toc peraturanbatubara ind

4
DAFTAR ISI 1. PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PLTU KONDISI DAN PROSPEKNYA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kebijakan pendukung 1.3. Kesiapan industri dalam negeri 1.4. Perkembangan pembangunan PLTU batubara 1.5. Kebijakan pemerintah yang diperlukan 1.6. Latar belakang dan asumsi 1.6.1. Latar belakang 1.6.2. Asumsi 1.7. Sepuluh wilayah alami krisis ketenagalistrikan 1.8. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1.8.1. Teknologi PLTU 1.8.2. Kinerja PLTU 1.8.3. Investasi PLTU 1.8.4. Keekonomian PLTU 1.8.5. Kelebihan pembangkit mulut tambang 1.8.6. Hambatan pembangunan pembangkit mulut tambang 1.8.7. Harga beli listrik PLTU 1.9. Crash programme 10.000 MW 1.9.1. Peraturan Presiden Nomor 71 & 72 Tahun 2006 1.9.2. Pemasok batubara untuk crash programme 10.000 MW 1.9.3. Pendanaan 1.9.3.1. Pemerintah menjadi penjamin pinjaman 1.9.3.2. Utang kredit ekspor PLN masuk APBN 1.9.4. Tender dikaji ulang 1.10. PLN mulai lelang transmisi dan gardu induk Rp 18 trilyun menyongsong PLTU 10.000 MW 1.10.1. Latar belakang 1.10.2. Ruang lingkup dan jumlah sarana 1.10.3. Sumber pendanaan proyek 1.10.4. Manfaat pembangunan proyek bagi peningkatan pelayanan pelanggan 1.10.5. Milestone PLN 1.11. Penandatanganan beberapa kontrak proyek strategis dibidang ketenagalistrikan 1.11.1. Access to site/Engineering Procurement and Construction (EPC) 1.11.1.1. Pembangunan PLTU 1.11.1.2. Perjanjian jual-beli gas 1.11.1.3. Perjanjian loan 1.11.1.2. Power purchase agreement (berupa program kemitraan bagi daerah krisis tenaga listrik) 1.12. Penutup 2. PERCEPATAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA 2.1. Pendahuluan 2.2. Kebijakan pendukung 2.3. Kesiapan industri dalam negeri 2.4. Rincian kemampuan industri dalam negeri untuk masing-masing skala PLTU 2.5. Perkembangan pembangunan PLTU Batubara 2.5.1. Proyek pembangkit PLN Jawa-Bali 2.5.2. Proyek pembangkit PLN luar Jawa-Bali 2.6. Kebijakan Pemerintah yang diperlukan 2.7. Penutup 3. POTENSI LAIN PEMANFAATAN BATUBARA 3.1. Batubara Cair (Coal Liquefaction) 3.1.1. Pencairan Batubara dan Arti Strateginya Dalam Penyediaan Energi Nasional 3.1.1.1. Latarbelakang 3.1.1.2. Arti Strategis Pencairan Batubara 3.1.1.2.1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap BBM 3.1.1.2.2. Pencairan Batubara dan Rantai BBM 3.1.1.3. Kebijakan Energi Mix (Sebagai Dasar Pengembangan Peran Batubara) 3.1.1.4. Balansi Material Pabrik Pencairan 3.1.1.5. Penyediaan Bahan Baku Untuk Pencairan Batubara dan Produknya Per Tahun 3.1.1.6. Produk yang Dihasilkan 3.1.1.7. Jumlah Pabrik Pencairan Batubara yang Dibutuhkan 3.1.1.8. Road Map Pencairan Batubara 3.1.1.9. Manfaat Nasional 3.1.1.9.1. Makro Ekonomi 3.1.1.9.2. Multiplying Effect 3.1.1.10.Upaya Percepatan 3.1.1.10.1. Kebijakan 3.1.1.10.2. Peratuan/ Regulasi yang Diperlukan 3.1.1.10.3. Insentif Ekonomi 3.1.1.10.4. Rantai Tata Niaga CSO 3.1.1.10.5. Kesimpulan

Upload: agung-inspirasi

Post on 12-Feb-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Toc Peraturanbatubara Ind

DAFTAR ISI

1. PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PLTU KONDISI DAN PROSPEKNYA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kebijakan pendukung 1.3. Kesiapan industri dalam negeri 1.4. Perkembangan pembangunan PLTU batubara 1.5. Kebijakan pemerintah yang diperlukan 1.6. Latar belakang dan asumsi 1.6.1. Latar belakang 1.6.2. Asumsi 1.7. Sepuluh wilayah alami krisis ketenagalistrikan 1.8. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1.8.1. Teknologi PLTU 1.8.2. Kinerja PLTU 1.8.3. Investasi PLTU 1.8.4. Keekonomian PLTU 1.8.5. Kelebihan pembangkit mulut tambang 1.8.6. Hambatan pembangunan pembangkit mulut tambang 1.8.7. Harga beli listrik PLTU 1.9. Crash programme 10.000 MW 1.9.1. Peraturan Presiden Nomor 71 & 72 Tahun 2006 1.9.2. Pemasok batubara untuk crash programme 10.000 MW 1.9.3. Pendanaan 1.9.3.1. Pemerintah menjadi penjamin pinjaman 1.9.3.2. Utang kredit ekspor PLN masuk APBN 1.9.4. Tender dikaji ulang 1.10. PLN mulai lelang transmisi dan gardu induk Rp 18 trilyun menyongsong PLTU 10.000 MW 1.10.1. Latar belakang 1.10.2. Ruang lingkup dan jumlah sarana 1.10.3. Sumber pendanaan proyek 1.10.4. Manfaat pembangunan proyek bagi peningkatan pelayanan pelanggan 1.10.5. Milestone PLN 1.11. Penandatanganan beberapa kontrak proyek strategis dibidang ketenagalistrikan 1.11.1. Access to site/Engineering Procurement and Construction (EPC) 1.11.1.1. Pembangunan PLTU 1.11.1.2. Perjanjian jual-beli gas 1.11.1.3. Perjanjian loan 1.11.1.2. Power purchase agreement (berupa program kemitraan bagi daerah krisis tenaga listrik) 1.12. Penutup

2. PERCEPATAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA 2.1. Pendahuluan 2.2. Kebijakan pendukung 2.3. Kesiapan industri dalam negeri 2.4. Rincian kemampuan industri dalam negeri untuk masing-masing skala PLTU 2.5. Perkembangan pembangunan PLTU Batubara 2.5.1. Proyek pembangkit PLN Jawa-Bali 2.5.2. Proyek pembangkit PLN luar Jawa-Bali 2.6. Kebijakan Pemerintah yang diperlukan 2.7. Penutup 3. POTENSI LAIN PEMANFAATAN BATUBARA 3.1. Batubara Cair (Coal Liquefaction) 3.1.1. Pencairan Batubara dan Arti Strateginya Dalam Penyediaan Energi Nasional 3.1.1.1. Latarbelakang 3.1.1.2. Arti Strategis Pencairan Batubara 3.1.1.2.1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap BBM 3.1.1.2.2. Pencairan Batubara dan Rantai BBM 3.1.1.3. Kebijakan Energi Mix (Sebagai Dasar Pengembangan Peran Batubara) 3.1.1.4. Balansi Material Pabrik Pencairan 3.1.1.5. Penyediaan Bahan Baku Untuk Pencairan Batubara dan Produknya Per Tahun 3.1.1.6. Produk yang Dihasilkan 3.1.1.7. Jumlah Pabrik Pencairan Batubara yang Dibutuhkan 3.1.1.8. Road Map Pencairan Batubara 3.1.1.9. Manfaat Nasional 3.1.1.9.1. Makro Ekonomi 3.1.1.9.2. Multiplying Effect 3.1.1.10.Upaya Percepatan 3.1.1.10.1. Kebijakan 3.1.1.10.2. Peratuan/ Regulasi yang Diperlukan 3.1.1.10.3. Insentif Ekonomi 3.1.1.10.4. Rantai Tata Niaga CSO 3.1.1.10.5. Kesimpulan

Page 2: Toc Peraturanbatubara Ind

3.1.2. Kondisi dan Prospek Pencairan Batubara Di Indonesia 3.1.2.1. Pendahuluan 3.1.2.1.1. Studi Kelayakan Pencairan Batubara Di Indonesia 3.1.2.1.2. Desain Acuan Pabrik Pencairan Batubara 3.1.2.1.3. Biaya Konstruksi Pabrik Pencairan 3.1.2.1.4. Komponen Biaya Konstruksi 3.1.2.1.5. Strategi Ke Arah Komersialisasi 3.1.2.2. Sumber Daya Batubara Indonesia 3.1.2.2.1. National Energy Mixed Target Per 2025 3.1.2.2.2. Sumber Daya dan

Cadangan Batubara Indonesia Posisi 2006

3.1.2.2.3. Kualitas Batubara Indonesia 3.1.2.2.4. Jumlah Sumber Daya Terukur dan Cadangan Di Kalimantan Timur 3.1.2.2.5. Kualitas Batubara Kalimantan Timur 3.1.2.2.6. Analisa Retort Beberapa Sample Batubara 3.1.2.3. Penyediaan dan Kebutuhan Batubara Untuk Bahan Baku Pencairan Batubara 3.1.2.3.1. Latar Belakang 3.1.2.3.2. Arti Strategis Pencairan Batubara 3.1.2.3.3. Pola Pikir 3.1.2.3.4. Pembangunan Pabrik Pencairan Batubara 3.1.2.3.5. Jumlah Pabrik Pencairan Batubara yang Dibutuhkan 3.1.2.3.6. Road Map Pencairan Batubara 3.1.2.3.7. Skenario Teknologi Pabrik Pencairan 3.1.2.3.8. Pasokan Batubara 3.1.2.3.9. Peraturan/Regulasi yang Diperlukan 3.1.2.3.10. Insentif Ekonomi 3.1.2.4. Kebijakan Pengusahaan Batubara Peringkat Rendah Sebagai Bahan Baku Batubara yang Dicairkan

3.1.2.5. Status Perkembangan Pencairan Batubara Di Indonesia 3.1.2.6. Prospek Pencairan Batubara Di Indonesia 3.1.2.7. Kesimpulan 3.1.3. Coal Liquefaction Program in Indonesia 3.1.3.1. Direct and Indirect Coal Liquefaction 3.1.3.2. Coal Liquefaction Program 3.1.3.2.1. Goal 3.1.3.2.2. Results 3.1.3.2.3. Current Status 3.1.3.3. Action Plan 3.1.3.4. Task of The Team 3.1.3.5. Stages of BCL Technology Development 3.1.3.6. The Purpose of Construction of Semi Commercial Plant 3.1.3.7. Road Map of Coal Liquefaction Commercialization 3.1.3.8. Possibility of Coal Liquefaction Plant Location 3.1.3.9. Concluding 3.2. Briket Batubara 3.2.1. Deskripsi Produk 3.2.1.1. Persyaratan 3.2.1.2. Teknologi Pembuatan Briket 3.2.2. Produsen Briket Batubara 3.2.2.1. Perkembangan Produksi dan Penjualan Briket 3.2.3. Perkembangan Ekspor 3.2.3.1.Pasaran Ekspor Cukup Potensial 3.2.3.2. Ekspor Menurut Negara Tujuan 3.2.4. Konsumsi 3.2.5. Prospek 3.3. Gas Metan Batubara (Coal Bed Methane) 3.3.1. The Prospects of Coal Bed Methane in Indonesia 3.3.1.1. Coal Bed Methane (CBM) Definition 3.3.1.2. Ideal Business Process vs Reality 3.3.1.3. `fIndonesian CBM Roadmap 3.3.1.4. Conventional Gas vs CBM 3.3.1.5. Comparison Summary (Conventional Gas vs CBM) 3.3.1.6. Cost Structure 3.3.1.7. Critical Elements for CBM Development 3.3.1.8. The Players 3.3.1.9. Fiscal Drivers for CBM Growth 3.3.1.10. Investor’ Concerns

Page 3: Toc Peraturanbatubara Ind

4. DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DI BISNIS BATUBARA 4.1. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor 1737 K/13/MEM/2008 tentang Penetapan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap Untuk Mengusahakan Gas Metaba Batubara Di Wilayah Kerja Gas Metana Batubara Blok “GMB Sekayu”

4.2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1736 K/13/MEM/2008 tentang Penetapan Wilayah Kerja Gas Metana Batubara, Bentuk Kontrak Kerja Sama dan Ketentuan Pokok Kerja Sama (Term and Condition) serta Mekanisme Penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batubara Dalam Penawan Wilayah Kerja Blok “GMB Sekayu” Tahun 2008

4.3. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 006 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Penerapan Kompetensi Profesi Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara

4.4. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 047 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembuatan Dan Pemanfaatan Briket Batubara Dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara

4.5. Peraturanm Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomorr 033 Tahun 2006 Tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara

4.6. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain 4..7. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 95/PMK.02 /2005 Tentang Penetapan Tarif Pungutan Ekspor Atas Batubara 4.8. Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.02/ 2005 Tentang Perubahan Keenam Atas Kep.Menkeu

No. 5/KMK.01/1993 Tentang Penunjukan Bank Sebagai Bank Persepsi Dalam Rangka Pengelolaan Setoran Penerimaan Negara

4.9. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1128 K/40/MEM/2004 Tentang Kebijakan Batubara Nasional 4.10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0002 Tahun 2004, Tentang Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Pengembangan Energi Hijau)

4.11. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0057K/40/MEM/2004, Tentang Perubahan Keputusan Menteri Nomor 680 K/29/M.PE/1997 Tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara 4.12. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor: 113.K/20.01/DJP/2000 Tentang Pemprosesan Persetujuan Prinsip Kontrak Karya (KK), Dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) 4.13. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 122.K/20.01IDJP/2000 Tentang Pemrosesan Permohonan Tahap Dan Peningkatan Tahap Kegiatan, Perubahan Luas Dan Batas Wilayah Pembatalan Dan Terminasi Kontrak Karya (KK) 4.14. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 123.K/20.01/DDJP/2000 Tentang Pemprosesan Permohonan Tahap Dan Peningkatan Tahap Kegiatan, Perubahan Luas Dan Batas Wilayah, Pembatalan Dan Terminasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) 4.15. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 145.K/20.01/DJP/2000 Tentang Pemrosesan Permohonan Surat Izin Bekerja Eksplorasi Kepada Pemegang KP Penyelidikan Umum 4.16. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 147.K/20/DJP/2000 Tentang Penerapan Standar Bidang Pertambangan Sub Bidang Pertambangan Umum 4.17. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 149.K/20.01/DJP/2000 Tentang Pemrosesan Permohonan Kuasa Pertambangan Penugasan 4.18. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan

Umum Nomor 157.K/20.01/DJP/2000 Tentang Pemrosesan Permohonan Surat Izin

Pengiriman Contoh Mineral Non Batubara Kepada Pemegang Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi Dan Kontraktor Kontrak Karya

(KK)

Page 4: Toc Peraturanbatubara Ind

4.19. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 256.K/25.04/DJP/1999 Tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Pengangkutan

dan Kuasa Pertambangan Penjualan Kepada Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi

4.20. Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 1261.K/25/Mpe/1999 Tentang Pengawasan Produksi Pertambangan Umum

4.21. Keputusan Menteri Pertambangan Dan EnergiNomor 191.K/29/M.PE/1998 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pengalihan Saham Yang Dimiliki oleh Warga Negara Asing dan/atau Badan Hukum Asing Kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

4.22. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 678.K/20/MPE/1998 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Kuasa Pertambangan Pemrosesan dan Pelaksanaan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

4.23. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 149.K/20.01/DDJP/1998

Tentang Pemberian Kuasa Pertambangan 4.24. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan

Umum Nomor 150.K/20.01/DDJP/1998 Tentang Tata Cara Persyaratan dan Pemrosesan Permohonan KontrakKarya

4.25. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 151.K/20.01/DDJP/1998 Tentang Tata Cara Persyaratan dan Pemrosesan Permohonan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara 4.26. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 472.K/20.01idjp/1998 Tentang Pemberian Izin Pemindahan Kuasa Pertambangan 4.27. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/Kmk.017/1997 Tentang Pengelolaan dan Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara

Bukan Pajak dari Dana Hasil Produksi Batubara

4.28. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara 4.29. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 114.K/213/DDJP/1997 Tentang Mekanisme Penyetoran Batubara Bagaimana Pemerintah yang Dijual Melalui Kerjasama Pihak Ketiga 4.30. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara 4.31. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 134.K/201/M/PE/1996 Tentang Penggunaan Peta, Penjelasan Batas Dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, Dan Kontrak Karya Batubara Di Bidang Pertambangan Umum 4.32. Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 135.K/201/M.PE/1996 Tentang Pembuktian Kesanggupan dan Kemampuan Pemohon Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan Kontrak Karya Batubara 4.33. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 154.K/27/Ddjp/1996 Tentang Tata Cara Pencadangan Wilayah Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK) Dan Kontrak Karya Batubara (KKB) 4.34. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 208.K/201/Ddjp/1996 Tentang Wilayah Eks Kuasa Pertambangan (KP)/Kontrak Karya (KK) / Kontrak Karya Batubara (KKB)/Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) 4.35. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 696.K/20/Ddjp/I996 Tentang Tata Cara Permohonan Perubahan Status Kuasa Pertambangan Menjadi Kontrak Karya