toksik
DESCRIPTION
toksisitasTRANSCRIPT
SUMBER KERACUNAN
Dinamika pestisida dilingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis pestisida
yang persisten. Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air
permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan udara. Pestisida
adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dan gulma). Sehingga pestisida
dikelompokkan menjadi :
- Insektisida (pembunuh insekta)
- Fungisida ( pembunuh jamur)
- Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu)
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman
dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas
nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya.
Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan active Keterangan
1. Insektisida Botani
Carbamat
Organophosphat
Nikotine
Pyrethrine
Rotenon
Carbaryl
Carbofuran
Methiocorb
Thiocarb
Dichlorovos
Dimethoat
Tembakau
Pyrtrum
-
toksik kontak
toksik sistemik
bekerja pada
lambung
juga moluskisida
toksik kontak
toksik kontak,
sistemik
Organochlorin
Palathion
Malathion
Diazinon
Chlorpyrifos
DDT
Lindane
Dieldrin
Eldrin
Endosulfan
gammaHCH
toksik kontak
toksik kontak
kontak dan ingesti
kontak, ingesti
persisten
persisten
kontak, ingesti
kontak, ingesti
Herbisida Aset anilid
Amida
Diazinone
Carbamate
Triazine
Triazinone
Atachlor
Propachlor
Bentazaone
Chlorprophan
Asulam
Athrazin
Metribuzine
Metamitron
Sifat residu
Kontak
Toksin kontak
Fungisida Inorganik Bordeaux mixture
Copper oxychlorid
Mercurous chloride
Protektan
Proteoktan
Benzimidazole
Hydrocarbon-
phenolik
Sulfur
Thiabendazole
Tar oil
Protektan, sistemik
Protektan, kuratif
1. Organophosphat
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya
dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan (terdapat dalam sayuran atau
buah-buahan) hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi
diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.
Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan pada
sayuran atau buah-buahan yg terkena cairan pestisida, mengakibatkan perangsangan terus
menerus saraf muskarinik dan nikotinik
Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek Gejala
1. Muskarinik Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradicardia
Miosis
Berkeringat
2. nikotinik Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
3. sistem saraf pusat Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepala
Emosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umum
Convulsi
Depresi respirasi dan gangguan jantung
Koma
Pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik
sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos,
pengeluaran cairan tubuh, saluran cerna, saluran napas, sistem saraf pusat dan komplikasi.
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
1. Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
2. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi dan juga
sekresi bronchial.
3. Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
4. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
5. Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
6. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam, konvulsi
dan koma.
7. Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
8. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti, blockade
atrioventrikuler dan konvulsi.
2. Carbamate
Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang Calabar
(calabar bean). Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat. Racun ini
mengganggu pada sistem saraf pusat.
3. Organochlorin
Penyebabnya pestisida golongan organoklorin yang pada umumnya merupakan racun perut
dan racun kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang
juga terhadap kepompong dan telurnya.
Pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak.
Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
Nausea, vomitus
Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
Iritabilitas
Tremor
Convulsi
Koma
Kegagalan pernafasan
Kematian
4. Herbisida
Intoksikasi herbisida dapat terjadi karena kontaminasi dan cemaran pada air, tanah,
maupun pakan secara langsung. Keracunan dapat terjadi secara sengaja terhisap (inhalasi),
tertelan (oral), melalui kulit dan mata.
5. Fungisida
Fungisida sistemik yang bersifat protektif dan kuratif berwarna putih berbentuk tepung yang
dapat disuspensikan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman padi. Fungisida dapat
terjadi karena kontaminasi dan cemaran pada air, tanah, maupun pakan secara langsung.
Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan pernafasan serta dapat mematikan
jika tertelan.
6. Rodentisida
Dapat terjadi secara kebetulan maupun sengaja termakan melalui mulut (oral), rodentisida
bisa mengakibatkan keracunan yang serius terutama karena dosisnya yang tinggi, sehingga
menimbulkan gejala yang parah dan tidak ada antidotumnya. Beberapa jenis rodentisida
adalah:
Zink phosphide (Zn3P2), merupakan rodentisida yang murah dan efektif, bila termakan
ataupun bereaksi dengan air akan melepaskan phosphine, tidak stabil dan merupakan molekul
reaktif yang menyebabkan kerusakan membrane sel.
Fluoro asetat, berbau dan berasa. Mudah terserap pada usus dan menginhibisi enzym,
umumnya terhadap semua spesies yang termasuk dalam metabolisme glukosa, akhirnya
menimbulkan efek terhadap jaringan yang menyimpan energi.
DAFTAR FUSTAKA
Anonimous, 1993. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu. Konsep
Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman.B.I. Jakarta
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Djojosumarto P. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.Yoagyakarta.2008.
Contoh Kasus Hipotiroidisme Sebagai Dampak Dari Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida secara intensif di daerah pertanian, khususnya di daerah pantai
utara Jawa Tengah, ternyata mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelompok
wanita usia subur, yaitu usia sekitar 15-49 tahun. Penggunaan pestisida menimbulkan
hipotiroidisme, yakni keadaan di mana kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid
cukup bagi ibu hamil. Kasus ini juga ditemukan berkembang di daerah dataran rendah,
terutama di sentra pertanian dengan intensitas pemanfaatkan pestisida begitu yang tinggi
dalam pertaniannya.
Apabila terjadi pada wanita hamil, hipotiroidisme yang ringan sekalipun dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin. Kondisi ini menyebabkan menurunnya
kecerdasan dan gangguan perkembangn fungsi motorik pada anak yang kelak dilahirkan.
Penyebab disfungsi tiroid sering terjadi di daerah dataran tinggi, hal ii dikarenakan
daerah dataran tinggi kekurangan yodium. Rendahnya kandungan yodium dalam air, tanah,
dan produk-produk pertanian di daerah itu menyebabkan asupan yodium kurang. Akibatnya,
kelenjar tiroid kekurangan bahan baku untuk sintesis hormon tiroid. Salah satu tanda
disfungsi tiroid adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau sering disebut penyakit
gondok (goiter) atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI).
Selain itu, gangguan klinis hipotiroidisme antara lain kelelahan, lesu, intoleransi
dingin, gangguan menstruasi, penyakit gondok, dan sulit buang air besar.
Apabila terjadi pada wanita hami, hipotiroidisme dapat menyebabkan meningkatnya
kelahiran anak-anak yang menderita autisme, anak yang lemah perhatiannya. Hipotiroidisme
juga dapat menyebabkan infertilitas, abortus spontan, dan bayi yang lahir berat badannya
rendah,
Upaya-upaya Yang Telah Dilakukan Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam
khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:
· Tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi
Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
· Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh
Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
· Pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam izin pestisida itu
· Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi
keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/
Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran
dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
· Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman atau hasil pertanian
· Memberantas gulma
· Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
· Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,
kecuali yang tergolong pupuk
· Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
· Memberantas atau mencegah hama air
· Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
· Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan
air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam
pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud
penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act,
pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau
mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri,
jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada
manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai
pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
Solusi Dari Penyusun dalam Menanggulangi Dampak Penggunaan Pestisida Secara
Berlebihan
· Usaha atau tindakan yang dapat kita lakukan sebagai pencegahan terhadap
bahaya penggunaan pestisida secara berlebihan terhadap kesehatan reproduksi wanita adalah
sebagai berikut :
1. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik
atau petugas penyuluh.
Dosis yang berlebihan sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia,
terutama kesehatan reproduksi perempuan.
2. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu
pada penyuluh pertanian.
Apabila pemberantasan hama dan gulma bisa diatasi dengan menggunakan non-
pestida, seperti menggunakan predator alami, maka jangan menggunakan pestisida, karena
jika tanah sering disemprot pestisida, tingkat kesuburan tanah juga menurun. Selain itu juga
bisa terjadi resistensi terhadapa serangga pengganggu.
3. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-
kadang usia tanaman juga diperhatikan.
4. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
5. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.
Cara pemakaian harus benar-benar diperhatikan guna keefektifan penggunaan
pestisida
6. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan
sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga.
Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah
terlanjur tercemar.
7. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan
menggunakannya.
Selain upaya diatas, ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel
pada sayuran, antara lain dengan mencuci sayuran atau makanan yang terkontaminasi dengan
pestisida secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika
yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut
menempel kembali ke sayuran.