toko buku nulis bukunulisbuku.com/books/download/samples/1994a91b52b640be9c0cf… · 0 nama yang...
TRANSCRIPT
0
Hanya kamu
Ditulis oleh
Wahid Edy Sulistio
1
DAFTAR ISI
1. Aku
2. MOS ( Masa Orientasi Siswa)
3. Perjuangan teman
4. Surat cintaku
5. Itu aku
6. Pertengkaran di kelas
7. Percaya diri
8. Teman baru
9. Hariku bersamanya
10. Salah Faham
11. Aku rindu
12. Air Terjun
13. SMK
14. Dimas Septian Rivaldi
15. Coba Melupakan
16. Kepastian
17. Lupa atau malu
18. Rizal ( Demi teman )
19. Tawuran
20. Lulus SMK
21. Hari Pernikahan
22. Mengenang masa lalu
0
Nama yang berpemeran di tempat kejadian
Wahid edy sulistio Iis maryati Anita ramadani Saipul ( ipul ) robi Rifai Ulum Adi sembiring Dimas septian rifaldi Dimas saputra ( masdim ) Rizal siregar Soleh Anisa Gusti Siska Indah Rani Hevan
>Guru smp
Pak udin Pak mul Pak karom Bu tiwi
Bu melvi Bu simarmata Bu selvi
Yang berperan>SMK
Firda gusti Ilham Veri Irfan slamet Indra Robi Rizal Soleh ulum
>Guru smk
Pak saurdut sihotang Pak martias ( kepala sekolah ) Bu eva Bu erna Bu ersa Bu deni Bu ayumda
1
1. aku
Nama aku Wahid, Wahid Edy Sulistio. jenis kelamin laki-laki,
hobi ku aneh makan batu, hehe becanda. hobi aku berdiam diri
mungkin kalau orang bilang melamun, Aku suka bicara sendiri kalau
sehari aja gak gitu ,hemmm rasanya ada yang ganjel di hati.
Jangan bilang aku gila itu karena kebiasaan aku untuk
menenangkan pikiran aku, kalau kalian gak percaya itu pasti kalian
gak pernah mencobanya.
Kita lanjutkan, Aku senang di beri nama itu banyak arti dan
banyak angan-angan juga, dan mungkin gak akan pernah tercapai.
Aku anak pertama mungkin semua orang tahu dari nama udah
ketahuan kalau aku anak pertama.
Ayahku bernama sorowo seorang petani kelapa sawit lahir di
Purwokerto Cilacap, desa Bojong, ayahku di didik oleh orang
tuanya dengan keras sejak kecil untuk menjadi anak yang mandiri.
Cerita sedikit tentang ayahku setelah lulus dan belum memiliki istri
ayahku merantau ke Riau-pekanbaru desa air putih kecamatan
lubuk batu jaya kabupaten Indragiri hulu. Merantau desa ini yang
bahkan perumahan masih bisa di hitung, tapi sekarang desa ini
2
sudah lebih maju dan penduduknya semakin padat, ayahku ikut
transmigrasi yang dulu pada masa presiden Soeharto, ayahku
selalu menceritakan pengalaman di saat merantau dulu, aku
merasa sedikit gemetar untuk selalu mendengarkan masa lalu
ayahku.
Aku merasa merasa bersemangat tentang hal ini, Dia menyambut
anak-anaknya kepada pengalamannya. membuatku untuk melihat
banyak hal yang lebih dari satu sudut pandang. Ini menjadi hal
penting untuk kalian bisa memahami kepribadianku.
Aku lahir dan tinggal di desa air putih, yaitu tempat ayahku
merantau, rumah yang sekarang aku tempati udah banyak
perubahan dari yang dulu,kalau dulu tinggal di tengah perkebunan
kelapa sawit, kalau sekarang sudah di pinggir jalan raya rumah
hasil dari kerja keras ayahku. aku memiliki adik dua laki-laki dan
satu perempuan , adik aku Wahyu , Wisnu dan yang perempuan
Wanda, bandingan umur kami enam tahun , maksud nya aku dan
Wahyu bedanya enam tahun Wahyu dia lahir setelah aku berumur
enam tahun dan adik yang lain selanjutnya berurutan enam tahun.
Cerita aku dimulai dari aku SMP yang mana aku mengenal
perempuan berparas cantik dan berhijab yang mungkin dia adalah
cinta pertama aku, Tapi sebentar dulu belum lengkap. Nama
sekolah SMP aku, SMP Widyatama, sekolah swasta yang hanya
ada satu-satu nya di desa ini, setelah aku masuk dan sekolah di
sekolah itu berubah berganti nama menjadi sekolah negeri ,
sekolah berganti menjadi SMPN 2 lubuk batu jaya. Di halaman
sekolah ada banyak bunga dan pohon, ada juga tumbuh pohon
besar ada tiga pohon, cabangnya banyak setiap pagi kami selalu
3
membersihkan daunnya yang berjatuhan banyak yang kenal
dengan pohon itu nama pohonnya yaitu pohon akasia. Sebagian
orang percaya pohon itu berhantu, tapi aku gak takut, kecuali kalau
harus manjat pohon itu terus jatuh dari pohon yang tinggi itu,
jadinya aku dong hantunya.
Gak lama, jarak waktu kurang lebih setengah tahun pohon itu
menemui ajalnya, karena banyak siswa dan siswi yang
kesurupan masal dan pohon itu akhirnya di tebang, ada
paranormal setempat bicara kalau mereka kesurupan di karenakan
melamun,kata paranormal itu mereka kesurupan yang berasal dari
penunggu pohon itu, dan pohon itu akhirnya di tebang juga, dan
Alhamdulillah seminggu gak ada lagi yang kesurupan, Dan
Alhamdulillah nya lagi nih Minggu berikutnya kesurupan gak terlalu
banyak sih tapi, partisipasinya semakin agak bertambah dari
kesurupan masal minggu-minggu sebelumnya.
Bagiku, sekolah ini selain kesan seram dan juga memiliki kenangan
sedikit romantis, sekolah ini juga aku mendapatkan teman- teman
yang baik dan juga ada yang gak baik, mengetahui teman mana
yang bisa membuat kita ke masa depan yang lebih baik, ada yang
membuat kita ke masa depan yang hancur. Itu adalah kenangan
yang susah aku lupakan, kenangan yang mana aku pernah masuk
ke zona pergaulan bebas di saat aku ingin melupakan seseorang.
Dan siang ini akan aku ceritakan kisahnya percintaan.
Kisah itu akan aku tulis semuanya sesuai dengan yang terjadi pada
waktu itu, sedetail-detailnya, meskipun gak semuanya dan itu
intinya.
4
Dan sebelum nya , aku ingin bilang dulu di mana posisi aku
sekarang.
Siang ini, aku berada di depan rumah di temani dengan segelas es
teh manis, di kawasan Pekanbaru desa air putih yang cuacanya
sekarang sangat panas.
Langsung aku mulai, Dan ini cerita di waktu itu ...
5
2 . MOS ( Masa Orientasi Siswa )
Pagi itu, hari senin pagi yang sangat cerah aku bersiap-
siap untuk berangkat ke sekolah jarak rumah ku ke sekolah gak
terlalu jauh, ya kurang lebihnya sih 250 meter, jadi dengan
berjalan kaki juga sampai. tapi agar hari pertama sekolah
kesannya lebih menarik aku berangkat sama saudara aku Rifa'i
dan Ulum , rumah mereka persis di belakang rumah aku ya
jaraknya sih 100 meter hanya terhalangi dengan galian paret
yang cukup dalam juga, jadi aku ke rumah mereka dengan cara
memutar. Aku jelaskan dulu siapa mereka berdua, mereka
adalah sahabat sekaligus saudara, ayahku dan ayah mereka
itu cucu dari kakek buyut yang sama, setahu ku yaa kalau gak
salah silsilahnya begitu.
Aku pemitan dan mencium tangan kedua orang tua ku dan aku
berjalan agak sedikit lambat karena, aku tau mereka pasti
belum siap. Setibanya aku di rumah mereka, ternyata mereka
masih di omelin sama ibu mereka di omelin karena ulum belum
6
siap mandi, Rifa'i sedang memakai sepatu dan juga kami
hampir terlambat, kalau ada yang gak tau di omelin itu," di
marahin " Kalau ada yang gak tau,hehe.
"Ini ni hid di bangunin pada gak mau bangun," kata ibu mereka
"Hehe," aku tertawa pelan karena aku juga kesiangan
bangunnya.
Dan gak lama kemudian ayah mereka keluar yang ingin
berangkat bekerja aku manggil ayah dan ibu mereka dengan
panggilan uwak bisa di bilang uwak itu sama saja dengan
paman dan bibi tapi yang lebih tua, nama ayah mereka uwak
lusin dan ibu mereka uwak Siti.
"Hid rumah kamu kan yang paling dekat sama sekolah, kok
kamu yang ke sini, seharusnya mereka yang ke rumah kamu,"
kata uwak lusin sambil memanaskan motor nya yang bersiap-
siap mau berangkat.
"Gak papa wak, biar rame," jawabku sambil tersenyum.
"Tinggal aja hid,".
"Hehe iya wak," jawabku untuk menghargai.
Gak lama uwak lusin berangkat,
"Yaa udah hid, uwak berangkat kerja dulu," sambil mengegas
motor nya.
" Ya wak," .
Dan gak lama ulum keluar untuk bersiap-siap memakai sepatu,
"Hid tumben gak langsung berangkat," kata ulum sambil
memakai sepatu.
"Lagi pengen bareng," kataku.
7
"Lama kali, ayo berangkat duluan hid," kata Rifa'i menatap
ulum sambil merapikan dasinya yang baru siap di pakai.
Kami pun duluan dan gak lama ulum nyusul. Aku tanya sama
Rifa'i apa aja yang harus di bawa di saat MOS besok, soalnya
Rifa'i kelas tiga salah satu OSIS di sekolah itu, Rifa'i
sebenarnya sama umur nya dengan ku karena di saat aku
sekolah SD di sayang sama guru jadi, aku pernah tinggal kelas,
gak banyak cuma tinggal kelas dua kali,hehe. Dulu sempat aku
dan rifa'i selitingan karena tinggal kelas jadi nya aku sama
adiknya ulum yang selentingan.
" I apa aja yang di bawa besok, waktu MOS," kataku
"Nanti kalian di suruh kumpul di ruangan, nanti di kasih tau
semuanya,"katanya.
Kami lanjutkan perjalanan dan ngobrol-ngobrol yang gak
penting juga, kami masuk dari belakang sekolah karena
sekolah kami belum di pagar jadi dari mana aja bisa masuk,
sampainya kami di sekolah kami pisah sama Rifa'i karena di
panggil temen nya yaitu ketua OSIS. Dan gak lama kemudian
ada lonceng berbunyi waktunya kami untuk upacara bendera
dan petugas nya anggota osis, dan aku melihat di situ ada rifa'i
menjadi petugas pemberi teks Pancasila , selesai upacara kami
di perintahkan untuk kumpul di depan kantor untuk anak kelas
satu, dan kami semua pun kumpul di depan kantor, ketua osis
memberitahu kan bahwa murid yang akan MOS di silahkan
masuk di ruang gedung yang paling tua, karena di ruangan itu
8
yang paling luas untuk pemberitahuan apa saja yang akan di
bawa besok.
Setelah kami di bubarkan, kami pun masuk ke ruang yang di
bilang tadi oleh ketua osis. Kami di pisah yang laki-laki di
sebelah kanan sedangkan yang perempuan di sebelah kiri,
satu meja nya tiga orang dan di ruang itu ada empat meja
sejajar kalau ke belakangnya saya lupa ada berapa, di situ aku
ke pisah sama ulum karena dia di ajak duduk bareng dengan
teman SD nya, jadi aku duduk paling belakang deket dinding.
Dan aku gak kenal siapa yang duduk di samping aku karena
mereka dari sekolah yang berbeda. Aku di ajak duduk karena
cuma itu bangku yang kosong.
kami berkenalan dia hevan Sianturi dan di sebelah kanan dia
ada Anji Rosadi.
Dan gak lama kemudian ketua OSIS datang beserta
rombongan nya menjelaskan apa saja yang bisa di bawa
besok,ucapan ketua osis agak terhambat karena sekretaris nya
masih diskusi di depan ruangan pembicaraan ketua osis
berhenti karena belum semua lengkap di bicarakan. Di situ aku
melihat seorang perempuan berhijab dia duduk paling depan
kiri tepatnya di sebelah dinding persis, dia memandang ku
mungkin gak sengaja dan aku langsung melihat nya dia
langsung menoleh, dan gak lama waktu kemudian kami saling
memandang dan kami bersamaan menoleh seakan-akan kami
saling menjawab.
"apaan sih,"
Dan aku mulai penasaran aku hanya bertanya di hati kecil aku.
9
"Siapa ya dia, kayak pernah kenal,"
Aku berbicara di dalam hati sambil memandang dia, ntah apa
yang di pikiran aku, aku gak sabar kalau aku mandangin dia
begitu lama. Hevan asik dengan anji karena mereka pernah
sekelas.
Ketua osis pun akhirnya bicara lagi apa yang harus kami bawa
besok, dan setelah itu kami semua di suruh memperkenalkan
diri.
Ternyata ketua osis lupa belum memperkenalkan dirinya, ketua
osis itu bernama Wahyu Kurniawan dan biasa di panggil
Wawan, dan Wawan memperkenalkan anggota osis satu
persatu setelah mereka sudah memperkenalkan diri mereka
semua Wawan menyuruh memperkenalkan diri dari ujung
sebelah kanan nya berarti dari perempuan terlebih dahulu lalu
berurutan dan perempuan itu lalu berdiri untuk
memperkenalkan diri nya siswi yang di tunjuk wawan, ternyata
wanita yang aku pandang tadi, di situ aku memandanginya, di
situ juga aku pun tau siapa namanya, dan dia bernama Iis
maryati lalu lanjut di sebelah dia itu sahabat nya namanya
Anita Ramadani dan lanjut yang lainnya, setelah lanjut
berkenalan dia melihat ke belakang untuk melihat siapa aja
nama-nama teman barunya, dan mungkin dia gak
sadar melihat ku dan gak sengaja aku melihat dia kami sama-
sama menoleh, Hevan lalu berbisik.
"Kamu suka ya sama iis, dari tadi kau mandangin dia terus,"
kata Hevan dengan senyuman meledek.
10
aku jadi sedikit gugup untuk menjawab nya.
"Enggak," kataku menjawab sambil menegakkan dada ku, aku
menjawab dengan ekspresi wajah yang percaya diri untuk laki-
laki yang gak gampang langsung suka dengan wanita yang
seperti itu.
"Dia dulu pernah sekelas sama ku,"katanya.
"Hmmm, gitu," kataku sambil mengangguk kan kepala.
"Aku bisa bilang ke dia, kalau kau suka sama dia," kata hevan
dengan wajah yang serius
" Ja,Jangan," kataku dengan ucapan terbata-bata.
"Hehehe, gak usah serius gitu, bercanda," katanya sambil
tertawa.
Dan akhirnya aku berdiri untuk memperkenalkan diriku, aku tau
dia pasti melihat ku karena sebelum aku duduk aku melirik
kearah nya setelah itu aku langsung duduk, setelah itu hevan
yang berkenalan di situ aku punya kesempatan untuk
memandang dia, ternyata dia tersenyum waktu hevan
memperkenalkan dirinya, aku pun cemberut dan berbisik di
dalam hati
"Ada hubungan apa mereka, apa hanya sekedar teman
sekelas, hanya dia yang tersenyum,"
dan setelah itu perkenalan berakhir di anji.
Kami pun sudah memperkenalkan diri kami semua setelah itu
kami pun di bubarkan, sebelum Wawan bubarkan Wawan
berpesan,
"Kalian semua harus datang kalau ada yang tidak masuk, liat
11
akibat nya, penyesalan seumur hidup," kata wawan dengan
wajah yang serius, dan akhirnya kami pun di bubarkan
Karena hari ini pertama sekolah, jadi siswa dan siswi sekolah
bebas olahraga apa aja, olahraga favorit di sekolah ini futsal
lapangan nya tepat di tengah-tengah sekolahan, sedangkan
siswi lebih memilih bermain bola voly kami belum berani turun
ke lapangan, jadi kami hanya menonton kakak kelas bermain
bola dan sambil berkenalan dengan teman-teman baru, hevan
tepat di sebelah ku dan dia bilang ke aku dengan suara jelas
dan gak terlalu keras.
"Kau gak mungkin hid dapetin iis, karena dia waktu di SD dulu
punya pacar dan mungkin sampai sekarang, dan jangan
berharap kamu dapatkan dia," katanya dan mereka semua
melihat ke arah ku seakan-akan aku tahu apa yang ada di
benak mereka.
aku jelaskan sekali lagi ke kalian kami baru saja masuk ke
SMP tapi tubuh kami sama seperti anak SMK besar nya, hanya
besar badan nya gak tahu isi kepalanya hahaha.
Aku hanya bisa terdiam pada saat itu gak tahu rasa apa yang
ada di aku rasa malu atau minder. Dan gak lama ulum bersama
temannya heri dan doni ulum mengajak ku pergi ke kantin
untuk beli makanan, akhirnya aku lebih memilih ikut bersama
ulum, dan sesampainya kami di kantin aku hanya pesan
minuman es teh manis kalau mereka pesan makanan.
12
"Kau kok gak makan hid," kata ulum
"Aku udah sarapan tadi pagi," kataku sambil memegang
sedotan pipet minuman ku, aku tahu makanan nya pasti mahal
uang ku gak cukup saat itu untuk membayar makan.
Dan aku masih kepikiran apa yang di bilang sama hevan tadi,
aku memikirkan gak mungkin aku bisa dapetin dia dan gak
akan pernah mungkin.
Aku mau cerita sama ulum tapi kayaknya tunggu waktu yang
tepat, Selesai mereka makan kami pun kembali ke lapangan
untuk melihat futsal. Ternyata hevan main untuk menggantikan
anak kelas dua yang kelelahan, gak lama aku duduk di tempat
aku tadi aku melihat hevan bisa mencetak goal karena apa,
karena hevan egois bermain sendiri tidak kerja sama tim, jarak
waktu gak begitu lama tim hevan kebobolan ternyata itu goal
penentu karena perjanjian nya tim mana yang mendapat goal
ke tiga tim itu yang menang, hevan ingin pergi dari lapangan itu
karena timnya udah kalah ternyata kakak kelas datang untuk
menagih.
"Mana uang nya satu orang sepuluh ribu itu perjanjian nya,"
kata diky anak kelas tiga.
"Loh aku kan cuma gantikan," kata Hevan
"Kalau gak mau bayar gak usah main," kata diky dengan
bersuara ngotot.
Hevan gak tahu di saat dia masuk tim nya udah kebobolan dua
angka. Dan hevan gak terima, hevan mengajak tanding ulang.
“aku mau bayar, tapi tanding ulang,” kata hevan.
13
“oke,”
Dan diky pun mengiyakan ajakan itu, lalu hevan mengajak
kelas dua tim yang tadi bermain bersama nya dan mereka pun
mau diky menjelaskan peraturan yang sama, tim siapa yang
duluan mencetak tiga goal terlebih dulu itu yang menang dan
hevan mengiyakan aturan itu. Pertandingan pun di mulai, aku
hanya bisa geleng-geleng kepala karena aku paham apa
tujuan diky, gak butuh lama tim diky mendapatkan tiga goal.
Tim hevan kalah dengan telak hevan pun langsung membayar
dua kali lipat karena tadi gak sempat membayar dengan
ekspresi wajah yang gak puas dengan tim nya hevan pun
langsung pergi ke kantin untuk membeli minuman.
Diky ketawa dengan keras
"Mau aja itu anak di bohongin," kata diky tertawa sambil
mengembalikan uang anak kelas dua diky hanya mengambil
uang dari hevan saja, untuk membeli rokok dan makan itu udah
cukup. Diky udah merencanakan sebelumnya kerja sama
dengan anak kelas dua jadi intinya anak kelas dua yang
kelelahan tadi itu hanya rencana diky, untuk memancing anak
baru siapa yang masuk itu yang menjadi incaran uang nya.
Waktu menunjukkan jam 10:00 lewat, seluruh siswa dan siswi
di perintahkan untuk kumpul di depan kantor melalui pengeras
suara, kami di beri informasi oleh guru.
"apa sudah paham apa saja yang akan di bawa besok, Kalau
14
sudah paham kalian boleh pulang cepat dan jangan sampai
terlambat besok,"
Kami anak kelas satu pun akhirnya di suruh pulang lebih cepat
untuk mempersiapkan peralatan untuk besok dan anak kelas
dua dan tiga pulang seperti jam bisa nya jam 13:00. Dan kami
pun di bubarkan, aku langsung mengajak ulum ke kantin untuk
membeli cemilan untuk di jalan nanti. Soalnya aku mau cerita,
kami pun sudah setengah perjalanan aku pun cerita.
"Lum,"
"Haa," kata ulum sambil mengunyah makanan
"Kau kenal gak sama cewek yang namanya iis," kata ku
"Kenal, di pernah sekelas sama ku dulu waktu sd, kenapa kau
suka sama dia, ya udah deketin aja dia belum punya cowok,"
Kata ulum sambil mengunyah makanan, perasaan cemilannya
kok gak habis-habis.
"Tapi, tadi kata Hevan," kata ku dengan bingung dan langsung
terpotong dengan omongan ulum, yang membuang bungkus
cemilan dan langsung berkata.
"Hevan gak tau apa-apa, aku tau soalnya pacarnya iis, dia dulu
temen sebangku ku, udah lama putus," kata ulum seperti orang
yang serius.
Aku masih penasaran siapa sebenarnya wanita itu, kami pun
sampai di rumah ulum aku langsung pamit sama ulum
"Aku langsung pulang aja Lum,"
"Gak main dulu," kata Ulum
15
" Besok aja, aku mau siapkan alat untuk besok,"
"lagian besok cuma bawa bawang cabe untuk kalung terus
sama kertas karton," kata Ulum
"Besok pagi aku ke sini lagi,"
"Oke"
Aku pun pulang dan memikirkan apa besok aku masuk atau
tidak, karena badan ku lagi gak enak sekarang.
sesampainya di rumah aku langsung tidur agar lebih enak
badannya.
Aku bangun, ternyata udah sore aku belum mempersiapkan
peralatan untuk besok, aku langsung bergegas dari tempat
tidurku dan mempersiapkannya, selesai aku menyiapkan
semua aku langsung mandi, kenapa aku cepat menyiapkannya
karena rumah aku itu warungan jadi semua ada dan warung
aku di tutup dan gak buka lagi waktu aku sekolah smk.
Kita sedikit potong ceritanya karena di waktu sore gak terlalu
banyak kegiatan ku, kita lanjut di waktu malam hari waktu
sudah menunjukkan tengah malam aku belum bisa tidur
terlintas wajah dia di pikiran ku gak tau kenapa aku selalu
kepikiran dia.
"Kenapa aku jadi mikirin dia, belum tentu dia mikirin aku,
berharap yang berlebihan gak mungkin dan gak akan pernah
aku dapatin dia," kataku sambil menghilangkan banyangan
yang di atas kepalaku, seperti di film-film kartun haha. Aku pun
bisa tidur kira-kira jam 02:00 ,dan aku pun bisa bangun pagi
saat itu, dan pagi itu masih menjadi pagi yang cerah di sambut
16
dengan burung yang berkicau aku bersemangat untuk pergi ke
sekolah pagi itu. Selesai mempersiapkan kegiatan di pagi hari
seperti mandi, merapikan tempat tidur, tunggu sebentar
kayaknya waktu itu aku gak merapikan tempat tidur. Aku pun
berangkat menuju ke rumah rifa'i dan ulum, sesampainya di
rumah mereka ternyata mereka udah siap-siap untuk berangkat,
tumben mereka cepat. Kami pun berangkat, tentunya jalan kaki
biar sehat haha, Selagi dekat.
Sesampainya di sekolah aku dan ulum makan dulu di kantin
kalau rifa'i katanya nanti aja, belum siap makan
ternyata lonceng berbunyi kira-kira mubazir gak ya kalau gak
di habiskan, kami pun siapkan dulu makannya selesai kami
makan kami pun kumpul sebelum kami masuk barisan ternyata
ada pesan yang sangat bermanfaat dari guru lewat pengeras
suara untuk aku dan ulum.
"Ini ternyata calon-calon terlambat di masa depan nanti, cepat
kalian berdua masuk barisan,' kata guru lewat pengeras suara,
menurut ku itu baik apa lagi pengeras suaranya terdengar
sampai ke rumahku jadi orang tua ku di tahu kalau namaku di
panggil, itu menurut pandangan ku. Wawan pun mengambil
alih pimpinan MOS, kami semua kelas satu di perintahkan
untuk kumpul ditengah lapangan futsal.
" MOS pertama Kalian akan keliling desa dan kalian cari
pasangan kalian untuk keliling desa cowok pasangannya
dengan cewek, jika kalian tidak dapat pasangan kalian akan
terkana hukuman"kata wawan dengan wajah yang senang.
"Jika kalian sudah dapat pasangan, gandeng tangan dia biar
17
gak di ambil orang, terus kalian kumpul berbaris memanjang di
lapangan futsal,"
Aku pun mencari pasangan, aku mencari iis dan bisa juga
sambil berkenalan nantinya. Tapi ternyata takdir berkata tidak,
aku pun dapat pasangan tapi bukan dia, aku melihat ke depan
dan ke belakang setelah baris sambil memegang tangan
pasanganku, aku hanya bertanya-tanya di dalam hati.
"Dia di mana kok gak ada, apa dia gak masuk," kataku di
dalam hati sambil mencari di mana dia, pasangan yang aku
pegang bingung.
"Kamu cari siapa," katanya.
"Enggak cari siapa-siapa, kita udah pegangan tangan dari tadi
tapi kamu belum sebut nama kamu," kataku sambil
mengalihkan perhatian dia.
"Nama aku Nurul, kalau kamu" katanya
"Aku Wahid," kataku
Gak lama kemudian aku melihat iis dan anita, ternyata dia di
panggil oleh ibu guru, gak tau apa yang mereka bicarakan
dengan guru itu aku hanya melihat dia dari kejauhan. Selesai
kami berkeliling desa kami kembali ke sekolah, kami di bagi
menjadi beberapa kelompok untuk menuju pos-pos yang sudah
ditentukan di halaman sekolah, di saat MOS aku gak pernah
lihat iis aku gak tahu di mana sekarang dia berada, aku gak
akan cerita tentang MOS nya karena sama di setiap sekolah
melakukan nya. Selesai kami MOS kami pun istirahat ya
mungkin karena capek, kami istirahat sampai tengah hari di situ
18
aku heran lihat lapangan futsal gak pernah sepi, dan lebih
heran nya lagi aku masih belum ketemu dia, kayaknya nanti
malam bakal mimpi buruk kalau gak melihat dia sehari aja
hahaha, biasa abg jaman old.
Lonceng pun berbunyi seluruhnya harus kumpul, kami
bergegas kumpul di tengah teriknya matahari di depan kantor
guru menginformasikan bahwa besok pembagian kelas untuk
anak kelas satu dan langsung belajar untuk kakak kelasnya
belajar seperti biasanya. Di situlah aku baru melihat dia, ya
setidaknya nanti malam mimpi ku tenang.
19
3. Perjuangan teman
Rabu pagi yang gak begitu cerah, hari ini aku berjalan
sendiri ke sekolah karena capek juga kalau harus muter-muter
mau untuk ke sekolah aja harus mampir dulu, memang seru
ada temennya tapi cuaca gak begitu mendukung suasana yang
mendung membuat langkah kakiku harus di percepat,
sampainya aku di sekolah ulum orang pertama yang harus aku
cari, belum datang apa karena gak tahu kalau aku langsung ke
sekolah.
Hujan pun turun, aku merasa bersalah gak ngabarin mereka,
Gak lama aku mencarinya, ulum pun menghampiriku di situ
hatiku merasa sedikit lebih lega ulum datang dengan selamat
maksudnya gak terkena hujan. Anak kelas satu menunggu
pengumuman di teras kelas yang kosong Di saat hujan yang
begitu deras aku melihat ada mobil yang masuk ke halaman
sekolah begitu di buka seorang cewek yang keluar dari mobil
20
itu ternyata cewek itu iis dan anita dan mereka pergi ke teras
kantor karena, teman mereka ada di situ.
Kami menunggu cukup lama dan pemberitahuan akhirnya
muncul lewat papan pengumuman yang ada di depan
perpustakaan aku dan ulum bergegas untuk datang ke situ,
aku melihat iis dan teman-temannya dan banyak siswa dan
siswi sedang ada di depan papan pengumuman aku menunggu
sampai mereka selesai membaca dan aku berharap semoga
aku dan iis sekelas agar kenal lebih jauh lagi, di saat mereka
sudah tahu kelas mana yang akan di tempati, mereka semua
langsung pergi menuju kelas itu barulah aku dan ulum
membaca papan pengumuman. Aku dan ulum ternyata gak
sekelas aku di kelas A dan ulum di tempatkan di kelas B, ulum
sekelas dengan iis dan anita,
"Yah lum kita gak sekelas," kataku sambil melihat ulum.
"Tapi aku sekelas sama orang yang kau suka," kata ulum
sambil tersenyum.
Gak kemudian lama rizal dateng dengan soleh, mereka pernah
satu sekolah denganku dulu, mereka ingin melihat
pengumuman dan mereka juga menyapaku.
"Hid dari dulu kita gak pernah sekelas," kata rizal sambil
memegang bahuku.
"Iya zal," kataku sambil tersenyum.
"Ya udah hid kalau gitu kami duluan ke kelas," kata rizal dan
21
mengajak soleh yang sedang melihat papan pengumuman.
"Ya zal," kataku.
“duluan hid,” kata soleh.
“oke leh,” kataku.
Aku kasih tahu sedikit tentang mereka rizal dan soleh mereka
juga saudara seperti aku dan ulum mereka berdua orang batak
Islam mereka orang-orang yang baik, ya meskipun mereka baik
waktu ada emosionalnya sedikit, contoh kalau mereka nabrak
pintu semua orang akan melakukan hal yang sama ucapan
binatang yang keluar dari mulutnya seperti semutlah, kecoalah
dan yang terakhir ubur-uburlah.
Aku dan ulum pisah di papan pengumuman ya walaupun kelas
kami berdua sebelahan tetap mengucapkan perpisahan, kita
gak akan berjumpa lagi kita gak akan pernah bersatu, ya gak
gitu juga itu hanya bercanda.
Kami menuju kelas kami masing-masing yang di pikiranku
cuma satu siapa aja temenku gak ada yang kenal, aku berdiri
di depan pintu aku melihat mereka semua sedang mencari
tempat duduk yang pas untuk mereka dan aku melihat orang
yang gak asing lagi orang itu, dia duduk di belakang barisan
nomer tiga, aku mencari bangku yang kosong agar aku gak
duduk dengannya, dan bangku yang kosong bener-bener gak
ada cuma itu satu-satunya, aku pasrah dan dia pun
memanggilku.
22
"Hid sini duduk samaku, aku tau kau sekelas sama ku karena
aku bisa baca pengumuman aku lihat namamu tadi," katanya
dengan keras.
Dia berpikir kalau aku gak bisa baca dan kenapa aku gak teliti
bacanya ada nama dia situ, aku pun duduk dengan dia,
yaah meskipun dengan berat hati, kalian mau tahu siapa yang
ngajak aku duduk dengannya, udah ketebak dia Hevan Sianturi,
dan kalian boleh tertawa sepuasnya lihat aku menderita seperti
ini duduk samanya.
"Hid kalau kau gak bisa jawab soal, aku bisa kasih tahu kau,
gini-gini aku pintar," katanya dengan bisik-bisik.
"Pinter nyontek," kataku berbicara sendiri.
Wali kelas setelah itu datang kami di perintahkan untuk berdo'a
terlebih dulu selesai berdo'a wali kelas memperkenalkan
dirinya, nama ibu itu melvi mengajar di bidang seni budaya
tempat tinggalnya jauh di sei lalak, ibu itu berhijab dia guru
yang cerewet, suka ngomel, marah, jutek, cuek, emosian pasti
gak baik itu menurut pandanganku melihat sekilas yang baru
datang langsung marah.
"Ibu paling gak suka yang namanya siswa siswi yang tidak
rapih, kalian harus rapih, mengerti," kata ibu itu dengan wajah
yang seram, kami semua mengiyakan ucapan ibu melvi agar
kami gak kena marah.
23
Setelah itu kami memperkenalkan diri kami setelah itu kami
langsung belajar seni budaya mengenal warna, mencampur
warna, dan masih banyak lagi tentang seni.
lonceng istirahat berbunyi waktunya kami keluar untuk istirahat
aku berkenalan dengan seorang namanya Saiful Anam bisa di
panggil ipul, aku mengajak ipul untuk makan di luar sekolah
karena murah, warungnya berada di belakang sekolah SD aku
dulu, wurung itu udah lama dari aku belum lahir warung ini
udah ada ya meskipun udah lama tapi masih murah bisa
kenyang lagi penjualannya seorang perempuan ya masih
mudalah umurnya kira-kira umurnya sama ayahku seimbang
hehehe, aku manggilnya mak wasi dia dulu ikut transmigrasi
seperti ayahku tapi duluan mak wasi.
Aku mengajak ipul ke situ, anak kelas dua dan tiga ada juga
yang makan di sini ya karena jauh dari sekolah dan mereka
bisa sambil merokok karena warung ini jual rokok perbatang.
Istirahat di beri waktu sedikit jadi yang makan di sini harus
cepat.
Lonceng pun gak lama berbunyi waktunya kami untuk masuk,
di jalan menuju sekolah ipul bilang ke aku.
"Hid kalau malam kau ke mana," kata ipul.
"Gak ada, aku biasa di rumah," kataku.
"Gimana kalau nanti malam kita keluar,"kata ipul.
„‟ke mana” kataku
"Yaa nongkrong aja," kata ipul.
"Boleh," kataku
"Oke, ntar malem aku jemput,"kata ipul.
24
Setibanya kami di kelas kami pun langsung belajar sampai
sekolah berakhir.
Di saat pulang sekolah ipul mengajakku untuk pulang
bersamanya ya mungkin biar dia tahu di mana lokasi rumahku,
aku memberikan nomor handphoneku biar dia gampang
menghubungiku.
setiba malam hari handphoneku berbunyi dan kemudian aku
angkat.
"Hid aku di depan rumah mu," kata ipul melalui handphone.
"Ya udah aku keluar,"
Aku temui ipul yang sudah ada di depan rumahku dengan
motor jadulnya yang kena lubang sedikit mogok tapi masih bisa
di pakai kamipun langsung pergi gak tahu tujuan kali ini
kemana, dan pada akhirnya kami duduk di pinggir jalan ya biar
gak bosen ada orang lewat, ipul perokok walaupun ibunya
belum mengizinkan dia, ya bisa di bilang sembunyi-sembunyi,
aku gak merokok pada saat itu karena aku bukan
perokok Kami cerita panjang hingga sampai yang terpenting
ipul bilang ke aku dan membuat aku kaget.
"Hid denger-denger kabar burung merpati kau ada suka sama
anak kelas sebelah ya," katanya.
"Haa kau tahu pul," kataku yang heran kenapa kesebar gini,
yang ada di pikiranku cuma satu hevan.
25
"Aku bisa bantu ya meskipun gak seberapa, tapi aku siap untuk
temanku," katanya sambil memegang pundakku.
Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam aku
mengajaknya pulang, aku gak mau karena aku ipul kena marah
sama ibunya, ipul mengantarku pulang ternyata warung ayahku
belum tutup masih banyak orang bermain catur, aku langsung
masuk ke dalam kamar, aku ke pikiran omongan ipul tadi, aku
menulis surat ya meskipun udah ada handphone pada saat itu,
untuk siapa surat itu untuk dia pandang pertamaku, waktu gak
terasa ternyata udah lewat tengah malam karena aku menulis
suratnya dengan perasaan aku yang tulus lanjutkan sampai
surat ini selesai.
pagi pun tiba ternyata aku ketiduran untungnya aku
menulisnya di tempat tidur jadinya udah siap-siap kalau
ngantuk bisa langsung tidur, aku langsung mandi biar gak
ketinggalan sekolah.
Ketika berangkat untuk ke sekolah aku berlari bahkan gak
sempat pamitan, di tengah perjalanan aku mendengar suara
motor dari belakang aku gak memperdulikan suara motor itu,
karena lonceng terdengar dari kejauhan, ketika dia berjajar
denganku di situ aku baru tahu siapa dia, ternyata dia ipul,
padahal dia seharusnya gak lewat jalan sini.
"Butuh tumpangan," kata nya seperti orang meledek tapi
secara halus,
Aku langsung naik ke motor nya.
"Seharusnya kau kan gak lewat sini pul," tanyaku
26
"Aku tadi ke rumahmu, kata ibumu kau udah berangkat, terus
lari takut ketinggalan," kata ipul
"Lain kali gak usah di jemput ngabisin bensinmu aja," kata ku
"Santai aja gak perlu di pikirin, motor ini pakai tenaga surya,"
kata ipul bercanda dengan ekspresi wajah yang sombong.
"Matahari," tanya ku
"Bukan, tapi surya tetanggaku dia jualan bensin," kata ipul.
“hahaha,,
Sampainya di sekolah kami langsung menaruh motor di
parkiran, masih ada yang belum dateng, ya bisa di bilang anak-
anak yang bandel. Kami langsung menuju kelas di perjalanan
menuju kelas ada sedikit obrolan yang buat aku senang punya
teman seperti ini.
"Pul aku udah buat surat untuk dia,tapi gimana ya ngasih ke
dia," kataku
"Tenang aja, aku punya ide kalau ada aku semua pasti beres,"
kata ipul dengan semangat
Kami langsung masuk ke kelas ipul bangkunya paling depan
sebangku dengan adi sembiring, adi pinter pelajaran
matematika sedangkan aku paling belakang, duduk sebangku
sama orang yang bahkan ngomongnya aja kurang jelas bisa di
bilang kumpulan antara bahasa Inggris sama Thailand di aduk
jadi adonan kalau manggil aku bukan hid tapi et, pertama
manggil aku bolehlah hid jarak waktu gak lama kok jadi gini
jidatnya kebentok apaan nih orang.
27
Pelajaran bahasa Indonesia pun di mulai, guru itu seorang
perempuan janda anak dua nama ibu itu simarmata kami di
berikan tugas rumah untuk membuat puisi untuk di pajang di
belakang agar ada sedikit seni, Lima yang paling bagus akan di
pajang di kelas besok di kumpulkan.
Aku ada mendengar suara yang sedang berbisik tapi terdengar
denganku sebelah kanan tempat dudukku pada saat itu yaitu
osi dan renita .
"Menurutmu wahid ganteng gak si," tanya renita ke osi.
"Lumayan," jawab osi sambil melihatku.
Aku gak melihat dia secara langsung pandangan manusiakan
luas jadi aku tau kalau dia sedang melihatku, aku mengalihkan
pandanganku kepada hevan seakan-akan aku gak
mendengarnya dan berbicara dengan hevan yang sedang
merhatikan guru menerangkan, hevan gak memperdulikanku
gak tau kenapa dan gak lama mereka berdua diam dan
langsung merhatikan guru karena ibu itu marah.
"Siapa gurunya kalas sebelah, ribut kali orang itu, kalian jangan
ribut ibu datangi dulu orang itu," katanya sambil berjalan ke
arah kelas sebelah.
Itu kelas yang di tempati ulum, kelas itu gak lama diam sunyi
dan gak lama ibu itu kembali untuk melanjutkan pelajaranannya.
Menunggu begitu lama akhirnya lonceng istirahat
berbunyi semua pergi untuk istirahat ketika aku mau keluar,
hevan masih melihat ke depan aku sentuh dia.
28
"Van gak istirahat," kataku sambil menyentuhnya
"Udah istirahat, cepatnya," kata hevan yang kaget.
Ternyata dia melamun atau tidur gak tahu juga, ntah apa yang
dia pikirkan kayak beban berat gak bisa di pikul ini keajaiban
orang-orang seperti ini gak bisa di tebak, kalau berani menebak
mungkin aku stres begitu juga anda.
Kita lanjutkan tentang surat kecilku, mendekati ipul karena ipul
udah menyusun rencana untuk aku, ipul mengajakku untuk ke
kelas sebelah setibanya di depan kelas itu ternyata kelas itu
masih belajar ilmu pengetahuan alam gurunya tegas namanya
pak udin dan ada humornya sedikit.
Ada cerita sedikit tentang kelas itu, cerita ini dari rizal, saat
pelajaran pak udin dengan durasi yang lama banyak banget
murid yang ngantuk, salah satunya firman pak udin sedang
menjelaskan di depan, firman sangat ngantuk seperti orang
yang tadi malam begadang dan ngantuk berat, dia tidur dengan
gaya tangan dilipat di depan dada menghadap depan dan
ekspresi wajah tersenyum seperti orang yang merperhatikan
setelah waktu hampir istirahat pak udin bertanya kepada salah
satu siswa dan suruh menjelaskan kembali yang di pahami.
"Semua paham," tanya pak Udin ke semua siswa yang ada di
kelas.
"Paham pak," jawab siswa.
"Coba firman jelaskan kembali apa yang kamu tahu," tanya pak
udin ke firman
Firman belum juga bangun pak udin tahu kalau dari tadi firman
29
tidur, setelah itu pak udin menghampiri firman yang masih tidur,
pak udin tepat di belakang firman dan pak udin menyenggol
firman dan membisiki firman.
"Firman, pak udin suruh hapus papan tulis," kata pak udin yang
membisiki firman
Firman pun bangkit dari tempat duduknya langsung
menghapus papan tulis dan langsung kembali duduk, semua
heran dan langsung tertawa kok di suruh menjelaskan malah
hapus papan tulis.
"Ternyata kamu tidur firman, bapak hampir tertipu, bapak pikir
kamu memperhatikan bapak," kata pak udin ke firman yang
sudah duduk.
Kita lanjutkan ke cerita kami pun menggagalkan rencana kami
lanjutkan dengan makan jika waktu istirahat ada kelas yang
masih tutup berarti pelajaran itu akan lanjut setelah istirahat
agar lebih paham mungkin jam istirahat di lanjutkan sampai
pelajaran berikutnya berakhir, hanya pak udin yang berani
seperti ini, Gak tahu lagi aku harus apa ya mungkin hari ini
bukan hari yang tepat dan besok juga kenapa karena aku tahu
itu. Dan di waktu semua murid masuk kelas, kelas yang lanjut
belajar saat istirahat tadi, itu malah istirahat hanya sebentar di
kasih waktu hanya untuk makan saja.
sampai pada waktu pulang sekolah aku gak lihat iis sama
sekali dan ipul mengajakku pulang sampainya aku di rumah
aku langsung buat puisi karena besok pagi langsung di kumpul.
Malemnya aku gak keluar, sebaiknya aku di rumah malam itu
karena hujan deras, selesai makan malam aku langsung
30
masuk ke kamar berbaring di tempat tidur gak tahu apa yang
ku pikirkan sampai aku ketiduran,
pagi pun tiba ada suara motor berhenti di depan cuma aku gak
tau itu siapa, karena itu jalan besar biasa mungkin orang yang
mau kerja lintas sana-sini, setelah mandi dan bersiap-siap
untuk memakai sepatu ternyata ipul udah terpampang di depan
rumah sambil mengelap kaca mata hitamnya di atas motor.
"Kan aku dah bilang, gak perlu di jemput," kata ku sambil
memakai sepatu
"Udahlah itu kan kemarin bilang nya," jawab ipul yang sibuk
dengan kacamata hitamnya.
Aku langsung meninggalkan ipul begitu aku cium tangan ibuku,
ipul pamit dengan ibuku dan mengejarku dengan posisi motor
yang di tuntun.
"Hid aku kan cuma mau baik samamu," kata ipul
"Aku punya motor, aku bisa naik motorku kalau aku mau, aku
lebih memilih jalan karena dekat," kata ku
"Ini yang terakhir," kata ipul sambil tersenyum
"Bener yaa,"
"Siip,"
Aku pun naik motor nya sampainya kami di parkiran sekolah
ipul tanya
"Hid gimana suratnya," tanya ipul
"Aku tinggal," kataku
"Yah terus," kata ipul
"Gak ada terusannya, aku tinggal aja, gak ada harapan,"kataku.
"masa gitu aja nyerah, lemah, buktikan kalau kau laki-laki" kata
31
ipul.
Aku menghentikan langkahku sebentar dan langsung
melanjutkan jalanku untuk menuju kelas.
Setibanya aku di kelas aku langsung mengumpulkan hasil
puisiku di meja dan langsung duduk di bangku dan hevan dia
belum dateng lonceng pun berbunyi waktunya kami apel pagi
seperti biasanya, selesai apel aku berjalan menuju kelas, ipul
ikut berjalan bersamaku.
"Hid kau marah samaku," kata ipul sambil melihat ku
"Buat apa aku marah samamu pul, kau benar, aku bukan laki-
laki," kata ku.
"Aku minta maaf hid soal itu," kata ipul.
"Kau gak ada salah apa-apa," kataku.
Sampainya di kelas aku langsung duduk.
"Kau jangan nyerah dulu hid, aku bantu kau pokoknya sampai
dia dapat," kata ipul.
aku hanya bisa tersenyum pada saat, apa bisa aku marah
sama teman jika teman seperti ini.
"Nah gitu dong senyum, masih semangat," kata ipul.
Begitu ipul bilang seperti itu Bu Simarmata datang, dengan
mata yang melotot.
"Ipul kamu ngapain di situ," kata Bu simar.
"Gak bu, kembalikan pena," kata ipul.
"Alasan aja kamu, cepat duduk,"
"Iyaa buu," jawab ipul sambil mengejek.
"Ipuuul," kata Bu simar.
"Gak bu bercanda," kata ipul dengan senyuman manjanya.
32
Setelah ipul duduk kami di suruh berdoa terlebih dulu, selesai
berdo'a ibu itu memeriksa puisi mana yang cocok untuk di
pajang, setelah lama sudah memeriksanya ibu itu memilih.
"Lima orang yang menurut ibu yang bagus untuk di pajang,
1. Ifana
2. Heri
3. Doni
4. Nurul
5. Wahid
Yang terakhir gak nyangka ternyata dia orangnya," kata bu
simar dengan kata-katanya yang jutek.
Ipul memberi jempol padaku dari tempat duduknya.
Kenapa ibu itu bilang gitu karena di pelajarannya nilaiku yang
paling rendah dari yang lain.
"Ternyata kau bisa buat puisi hid," kata hevan sambil memijat
tanganku
"Gak sengaja ibu itu ngucapin namaku," jawabku ke hevan.
Dan pelajar di lanjutkan seperti biasanya, lonceng istirahat pun
berbunyi sebelum keluar ibu itu bilang sambil berdiri.
"Wahid pertahanan yang seperti ini, dan untuk semuanya
selamat beristirahat selamat pagi," kata Bu simar dan pergi
menuju kantor.
"Pagi buu," semua murid.
33
Ibu itu tahu kalau aku bukan orang yang pintar, aku juga gak
tahu kenapa aku terpilih, yah mungkin itu hanya keberuntungan.
Ipul menghampiri tempat dudukku dia mengajakku untuk
makan ke warung mak wasi ipul menarik tanganku menyuruhku
lebih cepat karena waktu istirahat gak lama aku pun ikut
dengannya, ipul terus menarik tanganku di saat aku sibuk
dengan ikat pinggangku yang lagi aku perbaiki, kami tepat di
depan kelas iis dan anita lewat dan dia masuk ke kelasku untuk
bertemu dengan nurul dia gak melihat ke arahku, di situ dan
hari itu juga pertama kali aku melihatnya dari sedekat ini, yang
pertama aku lihat yaitu matanya sinarnya berbeda seperti ada
pelangi di matanya.
"Hid kau benar, kau memang gak salah pilih, yang lagi aku lihat
ini bidadari atau apa hid," kata ipul
"Menurutku dia bidadari,"kataku sambil melihatnya di pintu
dengan ipul
"Tapi, pasti sainganmu banyak hid, tetaplah semangat," kata
ipul dengan wajah yang buat aku tambah gak percaya diri.
"Itu yang aku pikirkan pul," kata ku yang lagi gak percaya diri.
"Tenang kalau ada ipul semua teratasi," kata ipul dengan
semangat.
"Haha semoga aja," kata ku
Di saat kami melihat iis dari kejauhan tepatnya di pintu yang
pasti dia gak tahu kalau kami sedang melihatnya, iis dan anita
melihat ke arah puisi dan nurul sedang di bangkunya.
34
"Puisi kamu di pasang rul," kata iis sambil melihat puisi nurul
yang ada di sebelah puisiku.
Nurul berdiri dan menghampiri mereka yang sedang membaca.
"Iya lumayan dapat nilai bagus," kata nurul dengan wajah yang
senang.
"Hemmm," kata iis.
iis pun membaca puisiku diam lalu tersenyum.
"Puisinya bagus juga, siapa yang buat," kata iis sambil
menyentuh puisiku.
"Mana is," kata anita yang penasaran.
"Baca aja namanya, kan ada di situ," jawab nurul yang sedang
melihat ke puisinya sendiri.
Gak lama lonceng masuk pun berbunyi aku sama ipul lupa
kalau kami mau makan, kami pun gak jadi makan.
"Ntar malam aku ke rumah kamu ya, kita berangkat bareng,"
kata iis ke nurul.
"Iya," jawab nurul.
Lalu iis dan anita pergi ke kelas mereka, aku masih
memandangnya, ketika dia lewat di depanku, dia tetap tidak
melihat ke arahku.
Guru pun tiba di kelas pelajaran bahasa Inggris nama gurunya
ibu selvi yang mengajar, ibu ini sedikit pendek dan gak terlalu
gemuk kami langsung di berikan penjelasan tentang pelajaran
setelah itu langsung mengerjakan tugas, kami semua sibuk
mengerjakannya ibu selvi berjalan untuk meneliti apakah
35
semua mengerjakan begitu ibu itu sampai pada barisan
belakang ibu itu berhenti dan membaca puisi-puisi itu semua di
baca oleh ibu itu hingga pada terakhir ibu itu membaca
punyaku.
"Wahid," kata Bu selvi memanggilku
"Iya Bu," jawabku
"Ibu membaca semua puisi yang di pajang di sini tapi cuma
punya kamu yang puisi tentang cinta, untuk siapa puisi ini,"
tanya bu selvi ke aku.
"Untuk osi bu," jawab hampir sekelas.
"Iya wahid, puisi ini untuk osi," tanya bu selvi ke aku.
"Enggak bu," jawab ku.
"oooh bukan," kata bu selvi sambil melangkah ke arah meja
guru.
Di situ aku mulai berpikir bahwa
"mereka gak tahu kalau puisi itu untuk dia sang bidadari ku
yang hanya ada di angan-angan, andai kamu tahu kalau puisi
ini untuk kamu,"
Sepulang sekolah aku di ajak ipul pulang bareng, tapi kami
berdua gak pulang ke rumah kami mengikuti iis dan anita
pulang, kami mengikuti dari belakang sedikit agak jauh kami
mengikuti agar kami tahu di mana rumah mereka bukan
bermaksud apa-apa, Setelah kami tahu rumah mereka kami
pun pulang ke rumah kami.
36
4. Surat cintaku
malam minggu yang bisa dan seperti malam biasa, sehabis
makan malam aku mendengar suara handphone yang berbunyi
dari kamarku aku pun mengambil handphone ku ternyata yang
telfon ipul, dia mengajakku untuk keluar katanya sih mau beri
tahu sesuatu, aku gak tahu apa yang di maksud ipul, gak lama
kemudian aku mendengar suara motor aku tahu itu suara motor
ipul yang menjemputku, aku menemui ipul yang ada di depan
rumah, ipul mengajakku jalan-jalan karena malam minggu,
meskipun sama temen tapi asik juga jalan-jalannya.
37
Di jalan aku melihat iis dari kejauhan "mungkinkah dia" itu yang
selalu ada di pikiranku "tapi dia kok sendiri" itu yang jadi
pertanyaan ipul juga melihatnya,
"Hid itu bukannya Iis" tanya ipul sambil menunjuk tangan ke
depan
"Coba kita ikuti" jawab ku
untuk memastikan bahwa itu iis kami pun mengikutinya dan iis
pun berhenti di salah satu rumah, aku gak tahu itu rumah siapa,
kami berhenti dan melihat dari jauh tapi jelas, mereka gak tahu
karena kami sengaja matikan lampu motor agar mereka gak tahu
kalau kami sedang melihat dari jauh.
"apa iya itu rumah cowok, gak, aku yakin itu bukan rumah cowok"
yang ada di pikiranku.
Pintu rumah pun terbuka di situ aku baru tahu kalau itu rumah
nurul, aku gak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, nurul
masuk ke dalam Iis masih menunggu di situ dan gak lama
kemudian mereka pergi memakai motor masing-masing, aku dan
ipul mengikuti mereka gak terlalu jauh mereka berhenti di depan
masjid dan kami juga berhenti tetap dari kejauhan.
"Dia mau ngaji pul," kataku.
"Ternyata dia orang yang solehah," kata ipul.
Aku udah berpikiran yang gak baik, ternyata mereka mau ngaji
dari situ aku tahu dan lebih yakin bahwa dia orang yang baik dan
38
solehah juga, kami pun pergi tapi iis melihat kami di saat kami
menyalakan motor dia pasti tahu kalau ada yang mengikuti tapi
dia gak tahu siapa yang mengikutinya.
"Hid dia udah harus tahu siapa kau," kata ipul sambil
mengendarai motornya.
"Iya pul," kata ku.
Kami pun di tempat biasa di pinggir jalan dan jika sudah cukup
malam kami pulang.
Dan esok harinya di sekolah selesai apel pagi waktu yang tepat
karena kelas mereka sedang olahraga di jam pertama
kesempatan aku dan ipul untuk meletakkan suratku di tasnya ipul
menjaga di pintu aku masuk ke dalam, di dalam ada dimas
sendiri gak tahu lagi apa.
"Cepat hid," kata ipul sambil memantau.
"Iya sabar," kata ku bingung mau di letakkan di mana.
"Woy, ngapain kalian, mau nyuri kalian," kata dimas sambil
berjalan ke arah ku.
"Enggak," jawabku.
"Oooo surat, surat sakit apa surat cinta," kata dimas sambil
menganggukkan kepalanya.
"Gak usah ikut campur kau urusan kami," kata ipul.
"Santai gak usah pakai urat ngomongnya, itu tas iis yang kau
masukkan itu tas anita, biar gak salah," kata dimas sambil
menunjukkan tasnya.
39
Begitu udah selesai kami langsung pergi, ternyata iis dan anita
tuker bangku gak tahu kenapa, dimas pernah satu sekolah
dengan mereka jadi dimas pasti tahu karakter mereka.
Dan gak lama lonceng pun berbunyi waktunya istirahat, aku
selalu bartanya di pikiranku dan jantungku berdebar lebih cepat
dari biasanya, aku seperti biasa pergi ke warung mak wasi
dengan ipul.
"Dimas ngasih tahu ke semua orang gak ya," yang ada di
pikiranku.
Lonceng masuk berbunyi, waktunya kelas kami yang olahraga di
pelajaran selanjutnya kelas iis gak di tutup pintunya jadi aku bisa
lihat dia, aku lewat depan kelas itu dengan ipul, dia melihatku tapi
hanya sekilas dan pikiranku langsung bertanya.
"Apa dia udah tahu soal surat itu, apa dimas beri tahu ke semua
orang dan kemudian dia malu, aku gak tahu," yang ada di
pikiranku.
Dan kami lanjutkan dengan olahraga yang laki-laki olahraga futsal
yang perempuan olahraga voly.
Selesai olahraga, kami semua ganti baju begitu selesai kami
40
boleh istirahat aku dan ipul ke kantin sekolah ternyata hevan dan
temannya ada di situ juga gak tahu apa yang mereka bicarakan
aku dan ipul duduk berdua.
"Hid gak usah di pikirkan, kalau dengan cara ini gagal masih ada
cara yang lain, tentang aja," kata ipul sambil minum.
Gak terlalu lama lonceng istirahat pun berbunyi, aku melihat
dimas dan kemudian aku memanggilnya, dimas menyuruhku
untuk menunggu karena dia memesan makanan dulu, ibu kantin
akrab dengan dimas mereka ngobrol dan bercanda ya mungkin
karena karakter dimas yang cepat akrab dengan semua orang,
dimas pun menghampiriku sambil membawa es teh dan langsung
duduk tepat di sebelahku.
" Haa ada apa," kata dimas sambil minum-minumannya.
"Kau kasih tahu ke semua orang," tanyaku.
"Itu pertanyaan yang gak masuk akal," jawab dimas.
"Kok bisa gak masuk akal," kataku.
"Aku gak mungkin mempermalukan cewek kayak dia, cuma
karena ada cowok yang suka sama dia," jawab dimas.
Aku cuma bisa diam pada saat itu, makanan dimas gak lama
datang dimas menawarkan makan dengan cara dia.
"Kalian gak makan, pesan aja tapi bayar sendiri, kalau gak mau
41
bayar gampang ntar kita cuci piring sama-sama," kata dimas
sambil makan.
Aku senang dimas gak kasih tahu soal surat itu ternyata aku
salah menilai dimas.
Gak lama aku dan ipul pergi.
"Kalau gitu kami duluan dim," kataku sambil memegang
pundaknya dimas.
"Siip lanjut," kata dimas sambil mengangkat jempolnya.
Aku dan ipul masuk ke kelas karena sebentar lagi lonceng
berbunyi aku gak melihat iis sama sekali selama istirahat sampai
lonceng masuk pun aku gak lihat dia, kami mengikuti pelajaran
berikutnya kami mengikuti pelajaran itu cukup lama dan lonceng
pulang pun berbunyi hingga kami merasa bosan sampai-sampai
guru pun gak mendengar suara lonceng itu karena sedang asyik
menjelaskan, kelas sebelah udah pulang dari tadi kenapa kelas
ini belum pulang, sampai guru itu di tegur oleh salah satu murid
kelas sebelah siapa lagi kalau bukan dimas.
"Pak lanjut aja mereka masih semangat tu," kata dimas di depan
pintu kelas.
"Dimas kamu jangan ganggu,"kata pak guru setelah itu dimas
pergi.
Dan di jawab oleh salah satu siswi di kelas.
"Lonceng pulang udah dari tadi pak," kata tika.
Guru pun keluar ngecek kepastian apa benar-benar sudah pulang
dan gak lama guru itu kembali.
"Ternyata udah pulang, berdo'a dulu baru pulang," kata pak guru.
42
Setelah itu hevan bilang ke aku berbisik.
"Bapak ini hebat, tahu udah waktunya pulang, hahaha," kata
hevan berbisik.
Akhirnya kami pulang aku di antar sama ipul sampai di depan
rumah.
"Ntar malam aku kayaknya gak keluar hid," kata ipul.
"Kenapa,"kataku.
"Aku gak yakin sama motor ini, aku mau memperbaikinya dulu,"
kata ipul.
"Ya udah cepat, nanti gak sampai rumah lagi ni motor," kataku.
"Ya udah aku pulang," kata ipul sambil mengengkol motornya.
"Hati-hati," kataku.
Setelah aku sampai rumah aku langsung ganti baju, makan, dan
langsung pergi ke rumah ulum, karena di rumah gak ada orang
semua pergi ke kota untuk bayar pajak yaa ntar sore juga udah
pulang.
"Wak ulum ada," kataku.
"Di dalam kamar hid samperin aja di kamar," kata wak siti yang
ada di bangku teras yang sedang ngobrol dengan temannya.
Aku pun masuk ke kamar mereka sedang santai ulum sedang
main game sedangkan rifa'i sedang baca buku komik naruto.
"Ada apa hid tumben siang-siang main," kata ulum sambil main
gamenya
"Di rumah gak ada orang, lagi pergi, gak ada temennya, sekalian
43
aku mau cerita" kataku.
"Sebentar ya aku selesaikan dulu," kata ulum.
"Katanya kau ada suka sama cewek di kelasnya ulum ya hid,"
kata rifa'i.
"Ya aku mau cerita soal itu," kataku.
"Terus gimana," kata rifa'i dan menutup komiknya.
"Aku kasih surat ke dia," kataku.
"Di baca, udah di balas," kata rifa'i.
"Kalau itu aku gak tahu," kataku.
"Sabar-sabar ajalah kalau gitu," kata rifai setelah itu dia baca
komiknya lagi.
"Aku tahu soal surat itu, aku dengar iis bilang ke anita," kata ulum.
"Terus,"kataku.
"bukan cuma aku, Agus juga dengar kami duduk di belakang
mereka," kata ulum.
Aku menarik nafasku sedalam-dalamnya.
"Katanya nanti aja baca di rumah, langsung di masukin ke
tasnya," kata ulum.
"Di balas gak ya," yang ada di pikiranku.
"Gak usah tegang, cinta pertama emang gitu,"kata ulum.
"Emang kau pernah lum," tanyaku.
"Belum," jawab ulum.
Ngobrol cukup lama dengan mereka berdua ngobrol yang gak
terlalu penting sampai-sampai gak tahu kalau udah sore, aku
bersahabat dengan mereka sejak kecil sampai saat ini mereka
senang bertengkar masalah kecil bisa jadi besar yang aku tahu
saat mereka bertengkar hebat mereka tetap tidur bareng satu
kamar gak tahu yang lainnya mungkin mereka mandi bareng itu
44
hanya kemungkinan, dan itu hanya candaan.
Udah sore waktunya aku pulang sesampainya di rumah aku
langsung mandi lalu makan sambil nonton tv menurutku itu asyik
gak tahu menurut kalian.
Malamnya aku di depan rumahku di teras warungku sambil
minum teh dan makan jajanan memikirkan apa wanita menerima
kalau dengan cara hanya dengan surat kemungkinan ada dua
pilihan kalau gak di baca dan di buang, malam ini sunyi suara
jangkrik juga gak rambut banget, aku langsung masuk kamar
mencoba untuk tidur ternyata gak bisa sampai aku gak sadar
kalau aku udah tertidur, bayangkan kalau kalian tidur keadaan
sadar gimana.
Pagi pun tiba hari ini cerah berjalan menembus embun pagi yang
menyentuhku seakan aku di sambut dengan hari yang sangat
bahagia, sesampainya aku di sekolah aku gak langsung ke kelas
aku ke kantin di situ tempat anak kelas satu makan dan minum,
kakak kelas gak mau beli di kantin ini karena di kantin gak jual
rokok jadi mereka gak mau mereka lebih memilih ke tempat mak
wasi yang di warungnya makanan lebih murah dan ada rokoknya.
Duduk dan ngobrol di situ ada anak laki-laki kelasku dan kelas
rizal mereka membicarakan tentang sepak bola, pertandingan
bola tadi malam dan masih banyak lagi dan sampai akhirnya
lonceng masuk dan kami apel pagi aku melihat iis tapi dia gak
melihatku aku ingin rasanya menyapa dia hanya ada satu
kejanggalan di hati yaitu surat, selesai apel pagi kami di sarankan
untuk masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran,
aku menuju kelas dan berjalan pelan agar aku bisa melihat dia.
45
"Kenapa harus kamu wanita yang aku suka," yang ada di
pikiranku.
Ipul di depan pintu dengan gaya tangan keduanya di kanong dan
menggelengkan kepalanya.
"Kayak baru kenal sama cewek sampai segitunya gaya jalannya,"
kata ipul.
Aku menghampiri ipul.
"Aku emang baru kenal sama cewek," jawabku.
"Cewek itu gak suka sama cowok yang penakut," kata ipul.
"Iya aku emang cowok yang penakut dan gak percaya diri,"
kataku sambil menarik nafasku.
"Jadi sekarang maksudkan yang kita bicarakan," tanya ipul.
"Iya aku tahu, cewek paling gak suka sama surat, apa lagi surat
cinta," jawabku.
Semua udah masuk kelas cuma kami yang masih ada di teras
kelas, gak lama Bu simarmata ingin masuk ke kelas sebelah
untuk mengajar sebelum masuk ibu itu melihat kami yang masih
ada di depan kelas.
"Kalian berdua kenapa gak masuk," tanya bu simar ke kami
berdua.
"Kami lagi nungguin pak mul bu," jawab ipul.
"Di dalam nunggunya," kata bu simar.
"Iya bu, ni mau ke kamar kecil dulu bu," jawab ipul.
"Alasan aja kamu," kata bu simar dan langsung masuk kelas itu.
46
Kami ke kamar kecil hanya mencuci tangan aja yang pentingkan
tidak berbohong kepada guru, selesai kami mencuci tangan kami
langsung masuk ke kelas ternyata pak mul udah masuk kami
menunggu di luar menunggu sampai berdo'a selesai, begitu
selesai kami pun masuk.
" Dari mana kalian berdua kenapa terlambat," kata pak mul.
"Kami ke kamar kecil tadi pak,"kata ipul.
"Kalian duduk,"kata ipul.
Kami pun duduk di kursi kami, aku kasih tahu sedikit tentang pak
mul, dia seorang guru metematika dengan cara mengajar yang
gak terlalu jelas dia guru yang genit sama wanita dan botak
berkumis tebal istrinya aja dua, jika kami di beri soal yang di
datengin hanya yang cewek aja yang cowok gak pernah, sampai
pada satu kursi yang di duduki tika bapak itu di samping tika yang
sedang mengerjakan tugas itu.
"Nama kamu siapa," tanya pak mul dan sambil melirikkan
matanya.
"Tika pak," jawab tika yang risih di perlukan seperti itu.
"Kamu paham sama soal yang bapak buat," tanya pak mul.
"Paham pak," jawab tika.
"Yang lainnya gak paham masa kamu paham," kata pak mul.
Ipul yang duduk dengan adi dari kejauhan bilang dengan suara
cukup keras.
"Adi aku gak paham kau paham gak di," kata ipul yang menyindir.
"Pul jangan sekolah kalau gak paham di rumah aja tidur," kata adi.
47
Menurut aku mereka udah paham karena adi pintar pelajaran ini
masa iya belum siap, kemudian pak mul yang merasa
tersinggung.
"Soal selanjutnya," kata pak mul sambil berjalan ke arah papan
tulis.
Adi dan ipul tertawa meskipun gak ada suara tertawanya tapi aku
tahu mereka sedang tertawa karena senang, yaah kemungkinan
besar nilai mereka di kurangin. Lonceng istirahat pun berbunyi
waktunya kami untuk istirahat aku dan ipul gak keluar untuk
makan ke warung mak wasi karena motor ipul lagi di perbaiki di
bengkel dia nebeng kakaknya yang sekarang duduk di kelas
sembilan yaitu tiga smp, Jadi kami lebih memilih makan di kantin
sekolah, selesai kami makan kami pergi untuk melihat futsal aku
melihat dari kejauhan iis dan anita masuk ke kelasku gak tahu
mereka sedang apa dan mau apa yang ada di pikiranku.
"Pasti mereka ingin ketemu nurul, dia kan teman mereka,"
Dan gak lama kemudian iis dan anita keluar dan masuk ke kelas
mereka.
"Kok cepat mereka keluarnya, ngapain mereka,"
Lonceng masuk pun berbunyi waktunya untuk masuk, aku dan
ipul langsung masuk ke kelas ketika aku mau duduk di bangkuku
rani memanggilku aku pun menghampiri dia yang sedang duduk
di bangkunya.
48
"Ada surat dari iis, katanya harus di baca tapi di rumah," kata rani.
"Iya, pasti aku baca," jawabku dan langsung jalan ke bangkuku.
Aku memastikan bahwa apa benar iis membalasnya dan setelah
aku cek di tasku ternyata benar dia sudah membalasnya.
"aku senang dia membalasnya, ingin rasanya cepat membuka
surat ini,"
Setelah itu pak udin masuk ke kelas untuk mengajar sampai
pelajaran terakhir kami memahami apa yang di terangkan pak
udin dan pada saatnya lonceng pulang berbunyi kelas kami dan
kelas sebelah pulang bersamaan aku melihat iis saat keluar
kelasnya dan dia senyum padaku dan di situ juga hati aku
menjawab.
"Dia memiliki kelebihan yang gak semua cewek di dunia ini miliki,
senyum yang indah,"
Gak lama ipul keluar dari kelas, ipul gak tahu kalau iis udah
membalas suratku.
"Pul ayo antarin aku pulang," kataku.
"Sebentar, kesambet apa ni kau minta di antar pulang," jawab ipul.
"Udah ayo mau nganterin gak," kataku.
"Mau, masalahnya aku gak bawa motor tadikan aku udah bilang
di kantin," kata ipul.
"Oooh iya aku lupa," kataku.
"Itu makanya aku tanya tadi, kau kesambet apa," kata ipul.
49
Gak tahu kenapa semua aku lupa apa karena terlalu
bersemangat untuk membuka surat ini gak lama kakaknya ipul
memanggil ipul untuk pulang.
"Aku udah di panggil hid, aku duluan ya"kata ipul.
"Iya pul," jawabku.
Aku pun pulang sedikit lambat hari ini meskipun hanya beberapa
menit, sesampainya aku di rumah aku membuka surat itu dan
jawaban dari surat itu.
"Maaf aku gak bisa, aku menghargai kalau kamu suka denganku,
mungkin kalau kita berteman itu bisa dan gak lebih dari
itu ,banyak wanita yang lebih baik dariku,"
Aku bingung pada saat itu apakah ada yang salah samaku, aku
langsung teringat kata-kata ipul dan ternyata benar wanita itu
paling gak suka sama cowok yang misterius atau tertutup.
Aku langsung mengganti pakaianku setelah itu aku makan aku
gak melihat ibu dan ayahku aku berpikir mungkin ada di warung,
selesai aku makan aku langsung pergi ke kamar aku seperti
kehilangan sesuatu yang gak asing, ternyata surat yang aku
letakkan di atas meja belajarku udah gak ada aku mencari di tas
sekolahku dan ke semua tempat termasuk dapur setelah aku
udah mengecek ke semua tempat hanya satu yang belum hanya
ruang tamu, dan itu gak mungkin aku hanya melewati ruang tamu
aku gak duduk di ruang tamu, dari pada aku penasaran aku
langsung pergi ke ruang tamu ternyata di situ ada ayah dan ibuku
yang sedang membaca surat itu, ayahku memegang surat itu aku
langsung mendekati dan ayahku langsung bilang.
"Di tolak itu mungkin, dari jawabannya dia hanya belum siap,
50
kalau di gosok kayak undian coba lagi," kata ayahku sambil
tersenyum.
Aku langsung mengambil suratku dan langsung duduk di sebelah
ayahku, aku hanya melihati suratku.
"Remaja memang sulit, ayah dulu sempat gak di restui, hanya
ada satu kunci yaitu do'akan," ayahku yang menasehatiku.
5. Itu aku
Malam ini hari pertama terawih karena besok udah mulai puasa,
aku menunggu ulum dan rifa'i kami bisa bareng kalau teraweh
menunggu cukup lama akhirnya mereka datang kami biasa
naik sepeda kalau mau berangkat terawih, di tengah perjalanan
kami ketemu deni, dia sekelas sama ulum aku juga kenal sama
dia, aku ajak dia naik sepedaku kami pun berangkat bareng
sampai di mesjid kami melaksanakan shalat tarawih begitu
pulangnya kami jalan kaki sepedanya kami tuntun agar lebih
lama ceritanya, kami cerita banyak ya bisa di bilang agar lebih
dekat sampainya di rumah aku gak keluar aku tahu kalau ipul
pasti gak keluar tapi aku gak bisa tebak karena apa.
51
aku menonton tv sebentar sambil ngemil setelah bosen
menonton tv aku langsung ke kamar waktu udah menunjukkan
hampir tengah malam, ibu dan ayahku sedang di warung
tutupnya biasa tengah malam aku pun langsung tidur, gak
terasa ternyata udah waktunya sahur aku di bangunkan oleh
ayahku dan ketika lagi makan sahur ayahku selalu cerita.
"Dulu ayah waktu sahur bareng keluarga jangankan makan
daging ayam, telor ayam satu di dadar terus di potong jadi
enam jadi cuma kebagian sedikit, gak masalah gak ada yang
protes apa lagi marah yang penting makan, banyak orang dulu
sahur cuma minum," kata ayah yang sedang cerita di meja
makan.
Setelah selesai makan sahur aku mendengar suara petasan di
depan rumah, aku mengecek di jendela ternyata rifa'i dan ulum
yang ada di luar pagar aku langsung membuka pintu.
"Jalan-jalan yok," kata rifa'i.
"Iya, tunggu sebentar," kataku dan langsung ke dalam.
Aku pamit sama ibuku kalau aku mau pergi jalan-jalan sahur.
"Bu aku jalan-jalan sama pa'i," kataku sambil membawa
sendalku.
"Iya kuncinya bawa aja," kata ibuku yang sedang ada di dapur
mencuci piring.
"Iya," kataku.
52
Aku langsung mengunci pintu dan langsung menghampiri
mereka yang ada di pinggir jalan, kami ke mesjid dulu untuk
shalat subuh baru kami lanjutkan jalan-jalan.
Setelah kami selesai shalat subuh kami berhenti di depan
masjid kami tentukan jalannya mau ke arah mana dan kami
tentukan.
"Jalanan yang bagus aja biar lebih enak," kataku.
Kami pun langsung berjalan sambil cerita yang sama sekali gak
penting sampai pada saat di hadapan kami tidak terlalu jauh
kami melihat orang berjalan juga tapi suaranya berbeda seperti
bukan cowok cahaya lampu dari perumahan tidak terlalu jelas
lagi pula gak ada lampu jalannya, kami terus berjalan hingga
sampai kami berharap langsung kanan dan kiri, jantungku
seakan-akan berdetak lebih kencang itu kata anak ABG
sekarang bilangnya.
Ternyata benar itu bukan cowok tapi cewek, Aku mendengar
satu cewek yang berbicara dengan penglihatan yang gak
terlalu jelas jadi gak begitu terlihat wajahnya dan setelah itu
sudah cukup jauh.
"Kayaknya aku kenal suaranya," kata ulum.
"Emangnya siapa," kataku.
"Itu iis hid," kata ulum.
Dari situlah aku tahu kalau cewek yang jalan tadi itu iis
mungkin juga ada anita, dan dia mungkin gak tahu kalau itu
53
aku. aku pun berhenti dan melihat ke belakang mereka berdua
juga ikut berhenti.
"Udah sana susul, kejar," kata rifa'i.
"Benar nih kita susul," kata ulum.
"Bulan puasa, jangan lari ntar capek, baru juga puasa," kataku
sambil melanjutkan jalanku.
"Bilang aja takut," kata rifa'i.
"Emangnya kau takut hid sama cewek," kata ulum
"Iya aku takut, takut di terima sama dia," kataku.
"Haha kayaknya aku lagi mimpi nih gelap soalnya," kata rifa'i.
"Haha, Emang gelap,"kataku.
Kami pun lanjutkan perjalanan dan sampai pada waktunya
yang di tunggu tiba matahari terbit di sore hari, masa iya di sore
hari jelas dong di pagi hari, dan ternyata begitu indahnya
melihatnya burung berkicau dan bunga menyambut pagi yang
begitu indah.
Selesai jalan-jalan kami kembali pulang untuk bersiap-siap ke
sekolah, kami berpisah di depan rumahku, aku gak bareng
sama mereka lagi kalau berangkat karena takut ketinggalan
selesai mandi dan pakai seragam aku langsung berangkat
seperti biasa jalan kaki biar sehat di tengah perjalanan aku lihat
deni di depan aku panggil dia.
"Den tunggu,"kataku sambil mempercepat langkahku.
"Hid kok jalan, kau kan punya sepeda," kata deni dan
melanjutkan jalan kami.
54
"Deket masa iya naik sepeda, biar sehat jalan kaki," kataku.
"Bukannya sepeda kau bocor makanya tadi malam di tuntun,"
tanya deni.
"Iya kok tahu, tapi bukan karena itu, aku biasa jalan,"jawabku.
Sebelum sampai aku mau tanya sesuatu sama deni, tapi apa
iya dia mau jawab dan apa iya dia mau bantu.
"Den kau kenal iis," kataku.
"Kenal, bahkan dari dulu," kata deni.
"Aku boleh minta tolong den," kataku.
"Minta tolong apa hid," kata deni.
"Kirimin salam ke iis, tapi kalau iis tanya dari siapa bilang aja,
dia gak sebutkan namanya," kataku.
"Kau suka sama iis," tanya deni.
"Gak, aku mau kirim salam aja," jawabku.
"Wajahmu merah, hahaha, iya ntar aku bilang ke iis," kata deni.
"Makasih ya den," kataku.
"Makasihnya nanti jangan sekarang," kata deni.
sampai nya aku di sekolah deni langsung masuk ke kelas dia
ternyata iis udah ada di kelas, aku belum terlalu jauh dan aku
mendengar.
" iis ada yang kirim salam," kata deni.
"Siapa," kata iis.
"Dia gak kasih tahu namanya siapa," kata deni.
"Deni ada yang kirim salam gak untukku," kata anita.
Kemudian dimas datang dan dia mau masuk kelas dimas
melihatku ada di depan kelas mereka, Dimas berdiri di
sampingku.
"Hid ngapain ayo masuk," kata Dimas sambil menarik tanganku.
"Jangan dim," kataku dengan menahan dia agar gak masuk ke
55
kelasnya.
"Siapa dim,"kata siska tepat duduk di depan meja iis.
"Dim jangan,"kata deni ke dimas dengan tanda isyarat.
Kemudian ipul datang.
"Lepas, kau apakan temenku mau ngrampok kau ya," kata ipul.
"Mau ngerampok hidungmu,"kata dimas dan terus melepaskan
tangannya.
"Terus kau mau apa," kata ipul.
"Aku mau bantuin dia kenalan sama iis,"kata Dimas.
Dan di situ aku terlanjur udah ketahuan mau gak mau harus
berani.
"Ini momen yang tepat untuk kau bisa kenal sama iis, ayo
santai," kata ipul yang berbisik.
Aku pun menghampiri iis.
"Hai," kataku.
Mungkin gemetar tapi semua hilang saat aku melihat
senyumnya yang sedekat ini.
"Hai," kata iis.
"Kenalin aku wahid," kataku sambil menjulurkan tanganku ke
dia.
"Iis," kata iis sambil menjabat tanganku.
"Aku anita," kata anita menjulurkan tangannya.
"Siska," kata siska yang menjulurkan tangannya juga.
aku menjabat tangan pada mereka dan menyebutkan namaku.
"Nah enakkan kalau udah kenal, mulai sekarang jangan
sungkan datang ke kelas ini" kata dimas dan merangkul
tangannya di leher dan bahuku.
56
"Cie cie, jangan kelamaan bulan puasa nih" kata agus yang
ada di pintu bareng ulum.
Aku jadi gak ingat kalau ternyata hari ini bulan puasa gak tahu
nih kalian yang baca ingat atau gak, kalau ingat kenapa gak
ingatin aku.
Kami pun masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran,
setelah istirahat aku dan ipul ke kantin di situ ada deni dan
dimas sedang sedang duduk aku menghampiri mereka lalu
duduk di depan mereka.
"Terima kasih kalian berdua udah bantu aku," kataku.
"Iya jangan sungkan," kata dimas.
"Sebetulnya itu gak sengaja hid," kata deni.
"Iya hid sebetulnya deni gak sengaja," kata dimas.
"Kok aku, kau yang salah," kata deni sambil merangkul dan
menjitak kepala dimas.
"Aku minta maaf hid, aku gak tahu kalau kayak gitu ceritanya,"
kata dimas.
"Sampai aku bilang rampok lagi," kata ipul.
"Udah gak usah di pikirkan, sekarang pesen aja es teh empat,"
kataku.
"Bu oni es teh empat," kata dimas.
"Oke dimas," jawab mak oni pemilik kantin.
"Yang bayar," kata dimas ke aku.
"Kita cuci piring," kataku.
"Kalian gak puasa,"kata deni.
57
“oooh iya, lupa,” kataku
"Gak jadi bu oni, kami puasa," kata dimas.
"Dimas kau ngerjain orang tua," kata Bu oni.
Kami pun tertawa di situ aku tahu bahwa persoalan kecil
jangan terlalu di besarkan dan kami punya satu bonus punya
teman tertawa.
Lonceng masuk pun berbunyi, aku dan ipul berjalan menuju
kelas sebelum masuk aku berpapasan dengan iis dan
temannya, iis melihatku dan dia tersenyum, aku merasa apa
aku sedang bermimpi.
"Pul kau liat dia senyum samaku," kataku.
"Hiiid iya aku liat, ingat ini bulan puasa," kata ipul.
"Astagfirullah maafkan aku ya Allah, sebentar tumben kau
bener pul," kataku.
"Gini-gini aku puasanya full, di awal sama di akhir," kata ipul.
"Dua hari dong," kataku.
Kami masuk kelas mengikuti pelajaran berikutnya sampai
selesai.
Karena ini hari Jum'at jadi pulangnya cepat agar kami tidak
telat shalat Jum'at, sesampainya aku di rumah aku langsung
mandi dan langsung berangkat ke mesjid memakai sepeda,
kalau aku mau berangkat ke masjid pasti aku selalu lewat
depan rumah deni karena kami tinggal dekat jalan poros,
rumahku dan rumah deni gak terlalu jauh, aku lewat depan
rumahnya aku melihat dia sedang duduk di depan rumah
mengkin dia sedang menunggu aku gak tahu dia menunggu
58
siapa, aku pun nyamperin dia.
"Den lagi nunggu siapa," kataku.
"Gak ada hid, mau ke masjid sebentar lagi," kata deni sambil
membalas chat.
"Ayo berangkat ke masjid," kataku.
"Ayo," kata deni.
Aku gak tahu dia chat dengan siapa, mau aku tanya tapi masa
iya aku ingin tahu privasi orang lain, gak enak sama deninya,
sesampainya kami di masjid ternyata belum ada orang, kami
duduk di teras masjid kami berdua bicarakan banyak sampai
pada waktunya ada chat dan deni tersenyum.
"Den Kayaknya kau lagi senang hari ini,"kataku.
"Gak hid, kami mau kerja kelompok kebetulan aku satu
kelompok sama iis, tapi," kata deni.
"Kenapa," kataku.
"Iis gak mau kalau ngerjain tugasnya di rumah dia, itu makanya
aku senyum, masih ada cewek yang kayak gini,"kata deni.
"Mungkin orang tuanya ngelarang kalau ada cowok yang main
ke rumahnya, lagian gak mungkin kalau ngerjain tugas gak
ribut, pasti ribut," kataku.
"Emangnya siapa aja kelompoknya," kataku.
"Banyak ada anita,siska,ulum, sama Agus," kata deni.
"Tanya aja satu persatu di antara mereka, masa iya gak ada
yang mau, ayo masuk,"kataku.
Kami mengambil air wudhu dan masuk ke masjid, aku
sekarang tahu deni chat sama siapa membuat hati gak
penasaran lagi.
59
Pulang dari masjid kami berdua pulang bareng lagi, jelas
bareng karena deni jalan kaki jadi aku bisa nyusulin dia.
"Den berangkat bareng masa pulang gak bareng," kataku.
"Aku buru-buru hid," kata deni yang udah ada di halaman
rumahnya.
Aku gak tahu kenapa dia buru-buru dan aku lanjutkan
menggowes sepedaku, sesampainya aku di rumah aku
langsung tidur siang, lagian di bulan puasa siang bolong mau
ke mana, setelah cukup tidur ibu aku bangunkan aku pikir udah
buka ternyata masih lama, ibu aku bangunkan aku karena ada
ipul di depan dan kemudian aku bangun dari tempat tidur aku
langsung menemui ipul.
"Mending kita jalan-jalan yok," kata ipul.
"Siang-siang gini," kataku yang nyawanya belum penuh.
"Ini sore, dua jam lagi buka puasa," kata ipul.
"Sebentar aku mandi dulu,"kataku dan langsung pergi untuk
mandi.
Setelah itu aku pun pergi sama ipul keliling desa ini
menggunakan motornya, sampai pada waktunya kami melewati
rumah aku melihat mereka sedang kerja kelompok di situ ada
deni, ulum, agus, siska, iis, dan anita.
"Itu rumah siapa," kataku.
"rumah siska," kata ipul.
Ternyata mereka kerja kelompok di rumah siska, kami gak
60
berhenti gak mau ganggu mereka belajar, setelah lelah keliling
desa dan waktu pun sudah hampir magrib kami pun pulang
waktu sudah hampir buka puasa ayah dan ibuku sedang
masak menyiapkan makanan untuk berbuka puasa, aku
membantu mereka masak dan menyajikan, selesai itu kami
menunggu untuk berbuka dan gak lama kemudian azan magrib
tiba, kami berdo'a berbuka puasa setelah itu kami semua
menyantap makanan, kenikmatan itu sederhana ketika
berkumpul dan berbuka bersama keluarga itulah nikmatnya
ramadhan.
Hari Sabtu pagi di sekolah aku di teras perpustakaan sekolah
dan ipul baru aja datang dia meletakkan tasnya dulu dan
kemudian duduk di sebelah kiriku, karena siswa dan siswi baru
datang, tapi ada yang mengganjal di mata, cowok renita
namanya robi dia memakai motor dan tertulis di motornya
dengan nama "RENITA" dan dia terus mengendarai motornya
dengan suara blong dan kemudian parkir di depan kantor,
kemudian dia turun dari motornya dengan gayanya robi
berjalan ke arah renita yang ada di teras kelasku dengan baju
seragam yang ada di bahunya dia terus berjalan dengan wajah
tersenyum kami melihatnya dan mendengar apa yang mereka
bicarakan, bukan hanya kami yang melihat banyak yang
menyaksikan.
"Norak, dia bangga kayak gitu," kata ipul dengan wajah yang
gak suka.
"kayaknya biar di pandang ceweknya bahwa dia adalah cewek
61
yang paling beruntung di dunia," kataku.
"Dunia binatang," kata ipul.
Hingga sampai akhirnya robi sampai di hadapan renita.
"Kamu suka," kata robi dengan gaya coolnya.
"Suka banget,"kata renita dengan wajah tersenyum.
"Kalau kamu kurang suka besok aku ganti," kata robi.
"Sombong banget tuh orang, sok keren," kata ipul.
"hahaha itu pengorbanan cinta," kata ku.
"Pengorbanan apanya," kata ipul.
"Rela malu demi ceweknya," kata ku.
Selanjutnya dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya
untuk Renita.
"Ada satu lagi untuk kamu," kata robi sambil mengeluarkan
sesuatu dan langsung membukanya.
"Cincin ini untuk aku, bagus banget,"kata renita dengan
ekspresi senang.
Dan kemudian robi memasang cincin itu di tangan renita.
"Hid dia yang ngelakuin kok aku yang malu ya, ayo pergi hid,"
kata ipul.
"Tahan pul lagi seru nih kayak film Korea barat," kataku.
"Mual aku lihat orang itu," kata ipul.
"Mereka merasa seperti dunia hanya punya mereka berdua,"
kataku.
Dan dimas datang tepat di tengah kami dan merangkul kami,
seperti orang yang sudah akrab ya meskipun sudah kenal.
"Lagi nonton film korea cuy," kata Dimas.
"Ya dim korea barat," kataku.
"Awas tanganmu dim," kata ipul.
"Nonton film romantis kok sedih," kata dimas.
62
"Dia lagi terharu terbawa suasana," kataku.
"Aku gak suka lihatnya norak," kata ipul.
"Tenang, santai sebentar lagi mereka pasti kena kasus," kata
dimas.
Aku melihat rizal, soleh, firman, umar, jimi dan kiki, jalan di
samping motor robi mereka melihat dan mengelilingi motor itu,
wajah umar seperti orang yang gak senang saat melihat tulisan
itu.
"Wiih sampai segitunya ni orang, sampai di buat nama
ceweknya," kata rizal sambil menyentuh nama di motor itu.
"Kenapa bukan namamu aja zal yang dia tulis di motornya,"
kata jimi.
"Kau pikir aku waria," kata rizal.
Dan teman-temannya tertawa, gak lama robi di panggil lewat
pengeras suara oleh pak udin.
"Panggilan kepada robi datang ke kantor," kata pak udin lewat
pengeras suara.
"Yank, sebentar ya aku di panggil," kata robi ke Renita
"Iya, hati-hati ya sayang," kata renita dan memegang tangan
robi.
"Iya," kata robi dan menuju kantor.
Robi yang ada di hadapan ceweknya dan langsung pergi ke
kantor di saat robi jalan di belakang kami yang ada ada di teras
perpustakaan.
"Norak," kata ipul.
Robi yang sedang jalan menatap ipul seakan dia marah ke ipul
dengan perkataannya ipul, waktu robi mau masuk ke kantor.
63
"Kenapa lek kena kasus, bangga kau," kata rizal yang gak
terlalu jauh dari kantor.
Robi gak memperdulikan dengan perkataan rizal dan robi
langsung masuk ke kantor.
Lonceng pun berbunyi waktunya apel pagi, di waktu apel pagi
robi gak ada di barisan karena robi masih di dalam kantor aku
gak tahu dia kenapa di panggil ke kantor, ya buat apa juga aku
tahu gak ada pentingnya juga.
Informasi hari ini di apel pagi,
"Kalau hari sabtu bisanya hari bebas karena ini bulan puasa
jadi kerja bakti sebentar bersihkan kelas dan halaman kelas,
yang cowok membersihkan di halaman kelas sedangkan yang
cewek di dalam kelas" kata ibu simarmata di hadapan kami
semua.
Di saat sedang kerja bakti aku lihat iis dan anita sedang
bersihkan teras kelasnya dan teman-teman ada dalam dia
hanya melihatku sekilas, aku mulai berpikir bagaimana cara
mendekati wanita seperti itu apakah aku salah mencintai orang
seperti dia mungkin iya dan mungkin saja tidak teka-teki ini
selalu ada di pikiranku, dan aku juga sempat berfikir apa aku
nyerah aja dan lupakan dia, gak aku ini laki-laki masa belum
berperang sudah menyerah satu kali di tolak itu biasa masih
ada seribu cara untuk bisa membuat dia jatuh ke pelukanku,
ciiiah keren kata-katanya.
64
Kita lanjutkan di saat iis masuk ke kelas aku hanya bisa
melihatnya gak bisa mendekatinya aku mencoba untuk
mengambil nafas panjang agar lebih tenang.
"Hid kerja kerja kerja," kata dimas yang sedang duduk dari
teras kelasnya.
"Aku yang seharusnya bilang gitu ke kau dim," kataku.
"Dimaaas, kau kerja jangan duduk," kata indah yang langsung
menjewer telinga dimas.
"Nikmati aja dimas, panasnya telinga itu," kataku.
"Gak usah ikut campur kau wahid," kata indah.
Yang menjewer dimas itu namanya indah cewek tomboi yang
galak sama semua orang yang gak dia suka, waspadalah
mungkin sebentar lagi aku.
"Gak usah ngelamunin cewek, gak baik hid," kata rani yang
sedang duduk di teras.
"Enggak," kataku.
"Ajak jalan hid, ntar malamkan malam minggu," kata rani.
"Ada saatnya kalau itu, bukan sekarang," jawabku.
Aku tersenyum bukan berarti aku setuju dengan rani yah
meskipun itu hanya di dalam mimpi tapi mungkin rani gak tahu
kalau iis itu ngaji ntar malam, di saat seperti itu anisa datang
dan duduk di sebelah rani.
"Lagi cerita apa kalian," kata anisa.
"Lagi cerita tentang masa depan," kata rani.
"Selamat ya, jadi kalian berdua udah berapa lama," kata anisa.
Aku menarik nafasku lalu menggelengkan kepalaku dan
65
melanjutkan kerjaku, dia berfikir kalau aku dan rani pacaran,
dia salah paham, dia Anisa wanita berjilbab juga banyak
cowoknya, banyak juga cowok yang suka dengannya kulitnya
sedikit gelap semua cowok bilang dia hitam manis itu menurut
semua cowok, aku gak tahu termasuk aku apa gak yang
berkata seperti itu.
Disaat kami sibuk dengan kerja bakti sebetulnya sebentar lagi
udah siap, robi datang dengan ekspresi wajah yang serius
marah begitu masuk aku mendengar suara robi yang marah-
marah gak tahu kenapa dia kayak gitu setelah kami melihat ke
dalam ternyata robi melihat renita sedang chat dengan cowok
lain, robi merebut dan melihat chatnya memeriksa siapa cowok
itu,
"Ooh, ternyata dia," kata robi lalu pergi ke kelas sebelah.
"Aku bisa jelasin yank," kata renita.
Robi terus mencoba untuk melepaskan tangan renita dari dia,
sampai pada saat robi di depan pintu kelas sebelah .
"Mana Umar," kata robi dengan keras.
Mereka yang ada di halaman kelas itu berdiri dan menghampiri
Robi.
"Aku umar ada apa," kata Umar dengan perkataan yang baik.
"Kau jangan pernah ganggu pacarku," kata robi dengan
menunjuk tangannya ke Umar.
"Siapa pacarmu," kata umar dan dia langsung menetap renita.
"Alah, gak sok polos kau," kata robi.
"Dia yang chat aku masa iya aku gak balas," kata Umar.
66
"Ooo , sekarang gini aja kamu pilih aku atau dia," kata robi ke
renita.
Renita diam dan melihat umar.
"Pilih aja yang ada duitnya, lumayan makan gratis terus," kata
dimas yang sedang duduk mencabut rumput.
"Siapa yang bilang itu," kata robi.
"Kenapa rupanya marah kau," kata rizal yang ada di sebelah
umar.
Robi gak menjawab Rizal gak tahu kenapa.
"Ayo jawab,"kata robi ke renita.
Aku melihat renita bingung mana yang dia pilih di antara
mereka.
"Kalau kamu pilih dia serahkan semua barang yang udah aku
kasih ke kamu, sini," kata robi.
"Aku pilih kamu," kata renita
"Kau dengar kata dia kan, mulai sekarang jangan ganggu
hubungan kami," kata robi ke umar.
Dan robi dan renita langsung pergi menuju ke kelas.
"Ambil untukmu," kata umar.
"Ambil juga kembaliannya untukmu," kata dimas dan langsung
berdiri.
"Tadi kau ada orangnya gak berani kau dimas," kata siska.
"Aku berani, dianya aja yang buru-buru pergi," kata dimas.
"Mau mulut mu aku gembok," kata indah.
"Enggak indah,"kata Dimas.
"Tapi bener yang di bilang dimas, yang ada duitnya yang dia
pilih," kata indah.
"Itulah namanya cinta," kata dimas.
Dan dimas langsung di jewer telinganya lagi sama indah, aku
67
dan ipul hanya diam dan melihat dari jauh kami gak mau ikut
campur urusan orang itu menurutku gak tahu menurut ipul.
Aku melihat iis juga di sana waktu pertengkaran itu, aku gak
tahu apa yang dia pikirkan soal pertengkaran itu, mungkin dia
berfikir itu hal yang gak baik untuk di lakukan di sekolah, bukan
hanya dia juga yang memikirkan seperti itu, semua orang juga
pasti memikirkan hal yang sama.
6. Pertengkaran di kelas
Buka puasa hari ini cukup nikmat, ada sirup dan buah kurma
meski pun hanya sedikit tapi udah lebih dari cukup, karena bisa di
sajikan dengan hidangan yang cukup untuk sahur nanti, selesai
buka puasa dan waktunya untuk pergi untuk shalat tarawih,
malam ini aku sendiri, ulum dan rifa'i gak berangkat katanya sih
kekenyangan buka puasa tadi itu katanya.
aku ketemu deni di jalan di saat mau terawih.
"Den," kata ku yang menghampiri deni.
"Hid, sendirian," kata deni.
68
"Iya, orang itu kekenyangan," kataku.
Dan deni tiba-tiba bicara soal iis.
"Gimana kau sama iis," kata deni.
"Hanya Allah yang tahu den," kataku.
"Aku pernah suka sama iis, tapi itu dulu hid," kata deni.
"Kau masih suka sama dia," kataku.
"Siapa yang gak suka sama dia hid, mungkin ada yang lebih
cocok sama dia, bukan aku," kata deni.
Aku pun berfikiran yang sama seperti deni, mungkin gak aku
cocok untuk dia, dia terlalu sempurna untuk seorang wanita, dan
aku yang seperti ini yang bisa dan gak tahu apa-apa.
"kau mau nomernya iis hid, aku kasih biar kalian lebih dekat,"
kata deni.
"Aku gak yakin den," kataku.
"Percaya diri aja, jangan nyerah," kata deni.
Aku tersenyum pada saat itu gak tahu karena senang atau
karena dia bilang jangan menyerah dan dia sendiri menyerah,
mungkin ada yang gak bisa aku jelaskan dari deni kepribadiannya
dan masih banyak lagi, mungkinkah itu yang membuat dia
memilih untuk mundur.
Hari ini seperti hari sebelumnya, pagi yang cerah dan memulai
hari dengan hati yang masih sepi tidak ada yang menyapaku di
pagi hari, Senin pagi gak tahu kenapa pagi ini begitu
bersemangat.
Jangan pernah katakan ke aku mungkin karena cinta aku
69
bersemangat, tidak karena cinta tapi karena aku punya sepatu
baru, sepatuku yang lama di pakai waktu aku sekolah dasar,
sepatu itu untuk lama udah sobek juga.
Pelajaran pertama metematika pelajaran yang rumit bukan
karena pelajarannya tapi karena gurunya pak mul, rumit kami
memahami tingkahnya seperti lelaki yang begitu sangat perkasa.
Dia masuk dengan gayanya dan langsung duduk di bangku guru
lalu menyuruh kami untuk berdo'a, begitu kami siap berdo'a pak
mul langsung memberikan tiga soal yang menurut dia paling sulit,
selesai pak mul menulis soal kami di suruh langsung
mengerjakan dan jangan ribut dia langsung pergi keluar kelas,
aku gak tahu dia ke mana yang pasti, dia pasti sedang mengintai,
kami gak ada yang tahu meskipun itu juara berturut-turut hanya
satu orang yang tahu soal ini siapa dia adi sembiring dan ipul,
pertanyaannya kenapa ipul tahu karena dia duduk dengan adi,
bukan karena adi memberitahu cara mengerjakannya tapi ipul
mencontek jawaban adi sembiring, kami pun ikut serta dalam
mencontek dan kami pun seperti orang yang berebut tiket konser
ribut dan sangat ribut kami tetap duduk, pak mul mungkin
mendengar dari kejauhan dia mendekat masuk ke kelas dan
langsung menendang pintu kelas kami, yang di sebelah pintu itu
ada tembok yang begitu kokoh.
"Gbraak," suara pintu.
"Diam," kata pak mul.
Aku tahu pintu itu tersandar di tembok, pak mul mulai merasakan
hal yang dia mungkin menyesal telah menendang pintu itu, pak
70
mul pergi ke luar kelas dan aku tahu apa yang pak mul rasakan,
Ipul melihat dari jendela kaca yang di bawahnya ada pak mul
yang sedang jongkok merasakan kakinya yang menjerit.
"Dia kesakitan," kata ipul berbisik dengan kami semua yang ada
di kelas.
Kami semua yang menatap ipul dan langsung tertawa dengan
perdam suara, gak ada suara agar tawaan kami tidak terdengar
oleh pak mul.
Ada satu orang yang gak tertawa siapa dia hevan.
"Kalian kenapa kok semua ketawa, emang ada yang lucu," kata
hevan bicara ke aku.
"pak mul kesakitan," kataku.
“hahaha,”
Yaah dia terlambat ketawanya.
Bayangkan bagaimana ekspresi wajahnya saat dia menahan rasa
sakit di kakinya gak menunggu lama pak mul masuk dengan gaya
tangan di kantong celana.
"Udah siap ngerjainnya," kata pak mul dengan santai.
"Belum pak," kami semua menjawab.
"Kenapa ribut," kata pak mul.
Dan kemudian pak mul berjalan ke arah mejanya dan berjalan
sedikit agak pincang, mungkin dia berfikir sama denganku.
"Gak lagi-lagi deh nendang tuh pintu,"
71
Lonceng istirahat pun berbunyi waktunya pak mul pergi dari kelas
terkutuk ini, itu menurut dia, soal yang dia tulis gak di terangkan
oleh pak mul dan kami juga belum menjawabnya, dan di waktu
pak mul sudah keluar hevan tertawa sendiri karena dia baru
paham setelah aku ceritakan.
"Jangan Kayak gitu kalian, durhaka kalian sama guru," kata adi.
robi pun berdiri dari bangkunya.
"Alah guru kayak gitu gak perlu di hormati," kata robi.
"Jaga mulutmu," kata ipul.
"Gak senang kau," kata robi.
"Kalau gak kenapa," kata ipul.
"Pukul pul," kata adi dengan keras.
Robi pun menghampiri adi yang berkata seperti itu.
"Udah kuat kau rupanya, berdiri kau," kata robi yang menarik baju
adi.
"Santai kau," kata ipul dan mendorong robi.
Aku pun berdiri dari tempat dudukku lalu pergi menghampiri ipul
dan adi, aku langsung merangkul lehernya ipul dan adi
mengalihkan untuk keluar kelas, aku merangkulnya dengan kuat
agar terbawaku keluar.
"Takut kalian," kata robi
Dan aku gak menghiraukan ucapannya, ipul menunjuk tangannya
ke robi seperti orang yang mengancam.
"Kau gak puasa," kataku di luar kelas.
"Enggak," kata ipul.
"Meskipun gak puasa, hargai orang yang ada di kelas," kataku.
"Iya pul," kata adi.
"Aku bantuin kau tadi," kata ipul.
72
"Udah lah sekarang ikut aku," kataku.
"sekarang kita ke mana," kata ipul.
"Kita ke perpustakaan," kataku.
Dan kami pun berjalan ke perpustakaan, yang gak terlalu jauh,
hanya berapa langkah dari kelas kami aku melihat iis dan
temannya masuk ke perpustakaan waktu aku berbincang tadi.
"Tumben rajin kau hid," kata adi menuju perpustakaan.
"Udah ikut aja," Kataku.
"Ini yang di namakan, ada udang di balik bakwan," kata adi.
"Enak dong," kata ipul.
Dan kami langsung masuk ke perpustakaan, Adi berhenti di pintu
masuk karena dia ingin berbincang dengan penjaga
perpustakaan namanya bu presti dia kecil mungil imut hanya satu
kelebihannya dia udah punya anak laki-laki satu dan suami nya
kerja di luar kota,
Ipul gak menyadari kalau adi udah gak di belakangnya sampai
waktunya.
"Adi, kau cocoknya baca buku ini," kata ipul ke adi sambil
memberikan buku yang berjudul spesies orang utan.
"Loh hid, adi ke mana," kata ipul
"Cari di pintu depan," kataku yang sedang melihat-lihat.
"Lagi aku carikan buku spesias dia kok malah mengilang," kata
ipul sambil berjalan mencari adi.
Aku ke perpustakaan karena ada iis di situ, tapi aku gak tahu dia
di mana dan terus mencarinya siapa tahu ntar ketemu,
"Ibu kenapa gak istirahat," kata Adi.
"Yang jaga siapa nanti kalau ibu istirahat,"kata Bu presti.
73
"aku bisa jagain ibu," kata adi.
"Kok ibu yang di jaga," kata Bu presti.
"Kan cuma ibu yang," kata Adi yang lupa dengan kata-katanya.
"Yang apa adi," kata Bu presti.
"Maksudnya yang jaga di sini," kata adi.
Ibu itu kemudian tersenyum dan tertawa kecil gak tahu kenapa
karena jijik atau malu.
Aku melihat iis dan temannya sedang duduk sembil membaca
buku, aku pun duduk sedikit jauh yang penting lurus melihat dia
sembil menutupi bagian wajahku agar tidak terlihat oleh dia, gak
lama iis melihat ke arahku dan dia tersenyum apa karena dia tahu
kalau aku sedang mengikutinya setelah itu aku meletakkan buku
dan berpura-pura membaca aku baru sadar ternyata yang aku
baca bukanlah buku, tapi peta Indonesia dengan terbalik
melihatnya, aku pun mengganti buku itu aku gak tahu harus apa,
apakah aku harus malu, ya aku pikir gak perlu malu namanya gak
sengaja.
"Kamu kenapa is, kok senyum-senyum sendiri" kata anita.
"Gak ada kok," kata iis sambil lanjutkan membaca.
"Ooo ada wahid, pantas senyum-senyum sendiri," kata anita.
"Cieee," kata teman-temannya.
Aku gak tahu apa aku harus senang, aku hanya bisa senyum
sendiri pada saat itu, aku bingung.
Sedangkan ipul pergi kok gak balik lagi.
"Oooo ternyata kau di sini," kata ipul menemukan adi yang
sedang duduk.
74
"Apa sih pul ganggu aja," kata Adi.
"Aku carikan buku yang cocok untukmu,"kata ipul
"Mana pul," kata adi
"Ini buku spesiasmu, kau baca betul-betul," kata ipul dan
memberikan buku itu ke adi.
"Hahaha cocok pul, kau pikir aku orang utan pul," kata adi.
"Hahaha," ipul tertawa.
Lonceng pun berbunyi waktunya kami masuk, kelas iis dan
temannya duluan keluar dari perpustakaan sedangkan ipul dan
adi masih di tempat yang sama.
"udah, ayo masuk kelas," kataku sambil menarik tangan ipul.
Dan ipul menarik tangan adi.
"Dah bu, nanti lagi," kata adi ke bu presti.
aku mengajak mereka untuk masuk kelas karena udah lonceng
mereka pura-pura gak dengar lagi pula aku masih di dalam gak
mungkin mereka tinggalin aku, dan aku melepaskan tangan ipul.
"Hid jangan buru-buru gurunya aja belum masuk santai aja
jalannya," kata ipul
"Lepasin tanganku pul, ada kelainan kau ya," kata adi yang
mencoba untuk melepaskan tangan ipul.
"Hiii, kenapa aku pegang tanganmu, aku cuci pakai kembang
sepuluh rupa tanganku nanti," kata ipul sambil melihat tangannya.
"Kau pikir aku senajis itu," kata adi.
"Hahaha," ipul yang tertawa.
75
Kami pun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran, sewaktu adi
dan ipul sedang asyik tertawa robi masuk dengan makan permen
karet dan bungkus permen itu di buang ke arah adi dan ipul yang
sedang asyik bicara.
"Woy manusia apa maksudmu," kata ipul yang memegang
bungkusan.
"Uups, aku pikir tempat sampah," kata robi.
"Kau cari masalah samaku," kata ipul.
Ipul pun berdiri menghampiri robi dan di cegah oleh adi, tapi adi
gak bisa mencegah karena ipul udah terlanjur marah, ipul pun
mendorong robi sampai tersungkur ke lantai, aku pun berdiri dan
menghampiri ipul untuk mencegah agar gak ada perkelahian.
"Pul udah, ngapain kau pedulikan orang kaya gitu," kataku yang
menghalangi ipul.
"Gak bisa orang kayak dia di biarkan hid," kata ipul sambil
menunjuk tangannya ke robi.
Aku lalu menghalangi robi dengan tanganku agar dia tidak maju,
Pak Udin datang di saat pertengkaran itu.
"Ngapain kalian," kata pak Udin.
"Ipul pak," kata robi menunjuk ipul seakan-akan ipul yang salah.
"Apa pul mau kelahi," kata pak Udin.
"Dia duluan pak," kata ipul.
"udah cepetan bapak liatin, habis itu kalian ke kantor biar di
keluarkan dari sekolah ini," kata pak Udin dan duduk di kursi guru.
Mereka hanya bisa terdiam dan gak bisa mengucapkan sepatah
kata.
"Kamu ikut-ikutan juga wahid," kata pak udin.
"Gak pak," jawabku.
76
Pak udin membuka buku dan kami masih berdiri di tempat itu.
"Ayo lanjut berantemnya," kata pak udin.
"Enggak pak," ucap kami berempat.
"Kalau gak, ya udah minta maaf," kata pak udin.
"Tapi dia yang salah pak," kata robi.
"Kalau gak mau bapak keluar," kata pak udin.
Ipul dan robi berjabat tangan, ipul masih menatap robi dengan
pandangan yang masih marah besar dan robi langsung menuju
kursinya.
"Wahid kamu minta maaf juga," kata pak udin.
Aku pun langsung berjabat tangan dengan adi sembiring,
setidaknya aku minta maaf meskipun sedikit berbohong.
"Adi aku minta maaf ya," kataku.
"Iya hid, gak masalah, santai aja," jawab adi.
Pak udin geleng-geleng kepala.
"Kelahinya sama siapa minta maafnya sama siapa," kata pak
udin.
Yah yang pentingkan minta maaf, dari pada gak minta maaf sama
sekali.
Dan akhirnya pak udin melanjutkan pelajarannya sampai selesai.
Sepulang sekolah aku ke rumah ulum,
Gak pernah lagi main ke rumahnya ntar di bilang udah lupa, aku
panggil ulum dari depan rumahnya dan gak lama ulum keluar.
"Apa hid," kata ulum.
"Ada yang mau aku omongin," kataku
"Di bawah pohon situ biar adem," kata ulum.
"Kau punya nomor iis," kataku.
"Nomor apa," kata ulum.
77
"Nomer sepatunya, ya nomer telponnya," kataku.
"Kalau iis gak punya, kalau nomor siska punya," kata ulum.
"Ya udah gak apa-apa," kataku.
"Iis gagal sekarang ke siska," tanya ulum.
"Ya gaklah, aku mau minta tolong sama siska," kataku.
Dan ternyata ulum gak punya nomer iis,
ulum punya nomor siska karena ulum pernah satu kelompok
sama iis, Anita,ulum,Agus,deni dan Siska.
Hanya ini yang bisa aku lakukan, Aku belum siap untuk
berhadapan dengan dia secara langsung aku ingin mendengar
suaranya sekali aja, semoga aja malam ini aku bisa tidur nyenyak
dan bulan Ramadhan tahun ini menjadi kenangan yang indah
bisa mendengar suaranya.
Pagi ini sekolah terakhir karena sudah hampir setengah bulan
puasa jadi sekolah harus di liburkan, apel pagi pak udin berbicara
di depan.
"Hari ini hari terakhir sekolah jadi besok udah libur panjang,
kapan masuknya seminggu setelah lebaran, jadi hari ini berlajar
yang tertib jangan ada yang ribut di kelas," ucap pak Udin di
depan waktu apel pagi.
Pak Udin menyinggung peristiwa ipul dan robi, pak udin
memberitahu bukan untuk mereka saja tapi untuk semua murid
78
agar peristiwa itu tidak terjadi lagi.
Dan hari ini robi gak cari masalah lagi di kelas, gak tahu kenapa
semua tertib di kelas hari ini mungkin ini hari terakhir sekolah,
setelah pulang sekolah kami semua di kumpulkan di depan
kantor untuk maaf-maafan dan ipul berjabatan tangan dengan
robi.
Jadikanlah bulan yang suci ini untuk saling memaafkan.
7. Percaya diri
Siang ini saat pulang sekolah , selesai ganti baju aku hubungi
Siska aku tanyakan soal iis ke Siska, tapi aku bingung harus
bicara apa ke siska.
"Siska, ini wahid," kataku lewat Chat.
"Ada apa hid," kata siska.
"Mau tanya," kataku.
"Tanya soal Iis," kata siska.
79
"Iya, sis dia suka sama cowok yang kayak apa," kataku
"Dia gak suka sama cowok yang pembohong, nakal, dia hanya
butuh baik dan setia, kamu bisa gak," kata siska.
"Haha bisa, mungkin," kataku.
"Kok mungkin, yang pasti dong hid," kata siska.
"Iya pasti bisa," kata ku.
"Nah gitu dong," kata siska.
Aku cerita panjang sama siska banyak hal, cerita sedikit tentang
Siska wanita sedikit tomboy, hobi belajar dan bermain tapi dulu
waktu SMP dia juga wanita yang berprestasi, kalau sekarang sih
udah jauh beda wanita yang simpel, setia dan wanita yang fokus
pada karirnya untuk masa depan yang lebih baik, pokoknya
wanita yang tangguh.
Kita lanjutkan ceritanya waktu aku Chat.
Aku tanya soal nomor iis ternyata Siska gak nyimpen nomernya
kalau anita ada.
Aku berfikir kenapa aku gak minta sama Deni tapi jangan dulu
aku tanya sama temen-temennya agar aku bisa tahu tentang iis
lebih banyak dan gak salah strategi, emang mau main catur pakai
strategi.
"Siska aku minta nomer Anita," kata ku
"Untuk apa hid," kata siska
"Iyaa, biar lebih dekat aja sama temen-temennya, dekatin dulu
temannya baru iisnya" kataku
"Iyalah hid iya ntar aku kirim"kata siska
Siska pun kirim nomer anita, tapi gak mungkin aku Chat sekarang
mungkin ntar malam, jangan keburu-buru.
80
Sorenya ipul ke rumah untuk ngajak aku ngabuburit naik motor
favoritnya meskipun motor ini udah lama tapi tenaganya, kadang
sering mogok juga sih.
"Ayo ngabuburit," kata ipul.
"Kita mau ke mana," kataku.
"Udah ikut aja," kata ipul.
Aku pun naik motornya dan menikmati sore hari, banyak juga
orang yang menikmati suasana ini.
"Pul emang kau puasa," tanyaku.
"Bulan puasa harus di nikmati," kata ipul.
"Pul kita lewat tempat biasa," kataku.
"Tempat Iis," kata ipul.
"Lewat aja jangan mampir, gak enak sama ayahnya," kataku.
"Haha, oke deh," kata ipul.
Aku tahu ipul gak puasa tapi ngajakin ngabuburit ada-ada aja,
sore ini jalan lewat depan rumah iis, dia sedang mencuci
motornya dia berhenti mencuci motornya lalu dia melihat ku aku
berpura-pura gak tahu kalau ada dia tapi aku meliriknya, yaa
biasa anak abg.
"Hid kau kenapa diam aja," kata ipul.
"Aku gak bisa, leherku tiba-tiba kaku," kataku.
"Hufh, tadi minta lewat sini," kata ipul.
Di waktu pembicaraan itu robi lewat dari belakang kami dan
menggeber motornya setelah itu robi melaju motornya dengan
cepat.
81
Ipul gak terima karena dia udah cukup sabar selama ini,
"Pul udah gak usah, sabar, jangan di urusin," kataku.
"Gak bisa hid," kata ipul.
ipul yang emosi ipul lalu mengejar robi dengan penuh percaya diri,
dan gak butuh lama motor ipul tiba-tiba mogok.
"Nah kan ini jawabannya," kataku waktu berhenti.
"Kok mogok," kata ipul yang sedang melihat motornya.
"Motormu pul hampir lima generasi umurnya, mau coba motor
muda, gak butuh lama, K'O," kataku.
"Bantuin hid," kata ipul.
"Iya aku bantu," Kataku.
Aku pun membantu ipul dan waktu buka tinggal beberapa menit
lagi tapi motor ipul belum juga bisa hidup, aku mencoba untuk
terus mengengkol motornya.
"Pul kita umumkan aja di masjid," kataku.
"Motor ini masih bisa hidup hid," kata ipul.
"Aku udah gak kuat, gantian," kataku.
"Sini, gitu aja aja gak kuat," kata ipul.
Azan pun berkumandang dan tetap motor ini belum juga nyala,
aku berbuka puasa sedikit terlambat, kami istirahat sebentar
sampai azan selesai baru kami lanjutkan lagi.
"Baca do'a dulu pul," kataku.
"Bismillahirrahmanirrahim," kata ipul.
Motor pun nyala.
"Alhamdulillah, ayo pul langsung," kataku.
Kami pun langsung bergegas karena udah lewat waktu buka
82
puasa takut terlambat, takut terlambat makanannya habis haha.
Setibanya di rumah.
"Dari mana kok jam segini baru pulang," kata ibuku.
"Tadi motornya ipul mogok di jalan," kataku.
Dan ibuku melanjutkan makannya, dan selesai makan dan shalat
magrib aku duduk sebentar di luar rumah, setelah itu baru pergi
terawih.
Sepulang terawih aku duduk di depan warung di bawah pohon
sendiri dan melihat bintang, aku hampir lupa malam ini mau chat
anita, aku langsung Chat anita aku berharap di balas dan belum
tidur.
"Assalamualaikum Anita ini wahid,"kataku.
Menunggu cukup lama, ya mungkin udah tidur, mungkin juga
besok atau waktu sahur balesnya.
Udah merasa cukup pasrah ternyata anita membalas Chatnya.
"Walaikum salam, ada apa hid," kata anita.
"Maaf ganggu, mau tanya soal Iis, boleh," kataku.
"Iya boleh, tanya aja," kata anita.
"Gimana menurut kamu tentang iis sebagai temannya," kataku.
"Pertanyaan kamu lucu, ya jelas baiklah," kata anita.
Aku tersenyum, "kenapa aku tanya kayak gitu".
"Kalau aku suka sama iis gimana pendapat kamu nit," kataku.
"Tergantung, kamu baik atau gak untuk dia," kata anita.
"Kalau aku baik," kataku.
"Kalau kamu baik sekarang tergantung iisnya, mau atau gak :) ,"
kata anita.
"Haha iya kamu benar nit :( ," kataku.
"Jangan menyerah hid," kata anita.
83
" Kayaknya aku nyerah aja, gak ada yang bisa bantu aku," kataku.
Sedikit merendah biar dapet bantuan, ceritanya merayu tapi gak
secara langsung.
"Kayaknya ada yang minta bantuan nih," kata anita.
"Iya nit, tolong bantuannya yaa :) ," kataku.
"Haha, pura-pura merendah, iyaa tenang aja aku bantu tapi
besok sekarang iis pasti gak di rumah," kata anita.
Akhirnya bisa dapetin bantuan, langsung dari sahabatya, semoga
di lancarkan.
"Terima kasih Nita," kataku.
"Iyaa, aku mau tidur, waktu sahur nanti aku bilang ke dia," kata
anita.
"Selamat tidur anita, assalamualaikum," kataku.
"Walaikum salam," jawab anita.
Itu hari di saat aku chat dengan anita, mungkin anita bisa bantu
aku tapi gak bisa mengubah perasaan iis ke aku, aku senang
anita mau bantu aku, semoga aja anita bisa bantu aku dan
mengubah perasaan iis.
Di waktu sahur aku di bangunkan ayahku,
"Mas cepat sebentar lagi imsyak," kata ayah.
Aku langsung membuka mataku dan langsung ke dapur gak ada
kata ngantuk di saat sahur aku berdo'a dan langsung melahap
makanan yang udah di sediakan.
"Cuci muka dulu, berkumur dulu, langsung makan aja, liat jam
84
tuh," kata ayah.
Aku melihat jam ternyata masih lama imsyaknya adik-adikku juga
belum bangun, yaah udah hampir habis baru di kasih tahu, dan
ayahku juga belum makan.
"Kalau udah habis, bangunin wahyu," kata ayah.
"Iyaa," jawabku.
Selesai aku makan aku langsung pergi ke kamar wahyu,
bangunkan dia dari depan pintu kamarnya.
"Yuu, bangun sahur," kataku.
"Iya udah bangun," jawab wahyu.
Aku pergi dari situ karena tahu dia udah bangun, aku ke kamar
aku chat anita.
"Anita," kataku di Chat.
"Tahu aja kalau aku sama iis, langsung di chat," jawab anita.
"Kalian mau ke mana," kataku.
"Aku sama iis mau jalan-jalan nanti aku kasih tahu ke iis," kata
anita.
"Berdua aja,"kataku
"Iya gak lah rame sama temen-temen," kata anita.
"informasiin aku ya," kataku.
"Oke siip, tenang," kata anita.
Aku langsung pergi duduk di depan rumah.
"Udah aku kasih tahu, jawaban dia, mungkin waktu yang
menjawab," kata anita.
Aku gak tahu apa maksud dari jawabannya, mungkin aku masih
ada harapan mungkin besar dan mungkin juga hanya kecil, aku
yakin aku pasti bisa.
85
"Kalian jalan-jalannya mau ke mana," kataku di Chat.
"Gak tahu iis pemandu jalannya," kata anita.
"Haha, ada-ada aja," kataku.
"Kami sekarang lagi di poros," kata anita.
Aku berfikir,"berarti lewat depan rumahku".
Dan ternyata benar gak lama mereka lewat depan rumah, aku
ngumpet karena rumah aku ada pagarnya jadi aku ngumpet di
pagar,
"Wahid lagi apa ya sekarang," kata anita.
"Gak tahu kok tanya ke aku," jawab iis.
"Pasti dia tahu kalau kamu lewat sini," kata anita.
Aku melihat mereka, dan aku senyum-senyum sendiri.
"Yang pakai kerudung putih aku kenal," kataku di chat.
"Siapa tebak," balas anita.
"Gak perlu di tebak aku tahu itu iis," kataku.
"Iis gak percaya kalau kamu pasti tahu iis lewat," kata anita.
"Gak apa-apa, asal dia percaya kalau aku suka sama dia," kataku.
"Cieee, berharap nih," kata anita.
"Haha, iyaa udah lanjutin jalannya, hati-hati, makasih ya anita
udah bantu," kataku.
"Iya dengan senang hati," kata anita.
Aku gak tahu mereka lewat depan rumah itu karena sengaja atau
gak sengaja.
Siang harinya aku gak tahu mau ke mana, ngapain, selesai shalat
Dzuhur keingat aku mau Chat anita lagi, aku duduk di ruang tamu.
"Assalamualaikum Anita," kata ku di chat.
"Walaikum salam, ada apa hid," jawab anita.
86
"Boleh minta nomernya iis," kataku.
"Boleh, tapi aku tanya dulu boleh apa gak sama yang punya,"
kata anita.
"Iyaa, aku tunggu," kataku.
Aku menunggu cukup lama sampai hampir aja aku ketiduran,
sebelum aku ketiduran ternyata udah di balas.
"Iis bilang boleh," kata anita.
"Iyaa, kirim yaa," kataku.
Ternyata nomer iis dan anita sama hanya beda satu angka di
belakangnya.
Aku Chat iis pada saat itu juga aku gak mungkin telfon dia,
karena gak mungkin, tunggu pada waktunya.
"Assalamualaikum," kataku di chat.
"Walaikum salam, ini siapa," kata iis.
"Ini pangeran kodok," jawabku.
"Haha, jangan bercanda," kata iis.
"Ketulusan yang membuat kamu tahu siapa aku," kataku.
"Iya pangeran kodok, emang kamu tahu siapa aku," kata iis.
"Aku tahu, kamu itu bidadari," kataku.
" :) ," iis membalas emot.
"Jangan tersenyum," kataku.
"Kenapa gak boleh senyum," kata iis.
"Bunga-bunga akan layu, malu dengan senyuman kamu," kataku.
"Ceritanya gombal nih," kata iis.
"Itu bukan gombal, itu nyata," kataku.
Aku cerita lama dengan iis dan gak mungkin aku tulis semuanya,
kami cerita lama di chat sampai azan ashar, iis belum tahu siapa
aku, dan kami sudahi percakapannya.
"Aku mau shalat, pangeran kodok jangan lupa shalat," kata iis.
87
"Iya bidadarinya pangeran kodok," kataku.
"Assalamualaikum," kata iis.
"Walaikum salam," jawabku.
Itu cerita pertama waktu aku Chat iis, seru dan senyum sendiri,
percaya diriku semakin besar, jika orang lain bilang gak mungkin
percayalah kalau kita yakin gak ada yang mustahil.
Dan perasaan di hati gak bisa di paksakan, kita gak tahu hari
esok siapa yang kita benci, mungkin dia orang yang akan
membuat kita tersenyum, dan cinta memang penuh misteri, cinta
datang kapan pun dan di mana pun itu, percayalah keajaiban
pasti akan datang.
Malam harinya pulang terawih aku Chat iis lagi,
"Assalamualaikum," kataku di chat.
Iis gak membalas, aku menunggu dengan semangat, dan aku
masih menunggu, sampai tengah malam iis tetap gak membalas,
aku mengucapkan sesuatu malam ini.
"Selamat tidur bidadari, jadikanlah hari esok menyenangkan,
pangeran kodok," kataku di chat.
Aku pun masuk ke kamar dan tidur karena di waktu bangun nanti,
aku akan membuat seseorang yang aku sukai tersenyuman.
Di waktu aku bangun sahur ternyata iis membalas tadi malam
waktu aku tidur pulas pukul 02:00 , dia membalasnya.
"Pangeran kodok udah tidur, seharusnya aku yang ngucapin
selamat tidur, maaf handphonenya aku tinggal di rumah," iis
membalas di chat.
Aku tahu kalau dia pasti pulang ngaji jam segitu, aku takut dia
88
kenapa-kenapa, seorang cewek sendirian malam hari lewat
kuburan, ini menjadi kesempatan yang empuk untuk para oknum
jahat.
"Semoga dia baik-baik aja" Do'aku untukmu.
8. Teman baru
Puasa sebulan sudah kita lewati kini tiba waktunya untuk meraih
kemenangan, dan malam ini sama ipul hanya berdua, ipul
menjemputku di rumah seperti biasanya.
"Hid kita ke mana, yang punya cewek pergi ke kota, kita juga
yok,"kata ipul di depan rumahku.
"Kau pikir aku cewekmu," kataku.
"Ya gak gitu juga, mau gak," kata ipul.
"Tapi pakai motorku ya, ntar mogok lagi kalau pakai motormu,"
kataku.
89
"Iya, meragukan motorku," kata ipul.
"Bukan meragukan, dari pada mogok,"kataku.
"Sama aja itu, meragukan kekuatan motor ini," kata ipul.
Aku pun membawa motorku dan motor ipul di tinggal di depan
rumahku, sekarang aku yang bonceng ipul di tengah perjalanan
kami ketemu rizal dan rombongannya sedang berhenti di pinggir
jalan, aku gak tahu mereka sedang apa, yang aku tahu mereka
bawa pancing.
"Zal mau ke mana," kataku.
"Mau mancing, kalian mau ke mana," kata rizal.
"Jalan-jalan zal, cari cewek," kataku.
"Dapat ceweknya," kata rizal.
"Nanti kalau udah dapat bawa pulang," kataku.
"Kayak ikan aja itu cewek haha," kata rizal.
"Haha, ya udah lanjut zal," kataku.
"Oke siip," kata rizal.
Mereka memang hobi mancing dalam kondisi apapun mau itu
hujan bahkan badai petir sekali pun tetap berangkat mancing,
yang namanya hobi mau gimana lagi.
Kami lanjutkan perjalanan masih dengan orang yang sama ya
ipul, kami ketemu lagi dengan waktu di perjalanan orang ini gak
asing, baunya udah ke cium dari jauh begitu dekat ternyata
bentuknya menakutkan kucing aja lihat dia pasti lari siapa orang
ini, dia Dimas Septian Rivaldi anak kelas sebelah, gak seseram
itu juga orangnya gini-gini dimas punya banyak cewek, dimas
wajah minimalis hati romantis senyumannya buat wanita gak
90
akan pernah lupa dengannya, dan kami Pepet motornya.
"Kadal ompong, mau ke mana," kata ipul.
"Ke kota dong," kata dimas.
"Gaya, biasa main di limbah, sok-sokan main ke kota," kataku.
"Kita boleh anak desa, tapi cewek bro di kota," kata dimas.
"Widih, emang kawan satu gak ada duanya," kata ipul.
"Emangnya kalian, berdua terus, jangan-jangan nih kalian, aduuh
ntahlah," kata dimas.
"Kami masih normal," kataku.
"Hahaha," tawa dimas.
Perjalanan cukup lama kami ke kota menempuh perjalanan
kurang lebih satu jam.
Sesampainya kami di kota, Kami pun pisah dengan dimas,
katanya sih ceweknya udah lama nunggu, gak tahulah namanya
juga dimas.
"Aku mau jemput cewekku, hati-hati kalian," kata Dimas.
"Seharusnya yang bilang gitu aku," kata ipul.
"Kenapa harus kau yang bilang gitu," kataku.
"Aku takut dia di culik," kata ipul.
"Penculiknya takut sama dia," kataku.
Kami lihat kembang api di alun-alun, soalnya di tempat ini pasti
ramai, cukup lama kami di situ dimas pun lewat dia gak tahu
kalau kami ada di sini, ipul memberi tahu ke aku kalau ipul
melihat dimas.
"Hid itu dimas sama ceweknya," kata ipul.
"Gak mungkin pul," kataku.
91
Aku gak percaya karena ada yang janggal di pandangku, aku
melihat di tengah mereka ada anak kecil, aku berfikir mungkin
hanya kebetulan aja motornya sama dan mungkin itu pasangan
suami istri dan anaknya, motor itu berhenti dan kami masih
melihatnya jaraknya gak terlalu jauh dari kami.
"Kalau gak percaya ayo kita samperin,"kata ipul.
Aku mulai penasaran apa iya tapi kok aneh, gak mungkin juga
dimas mau bawa adik pacarnya itu.
"Kita samperin, kita pura-pura gak tahu,"kata ipul.
Aku pun menghidupkan motorku kami terus mulai mendekatinya
kami berhenti tepat di depan motornya dimas, dia masih belum
tahu kami, karena dimas bicara dengan cewek itu, anak kecil itu
terus rewel.
"Mama pulang, ayo pulang ma,"kata anak itu.
Aku tadi berfikir kalau anak itu adalah adik dari cewek itu,
ternyata.
"Iya sabar ya nak, bentar lagi," kata cewek itu.
Dimas menggaruk kepalanya, seperti orang yang sedang
kebingungan.
"Pak anaknya belikan jajan aja pak biar diem," kata ipul.
Aku menyembunyikan tertawaku agar dimas gak malu sama
ceweknya.
"Iya mas, makasih loh mas sarannya," kata dimas.
"Sama-sama pak, anak yang ke berapa pak,"kata ipul.
"Anak yang pertama," kata dimas.
Anak kecil itu yang masih di tengah mereka, anak itu gak mau
92
turun dari motornya, Anak itu masih tetap dengan pendiriannya
dia tetap berusaha minta pulang.
"Mama ayo pulang,"kata anak itu.
Dimas udah gak kuat lagi anak itu terus rewel, dari pada panjang
urusannya dimas mengantarkan mereka pulang.
"kalau gitu saya cari jajan dulu ya mas, makasih tadi sarannya
mas," kata Dimas.
"Sama-sama mas,"kata ipul.
"Ayo pulang ma," kata anak itu.
"Iya ini mau pulang," kata cewek itu.
"Yee kita pulang kita pulang,"kata anak itu.
Waktu pergi aku sempet terdengar ceweknya berbicara dengan
dimas.
"Maaf ya mas, jadi ngerepotin kamu," kata cewek itu.
"Enggak kok, gak ngerepotin," kata dimas.
Dimas pun pergi dengan pacarnya, anak kecil itu kira-kira umur
lima tahun, aku gak bisa menahan tawa itu lebih lama lagi,
setelah dimas sudah pergi jauh kami pun puas tertawa terbahak-
bahak.
"Udah pul cukup," kataku.
"Aku yakin yang dia bawa istri orang yang suaminya gak pernah
pulang, dari pada suntuk di rumah dimas bawa," kata ipul.
Kami udah cukup ketawanya kami masih di tempat yang sama
kami yakin dimas pasti ke sini, gak lama Dimas pun datang
"Kurang ajar kalian, malu aku, kalian injak-injak harga diriku"kata
Dimas yang masih ada di motornya.
Kami berpura-pura seperti mencari sesuatu yang hilang.
93
"Kalian cari apa," kata dimas.
"Kami lagi cari harga dirimu yang kami injak-injak," kata ipul.
Dimas ngambek dia ingin pergi tapi kami hadang.
"Kalian gak asyik," kata dimas.
"Jangan marah, gitu aja marah, bercanda," kataku.
"Iya-iya," kata dimas.
Dimas pun gak jadi pergi, kami lanjutkan dengan mengobrol agar
tidak salah paham.
"Haha kau pungut di mana istri orang Dimas," kata ipul.
"Dia bilang kalau dia belum punya suami, eh ternyata dia janda
anak satu," kata dimas.
"Hahaha," tawaku dan ipul.
"Kenapa gak di suruh tinggal aja anaknya di rumah," kataku.
"Anak itu gak mau tinggal di rumah, takut ibunya kenapa-kenapa
habis itu dia nangis, iya udah di ajak aja sama cewek itu," kata
dimas.
"Anaknya aja udah hampir sama umur nya samamu dim," kata
ipul.
"Lain kali aku lihat dulu orangnya,"kata Dimas.
"Kau kenal di mana itu ibu-ibu," kataku.
"Aku kenal di sosial media facebook, aku tanya bisa jalan malam
nanti, bisa, jemput aja ke kontrakanku, ya udah aku jemput deh,"
kata dimas.
“hahaha, ketawa terakhir,” kata ipul.
"Udah malam yok pulang," kataku.
"Ayok," kata ipul.
"Dari tadi juga udah malam," kata dimas.
94
Karena waktu sudah hampir larut kami pun pulang, di perjalanan
pulang aku lihat jual mie ayam pakai gerobak di pinggir jalan dan
sedang ada yang beli.
"Kita makan mie ayam yok," kataku.
"Ayoo, aku ikut-ikut aja," kata dimas.
"lapar dim," kata ipul.
"Diam kau pul, berisik," kata dimas.
"Hahaha," tawaku dan ipul.
Kami pun parkir, gerobaknya berhenti karena ada yang beli
suami-istri mie ayam mereka di bungkus biar asyik kali ya makan
di rumah.
"Bang mie ayamnya tiga," kataku.
"Sebentar ya ibunya ini dulu, makan di sini apa di bungkus," kata
penjualannya.
"Makan di sini bang," kataku.
"Duduk dulu deh ini bangkunya," kata Abang itu sambil
mengambil bangku plastik di atas gerobaknya.
"Iya bang," kataku.
Ipul membisiki telingaku, mungkin dia gak yakin makanannya
enak apa gak.
"Hid kau yakin," kata ipul berbisik.
"Percaya," kataku.
Dimas menggelengkan kepalanya, giliran dimas yang ngejek ipul
sekarang dan dimas membisiki ipul.
"Mungkin cuma punyamu pul yang di kasih racun," kata dimas
berbisik.
"Dim," kataku.
"Hahaha," tawa dimas.
95
Meskipun di pinggir jalan aku yakin makanannya enak, sekarang
udah jarang ada yang jualan pakai gerobak, mereka lebih memilih
membuka tempat untuk berjualan mie ayam agar lebih nyaman
untuk pembelinya.
Aku Chat iis siapa tahu di balas.
"Assalamualaikum, udah tidur ya," chatku
Aku langsung masukkan handphoneku di kantung celana.
Iis udah tahu namaku dari anita, tapi kami masih memakai
panggilan kesayangan, meskipun baru pdkt.
Aku lanjutkan ceritanya Dimas.
"Sekarang kau cerita dim, kok bisa,"kataku.
"Aku belum makan, rela gak makan aku gara-gara cewek itu, biar
nanti bisa makan bareng," kata dimas.
"Aduh-aduh sampai segitunya," kata ipul.
"Waktu aku datang aja aku udah curiga, ini cewek kenapa kayak
orang habis maling ngendap-ngendap jalannya, ternyata dia gak
mau ketahuan anaknya," kata dimas.
"Hahaha," tawa ipul.
"Jadi lanjutkan apa putus hubungan,"kataku.
"Masa iya sama janda, anak satu lagi,"kata dimas.
"Gak papa dim, untung-untung cari pahala,"kata ipul.
"Pahala apanya," kata dimas.
"Hahaha," tawa ipul.
Aku cek handphoneku, dan ternyata belum ada balasan, aku
berfikir "apa mungkin udah tidur ya".
96
Makanannya pun datang, dari mandang makanan ini pasti mie
ayamnya enak.
Setelah kami masing-masing nyicipin rasa kayak bukan mie ayam
biasa tapi ini luar biasa.
Ipul dan dimas seperti orang kelaparan mereka habis duluan,
nampaknya ipul percaya nih sekarang sampai-sampai ipul
tambah lagi.
"Lapar apa doyan, katanya gak suka, nambah buktinya," kata
dimas.
"Ssst, diam," kata ipul.
Dimas pun gak mau kalah dimas pun ikut nambah, yah masa iya
aku gak tambah gak setia kawan dong, aku pun ikut tambah haha.
Pada akhirnya selesai juga makannya, kami semua kekenyangan,
ini yang di namakan keterlaluan, seharusnyakan "berhentilah
makan sebelum kenyang jangan pula berhenti makan setelah
kekenyangan"
Kami sampai gak bisa bergerak bangun pun udah gak bisa kami
duduk di sebelah ban motor.
"Aduh-aduh saya jadi gak enak," kata Abang mie ayam.
"Gak papa bang," kataku.
"Kalau gitu saya pergi ya, anak saya udah nunggu di rumah,"
kata Abang mie ayam.
"Makasih bang,"kata dimas.
"Sama-sama," kata Abang itu.
Abang itu pun pergi dari hadapan kami karena waktu udah dini
hari abang itu juga udah di tungguin di rumah.
"Gak lagi-lagi deh," kata ipul.
"Jangan salahkan aku ya, aku juga jadi korban nih," kataku.
97
"Ampun, ampun," kata dimas.
Waktu kami di perjalanan, motor itu kami gas sepelan-pelannya
agar guncangannya gak terlalu ekstrim di perut.
Sesampainya kami di depan pagar rumahku dimas pun lanjut
perjalanan karena rumah dimas masih jauh lagi
"Aku lanjut ya," kata dimas.
"Yoo," kataku.
Ipul mengambil motornya yang masih parkir di depan rumahku,
warung ayahku udah tutup karena besok harus bangun pagi
untuk shalat idul Fitri.
"Aku pulang ya hid, udah ngantuk," kata ipul.
"Iya, Hati-hati," kataku.
Aku ngecek handphoneku iis ternyata udah membalas Chat ku,
aku gak tahu kalau dia udah balas.
{ Chat iis }
"Walaikum salam, belum"
"Kamu lagi apa"
"Kamu lagi sibuk ya"
"Maaf ganggu"
Aku yakin waktu aku di perjalanan tadi dia membalasnya dan aku
coba menelfon iis ternyata udah gak aktif, mungkin dia udah tidur,
aku balas jika udah aktif pasti nanti terkirim.
"Maaf ya gak di balas, selamat tidur bidadariku mimpilah yang
indah untuk malam ini,"Chatku.
Setelah ipul pergi aku pun memasukkan motorku ke dalam rumah.
Pagi harinya shalat Idul Fitri, aku sekeluarga berangkat ke masjid
98
jalan kaki biar lebih menikmati suasananya
Di mesjid aku ketemu rizal sama temannya namanya fije, aku
duduk di sebelah rizal aku menyalami mereka.
"Maaf lahir batin," kataku.
"Maaf lahir batin juga," kata mereka.
Kami pun menjalani shalat idul Fitri selesai kami shalat kami
fokus untuk mendengarkan ceramah.
Waktu pulang aku sekeluarga bersama lagi masa iya pulang
duluan, sesampainya di rumah aku dan adik-adikku meminta
maaf kepada kedua orang tua.
"Maaf lahir dan batin kalau wahid ada salah yang besar ataupun
yang kecil maafkanlah ayah/ibu," kepada kedua orang tua.
Setelah itu aku dan adik-adikku.
Aku mendapatkan Chat dari iis, dia minta maaf, lalu aku lanjutkan
dengan mengobrol lewat Chat.
"Aku mimpi indah tadi malam," kata iis.
"Mimpinya seperti apa," kataku.
"Ketemu pangeran," kata iis.
"Pangerannya kayak aku," kataku.
"Kamu ge'er," kata iis.
Dan aku lanjutkan dengan Chat yang endingnya seperti ini.
"Aku boleh ke rumah kamu," kataku di chat.
"Gak boleh," balas iis.
"Kok gak boleh, ayah kamu gak ngizinin,"kataku.
"Aku lagi di perjalanan ke jawa, emangnya kamu mau nyusul ke
jawa," kata iis.
"Gak, ntar mau tinggal di mana, kalau di rumah kamu tinggalnya
gak papa,"kataku.
99
"Iiih, belum boleh," kata iis.
"Haha, Tunggu pada waktunya ya," kataku.
Ceritanya sampai situ aja ya kalau di lanjutkan gak siap nih.
Setelah itu kami sekeluarga ke rumah saudara yang ada di desa
ini setelah udah keliling dan pada waktu rumah saudara terakhir
yang akan kami kunjungi yaitu rumah Wak junedi, sesampainya
kami di rumah itu ternyata udah ramai saudara ngumpul di sini
juga udah ada rifa'i dan ulum, aku maaf-maafan dulu sama yang
punya rumah setelah itu.
"Kalian udah di sini aja," kataku.
"Wees iyalah," kata rifa'i.
"Kalau soal makanan kami gak mau sisa-sisa, harus duluan,"
kata ulum.
"Hebat, cocok kalian berdua, perjuangan yang bagus itu," kataku.
Aku mencoba untuk berdiri untuk mengambil minuman tapi
mereka masih tetap berjuang.
"Eeest, mau ke mana, mau duluan makan, sabar kami aja belum
makan, mau duluan aja," kata rifa'i sambil menahan lenganku.
"Aku mau ngambil minum," kataku
Aku mengambil minuman, setelah itu.
"Yang mau makan, di belakang ya," kata uwak yang perempuan.
"Iya wak," kata rifa'i dan ulum.
Mereka masih malu-malu, mereka gak tahu kalau aku udah mau
ke belakang, ternyata di belakang rumah udah rame ayahnya
100
ulum juga udah di belakang.
"Hid makan, jangan malu-malu," kata ayahnya ulum.
"Iya wak," kataku.
Rifa'i dan ulum akhirnya datang.
"Udah di sini aja kau hid," kata rifa'i.
"Kalian sok malu-malu," kataku.
"Pa'i aku ajak gak mau, nanti-nanti," kata ulum.
"Kau bukannya di paksa sedikit, biar aku mau," kata rifa'i.
"Alaaah, kalian mau makan aja ribut, ku makan juga kalian nanti,"
kataku.
Haah, tuh kan aku pernah bilang kalau mereka hal sepele aja
bisa ribut, gimana kalau hal yang besar, mungkin mereka
langsung di lempar ke sumur sama ayah mereka, kalian baru
dengar ceritanya, coba lihat aslinya mungkin lebih parah.
Malamnya aku di teras rumah aku telfon iis aku gak tahu di
angkat atau gak, aku telfon berkali-kali akhirnya di angkat.
"Halo assalamualaikum," kata iis.
"Walaikum salam," kataku.
"Ada apa telfon, tumben," kata iis.
"Ini siapa," kataku.
"Haha, gak lucu," kata iis.
"Kamu pasti bukan manusia, tapi bidadari," kataku.
Aku yakin dan aku bisa merasakan kalau dia tersenyum.
"Andai aku bisa melihat senyum kamu," kataku.
"Emang kenapa, kok kamu mau lihat senyum aku," kata iis.
101
"Biar aku bandingkan manis mana, senyum kamu apa madu,"
kataku.
"Kamu pintar gombal, pasti pacarnya banyak," kata iis.
"Pacar aku cuma satu dan kamu kenal siapa dia,"kataku.
"Emangnya siapa," kata iis.
"Dia cantik, baik, dia bukan manusia," kataku.
"Haha, Dia hantu," kata iis.
"Dia bidadari, yang turun dari pohon salak," kataku.
"Haha, Semoga kalian langgeng," kata iis.
"Kami belum pacaran, suatu saat dia pasti jadi pacar aku," kataku.
"Amiin," kata iis.
"Kamu ngantuk," kataku.
"Iya, aku tidur ya," kata iis.
"Kalau kamu mau tidur sebutkan nama aku ya, agar aku nyenyak
tidurnya," kataku.
"Haha, gak mau," kata iis.
"Aku udah tahu kamu pasti bilang gitu," kataku.
"Iya tidur udah malam," kata iis.
"Selamat tidur bidadariku," kataku.
"Selamat tidur pangeran kodok," kata iis.
"Assalamualaikum,"
"Walaikum salam,"
Setelah menutup telfonnya, aku Chat lagi iis.
"Apakah harimu menyenangkan," chat ku.
"Iya, aku senang," balas iis.
"Jadikanlah hari esok juga menyenangkan," kataku.
"Iya, kamu juga," kata iis.
Malam ini bersama dia tersenyum bersama, aku ingin dia seperti
ini setiap saat, dan sampai kapan pun itu, aku gak ini membuat
102
dia tidak bahagia.
Dan aku lanjutkan tidur, sebelah tidur aku mengucapkan sesuatu
"Iis berikan senyumanmu di pagi hari untukku".
Sebentar lagi masuk sekolah dan mungkin aku rindu dengan
sekolah dan mungkin juga tidak, rindu mungkin karena ada
sebabnya, kalian juga tahu apa sebabnya, ke esokan harinya aku
dan ipul ke tempat guru, yang pertama pak udin.
"Assalamualaikum," kataku dan ipul.
Berkali-kali tapi gak ada jawaban, aku gak tahu pak Udin ke
mana yang pasti pak Udin gak ada di rumah.
"Kayaknya gak ada orang pul," kataku.
"Kodok lumpat juga tahu, kalau rumahnya gak ada orang," kata
ipul.
"Kok bawa-bawa nama kodok, aku bilang sama pak udin, biar
kau di kutuk jadi kodok," kataku.
"terus gitu , sekarang mau ke mana kita," kata ipul.
"Kita jalan aja dulu," kataku.
Kami gak tahu harus ke mana lagi, kami cuma muter-muter naik
motor ipul semoga aja gak mogok.
"Aku tahu mau ke mana," kata ipul.
"Ke mana," kataku.
"Udah ikut aja," kata ipul.
Kami pun menuju ke satu rumah dan aku gak tahu itu rumah
siapa, setelah nyampe di rumah itu, aku melihat motor yang
parkir di depan rumah itu, aku sepertinya kenal.
103
"Udah di sini aja nih motor jelek," kata ipul.
"Kayak pernah lihat aku motor ini pul," kataku.
"Gak salah lagi nih, kadal ompong," kata ipul.
Kami pun masuk ke dalam rumah untuk silaturahmi, ceritanya sih
gitu.
"Assalamualaikum," kataku dan ipul.
"Walaikum salam, masuk pul" kata pemilik rumah.
Setelah aku masuk, aku baru tahu rumah siapa ini, rumah Bu
presti, ternyata dimas dan deni udah ada di sini.
"Sebentar ya di buatkan minum dulu," kata Bu presti.
Ibu itu ke dapur untuk mengambil minuman, karena belum di
siapkan.
"Kalian udah sampai aja di sini," kata ipul.
"Eeh kita kok di lawan, ya den," kata dimas.
"Haha," deni tertawa.
"Hebat kau dim, suka sama yang janda," kataku.
"Hebat apanya," kata ipul.
"Hebat barangnya dong," kata Dimas.
Dan di tengah percakapan itu, Bu presti datang membawa
minuman es sirup.
"Barang apa itu," kata Bu presti.
"Gak ada bu, hehe," kata dimas.
"Kalian udah akrab ya," kata Bu presti.
"Gak bu, kami gak saling kenal," kata ipul.
"Gak mau Bu," kata dimas.
Aku dan deni hanya bisa tertawa, pantas aja mereka mau ke sini
104
niatnya sih bukan silaturahmi tapi cuma mau lihat ibu ini yang
pakaiannya seperti anak muda jaman now.
"Mereka kayak kucing sama tikus, akrabnya tunggu kalau sama-
sama kenyang," kataku.
"Itu kemarin hid, jangan di bilang lagi," kata dimas.
"Sekarang cicipi makanannya sampai kenyang,"kata Bu presti.
Yah mereka kalau udah ketemu, pasti kayak gini, ribut.
"Anak ibu ke mana kok gak ada kelihatan dari tadi," kata ipul.
"Lagi di rumah neneknya," kata bu presti.
"Kesepian dong ibu," kata dimas.
"Kan ada kalian, jadi gak sepi deh," kata bu presti.
"Iya udah, ntar aku tidur sini," kata dimas.
"Iya gak gitu juga dimas," kata bu presti.
"Cari kesempatan dimas," kataku.
"Namanya juga usaha," kata dimas.
Kami melanjutkan obrolan dengan Bu presti, dan aku mencoba
Chat iis, tapi kenapa nomer gak aktif, emang kita gak tahu
kemauan hati seseorang wanita apa, mencoba untuk peka tapi
seperti ini, susah untuk di pahami.
Kami semua pamit dengan bu presti karena sudah terlalu lama,
gak enak juga di lihat sama tetangga, kami pun meninggalkan
rumah bu presti meskipun mereka sepertinya berat untuk pergi,
aku di ajak ipul untuk ke rumah satu lagi.
"Ada satu rumah kalau gak di datengin kita menyesal," kata ipul.
"Rumah siapa," kataku.
"Udah yang pasti gak nyesel deh," kata ipul.
"Jadi curiga," kataku.
"Santai aja di boncengan," kata ipul.
105
Kami menuju rumah yang akan di tuju ipul, aku curiga mungkin
takut atau penasaran ya, yah gak tahulah.
Sesampainya kami di rumah tersebut ternyata nih ada penyusup
dari belakang kami siapa dia, mereka mengikuti kami penasaran
kami mau ke mana, orang yang sama dimas dan deni.
"Kalian lagi," kata ipul.
"Aku tahu kalian mau ngapain ke sini, hati-hati peliharaanya
galak" kata dimas.
"Jangan sok tahu kau, bilang aja kalian mau ikut," kata ipul.
Ipul berjalan menuju teras rumah di situ deni bertanya ke dimas.
"Emang ini rumah siapa dim,"kata deni.
"Udah aman gak gigit, ayo," kata dimas.
Dan aku langsung pergi ke belakang ipul.
Dengan posisi berbaris ipul, aku, dimas dan deni di belakang.
"Assalamualaikum," kata ipul.
"Walaikum salam, masuk," kata pak haji dengan suara keras
yang membentak.
Kami semua kaget dan hampir melarikan diri hanya ipul yang gak
kaget mungkin udah pernah ke sini.
"Apa aku bilang, galak,"kata dimas.
"Tapi kau bilang tadi dim yang galak," kata deni.
Aku hanya menatap dimas, kakiku gak bisa bergerak.
"Ayo masuk jangan malu," kata pak haji masih dengan suara
keras.
"Iya pak haji,"kata ipul.
Kami bukan malu tapi bisa di bilang takut, mencium tangan pak
haji, dan pak haji memegang tangan kami dengan kuat setelah itu
106
kami duduk masih dengan posisi yang berurutan.
"Neng buatkan minum lima," kata pak haji.
"Iya yah," kata anak perempuan.
Wanita itu gak terlihat karena ada tirai yang menutupi, suara itu
lembut banget, mendengar suaranya aja gak yakin kalau itu
wanita cantik dan mereka pasti memikirkan sama sepertiku,
bapaknya kayak gini masa iya anaknya gak jauh dari bapak ini.
Setelah anak perempuan itu keluar untuk memberikan minuman,
kami semua serentak menarik nafas sedalam-dalamnya merasa
gak percaya bapaknya kayak gini kok anaknya secantik ini,
cantiknya seperti, gak bisa di bilang dengan kata-kata.
"Silahkan," kata wanita itu.
Kami semua berdiri dan ingin menjabat tangannya, tapi karena
dia wanita yang solehah dia tidak ingin menyentuh tangan kami,
bukan muhrim, dia bersalaman seperti wanita solehah.
Ipul yang pernah kesini tapi kok ikut berdiri juga, wanita itu duduk
di sebelah pak haji, dan pak haji memperkenalkan anaknya
kepada kami dengan suara hanya sedikit lembut dari sebelumnya.
"Ini anak bapak satu-satunya, namanya Naila, kalian mau jadi
suaminya," kata pak haji.
Kami kaget dan menarik nafas itu pertanyaan terlalu cepat untuk
lelaki seperti kami, jawaban di hati sih mau pakai banget tapi
sekolah masih jauh lagi, mereka pasti sama jawabannya.
107
"Kalau kalian mau, belajar yang benar, harus pintar mengaji agar
naila punya seorang suami yang membimbing dia ke jalan yang
lurus," kata pak haji.
Beban terasa berat nih, mungkin bisa menjaganya kalau itu siap
siapa pun orangnya.
"Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab, kalau kalian gak biasa,
bapak tidak akan merestui hubungan kalian," kata pak haji.
Ipul mungkin benar senang bisa ketemu wanita secantik ini, tapi
dimas mungkin kurang ajar katanya peliharaannya yang galak,
tapi kok "awas kau Dimas".
"Silahkan di minum," kata pak haji.
"Iya pak haji," kata kami semua.
"Anak bapak ini di pondok pesantren, agar nanti menjadi wanita
yang bisa membuat suaminya bahagia," kata pak haji.
Setelah minum habis kami semua permisi, kami mencium tangan
pak haji sebelum pergi, ternyata pak haji ada waktunya untuk
bersuara lembut, suara keras itu untuk laki-laki yang baru datang,
pak haji mengetes mental apakah dia benar-benar serius atau
gak sama anaknya.
Setelah kami pergi dari rumah itu, dan kami sedang mengendarai
motor kami mengendarai sebelahan, orang yang pertama kali di
salahkan dimas.
"Ini semua salahmu dim," kata deni.
108
"Kok aku yang salah, salahin ipul ngapain ngajak kesitu," kata
dimas.
"Aku gak ngajak kau, salah sendiri kau ikut," kata ipul.
"Dim katamu tadi peliharaannya yang galak, rupanya," kataku.
"Aku kata orang, aku juga baru tahu ini," kata dimas.
"Tapi cantik juga ya anaknya," kataku.
"Cantik, tapi ngeri bapaknya," kata dimas.
"Aslinya bapak itu baik, buktinya kita gak kenapa-kenapa," kata
ipul.
"Kalau aku cari yang lain, mending cari janda kayak dimas," kata
deni.
"Hahaha," kami bertiga tertawa.
Aku tahu deni ngejek dimas, deni udah tahu kejadian dimas
waktu malam takbiran waktu itu, tahu dari mana namanya juga
cerita, kalau aku ceritakan juga lama lagi nih cerita.
Karena sudah siang tertariknya matahari buat kami gak betah
lama-lama di luar rumah, kami memutuskan untuk pulang dan
kami pisah dengan dimas.
"Kalian hati-hati di jalan," kata dimas.
"Iya,"kataku.
Dan kami pun pisah beda jurusan, dan kami menunggu
kerumahku.
"Waktu itu dia bilang gitu sial, gak tahu kalau sekarang," kata ipul.
"Do'amu jelek pul," kataku.
"Itu bukan do'a hid, takutnya dia sial lagi," kata ipul.
"Khawatir nih ceritanya," kataku.
"Aaah udah hid," kata ipul.
Siang itu selasai sholat aku Chat iis, kenapa dia gak ada kabar
nomernya juga gak aktif, aku gak tahu sedang apa, apa dia baik-
109
baik aja.
Sorenya aku dan ipul jalan-jalan kami melihat rizal dan temannya
sedang bermain futsal mencari keringat, rizal manggil kami dan
mengajak kami bermain futsal, di lapangan itu ada dimas dan
deni juga, rizal mengajak kami bermain futsal bareng karena
mereka kekurangan pemain kami pun ikut bermain bola dengan
rizal, selesai bermain futsal kami tertawa bareng, kalau di
sebutkan namanya ada Rizal, Soleh, Dimas Saputra, fije, toni,
jimi, Iqbal, Deni, dan Dimas teman deni tadi di tabah kami berdua,
azan magrib berkumandang waktunya kami pulang dan sebelum
pulang.
"Nanti malam kami di pos kamling, datang aja," kata rizal.
"Iya zal," kata ipul.
Ipul mengantarku pulang, mereka di pos kamling cuma
nongkrong bukan ngeronda karena udah gak aktif lagi
ngerondanya jadi mereka buat pos kamling ini untuk nongkrong
biar rame, di situlah pertama kali kami akrab dengan rizal di
lapangan futsal itu, lapangan futsal itu di SMP kami sekolah
karena gak ada lapangan futsal lagi jadi karena yang ada hanya
di SMP jadi kami main bersama di SMP.
Malamnya aku menunggu ipul di luar sambil menunggu aku coba
hubungi iis lagi tetap masih gak aktif, gak lama ipul datang kami
berdua nongkrong bareng dengan rizal malam itu dan setelah
waktu udah menunjukkan hampir tengah malam kami pun pulang,
pesan yang bisa di dapat dari sini yaitu teman bisa membuat kita
tersenyum dan tertawa, kebahagiaan ini hanya sementara, ingat
waktu dan jangan jadikan teman itu sebagai emas yang sangat
berharga karena sewaktu-waktu emas akan hancur dan hilang.
110
9. Hari bersamanya
Sudah dua hari iis gak ada kabar, aku gak tahu dia di mana
sekarang, dia sedang apa mungkin ini yang di bilang rindu, apa
ada yang salah denganku, apa aku pernah bilang ke dia terus dia
sakit hati, aku gak tahu harus ngelakuin apa, mungkin ipul bisa
bantu aku tapi apa mungkin bisa aku gak yakin dia bisa, aku
mencoba hubungi dia siang itu.
"Kamu kenapa," Chatku.
Aku mencoba untuk telfon iis dan masih belum aktif
handphonenya, Menunggu balasan dari iis aku sampai ketiduran
di ruang tamu, aku terbangun dari tidurku aku melihat jam
ternyata udah sore, aku melihat handphoneku dan iis belum juga
membalas chatku.
Sehabis mandi dan memakai baju di kamar aku mendengar suara
motor ipul di depan rumah aku langsung menghampirinya.
"Ada apa pul," kataku.
"Kok ada apa, ayo main bola,"kata ipul.
111
"aku udah mandi pul," kataku.
"Udah nonton aja," kata ipul.
Aku pun pergi bersama ipul, sesampainya aku di SMP ternyata
mereka gak ada, kami pergi ke tempat biasa kami nongkrong di
pos kamling, rupanya mereka masih di sini.
"Gak main bola zal," kata ipul.
"Gak, libur dulu," kata rizal.
"Kenapa," kata ipul.
"Bolanya hilang," kata rizal.
Mereka sedang belajar menembak memakai senapan angin,
ceritanya mereka mau memburu ayam hutan untuk di makan
bareng, tapi gak tahu kapan memburunya.
Keesokan harinya, hari Senin hari pertama masuk sekolah
setelah libur Ramadhan, upacara bendera segera akan di mulai
dan aku belum juga melihat iis apa iya dia gak sekolah, kami
semua berbaris untuk melaksanakan upacara bendera hari senin,
aku melihat anita tapi iis gak ada, bener ternyata iis gak masuk
sekolah, Aku gak lihat waktu upacara bendera.
Selesai upacara aku dekatin Anita.
"Anita," kataku.
"Iyaa," jawab anita.
"Iis ke mana nit, kok gak ada kabarnya,"kataku.
"Kan lagi di Jawa," kata anita.
"Kalau itu aku tahu nit," kataku.
"Yaa terus gimana maksudnya," kata anita.
"Kok handphone iis gak aktif," kataku.
112
"Nah kalau itu aku gak tahu hid, berapa hari ini iis gak bisa di
hubungi, aku gak tahu kenapa," kata anita.
"Gitu ya nit," kataku.
Dan temennya Anita datang untuk ajak Anita ke kantin.
"Wahid, aku duluan ya," kata anita.
"Iyaa," jawabku.
Akupun pergi dari kelas, Bahkan anita yang sahabatnya juga gak
tahu iis.
"gimana ya" itu pertanyaan dariku untuk diriku.
Dan di hari pertama sekolah itu gak ada yang seru jadi gak usah
di ceritain yaa.
Hanya ada satu pengumuman di waktu pulang" hari sabtu kita
adakan pertandingan antar kelas, jadi persiapkan siapa aja yang
di daftarkan, semua siswa harus ikut jangan ada yang gak ikut,
besok siang di kumpulkan siswa-siswi yang mengikuti, kumpulkan
di kantor,
Pertandingannya ;
-Futsal L/p
-Voly L/p
-Badminton L/p," kata pak Abdul.
Hari Senin sampai hari sabtu kami belum belajar bisa di bilang
hari bebas olahraga karena waktunya udah pulang jadi, ceritanya
kita lanjutkan di sore hari.
Sorenya aku dan ipul bermain bola dengan rizal dan temannya
kali ini kami main dengan timnya anji bisa di bilang sih mereka ini
pelatih dan murid silat di tempat ngajinya iis, kami gak bisa
menganggap remeh mereka tapi kami cari strategi untuk bisa
tahu permainan mereka, meskipun ini hanya persahabatan tapi
mereka gak boleh kalahin kami harga diri lebih mahal,
113
pertandingan pun di mulai ternyata permainan mereka lebih
bagus dari kami, mereka cepat-cepat kami gak bisa mengimbangi
mereka sampai akhirnya sebentar lagi magrib mereka menyudahi
permainan ini.
"Udah hampir magrib, kita udah mainnya zal besok lagi" kata anji
bicara ke rizal.
"Oke nji," kata rizal.
"Segitu aja kemampuan kalian," kata toni ke tim anji.
"Kita lanjutkan besok lagi," kata anji.
"Kalau besok kita taruhan ya," kata toni.
"Kami gak mau taruhan," kata anji.
"Udah nji pergi aja nanti terlambat ke masjidnya," kata rizal.
"Kalau gitu semuanya, aku duluan," kata anji.
Ternyata semangat kami aja yang besar waktu main kami gak
mampu mungkin kurang latihan, pesan yang bisa di dapat
semangat boleh tapi jangan berlebihan dan jangan remehkan
lawan, ada lagi jangan taruhan gak boleh ntar dosa.
Malamnya sehabis mandi aku lihat handphone ada yang chat aku
gak tahu siapa yang Chat, setelah di cek ternyata.
"Ada yang rindu nih," chat Iis.
"Siapa," kataku.
"Siapa ya," kata iis.
"Aku gak rindu, tapi khawatir," kataku.
"Maaf deh, beberapa hari gak aktif handphone aku mati
baterainya habis, aku lagi di perjalanan menuju kampung
halaman jadi gak sempat buat cas," kata iis.
"Aku pikir kamu marah samaku," kataku.
"Aku gak bisa marah sama pangeran kodok yang udah buat aku
114
tersenyum," kata iis.
"Yang benar, kalau bohong hidung kamu kayak pinokio ntar,"
kataku.
"Jangan dong," kata iis.
"Lain kali kabarin dulu biar gak khawatir," kataku.
"biar tahu kalau aku gak ada kabar, ada yang rindu gak" kata iis
Di situ hatiku merasa lebih lega dan aku senang ternyata iis
sedang ada di perjalanan dari Jawa ke riau, rinduku,kangenku,
semuanya terbalaskan saat mendapat chat dari iis.
Setelah itu aku telfon iis.
"Assalamualaikum," kataku.
"Walaikum salam, ada yang bisa saya bantu," kata iis.
"Iya, tolong iya bantu aku untuk bisa sayang ke kamu," kataku.
"Masa sama operator gitu ngomongnya," kata iis.
"Kalau kamu operatornya nanti telfon ke kamu semua, cukup satu
aja, aku," kataku.
"Sebetulnya aku capek, tadi sore baru sampai belum ada istirahat,
karena ada yang kangen sama aku, jadi aku kabarin dulu," kata
iis.
"Kamu yang kangen sama aku," kataku.
"Gak kebalik nih," kata iis.
"Ya udah kita sama-sama kangen," kataku.
"Itu maunya kamu," kata iis.
Cukup beberapa menit aku telfonannya dengan iis sampai pada
waktunya.
"Kamu istirahat kangennya udah terbayarkan, aku gak mau kamu
besok gak masuk sekolah," kataku
"Iya aku istirahat ya," kata iis.
"Selamat istirahat bidadariku," kataku.
115
"Iyaa," kata iis.
"Gitu aja," kataku.
"Apa lagi," kata iis.
"Panggilan kesayangannya mana," kataku.
"Haha, iya terima kasih Pangeran kodok," kata iis.
"Assalamualaikum," kataku.
"Walaikum salam," kata iis.
Meskipun hanya sebentar tapi mendengar suaranya aja udah
cukup.
Aku mendengar suara motor ipul di depan rumah, aku yang
sedang di kamar langsung menghampiri ipul.
"Keluar pul, ayo," kataku dan langsung duduk di motornya ipul.
Ipul hanya diam dan melihatku.
"Kenapa," kataku.
"Sebentar, kau demam hid," kata ipul dan mengecek jidatku
panas atau gak.
"Apaan sih pul," kata ipul.
"Gak biasanya kau kayak gini," kata ipul.
"Udah ayo," kataku.
Ipul pun menyalakan motor nya dan kami pergi ke tempat
tongkrongan.
setelah sampainya kami di tempat aku melihat mereka sibuk
sendiri, ada yang main gitar, catur, kartu, ada juga yang telfon
sama ceweknya, kebiasaan mereka kalau gak mancing kayak
gini.
Paginya aku semangat karena apa ya, aku gak mau bicara malu,
sesampainya di kelas aku langsung di panggil Heri yang lagi di
krumuni siswa-siswi di kelas, Heri ketua kelas kami tubuhnya
116
pendek kecil tapi pinter, heri sedang menulis nama yang ikut
pertandingan
"Hid kau futsal sama volly ya," kata heri.
"Tapi aku gak bisa volly her," kataku.
Kemudian ipul datang dan langsung menghampiri kami.
"Asal pukul aja hid," kata Adi sembiring.
"Kata-katamu pukul-pukul aja aku dengar dari dulu," kata ipul.
"Itu namanya komitmen pul," kata adi.
"Ketinggian kata-katamu, komitmen- komitmen," kata ipul.
"Udah pokoknya yang aku tulis jangan di ubah," kata heri.
Ini sifatnya heri keputusan dia gak bisa di ubah, Heri juga gak
bisa main volly tapi aku lihat nama dia ada di situ, aku gak tahu
strategi apa yang ada di pikiran heri aku ikut aja.
"Keputusan ada samamu hid, mau apa gak," kata Heri.
"Iya tulis aja," Kataku.
"Udah siap tinggal aku kumpul," kata Heri yang ingin
mengumpulkan.
Robi yang sedang duduk dan berbincang dengan renita.
"Her aku ikut apa aja," kata robi.
"Futsal sama volly," kata heri.
"Terlalu gampang," kata robi.
"Mau tambah lagi," kata heri.
"Aku ikutkan semua aja," kata robi.
Robi ingin menunjukkan di depan ceweknya bahwa dia lelaki
perkasa, heri menambahkannya nama dia dan mengubah lagi
orangnya.
"Sombong," kata ipul.
"Kita lihat aja dia di permalukan sama sombongnya," kata adi.
"Gak pernah olahraga, songongnya selangit," kata ipul.
117
Adi dan ipul berbicara tapi gak terdengar oleh robi karena suara
mereka pelan, dan kemudian heri pergi ke kantor untuk
mengumpulkan tulisan itu.
"Udah kalian kayak ibu-ibu gosipin orang, kita ke kantin yok,"
kataku.
"Ayok," kata mereka dengan kompak.
"Kau ikut-ikutan," kata ipul.
"Ayo malah ribut," kataku.
Aku mendengar kelas sebelah ribut, karena kantin kami melewati
kelas iis makanya aku tahu kelas sebelah ribut.
"Kok kalian masuk," kataku.
"Udah, ikut aja," kata ipul.
Ipul dan adi masuk dan menghampiri mereka yang ribut, mereka
ribut menentukan yang ikut pertandingan.
"Ada apa ini ribut-ribut," kata adi.
"Eeh sembiring," kata dimas dengan nada meledek.
"Eeh ompong," kata adi membalas dengan nada yang sama.
"Kau ikut apa Pong," kata adi ke dimas.
"Biasa volly sama futsal," kata dimas.
"Bisa kau main rupanya," kata adi.
"Belum tau kau rupanya, kami ratakan semuanya nanti," kata
dimas.
"Haha, sombong kisanak," kata adi.
Saat aku mendengarkan Adi dan dimas bicara Siska
memanggilku.
"Wahid, ini iis kemarin di cariin sekarang di cuekin," kata siska.
"Apaan sih sis," kata iis ke siska.
Dan iis melihatku dan aku tersenyum dan iis membalas dengan
senyumannya.
118
"Cie-cie iis," kata anita yang duduk di samping iis.
Rizal yang menulis dan menyusun orang yang ikut pertandingan.
"Udah iya jangan di ubah, udah mantap itu," kata rizal.
"Aku ikut lompat karet zal," kata soleh.
"Yaah Soleh, kayak anak cewek," kata rizal meledek.
"Hahaha," tawa Soleh.
"Sis kumpulkan," kata rizal.
Siska yang sedang berbicara dengan iis dan anita.
"Mana kertasnya," kata siska.
Rizal memberikan kertas itu ke siska.
"Ayo is, ke kantor," kata siska mengajak Iis.
Siska dan teman-temannya, pergi ke kantor.
Kemudian rizal pergi ke kantin, untuk minum.
"Kita ngobrol di kantin aja yok Adi," kataku.
"Ayok pong ke kantin kita," adi yang sok akrab dengan dimas.
"Jangan sok akrab kau biring," kata Dimas ke adi.
Mereka emang baru kenal tapi mereka udah akrab, karena sifat
mereka yang gampang akrab dengan orang.
Setelah di kantin dan kami sedang minum es sirup semua laki-
laki kelas satu ada di kantin itu.
"Pertandingan pertama futsal, kelas kita berdua hid," kata dimas.
Hevan berjalan ke arah kami, dan berbicara.
"Gak mungkin pernah kelas kami kalah dari kalian kalau futsal,"
kata hevan.
"Aku kipernya, ngalahin kami, mimpi,"kata dimas
"Mantap dimas," kata rizal.
Aku tahu kemampuan mereka lebih dari kami, tapi aku juga tahu
kami gak sekompak mereka, karena hevan kami gak kompak
119
karena dilapangan hevan egois bermain sendiri.
Tiba malam sabtu, karena cuaca yang kurang mendukung malam
itu hujan deras dari sore aku telfon iis di kamar.
"Kamu gak ngaji," kataku.
"Emangnya di rumah kamu gak hujan," kata iis.
"Iyaa hujan, karena hujan," kataku.
"Emang kamu mau aku kehujanan terus sakit," kata iis.
"Mau," kataku.
"Kok mau," kata iis.
"Kalau kamu sakit aku nanti do'akan kamu," kataku.
"Gimana do'anya," kata iis.
"Ya Allah sembuhkanlah orang yang aku sayang, agar aku bisa
melihat senyumnya di sekolah besok," kataku.
"Haha, gak percaya," kata iis.
"Kamu gak pernah percaya sama aku," kataku.
"Iya percaya," kata iis.
"Kamu besok ikut tanding apa," kataku.
"Volly, kalau kamu," kata iis.
"Futsal sama volly," kataku.
"Semangat yaa," kata iis.
"Kalau ada kamu aku semangat," kataku.
"Itu maunya kamu," kata iis.
Kami cerita banyak gak bisa aku ceritakan semuanya, meskipun
hanya telfon tapi aku senang, karena dia orang yang aku suka,
hujan masih turun dengan deras.
Ke esokan harinya hari pertandingan antar kelas, cuaca cukup
cerah karena tadi malam hujan embun pagi ini masih sangat
dingin.
120
Pengumuman di apel pagi.
"Pagi ini cukup cerah, dan pagi ini hari pertandingan antar kelas,
masing-masing kelas di undi, kelas mana yang akan bertanding
terlebih dulu, pertandingan pertama Badminton, setelah itu takraw,
volly kemudian yang terakhir futsal, pertandingan antar kelas
langsung di mulai setelah di bubarkan," kata pak udin.
Kami pun di bubarkan kami langsung menuju lapangan
badminton, nama pertama di panggil robi perwakilan kelas kami
akan melawan kelas sembilan fije.
Dengan gaya berjalan robi yang sombong itu membuat kelas lain
berteriak gak tahu kenapa fans atau mual.
"Kita lihat aja sombongnya dia bisa gak kalahkan kakak kelas itu,"
kata ipul ngobrol bersama adi.
"Aku yakin pul, robi pasti bisa," kata adi.
"Bisa kalah," kata ipul.
"Kau tahu pul," kata adi.
"Hahaha" tawa ipul dan adi.
Pertandingan pertama di mulai, mereka memainkannya baru saja
di mulai Robi sudah terkena smash dari fije, semua tertawa kelas
kami pun ikut tertawa.
"Adi kau lihat itu, mati kutu dia, orang sombong harus gitu," kata
ipul.
"Kayak kau bisa aja pul," kata adi.
"Setidaknya aku gak sombong," kata ipul.
Dan kemudian dimas datang menghampiri kami.
"Hebat pemain kalian ya, baru main udah kena smash, kena
kepala lagi, jago," kata dimas.
"Hey Ompooong," kata adi meledak.
"Diam kau sembiring, ribut kali kau," kata dimas.
121
"Haha," tawa adi.
Robi kalah telak dan gak bisa lanjut ke pertandingan berikutnya
karena sudah kalah, robi kesal dan marah saat meninggalkan
lapangan, semua penonton teriak mengejek termasuk kami.
"Hebat pemain kalian bro, aku akui itu," kata dimas dan bertepuk
tangan.
Kami tertawa dengan omongan dimas.
"Padahal itu pemain pilihan Pong, udah seribu perserta di tolak
cuma dia yang ke pilih," kata Adi sembiring.
"Gimana bisa seribu, kelas kalian aja cuma berapa ekor," kata
dimas.
"Kau pikir kami hewan," kata ipul.
Kami menonton pertandingan badminton selanjutnya sampai
selesai, dan cukup lama kemudian badminton di menangkan oleh
kelas sembilan yaitu fije perwakilan sembilan A dan kemudian
perempuan yang bermain setelah selesai semua kami
meneruskan pertandingan volly kami di pertemukan oleh kelas
sebelah kelasnya dimas, tapi masih lama di akhir, jadi kami
menunggu pertandingan, cukup lama menunggu sekarang giliran
kami yang bermain tapi ada yang tidak muncul di pertandingan
siapa lagi kalau gak robi jadi kami memasukkan yogi untuk
bermain dia gak bisa bermain sama aku juga gak bisa.
Pemain mereka, ada Deni, Rizal, Soleh, Dimas, Agus,dan firman.
Sedangkan kami, Heri, ipul, Adi, Indra, Yogi,dan aku, yang bisa
bermain hanya Indra yang lain mereka bisa bermain hanya bisa.
"Zal kita sikat langsung," kata dimas.
"Gak main-main dulu nih," kata rizal.
122
"Kita gas," kata dimas.
Dan pertandingan di mulai, dan kami gak bisa apa-apa di
pertandingan itu kami pun kalah, kelas mereka sampai ke final
melawan kelas sembilan B tapi mereka gak bisa menang karena
postur tubuh mereka kalah dan kelas sembilan B biasa bermain
volly, dan sekarang giliran yang perempuan nih yang bermain,
pertandingan pertama kelas iis melawan kelas delapan A aku
lihat iis di sana dia sangat bersemangat untuk menang.
Aku di ajak ke kelas untuk kompromi soal futsal nanti.
"Hid ayo ke kelas dulu," kata hevan.
"Sebentar selesai pertandingan ini," kataku.
"Ayo biar cepat selesai, nanti tinggal istirahat," kata ipul.
Aku pun pergi bersama mereka ke kelas, aku gak tahu kelas iis
itu menang atau kalah, Sesampainya di kelas.
"Sekarang robi gak ada, gak tahu kemana," kata heri.
"Terus," kata hevan.
"Jadi robi di ganti sama adi sembiring," kata heri.
"Siap," kata adi.
"Harapan kita sama hevan, dia gak main sendiri, kita pasti bisa
menang," kata Heri.
"Aku gak pernah main sendiri," kata hevan.
"Kita buktikan aja nanti, lawan pertama kelas delapan A, kalau
kita menang lawan ke dua kita kelas sebelah kalau mereka bisa
menang," kata Heri.
"Kita pasti menang," kata hevan.
"Wahid sama hevan harus bisa di depan di tengah adi, doni dan
anji di belakang, aku kiper," kata heri.
"Kau yakin kiper her, sebaiknya anji yang kiper," kataku.
"Udah gak masalah, yang penting pertahanan kita kuat," kata heri.
123
"Ini bukan sepak bola her," kata hevan.
"Udah percaya,itu pemain akhirnya ya," kata Heri.
"Yang pertama main," kata anji.
"Yang main pertama adi di depan sama hevan, di tengah Yogi, di
belakang ipul sama doni," kata heri.
"Oke siip," kata hevan.
"Sebentar, bukannya pemainnya cuma lima orang," kata adi.
"Kata guru biar gak terlalu capek tambahkan satu, jadi enam
orang," kata Heri.
"Ada info lain," kataku.
"Wahid tugasmu, lihat waktu kalau udah tujuh menit kalian
berdua masuk," kata heri.
"Iyaa her," kataku.
"Kalau udah paham, semuanya bubar," kata heri.
"Aku suka gaya loe," kata adi ke heri.
Kami pun keluar dari kelas pertandingan iis ternyata belum
selesai, dan aku menuju ke lapangan volly dengan ipul, Anji, dan
adi.
Sesampainya kami di lapangan ternyata udah selesai
pertandingannya.
"Yah selesai nih," kata ipul.
Dimas pun berbicara.
"Sekarang kelas kalian yang main," kata dimas.
"Kelas kalian kalah," kata ipul.
"Kelas kami ceweknya preman semua, masa kalah," kata dimas.
"Ompooong," kata adi.
"Ribut kau sembiring," kata dimas.
Dan sekarang giliran kelas kami yang cewek bermain, aku
melihat kayaknya gak yakin nih.
124
"Kayaknya kalah nih kelas kalian," kata dimas.
"Kau jangan ngejek Pong," kata adi.
"Lihat aja pemain kalian kayak biduan dangdut semua, gitu mau
menang," kata dimas.
"Jangan lihat dari permainannya, lihat dari goyangannya dong,"
kata adi.
"Ngomong jorok kau sembiring," kata dimas.
"Hahaha, ompong-ompong," kata adi.
Aku fokus sama pertandingan aku melihat kelihatannya seimbang
kita lihat aja hasil akhirnya siapa yang menang.
Setelah cukup lama melihatnya ternyata tim cewek kami kalah,
dan mereka gak kesal.
Mereka langsung mengganti bajunya dan langsung ke kelas, aku
dan ipul pergi ke kelas untuk memastikan bahwa mereka gak
kenapa-kenapa.
"Seharusnya kita bisa menang," kata mayang.
"Aku gak mau gara-gara ini kita berantem," kata tika.
"Woy kalian ngapain ribut," kata ipul.
"Diam kau pul, gak usah ikut campur," kata Mayang.
"Udah mayang ini cuma permainan, gak usah di ributin, menang
kalah itu biasa," kataku.
"Tapi hid," kata Mayang.
"Kita punya kesempatan terakhir," kataku.
"Apa hid," kata Mayang.
"Kita harus menang kebersihan kelas dan taman kelas, kita
buktikan di situ," kataku.
"Boleh juga," kata anisa.
"Oke setuju," kata Mayang.
Semangat mereka kembali lagi, tapi aku juga gak yakin sih
125
kebersihan kelas dan keindahan taman kelas bisa menang,
setidaknya aku udah membuat semangat mereka tumbuh lagi.
Pertandingan final volly cewek tim iis melawan tim kakak kelas,
setelah mereka selesai istirahat dan kemudian mereka berjalan
menuju lapangan aku melihat tim iis udah kehabisan tenaga, aku
yakin nampaknya tim mereka kalah nih, Iis melihatku aku
menggenggam tanganku dan aku berkata isyarat "semangat" dan
kemudian iis membalas dengan senyuman, menurutku itu
semangat yang terindah.
Pertandingan pun di mulai set pertama di menangkan oleh kakak
kelas dan set kedua di menangkan oleh tim iis dan set-set
berikutnya di menangkan oleh kakak kelas, tim iis mendapatkan
juara kedua, menurutku itu layak karena postur tubuh dan cara
bermain mereka kalah.
Dan selanjutnya yang di tunggu pertandingan futsal, pertandingan
pertama kelas rizal dan kelas sembilan rombongan fije,
pertandingan ke dua kelas kami dan kelas delapan A.
Pertandingan futsal di mulai bola tembakan pertama oleh rizal,
aku melihat tim rizal lebih unggul di pertandingan ini karena
banyak tembakan ke gawang lawan, tim rizal bermain kompak
sedangkan tim lawan hanya emosinya saja, dan tembakan ke
arah gawang tim rizal, dimas gak bisa menangkapnya gol
pertama untuk tim lawan, kami melihat dari pinggir lapangan, aku
melihat tim rizal dan tim lawan banyak seporternya aku juga
melihat iis di situ tapi dia tidak teriak-teriak seperti teman-
temannya mungkin dia malu itu masih kemungkinan, kita lanjut ke
pertandingan rizal terus mencari tempat untuk bisa membobol
126
gawang lawan, setelah rizal dapat umpan dari agus, Rizal
langsung mengecoh kiper lawan dan langsung tembak ke
gawang dan gol, babak pertama berjalan imbang dan mereka
beristirahat, aku, adi dan ipul menghampiri rizal.
"Zal, sebaiknya kalian menang, biar ketemu kami nanti," kataku.
Rizal berdiri untuk bersiap-siap masuk ke lapangan.
"Aku gak yakin kalian bisa menang," kata rizal.
Rizal pun langsung masuk ke lapangan untuk bermain babak ke
dua.
"Dia," kata ipul lalu aku potong.
"Kita buktikan aja nanti," kataku dan langsung pergi dari tempat
berdiriku.
Ulum masuk menggantikan jimi Babak ke dua di mulai rizal
langsung berlari ke depan dan deni menggiring bola sendiri dan
langsung memberikan bola itu ke rizal dan rizal mencetak gol
yang kedua, sekarang tim rizal unggul.
"Ternyata mereka lawan kuat," kataku.
Permainan mereka lebih bagus dari kami, seandainya aja hevan
tidak bermain sendiri mungkin kami lebih mudah melawan
mereka nanti, rizal dan deni terus bekerja sama dan rizal ada
kesempatan menembak di sana tapi rizal menembaknya bukan
ke arah gawang dan ternyata itu umpan yang sangat keras ke
deni tepat sebelah gawang dan deni mencetak gol terakhir,
setelah itu peluit pun di bunyikan pertandingan dimenangkan oleh
tim rizal, lawan menganggapnya pasti out tapi ternyata ada deni
yang menyambut bola itu.
Pertandingan berikutnya kelas kami melawan kelas delapan A,
127
pemain kami masuk ke lapangan, rizal datang ke arahku dan
jalan di sampingku untuk pergi ke kantin.
"Buktikan kalau kita bisa ketemu di lapangan," kata rizal.
"Pasti," kataku.
Pertandingan pun di mulai bola pertama hevan, dia
menggiringnya sendiri sampai pada saat di depan gawang dia
langsung menembak ke gawang, percobaan pertama gagal,
kemudian bola di tendang oleh kiper lawan ke tim mereka terus
mencoba untuk melewati adi namun gagal kemudian adi oper
bola itu ke hevan lalu menggiringnya sendiri kemudian ini gol
pertama hevan, mereka tahu bahwa hevan mengganggu, lawan
mengincar hevan bagaimana pun caranya bola itu harus dapat
oleh lawan dari kaki hevan, bola itu dapat oleh lawan kemudian
saling oper dan langsung tembak ke gawang heri gak fokus
kemudian bola itu gol ke gawang kami, sudah tujuh menit
waktunya kami masuk aku panggil Yogi untuk keluar di gantikan
oleh aku dan ipul di gantikan anji, bola pertama mengarah ke
hevan beberapa pemain mengarah ke arahnya, hevan terus
menggiring sendiri dan kemudian hevan pun terjatuh, peluit wasit
berbunyi pelanggan, aku menyuruh adi berada di tengah, hevan
pun oper adi dan kemudian adi menembak ke gawang, kiper
berhasil menepis bola itu dan menangkapnya dan bola itu
langsung di lempar ke depan dan dapat oleh lawan kemudian
berhasil melewati doni, dan mereka mendapatkan gol kedua
mereka, berjalannya waktu kami terus mencoba untuk terus
menyerang tapi gagal kerena keegoisan hevan, dan babak
pertama pun berakhir rizal yang berbeda di sebrang lapangan
melihat kami tersenyum dan menggelengkan kepalanya dan di
situ aku baru ngerti ternyata itu strategi heri, hevan di biarkan
128
bermain sendiri untuk memancing mereka agar fokus ke hevan,
heri sedang bicara dengan adi dan aku gak tahu apa yang
mereka bicarakan.
Kami masuk ke lapangan babak kedua pun di mulai hevan
mendapatkan bola dan masih bermain sendiri, kami terus
bertambah pertahanan adi masih ada di depan bola mengarah ke
adi hevan berlari kekuat tenaga agar bisa di oper aku yang di
sebelah adi, tapi Adi mengarah ke hevan lawan pun berlari ke
hevan adi memanggil hevan,
"Masuk van" tapi adi bukannya oper ke hevan adi malah oper
bola itu ke arahku yang sama sekali gak ada lawan yang menjaga,
dan ini kesempatan aku untuk mencetak dan akhirnya gol ke dua
kami skor imbang dan pertandingan berakhir imbang, pinalti anji
yang menendang pertama gol, kemudian tim lawan gol, Doni gol,
lawan gol, adi gak gol bola gak mengarah ke gawang, kemudian
Heri juga berhasil menepis bola lawan, sekarang giliran hevan
dan gol, kemudian lawan gol, kemudian giliran aku mengambil
nafas sedalam-dalamnya dan gol, penentuan jika heri berhasil
menepis tim kami menang, lawan pun menendang tapi heri
tertipu untungnya bola mengenai tiang gawang dan gak gol itu
kemenangan kami yang mungkin hanya kebetulan atau
keberuntungan.
Kami pergi meninggalkan lapangan kami pergi ke kantin, kami
memesan minuman.
"Keberuntungan her," kata adi.
Tapi heri hanya diam seperti memikirkan sesuatu.
"Kau kenapa her," kataku.
"Bola itu di tendang keras, aku gak ke tipu, aku cuma
menghindari bola yang keras itu," kata heri.
129
"Gimana pertandingan lawan tim rizal nanti," kataku.
"Kayaknya aku gak bisa," kata heri.
Kemudian rizal dan rombongannya ke kantin.
"Hid siap-siap kalian kalah nanti ya," kata jimi.
"Diam kau Jim," kata dimas.
"Gaya kali kau pong," kata jimi.
"Pesan aja minummu," kata dimas.
Aku hanya bisa diam kami hanya tergantung sama hevan kami
gak punya yang lain.
Setelah minum kami menuju lapangan untuk pertandingan kelas
kami dengan tim rizal, yogi menggantikan heri kiper pertandingan
di mulai hevan tetap bermain sendiri,
"Van oper," kataku.
Dan dia hanya mengacungkan jempolnya, permainan kami kalah
bahkan skor kami pun kalah rizal mencetak dua gol.
Setelah babak kedua kami kebobolan dua gol jadi skor empat gol,
kami kalah telak.
Pertandingan berikutnya tim rizal melawan tim kakak kelas
sembilan tim diky pertandingan final bermain sangat kasar
menjadikan tim diky sangat kuat, Dimas bahkan gak bergerak
sedikit pun dimas membiarkan bola itu gol.
"Bagus dim," kata rizal.
Sebaiknya rizal gak melawannya dari pada mereka kenapa-
kenapa, tapi masih gol pertama.
"Sebaiknya udah ya kalian nyerah aja," kata diky.
Rizal gak menanggapi omongan diky.
Deni membagi bola saat operan dan kemudian rizal menendang
bola dari tengah, dan kemudian tim lawan hanya bisa diam dan
gol pertama rizal, mencoba untuk bermain kasar namun
130
permainan tim rizal tetap tenang dan bermain cantik, tim diky
kewalahan gak sanggup, pertandingan final di menangkan oleh
tim rizal.
Waktunya kami pulang sebelum kami pulang kami kumpul di
depan kantor pengumuman.
"Untuk pembagian hadiah hari Senin setelah upacara bendera,
pengumuman berikutnya besok libur, selamat siang dan siap,
balik kanan grak," kata pak udin.
Kata pak udin besok libur jelas aja libur besokkan hari minggu,
kami pun pulang dan saat mau naik motor ipul.
"Hid nanti sore ya," kata rizal.
"Main bola," kataku.
"Ke pos aja nanti sore," kata rizal.
"Siip," kataku.
Sorenya waktu di pos aku dan ipul datang memakai motorku, aku
melihat mereka sibuk sama tanah, mereka sedang mencari
cacing untuk mancing.
"Zal mau ke mana," kataku.
"Ikut gak kalian mancing," kata zal.
rizal mengajak aku dan ipul ikut mancing bareng, mereka banyak,
ada Rizal, Toni, Deni, fije, dan Dimas Saputra mereka hebat
mancingnya, aku dan ipul pun ikut dengan mereka.
Di saat kami mancing aku dan ipul gak dapet apa-apa,
sedangkan mereka udah dapat banyak, aku dan ipul hanya bisa
saling pandang.
"Kenapa hid," kata ipul.
"Masih tanya kenapa," kataku.
131
"Kita gak pernah mancing, wajar aja, anggap aja latihan," kata
ipul.
"Mancing itu harus sabarkan pul, tapi sampai kapan," kataku.
"Sampai berlumut hid," kata ipul.
Malam harinya kami masih di situ, kami masih mancing hujan pun
turun, kami semua ke kehujanan.
"Kita pulang yok udah habis cacingnya," kata rizal.
Pulangnya kami kehujanan kami bonceng bertiga fije yang nyetir
setelah itu aku dan di belakang aku ada rizal.
"hid, kau tembak cewekmu itu," kata fije.
"Nanti je, temenan aja dulu, lebih nyaman," kataku.
"nanti di ambil orang baru tahu, menangis kau," kata fije.
"Itu namanya gak jodoh je," kata rizal.
"Iya aku tahu itu zal, kalau gak ada usahanya kita gak tahu dia
jodoh kita bukan," kata fije.
"Kita serahkan aja sama sang pencipta," kata rizal.
"Gini hid, bukannya sombong nih hid, aku ya gak pernah hid yang
namanya di tolak sama cewek, malah cewek itu yang nembak
aku," kata fije.
Setelah itu dengan jalan yang licin dan masih hujan juga, kami
terpeleset dan kami bertiga jatuh deni, ipul, dan toni sudah duluan
di depan jadi mereka gak tahu, kami langsung bangkit dari tempat
itu badan kami penuh dengan lumpur.
"Cerita bohong sih kau je, makanya jatuh kita," kata rizal.
"Ini namanya jatuh gak ketimpah tangga, ketimpah kau zal,"
kataku.
"Sorry lah hid, namanya hujan," kata rizal.
Aku di antar di depan rumahku, dan mereka langsung pulang ke
rumah mereka masing-masing.
132
Malam itu juga aku langsung telfon iis sehabis mandi, aku telfon
dia di kamar.
"Assalamualaikum," kataku.
"Walaikum salam," jawab iis.
"Lagi sibuk," kataku.
"Gak kok, baru selesai belajar," kata iis.
"Aku mau bilang sesuatu yang penting,"kataku.
"Penting banget," kata iis.
"Lebih dari banget," kataku.
"Mau bilang apa," kata iis.
"Aku suka kamu udah lama," kataku.
"Iya," kata iis.
"Kamu suka gak sama aku," kataku.
"Iyaa," kata iis.
"Aku mau kita lebih dari teman, aku mau kamu jadi pacar aku,"
kataku.
"Maaf ya," kata iis.
Aku hanya diam dan terima meskipun dia menolakku untuk kedua
kalinya.
"Maaf ya, dulu aku sempat menolak kamu, dan dulu aku juga gak
tahu siapa kamu, dan sekarang aku tahu siapa kamu," kata iis.
"Iya, aku emang bukan orang yang spesial," kataku.
"Kamu orang yang bisa buat aku tersenyum," kata iis.
"Jadi kamu terima aku," kataku.
"Aku terima kamu jadi pacar aku," kata iis.
"Yang benar," kataku.
"Iya," kata iis.
"Jadi sekarang kita pacaran," kataku.
"Iyaaa," kata iis.
133
"Cuma iya aja, sayangnya," kataku.
"Iya sayang," kata iis.
"Yeees, yes," kataku.
Aku senang banget pada saat itu gak tahu seberapa gembiranya,
gak bisa di ucapkan dengan kata-kata, dan masih hujan, hujan ini
yang menjadi saksi kalau aku udah jadi pacar iis.
Ke esokan harinya Minggu pagi yang cukup cerah sehabis mandi
aku dapat telfon.
"Kamu udah bangun, tumben," kata iis.
"Hari Minggu harus cepat dong bangunnya, nih baru siap mandi,"
kataku.
"Emangnya kamu mau kemana," kata iis.
"Kita ketemuan yok," kataku.
"Iya, tapi aku harus ke pasar dulu,"kata iis.
"Iya aku sabar menunggu," kataku.
Aku menunggu iis dari pasar ya kemungkinan sih nanti siang
ketemuannya, sambil menunggu aku menonton tv, sampai
akhirnya iis telfon.
"Jadi ketemuannya," kata iis.
"Ibu udah pulang dari pasar," kataku.
"Haha, udah kok," kata iis.
"Kita ketemuan di danau ya," kataku.
"Iya, siap berangkat," kata iis.
Aku pun bergegas menuju danau memakai motorku, sebelum
pergi aku membeli bensin terlebih dulu di warung dekat pasar, di
saat aku membeli bensin aku bertemu deni dan jimi yang gak
tahu mau ke mana.
"Hid mau kemana keren kali," kata jimi.
134
"Gak ke mana-mana," kataku.
Selesai aku membeli bensin aku langsung pergi.
"Aku duluan ya," kataku.
"Yooo,"kata jimi.
Aku menuju ke danau sedikit lebih cepat, Karena aku gak mau iis
menunggu lama, setelah aku sampai di danau ternyata iis belum
datang, jantungku berdebar kencang ini pertama kali aku bisa
ketemu iis, gak butuh waktu lama iis datang dengan motornya.
"Udah nunggu lama," kata iis.
"Gak kok baru aja datang," kataku.
"Aku bawa makanan, kamu mau," kata iis.
"Aku juga bawa minuman, kamu mau,"kataku.
"Haha, aku gak mau," kata iis.
"Yakin, gak mau," kataku.
"Iya, nih aku suapin," kata iis yang ingin menyuapiku.
"Kamu haus,"kataku.
Dan aku juga menyuapi botolku, air yang ada di botol masa iya
botolnya.
Setelah itu ternyata ada yang membuntuti aku datang ke sini
siapa lagi kalau bukan jimi dan deni tadi tapi mereka hanya lewat,
mungkin memastikan aku mau ke mana kok rapih pakaiannya,
setelah itu aku membicarakan sesuatu ke iis.
"Ada yang mau aku bicarakan ke kamu," kataku.
"Apa," kata iis.
"Tapi tutup kamu mata," kataku.
"Kok pakai tutup mata," kata iis.
"Namanya juga kejutan," kataku.
"Iya aku tutup mata," kata iis.
Iis menutup matanya, dan kemudian aku mencabut rumput dan
135
menyembunyikannya di belakangku.
"Sekarang kamu boleh buka mata,"kataku.
"Mana kejutannya," kata iis.
"Kita mulai dari awal, perkenalkan kita," kataku.
"Hai nama aku Wahid, kamu siapa," kataku.
"Haha, iis," kata iis.
"Aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku," kataku.
Dan kemudian aku memberikan rumput yang aku cabut tadi ke iis.
"Kok rumput," kata iis.
"Suatu saat nanti aku akan memberikan kamu bunga, dan bunga
itu bunga yang terindah di dunia ini, rumput ini akan berubah
menjadi bunga suatu saat nanti, jangan di nilai dari apa yang aku
kasih tapi nilailah dari ketulusan hati, bunga itu sekarang ada di
hati aku yaitu kamu, maukah kamu jadi pacar aku," kataku.
Iis tersenyum pada saat itu, aku merasa orang yang paling
beruntung kalau aja senyuman itu menjadi senyuman untuk
orang yang terakhir dia cintai dunia dan akhirat, dan kemudian iis
mengambil rumput yang ada di tanganku.
"Iya aku terima kamu, jadi pacar aku," kataku.
"Sekarang kita resmi pacaran dong," kataku.
"Iyaa," kata iis.
Udah cukup lama di situ aku dan iis memutuskan untuk pulang,
kami pun pulang di tengah perjalanan karena jalan kami berbeda
kami pun berpisah.
"Hati-hati ya," kataku.
"Kamu juga hati-hati," kata iis.
Kami berpisah di simpang, gak terlalu jauh dari tempat kami
136
berpisah di saat aku ingin berbelok ban depan aku terpleset dan
akhirnya aku terjatuh, aku berdirikan motorku.
"Perasaan aku gak melamun, kenapa bisa jatuh, licin pun gak nih
jalan," kataku bicara sendiri.
Dan kemudian aku pun pulang dan gak memikirkan apa yang
terjadi.
Satu hal yang harus kalian ingat, cinta yang bisa membuat diri
kita semangat untuk menjalani kehidupan di dunia ini, jangan di
nilai seseorang hanya dari tampilan atau bentuk dari dirinya
percaya di balik itu semua akan ada kebahagiaan yang kamu
tidak ketahui, aku gak percaya apa itu cinta karena aku belum
menemukan cinta sejati itu.
137
10. Salah faham
Senin pagi saat di sekolah, setelah upacara bendera kami semua
di kumpulkan di depan kantor untuk pengumuman hasil
pertandingan antar kelas.
"Hasil pertandingan antar kelas, untuk hadiah bisa di ambil ke
depan kelas yang di panggil maju,
•Badminton : laki-laki
1. Kelas 9B
2. Kelas 8A
3. Kelas 7B
- perempuan ;
1. Kelas 8B
2. Kelas 9A
3. Kelas 8A
•Volly : laki-laki
1. Kelas 9A
2. Kelas 8B
3. Kelas 7B
138
- perempuan ;
1. Kelas 9A
2. Kelas 7B
3. Kelas 7A
•Futsal : laki-laki
1. Kelas 7B
2. Kelas 9A
3. Kelas 7A
Yang berdiri di depan boleh ke tempat semula.
"Pong bagi-bagi jajannya Pong," kata adi.
"Mau, belilah," kata dimas.
"Pelit kau ompong," kata adi.
"Kok pelit, kalian kan dapat," kata dimas.
"Dimas makanya nanti di kelas," kata pak Udin.
"Iya pak," kata dimas.
"Hahaha," tawa adi.
Nah itu hasil pemenang pertandingan antar kelas jadi jangan ada
dendam antar kelas, karena hari sabtu tentunya minggu ini ada
pertandingan kebersihan kelas pemenangnya akan mendapatkan
piala hasil pertandingannya berakhir satu bulan jadi kalian punya
waktu satu bulan untuk mendisan kelas dan taman kelas kalian
supaya tetap bersih di nilai mulai dari hari sabtu, itu aja
pengumuman hari ini, kalian boleh masuk kelas, selamat pagi,"
kata pak udin
"Pagi pak," jawab siswa-siawi.
Dan di saat masuk kelas kami makan jajanan juara karena
139
hadiahnya hanya jajanan, robi mengambil makanan itu.
"Ini punyaku kan ," kata robi yang langsung mengambil.
"Kau," ucap ipul yang langsung di potong.
"Gak senang kau rupanya," kata robi.
"Pul, udah biarin, cuma jajanan ini," kataku.
Setelah itu kami bicarakan soal pertandingan kebersihan antar
kelas.
"Bener kata Wahid, kita harus menang di pertandingan ini," kata
mayang.
"Kapan aku pernah bilang gitu," kataku
"Dia gak ingat," kata Mayang.
"Kita harus menang," kata rani.
"Gak mungkin," kata ipul.
"Kau pul, kau, ngomong kok bener," kata adi.
"Aah kalian berdua gak bisa di andalkan," kata rani.
Dan gak lama hevan masuk kelas sambil lari.
"Ada bu rukiyah," kata hevan.
Kami pun duduk ke tempat kami masing-masing.
Sebelumnya aku belum pernah bilang tentang ibu ini, Bu rukiyah
ini sama seperti bu simarmata galak, tegas apa lagi mereka
bersahabat jadi kalau mereka berdua bersatu, sekali gertak
mungkin Amerika hancur lebur, melebihi nuklir mereka berdua
kalau bersatu, sedikit lebay omongannya tapi bener kalau kalian
gak percaya maka kalian harus percaya.
Di saat pulang sekolah aku melihat iis berdiri di pintu kelasnya,
kemudian aku menghampirinya seperti ada yang di pikirkan.
140
"Kelas kamu udah pulang," kataku.
"Udah, ooh iya nanti pulang sekolah kamu ada waktu," kata iis.
"Ada, emangnya kenapa," kataku.
"Ada bahan kerja kelompok yang mau aku beli di kota," kata iis.
"Aku temenin kamu ," kataku.
"Iya tapi, aku udah sama indah," kata iis.
"Yaah," kataku.
"Iya ceritanya aku juga mau ajak kamu," kata iis.
"Gak romantis deh," kataku.
"Itu maunya kamu," kata iis.
Dan gak lama anita datang.
"Aduh, jadi gak enak mau ngajak pulang," kata anita.
"Udah selesai kok nit," kataku.
"Kami pulang ya, jangan lupa nanti," kata iis.
"Siap bos," kataku.
Aku pun pulang sendiri jalan kaki semua udah pulang,
sesampainya di rumah aku mandi dan memakai baju yang paling
keren, setelah di pilih ternyata gak ada yang keren semua sama
aja.
Saat memilih baju iis telfon.
"Aku udah di rumah indah, kamu ke sini aja," kata iis.
"Iyaa," kataku.
Jadi aku memutuskan memakai baju yang pertama aku lihat, apa
aja yang penting bisa di pakai, setelah itu aku memakai motorku
pergi menuju ke rumah indah, sesampainya aku di rumah indah.
"Hid kau jemput agus," kata indah.
"Iya aku jemput," kataku.
141
Aku ke rumah agus, rupanya agus udah belum siap mandi,
karena kamar mandinya di luar agus panggil dari kamar mandi.
"Ndah," kata agus.
"Apa," kataku.
Agus keluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi.
"Kok kau yang datang hid," kata agus.
"Yang penting di jemput, udah cepat mandinya," kataku.
"Sabar ya belum mandi wajib," kata agus.
"Repot kali nih orang, pantes indah gak mau jemput, mandinya
pakai ritual dulu," kataku.
Menunggu cukup lama akhirnya selesai juga mandinya agus,
agus keluar dari kamar mandi.
"Lama coy," kata agus.
"Agak semenit lagi kau mandi, ganti kulit kau gus, mandi lama
kali," kataku.
"Mandi itu harus bersih," kata agus.
"Udah cepat kita udah di tunggu," kataku.
Dan selesai itu aku bonceng agus memakai motorku kami menuju
ke rumah indah, sesampainya di rumah indah.
"Kok lama kali kalian," kata indah.
"Tanya sama agus jangan sama aku," kataku.
"Mandi itu adalah," kata Agus dan langsung di potong indah.
"Aaah kelamaan, kau sama iis hid," kata indah.
Indah ngusir aku dari motorku, menyuruh aku bersama iis.
142
Kami pun berangkat menuju kota di perjalanan waktu berangkat
aku melihat langit sedikit mendung tapi kami tetap berangkat, di
perjalanan.
"Aku tahu kamu suka apa," kataku.
"Kamu jangan sok tahu," kata iis mencubitku.
"Akukan harus tahu kesukaan pacar," kataku.
"Emangnya aku suka apa," kata iis.
"Kamu itu suka makan," kataku.
"Tuuuh kan kamu sok tahu," kata iis.
"Tapi benerkan," kataku.
"Semua orang suka makan, emang kamu gak suka makan," kata
iis.
"Aku tuuh parasit," kataku.
"Makanan orang yang kamu makan," kata iis.
"Iyaa haha," kataku.
"Haha jahat," kata iis sambil nyubit.
Di tengah perjalanan kami berhenti di depan warung kecil iis
menanyakan bahan yang mau di beli, setelah iis bertanya
ternyata warung ini gak menjual.
Iis membeli ice cream di warung itu membeli sendiri dan langsung
memakannya di warung itu juga, kemudian langsung
menghampiri kami.
"Temennya banyak makan sendiri-sendiri," kata indah.
"Iis gitu orangnya," kata agus.
"Cukup tahu aja," kataku.
"Haha, bercanda, udah aku beli, tapi aku tinggal," kata iis.
Iis mengambil ice cream yang sudah di beli tapi sengaja di tinggal
143
gak tahu tujuannya apa.
"Ini satu-satu jangan rebutan, sengaja kalian kepengen apa gak,"
kata iis.
"Benerkan kata aku tadi," kataku.
"Beda tahu, ini ice cream," kata iis.
Saat mereka sedang asyik makan ice cream mereka.
"Punya aku kok beda sendiri ya," kataku.
"Iya tapi enakkan," kata iis.
"Enak banget, nih kamu cicipin," kataku.
Iis yang mencicipi ice cream, aku sedikit jail aku tarik ice cream
itu sampai pipi iis terkena ice creamku.
"Haha jangan di bersihkan pakai tangan kamu, tangan kamu
nanti kotor," kataku.
Aku membersihkan wajahnya memakai tangan aku sampai bersih,
kemudian.
"Aah pergi aja kita gus, ada pandangan gak enak," kata indah.
"Kau mau kayak gitu ndah," kata Agus.
"Mau gus," kata indah.
"Sama cowokmu sana," kata Agus.
Mereka pergi duluan, tapi kami tahu mereka mau ke mana.
"Udah sekarang bersih," kataku.
"Makasih, sekarang gantian kamu," kata iis.
"Gak mau," kataku berlari menuju motor.
"Tunggu kamu curang," kata iis.
Kami pun menyusul agus dan indah yang udah di depan.
"Kalian kok duluan," kataku.
"Kalian jahat, coba aja ada cowokku di sini," kata indah.
144
"Haha," tawa iis.
"Mana ada cowok yang mau samamu ndah," kata agus.
"Kau gus," kata indah yang mencubit agus.
"Aaaa sakit, jatuh nanti kita," kata agus.
Sesampainya di kota iis membeli barang yang dia mau beli di
toko.
"Kalian tunggu sebentar ya," kata iis.
"Kami gak boleh masuk nih," kataku.
"Boleh, cuma sebentar kok, gak usah masuk," kata iis.
"Iya udah cepat, keburu hujan nih," kata indah.
"Sebentar ya," kata iis.
Setelah dia masuk, aku gak tahu apa yang mau iis beli, sampai
ke kota untuk membelinya.
"Ndah dia mau beli apa," kataku.
"Nanti kau juga tahu," kata indah.
Gak butuh waktu lama iis pun keluar.
"Udah ayo pulang, emang kamu beli apa," kataku.
"Benang wol," kata iis.
"Iya ampun, benang wol," kataku.
Jauh-jauh iis hanya membeli benang wol, aku gak tahu kenapa iis
hanya membeli itu, kalau cuma benang wol di desa juga ada,
yaah itulah Sampai sekarang aku gak tahu jawabannya apa
maksud dari itu semua.
Kami pun pulang, tiba-tiba gerimis kecil turun, agus memacu
motornya dengan kencang tapi aku gak, takutnya iis kenapa-
kenapa lebih baik pelan tapi selamat di tengah perjalanan kami
ke jebak hujan deras, aku dan iis berteduh ke halte sedangkan
145
agus dan indah gak tahu kemana udah duluan, kami hanya
berdua gak ada orang lain yang berteduh.
"Awalnya aku gak percaya cinta itu ada
Saat aku bersama kamu
Dan aku melihat senyum kamu
Aku baru percaya ternyata cinta itu ada," kataku.
Dan iis hanya tersenyum.
"Aku minta tolong ke kamu," kataku.
"Tolong apa," kata iis.
"Tolong bantu aku untuk bisa mencintai kamu," kataku.
Iis masih dengan senyumannya.
"Jangan senyum karena aku lebih suka kalau kamu cemberut,"
kataku.
"Kamu maunya aku cemberut, kalau gitu ya udah," kata iis.
"Jika kamu cemberut aku akan membuat kamu tersenyum untuk
aku," kataku.
Dan iis masih cemberut.
"Sekarang kamu berdiri," kataku.
"Mau apa," kata iis.
"Aku akan menulis nama aku dan kamu di tetesan air hujan,"
kataku.
"Caranya," kata iis.
Aku pegang tangan iis dan menampung air hujan di tangannya
dan kemudian aku tulis nama aku menggunakan jariku di tangan
iis tulisan nya "Wahid".
"Air itu jangan di buang dulu, aku udah menulis namaku di
tetesan air hujan itu sekarang giliran kamu yang menulis di
146
tangan aku," kataku.
Kemudian aku tampung air hujan di tanganku dan kemudian aku
suruh dia tulis nama iis di tanganku menggunakan jarinya.
"Sekarang tulis nama kamu di tangan aku," kataku.
"Udah, setelah itu," kata iis.
"Satukan air hujan kita yang udah di tulis nama kita," kataku.
Kami pun menyatukannya dengan cara menempelkan tangan
kami berdua agar air hujan itu menyatu.
"Gambar menggunakan jari kita gambar hati," kataku.
Kemudian dengan jari kami menggambar love di tangan kami
berdua, setelah itu kami melemparkan air hujan yang di tangan
kami ke atas kami dan menetesi ke kami berdua.
Di situ iis pun tersenyum dan aku pun ikut tersenyum, hati aku
senang bisa melihat senyum iis sedekat ini.
"Sekarang kamu bisa ingat aku, saat hujan turun, karena kita
udah menulis nama kita di tetesan air hujan," kataku.
"Iya aku pasti selalu ingat," kata iis.
Setelah air hujan redah kami pun melanjutkan perjalanan.
"Udah redah, ayo lanjut," kataku.
"Indah sama agus di mana," kata iis.
"Mereka udah ada di depan," kataku.
Kami pun pergi dari situ lanjutkan perjalanan kami yang ingin
pulang.
Saat mengendarai motor di perjalanan.
"Jangan bilang ke aku kalau ada yang mencintai kamu," kataku.
"Kalau aku bilang ke kamu ada," kata iis
"Orang itu hanya aku, orang lain gak boleh," kataku.
147
Iis tertawa kecil dan pelan, tapi aku mendengarnya, di depan aku
melihat agus dan indah pelan menggu kami.
"Lain kali jangan ajak kami," kata indah.
"Iya ini yang terakhir," kataku.
Sampailah kami di rumah indah.
"Aku langsung pulang ya ndah," kata iis.
"Iya is, hati-hati di jalan," kata indah.
"Iya ndah," kata iis.
"Aku anter ya," kataku.
"Gak usah kamu anter agus aja," kata iis.
"Tapi," kataku.
"Gak papa kok, aku bisa jaga diri," kata iis.
Aku memutuskan hanya mengantarkan Agus ke rumah, mungkin
iis mau aja kalau aku mengantarkan iis sampai ke rumah
mungkin aja dia merasa gak enak nanti dengan omongan
tetangganya, orang sebaik dia di antar sama cowok ke rumah,
ada yang kalian belum tahu tentang iis dan mungkin aku juga,
cerita ini hanya sebagian kecil tentang iis.
Malam harinya ipul ke rumahku untuk mengajakku nongkrong
sama orang rizal.
"Ayo berangkat," kata ipul.
"Ke mana," kataku.
"Kita jalan-jalan dulu cari angin," kata ipul.
"Ayo aku ikut aja," kataku
Kami pun pergi keliling desa karena udah cukup lama gak jalan-
jalan.
"Aku lihat tadi kau sama iis boncengan," kata ipul.
"Kok kau tahu pul," kataku.
148
"Tadi aku lagi cari rumput untuk makan sapi, aku dengar suara
motor lewat aku lihat rupanya kau sama iis, gak bilang kalau udah
jadian, aku makan apa nih besok peresmian jadian kalian," kata
ipul.
"Aku traktir sekarang aja gimana," kataku.
"Kita makan apa," kata ipul.
"Makan angin," kataku.
"Aaah gak asyik nih, masa gak ada makan-makannya," kata ipul.
"Baru juga pacaran, kalau nikah iya aku kasih makan, gratis
boleh nambah," kataku.
"Gak asyik, gak asyik," kata ipul.
Kami pun setelah muter-muter desa akhirnya kami ke
tongkrongan rizal yang ada di pos, seperti biasanya mereka asyik
main kartu, Sampainya di situ dari pada aku bengong lebih baik
aku chat iis.
"Assalamualaikum," kataku.
"Walaikum salam," jawab iis.
"Kamu gak ngaji," kataku.
"Aku udah pulang, kamu dari mana" kata iis.
"Kok kamu tahu," kataku.
"Waktu aku keluar dari mesjid aku lihat kamu sama ipul, kalian
mau ke mana, macem-macem pasti," kata iis.
"Cuma semacam, aku lagi di depan rumah deni di pos," kataku.
"Bercanda, ya udah lanjutin," kata iis.
"Kamu mau ke mana," kataku.
Di tengah obrolan chat ku fije datang, menanyakan sesuatu ke
149
kami semua.
"Siapa di antara kalian yang bisa sms, aku mau kabarin cewek
aku, kau hid bisa," kata fije.
"Aku lagi sms jangan di balas ya," kataku.
"Santai aja," kata fije.
Fije membawa handphoneku pergi untuk mengabarkan pacarnya,
tapi ada yang aneh sama fije, kenapa harus di bawa pergi, aku
hanya berfikir positif aja.
Gak lama fije datang untuk memberikan handphone itu ke aku.
"Nih hid makasih ya, udah aku hapus chatku," kata fije.
"Ada pesan masuk tadi," kataku.
"Gak tahu kayaknya ada tadi," kata fije.
Aku langsung melihat chatku, ternyata iis udah membalasnya dari
tadi.
"Aku ngerjain tugas," kata iis.
Aku langsung menjawab.
"Oke deh bos, kalau udah siap kamu kabarin ya," kataku.
Dan kemudian iis gak membalas chatku, aku hanya berfikir.
"mungkin dia lagi mengerjakan tugasnya"
Aku melihat rizal dan temannya bermain kartu, kalau ipul sih dari
tadi udah lihatin orang main kartu.
Waktu hampir larut kami pun memutuskan untuk pulang karena
besok sekolah jadi lebih baik pulang, gak sepantasnya juga
seorang yang masih sekolah jam segini masih belum pulang.
Sesampainya di rumah aku chat iis tapi gak di balas aku yakin sih
pasti ketiduran.
150
Keesokan harinya aku bangun kesiangan aku langsung berlari ke
kamar mandi, aku heran kenapa bisa kesiangan apa mungkin
karena tadi malam pulang ke malaman, tapi biasanya juga gak
kesiangan gini, aaah aku gak tahu, pakoknya mandi dulu, masa
iya gak mandi ke sekolah, setelah selesai mandi.
"Tadi udah di bangunin, jawabnya iya, tapi gak bangun-bangun,"
kata ibu.
Aku masih mencari baju sekolah di tumpukan baju bersih, tapi
gak ada, rupanya.
"Bajunya di mana," kataku.
"Di kamar, emangnya sekarang hari apa," kata ibu.
"Ooo iya," kataku.
Sambil memakai baju aku melihat handphoneku, iis membalas
chatku tadi subuh ini isi chatnya.
"Maaf ya tadi malam aku ketiduran, gak sempat balas maaf ya"
itu isi chatnya.
Aku tersenyum membaca chat itu, tapi sekarang bukan waktunya
untuk itu, waktunya untuk sekolah, aku memakai sepatu dan
langsung berlari, aku masuk lewat belakang sekolah ternyata
udah gak ada orang lagi yang di luar, aku melewati kantin ibu oni
dan aku berhenti.
"Hid udah masuk semua," kata Bu oni.
"Baru masuk bu," kataku.
"Udah dari tadi," kata bu oni.
151
Aku memaksakan kakiku untuk melangkah dari pada nanti aku di
buat absen gak masuk sekolah lebih baik aku masuk kelas, gak
papa terlambat dari pada gak masuk.
Karena aku lewat dari belakang sekolah aku melewati satu kelas
yaitu kelas iis jadi otomatis iis tahu kalau aku terlambat, setibanya
aku di depan kelas dan aku mengetok pintu kelasku.
"Assalamualaikum," kataku.
Rupanya pak udin yang mengajar di kelasku.
"Walaikum salam, masuk," kata pak udin.
Aku menghampiri meja pak udin.
"Maaf pak saya terlambat," kataku.
"Iya bapak maafkan," kata pak udin.
"Makasih pak," kataku dan ingin duduk.
"Sebentar, mau kemana," kata pak udin.
"Duduk pak," kataku.
"kan belum suruh duduk, jawab dulu pertanyaan dari bapak," kata
pak udin.
"Siap pak," kataku.
"Kenapa kamu bisa terlambat," kata pak udin.
"Kesiangan bangunnya pak," kataku.
"Kamu belum mandi," kata pak udin.
"Karena saya mandi pak makanya saya bisa terlambat pak, kalau
saya gak mandi mungkin saya gak terlambat pak, tapi masih ada
encesnya pak," kataku.
"Haha, ya udah kamu duduk, pintar kamu jawabnya" kata pak
udin.
152
Pak udin orangnya tegas, galak dan pintar, kenapa saya bisa
langsung duduk karena pelajarannya belum di mulai.
Jangan kalian tiru ya, itu tips cara selamat dari pertanyaan yang
susah dari guru, tapi jangan di tiru ntar kalau di tiru saya juga
yang dapat dosanya.
Setelah duduk.
"Hid begadang tadi malam," kata hevan.
"Mau tahu aja apa mau tahu aja," kataku.
"Gak serius kau hid, serius hid" kata hevan.
Hevan terus ngobrol dan pak udin melihat kami, kemudian.
"Wahid kamu duduk di depan, kamu duduk sama mayang biar
lebih dekat lihat bapak," kata pak udin.
"Iya pak," kataku.
Dan kemudian aku berbisik dengan hevan.
"Gara-gara kau ini," kataku.
"Kok aku hid," kata kevan.
Dewi yang duduk dengan mayang sekarang duduk dengan hevan,
aku jadi duduk di depan deh.
Dan doni yang duduk di depan hevan meledek hevan.
"Ciee yang duduk sama dewi," kata doni sambil tertawa.
Dan kemudian.
"Ada apa doni," kata pak udin.
"Rasakan itu Doni," kata hevan.
"Hevan pak, katanya emang senang duduk sama dewi," kata doni.
"Kalau gitu jangan di ubah lagi tempat duduknya," kata pak udin.
"Jangan pak, bohong doni pak," kata hevan.
153
"Haha," tawa doni.
"Udah-udah sekarang kita lanjutkan pelajarannya," kata pak udin.
Kami lanjutkan pelajaran pak udin mendengarkan pak udin
sampai istirahat tiba, dan kemudian lonceng pun berbunyi.
"Kita sudahi pelajaran ini, jangan lupa di baca buku pelajarannya
di rumah, selamat pagi semuanya," kata pak udin.
"Pagi pak," kami semua.
Aku, ipul dan adi pun ke kantin kami bertemu dengan kelas
sebelah ada dimas juga di situ yang sedang ngobrol dengan
teman kelasnya, aku dan ipul pesan minum kalau adi sembiring
seperti biasa ganggu dimas.
"Ompooong, jelek, apa kabar," kata adi.
"Diam kau biring ganteng," kata dimas.
"Kau selalu gitu kalau di tanya," kata adi.
"Cepat kau pesan minum, udah mau habis itu," kata dimas.
"Ooo iya nya," kata adi langsung pergi pesan minuman.
Setelah adi sembiring mengambil minumannya adi menghampiri
aku dan ipul yang sedang duduk dan menikmati minuman kami,
dimas datang untuk bergabung bersama kami, kami bercerita dan
gak jelas cerita apa sampai pada waktunya lonceng berbunyi.
Lonceng masuk pun berbunyi kami semua masuk ke kelas,
menunggu guru yang akan masuk ke kelas, menunggu lama
ternyata guru sedang rapat gak tahu rapat untuk apa, tapi ada
154
juga yang gak ikut rapat siapa dia, ini dia kita cari tahu.
Aku yang sedang ngobrol dengan mayang di panggil sama adi
dan ipul.
"Hid ayo," kata adi.
"Mau ke mana," kataku.
"Udah ikut aja," kata adi.
Dan aku melihat ipul kenapa lihat keluar melihat kanan kiri.
"Udah ayo," kata adi.
Aku pun ikut mereka, dan aku gak tahu mereka mau ke mana,
setelah di ikuti ternyata mereka berbelok ke perpustakaan
sekarang aku baru tahu tujuan mereka, setelah masuk ke
perpustakaan ternyata udah ada yang duluan di situ menggoda
bu presti.
"Ompooong, jelek, udah di sini aja kau," kata adi.
"Aduuh, kenapa ini orang ada di mana-mana," kata dimas.
"Kau tahu aja yang bening-bening Pong," kata adi.
Deni, jimi, risky, dan dimas rupanya udah duluan, aku cuma di
ajak aku ikut aja deh.
"Kalian kenapa ke sini kok gak baca buku," kata bu presti.
"Kami cukup melihat ibu aja, langsung hapal bahasa Inggris,"
kata dimas.
"Coba," kata bu presti.
"I love you, i miss you, tuh kan bu hapal," kata dimas.
"Haha, Kayak gitu anak ibu juga bisa," kata bu presti.
"Kalau gitu dimas jadi anak ibu aja," kata adi.
"Kamu mau dimas," kata bu presti.
"Mau lah bu, tapi dimas takut tidur sendiri," kata dimas.
155
"Terus tidur sama siapa," kata bu presti.
"Tidur sama ibunya dong, terus di buatkan susu sebelum tidur,"
kata dimas.
"Kalau gitu gak jadi deh, jadi anak angkat ibu," kata bu presti.
"Kenapa bu," kata adi.
"Ibu yang takut kalau gitu," kata bu presti.
"Hahaha," kami pun semua tertawa kecuali dimas.
"Iya bu harus hati-hati, kemaren bu dimas tidur di kandang
kambing, kambingnya gak lama melahirkan bu, mirip dimas lagi
kambingnya," kata adi.
"Cerita bohong dia bu jangan di percaya," kata dimas.
"Haha, ibu percaya kalau itu," kata bu presti.
"Haha pong-pong, nasibmu," kata adi.
Dan setelah itu guru keluar dari kantor, kami lari ke kelas aku dan
ipul lupa kasih tahu adi kalau guru mau masuk kelas, aku melihat
bu Simarmata berhenti di depan perpustakaan.
"Adi di mana kelas kamu, cepat masuk kelas" kata bu simarmata
sambil menjewer telinga adi.
"Iya bu," kata Adi dan keluar dari perpustakaan.
"Kalian juga, jimi, deni, risky, dimas, masuk kelas," kata bu
simarmata.
"Iya bu," kata jimi.
"Masukkan baju kalian, mau jadi preman kalian rupanya," kata Bu
simarmata.
Kami yang masih lihat mereka di depan kelasku.
"Kalian gak mau kasih tahu kalau ibu itu datang," kata adi.
"Maaf di, udah dekat ibu itu, gak sempat lagi kami kasih tahu,"
156
kataku.
Aku, ipul, dan adi masuk ke dalam kelas ipul tertawa gak henti-
henti.
"Kau rasakan itu haha," kata ipul.
"Gak setia kawan kalian," kata Adi.
Ibu simarmata kemudian masuk ke kelas kami untuk memulai
pelajarannya di kelas kami.
Setibanya istirahat waktu aku, ipul dan adi di kantin kami
kedatangan seorang nih.
"Kalian berdua emang kurang ajar," kata jimi.
"Untungnya kami cuma di omelin, gak di gigit," kata dimas.
"Gitu rupanya kau pul jadi kawan," kata risky.
Ipul hanya bisa tertawa, ternyata ipul udah cukup kenal lama
dengan jimi dan risky, kenapa mereka bisa saling kenal jimi dan
risky rumah mereka ternyata satu RW dengan ipul.
"Kami terpaksa ngelakuin ini," kataku.
"Udah gak usah di pikirin, cuma bu simarmata aja," kata ipul.
"Gaya kali kau pul," kata jimi.
"Sekarang kalian duduk, aku bayarin, tapi cuma minum aja ya,
tapi air putih aja pake pipet" kata ipul.
"Aaah gak usah kalau cuma air putih kami bisa ambil sendiri,
gratis gak bayar" kata dimas.
"Terus sombong gitu kau ompong," kata adi.
Di situ aku bisa kenal mereka, ternyata mereka orangnya gokil,
kami tertawa bareng di kantin itu mereka cukup menarik
meskipun sedikit konslet tapi mereka baik, meskipun aku hanya
157
sebatas kenal tapi aku udah tahu watak mereka.
Setelah pelajaran terakhir berakhir kami pun pulang aku berjalan
sendiri ada motor yang mendekati aku.
"Mas butuh ojek," kata iis.
"Anita mana, biasanya kamu sama dia," kataku.
"Anita pakai motor sendiri tadi, ayo naik nanti kamu capek," kata
iis.
Iis berhenti dan mempersilahkan aku yang menyetir.
"Tadi kamu kenapa terlambat," kata iis.
"Aku kesiangan bangunnya," kataku.
"Kamu kok jadi cowok kayak gitu," kata iis yang mencubitku.
"Aduh sakit, kok nyubit," kataku.
"Biar setannya keluar semua," kata iis.
sesampainya di depan rumah.
"Aku langsung pulang," kata iis.
"Gak mampir dulu," kataku.
"Gak nanti aja, kalau udah," kata iis.
"Udah apa," kataku.
"Haha, gak jadi," kata iis.
"Iya udah, kamu hati-hati ya," kataku.
"Iya," kata iis dan pergi.
Aku masuk kerumah, makan dan setelah itu aku melihat iis chat
aku.
"Aku mau bilang sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan marah
ya," kata iis.
"Bilang apa," kataku.
"Temen kamu ada yang suka sama aku, dia sempat juga nembak
aku," kata iis.
"Temen aku, siapa namanya," kataku.
158
"Kalau namanya aku gak bisa kasih tahu, nanti kamu gak mau
lagi berteman sama dia," kata iis.
"Kamu takut ya," kataku.
"Aku cuma gak mau karena aku kalian gak berteman lagi, tenang
aja aku setia sama kamu," kata iis.
"Iya, aku percaya," kata iis.
Aku gak tahu siapa yang suka sama iis, dan iis gak mau kasih
tahu aku siapa yang suka dan udah nembak dia, mungkin agar
aku gak sakit hati dengan orang itu, itu masih kemungkinan.
Pada hari sabtunya aku di beri tahu waktu olahraga sore di
sekolah, karena di setiap hari sabtu sore kami di perintahkan
untuk ke sekolah untuk olahraga.
"Wahid, besok minggu pagi kita buat taman ya di sekolah," kata
anisa.
"Iya, semuanya dateng," kataku.
"Gak semuanya, cuma beberapa aja yang datang, datang ya hid,"
kata anisa.
"Iya aku datang," kataku.
Malam minggu pun tiba, aku mengajak iis untuk ketemuan.
"Kamu ngaji," kataku.
"Enggak, guru ngaji aku lagi pergi, jadi kami di suruh ngaji di
rumah deh," kata iis.
"Kalau gitu kita ketemuan bisa," kataku.
"Boleh," kata iis.
Jadi kami ketemuan di pinggir jalan iis membawa anita, kenapa di
159
pinggir jalan karena di sini gak ada caffe namanya juga di desa.
Minggu pagi hari yang sangat cerah ibuku pergi ke pasar
sedangkan ayahku pergi kerja, aku mandi terlebih dulu setelah
mandi aku chat ipul untuk cepat soalnya udah di tunggu di
sekolah, sambil menunggu aku menonton tv biasa nonton film
kesukaan dari kecil kartun Doraemon, aku mendengar ibuku udah
pulang dari pasar adik-adikku masih pada tidur di depan tv.
"Belum pada bangun," kata ibuku.
"Belum," kataku.
"Itu belanjaan ambil di depan," kata ibuku.
Aku pun mengambil belanjaan ibuku di luar rumah, dan di situ ipul
datang.
"Hid bilangnya mau ke sekolah, tapi belum siap-siap gimananya,"
kata ipul.
"Sebentar aku belum makan, aku makan dulu ya," kataku.
"Tahu gitu aku kenyangin dulu tadi," kata ipul.
"Sabar ya pul, sebentar, cuma sejam," kataku.
Aku pun pergi ke dalam rumah dan makan sedikit lebih cepat,
karena udah di tunggu sama Ipul di depan.
"Makan tuh pelan, mau ke mana kok buru-buru," kata ibuku.
"Mau ke sekolah, mau buat taman," kataku yang masih ada
makanan di mulut.
Dan akhirnya aku mendapatkan Jawaban dari ibuku tadi, makan
terlalu cepat membuatku tersedak.
"Tuh makan jangan buru-buru," kata ibuku.
"Udah siap kok makannya," kataku.
160
Kenapa harus suapan terakhir yang tersedak, dan aku menemui
ipul yang ada di depan.
"Hid kayaknya motor aku gak bisa boncengan," kata ipul.
"Iya, aku bawa motor sendiri," kataku.
"Nanti kalau motorku mogok bantu ya," kata ipul.
"Iya aku dorong nanti," kataku.
Pergi ke sekolah dari rumah dengan motor masing-masing,
Sampai sekolah ternyata udah kumpul, ada Anisa, Rani, Mayang,
hevan, dan adi, setelah kami sampai di tempat kami di marahin
sama Anisa.
"Kalian kok lama banget sih," kata anisa.
"Makan dulu," kataku.
"Aku bilangkan pagi kenapa kalian siang datangnya," kata anisa.
"Bagus kami datang tante, terlambat sejam gak usah di
permasalahin," kataku.
"Tante-tante emangnya kalian gak tahu kami udah nungguin
lama," kata anisa.
Ipul yang sibuk dengan handphonenya, gak mendengarkan apa
yang di bilang sama anisa, dan aku telfon iis.
"Kamu di mana," kataku.
"Aku mau ke pasar, kayaknya aku gak bisa bantu kamu di
sekolah," kata iis.
"Iya gak papa," kataku.
Dan aku menutup telfonku, kemudian aku melihat jam ternyata
baru jam 08:48. Aku gak tahu apa yang di pikirkan sama
perempuan ini, mungkin lagi dapet.
161
"Jadi gak kok malah santai-santai, tadi marah-marah," kataku.
"Kita cari bambu dulu, aku udah minta izin sama pak Sutris,
katanya boleh di ambil bambunya di belakang rumahnya," kata
anisa.
"Iya udah ayo berangkat," kataku.
Mereka semua boncengan, Adi dengan hevan, Mayang dengan
rani, dan anisa.
"Hid bonceng," kata anisa.
Mereka udah pergi semua jadi tinggal aku dan ipul yang bawa
motor.
"Haa, enggak, itu sama ipul aja," kataku.
"Udah sama aja," kata anisa.
"Aduh hid, motorku gak bisa hidup," kata ipul.
"Nanti kalau di lihat iis, kau yang bilang ya," kataku.
"Iya gampang, iis aja kok," kata anisa.
Ipul mengengkol motornya dan gak bisa hidup terpaksa aku
bonceng deh, Ipul pinjam handphoneku karena handphone ipul
mati, dan dia ingin menghubungi pacarnya, aku kasih tahu siapa
pak Sutris, dia adalah guru SD ku yang baik hati tetangganya
biasa mengambil bambu di rumahnya karena terlalu banyak
pohon bambu di belakang rumahnya jadi barang siapa yang mau
ambil di persilahkan.
Sesampainya di rumah pak sutris mereka sedang memilah-milah
bambu yang cocok untuk membuat pagar di halaman kelas lurus,
panjang, besar dan aman Kami mengambil tiga bambu itu besar
panjang.
"Kita gak bilang dulu," kataku.
162
"Ambil aja, pak sutris gak ada di rumah dia lagi pergi aku udah
bilang tadi pagi, katanya boleh," kata anisa.
Kami pun pergi dan menyeret bambu itu sesampainya di sekolah
anisa yang menyetir motorku dan aku yang memegang bambu itu
dan menyeretnya,
Sesampainya di sekolah aku melihat iis dan anita udah duduk di
depan kelasku.
"Aduh kan apa aku bilang," kataku.
Dan setelah motorku berhenti aku langsung menjatuhkan bambu
itu dan pergi ke tempat iis duduk.
"Hai, katanya kamu gak ke sini," kataku.
Iis diam dan gak menjawab pertanyaanku, dan aku baru ingat ipul
ke mana.
"Tunggu sebentar ya, sebentar aja," kataku.
Aku pergi mencari ipul di lorong untuk mengambil handphoneku.
"Pul handphoneku," kataku.
"Hid kartunya aku copot, ini kartumu," kata ipul.
"Kau kok gak di sana," kataku.
"Tadi aku di tanya, aku gak mau di tanya-tanya takut salah
jawab," kata ipul.
Dan gak lama kemudian aku melihat iis pun pergi.
"Kok iis pergi, pul minjem motormu," kataku.
"Motorku mogok hid," kataku.
Dan kemudian aku lari untuk mengambil motorku dan juga gak
163
bisa menyala, setelah di cek ternyata bensinnya habis.
"Kenapa harus pas kayak gini sih momennya," kataku ngomong
sendiri.
Aku melihat handphone ku iis ternyata chat aku tadi sebelum
datang ke sini, chatnya seperti ini,
"Aku ke situ ya ke tempat kamu, mau bantu kamu," chat iis.
Aku melihat anisa sedang menelfon cowok, tertawa senang
waktu telfonan.
Aku coba telfon iis tapi iis menolak panggilanku.
"Nis," kataku.
"Sebentar," kata anisa.
Anisa sedang asyik telfonan dengan cowok, gak tahu siapa, Aku
coba chat iis tapi gak di balas, selesai anisa telfon.
"Sekarang tanggung jawab," kataku.
"Tanggung jawab apa," kata anisa.
"Iis marah samaku," kataku.
"Aku gak tahu," kata anisa.
"Telfon iis," kataku
"Mana nomernya," kata anisa.
Aku pun memberikan nomer iis ke anisa setelah di telfon berkali-
kali kemudian di angkat sama iis.
"Halo iis, kamu marah samaku, aku minta maaf ya, Kamu bener,
gak marah sama aku " kata anisa menelfon iis.
Dan waktu aku mau ngomong.
"Sini aku yang ngomong," kataku.
Dan kemudian anisa mematikan telfon itu.
164
"Sebentar ya aku mau telfon orang dulu," kata anisa.
Janji ucapan dia emang di tempati, tapi sikap dia bukan seperti
wanita baik, dia mending telfon sama orang lain dari pada bantu,
anisa selesai telfon.
"Nis telfon lagi iis nya," kataku.
"Aaaah ribut kali sih, apa sih hid, udah ah buat pagar dulu," kata
anisa dan pergi dari hadapan aku.
Ternyata anisa dan iis gak terlalu akrab jadi anisa seperti itu
sikapnya, aku percuma marah sama anisa gak ada gunanya dan
gak menyelesaikan masalah.
Aku memutuskan pergi dari mereka yang membuat pagar dan
aku membeli bensin untuk motorku, setelah kembali lagi ke
sekolah aku mengajak ipul ke lorong sekolah.
"Pul kita ke lorong aja pul," kataku.
"Ayo," kata ipul.
Waktu kami pergi.
"Kalian mau ke mana, bantu kami dulu," kata anisa.
"Buat pagar untuk apa kalian, rusak juga nantinya, udah kalian
pulang aja" kataku.
"Jadi laki-laki kok kayak gitu," kata anisa.
"Iya emang aku kayak gini, gak berguna," kataku.
"Udah hid, dia perempuan jangan di perlukan kayak gitu," kata
ipul.
Waktu kami sampai di lorong aku gak tahu berbuat apa.
"Aku minta maaf hid, gara-gara aku," kata ipul.
"Gak pul, semuanya emang salah aku," kataku.
Iis kemudian chat aku pada saat itu juga.
165
"Terima kasih ya selama ini udah buat aku tersenyum bahagia,
aku senang bisa kenal kamu, dan kamu laki-laki yang baik, tapi
dengan berat hati aku bilang ke kamu, sebaiknya kita berteman
aja ya, agar semua baik-baik aja," chat iis.
Dan gak lama kemudian anita chat aku.
"Hid, iis jarinya teriris pisau," kata anita.
"Teririsnya parah nit," kataku.
"Gak parah kok, cuma sedikit di jarinya," kata anita.
Meskipun kami hanya berteman sekarang tapi kami masih tetap
saling berhubungan melalui handphone.
Salah paham hanya ada jika kita yang melakukan dengan salah
pun orang lain yang menilainya, mengakhiri sebuah hubungan
bukan berarti mengakhiri kebahagiaan itu, mungkin dia memilih
untuk tidak sakit hati untuk orang yang dia sayangi tapi dia
menjaga agar hubungan ini baik-baik aja, dan jalan terbaik adalah
meminta maaf.
166
11. Aku rindu
Hari-hari berikutnya iis berubah seakan gak ingin aku sapa, dia
selalu menghindar dariku saat dia melihatku ! Aku merasa gak
percaya dengan kejadian ini mungkinkah aku punya kesempatan
ke dua untuk bisa membuat dia tersenyum lagi ! Aku rasa itu
mungkin tapi gak seperti dulu.
Hari itu hari kelasku praktek olahraga kami semua keluar kelas,
pada saat aku keluar kelas ! Aku melihat iis di dalam kelasnya
yang sedang mendengarkan pelajaran aku lewat dari depan
kelasnya, Dia melihatku tapi hanya sekilas dan berpaling
pandangannya ke guru yang sedang mengajar.
Sudah beberapa hari ini kamu gak tersenyum samaku, apa dia
belum maafin aku. Itu hanya salah faham, kamu harus mengerti
itu. Saat istirahat menuju kantin aku berpapasan dengan iis di
depan kelasnya ! Awalnya dia terkejut dan langsung melewatiku.
Aku memanggilnya tapi tidak ada respon dari dia, setelah itu anita
menghampiriku dari belakang.
"Hid ," kata anita.
"Iya nit," kataku.
"Iis butuh waktu, kata iis kamu hapus nomer dia, jangan hubungi
dia lagi, permisi hid aku mau samperin iis" kata anita.
"Makasih ya nit," kataku.
167
"Iya hid," kata anita.
Aku bingung gak tahu harus berbuat apa
"Kenapa sama kamu is," kataku bicara sendiri.
Saat di kantin aku melihat adi dan ipul udah ada di situ kelasnya
dimas juga kumpul di kantin. Aku menghampiri ipul dan adi yang
sedang duduk, Adi yang memegang cemilan di tangannya dan
ipul yang baru saja mengambil minumannya.
"Gak minum hid," kata ipul.
"Gak haus pul," kataku.
"Kau kenapa," kata ipul.
"Gak ada pul," kataku.
Ipul melihatku sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi gak
mungkin di tempat seperti ini.
Saat pulang sekolah aku gak melihat iis, iis sepertinya udah
pulang duluan. Dan waktu aku di rumah aku melihat
handphoneku.
"Aku gak mungkin hapus nomor iis, hanya persoalan seperti itu,
aku harus jelasin ke iis, setidaknya iis maafin aku itu udah
cukup," kataku berbicara sendiri.
Aku pendekatan dengan iis empat bulan lamanya tapi setelah
pacaran hanya bertahan dua bulan, rasanya begitu cepat dan
singkat perkenalan itu.
Hari itu hari pembagian juara kelas kebersihan kami semua di
kumpulkan di depan kantor.
Juara 3 kelas 9B.
Juara 2 kalasnya Iis.
Dan juara 1 kelasku.
Karena kelas kami selalu bersih dan tamannya indah.
Setelah beberapa minggu usaha akhirnya dimaafin aku udah
168
baikan sama iis lewat telfon.
"Maafin aku kalau aku salah," kataku.
"Iya udah aku maafin kok," kata iis.
Dan aku membuat senyum dan tawanya kembali lagi ! Aku
senang hati aku sekarang lebih enak. Hari berikutnya aku sakit.
Aku gak masuk sekolah, setelah anak sekolah udah pulang aku
di chat iis.
Di saat aku menggigil panas dingin di kamar.
"Alasan sakit, tapi kok boncengin cewek ," chat iis.
Aku yang langsung melihat chat itu seketika badan aku sehat.
"Kamu kok gitu bilangnya, aku beneran sakit," kataku.
"Padahal aku kasih kamu kesempatan, biar kita balikan lagi tapi
kamu buat aku sakit hati, pura-pura sakit tapi boncengan sama
cewek," kata iis.
"Kamu lihat di mana aku bonceng cewek, kalau kata orang
jangan percaya," kataku.
"Kalau itu gak penting aku tahu dari mana," kata iis.
"Aku beneran sakit, aku gak bohong," kataku.
Dan kemudian dia gak membalas chatku.
"Bukannya jenguk yang lagi sakit, malah buat makin sakit,
sekarang dobel sakitnya tambah sakit hati," kataku sambil lihat
foto iis di handphone.
Sampai sekarang aku gak tahu siapa yang kasih tahu iis soal itu,
atau mungkin dia salah lihat, semua serba salah faham.
Kenaikan kelas, saat aku kelas 8 ! aku satu kelas dengan ulum
dengan iis dan anita dan ada juga anak baru, laki-laki dia kecil
mungil dan banyak gayanya namanya paruntungan sitompul.
Saat pertama masuk kelas kami dia berhadapan dengan bu
169
simarmata karena waktu itu jam pelajarannya.
Kelas kami dan kelas sebelah tetap di situ gak di pindahkan
karena renovasi pembangunan kelas baru jadi kami gak di
pindahkan.
Kita lanjutkan cerita waktu aku kelas 8.
"Sekarang perkenalkan namamu," kata Bu simarmata.
"Nama saya paruntungan sitompul, di panggil untung" kata
untung.
"Kau merokok," kata bu simar.
"Enggak Bu," kata untung.
"Jangan bohong kamu, bau rokok kamu sampai ke hidung ibu,"
kata bu simar.
Paruntungan hanya bisa diam.
"Lihat nih baju kamu, badan kamu gak seimbang, semakin lama
semakin kecil kamu karena rokok," kata bu simar sambil
memegang baju siuntung.
"Wahid kamu duduk sama siuntung," kata bu simar.
"Iya buu," kataku.
Karena aku duduk sendiri jadi aku duduk sama siuntung.
"Ibu itu kayak anjing pelacak, tahu aja baunya," kata untung.
"Untung aja namamu untung, kalau gak mungkin di telan kau
sama ibu itu," kataku.
Dan kami pun melanjutkan pelajarannya sampai waktunya
istirahat siuntung cepat dan gesit lonceng istirahat baru bunyi dia
udah gak ada lagi di kelas, aku, ipul dan adi ke kantin ternyata
siuntung udah di sini duluan.
"Udah duluan di sini dia," kataku.
"Udah di sini aja kau tompuuul," kata adi.
Siuntung cuma bisa diam, itu panggilan kesayangan adi ke dia,
170
aku dan ipul mengambil minuman setelah aku berbalik arah adi
dan siuntung udah akur duduk dan ketawa bareng.
Lonceng masuk pun berbunyi waktunya kami masuk. Aku, ipul
dan adi buru-buru masuk karena kami masuk pelajaran pak mul,
setelah pak mul masuk ada siswa yang terlambat masuk dia
siuntung kalau lonceng istirahat dia paling cepat kalau lonceng
masuk dia yang paling lama masuk.
"Permisi pak," kata siuntung.
"Dari mana kamu," kata pak mul.
"Dari kamar mandi pak," kata siuntung.
"Lain kali istirahat ke kamar mandinya, jangan waktu udah masuk
baru ke kamar mandi," kata pak mul.
"Iya pak," kata siuntung.
"Udah duduk," kata pak mul.
Siuntung duduk wajah dia santai kayak orang yang gak salah
apa-apa, hebat, tapi dari mana hebatnya, nah waktu duduk dia
berbisik ke aku.
"Bapak ini sok galak," kata siuntung.
"Hati-hati kau bicara sama bapak ini, bapak ini dulunya dukun,"
kataku.
"Dukun apa," kata siuntung.
"Dukun beranak," kataku.
"Gila kau," kata siuntung.
Kami lanjutkan perjalanannya kami di beri soal.
"Yang biasa menjawab maju ke depan," kata pak mul.
Setelah itu seperti biasa pak mul hanya mendekati seorang
wanita saja, cewek yang pertama di dekati itu iis, aduh sempat
macam-macam bapak itu, rambut bapak itu aku botak meskipun
udah botak.
171
"Bapak ini genit kali sama cewek, soal pelajaran yang gak susah-
susah amat, bapak ini segitunya tahu aja yang bening bapak
itu,"kata siuntung.
Dan aku langsung melihat ke papan tulis, soal yang ada di papan
tulis itu susah bahkan adi yang paham matematika aja bingung.
"Emangnya kau bisa jawab tung," kataku.
"Kalau soal kayak gitu aja jawabnya luar kepala," kata siuntung.
"Kayak punya kepala aja kau," kataku.
"Kau lihat baik-baik ya,"kata siuntung.
Siuntung maju ke depan untuk menjawab soal yang ada di papan
tulis.
"Sitompul nyampe gak," kata adi.
Dan siuntung menjawab soal yang sulit itu, setelah selesai dia
langsung duduk.
Pak mul berdiri di depan papan tulis untuk memeriksa tulisan
siuntung, dan kemudian duduk di bangku guru.
"Jawabannya benar tapi kurang lengkap, tapi bapak anggap
benar, kamu dapat nilai dari saya" kata pak mul.
Pak mul menulis nilai untuk siuntung.
"Tompul ada juga otakmu yaa," kata adi.
Kami semua pun tertawa tapi pak mul melotot ke arah kami dan
kemudian kami terdiam tanpa kata sedikit pun.
Setelah selesai pelajaran lonceng istirahat pun berbunyi ! Dan
waktu kami di kantin.
"Aku gak dengar suara ribut-ribut di kelas kalian tadi," kata dimas.
"Gimana mau ribut, sibotak di dalam," kata adi.
"Gak boleh gitu kau sembiring," kata ipul.
"Guru kau juga itu," kataku.
Dan bu simarmata gak tahu kenapa ke kantin saat itu. Jarang-
172
jarang ibu ini ke kantin kecuali tanggal tua, haha.
"Kalian bicarakan siapa, bicarakan ibu,"kata bu simar.
"Iya bu, mereka bicarakan ibu," kata siuntung.
Kami gak sadar kalau ada siuntung di belakang kami, dan gak
tahu bakal bicara seperti itu.
"Gak Bu," kata kami.
"Gak bu, fitnah dia bu," kata dimas.
"Ibu dengar kalian bicarakan ibu, ibu sate kalian," kata bu simar.
Kemudian bu simar pergi setelah membeli makanan di kantin dan
kembali ke kantor.
"Kejam kali ibu itu," kata dimas.
Dan kami menghapiri siuntung, karena sudah memfitnah kami.
"Enaknya kita apakan dia pul," kata adi.
"Kita buka aja celananya, kita gantung di tiang bendera," kata ipul.
Dan dia sangat santai seperti tidak ada salah apapun kemudian
siuntung lari, karena dia kecil jadi dia gesit, cocoknya jadi maling
nih orang, tapi kalau namanya karma pasti ada, siuntung berlari
dan gak kami kejar dia tersandung dan langsung terjatuh.
"Kau rasakan itu sitompul, jatuh kau namamu jadi situmpul," kata
adi.
Kami tertawa senang tapi siuntung pergi dengan kaki yang sedikit
pincang.
Setelah lonceng masuk kami pun masuk karena pelajaran pak
udin, kami mendengarkan pak udin, kami tahan kantuk ini, tapi
gak terbendung.
Siuntung berbisik.
"Kok kalian ngantuk semua, contoh aku nih," kata siuntung.
"Banyak kali ceritamu," kataku.
Setelah hampir satu jam setengah kami di datangi pak udin ke
173
bangku kami dan kami gak tahu, pak udin mencipratkan air ke
kami menggunakan tangan pak udin.
"Hujan-hujan, enak kali tidur kalian ya" kata pak udin.
Kami pun terbangun dari tidur kami.
"Kalian udah kayak suami-istri, tidur bareng," kata adi.
"Cuci muka sana kalian," kata pak udin.
Kami berdua ke WC umum mencuci muka.
"Omonganmu aja yang tinggi, bilangnya gak ngantuk, terkapar
juga" kataku.
"Ngantuk kali aku hid," kata siuntung.
Dan kemudian kami masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.
"Udah wahid, untung," kata pak udin.
"Udah pak," kata kami.
"Udah seger gitukan enak lihatnya," kata pak udin.
Dan kami pun melanjutkan perjalanan dan memperhatikan pak
udin menjelaskan.
Setelah pulang aku di ajak siuntung untuk pulang bersama dia.
"Ayo aku antar kau hid," kata siuntung.
"Tumben baik kau," kataku.
"Udah jangan banyak tanya," kata siuntung.
Aku pun naik ke motor siuntung.
"Baik ginikan banyak kawanmu, jangan pula udah kecil kau,
belagu, banyak gaya kau, kayak cacing pita kau," kataku.
Aku pun langsung di antar sampai depan rumah, dan kemudian
siuntung langsung pulang ke rumah, dan rumahnya cukup jauh
dan aku juga gak tahu di mana tinggalnya.
Malam harinya ada yang spesial nih.
Aku dan iis gak terlalu dekat sekarang meskipun kami udah satu
kelas iis gak mau di ajak bicara tapi kami masih berhubungan
174
lewat telfon
Malam malam ini sabtu.
"Jangan telfon, kenapa kamu telfon," kata iis.
"Aku rindu," kataku.
"Rindu sama siapa," kata iis.
"Sama kamu," kataku.
"Apa yang kamu rindu dari aku,"kata iis.
"Aku rindu sama senyuman kamu,"kataku.
"Bohong itu dosa," kata iis.
Dan malam itu tidur aku sangat nyenyak.
Sabtu paginya hari yang cerah. memakai baju olahraga karena
hari sabtu gak ada pelajaran, hari khusus olahraga dan pagi ini
aku di jemput sama ipul sesampainya di sekolah kami langsung
ke kantin, ternyata penghuni kantin udah di sini siapa lagi kalau
bukan dimas.
"Udah di sini kau Dimas," kataku.
"Iya lah siapa tahu ada yang mau ngasih duit," kata dimas.
"Pantas sedia selalu di kantin ya," kataku.
Dimas tersenyum dan menggoyangkan alisnya, itu tandanya dia
berkata iya.
Adi pun datang pada saat yang tepat.
"Orang ganteng datang," kata dimas.
Dan kemudian adi datang menghampiri kami.
"Oooy, aku cari di kelas gak ada, di WC gak ada, di sini rupanya
kalian," kata adi
"Tega kau cari orang ini di WC, kau anggap apa orang ini," kata
dimas.
Kemudian adi tertawa, dan waktu yang tepat ada di sini ! lonceng
175
pun berbunyi waktunya kami apel pagi.
"Pemberitahuan untuk semua, seperti hari sabtu biasa kalian
boleh olahraga apa saja, jangan dekat kantor karena para guru
akan rapat, kalau sudah paham kalian boleh bubar," kata pak
abdul.
Aku di ajak siuntung ke kelas, aku gak tahu dia bermaksud apa,
kelas sebelah juga diajak yaitu Jimi ! Dan setelah di kelas ada
ulum, risky, Jimi, Adi, ipul, Yogi, Heri aku dan siuntung.
"Aku bawa kartu, ayo main judi kita, berani gak," kata siuntung.
Yang ikut bermain ulum, Heri, Jimi, risky, dan siuntung. Mereka
bermain judi di dalam aku gak ikut, bukannya takut tapi aku gak
bisa bermain, aku, adi dan ipul hanya melihat, mereka sedang
asyik bermain ada orang yang datang siapa dia.
"Woy ngapain kalian," kata dimas.
"Diam mulutmu dimas," kata jimi.
Dan kemudian dimas menghampiri.
"Kalian gak layak di bilang siswa, main judi di kelas" kata dimas.
"Jadi di panggil apa dim," kataku.
"Ntahlah, apa yang cocok untuk panggil orang ini," kata dimas.
"Kau main dim," kata Heri.
"Gak ada uang aku, aku lihat aja," kata dimas.
Dari pada kami nanti yang kena sebaiknya aku, adi dan ipul
sebaiknya pergi dari kelas ! Lebih baik lihat rizal main futsal. Kami
pun pergi dari kelas, aku ajak mereka ke lapangan futsal.
Saat kami sedang menikmati pertandingan futsal aku melihat pak
Abdul berjalan ke arah kelas.
"Pak Abdul ke kelas pul," kataku.
"Terlambat, kita gak bisa kasih tahu," kata ipul.
"Semoga aja mereka, sadar," kata adi.
176
Gak butuh waktu lama mereka ketahuan oleh pak abdul di kelas,
aku melihat keluar dari kelas dan mereka di suruh masuk
kedalam kantor, dan dimas yang gak ikut main juga ikut terlibat di
dalamnya.
Dan untuk kelanjutannya aku gak tahu mereka terkena masalah
apa dan dapat hukuman apa. Kenapa robi tidak muncul lagi di
kelas dua dia udah gak ada dia keluar sekolah karena problem
orang tuanya, setelah itu osi di kelas dua juga gak ada karena dia
menikah, dan ada juga murid baru yang pertama tadi
paruntungan sitompul, setelah itu ada cewek namanya Gusti dia
pendiam baik dan gak banyak tingkah, aku akan ceritakan Gusti
nanti saat masuk SMK aku dan gusti satu kelas karena ada cerita
menarik di SMK nanti. Baca sampai habis. Tapi aku ceritakan
dulu saat ujian kenaikan kelas, kami semua di acak tapi kenapa
siuntung malah ada di belakang tempat dudukku.
"Aduh kau pula di belakangku," kataku.
"Senangnya kau, aku kasih contekan," kata siuntung.
"Gak mau aku," kataku.
"Matematika nih, nanti aku kasih tahu," kata siuntung.
"Gak terima kasih," kataku.
Soal pun di bagian oleh pak udin karena pak udin yang menjadi
pengawas.
"Kerjakan jangan mencontek," kata pak udin.
Dan kami pun mengerjakan soal itu gak butuh waktu lama waktu
aku baru mengerjakan beberapa soal.
"Hid," kata siuntung.
"Aku belum siap," kataku.
"Aku udah siap," kata siuntung.
Siuntung memberikan jawaban soalnya langsung ke mejaku.
177
Aku hanya melihatnya, gak menyalin jawaban itu kenapa karena
ada yang gak beres.
"Soalnya aja sampai 40 kok dia jawab sampai 50, gak beres nih
orang," kataku berbicara sendiri dan gak terlalu keras.
Aku mengembalikan jawaban dia tapi aku gak menyalin jawaban
dia, yang lebih menariknya lagi kertas untuk coret-coret yang di
kasih oleh guru kosong, tinta menetes ke kertas itu gak ada
malah di buat untuk buat pesawat, bener kata siuntung waktu itu
jawabnya luar kepala.
"Udah hid," kata siuntung.
"Udah, jawaban mu oke," kataku.
Dan waktu hampir habis tapi aku belum juga siap. Dan pak udin
kemudian berdiri.
"Yang udah siap boleh di kumpulkan, periksa dulu jangan ada
nanti soal yang lupa di jawab" kata pak udin.
Dan kemudian siuntung maju ke depan untuk mengumpulkan
kertas jawabannya, aku baru ingat aku lupa kasih tahu dia kalau
soalnya hanya sampai 40, tapi udah terlambat.
Pak udin melihat jawaban siuntung, memastikan kalau sudah
terisi semua atau belum. Waktu siuntung mau keluar.
"Tung, soalnya berapa kok kamu jawab sampai 50," kata pak
udin.
"Soalnya emang 50 pak," kata siuntung.
"Coba kamu lihat soalnya sampai berapa," kata pak udin.
"Loh kok sampai 40," kata siuntung.
Pak udin tertawa pak udin gak nahan dengan tingkah siuntung.
"Kamu hapus itu, soalnya sampai 40, kata pak udin.
Siuntung pun menghapus Jawaban yang gak penting, dan
kemudian siuntung keluar, aku merasa bersalah gak kasih tahu
178
dia. Setelah ujian sekolah selesai dan di saat pengumuman kami
semua naik kelas termasuk juga siuntung, tapi siuntung gak
melanjutkan sekolahnya aku gak tahu persoalannya dia juga
pernah cerita samaku soal permasalahan keluarga, aku gak bisa
menceritakannya kerena ini masalah keluarga mereka.
Malam harinya dan besok pembagian hadiah untuk yang juara
kelas.
"Besok kamu pasti juara satu lagi," kataku.
"Belum tentu, Heri pinter loh, ya gak papa kalau gak juara juga,"
kata iis.
"Kamu harus percaya diri dong, yakin aja," kataku
"Iya, aku yakin," kata iis.
Keesokan harinya waktu pembagian juara kelasku di bagikan di
depan kantor, jadi seluruh murid di kumpulkan supaya tahu dan
gampang membagikannya karena kepala sekolah langsung yang
membagi hadiahnya. Untuk kelas kami yang juara.
3. Anisa
2. Heri
1. Iis Maryati
Dan untuk kelasnya dimas aku lupa dan waktu pembagian itu Adi
sembiring sempat menebak siapa yang juara di kelasnya Dimas.
"Pong, aku tebak yang juara di kelasmu," kata adi.
"Siapa," kata dimas.
"Yang juara 3. Soleh juara, 2. Umar juara, 1. Pasti kau pong,"
kata adi.
"Tahu kau ya, kami juara dari belakang," kata dimas.
"Jangan merendah gitu kau pong," kata adi.
"Merendah, emang nyatanya gitu," kata dimas.
Setelah di sebutkan namanya yang juara ternyata bukan mereka.
179
"Loh Pong, nama kalian gak di sebut," kata adi.
"Kita buka aja celananya," kata dimas.
Dan adi kemudian kabur dari pada celana dia di gantung di tiang
bendera.
Aku akan menceritakan waktu kami kelas tiga.
Untuk kata terakhir
Mungkin rindu itu akan datang kembali aku gak tahu kapan
datangnya rindu itu, mungkin suatu saat nanti atau suatu hari
nanti dan pasti itu akan terjadi.
180
12. Air terjun
Hari masuk sekolah kelas tiga SMP, kelas kami sekarang pindah
dan orangnya diacak lagi aku gak sekelas sama iis, anita dan ipul
mereka satu kelas dengan dimas dan adi. Aku sekelas sama
Rizal, Umar, Soleh, Doni, agus, Wawan, ulum, deni dan Heri
kalau perempuan kalian nanti tahu sendiri. Dan hari ini, hari
pertama masuk sekolah setelah libur panjang dan libur panjang
itu gak aku ceritakan karena memakan durasi catatan yang
panjang.
Kami melihat nama yang tertulis di papan pengumuman.
"Hid kita gak sekelas lagi," kata ipul.
"Gak jadi masalah itu," kataku.
"Yah sekelas lagi sama ipul," kata adi.
"Gimana bisa pintar aku, kalau sekelas sama kalian berdua," kata
dimas.
"Kau lah Pong, roboh sekolahan ini kalau kau pintar," kata adi.
"Segitu buruknya aku di matamu sembiring," kata dimas.
"Hahaha, udah ayo ke kantin," kata ipul.
Karena sekolah ini sudah di pagar dan peraturan sekolah lebih
ketat jadi guru memutuskan mak wasi di pindahkan ke sekolah
181
dan di berikan tempat untuk mendirikan kantin, agar tidak ada lagi
siswa yang keluar sekolah hanya untuk makan ke warung mak
wasi.
Aku, ipul, adi dan dimas ke kantin mak wasi yang baru.
"Wah warung baru iki mak," kata dimas.
"Gak usah sok pakai bahasa jawa kau pong, hancur bahasa
jawamu," kata adi.
"Namanya biar akrab, biar dapat gratisan dari mak wasi," kata
dimas.
"Nengkene kudu bayar," kata Mak wasi.
"Haha, pie mak mangan iso, uwes siap" kata adi.
"Alah gaya kau biring, bahasa batak aja susah kau, pakai bahasa
jawa, ngomongin orang kau," kata dimas.
"Itu namanya bercengkrama," kata adi.
"Kalian mau makan apa mau berdebat," kataku.
"Makan mak," kata ipul.
"Semua makan," kata mak wasi.
"Iya Mak," kataku.
Dari ke empat kantin, yang paling murah itu tempat mak wasi
makanya kantin mak wasi selalu ramai, semenjak mak wasi
pindah ke kantin sekolah makanan yang di bawa mak wasi selalu
habis, mak wasi membawa makanan dari rumah kalau
gorengannya di masak di kantinnya, dan membawa makanan itu
memakai sepeda dan ada obrok di belakangnya keuntungannya
tidak terlalu banyak tapi selalu habis dan makanan yang paling di
cari di tempat mak wasi ini yaitu cilok, kenapa karena sambal dari
182
cilok ini di buat sendiri jadi enaknya luar biasa dan cilok ini
langsung habis waktu istirahat ke pertama.
Lonceng apel pagi pun berbunyi, dan kami yang ada di kantin
langsung berjalan ke depan kantor walaupun sedikit lebih lambat.
"Cepat itu dimas jalannya," kata pak udin yang sudah ada di
depan kantor.
"Empat orang ini, kenapa harus namaku yang di panggil," kata
dimas yang tidak terlalu keras suaranya.
"Karena kau ketuanya," kata adi.
Setelah masuk barisan barulah pak udin berbicara.
"Nama yang tercantum di papan pengumuman itu hasil dari rapat
para guru, jadi guru yang menentukan di mana di letakkan kelas
kalian, jadi jangan ada yang perotes kerena ini sudah menjadi
keputusan ! Mengerti," kata pak udin.
"Mengerti pak," semua murid.
"Dan kalian boleh masuk ke kelas masing-masing ! Kalian boleh
bubar," kata pak udin.
Setelah kami bubar kami masuk ke kelas karena wali kelas akan
masuk, wali kelas kami pak Abdul guru matematika, karena pak
mul sering ada job ke kota jadi kepala sekolah memutuskan guru
matematika ada dua, mungkin ada juga pelajaran lain yang
gurunya dua tapi masalahnya aku lupa.
Setelah pak abdul masuk, bapak ini langsung memilih ketua kelas
dan siswa yang menjabat lainnya, Heri di pilih untuk menjadi
ketua tapi heri menolak karena heri sudah menjabat sebagai
ketua selama dua periode, dan Heri memilih doni menjadi ketua
183
kelas.
"Doni cocok pak," kata heri.
"Kenapa harus Doni," pak abdul.
"Karena doni ganteng pak," kata heri.
Doni tertawa gak tahu karena geli atau senang mendengar heri
berkata itu. doni, umar dan heri satu desa mereka sering
bercanda seperti itu bahkan sudah bisa. Dan semua bersorak "
huuuuu " ke doni. Yang sekolah di sini dari desa tetangga, karena
orang tua mereka bekerja di PT menjadi karyawan pabrik dan
mereka tinggal di tempat yang sudah di sediakan oleh PT
tersebut. karena hanya ada sekolah ini yang dekat mereka di
sekolahkan di sini, bukan hanya mereka tapi banyak lagi. Kita
lanjutkan ceritanya.
"Her, iyalah yang satu desa, kami di sini apa lah," kata indah.
"Ya udah kau aja ndah," kata heri.
"dah gini aja, sebaiknya di undi, tulis di sobekkan kertas siapa
yang jadi ketua kelas," kata pak abdul.
"Setuju," semua menjawab.
Tapi heri gak setuju, heri tahu maksud indah, memancing
keadaan. Dan namanya perintah dari guru gak bisa di bantah.
"Gak bisa gitu pak, kalau gitu semua pilih," kata heri.
Dan heri terlambat protesnya karena semua sudah menulis nama
yang akan menjadi ketua kelas dan mengumpulkan di depan.
Dan setelah di hitung nama heri yang paling banyak dan doni
hanya sedikit, heri tahu nama dia yang bakal terpilih.
Indah hanya memancing keributan supaya pak abdul
memutuskan dengan cara memilih pilihan hati nurani lewat kertas,
dan heri kejebak.
"Ya udah aku yes, pasrah," kata heri.
184
Dan setelah itu pak abdul memilih ifana yoseva untuk menjadi
bendahara, dan umar beraksi.
"Pak, Soleh mau jadi bendahara," kata umar.
"Kalau ini gak, kalau sama soleh nanti habis," kata pak abdul.
Dan selanjutnya siska dan leza di pilih menjadi sekretaris kelas,
dan berikutnya di pilih oleh pak abdul lainnya.
Setelah kami berunding dan bermusyawarah selesai dan waktu
sudah menunjukkan istirahat kami pun istirahat.
Kantin mak wasi tepat di belakang kelas kami jadi enak kalau gak
ada guru di kelas bisa langsung pesan lewat jendela ya maskipun
gak sopan tapi asyik namanya anak SMP.
Karena sudah kelas tiga kami lebih banyak les untuk persiapan
ujian nasional. setelah beberapa minggu kemudian kami les di
sore harinya.
Sore itu cuacanya mendung dan sepertinya akan hujan, ulum ke
rumahku dan mengajakku berangkat bareng.
"Lik wahid ada," kata ulum.
"Lagi mandi lum tunggu aja," kata ibuku.
Ulum memanggil orang tuaku dengan panggilan Lilik, kalau di
artikan Lilik artinya bibi/paman ya itu biasanya orang cilacap tapi
gak semua. Selesai aku mandi aku keluar dari kamar mandi lalu
aku menghampiri ulum.
"Les lum," kataku.
"Iya," kata ulum.
"Tunggu ya pakai baju, masa ke sekolah cuma pakai handuk,"
kataku.
185
Setelah selesai aku langsung pergi ke sekolah menggunakan
motorku. Sampai di sekolah aku melihat rizal dan kelasku lainnya
aku langsung menghampiri mereka.
"Kakak adik berdua nih," kata agus.
"Saudara orang ini gus, kau kurang-kurangin gus," kata rizal.
"Tumben kau zal les," kataku.
"Tumben rajin aku, walau sedikit lambat," kata rizal.
"Mana si solehah zal," kataku.
"Kalau dia mending main layangan dari pada les," kata rizal.
Dan gak lama pak udin datang dan masuk untuk memulai les.
"Ayo masuk," kata pak udin.
Kami pun masuk ke kelas dan mengabsen kehadiran dan benar
hanya Soleh yang gak masuk. Dan setelah itu kami semua
berdo'a, dan soleh pun datang untungnya belum di mulai.
"Leh mana layangannya," kata rizal.
"Putus," kata soleh.
Soleh yang duduk sama doni di belakang lupa bawa pena.
"Pinjam penamu Don," kata soleh.
"Kaulah leh, semua pinjam, kalau tangan bisa di copot, tangan
pun pinjam," kata rizal.
Pak udin tersenyum karena percakapan rizal dan soleh. Setelah
itu pak Udin berdiri dan memulai les. Kami laki-laki duduk di
belakang semua hanya deni yang duduk di depan bersama indah.
186
Kelas sebelah belum mulai karena bu simarmata yang mengajar,
mungkin sebentar lagi.
Waktu les pun selesai dan pak udin pun menyudahi lesnya
karena sudah terlalu sore.
"Kita sudahi lesnya, berdo'a sebelum pulang," kata pak udin.
Dan heri langsung aja berdo'a.
"Siap ! Berdo'a mulai," kata heri.
Dan kami semua berdo'a.
"Berdo'a selesai," kata Heri.
Pak udin tersenyum tertawa karena tingkah heri.
"Semua belum selesai masukin buku udah berdo'a aja, her-her,
kalian hati-hati di jalan" kata pak udin dan berjalan keluar.
Dan setelah keluar kelas karena kelas sebelah belum keluar aku
di ajak main bola futsal di lapangan futsal sekolah karena biasa
bermain di sini kalau sore hari.
"Hid main futsal yok, cari keringat," kata rizal.
"Ayok," kataku.
Aku mengajak teman kelas lainnya untuk bermain sambil
menunggu kelas sebelah pulang, gak lama kemudian mereka
keluar dan dimas menghampiri kami.
"Ada lawan," kata dimas.
"Ajak kelasmu," kata rizal.
"Bencong orang itu gak ada yang mau," kata dimas.
187
Dan dimas ikut bermain bersama kami hanya mencari keringat.
Sampai akhirnya dimas gak sanggup lagi dan dimas keluar dari
lapangan itu.
"Kenapa dim," kata rizal.
"Capek kali aku, gak sanggup haus" kata dimas.
"Udahlah istirahat capek, udah hampir magrib," kataku.
"Di depan kantor tadi kayaknya ada minum tadi," kata rizal.
"Biar aku ambil zal," kata soleh.
"Soleh kalau denger air minum gitu dia, kawannya udah
kehausan mau mati tetap gak mau itu di kasih sama dia," kata
rizal.
"Mana, fitnah kau zal aku kasih ya," kata soleh.
Soleh memberikan minuman yang di tangannya ke rizal.
"Tumben kau leh baik, haha," kata rizal.
Dan rizal meminum air itu setelah semua udah minum.
"Air itu aku ambil dari kamar mandi, air kerannya itu, haha" kata
soleh.
"Pantas dia bawa ke sini, kok tumben soleh baik, kurang ajar kau
leh," kata rizal.
"Hahaha," tawa Soleh.
"Pantasan kok dingin di perut," kataku.
"Gak papa itu, vitamin," kata dimas.
Dan karena waktu udah terlalu sore dan udah mau magrib semua
memutuskan untuk pulang.
"Zal aku lanjut pulang ya zal," kata dimas.
"Yaa, hati-hati," kata rizal.
188
Semua pulang yang hanya tersisa aku, Rizal, Deni dan soleh.
Ntah apa yang kami cerita dan pada ujung cerita Soleh bercerita
aku gak tahu itu benar atau hanya sekedar omong kosong dia.
"waktu aku kelas satu iis sekelas samaku waktu aku berdiri di
pintu, tanganku langsung di pegang sama dia hid, ya hid aku
kagetlah, aku bilang nanti cowokmu marah kata dia gak," kata
soleh.
Dan aku berfikir "apa iya iis kayak gitu orangnya" percaya gak
percaya deh.
"Kau gak sama iis lagi kan hid," kata soleh.
"Gak," kataku.
"Aku jadi salah udah ngomong kayak gitu, aku takut kau dendam
samaku hid," kata soleh.
"Haha gak, ngapain juga aku dendam," kataku.
Aku tertawa mungkin, tapi hati ini gak bisa di bohongin, boleh
ekspresi wajah tertawa tapi hati terluka, kalau cerita itu benar aku
gak tahu siapa yang salah.
Kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Dari saat itu meskipun aku dan iis berteman baik-baik aja menjadi
kurang baik aku jarang berhubungan lewat telfon atau
menanyakan kabar. Emang bagiku dia wanita yang berbeda dari
wanita lain, itu hanya bagiku.
Beberapa hari setelah itu hubungan kami kurang baik, aku gak
pernah berhubungan lagi dan kami bahkan jarang bertemu
meskipun satu sekolah, tapi aku sering melihat iis dan
memandang meskipun perasaan ini sedikit berbeda dari yang
dulu.
Aku berbicara dalam hati.
189
"Mungkin
ini yang di namakan cinta pertama,
kata orang tua dulu
cinta pertama gak bisa di lupakan meskipun berusaha untuk
melupakannya
tapi
ada satu cara untuk bisa melupakannya
cari yang lebih baik dari dia,
meskipun sulit".
Di saat olahraga sore di sekolah pada hari sabtu aku di kelas
menunggu teman yang lainnya, aku berdua dengan ulum dan aku
melihat iis lewat dengan anita mengendarai motor dan ulum juga
melihatnya, ulum langsung bertanya.
"Hid aku bisa dapetin iis," kata ulum.
"Trus," kataku.
"Aku bisa buat dia jadi pacar aku," kata ulum.
"Coba aja, siapa tahu beruntung," kataku.
"Gak ah, aku takut kau marah," kata ulum.
"Gak, kalau kau serius sama dia, ambillah" kataku.
Aku gak tahu maksud ulum bilang kayak gitu, mungkin dia hanya
manas-manasin aku ! tapi ntahlah aku gak tahu, menurut
pendapat kalian seperti apa jawab aja.
Ada guru baru perempuan masih gadis belum menikah cantik lagi
kami memanggilnya dengan panggilan ibu Tiwi, ibu ini hanya
mengajar di kelas satu dan dua dan orang yang gak bisa lihat
cewek cantik pun muncul, kalau dia sih kambing di dandanin dia
190
juga suka, siapa dia tentunya Dimas.
Ketika ibu tiwi ingin mengajar di kelas satu, kami menunggu guru
di luar kelas tapi gak semua hanya beberapa orang, di kelas
sebelah ada hanya dimas dan teman lainnya, Adi dan ipul
kebetulan belum ada.
Ketika bu tiwi lewat.
"Pagi ibu guru," kata dimas.
"Pagi," kata bu tiwi.
"Nama saya dimas bu," kata dimas.
"Iya dimaas," kata bu tiwi dengan lembut.
Dan yang namanya guru jelas gak boleh menolak mencium
tangannya, karena guru adalah orang tua di sekolah dimas
mencium tangan ibu itu, tentunya kami juga dong, kalau kami
semua lelakinya ada di depan kelas.
"Pong itu bu simar ke sini," kata adi yang bersama ipul.
"Terus apa hubungannya sama ku," kata dimas.
"Kau cium tangannya," kata adi.
"Tangan ini habis jabatan tangan sama bu tiwi, nanti hilang," kata
dimas.
Dan pada saat bu simar lewat adi menyapa ibu simar.
"Pagi bu," kata adi.
"Pagi," kata Bu simar.
Dan adi yang gak dapet jabatan tangan dari ibu tiwi ! Adi jabatan
tangan dan mencium tangan bu simar dan karena ipul dan dimas
ada di situ otomatis mereka juga harus mencium tangan bu simar
dan kemudian bu simar pun pergi.
Adi tertawa.
191
"Hahaha," tawa adi.
"Kau lah biring, hilanglah bekas tangan bu tiwi," kata dimas.
"Maaflah Pong, sama-sama guru gak boleh pilih kasih gitu.
Itulah cerita di saat ada guru baru perempuan yang cantik
menjadi guru favorit yang jika dia lewat selalu di tunggu
kehadirannya.
Dan pada waktunya hari di mana ujian kelulusan.
Pagi itu, pagi yang sangat cerah dan kami pun mulai ujiannya,
yang namanya mencontek pasti ada aja dalam ujian meskipun
soal yang ada di dalamnya itu gak sama, berusaha untuk mencari
soal yang sama dan akhirnya ketemu dan gak tahu jawabannya
benar atau salah ! tapi, di situ aku baru sadar kalau kita
mencontek dan nilai kita bagus kita gak akan puas dengan nilai
itu karena itu jawaban orang lain, dan kalau nilai kita jelek dan itu
usaha sendiri nilai seberapa pun kita puas walaupun itu nilai kita
jelek. aku gak mau mencontek karena orang yang aku contek gak
lebih baik dari aku, dan dari situ aku gak mau lagi mencontek
kalau gak ada, kalau ada ya nyontek haha, ini ujian kelulusan
setidaknya kita mencontek satu orang kalau nilai kita jelek dan
gak lulus setidaknya orang yang kita contek sama nasibnya
seperti kita ! Tapi itu pemikiran yang bodoh anak kelas satu SD di
taruh di bangku SMP dan di suruh mencontek, anak ini pasti lulus
karena dia mencontek, dan jika kalian mencontek kalian sama
seperti anak SD itu ! Sekolah butuh otak bukan nyontek.
Setelah beberapa hari ujian pun akhirnya selesai dan aku gak
sabar pengen melihat nilaiku yang bagus hasil mencontek, haha.
Akhirnya nilai aku keluar dan dari beberapa pelajaran semua nilai
192
gak ada yang bagus, yaa setidaknya sudah berusaha setelah
beberapa hari.
Kami acara perpisahan karena optimis dong wajib lulus kami
meminta untuk liburan ke air terjun dan para guru berfikir terlebih
dulu dan setelah beberapa hari bu tiwi lewat depan kelas
walaupun kami udah selesai ujiannya kami harus masuk sekolah
untuk menunggu informasi.
"Kalian mau ke air terjun, ibu boleh ikut gak," kata bu tiwi.
"Boleh dong bu," kataku dan teman sekelas.
"Iya deh ibu ikut," kata bu tiwi.
Dan kemudian ibu tiwi pergi, dan kami pun terdiam sesaat.
"Bu tiwi ikut, berarti kita jadi dong ke air terjun," kataku.
Keesokan harinya kami semua di kumpul untuk pemberitahuan
jadi atau tidak ke air terjun, pak karom datang dan memberikan
pengumuman.
"Assalamualaikum wr wb," kata pak karom.
"Walaikum salam wr wb," jawab kami.
Pak karom menarik nafasnya.
"Berhubung guru semua sibuk, mereka gak bisa memutuskan ke
air terjun, jadi batal," kata pak karom.
"Yaaaaahhh," kekecewaan kami.
"Tapi saya, bu melvi, bu tiwi, yang akan ikut bersama kalian ke air
terjun," kata pak karom.
Dan kami semua senang dan bahagia.
"Kita akan berkemah di air terjun selama lima hari, jadi kita
kumpulkan persiapan makanan untuk lima hari di sana, semua
paham" kata pak karom
"Pahaaam," jawab kami.
193
Di saat kami ingin berangkat ke air terjun menggunakan bus
minggu di pagi hari di sekolah, Kami menunggu beberapa orang
yang belum datang, sambil menunggu biasanya anak cowok
gosip.
"Pong tumben kau keren," kata adi.
"Siapa tau ada cewek di sana, makanya keren" kata dimas.
"Huuu," kata ipul.
"Kenapa kau pul," kata dimas.
"Gak, ada tokek lewat," kata ipul.
"Mau ngejek kau kan pul, jangan bohong kau pul," kata dimas.
"Kaulah pul gak boleh gitu, temanku ini pul, jangan tanggung
kalau mau ngejek," kata adi.
"Gak jelas kau biring," kata dimas.
Dan setelah itu pak karom datang untuk memberi tahu kalau kita
mau berangkat.
"Ayo yang laki-laki kita berangkat," kata pak karom.
Dan kami pun masuk ke dalam bus dan setelah itu kami pun
berangkat menuju air terjun, setelah di tengah perjalanan semua
ngantuk dimas dan adi yang biasanya ribut mereka hanya diam
dan ngantuk, aku duduk sama dimas dan adi duduk dengan ipul,
untuk memulai keributan.
"Yang bisa main gitar kita nyanyi dong," kata pak karom.
"Gak ada yang bisa pak," kata dimas.
"Adi bisa pak," kata jimi.
"Karoke aja pak," kata adi.
"Kamu yang nyanyi ya sembiring," kata pak karom.
"Terbang bus ini pak kalau sembiring nyanyi," kata dimas.
"Wahid, sama dimas juga pak," kata adi.
"Dimas merdu suaranya pak," kataku.
194
"Biar adil bertiga," kata pak karom.
Dan akhirnya kami pun berdiri dengan mobil berjalan dan
bergerak kami pun bernyanyi walaupun suara pas-pasan tapi
kami beranikan untuk bernyanyi dan kemudian.
"Suara bisa lebih bagus sedikit," kata indah.
"Kalau cuma komentar aja, anak SD pun bisa, coba nyanyi," kata
dimas.
"Gini aja siapa yang menang dapat hadiah, gimana" kata pak
karom.
"Bener nih pak," kata indah.
"Beneran," kata pak karom.
Dan indah terpancing untuk bernyanyi.
"Gak adil dong kalau tiga lawan satu," kata indah.
"Ajak siapa aja, pasti kalian kalah sama dimas," kata jimi.
"Kau jangan mancing-mancing jim," kata indah.
Dan indah mengajak leza dan siska untuk bernyanyi, mereka
sempat menolak tapi kami pun berusaha.
"Kalau gitu hadiahnya untuk kamilah," kataku.
"Tetap gak ada yang bisa ngalahin kita," kata adi.
"Kalau cuma ngomong aja, aku pun bisa," kata dimas.
Leza dan siska masih belum mau untuk ke depan untuk
menyanyi bersama indah. Dan indah tetap merayu mereka
sampai mereka mau.
"Suara perempuan itu kurang bagus," kataku.
"Bukan cuma nyanyi, bicara aja, jelek," kata adi.
"Aku yakin mereka gak berani lawan kita," kata dimas.
Pada akhirnya leza dan siska terpancing emosinya.
"Kita kalahkan mereka," kata leza.
"Kami pasti kalahkan kalain," kata siska.
195
"Jangan sekali-kali meremehkan kami," kata indah.
Dan ntah kenapa adi sembiring berkata seperti ini.
"Kalau kami kalah dari kalian kami siap mendapat hukuman,"
kata adi.
"Apa hukumnya," kata leza.
"Jadi pacar kalian," kata adi.
"Berharap jangan ketinggian," kata leza.
Saat itu semua orang tertawa, aku dan dimas duduk dan berkata.
"Udah gak jelas kawan satu ini," kata dimas.
"Konslet di mananya dia dim," kataku.
"Kayaknya sih otaknya deh," kata dimas.
"Biarin ajalah dim, biar berkembang dulu dia," kataku.
Itulah adi jangan menilai dari tingkah lakunya tapi lihat niat
baiknya ! Apa niat baiknya, mencari pacar. Tapi bukan itu niat
baiknya menghibur diri pada siapa saja.
Dan akhirnya mereka bernyanyi tiga cewek ini gak mau kalah dari
kami dan kami pun ikut bernyanyi. Dan selesai bernyanyi
"Sekarang udah pemenangnya ya," kata leza.
"Ya udah hadiahnya untuk kalian deh," kata adi.
"Kami mengalah," kata dimas.
"Kami mengalah bukan berarti kami kalah," kataku.
"Gayamu hid," kata siska.
"Jadi kami yang menang nih, kata indah.
Dan karena kami kalah dari cewek, jadi mereka yang dapat
hadiahnya, kami bukannya kalah ! tapi karena suara kami,
bahkan kalau di banding suara mendingan suara kodok dari pada
196
kami bernyanyi.
"Kami menunggu hadiahnya pak," kata leza.
"Nah karena mereka menang sekarang kita semua beri hadiah
kepada mereka," kata pak karom.
"Loh kok mereka semua pak," kata indah.
"Iya, karena hadiahnya cukup sederhana," kata pak karom.
"Apa pak," kata siska.
"Beri tepuk tangan kepada pemenangnya audisi ini," kata pak
karom
"Cuma itu, tau gitu kami gak maju," kata indah.
"Kami kecewa," kata leza.
Dan karena kecewa mereka pun duduk, setelah duduk.
"Yang sabar ya, haha," kata anisa.
Dan suasana hening seketika, meskipun seperti itu kami pun
merasa bersalah.
Tapi kayaknya kami gak salah, aku gak tahu siapa yang salah,
untuk yang baca buku ini mungkin kalian tahu siapa yang salah.
Waktu sudah cukup lama kami pun sampai di pemukiman warga
ya walaupun jauh dan capek di perjalanan, namun capek kami
hilang saat melihat suasana pemandangan hutan yang sangat
indah, sejuk dan lain sebaginyalah.
Karena kami berkemah di jadi kami menunggu seseorang ! Yah
biasa di bilang juru kuncinya bisa di bilang seperti itu untuk
menunjukkan jalan menuju lokasi air terjun yang cocok untuk
berkemah. Akhirnya datang juga orang yang di tunggu, beliau
bernama Asep tidak terlalu tua tidak terlalu muda dan dia
bersama temannya budi, menghampiri pak karom.
"Selamat siang pak," kata Asep.
197
"Siang," kata pak karom.
"Bapak guru dari anak-anak ini," kata Asep.
"Iya," kata pak karom.
"Bapak sedang menunggu pak Burhan," Asep.
"Kok mas tahu," kata pak karom.
"Saya asep anaknya pak Burhan dan ini teman saya budi, saya di
suruh ke sini untuk menggantikan bapak saya, untuk mengantar
anak-anak ke lokasi," kata asep.
Dan di situ dimas komentar tapi gak terlalu keras mungkin karena
takut, kalah ganteng kayaknya.
"Anak-anak kau pikir kami anak-anak," kata dimas.
"Anak-anak tapi bisa beranak, ya dim," kata.
Dan merasa sudah cukup istirahatnya kami pun menuju lokasi
dengan jalan kaki, cukup jauh dan kami sudah berjanji
sesampainya di lokasi langsung mandi biar seger. Untuk menjaga
keamanan asep memberi saran nih.
"Untuk yang perempuan di depan dan yang laki-laki di belakang
ya," kata Asep.
Agar tidak ada yang ketinggalan budi di suruh asep untuk ke
belakang.
"Pokoknya sampai di lokasi kita langsung mandi," kata risky.
"Ki kau tinggi tapi gak ada tenaganya, apa lagi dimas," kata jimi.
"Banyak kali ceritamu jim, kita semua capek," kata dimas.
"Kau lihat rizal, wahid, soleh, gak capek, lihat ipul ! Aahh Kalau
ipul gak yakin aku," kata jimi.
"Kami capek dengerin kau ngomong," kata rizal.
"Udah ngomong rizal, diamlah aku," kata jimi.
198
Aku melihat iis sepertinya capek tapi apa semua akan baik-baik
aja kalau aku menghampiri ! Mungkin gak. Aku melihat iis
memberikan minuman kepada anita.
Setelah kami sampai di lokasi jimi dan teman lainnya mau mandi
tapi gak di bolehin sama pak karom karena.
"Kalau tenda belum terpasang belum boleh mandi, kalau sudah
siap baru boleh mandi," kata pak karom.
Aku tahu maksud pak karom. Bisa di bilang kalau nanti ganti baju
bisa di tenda, biar gak malu. Itu masih dugaan semata.
"Boleh mandi, tapi jangan sampai mandi terlalu malam, takutnya
terjadi yang tidak di inginkan," kata asep.
"Kalian dengar itu," kata pak karom.
"Iya pak," kata kami semua.
Kami pun memasang tenda terlebih dulu dan kami saling
membantu.
"Gak mungkin juga mandi malam-malam, kena diabetes nanti,"
kata dimas.
"Bukan diabetes, tapi ambeyen," kataku.
"Hahaha," tawa adi.
Pak karom dan Asep sedang berbincang, Setelah kami siap
mendirikan tenda mereka pun menuju ke air terjun untuk mandi,
tapi aku dan ipul di panggil bu melvi untuk membantunya.
"Wahid sini, bantu siska mendirikan tenda," kata bu melvi.
"Iya bu," kataku.
Bu melvi, bu tiwi, dan anisa sedang memasak untuk makan anak-
anak.
Setelah selesai mendirikan tenda anak perempuan ingin mandi.
"Bu kami mandi dulu ya," kata siska.
"Hati-hati ya siska jaga temennya," kata bu melvi.
199
"Iya ibu," kata siska.
Dan mereka menuju ke air terjun dan mengusir anak laki-laki.
"Gantian dong, kalian udah dari tadi," kata indah.
Anak laki-laki keluar dari tempat itu.
"Keluar kau dimas, mengkerut kau nanti," kata jimi.
"Iyaa," kata dimas.
Dan jimi memberi tahu jangan terlalu ke tengah.
"Jangan ke tengah, di tengah dalam," kata jimi.
Setelah anak laki-laki pergi mereka foto terlebih dulu. Aku belum
mandi, aku dan ipul pergi air terjun. Kami ketemu mereka di jalan.
"Anak perempuan lagi mandi hid," kata jimi.
"Kami pun mau mandi," kataku.
"Hati-hati tegang," kata jimi.
"Mulutmu jim," kata ipul.
"Haha," tawa jimi.
Dan kami pun pergi di depan kami setelah hampir sampai aku
melihat dimas.
"Kalian mau mandi," kata dimas.
"Iyalah, kami belum mandi," kataku.
"Enak kalian ya," kata dimas.
"Enak apanya," kata ipul.
"Mandi sama cewek," kata dimas.
Dan setelah itu aku mendengar suara teriak minta tolong, dan
ada juga teriakan di aliran air terjun aku, ipul dan dimas langsung
ke lokasi teriakan itu setelah sampai ternyata iis tenggelam dan
kami bingung.
"Dim kau yang udah basah, masuk dim," kataku.
200
"Aku gak bisa berenang hid," kata dimas.
Aku pun langsung terjun ke dalam air dan langsung
menyelamatkan iis dan aku merasa lega setelah sudah di daratan.
"Kau bisa berenangnya hid," kata dimas.
"Sebetulnya aku gak bisa, mau gak maulah terjun, ipul dorong"
kataku.
"Dari pada iis gak selamat hid," kata ipul.
Untungnya iis tidak kram kakinya, jadi gak terlalu fokus ke
kakinya, dia fokus untuk tidak tenggelam dan kami datang tidak
terlalu terlambat.
"is kamu gak papa," kata siska.
Dan iis batuk mungkin ada air yang sudah tertelan.
"Kok bisa kayak gini," kataku.
"Kami mau foto, terus iis kepleset," kata siska.
"Kalian kalau mau foto cari tempat yang gak dalam," kataku.
Dan kemudian kami lanjutkan mandi, dan setelah itu kami pun
kembali ke tenda, air terjunnya cukup jauh dari tempat kami
berkemah supaya tidak terlalu dingin waktu malam hari nanti,
setelah sampai di perkemahan aku melihat mereka sedang
minum kopi di sebelah api unggun yang tidak terlalu besar dan
menawarkan kopi kepada kami.
"Kopi hid, cepat nanti di habiskan si dimas," kata jimi.
"Tuduh aja aku terus, gak papa aku ikhlas," kata dimas.
"Ngambek, gitu aja marah kau dimas, bercandanya" kata jimi.
Dan adi yang dari tadi hanya diam saja.
"Kau kok diam aja dari tadi, biring," kata jimi.
"Aku gak mau ngomong kalau dimas lagi marah, nanti aku di
201
kutuk," kata adi.
Karena waktu sudah hampir magrib Asep dan Budi yang sedang
berbincang dengan pak karom pamit untuk pulang karena besok
pagi harus bekerja.
"Setiap sore saya pasti ke sini pak, kalau ada perlu apa-apa pasti
saya bantu," kata Asep.
"Makasih ya mas asep," kata pak karom.
"Sudah menjadi tugas saya pak, kalau begitu kami pamit," kata
asep.
"Iya mas," kata pak karom.
Dan malam harinya kami di sebelah api unggun agar tidak terlalu
dingin, di situ kami pun makan bersama setelah kenyang kami
menyanyikan lagu dan hiburan agar suasana lebih asyik dan
menyenangkan. Dan di situlah momen yang gak bisa di lupakan
kami bernyanyi sambil mengelilingi api unggun yang tidak terlalu
besar, kami bercanda dan tertawa bahagia.
Setelah kami capek karena perjalanan dan belum ada istirahat
kami pun tertidur pulas di tenda masing-masing ! Semua tidur
karena capek tapi ada aja yang gak bisa tidur, ya meskipun
seperti itu, lumayanlah untuk jaga-jaga. Yang gak bisa tidur ada
empat orang Rizal, jimi, Dimas dan aku sendiri ! Oleh karena itu
aku tahu siapa aja yang gak tidur malam itu, kami cerita panjang
dan sambil minum kopi.
"Dim kau gak tidur, terus besok sakit, kami juga yang susah,"
kata jimi.
"Kapan aku pernah nyusahin kalian," kata dimas.
"Dimas ini amnesia jim," kataku.
202
"Amnesia itu lupa ingatan yang bener itu insomnia," kata dimas.
"Iya bener, insomnia itu untuk orang yang susah tidur, kau itu
amnesia lupa tidur," kataku.
"Iya bener juga sih," kata dimas.
"Kita harus jaga malam ini, yang gak kuat boleh pergi tidur,
jangan maksain," kata rizal.
"Kalau aku kuat zal, gini-gini mantan ketua maling nih," kata
dimas.
"Iya juga ya, tunggu yang punya rumah tidur, baru sikat," kata
rizal.
"Emang kau ngambil apa dim," kataku.
"Ngambil pisang," kata Dimas.
"Wiih hebat gak ketahuan," kata jimi.
Dimas menarik nafasnya dan berkata.
"Hufh, ketahuan sih, hampir kami di pukuin warga, kami di bawa
ke balai desa," kata dimas.
"Kenapa kalian gak di pukul warga," kata jimi.
"Ya iyalah gak di pukuin, pisangnya belum kami ambil, kami udah
ketahuan," kata dimas.
Dan setelah itu kami mencium bau dan mendengar suara yang
cukup membuat kami kaget.
"Bau apa ini," kataku.
"Diam hid, aku dengar suara" kata rizal.
"Bau ini aku kenal," kata dimas.
Setelah itu kami mendengar suara daun yang di injak seperti ada
yang berjalan.
Dan setelah itu seperti ada yang menangis.
"Hhmm, aku tahu ini, suara apa," kata dimas.
203
"Aku pun tahu," kata rizal.
"Hantu zal," kata jimi.
"Ssstt, jangan ngomong kayak gitu di hutan," kata rizal.
Aku pun gak tahu suara apa itu seperti suara orang menangis,
kalau ada suara seperti itu semua orang pasti beranggapan yang
sama seperti jimi.
"Ayo kita cek," kata rizal.
"Sebentar zal, mending kita senter dulu," kata dimas.
Dan kami gak tahu ternyata ada yang berdiri menggunakan
selimut putih di belakang jimi dan bicara. Waktu rizal dan dimas
menyenter asal suara menangis itu.
"Suara apa itu," ucapnya.
Dan kami gak tahu ternyata ada yang berdiri menggunakan
selimut putih di belakang aku dan jimi, kami gak melihatnya.
Waktu itu juga dimas dan rizal berbalik melihat di belakang kami
dan mereka terkejut dan kami pun ketakutan.
Dan ternyata.
"Aaaaawh," dimas teriak kecil.
"Ini aku deni, kalian kayak lihat hantu aja," kata deni sambil
membuka selimut.
"Semuanya seharusnya teriak, kenapa cuma aku yang teriak
manja," kata dimas.
"Kami diam, tapi hampir ngompol," kataku.
Deni terbangun dari tidurnya karena mendengar suara itu, suara
seperti orang menangis.
204
"Aku pikir siapa yang nangis, makanya aku bangun," kata deni.
"Ya gak usah selimut di buat kayak gitu," kata jimi.
"Dingin," kata deni.
"Selimut kau yang buat kami takut, kalau kau kami gak takut,"
kata jimi.
"Cuma serem aja," kataku.
Dan setelah itu kami mendengar suara itu lagi, suaranya sedikit
lebih dekat.
"Dari pada di buat penasaran kita cek aja," kata dimas.
"Aku suka gaya loe," kata rizal ke dimas.
"Aku jijik gaya loe," kataku ke dimas.
Dan kami pun perlahan sambil memegang satu sama lain, karena
takut.
Rizal yang membawa senter cek di mana asal suara itu.
"Di mana dia," kata rizal.
"Gak seharusnya kita cek," kataku.
"Penasaran mengalahkan segalanya coy," kata dimas.
"Kalau takut kembali ke tenda aja hid," kata rizal.
"Udah jauh jal dari tenda," kataku.
Setelah cukup jauh akhirnya kami pun bertemu asal suara
menangis itu.
"Sini senternya zal, biar aku yang cari," kata dimas.
Dan rizal memberikan senter yang di pegang oleh rizal, dan
setelah itu.
"Nah, ini hewan yang nangis tadi," kata dimas.
"Musang," kataku.
"Musang punya perasaan yang sangat menyentuh, karena
205
hatinya gak hanya satu," kata rizal.
"Hatinya banyak," kataku.
"Itu sih kata orang-orang tua dulu," kata rizal.
Ternyata suara yang menangis tadi hanyalah seekor musang,
hati musang ada banyak karena setiap musang memakan ayam,
hatinya akan bertambah satu itu sih menurut orang tua dulu, dan
bau dari musang ini berbau pandan, karena untuk perlindungan
diri dari hewan yang ingin memangsanya, kurang lebih seperti itu.
Kami pun kembali untuk melanjutkan minum kopi lagi.
"Seharusnya aku gak ikut periksa tadi," kata dimas.
"Kau yang maksa kami untuk meriksa tadi," kata rizal.
"Kapan, gak ada," kata dimas.
"Gak ada katamu," kata rizal.
Dan kami pun melanjutkan kopi kami yang hampir dingin.
Setelah di pagi harinya kami ketiduran di dekat api unggun kami
terbangun karena cuaca suhu yang sangat dingin di pagi hari.
"Pantas dingin, apinya mati," Kataku.
Aku menghangatkan tubuh pakai sarung ya meskipun masih
sedikit dingin. Dan aku melihat bu melvi dan bu tiwi sudah ada di
dapur sederhana yang kami buat, ibu itu sedang membuat teh
hangat, dan aku mencoba untuk mendekat.
"Selamat pagi wahid," kata bu tiwi.
"Pagi bu tiwi bu melvi," kataku.
"Pagi, di minum dulu teh hangatnya, biar hangat badan kamu"
kata bu melvi.
206
"Iya bu," kataku.
Aku melihat anisa sedang tidur di dapur.
"Anisa tidur di sini bu," kataku.
"Iya, di tenda udah gak ada tempat, jadi anisa tidur sama ibu
bertiga," kata bu melvi.
"Emangnya gak dingin bu," kataku.
"Iya dingin, untungnya bu tiwi bawa selimut yang tebal," kata bu
melvi.
Dan mulailah anak perempuan semua bangun.
"Tumben bangun hid," kata indah.
"Kau pikir aku gak bangun lagi," kataku.
Dan mereka mengambil minuman teh hangat mereka.
"Yang mau mandi, silahkan," kataku.
"Kau mau kami jadi es batu, dingin nih," kata indah.
"Ya kalau sekarang mandi, nanti tinggal minum teh, udah hangat,
kan enak," kataku.
Setelah itu anak laki-lakinya yang bangun dan menyalakan api
yang mati dengan sisa kayu yang tersisa, yang di suruh
menyalakan api itu dimas alhasil ! gak nyala apinya. Dan jimi dan
teman lainnya menghampiri kami yang sedang minum teh.
"Enak nih," kata jimi.
"Ambil satu-satu," kata siska.
Karena dimas dan rizal gak bisa menyalakan apinya mereka juga
mendekat untuk minum juga.
Dan dimas langsung mengambil minumannya.
"Gak nyala dim," kata jimi.
"Gak," kata dimas.
207
"Jutek kali jawabnya," kata jimi.
"Kok bisa mati apinya," kata indah.
"Ya matilah kena embun," kata dimas.
"Itu pun mau kau nyalain," kata jimi.
"Siapa tahu bisa, apa salahnya mencoba," kata dimas.
Dan kami di suruh mencari kayu untuk api unggun, persediaan
untuk nanti malam juga.
"Semuanya cari kayu untuk api," kata pak karom yang baru saja
bangun.
"Anak cowok aja ya pak," kata leza.
"Semua biar banyak," kata pak karom.
Kami pun bergegas mencari kayu untuk api dan aku sama dimas,
adi dan ipul. Kami saling menjaga satu sama lain agar tidak
tersesat, dan di waktu yang gak sengaja aku bertemu iis, anita
dan siska
"Anita biar iis sama wahid, kita tinggal yok," kata siska.
"Ayok kita tinggal," kata anita.
Dan Siska memanggil dimas dengan bisik-bisik.
"Dimas, sini," kata siska.
"Apaan," kata dimas.
"Sini," kata siska,
Dan dimas, ipul dan adi menghampiri siska.
"Ada apa kalian ngumpet," kata dimas.
"Kita agak jauh, biar wahid sama iis berdua," kata siska.
"Aku gak mau," kata dimas.
Dan siska menarik tangan dimas.
208
"Dimas, kau nih iih," kata Siska.
"Iya aku nurut, inilah lemahnya seorang laki-laki," kata Dimas.
Dan saat itu aku sedang mencari kayu, aku gak tahu kalau
mereka semua gak ada di dekatku dan aku hanya berdua dengan
iis.
"Kamu kok sendiri," kataku.
"Kamu juga sendiri," kata iis.
"Iya udah bareng aja," kataku.
Dan di saat sudah terkumpul beberapa kayu kami pun berjalan ke
tenda untuk mengumpulkan kayu.
"Terima kasih untuk yang kemarin," kata iis.
"Untuk apa kamu terima kasih," kataku.
"Karena udah selamatkan aku," kata iis.
"Bukan aku yang melakukan itu, tapi hati aku," kataku.
"Maksudnya," kata iis.
"Aku hampir aja tenggelam, karena aku masih sayang sama
kamu, hati ini bilang selamatkan iis, berikan aku kesempatan
sekali lagi" kataku.
"Aku belum bisa, sebaiknya kita berteman aja," kata iis.
"Aku tunggu kamu, sampai kamu bilang siap," kataku.
Iis gak berkata apapun dan langsung pergi untuk mengumpulkan
kayu. Dan aku pun kumpulkan kayu yang aku dapat
Setelah itu siska dan anita setelah mereka adi dan ipul.
"Kemananya si Ompong ini, perasaan tadi bareng," kata adi.
"Jangan-jangan dia di makan," kata ipul.
Dan setelah itu dimas datang.
"Jangan mikir macam-macam, itu si ompong datang dia," kata adi.
Dimas menaruh kayu yang dia dapat.
"Cuma dapat dua batang, itu pun kecil," kata adi.
209
"Itu yang bisa aku dapat, mau gimana lagi," kata dimas.
Setelah itu kami lanjutkan dengan sarapan pagi karena kami
bawa kompor kesini jadi waktu kami ngambil kayu sebagian
cewek bantu masak, setelah kami makan, kami boleh pergi terlalu
jauh takut terjadi yang gak inginkan. Kami yang cowok pergi ke
aliran air terjun mencari ikan untuk makan siang nanti.
"Banyak nih ikan," kata rizal.
"Kau boleh mancing hebat zal, kalau masalah tangkap-
menangkap aku jagonya," kata soleh.
"Belum masuk ke air aja udah sombong, sekarang bukti bukan
janji," kata rizal.
"Ayo langsung masuk kita," kata soleh.
Mereka pun langsung masuk ke dalam air untuk mencari ikan,
kami menggunakan alat ya bisa di bilang tombak, kami cukup
kesulitan untuk menangkapnya sampai rizal memutuskan.
"Ambil jaringlah," kata rizal.
"Nyerah kau zal," kata soleh.
"Bukannya nyerang, kita sia-sia nyarinya gak akan dapat, jalan
satu-satunya pakai jaring," kata rizal.
"Mau cari jaring di mana zal," kata jimi.
"Asep orang yang nganter kita kemarin pasti dia punya, masa iya
dia gak punya," kata rizal.
Mereka pun pergi untuk mengambil jaring, Jimi, Deni, Rizky dan
ipul mereka mencari rumah asep untuk meminjam jaring. Sambil
kami menunggu kami mandi, dan rasa dinginnya air itu pakai
banget jadi "airnya dingin banget" itu sih kata airnya. Cukup lama
kami menunggu mereka pun datang setelah jaringan di pasang
rizal dan soleh sambil menunggu kami lanjutkan mandinya.
210
Matahari udah ada di atas kami dan kami pun menyudahi lagi
pula ikan udah cukup untuk makan siang. Kami pun ke tenda
untuk memberikan ikan yang kami dapat tidak banyak tapi cukup.
"Waktunya sekarang kami yang mandi," kata indah.
"Ikut dong," kata dimas.
"Ayok, emangnya kuat lihat kami mandi," kata indah.
Kami semua tertawa, yaa udah biasa omongan mereka seperti itu.
"Hahaha, kau gak kuat dim, lihatnya aja gak kuat," kata jimi.
"Apa butuh aku pong, biar kau kuat," kata adi.
Dan para cewek pun pergi untuk mandi, kami memanggang
ikannya yang sudah di kasih bumbu.
Para cewek itu pun setelah selesai mandi kami pun juga sudah
selesai memanggangnya dan waktunya untuk makan siang
setelah kami selesai makan siang ! kami pun istirahat persiapan
untuk nanti malam.
Dan sore harinya pak Burhan, asep dan temannya asep datang
untuk bertemu dengan anak-anak. Dan kami di suruh kumpul dan
mendengarkan pak Burhan.
"Selamat sore anak-anak semua," kata pak Burhan.
"Sore pak," kami semua.
"Nama saya pak Burhan juru kunci hutan ini dan ada larangan di
tempat ini. larangannya, di larang laki-laki dan perempuan
berduaan jika mereka melanggar, akan mendapatkan musibah,
jangan melanggarnya," kata pak Burhan.
"Aku gak pernah percaya sama tahayul," kata dimas.
"Dimas mulutmu," kata indah.
"Buat apa kita percaya sama tahayul, musrik," kata dimas.
"Setidaknya kita menghormati dim," kataku.
211
"Kau dengar itu Wahid," kata indah.
Dan malamnya kami bermain permainan, bernyanyi, dan tertawa.
"Dimas suaramu serak-serak becek ya," kata jimi.
"Coba kau nyanyi, aku yakin suaramu lebih hancur," kata Dimas.
"Nyanyilah Jim," kata adi.
"Gak ah nanti banyak yang suka," kata jimi.
"Kami siap melambat kau pakai batu," kata dimas.
Dan malam itu kami capek, lelah, letih pakoknya intinya capek.
Dan kami semua tidur lelap saat itu kalau pun ada hewan buas
mungkin kami gak akan tahu.
Aku kebangunan jam dini hari, aku terbangun karena sempit
tidurnya.
"Tidur kayak kucing si dimas, dia nih yang buat sempit," kataku
berbicara sendiri.
Aku ke luar tenda aku pergi ke dapur untuk mengambil minum
dan ternyata ada yang belum tidur.
"Wahid kok belum tidur," kata bu melvi.
"Mau minum bu, lagian di tenda sempit bu, ini kok belum tidur"
kataku.
"Masak air untuk besok, ibu tadi lupa," kata bu melvi.
"Kami jadi ngerepotin ibu," kataku.
"Enggak kok wahid, ibu udah biasa," kata bu melvi.
Ibu melvi kembali melanjutkan tidurnya dan aku sendiri gak tahu
mau ke mana di tenda sempit dan aku memutuskan tidur di
bangku dapur, ! yah gak papa meskipun sedikit sakit di badan.
212
Dan menjelang subuh bu melvi bangun dan membangunkan ku.
"Wahid kamu tidur di tempat ibu, kalau di situ nanti kamu sakit
badannya" kata bu melvi.
Aku langsung pergi ke tempat bu melvi tidur tadi dengan keadaan
setengah sadar, aku langsung lanjutkan tidurku dan rasanya
hangat dan nyaman. ketika aku bangun aku langsung kaget
karena tanganku di atas perut anisa.
"Astagfirullah kok tanganku ada di sini, pantesan rasanya enak,"
kataku.
Dan kemudian bu tiwi bangun.
"Eh, wahid udah bangun," kata bu tiwi.
"Iya bu, ibu bangun tidur kok masih cantik," kataku.
"Kamu wahid, bisa aja," kata bu tiwi.
"Kalau cewek cantik walaupun encesnya kelihatan, tetap cantik,"
kataku.
Dan ibu itu langsung membersihkan wajahnya dengan selimut,
yang padahal gak ada sih.
"Gak ada kok bu, wahid cuma bercanda," kataku.
"Wahid kamu itu, buat ibu senyum-senyum sendiri," kata bu tiwi.
Setelah sarapan pagi kami di suruh kumpul dan pak Burhan,
asep dan temannya sudah ada di sini. kami di suruh mencari
bendera yang di pasang oleh asep dan temannya siapa yang
menang mendapatkan hadiah ! dan hadiahnya sebuah kotak
yang gak tahu isi di dalamnya.
"Kalian akan mencari bendera di tengah hutan, untuk satu tim
empat orang, siapa yang dapatkan bendera paling cepat
kumpulkan sebanyak tujuh bendera dia pemenangnya, dan jika
213
ada yang mendapatkan bendera emas itu lah pemenang
sebenarnya, dan kalian mencari bendera membutuhkan sebuah
bekal makanan untuk persediaan kalau kalian lapar, dan
hadiahnya ada di dalam kotak ini" kata asep.
"Dia ganteng banget," kata indah dan rani.
"Kalian, kambing pun ganteng," kata dimas.
"Bilang aja kau iri, kalah gantengnya," kata rani.
"Ganteng kalau gak baik buat apa, aku jelek tapi hati aku baik,"
kata dimas.
"Percaya," kata indah.
Untuk tim
- Wahid, ipul, adi dan Dimas
- Jimi, Rizal, Soleh dan Deni
- Ulum, Agus, Umar dan Yogi
- Heri, Doni, firman, dan Indra
- Iis, Anita, Siska dan Rani
- Anisa, indah, Tika, dan leza
- Mayang, Tiara, Dewi dan ayu
Dan yang lainnya gak mungkin di sebutkan karena banyak.
Setelah kami membawa bekal makanan dan minuman kami pun
berangkat.
Rombongan aku masih ribet masih menyediakan air minum dan
makanan.
Dimas dan adi mengambil minuman di galon untuk persediaan air
jika nanti haus ! Pastinya kehausan.
"Kau agak cepat sedikit pong, ketinggalan nanti kita," kata adi.
"Kerjaan ini lebih cepat kalau kau ikut bantuin," kata dimas.
"Gak usahlah, kau aja Pong, alergi aku gak biasa megang air,"
kata Adi.
214
"Awas kau minum nanti ya, gaya kayak orang kota aja kau, tidur
masih di tikar aja banyak gaya," kata dimas
Aku dan ipul mengambil makanan di dapur untuk persediaan.
"Hid sebaiknya kita bawa agak banyak," kata ipul.
"Secukupnya aja pul, kalau banyak terus nanti kebuang, kan jadi
mubazir," kataku.
Rombongan iis akhirnya berangkat.
"Wahid kami dulu ya," kata rani.
"Kami duluan ipul wahid," kata siska.
"Iya," kata ipul.
"Iya hati-hati," kataku.
Sebagian rombongan baru saja berangkat dan kami bisa di bilang
di pertengahan grup yang mau berangkat.
"Ayo kita berangkat," kataku.
"Ini Ompong lama kali," kata adi.
"Kau pun gak mau bantu, kalau cuma ngomong aja asep pun
bisa,! Upss untung aja orangnya gak dengar," kata dimas.
Dan ipul pun membantu dimas mengisi air agar lebih cepat,
selesai mengisi penuh dan banyak kami pun berangkat.
Setelah cukup lama kami pun melihat bendera di batang pohon.
"Pong itu ada bendera," kata Adi.
Waktu dimas ingin mengambil bendera itu kemudian jimi berlari
langsung merampas bendera itu yang masih berada di pohon.
"Kami dulu yang liat," kata dimas.
"Siapa yang cepat dia yang dapat," kata jimi.
"Kami duluan ya" kata soleh.
Aku melihat mereka udah dapat satu bendera dan seharusnya
kami dapat satu karena gak dapat benderanya jadi mereka udah
dapat dua bendera dan kami gak dapet bendera.
215
"Udah kita cari lagi, masih banyak" kataku.
"Kira-kira bendera emas itu di mana ya," kata dimas.
"Kalau di pasang sama seperti bendera biasa itu gak mungkin,"
kata ipul.
"Karena bendera itu yang paling berharga," kata adi.
"Iya betul kau biring, sekarang di mana bendera itu," kata dimas.
"Kita gak perlu cari bendera emas, kita cari bendera aja yang
biasa," kataku.
Dan gak jauh setelah itu kami melihat bendera dan kemudian
kami lari untuk mengambilnya karena takut di rampas lagi.
Siang harinya kami pun istirahat terlebih dulu karena lapar.
"Kita istirahat dulu, capek, lapar lagi," kata dimas.
"Setuju," kataku.
Kamipun berhenti dan istirahat.
"Kita udah sejauh ini, cuma dapat satu," kata adi.
"Apa si asep yang sampai sini masangnya," kata dimas.
"Bener juga kau dim," kata ipul.
Dan ternyata mereka salah tentang asep aku melihat sesuatu di
belakang dimas.
"Dim pohon yang ada di belakang mu, ada apa," kataku.
"Mana, pohon yang aku sender ini," kata dimas.
Waktu dimas cek ke belakang.
"Bendera hid," kata dimas.
"Berarti asep luas memasangnya, jadi kita lanjutkan jalan ke
depan," kataku.
"Iya, selesai makan," kata ipul.
"Makanannya jangan di habiskan, kita gak tahu sampai kapan
kita di dalam hutan," kataku.
"Kira-kira apa ya hadiahnya, sampai-sampai kita di perlakukan
216
kayak gini," kata dimas.
"Apa hadiahnya tepuk tangan lagi," kata adi.
"Mending kita putar balik, kalau hadiahnya cuma itu," kata ipul.
"Ya kita kan gak tahu," kataku.
Mereka semua melihat aku, dan aku gak tahu kenapa semua
melihatku seperti itu ! Apa salah bicara. kami bereskan makanan
ke dalam tas, waktu aku ajak mereka melanjutkan perjalanan
mereka hanya diam.
"Ayok, kok diam, kita lanjutkan jalannya," kataku.
"Buat apa kita lanjutkan," kata ipul.
"Siapa tahu kalau asep bohong soal hadiah itu," kata dimas.
"Kita pasti sia-sia kumpulkan bendera, kalau kita tahu, bukan kita
yang dapet juaranya," kata adi.
"Kalian ngomong apa, setidaknya kita udah berusaha, kita
lanjutkan perjalannya," kataku.
"Kalau kau hid mau lanjut, silahkan, kami lebih baik putar balik,"
kata dimas.
"Kita udah setengah perjalanan kita gak mungkin putar balik,"
kataku.
"Terserah kau hid," kata dimas.
Mereka putar balik jadi jalan yang Kami lewati tadi kami lewati
lagi, aku gak mungkin lanjutkan perjalanan sendiri, jadi aku lebih
memilih bersama teman karena kami berjuang bersama.
Setelah udah cukup jauh kami tidak ada bicara sedikitpun, aku
ingin bertanya ! Apa aku salah bertanya, aku rasa gak salah.
"Apa kalian masih ingat jalannya," Kataku.
Dimas dan adi yang berada di depan kami pun berhenti.
"Aku ngikutin kau dari tadi," kata dimas ke adi.
"Aku pun ngikutin kau," kata adi.
217
"Jadi sekarang kita tersesat," kataku.
"Sekarang gimana hid,"kata ipul.
"Aku gak tahu, sebaiknya kita putar balik, takutnya kita sampai
malam di sini," kataku.
"Seharusnya kita lanjutkan perjalanan tadi," kata dimas.
"Kita gak perlu menyesali yang udah terjadi," kataku.
"Kami minta maaf hid, karena kami kita gak tahu arah pulang,"
kata adi.
"Udah yang penting kita masih bareng," kataku.
Kami pun putar balik lagi ke jalan awal tapi ini hutan semua bisa
terjadi, karena jalanan semua sama. Dan kami gak tahu di mana
kami sekarang sampai akhirnya matahari sore.
Karena kami capek kami memutuskan untuk istirahat terlebih dulu,
karena persediaan air dan makanan masih ada kami pun
lanjutkan makan, sisa makanan tadi siang. Waktu kami sedang
makan kami mendengar suara itu di balik semak, suara ranting
yang terinjak.
Dimas dengan lantangnya bersuara.
"Uuuuyy," kata Dimas.
Suara ranting yang terinjak itu tiba-tiba berhenti.
Kami melihat ke arah dimas, karena paling di larang bersuara
seperti itu di hutan. Percaya gak percaya menurut orang tua dulu
kita bisa di sesatkan di tengah hutan, itu kata orang tua dulu.
Suara itu ada lagi dan semakin dekat ke kami, dan saat mereka
membuka semak itu kami terkejut.
Ternyata suara itu suara indah dan temannya kelompok iis juga
ada di situ.
218
Kami bertemu dengan indah aku gak tahu apa yang mereka
lakukan di sini,
"Kami gak tahu jalan," kata rani.
dan ternyata mereka pun tersesat.
"Kami pikir suku yang tinggal di hutan ini," kataku.
"Cantik kayak gini kok di bilang suku pedalaman," kata indah.
"Kalian kok bisa sampai sini," kata adi.
"Kalian juga kenapa bisa sampai sini," kata indah.
"Kami nyasar," kata ipul.
"Kami juga sama," kata siska.
"Jodoh dong," kata dimas.
"Iiih dimas, ini serius," kata siska.
Mereka udah mendapatkan tiga bendera dan kelompok iis hanya
dua, di tambah iis terluka kakinya karena tersandung kayu. Yaah
namanya juga di hutan, semua bisa terjadi. Mereka kehabisan
minum, kami pun memberikan minuman kami ke mereka dan
matahari hampir terbenam. Waktunya kami lanjutkan perjalanan,
kami lanjutkan perjalanan bersama, aku bantu iis yang terluka
dan tangan iis aku rangkulkan ke leherku agar lebih mudah
menuntun iis.
Dimas yang ada di depan untuk menunjukkan jalan, dimas
terjatuh dan menemukan sesuatu di balik tumpukan daun dan
dimas menemukan sebuah bendera dan bendera itu.
"Makanya kalau jalan pakai mata," kata adi.
"Jalan pakai kaki, pakai mata gimana jalannya," kata dimas.
219
Dimas memegang sesuatu setelah di cek ternyata bendera dan
bendera itu berwarna emas.
"Ini bendera emasnya," kata dimas.
"Iya ini bendera warna emas," kata adi.
Kami senang dan sampai akhirnya semua saling cemberut.
"Itu punya kalian," kata rani.
"Kami yang dapat," kata adi.
"Ya udah kalian pergi aja," kata indah.
"Oke kami pergi," kata dimas.
"Kalian kenapa jadi kayak gini," kata anisa.
"Udah pokoknya kita ke perkemahan dulu, untuk hadiah kita bisa
bagi rata," kataku.
"Aku setuju," kata rani dan siska.
"Kami yang dapat kalian yang nikmat," kata dimas.
Kami lanjut lagi perjalanan cukup jauh, capek, haus pokoknya
lengkap. kami belum juga sampai ke lokasi perkemahan kami
terus berjuang sampai akhirnya matahari pun terbenam,
untungnya dimas membawa senternya rizal ! Jadi kami masih
terbantu walaupun hanya sedikit.
"Kita di mana ini," kata adi.
"Kita di hutan," kata dimas.
"Aku tahu kalau itu," kata adi.
"Aku pikir kau lupa ingatan," kata dimas.
"Gak ada yang mau cari kita apa, gelap ini," kata indah.
"Apa ya kau tahu kalau kita lagi di cariin," kataku.
"Hufh, capek kita istirahat dulu," kata rani.
"Dari tadi kita gak ada istirahat," kata siska.
220
Kami pun istirahat terlebih dahulu, minuman udah gak ada dan
kami hanya bisa duduk. Karena semua kelelahan kami pun
sampai ketiduran dan setelah itu aku mendengar suara orang
memanggil di dalam mimpi ! Seperti ini memanggilnya.
"Anak-anak di mana kalian, anak-anak," dan suara itu aku kayak
pernah mendengarnya.
Aku pun terbangun dari tidurku dan aku masih terdengar suara
orang memanggil.
Dan ternyata itu orang yang sedang mencari kami bukanlah
mimpi, Aku panggil mereka tapi mereka gak mendengar. aku pun
bergegas mencari senter dan langsung memanggil dan
menyodorkan senter itu ke mereka. Dan akhirnya mereka
menghampiri dan menemukan kami ! Yang menemukan kami,
Asep pak karom dan budi temannya asep.
Setelah kami sampai ke lokasi perkemahan, kami istirahat dan
minum sebanyak-banyaknya, semua udah sampai dari tadi sore
dan kami orang yang terakhir sampai.
"Kalian dapat berapa bendera," kata asep.
Keadaan kami capek, lelah kenapa asep langsung bertanya
seperti itu.
Dimas memberikan bendera yang kami dapat, dan asep terkejut.
"Kalian dapat bendera emasnya," kata asep.
"Iya aku mendapatkannya," kata dimas.
Indah melihat dimas dan tatapan indah seperti orang yang sangat
marah.
Aku yang sedang mengobati luka yang ada di kaki iis, dan iis
berkata.
"Sebaiknya kalian ambil hadiahnya, itu bukan hak kami," kata iis.
221
Aku hanya bisa diam iis bilang seperti itu, dan suasana menjadi
lebih sunyi karena melihat asep gak percaya kalau kami
mendapatkan benderanya.
"Kalian pemenangnya," kata asep.
"Apa hadiahnya berharga," kata dimas.
"Iyaa, sangat berharga," kata asep.
Asep pun pergi dan besok asep yang membuka kotak hadiah itu.
Semua bubar dan aku juga udah selesai membalut luka yang ada
di kaki iis.
"Maafin aku ya," kata iis.
"Soal apa," kataku.
"Soal kita," kata iis.
"Aku tunggu kamu," kataku.
"Jangan tunggu aku, ada yang lebih baik dari aku," kata iis.
"Apa aku gak pantas buat kamu," kataku.
"Maksudku," kata iis dan aku langsung memotong ucapannya.
"Jangan minta aku jauh dari kamu, aku gak bisa, dan gak akan
pernah bisa jauh diri kamu," kataku.
Dan iis hanya bisa diam dia gak menjawab pertanyaanku. Dan
mungkin ini pertanyaan terlalu cepat untuk seusia kami, Dan
mungkin juga itu bukan sebuah pertanyaan tapi pernyataan.
Aku meninggalkan iis sendiri aku pergi untuk tidur.
"Sebaiknya kamu tidur, besok kita udah pulang, terima kasih
untuk kamu ! yang pernah buat aku tersenyum," kataku.
Dan aku pergi ke tenda untuk tidur, Dimas yang di depan kotak
hadiah.
"Sebenarnya apa isi di dalam kotak ini, segala di kunci lah," kata
222
dimas.
"Tangan seseorang," kata adi.
"Terus dia tepuk tangan," kata ipul.
Dimas menatap mereka dan menggelengkan kepalanya.
"Punya taman kayak kalian, aku bisa gila," kata dimas.
"Kenapa itu orang," kata ipul.
"Sepertinya dia lelah," kata adi.
Temen-teman semua udah tidur karena besok udah pulang, dan
dimas, adi dan ipul ke tenda untuk tidur.
Dan matahari pun terbit kembali di pagi harinya asep dan
temannya datang lebih awal karena ingin mengucapkan selamat
untuk kami dan membuka hadiahnya. Kami semua kumpul dan
kami mendengarkan alasannya kenapa bendera emas yang
menang, sedangkan rizal dan temannya yang terlebih dulu
menyelesaikan permainan ini ternyata ini alasannya.
"Kenapa bendera emas yang menang karena bendera ini hilang
dua tahun yang lalu, bendera itu sangat berharga bendera itu
pemberian dari kakek saya dan pada saat saya mandi bersama
teman saya di air terjun saya tidak sengaja menghilangkannya,
jadi permainan ini hanya sebuah misi, dan untuk ucapan terima
kasih saya berikan hadiah yang sangat berharga," kata asep.
Asep membuka kotak yang di gembok agar tidak ada yang
membukanya dan waktu di buka ternyata berkilau.
"Saya berikan hadiah tiga gram emas, silahkan ambil," kata asep.
Dan kami mendekat untuk melihat emas itu dan kemudian kami
mengambil emas itu. Dan ternyata emas itu asli dan berkilau.
"Kalian bersiap-siap kita pulang hari ini," kata pak karom ke
semua siswa.
223
Kami pun membereskan tenda dan perlengkapan kami, dan
waktu itu indah dan temannya datang.
"Dim hadiahnya gak ada sedikit pun untuk kami," kata indah.
"Gak ini punya kami," kata dimas.
"Kitakan jalan bareng, kalau misalnya kami yang dapat kami pun
berbagi sama kalian," kata rani.
"Sebaiknya kau mikir kita berjuang bersama," kata leza.
"Tega kau dimas," kata siska.
Dan mereka masih meributkan hadiah itu, aku menghampiri
mereka agar mereka lebih tenang.
"Udah gak usah di rebutin emas itu," kataku.
"Kita ingin hadiah ini di bagi rata hid, kita kan berjuang bersama,"
kata leza.
"Biar aku yang bagi hadiahnya," kataku.
Dan aku mengajak mereka semua ke air terjun sesampainya di
air terjun.
"Kalau kalian inginnya hadiah ini di bagi rata, begini caranya,"
kataku.
Dan kemudian aku lempar emas itu ke dalam air.
"Sekarang rata gak dapet semua," kataku dan langsung pergi
meninggalkan mereka.
Kalian tahu apa yang aku lempar ke dalam air mungkin kalian gak
tahu, hanya aku dan yang maha kuasalah yang tahu.
Kami pun kembali mereka semua kecewa karena gak
mendapatkan apa-apa karena emasnya untuk di lempar ke air.
Setelah berkemas selesai kami pun keluar dari hutan dan kami
menunggu bus untuk kami pulang di tempat kami turun waktu itu.
224
Setelah menunggu cukup lama dan bahkan lama banget akhirnya
bus itu pun sampai, kami semua masuk dan sebelum masuk kami
di absen terlebih dulu agar tidak ada yang tertinggal, setelah
semua lengkap kami pun berangkat.
Singkat cerita setelah sampai dan kami pun turun itulah
terakhirkalinya aku melihat iis karena setelah ini dia langsung
pergi ke jawa di daerah bantul Yogyakarta untuk sekolah di sana
di sebuah pesantren. Dan aku ke cilacap hanya untuk liburan
bersama keluarga di rumah kakek.
Untuk kata terakhir menutup judul ini, Berjuanglah karena
perjuangan kita masih panjang, rindu bukanlah hal yang sulit
sampai akhirnya kita di pertemukan kembali dalam keadaan
senang ataukah sedih.
225
13. SMK
Hari pertama masuk ke smk, sekolah yang cukup jauh dari rumah
butuh waktu setengah jam untuk sampai ke sekolah, nama
sekolah ini SMKN 1 lubuk batu jaya dan sekolahan ini hanya ada
dua jurusan administrasi perkantoran dan akuntansi aku masuk
ke jurusan administrasi perkantoran, dan sekolahan ini di sebelah
kuburan yang sudah cukup tua. aku di antar bu eva ke kelasku,
bu eva ini satu desa denganku juga, aku gak ceritakan waktu
MOS ( masa orientasi siswa ), karena aku terlambat mendaftar
dan aku gak ikut MOS, jadi aku langsung ceritakan waktu di
sekolah.
Waktu aku masuk dan guru yang ada di kelas itu namanya pak
saurdut sihotang dan aku gak bermaksud menghina ciri-cirinya
bapak ini, pintar, galak, tegas, tepat waktu, rapih dan yang
terakhir sebetulnya gak ingin aku sebut nanti di bilang menghina
tapi harus, karena itu yang menandakan guru ini apakah itu
jawabannya yaitu bapak ini botak.
Kemudian pak saur menyuruhku memperkenalkan diri, setelah itu
aku pun duduk di bangku paling belakang ! Begitu duduk aku
melihat dimas di depanku.
Aku duduk tepat di sebelah ulum dan aku sebangku dengan ari
dia murah senyum tapi sayangnya dia ompong.
226
"Aku ari, salam kenal," kata Ari tersenyum.
"Iya sama-sama," kataku.
Kami pun lanjutkan pelajaran pak saur dan pelajarannya
wirausaha, dan lonceng pun berbunyi.
Waktu istirahat dan aku di kantin sama ulum, dan dimas datang
sama temen sebangkunya namanya veri.
"Udah lama gak ketemu," kata dimas.
"Kau sekolah di sini juga dim," kataku.
"Ceritanya panjang hid, gak bisa di ungkapkan di sini," kata dimas.
"Pesan aja minuman," kataku.
"Bener hid," kata Dimas.
"Iya tapi bayar sendiri, aku cuma bawa uang lima ribu," kataku.
"Kirain di bayarin," kata dimas.
Dan Rizal datang menghampiri kami dan dia sendiri.
"Ooy hid, aku pikir siapa, rupanya kau," kata rizal.
"Iya zal, mana soleh" kataku.
"Kalau dia ceweklah," kata rizal
Rizal pun pesan minumnya, dan mengambil goreng dan
menawarkan ke kami.
"Ulum bilang kau sekolah di jawa," kata rizal.
"Gak ada yang cocok zal," kataku.
"Terus di sini cocok," kata rizal.
"Yaah, mau gak mau zal," kataku.
"Haha samalah, semua juga berpendapat yang sama," kata rizal.
Kami pun bercerita banyak dan aku pun di ajak masuk ke dalam
kelas rizal.
"Ini lah hid kelasku, kayak kapal pecah" kata rizal.
227
"Sama aja zal semua kelas juga kayak gitu," kataku.
Aku melihat Soleh sedang duduk dengan cewek nama cewek itu.
"Eh hid, gini lah hid kalau orang ganteng di kelilingi cewek," kata
soleh.
"Iyalah ganteng," kata rizal.
"Kamu anak baru ya," kata cewek yang duduk di sebelah soleh.
"Iya," kataku.
"Aku mey rina, panggil aja rina," ucap cewek itu sambil
mengulurkan tangannya.
"Wahid," kataku menjabat tangannya.
"Salam kenal ya," kata rina.
"Udah jangan lama-lama hid, tegang nanti," kata soleh.
Cewek itu bukan pacar soleh, dan cewek ini gampang akrab
dengan sama orang lain ! Bukan soleh yang di kelilingi cewek tapi
soleh yang datang supaya di kelilingi cewek.
Kemudian jimi datang menghampiriku ke kelas rizal.
"Wahid, kenapa harus masuk jurusan ini," kata jimi.
Dan kemudian ada yang marah karena banyak orang lain yang
masuk ke kelas ini dia seorang cewek gemuk tapi gak gemuk
banget dan cerewet dan aku lupa namanya siapa cewek itu.
"Heeh, kalau punya kawan jangan di bawa ke sini ngotor-ngotorin
lantai aja," kata cewek itu.
"iih santai aja lah ngomongnya, kayak kelas ini punya nenekmu
aja," kata rizal.
"Udah keluar," kata cewek itu.
Dan kami pun ngalah karena kami seorang laki-laki, yaah bisa di
bilang begitu. Kami pun di ajak jimi ke kelasnya jurusan akuntansi,
jujur orangnya lebih ramah dan kelas administrasi hanya menang
sombongnya.
228
Lonceng masuk pun berbunyi waktunya kami masuk ke kelas
kami.
Setelah masuk ibu itu langsung menyuruh kami masuk ke
laboratorium ruang komputer, ini pelajaran kejuruan kami dan
guru yang mengajarkan kami namanya ibu deni dan suaminya
namanya pak Gunawan pelajaran kejuruan kami Mengoperasikan
Aplikasi Persentasi. kami di suruh mengerjakan tugas satu
kelompok masing-masing tiga orang ! kami langsung
mengerjakan tugas, aku satu kelompok sama ulum dan bima.
Bima yang fasih memainkan komentar karena bima sering di
warnet bisa di bilang sih bima siang malamnya di warnet aku
hanya bisa diam karena gak bisa apa-apa, jangankan ngetik,
nyentuh komentar juga belum pernah ! Tapi sekarang udah
nyentuh karena ada di depan mata.
"Lum kau bacakan aja, yang udah aku tulis di buku," kata bima.
Ulum membacakan tulisan di buku bima sebelumnya dia pernah
ngerjain tugas ini, aku bingung ! Mungkin karena aku gak tahu.
Aku juga lihat dimas mereka tepat di sebelah kami dia sedang
bacakan tulisan veri dan ari yang satu kelompok dengan mereka
dan Ari yang mengerjakan tugas sedangkan veri mengatur dan
pembuat ide.
"Yang udah siap kumpulan dan boleh istirahat, dan besok pagi
kita persentasi" kata bu deni.
Setelah tugas selesai semua harus di simpan di flashdisk dan
kemudian di kumpulkan kelompok kami siap duluan ya meskipun
hanya bima dan ulum yang bekerja ! Waktu di luar ruangan.
"Maaf ya bim aku gak bisa bantu apa-apa," kataku.
"Santai aja, aku dah biasa ngerjain ini, waktu persentasi besok
229
kita baru kerja sama," kata bima.
"Iya aku pasti bisa bim," kataku.
"Jangan maksain diri hid kalau emang gak bisa," kata ulum.
"Pasti bisa, nanti aku ajain," kata bima.
Bima penampilan keren, bergaya cool dan di kelas dia gak
banyak bicara dia lebih memilih mencatat dari pada ribut dalam
kelas bima salah satu anak yang berprestasi di kelas, tempat
tinggalnya cukup jauh dari sekolah ini, untuk pergi ke sekolah dia
menumpang motor ari, bukan bima tidak punya kendaraan
motornya di pakai untuk orang tuanya bekerja.
Kami pun pergi ke kantin dan semua siswa belum ada yang
istirahat, bima gak mau di ajak ke kantin dia lebih memilih ke
kelas. Aku di kantin hanya berdua dengan ulum dan gak
beberapa lama kemudian dimas dan veri datang.
"Lama kali kalian," kata ulum.
"Dimas lama bacanya," kata veri.
"Kalau cuma nyuruh-nyuruh aja aku pun bisa," kata dimas.
"Aku ngatur gitu biar bagus," kata veri.
"Eleh," kata dimas.
Dan waktu lonceng istirahat pun berbunyi, semua murid pun
keluar, seperti biasanya rizal menghampiri kami.
Dan Soleh membawa dua anak buahnya Indra dan slamet, Indra
hobinya unik semua orang mungkin gak bisa melakukannya
hobinya melamun dan Slamet orangnya kurus dan terus
membantah omongan soleh karena mereka gak sejalan pikiran,
tiga orang ini selalu membuat onar sering malakin orang, seperti
ini contohnya ! Siap mereka makan gorengan di kantin.
230
"Mbak kami sepulang ribu mbak, yang bayar orang ini, rizal," kata
soleh bicara ke mbak kantin.
"Iya Soleh," kata mbak kantin.
"Leh, kurang ajar kau leh, enak kali hidupmu," kata rizal.
"Besok kami ganti," kata soleh.
Mereka satu kelas dengan rizal. Hufh seperti itulah mereka, hidup
mereka enak mereka yang makan terus orang lain yang suruh
bayar dan waktu guru menerangkan di kelas mereka tidur ! Wah
wah wah, sekolah ini seperti milik mereka bertiga alhasil waktu
pelajaran pak saurdut mereka terlambat masuk dan kejadiannya
seperti ini.
"Oke baik, Kalian bertiga terlambat berdiri di depan," kata pak
saurdut
"Kami dari WC pak," kata soleh.
"Iya bapak tahu, sekarang kalian bertiga siap, siap grak hadap kiri
grak maju jalan," kata pak saurdut.
"Keluar dong pak," kata soleh.
"Kalian bertiga hormat bendera selama satu jam pelajaran saya,"
kata pak saurdut.
Setelah selesai hukuman mereka pun masuk kelas untuk kembali
belajar, kembali ke ceritaku, aku belajar sama bima waktu
mengerjakan tugas aku malah belajar pelajaran lain aku mencatat
apa yang di ucapkan oleh bima agar besok persentasi lebih
mudah, aku belajar persentasi yang akan kami omongin besok di
depan.
231
Waktu pulang pun tiba, setelah keluar dari parkiran sekolah kami
mampir ke warung sebelah sekolah ini siswa yang merasa dirinya
nakal pasti ke sini termasuk kakak kelas juga, warung ini
menyediakan rokok ketengan dan ada juga siswa yang hanya
membeli minuman es teh karena kantin gak lagi buka jadi mereka
memilih minum di warung ini. Kenapa gak di rumah aja, kan udah
pulang mungkin itu pertanyaan semua orang ! Jawabannya
simpel, di rumah gak ada es lagian masih siang lebih baik di sini
minum es teh bareng temen, siswa yang datang ke sini bisa
memanggil dengan panggilan bibi asal mulanya aku gak tahu
soalnya udah turun-temurun, setelah beberapa tahun angkatanku
lulus warung itu gak lagi buka, alasannya aku belum tahu sampai
sekarang. Kita lanjutkan ceritanya, Selesai minum dan merokok
kami pun pulang ramai-ramai ada juga dari desa lain tapi desa
kami yang paling jauh, di tengah perjalanan kami berpisah dan
kami yang masih sedesa masih bareng.
Setelah aku sampai di rumah ibuku lahir anak ke empat dan dia
seorang perempuan yang di beri nama orang ayahku Wanda
Ramadani karena tetanggaku seorang bidan dan jadi ibuku
melahirkan di tempat bidan itu.
Ooiya aku belum memberi tahu tentang ipul kenapa dia tidak
terdengar lagi, selesai sekolah SMP dia gak lagi melanjutkan
sekolahnya dia memilih bekerja untuk membantu orang tuanya
jual kayu untuk pembuatan rumah dan lain sebagainya, Jadi
bukan berarti aku gak berteman lagi dengan ipul karena dia sibuk
dan gak ada waktu lagi untuk bermain jadi aku memilih jangan
mengganggu dia dan ipul punya tujuan untuk kedepannya.
Dan malam harinya rumahku ramai karena yang tinggal di desa
ini mayoritas orang jawa seperti biasa tradisi kalau ada orang
232
yang melahirkan di rumah orang yang melahirkan itu ramai
banyak orang lek-lekan, arti lek-lekan banyak orang yang
menjaga di teras rumah sambil bermain kartu dan tuan rumah
mengadakan cemilan soalnya sampai azan subuh berkumandang,
itu sih kalau gak salah setahu aku seperti itu, di lakukan lima hari
atau lebih. Ulum dan rifa'i juga ada di sini aku bermain kartu
bersama mereka tapi gak sampai pagi karena aku besok sekolah.
Keesokan harinya rabu pagi yang sangat cerah aku jemput ulum
di rumahnya, sebetulnya udah sedikit terlambat sih tapi gak
masalah, sesampainya aku di rumah ulum gak ada siapa pun
pintunya juga masih terkunci aku panggil ulum.
"Lum, Lum, Lum," kataku berkali-kali.
Aku melihat di jendela kamarnya ternyata dia belum bangun, aku
panggil lagi, dan akhirnya dia bangun.
"Apa hid," kata ulum.
"Kok apa hid, sekolah, udah terlambat nih," kataku.
"Ooiya," kata ulum.
"Kok bisa, apa di pikir aku bangunin dia masih sore, mau ngajak
main," kataku berbicara sendiri.
Aku melihat jam dan biasanya nih ulum mandi lama banget, dan
setelah itu ulum udah ada di belakang aku, gak butuh waktu lama
aku heran dan susah untuk di ucapkan.
"Kok kau gak mandi," kataku.
"Mandi, pegang nih rambut masih basah," kata ulum.
Percaya atau gak percaya nih cukup dengan waktu dua menit
ulum mandi dan ini world record , rekor mandi tercepat sekaligus
memakai pakaian sekolah, kalau sepatunya sih belum di ikat,
Jangan kalian pikirkan ini horor.
Waktu di perjalanan nih kalau di bilang ngebut, sangat ngebut
233
tapi gak terlalu agar selamat dan sehat sampai tujuan.
Sesampainya di sekolah untungnya pagar sekolah belum di tutup
dan scurity nya sedang di kantor, kami langsung masuk kelas, ya
bisa di bilang sedikit terlambat ! Bima memanggil ulum.
"Lum, sini cepat," kata bima.
Ulum langsung menghampiri bima untuk meletakkan tasnya, aku
juga duduk di bangkuku dan ari sudah di situ bermain
handphonenya.
"Gimana tugas kalian," kataku.
"Kalau kami santai, jelek atau bagus yang penting kami maju,"
kata ari.
Dan dimas yang duduk di depan kami.
"Kami percaya kalau nilai kami jelek," kata dimas.
"Udah diam aja kau ompong," kata ari.
"Bilang orang ompong, kau pun ompong," kata dimas.
Dan ari senyum ke aku dengan sedikit manja.
Setelah itu bu deni masuk ke kelas kami, berdo'a terlebih dulu
setelah itu menyuruh ketua dan wakil ketua kelas veri dan gatot
untuk mengambil infocus agar lebih mudah menjelaskan saat
persentasi. Aku sedikit gugup karena aku sendiri belum pernah
melakukan seperti ini, setelah semua sudah di pasang bu deni
mengambil salah satu flashdisk dan itu milik kelompoknya dimas
mereka pun maju.
"Hancur harapan," kata ari sebelum maju.
Karena ari mengatakan seperti itu gugupku semakin kokoh
bahkan bertambah ! Dan bima menyentuhku.
"Jangan gugup, anggap semua orang gak ada, yaah anggap aja
ini hanya sebuah permainan," kata bima.
234
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku, ya itu yang aku bisa.
Veri membuka persentasi dengan sedikit percaya diri hanya
sedikit, mereka menjelaskan tentang obat herbal dan setelah itu
dimas menjelaskan dengan menggunakan teks, setelah itu di
sambung dengan ari dan kemudian di tutup oleh ari, Persentasi
mereka sedikit cukup bagus hanya sedikit dan selanjutnya
kelompok cewek gusti, firda dan anggi persentasi tentang
kosmetik wanita, firda membuka mereka cewek yang cukup pintar
berbicara dan mengingat, untuk hal seperti ini bagi mereka bukan
perkara yang sulit, mereka menjelaskan dengan detail dan tidak
ada sedikit pun yang terlewat mereka punya kerja sama yang
bagus. Setelah mereka selesai flashdisk yang terpilih.
"Ini flashdisk siapa, maju kedepan," kata bu deni.
"Itu flashdisk ku bim, ayo maju," kata ulum.
Aku gugup dan aku gak boleh membuat mereka kecewa karena
kegugupan ku, aku pun melangkahkan kakiku saat aku
mengeluarkan kertas yang aku taruh di saku celana di situlah
masalah terjadi aku lupa ternyata celana yang aku pakai
sekarang bukan seragam yang kemarin aku pakai.
"Ada apa hid," kata ulum berbisik.
"Catatanku ketinggalan," kataku.
"Yang penting ngomong," kata ulum.
Bima membuka persentasi kami.
"Barang yang akan kami garap di perusahaan kami yaitu jam
tangan pria jam tangan yang sudah di lengkapi dengan teknologi,
keamanan dan kenyamanan untuk sang pengguna," kata bima.
Dan aku pun menyambung bima.
"Teknologi jam tangan ini sudah sangat canggih jam tangan ini
seperti menggunakan handphone untuk spek nya kami
235
menggunakan,
-Dispay 1.39' super amoled+gorilla glass
-Ram 2GB Internal 16GB
-CPU MTK 6850 Quadcore
-Bluetooth 4.1/GPS/WIFI
-Android 5.1
-Sensor detak jantung & pedometer
-Camera 5.0 MP
- Battry 1000 MaH
Dan kemudian di sambung oleh ulum.
"Untuk keamanannya sendiri kami menggunakan teknologi anti
air dan anti maling, dan tentunya membuat sang pengguna
sangat nyaman di saat sang pengguna memakainya. Dan
kemudian bima menutup persentasi kami.
"Mungkin itu yang bisa kami sampaikan kurang atau lebihnya
kami mohon maaf kami akhiri assalamualaikum wr wb," kata bima.
"Kalian boleh kembali ke tepat duduk, dan kelompok selanjutnya
maju" kata bu deni.
Saat kami duduk ulum berbicara.
"Hid kok bisa," kata ulum.
"Aku asal ngomong, itu semua tadi salah yang aku bilang, Ssst
diam aja lum," kataku.
Ulum hanya bisa tertawa dan bima bingung kenapa ulum tertawa,
tentunya tawa ulum tidak terdengar karena tidak mengeluarkan
suara. Aku pun memperhatikan persentasi teman-teman yang
lain, saat semua udah selesai, Untuk penilaian bu deni memberi
tahu nilai yang terbaik di saat lonceng istirahat ingin berbunyi.
"Nilai tertinggi persentasi kelompok Rafi yang ke dua Nuri yang
ke tiga kelompok bima, oke kalian boleh istirahat," kata bu deni.
236
Ulum senang dan Bima gak terlihat senang sedikit pun, apa
mungkin bima udah biasa mendapatkan nilai bagus atau itu nilai
terburuknya, aku gak tahu karena bima sangat tertutup apa
mungkin karena aku baru mengenalnya.
237
14. Dimas Septian Rivaldi
Hari ini hari yang gak terlalu cerah sedikit mendung dan
sepertinya ingin turun hujan itu masih kemungkinan, dan aku
berangkat sekolah lagi, di saat aku berangkat sekolah gak
beberapa jauh dari rumahku aku melihat anak sekolah dengan
seragam SMK motornya mogok sepertinya aku kenal dengan
orang ini, dan setelah aku ada di sampingnya, aku udah
menduganya pasti aku kenal ternyata motor yang mogok itu
motornya Dimas Septian Rivaldi manusia berdarah dingin dengan
gaya cool, dan selalu membuat wanita jatuh cinta padanya,
perkataan itu sebenarnya kata dia dulu mungkin.
Aku tanya dia.
"Kenapa motormu dim,? Tanyaku.
"Gak tau hid, kayaknya mogok,"
"Waktu udah terlambat nih, udah motor taruh tempatku, kita
boncengan," kataku.
"Gak papa hid," kata dimas.
"Udah ayo," kataku.
Dan di situlah awal kami dekat mungkin seperti kepompong atau
seperti ulat, aku bingung mungkin kalian bisa di jawab sendiri
nanti. Saat kami tiba di sekolah ntah kenapa hanya kami berdua
238
yang terlambat dan gerbang udah di tutup. Dan rayuan dimas
mulai muncul untuk security.
"Mas kami masuk ya," percobaan pertama.
"Rumah kami jauh mas," kedua.
"Kalau gak karena mogok pasti kami gak terlambat," ketiga.
"Kami izin dari rumah untuk ke sekolah untuk belajar mencari
ilmu, sampai sekolah gak boleh masuk,"
Dan akhirnya mas eka berdiri dan bilang ke kami.
"Janji kalian gak mengulangi lagi,"
"Gak janji," kata dimas.
"Ya udah gak boleh masuk,"
"Iya udah iya janji," kata dimas.
"Kalau di ulang lagi,"
"Kami siap di hukum," kata dimas.
Itu janji dimas bukan janjiku ! Mungkin kami akan menjadi satu
paket sama aja janji dimas janjiku juga.
Kami pun di persilahkan untuk masuk dan kami memarkirkan
motor dan langsung masuk ke kelas untungnya guru belum
masuk ke kelas.
Dimas selalu di kelilingi wanita mungkin karena sifat dimas yang
begitu ramah dan membuat semua orang tertawa dan juga
membuat orang terkadang jengkel padanya. Di kelas dimas
selalu godain gusti dan firda.
"Firda," kata dimas.
"Iya dimas," kata Firda.
"Panggilan itu selalu membuat aku merinding," kata dimas.
"Emangnya aku hantu," kata firda.
"Iya kamu itu hantu, selalu menghantui hatiku," kata dimas.
239
Firda tertawa dengan manisnya senyuman itu, dan gak lama
setelah itu bu eva masuk ke kelas kami.
"Dimas ngapain kamu," kata bu eva.
"Enggak bu, minjam pena," kata dimas.
"Bohong dimas bu," kata firda.
"Kamu di apain firda," kata bu eva.
"Di godain bu," kata firda.
"Bener dimas," kata bu eva.
"Iya bu, sedikit," kata dimas.
"Kamu mau ibu hukum," kata bu eva.
"Enggak bu," kata dimas.
"Bercandanya ibu dimas, gitu aja marah sama ibu," kata bu eva.
"Enggak bu," kata dimas.
"PR udah selesai dimas," kata bu eva.
Dimas langsung mengucap "astagfirullah" dan aku gak tahu dia
kenapa, apa iya dia gak ngerjakan PR.
"Lupa bu," kata dimas.
"Oooh lupa dimas, kamu lupa sama ibu, sampai kamu gak
ngerjain PR," kata dimas.
"Enggak gitu bu, pelajaran banyak bu, jadi bingung," kata dimas.
"Siapa yang gak mengerjakan PR berdiri," kata bu eva.
Aku heran kenapa semua berdiri dan hanya aku yang gak berdiri,
yah sebaiknya aku ikut juga dan ari.
"Kau gak hid, pelajaran ibu ini kau belum ada masuk," kata ari.
"Biar semua berdiri," kata bu eva.
Bu eva marah dan mengelilingi kami,
"Kalian berani sama ibu, sampai kalian gak ngerjakan semua,
kalian benci sama ibu," kata bu eva.
"Kami sayang sama ibu," kata dimas.
240
"Kenapa gak di kerjakan," kata bu eva.
"Maaf bu," kata gatot.
"Kalian semua duduk," kata bu eva.
Bu eva hanya diam aja, dan sampai akhirnya salah satu orang
cewek yang bertanya.
"PR nya gak di kerjakan sekarang bu," kata firda.
"Tadi ibu cuma mengetes kejujuran kalian, sebetulnya PR nya
gak ada," kata bu eva.
"Yaaah," ucap semua siswa di kelas itu.
"Hampir copot jantung saya bu," kata gatot.
"Kan baru hampir," kata dimas.
"Sekarang di kerjakan tugasnya, buat surat lamaran pekerjaan,"
kata bu eva.
Kami pun mengerjakan tugas yang sudah di berikan, bu eva
menghampiri ke bangku kami memeriksa dan memberi tahu cara
yang baik untuk membuat surat satu persatu kami di periksa.
"Dimas jangan cerita terus, kerjakan tugasnya," kata bu eva.
"Iya bu," kata dimas.
Selalu dimas yang kena, namanya juga dimas, dan di situ lah aku
melihat dimas mengerjakan tugas dengan diam biasanya sih lihat
kanan dan kiri maksudnya mencontek. Bu eva menghampiriku
dan menanyakan beberapa hal.
"Wahid kamu berangkat sama siapa tadi," kata bu eva.
"Biasanya sama ulum, tadi sama dimas bu," kataku.
"Tadi ibu lihat di kantor, ibu pikir kamu sama ulum tadi ternyata
sama dimas," kata bu eva.
241
Dan dimas langsung tahu apa maksud bu eva.
"Gak bu, besok gak terlambat lagi," kata dimas.
"Haha, dimas tahu aja," kata bu eva.
"Saya siswa teladan bu, masa iya terlambat," kata dimas.
"Ibu gak percaya," kata bu eva.
Setelah semua selesai kami pun mengumpulkan tugas kami dan
dimas terlalu kreatif membuat tugasnya.
"Dimas kok nama perusahaan nya kayak gini," kata bu eva.
"Biar beda dari yang lain bu," kata dimas.
"Nama perusahaannya PT. MUNDUR TERUS, ngapain kamu
lamar kerjaan ke perusahaan itu kalau perusahaan itu mundur
gak pernah maju," kata bu eva.
"Saya masuk ke perusahaan itu bu, saya ingin memajukan
perusahaan itu bu, biar gak mundur terus bu," kata dimas.
"Bagus kalau gitu," kata bu eva.
"Kreatif kan bu," kata dimas.
"Sangat kreatif, besok kamu yang juara satu," kata bu eva.
"Di kelas ini bu," kata dimas.
"Di rumah kamu, kalau di kelas ini sangat berat dimas," kata bu
eva.
Semua tertawa yah ada juga sih yang gak tertawa, mungkin
karena sibuk ngobrol.
Setelah semua selesai dan kami pun di istirahatkan karena
sudah waktunya istirahat. Seperti biasa kami ke kantin dan di
kantin ada rizal, ulum, dimas, dan aku, ada juga penghuni lain.
Kami merencanakan sesuatu untuk mencari ikan nanti setelah
pulang sekolah.
242
Kami pun melanjutkan perjalanan sampai sekolah pulang,
Setelah pulang sekolah yang mencari ikan Soleh, rizal, dimas,
ulum dan aku. Dan kami siap untuk bertempur, kami mencari
lokasi tempat ikan berkumpul, setelah kami mendapatkan lokasi
yang terbaik kami pun langsung mencari ikan. Ikan sudah cukup
banyak yang kami dapatkan dan kami pun membakarnya tapi
sepertinya cuaca tidak bersahabat dengan kami setelah kami
membuat api dan waktu api besar hujan pun turun dan kami tetap
melanjutkan membakar ikan, matahari hampir saja tenggelam
kami tetap untuk melanjutkan dan ikan itu akhirnya matang
dengan pakaian yang basah kami melahap ikan ini dan setelah
itu aku mendengar suara yang awalnya aku sedikit takut "hiiiiik
hiiiiik," seperti itu suaranya, suara itu gak begitu jelas tapi aku
terdengar jelas di telingaku.
Rizal yang ada di sebelah kiri ku, aku tanyakan.
"Zal kau dengar suara itu," kataku.
"Iya dengar, dari tadi aku cari di mana suara itu," kata rizal.
"Coba diam kita cari suara itu," kataku.
Dan suara itu terdengar lagi.
"Haa itu zal, dengar," kataku.
"Iya aku dengar," kata rizal.
"Itu suaraku, aku punya penyakit asma, kalau cuaca dingin, pasti
kambuh," kata dimas.
"Maaf dim kami gak tahu," kata rizal.
"Jadi gimana nih zal," kataku.
"Kita pulang yok, kasian dimas, nanti ada apa-apa kita gak tahu
cara ngobatinnya," kata rizal.
Kami akhirnya pulang matahari udah tenggelam, gelap dan hujan
lebat, di situ lah kami tahu kalau dimas punya penyakit asma
243
yang gak bisa sembuh, bisa sembuh tapi hanya sementara
dengan meminum obat dari dokter, dan sangat kebetulan dimas
gak membawanya sekarang.
"Kami antar kau pulang ya dim," kata rizal.
"Gak usah, aku bisa sendiri," kata dimas.
Kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya ada surat dari dimas bahwasanya dimas sakit
dan dimas gak masuk sekolah, dan kami gak tahu kenapa dimas
gak masuk apa karena penyakit itu kambuh dan belum sembuh
"Siapa yang dekat dengan dimas," kata bu ayunda.
"Wahid bu," kata beberapa siswi.
"Bener wahid, kalau dimas sakit," kata bu ayunda.
"Saya gak tahu persis bu, waktu malam itu emang dia benar sakit,
dia punya penyakit asma bu," kataku.
"Tolong ya kalau ada yang sakit seperti ini, rundingan dengan
wali kelas kalian untuk menjenguk, siapa wali kelas kalian" kata
bu ayunda.
"Ibu deni bu," jawab nuri.
"Kalian rundingan dengan bu deni, gimana bu kalau kita
menjenguk dimas," kata bu ayunda.
"Iya bu nanti kami bicarakan," kata nuri.
"Kalau gitu kita lanjutkan pelajaran bahasa Inggris nya," kata bu
ayunda.
Ibu ayunda guru bahasa Inggris dia tegas kepada semua murid di
sekolah ini ibu ayunda selain guru bahasa Inggris ibu ayunda
juga guru BP dan ibu ini ahli membaca kebohongan hanya
244
dengan melihat wajah saat tersangka di tanya oleh ibu ayunda,
maaf nih bilang tersangka tadi agar lebih asik, kita lanjut ceritanya.
Setelah ganti pelajaran bu deni masuk ke kelas dan nuri yang
menjabat di kelas ini sebagai bendahara kelas menanyakan
tentang apa yang di sampaikan ibu ayunda tadi.
"Ibu, Dimas kan sakit jadi gimana kalau kita jenguk bu," kata nuri.
"Boleh aja kalau gitu besok kita jenguk, jangan sekarang ibu
pulang sekolah nanti sibuk," kata bu deni.
"Oke bu," kata nuri.
"Kita lanjutkan pelajarannya ya," kata bu deni.
Setelah pelajaran selesai kami pun istirahat, aku ke kantin sama
ulum dan gak lama setelah itu rizal datang.
"Mana dimas hid," kata rizal.
"Dia sakit zal," kataku.
"Aku jadi merasa bersalah sama dia hid," kata rizal.
"Aku juga zal," kataku.
"Aku ikut juga," kata ulum.
"Ikut apa," kataku.
"Ikut-ikutan bersalah," kata ulum.
"Gak lum, kau gak salah, yang salah ikan yang kita tangkap
kemarin," kataku.
"Haha," tawa rizal.
245
Waktu lonceng berbunyi kami pun masuk untuk melanjutkan
perjalanan selanjutnya.
Setelah pulang sekolah aku,ulum dan rizal pulang bareng.
"Pulang sekolah kita nongkrong yok," kata rizal.
"Di mana," kataku.
"Di mana ajalah yang enak, nanti aku bawa cemilan," kata rizal.
"Nanti aku sama ulum ke rumahmu zal," kataku.
"Iya, aku tunggu," kata rizal.
Dan waktu kami di rumah rizal, dimas datang mau jemput rizal,
tentu kami kaget kenapa dia main katanya sakit.
"Wahid bilang kau sakit," kata rizal.
"Wahid kau percaya zal," kata dimas.
"Kau masih hidup dim," kataku.
"Do'a mu hid, kau mau aku mati," kata dimas.
"Tapi surat tadi pagi," kataku.
"Aku lagi malas sekolah," kata dimas.
"Emang cerah masa depanmu dim," kataku.
"Udah gak usah di pikirin," kata dimas.
"Sekelas mau jenguk kau dim besok," kataku.
"Biarin aja besok aku udah masuk," kata dimas.
Dan dimas sering sekali menyalah gunakan sakitnya itu, kalau dia
lagi malas sekolah atau ada tugas yang dia belum siap, dia kirim
aja surat dan surat sakit dari dokter kalau dia sakit, dia sering kali
ke rumah sakit jadi surat sakit dari dokter banyak di rumah,
246
seakan-akan guru pasti percaya, untuk teman-teman jangan di
tiru ya sifat dari dimas ini, karena biasa membuat kalian di masa
depan susah dan lagi ilmu yang di pelajari di sekolah tidak satu
pun tertangkap. Jadi sebaiknya kalian bersungguh-sungguh untuk
membuat diri kalian lebih berharga di masa depan.
masa depanmu, harapanmu ada di tanganmu.
247
15. Coba melupakan
Hari yang cerah dengan embun yang masih terlihat, pagi ini aku
jemput ulum dan kami berdua mau sarapan pagi nasi kuning
bude ibu dari mas dimas saputra, karena sama namanya dengan
Dimas ompong kita panggil aja namanya mas dimas saputra
dengan panggilan masdim biar yang baca paham, aku dan ulum
tiba di depan rumah bude, letak rumah bude ini alias ibunya
masdim tepat di sebelah rumah soleh dan rumah rizal
tetangganya hanya di pisahkan dengan dua rumah.
Aku melihat rizal, soleh, Jimi, risky, dan dimas ompong sedang
makan juga di sini, nasi kuningnya bude tentunya menjadi favorit
semua orang dan sejak dari aku masih duduk di bangku TK, bude
sudah berjualan hingga sampai saat ini sudah berapa tahun tuh
kira-kira dan harga satu porsinya hanya lima ribu dan jika yang
beli anak-anak boleh hanya dua ribu, waktu berbuka jam 07:00
biasanya jam 08:00 sudah habis yang membuat nasi kuning bude
ini spesial yaitu sambalnya yang gurih dan nikmat dan lezat dan
lainnyalah.
Selesai makan kami pun bersama-sama berangkat ke sekolah,
dan terlihat sangat kompak padahal hanya kebetulan,
sesampainya kami di sekolah kami langsung menuju ke kelas
248
masing-masing, tapi kami parkirkan motor terlebih dulu, kami
menuju ke kelas dengan berjalan kaki dan dari jauh terdengar.
"Ompooong, jelek," kata orang itu ke dimas.
Dimas cuek dan berpura-pura tidak mendengar. Kalian masih
ingat siapa yang memanggil seperti ini di SMP ? yaah siapa lagi
kalau bukan adi sembiring, Dia jarang terlihat karena adi murid
yang cukup rajin di sekolah ini dia masuk jurusan akuntansi satu
kelas dengan anita, jimi, Muhammad risky.
Lonceng masuk pun berbunyi dan kami masuk ke kelas dan
setibanya di kelas.
Semua cewek di kelas melihat ke dimas.
"Dimas kamu udah sembuh," kata firda.
"Udah, masa mau sakit terus," kata dimas
"Padahal kami mau jenguk," kata firda.
"Gak usah repot-repot," kata dimas.
"Kami baik kan dimas," kata firda.
"Baik," kata dimas bersuara pelan.
"Iya kan dim," kata firda.
"Iya, dari tadi di bilang iya iya," kata dimas
"Haha," tawa firda.
Guru masuk ke kelas dan kami semua melanjutkan pelajaran,
singkat cerita waktu istirahat kami semua gak ada yang bawa duit.
Di kelas dimas dan ulum aku suruh cari duit.
"Kalian berdua cari duit," kataku.
"Caranya," kata ulum.
"Gimana caranya harus dapat," kataku.
"Aku tahu caranya," kata dimas.
249
"Sekarang langsung berangkat, aku tunggu di sini," kataku.
Mereka berdua pergi, dan aku menunggu di kelas sampai ke
tiduran, sampai Dimas membangunkanku.
"Hid, dapat," kata dimas.
"Dapat berapa," kataku
"Empat ribu," kata dimas.
"Cuma segini," kataku.
"Yaa mau gimana lagi hid," kata dimas.
"Ulum mana," kataku
Dan gak lama setelah itu ulum masuk kelas.
"Dapat berapa Lum," kataku.
"Cuma sedikit 7000," kata ulum.
"Baru dapat segini, kalau gitu aku cari juga," kataku.
Aku pun ikut cari uang, gimana caranya yang penting namanya
bukan malak, singkat cerita kami sudah mengumpulkan uang dua
puluh ribu dan waktu aku sedang berjalan dengan dimas berdua
dimas di panggil dan aku berhenti menunggu dimas, Setelah
dimas datang menghampiriku.
"Hid ini ada lagi dari dinda, bilangnya untuk wahid," kata dimas.
Kami jalan lanjutkan menuju kelas.
"Kau bilang makasih gak," kataku.
"Iya dong, kayaknya dia suka samamu hid, dia cantik hid masa
kau gak mau," kata dimas.
"Gak dim, dia terlalu cantik," kataku
"Kau masih mikirin iis," kata dimas.
Aku hanya bisa diam, kenapa dimas berfikir dan bicara seperti itu,
dan kenapa dia tahu.
"Udah lupakan iis sementara, belum tentu iis mikirin kau," kata
dimas.
250
Lonceng masuk pun berbunyi, kami mendapatkan tugas tetapi
guru tidak masuk ke dalam kelas karena guru sedang rapat.
"Oh iya hid, hampir lupa aku tadi dapat lagi," kata ulum.
Dan ulum memberikan uang, Setelah lonceng pulang berbunyi,
saat kami jalan menuju parkiran.
"Terus uang ini untuk apa hid," kata ulum.
"Gak tahu Lum, Aku jadi gak tega," kataku.
"Untuk beli rokok hid," kata dimas.
"Nanti asma kau kambuh," kataku.
"Enggak," kata dimas.
"Yakin, nanti aku juga yang repot," kataku.
"Kau repot apa, udah lah ayo," kata dimas.
Dan kami pun pergi ke warung bibi untuk membeli rokok dan
minuman susu dingin. Ulum gak merokok dia bilang dia alergi bau
rokok, yaa inilah ulum semua serba alergi bau kentutnya sendiri
aja dia alergi, Setelah itu rizal, soleh dan kedua anak buahnya
datang.
"Banyak uang kalian ya, traktirlah," kata jimi.
"Kalian dapat uang dari mana, ketahuan guru kalian kena marah,
kalau kalian malak," kata soleh.
"Kami gak malak, kau yang sering malak," kata dimas.
"Gak masalah itu kalau gak ketahuan guru," kata soleh.
"Gak papa itu yang penting jangan sering," kata jimi.
Dan kami mentraktir mereka, dan kelakuan kami ini pertama dan
terakhir kami minta uang ke orang-orang.
Cukup lama kami di situ, tertawa, ngobrol yang gak ada
manfaatnya sedikitpun, Setelah itu karena uangnya udah habis
kami pun pulang. Meskipun kami mendapatkan uang lebih cepat
tapi ini gak baik di contoh, sebaiknya kalian berfikir dua kali untuk
251
melakukan hal yang harus dilakukan sebelum kalian
mendapatkan balasannya.
Rizal ke sekolah bersama dimas, karena rizal gak punya
kendaraan untuk pergi ke sekolah jadi dimas sering menjemput
rizal bahkan setiap harinya, kalau dimas sakit rizal nebeng sama
soleh, rizal kadang gak mau sama soleh karena kalau berangkat
sama soleh wajib pasti terlambat.
Untuk denda terlambat di kenakan satu sak semen, jadi
bayangkan aja kalau dua minggu terlambat berturut-turut, yaah
kalau di total harga kira-kira satu juta lebih itu hanya denda
terlambat, belum lagi denda di kelas, yang sering terlambat ke
sekolah sih banyak termasuk jimi dan soleh, kedua orang ini
sudah di akui keterlibatannya.
Setelah kenaikan kelas waktunya penghitungan denda sekolah
jimi terlambat 37 kali dan soleh 23 kali. Dan jimi keluar sekolah
dan gak mau melanjutkan sekolah lagi aku gak tahu kenapa jimi
keluar, sedangkan soleh punya rencana untuk melunasi denda
terlambatnya itu dan rencana itu sampai sekarang semua orang
gak tahu termasuk aku.
Setelah ujian kelas berakhir, dan kami menerima rapor. Saat aku
dan dimas diskusi di kantin.
"Hid kau peringkat berapa," kata dimas.
"Peringkat tiga, kalau kau dim," kataku.
"Aku peringat dua," kata dimas.
"Dari," kataku.
"Dari belakang," kata dimas.
252
"Haha," tawa kami berdua.
Sambung jawabku "sama".
Hufh, dari 38 siswa di kelas, kami hanya bisa peringkat 36 dan 37
yang peringkat terakhir siswa yang sudah keluar dari sekolah.
"Mereka gak pintar-pintar kalinya hid, tapi kenapa kita peringkat
segini," kata dimas.
"Mereka yang gak pintar apa kita yang terlalu bodoh," kataku.
"Gak usah di pikirkan, peringkat cuma angka," kata dimas.
"Ulum peringkat berapa dia," kataku.
"Dia peringkat sepuluh," kata dimas.
"Perasaan aku ujian nyontek dia tapi kok peringkatku jauh dari
dia," kataku.
"Haha, ujianmu sama nilainya sama ulum, kalau pertanyaan dari
guru aja kau gak bisa jawab masa iya mau guru kasih kau
peringkat lima," kata Dimas.
"Ya gak harus peringkat segitu, minimal peringkat 30 kan, udah
mantap itu, jauh dari kau peringkatnya," kataku.
"Haha, gak bisa, hukum alam itu, kau gak bisa di jauhkan dariku,
udah kita pulang yok," kata dimas.
"Gak nunggu ulum," kataku.
"Ulum udah pulang dari tadi sama rizal," kata dimas.
Setelah kami naik ke kelas dua aku satu kelas dengan anji, ulum,
dimas, dan rizal itu yang dari satu desa, setelah libur panjang
sekolah kami masuk kelas dua, kami masuk sekolah hanya dua
bulan setelah itu di liburkan. Karena mau mendekati bulan puasa
dan mungkin di bulan puasa ini sedikit agak berbeda dari puasa
sebelumnya.
Dan terakhir masuk sekolah karena sebentar lagi kita akan
memasuki bulan ramadhan.
253
Pengumuman kepala sekolah saat pagi hari dan besok sudah
mulai libur.
"Selamat pagi semuanya, pengumuman hari ini, untuk murid
kalian akan di liburkan satu bulan, karena sudah mendekati bulan
ramadhan, setelah ini kalian masuk kelas dan jangan ada yang di
luar, guru akan masuk dan akan memberikan tugas dan kalian
kerjakan saat hari libur sekolah dan besok kalian sudah libur,
untuk masuk ke sekolah seminggu setelah lebaran dan harus
masuk semua karena tugas langsung di kumpulkan hari pertama
untuk semua pelajaran, dan sekarang kalian boleh masuk ke
kelas, dan selamat pagi" kata pak martias.
Kami pun masuk ke kelas masing-masing
Dan duduk di tempatnya.
Saat kelas dua aku dan Dimas duduk sebangku, sedangkan rizal
sebangku dengan ulum dan tempat duduknya gak jauh dari kami.
Guru pun masuk, guru bahasa Indonesia namanya bu erna, ibu
ini berbadan gemuk tapi jangan melihat dari fisik ibu ini, tapi
lihatlah dari isi hati ibu erna, ibu ini sangat baik dengan semua
siswa termasuk aku dan dimas. Kami menulis tugas yang di
berikan bu erna yang di tulis di papan tulis, Setelah selesai ibu
erna pun pergi.
"Hid kerjakan PR ku hid," kata dimas.
"Sini aku kerjakan, aku bakar buku mu nanti," kataku.
"Malas aku ngerjakan tugas, banyak banget" kata dimas.
"Inilah calon-calon pengusaha yang sukses, orang-orang malas
kayak kau ini yang di cari," kataku.
"Kok bisa," kata dimas.
"Iyalah, tugas kayak gini aja gak mau kau ngerjakan, pasti
254
perusahaan yang kau pegang nanti maju," kataku.
Dan setelah itu guru pun masuk ke kelas kami memberikan tugas
yang cukup banyak, bukan hanya satu guru tapi semua mata
pelajaran. Untuk menulis tugasnya aja udah capek, gimana
nantinya kalau mengerjakan. Setelah guru keluar.
"Dim kau kerjakan tugasku dim," kataku.
"Orang-orang kayak kau ini yang di cari perusahaan, bilangin
orang oke, kau jilat ludahmu sendiri kan," kata dimas.
"Gak ah, siapa bilang, aku di sini aja dari tadi kau kan tahu, ada
gak kau lihat aku jilat ludahku sendiri, meludah aja gak," kataku.
"Bodoh di pelihara, kambing di pelihara biar gemuk," kata dimas.
"Bohong kau, tetanggaku melihara kambing gak gemuk sekarang
malah mati, kita sesama orang bodoh gak boleh gitu, kita damai,"
kataku sambil berjabatan tangan.
Dan kemudian ulum datang dan langsung tidur di meja kami
berdua.
"Malas kali aku nulis, banyak kali," kata ulum.
"Ini lebih parah lagi dari kita," kata dimas berbisik.
"Mungkin iQ dia bukan jongkok tapi tengkurap," kataku.
"Hahaha," tawaku dan dimas.
"Kalian ngetawain apa," kata ulum.
"Gak ada cicak lewat tadi," kata dimas.
Ulum kembali ke mejanya yang duduk dengan rizal.
"Maksudnya dia apa tidur di meja kita, kok bau, kau kentut hid,"
kata dimas.
"Gigimu kentut, lihat ulum itu ketawa dia," kataku.
"Haha, Sedikitnya," kata ulum.
Kami pun keluar kelas karena ke bauan.
"Woy ulum kentut, kalian hirup kentut ulum itu," kata dimas.
255
"Mana ada, bohong kau dimas aku dari tadi di sini, kau yang
kentut nuduh orang," kata ulum.
"Gak ada bau kok dimas," kata firda.
"Ada makanya cium bener-bener," kata dimas.
Aku yang duduk di bangku teras kelas.
"Udah habislah kau telan semua dim kentut ulum," kataku.
Bu eva pun datang ingin masuk ke kelas kami.
"Wahid, Dimas kok di luar," kata bu eva.
"Kami nunggu ibu, mau salim tangan," kata dimas.
Dan kami pun mencium tangan ibu itu.
"Kalian hormat sama guru, apa cuma sama ibu nih" kata bu eva.
"Cari muka bu," kata ulum.
"Ngapain di cari, udah punya kami ngapain di cari lagi," kata
dimas.
"Kok kalian ribut, nanti keluar ibu nih," kata bu eva.
"Jangan bu, biar ulum aja yang keluar," kata dimas.
"Dimaaas," kata bu eva.
"Iya bu dieem," kata dimas.
Kami pun kembali ke tempat duduk kami,
Dan bu eva memberikan pekerjaan rumah untuk kami yang gak
terlalu banyak.
"Ibu baik banget," kata dimas.
"Baik, maksudnya dimas," kata bu eva.
"Tugasnya sedikit," kata dimas.
"Iya dong, jawabannya cuma setengah lembar itu," kata dimas.
256
Setelah semua selesai tugas di berikan oleh guru kami pun
pulang. Sanggup ataupun tidak tergantung dari kita sendiri
percaya kalau kita bisa menyelesaikan masalah atau tugas yang
diberikan, jangan seperti kami yang malas dan tidak berfikir
kedepan.
257
16 .Kepastian
Hari ini adalah pertama terawih karena sudah memasuki bulan
Ramadhan, aku terawih bersama ulum, rizal, masdim, dan rifa'i.
Dimas gak terawih di tempat kami karena jauh dari rumahnya
butuh waktu perjalanan 15menit dari rumahnya menuju ke sini,
selesai terawih biasanya dimas datang ke sini katanya sih di
sekitar kompleknya sepi jadi gak ada temen, jadinya dimas
memilih untuk ke sini bersama kami meskipun jarak rumahnya
begitu jauh biar ada temannya dan itu masih katanya dan lagi gak
mungkin nongkrong dengan anak situ sekitar kompleksnya
karena mereka masih SD.
Waktu aku pulang terawih bersama ulum dan hanya berdua
masdim dan rizal udah di tempat kami berkumpul dan rifa'i pulang
dulu, di jalan aku bertemu dengan adik kelas aku di waktu aku
masih duduk di bangku SMP namanya Lia dengan adiknya Nia,
mereka dari masjid yang sama denganku ceritanya sih pulang
terawih kami bertemu jalan di depan sekolah SMP.
"Nia, wahid kirim salam untuk kakak," kata ulum.
"Iya," jawab Nia.
Setelah cukup jauh aku langsung salahkan ulum.
258
"Kok kau bilang gitu Lum," kataku.
"Bilang apa," kata ulum.
"Kayak gitu tadi," kataku.
"Gak bilang apa-apa," kata ulum.
Kami pun sampai ke lokasi tempat kami nongkrong, tempat ini
luas dan kita bisa melihat bintang dari tempat ini, masdim dan
rizal udah ada di sini terlebih dulu.
"Kalian kok baru sampai," kata masdim.
"Biasa wahid, godain cewek dulu," kata ulum.
"Kau yang godain, bukan aku," kataku.
Dan gak lama setelah itu dimas pun datang.
"Tumben lama," kata rizal.
"Makan dulu, minum dulu," kata dimas.
"Tidur dulu," kataku.
"Yaa gaklah, kalau tidur gak ke sini aku," kata dimas.
Setelah itu nia datang membawa motor menghampiri kami dan lia
kakaknya di bonceng di belakangnya, nia memanggil ulum dan
berbicara sedikit lebih jauh dari tempat kami duduk, aku gak tahu
apa yang di bicarakan mereka dan kakaknya di biarkan dan
masih duduk di motornya, Setelah selesai berbicara nia dan lia
pergi, ulum duduk dengan senyum-senyum sendiri.
"Kau kenapa senyum-senyum sendiri lum," kata dimas.
"Kita bantu teman kita, ada yang salam balik untuk dia," kata
ulum.
"Siapa," kata rizal.
"Wahid," kata ulum.
"Kalau urusan cewek kau bisa belajar dari sang ahlinya hid," kata
masdim sambil memukul dadanya.
"Siapa yang kirim salam," kataku.
259
"Lum siapa yang kirim salam," kata masdim.
"Wahid," kata ulum.
"Terus yang salam balik," kata masdim.
"Lia kakaknya nia," kata ulum.
"Mumpung masih ada yang mau sama kau hid," kata dimas.
"Kau masih suka sama cewekkan hid," kata masdim.
"Yaa masihlah," kataku.
"Ya udah kesempatan gak datang dua kali," kata masdim.
"Jawaban ada samamu hid," kata masdim.
"Masih kepikiran iis hid," kata dimas.
"Buang dia kelautan hid," kata rizal.
"Buat apa memikirkan cewek yang sama sekali dia gak pernah
memikirkan kau hid," kata dimas.
"Wees kata-katamu anak muda, oke bingit," kata rizal.
Dan dimas mengacungkan jempolnya.
"Lia juga gak kalah cantiknya sama iis," kata masdim.
"Buktikan kalau kau laki-laki," kata dimas.
"Tunjukkan kejantananmu hid," kata rizal.
"Sekarang keluarkan," kata dimas.
"Jangan pula sekarang," kata masdim.
Aku punya jalanku untuk mendapatkan seorang cewek yang aku
suka, dengan cara seperti ini mungkin mereka berhasil, tapi apa
yang mereka lakukan ini demi aku dan tentunya teman-teman
yang ingin membuat aku bahagia dan melupakan masa laluku
yang gak seberapa hebatnya.
"Hid jawaban ada samamu sendiri, lupakan masa lalu, siapa tau
Lia cocok untukmu, pasti kami bantu," kata masdim.
260
"Kalian gak perlu bantu, biar aku selesaikan sendiri," kataku.
"Boleh, kita lihat aja kau bisa selesaikan masalahmu sendiri apa
malah mempersulit," kata masdim.
"Kami bantu maksudnya," kata dimas yang langsung di potong.
"Ssst, kami bantu maksudnya kau kan udah lama gak punya
pacar, hati kau ini udah lama kosong," kata masdim.
"Boooleh juuuga kata-katanya itu," kata dimas.
"Diam kau dim aah," kata rizal.
"Besok kau ajak dia, sedikit lebih jauh dari tempat duduk ini, kami
gak akan ganggu, buat dia merasa nyaman, tenang, jangan
terburu, ingat cari kata-kata yang terbaik untuk seorang
perempuan, ngerti gak," kata masdim.
"Enggak," kataku.
"Hancur kita, capek aku ngomong, udah hampir berbusa gak
ngerti juga," kata masdim.
"Wahid wahid, makanya punya otak tarok di dengkul jangan di
kepala," kata dimas.
"Haha, Iya iya ngerti," kataku.
"Ternyata setelah sekian lama terungkap, otakmu rupanya di
dengkul ya dim," kata rizal.
"Dari pada kalau di tarok kepala gak bisa mikir, mending di
dengkul bisa mikir," kata dimas.
"Iya juga," kata rizal.
"Pokoknya intinya itulah hid, kalau gak bisa juga kau olah cewek
itu, kami angkat tangan, kami gak tahu harus berbuat apa," kata
masdim.
"Kalau gak bisa juga angkat tangan, udahlah kami angkat kaki,"
kata dimas.
"Iya aku usahakan bisa," kataku.
261
Dan kami pun ceritakan soal yang lain, untuk cewek di pinggirkan
terlebih dulu, cukup lama kami bercerita sampai gak ingat waktu,
malam sudah hampir larut kami harus pulang karena paginya
harus sahur.
Waktu sahur pun tiba aku di bangunkan oleh ibuku, setelah waktu
makan sahur selesai aku langsung lanjutkan tidur, karena
ngantuk dan gak terasa ternyata waktu aku bangun udah tengah
hari sampai ayahku membangunkanku.
"Hid bangun, tidur kok bangunnya siang, puasanya sia-sia gak
ada pahalanya," kata ayahku.
"Iyaa udah bangun," kataku.
Aku langsung duduk dan mata ini masih terasa ngantuk, padahal
udah tidur seharian tapi masih ngantuk, untuk menghilangkan
rasa ngantuk ini aku langsung mandi, setelah selesai mandi aku
sholat dan ntah kenapa selesai aku sholat aku ke dapur dan
langsung membuka tudung makanan.
"Puasa kok buka-buka itu, emangnya mau makan, buka puasa
masih lama," kata ibuku.
Dan aku langsung mengucap.
"Astagfirullah, lupa," kataku.
Kebiasaan setelah pulang ke rumah biasanya aku langsung
makan, karena ini bulan puasa jadi sebaiknya aku nonton tv aja
sampai sore bisa jadi sampai buka puasa.
Waktu sore aku di ajak rizal untuk bermain takraw, aku berangkat
tapi aku gak bermain, cukup nonton aja, dimas juga udah ada
disini.
262
"Main hid," kata dimas.
"Gak, aku puasa ntar lemes," kataku.
"Puasa gak menghambat kita untuk berolahraga hid, lihat aku
walaupun puasa tapi gak keliatan lemas karena berolahraga,"
kata rizal.
Masdim hanya menganggukkan kepalanya sambil melihat ke
arah rizal sambil tersenyum.
Karena terus di paksa untuk bermain, mau gak mau aku ikut
olahraga juga, seperti apa yang di bilang rizal biar gak lemas.
Baru set pertama, rizal udah duduk dan cukup membuat kami
semua menunggu.
"Ayo lanjut lagi zal," kata ulum.
"Bentar duduk dulu, capek," kata rizal.
"Aku hid, lihat gak kelihatan lemas, karena olahraga, omongan itu
masih nempel di telinga, kalau ngomong enak, udah kayak yang
paling benar, kenyataannya," kata masdim.
"Aku tarik omonganku tadi hid," kata rizal.
"Hahaha," tawa kami.
"Benar, ternyata lemas," kata rizal.
Sebentarnya kami semua pun lemas, kami tahan karena ini
rencana masdim, waktu rizal mengambil bola saat bola terlempar
jauh.
"Nanti kita pura-pura gak lemas sampai rizal capek, barulah kita
berhenti main," kata masdim.
"Okeeh," ucap kami semua.
Karena kami semua lemas, sebaiknya kami sudahi olahraganya,
dari pada ada di antara kami nanti ada yang pingsan. Kami duduk
dan bercerita di tempat itu dan ketika waktu sudah hampir
263
berbuka kami pun pulang untuk bersiap-siap berbuka puasa.
malam harinya sepulang teraweh nia dan kakaknya yaitu lia
datang ke tempat kami nongkrong di tempat biasa di tempat
kemarin.
"Wahid aku titip kakakku ya, aku ada urusan, jangan sampai
lecet," kata nia.
"Nia, Kok di tinggal," kataku.
"Lecet apanya," kata dimas.
"Hid kau tega, lihat cewek berdiri sendiri dan gak ada yang mau
bantu dia," kata masdim.
"Antar dia ke mana yang dia mau," kata rizal dan menyorongku.
Aku meminjam motor dimas karena motor dimas matic agar lebih
nyaman, Setelah itu aku langsung menghampiri lia yang sedang
berdiri sendirian.
"Nia ke mana," kataku.
"Gak tau tadi dia bilangnya suruh tunggu di sini, aku gak tahu dia
ke mana," kata Lia.
"Aku boleh ngobrol gak sama kamu, tapi jangan di sini," kataku.
"Tapi," kata Lia.
"Jangan takut, percaya, adik kamu percayain kamu ke aku,"
kataku.
Dan akhirnya Lia mau di bonceng, kami cari tempat yang bisa
melihat bintang dan gak begitu jauh dari tempat kami duduk,
Setelah sampai Lia turun dan langsung duduk di bawah.
"Kok duduk di bawah, kotor" kataku.
"Gak papa, di rumput kok," kata Lia.
264
Ntah kenapa aku mulai gugup ? hufh, ntahlah, dan aku gak boleh
gini, masa laki-laki kayak gini, aku harus percaya diri kalau aku
bisa.
"Aku kenal kamu udah lama, tapi aku gak tahu tentang kamu,"
kataku.
"Aku cuma perempuan biasa," kata lia.
"Kalau nanti kamu dekat dengan seorang lelaki, apa yang kamu
inginkan dari seorang laki-laki itu untuk kamu," kataku.
Aku melihat lia terdiam, dan kemudian dia langsung menjawab.
"Aku ingin laki-laki itu membuat aku tersenyum dan tertawa," kata
lia.
"Mungkin nantinya cuma aku laki-laki yang gak bisa buat kamu
tersenyum dan tertawa, tapi aku hanya bisa membuat kamu
enggak pernah bersedih," kataku.
"Amiin," kata lia.
"Kok di amin kan," kataku.
"Semoga do'a kamu terkabul, aku gak mau sedih," kata lia.
"Amiin," kataku.
Dan kemudian lia melihat sesuatu.
"Kamu lihat gak ada bintang jatuh," kata lia.
"Iya aku lihat," kataku.
"Indah," kata lia.
"Sekarang kamu pejamkan mata kamu kemudian kamu berdo'a di
dalam hati, apa yang kamu inginkan," kataku.
Lia pejamkan mata terus berdo'a dan aku melihatnya, ternyata
benar apa yang di bilang sama teman-teman, lia mungkin gak
sama seperti iis tapi dia bisa jadi wanita yang terbaik, apa
mungkin aku lupakan iis untuk sementara ini, yaa itu mungkin.
"Sekarang kamu juga berdo'a," kata lia.
265
Aku mengangkat tanganku dan berdo'a di dalam hati, setelah
selesai.
"Aku mau kasih kamu sesuatu," kataku.
"Apa," kata lia.
"Mana tangan kamu," kataku.
Lia mengulurkan tangannya aku memberikan gelang karet hitam,
yang ada di tangan kananku, dan kemudian aku memegang
tangan lia, kemudian aku memutarkan gelang yang aku pakai itu
dari tanganku langsung masuk ke tangan lia.
"Gelang ini gak begitu berharga, yang bisa membuat gelang ini
berharga yaitu kamu, jaga gelang ini suatu saat nanti aku akan
mengambilnya dari tangan kamu ke tangan aku," kataku.
Lia tersenyum dan berkata.
"Aku pasti jaga," kata lia.
Dan mungkin hanya itu yang bisa aku kasih untuk lia, dan nanti
aku kasih lia yang lebih dari itu mungkin dengan sepenuh hati.
"Aku mau kasih tahu kamu," kata lia.
"Kasih tahu apa," kataku.
"Mungkin besok kita gak bisa ketemu kayak gini lagi," kata lia.
"Emangnya kamu mau ke mana," kataku.
"Aku mau sekolah di pesantren, ini perintah dari orang tua aku,"
kata lia.
"Iya gak papa, yang penting jaga diri kamu baik-baik," kataku.
"Iyaa, pasti aku jaga diri aku," kata lia.
"Ooh iya, kalau boleh tahu tadi kamu do'a apa," kataku.
"Aku berdo'a semoga keluarga aku di beri kesehatan, dan
semoga aku di beri kebahagiaan dan selalu sersenyum, kalau
266
kamu," kata lia.
"Semoga aku bisa membuat wanita yang ada di samping aku
tersenyum," kataku.
Dan kemudian lia tertawa sedikit.
"Terimakasih ya untuk malam ini," kataku.
"Iya, aku juga," kata lia.
Aku melihat jam dan ini terlalu malam untuk seorang perempuan.
"Ini udah terlalu malam untuk kamu, pasti nia udah ada di sana,"
kataku.
"Iyaa," kata lia.
Dan kami pun kembali ke tempat dia berdiri tadi, sesampainya di
situ ternyata benar nia udah ada di situ.
"Kami pulang yaa," kata nia.
"Iyaa, hati-hati yaa," kataku.
"Iya pasti, byee semua," kata nia.
"Bay-bay," kata dimas.
"Bye," kata masdim.
"Makasih lum," kata nia.
"Iyaa," kata ulum.
Dan akhirnya mereka pulang.
"Gimana hid," kata masdim.
"Lancar," kataku.
"Naah gitu dong, beginikan kami jadi tenang," kata masdim.
Gak lama kemudian fije datang dan.
"Ada apa kalian ketawa nih, asyik kali, ceritalah," kata fije.
"Mau tau apa mau tau," kata rizal.
"Boleh tau," kata fije.
"Tau ah gelap," kata masdim.
"Terus gitu kalian," kata fije.
267
Dan hari itu mungkin hari di mana hati aku bisa tersenyum
kembali, tapi apa mungkin aku bisa mempertahankannya, aku
gak tahu, apa aku lupakan iis untuk sementara waktu, yaah itu
masih mungkin, hanya waktu yang bisa menjawab ini semua.
268
17. Lupa atau malu
Pagi ini hari yang cukup cerah, puasa sudah di lewati dengan
sangat indah dan penuh do'a ? karena sudah lebaran, tapi aku
bukan cerita tentang lebaran tahun ini tapi aku ingin cerita waktu
aku masuk sekolah setelah libur panjang, yaah meskipun sekolah
itu membosankan tapi apa salahnya mencoba untuk membuat
sekolah lebih menyenangkan meskipun itu sulit.
Pagi ini hari senin aku hampir kesiangan karena bangunnya
terlambat aku pikir masih libur dan pagi ini aku di jemput dimas.
"Hid bangun, sekolah gak," kata ibuku.
"Iyaaa," kataku.
Karena masih ngantuk aku hampir ketiduran lagi, dan tiba-tiba
aku teringat seseorang.
"Ya ampun aku lupa, dimas," kataku dan langsung bangun dari
tempat tidur.
Aku ke depan untuk melihat dimas udah datang apa belum dan
ternyata dimas udah dari tadi.
Aku membuka pintu.
"Dim bentar," kataku.
"Belum mandi juga," kata dimas.
"Belum, bentar aku mandi dulu," kataku.
269
"Ngapain mandi, sama aja gak ada yang berubah," kata dimas.
Setelah selesai mandi aku langsung pamit dan langsung pergi
tentunya udah pakai seragam yaa, masa iya pakai handuk aja ke
sekolah.
"Dim ayo cepat," kataku.
Dan aku langsung nyetir motor dimas.
"Bilang orang suruh cepat, sendirinya lambat," kata dimas.
"Makan dulu kita tempat bude," kataku.
"Udah terlambat ini mau makan pula kau," kata dimas.
"Siapa tau mau makan, kau dari kapan dim nunggu aku," kataku.
"Dari kemarin hid," kata dimas.
"Terus gitu, emosi, ngambek, guling-gulinglah, kalau masih muda
jangan marah-marah cepat muda," kataku.
"Cepat tuaa," kata dimas.
"Nah itu kau tau," kataku.
"Ngebut dikit kau hid," kata dimas.
Dan setelah sampai di depan gerbang sekolah, ternyata.
"Sudah aku duga," kataku.
"Apa emang dugaan mu," kata dimas.
"Pasti terlambat," kataku.
"Gak usah kau duga, udah jelas pasti terlambat," kataku.
"Aduh," kataku.
Gak hanya kami yang terlambat ternyata banyak juga yang
terlambat anak ceweknya juga ada dan karena dimas
ngomongnya terlalu kuat kami di lihatin sama orang yang
terlambat karena terlalu ribut.
"Aduh pula katanya, karena dia nya terlambat," kata dimas.
"Ribut kali kau dim, di lihatin kita," kataku.
270
Cukup lama kami menunggu upacara bendera pun selesai kami
pun akhirnya di perbolehkan masuk dan setelah memarkirkan
motor, kami di suruh berbaris sama eka scurity di sekolah ini.
Dan kami pun jalan menuju depan kantor untuk di tulis nama
kami oleh guru BP yaitu bu ayunda, setelah selesai menuliskan
nama.
"Kenapa kalian terlambat, kalian kan tahu hari ini hari senin,
hormat bendera ya sampai pulang," kata bu ayunda.
"Jangan buu," kata anak cewek yang terlambat.
"Jadi mau hukuman apa biar kalian jerah, oke karena hari ini
sekolah kalian kotor kalian membersihkan halaman sekolah dan
lingkungan sekolah sampai bersih, lakukan sekarang," kata bu
ayunda.
"Iya buu," kata kami yang terlambat.
Dan kami pun membersihkan dengan benar, meskipun terpaksa
harus di lakukan, aku melihat ada juga cewek yang terlambat di
kelasku.
"Dim kau lihat itu," kataku.
"Apa," kata dimas.
"Itu firda," kataku.
"Udah tau," kata dimas.
Dan ada suara yang gak enak di dengar dari kejauhan.
"Wahid, Ompong jelek, ngapain kalian," kata Adi sembiring.
"Diam aja diam, biar capek dia," kata dimas.
"Pura-pura gak dengar kalian," kata Adi sembiring.
"Ada bu ayunda," kata adi.
271
Dan adi pun lari masuk ke dalam kelas karena ada bu ayunda.
"Lari kau lari kau, haha," kata dimas.
"Haha," tawaku.
Dan setelah kami siap menyelesaikan hukuman, kami mencuci
tangan terlebih dulu dan kami ketemu firda di toilet.
"Fir, terlambat juga," kataku.
"Iyaa," jawab firda cemberut.
"Orang pintar bisa terlambat juga," kataku.
"Ban aku bocor, tadi aku cari tumpangan loh wahid, makanya
terlambat," kata firda.
"Kenapa gak bilang aku, biar aku jemput," kata dimas.
"Kau aja terlambat, mau jemput orang," kataku.
"Karena kau aku terlambat," kata dimas.
"Hahaha," tawa firda.
"Ketawa kamu fir," kataku.
"Kenapa sama ketawa aku," kata firda.
"Buat jantung aku berdebar," kataku.
"Uuuh, gombal," kata firda.
"Ehem ehem, ceritanya aku jadi setan nih, pergilah," kata dimas.
"Dimas tunggu," kata firda.
"Baru kali ini ada setan ngambek," kataku.
"Wahiiid, gak perlu gombal, aku pergi aja cewek ngejar," kata
dimas.
"Iyalah ganteng," kataku.
Kami pun masuk ke kelas karena guru sebentar lagi di masuk.
"Curiga aku sama kalian bertiga," kata rizal.
"Gak boleh curiga kayak gitu zal," kata dimas.
"Kau di apain fir, sama mereka berdua," kata rizal.
"Gak ada loh zal," kata firda.
272
"Jangan curiga gitu zal, cepet tua nanti," kataku.
"Itu marah-marah," kata dimas.
"Sama aja itu," kataku.
Dan wali kelas pun masuk ke kelas kami dan kami di suruh
mengumpulkan semua tugas yang diberikan oleh guru,
"Semua tugas kumpulkan jangan ada yang lupa, setelah ini kalian
cari guru yang belum kalian kumpulkan tugasnya, dan sekarang
tugas yang ibu berikan kumpulkan di meja," kata bu ersa.
dan apa yang terjadi kami kumpulkan, aku dan dimas mungkin
terakhir aja mengumpulkan biar gak berhimpitan.
"Ingat semuanya, nilai tugas ini berpengaruh terhadap nilai
semester kalian, jadi kalau kalian gak mengerjakan siap-siap aja
tahun depan tinggal kelas, dan sekarang kalian boleh cari guru
tugas kalian semua," kata bu ersa.
Yaa mau gimana lagi ini tugasnya banyak, untungnya aku dan
dimas mengerjakan tugasnya, kalau nilainya gak tau benar atau
salah jelek atau bagus setidaknya kami mengerjakan.
Setelah kami aku, dimas, rizal, ulum di luar kelas kami duduk di
bawah pohon yang ada tempat duduknya.
"Untung kita kerjakan tugasnya," kata dimas.
"Kalau nyontek ulum aku pun bisa," kataku.
"Kayak kau gak nyontek aja," kata dimas.
"Tadi kan aku bilang gitu, kalau nyontek bisa," kataku.
"Setidaknya di kerjakan dari pada gak di kerjakan," kata ulum.
"Sombong diaaaa," kata dimas.
"Siapa yang sombong," kata ulum.
273
"Itu sama aja nyindir kita, seakan-akan dia anggap kita ini orang
yang idiot," kataku.
"Oooh gitu rupanya Lum," kata rizal.
"Cukup tau aja kami Lum," kata dimas.
"Ternyata selama ini, kau sembunyikan perasaanmu lum
terhadap kami," kata rizal.
"Gak ah, aku gak doyan laki-laki, aku masih normal buat kau aja
zal," kataku.
"Kalian kan berangkat bareng, waaah," kata dimas.
"Waaah, kami curiga jangan-jangan kalian," kataku.
"Hiiiiiih," kata ulum.
"Sadar wooy, kalian ini laki-laki," kata dimas.
"Jeruk kok minum jeruk," kataku.
"Kurang ajar kalian, semut kalian, biawak kalian," kata rizal.
"Hahaha," tawa kami sambil berlari menuju kantin.
Kami memesan minuman dan setelah itu rizal dan ulum datang.
"Ayok kita kumpulkan dulu tugasnya," kata rizal.
"Santai aja dulu, lihat tuh kantor masih rame," kataku.
"Bagus kita di sini minum makan gorengan," kata dimas.
"Nanti gak terkumpul," kata ulum.
"Kami kumpulkan duluan lah, nanti lupa," kata rizal.
"Silahkan," kata dimas.
Dan mereka mengumpulkan terlebih dulu, dan gak butuh waktu
lama mereka kembali, dan mereka langsung duduk di tempat
mereka duduk tadi.
"Kok duduk, kumpulkanlah," kata dimas.
"Masih ramai," kata rizal.
274
"Itu lah kalian kalau di bilangin gak percaya sama orang pintar
kayak dimas, nampaknya aja dimas gak pintar," kataku.
"Padahal," kata rizal.
"Memang gak pintar," kataku.
"Haha," tawa kami.
"Alhamdulillah aku dapat pahala," kata dimas.
"Baru sekalinya ngejek dia, udah bilang gitu dia, gimana yang tiap
hari di ejek dia," kataku.
Dan setelah itu soleh datang dengan muka yang lesu, kusam,
buram, sedih, gak tahu lagi apa namanya, dan dia duduk di
sampingku.
"Kenapanya kau leh, mukamu di jelek-jelekin kayak gitu, padahal
udah jelek," kata rizal.
"Tugasku zal, belum ngerjakan, pening aku sekarang," kata soleh.
"Mana anak buahmu," kata rizal.
"Orang itu lagi ngerjakan," kata soleh.
"Ya kau kerjakan juga lah," kata rizal.
"Itu masalahnya, aku gak bawa buku, aku tinggal di rumah," kata
soleh.
"Kaulah soleh, siswa yang paling terbaik di sekolah ini, siswa
teladan kau leh, sampe buku pun gak bawa," kata rizal.
"Lupa aku kalau sekarang kumpulkan tugas," kata soleh.
"Nih leh aku kasih buku," kata dimas.
"Aaah, ini bukuku," kata rizal.
"Hahaha," tawa ku, ulum dan dimas.
Soleh pun pergi dan kami gak tahu dia mau ke mana.
"Mau ke mana kau leh," kata rizal.
275
"Gak tau zal," kata soleh.
"Minum dulu," kata rizal.
"Lanjutlah zal, mau cari buku dulu," kata soleh.
"Leh minum dulu," kata rizal.
"Kalau dia gak mau gak usah di paksa sih zal," kata dimas.
"Namanya nawarin, emang gak boleh," kata rizal.
"Yang bayar," kata dimas.
"Bayar sendirilah," kata rizal.
Kami masih berada di kantin dan kantor masih juga ramai, gak
tahu sampai kapan, tapi gak seramai tadi, yah mungkin kami
sebentar lagi mengumpulkan.
Hawa matahari sudah terasa lebih panas karena sudah hampir
tengah hari, dan kami pun harus mengumpulkan tugas ini waktu
kami mau mengumpulkan soleh datang membawa buku yang
cukup banyak.
"Zal, liat tugasmu zal," kata soleh.
"Kami mau kumpulkan Leh," kata rizal.
"Tolonglah zal," kata soleh.
"Cepat kau yaa," kata rizal.
"Iya, cepat aku nulisnya," kata soleh.
Dan rizal memberikan tugasnya dua buku.
"Cari sendiri selebihnya," kata rizal.
"Siap bos," kata soleh.
Dan kami berjalan menuju kantor dan sepertinya ada yang ganjel
di kepalanya dimas.
"Kau mikirin apa dim, kayak punya pikiran aja kau, sok-sokan
mikir," kataku.
276
"Aku lagi mikir, solehkan beda kelas sama kita, emang sama
tugasnya," kata dimas.
"Iya pula," kata rizal.
"Nanti aja, kita kumpulkan dulu tugasnya," kata ulum.
"Ini lah yang aku suka dari kau dim," kataku.
"Aaah diam kau hid, sakit hati aku dengarnya," kata dimas.
"Apa salahnya kagum sama orang dim, ini harus di rayakan,"
kataku.
"Rayakan apa lagi," kata dimas.
"Hari dimas mikir," kataku.
"Makan mie ayam ya dim," kata ulum.
"Aaaah," kata dimas dan langsung masuk ke kantor.
"Marah gitu makin imut kau dim, Ompongmu keliatan," kataku.
Dan kami mengumpulkan tugas ini, di setiap meja guru, dan kami
bertemu dengan manusia setengah hantu di mana-mana ada.
"Ompong, jelek ngapain kau," kata Adi sembiring.
"Ngumpulkan tugaslah," kata dimas.
"Tumben bisa ngerjakan kau, nyontek kalian ya," kata Adi
sembiring.
"iiih, kok tau," kataku.
"Hahaha," tawa imut adi.
"Kalian jadi ngumpulkan gak nih," kata bu eva.
"Lagi di cari bu," kata dimas.
"Adi kamu gimana ngerjainnya ini," kata guru jurusannya.
"Aduh, lupa saya bu," kata adi sembiring.
"Haha," tawa kami yang gak terlalu keras.
"Kalian jangan ketawa, Jawaban kalian kok sama semua," kata
277
bu eva.
"Inisiatif bu," kataku.
"Inisiatif apanya, kalian nyontek siapa," kata bu eva.
"Ulum bu," kata dimas.
"Nilai kalian kurang ya, karena nyontek," kata bu eva.
"Tolonglah bu, cuma itu yang bisa kami lakukan bu, ibu cantik
deh hari ini," kata dimas.
"Ibu gak bisa di rayu," kata bu eva.
"Tolonglah bu, kasihanilah kami," kataku.
"Iya, tapi ingat jangan di ulang lagi," kata bu eva.
"Iya bu, dimas janji," kataku.
"Kok cuma aku yang janji, kita semua," kata dimas.
"Kalian semua yang janji, jangan cuma dimas," kata bu eva.
"Iya bu," jawab kami.
"Nama usaha bu," kataku.
setelah itu kami kumpulkan tugas ini ke guru yang lain, dan
selesai kami mengumpulkan tugas akhirnya kami bisa santai.
Kami kembali ke kantin karena soleh masih mengerjakan tugas
yang gak tau salah atau benar.
Setelah keluar kantor.
"Giliran wahid yang ngerayu mau ibu itu, kasihanilah kami bu,"
kata dimas.
"Itu namanya rayuan maut lelaki," kataku.
"Gak adil," kata dimas.
"Gak adil gigimu yang gak adil," kataku.
Dan kami pun sampai di kantin.
"Leh tugas kelasmu sama tugas kelas kami sama," kata rizal.
278
"Astagfirullah, iya pula, udah hampir selesai nulisnya," kata soleh.
Dan soleh robek tulisannya yang baru saja di tulisnya, dan soleh
pergi ke kelasnya untuk mencari contekan.
Gak butuh waktu lama soleh mendapatkan contekan, dan
menghampiri kami, mengerjakan tugas di kantin dan dekat kami,
rizal melihat tulisan buku yang di contek soleh dan ternyata.
"Leh tugas kalian sama, kelas kami ngerjakan itu juga," kata rizal.
"Astagfirullah zal, kok malah aku robek tadi," kata soleh.
"Terlalu rajin kau leh," kata dimas.
Akhirnya soleh melanjutkan tulisannya dengan beban hati, dan
mungkin berat hati, aaaah pokoknya sakit hatilah, tapi sama
bukunya loh ya.
Lonceng pulang pun berbunyi dan kami sedang duduk di bawah
pohon yang ada tempat duduknya dan gak tahu apa yang ada di
pikiran dimas dia bilang.
"Hid kau berani gak minta nomer cewek," kata dimas.
"Untuk apa," kataku.
"Ya kau ajak kenalanlah, berani gak aaah gak berani, bencong,"
kata dimas.
"Berani," kataku.
"Panas wahid," kata rizal.
"Kau minta nomer yanti syahputri jurusan akuntansi, cewek yang
satu kelas sama adi sembiring, kalau kau berhasil aku traktir mie
ayam di kantin besok," kata dimas.
"Cuma minta nomernya," kataku.
"Iyaa gak perlu kau jadian, minta aja nomernya, kalau kau gagal
kau traktir aku," kataku.
279
"Oke, siapa takut," kataku.
"Nah, sebentar lagi dia lewat sini, dia sama temennya rame," kata
dimas.
"Gak takut," kataku.
Dan kami menunggu cukup lama rizal dan ulum memutuskan
untuk pergi ke tempat bibi untuk minum es teh terlebih dulu, dan
gak butuh waktu lama akhirnya yanti dan temannya keluar dari
ruangan komputer, dan aku merasakan badanku seperti panas
dingin dan jantungku berdetak lebih cepat, sebelumnya aku
belum pernah melakukan hal seperti ini, demi mie ayam nih.
Dan dia mulai mendekat.
"Ini handphoneku, catat di sini, semoga berhasil anak muda,"
kata dimas.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan langsung menghampirinya.
"Hai," kataku.
"Iya," jawab yanti.
"Aku wahid jurusan administrasi perkantoran," kataku.
"Iya aku tau," kata yanti.
Dan dia masih terus berjalan dan gak mau menghentikan langkah
kakinya.
"Kamu yantikan," kataku.
"Iya kamu mau apa," kata yanti.
"Aku boleh minta nomer kamu," kataku.
Dan dari belakang tiba-tiba ada motor guru yang tidak ada rem
nya, aku rangkul yanti dan menghindar dari motor itu untuk
menghindari terjadi apa-apa padanya.
280
"Makasih yaa," kata yanti.
"Iya sama-sama, ini handphone aku, walaupun jelek tapi baru,
catet nomer kamu, kamu orang pertama yang aku telfon," kataku.
Dia tersenyum dan gak tau senyuman itu senyuman bermaksud
apa, yang aku tau senyuman itu membuat hati aku tenang, yanti
mengambil handphone yang aku pegang dan mencatat nomernya
dan kemudian memberikannya lagi, dan aku melihat di
handphone itu tertulis nomer telpon, aku menghentikan
langkahku dan berkata.
"Makasih ya,"
"Iya sama-sama," kata yanti dengan senyuman.
Aku masih berdiri di tempat aku berhenti tadi dan aku masih
melihat dia.
"Dia manis juga," kata dimas.
"Iya, ini nomernya," kataku.
"Nah, itu baru temanku," kata dimas.
"Mie ayam kan," kataku.
"Iyaa besok," kata dimas.
Aku dan dimas menghampiri rizal dan ulum di tempat bibi
sesampainya di tempat bibi ternyata.
"Adi, rizal sama ulum ke mana," kataku.
"Barusan aja pulang, hid tunggu nanti ya, bareng kita pulangnya,"
kata Adi sembiring.
"Yaa," kataku.
"Yaa hid," kata adi sembiring.
"Iyaa ganteng," kata dimas.
281
Kami memesan minum dan kami pun duduk di teras warung, dan
gak lama kemudian karena warung ini dekat jalan, lewatlah
seorang cewek mengendarai tiga motor yang salah satunya di
antara mereka ada yang di bonceng aku kenal dia teman SD aku,
dan dari situ aku mendengar dan membaca bibirnya walaupun
gak terlalu jelas dia berkata.
"Wahid,"
Dan aku tanya sama dimas.
"Kau dengar dim dia manggil siapa," kataku.
"Dengar," kata dimas.
"Kita kejar," kataku.
"Ayo," kataku.
Kami berdua mengejar mereka, aku yang menyetir motornya dan
waktu kami di sebelah dia.
"El, kamu lupa sama aku," kataku.
"Enggak kok," jawab el tapi gak melihat ke arahku.
Padahal dia duduk di belakang, kerena di arah berlawanan ada
mobil aku menyalip mereka dan berada depan cewek itu,
temennya bertanya.
"Kamu kenal el," kata temannya yang sedang menyetir.
"Enggak, aku gak kenal," kata el.
Karena dimas mendengar percakapan mereka dimas
menyuruhku untuk berhenti.
"Hid berhenti dulu, gantian biar aku yang nyetir," kata dimas.
Aku menghentikan motornya, dan dimas menggantikanku untuk
menyetir, cewek itu udah cukup jauh, dan aku gak tahu kenapa
dimas memutar motornya dan kembali ke tempat bibi.
282
"Loh dim, tapi kan," kataku.
"Ngapain hid di kejar, kalau kau sendiri gak di anggap teman
lamanya," kata dimas.
Kemudian dimas menjelaskan apa yang dia dengar sampai
tibanya ke warung bibi.
"Wahid ini minumnya, bibi pikir kamu udah pulang tadi," kata bibi.
Aku mengambil minumnya.
"Makasih bi," kataku.
"Iya," kata bibi.
Selesai kami minum kami pun pulang bersama adi sembiring.
Malam harinya aku di suruh menelfon yanti.
"Hid telfonlah yanti," kata dimas.
"Nanti cowoknya marah," kataku.
"Kan cowoknya yang marah bukan yanti yang marah," kata dimas.
Dan dimas menelfon yanti melalui handphonenya, dan aku
sendiri chat yanti dengan kata.
"Assalamualaikum yanti ini wahid,"chatku.
Dan dimas masih berusaha.
"Gak di angkat," kataku.
"Sibuk nomernya," kata dimas.
"Kan udah aku bilang, dia pasti nelpon cowoknya," kataku.
Dan untuk tantangan ke dua, aku di suruh jadian sama dia gak
pakai waktu atau jangkauan kapan jadiannya yang penting kalau
aku dan yanti jadian, dimas akan mentraktir aku selama setahun
di sekolah, kalau aku gagal gak ada hukuman. Dan mungkin ini
adalah cobaan yang paling berat apa mungkin aku biasa.
"Gimana setuju," kata dimas.
283
"Cari gara-gara aja kau," kataku.
"Setahun makan di bayarin broo, gak mau," kata dimas.
"Kau cari penyakit aja dim-dim," kataku.
Dan waktu pembicaraan aku dengan dimas, ada balasan chat
dari yanti balasannya seperti ini.
"Walaikum salam, ada apa hid,"
"Coba bilang hid, tadi aku telfon kok nomer kamu sibuk," kata
dimas.
"Alah ngapain tanya gitu," kataku.
"Udah percaya, cepetlah," kata dimas.
Dan aku mengetik apa yang di bilang dimas, dan gak lama
kemudian masdim dan rizal datang.
"Ooy ciuman kalian," kata rizal.
"Najis kali," kataku.
"Mesra kali duduk kalian merapat gitu, tempat lebar nih," kata
masdim.
"Geser dim," kataku.
Dan setelah itu chat yanti masuk.
"Lagi lihat wahid, ada cewek baru," kata dimas.
Hufh, baru di bilang geser, malah merapat semua.
"Kan kalian merapat semua," kata dimas.
Aku membaca yanti membalas.
"Iya, tadi mantan aku telfon, padahal aku udah suruh dia hapus
nomer aku, jadinya aku susah untuk lupain dia," Chat yanti.
"Ini kesempatan kau hid, langsung tembak," kata dimas.
"Enak kali ompongmu kalo ngomong, bertahap dulu," kataku.
Waktu aku mau membalasnya tiba-tiba jaringan di handphoneku
hilang.
"Jaringan hilang," kataku.
284
"Handphonemu yang jelek itu, jaringan aja gak dapat," kata dimas.
"Coba kau tengok, handphomu," kata masdim.
Setelah di cek ternyata jaringan di handphone dimas juga hilang
jaringannya.
"Hilang juga," kata dimas.
"Kalau ngomongin orang aja pinter kau," kata rizal.
Ulum dan rifa'i pun akhirnya datang setelah itu soleh dan
kamipun menghabiskan malam ini, sampai tengah malam pun
jaringan tetap belum pulih, dan kami memilih nongkrong bersama
sampai akhirnya kami pulang kerumah.
Untuk keputusanku sama yanti sebaiknya aku jangan
mengganggu kalau pun aku berada di sebelah dia, tapi kalau hati
dia masih punya orang lain untuk apa aku perjuangkan, dan aku
memutuskan untuk mundur dan menghapus nomer yanti hari itu
juga.
Pelajaran yang harus di ambil dari judul ini yaitu.
Teman lama mungkin masih di ingat, meskipun tidak seakrab
dulu, temen baru mungkin lebih menyenangkan, memilih temen
lama atau teman baru itu bukan sebuah pilihan, yang harus
menjadi pilihan adalah temen mana yang lebih baik untuk diri kita
dan pantas untuk menjadi teman sejati yaitu sahabat.
.
285
18. Rizal ( Demi teman )
Pagi ini pagi yang cukup cerah, pagi ini mungkin pagi yang
bahagia ? kenapa. Karena kami sudah menjadi kakak kelas dan
sekarang kami kelas tiga SMK, dan hari ini hari MOS Masa
Orientasi Siswa, kalau gak salah itu artinya, dan kenapa kami
bahagia karena kami ingin melihat adik kelas baru, tentunya
cewek ya bukan cowok. Aku, Dimas, Rizal, Ulum, bisa juga jadi
kakak kelas meskipun tampang kami sebetulnya gak pantes.
Ceritanya sih kami mau cari kenalan nih, siapa tau dapet kenalan
cewek, Nah ceritanya di mulai dari saat aku mengajak dimas ke
toilet, waktu kami sampai di toilet kami langsung masuk, aku
mendengar suara ada cewek sedang berbincang dengan
temannya dari belakang sedang mencuci tangan, aku yang ada di
dalam toilet diam dan mendengarkan.
"Nov, aku kasih tantangan buat kau,"
"Tantangan apa, perempuan cantik itu gak pernah takut,"
"Sombong, Kita cari cowok tapi jadian ya, sebanyak-banyaknya,
setiap yang kalah teraktir yang menang,"
"Setuju aku ada satu cowok, anak kelas tiga,"
"Namanya siapa,"
"Namanya kak ulum, aku baru kenalan tadi,"
Setelah itu aku keluar dan menunggu dimas, dan gak lama
286
kemudian cewek itu pun lewet, dan apa yang terjadi.
"Dek, kok sombong, cuma lewat aja," kataku.
"Permisi bang," kata cewek dua itu.
"Udah jauh baru nyapa," kataku
"Haha, maaf," tawa cewek itu.
Dan gak lama kemudian dimas keluar dari toilet, aku masih
memikirkan bagaimana cara menjauhkan cewek itu dari ulum.
"Ayok," kata dimas.
Aku gak mendengar dimas mengajakku pergi.
"Hid, ayok kok diam, nunggu siapa kau," kata dimas.
"Nungguin cewek," kataku.
"Cewek dari mana," kata dimas.
"Dari langit," kataku.
Aku dan dimas menghampiri rizal dan ulum di bawah pohon yang
sedang duduk.
"Susah milih cewek nih zal," kata ulum.
"Sombong," kata dimas.
"Ganteng, tinggi, masa gak bisa dapat cewek," kata rizal.
"Sabarlah zal," kata ulum.
"Kau hid gak nyari cewek," kata rizal.
"Aku cari janda aja zal," kataku.
"Hahaha, lebih menggoda," kata dimas.
"Ssstt, jangan gitu kau dim," kataku.
"Curiga aku sama orang dua ini," kata rizal.
"Kok curiga sih zal," kata dimas.
"Aku pun curiga zal sama dimas," kataku.
"Kalian semua aja nyalahin aku, kau juga Lum," kata dimas.
287
"Aku juga curiga," kata ulum.
"Terus gitu ngambek, guling-gulinglah," kataku.
"Jangan marah kau dim, namanya gurau," kata rizal.
Dan gak lama kemudian bu eva menghampiri kami.
"Semuanya masuk kelas," kata Bu Eva.
"Loh bu," kata rizal.
"Masuk kelas sebentar," kata Bu Eva.
"Kan gak ada pelajaran bu," kata ulum.
aku dan dimas jalan menuju kelas.
"Kalau gak mau bu, kurangin nilainya bu," kata dimas.
"Waah, orang dua itu," kata rizal.
"Ninggalin kami kalian yaa," kata ulum.
"Murid kurang ajar kalian, kalau suruh masuk ya masuk jangan
membantah kalian," kata dimas.
Dan kami pun masuk ke dalam kelas karena ada yang ingin
bertemu,
Setelah masuk ke kelas gak begitu lama masuk sesosok dua
wanita yang wajahnya enak di pandang dan dia memakai baju
pramugari dan di susul dua pria yang juga memakai baju
pramugara kalau wajahnya, masih jauhlah ya sama dimas,
tampan dimas dong walaupun sedikit terpaksa bilangnya.
"Wiiih, boleh juga nih cewek, luar biasa," kata dimas.
"Biasa aja," kataku.
Dan pramugari itu memperkenalkan dirinya, berbicara panjang
kali lebar dan lain sebagainya, saat pramugari itu berbicara dimas
memandang, kayaknya sih cinta pandangan pertama atau
288
berpikiran yang gak-gak, aku gak tau.
"Huuhuu cocok jadi calon istriku hid," kata dimas.
"Ambil bawa pulang, bungkus dua-duanya," kataku.
"Aku ganteng-gantengin muka aku," kata dimas.
"Haha, biar dia mau sama kau dim," kataku.
"Iyalah, apa lagi," kata dimas.
"Haha," tawaku.
"Tolong diam dulu ya," kata pramugari.
"Imutnya," kata dimas.
"Kamu yang di sana siapa namanya," kata pramugari.
Pramugari itu menunjuk ke dimas.
"Saya," kata dimas.
"Iya kamu," kata pramugari.
"Nama saya dimas," kata dimas.
"Iya dimas, apa cita-cita kamu," kata pramugari.
"Cita-cita saya ingin menyusun," kata dimas.
"Menyusun apa," kata pramugari.
"Menyusun rumah tangga," kata dimas.
"Bersama mbak," kataku.
Semua tertawa, pramugari itu merasa malu dan terdiam, dan
pada akhirnya di gantikan oleh seorang pria.
Dan pria itu merayu cewek yang ada di kelas seakan-akan
mereka semua terhipnotis dengan omongan orang itu.
"Waah, ini gak bener nih," kataku.
Dan firda dan gusti mengangkat tangan mereka.
"Saya mau, nama saya firda," kata firda.
"Saya juga, nama saya gusti," kata gusti.
Firda dan gusti di beri formulir pendaftaran.
289
"Firda dan gusti pasti akan menjadi seorang pramugari yang
sukses, oke ada yang lain, untuk pendaftaran hanya seratus ribu
rupiah," kata pria itu.
Setelah selesai mengisi formulir gusti memberikan formulir itu dan
memberikan juga uangnya, nah sedangkan firda mencari uang di
tas dan ternyata uang itu kurang.
"Uangnya kurang," kata firda.
"Uang gak boleh kurang atau lebih ya, karena ini sudah menjadi
harga yang sudah di tetapkan," kata pria itu.
Firda mencari kembali di tas dan dia meneteskan air mata, aku
jadi gak tega melihat dia kayak gini, padahal ntah benar atau gak
mereka menawarkan ini,
mereka menawarkan untuk sekolah peramugari dan pramugara
atau mereka hanya seorang penipu yang mencari uang dengan
cara mudah, karena aku gak sanggup lagi melihat firda aku coba
untuk menenangkan firda.
"Fir, firda," kataku memanggil.
"Iya hid," kata firda.
"Ini pakai aja uangku, gak papa," kataku.
"Bener hid, nanti kamu," kata firda.
"Udah ambil pakai aja dulu," kataku.
Firda mengambil uang yang aku kasih dan kemudian
memberikan formulirnya.
"Makasih ya hid, nanti aku ganti," kata firda.
"Iya santai aja," kataku.
"Waah, ternyata dia cowok yang sangat baik hati, kalau boleh
290
tahu siapa nama kamu," kata pria itu.
"Nama saya jackie," kataku.
"Kami akan selalu mengingat nama kamu jackie, oke ada yang
mau ikut lagi, kalau gak ada silahkan mbak pramugari," kata pria
itu.
Dan pramugari itu berbicara.
"Aku selama ini gak tahu, ternyata kau Jackie Chan," kata dimas.
"Bohong sedikitkan boleh," kataku.
Dan mereka semua menutup perjumpaan katanya mereka mau
mencari lagi ke sekolah lain orang yang bakal jadi pramugari dan
pramugara, menurut aku sih mencari mangsa lain.
Untuk pelajaran nih jangan mudah percaya atau tergiur dengan
omongan orang seperti ini biasanya sih mereka hanya seorang
yang tidak ada pekerjaan dan hanya seperti ini mereka bisa
mencari uang dengan cara menipu.
Setelah keluar aku, rizal dan ulum ke toilet yang di sebelah kelas
dan bertemu dengan cewek yang aku dengar di toilet tadi pagi
dan ternyata dia bernama.
"Hai adek, siapa namanya," kataku.
"Namanya novi bang," kata novi dan lewat begitu aja.
"Adek," kata ulum.
"Iya," kata novi.
"Kau suka hid sama dia," kata rizal.
"Kayaknya sih zal," kataku.
"Saingan nih kayaknya sama saudara," kata rizal.
"Kalau cewek lain mungkin boleh aku ngalah, tapi kalau yang ini
291
mungkin gak bisa aku ngalah hid," kata ulum.
dan kemudian dimas keluar dari kelas dan menghampiri kami.
"Ada apa ini, ada apa ini ribut-ribut," kata dimas.
"Siapa yang ribut," kataku.
"Ayok kita ke kantin," kata dimas.
Sesampainya di kantin rizal cerita dan.
"Gara-gara cewek aja kalian kayak gini, udah salah satu ngalah,
yang terakhir kenal dia yang ngalah," kata dimas.
"Hid coba aja dari awal kau bilang kalau kau suka sama dia, kan
gak kayak gini," kata ulum.
"Jangan gara-gara cewek kita putus hubungan," kata rizal.
"Putus hubungan sama nyamuk," kata dimas.
"Iya udah, aku mah ngalah, yang jelek ngalah," kataku.
"Terus gitu kau hid," kata rizal.
"Terus aku harus gimana zal, guling-guling terus bilang, aku gak
kuat," kataku.
"Kau biasa melambaikan tangan di cctv itu, sambil buka celana
ya," kata dimas.
"Hahaha,"tawa rizal dan dimas.
"Kok kalian gak ketawa," kata dimas.
"Ha ha ha," kataku.
Dimas menggelengkan kepalanya.
"Gak ikhlas," kata dimas.
ilham dan veri datang menghampiri kami dan kami tertawa
bersama di sinilah rombongan kami terbentuk.
Dan waktu perjalanan pulang.
"Hid," kata dimas.
"Cewek yang kau kenal banyak, terus waktu kau dekat kau
kecewakan, sekarang cewek ini lagi, mau kau apa sih hid," kata
292
dimas.
"Aku gak tahu dim," kataku.
"Kalau kau masih suka sama iis, gak bisa lupain dia, kejar dia
nanti terlambat di lamar sama orang barulah menangis kau," kata
dimas.
"Aku gak yakin dia nerima aku lagi," kataku.
"Belum kau coba udah bilang kayak gitu kau, jadi laki-laki jangan
lemah," kata dimas.
Dan sesampainya di depan rumahku.
"Siang ini kau keluar, apa nanti malam," kataku.
"Liat nantilah gimana enaknya," kata dimas.
"Iya udah hati-hati kau di jalan," kataku.
"Yoo," kata dimas.
Malam harinya hujan lebat kami malam ini gak kumpul dan aku
tidur lebih cepat.
Keesokan harinya dimas sedikit terlambat karena mengantar
adiknya terlebih dulu.
"Hari ini pakai motormu kan hid," kata dimas.
"Iya kenapa motormu," kataku.
"Bocor motorku, nanti pulang sekolah aja nembelnya," kata dimas.
"Belum mandi wajib kau makanya bocor," kataku.
"Aaah, ayok cepat terlambat nih," kata dimas.
"Hahaha," tawaku.
"Ketawa kau," kata dimas.
Hampir sedikit lagi kami sampai di sekolah ban motorku.
"Kok goyang nih motor," kataku.
"Berhenti dulu," kata dimas.
293
"Bocor, gak jelas kau dim," kataku.
"Kok aku pula yang kau salahin," kata dimas.
"Belum mandi kau pasti, sekali bocor, udahlah, dapat kulkas kau,"
kataku
"Udah kita tuntun aja, bentar lagi nyampe," kata dimas.
"Udah kita murid yang paling buruk, pinter enggak terlambat pula,
mau jadi apa Indonesia ini punya makhluk kayak gini, ganteng
enggak buruk hidup lagi," kataku.
"Kalau kau ngomong terus, kapan nyampenya," kata dimas.
Dan ada yang lewat cewek tapi seakan-akan dia.
"Haaah, nasib orang jelek gini, jangankan di tanya, di lihat pun
enggak, nasib-nasib," kataku.
"Kau ganteng hid, tapi lihatnya pakai pipet," kata dimas.
"Gak nyadar, bilangin orang dia," kataku.
Sesampainya di sekolah.
"Kalian kok terlambat," kata eka scurity sekolah.
"Capek nih mas, bocor ban," kata dimas.
"Push up dulu kalian," kata eka.
"Haa, yang bener aja mas," kata dimas.
"Iya bener," kata eka.
"Gini aja mas, kami parkir motor dulu di dalam barulah kami
mau," kata dimas.
"Iya udah masuk kalian," kata eka.
Saat kami menuntun ke dalam, ternyata ada yang terlambat
seorang cewek, eka fokus sama cewek tersebut dan kami pun.
"Udah kita ke kantin aja," kata dimas.
Dan eka membiarkan cewek tersebut masuk ke dalam dan gak di
beri hukuman.
"Eeeh, kalian berdua mau ke mana," kata eka dari jauh melihat
294
kami.
"Ke kelaslah mas," kata dimas.
"Push up dulu," kata eka.
"Gak mas terima kasih, cewek itu aja gak di suruh push up," kata
dimas.
"Sini dulu," kata eka.
"Udah biar aja, kita ke kantin aja," kata dimas.
"Terkadang ada juga akalmu dim ya," kataku.
"Gini-gini anak ustad nih," kata dimas.
"Apa hubungannya," kataku.
"Ada itu," kata dimas
Kami menghampiri rizal, ulum, veri, dan ilham di kantin.
"Tumben kalian gak di hukum," kata veri.
"Sekolah punya kami kok, di hukum," kata dimas.
"Pesan aja minuman, goreng," kataku.
"Ulang tahun kau hid," kata ilham.
"Tiap hari ulang tahun wahid," kata dimas.
Saat kami sedang minum dan makan gorengan ulum tiba-tiba.
"Bentar ya," kata ulum dan pergi.
"Mau kemana si ulum zal," kata dimas.
"Jadi kalian belum tau," kata rizal.
"Tau apa zal," kata ilham.
"Dia kan udah jadian sama anak kelas satu," kata rizal.
"Sakit hati kawan," kata dimas.
"Gak, ngapain aku sakit hati," kataku.
"Biarlah dia bersenang-senang dulu," kata rizal.
"Kita masuk kelas yok," kataku.
295
"Yok, nanti guru masuk gak tau," kata rizal.
Aku berpura-pura mencari uang di saku celanaku dan.
"Aduh aku lupa, uangku ketinggalan di rumah," kataku.
"Terus ini gimana," kata veri.
"Ham bayarkan dulu ham," kataku.
"Nyusahin aku aja kau hid," kata ilham.
"Alah gak terasa bayar segitu, gaji bapak banyak," kata rizal.
"Iya gak terasa, tau-tau lenyap aja di kantong," kata dimas.
"Udah aku bayar, besok ganti ya hid," kata ilham.
"Besok aku ganti, kalau udah sukses," kataku.
"Gitu kau hid" kata ilham.
Sampai di dalam kelas, kami duduk di bangku masing-masing
rizal dan ulum duduk di depanku, ilham dan veri duduk di
belakangku sedangkan aku duduk dengan dimas dan kami duduk
paling belakang dekat dengan tembok dan jauh dari guru, tapi
guru belum datang.
"Dim uangku untuk kita nembel ban nanti, terus uangmu untuk
makan ntah minum," kataku.
"Kalau makan uangku gak cukup hid," kata dimas.
"Ya udah kita minum aja nanti tempat bibi," kataku.
Dan guru pun masuk, kami mengikuti pelajaran sampai selesai,
dan tiba waktu pulang.
jalan ke parkiran.
"Rizal sama ulum mana, perasaan tadi bareng," kataku.
"Kita nembel ban aja dulu, nanti pasti duluan mereka pulang,"
kata dimas.
"Hid aku duluan ya," kata ilham.
296
"Hati-hati kau di jalan," kataku.
"Hati-hati di culik tante-tante," kata dimas.
"Haha," tawa ilham.
Pulang sekolah kami menembel ban motor terlebih dahulu, kami
cukup lama karena bengkelnya ngantri banyak juga yang ban
motornya bocor menunggu satu jam lamanya akhirnya siap dan
dimas mengajak aku untuk minum dulu di tempat bibi karena
haus, dan kami melihat motor yang kami kenal parkir di depan
warung bibi.
"Ini kan motor rizal dim, kok ada di sini," kataku.
"Berarti rizal ada di dalam," kata dimas.
"Ngapain di sini dia merokok enggak, jam segini kok belum
pulang dia," kataku.
Sekolah pulang pukul 14.25 WIB, dan kami nembel ban satu jam
kalian boleh hitung sendiri jam berapa rizal menunggu di sini.
"Kita lihat aja di dalam," kata dimas.
kami bertemu adi sembiring yang mau pulang.
"Biring mau ke mana kau," kataku.
"Aku mau pulang, kena marah nanti aku sama mama aku," kata
adi.
"Ada rizal," kata dimas.
"Ada di dalam," kata adi.
"Ya udah pulang kau anak mama," kata dimas.
"Ooo jelek," kata adi.
Kami pun bertemu rizal di dalam.
"Ngapain kau zal di sini, kok belum pulang," kataku.
"Nungguin ulum, sama ceweknya di sekolah," kata rizal.
297
"Gak ada lagi orang di sekolah zal," kataku.
"Gak ada pikirannya si ulum, nungguin sampai sore kayak gini
kau zal," kata dimas.
"Udah aku susul tadi, dia bilang bentar lagi, ya udah aku
tunggulah," kata rizal.
"Kapan dia bilang zal," kataku.
"Udah hampir satu jam," kata rizal.
"Udah sore ni zal, mau nunggu sampai kapan, sekolah udah
sepi," kata dimas.
"Ya mau gimana lagi orang tuanya tau kalau aku yang jemput,
apa kata orang tuanya nanti kalau tau ulum pulang kok gak sama
aku," kata rizal.
"Ya udah sekarang kita jemput ke dalam sekolah," kataku.
Aku dan rizal pergi ke dalam sekolah dengan motor.
"Hid ke kelas kita dulu sepatu ulum ketinggalan," kata rizal.
Aku melihat ada sepatu tertinggal di pintu kelas, saat rizal masuk
ke dalam rizal mempergok veri sedang mesum dengan seorang
cewek dan cewek itu satu kelas dengan kami juga, rizal
membiarkan mereka dan langsung menghampiriku, dan kami
lanjut mencari ulum.
"Lum keluar kau Lum," kataku.
Gak lama ulum pun keluar kelas.
"Tega kali kau suruh rizal nunggu kau sendirian, nih sepatumu
pulang kau," kataku.
Aku melemparkan sepatu itu, dan kemudian aku dan rizal pergi,
dan kemudian di jalan rizal cerita bertemu veri di dalam kelas.
Tibanya kami di warung bibi.
298
"Ayo kita pulang," kataku.
"Tapi hid ini minumannya, rokoknya," kata dimas.
"Ya udah bayar, minumnya bungkus," kataku.
"Marah, tapi masih ingat juga sama minum, minta di bungkus
lagi," kata dimas.
Aku menyalakan motornya kemudian.
"Rizal , kita tinggal hid," kata dimas.
"Udah kalian duluan aja," kata rizal.
Kami pun pergi meninggalkan rizal, yaa mungkin aku gak tau
siapa yang salah di antara kami, dan kalian sendiri yang menilai,
siapa yang salah siapa yang benar.
Pelajaran yang bisa kita dapat dari judul ini iyalah, Jangan
mengorbankan seorang teman untuk kebahagiaan kita sendiri.
.
299
19. Tawuran
Malam ini terlihat sedikit mendung tapi bintang masih terlihat,
malam ini aku gak keluar atau nongkrong bersama teman, gak
tau kenapa perasaanku gak enak malam ini, dan sebaiknya aku
memutuskan untuk gak keluar, keesokan harinya dimas
menjemputku dan seperti biasa aku belum siap mandi, setelah
semua siap aku berangkat bersama dimas.
"Motor baru," kataku.
"Baru pinjam iya," kata dimas.
Seperti biasa kalau pagi aku yang menyetir, kalau pulang gantian
dimas yang nyetir.
"Hid kau kenapa tadi malam gak kumpul," kata dimas.
"Aku gak enak badan," kataku.
"Bisa juga orang kayak kau sakit," kata dimas.
"Jelek-jelek gini juga manusia," kataku.
"Siapa yang bilang kalau kau jelek, kau ganteng," kata dimas.
"Kalau ganteng, sampai sekarang gak jomblo," kataku.
"Kau yang kurang berani sama cewek, masak iya tunggu cewek
dateng terus dia bilang wahid aku suka sama kau, ya gak
mungkinlah, kalau gantengnya kayak justin bieber mungkin ada
yang bilang gitu, ngaca broo ngaca," kata dimas.
"Turunlah kau jalan aja jalan," kataku.
300
"Terus gitu kau hid, aku pikir-pikir kita sekarang lagi naik motorku,
kok kau yang nyuruh aku turun," kata dimas.
"Iya juga, aku baru sadar, ini juga bukan motormu, kau pun
pinjam," kataku.
"Cepat kau hid, nyetirnya," kata dimas.
"Kok jalannya becek," kataku.
"Tadi malamkan hujan," kata dimas.
"Aku kok gak tau ya," kataku.
"Ooo, gak tau," kata dimas.
"Ngomongmu kok ngejek gitu," kataku.
"Apa sih salah terus aku di matamu," kata dimas.
"Mata kaki," kataku.
"Emosi," kata dimas.
"Enggak," kataku.
"Emosi," kata dimas.
"Enggak," kataku.
"Emosian struk kau nanti," kata dimas.
"Kebanyakan ngomong, ompong kau nanti," kataku.
"Memang ompong," kata dimas.
Setelah kami sampai di sekolah.
"Tumben kita gak telat," kataku.
"Bukan kita gak telat, kita paling terakhir, itu orang yang terlambat
lagi di hukum," kata dimas.
"Kita pura-pura cuek aja, berlagak kayak orang yang gak telat,"
kataku.
Karena kami berangkat gak pernah bawa tas dan buku kami
taruh di laci meja, jadi guru berfikir kami gak terlambat, jadi kami
301
selamat dari hukuman, untuk teman-teman yang masih sekolah
jangan di tiru ya itu gak baik di contoh.
Sebelum masuk kelas seperti biasa kami kumpul di kantin, aku
melihat ulum murung hari ini gak seperti biasanya dan pasti rizal
tau soal ini karena setiap saat berangkat dan pulang mereka
selalu bersama, saat kami semua kumpul ilham dan veri juga ada,
kami tertawa gak tau apa yang di bicarakan tiba-tiba ulum.
"Aku duluan ke kelas ya," kata ulum.
Kami terdiam sejenak sampai rizal bicara.
"Nanti lah lum bareng," kata rizal.
"Kenapa kau lum, benci sama kami, kata ilham.
"Bukan sama kami tapi sama kau," kata veri.
"Iya lum, kau benci sama aku," kata ilham.
"Aku lagi gak enak badan, aku duluan ke kelas ya," kata ulum.
ilham dan veri memesan makanan dan mereka makan sedikit
lebih jauh dari kami, Di situ dimas bertanya ke rizal soal ulum.
"Ulum kenapa zal," kata dimas.
"Tapi kalian jangan bilang siapa-siapa," kata rizal.
"Iya pasti," kata dimas.
Dan rizal berbicara soal ulum tapi dengan suara yang gak terlalu
keras seperti berbisik tapi terdengar jelas, rizal menceritakannya,
sampai lonceng masuk pun berbunyi.
Setelah selesai dan waktu istirahat, kami duduk di teras kelas di
teras itu ada bangku yang terbuat dari besi yang di sediakan oleh
sekolah, kami semua duduk di bangku itu dan kami melihat
cewek ulum yaitu novi duduk di bangku di bawah pohon dan
302
mengembalikan handphone kepada seorang cowok, dan cowok
itu orang yang kami kenal, namanya danang dia satu kejuruan
dan satu kelas dengan adi, novi belum sadar kalau ulum duduk
bersama kami sampai akhirnya novi melihat kami yang duduk di
depan kelas sambil melihat dia, novi pun pergi karena udah
tertangkap basah dan ulum akhirnya.
"Aku masih belum percaya sampai dia sendiri yang bilang, kalau
dia gak ada hubungan apa-apa sama danang," kata ulum.
"Udah jelas kau lihat sendiri, dia duduk bareng, masih belum
percaya juga, ntahlah lum, kalau aku cowok dia langsung aku
putusin lum," kata rizal.
"Ntah lah zal, emang dasar ulum yang keras kepala," kata dimas.
Ulum pergi ke bawah pohon dan duduk di bangku lalu dimas dan
rizal mengikuti ulum aku di ajak sama rizal sebaiknya aku
menolak atau.
"Ayo dim sama ulum di bawah pohon," kata rizal.
"Ayok," kata dimas.
"Kita gangguin dia, yok hid," kata rizal.
"Kalian aja zal, aku mau lihat olahraga tenis meja aja," kataku.
Novi menghampiri ulum kemudian dimas dan rizal menghampiri
ke bawah pohon dengan membawa gitar, setelah itu aku
melewati mereka karena tenis meja gak jauh dari mereka hanya
jarak tiga pohon kira-kira dua puluh meter dari mereka, dan saat
aku melewati mereka.
"Hid sini lah hid," kata rizal.
"Mau lihat tenis meja, biar pinter," kataku.
303
Dan dari jauh aku melihat mereka, rizal bermain gitar
menyanyikan lagu sedangkan dimas mempraktekkan video clip
dari lagu itu, ulum dan novi yang berada di depan mereka
menjelaskan atau mengklarifikasi hubungan antara novi dan
danang, ulum memutarkan wajahnya dan kemudian pergi ke toilet
gak tau kenapa, gak lama kemudian ulum datang lagi ternyata
ulum mencuci mukanya, menurut cerita dari rizal dan dimas, ulum
menangis tapi ulum.
"Lum kau nangis," kata dimas.
"Enggak, tadi waktu cuci muka kena mata," kata ulum.
Dimas dan rizal saling bertatapan bukan karena mereka saling
suka ya, karena mereka tau ulum pasti bohong.
"Gak mungkin zal, cuci muka matanya kok merah, biar kita gak
tau kalau ulum nangis, gengsi zal di depan kita nangis," kata
dimas.
"Haha," tawa rizal.
Dimas dan rizal melambaikan tangan dari kejauhan menyuruhku
untuk datang ke mereka, dan aku menolak, sebaiknya aku gak
mengganggu mereka aku memilih jauh dari mereka dari pada aku
memperkeruh suasana, rizal hanya bisa tertawa, dan aku tau apa
yang ada di dalam pikiran rizal, sebetulnya ulum udah tau soal ini
dari salah satu temannya, dan ulum gak percaya kalau gak
langsung melihat dari mata kepalanya sendiri, setelah semua
selesai menjelaskan, ulum memutuskan untuk bertahan dengan
novi menurut ulum dia adalah cewek yang dia cari selama ini,
hufh sebaiknya aku gak ikut campur soal urusan mereka, aku gak
304
mau berbicara dan menjelaskan ke ulum soal cewek itu dan pasti
ulum gak percaya, aku berpura-pura menyukai cewek itu agar
ulum mundur dan gak mendekati cewek itu tapi semua sudah
terlanjur.
Setelah pulang sekolah, kami ke tempat bibi dan ada salah satu
teman kami yang di ancam kalau salah satu teman kami hampir
di keroyok oleh anak SMA, dan mereka meminta bertemu
kapanpun dan di mana pun seberapapun jumlah kalian itu kata
anak SMA kami tantang anak SMK, kami diam sejenak dan
mereka ribut gak tau apa yang di bicarakan.
"Kalau cuma ngomong aku pun bisa, sekarang ayo kita
berangkat," kataku.
"Kita kurang orang," kata teman.
"SMK kita udah di lecehkan sama mereka, kita hajar aja orang
itu," kata teman.
"Sebaiknya kita kumpulkan orang dulu, siapa yang mau ikut,"
kata teman.
"Aku ikut sama kalian," kata rizal.
"Akhirnya rizal ikut juga," kata teman.
"Setidaknya ada masa-masa sebelumnya kelulusan," kata rizal.
"Aku juga ikut, siapa tau dapat sepukul dua pukul," kata adi.
"Terus kau yang di pukul," kata dimas
"Sekarang kita berangkat," kata salah satu teman.
Kami keluar dan aku di hampiri dimas.
"Hid bensin kita habis," kata dimas.
"Ya udah isi dulu, bibi kan jual an, nih uangnya" kataku.
"Bentar aku ambil bensinnya," kata dimas.
Aku menyuruh mereka duluan, dan menunggu di lokasi.
305
"Kalian duluan aja, aku ngisi bensin, tunggu aja di sana," kataku.
"Kami duluan hid," kata teman.
"Hati-hati di jalan," kataku.
Setelah itu dimas mengisi.
"Lambat kali kau pong, aku duluanlah," kata adi.
"Jauh-jauh kau," kata dimas.
"Agak cepat kau dim," kataku.
"Sabarlah penumpang nurut sama supir," kata dimas.
"Aku berangkat pelan-pelan ya," kata rizal.
Rizal dan ulum berangkat duluan
Setelah selesai aku dan dimas berangkat, kami menyalip rizal
dan berkata.
"Cepat sedikit zal," kata dimas.
Jalan sedikit becek karena hujan tadi malam.
"Boleh cepat tapi hati-hati," kataku.
"Santai aja kau di belakang," kata dimas.
"Santai aja dim," kataku.
Gak lama aku bilang gitu, ban motor depan terpeleset, dan
kamipun jatuh.
Dimas tertimpa motor.
"Aduuuuh kakiku," dimas kesakitan.
"Itu lah kau gak percaya kan aku udah bilang, hati-hati," kataku.
Kemudian aku berdirikan motor itu dan rizal pun berhenti.
"Hufh, kalau udah gini siapa yang repot," kata rizal.
"Cari penyakit aja kau dim," kata ulum.
"Kalian bukannya bantuin, malah marah-marah, orang kena
musibah ini," kata dimas.
306
"Kau kan tau jalan licin kena hujan, masih ngebut aja," kata rizal.
"Jadi kita mau lanjut apa pulang nih," kataku.
"Kita bagusin motor ini dulu, aduh bengkok lagi setangnya, rem
pun bengkok," kata dimas.
"Ya udah ayok," kataku.
Saat dimas mencoba menyalakan motornya.
"Mogok lagi," kata dimas.
"Di mana ada bengkel," kataku.
"Deket sini ada bengkel," kata dimas.
"Kau survei dulu zal, cari bengkel," kataku.
"Oke," kata rizal.
"Kita dorong ini," kataku.
"Enggak hid, kita tinggal aja motor ini di sini, ya dorong mau
gimana lagi," kata dimas.
"Ini yang di bilang udah jatuh ketimpa tangga, gak ada tangga
motor pun jadi," kataku.
Setelah itu gak lama rizal datang.
"Ada bengkel dekat di situ," kata rizal.
Sesampainya di bengkel.
"Dekat-dekat dari hongkong," kata dimas.
"Yang penting udah nyampe," kata rizal.
Setelah kami panggil, orangnya gak juga keluar.
"Tv di dalam rumah menyala, orangnya kok gak ada, niat gak ini
buka bengkel," kata dimas.
"Udah terus panggil, jangan ngeluh," kataku.
"Assalamualaikum, permisi," kata dimas.
Cukup lama kami di situ, dan waktu kami mau pergi.
"Udah kita cari yang lain bengkelnya," kata rizal.
"Keburu magrib," kataku
307
"Assalamualaikum," kata dimas.
"Udah, jangan di paksa," kataku.
"Ada apa," kata yang punya bengkel.
"Ada yang bengkok motornya, bisa benerin bang," kata dimas.
"Udah tutup," kata yang punya bengkel.
"Ya udah bang, makasih ya bang," kata dimas.
Kami pun akhirnya pergi, satu pertanyaan untuk kalian bisa
bayangin kalau kamu di posisi dimas, susah payah dia
memanggil lama juga menunggu, begitu keluar ternyata
jawabannya seperti itu, sebaiknya kamu jangan bayangkan, kamu
gak akan kuat.
Kamipun memutuskan untuk pulang dengan keadaan motor yang
seperti itu, dengan stang yang bengkok untungnya motor itu
setelah di hidupkan motor itu hidup.
Kami sampai dengan selamat di rumah dan gak terjadi apa-apa,
Pelajaran yang bisa kita kutip dari judul ini, masalah bisa di
selesaikan dengan cara baik-baik, tapi lihat situasi masalah itu,
kita harus berfikir panjang sebelum kita bertindak sebelum
musibah menimpa kita, mungkin dengan cara ini yang maha
kuasa menunjukkan supaya kami jerah dan kapok.
.
308
20. Lulus SMK
Pagi ini aku dan dimas berangkat lebih awal dari biasanya dan
pagi ini kami berangkat menggunakan motorku, sebelum ke
sekolah kami sarapan tempat bude, setelah selesai sarapan kami
langsung berangkat, kami mampir ke warung bibi pagi ini, karena
menurut aku, kami berangkat terlalu ke pagian, sesampainya
kami di tempat bibi seperti biasa mereka udah pada kumpul.
"Ke mana kemaren kau hid," kata veri.
"Liat di bibir dimas, bengap, di hajar sama anak SMA," kataku.
"Gak percaya aku," kata robi.
"Kemarin dimas jatuh dari motor, ya udah kami gak jadi
berangkat," kataku
"Lagian kemarin gak jadi ribut, sempat datang cuma mereka
bilang, itu salah paham," kata robi.
"Gak serulah," kata dimas.
"Kalau pun kami jadi, kalian ke mana," kata veri.
"Alah, ngapain di ributin, sekarang kita masuk kelas, keburu pintu
gerbangnya di tutup," kataku.
Kami pun masuk ke sekolah, dan pintu gerbang belum di tutup,
padahal waktu udah masuk.
Setelah kami masuk kelas, kami mendapatkan informasi hari ini
309
gak belajar, tapi menulis kisi-kisi karena kami sebentar lagi akan
ujian nasional.
karena sebentar lagi kami lulus, di masa inilah masa sibuk-
sibuknya yang nulis, ujian, ujian, ujian dan ujian.
"Ribet kali pun," kata dimas.
"Namanya kita udah mau lulus broo," kataku.
"Bisa gak kalau langsung lulus aja," kata dimas.
"Bisa, caranya kau bilang ke kepala sekolah, pak saya keluar dari
sekolah ini, pasti kau langsung lulus," kataku.
"Itu bukan lulus tapi di keluarin dari sekolah," kata dimas.
"Lagian kau minta yang gak-gak jalani aja hidup ini, yang
waktunya ujian ya udah kerjakan, yang waktunya sekolah ya
masuk, waktunya tidur ya makan," kataku.
"Waktunya tidur kok makan," kata dimas.
"Jadi," kataku.
"Susah ngomong sama iQ nya jongkok," kata dimas.
"Masih mending jongkok dari pada kau, tengkurap," kataku.
"Udah ah aku mau ke kantin," kata dimas.
"Tuuh kan baru di bilang, waktunya di kelas dia malah ke kantin,
aduh emang susah punya iQ tengkurap," kataku.
Aku pun ikut ke kantin karena dimas gak boleh sendiri.
"Ikut juga kau ke kantin," kata dimas.
"Kawatir aku samamu, takut nyasar," kataku.
"Alasan," kata dimas.
"Lagian kalau kau di kantin sendirian gak bisa menghabiskan
gorengan," kataku.
"Kalau samamu," kata dimas.
"Minimal berkuranglah," kataku.
Setelah kami di kantin, kami memesan minuman makan
310
gorengan dan menikmati hidangan yang ada di kantin tiba-tiba
kami di datengin ke kantin.
"Wahid dimas, mau naik kelas apa gak, waktunya belajar kok di
kantin," kata bu eva.
"Iya bu, dimas yang ngajak bu," kataku.
"Masuk semua," kata bu eva.
Aku berdiri dan ingin masuk kelas, sedangkan dimas masih
duduk.
"Saya belum sarapan pagi bu," kata dimas.
"Ya udah dimas makan dulu," kata bu eva.
"Tapi bu," kataku.
"Wahid masuk," kata bu eva.
"Aduh perut saya laper bu," kataku.
"Alasan, baru selesai makan dia bu," kata dimas sambil
menunjukkan wajah ngejek.
"Kamu jangan bohong sama ibu, udah kamu masuk," kata bu eva.
"Iya buu," kataku.
"Dimas selesai makan kamu langsung masuk ya," kata bu eva.
"Siap bos," kata dimas.
Aku langsung berangkat masuk kelas.
"Hufh, emang nasip orang jelek selalu mujur," kataku.
Setelah aku masuk, kami langsung menulis catatan, hobi yang
paling aku gak suka yaitu menulis dan membaca, kenapa harus
mencatat, gak lama kemudian dimas masuk.
"Assalamualaikum," kata dimas.
"Walaikum salam, langsung mencatat dimas," kata bu eva.
"Siap bu," kata dimas.
311
"Enak yang habis makan ya," kataku.
"Kita seimbang, makananmu belum aku bayar," kata dimas.
"Kok belum kau bayar, gak seimbang, ini gak adil," kataku.
"Makanya jangan nyalahin aku, kena kau kan," kata dimas.
"Yang bekerja tangan bukan bibir," kata bu eva.
"Diam kau dim," kataku dengan pelan.
"Aku terus yang kau salahin," kata dimas.
Sepanjang pelajaran kami hanya menulis setelah itu istirahat
setelah itu menulis lagi, sampai satu minggu full, dan sampai
pada saatnya kami ujian menggunakan komputer, ujian ini hanya
memakan waktu tiga hari menggunakan komputer, ujian inilah
yang berpengaruh lulus atau tidak siswa, saat ujian bahasa
Inggris di mulai.
"Semua duduk dan tunggu kode yang di bagikan," kata pengawas.
Dimas gak begitu jauh dari aku duduk, yang duduk di sebelah kiri
ku ilham di sebelah kiri ilham yaitu ulum, di sebelah kananku
cewek aku lupa namanya, di sebelah kanan cewek itu veri,
sedangkan dimas tepat di depan veri, kami duduk saling
berhadapan tentunya di halangi oleh komputer.
Saat kode sudah di bagikan dan semua siswa sudah mulai
mengerjakan, ada satu orang yang belum mengerjakan, dan aku
mencoba untuk menanyakannya menggunakan bahasa isyarat.
"Kok kau belum ngerjakan juga," kata isyaratku.
"Kalau cuma bahasa inggris, gampang," kata isyarat dimas.
"Sombongnya sama badannya gak jauh beda besarnya," kataku
berbicara sendiri.
Aku melanjutkan mengerjakan ujian sedangkan dimas masih
312
bersantai, aku baru mengerjakan setengah dari soal itu dimas
setelah itu berdiri dan.
"Kamu sudah siap," kata pengawas.
"Sudah bu," kata dimas.
"Sudah di teliti lagi," kata pengawas.
"Sudah bu," kata dimas.
"Kalau sudah, simpan dan boleh keluar," kata.
"Baik bu," kata dimas.
Setelah itu dimas pun keluar.
"Cepat kali dimas hid," kata ilham.
"Itulah dimas, iQ nya di atas rata-rata ayam," kataku.
"Hahaha," tawa ilham.
Dimas jadi orang pertama yang keluar, kemudian disusul oleh
siswa yang pintar bahasa inggris, sudah hampir semua siswa
selesai mengerjakan.
"Hid ayo, lama kali kau," kata ilham.
"Tunggu ham, dikit lagi, tunggu," kataku.
"Aku tunggu, tapi cepet kau," kata ilham.
Setelah aku selesai, kami pun keluar meskipun ilham menunggu
cukup lama, kami ke kantin karena dimas dan lainnya pasti di situ.
"Lambat," kata dimas.
"Bukan lambat, tapi hati-hati," kataku.
"Gimana pun aku mikir sekuat tenaga tetap aja yang namanya
bahasa inggris aku gak bisa," kata rizal.
"Gimana kau ngerjakannya tadi," kataku.
313
"Aku tanya dulu, gimana kau ngerjakannya," kata dimas.
"Asal centang aja," kataku.
"Kami pun sama, asal centang juga," kata dimas.
Saat itu juga ilham menggelengkan kepalanya.
"Inilah contoh masa depan yang suram," kata ilham.
"Kayak kau gak asal centang, aku cium tanganmu kalau kau bisa
ngerjakan," kata dimas.
"Bener kau ya, tadi aku artikan dulu," kata ilham.
"Coba artikan ini, aku pergi berangkat ke sekolah dengan sepeda
motor, coba artikan," kata dimas.
"My school," kata ilham langsung di potong oleh dimas.
"Gitu aja udah salah kau, gak yakin aku" kata dimas.
"Haha," tawa ilham.
"Udah kalian berdebat sama aja buat orang pintar ketawa, kalian
itu terlihat bodoh di depan mereka," kataku.
"Kena kalian berduakan," kata rizal.
"Maafkan kami ketua geng," kata dimas.
"Maaf ketua," kata ilham.
"Hahaha"tawa kami.
Setelah ujian berakhir berbulan-bulan lamanya kami pun
mencabut nomer kelulusan apakah kami layak di luluskan atau
tidak.
Waktu itu di sore hari dan kami kumpul di sekolah gak semua
314
murid di kumpulkan hanya anak kelas tiga, kami di kumpulkan di
lapangan upacara mendengarkan pidato kepala sekolah.
"Assalamualaikum wr wb,"
"Walaikum salam wr wb,"
"Selamat sore anak-anak semuanya," kata kepala sekolah.
"Selamat sore pak," kata kami semua.
"Sebelum kalian di luluskan, bapak akan memberi sedikit pidato
yang mungkin, ini pidato terakhir untuk kalian dari saya kenapa
terakhir, karena nanti setelah ini kalian sudah lulus, bapak
ucapkan selamat yang telah lulus dari sekolah SMK Negeri 1
lubuk batu jaya, bapak juga ucapkan beribu-ribu meminta maaf
kepada kalian yang belum bisa lulus dari sekolah ini, semoga di
kedepan hari nanti kalian setelah lepas dari sekolah ini kelak
menjadi orang yang bisa membanggakan kedua orang tua kalian,
setelah ini kalian ambil amplop ke wali kelas kalian sendiri,
amplop itu berisi tulisan, lulus atau tidak lulusnya kalian, bapak
akhiri pidato singkat ini, assalamualaikum wr wb," kata pak
Martias.
"Walaikumsalam wr wb," jawab kami.
Kamipun kumpul di tempat wali kelas berdiri, satu persatu nama
di panggil.
"Kau gak deg-degan dim," kataku.
"Aku udah wajib lulus," kata dimas.
"Sombong," kataku.
"Aku deg-degan hid, coba nih pegang," kata ilham.
"Iya kencang," kataku.
315
"Iyakan, lulus gak aku ini, kalo gak lulus aku warisan, mungkin
nama aku di hapus dari kartu keluarga," kata ilham.
"Lebay," kata dimas.
"Diam aja kau dim," kata ilham.
"Amplop ilham," kata bu erna wali kelas.
Menarik nafasnya terlebih dulu kemudian ilham mengambil
amplop itu.
"Hid buka apa gak ini," kata ilham.
"Buka aja," kataku.
Saat ilham ingin merobek amplop itu.
"Aku nunggu kau hid," kata ilham.
Dan kemudian.
"Dimas dan Wahid ambil amplopnya," kata bu erna.
Kami kumpul dan saat kami ingin membuka amplop itu.
"Maaf firda dan engki cuma itu amplopnya gak ada lagi," kata bu
erna.
Info sedikit engki ini seorang perempuan.
"Eeh, sebentar firda sama engki kenapa itu kok nangis," kataku.
"Kita lihat," kata ilham.
Firda dan engki menangis karena gak mendapatkan amplop, firda
menangis di tenangkan gusti sedangkan engki di tenangkan rini.
"Firda udah gak enak di liat banyak orang," kata gusti.
"Engki udah," kata rini.
"Aku gak mau tinggal kelas, gak mau sekelas sama mereka adek
kelas, cowoknya jelek-jelek," kata engki.
"Aah, ini orang, cowoook aja yang ada di pikirannya, bilang orang
jelek lagi kayak cantik aja dia," kata dimas.
"Kok kau yang emosi," kataku.
"Aku gak terima dia bilang gitu," kata dimas.
316
"Kalau gak terima, samperin dia peluk cium sekalian, haha,"
kataku.
"Coba dim, haha" kata ilham.
"Coba-coba kalau dia cantik, iya aku peluk dia, ini udah jelek
pakai nangis lagi," kata dimas.
"Kayak ganteng aja kau ngomongin orang jelek," kataku.
"Hahaha," tawa ilham.
"Hapus air mata kalian coba kalian rayu kepala sekolah, supaya
kalian di luluskan," kata bu ayunda.
Mereka berdua pergi menghampiri kepala sekolah yang sedang
duduk di bangku bawah pohon.
Dengan wajah yang habis menangis mereka menghampiri kepala
sekolah.
"Pak," kata mereka berdua.
"Iyaa," kata pak martias.
"Kami mau lulus pak," kata firda.
"Kalian semua bapak luluskan, ada yang gak di luluskan yang
udah keluar dari sekolah ini," kata pak martias.
"Jadi pak kami berdua," kata firda.
Pak martias menganggukkan kepala dan berkata.
"Iya kalian lulus,"
"Dan ini amplop kalian, selamat ulang tahun firda engki," kata bu
ayunda.
Ini semua rencana temen-temennya firda, meskipun sedikit
keterlaluan, untuk kejutan di hari ulang tahun, yaaa bolehlah
sedikit deg-degan.
ilham baru membuka amplopnya.
317
"Yes aku lulus," kata ilham.
"Seorang firda aja gak lulus gimana aku," kataku.
"Untungnya cuma pura-pura," kata ilham.
Dan akupun membuka amplopku, Wahid Edy Sulistio di nyatakan
lulus,.
"Alhamdulillah aku lulus," kataku.
"Kau terlambat, semua udah senang kau baru di buka
amplopnya," kata dimas.
"Hid kita lulus," kata rizal.
"Selamat ya zal," Kataku.
"Selamat juga hid, kita ucapin selamat buat firda," kata rizal.
"Boleh," kataku.
Aku dan rizal menghampiri firda.
"Firda selamat ulang tahun ya," kata rizal.
"Makasih rizal," kata firda.
"Firda," kataku.
"Iya hid," kata firda.
"Selamat ulang tahun ya, maaf kalau gak kasih hadiah," kataku.
"Gak papa hid, makasih ya hid udah ngucapin," kata firda.
"Firda kita foto-foto yok," kata gusti.
Setelah kami keluar dari sekolah kamipun pergi ke kota untuk
merayakan kelulusan kami, saat perjalanan menuju kota.
"Hid nanti kita minta aja kalau mau coret-coret di baju," kata
dimas.
"Cari gratisan," kataku.
318
"Iya lah, mahal hid kalau beli, uangku udah habis di tempat bibi
tadi," kata dimas.
Saat ada yang mencoret bajunya di jalan kami minta, sampai
kami di kota baju kami setidaknya sudah tercoret.
"Gitu caranya hid, hebat kan ide ku," kata dimas.
"Kadang-kadang pikiranmu mengalir juga ya dim," kataku.
"Siapa dulu, dimas," kata dimas.
Tujuan kami ke kota, kami pergi ke bukit nama bukit itu bukit cinta,
sebuah bukit yang cukup indah di zamannya, semua orang
kumpul di sini termasuk sekolah lain juga, sampai saat ini bukit ini
menjadi salah satu tempat untuk merayakan kelulusan, kira-kira
nih kalau semua kumpul dari sekolah lain juga kira-kira
panjangnya 1km panjangnya antrian gak terhitung ada berapa
orang di jalan raya ini dan di sebelah jalan raya ini ada bukit yang
menghiasi keindahannya.
Kami merayakan kelulusan bersama sekolah lain juga sampai
terbenamnya matahari, setelah itu karena aku, dimas, rizal dan
ulum gak ada yang bawa uang kami langsung pulang sedangkan
veri dan ilham melanjutkan perjalanan mereka kamipun berpisah,
saat arah pulang kami di susul dari belakang oleh adi sembiring.
"Kalian mau ke mana," kata adi.
"Pulanglah mau ke mana lagi," kata dimas.
"Kau gak ikut makan-makan sama orang itu," kataku.
"Gak ada duit," kata adi.
"Sama, makanya kami pulang," kataku.
"Haha, udah aku tebak," kata adi.
"Aku lapar," kata ulum.
319
"Makan itu rumput," kata dimas.
"Gak boleh gitu kau dim," kataku.
"Dengar itu wahid," kata rizal.
"Makan tuh batu," kataku.
"Hahaha," tawa kami.
"Kita berhenti nanti tempat bibi, beli roti nanti kita," kata rizal.
Kami menuju ke tempat warung bibi karena searah jalan pulang.
Sesampainya kami di warung bibi.
"Bi beli roti," kata dimas.
"Ambil sendiri dimas, bisa kan," kata bibi.
"Gak bisa bi, haha," kata dimas.
"Dari mana bang, kok sampai malam," kata bibi.
"Dari kota bi," kata adi.
"Kok jauh perpisahannya," kata bibi.
"Biar seru bi," kata adi.
"Pesan minum bi, sama rokok ketengan," kata dimas.
"Punya duit kau dim," kataku.
"Santai aja aku ada," kata dimas.
Kami merokok yang gak merokok cuma ulum dan rizal.
Setelah selesai kami pun lanjutkan pulang karena udah terlalu
malam, sesampainya di depan rumahku.
"Aku langsung pulang hid," kata dimas.
"Hati-hati di culik tante-tante," kataku.
"Amiin," kata dimas.
"Haha," tawa kami.
320
Dimas langsung pergi, mengegas motornya dan aku langsung
mandi dan beristirahat.
Pesan yang bisa di sampaikan yaitu, kompak dalam suatu hal itu
boleh, yang terpenting kehati-hatian dalam melakukannya,
kompak melakukan hal yang baik itu sangat bermanfaat, kompak
melakukan hal yang buruk itu sangat merugikan bukan cuma
orang lain tapi diri sendiri, modal percaya itu gak cukup.
321
21. Hari Pernikahan
Hari ini aku bangun siang karena aku udah gak sekolah lagi,
semua orang sibuk mempersiapkan untuk mendaftar kerja, kalau
nanti ijazah keluar mereka langsung mendaftarkan lamaran
mereka, sedangkan aku memilih untuk diam di rumah, itu bukan
keputusan dan aku gak tahu arah jalanku mau ke mana.
Setelah ijazah keluar rizal dan ulum mengambilnya terlebih dulu,
kerena rizal mau berangkat secepatnya ke batam untuk langsung
bekerja sedangkan ulum bekerja di salah satu pabrik yang ada di
dekat desa ini bukan sebagai karyawan melainkan sebagai buruh
harian yang berangkat dari subuh dan pulang sebelum magrib.
Saat malam hari kami di warung, sebetulnya warungnya udah
tutup tapi kami masih nongkrong di depannya setidaknya sambil
menjaga, aku, ulum, rizal dan dika yang ada di depan warung ini.
"Hid kita ambil ijazah kita besok yok," kata rizal.
"Hufh, ijazahku mau di kemanakan," kataku.
"Aku bekerja untuk butu loncatan aja, sambil nunggu lowongan
pekerjaan," kata ulum.
"Aku mau berangkat ke batam, aku juga berharap di sana ada
322
kerjaan," kata rizal.
"Siapa aja yang baru kerja dari desa ini Lum," kataku.
"Aku, dedi, ivan, nanang, satu lagi abangku rifa'i," kata ulum.
"Pendaftarannya apa aja," kataku.
"KTP sama kartu keluarga," kata ulum.
"Gak pakai ijazah," kataku.
"Buruh hid, gak butuh ijazah," kata ulum.
"Tapi kau kok ngambil ijazah," kataku.
"Siapa tau ada lowongan kerja yang lain," kata ulum.
"Aku daftarkan lum," kataku.
"Boleh, kita kumpulkan bareng," kata ulum.
"Ijazahku lain kali aja di ambil, gak apa jadi buruh dulu" kataku.
"Ooh iya, soleh juga udah kerja di situ, tapi dia jarang masuk gak
tau kenapa," kata ulum.
"Kenapa ya," kataku.
"Gak usah di pikirkan, yang penting kita kerja, kami pulang ya"
kata ulum.
"Kok cepet," kataku.
"Kami besok ngambil ijazah hid, harus pagi," kata rizal.
"Ya udah, hati-hati semoga sukses di batam," kataku.
"Ammiin," kata rizal.
Dan sekarang aku hanya bersama dika.
"Hid buat apa kau kerja," kata dika.
Aku perlihatkan foto seseorang dan foto itu seorang cewek yang
bernama iis maryati.
"Aku berniat dik, kalau nanti aku punya pekerjaan tetap terus aku
bisa nabung, aku mau melamar dia," kataku.
"Dia pacar mu," kata dika.
"Iya, tapi dulu waktu SMP, cuma aku ragu," kataku.
323
"Ragu kenapa," kata dika.
"Apa iya dia bisa nerima aku lagi," kataku.
"Kau cepet putus asa," kata dika.
"Itu lah dik, namanya juga manusia," kataku.
Setelah lamaran kami di kumpulkan dan kami belum juga di
panggil, dua hari setelah itu ulum di panggil dan langsung bekerja
sedangkan kami belum dan masih menunggu, Malam harinya
kami kumpul di rumah ulum.
"Gimana kerjaannya Lum," kata dedi.
"Enak, yaa bisa di bilang gak terlalu berat, tapi hati-hati sama
pinggang," kata ulum.
"Encok," kata dedi.
"Sakit pinggang coy, ooh iya besok kalian udah boleh masuk,"
kata ulum.
"Bener lum," kata dedi.
"Iya beneran," kata ulum.
"Besok kumpul di rumahku dulu ya coy, kau juga hid, berangkat
bareng kita," kata dedi.
"Iya,tapi cepat kau bangunnya," kataku.
"Iya tenang aja, Jam berapa kita berangkat," kata dedi.
"Habis subuh kita berangkat," kata ulum.
"Oke, jangan begadang kita coy," kata dedi.
"Kau yang sering ngajak kami begadang," kata nanang.
324
Malam ini kami pulang lebih awal biasanya kami main kartu
sampai larut malam bahkan pernah sampai hampir pagi, dan
keesokan harinya kami kumpulkan di rumah dedi kami sudah
kumpul semua dan dedi belum juga bangun.
"Mananya dia belum bangun," kata nanang.
"Masih," kata ivan.
"Lagian ini masih terlalu pagi kita berangkat," kata ulum.
"Gimananya kau bilangnya jam segini kita berangkat," kata rifa'i.
"Ya gak jam segini juga, kepagian kita ini, mandor nya belum
bangun," kata ulum.
"Kok malah berantem kalian," kataku.
"Haha, biarin aja hid, seru liat mereka berdua berantem," kata
nanang.
Gak lama kemudian dedi keluar.
"Nungguin coy, lagi masak dulu untuk bekal makan siang," kata
dedi.
"Udah siap," kata nanang.
"Sebentar lagi, kalian minum teh aja dulu," kata dedi.
"Jangan repot-repot ded, keluarin aja semua," kata ulum.
Selesai kami minum teh kami pun berangkat dan kami bertemu di
perjalanan orang yang kami kenal, dia manusia setengah hantu di
mana-mana ada.
"Hello gaes," kata adi sembiring.
"Biring, kerja kayak ulum juga kau," kata dedi.
"Iya gaes," kata adi sembiring.
"Aduh, kau lagi biring," kataku.
"Eeeh wahid apa kabarmu," kata adi sembiring.
"Sakit," kataku.
325
"Mana adekmu, gak ikut," kata adi sembiring.
"Siapa," kataku.
"Dimas ompong," kata adi sembiring.
"Di telan bumi dia," kataku.
"Haha, kau lah hid-hid," kata adi sembiring.
Setelah kami sampai semua di lokasi kami melihat semua orang
udah kumpul dan sedang apel pagi, kamipun ikut berbaris di
belakang.
Mandor memberitahu tugas dan kami menyimak apa yang
mandor bicarakan setelah itu kamipun bergegas untuk bekerja
sampai azan dzuhur berkumandang waktunya kami untuk
beristirahat, kami kumpul bercerita tertawa bersama mandor,
seminggu kemudian manager (bahasa Indonesia, menejer)
datang berkunjung untuk mengecek beres atau tidaknya
pekerjaan kami, manager berjalan dan melihat ada yang gak
beres oleh kerjaan kami, dan manager memutuskan untuk
memecat kami semua jika pekerjaan kami tidak beres lagi kami di
beri kesempatan yang ke dua, rifa'i, nanang dan ivan
memutuskan untuk tidak bekerja lagi karena pekerjaan ini tidak
pantas untuk mereka itu pendapat mereka, dan mereka bilang
" kalau kayak gini terus bukan badan yang capek lelah tapi
telinga ini yang capek dengerin manager itu ngomong".
Itu hak mereka mau keluar atau tidak, aku, ulum dan dedi masih
tetap bertahan, sekitar tiga bulan kemudian ada berita yang
membuat aku gak percaya, saat aku bersama ulum tepatnya
beberapa hari sebelum tanggal 03 Februari 2018.
326
"hid yang sabar ya," kata ulum.
"Sabar kenapa lum," kataku.
"Kau belum tau," kata ulum.
"Tau apa lagi, ngomong yang jelas kan bisa gak usah muter-
muter, intinya," kataku.
"iis mau nikah," kata ulum.
"Gak mungkin," kataku.
"Aku sendiri juga gak percaya, tapi di grup WhatsApp dia yang
bilang," kata ulum.
"Kok bisa," kataku.
"Aku baru ingat kau gak masuk grup, sebentar ya aku undang
kau masuk," kata ulum sambil memegang handphonenya.
Awalnya aku gak percaya, tapi setelah aku masuk grup, semua
pertanyaan di kepalaku terjawab.
"Kau udah aku masukkan grup," kata ulum.
"Iya," kataku.
"Hid aku pergi dulu ya, ini malam minggu, aku mau ke pasar,"
kata ulum.
Dan gak lama ulum pergi, dika pun dateng dan duduk di
sebelahku.
"Ulum mau ke mana hid," kata dika.
"Mau ke pasar," kataku.
"Kau kenapa hid, kepikiran apa, coba cerita," kata dika.
"Kau kok tau aku kayak gini," kataku.
"Semua orang pasti tau dengan raut wajah kayak gini," kata dika.
"iis nikah dik," kataku.
327
Dengan raut wajah kaget atau meledak dika menjawab.
"Haaah, cewek itu," kata dika.
"Iya masa cowok," kataku.
"Cewek yang kau berniat mau ngelamar dia," kata dika.
"Iya," kataku.
"astagfirullah," kata dika.
Aku melihat ke arah dika dan menundukkan kepalaku.
"Maaf hid, aku kaget," kata dika.
"Hufh,"
Gak lama aku pulang dan gak tau apa yang ada di kepalaku saat
itu, dan aku masih gak percaya dengan kejadian ini, saat itu aku
di kamar ingin tidur berharap ini hanya sebuah mimpi, aku
berharap.
Keesokan harinya saat ingin berangkat kerja, aku berangkat ke
rumah dedi dengan keadaan belum tidur dan saat aku sampai di
rumah dedi ulum sudah ada di situ.
"Hid, kau kerja aku pikir kau gak kerja," kata ulum.
Aku terdiam dan berkata.
"Mana dedi," kataku.
"Ngambil motor," kata ulum.
Gak butuh waktu lama dedi keluar.
"Ayo langsung berangkat," kata dedi.
Kami pun berangkat, saat di tempat kerja kejadian yang aneh
terjadi.
"Hid kau kerja yang semangat, kau di lihat atasan," kata dedi.
"Siapa namamu kerja yang benar," kata mandor.
"Iya ndor," kataku.
328
Waktu atasan pergi.
"Kau niat kerja gak, kalau gak niat kerja sebaiknya pulang aja,"
kata mandor dengan lantang.
Aku berbalik arah, meninggalkan kerjaan itu, aku menyalakan
motorku kemudian aku pergi dari tempat itu.
"Masih banyak lagi yang mau kerja, bukan cuma kau," kata
mandor.
aku memutuskan untuk berhenti dari kerjaan ini.
"Ternyata benar kata bapak, bekerja di tempat itu orang sulit,"
kataku di motor menuju rumah.
Sesampainya aku di rumah.
"Hid kok cepet pulangnya," kata ibuku.
"Iya, kepalaku sakit," kataku.
"Mau minum obat," kata ibu.
"Aku mau tidur aja, nanti juga sembuh," kataku.
Aku pun langsung ke kamar dan langsung bisa tidur nyenyak, aku
gak tau ke jadian apa saat aku tidur, aku terbangun karena perut
aku lapar dan ternyata kejadiannya aku tidur nyenyak sampai
sore.
Aku duduk dan berkata.
"Ternyata benar, cuma mimpi," kataku.
Setelah itu aku mengambil handphone aku melihat kembali
handphone aku, kemudian aku melihat WhatsApp.
"Ternyata aku salah, ini bukan mimpi iis emang mau nikah,"
kataku.
329
Aku langsung mandi berharap hati ini akan tenang, setelah
selesai mandi tetap aja hati ini belum juga tenang, dan sebaiknya
aku sholat agar lebih tenang, selesai sholat aku berdo'a dan di
situ aku bingung, gak tau harus berdo'a apa, hanya ikhlas yang
bisa membuat hati ini lebih tenang.
Sore itu siska dan rani bertemu aku, memberikan undangan
pernikahan, awalnya aku gak tau kalau itu mereka karena mereka
menggunakan helm.
"Wahid akhirnya ketemu," kata rani.
"Sini hid," kata siska.
"Siapa sih panggil-panggil," kataku.
Saat membuka helm baru lah aku mengenal mereka ternyata
mereka siska dan rani.
"Sini hid," kata rani.
Aku menghampiri mereka.
"Ini undangan pernikahan dari iis," kata siska.
"Jangan sedih ya hid," kata rani.
"Iya, ngapain sedih," kataku.
"Hid," kata rani.
"Iyaa, gak sedih, kok kalian yang kasih," kataku.
"Besok pernikahannya, gak mungkin dia yang kasih ke kamu,"
kata rani.
"Pamali, kata orang tua dulu," kata siska.
"Iya udah makasih ya," kataku.
"Kamu dateng hid," kata rani.
"Mungkin," kataku.
"Masih banyak cewek hid, semangat," kata siska.
"Iyaaa," kataku.
330
"Kami pergi yaa, jangan sedih hid," kata rani.
"Iya iya," kataku.
Tanggal 03 Februari 2018 pun tiba, pagi hari saat ijab kabul, aku
membawa kado dengan bungkus kecil, hati aku mulai teriris
saat pengantin pria berkata di depan penghulu,
"Saya terima nikahnya"
Dan yang terakhir.
"Di bayar tunai dan SAH"
Hati aku cuma berkata saat itu.
"Aku rindu senyuman itu, sekarang dia udah bahagia, kalau aku
yang mendampingi dia, mungkin dia gak sebahagia ini, Teruslah
tersenyum, aku yakin nanti aku bisa mendapatkan wanita
sepertimu yang bisa aku bahagiakan sepenuh hati ini, aku yakin
itu"
Aku pun pergi dan meninggalkan kado itu bersama kado yang
lainnya.
Mungkin gak pesan yang bisa di kutip dari judul ini, yang ada di
benakku hanya kata ini pesan yang bisa di ambil.
Ini pesannya
"Aku pernah mencintaimu dengan sederhana meskipun tak selalu
bisa sempurna.
Tapi, sekarang ini justru perasaanku terasa jauh lebih sempurna.
Saat aku melihat kamu bahagia dengan seseorang, yang mampu
mengisi kekurangan dan kelebihanmu.
Selamat berbahagia, do‟a terbaikku akan selalu terkirim untukmu,
jadilah wanita yang terbaik".
331
Aku ingin memberi tau soal isi kado yang aku kasih ke iis, aku
pernah bilang ke dia.
Suatu saat aku akan memberikan setangkai bunga ke dia,
sekarang aku sudah menempati janjiku.
Yang ada di dalam kado itu adalah setangkai bunga yang layu.
.
22. Mengenang masa lalu
Hari ini seperti hari yang suram mungkin sangat suram, setelah
ke tempat acara pernikahan aku langsung ke danau, tempat di
mana waktu aku memberikan setangkai rumput yang aku cabut
dan aku berikan kepada iis, aku sangat gak menyangka ternyata
secepat itu waktu berlalu duduk bersama dia, tertawa, dan
melihat senyum indahnya dan sekarang itu akan menjadi sebuah
kenangan dan dimas datang menghampiriku ke danau itu dan
aku gak tau dari mana dia datang tiba-tiba dimas sudah ada di
sampingku.
"Keingat masa lalu," kata dimas sambil melemparkan batu ke
arah danau.
"Atau kau mau bunuh diri," kata dimas masih melempar batu.
332
Setelah itu dimas berhenti mungkin capek, kemudian dia bilang.
"Beberapa hari ini aku sakit, kau sendiri sibuk sama pekerjaanmu,
sampai kau gak bisa meluangkan waktumu untuk jenguk aku,
waktu aku baru pulang dari rumah sakit aku melihat ada
undangan pernikahan di atas meja kamarku, dan aku gak tau dari
siapa undangan itu, waktu aku buka dan membaca nama itu yang
pertama kali yang aku ingat kau hid, aku baru pulang dari rumah
sakit dan seharusnya aku di rumah untuk istirahat sekarang, aku
langsung pergi ke rumahmu kata ibumu, dari pagi dia udah
berangkat ke acara pernikahan, aku ke lokasi semua udah sepi
dan aku yakin kau di sini, sekarang aku mau tanya ke kau,
sampai kapan kau harus kayak gini," kata dimas.
Aku menjawab.
"Hufh, Aku gak tau,"
"Ini bukan wahid yang aku kenal, masih banyak wanita yang lebih
baik dari dia," kata dimas.
Aku hanya bisa terdiam.
"Tunjukkan hid kalau kau bisa, tunjukkan sama iis, kalau kau bisa
mendapatkan wanita yang lebih baik, yang lebih pantas untuk kau
bahagiakan, bukan iis," kata dimas.
Aku melihat ke arah dimas dan berkata.
"Gak seharusnya kau bilang gitu," kataku.
Dan kemudian aku pergi, baru berapa langkah, kemudian dimas.
"Kau mau pergi, atau kau mau terus ingin mendapatkan iis,
seakan-akan iis mau menggagalkan ini semua demi kau, hee kau
gak akan pernah bisa mendapatkan iis, karena kau gak pantas
untuk dia, makanya dia ninggalin kau, cuma itu jawabannya hid,"
kata dimas.
333
Dimas menghampiri aku kemudian kata-kata ini yang buat aku
tersenyum.
"Kita boleh jelek, kita laki-laki kita berhak untuk memilih wanita
mana yang bisa membuat kita tersenyum," kata dimas.
Aku kemudian diam dan kemudian aku melihat dimas dan dan
dimas pun tersenyum.
"Kau anggap aku ini perempuan, kau senyum gitu," kata dimas
dan kemudian memukuliku.
Berakhir sudah cerita aku, akhirnya akupun hidup dengan
bahagia, hahaha.
Belum bahagia cepet banget bahagianya, jangan lupa juga kalian
membaca buku saya selanjutnya di tunggu aja pasti keluar.
Pesan terakhir dari saya ini lah dia.
Cinta pertama itu bukanlah cinta yang sejati, tapi cinta sejati itu
adalah cinta yang pertama.
Jangan pernah menyerah walaupun akhirnya sakit, tetap
berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan,
Dan tetap tersenyum meski hati menangis, Hati ini sudah merasa
lebih baik.
jadikanlah hari esok hari yang menyenangkan.
Saya Wahid Edy Sulistio, percaya cinta sejati itu pasti ada.
334
Kau adalah wanita sempurna
Bagiku kau sesosok malaikat yang
Datang di depan wajahku
Sifatmu yang selalu membuat
Emosi dan ambisiku menjadi reda
Melihat tawa dan senyummu
Mendengar suara dan senandungmu
Itu sudah cukup bagiku
Kau adalah anugrah terindah yang tuhan berikan
Yang pernah aku miliki.