberapa hal yang terkait dalam strategi pembangunan image politik.70 Pertama,

untuk membangun image dibutuhkan waktu relatif lama. Kedua, membangun image

dibutuhkan konsistensi dari semua hal yang dilakukan partai politik bersangkutan, seperti

platform partai, program kerja, reputasi pemimpin partai latar belakang partai dan retorika

partai. Ketiga, image politik adalah kesan dan persepsi publik terhadap apa saja yang

dilakukan partai politik. Keempat, image politik terdapat dalam kesadaran publik yang

berasal dari memori kolektif masyarakat.

Membangun image politik dan sampai di masyarakat sesuai dengan apa yang

diharapkan suatu partai politik bukanlah hal yang mudah dan dapat cepat dicapai. Untuk itu,

ada hal yang harus dilakukan terus menerus oleh partai politik, yaitu komunikasi politik.71

Salah satu bentuk komunikasi politik adalah iklan politik di media massa. Menurut

Baden iklan politik pada intinya lebih ditujukan untuk menggugah aspek emosional

67 Ibid, hal. 230-231 68 Sarsito, Op. Cit. 69 Firmanzah, Op. Cit, hal 231 70 ibid. hal 232 71 Ibid. hal. 232-233

Page 33: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

dibandingkan intelektual. Stimulus ekonomi dalam iklan politik pada umumnya terbagi

menjadi dua, yaitu rasa harap dan rasa takut. Rasa takut akan mendorong seseorang memilih

sosok pemimpin yang mendatangkan stabilitas, sedangkan rasa harap akan mendorong

seseorang memilih sosok pemimpin yang mendatangkan perubahan.72

Menurut Harold Mendelson ada 2 pertanyaan yang harus dijawab oleh pengiklan

politik dalam merumuskan kampanyenya

1. Apa yang memotivasi khalayak.

2. Apa karakteristik kepribadian dan sosial khalayak.

Hal yang memotivasi khalayak bisa berupa kebutuhan, harapan, cita-cita, dan

sebagainya. Sementara karakteristik sosial khalayak dipengaruhi oleh demografi. Artinya

pada pola komunikasi mereka dipengaruhi oleh, misalnya: kebiasaan menonton televisi, usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lain-lain.73

Dalam iklan politik, stimulus emosi dapat disampingkan secara verbal maupun visual.

Secara verbal, paparan data statistik mengenai angka kemiskinan dan tingkat kematian dapat

memicu perasaan cemas audiens. Secara visual, adegan lingkungan yang nyaman dan

makmur dapat memacu rasa harap. Kombinasi antara stimulasi visual dan verbal yang

difokuskan ke sebuah ranah emosi tertentu di sebuah iklan politik akan meninggalkan kesan

yang kuat dalam ingatan audiens. Sebab, secara psikologis kesan-kesan emosional cenderung

disimpan di dalam memori jangka panjang.74 Oleh sebab itu tidak jarang iklan politik di

Indonesia hanya menampilkan stimulus-stimulus emosi dan bukan program-program konkret.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

72 Sarsito, Op. Cit. 73 Dan Nimmo, Op. Cit. 74 Ibid.

Page 34: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

penelitian ini menggunakan rancangan pengambilan sampel dengan purposive

sampling, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap (berdasarkan penilaian

tertentu) mewakili statistik, dan tingkat signifikasi. Peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang memaparkan situasi atau

peristiwa. Metode deskriptif ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji

hipotesis, atau memberi prediksi. Tujuan utama penelitian diskriptif adalah menggambarkan

sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.75 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kualitatif. Sehingga penjelasan mengenai persepsi dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya diarahkan pada analisa kualitatif. Dengan demikian sifat penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Dewan Pimpinan Cabang

Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kotamadya

Surakarta. Penulis mendasarkan pada beberapa hal sehingga memilih sebagai lokasi

penelitian.

a. Mesin politik. Ketiga partai tersebut merupakan mesin politik utama dari tiga calon

presiden yang bertarung dalam pemilu presiden dan wapres tahun 2009. Di Kota

Surakarta, ketiga partai ini juga mempunyai massa yang cukup banyak.

b. Kedekatan. Secara geografis, peneliti memiliki kedekatan dengan lokasi penelitian

karena peneliti tinggal di wilayah Kota Surakarta. Sehingga memungkinkan bagi

peneliti lebih memahami kondisi Kota Surakarta. Dengan demikian diharapkan

hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam realita yang terjadi di

75 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Terjemahan Alimudin Tuwu, Jakarta, 1993, halaman 71

Page 35: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

kota tersebut. Secara teknis, faktor kedekatan geografis ini juga memudahkan

peneliti dalam mengumpulkan data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan fase sangat penting dalam suatu penelitian. Karena

dengan kata-kata itulah peneliti bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang

diajukannya, tentunya melalui proses analisis data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti antara lain:

a. Wawancara: peneliti mengadakan kegiatan tanya jawab secara langsung dan

mendalam dengan pihak-pihak yang terkait, yaitu: pihak pengurus DPC partai.

b. Studi pustaka: pengumpulan data dan teori dengan menggunakan berbagai

macam buku, majalah, internet serta informasi lainnya.

4. Teknis Analisa Data

Analisa dilakukan pada saat data pengumpulan data berlangsung dan setelah

pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles dan Huberman (1984),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara intensif dan

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Komponen utama proses analisa menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo: 9)

terdiri dari tiga unsur, yaitu:

a. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari

fieldnote. Proses ini berlangsung sepanjang penelitian.

b. Sajian data

Suatu rakitan organisasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan

penelitian dapat dilakukan. Sajian data mengacu pada rumusan masalah yang telah

dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan

Page 36: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap

permasalahan yang ada.

c. Penarikan simpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencatat berbagai pola, pernyataan,

konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi.

Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai ada waktu proses pengumpulan data berakhir.

Simpulan kemudian di verifikasi agar dapat dipertanggungjawabkan dengan melakukan

diskusi dengan informan.

5. Teknik Validitas data

Untuk mengetahui keabsahan data, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dengan

sumber dimana dalam menganalisis data peneliti membandingkan dan mengecek ulang

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian ini. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti rakyat biassa, orang berpendidikan menengah atau tinggi,

orang berada dan orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Page 37: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

BAB II

DESKRIPSI KOTA SURAKARTA, PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN, PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT

A. KOTA SURAKARTA

Surakarta pada awalnya adalah sebuah perkampungan kecil bernama Desa Sala yang

sebagian besar wilayahnya berupa rawa-rawa. Nama Sala merupakan gabungan dari kata

‘Desa’ dan ‘Ala’ (jelek). Masing-masing suku kata terakhir ‘Sa’ dan ‘La’ digabung menjadi

‘Sala’ atau biasa dilafalkan menjadi Solo. Disebut Desa Ala (desa jelek) karena daerahnya

berupa rawa-rawa yang cukup dalam.76 Namun demikian Desa Sala dipilih Sunan Paku

Buwana II untuk memindah Keraton Kartosuro yang telah hancur akibat pertempuran yang

terkenal dengan peristiwa Geger Pecinan.77

Geger Pecinan terjadi pada tahun 1740. Kerusuhan ini dilakukan oleh orang-orang

dari etnis cina dan merupakan kerusuhan yang terbesar dalam sejarah mataram. Kerusuhan

ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh intimidasi yang disertai pembunuhan oleh belanda

terhadap etnis cina yang ada di Batavia. Akibatnya terjadi petempuran dari etnis cina di

Batavia yang selanjutnya menjalar sampai ke semua wilayah jawa, termasuk Kerajaan

Mataram.78

Meskipun keraton dapat dipertahankan, namun karena pertempuran sangat dahsyat

menyebabkan bangunan keraton hancur dan Paku Buwono II menyingkir ke Ponorogo.

sehingga setelah perang usai, PB II memerintahkan agar menjadi daerah baru. Sebenarnya

ada tiga pilihan tempat yang akan digunakan untuk memindah pusat kerajaan. Yaitu : Desa

76 Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta.Jakarta 1999.hal 8 77 Ibid. hal 74 78 ibid, hal 68.

Page 38: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Kadipala, Desa Sala, dan Desa Sanasewu. Dengan berbagai pertimbangan akirnya Desa Sala

dipilih untuk mendirikan keraton yang baru sebagai pusat ibukota kerajaan.79

Keraton yang baru mulai didirikan pada tahun 1745. Setelah keraton selesai didirikan

kemudian Sunan Paku Buwana II memindah semua yang ada di Keraton Kartosuro ke

keraton baru di Kota Sala. Sejak perpindahan itu Sunan Paku Buwana II mengganti nama

Desa Sala menjadi Surakarta Hadiningrat.80 Kemudian masyarakat biasa menyebutnya

dangan nama Surakarta.

Untuk lebih mengetahui kondisi dan perkembangan Kota Solo beberapa tahun

terakhir, berikut deskripsi Kota Solo dari berbagai aspek. Namun perlu disampaikan

sebelumnya bahwa gambaran umum dihimpun dari berbagai sumber. Deskripsi Kota Solo

dari poin satu dan poin dua disarikan dari rencana pembangunan jangka panjang daerah

(RPJPD) Kota Surakarta tahun 2005-2025 yang diterbitakan Pemerintah Kota Surakarta pada

tahun 2006. Untuk poin-poin tersebut peneliti juga menambah beberapa data yang berasal

dari sumber lain yaitu Situs Resmi Pemerintah Kota Surakarta, www.surakarta.go.id

sedangkan untuk poin beriktunya dari berbagai sumber, baik referensi buku, media internet

atau data dari instansi tertentu.

1. Kondisi Fisik

Kota Solo atau biasa disebut Kota Surakarta merupakan dataran rendah yang terletak

antara 11045’ 15’’ – 11045’ 35’’ Bujur Timur dan 70’ 36’’ – 70’ 56’’ Lintang Selatan.

Dengan demikian Solo beriklim tropis. Wilayah Solo berada pada ketinggian sekitar 92 meter

diatas permukaan air laut. Kota Solo diapit oleh tiga gunung, yaitu : Gunung Lawu dibagian

timur, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi di bagian barat. Sehingga wilayah tersebut

merupakan cekungan solo yang biasa disebut Solo Basin. Wilayah Solo juga dilalui tiga

sungai, yaitu Sungai Pepe, Sungai Jenes, dan Bengawan Solo. Sehingga tanah di Solo

79 Ibid, hal 73-74. 80 Ibid, hal 84.

Page 39: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

sebagian besar meruakan endapan aluvial dari vulkanik merapi dan endapan dari Bengawan

Solo.

Luas wilayah Solo sekitar 44 kilometer persegi yang dibatasi oleh tiga kabupaten di

sekitarnya. Di sebelah barat, Kota Solo berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Karanganyar, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan

Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Sukoharjo sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

Secara administrasi Kota Solo terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Jebres,

Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan

Banjarsari. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Banjarsari yang mencapai 33,63 % dari

luas wilayah Kota Solo. Tiap-tiap kecamatan terbagi menjadi beberapa kelurahan kemudian

rukun warga, rukun tetangga, dan kepala keluarga. Kota Solo memiliki 51 kelurahan, 692

rukun warga, 2.644 rukun tetangga, dan 123.360 kepala keluarga.

2. Kondisi Demografi

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, jumlah penduduk Kota Solo sebesar

469.532 jiwa. Sepuluh tahun kemudian, berdasarkan sensus penduduk tahun 1990, jumlah

tersebut meningkat menjadi 503.827 jiwa atau meningkat 0,73 % per tahun. Sepuluh tahun

berikutnya, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat penduduk Kota Solo turun

menjadi 490.214 jiwa. Pada tahun 2003 meningkat lagi menjadi 497.234 jiwa. Sedangkan

pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 2,17 % menjadi 510.711

jiwa.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005, jumlah penduduk

Kota Solo mencapai 534.540 jiwa dengan rasio jenis kelaminn laki-laki 250.868 jiwa dan

perempuan 283.672 jiwa. Sex ratio penduduk Kota Solo adalah 96,06. Berarti setiap 100

orang perempuan terdapat 96 laki-laki.

Page 40: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Tingkat kepadatan Kota Solo pada tahun 2004 mencapai 11.599 jiwa/km. Daerah

yang terdapat pada tahun 2004 adalah Kecamatan Pasar Kliwon dengan angka kepadatan

penduduknya sebesar 16.207 jiwa/km. Sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan terendah

adalah Kecamatan Laweyan dengan tingkat kepadatan 10.566 jiwa/km. Berdasarkan jumlah

penduduk sebenarnya Kecamatan Laweyan memiliki jumlah penduduk yang lebih besar

dibandingkan Kecamatan Pasar Kliwon. Namun wilayah Kecamatan Laweyan lebih luas

dibandingkan wilayah Kecamatan Pasar Kliwon sehingga tingkat kepadatan di Kecamatan

Laweyan lebih kecil dibandingkan Kecamatan Pasar Kliwon.

Pada tahun 2005 tingkat kepadatan penduduk Kota Solo mencapai 12.148 jiwa/km.

Wilayah dengan kepadatan tertinggi masih berada di Kecamatan Pasar Kliwon yaitu 16.282

jiwa/km. Demikian juga wilayah dengan kepadatan terendah masih berada di Kecamatan

Laweyan yaitu 10.595 jiwa/km.

Pada tahun 2005 penduduk Kota Solo yang berada pada usia 65 tahun atau lebih

berjumlah 36.344 jiwa. Penduduk yang memiliki usia dibawah 15 tahun berjumlah 122.344

jiwa. Sedangkan penduduk yang berada pada usia produktif, yaitu usia 15-64 tahun sebesar

375.692 jiwa. Berdasarkan angka tersebut dapat disimpulakan bahwa angka ketergantungan

penduduk Kota Solo pada tahun 2005 mencapai 42,28 %. Dengan demikian berarti setiap 100

peduduk usia produktif menangung 43 orang penduduk usia tidak produktif.

B. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)

1. Sejarah PDI perjuangan

Dalam penelitian ini objek penelitian yang jadi sasaran adalah kader PDI perjuangan

Kota Surakarta yang masuk dalam jajaran struktural partai. Secara kesejarahan PDI

perjuangan berawal dari berfusinya Partai Nasional Indonesia (PARKINDO) dan Partai

Murba menjadi Partai Demokrasi Indonesia pada tanggal 10 Januari 1973. Yang dalam

Page 41: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

perkembangannya, pada tanggal 1 Februari 1999 PDI berubah menjadi PDI Perjuangan

dalam bentuk badan hukum. Paratai Demokrasi Indonesia Perjuangan berasaskan pancasila.

2. Arah Kebijakan PDI Perjuangan

a. Tujuan Umum Partai

1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana yang

dimasud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2. Membangun masyarakat pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

demokratis, adil dan makmur.

b. Tujuan Khusus Partai

1. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat.

2. Memperjuangkan kepentingan rakyat bidang ekonomi, sosial, dan budaya secara

demokratis.

3. Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan

pemerintahan yang melindungi segenap bangsa indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan

ketertiban dunia.

3. Jenjang Kepengurusan Partai

Terdapat enam jenjang kepengurusan dalam Anggaran Dasar PDI Perjuangan, yaitu:

a. Dewan Pimpinan Pusat Partai disingkat DPP yang meliputi wilayah NKRI (Negara

Kesatuan Republik Indonesia)

b. Dewan Pimpinan Daerah partai disingkat DPD yang meliputi wilayah Provinsi.

c. Dewan Pimpinan Cabang disingkat DPC yang meliputi wilayah Kabupaten /Kota.

d. Pengurus Anak Cabang disingkat PAC yang meliputi wilayah Kecamatan.

e. Pengurus Ranting Partai yang meliputi wilayah Desa/Kelurahan.

Page 42: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

f. Pengurus Anak Ranting Partai yang meliputi wilayah Dusun/Dukuh/Rukun

Warga/Lorong/Gang/ atau sejenisnya.

4. Kondisi PDI Perjuangan

Kota Surakarta merupakan wilayah kota, sehingga jenjang struktur partai adalah

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sampai dengan Anak Ranting. Berikut data jumlah kantor

sekretariat PDI Perjuangan Kota Surakarta.

Tabel II.1

Data sekretariat PDI Perjuangan Kota Surakarta

No sekertariat Jumlah

1 DPC 1

2 PAC 5

3 Ranting 51

4 Anak Ranting 591

(Sumber : Arsip AD/ART DPC Perjuangan Surakarta)

Dari data tersebut diatas jumlah sekretariat untuk DPC adalah 1 (satu); kantor

sekretariat PAC (Pengurus Anak Cabang) yang bertempat di Jalan Hasanudin No.28

Laweyan, Surakarta. Pada tingkat kecamatan terdapat 5 kantor yaitu PAC Laweyan, PAC

Jabres, PAC Serengan, PAC Pasar Kliwon, PAC Banjarsari. Sekretariat ranting berjumlah 51

yang berada di masing-masing kelurahan di seluruh Kota Surakarta. Jumlah anak ranting

yang tersebar di seluruh Kota Surakarta sebanyak 591 kepengurusan di tingkat RW. Jumlah

RW yang terdapat di Surakarta adalah 595 RW, berarti masih terdapat 4 RW yang belum

terbentuk dalam kepengurusan anak ranting.

a. Data Pengurus DPC PDI Perjuangan Surakarta

Tabel II.2

STRUKTUR PENGURUS DEWAN PIMPINAN CABANG PDIP PERJUANGAN

Page 43: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

KOTA SURAKARTA MASA BAKTI 2005-2010

NO NAMA JABATAN

1 FX. Hadi Rudyatmo Ketua

2 Ir. Hariadi Saptono Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan pemilu

3 YF. Sukasno Wakil Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi

4 Supardi Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi

5 Yayuk Purwani Wakil Ketua Pemberdayaan dan Kesra

6 Windu Winarso, SH Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM dan Advokasi

7 Drs. ST. Hendratmo, SH,MM Sekretaris

8 Endah Tyasmini Wakil Sekretaris Bidang Internal

9 Maryuwono, SH Wakil Sekretaris Bidang Eksternal

10 Bambang Wijayanto Bendahara

11 Drs. Teguh Prakoso Wakil Bendahara Bidang Inventarisasi dan Kekayaan Partai

(Sumber : arsip AD/ART DPC PDI Perjuangan Surakarta)

Pada periode 2005-2010 DPC Kota Surakarta dipimpin oleh FX. Hadi Rudyatmo,

yang pada saat ini juga menjabat sebagai Wakil Walikota Kota Surakarta periode 2005-2010

yang berpasangan dengan Ir. Joko Widodo. Dilihat dari susunan struktur organisasi DPC PDI

Perjuangan Kota Surakarta terdiri dari 3 jenjang: a) Ketua; b) Sekretaris; c) Bendahara.

Untuk jenjang ketua langsung membawahi wakil-wakil ketua bidang yang ada di partai yang

berjumlah 5 orang. Sekretaris memiliki 2 orang wakil sekretaris untuk urusan internal dan

eksternal. Sedangkan bendahara memiliki 1 orang wakil untuk membantu pengelolaan

inventarisasi dan kekayaan partai.

b. Data Keanggotaan PDI Perjuangan

Tabel II.3

DATA PERSEBARAN ANGGOTA PDI PERJUANGAN TIAP

KECAMATAN SURAKARTA

Page 44: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan

1 Jebres 9.577 8.340

2 Laweyan 2.884 1.978

3 Serengan 2.442 1.823

4 Pasar Kliwon 4.343 3.163

5 Banjarsari 8.326 7.456

Jumlah 27.572 22.760

(Sumber : sekretariat PDI Perjuangan)

Dalam tabel diatas kita dapat melihat bahwa PDI-P merupakan partai dengan

keanggotaan total lebih dari 50.000 anggota. Jika dilihat dari tabel maka pendukung

terbanyak dari Kecamatan Jebres dengan total 18.897 anggota. Kemudian Kecamatan

Banjarsari berada di tempat kedua dengan anggota sebanyak 15.782 anggota. Kecamatan

Pasar Kliwon dengan jumlah anggota 7.506. sedangkan di wilayah Laweyan, PDI Perjuangan

beranggotakan 4.862 orang. Sementara jumlah paling kecil terlihat di Kecamatan Serengan

yaitu 4.265 anggota.

C. PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR)

1. Sejarah Partai Golkar

Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat

Bersama Golongan Karya atau Sekber Golkar. Sekber Golkar merupakan perhimpunan 97

organisasi fungsional non afilisasi politik yang anggotanya terus berkembang hingga

mencapai 220 organisasi.

Selanjutya sejak pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 GOLKAR terus menerus

berhasil mengemban kepercayaan rakyat dengan memperoleh kemenangan sebagai mayoritas

tunggal. Setelah terjadinya gerakan reformasi yang dimotori oleh mahasiswa dalam

Page 45: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

terjadinya peralihan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada BJ Habibie maka diadakan

pembaharuan beberapa undang-undang dibidang politik dengan ditetapkan undang-undang

baru tentang partai politik, pemilihan umum, dan susunan dan kedudukan ke MPR, DPR, dan

DPRD.

Untuk menyesuaikan dengan ketentuan baru peraturan tersebut maka pada tanggal 7

Maret 1999 telah dilaksanakan deklarasi Partai Golongan Karya dan sejak saat itu secara

resmi Golkar menegaskan diri menjadi partai politik dalam posisi yang sejajar serta

mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan partai politik lain. AD dan ART Partai

Golkar yang baru sudah ditetapkan dalam Munas Luar Biasa pada tanggal 9-11 Juli 1998

bersamaan dengan penetapan berbagai hasil Munas Luar Biasa kiranya sebagai manifestasi

pembaharuan dalam tubuh Golkar untuk tampil sesuai dengan tuntutan dan semangat

reformasi. Berdasarkan hasil Munas Luar Biasa tersebut, DPP Partai Golkar menegaskan

paradigma baru Partai Golongan Karya yang berintikan misi, visi dan platform perjuangan

Partai Golkar dalam era reformasi. Partai golongan karya dalam paradigma baru dan

diringkas sebagai golkar baru pada prinsipnya mengedepankan tema pokok perjuangannya

dengan semboyan : GOLKAR BARU, BERSATU UNTUK MAJU.

2. Arah kebijakan partai golkar

Dalam menyusun dan melaksanakan Program Umum Partai Golkar 2004-2009, Partai

Golkar berpegang pada kebijakan dalam Anggaran Dasar sebagai berikut:

a. Tujuan Partai Golkar

Dalam Anggaran Dasar Partai Golkar, tujuan Partai Golkar adalah

mempertahankan dan mengamalkan pancasila serta menegakan UUD 1945,

mewujudkan cita-cita bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945, menciptakan

masyarakat adil dan makmur, materiil dan spriritual berdasarkan pancasila dan UUD

1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 46: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

b. Visi dan Misi Partai Golkar

Visi Partai Golkar adalah mewujudkan masyarakat indonesia baru yag bersatu,

berdaulat, maju, modern, damai, adil, makmur, beriman dan bertaqwa, berkesadaran

hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam tatanan

masyarakat madani. Golkar memiliki dua misi yaitu menegakan, mengamankan dan

mempertahankan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara demi persatuan

Indonesia; mewujudkan cita-cita proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan

nasional di segala bidang untuk merealisasikan masyarakat yang demokratis dan

berdaulat, sejahtera, adil dan makmur, menegakan supremasi hukum dan menghormati

hak asasi manusia, serta terwujudnya ketertiban dan perdamaian dunia.

3. Jenjang Kepengurusan Partai

Dalam AD/ART Partai Golkar disebutkan, sedikitnya ada 5 jenjang kepengurusan

partai yaitu:

a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah badan pelaksanaan tertingi partai yang bersifat

kolektif.

b. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi (DPD Provinsi) adalah badan pelakasaan partai yang

bersifat kolektif di tingkat provinsi.

c. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten / Kota (DPD Kota/Kabupaten) adalah badan

pelaksaan partai yang bersifat kolektif di tingkat Kabupaten/Kota.

d. Pimpinan Kecamatan adalah badan pelaksaan partai yang bersifat kolektif di tingkat

kecamatan.

e. Pimpinan Kelurahan adalah badan pelaksaan partai yang bersifat kolektif di tingkat

kelurahan.

4. Kondisi Partai Golkar Surakarta

Page 47: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Kota Surakarta yang merupakan wilayah kota sehingga struktur jenjang partai adalah

Dewan Pimpinan Daerah Kota (DPD Partai Golkar Kota Surakarta) sampai dengan Pimpinan

Kelurahan. Berikut data jumlah kantor Sekretariat Partai Golkar Surakarta.

Tabel II.4

Data Sekretariat DPD Golkar Surakarta

No Sekretariat Jumlah

1 DPD 1

2 Pimpinan Kecamatan 5

3 Pimpinan Kelurahan 51

(Sumber : Arsip DPD GOLKAR Surakarta 2009)

Dari data diatas terlihat golkar memiliki jenjang kepemimpinan hanya sampai pada

tingkat Pemimpin Kelurahan/Desa. DPD GOLKAR Surakarta memiliki satu kantor

Perwakilan Kota, 5 Kantor Pimpinan Kecamatan dan 51 Kesekretariatan Pimpinan

Kelurahan/Desa.

a. Kepengurusan DPD GOLKAR Kota Surakarta

Tabel II.5

Data Pengurus DPD Partai GOLKAR Kota Surakarta

Periode 2004-2009

No NAMA JABATAN

1 R.M. Koes Rahardjo Ketua

2 Drs. Bandung joko S, SH Wakil Ketua

3 Kusniah Sardjono Wakil Ketua

4 H. Suroto Mangun, ST Wakil Ketua

5 Dr. HM alaydrus Wakil Ketua

6 Jumadi Joko Santoso, SH Wakil Ketua

Page 48: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

7 Ir. Bambang Soehardjanto Sekretaris

8 Drs. Bambang Triyanto, M. Pd Wakil Sekretaris

9 Zaena Mutholib Wakil Sekretaris

10 Drs. Agus nuryanto Wakil Sekretaris

11 Dra. Titi Endah Puji Wakil Sekretaris

12 FL. Irawan Joko, ST Bendahara

13 Sumini Subadio Wakil Bendahara

14 Heru Santoso, B. Sc Wakil Bendahara

( Sumber : Surat Kepuusan DPD Partai GOLKAR Prov Jawa Tengah

No. 14/GOLKAR I/X/2004)

Pada periode 2004-2009 DPD GOLKAR Kota Surakarta dipimpin oleh R.M. Koes

Raharjo, yang merupakan salah satu kerabat Keraton Kasunanan Surakarta. Dilihat dari

susunan struktur organisasi, DPD GOLKAR Kota Surakarta terdiri atas 3 jenjang: a) Ketua;

b) Sekretaris c) Bendahara. Untuk jenjang ketua langsung membawahi wakil-wakil ketua

partai yang berjumlah 5 orang. Sekretaris juga memiliki 5 orang wakil sekretaris. Sedangkan

bendahara hanya memiliki 2 orang wakil untuk membantu pengelolaan inventarisasi dan

kekayaan partai.

b. Data persebaran anggota Partai Golkar Kota Surakarta

DATA PERSEBARAN ANGGOTA DPD GOLKAR TIAP

KECAMATAN DI SURAKARTA

NO KECAMATAN JUMLAH

1 Jebres 1.093

2 Laweyan 2.131

3 Serengan 807

4 Pasar Kliwon 765

Page 49: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

5 Banjarsari 1.400

jumlah 6.196

(sumber : Sekretariat DPD GOLKAR)

Dalam tabel diatas kita dapat melihat bahwa Partai Golkar memiliki anggota di

wilayah Surakarta dengan jumlah total 6.196 anggota. Jika dilihat dari tabel maka pendukung

terbanyak datang dari Kecamatan Laweyan dengan total 2.131 anggota. Kemudian

Kecamatan Banjarsari berada di tempat kedua dengan anggota sebanyak 1.400 anggota.

Kecamatan Laweyan dengan jumlah anggota 2131. Disusul Kecamatan Serengan dengan 807

anggota dan Pasar Kliwon yaitu 765 anggota.

D. PARTAI DEMOKRAT

1. Sejarah Partai Demokrat

Partai demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami

oleh kekalahan terhormat Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan calon Wakil Presiden

dalam sidang MPR Tahun 2001. Dari perolehan suara dalam pemilihan Cawapres dan hasil

pooling public yang menunjukan popularitas yang ada pada diri SBY, beberapa orang

terpanggil nuraninya untuk membawa SBY menjadi Presiden RI untuk masa mendatang.

Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 WIB diadakan rapat yang dipimpin

langsung oleh SBY di Apartemen Hilton. Di lingkungan kantor Menkopolkam juga didakan

diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs.

A. Yani Wachid (Alm). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan

yang merupakan cikal bakal pendirian Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, Vence

Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan

hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.

Page 50: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke

Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh Vence Rumangkang, Prof . Dr. Subur

Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan Tanjung, Drs. Sutan Bhatogana MBA, Prof. Dr. Rusli Ramli

dan Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen

Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan

Kenkeh dan HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai

Demokrat. Dengan surat keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu

partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan

HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 tentang

pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17

Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan

dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pertama pada tanggal 18-19

Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan

Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.

2. Arah Kebijakan Partai Demokrat.

Dalam menyusun dan melaksanakan program umum Partai Demokrat 2004-2009,

Partai Demokrat berpegang pada kebijakan dalam Anggaran Dasar sebagai berikut:

a. Tujuan

Partai Demokrat sebagai berikut:

1) Menegakkan, mempartahankan dan mengamankan Keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, sesuai jiwa proklamasi kemerdekaan.

2) Mewujudkan cita-cita bangsa indonesia, sebagaimana dimaksud dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945.

3) Melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk membangun masyarakat Indonesia baru

yang berwawasan nasionalisme, pluralisme, dan humanisme.

Page 51: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

4) Meningkatkan partisipasi seluruh potensi bangsa dalam mewujudkan kehidupan

bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, serta dinamis

menuju terwujudnya Indonesia yang demokratis, sejahtera, maju dan modern, dalam

suasana aman dan penuh kedamaian lahir dan batin.

b. Visi partai

Partai Demokrat memiliki misi bersama masyarakat luas berperan mewujudkan

keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, menjunjung tinggi semangat

nasionalisme, humanisme, dan internasionalisme, atas dasar ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis, dan sejahtera.

c. Misi

Partai Demokrat memiliki misi sebagai berikut:

1) Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang

signifikan didalam seluruh proses pembangunan indonesia baru yang dijiwai oleh

semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan

kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana

telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus proklamasi kemerdekaan

berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya

mewujudkan perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan.

2) Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan

dan merevisi strategi pembangunan nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran

Partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang

telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah

merebut kemerdekaan, merumuskan pancasila dan UUD 1945, mengisi kemerdekaan

secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.

Page 52: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

3) Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban warga negara tanpa

membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat

sipil yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan

rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan permusyawaratan.

3. Jenjang Kepengurusan Partai Demokrat

Tingkatan kepengurusan Partai Demokrat terdiri dari:

a. Tingkat Pusat, disebut Dewan Pimpinan Pusat.

b. Tingkat Provinsi, disebut Dewan Pimpinan Daerah.

c. Tingkat Kabupaten/Kota, disebut Dewan Pimpinan Cabang.

d. Tingkat Kecamatan, disebut Dewan Pimpinan Anak Cabang.

e. Tingkat Kelurahan atau Desa, disebut Dewan Pimpinan Ranting.

f. Tingkat RW/Dusun disebut Pimpinan Anak Ranting.

4. Kondisi Partai Demokrat Surakarta

Kota Surakarta sesuai dengan AD/ART yang berlaku merupakan wilayah kota

sehingga jenjang partai adalah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sampai dengan Anak

Ranting. Berikut data jumlah kantor sekretariat DPC Partai Demokrat.

Tabel II.7

Data Sekretariat Partai Demokrat Kota Surakarta

No Sekretariat Jumlah

1 DPC 1

2 PAC 5

3 Ranting 51

4 Anak Ranting 595

(sumber : Arsip DPC Partai Demokrat Surakarta)

Page 53: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Dari data diatas jumlah sekretariat untuk DPC adalah 1 (satu) ; Kantor Sekretariat

PAC (Pengurus Anak Cabang) yang bertempat di jalan Setiabudi no.113 Mangkubumen,

Banjarsari, Surakarta. Pada Tingkat Kecamatan terdapat 5 kantor yaitu PAC Laweyan, PAC

Jebres, PAC Pasar Kliwon, PAC Banjarsari, PAC Serengan. Sekretariat Ranting 51 yang

berada di masing-masing kelurahan di seluruh Kota Surakarta. Jumlah anak ranting yang

tersebar di seluruh Kota Surakarta sebanyak 595 kepengurusan di tingkat RW. Sekretariat

Anak Ranting bersifat informal.

a) Data Pengurus DPC Partai Demokrat Surakarta

Tabel II. 8

STRUKTUR PENGURUS DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI DEMOKRAT

KOTA SURAKARTA MASA BAKTI 2007-2012

NO Nama Jabatan

1 Dr. KP. Eddy S. Wirabhumi Ketua

2 Supriyanto Sekretaris

3 Drs. H. Salimin, MM Bendahara

4 Satya Graha, SH Wakil Ketua Keanggotaan dan Kaderisasi

5 Dra. Wahyuning C, M. Si Wakil Ketua Pendidikan dan peningkatan SDM

6 Eko Srinardjo Wakil Ketua UKM, Perindustrian dan Perdagangan

7 Guntur Taufik Irawan Wakil Ketua Pemuda, Olahraga dan kominfo

8 Hj. Hadijah Ulfa Wakil Ketua Agama dan Aliran Kepercayaan

9 Sri Widaningsih Wakil Ketua Energi dan SDA

10 Pratihkno, SH Wakil Ketua Pemda dan Pertanahan

11 Ary Nuryandhani, S. Pd Wakil ketua pariwisata dan Kebudayaan

12 Dyah Liestriningsih, SH Wakil ketua HAM, Buruh, Tani dan Tenaga Kerja

13 Reny Widyawati, SE Wakil Ketua Pemberdayaan Perempuan

Page 54: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Pada periode tahun 2005-2010 DPC Partai Demokrat Surakarta dipimpin oleh Dr. KP.

Eddy S. Wirabhumi, yang juga salah satu kerabat di Keraton Surakarta. Di lihat dari susunan

struktur organsasi DPC Partai Demokrat Surakarta terdiri dari 3 jenjang: a)Ketua ;

b)Sekretaris; c) Bendahara. Untuk jenjang ketua langsung membawahi wakil-wakil bidang

partai yang berjumlah 10 orang. Sekretaris memiliki 10 orang wakil sekretaris untuk urusan

internal dan eksternal. Sedangkan bendahara memiliki 8 orang wakil untuk membantu

pengelolaan inventarisasi dan kekayaan partai.

b) Data persebaran anggota DPC Partai Demokrat Surakarta

Tabel II.9

Data Persebaran Anggota Partai Demokrat Surakarta

No Kecamatan Jumlah

1 Jebres 3.100

2 Laweyan 3.889

3 Serengan 3.600

4 Pasar Kliwon 2.468

5 Banjarsari 2.990

jumlah 15.957

(sumber : Sekretariat DPC Partai Demokrat Surakarta)

Dalam tabel diatas kita dapat melihat bahwa DPC Partai Demokrat Surakarta

merupakan partai dengan anggota terbesar ke dua di wilayah Surakarta setelah PDI

Perjuangan dengan jumlah total 15.957. jika dilihat dari tabel maka pendukung terbanyak

datang dari Kecamatan Laweyan dengan total 3.889 anggota. Kemudian Kecamatan Serengan

berada di tempat kedua dengan anggota sebanyak 3.602 anggota. Kecamatan Jebres dengan

Page 55: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

jumlah anggota 3.101. Disusul Banjarsari 2.910 orang dan Kecamatan Pasar Kliwon 2.468

orang.

Page 56: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa dalam perkembangan

demokrasi di Indonesia banyak terjadi perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi tidak

hanya dari sistem pemerintahan yang sedang berjalan, tetapi juga penerapan cara-cara baru

komunikasi politik oleh partai politik dalam menggalang massa. Salah satu cara terbaru

komunikasi politik yang dimaksud adalah iklan politik. Iklan politik dirasa merupakan cara

yang mampu menjawab bagaimana cara menciptakan citra dan mempengaruhi emosi calon

pemilih. Dalam politik saat ini, citra politik seorang tokoh, yang dibangun melalui media

massa seakan menjadi mantra yang diyakini mampu mempengaruhi calon pemilih. Melalui

media massa pula, maka persepsi, pandangan dan sikap politik masyarakat dibentuk bahkan

dimanipulasi.

Salah satu yang menarik untuk dikaji disini adalah persepsi partai politik yaitu

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Demokrat dan Partai Golongan Karya

terhadap iklan politik pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dan Boediyono versi Indomie di televisi pada Pemilu tahun 2009. Ketiga partai

politik tersebut merupakan tiga dari lima besar partai politik di Kota Surakarta. Untuk lebih

lanjut, persepsi dari tiga partai (PDI Perjuangan, GOLKAR dan Partai Demokrat) dapat

terlihat dari hasil penelitian berikut.

A. Persepsi Partai Politik Terhadap Iklan Politik

Page 57: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Iklan politik merupakan bagian dari komunikasi politik. Dikatakan begitu karena ia

sanggup menghubungkan partai politik dengan masyarakat, terutama calon pemilih tentang

pesan-pesan politiknya. Iklan politik lewat media televisi juga disebut-sebut sebagai wadah

penyebaran pesan politik yang cukup efektif dan modern. Ini disebabkan, sebagian besar

masyarakat indonesia saat ini memang sudah mengkonsumsi siaran televisi. Media iklan juga

sering dikatakan menjawab persoalan masa lalu bahwa kampanye politik tidak harus

menggunakan pengerahan massa besar-besaran.

Dalam penelitian penulis di lapangan, partai politik cenderung memiliki pengertian

yang sama dalam menterjemahkan iklan politik. Menurut PDI Perjuangan iklan politik

banyak diartikan secara sederhana sebagai iklan yang berisi pesan-pesan politik. Berikut

pengertian iklan politik menurut FX Hadi Rudiatmo, Ketua Umum PDI Perjuangan Kota

Surakarta.

“Menurut saya iklan politik merupakan salah satu alat komunikasi politik untuk menyampaikan pesan tentang politik. Hanya saja iklan politik seharusnya dipahami tidak sekedar jualan politik lho. Karena iklan politik mempunyai tanggung jawab mengenai isu-isu sosial dan bangsa daripada sekedar iklan. Semacam lebih cenderung mirip iklan layanan masyarakat lah daripada iklan komersil.”

Penekanan dari pengertian diatas bahwa iklan politik mempunyai tanggung jawab

dalam mengangkat isu sosial dan kebangsaan. Semacam dalam pengertian bahasa iklan, tidak

seharusnya dalam iklan politik bersifat hard sell saja. Beberapa materi iklan politik di

indonesia memang mempunyai kecenderungan bersifat langsung pada ajakan untuk memilih

nomor atau sombol tertentu. Padahal menurut pengertian yang dimaksud Rudi, iklan politik

harus membangun kecerdasan masyarakat lewat usaha mengangkat isu-isu sosial dan

kebangsaan serta menawarkan solusinya.

Sementara itu pengertian iklan politik menurut Dr. KP. Eddy S. Wirabumi, Ketua

DPC Partai Demokrat Kota Surakarta adalah sebagai berikut.

“Iklan yang menawarkan hal-hal yang berkaitan dengan politik. Tidak harus orang atau partai lho. Bisa juga berupa gagasan atau ide. Semacam iklan anjuran untuk tidak golput itu

Page 58: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

iklan politik lho. Jangan hanya diartikan iklan cuman partai dan individu yang mencalonkan diri menjadi pemimpin tok.”

Senada dan hampir sependapat juga diungkapkan RM. Koes Rahardjo, Ketua DPD

Partai Golkar Kota Surakarta.

“Adalah iklan yang berisi tentang hal yang bersangkutan dengan kehidupan politik. Misalnya tentang partai poltik, pemilihan kepala daerah dan pemilihan wakil rakyat.”

Berdasar dari pemaparan diatas, iklan politik secara definisi memang diartikan

penyampaian pesan-pesan politik melewati media komunikasi guna mencapai tujuan politik.

Penggunaan iklan politik juga selain digunakan aktor politik juga merupakan sarana

penyampaian ide-ide atau gagasan-gagasan politik.

Sudut pandang pengertian ini juga mengungkapkan bahwa iklan politik tidak harus

berasal dari orang atau partai yang ingin dipilih. Pengertian iklan politik terlihat diperluas

dengan memberi contoh bahwa iklan anjuran untuk tidak Golput pun sudah menjadi iklan

politik. Ini didasarkan bahwa iklan anjuran untuk tidak Golput pun berisi pesan dan

penginformasian politik. Sehingga masuk dalam kategori iklan politik juga.

Iklan politik yang ditunjukan kepada masyarakat selanjutnya tentu saja mendapat

tanggapan. Menjadi menarik karena tentu saja bila pesan yang ingin disampaikan dari pihak

komunikator dalam hal ini calon aktor politik ternyata mendapat persepsi yang berbeda

dengan masyarakat yang menyaksikan. Oleh karena itu dalam membuat iklan, biasanya

digunakan jasa bantuan tim kreator pembuat iklan.

Bukan hal yang aneh bahwa dalam beriklan selalu digunakan tim kreator yang

berfungsi membuat iklan. Fungsi dari kreator ini tentu saja untuk membuat iklan yang

menarik, kreatif dan tentu saja pesannya dapat ditangkap oleh penonton. Jadi ada

kesepahaman dengan maksud si pembuat iklan. Kendati dalam pembuatannya sudah

dikonstruksi oleh tim kreatif iklan, tetap saja terjadi perbedaan persepsi antara individu satu

Page 59: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

dengan yang lain. Bahkan tidak jarang persepsi yang terjadi di masyarakat ternyata tidak

sebangun dengan kreator iklan.

Selanjutnya menjadi menarik untuk dibahas mengenai bagaimana sebetulnya

persepsi partai politik terhadap iklan politik. Disini dipaparkan partai politik karena partai

politik adalah pihak yang intens dalam kegiatan politik. Jadi dalam menyimak sebuah iklan

politik tentu akan ada analisa yang didasari logika politik. Berikut selanjutnya akan

dipaparkan poin demi poin persepsi partai politik terhadap iklan politik.

a. Tidak Realistis

Partai politik melihat iklan politik cenderung tidak realistis dalam materi isinya.

Seluruh narasumber Partai Golkar dan PDI Perjuangan membenarkan hal itu. Menurut

mereka kecenderungan yang sama juga dapat dilihat dari iklan produk komersil, bahwa

dalam kenyataan sering tidak sama dengan cantuman dalam iklan. Hal ini menjadi dilematika

dalam iklan politik di indonesia. Bahwa pencantuman hal yang tidak realistis sering membuat

masyarakat menjadi jengah dan kurang tertarik lagi menyimak iklan politik.

Namun narasumber dari Partai Demokrat menyanggah hal itu. Berikut petikan

wawancara dengan Wirabumi, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Surakarta

”Sering iklan politik secara umum tidak semuanya tidak realistis, mencantumkan hal yang bersifat retorika dan normatif. Tidak semuanya, memang ada yang tidak realistis. Beberapa ada yang berangkat dari data dan fakta. Seperti dari Iklan partai Demokrat. Selalu berdasarkan data dan hasil di lapangan. Untuk di negara maju, iklan politik menjadi alat yang ampuh untuk mempengaruhi pemilih. Disana iklan merupakan cara penginformasian politik bagus, efektif dan aman. Iklan politik kan solusi komunikasi poltik tidak harus dalam bentuk berkumpulnya massa yang sering diikuti pawai konvoi.”

Partai Demokrat melihat, iklan politik dipersepsikan oleh masyarakat seperti tidak

realistis memang merupakan hal yang wajar. Mengingat iklan politik di indonesia memang

hal yang masih baru. Dalam proses pembelajaran demokrasi, indonesia baru melakukan

pemilihan umum presiden secara langsung baru sejak tahun 2004. Sehingga proses

pembelajaran demokrasi masih butuh waktu untuk dimaklumi. Seperti diungkapkan

Wirabumi kembali berikut ini.

Page 60: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

”Komunikasi politik dalam bentuk iklan politik kan baru sejak beberapa tahun terakhir. Jadi proses pembelajarannya masih awal. Sehingga perlu ditolerir bila masih ada kesalahan disana-sini. Pemilu presidan langsung saja baru sejak 2004 kemarin ya tho. Untuk sesuatu yang baru memang butuh waktu.”

Ketika penulis menayakan lebih dalam mengenai iklan politik Partai Demokrat,

bagaimana bila juga dipersepsikan oleh masyarakat termasuk iklan yang memasukan hal

tidak realistis. Pihak Partai Demokrat memilih jawaban diserahkan pada persepsi masyarakat

masing-masing.

”Hal yang wajar dalam politik bila partai lawan menganggap iklan kami tidak jujur. Itu hal yang biasa dalam politik. Kita serahkan pada persepsi masyarakat. Yang jelas pemerintahan dibawh SBY memang telah bekerja semampu mungkin. Untuk selanjutnya kita memohon dukungan bersama agar masalah-masalah bersama dan kekurangan yang belum-belum dapat diatasi bersama-sama. Saya pikir masyarakat bisa melihat kok. Kenyataanya kepercayaan masyarakat pada SBY masih tinggi. Sehingga terpilih lagi.”

Sementara itu narasumber dari PDI Perjuangan melihat bahwa iklan politik pada

dasarnya merupakan proses yang mengelabui pemilih. Banyak dari iklan politik berisi hal

yang tidak realistis. Menurut mereka konten isi sering berlawanan dengan kenyataan. Berikut

petikan wawancara dengan Hendratno, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta.

”Sebelumnya ada perbedaan pengertian antara iklan politik dan informasi. Nah seharusnya, iklan politik ini masuk dalam kategori informasi. Informasi keberhasilan, bukan iklannya. Karena bila sudah berkaitan iklan pasti isinya yang bagus-bagus saja. Tapi yang penting apa yang sudah anda capai. Jadi ini informasi lebih tepat menurut saya daripada disebut iklan. Jadi informasi ini jujur antara keberhasilan yang sudah diraih dengan kekurangan selama ini yang belum. Yang namanya iklan kan semua kecap nomor satu. Ga da kecap nomor dua itu gak ada. Nah ini bohong ini namanya menyesatkan masyarakat. Dan intinya bila tidak sesuai dengan yang dijanjikan di iklan menurut saya pasti pemilih akan tahu. Dan tidak akan memilih untuk pemilihan selanjutya.”

Hal yang digarisbawahi dari pernyataan diatas adalah, pada dasarnya iklan memang

bertujuan meyakinkan pemilih. Sehingga menjadi hal yang mungkin terjadi adalah

penggunaan cara seperti klaim bahwa dirinya nomor satu seakan menjadi sesuatu yang wajar.

Sementara menurut Sukasno, Wakil Ketua PDI Perjuangan Kota Surakarta, iklan

politik memang pada dasarnya sering memanipulasi dari keadaan sebenarnya. Sehingga

menjadi hal yang sulit saat ini untuk mencari iklan politik yang jujur. Seringnya pesan dari

Page 61: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

iklan politik cenderung berisi pesan normatif yang memberi harapan berlebihan kepada

masyarakat namun susah dalam implementasinya.

“Sulit untuk mencari iklan yang jujur dan apa adanya. Sebagian merupakan bentukan dari tim kreatif iklan ya tho. Kadang secara gambar saja yang kurang ditambah-tambahi. Apalagi pesan-pesan dan isi iklannya. Terlalu sempurna menurut saya. Lihat saja iklan SBY yang seakan-akan mencitrakan dirinya orang yang hebat banget. Seakan-akan semua jalan dipakai untuk menarik pemilh. Termasuk mengelabui pemilih gak peduli.”

Hal mendasar yang ditarik dari pernyataan Sukasno adalah hampir dari iklan politik di

indonesia berisi hal yang tidak jujur. Mulai dari tampilan visual hingga isi pesan iklan

merupakan hasil permak. Sehingga yang hadir dalam ranah kehidupan masyarakat adalah

visualisasi kebohongan yang hadir dalam setiap kehidupan. Dalam media massa, di jalan-

jalan, bahkan di depan rumah mereka masing-masing.

Hal ini bila benar, tentu menyalahi etika dalam beriklan. Seperti halnya iklan

komersial, persepsi khalayak menjadi parameter atas benar-salah atau baik-buruk suatu iklan

politik. Suatu iklan dianggap melanggar etika manakala persepsi yang ditimbulkannya tidak

sesuai dengan nilai-nilai yang dianut khalayak tersebut. Indonesia juga dapat menggunakan

rujukan baku yang ada, karena di seluruh dunia menerapkan prinsip-prinsip etika yang

berlaku secara universal. Prinsip-prinsip itu adalah iklan harus jujur bertanggungjawab dan

dibangun atas dasar kebenaran81.

Menjadi lebih menarik ketika selanjutnya penulis mencoba lebih dalam mengetahui

mengenai bagaimana sebetulnya iklan yang memenuhi standar jujur menurut PDI

Perjuangan. Berikut pernyataan dari Hendratno.

“Mengakui apa yang sudah dikerjakan, bisa yang baik-baik itu apa yang sudah dikerjakan, dan mengakui apa yang belum. Selama ini yang belum itu ga pernah diucapkan atau diakui. Itu kalo terkait iklan SBY yang saya lihat. Jadi jujur, apa adanya dan konsekuen lah. Itu jujur yang dalam pegertian sederhana lho. Belum jujur menurut agama. Lebih berat lagi tentunya. Nah sekarang ini jujur yang sederhana saja dalam iklan politik sudah menjadi hal yang jarang kita lihat.”

81 Setiyono Opcit hal 351

Page 62: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Selanjutnya menurut partai golkar, iklan poltik memang cenderung ada unsur tidak

realistis dalam penyampaiannya ke masyarakat. Wujud tidak realistis itu dalam kacamata

Partai Golkar terlihat dalam pemaparan program dalam iklan politik sering hanya sekedar

menebar harapan yang mengada-ada.

“Tidak ada kenyataanya. Bagai angin surga saja menurut saya. Program-programnya kok sering tidak realistis. Pendidikan gratis misalnya apanya yang gratis lawong biaya pendidikan pada kenyatannya malah naik. Sembako murah misalnya, apa nanti tidak justru malah menyengsarakan petani. Masalah beras saja begitu rumit. Pupuk begitu mahal, harga jual rendah, masalah infrastruktur irigasi juga terbengkalai bagaimana kok bisa murah dalam seratus hari. Ini kan tidak realistis.”

Pemaparan diatas memberikan gambaran bahwa beberapa iklan politik cenderung

menggunakan program yang normatif dan dalam iklan sering tidak dijelaskan bagaimana cara

program itu bisa menjadi dapat diimplementasikan di lapangan. Informan Partai Golkar

mengungkapkan, penggunaan cara-cara seperti itu seharusnya tidak dilakukan. Karena

akibatnya rakyat menjadi tidak percaya lagi terhadap iklan politik. Padahal menurut Partai

Golkar penggunaan iklan politik merupakan cara yang baik untuk memberikan informasi dan

melakukan pendidikan politik.

“Angka Golput kan tinggi ya, ini kan kalau dicermati tidak masalah di kartu pemilih tapi masalah kepedulian. Nah iklan politik ini seharusnya manjadi salah satu cara untuk menyelesaikannya. Memberikan informasi lewat iklan itu murah tho. Lawong setiap keluarga punya televisi. Jadi bila iklan itu baik kan bisa memberikan info yang meningkatkan kepedulian politik. La iya to daripada harus bolos kerja untuk dengar visi dan program calon presiden dengan kampanye di lapangan kan mendingan melihat iklan poltik lewat televisi. Tapi kalo iklannya gak bener ya masyarakat jadinya kalau ada iklan mendingan diganti chanel-nya.”

Hal mendasar yang ditarik dari pernyataan diatas adalah iklan politik sebetulnya

merupakan media yang bagus untuk menawarkan visi, misi dan program kepada calon

pemilih. Namun, sering dalam tampilannya justru tidak realistis yang berakibat calon pemilih

menjadi kehilangan referensi pilihan dalam Pemilu.

b. Membentuk Citra

Page 63: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Partai politik mengamati iklan politik yang ditayangkan sering memperlihatkan citra

dari pengiklan merupakan citra bentukan. Hal ini menunjukan, iklan politk digunakan untuk

membentuk citra dari partai, caleg atau calon presiden saja.

Ini sependapat dengan Firmanzah dalam Marketing Politik, bahwa dalam marketing

politik, gagasan mengenai image politik sangat penting. Marketing politik adalah serangkaian

aktivitas untuk menanamkan image politik di benak masyarakat dan meyakinkan publik

mengenainya.82 Pada akhirnya semua hal yang dilakukan partai politik adalah mendefinisi

dan mendefinisi ulang image yang telah ada. Seperti juga berdasar hasil riset dari Falkow dan

Cwalian Kaid, iklan politik berguna untuk membentuk citra dan sikap emosional terhadap

kandidat.83

Narasumber dari PDI Perjuangan dan Partai Golkar membenarkan bahwa iklan

berguna dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap kandidat atau partai politik. Iklan

adalah proses pembentukan citra. Namun Partai Demokrat melihat wacana citra dalam iklan

pada dasarnya tidak bisa dipaksakan. Menolak dari pendapat dua partai lainnya, citra yang

tampil dalam iklan bila hasil bentukan, masyarakat pasti akan tahu. Selanjutnya tidak akan

mengikuti ajakan memilih.

“Kalo citra itu dibuat-buat masyarakat pasti bisa tahu mas. Masyarakat kita sekarang ini pinter-pinter. Malah taruhannya besar menurut saya. Dicitrakan baik bila masayrakat menilai lain malah bisa jadi bahan guyonan partai lain lho. Akhirnya malah gak jadi kepilih.”

Selanjutnya dituturkan pula bahwa pembentukan citra dalam iklan politik merupakan

sebuah proses yang berlangsung lama. Orang yang dicitrakan baik, memang sudah pada

dasarnya masyarakat sebelumnya mengenal dia baik. Partai yang dicitrakan peduli kepada

masyarakat, pasti pada awalnya sudah dikenal pula oleh rakyat pernah menolong dalam

waktu-waktu sebelumnya.

“Dalam bahasa jawa ada pepatah, wong nandur kui ngunduh. iklan itu tidak membentuk citra. Bila sudah dikenal baik sebelumnya tanpa beriklan pun orang akan mengenal kita baik.

82 Firmanzah, Opcit hal 232 83 Setiyono Opcit. Hal 346-347

Page 64: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Karena pada awalnya sudah mengenal. Parta juga lho. Ada yang mengatakan baik karena memang sudah ada karya yang dikenal dan bermanfaat bagi masyarakat. Tidak bisa mas, Kita iklan terus langsung terbentuk citra.”

Dibenarkan pula oleh Budi Riyanto, Ketua Bapilu DPC Partai Demokrat Kota

Surakarta, Iklan poltik tidak bisa membentuk citra. Tapi iklan politik diperlukan dalam

komuniksi politik modern saat ini. Hanya saja ditambahkan oleh Budi, memang bisa saja

masyarakat karena melihat iklan menjadi pada tingkat terpengaruh. Tapi untuk menjadi

memilih tentu diperlukan aksi nyata yang menyentuh meraka.

“Iklan itu semacam hal yang perlu mas. Tapi bukan terpenting. Membentuk citra itu harus dengan datang ke masyarakat dan menjawab semua kesulitan meraka dengan pengabdian. Itu mas namanya membentuk citra yang sebenarnya. Bukan melalui iklan saja. Masyarakat tentu akan memilih yang pernah mengerti mereka. Bukan karena pernah melihat saja di televisi.”

Pernyataan diatas menunjukan bahwa Partai Demokrat melihat iklan tidak tidak

relevan dengan pembentukan citra. Bahwa iklan kendati banyak dan deras menghantam

masayarakat, bila tidak didukung jaringan akar rumput di masyarakat akan cenderung seperti

angin lalu.

Ketika penulis menanyakan lalu bagaimanakah usaha yang dilakuakan oleh orang

atau partai yang baru pertama ikut dalam kompetisi? Apakah masyarakat sudah mengetahui

karyanya dan bagaimana menyampaikan visi dan misinya. Dan apakah salah menggunakan

iklan sebagai media membentuk citra diri di masyarakat? Partai Demokrat lewat pernyataan

Wirabumi menjawab bahwa tentu akan ada usaha-usaha yang dipikirkan oleh tim kampanye

guna membuat citra di masyarakat. Sedangkan untuk jawaban jelasnya wirabumi mengatakan

tidak dalam kapasitasnya menjawab pertanyaan itu.

Sementara itu Partai Golkar membenarkan kecenderungan bahwa iklan politik

berfungsi membentuk citra. Setiap kali melihat kemasan iklan politik di berbagai media

massa sang tokoh selalu dicitrakan berpendidikan tinggi, religius, santun, murah senyum, dan

ramah. Sang tokoh laksana malaikat pembawa warta gembira penuh kedamaian dan

kebijaksanaan. Sang tokoh seperti manusia dermawan yang selalu membantu yang lemah.

Page 65: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Sang tokoh menjadi juru selamat yang akan menyelesaikan semua masalah. Seperti berikut

petikan pernyataan dari Koes Rahardjo, Ketua DPD Partai Golkar Kota Surakarta.

“Dalam kemasan tayangan iklan poltik sang tokoh selalu terlihat merakyat. Blusukan di pasar tradisional dan pemukiman kumuh di pinggiran kota. Menyapa wong cilik penuh perhatian. Berbaur dengan masyarakat pedesaan dan warga miskin. Disana digambarkan, sang tokoh bersama penggiringnya ikut merasakan denyut kehidupan yang serba opo enenge. Iklan politik mesti ngono-ngono rata-rata.”

Koes kembali menambahkan, Ketika kita menyaksikan iklan poltik yang bertebaran

di berbagai jagad media, sebenarrnya kita sedang melihat upaya keras para Caleg dan

kandidat presiden mengkomunikasikan politiknya sebagai kenyataan yang tidak sebenarnya.

Dikatakan kenyataan yang tidak sebenarnya karena bila pengiklan politik menjual citra

dirinya yang sebenarnya, dirasa tidak mampu mendongkrak popularitas dan perolehan suara

di pertarungan pemilu.

Oleh sebab itu, untuk memenangkan pertarungan dibutuhkan realitas bentukan yang

sering disebut pencitraan diri. Realitas kedua ini tentu kadang tidak sesuai dengan kenyataan

yang ada.

“Gaung dari tetabuhan itu ditandai dengan upaya para caleg dan kandidat presiden berlarian menarik massa, lalu bagaimana caranya? Tentu saja dilakukan dengan cara instan. Kenapa instan? Dikarenakan para caleg dan kandidat preesiden tidak dikenal rakyat. Oleh karena itu upaya instan yang dilakukan guna mengakomodasi pencitraan dirinya, maka satu-satunya jalur lewat iklan poltik. Mereka berpendapat bahwa berbagai media iklan diyakini mempunyai kekuatan super. Ya tapi benar lho media massa sekarang itu pengeruhnya besar banget.”

Hal senada diungkapkan pula oleh Taufiqurahman, Wakil Sekretaris DPD Partai

Golkar Kota Surakarta.

“Tampilan iklan politik kemudian dipenuhi dengan proses pencitraan yang serba sempurna. Tampilan iklan poltik sejenis itu sudah menjadi rahasia umum, karena diyakini mampu memperkenalkan diri mereka di hadapan rakyat. Apalagi di Pemilu 2009 ini para caleg terbuai guyup pemilihan langsung. Mereka merasakan bak kaum selebritas yang ganteng, gagah, cantik, cerdas, santun, agamis, dan berbagai keunggulan lain. Dalam pemikiran mereka dengan memasang wajah mereka sebanyak mungkin para pemilih akan tertarik menjatuhkan pilihan pada dirinya.”

Dituturkan lagi oleh Taufiqurahman, oleh beberapa kalangan, kemudian semua itu

dianggap wajar dan manusiawi. Karena menurutnya karakteristik iklan politik memang

Page 66: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

didedikasikan untuk memunculkan citra diri para caleg sesempurna mungkin. Secara teoritis

iklan poltik diposisikan sebagai media penyampai pesan verbal dan visual dari para caleg

kepada calon pemilih.

Sementara itu Partai PDI Perjuangan Kota Surakarta melihat dalam banyak iklan

politik banyak berguna untuk membentuk citra dari pengiklan. PDI Perjuangan meilhatnya

hal ini seperti juga terjadi dalam iklan produk komersiil. seluruh narasumber PDI Perjuangan

beranggapan bahwa iklan politik dapat merekonstruksi citra dan sikap emosional terhadap

kandidat. Berikut pernyataan Rudi.

“Masa kampanye singkat kan mas. Jadi momen itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Nah iklan poltik merupakan media yang pas menjawab itu semua. Melihat efek dari media kan luas. Sehingga para calon menggunakan media untuk mengakomodasi pencitraan dirinya. Apalagi media televisi. Setiap rumah saat ini uwes duwe televise. Bahkan saben sore mesti nonton. Ya tho?”

Pernyataan serupa juga diungkapkan Hendratno. Mengenai iklan politik yang sering

berguna untuk membentuk citra kontestan.

“Iklan politik ya kalo menurut saya, bisa menggiring emosi pemilih untuk memilih dirinya. Karena dalam iklan itu kan figur pengiklan seperti dibentuk oleh tim kreatif iklan mas. Bahwa dirinya baik, santun, bertanggung jawab, mampu menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat, wes pokoke sing apik-apik lah.”

PDI Perjuangan menafsirkan pembentukan citra dapat diartikan dalam 2 pengertian.

Pertama menyangkut pihak yang belum dikenal dalam masyarakat. Iklan dapat berguna

dalam proses membentuk citra dan emosi pemilih tetang calon kontestan politik dari awal.

Seperti perkenalan dalam bahasa umumnya, menimbulakan kesan pertama. Saat-saat pertama

inilah yang coba dibentuk citranya sebaik mungkin dalam iklan politik yang ditayangkan.

Kedua, merekonstruksi citra. Ini menjadi mungkin bila masyarakat telah mengenal

calon konstestan lebih dulu. Jika citra yang didapat dari masyarakat juga tidak begitu baik,

maka yang dilakukan adalah iklan yang ditayangkan berisi upaya merekonstruksi ulang citra

yang ada di masyarakat. Seperti diungkapkan Sukasno berikut.

“Membentuk citra itu ada dua. Bila calon atau partai politik baru berkompetisi untuk yang pertama kalinya, iklan politik digunakan media kulonuwun. Ini kan saat-saat pertama jadi digunakan

Page 67: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

membuat citra sebaik mungkin di masyarakat. Seperti kita kalo lagi ketemu pertama kan diusahakan berpenampilan sebaik mungkin, semanteb mungkin. Nah setelah itu untuk mereka yang sudah pernah berkompetisi dan citra di masyarakat belum begitu bagus, yaa butuh iklan juga untuk meyakinkan pemilih tho kalo dirinya sudah baik dan tidak seperti dulu lagi. Jadi semacam membentuk citra yang baru di masyarakat. untuk iklan politik capres kemarin yang menggunakan pencitraan baru bisa diihat di iklan Yusuf Kalla kemarin.”

Selanjutnya Sukasno menerangkan, untuk wujud pencitraan yang efektif kadang

secara tidak sungkan para kontestan politik berupaya menunjukan ke masyarakat dirinya juga

ikut merasakan penderitaan mereka. Adegan seperti ikut memakan nasi aking, menyambangi

petani di sawah, terjun di pesisir pantai menemui nelayan adalah sebagian contoh. Kendati

hal itu tidak dilakukan lagi ketika dirinya sudah terpilih menjadi wakil rakyat.

c. Membantu Meningkatkan Keterkenalan

Iklan politik dengan penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif menjadi pilihan

yang sangat efektif untuk membangun perhatian dan minat serta membangun target audience

secara massal melalui media. Selain itu, iklan politik dibutuhkan untuk meningkatkan

awarness pemilih kepada calon legislatif dan calon presiden yang berlaga dalam perhelatan

Pemilu 2009.84

Seluruh informan dari partai poltik membenarkan bahwa iklan politik sanggup

meningkatkan keterkenalan di mata masyarakat. Terutama bagi mereka yang baru

berkompetisi untuk pertama kali tentu membutuhkan media guna mengakomodasi

kepentingannya.

Seperti dituturkan Sukasno, dirinya menerangkan kenapa harus memperkenalkan

diri? Apakah selama ini tidak dikenal? Tentu saja sampai dengan mereka nyaleg, para caleg

yang terhormat tidak pernah dekat dengan rakyatnya. Jalan pintas menurutnya, iklan politik

kemudian dimitoskan sebagai cara instan untuk memperkenalkan diri pada rakyat.

“Iklan dibutuhkan paling tidak untuk meningkatkan keterkenalan. Ini bisa dilihat dari kasus pemilu kemarin kan yang mencalonkan banyak. Dan tidak dari semua itu kan sudah dikenal. Jadi ya perlu lah beriklan.. Setidaknya untuk kulonuwun bahasanya. Jadi masyarakat mempunyai referensi. Namun untuk turun langsung dan berkomunikasi itu lebih menjadi

84 Sumbo Tinarbuko, Opcit hal 58.

Page 68: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

kewajiban. Kalo iklan tok kan orang gak percaya mas. Lawong orang sekarang itu pinter-pinter.”

Menurut Sukasno, keberadaan iklan politik merupakan langkah pendukung selain

tentu saja harus turun langsung menemui masyarakat. Iklan politik menurut Sukasno adalah

jalan pintas dikarenakan kemampuannya yang mampu menjamah masyarakat hingga pelosok

pedalaman. Hal itu dikarenakan menurutnya, waktu yang terbatas tentu saja akan membatasi

kemampuan dari calon kontestan pemilu untuk menemui seluruh masyarakat.

Pandangan Sukasno hampir sependapat dengan Sekretaris Partai Demokrat,

Suprianto, bahwa iklan dirasa mampu meningkatkan keterkenalan di masyarakat. Tidak

hanya bagi yang baru pertama, iklan dirasa juga merupakan sesuatu yang cukup penting

dalam menjaga pemilih agar tidak tertarik kepada calon lain.

Komunikasi modern menurut Supriyanto, Pada akhirnya menuntut mereka untuk

harus beriklan. Berdasarkan pengalaman, mereka yang tidak beriklan kehilangan satu langkah

lebih cepat dalam upaya merayu pemilih. Dikatakan kalah cepat karena mungkin iklan

memang tidak mampu secara pasti menaikan angka pasti memilih namun, mampu membuat

calon aktor politik menjadi dipertimbangkan dalam keputusan memilih.

Dalam keyakinan Supriyanto, Hal ini menjadi penting mengingat persaingan dalam

komunikasi politik begitu berat, masyarakat sendiri juga dalam kehidupannya mulai tidak

menyukai komunikasi poltik tradisional yang dilakukan dalam bentuk pawai dan

pengumpulan massa. Sebagian dari mereka menilai hal itu tidak produktif dan kadang dalam

pelaksanaannya cenderung chaos.

“Iklan politik menjawab kebutuhan itu. Yang beriklan butuh terkenal dan masyarakat juga sekarang tidak suka model kampanye seperti dulu. Apalagi masyarakat sekarang konsumsi terhadap media kan besar. Ini sebuah peluang kalau bisa kita manfaatkan.”

Sementara menurut partai Partai Golkar, iklan memang dibutuhkan untuk menaikan

kepopuleran. Melalui koes raharjo, golkar berpendapat, iklan poltik dalam menaikan

Page 69: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

keterkenalan, membutuhkan Tim kreatif dan konsultan periklanan. Ini dikarenakan, iklan

politik membutuhkan perhatian yang lebih dari sekedar iklan biasa.

Dipaparkan oleh Koes, arus yang begitu deras saat ini membuat hal yang ditangkap

oleh masyarakat adalah hal-hal yang berbeda dan mudah diingat. Jadi, tidak semua pesan

yang disampaikan dalam iklan akan diingat oleh pemirsa. Sehingga hanya iklan yang mampu

menembus arus yang begitu deras tadi yang mendapat tempat dibenak pemilih.

Ditambahkan lagi oleh Koes, penerapan iklan politik pun tidak seperti iklan komersiil.

Dikatakan begitu karena dalam iklan politik hal yang dikomunikasikan adalah pesan politik.

Sesuatu yang abstrak untuk dirasakan dan dilihat masyarakat. Manfaatnya pun tidak dalam

wujud yang langsung dirasakan. Namun butuh proses.

Kendati Koes sependapat iklan dapat meningkatkan keterkenalan, namun dia juga

sependapat dengan dengan Partai Demokrat bahwa iklan tidak mampu meningkatkan angka

kepemilihan. Namun mampu membuat pemilih mempertimbangkan aktor politik untuk

dipilih dalam perhelatan pemungutan suara.

“Itu saya sepakat iklan membuat jadi terkenal. Tapi tidak terlalu tepat menurut saya. keterkenalan merupakan suatu proses agar kita dapat dipilih. Bagaimana kita dapat terpilih bila dikenal saja tidak. Lihat kasus Prabowo, disitu kan bisa dilihat bahwa 2004 Prabowo hanya sedikit dikenal, namun lihat 2009, menjadi sangat dikenal. Tinggal butuh waktu untuk 2014 bagi Prabowo menjadi calon kuat presiden. Itu kan sebuah proses, dan saya melihat iklan politik merupakan salah satu jawaban dari proses itu. Salah satu cara ya, masih ada proses komunikasi politik yang lain selain iklan politk. Dalam politik itu dinamakan tahapan-tahapan yang harus dilewati.

Koes lalu mencontohkan hal yang lain, kegagalan iklan poltik Rizal Malarangeng

menunjukan bahwa popularitas tidak terlalu mempengaruhi elektabilitas. Popularitas

seseorang harus juga ditunjang dengan jaringan kader di tingkat akar rumput. Jaringan seperti

itu akan terpilin rapi jika selama waktu sebelumnya sudah berkarya nyata di masyarakat.

“Jika seseorang mau terjun ke politik dan ingin dikenal publiknya maka dia harus bekerja keras. Hasil kerja kerasnya itulah yang nanti akan berguna kelak. Tentu saja kerja keras itu tidak dalam hitungan bulan. Mereka harus turun ke rakyat sejak 10-15 tahun sebelumnya.”

Page 70: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Sejarah mencatat banyak politikus, Caleg, atau ketua partai politik mengejar

popularitas lewat iklan politik, namun realitas lapangan menunjukan sebaliknya. Mereka

secara kasatmata populer di hadapan publik dan calon pemilih namun lemah secara

elektabilitas. Dengan demikian kendati diguyur popularitas di depan public tidak serta merta

kemudian dipilih. Wakil rakyat tidak cukup hanya bermodalkan popularitas. Namun juga

pengalaman lapangan yang teruji ruang dan waktu. Rakyat pun perlu diyakinkan dengan

pengabdian tulus lewat sebuah karya nyata yang konkret.

d. Media Sosialisasi Program

Seluruh informan sangat sepakat bahwa iklan politik menjadi wadah yang tepat untuk

sosialisasi program politik. Baik program tersebut merupakan program baru maupun program

lama yang dicoba dingatkan kembali.

Ini seperti dalam teori Philip Kotller85 bahwa iklan mampu menjadi wadah untuk

menyampaikan informasi, membujuk maupun mengingatkan. Menyampaikan informasi yang

berharga bagi calon pemilih.

Hal ini dikaitkan dalam iklan politik bisa saja informasi sederhana seperti pergantian

nomor urut dan tanda logo dari partai misalnya. Informasi juga bisa berwujud juga semacam

pergantian cara memungut suara. Dari sebelumnya mencoblos menjadi mencontreng.

Sementara untuk fungsi membujuk, iklan dalam pendapat Kotler86 sering berguna bila

arus informasi menjadi semakin jenuh. Ini bisa berwujud bujukan untuk memilih, mengubah

persepsi mengenai citra politik dari calon tertentu. Sementara fungsi mengingatkan

dibutuhkan bila pesan politik dirasa perlu disampaikan lagi kepada pemilih agar semakin

yakin dan tidak tergoda untuk memilih yang lain.

85 Philip Kotler, manajemen pemasaran, analisis, perencanaan dan pengendalian, 1990 hal 88. 86 Ibid, hal 88

Page 71: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Seperti juga terdapat dalam hasil riset Falkow dan Cwalian Kaid, bahwa selain iklan

berguna untuk membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat. Iklan

politik juga bermanfaat dalam mempengaruhi opini publik tentang isu-isu tertentu.87

Terkait dalam fungsi menyampaikan informasi program-program politik, partai PDI

Perjuangan memiliki penafsiran bahwa iklan poltik bila tidak berisi iklan yang berisi pesan

mengeanai program politik hanya terkesan merupakan sesuatu yang tidak mendidik. Hal ini

dipandang penting melihat iklan politik sering hanya berisi ajakan langsung untuk memilih

tanpa ada kejelasan mengenai sebetulnya apa program, visi dan misi sehingga dirasa

mencoba membodohi masyarakat.

Dikatakan membodohi masyarakat hal ini dikarenakan PDI Perjuangan lewat Ketua

DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta, Rudi, melihat iklan politik tidak hanya sekedar jualan

poltik. Namun juga mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat. Seperti mangangkat isu-

isu sosial dan mempunyai tawaran formula solusi mengatasinya.

Sementara pendapat yang lain sesama informan PDI Perjuangan, Hendratno,

mengungkapkan, iklan lebih merupakan wahana penginformasian poltik. Informasi yang

disampaikan seharusnya menurut Hendratno merupakan informasi yang jujur dan tidak

terkesan merupakan sesuatu yang muluk-muluk saja. Karena sering menurutnya iklan hanya

bersifat menonjolkan dirinya sendiri. Seperti digambarkan oleh Hendratno dalam iklan kecap.

“…..Yang namanya iklan kan semua kecap nomor satu. Ga da kecap nomor dua itu gak ada. Nah ini bohong ini namanya menyesatkan masyarakat. Dan intinya bila tidak sesuai dengan yang dijanjikan di iklan menurut saya pasti pemilih akan tahu. Dan tidak akan memilih untuk pemilihan selanjutya.”

Sementara menurut Partai Demokrat, iklan lebih merupakan penyampaian informasi

politik yang ditujukan untuk pemilih agar tidak terjadi pemilih seakan-akan memilih kucing

dalam karung. Istilah ini merupakan istilah lama yang dikarenakan pemilih jaman orde baru

dimana pemilih tidak mengetahui siapa saja orang yang menjadi wakil suara dirinya. Namun

87 Setiyono, Opcit hal 346-347

Page 72: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

saat ini istilah ini mengalami perluasan. Dikarenakan memilih dalam karung tidak hanya pada

batasan fisik saja, namun juga dalam artian program kerja yang akan dilakukan. Berikut

diutarakan Sekertaris DPC Partai Demokrat, Supriyanto.

“Dulu orang memilih kan seperti membeli kucing dalam karung. Ini tidak hanya sebatas kita tidak tahu siapa yang mewakili kita, namun juga program yang dia canangkan kita juga tidak tahu.”

Ditambahkan oleh Supriyanto, iklan politik seharusnya memenuhi target jangka

pendek dan jangka panjang dari penginformasian politik. Target jangka pendek disebutkan

oleh Supriyanto berupa pengertian dari pemilih dalam segera mampu mengerti mengenai

pesan yang dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat berupa hal-hal dasar dalam diri

pengiklan. Seperti nomor urut, logo partai dan slogan.

Sedangkan mengenai target jangka panjang bisa berupa keinginan pengiklan agar

iklan dapat diintepretasikan dalam alam pikiran yang lebih dalam. Hal ini mengingat bisa

menyangkut hal yang tidak popular dan abstrak bagi diri pemirsa.

“Pesan pemberantasan korupsi dalam setiap iklan Partai Demokrat kan tidak mudah dimengertiu sebenarnya. Iklan ini gencar dikampanyekan tapi masyarakat melihat korupsi adalah hal yang biasa dan sulit untuk dibernatas. Maka kewat iklan dapat diinformasikan seperti bagaimana cara-cara konkret korupsi dapat diberantas. Sehingga menjadi target jangka panjang bagi pemilih adalah akhirnya pemilih sadar bahwa program ini penting dan sangat substansial.”

Sementara menurut Partai Golkar, iklan politik memang seharusnya memenuhi fungsi

menginformasikan program-program dan tidak hanya sekedar wahana membuai masyarakat

dengan mengharu biru saja. Dalam penuturan Taufiqurahman, iklan sering hanya membuai

emosi pemilih lewat kata-katanya.

Diungkapkan lagi penginformasian juga hendaknya secara cerdas dan tidak hanya

sekedar janji-janji yang membesarkan hati rakyat. Sudah bukan saatnya lagi iklan politik

hanya berkisar janji yang pada akhirnya tidak ditepati oleh wakil rakyat ketika sudah

mengemban amanah.

Page 73: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Penginformasian ditujukan pada dasarnya untuk mendidik politik masyarakat lebih

cerdas dan bertanggung jawab dalam memilih. Tidak hanya terpikat seorang calon dari

penampilan dan kemasan menarik dari iklan sebagaimana layaknya iklan produk komersiil.

“Ada tanggung jawab untuk mengemban amanah ketika sudah jadi terpilih. Jadi sebelum program dilakukan harusnya kita paparkan kepada masyarkat. Kalo merencanakan saja kita susah apalagi dalam melaksanakan. Pemilih seharusnya sadar kan hal ini. Tidak hanya melihat iklan yang emosional lalu memilihnya.”

e. Berisi Janji-Janji

Ada yang menarik ketika persepsi selanjutnya iklan politik oleh partai politik

cenderung dipersepsikan hanya berisi janji-janji. Tidak semua dari partai politik sependapat

dengan hal tersebut. Seluruh narasumber dari partai PDI Perjuangan membenarkan hal itu.

Sedangkan seluruh informan Partai Demokrat tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurut

Partai Demokrat pesan yang disampaikan dalam iklan politik adalah komitmen politik. Jadi

bukan sekedar janji-janji.

Dikatakan komitmen karena menurut Partai Demokrat iklan politik pesan yang

disampaikan harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat selaku pemberi amanah.

Komitmen yang diutarakan dalam iklan selanjutnya harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Partai Demokrat menggarisbawahi bahwa komitmen politik pada saat ini

diwujudkan dalam bentuk kontrak politik. Isinya sasaran target dan tujuan dari program serta

konsekuensi yang akan didapat seandainya tidak dilaksanakan. Kontrak ini menjadi batasan

yang memperkuat pernyataan dasar bahwa komitmen politik tadi tidak sekedar janji-janji

semata. Seperti diungkapkan Wirabumi berikut ini.

“Tidak mas, ini komitmen politik jadi bukan janji-janji. Seperti yang sudah kita ketahui selama ini pemerintahan sudah berusaha dengan keras untuk menepati komitmen tadi. Dan kita lihat rakyat juga kepercayaan terhadap pemerintah tinggi. Sehingga bisa terpilih lagi. Ini faktanya kan mas, bukan janji-janji.”

Sementara menurut pendapat Partai PDI Perjuangan, Sebagian besar iklan politik

dipersepsikan selalu saja berisi janji-janji. Dalam tanggapannya janji-janji iklan politik sering

disebut-sebut hanya sebatas sesuatu yang berwujud retorika saja. Banyak iklan politik di

Page 74: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Indonesia menawarkan janji-janji yang pada akhirnya setelah menjabat, janji-janji tersebut

tidak ditepati. Berikut seperti diutarakan Hendratno.

“Kalo saya pribadi melihat iklan politik di Indonesia selalu saja berisi janji-janji. Janji yang menurut saya seperti angin surga. Semuanya terkesan serba mudah, serba enak ta tho mas. Seandainya saya menjadi nanti akan saya buat ini.saya buat itu, kesannya kok seperti enak gitu lho. Nah tapi kalau sudah jadi sudah lupa dengan janji-janjinya. Jangan dikira rakyat gak peduli lho mas. Mereka ini niteni lho siapa wakil rakyat yang setelah jadi kok kenyataanya gak dilaksanakan.”

Sudut pandang dari pendapat diatas tentu seperti sudut pandang rakyat kebanyakan.

Sebagian besar dari rakyat memang selalu memperhatikan wakil rakyat yang sudah terpilih

pada akhirnya lupa dengan apa yang diucapkan sebelum terpilih.

Sukasno menambahkan, sering dalam janji politik hanya sebatas retorika saja. Tidak

pernah dilaksanakan. Artinya sering dalam perncangan program hanya bersifat nornmatif dan

ketika diwujudkan dalam program yang lebih detail menjadi hal yang mustahil untuk

dilaksanakan. Menurut Sukasno hal seperti ini harus dirubah dalam komunikasi politik

Indonesia. Selain tidak mendidik, sebetulnya posisi masyarakat sendiri juga jenuh dengan

iklan politik seperti ini.

Menjadi menarik ternyata berdasar hasil wawancara dengan partai golkar, satu

informan dari Partai Golkar mengungkapkan iklan politik memang selalu berisi janji-janji.

Sedangkan dua informan lagi menyatakan kurang sepakat jika iklan politik hanya berisi janji-

janji. Namun dia sebut ini merupakan sebuah tawaran program.

Satu informan yang menyebutkan iklan poltik adalah janji-janji yaitu

Taufiqurahman. Dirinya berpendapat, iklan politik pada dasarnya adalah iklan juga. Dimana

terdapat dalam iklan tentu saja pengakuan dirinya yang terbaik dan bujuk rayu. Bahwa iklan

politik kemudian berisi janji-janji adalah hal yang wajar. Namun menurutnya iklan seperti ini

pada hati pemilih tidak akan mendapat tempat. Dikarenakan menurut Taufiq, masyarakat di

Indonesia sudah cukup mempunyai bekal pengetahuan yang cukup untuk membedakan iklan

yang baik dan yang buruk.

Page 75: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Sedangkan menurut dua informan yang lain, yaitu Koes dan Supriyanto iklan politik

kurang tepat jika dipersepsikan hanya sekedar janji-janji. Muatan dalam iklan poltik lebih

tepat dikatakan sebagai pemaparan program. Pemaparan inilah yang pada akhirnya

dikomunikasikan lewat iklan kepada pemilih.

Partai Golkar melihat, kecenderungan iklan politik cenderung dipersepsikan sebagai

janji-janji dikarenakan selama ini iklan politik sebagian besar berisi seperti itu. Pesan yang

disampaikan seakan-akan memberi harapan yang besar kepada pemilih. Padahal aktor politik

tidak mempunyai rancangan yang jelas bagaimana program itu dapat dilakukan. Seperti

diutarakan oleh Koes berikut ini.

“Sebatas wacana saja. Tidak jarang iklan politik memang isinya janji-janji. Masyarakat sekarang juga masih saja terbuai dengan janji-janji. Mereka sebetulnya tidak bias disalahkan, karena kehidupan mereka memang rekoso. Dan mereka menginginkan perubahan. Nah iklan politik sering berisi wacana perubahan yang menjawab keinginan rakyat yang kehidupannya memang rekoso tersebut. Jadi disini menurut saya kan ada permintaan dan penawaran.”

Ditambahkan oleh Koes, iklan politik seharusnya menjawab kebutuhan masyarakat

akan perubahan tersebut, dan tidak seharusnya justru menggunakan kesempatan itu demi

kepentingannya.

“Sekali lagi kalo janji itu seharusnya program-program yang dapat diwujudkan dan tidak sekedar berwujud impian saja. Kasihan rakyat mereka kok menurut saya seperti dimanfaatkan saja.”

f. Berlebihan (Narsis)

Narsis tidak hanya diartikan sebagai kecenderungan pencarian kepuasan seksual

melalui tubuh sendiri. Tapi juga segala bentuk penyanjungan diri, pemuasan diri, atau

pemujaan diri. Sementara narsisme politik adalah kecenderungan pemujaan diri berlebihan

elit politik, yang membangun citra diri, meskipun itu bukan realitas diri yang sebenarnya.88

Semangat narsisme dalam iklan politik diwujudkan tampilan visual yang berupaya

meyakinkan masyarakat. Dalam iklan politik sering didedahkan lewat senyuman para aktor

politik. Realitas visualnya dipaksakan untuk dikonsumsi masyarakat. Dikatakan dipaksakan

88 Artikel Sigit Widagdo, “Zaman Narsisme”, Kedaulatan Rakyat, 22 Oktober 2008

Page 76: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

karena menurut PDI Perjuangan, iklan seakan-akan keluar dari konteks asli tujuan utama

beriklan. Yaitu menginformasikan pesan-pesan politik. Justru pada iklan politik yang sering

disaksikan masyarakat hanya disuguhi penampilan narsis dari aktor politik dengan

penampilan yang sesempurna mungkin, dengan senyuman yang terbaik dan tatapan mata

yang diusahakan meyakinkan.

Atas fenomena seperti itu menurut PDI Perjuangan, sebetulnya para aktor politik

kita sebenarnya sedang mengadu nasib di dunia politik. Tanpa melihat bahwa tanggung

jawab sebagai pengemban amanah rakyat sebetulnya merupakan tugas mulia. Para aktor

politik yang menggunakan stategi narsis sebetulnya sedang menunjukan dirinya ingin instan

dalam bertarung di dunia politk. Dikatakan begitu karena dengan narsis itu menunjukan

dirinya sebetulnya tidak punya jam terbang. Belum pula memiliki prestasi yang

membanggakan masyarakat. Berikut petikan wawancara dengan Sukasno.

“Saya juga melihat iklan politik itu cenderung berlebihan. Proses iklan kok banyak dipahami sebagai pamer wajah dan gelar serta jor-joran dalam memperbanyak tampil di televisi. mereka semacam mengadu nasib menjadi sekelompok manusia terhormat. Mengupayakan diri menjadi orang yang dihormati. Jika ikhtiar terkabul, mereka mengemban tugas menjadi wakil rakyat. Sebuah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan benar, agar kemakmuran rakyatnya dapat terjamin lahir dan batin. Seharusnya begitu ya tho. Tapi kadang kenyataanya jauh.”

Pada titik ini PDI Perjuangan melihat para aktor politik menjalankan aktivitas tebar

pesona sering mendandani dirinya dengan tampilan fisik yang sedemikian rupa dan slogan

yang persuasif : Berjuang untuk rakyat, Hidup adalah perbuatan, Bangkit negeriku harapan

itu masih ada. Penanda narsis yang lain dapat terlihat di depan dan belakang nama orang yang

berpartisipasi dalam kompetisi politik. Disana dicantumkan lengkap gelar akademis yang

diyakini dapat mendongkrak daya tarik aura fisiknya di depan publik. Seperti diungkapkan

FX Hadi Rudiatmo.

“Orang Indonesia kalo melihat gelar itu dihormati lho mas. Kalo punya gelar akademis itu diyakini menjadi priyayi lho. Dengan argumen itu banyak Caleg kan yang rame-rame mencantumkan gelar. Jadi dalam iklan politik tidak hanya persaingan penampilan saja. Namun juga gelar jadi menambah ramai persaingan. Penampilan memang memegang peranan

Page 77: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

penting. Lawong kalo orangnya di iklan gak terlihat meyakinkan gak dipilih kok mas. Orang Indonesia kan masih terpikat luarnya saja tho.”

Benang merah dari pernyataan diatas adalah masyarakat Indonesia kadang masih

juga terpukau dengan penampilan luar yang terpampang dalam iklan politik. Ini dikarenakan

memang masyarakat kadanag tidak mengenal aktor politik dalam keseharian. Sehingga nilai-

nilai yang dia tangkap adalah yang tercantum dalam iklan saja. Jadi, menjadi hal yang wajar

ketika para aktor poltik selalu tampil tebar senyum di layar kaca televisi.

Ketika penulis menanyakan lebih dalam mengenai kewajaran fenomena ini

narasumber juga mengungkapkan hal yang serupa. Bahwa pengiklan cenderung beriklan

secara seperti itu karena juga masyarakat menginginkan pemimpin yang seperti itu. Jadi

semacam terjadi permintaan dan penawaran secara alami.

“Repot kadang dengan kondisi masyarakat kita. Yang penting enak dilihat penampilannya kendati tidak memenuhi kualifikasi sebagai orang yang mampu memecahkan persoalan rakyat gak papa. Kecenderungannya mereka kadang sudah capek darikerja jadi terkesan ra gagas dengan kondisi politik. Sehingga iklan yang serius dan menawarkan konsep politik yang bagus justru ora payu mas. Gak bisa disalahkan juga sebetulnya lha masyarakat maunya juga gitu.”

Sementara menurut Partai Golkar, lewat penuturan Koes Rahardjo, iklan politik

cenderung berlebihan dalam muatan iklannya. Beberapa iklan politik lebih menunjukan hal

yang sebetulnya diluar batas kenyataan. Satu hal juga yang dicatat dari pernyataan Koes

bahwa iklan politik penampilannya serba besar. Nomor besar, foto besar dengan pilihan huruf

yang besar. Hal ini menunjukannya keinginan untuk dikenal publik sangat besar dan

sekaligus menjadi kebanggaan dari kandidat politik untuk saling tebar pesona.

“Iklan politik kita kadang iseh kadang berlebihan. Seperti penonjolan keberhasilan democrat misalnya, menyontohkan keberhasilan penurunan harga BBM sampai tiga kali. Itu kan berlebihan. Lawong harganya memang turun dipasaran kok dikatkan keberhailan menurunkan harga. Kan lucu. Trus huruf-huruf dan foto juga serba besar. Bahkan berlomba gede-gedenan foto. Sampeyan juga analisa itu to. Malah tambah gayeng tapi isine ra ono to mas.”

Sementara Partai Demokrat tidak mau berkomentar lebih jauh dalam menanggapi

hal ini. Seperti dalam wawancara sebelumnya lebih memilih untuk menyerahkan kepada

pendapat mesing-masing dalam mempersepsikan hal ini.

Page 78: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

g. Seragam

Partai politik memaknai iklan politik cenderung tampilannya seragam. Seluruh

narasumber dari PDI Perjuangan dan Partai Golkar membenarkan hal tersebut. Namun Partai

Demokrat menyanggah akan hal itu.

Partai Golkar melihat dalam Pemilu 2009 lalu melihat kondisi iklan poltik TV yang

dibuat, kondisinya masih sama. Isi pesan umumnya masih seragam, yaitu berisi ajakan

mencoblos tanda gambar serta lebih manampilkan figure atau tokoh partai. Harapan akan

perbaikan kualitas lewat wujudnya iklan politik yang menampilkan isu-isu dan program tetap

tidak terwujud. Padahal iklan politik adalah bukan barang baru. Karena sudah ada

pengalaman pemilu 1999 dan 2004. Berangkat dari kenyataan itu Koes berspekulasi bahwa

aktor politik masih mengandalkan basis massa tradisional yang mengandalakan figur dan

bukan karena program-programnya.

Kembali ditambahkan Koes, keseragaman konsep dari iklan poltik di Indonesia juga

disebabkan pengiklan dan tim kreatifnya miskin ide yang komprehensif dan tidak mampu

membahasakan ide-idenya dengan cara yang brilian. Parahnya lagi biaya yang dihabiskan

untuk iklan politik tidak sedikit.

“Iklan kita cenderung seragam mas. Kalo sampeyan lihat ya tho. Ada ngajak milih tanda gambar. Terus dalam tayangannya ada sosoknya. Kalo dalam democrat ya SBY kalo dalam PDI P bukan Mega tapi Sukarno. Gitu-gitu aja. Gak berubah-berubah. Padahal mahal lho, pake tim kreatif juga tapi kok gak kreatif idenya.”

Ditambahkan oleh Koes, fenomena sosial berbentuk perang wacana iklan politik

menggambarkan betapa politisi Indonesia biasa berpikir instan. Iklan politik yang mereka

sebar lebih mengedepankan raut muka caleg dan kandidat presiden dijadikan komoditas yang

dijual layaknya artis. Tampilannya juga seragam yaitu dengan andalan visualisasi peci,

deretan gelar akademik, dan aktivitas menyantuni orang miskin, cara ini masih diyakini

Page 79: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

mempu mencitrakan sosok caleg dan kandidat presiden yang agamis, intelek, dan perhatian

kepada rakyat.

“Padahal, semua itu hanya seba permukaan. Iklan politik dengan memajang wajah, mengindikasikan, si pengiklan tidak merakyat. Mereka meposisikan dirinya bagaikan sebuah produk yang layak diperjual belikan.”

Sementara menurut PDI Perjuangan keseragaman iklan politik lebih disebabkan

kebutuhan akan iklan politik memang seperti itu. PDI Perjuangan berangkat dari pendapat

bahwa situasi kampanye di Indonesia cukup singkat dan persaingan cukup ketat. Sehingga

wajar saja bila komunikasi politik yang dilakukan adalah dengan ide-ide sedehana.

Penggunaan ide sederhana ini dirasa mampu menjawab kebutuhan akan pemilih

mengenai tanda gambar dan nomor urut aktor politik. Karena dua hal ini adalah hal paling

mendasar ketika pemilih berhadapan dengan surat suara.

Seperti diungkapkan Rudi, setiap tiba pemilihan umum nomor urut dan posisi tanda

gambar selalu berubah. Sehingga membutuhkan informasi mengenai hal tersebut. Iklan

politik dirasa mampu menjadi wahana yang menjawab kebutuhan tersebut.

“iklan yang baik itu kan yang memenuhi tujuan dari kita beriklan. Kalau kita beriklan tujuannya menjadi dikenal ya lewat iklan tersebut kita harus mempu menjadi dari sebelumnya tidak dikenal menjadi dikenal masyarakat. Bila tujuannya rakyat membentuk citra ya lewat iklan tersebut harus menjadi citranya lebih baik. Jadi semua sesuai kebutuhan mas. Sederhana saja tho.”

Dipaparkan kembali oleh Koes, seragam dalam tampilan iklan adalah hal yang

biasa. Jadi tidak perlu dibesar-besarkan. Menurut koes, bila penampilan ikla justru dibuat

terlalu berbeda bias menjadi kekagetan di masyarakat. Sejauh ini, iklan politik di Indonesia

kendati cenderung harus diakui monoton namun tidak pernah bersifat kampanye negatif.

“Di Amerika biasa lho mas iklan itu saling serang dan mencemoohkan. Nah di Indonesia iklan seperti di amerika kok tidak santun menurut saya. Kurang pas ya tho dengan budaya kita. Sejauh ini saya melihat iklan di Indonesia lebih baik daripada iklan di amerika soal etika berpolitik yang sehat. Pemilih Indonesia juga lebih menyukai cara santun seperti ini. Kalau kampanye negatif justru masyarakat bisa saja kehilangan simpati. Itu menurut pandangan saya.”

Page 80: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Sementara itu menurut Partai Demokrat, kurang sependapat bila iklan poltik di

Indonesia cenderung dipersepsikan seragam. Bagi Demokrat bila seragam hanya dimaknai

tampilan dari iklan politik bukanlah sesuatu analogi yang relevan.

Hal ini dikarenakan iklan politik memang menginformasikan pesan politik yang

dilakukan aktor politik. Sehingga wajar saja bila iklan menjadi kelihatan seperti sama antara

satu dan yang lain. Karena budaya dan latar belakang serta sasaran dari iklan adalah sama.

Lebih lanjut diungkapkan, iklan politik pada 2009 kemarin cukup beragam dan

kreatif dari segi penyampaian pesan yang diberikan. Seperti diungkapkan Wirabumi, iklan

politik Prabowo dan SBY merupakan contoh iklan yang kreatif dan mendobrak konsep lama

iklan politik di Indonesia.

‘‘Iklan Prabowo bercerita dengan pandai menurut saya. Beberapa media menyebut iklan Prabowo merupakan iklan terbaik. Saya cukup sependapat. Iklan Prabowo merupakan iklan yang menarik. Iklan SBY juga merupakan iklan yang menarik. Dari sisi efektifitas, bias dilihat lewat beberapa pesan poltik yang ada dalam iklan masih diingat oleh masyarakat hingga saat ini. Jadi saya tidak sepakat kalo iklan politik di Indonesia itu tampilannya seragam. Tapi kembali ke persepsi masyarakat tentunya akan menilai bagaimana.”

Dalam penilaian Demokrat tidak disangkal memang ada iklan yang tampilannya

sama antara satu partai dengan yang lain, namun menurutnya iklan poltik yang seragam lama-

kelamaan akan kehilangan pamornya. Hal ini mengingat para aktor poltik harus memiliki

identitas yang kuat dalam komunikasi politiknya. Identitas itu lalu diekspresikan dalam

bentuk nama, simbol, warna, dan tata cara yang disinergikan sedemikian rupa untuk

membedakan citra diri antar masing-masing kandidat yang bersaing. Pada tingkat lebih

lanjut, iklan juga harus mencantumkan standar kualitas tertentu, sehingga dapat mendorong

dari sebelumnya hanya mengenal menjadi memilih.

“Ada cara dalam ilmu marketing, dari sebelumnya iklan hanya dikenal menjadi akhirnya keputusan membeli. Memang harus ada proses dikenal dahulu agar akhirnya menjadi dipilih. Tapi untuk menuju hal itu, iklan kita harus berkualitas dan berbobot dalam muatannya. Tidak sekedar iklan saja.”

Page 81: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

B. Persepsi Partai Politik Terhadap Iklan Politik Susilo Bambang Yudhoyono dan

Boediono Versi Indomie di Televisi Pada Pemilu 2009.

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan, iklan tidak akan

berwujud. Pesan yang disampaikan dalam iklan dapat berbentuk perpaduan antara pesan

verbal dan non verbal. Di dalam pesan verbal ia merupakan kata-kata yang tersusun dari

huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sementara semua pesan yang

bukan pesan verbal adalah pesan non verbal. Sepanjang bentuk non verbal tersebut

mengandung arti, maka dapat disebut pesan komunikasi.89

Sementara itu iklan politik berfungsi menyampaikan pesan verbal dan visual yang

sudah disusun secara persuasif dan komunikatif kepada khalayak. Dalam iklan pesan verbal

dan visual agak riskan untuk dipisahkan. Bila memposisikan sebagai audience, iklan harus

punya pesan verbal dan non verbal yang kredibel. Janjinya masuk akal, visinya jelas,

gambarnya menyentuh dan membuat nyaman calon pemilih.90

Selanjutnya untuk memahami persepsi tiga partai politik terhadap Iklan Politik

Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono versi Indomie di televisi, akan menjadi lebih

menarik bila penulis menyajikannya menjadi dua penyajian tersendiri. Yaitu persepsi

tarhadap pesan verbal dan non verbal (visualisasi iklan).

a. Persepsi Terhadap Pesan Verbal Iklan

Dari segi konten, iklan politik televisi yang lahir pada pemilu 1999, 2004 dan 2009

memiliki beberapa perkembangan. Setiyono91 menyebutkan, di awal kelahirannya pada

pemilu 1999, iklan-iklan politik TV tidak berbeda dengan iklan kecap, yaitu dalam arti tidak

ada pembedaan berarti antara iklan poltik dan iklan produk.

Setiyono sendiri kemudian berpendapat, seharusnya iklan politik di TV maupun

media lainnya, lebih berorientasi pada analisa terhadap masalah dan tawaran program 89 Rendra widyatama, Pengantar Periklanan, hal 17 90 Sumbo tinarbuko, iklan politik dalam realitas media, hal 81 91 Opcit, hal 36-37

Page 82: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

bagaimana mengatasinya. Iklan politik seharusnya juga berisi visi dan misi parpol yang bisa

dijadikan dasar pijakan bagi pemilih untuk menentukan pilihan.

Meskipun demikian, Setiyono mengatakan, kondisi seperti itu dimungkinkan terjadi

karena pemilu 1999 merupakan pemilu bagi sebagian besar parpol. Akibatnya kebutuhan

untuk mengenalkan nama dan logo partai lebih mengemuka dibanding isu dan program.

Selain itu, meski sudah terbiasa untuk menangani klien non bisnis dengan memakai

merketing sosial, Pemilu 1999 juga merupakan pengalaman pertama bagi biro-biro iklan

untuk memasarkan klien non bisnis baru, yaitu partai politik.

Berlanjut ketika Pemilu 2004, konten iklan yang dibuat oleh Parpol peserta Pemilu

kondisinya sama saja. Isi dalam iklan menurut Setiyono cenderung masih menampilkan logo

Parpol dan nomor partai saja.

Meski begitu, dalam versi Setiyono Pemilu 2004 tidak hanya iklan politik Parpol

yang muncul namun juga iklan politik Capres. Iklan politik Prabowo Subianto dinilai contoh

iklan politik yang baik. Iklan ini bercerita tentang zaman ‘normal’ yang situasinya kemudian

berbeda setelah reformasi. Iklan itu kemudian mengemukakan impian tentang indonesia masa

depan yang dikaitkan dengan potensi kekayaan alam indonesia yang melimpah. Selain itu

iklan ini juga dirasa dengan cerdas mulai menampilakn sisi human interest Prabowo yang

berdiri di depan kelas layaknya guru SD, bermain bola dengan anak-anak dan sebagainya.

Sementara menurut Setiyono, pada 2009 dalam iklan politik Parpol dan Capres

mengalami banyak perkembangan. Dari kuantitas juga semakin banyak Parpol yang ikut serta

beriklan. Muatan iklan politik Gerindra, Demokrat, PKS dan PDI Perjuangan merupakan

iklan yang menarik. Iklan Gerindra diakui merupakan yang paling menonjol di ingatan

pemilih. Iklan PKS dan PDI perjuangan memberi warna tersendiri karena menggunakan

pendekatan berbeda. Yaitu pendekatan wacana terhadap ‘wong cilik’. Sementara Demokrat

menjadi partai yang ikut serta menggunakan metode lama yaitu ‘jualan’ figur.

Page 83: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Iklan politik Capres 2009 dalam analisa Setiyono juga mengalami perkembangan.

Bila pada 2004 iklan Capres didominasi oleh perang iklan yang tidak jelas arahnya. Tahun

2009 iklan politik berada pada arah yang bisa dibaca. Penggunaan saling klaim keberhasilan

program pemerintah, pengawasan program yang dijalankan pemerintah dan pembentukan

kembali citra di masyarakat. Jadi dalam 2009 iklan politik sebenarnya sudah menemukan

bentuk dan diharapkan pada 2014 iklan poltik akan semakin dewasa.

Iklan politik Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiyono versi indomie merupakan

salah satu dari 14 iklan politik capres yang ditayangkan di TV. Iklan ini berdurasi satu menit

dan ditayangkan di 10 stasiun televisi. Yaitu RCTI, SCTV, TPI, TRANS TV, TRANS 7,

METRO TV, TV ONE, INDOSIAR, ANTV dan TVRI.92

Dalam iklan ini pesan verbal yang disampaikan dalam iklan ini adalah

dinyanyikannya lagu modifikasi indomie oleh Mike Indonesian Idol. Selanjutnya dituliskan

pula slogan ‘SBY Presidenku’ di akhir iklan.

Persepsi partai politik terhadap pesan verbal iklan ini pun berbeda-beda. Partai

Demokrat sebagai pihak pengusung SBY mengungkapkan, iklan ini merupakan iklan yang

sederhana berdasar pesan verbal yang diungkapkan. Sehingga mudah diingat dan berkesan.

Penilaian Golkar dan PDI perjuangan berbeda lagi. Menurutnya konten pesan verbal yang

disampaikan adalah hal yang tidak jujur, tidak tepat dan berlebihan. Kendati berpendapat

demikian, satu informan dari Partai PDI Perjuangan dan Partai Golkar mengakui iklan ini

kreatif dan keluar dari pakem iklan namun efektif menjangkau pesannya ke pemilih.

Seperti diungkapkan PDI Perjuangan lewat Hendratno. Bahwa iklan itu

menggunakan jingle indomie merupakan sebuah terobosan yang tidak kreatif. Penggunaan

iklan politik seharusnya mencerdaskan pemilih dengan pendidikan poltik. Iklan poltik juga

92 Iklan Politik dan Dilematikanya, Wawasan, 23 Juni 2009

Page 84: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

seharusnya menjadikan pemilih dari yang sebelumnya tidak mempunyai acuan menjadi

memiliki acuan ketika nanti memilih.

Diungkapkan lagi oleh Hendratno, penggunaan iklan politik adalah berkaitan

dengan penyampaian pesan politik. Jadi tidak menjadi menarik bila dikaitkan dengan

makanan seperti produk mie instan dan sama sekali tidak berhubungan dengan politik.

“Kesan dari iklan tersebut, ya konteksnya sebetulnya tidak cocok. Iklan Indomie kok dibuat iklan pilpres, tidak kreatif, seharusnya membuat suatu inovasi yang lain yang menarik tapi tidak berkaitan dengan makanan.”

Ketika penulis menanyakan lebih lanjut jika iklan ini tidak menarik dan kreatif,

apakah iklan ini termasuk iklan yang tidak efektif? Hendratno menambahkan, efektif iklan

tidak dapat diukur dari kreatif tidaknya iklan. Namun, ada lembaga tersendiri yang akan

mengukurnya. Ukuran ini juga bukan jaminan pemilih akan ikut memilih seperti diiklankan.

Tapi yang pasti iklan ini banyak diingat karena jingle indomie sudah bertahun-tahun didengar

masyarakat.

“Efektif secara pasti saya kurang tau ya. Karena kan ada lembaga tersendiri yang akan mengukur dari efektifitas iklan. Apakah pesannya tertangkap dan bagaimana kesan yang didapat dan lain sebagainya. Tapi berdasarkan dari tanggapan yang pernah saya dengar, ada yang mengatakan iklan ini cukup kreatif, tapi ada juga yang mengatakan SBY tidak percaya diri hingga harus menggunakan jingle indomie sebagai iklan. Jingle Indomie kan sangat terkenal karena sudah bertahun-tahun ditayangkan.”

Dari pernyataan diatas, Hendratno mengungkapkan ada tanggapan yang mengatakan

iklan ini adalah iklan yang menarik dan kreatif. Menjadi pertanyaan selanjutnya penulis

adalah pihak mana yang mengatakan iklan ini kreatif? Hendratno kembali memberikan

pernyataan berikut ini.

“Masyarakat bawah yang kekurangan informasi sangat bagus terhadap iklan ini. Karena iklannya sederhana dan pasti sudah dengar jingle indomie. Jadi lebih mudah dipengaruhi. Untuk masyarakat perkotaan ya rata-rata sulit dipengaruhi iklan. Karena sudah memiliki pilihan. Salah satunya dipengaruhi faktor pergaulan, wawasan dan informasi. Tapi bukan informasi iklan.”

Partai Golkar melalui penuturan Taufiqurahman melihat iklan ini mengesankan

SBY tidak percaya diri bertarung dengan calon lain. Apalagi menurut Taufiqurahman SBY

Page 85: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

adalah incumbent. Secara kekuasaan dan popularitas sudah pasti dikenal. Jadi tidak perlu

beriklan seperti itu.

“Ya kesannya begini ya, karena iklan itu banyak dikenal orang lebih dulu, jadi mudah bagi SBY untuk mendapat simpati bagi masyarakat. Kesan saya pribadi dari iklan itu ada positif dan negatifnya. Negatifnya itu dia saat itu menjadi presiden jadi rasanya ga pantes bagi dia kok iklan seperti itu. Kaya gak percaya diri aja. Positifnya saya lihat justru iklan itu cukup kreatif. Karena sangat sederhana tapi efektif dalam menyampaikan pesan.”

Digarisbawahi dari pernyataan ini adalah Taufiqurahman melihat iklan ini

merupakan iklan kreatif. Merupakan iklan sederhana dan efektif menyampaikan pesan.

Selanjutnya penulis menanyakan apakah berarti iklan ini efektif terhadap masyarakat yang

melihat, Taufiqurahman memberikan penuturan berikut.

“Ya tergantung masyarakatnya mas, saya melihat masyarakat sangat tertarik. Tanggapan mereka sangat baik. iklan itu saya akui sangat kreatif, iklan itu sangat sederhana tapi mengena. Masyarakat juga sampai sekarang masih inget tentang iklan itu sampai sekarang. Itu tandanya iklan itu efektif. Dan termasuk menarik ya to. apalagi masyarakat bawah. Mereka ga mau tahu. Yang penting didengarnya enak. Sampai sekarang masih mereka nyanyikan. Pendukung SBY kalo demo untuk memepertegas dukungan mereka pada SBY masih menyanyikan jingle itu.”

Taufiqurahman menegaskan hal yang menonjol dalam iklan tersebut adalah

kesederhanaan dalam menyampaikan pesan. Pesan yang berwujud lagu jingle Indomie yang

dimodivikasi menjadi senjata ampuh menarik perhatian pemilih. Bahkan dijadikan yel-yel

hingga sekarang ketika pendukung SBY menegaskan dukungannya dalam membela program-

program pemerintah.

Sementara menurut Partai Demokrat lewat penuturan Wirabumi, iklan ini tidak

lebih memanfaatkan hal yang sudah dikenal selama ini oleh masyarakat. Jadi ini merupakan

sesuatu yang patut diapresiasi. Bahwa kemudian iklan ini meniru jingle mie instan,

merupakan hal yang wajar dan justru menjadikan menarik. Dirinya berpendapat iklan politik

tidak harus selalu berisi materi yang ‘berat’. Namun ada kalanya masyarakat diajak

keikutsertaannya dalam kegiatan politik lewat sesuatu yang ringan dan menghibur.

“Sebelum digunakan SBY iklan indomie ini kan sudah dikenal banyak orang. Image yang sudah dimiliki kan satu, menunjukan keunikan budaya nusantara. Kedua menggambarkan persamaan strata sosial. Bahwa mie adalah makanan yang sudah berkembang dalam semua strata sosial. Nah pada saat itu kemudian ditransfer manjadi iklan politik SBY, persepsi dan image itu juga yang muncul bahwa SBY menjadi dalam tanda kutip milik bangsa yang berbagai

Page 86: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

warna itu tadi. Ini perlu dihargai lho. Sebuah hal yang bagus tho menjadikan iklan politik menarik dan ringan. Jadi masyarakat tidak segera mengganti chanel TV-nya dan mau mendengar pesan-pesan politik.”

Sementara menurut Budi Riyanto, mengenai pesan verbal dalam iklan politik SBY

berbunyi ‘SBY Presidenku’, adalah hal yang wajar. Bahwa dalam semua iklan politik

dicantumkan penyampaian slogan adalah hal yang wajib. Diartikannya, slogan menjadi pesan

utama dalam komunikasi politik.

Ditambahkan oleh Budi, slogan berisi rangkuman visi dan misi dari aktor politik

dalam hal ini Capres dan Cawapres. Slogan SBY Presidenku adalah menunjukan SBY

merupakan sosok yang masih diharapkan memimpin republik ini lima tahun ke depan.

“Bila slogan SBY waktu kampanye 2004 itu bersama kita bisa. Artinya kita bisa bersama-sama mewujudkan perubahan indonesia yang lebih baik. Untuk 2009 ini, SBY presidenku menerangkan sosok SBY adalah orang yang pernah menjadi presiden dan masih diharapkan untuk memimpin lagi. Karena secara hasil kepemimpinan berdasrkan survei dari Demokrat, kepemimpinan SBY lima tahun itu bagus. Dan juga masyarakat mengharap dirinya mencalonkan diri juga besar.”

Ditambahkan oleh Budi, untuk menjadikan slogan itu menjadi mudah diingat

digunakanlah jingle Indomie. Menurut Budi, jingle Indomie sudah familiar, ini

mempermudah bagi tim sukses untuk membuat slogan menjadi mudah diingat.

“Dan itu efektif kan, slogan kan kalo ada iramanya jadi mudah diingat.”

B. Persepsi Terhadap Pesan Non Verbal

“Sebuah gambar dapat mewakili beribu kata.” Melalui kata-kata tersebut, kita

semua dapat memperoleh sebuah pengertian bahwa betapa sebuah karya visual berupa

gambar, lukisan, atau pun foto, sanggup menguraikan sebuah makna. Makna tidak hanya

diurakan melalui pesan verbal saja. Namun juga dapat diutarakan melalui pesan non verbal.

Dalam komunikasi pesan verbal dan non verbal adalah saling melengkapi fungsinya.

Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalammnya

terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna, dan komposisi. Ia dikelompokan dalam

komunikasi non verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan dan ucapan.

Page 87: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Upaya memberdayakan simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa bahasa visual

memiliki karakteristik yang bersifat khas, bahkan istimewa, untuk menimbulkan efek tertentu

pada pengamatnya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa

verbal.

Menurut partai politik, visualisasi Iklan Politik Susilo Bambang Yudhoyono dan

Boediono Versi Indomie di televisi dipersepsikan membentuk citra SBY diantaranya:

menjadi milik semua golongan, didukung masyarakat indonesia menjadi presiden lagi, dan

kesan bahagia akan kepemimpinan SBY selama ini dan mengharap untuk menjadi presiden

lagi.

Seluruh informan dari Partai Demokrat memiliki pendapat dengan persepsi ini.

Sedangkan tidak seluruh informan dari Partai Golkar sependapat dengan persepsi ini. Bahkan

masing-masing informan dari Partai Golkar memiliki argumen dan persepsi sendiri-sendiri.

Tercatat dua Informan dari Partai PDI perjuangan juga tidak sepakat dengan

persepsi diatas. Namun satu orang menyatakan sepakat sebatas SBY mempersepsikan

menjadi milik semua golongan. Seperti diungkapkan oleh Hendratno, iklan politik memang

harus menyampaikan dirinya adalah merupakan milik semua golongan. Dirinya

menyampaikan iklan PDI Perjuangan pun juga menggunakan penyampaian seperti itu.

“Iklan presiden ya harus seperti itu tho, gak boleh iklan presiden hanya milik satu golongan. Seperti milik PDI perjuangan juga begitu. Gak ada iklan politik hanya milik satu golongan. iklan politik ya untuk keseluruhan. Apa ada iklan politik yang hanya khusus untuk demokrat, ya gak ada tho. Nanti massa pemilih presiden hanya dari demokrat tok gak ada nambah dari yang lain. Jadi harus memenuhi semua suku, agama, ras, golongan termasuk domisili jawa dan luar jawa, semua harus tercakup.”

Ditambahkan oleh Hendratno, dirinya tidak sepakat dengan persepsi bahwa SBY

didukung oleh masyarakat banyak dan masyarakat puas akan kepemimpinan SBY. Sehingga

memohon SBY mencalonkan lagi untuk menjadi presiden. Menurutnya, masyarakat hanya

menilai dari penampilan saja.

Page 88: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

“Selama ini SBY kan banyak bermain pencitraan. Jadinya masyarakat juga mudah terbentuk persepsinya. Karena masyarakat sebagian besar di indonesia itu kan banyak yang masyarakat bawah. Jadi mudah dipengaruhi oleh penampilan saja.”

Diungkapkan pula oleh Rudi, iklan tersebut secara non verbal tidak menyimpulkan

apapun. Hal yang ditonjolkan adalah jingle indomie dan tidak lebih dari itu. Ketidak

sepakatan mereka mengenai persepsi terhadap iklan politik SBY Boediono versi Indomie

dapat dimaknai sebagai refleksi dari kompleksitas cara mereka mengintepretasikan mengenai

iklan politik.

“Saya tidak melihat ada persangkaan seperti itu ya mas. Tidak dan sama sekali tidak. Jika iklan tersebut terkesan SBY diinginkan masyarakat menjadi presiden lagi menurut saya tidak. Tapi ya tergantung kepada pendapat masyarakat sendiri-sendiri. Kalo menurut saya kok tidak. Hal yang paling mengesankan hanya sebatas nyanyi indomie itu yang sangat berkesan.”

Sementara itu menurut Partai Golkar, lewat penuturan Taufiqurahman, iklan politik

SBY yang mengesankan SBY didukung oleh banyak pihak untuk menjadi presiden lagi

adalah sesuatu yang diluar batas wajar. Dirinya berpendapat, pembentukan citra lewat iklan

mengesankan SBY sendiri tidak sanggup membentuk citra di masyarakat lewat perbuatan dan

karyanya selama menjabat menjadi presiden.

“Itu kan sudah berlebihan menurut saya, ada daerah tertentu yang kenyataanya bukan menjadi daerah pendukung dia. Saya menangkapnya presiden milik semua suku bangsa itu benar, tapi itu kan kalo sudah jadi,gitu to. Dia menggunakan sebagai presiden untuk menjadikan wacana nah itu ga bener menurut saya. Kalo sebagai milik semua sebagai presiden itu oke, tapi kalo milik semua untuk Pilpres selanjutnya itu yang gak bener lagi.”

Namun Taufiqurahman menambahkan, masyarakat sendiri juga mau untuk

dipengaruhhi dan kurang selektif dalam menyeleksi dari iklan-iklan politik yang selama ini

ditayangkan. Sehingga mau saja terkena ramuan ‘citra positif’ dari SBY.

“Dalam iklan tersebut sangat memperlihatkan kalo SBY itu jujur, membentuk citra bahwa SBY jujur tegas, kalo bicara manteb, meyakinkan dan tenang. Padahal kita ga tau dibalik itu sebetulnya seperti apa. Dan masyarakat sudah cerdas untuk menilai itu. Jadi iklan politik itu lebih daripada penampilan ya to...dalam iklan politik itu sangat memperlihatkan kalo SBY itu jujur, berusaha membentuk citra kalo jujur. Tapi dari balik itu kan akhirnya kembali ke masyarakat tentang penilaian sebenarnya. Pada dasarnya masyarakat kan sudah melihat SBY dalam 5 tahun pemerintahannya. Jadi iklan politik itu lebih kepada penampilan ya to..itu berguna untuk masyarakat bawah, tapi kalo yang menengah ke atas dan sudah berlatar belakang pendidikan lain lagi. Selama ini pembentukan citra itu berlaku untuk masyarakat bawah.”

Page 89: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Taufiq kembali menegaskan, iklan politik adalah hasil konstruksi citra. Kendati

bertujuan menyampaikan pesan politik namuan kenyataanya, pesan yang disampaikan justru

menjadi tidak jelas.

“Saya melihat tidak hanya SBY, hampir semua. Tapi satu hal iklan politik adalah kebohongan publik, ini secara umum. Semua tampilan yang ada adalah hasil permak. Bahkan aktor politiknya ikut dibuatkan citra yang serba sempurna.”

Ketua DPC Golkar, Koes Rahardjo, juga senada pernyataan diatas. Menurutnya

iklan politik SBY tidak mengesankan SBY diinginkan oleh semua rakyat menjadi presiden

lagi. Tidak pula SBY didukung semua golongan.

“SBY diuntungkan sudah menjadi presiden ya. Jadi secara kekuasaan sudah tentu dia diuntungkan. Dan menurut saya iklan tersebut tidak benar kalo mengesankan SBY menjadi milik semua. Pasangan SBY Boediono justru bagi masyarakat luar jawa kurang mewakili mereka.”

Ketika penulis menanyakan lebih dalam bagaimana iklan politik yang mengesankan

semua golongan? Koes menerangkan seperti berikut ini.

“Iklan politik JK-Wiranto kan mencerminkan jawa dan luar jawa. Jadi merupakan wujud didukung semua golongan. Secara komposisi kan sudah pas kan mas. Tidak hanya dalam iklan mengesankan didukung semua golongan.”

Sementara menurut Partai Demokrat persepsi bahwa SBY merupakan milik semua

golongan adalah benar. Seperti diungkapkan Wirabumi, tidak ada maksud yang berlebihan

dari penampilan banyak orang dalam iklan poltik tersebut.

Bahkan menurut Wirabumi, penggunaan banyak orang tersebut menegaskan bahwa

SBY memang diinginkan oleh masyarakat untuk menjadi presiden lagi. Menurutnya hal ini

sudah didasarkan pula oleh survey dari Partai Demokrat.

“Tidak berlebihan menurut saya. Karena memang sudah ada dasarnya. Yaitu hasil survei bahwa SBY didukung dan diinginkan banyak orang menjadi presiden lagi. Tapi semua tentu punya penilaian sendiri-sendiri. Dalam berpolitik ini adalah hal yang wajar.”

Senada dengan Wirabumi, Supriyanto menambahkan, bahwa tim kreatif iklan SBY

tentu melihat segala keadaan yang ada di masyarakat sebelum membuat iklan politik SBY.

Page 90: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Bahwa SBY kemudian dalam iklan dipersepsikan diinginkan oleh semua lapisan masyarakat

adalah sebuah keadaan sebenarnya dari masyarakat.

Dalam penekanan Supriyanto, hasil survei yang dilakukan Partai Demokrat,

masyarakat cenderung melihat pemerintahan SBY banyak lebih baik dari beberapa

pemerintahan sebelumnya. Serta merasa program pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu

perlu didukung untuk pemerintahan selanjutnya.

“Semua menurut saya berdasarkan kenyataan. Jadi dalam iklan SBY didukung semua golongan itu sah-sah saja. Survey membuktikan hal tersebut. Dan kenyataannya juga benar kan, SBY menang telak dalam pemilu kemarin.”

Page 91: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 1992. Komunikasi Politik dan Pers Pancasila. Jakarta: Media Sejahtera. Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Firmanzah. 2007. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia. Thaha, Idris (Ed). 2004. Pergulatan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada. Tinarbuko, Sumbo. 2009. Iklan Politik dan Realitas Media. Yogyakarta: Jalasutra McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa(ed). Jakarta: Erlangga. Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. Nurhajarini, Dwi. 1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta Nurudin. 2005. Media Massa dan Dehumanisasi dalam Komunikasi, Perubahan Sosial dan

Dehumanisasi. Surakarta: Pustaka Rumpun Ilalang. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS. Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Prenhallindo.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiyono. 2008. Iklan dan Politik, Menjaring Suara dalam Pemilihan Umum.

Jakarta:AdGOAL.Com. Severin, Werner J. dan James W. Tankard. Alih bahasa oleh Sugeng Hariyanto.2005. Teori

Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.

Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi.

Bandung: Alfabeta.

Page 92: Persepsi partai politik terhadap iklan politik/Persepsi... · dijual dalam kampanye dan janji-janji politik di indonesia sehingga dalam pemilihan umum orang akan dituntun memilih

Thaha, Idris (Ed). 2004. Pergulatan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Tim Penyusun Kamus. 1984. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. Widyatama, Rendra. 2007. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publisher Sarsito, Totok. Surakarta 27 November 2008.Makalah Seminar Kekuatan Media dan Politik. Program Studi Diploma Tiga Komunikasi Terapan FISIP Universitas Sebelas Maret. KOMPAS, 29 Juni 2009 Wuih…Nilai Iklan Kampanye Pilpres Rp 3 Trilyun KOMPAS, 2 Juli 2009, Perang Iklan Politik Episode Akhir KOMPAS, 17 Juni 2009, Iklan SBY-Boediono Tak Menarik KOMPAS, 15 Maret 2004, Iklan Politik Di Televisi Levin, Jane. 2004. The Phenomenon Of Political Advertising.Australian Screen Education. Diakses Tanggal 30 Desember 2009 dari http://find.galegroup.com/gps/infomark.do?&contentSet=IAC-Documents&type=retrieve&tabID=T002&prodId=IPS&docId=A127159247&source=gale&srcprod=EAIM&userGroupName=iduns&version=1.0 Freedman, Paul. 2008. Thirty Second Democracy: Campaign Advertising And American Elections.The Hedgehog Review. Diakses Tanggal 30 Desember 2009 dari http://find.galegroup.com/gps/infomark.do?&contentSet=IAC-Documents&type=retrieve&tabID=T002&prodId=IPS&docId=A183048315&source=gale&srcprod=EAIM&userGroupName=iduns&version=1.0