tpc

17
Dalam praktikum ini dilakukan suatu percobaan yaitu pengamatan terhadap kualitas suatu air sampel dengan menggunakan TPC (Total Plate Count) yaitu perhitungan pada cawan petri. Pada praktikum ini, mula-mula dilakukan prepare bagian pertama yaitu pembuatan alat dan media yang akan digunakan pada saat pengenceran.sebelum praktikum dimulai, pada mulanya alat-alat yang akan dihunakan dicuci dengan bersih supaya tidak ada mikoba lain yang dapat masuk atau mengkontaminasi pembiakan mikroba. Kemudian membuat sumbat kapas yang digunakan sebagi penutup dari tabung reaksi dan labu erlenmeyer. Pembuatan sumbat kapas ini hasur benar-benar pas, karena kalau kalau tidak pas nantinya mikroba di udara dapat masuk kedalam tabung reaksi ataupun labu erlenmeyer. Sumbat kapas yang baik/ yang pas dimulut tabung atau erlenmeyer adalah jika dilepas akan mengeluarkan bunyi. Selanjutnya, kedalam 3 buah tabung reaksi dan 3 buah labu erlenmeyer tersebut dituangkan aquades. Masing-masing 99 ml kedalam labu erlenmeyer dan 9 ml kedalam tabung reaksi. Aquades yang dituangkan ke dalam labu erlenmeyer dan tabung reaksi ini adalah untuk digunakan pada saat pengenceran air sampel yang akan diamati. Setelah semua terisi aquades maka tabung dan erlenmeyer tersebut disterilisasi untuk menghilangkan mikroba-mikroba yang akan mengganggu, sehingga tabung reaksi da erlenmeyer berisi aquades tersebut benar- benar steril. Dan untuk berjaga-jaga supaya tidak terkontaminasi maka sumbat kapasnya dibalut kembali dengan alumunium foil. Selanjutnya, untuk membuat media pertumbuhan yang digunakannya adalah NA (Natrium Agar). Karena yang akan kita biakkan adalah bakteri, sehingga media yang digunakannya adalah NA. Jika yang kan dibiakkannya adalah berupa jamur/ kapang, maka media yang digunakannya adlaah PDA (Potato Doxtrose Agar). NA yang digunakannya adala sebanyak 8,4 gram yang dilarutkan kedalam 300 ml aquades. Larutan NA tersebut dipanaskkan supaya NA dan aquadesnya larut homogen. Dan kalau NA nya sudah benar-benar larut dalam aquades makan segera dituangkan kedalam 2 buah cawan petri ssebanyak 15 ml atau diperkiran sebnyak 15 ml. Cara penuangannya dilakukan secara aseptis yaitu dilakukan didekat api, dan sekelilingnya dalam keadaan steril. Hal demikian dilakukan supaya mikroba di udara tidak masuk kedalam medium

Upload: anggi-dyah-aristi

Post on 22-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

mikrobiologi- TPC (total Plate Count)

TRANSCRIPT

Page 1: TPC

Dalam praktikum ini dilakukan suatu percobaan yaitu pengamatan terhadap kualitas suatu air sampel dengan menggunakan TPC (Total Plate Count) yaitu perhitungan pada cawan petri. Pada praktikum ini, mula-mula dilakukan prepare bagian pertama yaitu pembuatan alat dan media  yang akan digunakan pada saat pengenceran.sebelum praktikum dimulai, pada mulanya alat-alat yang akan dihunakan dicuci dengan bersih supaya tidak ada mikoba lain yang dapat masuk atau mengkontaminasi pembiakan mikroba. Kemudian membuat sumbat kapas yang digunakan sebagi penutup dari tabung reaksi dan labu erlenmeyer. Pembuatan sumbat kapas ini hasur benar-benar pas, karena kalau kalau tidak pas nantinya mikroba di udara dapat masuk kedalam tabung  reaksi ataupun labu erlenmeyer. Sumbat kapas yang baik/ yang pas dimulut tabung atau erlenmeyer adalah jika dilepas akan mengeluarkan bunyi.

Selanjutnya, kedalam 3 buah tabung reaksi dan 3 buah labu erlenmeyer tersebut dituangkan aquades. Masing-masing 99 ml kedalam labu erlenmeyer dan 9 ml kedalam tabung reaksi. Aquades yang dituangkan ke dalam labu erlenmeyer dan tabung reaksi ini adalah untuk digunakan pada saat pengenceran air sampel yang akan diamati. Setelah semua terisi aquades maka tabung dan erlenmeyer tersebut disterilisasi untuk menghilangkan mikroba-mikroba yang akan mengganggu, sehingga tabung reaksi da erlenmeyer berisi aquades tersebut benar- benar steril. Dan untuk  berjaga-jaga supaya tidak terkontaminasi maka sumbat kapasnya dibalut kembali dengan alumunium foil.

Selanjutnya, untuk membuat media pertumbuhan yang digunakannya adalah NA (Natrium Agar). Karena yang akan kita biakkan adalah bakteri, sehingga media yang digunakannya adalah NA. Jika yang kan dibiakkannya adalah berupa jamur/ kapang, maka media yang digunakannya adlaah PDA (Potato Doxtrose Agar).

NA yang digunakannya adala sebanyak 8,4 gram  yang dilarutkan kedalam 300 ml aquades. Larutan NA tersebut dipanaskkan supaya NA dan aquadesnya larut homogen. Dan kalau NA nya sudah benar-benar larut dalam aquades makan segera dituangkan kedalam 2 buah cawan petri ssebanyak 15 ml atau diperkiran sebnyak 15 ml. Cara penuangannya dilakukan secara aseptis yaitu dilakukan didekat api, dan sekelilingnya dalam keadaan steril. Hal demikian dilakukan supaya mikroba di udara tidak masuk kedalam medium pertumbuhan. Karena mikroba akan mati jika terkena panas, maka penuagan media NA dilakukan didekat api.

Selanjutnya, setelah semua siap mulai dari tabung reaksi, erlenmeyer dan medium NA, maka dilakukan prose pengenceran teradap air sampel. Dalam percobaan ini air sampel yang digunakan adala air sirup. Pengenceran ini dilakukan secara aseptis juga, kerena supaya mikroba diudara tidak ikut masuk kedalam alat tempat pengenvcerannya.

Mula- mula air sampelnya diambil sebanya 1 ml/ 20 tetes yang kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer berisi 99 ml aquades dan dikocok hingga benar-benar homogen. Setalah itu diambil 1 ml dari hasil pengenceran, dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer berisi 99 ml aquades yang lain, dikocok hingga homogen, dan begitu seterusnya hingga sampai pada tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades.

Sebelum air sampel diencerkan, labu erlenmeyer dan tabung reaksi tersebut diberi label sesuai dengan jumlah faktor pengencerannya, yaitu seperti labuerlenmeyer yanng pertama diberilabel 10-2, itu artinya pengambilan air sampelnya adalah sampel yang belum diencerkan

Page 2: TPC

sehingga   = 10-2 , kemudian untuk labu kedua , karena sampel yang dimasukkannya telah

mengalami pengenceran di  10-2 maka   = 10-4 dan begitu seterusnya.Jika sudah sampai dipengenceran terakhir yaitu pada faktor pengenceran 10-9. Maka dari

pengenceran yang terakir tersebut diambil sampel 1 ml yang kemudian dimasukkan kedalam cawan pwtri untuk diamati apakah maish ada bakteri yang hidup pada sampel yang telah mengalami pengenceran sampai faktor pengenceran 10-9. Selain sampel pada faktor pengenceran 10-9 yang dimasukkan kedalam cawan petri dan diamati, faktor pengenceran 10 -8 juga sama, yaitu dimasukkan kedalam cawan petrii dan nantinya diamati apakah ada bakteri yang tumbuh didalamnya. Cara peuangannya kedalam cawan petri dilakukanharus dengan cara yang aseptis, karena supaya tidak ada bakteri luar yang masuk lagi kedalam cawan petri. Setelah sampel masuk kedalam cawan petri, maka cawan petri tersebut diputar putar diatas meja dengan tujuan untuk meratakan air sampel yang dimasukkan tadi. Karena jika tidak diratakan, maka nantinya bakteri yang tumbuh akan bertumpuk sehingga sulit untuk diamati dan dihitunh jumlah koloninya. Kemudian cawan oetri yang berisi air sampel (air sirup) tersebut didiamkan selama 2 hari, karen apertumbuhan bakteri itu lumayan sangat cepat.

Seteah 2 hari berlalu, cawan petri tersebut diamati kembali, dan diperoleh hasil yaitu pada cawan petri berisi air sampel pada faktor pengenceran 10 -8 didapat koloni bakteri sebanyak 3 buah, dan pada cawa petri berisi air sirup paa faktor pengenceran 10 -

9 didapat koloni sebanyka 2 buah.

Koloni bakteri dengan faktor pengenceran 10-8

Sumber : Dokumentasi pribadi 

Page 3: TPC

Koloni bakteri dengan faktor pengenceran 10-9

Sumber : Dokumentasi pribadi

Koloni yang terbentuk pada cawan ini saling berhubungan sehingga yang berhubungan itu dihitung 1 koloni, dan dalam cawan ini 10-8teramati ada 3 buah koloni dan pada cawan   10-

9 teramati 2 buah koloni. Pengambilan 1 koloni terhadap koloni yangberhubungan atau bertumpuk yaitu berdasarkan pada syarat-syarat koloni. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah:

1.      satu koloni dihitung 1 koloni,2.      dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni,3.      beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni,4.      dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni,5.      koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung,6.      koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni (Pradhika, 2008).

Kemudian dikarenakan kooni yang terbentuk selalu ada yang berkelompok maka berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Pradhika, 2008). Untuk mengetahui jumlah sel bakteri yang terkandung dalam 1 ml air sirup, maka digunakan perhitungannya dengan mengkalikan jumlah koloni dengan 1 berbanding faktor pengenceran. Dan didapat hasil perkiraan jumlah sel bakteri yang ada dalam 1 ml air sirup dalam pengenceran 10-8 adalah sebanyak 300.000.000 CFU’s /ml. Dan dalam faktor pengenceran 10-9 didapat sel bakteri yang tumbuh dal 1 ml air sirup adalah 2.000.000.000 CFU’s /ml.

Namun  berdasarkan BPOM kadar koloni dalam 1 ml adalah 1000-100.000 koloni/ml, kadar ini adalah batas kadar bakteri yang terdapat dalam sampel yang dapat dikonsumsi. Berarti air sirup yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum ini masih belum baik untuk dikonsumsi, karen jumlah bakteri dal 1 ml air sirup lebih dari 100.000 koloni/ml. Tetapi, bisa saja bakteri yang yang tumbuh itu bukan seluruhnya berasal dari air sampel, bisa saja berasal dari bakteri di udara yang amsuk pada saat proses pemindahan sampel, karena kurang telitinya pada saat melakukan pemindahan atau pengenceran air sampel (air sirup).

Metode yang digunakan dala percobaan kali ini adala dengan metode TPC yaitu perhitungan pada cawan petri. Yangdidasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelahditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Pradhika, 2008).

Page 4: TPC

Selain metode ini, ada juga metode lain yang dapt digunakan untuk mengamati kualitas air dan penghitungan kadar bakteri, yaitu metode MPN (most probable number) yaitu perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat. Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas danNitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehunbungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Dwidjoseputro, 1994).

Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel (Lim, 1998).

Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikrobia di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu (Fardiaz, 1992).

Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).

Page 5: TPC

VI.             KesimpulanBerdasarkan percobaan dan hasil pengamatan juga tujuan dari diadakannya praktikum ini

yaitu untuk menentukan kadar  atu jumlah koloni dalam berbagai sampel air, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni dalam air sirup 10-8adalah 3 buah dan kadar bakterinya adalah 300.000.000 CFU’s /ml, jumlah koloni pada air sirup 10-9 adalah 2 buah dan kadar bakterinya adalah 2.000.000.000 CFU’s /ml. Jumlah koloni pada air mineral 10-8 adalah 1buah dan kadar bakterinya adalah 108 CFU’s/ml serta pada air mineral 10-9 tidak ada koloni bakteri ng tumbuh. Jumlah koloni padd air kran 10-8adalah 169 buah dan kadar bakterinya adalah 1,69 x 1010 CFU’s / ml. Pada air kran 10-9 jumlah koloninya adalah 151 buah dan kadar bakterinya adalah 15,1 x 1010 CFU’s / ml. Pada air hujan 10-8 jumlah koloninya adalah 1 buah, dan kadar bakterinya 100.000.000 CFU’s /ml. Pada air hujan 10-9 jumlah koloninya adalah 21 buah, dan kadar bakterinya adalah 2,1 x 1010 CFU’s /ml. Pada air bekas cuci piring 10-8 jumlah koloni adalah 21 buah, dan kadar bakterinya adalah 2,1 x 1010CFU’s /ml. Pada air bekas cuci piring 10-

9 jumlah koloni 2795 buah, dan kadar bakterinya adalah 2,795 x 1012 CFU’s /ml.

VII.          Daftar PustakaDwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz, S. 1996. Analaisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada.Gobel, Risco B. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Lay, B.W. & S. Hastowo. 1992. Microbiology. Jakarta: Rajawali Press.Lim, D. 1998. Microbiology,2nd Edition. McGraw-Hill Book, New York.Peltzar, M. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.

Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton Keynes.Pradhika, E.I. 2008. MIKRO-BA NGET: Bab. 5 Morfologi Mikroba.

Perhitungan Jumlah Bakteri

13

Rabu

Feb 2013

Posted by anitamuina in Laporan Praktikum Mikrobiologi ≈ 2 Komentar

Bakteri dapat ditemukan di mana-mana, seperti di rongga mulut, sela-sela gigi, tanah, sisa-sisa makanan yang sudah basi dan untuk memperolehnya, biasanya dibiakkan di dalam cawan petri yang berisi nutrisi atau medium. Koloni yang tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung. Secara kuantitatif koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum atau dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan

Page 6: TPC

menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan teori pendekatan (dizzideepinsohard, 2008).

Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak lengsung (indirect method).

Perhitungan secara langsung

Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospis

Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi bahan atau biakan mikrobia yang telah diketahui volumenya diratakan di atas gelas benda pada suatu luas tertentu setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel tiap petak atau tiap bidang pemandangan mikroskop. Luas bidang pemandangan mikroskop dihitung dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah mikrobia yang terdapat pada gelas benda seluruhnya dapat dihitung, sehingga dapat diperoleh jumlah mikrobia tiap cc bahan atau cairan yang diperiksa (Jutono dkk, 1980).

Menggunakan filter membrane (miliphore filter)

Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membran dapat dihitung jumlah sel dari volume suspensi yang disaring (Jutono dkk, 1980).

Menggunakan counting chamber

Perhitungan ini dapat menggunakan haemacytometer, Petroff-Hausser Bacteria Counter, dan alat-alat lainnya yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan 1 tetes suspensi bahan atau biakan mikrobia pada alat tersebut, ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran sesuai besar kecilnya mikrobia. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya dan alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikrobia tiap cc (Jutono dkk, 1980). Perhitungan jumlah organisme uniseluler dalam suspensi dapat ditentukan secara mikroskopik dengan menghitung individu sel dalam volume yangs angat kecil secara akurat. Seperti perhitungan yang biasanya dilakukan dengan mikroskop khusus (slide) yang dikenal dengan “counting chamber”. Counting chamber terdiri dari kotak-kotak teratur yang telah diketahui areanya, yang disusun dari liquid film dimana telah diketahui kedalamannya dan dapat dibedakan antara slide dan cover slip. Akibatnya volume dari cairan yang dituangkan tiap kotak dengan pasti volumenya dapat

Page 7: TPC

diketahui. Seperti perhitungan langsung yang dikenal dengan “total cell count” merupakan perhitungan yang meliputi sel hidup dan sel yang tidak hidup, sejak ini pada kasus bacteria yang tidak dibedakan dengan pengamatan mikroskopik (Stainer, 1986).

Perhitungan secara tidak langsung

Perhitungan mikrobia secara tidak langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikrobia diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan dan sifat mikrobianya (Jutono dkk, 1991).

Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

Menggunakan sentrifuge

Caranya ialah 10 cc biakan cair mikrobia disentrifuge dengan menggunakan sentrifuge yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah butir-butir darah. Kecapatan dan waktu sentrifugasi harus diperhatikan. Setelah ditentukan volume mikrobia keseluruhan maka dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel mikrobia tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikrobia keseluruhan dengan volume rata-rata tiap sel mikrobia (Suriawiria, 1985).

Berdasarkan kekeruhan

Dasar penentuan cara ini ialah jika seberkas sinar dilakukan pada suatu suspensi mikrobia maka makin pekat (keruh) suspensi tersebut, makin besar intensitas sinar yang diabsorbsi sehingga intensitas sinar yang diteruskan makin kecil (Jutono dkk, 1980). Untuk perhitungan jumlah bakteri berdasarkan kekeruhan digunakan alat-alat seperti photoelectric turbidimeter electrophotometer, spectrophotometer, nephelometer, dan alat-alat lain yang sejenis. Alat-alat ini menggunakan sinar monokromatik dengan panjang gelombang tertentu (Dwijoseputro, 1990).

Menggunakan perhitungan elektronik (electronic counter)

Alat ini dapat untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik secaa tepat. Prinsip kerjanya alat ini adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion yang bergerak diantara 2 elektroda. Penyumbatan sementara oleh sel mikrobia pada pori sekat yang terdapat diantara kedua elektroda sehingga terputusnya aliran listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan yang mengandung mikrobia adalah ukuran jumlah mikrobia dalam cairan tersebut.

Berdasarkan analisa kimia

Page 8: TPC

Cara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia. Makin banyak sel-sel mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya secara kuantitatif.

Berdasarkan berat kering

Terutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang, misalnya dalam industri mikrobiologi. Kenaikkan berat kering suatu mikrobia diiringi dengan kenaikkan sintesa dan volume sel-sel dapat menentukan jumlah mikrobia

Menggunakan cara pengenceran

Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Dasar perhitungannya ialah mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikrobia secara bertingkat.

Berdasarkan jumlah koloni (Plate count)

Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 (Jutono dkk, 1980).

Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :

Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.

Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.

Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.

Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.

Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada pengenceran botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990).

Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992). Prinsip

Page 9: TPC

pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, adalah waktunya yang digunakan singkat, penghitungannya lebih mudah, tidak membutuhkan bahan yang banyak. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan sel yang berukuran kecil sulit dilihat dengan mikroskop.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung dilakukan dengan metode plate count, yakni hanya sel yang hidup yang dihitung dalam metode ini. Prinsipnya yaitu pengenceran dalam tiap konsentrasi diinokulasikan dalam medium agar dipetri dengan cara spread. Perhitungan jumlah bakteri ini digunakan pengenceran 10-3,10-4,10-5,10-6 lalu dibandingkan jumlah koloni dari tiap konsentrasi pengenceran sehingga dengan mengikuti perhitungan dan persyaratan plate count akan didapatkan jumlah bakteri yang ada. Beberapa syarat perhitungan dengan menggunakan metode ini adalah :

Tidak ada spreader.

Jumlah koloni mulai dari 30-300.

Perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran yang lebih kecil :

Jika ≤ 2, hasil perhitungan dirata-rata.

Jika ˃ 2, dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya.

Dari hasil perhitungan jumlah bakteri tanah secara tidak langsung, didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A dan koloni B mengalami spreader. Pada pengenceran 10-4 koloni A berjumlah 36 sedangkan koloni B spreader sehingga diperoleh jumlah bakteri sebanyak 36 x 104 dengan berwarna putih dan bentuk koloni irreguler, sirkuler, curled, dan toruloid. Pada pengenceran 10-5 koloni A berjumlah 5 dan koloni B berjumlah 66 koloni yang berwarna putih susu dan berbentuk sirkuler, rhizoid, amoeboid, irreguler. Pada pengenceran 10-6 koloni A berjumlah 80 dan koloni B berjumlah ˃ 300 yang berwarna krem dan berbentuk sirkuler. Pada perhitungan jumlah bakteri susu secara tidak langsung, didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A berjumlah 56 sedangkan bakteri koloni B mengalami spreader tetapi diperoleh jumlah bakteri sebanyak 56 x 103 dengan warna koloni putih susu dan krem

Page 10: TPC

dan berbentuk rhizoid, irreguler dan myceloid. Pada pengenceran 10-4 pada petridish didapat jumlah koloni bakteri A sebanyak 76 sedangkan koloni B mengalami spreader yang berwarna putih susu dan berbentuk circulair. Pada pengenceran 10-5 koloni A berjumlah 11 dan koloni B mengalami spreader dengan warna putih susu berbentuk circular. Pada koloni A jumlah koloni sebanyak 107 dan koloni B berjumlah 10 yang berwarna krem dan berbentuk circular dan rhizoid.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri, bakteri yang dihitung adalah bakteri yang hidup. Sedangkan kekurangannya adalah perhitungannya kurang akurat karena ada kemungkinan beberapa sel bertumpuk, ada kemungkinan terjadi spreader, waktu yang dibutuhkan cukup lama, bahan yang digunakan relatif banyak.

Pada percobaan ini spreader terjadi karena pengenceran suspensi tanah yang kurang encer sehingga bakteri yang terikut masih sangat banyak sehingga tidak bisa dihitung dan harus diencerkan lagi. Selain faktor pengenceran, kualitas dari bahan juga dapat menyebabkan spreader, kualitas bahan yang jelek dapat menyebabkan banyaknya mikrobia yang ada sehingga karena faktor pengencerannya kurang bakteri yang diinokulasikan ke dalam petridish menjadi bertumpuk sehingga tidak dapat dihitung jumlahnya dan mengalami spreader.

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

Faktor pengenceran, semakin tinggi pengenceran suatu suspensi maka akan semakin sedikit jumlah bakteri yang dikandung atau tidak ada sama sekali

Temperatur dan pH, berkaitan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu dan pH optimum

Komposisi medium, medium yang digunakan untuk penanaman harus sesuai dengan bakteri yang akan dihitung

Segi teknis yaitu Alat yang digunakan dan tingkat ketelitian dalam penghitungan.

Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasam:

- Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung

- Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus

- Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).

Page 11: TPC

Selain keuntungan-keuntungan tersebut diatas, metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:

- Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.

- Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda pula.

- Mukroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar.

- Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung

(Dwidjoseputro, 2005).

Keberhasilan TPC sangat dipengaruhi oleh ketelitian dan subyektivitas pengamat. Apabila pengamat tidak teliti, maka akan banyak koloni yang tidak teramati dan terhitung. Subyektifitas seseorang untuk menilai apakah yang diamati satu koloni atau bukan, serta satu atau dua koloni yang menjadi satu juga akan mempengaruhi hasil TPC sehingga hasil dari TPC akan relatif tergantung dari pengamat (Maturin dan Peeler, 2001).

Kelebihan TPC ialah tidak membutuhkan keahlian yang sangat baik serta hanya membutuhkan biaya yang relative lebih murah. (Curtis, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Dizzideepinsohard. 2008. Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi. http://anitamanulang.blog.com/laporan-praktikum-mikrobiologi-farmasi.html/ 27 Maret 2011.

Curtis, 2004

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta

Fardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Handayani, tri

Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Page 12: TPC

Maturin dan Peeler

Stainer, R.Y. 1986. The Microbial World. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey.

Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.