tradisi bayar niat dalam keberagamaan masyarakat...
TRANSCRIPT
TRADISI BAYAR NIAT DALAM KEBERAGAMAAN MASYARAKAT
DESA SAPUGARA BREE, KECAMATAN BRANG REA,
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Syamsul Arifin
NIM: 11140321000034
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
i
LEMBAR PERSETUJUAN
TRADISI BAYAR NIAT DALAM KEBERAGAMAAN MASYARAKAT
DESA SAPUGARA BREE, KECAMATAN BRANG REA,
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Syamsul Arifin
NIM: 11140321000034
Pembimbing
Drs. Dadi Darmadi, MA
NIP: 19690707 199503 1 001
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syamsul Arifin
NIM : 11140321000034
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi : “Tradisi Bayar Niat Dalam Keberagamaan Masyarakat
Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten
Sumbawa Barat”
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara Satu (S-1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Tradisi Bayar Niat Dalam Keberagamaan Masyarakat Desa
Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 17 Desember 2019. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Program Strata Satu (S-1) pada jurusan
Studi Agama-Agama
Jakarta, 17 Desember 2019
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Syaiful Azmi, MA Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA
NIP. 1971103110 199703 1 005 NIP. 19750506 200501 2 003
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Hamid Nasuki, M.Ag Drs. M. Nuh Hasan, M.Ag
NIP. 19630908 199001 2 001 NIP. 19610312 198903 1 002
Pembimbing,
Drs. Dadi Darmadi, MA
NIP. 19690707 199503 1 001
iv
ABSTRAK
SYAMSUL ARIFIN. “Islam dan Budaya Lokal di Sumbawa Barat: Studi
Kasus Tradisi Bayar Niat Masyarakat Desa Sapugara Bree”. Skripsi. Jakarta: Jurusan
Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa itu Bayar Niat, bagaimana
prosesi Bayar Niat, makna simbolik dari tempat Bayar Niat. Mencari perbedaan dan
persamaan nazar dalam Islam dan tradisi Bayar Niat yang ada di tengah masyarakat
Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Barat, serta melihat hubungan atau relasi masyarakat Desa Sapugara
Bree dengan tradisi Bayar Niat dan dampak yang akan terjadi kepada masyarakat saat
mereka tidak melakukan Bayar Niat. Dalam hal ini penulisi berusaha memahami aspek
di atas yang ada di dalam tradisi Bayar Niat.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat
kualitatif. Sumber data dan informasi yang penulis dapatkan dari proses wawancara
langsung maupun dari buku-buku, jurnal, dan artikel yang sesuai dengan tema dan
judul yang dibahas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan
historis dan antropologis. Penulis berusaha untuk menjelaskan hasil penelitian
berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama satu bulan di beberapa
tempat Bayar Niat di Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Bayar Niat adalah tradisi yang
dilakukan di tempat tertentu saat apa yang diinginkan sudah tercapai. Adapun makna
simbolik dari topat peser dalam Bayar Niat adalah melambangkan kesederhanaan, di
mana topat peser merupakan hasil bumi masyarakat Sumbawa Barat dan hal ini
mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Bayar Niat juga mengajarkan tanggung
jawab. Dalam hal ini dibuktikan dengan Bayar Niat itu sendiri. Kemudian Bayar Niat
juga mengajarkan bagaimana berbagi. Hal ini digambarkan dengan adanya makanan
yang disediakan saat Bayar Niat dan dibagikan kepada semua orang. Serta
mengajarkan untuk menjaga tali silaturrahmi dengan cara melaksanakan bayar niat
dengan cara beramai-ramai.
Kata Kunci : Tradisi, Bayar Niat, Sumbawa
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Islam dan Budaya Lokal di Sumbawa Barat: Studi Kasus
Tradisi Bayar Niat Masyarakat Sumbawa Barat disusun guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu, Jurusan Studi Agama-Agama,
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari
sempurna ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dan banyak pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua Orang tua yang saya cintai dan saya sayangi Ayahanda Ahmad dan Ibunda
Rosdiana terima kasih atas perjuanagan, doa, motivasi, nasihat dan dukungannya
dalam bentuk moril ataupun materil. Doakan saya supaya di kemudian hari saya
bisa selalu membuat kalian bahagia dan bangga. Terima kasih juga kepada semua
saudari saya Sri Wahyuni, Julita, Khairunnisa karena selalu ada saat saya susah
dan senang. Jangan lupa rajin belajar supaya tumbuh menjadi perempuan yang
cerdas dan juga berakhlak mulia.
2. Bapak Drs. Dadi Darmadi, MA, sebagai dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu untuk saya walaupun sebenarnya beliau sangat sibuk. Terima
kasih atas kesabaran memberikan arahan dan bimbingan sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan maksimal.
3. Bapak Syaiful Azmi, M.Ag, selaku Kepala Jurusan Studi Agama-Agama dan Ibu
Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA, selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-Agama
vi
yang memberikan arahan serta motivasi yang luar biasa kepada penulis dan selalu
memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i dengan baik.
4. Seluruh dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak
dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan
pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
5. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Ushuluddin atas bantuan dalam
persiapan pelaksanaan seminar proposal dan ujian komprehensif.
6. Nenek saya tercinta nenek Rahma, wanita hebat dalam hidup saya. Terima kasih
atas kasih sayangnya yang tak terhingga, juga telah membatu saya dalam
penelitian. menemani saya untuk keliling mendatangi tokoh adat dan juru kunci
setiap tempat Bayar Niat. Terimakasih juga kepada Aping Hadijah juru kunci
Kramat Gani, Aping Aisyah tokoh adat Brang Ene juga Balo Saleh tokoh adat
Seran, Ea Muhammad dan Paman Abu Bakar selaku juru kunci Buin Banyu dan
Makam Lalu Muspakil, karena sudah membantu saya dalam penelitian.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang sudah memberikan semangat untuk
konsultasi dan menulis skripsi hingga selesai Agus Berani, Wildan Zaiuddin Idris,
Zizi Mubarok, Munif Akbar, Imron Rosyadi. Terma kasih karena telah membantu
saya dalam setiap kondisi.
8. Teman satu kosan dan satu daerah Halim Juniarsyah dan Irfan Saputra, terima
kasih karena membantu saya dalam setiap kondisi dan selalu ada saat suka ataupun
duka. Semoga setiap kebaikan kalian dibalas dengan yang lebih baik oleh Allah.
9. Paman Doni Karyawan dan paman Funky Sujito, terima kasih karena sudah
membantu saya dalam penelitian.
10. Seluruh teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2014 terima kasih atas
kebersamaan selama ini di Fakultas Ushuluddin.
11. Kepada teman-teman KKN MAFAZA 147 yang telah memberikan doa dan
semangat. Semoga kalian diberikan kelancaran dalam menyelesaikan urusan dan
diberikan selalu kesehatan.
vii
12. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi rasa
hormat. Terima kasih banyak.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan keterbatasan,
penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banak kekurangannya. Oleh
sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah SWT
memberikan keberkahan kepada kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta,
Syamsul Arifin
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah.............................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat penelitian.......................................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 10
E. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 13
BAB II LETAK GEOGRAFIS DESA SAPUGARA BREE .................................. 16
A. Letak Geografis Desa Sapugara Bree ............................................................. 16
B. Sistem Perekonomian dan Sosial Masyarakat................................................. 18
C. Tingkat Pendidikan ......................................................................................... 23
D. Perkembangan Agama Masyarakat Desa Sapugara Bree ............................... 26
BAB III TRADISI BAYAR NIAT MASYARAKAT DESA SAPUGARA .......... 30
BREE KECAMATAN BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA BARAT
A. Sejarah dan Pengertian Bayar Niat ................................................................. 30
ix
B. Tempat-Tempat Bayar Niat, Sejarah dan Mitologinya ................................... 31
C. Unsur-Unsur Bayar Niat ................................................................................. 43
D. Prosesi Bayar Niat dan Alasan Melakukan Bayar Niat .................................. 45
E. Persamaan dan Perbedaan Bayar Niat dan Nazar Dalam Islam ...................... 49
BAB IV RELASI MASYARAKAT SAPUGARA BREE DENGAN .................... 49
TRADISI BAYAR NIAT
A. Waktu Bayar Niat ............................................................................................ 52
B. Dampak Bayar Niat Dalam Kehidupan Masyarakat ....................................... 58
C. Perkembangan dan Eksistensi Bayar Niat....................................................... 66
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 71
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 75
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Aping Hadijah
Lampiran II : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Aping Aisyah
Lampiran III : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Bapak Abu Bakar
Lampiran IV : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Balo Saleh
Lampiran V : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Aping Maryam
Lampiran VI : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Aping Rahmah
Lampiran VII : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Bapak Ahmad
Lampiran VIII : Lembar Pernyataan Wawacara dengan Hajah Iyok
Lampiran IX : Dokumentasi
Lampiran X : Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran XI : Surat Izin Penelitian Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keyakinan merupakan salah satu syarat dalam kehidupan manusia yang
menjelma dalam bentuk agama. Agama ini merupakan perwujudan dari kesucian dan
kebenaran Tuhan. Dengan beragama manusia akan memeroleh ketenangan serta
kenyamanan rohani dan jasmani, karena mereka percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa pencipta langit dan bumi. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan akan selalu
merasakan kedamaian, karena mereka selalu merasa dilindungi olehNya.1
Kedudukan agama dalam masyarakat menjadi sangat penting, karena agama
dalam masyarakat berperan sebagai pengendali moralitas, sumber pembenaran, dan
menetapkan hukum atau sanksi bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena agama
memiliki kandungan dimensi ritual, doktrin, etika dan sosial.2
Dalam kehidupan manusia terdapat pelbagai cara untuk melakukan pemujaan
sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi. Pemujaan dilakukan oleh
manusia merupakan bentuk atau cara beromunikasi dengan Tuhan dalam artian
manusia memohon ampun atas segala dosanya, memohon perlindungan, mohon
dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, dan mohon
ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya. Jika apa yang minta atau
1 M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan Essay-Manusia dan Budaya (Surabaya:
Usaha Nasional, 1989), h. 59. 2 M. Ridwan Lubis, Ed. Imam Syaukani, Sosiologi Agama Memahami Perkembangan Agama
dalam Interaksi Sosial (Jakarta: Kencana, 2015), h. 1.
2
diharapkan oleh manusia dikabulkan Tuhan maka mereka akan semakin tunduk dan
cinta kepada Tuhannya.3
Agama pada umumnya berisi ajaran-ajaran yang diyakini turun kepada
masyarakat melalui wahyu atau dengan kata lain berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat dari ajaran-ajaran tersebut adalah mutlak dan tidak dapat dirubah walaupun
kondisi masyarakat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan
kebudayaan masyarakat yang sudah melekat pada suatu masyarakat akan sangat sulit
untuk dirubah.4
Kebudayaan yang merupakan suatu hasil dari pikiran manusia akan sangat sulit
dirubah karena melalui beberapa proses pembelajaran dan praktek dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dengan proses tersebut terlahirlah sebuah budaya.
Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (2008)
mengatakan ada tujuh isi dari kebudayaan yang dihasilkan dari proses belajar. Adapun
isi dari kebudayaan yang dihasilkan dari proses belajar tersebut ialah:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
3 Djoko Widagdho, dkk., Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 52. 4 Harun Nasution, “Agama Yang Hendak Diteliti,” dalam Sudjangi, Kajian Agama dan
Masyarakat 15 Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Agana, 1975-1990 (Jakarta: Departemen
Agama RI, 1991), h. 11.
3
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan5
Dalam praktik kehidupan beragama, kehidupan manusia tidak hanya diatur oleh
dogma atau nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama saja, tetapi juga berasal dari
sistem nilai yang berlaku di masyarakatnya. Sistem tersebut kadang memiliki
kesamaan dengan ajaran agama yang dianutnya, atau kadang bertentangan dengan
ajaran agamanya. Beberapa kabiasaan yang sering terjadi di tengah masyarakat ketika
disandingkan dengan ajaran agama maka itu dipandang sesat. Beberapa kebiasaan
tersebut seperti, sabung ayam, kerapan sapi, kerapan ayam, kerapan kerbau, meminta
petunjuk dukun, dan menyembah atau menghormati benda atau tempat yang dianggap
keramat. Inilah tradisi atau kebiasaan masyarakat yang disebut dengan budaya, yang
tidak bisa dipisahkan dari masyarakat karena ini merupakan warisan turun-temurun.
Pada dasarnya kepercayaan tersebut diperkuat karena adanya bukti nyata dari
mantra serta upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat. Harapan serta
keinginan yang kuat saat melakukan upacara menjadi faktor yang sangat berpengaruh
pada keimanan atau keyakinan masyarakat. Masyarakat yang melakukan upacara atau
ritual tersebut akan semakin percaya dan akan semakin kuat kepercayaannya saat setiap
keinginan dan harapannya terkabulkan. Keinginan manusia selalu bertambah setiap
harinya bahkan saat mereka sudah memiliki sesuatu pun hal tersebut masih terasa
5 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 1-2.
4
kurang. Keinginan yang tidak pernah habis di dalam diri manusia mendorong mereka
untuk mengambil setiap solusi yang dihadapkan kepadanya.6
Kebiasaan tersebut biasanya sering terjadi pada masyarakat tradisional. Jauh
sebelum agama masuk atau menyebar di suatu daerah kepercayaan akan roh-roh nenek
moyang memeng sudah mengakar dalam masyarakat. E.B. Tylor dalam buku
fenomenologi agama menjelaskan bahwa ada tiga macam kepercayaan umum yang
berkaitan dengan adanya jiwa sesudah kematian atau animisme. Yang pertama adalah
kepercayaan bahwa jiwa melayang-layang di bumi dan masih mempunyai kepentingan
dengan manusia, juga terkadang mengunjungi rumah mereka. Yang kedua adalah
kepercayaan pada metapsikosis dari jiwa ke dalam makhluk-makhluk lain, manusia,
hewan dan tumbuhan. Yang ketiga adalah konsep mengenai tempat kediaman istimewa
di dunia lain.7
Di Sumbawa Barat masyarakat masih mempertahankan tradisi dan budaya yang
telah ada sejak dahulu. Beberapa tradisi masyarakat Sumbawa Barat ialah, kerapan
kerbau dalam bahasa Sumbawa disebut berapan kebo, kerapan ayam (berapan ayam),
berempuk atau berampok atau tinju masyarakat Sumbawa yang digelar setiap tahun ada
saat panen raya dan lokasi pelaksanaannya dilakukan di persawahan, nganyang atau
berburu, dan bayar niat dalam istilah Islam dikenal dengan nazar.8
6 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 8. 7 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 69. 8 Artikel ini diakses dari http://rengganies.weebly.com/posting/july-08th-2015 pada hari
sabtu, 21 April 2018 pukul 12.14.
5
Sebelum membahas lebih jauh mengenai tradisi masyarakat Sumbawa Barat
alangkah lebih baiknya kita mengetahui bagaimana kondisi serta keagamaan
masyarakatnya. Sumbawa Barat merupakan salah satu dari kabupaten yang ada di
Provinsi Nusa tenggara Barat. Yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Taliwang,
Brang Rea, Brang Ene, Seteluk, Poto Tano, Jereweh, Maluk dan Sekongkang. Orang
Sumbawa atau Suku Samawa selalu menunjukkan sifat penolakan kepada agama-
agama selain Islam yang masuk ke pulau Sumbawa. Masyarakat Sumbawa Barat
mayoritas beragama Islam. Di samping itu juga Suku Samawa juga masih fanatik
dengan hal-hal yang berbau mistis dan magi. Masyarakat memercayai bahwa ada
tempat-tempat yang dikeramatkan bahkan tak sedikit yang pergi ke tempat tersebut
untuk meminta berkat. Hal ini disebabkan karena manusia masih terikat dengan alam
serta kepercayaan akan sesuatu yang bersifat mistis atau magi dan ini merupakan suatu
bentuk jawaban kultural terhadap situasi-situasi ketidakpastian.
Hal ini berlaku bagi masyarakat Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Walaupun masyarakat
sudah memeluk agama Islam, tapi sebagian besar masyarakat Desa Sapugara Bree
masih memegang teguh tradisi dan budaya yang berlaku, seperti percaya akan tempat-
tempat yang dikeramatkan. Masyarakat percaya bahwa tempat tersebut bisa menjadi
tempat untuk membuang penyakit, untuk meminta berkah, meminta kepintaran buyut
yang sudah meningal untuk anak-anaknya dan masyarakat percaya bahwa jika ada
seseorang yang sakit tidak sembuh-sembuh artinya ada niat atau janji yang belum
6
ditepati maka dia harus mebayarnya. Masyarakat Desa Sapugara Bree menyebut tradisi
ini Bayar Niat.9
Tradisi bayar niat atau dalam Islam dikenal dengan istilah nazar. Bayar niat
dalam pandangan masyarakat Sumbawa Barat khususnya desa Sapugara Bree hampir
sama dengan nazar dalam Islam akan tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam hal
ritual atau pelaksanaannya. Nazar dalam Islam dilaksanakan dengan cara bersedekah,
puasa ataupun dengan cara lain yang sesuai dengan ajaran Islam, akan tetapi bayar niat
dilakukan dengan cara medatangi makam orang saleh atau tempat-tempat tertentu yang
dikeramatkan dengan melakukan ritual-ritual sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku pada setiap tempat yang dikeramatkan.
Dalam bayar niat ada lima tempat keramat yang sering dijadikan objek atau
tempat bayar niat oleh masyarakat Sumbawa Barat. Yang pertama adalah Kubur
Keramat Gani atau kuburan orang saleh. Kedua adalah Makam Raja Lalu Muspakil,
yaitu sebuah makam seorang raja yang memiliki akhlak yang mulia. Ketiga, Buen
Banyu yaitu sebuah kolam kecil yang terletak di tengah sungai. Itulah kelima tempat
yang sering dikunjungi oleh masyarakat saat melakukan bayar niat.
Dalam bayar niat ada beberapa prosesi yang wajib dilakukan. Yang pertama
adalah ente niat di mana orang yang memiliki keinginan akan sesuatu hal tertentu maka
dia harus ente niat terlebih dahulu atau dalam bahasa indonesia mengambil niat. Hal
9 Artikel ini diakses dari http://protomalayans.blogspot.co.id/2012/11/suku-sumbawa-nusa-
tenggara-barat.html pada hari kamis, 19 April 2018 pukul 14.13.
7
tersebut dilakukan dengan cara mendatangi salah satu tempat keramat yang menjadi
objek bayar niat atau hanya berniat dari rumah saja. Kemudian yang kedua adalah
bayar niat yaitu suatu tahapan inti yang dilakukan apabila sesuatu yang diinginkan oleh
orang yang ente niat telah terkabulkan atau tercapai dengan melakukan pelbagai
macam ritual sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing tempat
keramat.10
Contohnya dalam satu keluarga ada salah satu anggota keluarga yang sakit dan
sakitnya tidak kunjung sembuh, maka orang tertua di dalam keluarga tersebut berniat
akan memandikan anaknya atau anggota keluarga yang sakit di Keramat Gani (salah
satu makam orang yang saleh) yang dikeramatkan masyarakat Sumbawa Barat. Tahap
pertama yang dilakukan adalah ente niat (dilakukan oleh orang tua atau orang tertua
dalam keluarga), kemudian ketika anaknya sudah sembuh maka meraka akan
memandikannya di tempat yang sudah diniatkan sebelumnya dengan tata cara atau
tradisi yang berlaku.11
Dalam keyakinan masyarakat Sumbawa Barat, orang yang sudah ente niat
(mengambil niat ke tempat yang dikeramatkan) maka dia harus melakukan bayar niat.
Bayar niat boleh dilakukan pada saat dia sudah memiliki kesempatan atau rizki yang
cukup. Akan tetapi orang yang sudah ente niat tidak boleh melupakan atau tidak
melaksanakan bayar niat, karena itu akan berimbas kepada orang yang sakit tadi
10 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 09 Mei 2018 pukul 20.09. 11 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 09 April 2018 pukul 17.19.
8
sebagaimana contoh di atas. Dia akan mendapatkan penyakit yang baru seperti muntah
darah atau penyakit yang tidak kunjung sembuh, sampai dia melakukan bayar niat.12
Melihat permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat Desa Sapugara Bree
ini, saya ingin mengetahui apa hubungan masyarakat dengan Bayar Niat, bagaimana
prosesi Bayar Niat, makna simbolik dan mitologi dari tempat Bayar Niat dan
alasannya. serta apa dampak yang akan terjadi kepada mereka saat mereka tidak
melakukan Bayar Niat. Hal ini yang mendasari saya sebagai peneliti untuk meneliti
lebih mendalam lagi dengan menggunakan pendekatan-pendekatan historis dan
antropologis. Menurut saya fenomena ini pantas untuk diteliti dan diangkat sebagai
kajian ilmiah, karena fenomena ini sesuai dengan jurusan peneliti yaitu Studi Agama-
Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehingga peneliti
mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul “Tradisi Bayar Niat Dalam
Keberagamaan Masarakat Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten
Sumbawa Barat”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Melihat permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat Desa Sapugara Bree
ini, penulis merumuskan permasalahan ini dalam beberapa objek.
12 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 14 Mei 2018 pukul 19.15.
9
a. Bagaimana prosesi Bayar Niat, makna simbolik tradisi Bayar Niat, serta
apa perbedaan dan persamaan tradisi Bayar Niat dilakukan oleh
masyarakat Desa Sapugara Bree dengan nazar dalam Islam?
b. Bagaimana hubungan masyarakat Desa Sapugara Bree dengan tradisi
Bayar Niat dan apa dampak yang akan terjadi kepada masyarakat saat
mereka tidak melakukan Bayar Niat?
2. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, untuk menghindari pembahasan yang melebar serta
jauhnya dari maksud atau tujuan penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup
dari penelitian pada Tradisi Bayar Niat Dalam Keberagamaan Masyarakat Desa
Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui apa hubungan
masyarakat Desa Sapugara Bree dengan Bayar Niat, bagaimana prosesi Bayar Niat,
makna simbolik dari tempat Bayar Niat dan alasannya dan dampak apa yang akan
diterima atau terjadi kepada mereka saat mereka tidak melakukan Bayar Niat serta apa
yang menjadi persamaan serta perbedaan antara Bayar Niat dengan nazar dalam Islam.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu
(S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Manfaat dari penelitian ini adalah penulis bisa mengetahui lebih dalam masalah
Bayar Niat serta masyarakat Sumbawa Barat khususnya dan umumnya untuk
10
masyarakat luas bisa mengenal dan mempelajari budaya atau tradisi masyarakat
Sumbawa Barat yang sudah ada sejak dahulu.
D. Tinjauan Pustaka
Di dunia akademis penulisan karya ilmiah atau skripsi harus dilakukan dengan
jujur dan tidak ada plagiat. Untuk menghindari hal tersebut penulis melakukan tinjauan
pustaka, dengan melihat skripsi, tesis, desertasi atau jurnal ilmiah yang berkaitan
dengan judul penulis. Beberapa karya ilmiah yang penulis temukan adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi Amiruddin Natonis terbitan tahun 2014 dengan judul: “Dimensi
Kemusyrikan Perspektif Al-Quran: Studi Kasus Masyarakat Desa Pili NTT
Nusa Tenggara Timur”. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
jurusan Tafsir Hadis fakultas Ushuluddin. Skripsi ini membahas tentang
animisme dan dinamisme yang terjadi di tengah masyarakat Pili NTT
dengan merujuk kepada Al-Quran yang mengacu kepada ayat-ayat yang
berhubungan dengan syirik.
2. Skripsi Habiburrahman terbitan tahun 2014 dengan judul: “Ritual Nyadar:
Studi Antropologis Terhadap Ritual Masyarakat Hindu-Muslim
Pinggirpapas-Kebun Dadap Kabupaten Sumenep Madura”. Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan
Agama. Skripsi ini membahas bagaimana masyarakat Sumenep yang
beragama Islam dan Hindu melakukan ritual Nyadar (penghormatan kepada
11
salah satu kuburan pangeran Aggasuto) dengan mengunakan pendekatan
antropologis.
Dari kedua tinjauan pustaka yang penulis temukan, keduanya memiliki
keterkaitan dengan apa yang akan penulis teliti. Keduanya sama-sama membahas
mengenai bagaimana kondisi masyarakat dalam menyikapi tradisi atau budaya yang
masih berbau animisme dan dinamisme pada saat mereka sudah memeluk agama. Hal
ini sama dengan apa yang akan peneliti secara umum mengenai tradisi atau budaya
masyarakat, akan tetapi secara khusus belum ada yang meneliti mengenai Bayar Niat
yang terjadi di Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.
E. Metodologi Penelitian
Agar data yang penulis uraikan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,
maka diperlukan metode dalam penelitian. Metode yang penulis gunakan diharapkan
agar penelitian terarah dan mudah dikaji, adapun penelitian yang penulis gunakan
adalah:
a. penelitian lapangan (field research), yakni dengan melakukan penelitian
terhadap Tradisi Bayar Niat Masyarakat Desa Sapugara Bree (Hubungan Erat
Masyarakat dengan Tradisi Bayar Niat Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang
Rea, Kabupaten Sumbawa Barat) dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode penelitian kualitatif disebut metode penelitian naturalistik, karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.13 Dengan metode ini
13 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 12.
12
penulis berharap bisa memperkuat data serta pemahaman penulis dalam
melakukan penelitian.
1. Jenis Penelitian
Untuk memeperkuat data dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian
lapangan (field research). Dengan cara melakukan wawancara atau interview secara
mendalam kepada tokoh yang berkompeten dan lebih mengatahui masalah bayar niat,
dan juga melakukan observasi lapangan guna memeroleh data yang lebih konkrit dan
faktual dengan cara mendokumentasi setiap kegiatan yang penulis temukan saat
melakukan penelitian.
Kemudian untuk memperkaya dan menunjang data dalam penelitian ini, penulis
juga melakukan kajian pustaka (library research) dengan melihat buku, dokumen,
jurnal, skripsi, thesis, dan website yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat macam pendekatan yaitu
pendekatan historis, fenomenologis, sosiologis dan antropologis.
a. Pendekatan Historis
Pendekatan histori adalah suatu studi yang mempelajari, menyelidiki,
dan meneliti asal-usul, pertumbuhan ide-ide serta pranata-pranata
keagamaan yang berkembang di tengah masyarakat dengan melihat
perkembangan historis bagaimana suatu agama mempertahankan diri di
tengah masyarakat. Untuk mengatahui sejarah serta perkembangan agama
di dalam masyarakat yang memiliki pelbagai macam budaya dan tradisi,
13
penulis menggunakan pendekatan historis untuk menemukan jawaban
tersebut.14
b. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis adalah sebuah pendekatan yang berupaya
untuk memahami kebudayaan-kebudayaan manusia yang berhubungan
dengan agama. Dalam pendekatan antropologis membahas masalah
pengaruh agama terhadap kebudayaan dan sebaliknya bagaimana pengaruh
kebudayaan terhadap suatu agama.15
3. Sumber Data
Dalam pemenuhan sumber data penulis memiliki dua sumber yaitu primer dan
sekunder. Sumber primer atau sumber utama dari penelitian ini adalah wawancara.
Sedangkan data sekunder dalam penulisan ini adalah dengan melihat karya-karya
ilmiah yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat.
F. Sistematika Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menyusun pembahasan yang terkait dalam lima
bab dan setiap bab memiliki sub bab tersendiri. Gambaran umum dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
Bab pertama berisi tentang latar belakang masalah. Dalam latar belakang
masalah penulis memaparkan secara singkat sesuatu yang menyebabkan kajian ini
14 Media Zinul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 15-27. 15 Media Zinul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi, h. 43-48.
14
menjadi menarik dan perlu untuk diteliti. Kemudian perumusan dan batasan masalah
yang beri tentang batasan serta apa yang menjadi fokus penulis dalam penelitian.
Selanjutnya ialah tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penelitian yang peneliti gunakan.
Bab kedua memuat tentang gambaran umum dari Desa Sapugara Bree,
Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat yang didalamnya mencakup, letak
geografis, kondisi kegamaan masyarakat, jenjang pendidikan masyarakat pada
umumnya seperti apa dan bagaimana kondisi sosial ekonomi dari masyarakat Desa
Sapugara Bree sendiri.
Bab ketiga mulai memaparkan apa yang disebut dengan bayar niat, bagaimana
sejarah dan asal-usul bayar niat, serta memperkenalkan tempat-tempat yang menjadi
sasaran masyarakat melakukan bayar niat dan menjelaskan bagaimana sejarah dan
mitologi dari tempat-tempat bayat niat serta bagaimana prosesi dari bayar niat sendiri.
Kemudian di dalam bab ini juga penulis akan membahas apa persamaan serta
perbedaan dari bayar niat dan nazar dalam Islam.
Bab keempat memuat tentang bagaimana hubungan masyarakat Desa
Sapugara Bree dengan bayar niat. Dalam bab ini menjelaskan tentang apa konsekuensi
yang akan diterima oleh masyarakat atau pelaku bayar niat ketika dia tidak melakukan
bayar niat tersebut. Kemudian bahasan selanjutnya yaitu membahas tentang waktu
yang tetpat untuk melakukan bayar niat dan bagaimana perkembangan dan eksistensi
bayar niat.
15
Bab kelima berisi penutup, kesimpulan-kesimpulan dari pembasan yang
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran dari penulis.
16
BAB II
LETAK GEOGRAFIS DESA SAPUGARA BREE
A. Letak Geografis Desa Sapugara Bree
Desa Sapugara Bree adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sapugara Bree berada
di sebelah Timur kota Taliwang dan sebelah barat desa Beru. Desa Sapugara Bree
memiliki luas pemukiman seluas 17,98 ha, luas persawahan 518 ha (dengan pembagian
sawah irigasi teknis seluas 463 ha, sawah irigasi ½ teknis 30 ha dan sawah tadah hujan
25 ha). Adapun luas perkebunan 9,11 ha, luas kuburan 4,29 ha, luas pekarangan 8,36
ha, luas taman 300 m2, luas perkantoran 200 m2, luas prasarana umum lainnya 2,60 ha.
Tabel Penetapan Luas Wilayah Desa Sapugara Bree:
No Bentuk Lahan Luas Lahan
1. Lahan Pemukiman 17,98 ha
2. Lahan Persawahan 518 ha
3. Lahan Perkebunan 9,11 ha
4. Lahan Kuburan 4,29 ha
5. Pekarangan 8,36 ha
6. Taman 300 m2
7. Lahan Perkantoran 200 m2
8. Prasarana umum 2,60 ha
Total Luas 560.84 ha
17
Desa Sapugara Bree terbagi atas empat dusun yaitu dusun Sapugara, dusun
Bree, dusun Ponjok dan dusun Kejawat. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk desa
Sapugara Bree berdasarkan dusun.
No. Dusun Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan
1. Sapugara 663 691
2. Bree 582 587
3. Ponjok 180 188
4. Kejawat 176 199
Jumlah Jiwa
1.601 1.665
3.266
Jarak dari desa ke kecamatan sekitar 2 km dan jarak dari desa ke kota sejauh 8
km. walau terbilang cukup jauh tapi masyarakat masih bisa dengan mudah
menempuhnya. Dengan adanya alat transportasi yang memadai seperti sepeda motor
motor, mobil dan alat transportasi sejenisnya, kemudian akses jalan untuk menuju ke
kecamatan dan kota sudah bagus sehingga semakin memudahkan masyarakat untuk
menempuhnya. Perkembangan alat tranportasi secara besar-besaran di desa Sapugara
Bree dimulai sekitar tahun 1996. Tidak hanya perkembangan alat transportasi yang
18
sudah maju, alat elektronik dan komunikasi seperti televisi, komputer, laptop dan
handphone pun sudah berkembang.1
B. Sistem Perkonomian dan Sosial Masyarakat
Pada dasarnya sistem perekonomian masyarakat Sapugara Bree cukup setabil
dan cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Akan tetapi perjalanan
kehidupan tidak selalu mulus, karena masyarakat hanya mengandalkan hasil pertanian
saja tentu ada beberapa hal yang bergeser atau berpengaruh pada sendi kehidupan
masyarakat. Contohnya berdampak pada pendidikan anak.
Seiring dengan perkembangan zaman perekonomian masyarakat Sumbawa
umumnya dan khususnya masyarakat Sapugara Bree pun berkembang. Perubahan ini
terjadi karena Kabupaten Sumbawa Barat sudah membentuk Kabupaten sendiri pada
10 Maret 2000 dan menyatakan diri berpisah dari Kabupaten Sumbawa. Pada awalnya
Sumbawa Barat masih bergabung dengan Kabupaten Sumbawa. Akan tetapi karena
akses yang sangat jauh ke pusat kota Sumbawa bagi masyarakat Sumbawa Barat, maka
delapan kecamatan (kecamatan Poto Tano, Seteluk, Taliwang, Brang Rea, Brang Ene,
Jereweh, Maluk, dan Sekongkang) yang ada di daerah Sumbawa Barat berkoalisi untuk
membentuk Kabupaten Baru dengan nama Sumbawa Barat atau dikenal dengan KSB.
Semenjak terbentuknya Kabupaten Sumbawa Barat yang terdiri dari delapan
kecamatan membuat masyarakat semakin makmur dan sejahtra. Lapangan kerja mulai
meluas dan prasarana semakin bagus. Masyarakat yang awalnya hanya mencari nafkah
1 Profil Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
19
dengan mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan dengan berkembangnya kota
Taliwang atau Kabupaten Sumbawa Barat peluang untuk kerja untuk masyarakat
semakin terbuka lebar. Menjadi nelayan merupakan salah satu pekerjaan yang sering
dilakukan oleh masyarakat Sumbawa Barat. Bagi masyarakat pesisir penghasilan
utama mereka adalah dari hasil menangkap ikan.
Kemudian dengan berkembangnya Sumbawa Barat menjadi kabupaten atau
kota peluang untuk membuka bisnis baru juga semakin besar. Tidak sedikit dari
masyarakat yang membuka toko pakaian, mejadi penjual makanan di taman kota juga
tidak sedikit. Pengelolaan lahan yang dulunya dikelola kabupaten Sumbawa sekarang
dikelolah sendiri oleh kabupaten Sumbawa Barat. Hal itu menjadi keuntungan besar
buat pemerintah dan menjadi peluang besar bagi masyarakat untuk kerja. Di antaranya
yaitu mengelolah tambak udang yang ada di pelabuhan Poto Tano yang merupakan
salah satu daearah yang berada di bawag naungan Sumbawa Barat.
Kekayaan alam di Sumbawa Barat juga tidak kalah dari beberapa daearah yang
ada di Indonesia. Salah satunya yaitu tambang emas yang merupakan sumber
penghasilan terbesar bagi pemerintah kota. Pembangunan daearah menjadi semakin
cepat, masyarakat memiliki peluang besar untuk kerja di tambang emas dan dengan
adanya tambang emas ini penghasilan pemerintah pun bertamaba dan kehidupan
masyarakat pun menjadi makmur. Tambang emas yang ada di Sumbawa Barat ini
merupakan salah satu tambang terbesar yang ada di KSB yaitu pertambangan emas PT
20
Newmount (pertambangan emas terbesar di Sumbawa Barat dan termasuk salah satu
tambang terbesar di Indonesia).2
Tabel pekerjaan masyarakat:
No. Jenis Pekerjaan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Belum/Tidak Bekerja 287 279 566
2. Mengurus Rumah Tangga 351 351
3. Pelejar/Mahasiswa 254 261 515
4. Pensiunan 3 3
5. PNS 26 12 38
6. TNI 1 1
7. Kepolisian RI 4 4
8. Pedagang 40 92 132
9. Petani/ Pekebun 300 260 560
10. Peternak 265 5 270
11. Nelayan/Perikanan 1 1
12. Karyawan Swasta 15 17 32
13. Karyawan Honorer 37 45 82
14. Buruh Harian Lepas 7 3 10
2 Kabupaten Sumbawa Barat, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumbawa_Barat pada tanggal 9 Oktober 2018 pukul 10.49.
21
15. Buruh Tani/Perkebunan 19 12 31
16. Buruh Nelayan/Perikanan 1 1
17. Buruh Peternakan 11 2 13
18. Pembantu Rumah Tangga 4 1 5
19. Tukang Batu 20 20
20. Tukang Kayu 25 25
21. Tukang Jahit 1 1 2
22. Anggota DPRD 1 1
23. Dosen 2 2
24. Guru 58 51 109
25. Dokter
26. Bidan 1 1
27. Perawat 3 3
28. Apoteker
29. Sopir 8 8
30. Perangkat Desa 5 4 9
31. Kepala Desa 1 1
32. Wiraswasta 64 51 115
33. Pekerja Lainnya 183 172 355
Total 1643 1623 3266
22
Dengan berkembangnya teknologi dan luasnya lapangan pekerjaan untuk
masyarakat di Sumbawa Barat tidak hanya memberi manfaat yang sangat besar dalam
memperbaiki sistem perekonomian masyarakat. Dengan manfaat yang didapatkan
masyarakat beberapa sistem sosial yang ada sedikit bergeser. Misalnya dengan
berkembangnya teknologi seperti handphone masyarakat mendapat manfaat yang
sangat besar karena hal itu mempermudah untuk saling berkomunikasi dengan keluarga
yang jauh, tidak hanya bisa mendengar suara bahkan bisa langsung melihat wajahnya.
Kemudian beberapa hal yang bergeser adalah kepekaan terhadap sekitar menjadi
berkurang karena mereka lebih berfokus terhadap apa yang ada di media sosial dan
lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dari pada melakukan interaksi
langsung dengan sesama.3
Masyarakat Sumbawa Barat terutama masyarakat desa Sapugara Bree adalah
masyarakat yang dalam segala hal selalu bergotong royong. Baik itu dalam
membangun rumah, pindah rumah, acara pernikahan, acara sunatan bahkan dalam hal
kecilpun masyarakat Sapugara Bree selalu bergotong royong. Dengan membagi
berbagai macam tugas. Ada yang mencari bambu, ada yang bertugas mengangkat kayu,
ada yang bagian memasak dan beberapa bagia lain yang dalam hal ini saling
mendukung pekerjaan satu sama lain.
Setelah berkembangnya kota, lowongan pekerjaan semakin banyak dan peluang
untu kerjapun banyak. Budaya bergotong royong menjadi sedikit bergeser karena
3 Buku Pengumpulan Buku Induk Statistik Sektoral Pemerintah Desa Sapugara Bree, Naskah
tidak diterbitkan.
23
hampir sebagian besar sudah memiliki pekerjaan atau kesibukan lain selain bercocok
tanam atau bertani. Budaya gotong royong masi tetap ada, akan tetapi tidak seperti awal
mula sebelum Sumbawa Barat menjadi suatu kabupaten baru.
Walaupun sedikit bergeser dalam budaya gotong royong, tetapi masyarakat
masih menjaga tradisi atau budaya yang ada atau berlaku di tengah masyarakat.
Masyarakat tidak sepenuhnya meninggalkan tradisi dan budaya yang ada. Berperilaku
sopan kepada orang yang lebih tua sudah berakar dalam nadi masyarakat Sumbawa
Barat khususnya masyarakat Sapugara Bree.
C. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di desa Sapugara Bree dari tahun ke tahun semakin
membaik. Seiring dengan naiknya taraf kehidupan masyarakat. Peran pemerintah pun
tidak dapat disembunyikan atau dinafikan, selain fokus pemerintah membangun atau
memperbaiki pembangunan kota juga memperbaiki mutu pendidikan anak-anak yang
ada di Sumbawa Barat.
Sebelum menjadi kabupaten anak-anak yang ingin mempelajari ilmu kesehatan
atau ilmu mesin harus berangkat jauh ke pusat kota di Sumbawa, tapi setelah mekar
menjadi kabupaten baru para pelajar bisa mempelajari hal tersebut dengan dibangunya
SMK oleh pemerintah. Bahkan sebelum berkembang menjadi kabupaten para pelajar
yang ingin menuntu ilmu agama atau enjadi seorang santri harus keluar daerah untuk
menuntut ilmu yaitu ke tanah Lombok. Perlu diketahui bahwa kepala daerah pertama
yang memimpin Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah seorang kiyai lulusan Al-Azhar
Kairo Mesir beliau adalah KH. Zulkifli Muhadli. Selain menjadi Bupati Sumbawa
24
Barat, beliau juga mendirikan sebuah pondok pesantren dan itu merupaka pondok
pesantren pertama yang ada di Sumbawa Barat namanya pondok pesantren Al-Ikhlas.
Setelah mulai bermunculan pondok pesantren yang lain seperti Al-Manar yang
bertempat di Seloto atau Taliwang dan pondok pesantren Himmatul Ummah yang ada
di desa Sapugara Bree. Pondok pesantren yang didirikan oleh putra asli daerah
Sapugara yaitu KH. Syamsul Ismain, Lc. Beliau merupakan lulusan universitas Al-
Azhar Kairo Mesir. Setelah lulus di universitas Al-Azhar beliau mendirikan Pondok
Pesantren pada tahun 2006 yang diberi nama Himmatul Ummah.
Dengan adanya pondok pesantren Himmatul Ummah khususnya di desa
Sapugara Bree ini masyarakat semakin memberikan kepercayaan dan dorongan kepada
anak-anak mereka untuk menuntut ilmu terutama dalam menuntut ilmu agama. Di era
yang modern ini mendidik anak tidak cukup hanya dengan menyekolahkan di tempat
yang mahal, bergengsi atau populer, akan tetapi mendidik anak di tempat yang baik,
benar dan tepat untuk anak adalah suatu yang dibutuhkan. Memberikan pendidikan
yang baik, benar dan tepat pada anak tidak hanya memperluas pengetahuannya, juga
untuk membentuk karakter dan moral anak untuk menghadapi kerasnya perkembangan
zaman yang akan dihadapi.
Berkembangnya pondok pesantren membawa dampak positif terhadap
perkembangan pendidikan di desa Sapugara Bree. Masyarakat banyak yang
menyekolahkan anaknya di pondok pesantren. Tidak hanya orang sekitar akan tetapi
orang dari luar daerah pun banyak yang menuntut ilmu dan menyekolahkan anaknya
di sana. Dengan adanya pondok pesantren jenjang pendidikan yang ada di Sapugara
25
Bree juga ikut berkembang dan meningkat mulai dari sekolah dasar, pendidikan MTs
atau SMP dan juga MA atau SMA. Sekarang jenjang pendidikan di desa Sapugara Bree
sudah ada dan terfasilitasi. Hal tersebut memberikan dampak yang baik untuk
masyarakat dan juga generasi muda. Dengan berkembangnya sarana pendidikan dan
ditunjang dengan fasilitas yang memadai tingkat perkembangan pendidikan
masyarakat terutama generasi muda semakin meningkat dan membaik.4
Berikut ini tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan per 31
Desember 2017:
No. Tingkat Pendidikan
Dusun
Jumlah
Sapugara Bree Ponjok Kejawat
1.
Tidak/Belum
Sekolah
138 143 40 50 371
2.
Belum Tamat
SD/Sederajat
208 195 30 32 465
3.
Tamat
SD/Sederajat
339 299 126 154 918
4. SLTP/Sederajat 260 226 118 109 713
5. SLTA/Sederajat 282 268 76 88 714
6. Diploma I/II 15 11 4 2 32
4 Buku Rekap Data Penduduk Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
26
7.
Diploma
III/Sarjana Muda
45 38 4 3 90
8.
Diploma IV/Strata
I
22 17 6 3 48
9. Strata II 1 3 4
10. Strata III
Total 1310 1200 404 441 3355
D. Perkembangan Agama Masyarakat Desa Sapugara Bree
Perkembangan agama di desa Sapugara Bree sangat baik. Berdasarkan data
penduduk desa Sapugara Bree, jumlah laki-laki ada 1619 dan perempuan berjumlah
1675 di antara 3294 masyarakat ini semuanya beragama Islam. Masyarakat sudah
mengenal agama secara baik. Bahkan pendidikan agama yang masyarakat miliki
semakin membaik karena adanya pondok pesantren yang ikut berperan aktif dalam
menyiarkan agama dan memberi pemahaman agama kepada masyarakat luas. Tidak
hanya berdampak kepada masyarakat yang ada di desa Sapugara Bree saja, akan tetapi
satu kecamatan Brang Rea mendapat dampak positif dengan adanya pondok pesantren
Himmatul Ummah.5
Peran Kiayi H. Syamsul Ismain membuahkan hasil yang manis kepada
masyarakat setempat. Dengan mendidik generasi muda atau para santri di dalam
5 Profil Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
27
pesantren dan memberikan pengajian agama terhadap masyarakat melalui mimbar dan
pengajian rutin. Bahkan para santri pondok pesantren Himmatul Ummah menjadi tolak
ukur dan selalu diperhitungkan dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), karena
tidak jarang para santri merebut juara satu dalam MTQ. Bahkan mereka
mengharumkan nama Kecamatan Brang Rea karena kecamatan Brang Rea menduduki
posisi pertama di tingkat Kabupaten dan meraih piala bergilir MTQ.
Berkat prestasi yang didapatkan oleh para santri, masyarakat semakin memberi
kepercayaan untuk mendidik anaknya di pondok pesantren. Bahkan masyarakat sudah
mulai memperdalam ilmu bacaan al-Qur’an atau belajar tahsin al-Qur’an. Agenda ini
dilakukan setiap hari pada waktu subuh dan pada malam jum’at sampai ahad dilakukan
sehabis salat magrib dan isya. Pada malam jum’at dan subuh ahad pengajian dipimpin
langsung oleh kiyai. Kemudian pada waktu yang lain akan dipimpin oleh santri dan
remaja masjid yang ada di desa Sapugara Bree. Dengan terbentuknya kelompok
mengaji atau sering disebut dengan TBA (Taman Baca Al-Qur’an), tingkat pemahaman
dan pembelajaran masyarakat baik itu mengenai agama dan Qur’an semakin bagus.
Pada dasarnya kepercayaan dan tingkat keagamaan masyarakat desa Sapugara
Bree memang sudah kuat, dan hal ini sudah terjadi dari zaman dahulu. Bahkan
masyarakat Sapugara Bree terkenal dengan pengajian atau kajian Pengaji Ope’. Bila
kita melihat libih jauh lagi, masyarakat Sapugara Bree memiliki budaya duduk bersama
di sebuah perkumpulan guna mengkaji Pengaji Ope’. Budaya ini hanya dilakukan oleh
para tetua desa dan laki-laki yang sudah beranjak dewasa.
28
Pengaji Ope’ adalah kajian Tasawuf atau falsafah hidup yang mempelajari
tentang kehidupan manusia atau kajian tentang ilmu hakikat. Bagaimana seseorang
harus berlaku, bertutur kata yang baik, menjaga hubungan baik dengan manusia dan
Sang Pencipta. Pengaji Ope’ merupakan pembelajaran lanjutan tentang filsafat hidup.
Umumnya tidak banyak yang bisa menerima Pengaji Ope’ ini.
Jika seseorang belum siap menerima Pengaji Ope’ atau memaksakan diri untuk
mengkajinya akibatnya bisa menimbulkan kegilaan atau gangguan jiwa. Hal ini
disebabkan ketidaksabaran dalam mempelajari sesuatu yang pada akhirnya karena
keterbatasan kemampuan otak maka dia mengalami gangguan jiwa. Orang yang
mempelajari atau mengkaji Pengaji Ope’ ini masih dikatakan setengah-setengah.
Hanya mengambil sedikit ajaran kemudian diterapkan dalam hidup. Dan tidak heran
karena belajar setengah-setengah pemahaman orang yang belajar setegah-setengah ini
menjadi melenceng dari makna sebenarnya yang dimaksud dalam Pengaji Ope’ itu
sendiri. Bahkan ada yang hanya mengambil bagian yang dianggap menguntung bagi
dirinya sendiri walaupun yang dimaksudnya tidaklah demikian.
Setelah berkembang pondok pesantren di desa Sapugara Bree pemahaman
masyarakat tentang agama juga betambah. Pemahaman yang ada di Pengaji Ope’
disempurnakan oleh ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Walaupun demikian
Pengaji Ope’ ini merupakan ilmu yang terbilang bisa mempermudah setiap tingkah
laku manusia dalam beragama, akan tetapi karena kemudahan ini tidak sedikit yang
terjerumus dan cenderung meninggalkan syariat. Contohnya dalam hal sholat, dalam
Pengaji Ope’ ada ajaran “Sembahyang No Putes, Wudhu No Batal” artinya selalu
29
berzikir adalah sholat yang tidak akan ada putusnya. Tapi banyak salah memahami dan
mereka meninggalkan sholat dan hanya berzikir mengingat Tuhan. Bahkan bisa
dikatakan Pengaji Ope’ ini semakin sedikit yang mempelajarinya. Hanya para tetua
desa dan beberapa orang yang masih mempelajarinya.
30
BAB III
TRADISI BAYAR NIAT MASYARAKAT DESA SAPUGARA BREE
KECAMATAN BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA BARAT
A. Sejarah dan Pengertian Bayar Niat
Tanah Samawa merupakan tanah yang sangat subur. Bahkan tanah Samawa
pada zaman dahulu dikenal dengan sebutan Pulau Nasi. Tidak heran kalau banyak
orang yang datang untuk mengungsi atau melakukan perpindahan ke tanah Samawa
atau Sumbawa. Kekayaan alam yang dianugrahkan Tuhan di tanah Samawa memberi
berkah kepada banyak orang dan setidaknya zaman dahulu sebelum Negara kita
menjadi Indonesia ada sekitar tujuh belas kerajaan yang berkembang di Sumbawa yang
mengelolah kekayaan alam ini, di antaranya Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa),
Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan Taliwang dan Kerajaan Jereweh.1
Di bawah kepemimpinan para Raja di tanah Samawa masyarakat memeluk
agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari peran para kiyai yang melakukan syiar agama
di tanah Samawa. Mengingat cara penyebaran agama di tanah Samawa dilakukan
dengan cara syiar, tidak heran kalau tradisi, adat serta budaya yang ada tidak
sepenuhnya dihilangkan termasuk tradisi bayar niat.
Diketahui bahwa dahulu di Istanah Baru Sultan Sumbawa datang seorang kiyai
bernama Abdussamad dan satu keluarga bangsa Alaydrus bernama Syamsuddin,
istrinya bernama Zubaidah dan seorang putra bernama Kamaluddin meminta izin dan
1 Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu Suatu Tinjauan Sejarah (Sumbawa Besar:
Samratulangi, 2011), h. 8.
31
memohon lahan untuk mereka tinggali. Kemudian diberikanlah tempat tinggal oleh
Raja Sumbawa yang diberi nama Keban Geranta.
Diceritakan bahwa Kamaluddin bermain-main hingga sampai ke suatu tempat
di belakang Istana Baru Sultan. Di sana dia menggali sebuah sumur, yang kemudian
dikenal dengan Sumir Batir. Sumur ini dipercaya dapat mendatangkan keberkahan dan
memberi rahmat bagi masyarakat. Raja Sumbawa pun senang dengan apa yang
dilakukan oleh Kamaluddin. Raja Sumbawa menjadikan Sumir Batir sebagai salah satu
dari pelengkap dalam setiap acara adat yang dilakukan oleh Sultan ataupun masyarakat.
Sampai saat ini Sumur Batir diyakini masyarakat dapat memberikan berkah dan
menjadi salah satu tempat untuk bayar niat.2
Bayar niat merupakan tradisi masyarakat Sumbawa yang sudah ada sejak
dahulu yang merupakan tradisi yang turun temurun dari para leluhur yang dilakukan di
tempat yang dikeramatkan. Dilihat dari asal kata bayar niat adalah bahasa Sumbawa
yang memiliki arti membayar niat atau menunaikan suatu karena apa yang diinginkan
telah tercapai. Dapat ditarik pengertian bahwa bayar niat adalah suatu tradisi yang
dilakukan di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat oleh masyarakat Sumbawa
yang dilakukan setelah apa yang diinginkan atau diniatkan tercapai.
B. Tempat-Tempat Bayar Niat, Sejarah dan Mitologinya
1. Makam Kramat Gani
2 Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu Suatu Tinjauan Sejarah, h. 10.
32
Makam kramat gani merupakan salah satu tempat bayar niat yang terletak di
desa Setebe Brang yang berada di kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Menurut
cerita dari Aping Hadijah atau Aping Ija seorang juru kunci dari makam kramat gani
sekaligus keturunan langsung dari Balo Abe yaitu juru kunci pertama makam kramat
gani. Makam kramat gani ada sekitar tahun 1930. Pada awalnya makam keramat gani,
ada karena seorang alim atau seorang guru ngaji yang bernama Balo Abbas atau kerap
dipanggil dengan Balo Abe pergi untuk bertapa ke atas gunung yang terkenal di
Taliwang yaitu gunung Maroseng. Dia bertapa di depan kuburan kecil sambil duduk di
atas batu besar. Di dalam pertapaannya dia didatangi oleh roh yang memakai pakaian
ihram dan menggunakan ikat kepala atau dalam bahasa Sumbawa sapu tobo.
Kemudian terjadi percakapan antara Balo Abe dan roh tersebut diawali dengan
salam. Balo Abe bertanya kepada roh tersebut “Sai kau? (kamu siapa?)” “Aku Gani”
roh itu menjawab. Setelah melakukan percakapan yang cukup lama roh itu berpesan
sekaligus meminta kepada Balo Abe bahwa dia meminta supaya Balo Abe menjaga
dan memelihara kuburannya dan memberi makan serta minum. Setelah Balo Abe
menyanggupi permintaan roh tersebut, seketika itu mereka menghilang dari atas
gunung menuju ke pedesaan yang terletak di pinggiran kota atau disebut desa Setebe
Brang dan makam itu diberikan nama Kramat Gani. Setelah berpindah ke Setebe Brang
Balo Abe merawat kubur tersebut dan memberi makan dengan topat dan peser makanan
khas Sumbawa. Dia memberi makan setiap hari rabu, kamis dan jum’at.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian asal-usul bayar niat bahwa sebelum
bayar niat ada tahapan yang harus dilakukan dahulu yaitu ente niat atau mengambil
33
niat yang dilakukan dengan dua cara yaitu berniat dari rumah dan kedua dengan cara
datang langsung ke makam kramat gani. Di makam kramat gani kalau seorang yang
mengambil niat atau tau ente niat apabila dia mau ente niat dengan cara datang
langsung ke makam kramat gani maka ada cara yang harus dilakukan juga. Yang
pertama dia harus memegang sepotong kayu atau bambu yang kecil tidak perlu panjang
kurang lebih 15 cm.
Kemudian sambil memegang kayu tersebut dia berniat sesuai dengan niatnya.
Kalau misalkan dia memiliki dua niat maka dia memegang dua buah kayu sesuai
dengan jumlah niat yang dia punya. Setelah berniat maka kayu yang dipegang tadi akan
ditancapkan di ujung kaki sebelah barat batu nisan. Setelah menancapkan kayu tersebut
maka orang yang beriniat boleh meninggalkan kayu tersebut sebentar kurang lebih 30
menit. Setelah itu kayu itu ditarik. Kalau kayunya panjang maka niatnya akan
terpenuhi, tapi kalau kayunya tidak terpenuhi maka dia belum mendapatkan rizki.
Sedikit menjelaskan silsilah dari juru kunci makam Kramat Gani. Juru kunci
awal yaitu Balo Abe kemudian setelah wafat maka yang mengurus makam kramat Gani
adalah anak atau keluarganya dan yang bisa menjadi juru kunci atau yang mengurus
tata cara pelaksaan bayar niat di makam kramat Gani harus seorang perempuan. Silsilah
juru kunci makam kramat gani sampai saat ini. pertama Balo Abe, kedua Nini Aya
anak Balo Abe yang paling besar, kemudian yang ketiga Nini Ati anak paling kecil dari
34
Balo Abe, kemudian yang keempat atau yang sekarang Aping Ija. Saat seseorang yang
mau melakukan ente niat atau bayar niat maka harus melaui Aping Ija.3
Kalau kita melihat silsilah orang yang menjadi juru kunci ini hanya seorang
lelaki yang pernah menjadi juru kunci yaitu Balo Abe sendiri dan selain itu semuanya
wanita. Hal ini menjadi pertanyaan kenapa demikian. Setelah mewawancarai Aping Ija
ternyata bukan karena Balo Abe tidak memiliki keturunan laki-laki, akan tetapi makam
Kramat Gani tidak boleh diurus oleh seorang lelaki, Kramat Gani harus diurus oleh
seorang wanita. Itulah kenapa selepas wafatnya Balo Abe yang melanjutkan untuk
mengurus makam Kramat Gani adalah saudari-saudari ataupun anak-anak wanita
beliau.
Menurut Aping Ija juga sesuai dengan hasil wawancara, orang yang mengambil
niat langsung ke Kramat Gani haruslah melalui atau harus sepengetahuan beliau.
Karena tanpa sepengetahuan beliau walaupun orang yang mengambil niat atau dalam
bahasa Sumbawa tau ente niat itu bolak-balik mengambil niat hal itu tidak akan
berhasil. Makam Kramat Gani sangat terkenal di kalangan masyarakat. Bahkan batu
yang ada di makam tersebut bisa menjadi berkat, akan tetapi hal itu berlaku kalau tau
ente niat datang langsung ke rumah juru kunci atau Aping Ija.
Pernah seorang pemuda mengambil niat di makam Kramat Gani. Kemudian dia
membawa pulang sebuah batu dari makam tersebut. Maksud dia membawa pulang batu
dari makam tersebut supaya bisa menjadi berkat atas ente niat yang dia lakukan.
3 Wawancara dengan Aping Hadijah pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 10.19.
35
Sesampai di rumah dia menyimpan batu yang tadinya diambil di tempat yang aman.
Tidak lama setelah itu batu yang baru saja diletakkan atau disimpan hilang. Kemudian
dia balik kembali mengambil niat dan bercerita kepada masyarakat tentang apa saja
yang baru dia alami, saat itu masyarakat memberitahu bahwa orang yang mau
mengambil niat atau mengambil sesuatu dari makan tersebut harus melalui Aping Ija
selaku juru kunci.
Kemudian di kramat gani ada beberapa tradisi yang dilakukan sebelum
melakukan bayar niat. Yang pertama dia harus mendatangi rumah orang yang menjadi
juru kunci dari makam Kramat Gani. Setelah memberitahukan Balo Abe atau juru
kunci yang sekarang Aping Ija, maka Aping Ija akan mempersiapkan bore salah satu
perlengkapan utama untuk memulai bayar niat. Bore dibuat dari induk kunyit dan
minyak mandar. Bore akan diusap ke wajah, leher, dada dan tangan tau ente niat.
Kamudian yang kedua, tau ente niat diwajibkan untuk membawa dua buah ketupat dan
satu buah peser. Kedua jenis makanan ini dengan jumlah yang sudah ditentukan
memiliki makna yang cukup ekstrim. Dua buah ketupat melambangkan dua buah zakar
laki-laki kemudian satu buah peser melambangkan kemaluan laki-laki. Inilah maksud
dari jumlah wajib makanan yang harus dibawa oleh tau ente niat.
Kemudian juru kunci serta orang yang akan bayar niat pergi ke kramat gani
secara bersamaan, tapi sebelum jalan juru kunci akan membaca mantra atau beberapa
bacaan ketika hendak berangkat ke tempat bayar niat. Sesampai di tempat bayar niat
orang yang bayar niat akan duduk di samping makam menghadap barat kemudian juru
kunci Aping Ija akan memandikannya. Adapun hal lainnya seperti makan-makan
36
bersama, melepas ayam putih atau menyembelih kambing adalah tambahan saja atau
sesuai kemampuan dari tau ente niat dan itu tidak diharuskan.
Sebagai contoh kesaksian dan hasil wawancara dengan Hajah Iyok salah
seorang tetangga Aping Ija yang melakukan bayar niat. Dahulu dia pernah berniat, “jika
selamat Allah memberikan saya (Hajah Iyok) dan suami bisa berhaji saya akan bayar
niat di makam Keramat Gani.” Pada tahun 2019 keduanya bisa berangkat haji dan balik
dari haji keduanya bayar niat di makam Keramat Gani.
Hajah Iyok sudah mengambil niat selama 5 tahun dan baru tercapai di tahun
2019. Menurut kesaksian Hajah Iyok selama 5 tahun terakhir dia selalu berdoa dalam
salat supat Allah memperkenankan dia berangkat haji bersama suaminya. Selama 5
tahun itu dia selalu berikhtiar dan menabung dari hasil panen dan pada akhirnya apa
yang dia inginkan bisa tercapai.4
2. Makam Seran
Makam seran merupakan makam salah satu raja yang ada di Sumbawa yang
berada di desa Seran. Nama raja tersebut adalah raja Dewa Lengan Maspakil atau
masyarakat mengenal dengan Lalu Maspakil, beliau wafat pada tahun 1931. Raja Lalu
Maspakil memiliki seorang istri akan tetapi mereka tidak memiliki keturunan. Pada
saat raja Lalu Maspakil berjalan untuk melihat keadaan rakyat, dia mendengar suara
bayi menangis dari arah sungai. Kemudian raja Lalu Maspakil mengikuti suara tersebut
dan dia melihat seorang bayi perempuan menangis di bawah pohon bambu dekat
4 Wawancara dengan Hajah Iyok pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 12.30.
37
dengan sungai. Raja Lalu Maspakil mengabil anak tersebut dan membawanya pulang
dan mengangkatnya sebagai anak, dia memberi nama Lala Jinis.5
Raja Lalu Maspakil adalah raja yang sangat baik sehingga rakyatnya sangat
menghormatinya. Ketika rakyat tahu bahwa sang raja memiliki seorang anak.
Penduduk ikut merasa gembira dengan hal tersebut dan sang raja mengundang warga
untuk makan bersama di kerajaan Seran. Seiring dengan bertambah usia Lala Jinis
tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik dan dipersunting oleh seorang pangeran.
Bahakan kisah cinta Lala Jinis dan sang pangeran pun terekam dalam sebuah tarian
adat Sumbawa yang berjudul tarian Lala Jinis. Selain memiliki paras yang sangat cantik
dan menikah dengan seorang pangeran, Lala Jinis juga berbudi luhur. Sifat baik yang
dia miliki diturunkan dari sifat ayahnya raja Lalu Maspakil.6
Kebaikan budi raja Lalu Maspakil membuat masyarakat atau rakyatnya sangat
menyukai serta menghormatinya. Bahkan setelah wafat masyarakat dan rakyatnya
masih menghormatinya dan meminta berkat darinya dengan cara berdoa di makamnya.
Sampai sekarang sebagian besar masyarakat Sumbawa masih meminta berkatnya.
Meminta berkat inilah yang disebut oleh masyarakat Sumbawa sebagai bayar niat.
Makam raja Lalu Maspakil dijaga oleh satu keluarga yang sudah merawat
makamnya secara turun temurun. Saat ini yang menjadi penjaga atau juru kunci dari
makam tersebut adalah pak Abu Bakar. Setiap melakukan bayar niat harus melalui dan
sepengetahuan pak Abu Bakar. Adapun tata cara melakukan bayar niat di makam raja
5 Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu Suatu Tinjauan Sejarah, h. 7. 6 Wawancara dengan Balo Saleh pada tanggal 11 Juni 2018 pukul 10.00.
38
Lalu Maspakil atau masyarakat mengenal dengan makam Seran. Dengan cara
dimandikan sebuah sumur dekat dengan makam dan duduk di atas batu bundar yang
terletak di depan sumur. Adapun persiapan atau bahan-bahan yang dibawa saat bayar
niat tergantung pada niat orang yang sudah mengambil niat. Di makam Seran tidak ada
keharusan akan bahan yang dibawa saat prosesi seperti tempat-tempat lain. Akan tetapi
sesuai adat atau kebiasaan orang pada umumnya saat melakukan bayar niat harus
disertakan dengan topat dan peser.
Zaman dahulu ketika kepercayaan masyarakat terhadap hal yang gaib masih
kuat, ada sebuah pantangan yang tidak boleh untuk dilakukan. Seseorang yang datang
ke makam raja lalu muspakil ini, tidak boleh menggunakan pakaian berwarna kuning.
Segala hal yang berwarna kuning tidak boleh digunakan saat melakukan bayar niat.
Hal ini berlaku bagi semua orang, baik masyarakat biasa terlebih lagi bagi orang yang
melakukan bayar niat. Masyarakat percaya bahwa hal itu akan memberikan dampak
negatif bagi orang tersebut.7
Melihat kembali dari sisi sejarah dan silsilah kepengurusan makam Raja Lalu
Muspakil bapak Abu Bakar merupakan keturunan yang kesekian yang menjadi juru
kunci. Menjadi seorang juru kunci merupakan hal yang diwarisi turun temurun. Juru
kunci merupakan orang yang setia mengurusi Raja Lalu Muspakil dari dia hidup
sampai dia wafat dan bahkan berlangsung sampai sekarang. Bapak Abu Bakar menjadi
juru kunci diwarisi dari bapaknya yang bernama bapak Kuling, bapaknya menerima
7 Wawancara dengan bapak Abu Bakar pada tanggal 11 Juni 2018 pukul 11.00.
39
dari kakeknya bernama kakek Dawi dan ke atasnya lagi. Secara sepesifik bapak Abu
Bakar kurang tahu dia juru kunci ke berapa.
Pada dasarnya menjadi seorang juru kunci tidak hanya diberikan begitu saja,
akan tetapi menjadi juru kuci orang yang akan menjadi penerusnya harus memiliki ilmu
batin kemudian dipercaya oleh pemilik makam untuk mengurusnya. Juru kunci dipilih
langsung oleh pemilik makam dengan cara mendatanginya melalui mimpi. Setelah itu
secara turun temurun pemeliharaan makam atau tempat yang dikeramatkan akan
diserah terima kepada orang atau anggota keluarga yang dipercaya untuk diturunkan
ilmu yang mereka miliki ke calon juru kunci baru.
3. Buin Banyu
Buin banyu adalah suatu tempat yang dikramatkan di desa Mura kecamatan
Brang Ene. Buin Banyu berasal dari dua bahasa, Buin berasal dari bahasa Sumbawa
yang artinya sumur kecil atau ai korok. Sedangkan Banyu berasal dari bahasa Jawa
yang artinya air. Kalau digabungkan Buin Banyu artinya air sumur kecil. Awal mula
Buin Banyu ada ialah ketika seorang pemiliki kebun yang bernama Hasan atau Ake
dia melihat ada mata air yang tiba-tiba muncul dari tengah kebunnya, orang setempat
menyebutnya ai muncar. Awalnya mata air ini dianggap biasa saja oleh pemilik kebun.
Dia hanya menggali tanan dan membentuk sebuah wadah kecil atau sumur kecil untuk
menampung mata air tersebut atau dalam bahasa Sumbawa masyarakat mengenalnya
dengan sebutan ai korok.
Ai korok ini dijadikan sebagai tempat bayar niat setelah ada seorang haji yang
berasal dari Taliwang dia bernama haji Man datang bertapa ke ai korok tersebut. Pada
40
saat melakukan pertapaan dia mendapatkan ilmu yang luar biasa dan dia menjadi orang
sakti atau orang sumbawa mengenal sebagai Sandro. Setelah pertapaan haji Man
tersebut, di dalam ai korok tersebut muncul seekor belut kecil dan seekor belut
berukuran besar tampa badan atau dia hanya memiliki kepala saja dengan posisi kepala
menghadap ke atas dan posisi badan tegap atau lurus. Masyarakat percaya apabila
seseorang yang melihat belut tersebut muncul kemudian pada saat itu dia memiliki
harapan maka dia akan mendapatkan apa yang diharapkan. Perlu diketahui bahwa belut
ini jarang menampakkan diri dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya.
Dari situlah awal mula masyarakat meyakini kalau buin banyu itu kramat.
Hasan selaku pemilik dari tanah tersebut kemudian membuat ai korok itu menjadi dua
wadah. Wadah pertama dikhususkan untuk memandikan orang yang melakukan bayar
niat, kemudian wadah kedua dijadikan sebagai air minum atau bisa dipergunakan untuk
umum. Wadah pertama yang dikhususkan untuk memandikan orang bayar niat hanya
akan digayung tiga sampai lima kali ke badan orang bayar niat. Sebagai bentuk bahwa
dia sudah melaksanakan bayar niat. Jika orang yang bayar niat ingin mandi sepuasnya
maka dia boleh mandi di wadah yang satunya yang diperuntukkan untuk umum.
Buin banyu sudah dirawat oleh lima generasi. Yang pertama adalah Balo Hasan
dan Balo Maryam atau dikenal dengan sebutan Iam. Balo Hasan ialah juru kunci
pertama dari buin banyu dan Iam ini adalah istri dari Balo Hasan dan dialah yang
memandikan orang yang melakukan bayar niat. Setelah Balo Hasan dan Balo Iam wafat
yang kedua merawat buin banyu adalah nyai rabaiyah. Beliau adalah sepupu dari Balo
Hasan. Perlu diketahui bahwa orang yang berhak menjadi juru kunci dari buin banyu
41
harus bagian dari keluarga atau keturunan dari Balo Hasan dan Balo Ima. Setelah nyai
Rabaiyah wafat pemegang ketiga adalah ea Empo. Kemudian juru kunci keempat
dipegang oleh ea Buen. Setelah ea Buen wafat sekarang juru kunci kelima dari buin
banyu adalah bapak Muhammad.8
Adapun beberapa tata cara untuk melakukan bayar niat di buin banyu tidak ada
bedanya dengan tata cara bayar niat yang lain yaitu menyediakan topat dan peser
kemudian digantung di pohon maja dekat dengan buin banyu. Topat dan peser yang
disediakan tidak memiliki jumlah tertentu, kalau orang yang bayar niat memiliki
kelabihan rizki maka dia boleh menyembelih kambing dan kambing disembelih harus
dihabiskan di buin banyu tidak boleh dibawa pulang. Yang membedakan bayar niat di
buin banyu dengan tempat lainnya adalah jalan yang dilalui. Untuk menuju ke buin
banyu ada jalan khusus yang harus dilalui. Pertama orang yang melakukan bayar niat
berjalan dari rumah juru kunci dari buin banyu kemudian mereka akan berjalan
bersama sampai ke area bayar niat dengan posisi juru kunci berjalan di barisan depan
dan orang yang bayar niat mengikuti juru kunci.
Sesampai di area bayar niat mereka akan masuk melalui gerbang atau pintu
utama dari tempat bayar niat yaitu berupa pohon nunuk. Pohon nunuk ini merupakan
pohon yang sakral dan merupakan gerbang antara alam gaib dan dunia. Setelah masuk
melewati pohon nunuk mereka akan langsung menuju ke buin banyu dan langsung
dimandikan.
8 Wawancara dengan Nde´ Muhammad pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 9.30.
42
Di buin banyu terdapat dua pohon yang sakral, yang pertama pohon maja dan
kedua pohon nunuk. Pohon maja merupakan tempat untuk menggantung bahan atau
makanan yang dibawa saat bayar niat. Kemudian pohon nunuk adalah pintu gerbang
dari jalan masuk menuju buin banyu. Masyarakat percaya bahwa kedua pohon ini
adalah rumah dari penunggu buin banyu. Kalau pohon maja ditebang maka air dari
buin banyu akan mengering. Kemudian kalau pohon nunuk ditebang maka akan ada
akibat tersendiri yang didapat oleh yang menebang.9
Perlu diketahui bahwa sewaktu-waktu buin banyu bisa mengeluarkan bau
seperti bangkai. Masyarakat meyakini bahwa saat buin banyu mengeluarkan bau
artinya belut besar yang tidak memiliki badan sudah mati. Bau ini tidak hanya di daerah
itu saja, tapi juga akan tercium di dua desa. Pertama akan tercium di desa Mura tempat
buin banyu itu sendiri kemudian yang kedua akan tercium di desa Pukat yang berada
di Labu Pade Sumbawa. Pada dasarnya buin banyu terhubung dengan tempat bayar niat
lain yang berada di desa Pukat kecamatan Labu Pade kabupaten Sumbawa dan tempat
tersebut juga berbentuk ai korok atau sumur kecil. Ai korok ini terletak di pinggir pantai
Labu Pade. Ai korok ini berair tawar walaupun sering bercampur dengan air laut tapi
rasanya tetap tawar. Masyarakat menyebut ai korok ini namanya ai sagarengeng.
Menurut penuturan masyarakat buin banyu dan ai sagarengeng keduanya terhubung.
Apabila terjadi sesuatu maka keduanya akan mengelurkan bau. Baunya bisa saharian
bahkan sampai dua hari.10
9 Wawancara dengan Aping Aisyah pada 09 Juni 2018 pukul 11.30. 10 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 10.30.
43
C. Unsur-Unsur Bayar Niat
Dari penjelasan di atas tentang beberap tempat yang sering dijadikan objek
bayar niat oleh masyarakat Sumbawa dapat kita tarik kesimpulan bahwa ada beberapa
unsur-unsur penting dalam tradisi bayar niat ini, jika salah satu di antaranya tidak ada
maka bayar niat dianggap tidak lengkap atau tidak sah. Berikut adalah unsur-unsur
penting dalam bayar niat:
1. Ente niat atau mengambil niat.
Yang pertama ini merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum
bayar niat adalah mengambil niat atau dalam bahasa Sumbawa dikenal dengan ente
niat. Langkah awal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama berniat dari
rumah. Contohnya, Wahai Nenek Kuasa (Ya Allah) jika saya sembuh dari sakit
yang menimpa saya maka saya akan bayar niat di makam Keramat Gani.
Cara yang kedua adalah dengan cara datang langsung ke tempat yang di
keramatkan. Cara yang kedua ini memiliki cara yang unik untuk dilakukan yaitu
dengan menancapkan sebilah kayu berukuran kurang lebih 15 cm kemudian
berniat apa yang diinginkan dan ditinggalkan selama kurang lebih 30 menit,
setelah itu baru diambil kembali. Jika kayu yang ditancapkan tadi memanjang
maka apa yang diinginkan akan tercapai, tapi jika kayu itu sama seperti semula
maka apa yang diinginkan tidak akan tercapai.
2. Tempat bayar niat
44
Setelah seseorang mengambil niat atau ente niat maka selanjutnya yang harus ada
adalah tempat untuk bayar niat, misalnya salah satu dari tiga tempat bayar niat
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
3. Bayar niat
Kemudian baru yang ketiga bayar niat. Setelah apa yang diniatkan sudah tercapai
maka baru melakukan bayar niat di tempat yang sudah diniatkan.
4. Juru kunci
Bayar niat tidak akan terjadi kalau juru kunci tidak ada. Misalkan seseorang yang
telah mengambil niat kemudian dia sudah mendapatkan apa yang diniatkan dan
membayar niat ketempat yang dikeramatkan tanpa sepengetahuan juru kunci,
maka bayar niatnya dianggap tidak sah atau harus diulang kembali.
5. Bore
Setelah melalui juru kunci maka yang harus ada dalam bayar niat adalah bore yang
merupakan perlengkapan yang disediakan oleh juru kunci. Bore akan disediakan
pada saat bayar niat berlangsung.
6. Topat dan peser
Yang keenam adalah makanan yang wajib ada saat bayar niat. Orang yang bayar
niat jika tidak membawa topat dan peser maka bayar niatnya dianggap tidak
lengkap sampai keduanya ada.
7. Dimandikan di tempat keramat
45
Unsur yang ketujuh adalah dimandikan. Bayar niat tanpa dimandikan juga
dianggap tidak sah. Karena melalui proses mandi inilah gugurnya hutang atau
terlepas dari bayar niat. Artinya kewajiban bayar niat sudah terlaksanakan.
8. Makan-makan bersama
Barulah masuk pada unsur terakhir yang wajib ada yaitu makan bersama. Apapun
makanan yang sudah dibawakan ke tempat bayar niat harus dihabiskan di tempat
tersebut dan tidak boleh dibawa pulang.
D. Prosesi Bayar Niat dan Alasan Melakukan Bayar Niat
Dalam bayar niat terdapat dua tahapan yaitu ente niat dan bayar niat. Sebelum
melakukan bayar niat seseorang harus ente niat artinya mengambil niat terlebih dahulu.
Ada dua cara untuk ente niat yaitu, berniat dari rumah dengan niat kalau dia sehat maka
dia akan bayar niat di makam kramat gani. Kemudian yang kedua dengan cara datang
langsung ke tempat bayar niat.
Tahapan pertama dalam bayar niat adalah ente niat atau mengambil niat. Ente
niat bisa dilakukan dengan dua cara yang pertama ente niat dengan cara berniat dari
rumah dengan meniatkan apa yang akan diniatkan dan kemana tempat dia akan
mengambil niat. Bisa di keramat Gani, makam Seran atau Buin Banyu atau tempat-
tempat lain yang dianggap keramat. Kemudian cara kedua dalam ente niat adalah
dengan cara mengunjungi langsung makam atau tempat bayar niat.
Dalam tradisi bayar niat di keramat Gani misalnya, orang yang ente niat dengan
cara datang langsung ke makam akan melakukan hal seperti menancapkan sebatang
kayu dengan panjang sekitar 15 cm. Kayu tersebut akan ditancapkan pada batu nisan
46
arah selatan atau pada kaki dari makam tersebut setelah orang yang ente niat selesai
berniat dalam hati. Setelah ditancapkan kayu tersebut akan ditinggalkan selama 30
menit. Jika kayu itu memanjang berarti niatnya akan lancar dan bisa didapatkan, tapi
jika kayunya sama panjang dengan ukuran sebelum dia menancapkannya berarti
niatnya tidak akan didapatkan. Maka orang yang ente niat tadi bisa berniat di tempat
lain atau tempat yang dikeramatkan.
Kemudian yang kedua dari tahapan bayar niat adalah bayar niat itu sendiri.
Ketika keinginan dari orang yang ente niat tadi sudah terpenuhi maka tahapan
selanjutnya yang dilakukan adalah bayar niat. Bayar niat bisa dilakukan dengan segera
atau menunggu saat orang yang ente niat punya rizki. Seorang yang ingin bayar niat
dia harus pergi bersama dengan juru kunci tempat bayar niat.
Adapun beberapa hal yang disediakan atau dibawa pada saat melakukan bayar
niat adalah sebagai berikut:
1. Bore
Bore adalah bahan yang disediakan oleh juru kunci untuk melakukan bayar niat
dan dibuat langsung oleh juru kunci. Bore dibuat dari induk kunyit dan minyak
mandar.
2. Topat dan peser
Topat peser adalah makanan yang wajib disediakan oleh orang yang datang bayar
niat. Jumlah dari topat peser yang disediakan tergantung tempat melakukan bayar
niat. Contoh di keramat Gani orang yang melakukan bayar niat wajib menyediakan
satu buah peser dan dua buah topat, tapi jika ingin membawa lebih tidak jadi
47
masalah. Adapun seperti di makam Seran dan Buin Banyu jumlah topat dan peser
tidak di tentukan.
3. Perlengkapan lain atau makanan yang dibawakan sesuai dengan niat
Makanan yang dipersiapkan saat melakukan bayar niat adalah sesuai dengan niat
dan kemampuan dari orang yang bayar niat. Kalau niat awal saat ente niat
meniatkan akan memotong ayam atau kambing maka yang disediakan yaitu
kambing atau ayam. Makan yang disediakan harus dihabiskan di tempat bayar niat
dan tidak boleh dibawa pulang. Makanya saat ada orang yang bayar niat banyak
keluarga mereka yang ikut serta bahkan banyak orang laing yang ikut menonton
prosesi bayar niat sekaligus menunggu saat makannya.11
Kemudian adapun tata cara melakukan bayar niat adalah sebagai berikut:
1) seorang yang membayar niat harus memberitahukan kapan dia akan bayar niat
kepada juru kunci supaya juru kunci bisa menyiapkan apa saja yang diperlukan
saat bayar niat seperti bore.
2) Pada hari akan melakukan bayar niat orang yang bayar niat dan juru kunci akan
berangkat bersama-sama dari rumah juru kunci sampai ke tempat bayar niat.
3) Sesampai di tempat bayar niat mereka akan menyembelih kambing atau hewan
apapun yang sudah diniatkan saat ente niat.
4) Setelah menyembelih hewan maka orang yang bayar niat akan dimandikan di
tempat bayar niat, orang yang bayar niat akan dimandikan oleh juru kunci sendiri
11 Wawancara dengan Aping Hadijah pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 20.00.
48
di dekat makam atau tempat bayar niat. Biasanya orang yang akan dimandikan
akan duduk di sebuah batu yang sudah disediakan untuk melakukan prosesi mandi
atau akan dimandikan di sebelah makam
5) Adapun air yang digunakan untuk mandi adalah air yang sudah didoakan oleh juru
kunci. Adapun air yang didoakan oleh juru kunci akan dibawa dari rumah kurang
lebih satu gayung kemudian air itu akan dicampurkan dengan air yang jumlahnya
lebih banyak saat berada di tempat bayar niat. Juru kunci akan memandikan orang
yang bayar niat kurang lebih dua atau tiga gayung.
6) Setelah dimandikan dan didoakan barulah acara makan-makan. Semua makanan
yang dijadikan sebagai pelengkap untuk bayar niat harus dihabiskan di tempat
bayar niat berlangsung dan tidak boleh dibawa pulang.12
Setelah penjelasan prosesi bayar niat di atas tentu timbul pertanyaan mengapa
seseorang harus melakukan bayar niat. Landasan utama yang menjadi alasan seseorang
melakukan bayar niat adalah bentuk rasa syukur atas apa yang telah didapatkan.
Kemudian alasan kedua adalah sebagai bentuk kewajiban yang harus dilakukan karena
masyarakat percaya bahwa jika seseorang sudah mengabil niat maka mereka harus
membayarnya dan hal tersebut harus dilakukan di tempat tertentu atau yang dianggap
keramat oleh masyarakat.
Alasan terakhir adalah tradisi. Karena bayar niat ini sudah sangat terkenal
ditengah masyarakat bahkan ini merupakan tradisi yang sudah ada dari zaman dahulu
12 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 11 Juni 2018 pukul 20.00.
49
maka bayar niat ini harus dilakukan, karena masyarakat percaya jika seseorag sudah
mengambil niat dia harus bayar niat. Jika tidak dilaksanakan maka apa yang dikeluhkan
sebelum mengambil niat misalnya sakit, maka sakitnya akan kembali seperti semula
atau bahkan lebih parah dari sebelumnya.
E. Persamaan dan Perbedaan Bayar Niat dan Nazar dalam Islam
Dalam ajaran Islam seseorang apabila berjanji tentang kebaikan yang pada
asalnya janji itu tidak wajib menurut syara’, tetapi ketika sesudah diikrarkan lewat lisan
kemudian diniatkan dalam hati, maka hal tersebut menjadi wajib untuk dikerjakan,
dalam Islam hal ini dikenal dengan nazar.
Allah berfirman dalam surah al-Insan ayat 7 Allah berfirman:
v :نسان. الفون بالنذريو
“Mereka menunaikan nazarnya.” (Al-Insan: 7)13
Kemudian dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari menjelaskan bahwa:
رواه البخارىمن نذران يعصى الله فلا يعصه.
“barang siapa bernazar akan menaati Allah (mengerjakan perintah Nya), hendaklah dia
kerjakan.” (Riwayat Bukhari)
Adapun nazar dalam ajaran Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Menjanjikan ibadah apabila dia mendapatkan nikmat atau keuntungan atau
karena terhindar dari bahaya. contohnya seorang berkata, jika Allah
13 Al-Quran Al-Karim, Surah Al-Insan (76) Ayat 7.
50
mengaruniahi saya kelulusan strata satu tahun ini, saya akan berpuasa selama
lima hari karena Allah atau kalau Allah menyembuhkan penyakit saya ini, saya
akan melakukan salat tengah malam enam kali karena Allah. Apabila ia
memeroleh kelulusan atau sembuh dari sakitnya, maka dia wajib berpuasa
selama lima hari, atau salat malam sebanyak enam kali sesuai dengan niat awal.
2. Mewajibkan ibadah dengan tidak ada sebabnya. Misalkan dia berkata, saya
akan berpuasa bulan ini, tiga hari karena Allah. Atau saya akan salat dua rakaat.
Nazar yang kedua ini menurut ulama wajib dikerjakan sebagaimana hukum
nazar pertama. Dalam mazhab Syafii hal ini dibenarkan, beralasan dengan hadis yang
disebutkan di atas. Sebagian ulama berpendapat tidak sah, berarti tidak wajib ditepati.
Adapun nazar yang tidak wajib untuk dilakukan adalah bernazar akan berbuat
kemaksiatan (larangan), maka dalam hal ini nazarnya tidak sah, umpamanya dia
bernazar akan minum arak dan sebagainya.14
Dalam nazar dan bayar niat ada beberapa persamaan dan perbedaan. Adapun
persamaan antara nazar dan bayar niat ialah sebagai berikut:
1. Nazar dan bayar niat merupakan suatu janji yang pada dasarnya tidak terikat
atau masih bebas dalam hal ini bisa dikatakan sunnah tapi menjadi suatu
keharusan untuk dikerjakan ketika sudah melontarkan janji.
14 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018), h. 485.
51
2. Nazar dan bayar niat memiliki kesamaan yaitu sama-sama merupakan bentuk
dari realisasi janji atas harapan harapan yang sudah tercapai. Dengan kata lain,
keduanya akan dilakukan saat janji yang diikrarkan tercapai.
Kemudian perbedaan atara nazar dan bayar niat adalah sebagai berikut:
1. Nazar dan bayar niat memiliki perbedaan dalam segi ritual atau tata cara
pelaksanaannya. Nazar dilakukan sesuai dengan cara atau ajaran agama Islam
yaitu dengan bersedekah, berpuasa, salat malam atau hal lain yang sesuai
dengan syariat. Sedangkan bayar niat dilakukan dengan tata cara sesuai dengan
adat atau tradisi yang berlaku di tengah masyarakat Sumbawa.
2. Dalam pandangan syariat, nazar dihitung sebagai kewajiban bagi pribadi atau
personal saja. Kewajiban untuk menunaikannya hanya bagi orang yang
bernazar saja. Berbeda halnya dengan bayar niat, tidak hanya melibatkan orang
berniat saja untuk mengerjakannya, tapi juga melibatkan orang lain.
3. Nazar dalam Islam merupakan sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak
diwakilkan oleh orang lain.
4. Sedangkan bayar niat bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat mewakilkan orang.
Arti dari mewakilkan orang, ketika di dalam sebuah keluarga ada yang sakit
misalkan, anaknya sakit maka yang mengambil niat boleh ibunya, ayahnya,
neneknya atau kakek. Hal ini bisa diwakilkan. Akan tetapi saat melakukan
bayar niat orang yang mengambil niat orang yang menjadi objek bayar niat
adalah orang yang sakit atau orang yang diwakilkan tadi.
52
BAB IV
Relasi Masyarakat Sapugara Bree Dengan Tradisi Bayar Niat
A. Waktu Bayar Niat
Kalau kita melihat kembali kepada sejarah daripada bayar niat itu sendiri, kita
dapat melihat bahwa tradisi ini terjadi sejak dahulu dan tradisi ini berlangsung sampai
pada keadaan masyarakat sudah memeluk agama islam. Ada suatu alasan mendasar
kenapa bayar niat tetap dilakukan padahal masyarakat sudah memeluk agama islam.
Alasannya adalah untuk menarik hati masyarakat yang pada dasarnya memiliki
keyakinan animisme dan dinamisme. Karena keyakinan mereka terhadap hal-hal gaib
masih sangat erat maka salah satu caranya ialah dengan menarik hati masyarakat
sehingga mereka bisa menerima islam dan perlahan islam meyatu dalam diri
masyarakat.
Dengan cara itulah Kiyai Zainal Abidin murid dari Sunan Giri yang diutus
untuk melakukan penyebaran Islam ke tanah Samawa menarik hati masyarakat supaya
masyarakat merasa memiliki islam. Secara perlahan beliau mengubah tradisi yang ada
di pulau Sumbawa, mengingat sejarah bahwa zaman dahulu kerajaan Hindu pernah
menyentuh sebagian pulau Sumbawa kemudian akhirnya raja dan sebagian
pengikutnya memeluk Islam setelah ditaklukkan kerajaan Sumbawa.1
Dengan mengubah niat daripada bayar niat yang awalnya menyembah atau
bergantung pada roh-roh leluhur kemudian berubah menjadi penyebahan atau
1 Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu (Sumbawa Besar: Samratulangi, 2011), h. 33.
53
penyerahan diri kepada Nene Kuasa2 (Allah). Adapun hal yang dirubah atau
dipertahankan dalam tradisi bayar niat adalah niat itu sendiri. Yang mulanya
menyematkan niat kepada roh-roh leluhur atau penunggu dari tempat yang
dikramatkan kemudian dirubah menjadi niat kepada Nene Kuasa. Kemudian hal-hal
yang masih dipertahankan dan dirubah tujuannya adalah makanan atau bahan-bahan
yang digunakan dalam bayar niat sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada
Nene Kuasa atas kesembuhannya atau niat yang sudah terkabulkan sekaligus sebagai
bentuk sedekah.
Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Sumbawa dikenal dengan budaya
sedekah. Hampir setiap kegiatan yang dilakukan akan ada sedekah. Contoh saat
seorang memiliki anak maka mereka akan merayakan kegembiraan dan sekaligus rasa
terima kasih kepada Allah dengan cara sedekah. Kemudian acara sunatan, pernikahan,
dapat pekerjaan, naik jabatan, bahkan sampai kematian pun ada sedekah untuk
meminta doa masyarakat terhadap orang yang sudah meninggal dunia supaya arwah
orang yang meninggal bisa tenang dan mendoakan yang terbaik untuknya dan keluarga
yang ditingalkan.3
Lazimnya apa yang terjadi di tengah masyarakat merupakan bentuk bahwa
manusia tidak bisa melepaskan diri dari kepercayaan dan keyakinan yeng merupakan
nilai prinsipil dan suatu asasi bagi kehidupan manusia. Keyakinan dan kepercayaan
yang paling tinggi dalam hati manusia adalah keyakinan dan kepercayaan terhadap zat
2 Nene Kuasa adalah sebutan kepada Allah di kalangan masyarakat Sumbawa. 3 Wawancara dengan Bapak Ahmad pada tanggal 08 Juni 2018 pukul 08.00.
54
ghaib Yang Maha Kuasa. Karena manusia adalah makhluk bertuhan, yang pada
hakikatnya meyakini wujud Tuhan sebagai zat yang paling mutlak.
Pola peribadatan ritualitas yang terjadi di tengah masyarakat merupakan
ungkapan simbolis dari dimensi keyakinan diri terhadap sesuatu yang dianggap agung.
Bagi pelaku atau pemeluk dari suatu keyakinan, peribadatan merupakan bentuk
permohonan dalam pemujaan untuk menunjukkan rasa terima kasih atau pengabdian
yang ditunjukkan kepada kekuasaan-kekuasaan leluhur yang menggenggam kehidupan
manusia.4
Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Antropologi Sosial
menjelaskan bahwa sistem kepercayaan itu bisa berupa konsepsi tentang paham-paham
yang hidup terlepas di dalam pikiran manusia, juga bisa berupa konsepsi-konsepsi dan
paham-paham yang terintegrasikan dalam dongeng-dongeng dan aturan-aturan. Ini
biasa dianggap keramat dan merupakan kesusastraan suci dalam suatu religi.5
Begitu juga dalam hal bayar niat ketika apa yang sudah diniatkan tercapai maka
mereka melakukan sedekah. Dalam tradisi bayar niat sedekah dilakukan di tempat
bayar niat. Semua keluarga akan diundang bahkan masyarakat setempat yang berada
di lingkungan bayar niat bisa ikut menikmati sedekah atau makanan yang dibawakan
saat bayar niat. Adapun makanan yang dibawa sebagai perlengkapan bayar niat harus
dihabiskan di tempat bayar niat.
4 H.T.H. Fischer, Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Pustaka Sarjana,
1980), h. 142. 5 Koentjaraningrat, Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1974), h. 240.
55
Bayar niat dilakukan saat harapan atau keinginan orang yang sudah mengambil
niat atau tau ente niat tercapai dengan sesegera mungkin bagi yang memiliki rizki lebih
untuk bayar niat sesuai niat awal. Kemudian seorang yang melakukan bayar niat boleh
menunda bayar niat kalau belum memiliki rizki sampai dia memiliki rizki untuk bayar
niat.
Masyarakat percaya kalau tau ente niat sengaja meninggalkan apa yang sudah
diniatkan maka dia akan mendapatkan musibah atau dia kembali ke kondisi semula
sebelum dia mengambil niat. Dalam kondisi seperti ini masyarakat biasanya akan pergi
ke orang pintar atau dalam bahasa Sumbawa sandro untuk mengatahui kenapa dia
mengalami penyakit yang tidak bisa sembuh. Saat mereka menemui sandro, sandro
akan memberi tahu kenapa mereka mengalami hal aneh atau penyakit seperti semula.
Ternyata penyebabnya adalah karena mereka lupa untuk bayar niat. Sandro dalam
masyarakat Sumbawa memiliki peran yang cukup dominan. Semua hal yang tidak
lazim terjadi di tengah masyarakat akan melibatkan bantuan sandro.
Masyarakat Sumbawa memiliki kebiasaan seperti saat hendak melakukan
sesuatu biasanya mereka akan bertanya hari yang baik atau bulan apa yang baik untuk
melakukan suatu pekerjaan kepada sandro atau orang pintar. Tidak ubahnya dengan
orang pintar yang ada di daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Sandro di tengah
masyarakat Sumbawa juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam aspek
kebudayaan masyarakat. Karena di setiap gerak langkah dari kebudayaan ataupun adat
istiadat setempat selalu melibatkan sandro.
56
Contoh salah satu budaya masyarakat Sumbawa sekaligus merupakan olahraga
masyarakat setempat yaitu kerapan kerbau. Dalam hal ini mulai dari persiapan sebelum
pertandingan dimulai, bahkan saat budaya kerapan kerbau dimulai sandro akan sangat
disibukkan untuk menangani kerbau, orang yang akan menjadi joki kerapan kerbau
bahkan arena tempat berlangsung kerapan kerbau pun akan dia persiapkan terlebih
dahulu dengan bacaan-bacaan atau amalan-amalannya supaya joki dan kerbaunya bisa
memenangkan kerapan kerbau.Bahkan dalam kerapan kerbau tidak hanya para peserta
yang bertanding tetapi para sandro pun ikut bertanding. Tidak jarang ada yang sampai
batuk darah dan kemungkinan terburuk adalah meninggal dunia.6
Itulah salah satu contoh peran sandro dalam budaya masyarakat Sumbawa. Di
dalam bayar niat sandro memiliki peran saat sesuatu yang tidak lazim terjadi pada
orang yang sudah mengambil niat atau ente niat yang bahkan dalam ilmu medis
penyakitnya tidak terdeteksi. Hal semacam ini biasanya masyarakat akan membawanya
ke sandro untuk melihat apa sebenarnya penyebab dari penyakit tersebut. Setelah
dilihat oleh sandro ternyata penyebabnya adalah dia lupa untuk bayar niat, dan
kebenaran lainnya adalah orang tersebut langsung sembuh setelah bayar niat. 7
Termasuk dalam konteks kapan waktu untuk bayar niat, masyarakat juga
biasanya meminta saran dari sandro kapan waktu yang tepat untuk bayar niat. Bahkan
ada juga yang tidak meminta saran dari sandro atau langsung mengabarkan juru kunci
dari tempat yang dikeramatkan bahwa hari ini tanggal sekian dia akan melakukan bayar
6 Wawancara dengan bapak Usman pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 16.00. 7 Wawancara dengan Aping Rahmah pada tanggal 08 Juni 2018 pukul 11.00.
57
niat sehingga juru kunci akan mempersiapkan apa saja yang diperlukan saat prosesi
nanti. Dan sebaiknya bayar niat dilakukan sesegera mungkin kalau sudah memiliki
rizki yang cukup.
Sebagaimana kesaksian dari Ibu Maryam salah seorang warga Desa Mura
tempat dimana Buin Banyu itu ada. Dia bercerita bahwa waktu dia akan berangkat kerja
ke luar negeri bersama teman-teman dari Sumbawa ke Arab Saudi. Salah satu
temannya bernamah Halimah terkena sebuah penyakit, di mana pipinya membengkak
dan tidak kunjung sembuh. Kemudian Ibu Maryam mengajak Halimah untuk duduk
bersama sambil bersenda gurau dan berkata pada Halimah.
“Halimah, jika kamu diberkati untuk sembuh maka sembuhlah. Jika nanti kita
pulang dari Saudi entah itu kamu yang duluan ataupun saya, jika saya duluan balik
maka saya akan menunggu kamu untuk bayar niat. Jika kamu yang duluan pulang
maka walaupun kecil entah itu baru lahir bawalah seekor kambing untuk disembelih
di buin banyu.”
Tidak lama setelah berucap pada waktu sore hari temannya sembuh, kuasa
Allah. Setelah dia pulang dari Saudi dia langsung bayar niat di buin banyu.
Demikianlah waktu untuk bayar niat tidak memiliki waktu khusus untuk
melakukannya. Ketika apa yang sudah diniatkan tercapai maka dia memiliki kewajiban
untuk membayarnya sesegera mungkin atau mempercepat bila sudah memiliki rizki
58
dan waktu. Jika belum memiliki rizki maka orang yang berniat bisa menunda sampai
dia memiliki rizki.8
B. Dampak Bayar Niat Dalam Kehidupan Masyarakat
Seorang filsuf bernama Alfred North Whitehead beranggapan bahwa agama
adalah hasil perenungan manusia dalam kesendirian dan keheningan. Adapun William
James mengungkapkan agama sebagai suatu perasaan, tindakan dan pengalaman
manusia masing-masing dalam keheningannya.9
Sejarah agama merupakan bentuk dari penetapan tentang fakta-fakta
bagaimana suatu bangsa, suatu umat, suatu sekte dan orang-orang tertentu dalam waktu
yang tertentu dipelajari dan dipikirkan. Misalnya, bagaimana menetapkan dogma-
dogma keagamaan, bagaimana menciptakan atau membuat mithe, dan bagaimana
penganut agama tersebut melaksanakan tugas kebaktiannya. Sejarah agama
mempertanyakan mengenai apa, di mana dan kapan.10
Kalau ingin mengetahui apakah sesungguhnya sembahyang itu maka seseorang
haruslah melihat bentuk sembahyang primitif atau kehidupan rohani pada bangsa kuno.
Yang dimaksud dengan kehidupan rohani yang primitif adalah sikap hidup keagamaan
tertentu yang bersumber atas penyimpangan pemikiran dan gambaran yang dijumpai
8 Wawancara dengan Aping Maryam pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 11.30. 9 Robert W. Crapps, Dialog Psikologi Agama Sejak William James Hingga Gordon W.
Allport (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 16. 10 Mariasusai Dhavamoni, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 24-26.
59
pada bangsa-bangsa yang belum maju beserta bentuk kehidupan rohani primitif yang
lebih dibatasi secara psikologis daripada tarikhi.11
Usaha menjadikan nilai agama sebagai milik dan menyatu dengan diri sendiri
merupakan usaha atau hal yang terus menerus terjadi dalam sejara penghayatan agama.
Karena ketidaksesuaian antara bentuk-bentuk agama dan penghayatan pribadi,
kerapkali ajaran, ibadat dan organisasi keagamaan tidak dihargai atas dasar bahwa
semua itu merugikan manusia. Agama dalam bentuk tradisionalnya ditolak karena
penolakan dianggap merupakan cara menemukan agama personal. Agama yang sudah
terikat dan tercampur dengan budaya yang tidak selalu sejalan dengan jiwa dan
semangat asli agama perlu ditolak demi penghayatan agama yang autentik.12
Dalam iman yang sejati ada kegiatan berpikir, memilih dan bertindak pada
setiap saat yang penuh arti karena pada saat itu bertemulah hubungan masa lalu dan
masa kini dalam diri sendiri, dalam hubungan dengan orang lain dan dengan Tuhan.13
Sigmund Freud mengatakan bahwa agama adalah ilusi atau bayangan yang
bersumber pada dorongan masa kanak-kanak, dan berguna dalam pertumbuhan
manusia, tetapi sebaiknya dilepas dan diganti pada waktu manusia mencapai
kedewasaan.14
11 Syamsuddin Abdullah, dkk., Fenomenologi Agama (Jakarta: Departemen Agama, 1985), h.
12. 12 Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-
Prinsip Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 276. 13 Salmaini Yeli, Psikologi Agama (Riau: Zanafa Publishing, 2012), h. 101. 14 Benjamin Nelson, Freud Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20 (Surabaya: Ikon
Teralitera, 2003) h. 177-179.
60
Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap
keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh
terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.
Kepercayaan menimbulkan perilaku tertentu seperti berdoa, memuja dan lainnya, serta
menimbulkan sikap mental tertentu, seperti takut, rasa optimis, pasrah, dan lainnya
dari individu dan masyarakat yang mempercayainya.15
Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang ditemukan
sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya. Ketergantungan masyarakat
dan individu kepada kekuatan gaib ditemukan dari zaman purba sampai ke zaman
modern ini. Kepercayaan itu diyakini kebenarannya sehingga menjadi kepercayaan
keagamaan atau kepercayaan religius. Mengadakan upacara-upacara pada momen-
momen tertentu, seperti perkawinan, kelahiran dan kematian juga berlangsung dari
dahulu kala sampai zaman modern ini. Upacara-upacara ini dalam agama dinamakan
ibadat dan dalam antropologi agama dinamakan ritual atau rites.
Mempercayai suatu tempat, benda, waktu atau orang sebagai keramat, suci,
bertuah, istimewa, juga ditemukan sampai sekarang. Kepercayaan terhadap sucinya
sesuatu itu dinamakan dalam antropologi dan sosiologi agama dengan mempercayai
adanya sifat sakral pada sesuatu. Mempercayai sesuatu sebagai yang suci atau sakral
juga ciri khas kehidupan beragama. Adanya aturan terhadap individu dalam kehidupan
15 Ridjaluddin, Psikologi Agama (Ciputat: Lembaga Kajian Islam Nugraha, 2016), h. 313.
61
bermasyarakat, berhubungan dengan alam lingkungannya, atau dalam berhubungan
dengan Tuhan juga ditemukan di setiap masyarakat, di mana dan kapan pun.16
Di samping itu kehidupan beragama punya pengaruh terhadap aspek kehidupan
lain. Anne Marie Malefitj mengungkapkan bahwa agama adalah the most important
aspects of culture yang dipelajari oleh ahli antropologi dan ilmuan sosial lainnya.
Aspek kehidupan beragama tidak hanya ditemukan dalam setiap masyarakat, tetapi
juga berinteraksi secara signifikan dengan institusi budaya yang lain.
Ekspresi religius ditemukan dalam budaya material, perilaku manusia, nilai,
moral, sistem keluarga, ekonomi, hukum, politik, pengobatan, sains, teknologi, seni,
pemberontakan, perang, dan lain sebagainya. Tidak ada aspek kebudayaan lain dari
agama yang lebih luas pengaruh dan implikasinya dalam kehidupan manusia. Agama
atau minimal pendekatan keagamaan adalah cara yang efektif dalam pembentukan
kepribadian dan kebudayaan. 17
Terdapat perbedaan kehidupan beragama di kalangan masyarakat primitif dan
masyarakat modern. Dalam masyarakat primitif, kehidupan beragama tidak dapat
dipisahkan dari aspek kehidupan lain, beragama dan kegiatan sehari-hari menyatu.
Beragama merupakan sistem sosial budaya. Dalam masyarakat modern, kehidupan
beragama hanya salah satu aspek dari kehidupan sehari-hari. Beragama bagian, kalau
16 Hilman Hadikusuama, Antropologi Agama (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1983), h. 15-
20. 17 Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama, h.
5.
62
tidak akan dikatakan bagian kecil dari kehidupan. Beragama merupakan subsistem dari
kehidupan, yaitu sistem peribadatan atau ritual.18
Geertz mengungkap betapa kompleks dan mendalamnnya kehidupan
beragama. Agama tampak tumpang tindih dengan kebudayaan. Kemudian
kompleksitas dan luasnya ruang lingkup ajaran agama dapat dilihat dalam ajaran Islam.
Sebagai agama wahyu terakhir, Islam adalah ajaran yang komprehensif dan terpadu,
yaitu mencakup bidang ibadat, perkawinan, waris, ekonomi, politik, hubungan
internasional, dan seterusnya.
Hukum Islam misalnya, didefinisikan sebagai ajaran atau titah Allah yang
menyangkut setiap perbuatan mukallaf. Aspek hukum dari ajaran Islam juga tidak
hanya mencakup hubungan dengan Allah dalam hal ibadat saja, tetapi juga hubungan
dengan sesama manusia dan alam lingkungan. Hukum itu merupakan kesatuan antara
aspek ibadat dan muamalat. Di samping itu, ia juga merupakan kesatuan antara
perilaku, keyakinan, dan aspek rasa yang disebut juga dengan tasawuf juga hal yang
menyangkut mistisisme.19
Kepercayaan kepada kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara
khusus. Ada tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan. Ada upacara
keagamaan dalam berhadapan dengan yang sakral. Upacara dan perlakuan khusus ini
tidak dapat dipahami secara ekonomi dan rasional. Melakukan tawaf di sekeliling
18 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan,
Keyakinan, dan Keagamaan (Bandung: Alfabet, 2011), h. 19-23. 19 Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LkiS, 2011) h. 28-33.
63
Ka’bah misalnya, pada umumnya tidak dapat dipahami keuntungan dan alasan rasional
kenapa sehingga harus diperlakukan demikian. Upacara, persembaham, sesajen, ibadat
keagamaan ini bisa tidak dipahami alasan ekonomis, rasional, dan pragmatisnya. Ia
dilakukan oleh umat beragama dan masyarakat primitif dari dahulu sampai sekarang
dan akan datang.20
Dalam antropologi, upaca ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan
ada yang untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan,
seperti upacara sakral ketika aka turun ke sawah, ada untuk menolak bahaya yang telah
atau diperkirakan akan datang. Ada upacara mengobati penyakit atau rites of healing,
ada upacara karena perubahan siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan,
mulai kehamilan, kelahiran atau rites of passage / cyclic rites. Ada juga upacara berupa
kebalikan dari kebiasaan kehidupan harian atau rites of reversal seperti puasa pada
bulan atau hari tertentu, kebalikan dari hari lain mereka makan dan minum ada hari lain
tersebut. Memakai pakaian tidak berjahit ketika berihram haji atau umrah adalah
kebalikan dari ketidak berihram, dan lain sebagainya.
Pengobatan dilakukan dengan memengaruhi kekuatan gaib dan dikerjakan oleh
dukun atau shaman, sedangkan pengobatan secara rasional adalah dengan mendiagnosa
20 Zainul Milal Bizawie, Perlawanan Kultural Agama Rakyat Pemikiran dan Paham Syeikh
Ahmad al-Mutamakkin dalam Pergumulan Islam dan Tradisi 1645-1740 (Yogyakarta: Samha, 2002),
h. 1-5.
64
penyakit melalui pemeriksaan konkret dan memberi obat yang dapat membunuh
penyebab penyakit.21
Tradisi bayar niat bukan hanya sekedar tradisi dan ditunai oleh orang yang
berniat begitu saja, akan tetapi bayar niat juga mengajarkan nilai moral bagi seseorang
yang mengambil niat untuk berkomitmen dan bertanggung jawab atas apa yang
dijanjikan atau diniatkan. Ketika seseorang sudah berjanji maka dia harus menepatinya.
Hal ini juga merupakan hal yang selalu diajarkan dalam ajaran Islam. Dalam Islam hal
ini dikenal dengan Nazar yang tidak lain sama dengan bayar niat. Akan tetapi yang
menjadi perbedaanya adalah cara menunaikannya.
Nazar dilakukan secara syariat Islam yaitu dengan berpuasa, bersedekah atau
sholat di malam hari dan hal lain sesuai dengan ajaran syariat. Berbeda dengan bayar
niat yang dilakukan secara adat atau tradisi yang berlaku di tengah masyarakat. Meski
dilakukan secara adat atau tradisi yang berlaku di tengah masyarakat, tetapi unsur atau
ajaran agama juga dijadikan sebagai bagian dari bayar niat yaitu dengan bersedekah
yaitu memotong kambing atau membawa makan kemudian dibagikan ke masyarakat.
Sekali lagi hal itu dilakukan sesuai adat dan tradisi yang berlaku sehingga hal tersebut
dilakukan di tempat yang dikramatkan atau tempat bayar niat.
Dari prosesi bayar niat juga mengajarkan kita arti kebersamaan dan berbagi.
Seperti yang diketahui bahwa saat melakukan bayar niat, tidak hanya orang yang
berniat saja yang datang untuk melakukan bayar niat, tapi juga rombongan
21 Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama, h.
71-72.
65
keluarganya. Tidak hanya keluarga yang hadir saat prosesi, tapi juga masyarakat sekitar
ikut hadir meramaikan bayar niat.
Makanan yang dibawakan dari rumah akan dimakan bersama-sama di tempat
bayar niat dan tidak boleh dibawa pulang. Tujuan kenapa makanan yang sudah
disediakan saat bayar niat tidak boleh dibawa pulang adalah supaya semua yang hadir
dapat bagiannya dan bertujuan untuk berbagi kebahagiaan karena apa yang diniatkan
oleh orang yang berniat terwujudkan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam bayar niat yang bisa dijadikan pengajaran
oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
Yang pertama mengajarkan tanggung jawab. Bayar niat mengajarkan
masyarakat untuk bertanggung jawab atas ucapan, janji dan perbuatannya. Ketika
seseorang mampu mempertanggungjawabkan ucapan, janji dan perbuatannya, maka
dia akan menjadi orang selamat.
Yang kedua tradisi bayar niat mengajarkan masyarakat untuk menjaga
silaturrahmi. Menjaga silaturrahmi dengan sesama keluarga dan juga orang lain. Tali
silaturrahmi harus selalu dijaga dalam keadaan apapun. Karena kunci dari kebahagian
dalam hidup ialah kebersamaan dan baiknya hubungan antar sesama manusia makhluk
dan Tuhan.
Yang ketiga mengajarkan cara berbagi. Tidak hanya bertanggung jawab atas
ucapan, janji dan perbuatan serta menjaga tali silaturrahmi saja yang diajarkan dalam
tradisi bayar niat, tapi juga mengajarkan cara berbagi. Saat seseorang memiliki rizki
yang lebih jangan lupa untuk melihat saudara-saudara kita yang tidak mampu. Karena
66
dalam harta yang kita miliki ada hak-hak orang lain termasuk saudara-saudara kita yang
fakir atau kurang mampu dalam segi finansial.
C. Perkembangan dan Eksistensi Bayar Niat
Melihat sejarah perkembangan agama dan eksistensi budaya atau tradisi yang
ada di Sumbawa Barat, membuktikan bahwa apa yang berlaku saat ini merupakan
sesuatu yang eksis atau sudah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Perkembangan budaya dan tradisi di Sumbawa Barat tidak lepas dari pada ajaran atau
kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian dengan perkembangan agama di
Indonesia, menyebarnya agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara memberi dampak
yang besar terhadap perubahan budaya dan tradisi di tengah masyarakat.
Menurut pandangan Cliffort Geertz dalam buku pengantar antropologi
memahami realitas budaya karangan Sugeng Pujileksono, mengatakan bahwa budaya
adalah sesuatu yang dengannya kita memahami dan memberi makna pada hidup. Hal
ini menjelaskan bahwa segala bentuk budaya dan tradisi yang ada di tengah masyarakat
merupakan gagasan-gagasan yang diwariskan yang diungkapkan dalam bentuk simbol
kemudian mereka melestarikan, menyampaikan dan mengembangkan sehingga
menjadi pedoman hidup.22
Kepercayaan manusia tentang kekuatan supranatural akan selalu berkembang
seiring dengan bertambahnya kesadarannya tentang paham jiwa. Maksud paham jiwa
ini adalah manusia mengakui adanya banyak gejala yang tidak diterangkan oleh akal.
22 Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi Memahami Realitas Budaya (Malang: Intrans
Publishing, 2015), h. 25.
67
Adanya hal-hal luar biasa yang terjadi dalam hidup dan alam sekelilingnya
menyebabkan timbulnya getaran atau emosi pada jiwa manusia sehingga berdampak
pada kelakuannya. Dengan muncul kelakuan manusia ini maka timbullah sifat religi
atau paham jiwa.23
Sifat religi inilah yang mendongkrak manusia untuk percaya pada sesuatu yang
supranatural. Koenjaraningrat mengatakan bahwa religi memuat hal-hal yang
menyangkut keyakinan, upacara, dan peralatannya, sikap dan perilaku, alam pikiran
dan perasaan serta hal-hal yang menyangkut penganutnya. Tidak heran ketika
masyarakat yang pada dasarnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme,
ketika datang sesuatu yang lebih menenangkan jiwa atau batin maka mereka akan
menerimanya, seperti ajaran agama Islam.24
Perkembangan Islam di bumi Indonesia ini terbilang sangat cepat dan menyebar
luas di Indonesia, bahkan eksistensi paham-paham serta agama-agama yang sudah ada
sebelum Islam sebagian besar ditinggalkan dan memeluk agama Islam. Ajaran Islam
berkemabang di Indonesia dengan damai karena penyebaran Islam dilakukan secara
syiar lisan atau praktek keagamaan yang baik sehingga masyarakat menerimanya
dengan baik. Dengan berkembangan Islam secara damai dan berbaur dengan budaya
yang ada, maka ada hal-hal yang tidak dihapus dari segi budaya dan digabungkan
23 Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi Memahami Realitas Budaya, h. 85.
24 Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi Memahami Realitas Budaya, h. 89.
68
dengan budaya atau ajaran Islam dan ada juga hal yang dihapus atau dihilangkan karena
bertentangan dengan ajaran atau syariat Islam.
Salah satu contohnya adalah tradisi bayar niat di Sumbawa Barat. Sebagaimana
kita ketahui bahwa tradisi bayar niat ini sama dengan nazar dalam Islam. Yang
membedakan keduanya adalah dari segi pelaksanaan, di mana nazar dilakukan sesuai
syariat sedangkan bayar niat dilakukan sesuai dengan budaya yang berlaku. Tradisi
bayar niat ini sangat melekat dengan para sesepu atau orang tua yang ada di Sumbawa
Barat. Sesepu atau orang tua yang ada di Sumbawa Barat sangat menjaga tradisi bayar
niat. Setiap harapan yang ingin mereka capai akan disertai dengan bayar niat, meminta
kesuksesan, keberhasilan, mempunyai keturunan, kesehatan dan hal lain yang
diharapkan dalam hidup. Kepercayaan tentang hal yang supranatural sudah lumrah ada
di tengah masyarakat, terutama para sesepu di Sumbawa Barat kepercayaan tentang hal
yang gaib sangatlah kental, berbeda dengan generasi belakangan yang dikenal dengan
generasi modern atau generasi milenial.
Dengan berkembangnya zaman maka berkembang pula pola pikir manusia dan
menuju pada pemikiran yang modern. Di mana manusia beranggapan bahwa individu-
individu yang paling berharga bukanlah mereka yang sangat maju dalam satu
spesialisasi, melaikan generalisasi yang mampu menangani masalah dengan
menghubungkan beberapa disiplin, dan mampu mengendalikan solusi menuju ke
69
pnerapan yang sangat berguna bagi umat mausia, dengan nilai-nilai etis sebagai acuan
utama.25
Perkembangan pola pikir ini menuntun manusia untuk selalu bergerak maju dan
semakin berkeinginan kuat untuk menguasai berbagaimacam hal, guna mempersiapkan
kehidupan di masa mendatang. Hal tersebut tidak lah salah, akan tetapi dengan
berkembangnya pola pikir seperti ini, ada beberapa hal yang mulai bergeser baik dari
segi sosial budaya ataupun agama.
Dalam agama misalkan, beberapa hal yang menyangkut syariat semakin lama
mulai dipandang enteng. Dalam hal sholat misalkan, karena terlalu sibuk dengan
pekerjaan terkadang lupa untuk dikerjakan karena mereka sudah memiliki prioritas
baru dalam hidup. Kemudian dari segi budaya tentu banyak budaya atau tradisi yang
mulai bergeser atau jarang diperhatikan bahkan sampai ditinggalkan. Hal ini terjadi
karena manusia adalah makhluk sosial dan makhluk yang bermasyarakat, sebab itu
mereka selalu mengikuti bagaimana pandangan atau perkembangan dalam masyarakat
terutama dalam hal pola pikir.
Menurut pandangan Emile Durkheim dalam buku tradisi dalam sosiologi dari
filosofi positivistik ke post positivistik karangan Ambo Upe, mengatakan bahwa
masyarakat merupakan wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antara
sesama manusia, di mana masyarakat berada di atas segalanya. Masyarakat bersifat
menentukan dalam perkembangan individu. Hal yang penting dalam jiwa manusia pun
25 Yves Brunsvick dan Andre Danzi, Lahirnya Sebuah Peradaban Goncangan Globalisasi
(Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 43.
70
berada di luar manusia sebagai individu, misalnya kepercayaan keagamaan, kategori
alam pikir, serta kehendaknya. Serangkaian peristiwa tersebut bersifat sosial dan
terletak dalam masyarakat.26
Sebagaimana penjelasan di atas maka tidak heran jika setiap individu selalu
mengikuti perubahan siklus dalam masyarakat. Karena tolak ukur sukses atau tidaknya
seseorang tergantung pada bagaimana cara dia diperlakukan dalam masyarakat. Hal ini
bisa berdampak positif ataupun berdampak negatif, baik untuk pribadi ataupun
masyarakat. Perkembangan pola pikir ke arah modern menyebabkan perubahan dalam
hal sosial dan gaya hidup. Hal ini juga berpengaruh terhadap perubahan budaya,
contohnya bayar niat. Perkembangan zaman bisa menjadi ancaman bagi budaya-
budaya yang ada, karena perubahan pola pikir. Walupun tidak semua bergerak bebas
meninggalkan tradisi atau budaya yang ada. Bisa dikatakan setengah dari masyarakat
sudah meninggalkan bayar niat dan setengahnya lagi masih melakukan bayar niat.
Inilah bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat, perubahan pola pikir
menyebabkan beberapa hal bergeser dan hal tersebut memiliki dampak poitif dan
dampak negatif baik dari segi sosial, segi budaya ataupun dalam hal beragama.
Kembali kepada bagaimana pribadi menyikapi hal tersebut dan tentnunya perubahan
pola pikir ke arah yang positif akan memberi dampak baik dalam hidup dalam segala
aspek begitupun sebaliknya.
26 Ambo Upe, Tradisi Dalam Sosiologi dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2010), H. 93
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah terpaparkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa bahwa bayar niat adalah suatu tradisi yang dilakukan di tempat-
tempat tertentu yang dianggap keramat oleh masyarakat Sumbawa kemudian hal
tersebut dilakukan setelah apa yang diinginkan atau diniatkan tercapai.
Bayar niat akan dilakukan sesuai dengan tata cara atau tradisi yang berlaku
dalam masyarakat Sumbawa. Di mana sebelum seseorang melakukan bayar niat maka
ada tahapan pertama yaitu ente niat atau mengambil niat dengan cara berniat dari
rumah atau mengambil niat langsung ke tempat yang dikeramatkan. Jika mengambil
niat dari rumah maka cukup mengucapkan, “Wahai Nenek Kuasa (Ya Allah) jika saya
sembuh dari sakit yang menimpa saya maka saya akan bayar niat di makam Keramat
Gani (atau tempat lain yang dikeramatkan seperti Buin Banyu, Makam Raja Lalu
Muspakil).”
Yang kedua dengan cara datang langsung ke tempat yang di keramatkan yaitu
dengan menancapkan sebilah kayu berukuran kurang lebih 15 cm kemudian berniat
apa yang diinginkan dan ditinggalkan selama kurang lebih 30 menit, setelah itu baru
diambil kembali. Jika kayu yang ditancapkan tadi memanjang maka apa yang
diinginkan akan tercapai, tapi jika kayu itu sama seperti semula maka apa yang
diinginkan tidak akan tercapai.
72
Kemudian yang berperan penting dalam prosesi bayar niat ini yaitu juru
kuncinya tempat untuk bayar niat. Dalam proses bayar niat juru kunci akan menyiapkan
bore atau bedak yang diracik dengan induk kunyit dan minyak mandar serta
perlengkapan lain. Bore akan dioleskan ke bagian tubuh orang bayar niat seperti wajah,
tangan atau bagian tubuh yang lainnya. Adapun hal lain yang harus disediakan untuk
melengkapi prosesi bayar niat ini adalah seperti Topat Peser adalah makanan wajib
dalam bayar niat dan makanan makanan lain atau menyembelih kambing dan melepas
ayam hanyalah pelengkap saja sesuai dengan niat awal. Jika seseorang pernah berniat
akan menyembelih kambing ketika sembuh dari penyakit atau hal lain maka saat bayar
niat harus menyembelih kambing, karena sudah diniatkan sedari awal.
Tradisi bayar niat yang berlaku di Sumbawa khususnya apa yang ada di Desa
Sapugara Bree memiliki kesamaan seperti Nazar dalam ajaran Islam. Yang artinya
bayar niat niat memiliki kesamaan dan perbedaan dengan nazar. Nazar dalam Islam
adalah hal yang disunnahkan kemudian menjadi wajib ketika seseorang sudah berjanji
sama halnya dengan bayar niat. Perbedaan yang cukup jelas antara nazar dan bayar niat
adalah dari segi pelaksanaannya. Nazar dilakukan sesuai dengan syariat Islam,
sedangkan bayar niat dilakukan sesuai dengan adat yang berlaku yaitu dengan
membayar niat di tempat orang mengambil niat seperti kuburan orang saleh, mata air
yang keramatkan atau tempat keramat lainnya. Dengan membawa peralatan atau alat-
alat yang diperlukan saat melakukan bayar niat. Akan tetapi niat dari bayar niat
dirubah, yang awalnya meminta kepada roh nenek moyang berubah menjadi meminta
ke pada Tuhan Yang Maha Esa.
73
Hal ini pun tidak terlepas dari makna simbol-simbol dalam bayar niat antara
lain: Peser dan Topat yang dalam hal ini merupakan makanan yang wajib ada saat
melakukan bayar niat. Secara budaya Peser dan Topat ini adalah makanan khas orang
Sumbawa. Hampir di setiap kegiatan adat Peser dan Topat selalu disertakan baik itu
acara perkawinan, sunatan, sedekah Lang, Sorong Serah, ataupun bayar niat. Peser dan
Topat terbuatt dari beras ketan yang dicampur dengan pisang, kelapa dan kacang hijau,
semua ini merupakan hasil alam masyarakat Sumbawa. Peser dan Topat
melambangkan kesederhanaan dalam hidup manusia dan mengajarkan kita untuk selalu
mensyukuri apa yang kita dapatkan.
Bayar niat juga mengajarkan masyarakat untuk selalu memegang atau menepati
janji. Seperti pepatah janji adalah hutang maka setiap janji harus dilaksanakan atau
dibayar. Dalam bayar niat juga demikan, jika apa yang sudah diinginkan tercapai
kemudian dia sengaja tidak melakukan bayar niat maka akan ada hal-hal yang
menimpanya seperti kembali ke kondisi semula atau lebih buruk lagi.
Bayar niat juga mengajarkan masyarakat untuk berbagi kebahagiaan tidak
hanya di dalam keluarga tapi juga berbagi dengan orang lain. Makna lain bayar niat
yaitu mengajarkan masyarakat untuk selalu menjaga tali silaturrahmi atau kebersamaan
dalam keluarga dan masyarakat. Kenapa demikian karena di dalam pelaksanaan bayar
niat tidak hanya melibatkan satu dua orang, tetapi juga melibatkan kerabat dan orang
lain.
B. Saran
Saran peneliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
74
1. Saran peneliti bagi masyarakat pada umumnya dan khusus untuk masyarakat
Sumbawa bahwa, mereka harus lebih mendalami apa makna tersirat dari budaya
atau tradisi yang dilakukan. Karena sejatinya sesuatu akan menjadi sempurna ketika
kita mengetahui isi dan inti atau makna dari sesuatu tersebut.
2. Bagi masyarakat Sumbawa Barat jangan menjadikan bayar niat sebagai salah satu
tumpuan hidup. Selalu berusaha dan berikhtiar ke pada Tuhan Yang Maha Esa.
71
Daftar Pustaka
Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi
Agama.
Al-Quran Al-Karim, Surah Al-Insan (76) Ayat 7.
Bahri, Media Zinul, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Bizawie, Zainul Milal, Perlawanan Kultural Agama Rakyat Pemikiran dan Paham
Syeikh Ahmad al-Mutamakkin dalam Pergumulan Islam dan Tradisi 1645-
1740, Yogyakarta: Samha, 2002.
Brunsvick, Yves dan Andre Danzi, Lahirnya Sebuah Peradaban Goncangan
Globalisasi, Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Buku Pengumpulan Buku Induk Statistik Sektoral Pemerintah Desa Sapugara Bree,
Naskah tidak diterbitkan.
Buku Rekap Data Penduduk Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak
diterbitkan.
Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LkiS, 2011.
Crapps, Robert W., Dialog Psikologi Agama Sejak William James Hingga Gordon W.
Allport, Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Fischer, H.T.H., Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sarjana, 1980.
Ghazali, Adeng Muchtar, Antropologi Agama Upaya Memahami Keragaman
Kepercayaan, Keyakinan, dan Keagamaan, Bandung: Alfabet, 2011.
Hadikusuama, Hilman, Antropologi Agama, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1983.
Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-
Prinsip Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.
Koentjaraningrat, Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1974.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Lubis, M. Ridwan, Ed. Imam Syaukani, Sosiologi Agama Memahami Perkembangan
Agama dalam Interaksi Sosial, Jakarta: Kencana, 2015.
72
Mantja, Lalu, Sumbawa Pada Masa Dulu Suatu Tinjauan Sejarah, Sumbawa Besar:
Samratulangi, 2011.
Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan Essay-Manusia dan Budaya,
Surabaya: Usaha Nasional, 1989.
Nasution, Harun, “Agama Yang Hendak Diteliti,” dalam Sudjangi, Kajian Agama dan
Masyarakat 15 Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Agana, 1975-
1990, Jakarta: Departemen Agama RI, 1991.
Nelson, Benjamin, Freud Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20, Surabaya: Ikon
Teralitera, 2003.
Profil Desa Sapugara Bree Tahun 2018, Naskah tidak diterbitkan.
Pujileksono, Sugeng, Pengantar Antropologi Memahami Realitas Budaya, Malang:
Intrans Publishing, 2015.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018.
Ridjaluddin, Psikologi Agama, Ciputat: Lembaga Kajian Islam Nugraha, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods, Bandung: Alfabeta, 2011.
Syamsuddin Abdullah, dkk., Fenomenologi Agama, Jakarta: Departemen Agama,
1985.
Tumanggor, Rusmin dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, Ciputat: UIN Press, 2015.
Upe, Ambo, Tradisi Dalam Sosiologi dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik,
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010.
Widagdho, Djoko, dkk., Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Yeli, Salmaini, Psikologi Agama, Riau: Zanafa Publishing, 2012.
Observasi dan Wawancara
Wawancara dengan Aping Aisyah, Tokoh Adat Desa Murak Kecamatan Brang Ene
Kabupaten Sumbawa Barat, pada 09 Juni 2018.
Wawancara dengan Aping Hadijah, Juru Kunci Makam Kramat Gani Desa Taliwang
Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 Juni 2018.
Wawancara dengan Aping Maryam, Warga Desa Mura Kecamatan Brang Ene
Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 09 Juni 2018.
Wawancara dengan Aping Rahmah, Tokoh Adat Desa Taliwang Kecamatan Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 09 April 2018.
73
Wawancara dengan Balo Saleh, Tokoh Adat Desa Seran Kecamatan Seteluk
Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 11 Juni 2018.
Wawancara dengan Bapak Abu Bakar, Juru Kunci Makan Raja Lalu Muspakil Desa
Seran Kecamatan Seteluk Kabipaten Sumbawa Barat, pada tanggal 11 Juni
2018.
Wawancara dengan Hajah Iyok, Pelaku Bayar Niat Makam Keramat Gani pada tanggal
10 Juni 2018 pukul 12.30.
Wawancara dengan Nde´ Muhammad, Juru Kunci Buin Banyu Desa Murak Kecamatan
Brang Ene Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 09 Juni 2018.
Wawancara dengan Bapak Ahmad, Warga Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 08 Juni 2018.
Wawancara dengan Bapak Usman, Tokoh Adat Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 09 Juni 2018 pukul 16.00.
Internet
Artikel ini diakses dari http://rengganies.weebly.com/posting/july-08th-2015 pada hari
sabtu, 21 April 2018 pukul 12.14.
Artikel ini diakses dari http://protomalayans.blogspot.co.id/2012/11/suku-sumbawa-
nusa-tenggara-barat.html pada hari kamis, 19 April 2018 pukul 14.13.
Profil Kabupaten Sumbawa Barat, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumbawa_Barat pada tanggal 9
Oktober 2018 pukul 10.49.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA TRADISI BAYAR NIAT UNTUK WARGA DESA
SAPUGARA BREE
Nama Informan
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur :
Agama :
Jabatan :
Tanggal wawancara :
Daftar Pertanyaan:
A. Sejarah Makam Keramat Gani
1. Bagaimana sejarah awal makam Keramat Gani?
2. Apa saja yang dipersiapkan saat bayar niat?
3. Apa saja yang disediakan oleh juru kunci saat orang bayar niat?
4. Adakah ketentuan atau syarat untuk menjadi juru kunci makam Keramat Gani?
5. Pengurus makam Keramat Gani sudah berlangsung selama berapa generasi?
6. Adakah contoh orang yang sudah melakukan bayar niat?
7. Bagaimana tata cara pelaksanaan bayar niat?
8. Bagaimana cara orang mengambil niat?
9. Apa akibat yang akan didapatkan jika seseorang lupa bayar niat?
B. Sejarah Makam Raja Lalu Muspakil
1. Untuk orang yang datang bayar niat apakah mereka akan dimandika dimakam
atau tempat lain?
2. Kenapa orang yang bayar niat harus dimandikan?
3. Kapankah waktu wafat Raja Lalu Muspakil?
4. Apakah dampak bagi orang yang tidak bayar niat?
5. Adakah pantangan bagi orang yang datang ke makam raja lalu muspakil?
6. Kalau kita lihat kembali, bapak abu bakar merupakan juru kunci ke berapa?
7. Perlengkapan apa saja yang dibawakan oleh orang bayar niat saat prosesi?
8. Jika ada orang yang ingin bayar niat apakah dia harus mengabari bapak?
C. Kesaksian Kesakralan Makam Raja Lalu Muspakil
1. Apakah ada kejadian aneh yang pernah terjadi di makam raja lalu muspakil?
2. Bagaimana kondisi makam raja lalu muspakil dari mula sampai sekarang?
3. Dari sekian banyak orang yang sudah bayar niat, adakah ketetntuan dalam
melakukan bayar niat?
D. Sejarah Buin Banyu
1. Bagaimana sejarah Buin Banyu?
2. Apakah setelah mata air ini muncul langsung ada yang bayar niat?
3. Adakah kejadian aneh yang pernah terjadi di Buin Banyu?
4. Apa saja persediaan yang harus disdiakan oleh orang yang melakukan bayar
niat?
5. Apakah ada sesuatu yang berubah dari Buin Banyu ini?
6. Dari segi pengelolaan, sudah berlangsung selama berapa keturunan pengelolaan
Buin Banyu?
E. Kesaksian Warga Desa Mura Tentang Keramat Buin Banyu
1. Apa yang mendasari kepercayaan tentang keramat Buin Banyu?
2. Apakah ada bukti bahwa buin banyu ini memiliki keramat?
Sapugara Bree, ..... Juni 2018
(...................................................)
Nama dan tanda tangan informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Aping Hadijah
Alamat : Dusun Sampir RT/RW: 03/03
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Juru Kunci Makam Keramat Gani
Tanggal wawancara : 10 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Sejarah Makam Keramat Gani
A : Bagaimana sejarah awal makam Keramat Gani?
B : Sejarah awal makam Keramat Gani bermula saat Balo Abe melakukan tapa
di gunung Maroseng yang ada di daerah Taliwang. Di pertapaan dia duduk
di sebuah batu besar dan di hadapannya ada sebuah makam bisa. Setelah
bertapa beberapa hari dia kemudia dipertemukan dengan sesosok orang yang
berpakaian serba putih atau berpakaian ihram dan memakai sapu tobo (ikat
kepala khas Sumbawa Barat). Balo Abe bertanya kepada makhluk itu,”siapa
anda?” “saya Gani pemilik makam ini. terimalah aku dan peliharalah makam
ini karena aku sudah tidak memiliki sanak keluarga dan berikanlah aku
makan dan minum.” Setlah percakapan itu Balo Abe menerima
permintaannya dan memeliharanya. Karena makam ini berada di atas
gunung maka setiap hari Balo Abe pergi ke gunug Maroseng tersebut.
Setelah beberapa hari dia bolak balik ke gunung untuk memelihara makam
tersebut, saat membersihkan makam dia dan makam tersebut tiba-tiba
berpindah tempat atau lesap ke kaki gunung dimana tanah itu tempat
pemakaman umum. Mulai saat itulah Balo Abe memeliharanya di kaki
gunung. Setelah berada di kaki gunug Balo Abe sesekali menengok makam
itu. Setiap empat puluh empat hari dia pergi membersihkan dan melihat
makam tersebut dan setiap empat puluh empat hari ini ada sesuatu yang aneh
dengan makam ini. Makam ini kian hari semakin bertambah panjang. Saat
itulah makam ini dikenal dengan Keramat Gani dan mulai saat itu banyak
yang mempercayai kekeramatannya dan mengambil niat di makam Keramat
Gani. Sampai saat ini makam tersebut memiliki panjang 5 meter.
A : Apa saja yang dipersiapkan saat bayar niat?
B : Saat orang melakukan bayar niat yang harus disediakan adalah topat dan
peser. Di makam kedramat gani ada ketentuan jumlah topat peser yang harus
disediakan saat bayar niat. Orang yang bayar niat harus menyediakan satu
buah peser dan dua buah topat. Arti dari satu buah peser adalah alat kelamin
laki-laki kemudian dua buah topat menggambarkan dua buah zakar laki-laki.
Selebihnya jika orang yang bayar niat ingin membawa topat peser dengan
jumlah lebih tidak masalah, tapi yang wajib dibwakan saat bayar niat hanya
satu buah peser dan dua buah topat.
A : Apa saja yang disediakan oleh juru kunci saat orang bayar niat?
B : Saat hendak mengurus orang yang bayar niat saya (Aping Hadijah) akan
menyediakan Bore. Bore ini terbuat dari induk kunyit dan minyak mandar.
Hanya itu yang saya (Aping Hadijah) sediakan jika ada yang ingin bayar niat
dan ada beberapa jampian yang dibaca.
A : Adakah ketentuan atau syarat untuk menjadi juru kunci makam Keramat
Gani?
B : Untuk menjadi juru kunci dari makam Keramat Gani haruslah berasal dari
keluarga Balo Abe dan orang itu harus seorang wanita. Hal ini bukan tanpa
sebab, syarat orang yeng menjadi juru kunci harus seorang wanita
merupakan permintaan sendiri dari makam Keramat Gani. Sebab itulah
secara turun temurun diwariskan kepada anak atau keturunan Balo Abe yang
wanita.
A : Pengurus makam Keramat Gani sudah berlangsung selama berapa generasi?
B : Dari awal makam Keramat Gani ini ada, pertama diurus oleh Balo Abe.
Setelah beliau wafat kemudian diturunkan ke anaknya yang sulung yang
bernama Papen Aya. Setelah bertahun dipegang oleh Papen Aya dan beliau
wafat maka diwariskan ke adiknya yang paling kecil atau anak Balo Abe
yang bungsu yaitu Papen Ati. Kemudian terakhir dikelolah oleh Aping
Hadijah.
A : Adakah contoh orang yang sudah melakukan bayar niat?
B : Hajah Iyok salah seorang tetangga yang pernah mengambil niat. Dahulu dia
pernah berniat, “jika selamat Allah memberikan saya (Hajah Iyok) dan
suami bisa berhaji saya akan bayar niat di makam Keramat Gani.”
Alhamdulillah keduanya bisa berangkat haji dan balik dari haji keduanya
bayar niat di makam Keramat Gani.
A : Bagaimana tata cara pelaksanaan bayar niat?
B : Jika ada yang akan bayar niat maka mereka akan datang kerumah dan kita
akan jalan bersama menuju ke tempat bayar niat. Saya akan membacakan
beberapa bacaan mulai dari rumah sampai ke tempat bayar niat. Sesampai di
sana saya (Aping Hadijah) akan langsung memandikan orang yang bayar
niat di dekat makam.
A : Bagaimana cara orang mengambil niat?
B : Sebelum orang bayar niat ada tata cara yang dilakukan yaitu ente niat
(mengambil niat) dengan dua cara. Pertama berniat dari rumah dan yang
kedua mengambil niat secara langsung. Mengambil niat secara langsung
memiliki tata cara sendiri. Caranya dengan menacapkan sebatang kayu di
ujung kaki makam dan berniat. Ada yang harus diingat niat awal kita harus
meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bayar niat di makam Keramat
Gani hanya rasa syukur karena apa yang diinginkan sudah tercapai.
A : Adakah akibat jika seseorang lupa bayar niat?
B : Jika orang yang mengambil niat lupa untuk bayar niat maka pemilik makam
(Gani) akan mengikutinya dan menagih janji. Lebih tepatnya dia
mengingatkan orang yang mengambil niat untuk bayar niat. Jika orang yang
pernah mengambil niat dulu pernah sakit dan berniat jika sembuh akan bayar
niat di Keramat Gani, setelah sembuh tapi tidak bayar niat maka penyakitnya
kembali seperti semula bahkan lebih parah sampai tidak bisa sembuh. Dia
akan sembuh jika dia melakukan bayar niat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Nini Aisyah
Alamat : Desa Mura RT/RW: 05/02
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 80 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Budayawan Desa Mura atau Sejarawan Buin Banyu
Tanggal wawancara : 9 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Sejarah Buin Banyu
A : Bagaimana sejarah Buin Banyu?
B : Buin Banyu bukan mata air sembarangan. Mata air Buin Banyu ini
merupakan mata air yang muncul ditengah kebun salah seorang warga yang
bernama Hasan atau Ea Buen secara tiba-tiba. Proses munculnya mata air ini
dikenal oleh masyarakat dengan sebutan ai muncar dan belakangan
dinamakan dengan Buin Banyu. Sejarah dari penamaan Buin Banyu sendiri,
yan pertama buin dalam bahasa Sumbawa memiliki arti mata air yang secara
kebetulan namanya sesuai dengan nama pemilik tanah. Kemudian dari kata
banyu itu sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa jawa yang berarti
air. Sampai saat ini mata air tersebut dikenal dengan sebutan Buin Banyu.
A : Apakah setelah mata air ini muncul langsung ada yang bayar niat?
B : Pada mulanya tidak ada orang yang melakukan bayar niat di Buin Banyu,
akan tetapi di Buin Banyu di awali dengan pertapaan seorang haji yang
terkenal di daerah Taliwang yang bernama haji Man. Saat haji Man bertapa
dia mendapatkan pusaka dari mata air itu, dan berita itu mulai menyebar ke
masyarakat. Mulailah ada orang yang melakukan bayar niat. Mulai dari saat
itu tersebarlah ke semua daerah di Sumbawa Barat melalui cerita mulut ke
mulut.
A : Adakah kejadian aneh yang pernah terjadi di Buin Banyu?
B : Penjelasan singkat bahwa mata air Buin Banyu ini terhubung dengan salah
satu mata air yang ada di pesisir pantai daerah Labu Pade Sumbawa Besar,
mata air itu bernama ai sagarengeng. Jika ada sesuatu yang terjadi di salah
satu mata air ini maka keduanya akan mengeluarkan bau busuk. Mata air
segerengeng dan mata air Buin Banyu keduanya bersaudara atau memiliki
ikatan, sehingga jika salah satunya terjadi sesuatu maka keduanya akan
mengeluarkan bau.
A : Apa saja persediaan yang harus disdiakan oleh orang yang melakukan bayar
niat?
B : Mereka harus menyediakan topat peser karena ini makanan yang harus ada
di setiap upacara adat. Kemudian makanan tersebut akan digantung di
sebuah pohon besar yang dikenal dengan pohon Maja. Jika makanan yang
ada di pohon itu suda diletakkan maka penunggu dari Buin Banyu ini akan
memakannya. Sedikit bercerita tentang penunggu Buin Banyu ini, di dalam
Buin Banyu ada seekor belut yang menunggu mata air tersebut. Jika di
tempat lain seperti makam keramat gani, orang yang yang mengambil niat
harus menancapkan kayu pada ujung kaki makam jika kayu tersebut
memanjang artinya apa yang diinginkan akan didapatkan. Lain halnya di
Buin Banyu, di Buin Banyu orang yang mengambil niat akan secara
langsung ke mata air Buin Banyu akan berhasil jika bisa melihat belut
penunggu mata air tersebut. Belut itu akan menampakkan diri dengan cara
kepala menghadap ke atas dan ekor lurus ke bawah, bisa dikatakan belut itu
berdiri tegas menghadap atas di dalam air. Kembali ke penuturan awal tadi
jika makanan yang dibawakan ke tempat bayar niat itu sudah digantung di
pohon Maja, maka penunggu sebenarnya dari Buin Banyu itu akan
memakannya. Penunggu sebenarnya dari Buin Banyu ini bukan belut
tersebut, belut hanya penampakan yang ada di dalam air Buin Banyu ini.
Pemilik sebenarnya (tidak tampak oleh mata) dari Buin Banyu itu yang akan
memakan topat peser itu. Adapun makanan lain seperti menyebelih ayam,
kambing dan semacamnya hanyalah pelengkap dan tidak harus ada. Kembali
lagi ke niat awal dari yang mengambil niat, jika niat awal ingin menyembelih
kambing atau menyembelih ayam, maka itu yang dibawakan sebagai
pelengkap saaat melakukan bayar niat.
A : Apakah ada sesuatu yang berubah dari Buin Banyu ini?
B : Dahulu orang akan melakukan bayar niat ke Buin Banyu memiliki jalan
tersendiri yang harus dilewati. Rombongan orang yang akan bayar niat harus
melewati pohon beringin besar dengan cara membungkuk, hal ini dinamakan
dengan Nunuk. Tapi di masa belakangan karena pohon ini berada di dalam
pekarangan kebun orang maka pohon ini ditebang oleh pemilik kebun
(pemilik kebun sengaja penulis tidak sebutkan namanya secara langsung
untuk mencegah terjadinya fitnah). Karena pemilik kebun ini tidak terlalu
percaya dengan hal gaib maka dia menebang pohon beringin itu tanpa
sepengetahuan juru kunci. Pada akhirnya dia menderita sakit dan tidak bisa
berbicara dalam bahasa Sumbawa dikenal dengan kelipat ela’. Setelah
kejadian itu dibuatlah jalan baru untuk menuju Buin Banyu. Kemudian
perubahan yang ke dua adalah dari segi bentuk Buin Banyu sendiri. Dahulu
Buin Banyu hanya berbentuk mata air alami masih murni. Dengan
perkembangan zaman dan pemikiran yang modern Buin Banyu akhirnya
disemen. Pada dasarnya hal itu tidak diperbolehkan tapi karena masukan dari
pemerintah desa akhirnya Buin Banyu ini disemen.
A : Dari segi pengelolaan, sudah berlangsung selama berapa keturunan
pengelolaan Buin Banyu?
B : Pengelolaan Buin Banyu sendiri sudah turun temurun dari generasi ke
generasi. Sebagai juru kunci pertama dikelolah oleh Aping Iyam setelah
beliau wafat Buin Banyu dikelolah oleh Aping Rabaiyah. Stelah Aping
Rabaiyah wafat pindah kembali ke juru kunci baru yaitu Ea Empo’.
Kemudian setelah Ea Empo’ wafat diwariskan kepada Ea Buen kemudian
terakhir diturunkan ke Haji Muhammad selaku dan berlangsung sampai
sekarang.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Abu Bakar
Alamat : Desa Seran RT/RW: 02/04
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Juru Kunci Makam Raja Lalu Muspakil
Tanggal wawancara : 11 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Sejarah Makam Raja Lalu Muspakil
A : Untuk orang yang datang bayar niat apakah mereka akan dimandika
dimakam atau tempat lain?
B : Untuk orang yang bayar niat sendiri mereka dimandikan di sumur yang ada
di daerah pemakaman. Sumur ini dibuat sendiri oleh warga supaya orang
yang bayar niat dipermudahkan untuk dimandikan.
A : Kenapa orang yang bayar niat harus dimandikan?
B: Hal ini hanya merupakan tradisi masyarakat sumbawa barat. Karena hampir
setiap kegiatan yang menyangkut dengan adat istiadat maka mereka pelaku
atau objek dari tradisi itu akan dimandikan. Misalkan orang yang akan
menikah, mereka juga akan dimandikan terkebih dahulu. Begitu juga halnya
dengan bayar niat, memandikan orang yang akan bayar niat merupakan
syarat dalam melakukan bayar niat atau bagian dari tradisi yang harus
dilakukan.
A : Kapankah waktu wafat Raja Lalu Muspakil?
B : Beliau wafat pada pada tahun 1931. Sejak saat itulah orang mulai
berdatangan untuk bayar niat. Mulai saat itu keluarga saya (bapak abu bakar)
mulai mengurusi orang-orang yang akan bayar niat. Secara turun temurun
sampai kepada saya (bapak abu bakar) sendiri.
A : Apakah dampak bagi orang yang tidak bayar niat?
B : Terlalu banyak kejadian yang cukup sulit untuk digambarkan. Contoh orang
yang pernah mengambil niat di makam raja lalu muspakil ini, setelah apa
yang diniatkan terpenuhi dia lupa untuk bayar niat, hal ini bisa membuat
orang tersebut sakit sampai menjadi gila bahkan tidak ada obat secara medis
untuk menyembuhkannya. Setela diingat kembali oleh keluarganya
penyebab dia sakit atau semacanya ternyata dia tidak bayar niat. Setelah dia
bayar niat, akhirnya dia kembali normal.
A : Adakah pantangan bagi orang yang datang ke makam raja lalu muspakil?
B : Zaman dahulu ketika kepercayaan masyarakat terhadap hal yang gaib masih
kuat, ada sebuah pantangan yang tidak boleh untuk dlakukan. Seseorang
yang datang ke makam raja lalu muspakil ini, tidak boleh menggunakan
pakaian berwarna kuning. Segala hal yang berwarna kuning tidak boleh
digunakan saat melakukan bayar niat. Hal ini berlaku bagi semua orang, baik
masyarakat biasa terlebih lagi bagi orang yang melakukan bayar niat.
A : Kalau kita lihat kembali, bapak abu bakar merupakan juru kunci ke berapa?
B : Kalau kita lihat dari sejarah mulai wafatnya raja lalu muspakil saya (bapak
abu bakar) merupakan keturunan yang ke sekian dalam mengurus makam
ini. Sebagai juru kunci saya mewarisi dari bapak saya yang bernama bapak
Kuling, bapak saya menerima dari kakeknya bernama kakek Dawi dan ke
atasnya lagi. Secara sepesifik saya (bapak abu bakar) kurang tahu saya juru
kunci ke berapa, karena hal ini sudah berlangsung dari dahulu. Pada
dasarnya juru kuci adalah orang yang memiliki ilmu batin kemudian
dipercaya oleh pemilik makam untuk mengurusnya. Juru kunci dipilih
langsung oleh pemilik makam dengan cara mendatanginya melalui mimpi.
Setelah itu secara turun temurun pemeliharaan makam atau tempat yang
dikeramatkan akan diserah terima kepada orang atau anggota keluarga yang
dipercaya untuk diturunkan ilmu yang mereka dimiliki ke calon juru kunci
baru.
A : Perlengkapan apa saja yang dibawakan oleh orang bayar niat saat prosesi?
B : Mengenai apa saja yang disediakan oleh orang bayar niat tentunya topat
peser adalah makanan yang menjadi simbol makanan khas dan harus ada.
Kemudian selebihnya tergantung niat dan rizki orang melakukan bayar niat
itu sendiri. Tidak ada bilangan pasti berapa banyak makanan atau alat yang
harus disediakan saat bayar niat. Tergantung kemampuan orang yang akan
bayar niat.
A : Jika ada orang yang ingin bayar niat apakah dia harus mengabari bapak?
B : Umumnya jika ada yang ingin bayar niat maka harus memberitahu saya dan
melalui saya. Tapi walaupun mereka ada yang tidak memberitahukan
sebelumnya secara langsung, asalakan mereka sudah memiliki niat untuk
bayar niat saya sudah tahu. Artinya ada bisikan yang mengabari saya bahwa
ada yang akan bayar niat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Balo Saleh
Alamat : Desa Seran RT/RW: 02/04
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Budayawan dan Sejawarawan Desa Seran
Tanggal wawancara : 11 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Kesaksian Kesakralan Makam Raja Lalu Muspakil
A : Apakah ada kejadian aneh yang pernah terjadi di makam raja lalu muspakil?
B : Ada kejadian yang pernah menimpa sepupu saya (Balo Saleh) yang bernama
Hasan. Dia termasuk orang yang tidak percaya dengan hal gaib dan terbilang
kurang memiliki tata krama. Dia datang ke makam raja lalu muspakel
kemudian dia mengencingi makam tersebut, setelah itu perutnya sakit dan
membengkak. Sampai akhirnya dia disembuhkan dengan cara meminta
bantuan ke sandro atau orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu gaib.
A : Bagaimana kondisi makam raja lalu muspakil dari mula sampai sekarang?
B : Makam raja lalu muspakil awalnya hanya terletak di tempat lapang,
kemudian tahun belakangan bapak saya yang mengajak juru kunci makam
dan masyarakat untuk memperbaiki makam. Mulai dari membuat pagara,
menggali sumur sebagai tempat untuk memandikan orang bayar niat sampai
membuat atap atau rumah kecil untuk makam raja lalu muspakil.
A : Dari sekian banyak orang yang sudah bayar niat, adakah ketetntuan dalam
melakukan bayar niat?
B : Tergantung niat, jika dia awalnya berniat jika saya berhasil mendapatkan
ini maka saya akan menyembelih kambing, maka dia harus menyembelih
kambing. Apapun makanan yang dibawakan akan dihabiskan di tempat
bayar niat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Aping Maryam
Alamat : Desa Mura RT/RW: 05/02
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Warga Desa Mura Lokasi Buin Banyu
Tanggal wawancara : 9 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Kesaksian Warga Desa Mura Tentang Keramat Buin Banyu
A : Apa yang mendasari Aping Maryam percaya keramat Buin Banyu?
B : Yang membuat saya percaya kermat Buin Banyu karena saya orang asli sini
(Mura) dan sudah banyak kejadian yang saya saksikan sendiri sebagai
bentuk akibat dari keramat Buin Banyu. Ada yang tidak bisa berbicara
setelah melanggar pantangan di Buin Banyu. Buin Banyu itu kadang
mengeluarkan bau busuk. Kalau bau busuk sudah tercium artinya ada
sesuatu hal yang terjadi di antara Buin Banyu dan mata air yang ada di daearh
Sumbawa Besar yang merupakan saudara dari mata air Buin Banyu,
namanya Ai Segerengeng. Menurut cerita para tetua jika air Buin Banyu itu
mengeluarkan bau maka ada hal yang terjadi. Tetapi hal ini tidak memiliki
dampak apa pun kepada masyarakat. Maksudnya tidaklah mendatangkan
bencana, hanya kabar bahwa terjadi sesuatu.
A : Apakah ada bukti bahwa buin banyu ini memiliki keramat?
B : Percaya atau tidak, waktu saya akan berangkat kerja ke luar negeri bersama
teman-teman dari Sumbawa ke Arab Saudi. Salah satu teman saya bernamah
Halimah dia terkenang sebuah penyakit, di mana pipinya membengkak dan
tidak kunjung sembuh. Kemudian saya mengajaknya untuk duduk bersama
sambil bersenda gurau saya berkata pada Halimah. “Halimah, jika kamu
diberkati untuk sembuh maka sembuhlah. Jika nanti kita pulang dari Saudi
entah itu kamu yang duluan ataupun saya, jika saya duluan balik maka saya
akan menunggu kamu untuk bayar niat. Jika kamu yang duluan pulang maka
walaupun kecil entah itu baru lahir bawalah seekor kambing untuk
disembelih di buin banyu.” Tidak lama setelah berucap demikian teman saya
sembuh, kuasa Allah. Setelah dia pulang dari Saudi, kebetulan dia yang
duluan pulang maka dia langsung bayar niat di buin banyu.
HASIL WAWANCARA
Nama : Aping Rahmah
Alamat : Dusun Sampir RT/RW: 04/05
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Budayawan Desa Taliwang Makam Keramat Gani
Tanggal wawancara : 09 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Makna Bayar Niat
A : Ada berapa tahapan orang yang bayar niat?
B : Sebelum Melakukan Bayar Niat, ada tahapan awal yang harus dilakukan
terlebih dahulu. Yang pertama adalah ente niat tahapan ini adalah tahapan
awal yaitu mengambil niat ke tempat yang dikeramatkan. Ente niat sendiri
terbagi menjadi dua 1. Mengambil niat dari rumah dengan cara berniat “Jika
Allah menghendaki saya ini, maka saya akan bayar niat di sini”. 2.
Mengambil niat secara langsung. Mengambil niat secara langsung dilakukan
dengan cara pergi ke tempat yang dikeramatkan dan mengambil niat secara
langsung. Ada yag dengan cara menancapkan kayu ke makamnya kemudian
meminta apa yang dia mau. Jika kayu yang ditancapkan itu memanjang
artinya yang diinginkan akan tercapai, begitu sebaliknya. Kemudian ada juga
yang mengambil batu di tempat yang dikeramatkan atau akar kayu yang ada
di tempat keramat sebagai obat dan semacamnya. Setelah melakukan
tahapan awala yaitu ente niat, jika yang diniatkan tercapai maka barulah dia
melakukan ke tahap kedua yaitu bayar niat.
A : Apa saja yang mesti ada saat bayar niat?
B : Umumnya pada saat bayar niat yang harus disediakan oleh orang yang bayar
niat adalah topat dan peser, makanan khas Sumbawa Barat. Selain dari itu
hanya makanan pelengkap saat bayar niat sesuai dengan niat awal orang
yang ente niat. Misalkan dia berniat akan menyembelih kambing maka yang
dibawakan saat bayar niat adalah topat peser dan kambing.
A : Apakah ada kejadian yang menimpa orang yang bayar niat?
B : Kejadian aneh yang menimpa orang bayar niat kebanyakan terjadi pada
orang yang lupa bayar niat. Misalkan dia sebelum ente niat pernah sakit dan
berniat jika sembuh akan bayar niat di sini, tapi setelah sembuh dia lupa
dengan niatnya. Kebanyakan yang seperti ini dia akan mengalami sakit dan
sakitnya akan sangat sulit disembuhkan kecuali dengan cara bayar niat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Ahmad
Alamat : Dusun Sapugara RT/RW: 05/02
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 53 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Warga Desa Sapugara Bree
Tanggal wawancara : 08 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Pandangan Tentang Bayar Niat
A : Bagaimana pandangan bapak tentang bayar niat?
B : Kalau kita lihat sejarah awal bayar niat memang budaya atau tradisi yang
sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum Islam itu masuk. Kita lihat kembali
bagaimana budaya atau tradisi yang ada tentunya hasil dari peninggalan
leluhur. Baru setelah Islam masuk ada beberapa budaya yang dihilangkan
karena tidak sesuai dengan syariat dan ada juga yang dipertahankan,
contohnya bayar niat. Dalam Islam berserah diri kepada sesuatu selain Allah
ialah perbuatan syirik. Menurut saya berlaku pada bayar niat.
A : Apakah sebenarnya bayar niat ini syirik?
B : Sebelum Islam masuk bayar niat merupakan sesuatu yang syirik karena tadi,
berserah kepada sesuatu selain Allah. Tapi setelah Islam masuk ada hal yang
dirubah dari sisi niatnya. Karena kalau kita lihat sejarah orang Sumbawa
rata-rata memiliki ilmu batin atau yang berhubungan dengan yang gaib.
Menurut saya dari sisi inilah yang dilihat oleh para kiyai dan ulama zaman
dahulu sehingga menjadi pertimbangan, maka bayar niat dirubah niatnya.
Dibungkus dengan berserah diri kepada Allah dan sebagai bentuk syukur
mereka melakukan di tempat-tempat tertentu.
A : Apakah bapak sendiri melakukan bayar niat?
B : Kalau saya sendiri Alhamdulillah dari dahulu tidak pernah melakukan hal
itu. Saya selalu berusaha melakukan apa yang saya bisa dan berusaha. Jika
kamu tidak berusaha dan berdiri dengan kakimu sendiri, siapa lagi yang akan
membantumu. Saya percaya jika kita berusaha baik untuk diri sendiri apalagi
untuk keluarga dan anak istri, saya percaya bahwa langit Allah luas dan
rizkinya sudah ditetapkan bagi orang yang berusaha.
HASIL WAWANCARA
Nama : Hajah Iyok
Alamat : Dusun Sampir RT/RW: 04/05
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Agama : Islam
Jabatan : Pelaku Bayar Niat Makam Keramat Gani
Tanggal wawancara : 09 Juni 2018
Daftar Pertanyaan:
Pelaku Bayar Niat Makam Keramat Gani
A : Sejak kapan ibu mengambil niat di makam keramat gani?
B : Saya sudah mengambil niat di makam keramat gani kurang lebih 5 tahun
yang lalu.
A : Apakah ibu mengambil niat secara langsung atau dari rumah?
B : Saya sudah kenal lama dengan Ibu Hadijah dan dia sudah saya anggap
sebagai keluarga sendiri. Ketika 5 tahun lalu saya mengambil niat, saya
langsung mengatakan sendiri kepada Ibu Hadijah bahwa jika Allah
menghendaki saya dan suami untuk berhaji maka saya akan bayar niat di
makam keramat gani. Alhamdulillah setelah berikhtiar selama 5 tahun saya
dan suami bisa berangkat haji.
A : Apa saja yang ibu dan suami lakukan selama 5 tahun?
B : Selama 5 tahun terakhir saya dan suami menabung dari hasil panen. Setiap
hari dalam solat saya selalu meminta kepada Allah supaya saya dimudahkan
dan diberi rizki serta jalan untuk berangkat haji dan alhamdulillah saya bisa
menunaikan ibadah haji.
A : Adakah hal atau keadian aneh yang terjadi atau yang ibu rasakan selama
mengambil niat?
B : Alhamdulillah tidak ada kejadian aneh yang terjadi 5 tahun belakangan.
A : Bagaimana pandangan ibu terhadap bayar niat?
B : Dalam pemahaman saya bayar niat hanya salah satu tempat untuk
bersyukur. Bersedekah dan syukuran saya lakukan juga sesuai ajaran agama
Islam. Mungkin karena saya tumbuh dari kecil sudah terbiasa dengan budaya
dan tradisi ini, jadi saya juga melakukannya.
Gambar 1: Makam Keramat Gani
Gambar 2: Juru Kunci Keramat
Gani Aping Hadijah
Gambar 3: Potret Buin Banyu
Gambar 4: Juru Kunci Buin Banyu
Nini Aisyah
Gambar 5: Pohon Maja Buin Banyu
Gambar 6: Potret Utuh Makam Raja
Lalu Muspakil (Makam Seran)
Gambar 7: Kondisi Sekeliling
Makam Seran
Gambar 8: Potret Makam Seran
Gambar 9: Bapak Abu Bakar Juru
Kunci Makam Seran
Gambar 10: Balo Saleh Budayawan
dan Sejarawan Makam Seran
Gambar 11: Proses Pemandian
Orang Bayar Niat Keramat Gani
Gambar 12: Kondisi Bayar Niat
Keramat Gani
Gambar 13: Proses Berdo’a Setelah
Memandikan Orang Bayar Niat
Gambar 14: Topat Peser
Perlengkapan Bayar Niat
Gambar 15: Makanan Yang Dibawa
Saat Bayar Niat
Gambar 16: Makan Setelah Bayar
Niat