toba

10
Toba Pada masyarakat Toba atau tapanuli utara terdapat beberapa jenis ensambel musik, yaitu gondang sabangunan, gondang hasapi, dan uning- uningan. Gondang Sabangunan merupakan ensambel musik ter besar yang terdapat di Toba. Ensambel musik ini juga digunakan untuk upacara- upacara adat yang besar. Disamping gondang sabangunan, gondang hasapi adalah ensambel lebih kecil, kemudian uning-uningan. Sebutan untuk pemain musik ini secara keseluruhan — walaupun penyebutan untuk masing-masing instrumen juga ada disebut pargonsi (baca : pargocci). Terkadang disebut panggual pargonsi saja. Disamping ensambel tersebut juga masih terdapat alat-alat musik berupa solo instrumen dan yang digunakan sebagai alat-alat mendukung permainan atau lebih bersipat pribadi. Jika dikelompokkan secara organologi berdasarkan klasifikasi Horn von Bostel dan Curt Sach maka alat-alat musik Toba dapat dilihat sebagai berikut : Kelompok Idiofon : Oloan Oloan adalah salah satu gung berpencu yang terdapat pada Batak Toba. Oloan dimainkan secara bersamaan dengan tiga buah gung yang lain dalam satu ensambel, sehingga jumlahnya empat buah, yang juga dimainkan oleh empat orang pemain. Keempat gung ini biasa disebut dengan ogung, namun masing-masing penamaan ogung ini dibedakan berdasarkan peranannya di dalam ensambel musik. Oloan ini terbuat dari bahan metal/perunggu dengan sistem cetak. Sekarang ini bahan gung ini sudah banyak terbuat dari bahan besi plat yang dibentuk sedemikian rupa. Untuk membedakannya dengan suara ogung lainnya maka tuning yang dilakukan adalah dengan menempelkan getah puli (sejenis pohon enau) dibagian dalam gung tersebut. Semakin banyak getah puli tersebut, maka semakin rendahlah suara gung tersebut. Gung oloan berukuran garis menengah lebih kurang 32,5 cm, tinggi 7 cm, dan bendulan (pencu) ditengah dengan diameter lebih kurang 10 cm. Oloan dipukul pencunya dengan stick yang terbuat dari kayu dan pangkal ujungnya dilapisi dengan kain atau karet. Gung oloan selalu diikuti oleh gung ihutan dengan ritem yang sama, namun tidak akan pernah jatuh pada ritem yang sama (canon

Upload: winnie-anggie

Post on 25-Jun-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Toba

Toba

Pada masyarakat Toba atau tapanuli utara terdapat beberapa jenis ensambel musik, yaitu gondang sabangunan, gondang hasapi, dan uning-uningan. Gondang Sabangunan merupakan ensambel musik ter besar yang terdapat di Toba. Ensambel musik ini juga digunakan untuk upacara-upacara adat yang besar. Disamping gondang sabangunan, gondang hasapi adalah ensambel lebih kecil, kemudian uning-uningan. Sebutan untuk pemain musik ini secara keseluruhan — walaupun penyebutan untuk masing-masing instrumen juga ada disebut pargonsi (baca : pargocci). Terkadang disebut panggual pargonsi saja. Disamping ensambel tersebut juga masih terdapat alat-alat musik berupa solo instrumen dan yang digunakan sebagai alat-alat mendukung permainan atau lebih bersipat pribadi. Jika dikelompokkan secara organologi berdasarkan klasifikasi Horn von Bostel dan Curt Sach maka alat-alat musik Toba dapat dilihat sebagai berikut :

Kelompok Idiofon :

OloanOloan adalah salah satu gung berpencu yang terdapat pada Batak Toba. Oloan dimainkan secara bersamaan dengan tiga buah gung yang lain dalam satu ensambel, sehingga jumlahnya empat buah, yang juga dimainkan oleh empat orang pemain. Keempat gung ini biasa disebut dengan ogung, namun masing-masing penamaan ogung ini dibedakan berdasarkan peranannya di dalam ensambel musik. Oloan ini terbuat dari bahan metal/perunggu dengan sistem cetak. Sekarang ini bahan gung ini sudah banyak terbuat dari bahan besi plat yang dibentuk sedemikian rupa. Untuk membedakannya dengan suara ogung lainnya maka tuning yang dilakukan adalah dengan menempelkan getah puli (sejenis pohon enau) dibagian dalam gung tersebut. Semakin banyak getah puli tersebut, maka semakin rendahlah suara gung tersebut. Gung oloan berukuran garis menengah lebih kurang 32,5 cm, tinggi 7 cm, dan bendulan (pencu) ditengah dengan diameter lebih kurang 10 cm. Oloan dipukul pencunya dengan stick yang terbuat dari kayu dan pangkal ujungnya dilapisi dengan kain atau karet. Gung oloan selalu diikuti oleh gung ihutan dengan ritem yang sama, namun tidak akan pernah jatuh pada ritem yang sama (canon ritmik).

IhutanSeperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ihutan juga adalah merupakan gung berpencu yang digunakan dalam satu ensambel dengan tiga gung lainnya. Yang membedakannya dengan gong lainnya adalah ukurannya, bunyi, dan teknik permainannya. Ihutan berukuran dengan garis menengah (diameter) lebih kecil sedikit dari oloan, yaitu 31 cm, tinggi (tebal) 8 cm, dan diameter pencu lebih kurang 11 cm. Ritemnya konstan dan bersahut-sahutan dengan gong oloan (litany), sehingga bunyi sahut-sahutan antara dua gong ini secara onomatope disebut polol-polol. Gong ini juga dimainkan dengan mnggunakan satu stick yang terbuat dari kayu yang diobungkus dengan kain atau karet.Dimainkan oleh satu orang pemain.

Page 2: Toba

PanggoraPanggora juga adalah satu buah gong yang berpencu yang dimainkan oleh satu orang. Bunyi dari gung ini adalah pok. Bunyi ini timbul adalah karena gong ini dimainkan dengan memukul pencunya dengan stick sambil berdiri dan sisi gong tersebut dimute dengan tangan. Gong ini adalah gong yang paling besar dinatara keempat gong yang ada. Ukurannya adalah garis menengah 37 cm, tinggi (tebal) 6 cm dan diameter pencunya lebih kurang 13 cm.

DoalDoal juga adalah gong berpencu yang dimainkan secara bersahut-sahutan dengan panggora dengan bunyi secara onomatopenya adalah kel sehingga apabila dimainkan secara bersamaan dengan gong panggora akan kedengaran pok – kel – pok – kel dan seterusnya dengan ritem yang tidak berubah-ubah sampai kompisisi sebuah gondang (lagu) habis.

HesekHesek adalah instrumen musik pembawa tempo utama dalam ensambel musik gondang sabangunan. Hesek ini merupakan alat musik perkusi konkusi. Hesek ini terbuat dari bahan metal yang terdiri dari dua buah dengan bentuk sama, yaitu seperti cymbal, namun ukurannya relative jauh lebih kecil dengan diameter lebih kurang 10-15 cm, dan dua buah alat tersebut dihubungkan dengan tali. Namun sekarang ini alat musik ini terkadang digunakan sebuah besi saja, bahkan kadang-kadang dari botol saja.

GarantungAlat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai garantung dan wilahan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo (tunggal), namun dapat juga dimainkandalam satu ensambel.

Kelompok Membranofon

GordangGordang adalah gendang yang paling besar yang terdapat pada masyarakat Batak Toba, yaitu gendang yang diletakkan pada sebelah kanan pemain di rak gendang tersebut. Gordang ini biasanya dimainkan oleh satu orang pemain dengan menggunakan dua buah stik. Gordang adalah merupakan bagian dari gendang yang lain (taganing). Gendang Toba adalah salah satunya gendang yang melodis yang terdapat di Indonesia . Oleh karena lebih bersifat melodis dari perkusif, maka gondang ini menurut klasifikasi Horn von Bostel dan Curt Sach diklasifikasikan lebih khusus lagi yang disebut dengan drum-chime. Gordang merupakan gendang satu sisi berbentuk konis dengan tinggi lebih kurang 80 - 120 cm dengan diameter bagian atas (membran) lebih kurang 30–35 cm, dan dia meter bagian bawah lebih kurang 29 cm. Gordang ini terbuat dari kayu nangka yang dilobangi bagian dalamnya, kemudian ditutuip dengan kulit lembu pada sisi atas, dan sisi bawah sebagai pasak untuk mengencangkan tali (lacing) yang terbuat dari rotan (rattan). Bagian yang dipukul dari gendang ini bukan hanya bagian membrannya, tetapi juga bagian sisinya untuk menghasilkan ritem tertentu secara berulang-ulang. Ritemnya bersifat konstan.

Page 3: Toba

Taganing dan Gordang

Gordang biasanya dimainkan secara bersamaan dengan taganing. Gordang diletakkan disebelah kanan pemain (pargocci). Secara pintas gordang taganing adalah dianggap satu set karena bentuknya juga hampir sama,hanya saja dibedakan ukuran, letaknya juga dalam ensambel adalah dalam satu rak (hanger) yang sama.

TaganingTaganing adalah drum set melodis (drum-chime), yaitu terdiri dari lima buah gendang yang gantungkan dalam sebuah rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya bermacam-macam. Yang paling besar adalah gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil. Nadanya juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya. Taganing ini dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding dengan gordang yang rtelatif konstan, maka taganing adalah melodis.

OdapOdap adalah gendang dua sisi berbentuk konis. Odap juga terbuat dari bahan kayu nangka dan kulit lembu serta tali pengencang/pengikat terbuat dari rotan. Ukuran tingginya lebih kurang 34 –37 cm, diameter membran sisi satu 26 cm, dan diametermembran sisi 2 lebih kurang 12 –14 cm. Cara memainkannya adalah, bagian gendang dijepit dengan kaki, lalu dipukul dengan alat pemukul, sehingga bunyinya menghasilkan suara dap…, dap…, dap…, dan seterusnya. Alat musik ini juga dipakai dalam ensambel gondang sabangunan.

Kelompok Aerofon

Sarune BolonSarune bolon (aerophone double reed) adalah alat musik tiup yang paling besar yang terdapat pada masyarakat Toba. Alat musik ini digunakan dalam ensambel musik yang paling besar juga, yaitu gondang bolon (artinya : ensambel besar). Sarune bolon dalam ensambel berfungsi sebagai pembawa melodi utama. Dalam ensambel gondang bolon biasanya hanya dimainkan satu buah saja. Pemainnya disebut parsarune.

Sarune BolonTeknik bermain sarune ini adalah dengan menggunakan istilah marsiulak hosa (circular breathing), yang artinya, seorang pemain sarune dapat melakukan tiupan tanpa putus-putus dengan mengatur pernapasan, sambil menghirup udara kembali lewat hidung sembari meniup sarune. Teknik ini dikenal hampir pada semua etnis Batak. Tetapi penamaan untuk itu berbeda-beda, seperti di Karo disebut pulunama. Sarune ini terbuat dari kayu dan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (1) pangkal ujung

Page 4: Toba

sebagai resonator, (2) batangnya, yang sekaligus juga sebagai tempat lobang nada, dan (3) pangkal ujung penghasil bunyi dari lidah (reed) yang terbuat dari daun kelapa hijau yang dilipat sedemikian rupa yang diletakkan dalam sebuah pipa kecil dari logam, dan ditempelkan ke bagian badan sarune tersebut.

Sarune BuluSarune bulu (sarune bambu) seperti namanya adalah sarune (aerophone-single reed, seperti Clarinet) terbuat dari bahan bambu. Sarune ini terbuat dari satu ruas bambu yang kedua ujungnya bolong (tanpa ruas) yang panjangnya kira-kira lebih kurang 10 – 12 cm, dengan diameter 1 – 2 cm. Bambu ini dibuat lobang 5 biji dengan ukuran yang berbeda-beda. Pada pangkal ujung yang satu diletakkan lidah (reed) dari bambu yang dicungkil sebagian badannya untuk dijadikan alat penggetar bunyi. Lidahnya ini dimasukkan ke batang sarune tersebut, dan bisa dicopot-copot. Panjang lidah ini sendiri lebih kurang 5 cm. Sarune ini di Mandailing juga dikenal dengan nama yang sama.

SulimSulim (Aerophone : side blown flute) adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu seperti seruling atau suling. Sulim ini panjangnya berbeda-beda tergantung nada dasar yang mau dihasilkan. Sulim ini mempunyai 6 lobang nada dengan jarak antara satu lobang nada dengan lobang nada lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Namun secara melodi yang dihasilkan suling ini meskipun dapat juga memainkan lagu-lagu minor, tetapi lebih cenderung memainkan tangga nada mayor (major scale) dengan nada diatonis.

Sulim TobaPerbedaan sulim ini dengan suling-suling lainnya adalah, suara yang dihasilkan adalah selalu bervibrasi. Hal ini dikarenakan adanya satu lobang yang dibuat khusus untuk menghasilkan vibrasi ini, yaitu satu lobang yang dibuat antara lobang nada dengan lobang tiupan dengan diameter lebih kurang 1 cm, dan lobang tersebut ditutupi dengan membran dari bahan plastik, sehingga suara yang dihasilkan adalah bervibrasi.

Ole-OleOle-ole (Aerophone : multi-reed) adalah alat musik tiup yang sebenarnya termasuk ke dalam jenis alat musik bersifat solo instrumen. Alat musik ini terbuat dari satu ruas batang padi dan pada pangkal ujung dekat ruasnya dipecah-pecah sedemikian rupa, sehingga pecahan batang ini menjadi alat penggetar udara sebagai penghasil bunyi (multi lidah/reed). Alat musik ini juga terkadang dibuat lobang nada pada batangnya. Banyak lobang nada tidak beraturan tergantung kepada pembuat dan nada-nada yang ingin dicapai. Hal ini karena alat ini lebih bersifat hiburan pribadi. Pada pangkal ujungnya digulung daun tebu atau daun kelapa sebagai resonatornya, sehingga suara yang dihasilkan lebih keras dan bisa terdengar jauh. Alat musik ini bersifat musiman, yaitu ketika panen tiba.

MandailingSuku bangsa mandailing atau Tapanuli Selatan mempunyai ensambel musik yang terbesar adalah gordang sambilan (drum-chime) Gordang sambilan adalah berarti Sembilan buah gendang yang diletakkan didalam satu buah rak yang dimainkan oleh tiga orang,setiap pemainmenggunakan dua buah stik dari kayu. Gordang atau gendang ini adalah merupakan gendang yang terbesar yang ada di

Page 5: Toba

Sumatera Utara. Gordang ini berfungsi sebagai pembawa ritem tetap dan ritem variatif. Gendang ini dimainkan sambil berdiri. Sebagai pembawa melodi biasanya adalah sarune (aerofon,double-reed) atau sarune bulu, yaitu sarune yang terbuat dari bambu. Disamping instrumen itu juga ada dua buah gong, yaitu gong jantan (jantan) dan gong dadaboru (wanita) yang dipukul secara bergantian. Di ensambel ini juga terdapat dua buah talempong, yang diletakkan dalam satu rak yang dipukul secara bergantian, terkadang juga dipegang, seperti talempong pacik di minang kabau.

Karo

Masyarakat Karo sedikitnya ada dua ensambel music yang sering digunakan dalam konteks upacara adat yang ada yaitu, gendang telu sedalanen dan gendang lima sedalanen. Gendang lima sedalanen adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari lima macam yang di mainkan secara bersamaan. Pemain ensambel ini disebut sierjabaten atau penggual, walaupun masing-masing pemain instrumen mempunyai nama yang lebih khusus lagi. Alat musik yang digunakan dalam ensambel ini adalah, satu buah sarune (aerofon double-reed) sebagai pembawa melodi.Pemainnya disebut penarune. Satu buahgendang indung (membranofon,conical-drum) sebagai ritem variatif, pemainnya disebut penggual. Satu buah gendang anak, yaitu bentuknya sama dengan gendang indung, tetapi disisi badannya ditempel gendang yang lebih kecil dengan diameter 5 cm dan panjang lebih kurang 5 cm. Gendang ini berfungsi sebagai ritem konstan. Satu buah gung, yaitu satu buah gong sebagai pembawa tempo, pemainnya disebut simalu gung. Satu buah penganak, yaitu gong kecil, sebagai pembawa tempo, pukulannya merupakan kelipatan bunyi gong, jadi didalam satu gung terdapat dua kali pukulan penganak, penabuhnya disebut simalu penganak. Ensambel gendang lima sedalanen adalah ensambel music yang besar terdapat pada masyarakat Karo, dan ensambel ini dipakai untuk mengiringi upacara-upacara adat yang besar seperti perkawinan, kematian, guro-guro aron dan upacara-upacara besar lainnya. Sedangkan ensambel gendang telu sedalanen dipakai untuk upacara yang lebih kecil lagi.Ensambel yang lain adalah gendang telu sedalanen.Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari kulcapi (long-neck lute) atau balobat (aerofon, recorder) sebagai pembawa melodi. Pemainnya disebut perkulcapi atau perbalobat. Disamping instrumen pembawa melodi tersebut juga ada alat musik keteng-keteng (idiokordofon), yaitu satu ruas bambu yang dicungkil kulitnya sebagai senar. Instrumen ini sebagai pembawa ritem tetap dan variatif, dipukul oleh satu orang, tetapi terkadang keteng-keteng ini juga dipakai dua buah. Instrumen yang lain adalah mangkok mbentar (mangkuk putih) sebagai pembawa tempo, dimainkan oleh satu orang. Ensambel ini dipakai untuk mengiringi upacara-upacara yang bersifat ritual seperti erpangir kulau, raleng tendi dan sebagainya. Disamping ensambel musik tersebut pada masyarakat Karo juga masih ada ditemukan alat-alat musik yang bersifat solo instrumen, yaitu surdam (end-blown flute), murbab (sejenis rebab), genggong (jews harp) dan sebaginya. Secara lebih detail, maka masing-masing alat music yang terdapat pada masyarakat Karo adalah sebagai berikut, berdasarkan pengklasifikasian alat music berdasarkan Horn von Bostel dan Curt Sach.

Kelompok Idiofon.

Page 6: Toba

GungGung ini adalah gung berpencu yang terbuat dari bahan metal, yaitu kuningan atau perunggu. Menurut Jaap Kunst, keahlian membuat gung pada masyarakat Karo sebenarnya pernah ada, namun keahlian itu sudah punah. Gung yang dipakai orang Karo biasanya didatangkan dari Jawa, tetapi sekarang ini gung ini juga sudah dibuat oleh orang Karo sendiri. Bunyi gung yang bagus bagi masyarakat Karo disebutgung yang suaranya erbolo-bolo (ber-delay dan ber-echo). Oleh sebab itu meskipun didatangkan dariJawa, konsep bunyinya itu harus erbolo-bolo. Ukuran gung Karo diameternya lebih kurang 70 – 90 cmdengan diameter pencu (pencon) lebih kurang 10 – 12 cm. Antara pencu dan sisinya juga ditempa sedemikian rupa mengikuti bentuk sisinya, sehingga ada bagian tengahnya yang lebih rendah dari sisinya dan bagian antara pencunya. Gung ini biasanya digantung pada sebuah rak, dan dimainkan oleh satu orang yang disebut dengan simalu gung. Di dalam proses belajar, seorang sierjabaten (musisi Karo) harus belajar memukul gong dahulu baru bisa mempelajari instrumen lainnya. Hal ini karenapenanaman dan rasa tempo harus ditanamkan terlebih dahulu. Gung merupakan alat musik yang berfungsi sebagai pembawa tempo.

PenganakPenganak (small gong) adalah juga gong, namun karena sangat kecil sekali, maka disebut penganak. Penganak terbuat dari bahan yang sama dengan gung, bentuknya juga sama, hanya perbedaan ukuran. Diameter penganak lebih kurang 15 – 20 cm.

Keteng-Keteng

Keteng-keteng terbuat dari satu ruas buluh belin (bambu betung) dengan panjang lebih kurang 35 – 50 cm,tergantung panjang ruas bambunya. Pada bagian badan (ruas) bambu tersebut dicungkil untuk membuat senarnya, yang terdiri dari dua senar. Cungkilan tersebut di kencangkan dengan mengganjal dengan kayu. Kekencangan ukuran antara senar yang satu dengan senar yang lain adalah disetem berdasarkan kayu pengganjal tersebut. Meskipun instrumen ini mempunyai nada,tetapi dalam permainannya instrumen ini lebih bersipat perkusif. Oleh sebab itu kekencangan talinya diukuruntuk mewakili bunyi instrumen Karo yang lain, suara senar satu dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu untuk mewakili bunyi gendang anak (membranophone : conical-drum) dan bunyi penganak (small gong).Sedangkan senar yang kedua adalah untuk mewakili bunyi gung. Oleh sebab itu satu instrumen musik inisebenarnya mewakili tiga bunyi instrumen musik Karo, yaitu gendang anak, gung dan penganak.Didepan senar kedua di badan bambu biasanya dibuat lobang resonator, dan di senar dua itu sendiridilengketkan bambu persis di atas lobang resonator itu sendiri untuk menghasilkan suara gung yang erbolo-bolo seperti yang telah dijelaskan di atas.

Melayu

Melayu di Sumatera Utara yang paling dikenal adalahMelayu Deli, walaupun ada juga Melayu Langkat dan Serdang. Pada prinsipnya tidak ada hal-hal yang amat berbeda dari Melayu-melayu ini, perbedaan

Page 7: Toba

nama tersebut hanya berdasarkan wilayah tempat tinggal mereka saja di Sumatera Utara. Hal ini juga berlaku bagi kesenian mereka yang dikenal disini seperti ronggeng.Seperti halnya Melayu di Riau, di Sumatera juga dikenal teater-teater tradisional Melayu seperti bangsawan, makyong, menora dan mendu. Teater-teater ini walaupun sudah jarang kita lihat, tetapi kehadiran alat-alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam teater tradisional ini sangat penting dan masih bisa kita temukan didalam tradisi adat Melayu di Sumatera Utara. Alat-alat musik yang khas dan yang paling penting bagi Melayu adalah rebab (alat musik gesek yang terakhir digantikan oleh biola atau akordeon),gendang dan gong. Tetapi banyak juga alat-alat musik lainnya yang dipakai terutama dalam musik-musik yang dipengaruhi dari luar seperti dari Timur Tengah, pada tari zapin. Untuk tari ini biasanya dipakai alat-alatmusik seperti gambus (alat musik pengaruh dari Arab, yaitu sama dengan Ud di Timur Tengah), gendangronggeng (membranofon,frame-drum) yang terbuat dari batang kelapa yang diregangkan dengan kulit lembu;gendang marwas (frame-drum) yang terdiri dari lebih tiga buah yang dipukul dengan teknik kolotomik.Tempo atau irama yang kita temui pada masyarakatMelayu di Sumatera Utara ini adalah tempo senandung,yaitu tempo yang paling lambat dengan meter 8 ketuk dalam satu birama; tempo cekrup atau lagu dua, patam-patam atau sigubang (yaitu pengaruh dari Karo), dan tempo mak inang.Kesenian Melayu yang paling hidup saat ini di masyarakat adalah ronggeng, yaitu kesenian seni pertunjukan dengan menampilkan musik dan penari perempuan. Kesenian ini adalah kesenian sebagai hiburan.