tp praktikum ekola lamun

13
2.2 Lamun 2.2.1 Definisi Lamun Lamun atau sea grasses adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lngkungan laut dan hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara Terdapat 4 hal ciri-ciri lamun 1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan. 2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam. 3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan arus. 4. Menghasilkan polinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan ) (Hadi Endrawati, 2000). Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari

Upload: anastasia-grace-angelica

Post on 04-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Lamun, habitat lamun dan lain lain

TRANSCRIPT

Page 1: TP Praktikum Ekola Lamun

2.2 Lamun

2.2.1 Definisi Lamun

Lamun atau sea grasses adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga

yang terdapat di lngkungan laut dan hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya

rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang

merayap yang efektif untuk berkembang biak. Lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan

biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara

Terdapat 4 hal ciri-ciri lamun

1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan.

2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam.

3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan arus.

4. Menghasilkan polinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi

perairan )

(Hadi Endrawati, 2000).

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu

(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan

rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat

ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah

ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam

2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15

jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia

hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan

Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai

sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer,

Baluran, Irian Jaya, Belitung (Nyabaken, 1992).

Lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir sering dijumpai di terumbu karang,

lamun pada umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau

oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Padang lamun merupakan

ekosistem yang sangat tinggi produktivitas organiknya. Ke dalam air dan pengaruh pasut serta

struktur substrat mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya.

Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai

berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir

yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang (Nontji, 1987).

Oleh karena itu, lamun ini hidup di bawah air, bunganya dipolinasi di dalam air melalui

bantuan arus. Serbuk sari seperti benang terdapat padat di dekat air dan karenanya mudah

Page 2: TP Praktikum Ekola Lamun

terangkut air. Lamun tumbuh bertahun-tahun, rimpangnya tumbuh memanjang dan

membentuk pasangan-pasangan daun dan akar baru. Kadang-kadang ia membentuk komunitas

yang lebat hingga merupakan padang lamun (sea grass bed) yang cukup luas (Romimohtarto,

1999).

Lamun tumbuh bertahun-tahun, rimpangnya tumbuh memanjang dan membentuk

pasangan-pasangan daun dan akar baru. Kadang-kadang ia membentuk komunitas yang lebat

sehingga merupakan padang lamun (sea grass bed) yang cukup luas. Padang lamun

mempunyai produktifitas organik yang sangat tinggi. Di situ terdapat macam-macam biota

laut seperti Crustacea, Molusca, cacing dan juga ikan (Romimohtarto,1999).

Di samping sebagai tempat mencari makan dan memijah, padang lamun juga dapat

memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan gelombang (sebagai peredam

gelombang) sehingga perairan di sekitarnya tenang. Hal ini menyebabkan substrat di bawah

padang lamun menjadi lebih stabil. Oleh karena itu, padang lamun disukai oleh organisme-

organisme yang lain karena digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva-larva yang baru

menetas dari arus maupun berlindung dari sinar matahari (Romimohtarto,1999).

2.2.2 Karakteristik Lamun

Tanaman lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan menyebarkan

bibit seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-

tumbuhan. Selain itu, genera di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga

pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi

(Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan

sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub

kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada

di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae

dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan

lamun yang tumbuh di laut.  Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun,

di mana di Indonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1)

Hydrocharitaceae, dan (2) Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang

lamun tunggal, antara lain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,

Cymodocea serrulata, dan Thallassodendron ciliatum (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan

termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di

substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada

Page 3: TP Praktikum Ekola Lamun

saat terbenam. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah

hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air (Mann, 2000).

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamun yang

dapat digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa spesies seperti Halophila dan

Halodule  memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil, sedangkan

spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Jika

dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang

dengan baik. Namun, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma lamun

memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan darat. Akar-akar halus yang tumbuh di bawah

permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus (contoh : aerenchyma, sel epidermal)

terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh

endodermis. Stele mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan

yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang baik untuk

menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak berperan penting dalam

penyaluran air (den Hartog, 1977).

Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari

dalam substrat (interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang

dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides,

Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-

2.day-1. Koloni bakteri yang ditemukan di lamun memiliki peran yang penting dalam

penyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen merupakan proses

yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar yang penting dalam metabolisme

untuk menyusun struktur komponen sel.

Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk

proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang

sistem lakunal (udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan

rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang

dilakukan oleh mikroflora di rhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen

melalui akarnya (Halophila ovalis) sedangkan spesies lain (Thallassia testudinum) terlihat

menjadi lebih baik pada kondisi anoksik (den Hartog, 1977).

Larkum et al (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akar mengalami

penurunan tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar dan mikroflora yang

berasosiasi. Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen di

sekitarnya melalui transpor oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi ini juga dapat

menjelaskan jika lamun dapat memodifikasi sistem lakunal berdasarkan tingkat anoksia di

Page 4: TP Praktikum Ekola Lamun

sedimen. Dengan demikian pengeluaran oksigen ke sedimen merupakan fungsi dari

detoksifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh tumbuhan darat. Kemampuan ini

merupakan adaptasi untuk kondisi anoksik yang sering ditemukan pada substrat yang

memiliki sedimen liat atau lumpur. Karena akar lamun merupakan tempat untuk melakukan

metabolisme aktif (respirasi) maka konnsentrasi CO2 di jaringan akar relatif tinggi.

Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah herbaceous,

walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma

berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana

spesies lain tidak bisa hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras

menjadikan T. Ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjang

hamparan terumbu karang (den Hartog, 1977).

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung

dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan

tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat

meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif dan

reproduksi yang dilakukan secara vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada

reproduksi dengan pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun.

Rhizoma merupakan 60 – 80% biomas lamun (den Hartog, 1977).

Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal yang

terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki bentuk umum

yang hampir sama, spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yang

memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat mudah

terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak daun, keberadaan atau ketiadaan ligula.

Contohnya adalah puncak daun Cymodocea serrulata berbentuk lingkaran dan berserat,

sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda

yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi

daun muda. Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki

pelepah (den Hartog, 1977).

Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan keberadaan kutikel

yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion dan  difusi karbon

sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan sumber

bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan karbon inorganik dalam proses

fotosintesis (den Hartog, 1977).

Page 5: TP Praktikum Ekola Lamun

2.2.3 Perairan Ujung Piring Jepara terhadap Ekosistem Lamun

Kondisi Ekosistem pada perairan di jepara, khusus di pantai ujung piring memiliki

bentuk substrat dominan pasir. Dan sedikit memiliki kandungan lumpur. Kemudian jenis

lamun yang di temukan pada perairan ini dominasi di isi oleh spesies Thallasia hempricii dan

Enhalus acoroides (den Hartog, 1977).

Menurut den Hartog, 1977, dan juga diseuaikan dengan perairan ujung piring, jepara,

Lamun jenis Thallasia hempricii dan Enhalus acoroides mempunyai beberapa sifat yang

menjadikannya mampu bertahan hidup di laut yaitu :

1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir

2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu

karang

3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung

4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan

5. Mampu melakukan proses metabolisme termasuk daur generatif secara optimal jika

keseluruhan tubuhnya terbenam air

6. Mampu hidup di media air asin

7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik

Memang, sesuai dengan faktor-faktor di atas kondisi lingkungan khususnya substrat di

perairan ujung piring , Jepara identik dengan faktor ditemukan jenis Lamun ini hanya di

kedalaman lebih kurang 1 m, dengan kondisi perairan jernih, hal ini di karenakan cahaya

matahari bisa masuk dengan bebas ke dasar perairan yang hanya memiliki kedalaman 1 meter.

Sehingga tingkat pertumbuhan dan metabolisme lamun di perairan pantai ujung piring relatif

baik.

2.2.4 Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kehidupan Lamun

2.2.4.1 Suhu

Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu

dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas

terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya

memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal

hanya pada temperatur 28 – 30 0C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis

yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut (Azkab,1988).

2.2.4.2 Salinitas

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai

optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk

melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap  jenis dan

Page 6: TP Praktikum Ekola Lamun

umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga

berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.

Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas (Azkab,1988).

2.2.4.3 Kecerahan

Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses

fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya

yang tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan  jika suatu perairan mendapat pengaruh

akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang

akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis.

Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun

(Azkab,1988).

2.2.4.4 Kedalaman

Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun tumbuh

di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30  m. Zona intertidal

dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata

dan Holodule pinifolia, Sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal

bawah. Selain itu, kedalaman perairan juga berpengaruh terhadap kerapatan dan pertumbuhan

lamun. Brouns dan Heijs (1986) mendapatkan pertumbuhan tertinggi E. acoroides pada lokasi

yang dangkal dengan suhu tinggi (Hilman,Iman dan Ratna, 2011).

2.2.4.5 Nutrien

Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padang lamun dan

ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi fektor pembatas pertumbuhan, kelimpahan

dan morfologi lamun pada perairan yang jernih. Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk

terlarut di air antara, terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut dan dapat

dipertukarkan yang dapat dimanfeatkan oleh lamun. Ditambahkan bahwa kapasitas sedimen

kalsium karbonat dalam menyerap fosfat sangat dipengaruhi oleh ukuran sedimen, dimana

sedimen hahis mempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi. Penyerapan nutrien oleh

lamun dilakukan oleh daun dan akar. Penyerapan oleh daun umumnya tidak terlalu besar

terutama di daerah tropik. Penyerapan nutrien dominan dilakukan oleh akar lamun (Hilman,

Iman dan Ratna, 2011).

2.2.4.6 Subtrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai

karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman

sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal

Page 7: TP Praktikum Ekola Lamun

yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Azkab,

1988).

2.2.5 Manfaat Lamun

2.2.5.1Sebagai Prosuden Primer

Tingkat produktivitas primer lamun sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan

ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal sepertiekosistem terumbu karang (Philips,C.R.

and E.G. Menez, 1988).

2. 2.5.2   Sebagai Habitat Biota

Berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti alga hidup di tempat yang menurut

mereka memberikan perlindungan dan dapat dijadikan tempat menempel seperti lamun.

Disamping itu, padang lamun atau biasa disebut seagrass beds dapat juga sebagai daerah

asuhan, padang pengenbalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivore dan coral fish)

(Bengen, 2001).

2.2.5.3.    Sebagai Penangkap Sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak,

sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Rimpang dan akar padang lamun juga dapat

menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar

permukaan. Jadi, padang lamun selain berfungsi sebagai penangkap sedimen juga dapat

mencegah erosi (Bengen, 2001).

2.2.5.4.    Sebagai Pendaur Zat Hara

Padang lamun memang memegang peran penting dalam pendauran berbagai zat

hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut khususnya zat-zat hara yang

dibutuhkan oleh algae epifit. Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain

(Philips & Menez, 1988):

Menstabilakan dan menahan sedimen-sedimen yang dibawa melalui tekanan yang satu

ke tekanan yang lain dari arus dan gelombang.

Daun-daun padang lamun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta

mengembangkan sedimentasi.

Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang berkunjung

ke padang lamun.

Daun-daunnya sangat membantu organism-organisme epifit.

Mempunyai produktivitas dan pertumbuhan yang tinggi.

Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan. 

Page 8: TP Praktikum Ekola Lamun

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu

di Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya,

Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Azkab,M.H.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta,

Lombok.Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem

lamun di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI,

Jakarta

Bengen,D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.

Dahuri R.J, Rais SP, Ginting MJ, Sitepu. 2003. Pengolahan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Endrawati, Hadi.2000.Biologi Laut ( Botani Laut ) Klasifikasi Dan Ciri Lamun. Semarang;

Universitas Diponegoro Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

Hartog J.C. den, 1977. Descriptions of two new Ceriantharia from the Caribbean region,

Pachycerianthus curacaoensis n. sp. and Arachnanthus nocturnus n. sp., with a

discussion of the cnidom and of the classification of the Ceriantharia.

Zoologische Mededelingen 51 (14): 211-242

Hilman, Iman dan Ratna Suharti. 2011. Pengelolaan Ekosistem Lamun. Materi Penyuluhan

Kelautan dan Perikanan. Pusat Penyuluhan KP-BPSDMKP. Jakarta

Nantji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta ; Djambatan.

Nybakken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta ; Gramedia.

Philips,C.R. and E.G. Menez. 1988. Seagrass. Smith Sonian. Institutions Press.

WashingtonD.C.

Romimohtarto,K. dan S, Juwana. 1999.Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.

Jakarta ; Puslitbang Oseanologi – LIPI. Jakarta.

.Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota

Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Page 9: TP Praktikum Ekola Lamun