toksisitas paper farmasi (1)
DESCRIPTION
toksisitasTRANSCRIPT
Toksisitas
1. Klindamisin
A. Efek Samping dan Toksisitas
Indikasi penggunaan Klindamisin harus dipertimbangkan dengan baik sebelum
obat ini diberikan. Efek samping dan reaksi yang merugikan dari klindamisin adalah
iritasi pada kulit dan syok anafilaktik (Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Joyle L. Kee dan Evelyn R. Hayes Cetakan I. Penerbit EGC).. Pemberian klindamisin
secara topikal merupakan suatu factor resiko terjadinya diare dan colitis yang
disebabkan oleh C. difficile (Katzung). Penurunan fungsi liver (dengan atau tanpa
jaundice) dan neutropenia kadang-kadang terjadi.
B. Gejala Toksisitas dan Penanggulangannya
Penggunaan klindamisin topikal dapat menyebabkan iritasi pada kulit, kulit kering
atau berlemak, kemerahan dan rasa terbakar jika digunakan pada mata (Drs. Tan Hoan
Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya Edisi Keenam 2007 Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Hal. 84)).
Diare dilaporkan terjadi pada 2-20% pasien yang mendapatkan terapi klindamisin.
Diperkirakan sekitar 0,01-10% pasien dilaporkan menderita colitis pseudomembranosa
yang ditandai oleh demam, nyeri abdomen, diare dengan darah dan lendir pada tinja.
Pada pemeriksaan proktoskopik terlihat adanya membran putih kuning pada mukosa
kolon.
Kelainan yang dapat bersifat fatal ini disebabkan oleh toksin yang diekskresi oleh
C. difficile, suatu kuman yang tidak termasuk flora normal usus besar. Penyakit ini
disebut antibiotic-associated pseudomembranous colitis karena dapat terjadi pada
pemberian kebanyakan antibiotika, namun paling sering pada pemberian klindamisin.
Timbulnya penyakit tersebut tidak tergantung dari besarnya dosis dan dapat terjadi pada
pemberian oral, parenteral dan pada beberapa kasus penggunaan topikal (Gregor B.E.
Jemec, Jean Revuz, James J.Leyden. Hidradenitis Supurativa. 2006. Springer-Verlag
Berlin. Hal. 152). Gejala dapat muncul selama terapi atau beberapa minggu setelah
terapi dihentikan.
Bila selama terapi timbul diare atau colitis, maka pengobatan harus dihentikan.
Obat terpilih untuk keadaan ini adalah vankomisin yang diberikan 4 kali 125 mg sehari
per oral selama 7-10 hari atau metronidazol oral 3 x 500 mg/hari atau IV. (Farmakologi
UI)
2. Benzoil Peroksida
A. Efek Samping dan Toksisitas
Dalam penelitian, terbukti bahwa benzoil peroksida merupakan bahan penyebab
sensitisasi yang poten. Efek samping dari benzoil peroksida dapat terjadi pada 1%
pasien dengan akne. (Katzung) Efek samping dari penggunaan benzoil peroksida yaitu
kulit yang kering dan teriritasi disertai dengan rasa terbakar, bersisik dan membengkak
(Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Joyle L. Kee dan Evelyn R. Hayes
Cetakan I. Penerbit EGC). Benzoil peroksida juga merupakan suatu oksidan sehingga
pada beberapa kasus sering menyebabkan pemutihan pada rambut dan pakaian yang
berwarna (katzung)
B. Gejala Toksisitas dan Penanggulangannya
Iritasi akibat penggunaan benzoil peroksida ditandai dengan munculnya kulit
kering, kemerahan, gatal, dan rasa terbakar. Untuk mengurangi iritasi yang mungki
terjadi akibat penggunaan benzoil peroksida, penggunaannya dibatasi dalam
konsentrasi yang rendah (2,5%) satu kali sehari pada minggu pertama terapi, dan
kemudian ditingkatkan secara bertahap jika pada pasien tidak menimbulkan efek
samping (Katzung). Saat penggunaan benzoil peroksida, harus diperhatikan agar tidak
mengenai mata dan membran mukosa.