documenttk
DESCRIPTION
tkTRANSCRIPT
XI. TUGAS KHUSUS
MACAM-MACAM RAGI-RAGI FERMENTASI
1. Ragi
Ragi merupakan sediaan mikroorganisme hidup yang diperlukan dalam
proses fermentasi/peragian produk pangan. Dalam kehidupan kita sangat
tergantung pada mikroorganisme pengurai. Sebab mempunyai begitu banyak
keuntungan. Ragi bisa berbelah menjadi banyak untuk perkembangbiakannya,
sebagaimana mikroba lainnya juga. Jadi kalau ada makanan ia akan berbiak terus.
Dalam industri bir misalnya akhir fermentasi jumlah ragi atau yeast itu sangat
banyak sekali, karena kecepatan pembelahannya atau penggandaanya yg singkat.
Jangan itu dalam skala lab saja jumlahgnya sangat banyak bila dilakukan
fermentasi sesuatu menggunakan mikroba.
Begitu banyak manfaat ragi bagi kita semua, demi berkembangnya ilmu kita
mari kia bahas secara mendalam tapi tidak terlalu dalam tentang Ragi. Ragi adalah
makhluk hidup, bahasa umum ilmiahnya adalah yeast. Aturan menulis nama
latinnya harus miring suku kata pertama huruf besar dan suku kata ke dua huruf
kecil.
Jadi ragi bukanlah sesuatu yang bisa di buat dari item bahan makanan. Ia
adalah makhluk hidup tingkat rendah, yang berukuran micro. Ragi suka akan
bahan makanan yg manis, bila mengembangkan di lab dia membutuhkan banyak
glukosa. Ragi butuh makanan seperti layaknya manusia, butuh protein, glukosa,
dan mineral.
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi
biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media
biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-
butiran kecil atau cairan nutrien.
Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan
dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, roti dan bir. Mikroorganisme
yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungsi
(khamir dan kapang) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces,
Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala,, Lactobacillus, Acetobacter,
dan sebagainya.
Berbagai jenis ragi yang digunakan di berbagai negara dan kebudayaan di
dunia dibuat menggunakan media biakan tertentu dan campuran tertentu galur
fungi dan bakteri. Berikut adalah sebutan untuk ragi dalam berbagai kebudayaan:
1) Qū (Cina)
2) Nuruk (Korea)
3) Koji (Jepang)
4) Bakhar, ranu, marchaar (murcha) (India)
5) Bubod (Filipina)
6) Loopang (Thailand)
Pada umumnya ragi menjadi salah satu bahan penting dalam membuat
makanan. Seperti tape, roti, sake dan sebagainya. Ragi atau dikenal juga dengan
sebutan 'Yeast' merupakan semacam tumbuh - tumbuhan bersel satu yang akan
bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan
karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu adonan menjadi
mengembang dan terbentuk pori- pori.
1.1. Jenis Ragi
Terdapat berbagai macam jenis ragi yang umumnya dikenal yaitu:
1. Jenis Ragi Yang Biasa Dijual
Ada dua jenis ragi yang biasa di jual yaitu ragi kering dan ragi padat. Jenis
ragi kering ini ada yang berbentuk butiran kecil - kecil dan ada juga yang
berupa bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna
kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti.
Sedangkan ragi padat yang bentuknya bulat pipih, sering digunakan dalam
pembuatan tape sehingga banyak orang menyebutnya dengan ragi tape .Ragi
ini dibuat dari tepung beras, bawang putih dan kayu manis yang diaduk hingga
halus, lalu disimpan dalam tempat yang gelap selama beberapa hari hingga
terjadi proses fermentasi. Setelah tumbuh jamur yang berwarna putih susu
kemudian ragi ini dijemur kembali hingga benar - benar kering.
Ragi padat memiliki aroma yang sangat tajam dengan aroma alkohol yang
sangat khas. Ragi tapai banyak dijumpai dipasar tradisional bagian rempah atau
bumbu dapur. Lain halnya dengan ragi kering jauh lebih praktis dalam
penggunaannya. Aroma yang dihasilkannya pun tidak terlalu mencolok karena
memang khusus untuk pembuatan roti. Dalam penggunaannya, hampir semua
orang lebih suka menggunakannya karena tinggal dicampur dengan adonan.
Ragi roti bisa diperoleh dipasar tradisional, swalayan, ataupun toko bahan kue.
2. Jenis Ragi Secara Umum
Ada 3 jenis ragi yang umum dikenal, yaitu ragi tapai yang berbentuk
padatan bulat pipih berwarna putih, ragi roti berbentuk butiran, dan ragi tempe
berbentuk bubuk. Umumnya, mikroorganisme pada ragi dibiarkan tumbuh
pada bahan pengisi berupa beras/tepung beras/bahan lain yang mengandung
karbohidrat tinggi, kemudian dikeringkan. Ragi roti dan ragi tapai mengandung
khamir yang sama, yaitu Saccharomyces cereviciae. Bedanya, ragi tapai dibuat
dengan penambahan bumbu-bumbu dan mikroorganisme lain sehingga tidak
hanya khamir tapi ada juga beberapa jenis bakteri lain.
Ragi untuk tempe berbeda dari ragi roti atau tapai. Merupakan jenis
kapang/ jamur (Rhizopus sp.) yang bisa membentuk benang-benang halus.
Umur simpan ragi sangat tergantung pada jenis kemasan yang digunakan.
Ragi dalam kemasan plastik bisa tahan hingga 3 bulan, sedangkan ragi dalam
wadah tertutup/kemasan aluminum foil tahan hingga 12 bulan. Ragi tapai
yang baik berwarna putih bersih tidak berjamur dan kering/tidak lembap.
Untuk ragi roti, pilih yang dikemas rapat, kering/tidak lembap, dan berwarna
cerah (kuning kecokelatan), sedangkan untuk ragi tempe sebaiknya pilih yang
berwarna putih dan tidak menggumpal.
1.2. Manfaat dan Penggunaannya
Ragi padat, selain dimanfaatkan untuk fermentasi pembuatan tapai terkadang
juga untuk mengempukkan ikan atau membuat pindang bandeng. Dalam
penggunaannya, ragi padat harus dihaluskan sebelum ditaburkan dalam bahan
lainnya.
Ragi kering yang terbentuk butiran dan bubuk ini bisa membuat adonan roti
menjadi mengembang, empuk dan lentur. Untuk pemakaiannya, ragi kering yang
bentuknya butiran harus dicampur dengan air hangat dan gula agar terbentuk
'adonan biang' sebelum dicampur dengan adonan tepung. Sedangkan ragi kering
yang bentuknya butiran halus atau ragi instan, cara pemakaiannya bisa langsung
dicampur dalam adonan tepung, gula, air dan bahan lainnya.
1.3. Cara Penyimpanan Ragi
Dalam keadaan tidak terpakai, ragi membutuhkan suasana hangat agar sel -
sel nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan kerjanya. Maka ragi - ragi ini
memerlukan penyimpanan yang teliti.
1. Ragi padat dalam keadaan normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya
peragiannya jika disimpan dalam suhu 2 derajat celcius selama 4 sampai 5
minggu. Ragi padat harus selalu disimpan ditempat dingin (lemari es).
2. Ragi kering yang terbentuk seperti butiran halus ini umumnya terbungkus
dalam kemasan timah yang mengandung nitrogen agar tetap awet. Untuk
penyimpanan tidak perlu disimpan ditempat yang dingin (lemari es), tetapi bila
keadaan memungkinkan, menyimpan ragi ini ditempat dingin akan menambah
kegunaan ragi.
Suhu ideal untuk menyimpan ragi kering agar awet dalam jangka waktu yang
panjang adalah 7 derajat celcius dan perlu diperhatikan sesering mungkin. Yang
perlu diingat pada saat membeli ragi, teliti tanggal kadaluwarsa pada kemasan dan
pastikan kemasan dalam keadaan utuh dan kering. Khusus ragi kering, perhatikan
jika kemasan sobek maka ragi sudah tidak hidup lagi dan tidak aktif dalam proses
fermentasi.
2. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang
tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam
tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan
antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe
memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia.
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai
pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di
dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti
Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang
lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan
pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak
patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan
lisensi dari pemegang hak paten).
Gambar 1. Tempe
2.1. Kandungan Gizi Tempe
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat
menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif
(aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu
tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak
banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik
untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga
bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan
pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai
efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh
dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan
anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk
akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan
kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu
senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe
yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia
dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung,
atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu
gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-
tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak
balita.
3. Ragi Tempe
Seperti telah dijelaskan bahwa jenis jamur yang lazim digunakan dalam
pembuatan tempe berasal dari kelompok Zygomycota. Spesifikasi jenis jamur dari
kelompok tersebut yang digunakan untuk tempe adalah Rhizopus Oligosporus dan
Rhizopus Stolonifer. Namun, secara umu, jenis jamur yang paling umum
digunakan oleh petani tempe adalah jenis Rhizopus Oligosporus. Jamur ini sering
juga disebut dengan jamur benang. Karakteristiknya berupa koloni abu-abu
dengan sedikit degradasi coklat. Ketinggian jamur tempe ini bisa mencapai 1 mm.
Rhizopus Oligosporus menghasilkan sebuah enzim bernama Fitase. Kerja
enzim ini adalah memecah Fitat dan membuat komponen senyawa makro pada
kacang kedelai dilebur atau dipecah menjadi kompenen mikro yang lebih
sederhana. Hal ini yang menjadikan zat gizi pada tempe jauh lebih mudah untuk
diolah oleh tubuh kita. Jamur ini juga bisa memfermentasikan substrat lainnya,
memproduksi beberapa enzim (salah satu enzim yang diproduksi yaitu enzim
golongan protase) dan bahkan bisa digunkana untuk mengolah beberapa jenis
limbah.
Gambar 2. Rhizopus Oligosporus
Warna putih tersebut merupakan warna alamiah yang bersumber dari
pertumbuhan miselia jamur tempe atau kapang tempe. Miselia ini yang kemudian
merekatkan bebijian kedelai sehingga tekstrurnya menjadi padat. Miselia ini
dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama hifa, yakni struktur biologis berupa
berkas-berkas yang sangat halus dan merupakan bagian integral vegetatif jamur.
Hifa atau miselia atau miselium bisa dikatakan adalah bentuk tubuh jamur yang
sebenarnya. Fungsi hifa sendiri sama seperti akar dan daun pada tumbuhan
sempurna.
Dalam pembuatan tempe dibutuhkan biakan/starter/kultur jamur/kapang
tempe yang disebut inokulum/ragi tempe; biakan jamur ini dibutuhkan dalam
proses fermentasi butiran kedelai atau sejenisnya, sehingga akan terbentuk tempe
yang kompak dan berpenampilan menarik serta nilai gizinya semakin lengkap
apabila dibandingkan dengan nilai gizi kacang kedelai. Jenis jamur yang tumbuh
pada tempe terdiri dari Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. arrhizus dan Mucor
rouxii (tempe daerah Malang dan sekitarnya) atau R. oryzae dan R. stolonifer
(tempe daerah Solo dan sekitarnya). Sedangkan pada tempe dari daerah Jakarta
kapangnya adalah Mucor javanicus, Trichosporum pullulans dan Fusarium sp.
Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis
makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan
besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan
tempe berbahan dasar non-legum.
Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro
benguk (dari biji kara benguk, Mucuna pruriens L.D.C. var. utilis, berasal dari
sekitar Waduk Kedungombo), tempe gude (dari kacang gude, Cajanus cajan),
tempe gembus (dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok
dan Bali bagian timur), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah
Yogyakarta), tempe kacang kecipir (dari kecipir, Psophocarpus tetragonolobus),
tempe kara pedang (dari biji kara pedang Canavalia ensiformis), tempe lupin (dari
lupin, Lupinus angustifolius), tempe kacang merah (dari kacang merah, Phaseolus
vulgaris), tempe kacang tunggak (dari kacang tunggak, Vigna unguiculata), tempe
kara wedus (dari biji kara wedus Lablab purpures), tempe kara (dari kara kratok,
Phaseolus lunatus, banyak ditemukan di Amerika Utara), dan tempe menjes (dari
kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang).
Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur (dari biji
mungur, Enterolobium samon), tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas
kelapa, terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau
ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji
karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe
jamur merang (dari jamur merang).
Ada beberapa sebutan inokulum tempe di masyarakat,/pasaran seperti ragi
tempe, laru, dan usar; dimana masing-masing inokulum tersebut bisa didapatkan
dengan cara membeli di pasaran atau di Primkopti atau kita dapat pula membuat
sendiri. Ada beberapa cara pembuatan inokulum/ragi tempe, sebagai berikut :
1. Usar dari daun pembungkus tempe
Dibuat dari bekas pembungkus tempe dari daun (daun pisang, daun waru, daun
jati, dll) yang dipermukaannya masih terdapat jamur tempe yang melekat,
dikeringkan (sehingga bisa disimpan); kemudian untuk menggunakannya
cukup permukaan daun yang ditempeli jamur di usar-usarkan (di usap-
usapkan/dibalurkan) ke biji kedele yang telah siap untuk difermentasi.
2. Usar dari daun Waru atau Jati
Pilih daun Waru (Hibiscus tiliaceus) atau Jati (Tectona grandis) yang
permukaan daun bagian bawahnya ditumbuhi jamur berbentuk benang-benang
berwarna putih; letakkan 1 lembar daun dengan permukaan bagian bawah
menghadap ke atas, kemudian di atas permukaannya disebar selapis biji kedelai
yang telah direbus hingga lunak (dalam kondisi dingin); setelah itu tutup
dengan daun lain dengan posisi permukaan bawah menutupi biji kedelai.
Pasangan daun tersebut dibungkus plastik yang telah dilubangi dengan lidi;
biarkan terfermentasi selama 12-24 jam. Setelah itu dikeringkan dan dapat
gunakan untuk pembuatan tempe (seperti point 1.)
3. Ragi dari tempe kering (tepung tempe)
Pilih tempe yang jamurnya sudah berubah warna menjadi berwarna hitam
(tempe segar yang disimpan beberapa hari); iris tipis-tipis; jemur sampai
kering; kemudian blender hingga menjadi tepung.; ayak. Campur dengan
tepung terigu yang telah disangrai (perbandingan 1 : 10). Kemas dalam
kantong plastik atau gunakan tepung tempe tersebut dengan cara mencampur
dengan biji kedelai yang telah siap untuk difermentasi.
4. Ragi tempe dari nasi/beras
Siapkan beras (300 g), tepung tempe (3 g), beras sangrai (1,5 kg) yang telah
dihaluskan/dibuat tepung. Cuci bersih beras, masak sampai menjadi nasi
kemudian dinginkan. Letakkan nasi di atas permukaan tampah yang bersih
secara merata, taburkan tepung tempe pada nasi, aduk rata, tutup dengan daun
pisang atau plastik, biarkan terfermentasi sampai semua permukaan nasi
ditumbuhi jamur berwarna hitam (daun atau plastik kadangkala perlu dibuka
agar embun tidak menetes ke atas nasi). Jemur nasi berjamur sampai kering;
blender sampai menjadi tepung halus kemudian diayak. Campur ragi dengan
tepung beras sangrai (kira-kira 10 g ragi untuk mencampur 50-100 g tepung
beras), aduk rata, kemudian kemas dalam kantong plastik; ragi siap digunakan.
Penggunaan ragi tempe berbentuk tepung/bubuk untuk pembuatan tempe
sekitar 2-3 g untuk tiap 1 kg kedelai kering.
Gambar 4. Ragi Tempe