tmj

5
Etiologi Disfungsi Sendi Temporomandibula Etiologi disfungsi sendi temporomandibula sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut: Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi sendi temporomandibula. Faktor-faktor etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu predisposisi, inisiasi, dan perpetuasi. - Faktor predisposisi merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya disfungsi sendi, terdiri dari keadaan sistemik, struktural, dan psikologis. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah rematik. Keadaan struktural yang mempengaruhi disfungsi sendi temporomandibula adalah oklusi dan anatomi sendi. keadaan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi oklusi adalah: hilangnya gigi-gigi posterior openbite anterior, overbite yang lebih dari 6-7 mm, penyimpangan oklusal pada saat kontak retrusi yang lebih dari 2 mm dan crossbite unilateral pada maksila.Berdasarkan studi melalui Electromyography keadaan psikologis yang terganggu dapat meningkatkan aktivitas otot yang bersifat patologis. - Faktor Inisiasi (Presipitasi): Faktor inisiasi merupakan faktor yang memicu terjadinya gejala gejala disfungsi sendi temporomandibula, misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatik artritis sendi temporomandibula. Beberapa tipe parafungsi oral seperti grinding, clenching, kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, keausan gigi-gigi. Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan (postur tubuh), dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot, karena seluruh fascia di dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ yang lainnya. - Faktor Perpetuasi: Faktor ini merupakan faktor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi

Upload: aulina-refri-rahmi

Post on 09-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tmj

TRANSCRIPT

Etiologi Disfungsi Sendi Temporomandibula Etiologi disfungsi sendi temporomandibula sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut: Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi sendi temporomandibula.Faktor-faktor etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu predisposisi, inisiasi, dan perpetuasi. Faktor predisposisi merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya disfungsi sendi, terdiri dari keadaan sistemik, struktural, dan psikologis. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah rematik. Keadaan struktural yang mempengaruhi disfungsi sendi temporomandibula adalah oklusi dan anatomi sendi. keadaan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi oklusi adalah: hilangnya gigi-gigi posterior openbite anterior, overbite yang lebih dari 6-7 mm, penyimpangan oklusal pada saat kontak retrusi yang lebih dari 2 mm dan crossbite unilateral pada maksila.Berdasarkan studi melalui Electromyography keadaan psikologis yang terganggu dapat meningkatkan aktivitas otot yang bersifat patologis. Faktor Inisiasi (Presipitasi): Faktor inisiasi merupakan faktor yang memicu terjadinya gejala gejala disfungsi sendi temporomandibula, misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatik artritis sendi temporomandibula. Beberapa tipe parafungsi oral seperti grinding, clenching, kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, keausan gigi-gigi. Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan (postur tubuh), dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot, karena seluruh fascia di dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ yang lainnya. Faktor Perpetuasi: Faktor ini merupakan faktor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.Untuk menegakkan diagnosa maka diperlukan anamnesa yang teliti, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, rontgen foto TMJ transkranial juga panoramik seluruh rahang, kemudian melakukan diagnosa banding.

PEMERIKSAAN KLINISPemeriksaan temporomandibular joint ini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa sakit dan nyeri dan pemeriksaan intra-oral serta pemeriksaan radiografik.

1.Rentang Pergerakan Pasien diminta untuk mebuka mulut lebar lebar dan dengan bantuan sepasang kaliper atau jangka, jarak antara tepi gigi seri atas dan bawah diukur. Nevakari (1960) melaporkan bahwa jarak rata rata pada pria 57,5 mm sedang pada wanita 54 mm. Dengan berdasar pada pendapat ini, jarak lebih dari 40 mm pada orang dewasa dapat dianggap tidak normal. Agerberg (1974) juga menemukan angka yang sama.jarak rata rata pada pria 58,6 mm dan pada wanita 53,3 mm. Batas terendah adalah 42 mm dan 38 mm. Tetapi penting untuk mempertimbangkan juga kedalaman overbite yang ada. Pergerakan pada bidang horizontal dapat diukur dengan pergeseran garis tengah insisal pada pergerakan lateral mandibula yang eksterm ke salah satu sisi. Agerberg menemukan bahwa batas terendah dari jarak normal adalah 5mm pada kedua jenis kelamin. Penyimpangan mandibula selama gerak membuka mulut juga terlihat. Mungkin terjadi penyimpangan ke arah atau menjauhi sisi yang terserang dengan disertai locking dan rasa sakit. Sebagai contoh misalnya, rahang menyimpang ke arah sisi sendi yang terkunci menunjukkan bahwa condyle yang terserang hanya merupakan komponen gerak membuka mulut saja. Gerak meluncur ke depan tidak dapat terjadi. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang dapat menghasilkan bunyi dengan menggerakkan rahang menjauhi sisi yang terserang dan kembali ke bagian tengah secara zig zag ketika mulut dibuka lebih lebar1.

2.Bunyi Sendi KlikingGejala ini paling sering menandakan adanya TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking muncul saat rahang dibuka atau saat menutup. Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi 'klik'. Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat menyebabkan rahang terkunci. Pada beberapa orang, terdapat pebedaan posisi salah satu atau kedua sendi temporomandibula ketika beroklusi. Hal ini sering sekali terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posteriornya. Kepala kondil (berwarna biru) bisa saja mengalami penekanan terlalu keraas terhadap fossa (berwarna hijau), dan menyebabkan kartilago diskusi rusak (berwarna merah). Kemudian akan menarik ligamen terlalu kuat (berwarna kuning). Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus, dapat menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada didepan kondil. Dalam keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut menyebabkan kondil bergerak ke depan dan mendesak diskus di depannya. Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompati diskus dan benturan dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa kliking. Ini juga dapat terjadi pada gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi temporomandibular5.

KrepitusKrepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus merupakan bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi selama pergerakan mandibula, terutama pergerakan dari sisi yang satu dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali dapat lebih diketahui dengan perabaan dari pada pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada keterangan tambahan yang diperoleh pada penggunaan stetoskop untuk memeriksa bunyi sendi1.

3.Rasa Sakit dan Nyeri

Usaha dari pasien atau dokter gigi untuk membuka rahang yang terkunci akan menimbulkan rasa sakit yang juga terasa pada sendi dan otot yang bergubungan dengannya.

Sendi dan oto diperiksa untuk mengetahui daerah daerah yang nyeri. Setiap sendi diraba perlahan lahan ketika mulut digerakkan, dari depan tragus dan pada eksternal auditory meatus.

Otot masseter dan temporalis, otot penguyah superficial mudah diraba melalui kulit dan kulit kepala. Sebaliknya, otot petrigoid, hanya teraba secara intra-oral. Otot medial petrigoid teraba pada permukaan dalam ramus mandibula dan kepala inferior yang besar dari lateral petrigoid, dibelakang tuberositas maksila. Walaupun beberapa ahli menganjurkan untuk meraba petrigoid, para ahli dewasa ini menemukan bahwa tindakan tersebut tidak memberikan keterangan yang bermanfaat. Pemeriksaan itu sendiri sangat tidak enak bagi pasien dan sering menyebabkan pasien mual1.

4.Pemeriksaan Intra-Oral

Pemeriksaan mulut yang meyelurh dilakukan untuk mengetahui kapasitas fungsional dari gigi geligi. Pemeriksaan tersebut harus termasuk pemeriksaan keadaan patologi yang mungkin merupakan penyebab dari gejala, baik sifat maupun pengaruhnya pada fungsi mandibula. Contoh yang sering ditemukan adalah peradangan gusi pada geraham besar ketiga yang sedang bererupsi sebagian. Rahang menyimpang untuk menghindari daerah yang sakit ini. Gigi yang terserang periodontitis atau tambalan yang terlalu tinggi juga dapat menimbulakan gejala yang sama1.

Faktor faktor berikut harus diperhatikan :

1. Hubungan Oklusi. 2. Freeway space. 3. Overjet dan overbite. 4. Gigi yang tanggal. 5. Protesa, bila ada. 6. Atrisi dan bekas abrasi. 7. Kontak gigi prematur

Bila keparahan kelainan tersebut mengurangi hasil pemeriksaan fungsional dari oklusi, perawatan harus diarahkan untuk mengurangi gejala yang ada terlebih dahulu. Analisa dapat dilanjutkan nanti dengan cara yang normal