127571417 laporan skenario 4 temporomandibular joint tmj(1)

87
BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi – geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara komponen – komponen ini sangat penting dipelihara kesehatan dan kapasitas fungsionalnya. Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi. Salah satu dari sistem mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat menimbulkan beberapa gangguan pada kesehatan rongga mulut, terutama mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) yang mungkin belum banyak dikenal oleh 1

Upload: shelyjel

Post on 31-Dec-2014

233 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bjbsjbj

TRANSCRIPT

Page 1: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang

mempunyai komponen terdiri dari gigi – geligi, sendi temporomandibula (STM),

otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena

ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga

mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi.

Keharmonisan antara komponen – komponen ini sangat penting dipelihara

kesehatan dan kapasitas fungsionalnya.

Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang

bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi. Salah satu dari sistem

mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu

kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat

menimbulkan beberapa gangguan  pada kesehatan rongga mulut, terutama

mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang

yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu

sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) yang mungkin

belum banyak dikenal oleh masyarakat awam. TMJ adalah sendi yang kompleks,

yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula

berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan kanan harus bergerak secara

sinkron pada saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti

bahu, tangan atau kaki yang dapat berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi

secara simultan ini dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikannya dalam

keadaan sehat dan berfungsi dengan baik (Pedersen, 1996).

Gejala-gejala gangguan TMJ sangat bervariasi. Gejala-gejala ini melibatkan

komponen-komponen dari TMJ seperti : otot, saraf, tendon, ligamen, jaringan

penghubung dan gigi. Pada gangguan TMJ, pasien bisa menderita nyeri hebat

menyebar sampai ke telinga, mulut tak bisa menutup, pembengkakan signifikan.

1

Page 2: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gejala ini bisa teratasi jika penyebab gangguan masalah TMJ bisa segera

ditemukan dan diatasi.

3.2 Skenario

Beberapa mahasiswa sedang ngobrol dan bercengkrama sambil tertawa

terbahak-bahak seperti tidak terkendali. Tiba tiba salah satu dari mahasiswa

menjerit kesakitan dan mulutnya tidak bisa menutup. Mahasiswa tersebut

kemudian di bawa ke Unit Gawat Darurat terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Dokter jaga melakukan perawatan sementara dengan mengembalikan mandibula

pada Temporo Mandibular Joint (TMJ) Supaya mulutnya bisa menutup.

Selanjutnya dokter jaga merujuk kepada dokter gigi supaya mahasiswa tersebut

mendapatakan perawatan selanjutnya. Hasil anamnesa di peroleh bahwa

mahasiswa tersebut mempunyai kegemaran makan tebu dari kecil, sendi

rahangnya sering berbunyi kretek kretek, terasa sakit pada daerah di atas telinga

bila mengunyah, menelan sering terganggu, kadang kadang seperti nyeri bahkan

kram pada otot sekitar TMJ dan otot wajah, serta pernah migrain. Hasil

pemeriksaaan di peroleh gigi molar pertama dan kedua kedua rahang bawahnya

tinggal sisa akar , gigi anterior berdesakan, klicking pada TMJ, ditekan pada

muskulus temporalis terasa nyeri. Dokter menganjurkan untuk di buatkan restorasi

pada gigi yang sisa akar serta mengoreksi gigi yang berdesakan.

3.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan skenario diatas, dapat dirumuskan beberapa

masalah, antara lain sebagai berikut:

Apa saja tulang, sendi, otot, saraf dan pembuluh darah pada sistem

mastikasi?

Bagaimana mekanisme mastikasi?

Apa saja patologi dari sendi temporomandibula?

2

Page 3: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

3.4 Tujuan Pembelajaran

Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara

lain sebagai berikut:

1. Menjelaskan tulang, sendi, otot, saraf, dan pembuluh darah yang terlibat

pada proses mastikasi.

2. Menjelaskan mekanisme mastikasi

3. Menjelaskan patologi yang terdapat pada sendi temporomandibula

3

Page 4: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Temporo Mandibular Joint (TMJ) merupakan salah satu bagian dari tubuh

manusia, tulang satu yang lainnya disusun atau dihubungkan oleh persendian.

Persendian dapat diartikan sebagai pertemuan antara dua atau lebih tulang

pembentuk dari rangka tubuh. Lokasi dari persendian Temporo Mandibula berada

tepat dibawah telinga kiri dan kanan. Sendi tersebut berfungsi menghubungkan

rahang bawah dan rahang atas. Sendi Temoporo Mandibula merupakan sendi

yang unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling kompleks. Temporo

Mandibular Joint (TMJ) merupakan salah satu sendi yang sangat aktif dan paling

sering digunakan, yaitu pada waktu berfungsi untuk berbicara, mengunyah,

menggiit, menguap dan lain-lainnya. TMJ juga memungkinkan terjadinya tiga

gerakan fungsi utama yaitu membuka dan menutup, memajukan dan

memundurkan, serta gerakan ke samping. TMJ terdiri dari beberapa bagian yang

terpenting, diantaranya :

1. Kondilus mandibula

Kondilus mandibula mempunyai letak dan posisi yang paling baik untuk

bekerja sebagai poros dari pergerakan mandibula. Kondilus orang dewasa

berbentuk elips serta kasar, dengan sumbu panjang yang bersudut ke belakang

antara lima belas sampai tiga puluh derajat terhadap bidang frontal.

Diperkirakan kedua ukuran kondilus dan angulasinya sangat individual dan

sering ada perbedaan antara kanan dan kiri. Kondilus mandibula ukuran dan

bentuknya bervariasi.

2. Diskus articularis

Letak kondilus mandibula tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang

temporal, tetapi dipisahkan oleh suatu discus yang halus yang di sebut dengan

meniscus atau discus artikularis. Discus articularis terletak antara kondilus

mandibula dan fossa glenoidalis. Discus articularis terbagi dalam tiga bagian

berdasarkan ketebalannya. Bagian tengah adalah bagian paling tipis yang di

4

Page 5: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

sebut zona intermediate. Zona intermediate memisahkan bagian yang lebih

tebal yang disebut anterior band dan posterior band.

3. Fossa Glenoidalis

Kondilus mandibual membentuk persendian dengan bagian tulang temporal

pada dasar cranium. Bagian dari tulang temporal ini berbentuk cekungan yang

di tempati kondilus mandibula. Bagian inilah yang di kenal sebagai fossa

glenoidalis. Fossa glenoidalis cekung disebelah latero-median dan antero-

posterior. Pada bagian yang paling dalam dari fossa ini, tulangnya sangat tipis

dan tidak dapat mendukung mandibula. Fossa glenoidalis padat tetapi tipis dan

tertutup oleh jaringan lunak yang tipis sehingga struktur ini tidak dapat

menahan beban yang besar.

4. Kapsul sendi

Kapsul sendi menutupi discuss articularis. Kapsul ini pada bagian atas

menempel pada rim fossa glenoidalis dan eminensia articularis. Pada bagian

bawah menempel pada kondilus. Pada bagian posterior menempel pada zona

bilaminer. Disebelah anterior, kapsul berhubungan dengan insersi otot

pterygoideus lateralis. Disebelah medial, kapsul sendi tipis dan disebelah

lateral lebih tebal dan diperkuat oleh ligament temporomandibula.

5. Ligamen-ligamen sendi

Ligament merupakan jaringan ikat fibrous avaskuler yang kuat. Ada tiga

ligament yang berkaitan dengan TMJ, yaitu ligament temporomandibula,

ligament sphenomandibula dan ligament stylomandibula.

6. Membran synovial

Membrane ssynovial adalah membrane sekretori khusus yang menyediakan

nutrient, pelumasan dan pembersihan untuk permukaan sendi serta

menanggung beban. Permukaan articular dari sendi dilumasi dan mendapat

makanan dari cairan synovial yang dikeluarkan ke kompartemen sendi oleh

membrane synovial. Cairan synovial disekresikan dengan jumlah yang cukup

untu bekerja sebagai pelumas. Cairan itu juga membersihkan potongan –

potongan yang sudah rusak dan sel – sel katabolis keluar dari permukaan

sendi.

5

Page 6: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

7. Otot-otot mastikasi

TMJ juga dikontrol oleh otot, terutama otot pengunyahan yang terletak

disekitar rahang dan sendi tomporomandibula. Walaupun banyak otot pada

kepala dan leher, tetapi istilah otot mastikasi biasanya menunjuk pada 4

pasang otot, yaitu otot masseter, otot temporalis, otot pterygoideus lateralis

dan pterygoideus medialis.

TMJ dapat mengalami gangguan atau disebut disfungsi TMJ yang

biasanya ditandai dengan rasa sakit pada sendi dan otot dan juga adanya bunyi

persendian dan pembatasan gerak bunyi rahang . Seringkali, disfungsi TMJ terjadi

setelah menguap dengan lebar, memakan makanan yang keras, atau hanya karena

berteriak. Pada situasi ini bisa diperkirakan bahwa rasa sakit timbul sebagai akibat

dari rusaknya jaringan lunak pada persendian tersebut. Kadang-kadang terjadi rasa

sakit yang hebat mirip seperti keram. Rasa sakit ini dicetuskan oleh gerakan sendi,

biasanya menimbulkan rasa sakit tak jelas, unilateral, disekitar telinga dan

samping wajah diasumsikan bahwa hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot

pterygoid lateral.

Gangguan TMJ mempengaruhi otot-otot mastikasi dan atau sendi temporo

mandibula dan struktur-struktur yang berkaitan. Otot-otot yang digunakan pada

pengunyahan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu otot pengunyahan primer

dan otot pengunyahan tambahan. Otot pengunyahan primer terdiri dari muskulus

masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus lateralis, muskulus

pterygoideus medialis. Sedangkan otot pengunyahan tambahan terdiri dari

muskulus buccinators, muskulus mylohyoideus, muskulus geniohyoideus dan

muskulus stylohyoideus. Semua otot pengunyahan primer dipersarafi oleh nervus

mandibularis. Sedangkan pada m.buccinator dan stylohyoideus dipersarafi oleh N.

facialis, muskulus mylohyoideus dipersarafi oleh N. Trigeminus dan muskulus

stylohyoid yang dipersarafi oleh N. Hypoglossus.

6

Page 7: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mapping

3.2 Struktur Anatomi Skeletal Wajah

Bagian-bagian rangka wajah yang langsung berhubungan dengan jaringan

subkutan dan dapat dengan mudah dipalpasi di balik cutis adalah:

a. Tepi posterior ramus dan tepi bawah mandibula dari angulus ke dagu.

b. Os. Zygomaticum membentuk tonjolan pipi. Dari daerah ini, arcus

zygomaticus dapat diraba terus ke belakang ke meatus acusticus externus.

c. Margo orbitalisyang terbentuk dari maxilla di bagian bawah dan medial,

os. Zygomaticum di bagian lateral dan os. Frontale di bagian superior.

d. Os. Nasale yang membentuk apex dan dorsum nasi.

Juga dapat teraba facies anterior maxillae, garis besar aperture nasalis,

processus alveolaris yang membawa gigi geligi yang terletak lebih ke dalam dan

terbungkus oleh otot-otot wajah. Capu mandibulae biasanya dapat diraba tepat d

7

Page 8: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

depan meatus acusticus externus, terutama bila cavum oris dibuka perlahan-lahan

dan ditutup.

Ramus mandibulae terletak jauh ke dalam, terbungkus oleh m. masseter

yang tebal dan di bagian belakang oleh glandula parotidea. Tepi anterior ramus

pada individu dewasa biasanya terletak di sisi luar bagian distal gigi-gigi molar

ketiga atas dan bawah. Jauh di dalam ramus terletak m. pterygoideus, pembuluh,

dan n. alveolaris inferior, n. llingualis, a. maxillaries, dan fossa pterygopalatina.

Angulus mandibulae terletak superficial dalam hubugannya dengan tonsila yang

dipisahkan oleh m. pterygoideus medialis dan constrictor superior. Sinus

maxillaris terletak pada corpus maxillae, sedangkan sinus frontalis meluas ke os.

Frontale di atas dorsum nasi dan sepertiga dalam margo supraorbitalis.

Incisura supraorbitalis (atau foramen) terletak pada pertautan sepertiga

dalam dan media dari margo supraorbitalis dan kadang-kadang dapat teraba di

bawah cutis alis mata. Foramen infraorbitale terletak seperempat sampai setengah

inci (10 mm) di bawah bagian tengah margo infraorbitalis. Foramen mentale

terletak pada corpus mandibulae di pertengahan antara tepi bawah dan tepi

alveolaris. Hubungannya terhadap gigi geligi bervariasi dari apex premolar

pertama sampai akar posterior molar pertama.

8

Page 9: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.1 Tengkorak; permukaan lateral kanan

3.3 Temporo Mandibular Joint (TMJ)

3.3.1 Definisi Temporomandibular Joint (TMJ)

Sendi rahang atau Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak

dikenal orang awam, padahal bila sendi ini terganggu dapat memberi

dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup (Pedersen, 1996).

TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik

karena sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada

saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu,

tangan atau kaki yang dapat berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi

secara simultan ini dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikannya

dalam keadaan sehat dan berfungsi dengan baik (Pedersen, 1996).

9

Page 10: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Istilah Temporomandibular Disorders (TMD) diusulkan oleh Bell

pada tahun 1982, yang dapat diterima oleh banyak pakar. Gangguan sendi

rahang atau TMD adalah sekumpulan gejala klinik yang melibatkan otot

pengunyahan, sendi rahang, atau keduanya (Pedersen, 1996).

3.3.2 Anatomi  Temporo Mandibular Joint (TMJ).

Sendi temporomandibular (sendi rahang) merupakan salah satu organ

yang berperan penting dalam sistem stomatognatik (Pedersen, 1996).

Temporomandibular joint merupakan sendi yang bertanggung jawab

terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan

berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. Sendi temporomandibula

merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada

salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius.

Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan,

mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.

Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga

yang menghubungkan rahang bawah (mandibula)  dengan maksila (pada

tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan

merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks

(Pedersen, 1996).

Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal,

tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus

artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan sebagai pembatas tulang keras

tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang

ditransmisikan melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri

dari fossa articulare dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi

temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan,

yang terletak disekitar rahang dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini

termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid

dan otot digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh

10

Page 11: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

terhadap fungsi sendi temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot

punggung (Pedersen, 1996).

Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan

dengan tulang lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah

kerja sendi temporomandibular, yaitu mempengaruhi gerak membuka dan

menutup mulut (Pedersen, 1996).

Sendi temporomandibular, atau TMJ, adalah artikulasi antara kondilus

mandibula dan bagian skuamosa tulang temporal (Pedersen, 1996). Kondilus

ini berbentuk eliptik dengan sumbu panjang berorientasi mediolaterally 

(Pedersen, 1996).

Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fosa artikular cekung

dan cembung eminensia artikularis (Pedersen, 1996). Meniskus adalah

pelana, struktur berserat yang memisahkan kondilus dan tulang temporal.

meniskus bervariasi dalam ketebalan: pusat, zona antara tipis tebal

memisahkan bagian-bagian yang disebut band anterior dan posterior band.

Posterior, meniskus yang berdekatan dengan jaringan lampiran posterior

disebut zona bilaminar. Zona bilaminar adalah diinervasi, jaringan

pembuluh darah yang memainkan peran penting dalam memungkinkan

kondilus untuk memindahkan foreward. Para meniskus dan lampirannya

membagi bersama ke dalam ruang superior dan inferior. Ruang bersama

superior dibatasi di atas oleh fosa artikular dan eminensia artikularis. Ruang

bersama inferior dibatasi di bawah oleh kondilus tersebut. Kedua ruang

bersama memiliki kapasitas kecil, umumnya 1cc atau kurang (Pedersen,

1996).

11

Page 12: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.2 Struktur TemporoMandibular Joint (TMJ)

3.4 Otot Wajah

Otot Ekspresi wajah mengelilingi wajah dari cavum oris, mata, hidung, dan

telinga. Otot ini berfungsi sebagai sphincter (penutup) dan dilator (pembuka)

organ di atas. Otot wajah terbagi menjadi otot labium oris dan pipi, otot palpebra,

otot hidung, dan otot auricular.

3.4.1 Otot Labium Oris dan Pipi

Dapat dibagi menjadi dua kelompok, lapisan dalam yang terbentuk

dari musculus buccinators pada pipi dan otot yang mirip sphincter, musculus

orbicularis oris. Lapisan yang lebih superficial terbentuk dari sekelompok

otot kecil yang keluar dari maxilla, os. Zygomaticum; fascia yang menutupi

musculus masseter dan dari mandibula. Otot radial ini berbentuk konvergen,

masuk ke labium oris dan melekat pada bagian dalam cutis. Nama dan

origonya adalah :

M. levator labii superioris aleque nasi

M. levator labii superioris

M. levator anguli oris

M. zygomaticus major: dari os zygomaticum dan minor

M. risorius: dari fascia menutupi masseter, sebagai perluasan ke atas

dari lembaran platysma

12

dari facies anterior maxilla

Page 13: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

M. depressor labii inferioris

M. depressor anguli oris

M. mentalis

3.4.1.1 Musculus Buccinator

Musculus buccinator merupakan otot pipi yang penting,

terdiri dari sekelompok serabut yang datar, tipis tetapi kuat, berkontak

dengan membrana mukosa vestibulum oris. Otot ini melekat di atas

dan di bawah permukaan luar maxilla dan mandibula pada region

gigi-gigi molar di dekat garis refleksi mucoperiosteum gingiva dari

processus alveolaris; dan tepi posteriornya berada pada raphe

pterygomandibularis. Serabutnya mempunyai tiga perlekatan, antara

lain:

a. Pada permukaan dalam membrana mukosa pipi.

b. Pada septum musculotendineus vertical (modiolus) yang

terletak 10 mm di lateral angulus mandibulae.

c. Pada labium oris dimana serabut otot bergabung dengan

serabut musculus orbicularis oris.

Pada angulus mandibulae beberapa serabut bawah akan

melintasi serabut atas untuk masuk ke labium oris superius dan

sebaliknya. Otot akan menekan pipi selama proses meniup dan

aksinya dapat terlihat jelas pada pemain musik alat tiup.

13

dari corpus mandibulae

Page 14: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.3 Otot dan Arteri Regio Facialis

3.4.1.2 Musculus Orbicularis Oris

Otot yang rumit ini terbentuk dari serabut-serabut yang

berasal dari sejumlah sumber, antara lain:

a. Serabut bagian dalam sebagian berasal dari m.

buccinator dan sebagian dari septum musculotendineus

vertical yang menutupi angulus mandibulae. Serabut

saling berhubungan pada permukaan dalam cubitis dan

membrana mukosa labium oris. Bundel serabut otot

berjalan melintasi garis median dan bergabung dengan

serabut lain dari sisi berlawanan. Serabut berinsersi pada

cutis dari sisi berlawanan dan bersama dengan serabut

levator superioris, berperan membentuk penonjolan

philtrum. Baik pada labium oris superius maupun

inferius, ada otot kecil yang keluar dari fossa incisivum

dan ikut berperan pada pembentukan otot labium oris

(m. incisivus superior dan inferior).

b. Otot radial masuk ke labium oris dari atas, bawah, dan

lateral. Serabut levator anguli oris dan depressor anguli

14

Page 15: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

oris berjalan melintasi sudut mulut; m. levator anguli

oris masuk ke labium oris superius. Penyilangannya

terletak superficial dari penyilangan m. buccinator. Otot

radial terutama berinsersi pada cutis tidak mencapai tepi

merah labium oris, hal yang membedakannya dari

serabut bagian dalam.

c. Serabut kecil berjalan dari membrana mukosa ke cutis di

antara bundle serabut utama.

M. orbicularis oris dan buccinator mempunyai peranan penting dalam

bidang kedokteran gigi karena otot ini membentuk elemen terpenting dari

lembaran otot yang terletak pada permukaan luar arcus dentalis. Selain

fungsinya sebagai otot ekspresi wajah dan peranannya dalam proses bicara

serta pengunyahan makanan, otot ini juga dapat mengimbangi tekanan otot-

otot lingua pada permukaan dalam arcus dentalis. Bila keseimbangan

terganggu, misalnya karena kebiasaan bernapas melalui mulut, maka akan

terjadi perubahan posisi gigi. Salah satunya, protusi incisivus atas yang

diakibatkan oleh posisi lingua yang abnormal.

Gambar 3.4 Hubungan M. Buccinator dan M. Orbicularis Oris

15

Page 16: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.5 Susunan otot radial labium oris

3.4.2 Otot Palpebra

Setiap palpebra (kelopak mata) mengandung struktur jaringan fibrosa

yang padat, lamina tarsalis, melekat dengan longgar pada margo

supraorbitalis dan infraorbitalis melalui fascia palpebralis dan melekat lebih

erat pada sisi medial dan lateral melalui ligamentum palpebrale yang mirip

tali, dimana ligamentum palpebrale mediale lebih kuat daripada yg lateral.

Ligamentum palpebrale mediale terletak di atas saccus lacrimalis, yang

terletak di fossa lacrimale pada dinding medial orbita.

3.4.2.1 Musculus Orbicularis Oculi

Otot utama dari palpebra adalah musculus orbicularis oculi,

yang terdiri dari:

a. Pars orbitalis, terletak di atas tulang yang mengelilingi

orbita. Berfungsi untuk menarik alis mata dengan kuat

ke bawah ketika cutis di sekitar margo orbitalis tertarik

ke bawah ke angulus oculi medialis, menghasilkan

kerutan di sekitar margo orbitalis.

b. Pars palpebralis, terletak di dalam palpebra. Berfungsi

untuk menutup palpebra secara perlahan-lahan pada

waktu tidur.

16

Page 17: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Kedua bagian ini melekat pada sudut medial orbita ke

ligamentum palpebrale mediale dan tulang tulang di

sekitarnya (frontale dan maxilla). Dari posisi ini, serabut

orbitalis menyebar di sekitar margo orbitalis dan melekat

sebagian pada cutis di atasnya; sedang serabut

palpebralis menyebar dalam palpebra dan melekat pada

cutis di bawah lamina tarsalis dan ligamentum

palpebrale laterale.

c. Pars lacrimalis, berjalan ke dalam ke crista lacrimalis

dari os. Lacrimale. Berfungsi untuk mengatur ukuran

saccus lacrimalis, tempat dimana air mata akan mengalir

melalui ductus nasolacrimalis ke cavum nasi dan

merupakan bagian mekanisme yang berhubungan

dengan pembersihan permukaan bola mata.

Gambar 3.6 Struktur palpebra

17

Page 18: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.7 Otot-otot kelopak mata kanan permukaan posterior

Gambar 3.8 Otot-otot kelopak mata kanan permukaan anterior

3.4.3 Otot Hidung

Pada otot hidung terdapat dua otot kecil pada tiap sisinya, antara lain:

pars alaris mm. nasalis (dilator), dan m. compressor naris. Otot ini keluar

dari facies anterior maxilla pada bagian samping dan tepi bawah aperture

nasi dan berinsersi pada cutisserta cartilage alae nasi. Aksinya ditunjukkan

sesuai dengan namanya.

18

Page 19: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.9 Otot-otot dahi dan wajah permukaan anterior

3.4.4 Otot Auricular

Pada telinga luar terdapat beberapa otot, antara lain:

a. Sejumlah otot intrinsik yang kecil, yang melekat pada bagian

rangka cartilago

b. Tiga otot ekstrinsik, m. auricularis anterior, superior, dan posterior.

Otot anterior dan superior keluar dari aponeurosis epicranial dan

dari fascia temporalis yang terletak di atas m. temporalis,

sedangkan otot posterior keluar dari permukaan luar proc.

19

Page 20: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

mastoideus di atas daerah insersi sternomastoideus. M. auricularis

berinsersi pada cartilage auricularis. Pada manusia cartilage ini

rudimenter dan biasanya tidak mempunyai fungsi, dipersarafi oleh

cabang-cabang n. cranialis VII (facialis), sehingga beberapa

individu dapat menggerakkan telinganya secara sadar.

Gambar 3.10 M. Occipitalis dan m. Cervicalis kanan permukaan posterior

3.4.5 Kulit Kepala dan Ototnya

Kulit kepala dari luar ke dalam terdiri dari:

a. Cutis

b. Fascia superficialis

c. Aponeurosis epicranial (lembaran tipis jaringan ikat padat)

20

Page 21: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

d. Lapisan jaringan ikat longgar

e. Pericranium yang menutupi permukaan luar cranium

Cutis melekat erat pada aponeurosis epicranial di bawahnya melalui

fascia superficialis yang padat dan mengandung folikel rambut, daerah

dimana berjalan pembuluh darah besar dan saraf kulit kepala. Aponeurosis

epicranial umumnya berhubungan dengan bagian depan venter frontalis mm.

occipitofrontalis dan di bagian belakang dengan venter occipitalis mm.

occipitofrontalis. Pada bagian samping tengkorak, aponeurosis bergabung

dengan fascia temporalis di bawahnya. Venter frontalis mempunyai

perlekatan yang terbatas pada tulang di radix nasi (m. procerus) dan di

lateral pada bagian anterior linea temporalis superior. Serabut intermediate

melekat pada cutis palpebra dan dahi. Venter occipitalis melekat pada

bagian belakang tengkorak ke linea nuchae superior os. Occipitalis. Venter

frontalis dan occipitalis bekerja sama untuk menggerakkan kulit kepala,

tetapi derajat kerjanya bervariasi pada individu satu ke individu lainnya.

3.5 Otot Pengunyahan

Otot-otot yang digunakan pada pengunyahan dapat dibagi menjadi dua

kelompok:

3.5.1 Otot pengunyahan primer

1. m. Masseter (N. Mandibularis)

Origo : Arcus Zygomaticus pars Infero Profunda

Insertio : Tuberositas Masseterica

Fungsi : Menutup rahang

21

Page 22: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.11 Perlekatan m.Masseter

2. m. Temporalis (N. Mandibularis)

Origo : fossa Temporalis

Insertio : Procc. Coronoideus Mandibulae

Fungsi : Menutup rahang dan retrusi mandibula

Gambar 3.12 Perlekatan m. Temporalis

22

Page 23: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

3. m. Pterygodeus Medius (N. Mandibularis)

Origo : Facies Medialis Lamina Lateralis Procc.

Pterygodeus Os. Sphenoidale

Insertio : Tuberositas Pterygodeus Mandibulae

Fungsi : Menutup rahang

4. m. Pterygodeus Lateralis (N. Mandibularis)

Origo : Facies Lateralis Lamina Lateralis Procc.

Pterygodeus Os. Sphenoidale

Insertio : Fovea Pterygodea Procc. Condylaris Mandibulae

Fungsi : Menutup rahang dan Retrusi Mandibulae

Gambar 3.13 Perlekatan m. Pterygoideus Medialis dan

m. Pterygoideus Lateralis

5. m. Digastricus

Origo : Venter posterior (Incisura mastoidea

ossis temporalis, tendo- antara pada

23

Page 24: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Cornu minus ossis hyoidei) disarafi

oleh N. Mandibularis

Insertio : Venter anterior (Fossa digastrica

mandibulae) disarafi oleh N. Facialis

Fungsi : Menurunkan rahang bawah, memfiksasi

tulang lidah.

3.5.2 Otot pengunyahan tambahan

1. m. Buccinator (N. facialis)

Origo : Raphe pterygomandibulae

Insertio : Angulus oris

Fungsi : Meningkatkan tekanan dalam rongga

mulut pada saat meniup dan mengunyah

Gambar 3.14 Perlekatan m. Buccinator

2. m. Mylohyoideus (N. Trigeminus)

24

Page 25: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Origo : Linea Mylohyoidea Mandibulae

Insertio : Os. Hyoid

Fungsi : Mengangkat dasar mulut dan lidah pada

saat menelan, menurunkan rahang bawah

Gambar 3.15 Perlekatan m. Mylohyoideus

3. m. Geniohyoid (N. Hypoglossus)

Origo : Bertendo pendek dari spina mentalis mandibulae

Insertio : Permukaan depan Corpus ossis hyoidei

Fungsi : Memfiksasi tulang lidah, munurunkan rahang

4. m. Stylohyoideus (N. Facialis)

Origo : Procc. Styloideus ossis temporalis

Insertio : Tepi samping Corpus ossis hyoidei

Fungsi : Memfiksasi tulang lidah

3.6 Nervus yang mensarafi wajah

25

Page 26: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

3.6.1 Nervus Trigeminus (V)

N. trigeminus keluar dari otak di sisi spons melalui radiks motoris dan

sensoris. Radiks sensoris ini membawa ganglion trigeminalis yang terdiri

dari badan sel akson sensoris dan terletak pada lekukan os. temporal petrosa.

Radiks ini kemudian terbagi menjadi 3 cabang nervus, yaitu :

a.N. oftalmikus

Gambar 3.16 N. Opthalmicus

Perjalanan dan Percabangan N. oftalmikus ( Nervus V / 1) Melintasi sinus

kavernosus dan memasuki orbita melalui fisura orbitalis superior di mana

terjadi percabangan menjadi :

1) N. frontalis

N. frontalis terletak tepat di bawah atap orbita dan terbagi menjadi n.

supraorbitalis dan n. supratroklearis, yang keluar dari orbita serta

mempersarafi kulit kepala bagian depan.

2) N. lakrimalis

N. lakrimalis terletakdi sebelah lateral dan mempersarafi kulit kelopak

mata serta wajah. Selain itu, saraf ini jua membawa serabut parasimpatis

sekremotoris dari ganglion sfenopalatinum menuju glandula lakrimalis.

3) N. nasosiliaris

26

Page 27: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

N. nasosiliaris menyilang n. optikus dan berjalan sepanjang dinding

medial orbita untuk keluar di wajah sebagai n.infratroklearis. Saraf ini

memberi cabang n. etmodalis menuju sinus etmoidalis dan n. siliaris

longus menuju mata yang membawa serabut sensoris dari kornea.

b. N. maksilaris

Gambar 3.17 N. Maxillaris (Nervus V / 2)

Meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen rotundum dan

memasuki fosa pterigopalatinus. Terdapat ganglion sfenopalatinum yang

melekat dan membawa serabut parasimpatis menuju glandula lakrimalis

melalui hubungan dengan n. lakrimalis. Cabang-cabang n. lakrimalis adalah

n. palatina mayor dan minor menuju palatum durum dan molle, n.

sfenopalatina menuju kavum nasi dan melalui septum nasi, menuju fosa

insisivus untuk mempersarafi palatum durum.

N. dental posterior superior memasuki bagian belakang maksila dan

mempersarafi gigi. N. maksilaris meninggalkan fosa sfenopalatina melalui

fisura orbtalis inferior, berjalan ke dasar orbitalis di mana terbentuk cabang

n. dental media dan anterior superior, dan menuju wajah melalui foramen

infraorbitalis sebagai n. infraorbitalis.

c.N. mandibularis

27

Page 28: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.18 N. mandibularis (Nervus V / 3)

N. mandibularis meninggalkan ruangan tengkorak melalui foramen ovale

dan langsung terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu :

1) N. alveolaris inferior

N. alveolaris inferior ini masuk ke foramen mandibularis untuk mensarafi

gigi sebelum memasuki wajah sebagai N. mentalis. Saraf ini memiliki

satu cabang motoris yaitu N. milohioideus, yang mempersarafi M.

milohioideus.

2) N. lingualis

N. lingualis terletak dekat mandibula, tepat di belakang molar ketiga dan

berjalan ke depan untuk mempersarafi lidah.

3) N. bukalis

N. bukalis ini membawa serabut sensoris dari wajah.

4) N. aurikulotemporalis

Saraf ini membawa serabut sensoris menuju sisi kulit kepala.

5) N. temporalis profunda

N. temporalis profunda berfungsi untuk mempersarafi M. temporalis.

3.6.2 Nervus Facialis (VII)

28

Page 29: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Keluar dari otak dekat serebelum dan berjalan ke lateral menuju

meatus auditorius interna. Mencapai dinding medial telinga tengah dan

berbalik kemudian beralan ke bawah untuk keluar dari tengkorak melalui

foramen stilomastoideus. Kemudian melintasi glandua parotis, di mana saraf

ini terbagi menjadi 5 cabang (tempralis, zigomatikus, bukalis, mandibularis

marginalis, dan servikalis) yang didistribusikan ke otot-otot ekspresi wajah,

m.platisma dan bagian posterior dari m. digastrikus. Di telinga tengah

terbentuk cabang petrosus mayor yang membawa serabut parasimpatis

menuju ganglion sfenopalatina kemudian menuju glandula lakrimalis. Di

telinga tengah juga muncul korda timpani yang bergabung dengan n.

lingualis dan berjalan bersamanya.

3.7 Pembuluh Darah pada Wajah

3.7.1 Arteri

Arteri utama yang memperdarahi struktur luar wajah adalah arteri

facialis, cabang dari ateri carotis externa, yang keluar pada trigonum

carotis. Setelah mengeluarkan percabangan ke beberapa struktur bagian

dalam pada leher dan glandula submandibularis, arteri berjalan melewati

tepi bawah mandibula, di depan m. masseter untuk masuk ke wajah. Pada

wajah, arteri facialis berjalan ke atas dank e depan, ke samping hidung,

terletak kira-kira setengah inci dari sudut mulut. Arteri berjalan berkelok-

kelok di antara otot wajah. Sepanjang perjalanannya, arteri berganti-ganti

melintasi mandibula, m. buccinator, maxilla, dan m. levator anguli oris,

jauh ke dalam platysma, m. risorius, zygomaticus dan levator labii

superioris. Bagian terminalnya kadang-kadang disebut juga sebagai arteri

angularis, yang berjalan di dalam substansi muscullus levator labii

superioris alaque nasi dan berakhir dengan anastomosis terhadap cabang

arteri opthalmica pada sudut medial mata.

Sepanjang perjalanannya, arteri facialis mengeluarkan beberapa

cabang kecil yang berjalan ke belakang pipi, dan cabang besar yang

berjalan ke depan bibir. Arteri yang terakhir ini, yaitu arteri labialis inferior

29

Page 30: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

dan superior, terletak jauh di dalam tiap bibir di antara musculus orbicularis

oris dan membrane mukosa. Sering kali arteri fascialis mengeluarkan

cabang nasalis lateralis untuk memperdarahi bagian samping hidung.

Arteri temporalis superficialis adalah salah satu cabang terminal dari

arteri carotis externa. Arteri ini masuk ke glandula parotidea dan keluar dari

glandula pada tepi atasnya bersama dengan nervus auriculotemporalis.

Setelah keluar dari glandula, arteri akan berjalan melintasi arcus

zygomaticus di depan auricular dimana denyutannya dapat diraba, dan

berlanjut ke atas pada fascia temporalis untuk memperdarahi kulit kepala

melalui arteri temporalis media dan ramus frontalis. Dengan masih tetap

berada di dalam glandula parotidea, arteri temporalis superficialis

mengeluarkan arteri transversa facialis. Arteri ini berjalan ke depan menuju

bagian atas pipi antara arcus zygomaticus di bagian atas dan ductus

parotideus di bagian bawah dan diikuti dengan rami zygomatici dari nervus

facialis. (Ductus parotideus terletak satu jari di bawah arcus zygomaticus).

Sejumlah arteri kecil kelihatan pada wajah disertai dengan cabang

terminal nervus trigeminus. Arteri ini beranastomosis dengan cabang arteri

facialis dan arteri transversa facialis pada jaringan yang menutupi rangka

wajah, yaitu:

a. Arteri lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, dan

infratrochlearis di sekitar tepi orbita. Arteri-arteri ini adalah

cabang dari arteri ophthalmica.

b. Arteri infraorbitalis, cabang arteri maxillaris.

c. Arteri bbucalis dan mentalis, cabang arteri maxillaries dan arteri

alveolaris inferior.

30

Page 31: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.19 Arteri superficialis kepala

31

Page 32: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.20 Arteri profunda wajah

3.7.2 Vena

Vena facialis keluar pada sudut medial mata melalui penggabungan

vena supraorbitalis dan supratrochlearis dan sebuah cabang yang

berhubungan dengan vena ophthalmica di dalam orbita (penting pada

penyebaran infeksi). Vena berjalan ke bawah pada angulus antara hidung

dan pipi dan kemudian ke bawah dan ke belakang melintasi otot wajah,

terletak di belakang arteri facialis. Sepanjang perjalanannya, vena facialis

menerima vena dari samping hidung dan bibir dan berhubungan dengan

vena mentalis dan infraorbitalis pada wajah dengan plexus pterygoideus

sampai ke ramus mandibulae. Hubungan ini terjadi melalui vena facialis

profunda yang berjalan bersama nervus buccalis cabang nervus mandibula.

Plexus pterygoideus sendiri berhubungan dengan sinus cavernosus melalui

vena emissaria. Setelah melintasi tepi bawah mandibula, venafacialis

32

Page 33: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

bergabung pada leher dengan cabang anterior vena retromandiibularis

untuk membentuk vena facialis communis. Vena ini bergabung dengan

vena jugularis interna pada tepi anterior musculus sternocleidomastoideus

di bawah angulus mandibulae.

Vv. Temporales superficiales berjalan bersama dengan arteri

temporalis superficialis dan mendrainase kulit kepala, auricular, meatus

acusticus externus dan bagian posterior wajah. Tepat di atas arcus

zygomaticus vena ini bertemu dengan vena temporalis media mendrainase

musculus temporalis dan kemudian, tepat di bawah arcus zygomaticus,

vena transversa facialis berjalan dari sisi wajah. Vena masuk ke permukaan

atas glandula parotidea, daerah dimana vena akan bergabung dengan vv.

Maxillares, mendrainase plexus pterygoideus, untuk membentuk vena

retromandibularis. Vena ini berjalan melalui glandula dan kemudian terbagi

menjadi dua bagian, antara lain:

a. Cabang anterior, berjalan ke bawah dan ke depan untuk

menembus capsula facialis dari glandula parotidea. Di sini cabang

anterior bergabung dengan vena facialis untuk membentuk vena

facialis communis yang masuk ke vena jugularis interna.

b. Cabang posterior, berjalan ke belakang, menembus fascia yang

membungkus glandula parotidea dan bertemu pada permukaan

musculus sternocleidomastoideus dengan vena auricularis

posterior yang mendrainase kulit kepala di belakang telinga.

Penggabungan vena-vena ini akan membentuk vena jugularis

externa, berjalan turun pada bagian samping leher untuk bergabung dengan

vena subclavia di atas clavicula.

33

Page 34: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.21 Vena superficialis kepala

34

Page 35: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Gambar 3.22 Vena profunda wajah

3.8 Mekanisme Mastikasi

Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,

mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas

yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen

pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara

gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang

terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan

laring.

Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang

bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral.

35

Page 36: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama

penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan

pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam

mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme

pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran

makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan

saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.

3.8.1 Membuka mulut

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya

lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus

pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan

menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior

muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan

relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan

muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar.

Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu

horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan

angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini

berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus

digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang

berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada

tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya

(Pedersen, 1996).

3.8.2 Menutup mulut

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis,

dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai

posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada

keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam

fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus

36

Page 37: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia

artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus

temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk

mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga

gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal (Pedersen, 1996).

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot

pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah

bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus

temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada

saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama

gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa

sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun

di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih

diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan

sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir

dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada

berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung

berperan dalam mekanisme stress (Pedersen, 1996).

3.8.3 Mengunyah

Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan

kekuatan di gigi incidor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200

pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan

untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk menggiling

makanan.

Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial

ke lima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi

dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan

pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus,

amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori

untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

37

Page 38: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah,

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks

penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan

otot rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.

3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga

menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot

rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di

lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua

makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat

karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di

sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum

makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan

alasan sebagai berikut:

Enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan,

sehingga tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan

keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi pencernaan.

Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan

dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk

mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut-

turut ke dalam semua segmen usus.

3.8.4 Menelan

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang

memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi

dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama

38

Page 39: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang

otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga

mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi

disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari

rongga mulut sampai ke lambung. Proses menelan dapat dibagi menjadi 3

fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.

Fase Oral, pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus

makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot

pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi

dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari.

Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik

 

Tabel 3.1 Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

 

 

Bibir

 

 

 

 

 

Mulut & pipi

 

 

Lidah

n. V.2 (maksilaris)

 

 

n. V.2 (maksilaris)

 

 

 

 

 

n.V.2 (maksilaris)

 

 

n.V.3 (lingualis)

N.V : m. Temporalis, m. maseter,

m. pterigoid

 

n. VII : m.orbikularis oris, m.

zigomatikum, m.levator labius

oris, m.depresor labius oris, m.

levator anguli oris, m. depressor

anguli oris

 

n.VII: m. mentalis, m. risorius,

m.businator

 

n.XII : m. hioglosus, m.

mioglosus

 

39

Page 40: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring

segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus

diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat

mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan

palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian

arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga

menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi

m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

 

Tabel 3.2 Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir

 

 

 

Mulut & pipi

 

 

 

Lidah

 

Uvula

n. V.2 (mandibularis),

n.V.3 (lingualis)

 

 

n. V.2 (mandibularis)

 

 

 

n.V.3 (lingualis)

 

n.V.2 (mandibularis)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

labius oris, m. depressor labius,

m.mentalis

 

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris,

m.depressor anguli oris, m.risorius.

m.businator

 

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

 

n.IX,X,XI: m.uvulae,m.palatofaring

 

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2

dan nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI,

n.XII sebagai serabut efferen (motorik). 

Fase Faringeal, fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh

arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul.

Pada fase faringeal ini terjadi :

40

Page 41: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan

n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian

uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah

nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX)

m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi

pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena

kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan

n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.

Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring

inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti

oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus

dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan

turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya

berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila

menelan makanan padat.

 

Tabel 3.3 Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

 

 

 

 

Palatum

 

 

n.V.3

 

 

 

 

n.V.2, n.V.3

 

 

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

 

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

 

41

Page 42: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

 

Hyoid

 

 

Nasofaring

 

Faring

 

 

 

 

Laring

 

Esofagus

 

n.Laringeus

superior cab

internus (n.X)

 

n.X

 

n.X

 

 

 

 

n.rekuren (n.X)

 

n.X

n.V  : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

 

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

 

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,

m.konstriktor faring sup, m.konstriktor

ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

 

n.IX :m.stilofaring

 

n.X  : m.krikofaring

 

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3

dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII

sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase

faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang

waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume

bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter

esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai

dengan umur.

 Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik.

Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang

bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan

tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai

tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring.

42

Page 43: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif

akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring,

sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter

esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior,

m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.

Fase Esofageal, pada fase esofageal proses menelan berlangsung

tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-

4 cm/ detik. Fase ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang

peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot

sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik

pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf

pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot

sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara

teratur menuju ke distal esofagus.

 

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun

karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal

transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot

rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap,

antara lain :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam

orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak

(kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk

mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg

berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg

berhubungan dgn proses menelan.

43

Page 44: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

3.8.5 Berbicara

Percakapan  digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk

menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian

penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang

berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa.

Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang

perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

 Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei

di otak, dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral

otak. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada

bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan

aliran berkesinambungan dari udara dengan volume  yang  cukup dan

tekanan (di bawah kontrol volunteer  adekuat) untuk phonasi. Aliran dari

udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur

oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal

sebagai bicara. Struktur fungsional organ pengucapan, antara lain:

Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain

untuk memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3

kartilago yang berpasangan dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak

pada midline didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6.

Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:

*        Vestibule

*        Ventricle

*        Infraglotitic

Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada

regio ventricle.

Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan

gelombang suara yang nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan

articulator yang kemudian  dihasilkan suara yang seperti kita ucapkan

44

Page 45: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

sehari-hari. Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension)

dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-

otot tersebut adalah:

M. Cricothyroideu                        :      menegangkan pita suara

M. Tyroarytenoideus (vocalis)     :      relaksasi pita suara

M. Cricoarytenoideus lateralis    :      adduksi pita suara

M. Cricoarytenoideus posterior   :      abduksi pita suara

M. Arytenoideus transversus      :      menutup bagian posterior

rima glotidis

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section

dengan panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross

section ini bervariasi dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang, lidah,

dan velum(soft palate). Perangkap (trap-door action) yang dibuat sepasang

velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam

speech production- nasal tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm

dan luas 60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari

udara yang melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini

sebagai filter dengan frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan

resonansi akustik dari vocal tract.

Voiced Sounds (Suara),contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi

dengan meningkatkan tekanan udara di paru-paru dan menekan udara untuk

bergerak ke glottis (lubang antara vocal cords), sehingga vocal cords

bergetar.

Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran

broad spectrum quasi-periodic  yang berada di vocal tract. Ligament yang

bergetar dari vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara

khusus bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang mengatur

vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors.  Naik dan

turunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor – crico-thyroid dan

45

Page 46: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

otot vocalis. Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur

derajat getaran laryngeal.

Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut

dimodifikasi  untuk menghasilkan suara yang jelas dengan proses resonansi

dan artikulasi dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi

suara dasar disaring. Kualitas akhir dari suara tergantung dari ukuran dan

bentuk berbagai cavitas yang berhubungan dengan mulut dan hidung.

Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa diubah oleh berbagai macam aktivitas

bagian yang dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral.

Cavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah cavitas

nasal, sinus, dan nasopharynx. Nasopharynx dengan cepat berubah-ubah dan

variasi ini dihasilkan oleh kontraksi otot-otot pharyngeal dan gerakan dari

palatum lunak.

Cavitas yang berhubungan dengan mulut adalah cavitas oral dan

oropharynx. Kedua cavitas ini bisa diubah-ubah oleh kontraksi dari otot-

otot. Semua cavitas ini mengambil dan memperkuat suara fundamental yang

dihasilkan oleh getaran dari vocal cords. Fungsi ini dikenal dengan sebutan

resonansi. Pergerakan dari palatum lunak, laring, dan pharynx membuat

manusia dapat mencapai keseimbangan yang baik antara resonansi oral dan

nasal yang akhirnya menjadi karakteristik dari suara tiap-tiap individu.

Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh

pergerakan bibir, mandibula, lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam

kordinasi dengan respirasi dan phonasi

Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk

dari tonsil laryngeal dan untuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara

yang penting terbentuk adalah pengucapan konsonan, yang ditekankan

sebagai iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk dari

gelombang udara yang berkontak dari arah yang berlawanan. Misalnya pada

kontak antara dua bibir saat pengucapan huruf “p” dan “b”. Contoh lainnya

juga pada lidah yang menyentuh gigi dan palatum saat pengucapan huruf “t”

dan “d”.

46

Page 47: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan

hanya berupa faktor kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang

hanya dihasilkan oleh huruf vocal. Hal ini terbukti secara klinis ketika

kemampuan berbicara seseorang hilang pada penderita paralytic stroke.

Kemampuan berbicaranya hanya seperti pengucapan huruf vocal saja

dengan sedikit konsonan.

Disamping menyuarakan suara-suara, sistem vokal dapat

menghasilkan dua macam suara-suara yang tak terdengar: fricative sounds

dan plosive sounds.

Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s,sh, f, dan th, yang

dihasilkan ketika traktus vokal setengah tertutup pada beberapa titik dan

udara tertekan melewati konstriksi pada kecepatan yang cukup tinggi untuk

menghasilkan turbulensi. Konsonan fricative membutuhkan sangat sedikit

penyesuaian pada artikulator, dan sering terdengar  tidak sempurna pada

kasus maloklusi atau penggunaan denture.

Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika traktus vokal

tertutup seluruhnya ( biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan tekanan

udara meningkat saat menutup, dan kemudian membuka dengan tiba-tiba.

Untuk beberapa suara, seperti fricative consonant v dan z yang terdengar,

adanya kombinasi dari dua sumber suara.

Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan

dengan  fungsi kontinyu dari sensorik informasi dari reseptor otot  dan

mechanoreceptor cutaneous yang didistribusikan sepanjang respiratosy,

laringeal, dan sistem orofacial.

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen

yang bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral

laring ke arah tengah dari glotis. pita suara ini diregangkan dan diatur

posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar agar aliran udara

mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga aliran

udara diantara mereka akan menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran

47

Page 48: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

terutama ditentukan oleh derajat  peregangan pita,  juga oleh bagaimana

kerapatan pita satu sama lain dan oleh massa pada tepinya.

memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi mukosanya.

Tepat di sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat dan

disebut ligamen vokalis. Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago

tiroid yang besar, yaitu kartilago yang menonjol dari permukaan anterior

leher dan (Adam’s Apple”). Di posterior, ligamen vokalis terlekat pada

prosessus vokalis dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid dan

kartilago aritenoid ini kemudian berartikulasi pada bagian bawah dengan

kartilago lain, yaitu kartilago krikoid.

Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau

oleh rotasi posterior dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-otot

dari kartilago tiroid dan kartilago aritenoid menuju kartilago krikoid. Otot-

otot yang terletak di dalam pita suara di sebelah lateral ligamen vokalis,

yaitu otot tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago aritenoid ke arah

kartilago tiroid dan, oleh karena itu, melonggarkan pita suara. Pemisahan

otot-otot ini juga dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi pita suara,

menajamkannya untuk menghasilkan bunyi dengan nada tinggi dan

menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).

Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal

kecil yang terletak di antara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang

dapat merotasikan kartilago ini ke arah dalam atau ke arah luar atau

mendorong dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, untuk

menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

3.9 Mekanisme Nyeri Kepala (Migrain)

Gangguan temporomandibular joint dapat mengakibatkan nyeri kepala,

tahapan sampai terjadinya nyeri kepala dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pada skenario disebutkan bahwa pasien gemar memakan tebu dari kecil.

Makan pasien memiliki kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism) dan

melakukan pengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan

48

Page 49: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

pemberian beban yang terus menerus pada daerah persendian dan otot –

otot pengunyahan berkonstraksi lebih berat dan secara terus-menerus.

2) Hal tersebut menimbulkan emosi dan ketegangan yang berlangsung lama

yang dipengaruhi oleh sistem limbik otak.

3) Emosi dan ketegangan ini menimbulkan refleks beberapa pembuluh arteri

kepala, termasuk arteri yang memasok darah ke otak.

4) Selanjutnya, akibat dari gejala tersebut, timbul suatu keadaan dimana

pembuluh arteri tidak mampu mempertahankan tegangan pembuluh darah.

5) Tegangan pembuluh darah menyebabkan pembuluh itu mengembang dan

berdenyut secara hebat,

6) Maka terjadi serangan yang disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh

darah intrakranial sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai di

bagian oksipital dan meluas ke anterior perlahan-lahan, melintasi korteks

serebri dan diikuti oleh vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial dan

menimbulkan migrain.

Gambar 3.23 Bagan urutan terjadinya nyeri kepala saat terjadi gangguan

temporomandibular joint (migrain)

3.10 Mekanisme Kliking

Bunyi pada sendi merupakan gejala yang paling dering terdapat pada pasien

dengan gangguan TMJ. Terjadi pada satu atau kedua sendi temporomandibula saat

49

Page 50: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

gerakan mandibula dan pada semua tujuan dari pergerakan atau pada semua

kombinasi pergerakan, seperti membuka, menutup, protrusi, retrusi atau

pergeseran ke lateral. Bunyi ini terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk dan

fungsi dari komponen sendi temporomandibula. Bunyi yang dihasilkan dapat

bervariasi, mulai dari lemah dan hanya terasa oleh pasien hingga keras dan tajam.

Bunyi ini dapat terjadi di awal, pertengahan dan akhir gerak buka dan tutup mulut.

Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh penderita, namun pada

beberaoa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh

orang lain.

Oulette adalah orang yang pertama kali mengkategrikan bunyi TMJ dengan

cara yang obyektif. Signifikasi diagnostik dari bunyi TMJ telah lama menjadi

persoalan yang kontroversial. Diakui adanya bunyi TMJ tetapi belum ada

klasifikasi bunyi TMJ yang dibuat. Pada kenyataannya, bunyi diinterpretasikan

bervariasi dari satu penulis dengan penulis lainnya sehingga dibutuhkan

penyelidikan lebih lanjut. Dia ingin merekan bunyi yang dikelompokka dari TMJ

dan membaginya ke dalam grup-grup dalam pemeriksaan.

Setiap rekaman dianalisis pada kisaran frekuensi 40 Hz hingga 4 kHz. Hal

ini menghasilkan baik bunyi amplitudo total maupun frekuensi utama yang

menghasilkan bunyi. Bunyi yang dianalisis yang drekam dan mengkategorikan

orang yang berpartisipasi menurut kategori bunyinya. Kategori awal dari bunyi

TMJ.

Grup 1. Bunyi rekaman rendah dengan komponen yang sama baik pada

tahap membuka maupun menutup, bersamaan dengan bunyi yang dibuat oleh

gigi-gigi yang berkontak sebagai puncak tunggal atau ledakan frekuensi.

Grup 2. Kombinasi dan frekuensi rendah dan tinggi. Kebanyakan kisaran

frekuensi adalah pada 2kHz hingga 4,5 kHz.

Grup 3. Karakteristik staccato ( jenis musik yang terputus-putus tetapi jelas)

atau irregular, tiba-tiba, ledakan staccato dari energi bunyi/suara pada kisaran

frekuensi tinggi dan tendah (Amplitudo rendah yang dikatakan berhubungan

dengan bunyi klik menggerisik).

50

Page 51: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

Grup 4. Sedikit atau tidak ada bunyi yang direkam, kecuali karakteristik

kontak gigi-gigi terpaku/terkunci. (Kebanyakan partisipan di dalam grup ini

memiliki perawakan yang kecil dan memiliki otot yang lunak/lembut atau lemah).

Mungkin klasifikasi yang paling signifikan dari bunyi TMJ adalah yang

dilakukan oleh David Watt, 1980. Dia menemukan klasifikasi bunyi TMJ yang

memperhitungkan sifat dari bunyi, (klik atau gemerisik), kualitasnya (keras atau

lunak), tergantung dari posisi relatif terhadap gerakan mandibula

(dekat/sedang/jauh), dan apakah bunyi terjadi ketika rahang membuka atau

menutup.

Klasifikasi bunyi TMJ tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Klik Halus : bunyi ini dihasilkan dari pembukaan pada lebar-sedang

(lebih besar 1 cm) sering disebut sebagai popping click (bunyi letusan

klik) oleh orang yang mengalaminya, dan seringkali juga didengar oleh

individu yang tidak menderita kelainan TMJ tetapi karena inkoordinasi

otot (otot yang tidak terkoordinasi). Bunyi-bunyi ini biasanya berupa

ledakan pendek pada frekuensi rendah dan amplitudo rendah.

2. Gemerisik Halus : disini bunyi dihasilkan dari posisi pembukaan mulut

yang lebar (lebih dari 2 cm) bunyi seperti ruas tulang saling bergeser

satu sama lain. Bunyi ini ditemukan dominan pada wanita muda pada

saat munculnya molar ketiga. Bunyi yang dihasilakan pada frekuensi

rendah dan amplitudo rendah. Seringkali bunyi ini datang dan pergi, dan

bahkan pada posisi yang berbeda dari siklus membuka menutup.

3. Klik Keras : bunyi TMJ ini yang terjadi pada bagian dekat tengah pada

siklus membuka (sekitar 1 cm hingga 2 cm) dappat dijelaskan sebagai

klik retakan atau bergeretak. Munculnya bunyi tersebut menunjukkan

adanya kelainan spesifik pada pada permukaan sendi. Bunyi yang

terdeteksi adalah tajam dan mengandung sejumlah puncak amplitudo

tinggi, yang berarti bahwa permukaan TMJ mengalami abrasi.

4. Gemerisik Keras : dihasilkan pada pembukaan dekat (kurang dari 1 cm)

bagian/penampang penutupan dari siklus bunyi ini menyerupai seperti

melangkah di atas kerikil. Timbulnya bunyi ini menunjukkan dengan

51

Page 52: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

kuat adanya perubahan arthritis pada TMJ. Klasifikasi selanjutnya

digunakan untuk tahap berikutnya dengan mengkategorikan bunyi

menurut posisi mandibula terhadap rahang atas. Tiga posisi rahang

terhadap terjadinya bunyi TMJ.

Klasifikasi meenurut Posisi Mandibula

1. Klik Dekat : bunyi yang terjadi pada posisi kurang 1 cm kadang

merupakan akibat arthritis. Klik ini biasanya lebih menimbulkan

masalah terhadap orangnya dibandingkan dengan klik lebar yang mana

keadaan ini sering merupakan tanda dari kerusakan pada permukaan

artikular seperti perubahan arthritis.

2. Klik Menengah : bunyi dengan amplitudo lembut atau rendah yang

dihaslkan antara 1 cm dan 2 cm seringkali disebabkan oleh pemisahan

pada permukaan sendi atau dengan pemisahan ligamen

temporomandibular di atas kutub lateral pada kondilus.

3. Klik Lebar : klik halus/lembut yang berada pada pembukaan rahang

maksimum yang mungkin tanpa symptom. Meskipun demikian yang

terjadi sebelum maksimum, lebih besar dari 2 cm, dapat merupakan

akibat pada kondilus yang dijalarkan ke band anterior pada meniskus.

Orang yang mengalami hal ini sering menderita dislokasi parsial pada

rahang ketika siklus pembukaan. Bunyi yang dihasilkan biasanya hanya

dapat didengarkan oleh orang yang mengalami masalah ini.

Kliking sebagai salah satu bunyi pada sendi temporomandibula. Secara

umum terdapat dua macam bunyi sendi yaitu kliking dan krepitus. Kliking

meruapakan keluhan pada sendi temporomandibula yang paling sering. Kliking

dapat terjadi pada setiap waktu selama gerakan membuka dan menutup dari

mandibula. Bunyi kliking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi

tersebut dapat berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak

yang tajam dan keras. Kliking adalah satu suara dengan durasi yang pendek. Suara

ini relatif kuat terdengar dan kadang-kadang terdengar seperti satu tepukan.

Kliking tunggal adalah bunyi yan terdengar saat membuka mulut, saat kondilus

52

Page 53: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

bergerak melalui posterior border masuk ke zona intermediat diskus. Kliking ini

merupakan salah satu gejala paling awal terjadinya kelainan sendi

temporomandibula. Sedangkan kliking ganda adalah bunyi kliking kedua saat

menutup mulut setelah kliking tunggal terdengar pada waktu membuka mulut.

Bunyi ini terdengar saat kondilus bergerak dari zona intermediat diskus ke

posterior border.

Mekanisme kliking terjadi jika pada gerakan diskus tidak sinkron dengan

gerakan kondil. Perpindahan diskus timbul dari beberapa keadaan, salah satunya

adalah trauma terhadap sendi sehingga ligamen-ligamen yang bekerja berlawanan

degan otot pterygoideus lateralis mengalami ketegangan atau robek. Pada keadaan

ini, kontraksi otot menggerakkan diskus maju ketika kondil bergerak maju

sewaktu membuka mulut tetapi ligamen tidak dapat mempertahankan diskus, di

posisinya yang tepat saat rahang ditutup, sehingga terjadi kliking saat membuka

dan menutup mulut. Kliking dapat terjadi karena ketidakteraturan permukaan

sendi misalnya karena osteoarthritis. Bunyi kliking ada kaitannya dengan

perubahan posisi kondil dalam fossa mandibularis. Beberapa penelitian tomografi

menunjukkan bahwa pasien yang mengalami kliking mempunyai letak kondil

yang retroposisi. Menurut Hasson (1986), seiring dengan meningkatnya usia,

kliking akan lebih sering ditemukan. Disamping itu, bertambahnya usia juga

mempunyai hubungan dengan bertambahnya pencabutan gigi. Perubahan pada

waktu dan kekerasan kliking disertai rasa sakit dapat menindikasikan

adanyafaktor etiologi dan progresif dari gangguan sendi temporomandibular.

3.11 Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak

lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah

suatukeadaan keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi

merupakansuatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi

patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi disertai luksasi sendi yang disebut

fraktur dislokasi.Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

kesatuan sendi. Dislokasi inidapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser

53

Page 54: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

atau terlepasnya seluruh komponentulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi)

3.11.1 Klasifikasi dan Etiologi

Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui

mekanisme traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi dibedakan

berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa articularis tulang temporal,

antara lain:

1. Dislokasi anterior

Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi

anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi

anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens normal

kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan

ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat

mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi,

mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke

tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme

muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan

trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa

temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral.

Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren, atau

kronik.

2. Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun

biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan

seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau

kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur

endoskopik.

3. Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama

pada pasien dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang

dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi akibat riwayat

disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.

54

Page 55: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

4. Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak

ditangani sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang

salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka.

5. Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung

pada dagu. Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah

mastoid. Jejas pada meatus acusticus externum akibat condylus

dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.

6. Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada

mulut yang sedang berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula

pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran condylus ke arah

superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis,

kontusio serebri, atau gangguan pendengaran. Dislokasi lateral

biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke

arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada

permukaan temporal kepala.

3.11.2 Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa

sendi untuk  bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan

kegagalan tekanan, baik  pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula

fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut

lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat.

Penyebab terjadinya dislokasi temporomandibular joint adalah karena:

1. Trauma

Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

2. Kongenital

Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal

paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal

paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai

yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi

congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling

55

Page 56: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan

klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan

dini memberikan hasil yang sangat baik. Tindakan dengan reposisi dan

pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak

ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan

pembedahan.

3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang

belakang.

Gambar 3.24 Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)

56

Page 57: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

BAB IV

KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa sistem

mastikasi (sistem pengunyahan) makanan sangat berperan penting dalam sistem

tubuh manusia. Sistem mastikasi ini dilengkapi dengan tulang, sendi, otot, saraf,

dan pembuluh darah baik pada sistem pengunyahannya maupun pada wajah.

Adapun dari proses ini adalah proses mengunyah dan proses menelan.

Salah satu tulang dan sendi pada sistem mastikasi adalah TMJ (Temporo

Mandibula Joint). Jika TMJ ini bekerja tidak normal saat proses mastikasi, maka

dapat menimbulkan berbagai macam gangguan (patologi).

57

Page 58: 127571417 Laporan Skenario 4 Temporomandibular Joint Tmj(1)

DAFTAR PUSTAKA

Dixon, Andrew D. 1993. Anatomi untuk Kedokteran Gigi Edisi 5. Jakarta :

Hipokrates

Faiz, Omar & David Moffat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta : Erlangga.

Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa :

Purwanto, Boesoeseno. Jakarta : EGC

Prof. Dr. drg. HaryoMustiko Dipoyono, Ms., Sp.Pros (K). 2008. Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar FKG UGM “Gangguan Nyeri Bunyi

Clicking Pada Sendi Temporomandibula”. Yogyakarta

Reksoprojo, S.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Spalteholz-Spanner. 1994. Atlas Anatomi Manusia Bagian I. Jakarta : Hipokrates

Spalteholz-Spanner. 1994. Atlas Anatomi Manusia Bagian II. Jakarta : Hipokrates

Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. EGC :

Jakarta

58