titik ekuivalen
TRANSCRIPT
Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awal titrasi (Raymond. 2004).
Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut (Raymond. 2004).
Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apkah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (Raymond. 2004).
>Dasar Teori
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak
diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang
konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric (Keenan, 1980).
Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku asam
untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang
menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith,
1997).
Titrasi adalah penambahan yang sangat hati-hati dari satu larutan ke yang lain
dengan cara buret. Buret secara akurat mengukur volume larutan yang dibutuhkan
untuk bereaksi dengan jumlah yang secara hati-hati diukur dari zat lain yang terlarut.
Ketika volume yang tepat telah tercapai, indikator perubahan warna dan operator
menghentikan aliran dari buret tersebut. Fenolftalein adalah indikator khas untuk titrasi
asam-basa, tidak berwarna dalam larutan asam dan merah muda dalam larutan basa
(Peters, 1990). Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk
melibatkan reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika
titrasi tiba di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan
reaksi. Larutan standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya.
Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai
sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
a. Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
Memiliki kemurnian yang tinggi
Mudah diperoleh dan dikeringkan
Mudah diperiksa kemurniannya
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
c. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
sekunder sebagai pembanding.
(Weiner, 2010).
>Data/Pengamatan dan Hasil Percobaan :
Membuat larutan standar
Setelah dilakukan penimbangan, berat asam oksalat yang digunakan ialah 0,627 gram.
Normalitas larutan asam oksalat = g/Mr x 1000/100 = 0,627/126 x 1000/100 = 0,049 M
= M x valensi = 0,049 x 2 = 0,098 N
Titrasi
Titrasi 1
Volume NaOH(ml) = 10
Vol asam oksalat = 10,850 ml
Normalitas NaOH : V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 10,85.0,098
N1 = 0,106 N
Titrasi 2
Volume NaOH(ml) = 10
Vol asam oksalat = 11 ml
Normalitas NaOH : V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 11.0,098
N2 = 0,107 N
Titrasi 3
Volume NaOH(ml) = 10
Vol asam oksalat = 10,250 ml
Normalitas NaOH : V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 10,25.0,098
N1 = 0,100 N
N. NaOH rata-rata = 0,104 N
Pengamatan, Persamaan Reaksi dan Perhitungan :
H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)
NaOH ketika diteteskan dengan PP akan berubah warna menjadi warna pink.
Ketika di titrasi dengan larutan asam oksalat dihidrat berubah warna menjadi putih
bening.
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan:
Titrasi
Titrasi 1
Vol.larutan cuka = 10 ml
Vol.NaOH = 7,2 ml
Kadar asam asetat :
V.NaOH x N.NaOH x BE CH3COOH
------------------------------------------ X FP X 100%
1000 x V.CH3COOH yang diambil
= 7,2 x 0,104 x 60/1
--------------------- X 50/5 X 100/25 X 100%
1000 x 10
= 17,971 % b/v
Titrasi 2
Vol.larutan cuka = 10 ml
Vol.NaOH = 6,9 ml
Kadar asam asetat :
V.NaOH x N.NaOH x BE CH3COOH
------------------------------------------ X FP X 100%
1000 x V.CH3COOH yang diambil
= 6,9 x 0,104 x 60/1
--------------------- X 50/5 X 100/25 X 100%
1000 x 10
= 17,222 % b/v
Titrasi 3
Vol.larutan cuka = 10 ml
Vol.NaOH = 6,9 ml
Kadar asam asetat :
V.NaOH x N.NaOH x BE CH3COOH
------------------------------------------ X FP X 100%
1000 x V.CH3COOH yang diambil
= 6,9 x 0,104 x 60/1
--------------------- X 50/5 X 100/25 X 100%
1000 x 10
= 17,222 % b/v
Rata-rata = 17, 471 % b/v
Pengamatan, Persamaan Reaksi dan Perhitungan :
CH3COOH (aq) + NaOH(aq) NaCH3COOH (aq) + H2O(l)
Ketika asam asetat dalam cuka perdagangan diteteskan PP, warna tetap putih, bening.
Ketika dititrasi dengan larutan NaOH, warna berubah ,menjadi pink.
>Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat larutan standar dan menentukan
kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Titik akhir titrasi ialah titik dimana setelah
penambahan setetes demi setetes larutan ke larutan lain, tepat berubah warna ketika
diaduk/digoyang-goyangkan.
NaOH merupakan larutan baku sekunder sehingga peru distandarisasi dengan
asam oksalat dihidrat yang merupakan larutan baku primer. Ini dikarenakan NaOH
bersifat higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat dijadikan standar primer :
kemurnian 100%, bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu pemanasan karena
biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum ditimbang, tersedia di mana-mana,
memiliki berat molekul (Mr) yang tinggi, hal ini untuk menghindari kesalahan relative
pada saat menimbang.
Perlu diperhatikan, saat meneteskan PP, larutan yang telah diteteskan harus
segera dititrasikan, karena jika terlalu lama didiamkan, maka larutan itu akan
terkontaminasi dengan udara, warna yang semula oink ketika dteteskan PP akan
menjadi pudar. Asam oksalat dihidrat dan asam asetat dalam cuka perdagangan perlu
diencerkan dahulu agar titrannya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu pekat.
Reaksi dalam pembuatan larutan standar :
H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)
Reaksi dalam penentuan kadar asam cuka :
CH3COOH (aq) + NaOH(aq) NaCH3COOH (aq) + H2O(l)
Percobaan 1 merupakan asidimetri, menggunakan larutan baku asam untuk
menentukan jumlah basa yang ada. Percobaan 2 merupakan alkalimetri, menggunakan
larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada.
>Kesimpulan
Normalitas NaOH = 0,104 N
Kadar asam asetat = 17,471 % b/v
Indikator PP memiliki trayek pH 8,3 – 10
Percobaan 1 (pembuatan larutan standar) = asidimetri
Percobaan 2 (penentuan kadar asam cuka) = alkalimetri
>Pustaka
Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta
Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422, Erlangga,
Jakarta
Peters, Edward I., 1990, Introduction to Chemical Principles, 5 th edition, 394, Saunders
College Publishing, USA
Weiner, Susan A., 2010, , Introduction to Chemical Principles, 7 th edition, 268, Cengage
Learning, USA