tipologi fasade pertokoan di koridor jalan...

9
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 273 Unmas Denpasar TIPOLOGI FASADE PERTOKOAN DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR DENPASAR Tjokorda Istri Praganingrum¹ Cokorda Putra Wirasutama² dan Ida Bagus Suryatmaja³ ¹ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar ² Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar ³ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar Email : [email protected] ABSTRAK Fasade merupakan elemen penting dalam tampilan suatu bangunan untuk memberikan kesan yang menarik dan indah. Fasade juga dipergunakan untuk memberikan citra mengenai fungsi dan aktivitas yang terjadi pada bangunan. Hal itu dapat dilihat khususnya pada bangunan komersial khususnya pertokoan yang saat ini semakin banyak berkembang di Kota Denpasar. Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pembangunan di Bali memiliki fasade bangunan yang beraneka rupa, walaupun telah ada peraturan mengenai tampilan bangunan dimana peraturan tersebut sejatinya mengharuskan agar tiap bangunan yang ada mencirikan arsitektur Bali. Penelitian difokuskan pada Jalan Teuku Umar karena pada lokasi ini menjamur bangunan komersial dengan berbagai fungsi. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis akan diarahkan pada uraian deskriptif mengenai bagaimana pembangunan yang terjadi berdampak terhadap tipologi fasade pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar fasade bangunan pertokoan tidak menggunakan tipe langgam yang ada secara utuh. Banyak bangunan yang menggabungkan beberapa jenis langgam terkait dengan kebutuhannya. Hal yang sama terjadi pada aktualisasi penggunaan konsep lokal/arsitektur tradisional Bali. Banyak bangunan yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menerapkan konsep lokal. Hal tersebut disebabkan oleh tuntutan tampilan wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen. Kata Kunci : Fasade, Tipologi,Langgam ABSTRACT Facade is an important elemen of a building as a display to create an interesting impression. It is also used to give images about the function and activity that’s going on inside the building. This condition can be seen in a commercial building, especially shopping building, that grow quite rapidly in the City of Denpasar. Denpasar as the centre of development and economic growth in Bali has various type of building facade, eventhough rule about building display has already been enacted, which require every building has to apply Balinese Traditional Architecture. This research focused on the Teuku Umar Street because in this street, there are a lot of commercial building with various kind of function. The technic to analyze data in this research is using Qualitative Descriptive Data Analysis Technique. Analysis will be pointed out at a descriptive commentary about how the development that has already occur can have impact to the shopping facade type at the corridor of Teuku Umar Street Denpasar. The result of this study indicates that most of the building facade shops do not use one particular type of style in whole. Many of the buildings combined more than one style in order to meet their needs. The same thing happened to the actualization of the use of the concept of local/traditional Balinese architecture. Many of the buildings seem to have

Upload: hadieu

Post on 25-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

273 Unmas

Denpasar

TIPOLOGI FASADE PERTOKOAN

DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR DENPASAR

Tjokorda Istri Praganingrum¹ Cokorda Putra Wirasutama² dan Ida Bagus

Suryatmaja³

¹ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar

² Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar

³ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar

Email : [email protected]

ABSTRAK

Fasade merupakan elemen penting dalam tampilan suatu bangunan untuk memberikan

kesan yang menarik dan indah. Fasade juga dipergunakan untuk memberikan citra mengenai

fungsi dan aktivitas yang terjadi pada bangunan. Hal itu dapat dilihat khususnya pada

bangunan komersial khususnya pertokoan yang saat ini semakin banyak berkembang di Kota

Denpasar. Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pembangunan di Bali memiliki

fasade bangunan yang beraneka rupa, walaupun telah ada peraturan mengenai tampilan

bangunan dimana peraturan tersebut sejatinya mengharuskan agar tiap bangunan yang ada

mencirikan arsitektur Bali. Penelitian difokuskan pada Jalan Teuku Umar karena pada lokasi

ini menjamur bangunan komersial dengan berbagai fungsi. Teknik analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Analisis akan diarahkan pada uraian deskriptif mengenai bagaimana pembangunan yang

terjadi berdampak terhadap tipologi fasade pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar Denpasar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar fasade bangunan pertokoan tidak

menggunakan tipe langgam yang ada secara utuh. Banyak bangunan yang menggabungkan

beberapa jenis langgam terkait dengan kebutuhannya. Hal yang sama terjadi pada aktualisasi

penggunaan konsep lokal/arsitektur tradisional Bali. Banyak bangunan yang tampaknya

mengalami kesulitan untuk menerapkan konsep lokal. Hal tersebut disebabkan oleh tuntutan

tampilan wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen.

Kata Kunci : Fasade, Tipologi,Langgam

ABSTRACT

Facade is an important elemen of a building as a display to create an interesting impression.

It is also used to give images about the function and activity that’s going on inside the

building. This condition can be seen in a commercial building, especially shopping building,

that grow quite rapidly in the City of Denpasar. Denpasar as the centre of development and

economic growth in Bali has various type of building facade, eventhough rule about building

display has already been enacted, which require every building has to apply Balinese

Traditional Architecture. This research focused on the Teuku Umar Street because in this

street, there are a lot of commercial building with various kind of function. The technic to

analyze data in this research is using Qualitative Descriptive Data Analysis Technique.

Analysis will be pointed out at a descriptive commentary about how the development that has

already occur can have impact to the shopping facade type at the corridor of Teuku Umar

Street Denpasar. The result of this study indicates that most of the building facade shops do

not use one particular type of style in whole. Many of the buildings combined more than one

style in order to meet their needs. The same thing happened to the actualization of the use of

the concept of local/traditional Balinese architecture. Many of the buildings seem to have

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

274 Unmas

Denpasar

some difficulty to apply the local concept. This difficulty was generally caused by the

demands of peculiar characteristic front look appearance of the building that can be able to

attract the attention of potential consumers.

Keywords : Facade, Typology, Style

PENDAHULUAN

Pesatnya dinamika pertumbuhan pembangunan di Bali terkait dengan perkembangan

ekonomi dan pariwisata, tingkat urbanisasi dan globalisasi budaya, menimbulkan

kecenderungan terhadap perubahan wajah kota. Perubahan yang berkembang dengan sangat

cepat dan pesat juga berhubungan dengan peningkatan pembangunan fisik yang dilakukan

oleh berbagai pihak dengan beraneka ragam kepentingan. Pembangunan fisik yang terjadi

juga berbanding lurus dengan perkembangan arsitektur yang telah menghasilkan berbagai

karya dengan nilai estetis yang tinggi, bahkan banyak memberikan sesuatu yang berbeda dan

unik khususnya pada fasade bangunan yang pada akhirnya menampilkan berbagai tipologi

yang berbeda.

Fasade adalah elemen penting dalam tampilan suatu bangunan. Olahan fasad banyak

digunakan oleh arsitek untuk memberikan tampilan yang menarik dan indah. Selain itu fasad

juga dapat dibuat untuk memberikan citra mengenai fungsi dan aktivitas yang terjadi pada

bangunan. Krier, dalam Widaningsih (2011), menjelaskan bahwa fasade sebagai elemen

arsitektur terpenting yang dapat menyuarakan fungsi dan makna pada sebuah bangunan.

Fasade dapat menginformasikan kondisi budaya ketika bangunan tersebut dibangun dan bisa

menampilkan kriteria tatanan dan penataan serta mampu memberikan kreatifitas dalam

dekorasi dan ornamentasi. Sedangkan tipologi secara harfiah dapat dijelaskan sebagai

klasifikasi taksonomi (fisik) karakterisitik umum yang ditemukan pada bangunan dan

tempat-tempat di perkotaan. Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu

tentang tipe. Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya dengan

suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem objek bangunan atau arsitektural.

Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali memiliki pertumbuhan pembangunan

yang tinggi dan pada lokasi tertentu menjadi pusat perdagangan yang berkembang dengan

sangat pesat. Kecenderungan aktivitas belanja menimbulkan pusat perbelanjaan modern yang

telah dipengaruhi oleh perkembangan budaya global di negara maju lainnya. Karakter awal

pusat perbelanjaan merupakan pasar terbuka yang berkembang menjadi pasar tertutup. Saat

ini telah tumbuh dan berkembang fasilitas perdagangan yang terbentuk dari deretan

pertokoan dengan pintu masuk (entrance) serta etalase yang menghadap ke jalan. Fasilitas

perdagangan tersebut sering diistilahkan dengan “shopping street”. Kemudian berkembang

kembali dengan konsep perancangan bangunan pertokoan yang sekaligus berfungsi menjadi

tempat tinggal.

Salah satu lokasi yang menjadi pusat perdagangan adalah jalan Teuku Umar. Sepanjang

Jalan Teuku Umar dapat dilihat berbagai usaha (shopping street) dengan berbagai macam

tampilan (fasade) bangunan. Fasade tersebut dibuat seindah dan secantik mungkin untuk

menarik minat pengunjung bahkan tidak jarang menampilkan sesuatu yang unik. Beragam

kepentingan dan fungsi bangunan yang ada pada di Jalan Teuku Umar Denpasar,

mengakibatkan timbulnya tampilan yang heterogen dan dapat dikatakan merupakan suatu

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

275 Unmas

Denpasar

karya arsitektur berbagai rupa. Hal ini terjadi karena tidak semua bangunan menerapkan

aturan Peraturan Daerah (Perda No. 5 Tahun 2015) mengenai Bangunan Gedung.

Kota Denpasar dalam Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah,

telah mengatur mengenai syarat fasade bangunan gedung secara umum. Pada pasal 88

mengenai ketentuan umum tata bangunan dijelaskan bahwa adanya pengharusan penerapan

ciri khas arsitektur Bali, dimana tampak bangunan diperbolehkan tertutup untuk identitas

bangunan dan reklame/iklan tetapi tidak menutup ornamen Bali yang ada. Ciri khas arsitektur

Bali yang dimaksudkan adalah penerapan konsep Tri Angga yaitu pembagian areal (mandala)

menurut tubuh manusia, yang terbagi atas tiga areal, yaitu hulu (utama, kepala), madya (di

tengah, badan) dan teben (di hilir, kaki).

Pada kenyataannya, tidak semua bangunan gedung yang ada menerapkan peraturan

tersebut. Bangunan gedung dengan fungsi komersial khususnya pertokoan secara pasti

menampilkan ciri khasnya sendiri lebih menonjol dibandingkan penerapan ciri khas arsitektur

Bali. Mempertahankan Arsitektur Tradisional Bali dalam situasi dan kondisi lingkungan

yang cepat berubah, merupakan tantangan tersendiri. Oleh sebab itu perlu dilakukan

penelitian mengenai tipologi fasade bangunan pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar,

dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti bagaimana (1) karakteristik bangunan pertokoan

yang saat ini berkembang setiap waktu, (2) bagaimana klasifikasi tipologi fasade yang ada

dan juga untuk mengetahui (3) sejauh mana penerapan konsep arsitektur Bali digunakan

pada tiap tipologi bangunan.

Gambar 1 : Lokasi Penelitian

Sumber : Bappeda Kota Denpasar, 2015 dengan modifikasi

Orientasi terhadap Pulau Bali Orientasi terhadap Kota Denpasar

Jalan Teuku Umar

Orientasi Lokasi Penelitian

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

276 Unmas

Denpasar

METODE PENELITIAN

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada uraian deskriptif

mengenai bagaimana karakteristik bangunan pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar

sehingga pada akhirnya menimbulkan beberapa tipologi. Penelitian difokuskan dengan

mengobservasi fisik fasade bangunan terkait dengan langgam (style/gaya) yang digunakan.

Analisis data di lapangan menggunakan analisis Model Miles dan Huberman yang terdiri dari

data reduction, data display dan conclutions atau verification (Sugiyono, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemaparan Umum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:1064) toko dijelaskan sebagai sebuah

kedai berupa bangunan permanen tempat menjual barang-barang, sedangkan pertokoan

merupakan tempat atau kompleks toko-toko. Sedangkan menurut Neufert (1992:190)

pertokoan biasanya ditempatkan pada posisi yang strategis di pusat keramaian yang mudah

dicapai baik oleh kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Pada kawasan perdagangan,

pertokoan menempati lokasi strategis di pinggir jalan dan di depannya ada trotoar. Kotler

(2005) mengklasifikasikan pedagang atas dasar lini produk yang dijual menjadi pengecer

toko (store retailing) yang terdiri dari : (a) toko khusus (specialty store), (b) toko serba ada

(departement store), (c) toko kebutuhan sehari-hari (convenience store), (d) pasar swalayan

(supermarket), (e) toko discount (discount store), (f) pengecer potongan harga (off-price

retailers), (g) toko super (superstore), (h) toko kelontong (MOM & POP store), dan (i) toko

relatif kecil (mini market).

Sementara itu dalam hubungannya dengan penelitian ini perlu dipaparkan mengenai

penjelasan fasade. Fasade oleh (Krier, 1988: 122) dijelaskan sebagai sebuah elemen arsitektur

terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasade

menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun, fasade dapat menampilkan

kriteria tatanan dan penataan, dan mampu menampilkan kreativitas dalam ornamentasi serta

dekorasi. Akar kata fasade (façade) diambil dari kata latin ‘facies’ yang merupakan sinonim

dari ‘face’ (wajah) dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah

sebuah bangunan, yaitu fasade, yang kita maksudkan adalah bagian depan yang menghadap

jalan. Sebagai suatu kesatuan, fasade tersusun dari elemen tunggal yang memiliki

kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemen-elemen tersebut antara lain

alas, jendela, atap dan lain sebagainya yang mendukung kesatuan tersebut.

Fasade merupakan elemen penting dalam suatu toko atau pertokoan. Hal tersebut

dikarenakan kaitannya dengan kepentingan pemilik usaha untuk menarik minat konsumen.

Untuk menarik minat konsumen diperlukan suatu “store atmosphere”. Store Atmosphere

adalah suatu disain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, termasuk

musik dan wangi-wangian yang diciptakan untuk merancang respon dan persepsi konsumen

dalam pengaruhnya untuk pembelian barang. Menurut Berman dan Evan dalam Nofiawati

(2014: 57), store atmosphere terbagi menjadi 4 elemen yaitu (a) exterior, (b) general interior,

(c) store layout, dan (d) interior displays.

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

277 Unmas

Denpasar

Dalam penelitian ini, dari keempat elemen yang ada, peneliti lebih memusatkan kepada

elemen pertama yaitu exterior dimana exterior yang dimaksud adalah fasade atau bagian

depan toko yang dimaksudkan untuk memberikan kesan menarik, dapat menciptakan

kepercayaan serta menunjukkan spirit usaha maupun sifat kegiatan yang ada didalamnya.

Dikarenakan fungsinya untuk memberikan nilai atau “image” sering pada fasade bangunan

pertokoan dipasang tanda pengenal atau lambang-lambang sebagai sebuah identitas.

Terkait dengan klasifikasi toko oleh kohler, maka pada penelitian ini diklasifikasikan

kembali jenis – jenis toko yang dijadikan objek penelitian sesuai dengan kondisi eksisting

lapangan. Jenis toko tersebut adalah toko khusus (specialty store), yang merupakan toko

khusus menjual lini produk sempit, seperti toko handphone, toko elektronik, toko perhiasan,

toko roti, toko bahan bangunan, toko kebutuhan rumah tangga, dealer mobil ataupun motor,

toko mainan anak, toko sepatu dan toko pakaian. Termasuk juga pengecer potongan harga

(off-price retailers), yaitu pengecer yang membeli pada harga yang lebih rendah daripada

harga grosir dan menjual kepada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Pada

penelitian ini, yang termasuk kedalam Off-Price Retailers adalah Factory Outlet seperti Nike

dan Adidas Store.

Pada penelitian tipologi fasade bangunan pertokoan pada kawasan ini, perlu diketahui

langgam – langgam arsitektur yang ada sebagai dasar acuan dalam mengklasifikasikan

bentuk tipologinya. Snyder dalam pengantar arsitektur (1979) menyatakan langgam tersebut

antara lain arsitektur modern, arsitektur Art Nouveau, arsitektur ekspresionis, arsitektur

fungsional, arsitektur internasional style, arsitektur ekologis, arsitektur brutalis, arsitektur

futuristik, dan arsitektur post-modern. Langgam yang ada pada lokasi penelitian adalah

sebagai berikut :

a) Arsitektur Modern

Langgam yang menampilkan kesederhanaan bentuk dan menghilangkan berbagai macam

ornamen.

b) Arsitektur Fungsional

Fungsionalisme dalam arsitektur adalah desain suatu bangunan didasarkan pada tujuan

dan fungsi bangunan tersebut sehingga tampilan akhir mengikuti fungsi bangunan.

c) Arsitektur Internasional style

Gaya arsitektur ini merupakan penyempurnaan dari langgam modern lebih spesifik

dengan bentuk yang segi empat, jendela yang berjalan membentuk garus beraturan dan

semua muka gedung bersudut 90 derajat dan bertingkat.

d) Arsitektur Post-Modern

Arsitektur Post-modern dapat diuraikan sebagai arsitektur yang menyatu-padukan Art

dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan Lokal. Sehingga dalam langgam

ini juga muncul tiga versi yaitu :

- Neo Vernakular: bentuk perpaduan bangunan modern tetapi tetap berusaha

menampilkan ciri budaya setempat.

- Dekonstruksi : suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha

percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain.

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

278 Unmas

Denpasar

- Neo Modern : dulu bernama late modern, dapat bersifat abstrak tetapi juga

merepresentasikan sesuatu, tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi

menojolkan Tektonika (The Art of Construction).

Karakteristik dan Tipologi Fasade Bangunan Pertokoan di Jalan Teuku Umar

Denpasar

1. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Modern Fungsionalisme

Fasade bangunan yang menggunakan langgam arsitektur ini mayoritas adalah toko

khusus dengan deskripsi (1) memasang papan sign pada bagian fasade dan tidak

memberikan ornamentasi lainnya, (2) toko relatif kecil, fokus pada fungsi dan

menampilkan ciri fasade sederhana. Fasade bangunan dengan langgam ini antara lain :

2. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Internasional Style

Pada tipe ini, tampilan bangunan memiliki karakteristik (1) bagian muka gedung

bersudut 90 derajat dan bertingkat, (2) berbentuk kubus sederhana, (3) jendela yang

berjalan di atas garis horisontal dan membentuk garis beraturan. Fasade bangunan yang

menggunakan langgam ini antara lain :

Gambar 2 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam modern fungsionalisme

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

279 Unmas

Denpasar

3. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Post-Modern

Langgam arsitektur Post-Modern merupakan tipe yang banyak digunakan pada

bangunan di sepanjang Jalan Teuku Umar. Aturan yang menyatakan bahwa konsep Tri

Angga (Kepala, Badan, Kaki) tetap harus terlihat mengakibatkan digunakannya tipe

arsitektur post-modern untuk merepresentasikan tampilan bangunan, baik itu dalam versi

neo-vernakular maupun neo-modern.

Gambar 3 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam internasional style

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Gambar 4 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam postmodern

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

280 Unmas

Denpasar

Aktualisasi Konsep Arsitektur Tradisonal Bali pada Fasade Bangunan Pertokoan di

Jalan Teuku Umar Denpasar

Dalam Perda Kota Denpasar No 5 Tahun 2015 dinyatakan persyaratan arsitektur

bangunan gedung terkait tampilan bangunan gedung tetap memperhatikan kaidah estetika

bentuk, karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya serta

mempertimbangkan kaidah pelestarian antara nilai adat/tradisional sosial budaya setempat

terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur. Dinyatakan juga bahwa sosok

bangunan harus secara kuat menunjukkan sosok bangunan dengan ciri tradisonal Bali yang

meliputi atap limas atau pelana yang khas, badan bangunan dengan kolom vertikal dan

peninggian lantai yang menyiratkan adanya kepala, badan dan kaki termasuk dengan

penggunaan ornamen dan material karakter lokal/tradisional Bali.

Pada Jalan Teuku Umar Denpasar, sebagian besar bangunan pertokoan menggunakan

selubung bangunan yang berfungsi sebagai ciri produk untuk menarik perhatian konsumen.

Dilihat dari tipe langgam yang digunakan, pada langgam modern fungsionalisme tidak

terlihat penggunaan konsep lokal dan ornamen Bali. Fasade terlihat sederhana dan cenderung

hanya menampilkan identitas tempat usaha atau produk yang dijual. Hal yang sama juga

terlihat pada langgam internasional style, banyak menggunakan kaca dan bentuk bangunan

yang geometri, tidak terlihat unsur lokal atau tradisional Bali yang digunakan.

Berbeda halnya pada langgam post-modern khususnya pada aliran neo-vernakular,

unsur-unsur lokal/tradisional Bali dapat dilihat pada bentuk atap, badan bangunan dengan

kolom vertikal, serta adanya peninggian lantai. Sesuai dengan pemaparan sebelumnya bahwa

neo-vernakular merupakan bentuk perpaduan bangunan modern, tetapi tetap berusaha

menampilkan ciri budaya setempat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, fasade bangunan pertokoan di Jalan

Teuku Umar Denpasar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe langgam yaitu (1) modern

Gambar 5 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam neo vernakular

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

281 Unmas

Denpasar

fungsionalisme, (2) internasional style dan (3) post-modern. Secara umumsbebagian besar

fasade bangunan pertokoan di sepanjang koridor Jalan Teuku Umar Denpasar memiliki

karakteristik tidak menggunakan jenis langgam tertentu yang ada secara utuh. Banyak

bangunan yang menggabungkan langgam (gaya/style) terkait dengan kebutuhannya. Seperti

halnya pada tipe modern fungsionalisme, pada dasarnya langgam modern dan fungsionalisme

merupakan langgam yang berbeda, akan tetapi pada beberapa bangunan terklasifikasi

menjadi tipe modern fungsionalisme karena secara fisik ciri-ciri langgam tersebut ada pada

tampilan fasadenya. Terkait dengan aktualisasi konsep lokal/arsitektur tradisional Bali, tidak

semua fasade bangunan pertokoan menggunakan konsep lokal dengan baik, sebagian besar

lebih mengedepankan tampilan yang terlihat modern. Untuk bangunan yang tetap

menggunakan konsep lokal, cenderung dilakukan dengan penggunaan atap limasan, kolom

vertikal, peninggian lantai dan penggunaan ornamen berupa tempelan pada dinding

bangunan. Fakta ini menyiratkan adanya kesulitan dalam penerapan pakem konsep

lokal/tradisonal Bali seperti yang dijelaskan dalam Perda no 5 tahun 2015 tentang Bangunan

Gedung. Pada bangunan pertokoan hal ini disebabkan karena tuntutan estetika tampilan

wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen. Untuk itu

diperlukan pengendalian yang kuat oleh pihak terkait (pemerintah) dalam penerapan aturan

mengenai bangunan gedung khususnya mengenai kesesuaian dengan Ijin Mendirikan

Bangunan yang telah diajukan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan 8, Jakarta: Balai

Pustaka

Kota Denpasar. 2011. Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Denpasar, 2015. Perda No 5 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung

Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Jilid 2, Edisi Bahasa

Indonesia, Jakarta: Penerbit Indeks.

Krier, Rob. 1988. Compotition in Architecture

Provinsi Bali. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Persyaratan Bangunan Gedung

Neufert, Ernst, 1992, Data Arsitek, Edisi Kedua. Terjemahan Ir. Syamsu Amril. Jakarta:

Erlangga

Nofiawati, 2014. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen

Pada Outlet Nyenyes Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No 1

Maret 2014

Snyder C. James, Catanese J. Anthony, 1979. Introduction to Architecture, McGraw-Hill

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method).

Bandung: Alfabeta.

.