tinnitus
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi suara yang
bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari
dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi
masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.
Tinnitus merupakan salah satu masalah pengobatan yang amat kompleks. Merupakan
suatu fenomena psiko/akustik murni dan karenanya tidak dapat diukur. Diperkirakan 13 juta
orang menderita gangguan ini, dan mungkin sekitar sejuta pasien mederita tinnitus berat atau
debilitasi. 1,2,3,4
Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar kasus, tinnitus
bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita yang dapat
mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung sementara atupun intermitten. 1,3,5
Telinga berdenging sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala awal yang dapat
menyebabkan sejumlah kondisi medis. Seperti berkurangnya atau hilangnya pendengaran karena
terjadinya kerusakan pada mata, atau indikasi dari penyakit sistem sirkulasi pada tubuh. Meski
tak sampai menganggu penampilan, namun bisa dipastikan menimbulkan ketidaknyamanan serta
menghilangkan kosentrasi saat melakukan segala macam aktivitas.5
Penyebab tinitus sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus
tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. 1
TINNITUS 1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi menjadi 3 bagian : 1,2,6
Telinga Luar
Telinga Tengah
Telinga Dalam
Gambar 1. Anatomi Telinga
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari :1,2,6
1. daun telinga
2. liang telinga
Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga
atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau
membrana timpani.
TINNITUS 2
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap
suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan
tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di
dalam liang telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang
disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit
serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang
meneruskan suara ke telinga tengah.
TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 2
- Batas luar : Membran timpani
- Batas depan : Tuba eustachius
- Batas bawah : Vena Jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari :1,2,6
1. koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
2. vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. 1
Tiap struktur diatas terdiri dari tiga bagian yaitu labirin oseosa, labirin
membranosa dan ruang diantaranya.
TINNITUS 3
1. Labirin oseosa adalah selubung tulang luar.
2. Labirin membranosa terletak di dalam labirin oseosa dan mengandung cairan yang
disebut endolimfe dan struktur sensoris.
3. Ruang diantara kedua labirin ini berisi cairan lain yang disebut perilimfe
2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Geteran diteruskan melalui membrana
Raissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan
listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepasakan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulakan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke konteks pendengaran
(area 39-40) di lobus tamporalis.1,2
TINNITUS 4
Gambar 2. proses pendengaran
2.3 DEFENISI
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi yang lain. Gejalanya bisa
terus menerus atau hilang timbul.1,7,8,9
2.4 ETIOLOGI
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama
kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang
bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-
obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya. 1,4,7,9,10
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan
mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah
tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur
tengkorak, Whisplash injury.
TINNITUS 5
Artritis pada sendi Temporomandibular Joint (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari
artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan
mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi
yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan
antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus
2. Tinitus akibat kerusakan N. Vestibulokoklearis
Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran.
Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n.
Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai
n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan
vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi
dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.
3. Kelainan Vaskular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar
bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang
dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit
lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian
elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan
kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk
mendeteksi iramanya.
Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada
pembuluh darah koklea terminal.
Malformasi kapiler
TINNITUS 6
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri
dan vena dapat menimbulkan tinitus.
Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat
menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare
dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa
adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor
glomus jugulare.
4. Kelaianan Metabolik
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid
dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan
aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi
irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi
vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.
5. Akibat Kelaianan Neurologis
Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis
adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf
pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya
kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri,
dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.
6. Akibat Kelainan Psikogenik
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara.
Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress
adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.
TINNITUS 7
7. Akibat Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang
bersifat ototoksik. Diantaranya :
Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin,
minosiklin.
Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine,
methotrexate,vinkristin
Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah
8. Akibat Gangguan Mekanik
Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba
eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran
timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Akibat Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen
impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.
Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.
10. Tinitus akibat sebab lainnya
Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi
pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat
mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang
TINNITUS 8
sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang
berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti
untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris
kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih.
Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi,
bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran
berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada
laki-laki disbanding perempuan.
Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi
dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan
volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan
klinik pada membrane labirin
2.5 PATOFISIOLOGI
Susunan organ telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-
tulang pendengaran dan rumah siput. Suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada
di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran ini diterima saraf
pendengaran dan diteruskan ke otak. Kemudian, terdengar suara denging tadi. Maka ada
baiknya mengistirahatkan telinga dari suara bising dan mencari keheningan. Pendengaran
yang terganggu biasanya ditandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah.
Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir
setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu
cukup lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan kerusakan.
Di Indonesia, nilai ambang batas yang dipoerbolehkan dalam bidang industri telah
ditetapkan sebesar 85 dB untuk jangka waktu maksimal delapan jam. Tetapi,
implemetasinya belum merata. Perlu dipahami bahwa makin tinggi paparan bising, makin
berkurang jangka waktu paparan yang aman. Misalnya pada 115 dB (konser musik rock),
TINNITUS 9
15 menit saja sudah berbahaya. Pada 130 dB (mesin jet), 2 menit saja dapat menyebabkan
gangguan pendengaran.
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan, menganggu, mempunyai sumber dan
menjalar melalui media perantara. Secara fisik, bising merupakan gabungan berbagai
macam bunyi dengan berbgai frekuensi yang hampir tidak mempunyai periodisitas, tidak
mempunyai arti, tidak berguna dan memiliki intensitas yang selalu melampaui milai
ambang batas (NAB) yang diperbolehkan dan lama paparannya melampaui batas waktu
yang diperkenankan.
Bising dengan intensitas yang cukup tinggi dengan waktu papar cukup lama akan
menimbulkan kerusakan pada sel-sel rambut (hair cells) yang terdapat di telinga bagian
dalam (cochlea). Sel rambut adalah sel yang berfungsi mengubah energi akustik menjadi
rangsangan listrik untuk dapat diteruskan ke pusat persepsi pendengaran di otak.
Sehingga kerusakan pada sel rambut menyebabkan tergangguanya proses mendengar
dengan akibat terjadi penurunan fungsi pendengaran. Pada awalnya hanya bersifat
sementara, tetapi bila paparan bising berlsangsung terus maka kerusakan akan menetap.
Tinnitus akan menjadi terus menerus atau akan menjadi lebih keras sensasinya
bila paparan bising ulangan atau terpapar bising dengan intensitas lebih besar. Tinnitus
akan lebih menganggu bila berada dalam suasana sunyi atau pada saat tidur. Gejala lain
adalah penurunan fungsi pendengaran, akibatnya pasien akan mengeluh sulit berbiacara
terutama bila berada dalam ruangan yang cukup ramai (Cocktail party deafness). Lebih
jauh lagi penderita akan sulit berbicara walaupun berada dalam ruangan yang sunyi. 1,2,3,10
2.6 KLASIFIKASI
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan
tinitus subjektif.1,2,3,4,9
1. Tinitus Objektif
TINNITUS 10
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa
dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik,
berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga
tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai
pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma.
Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan
penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan
timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.
2. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh
penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik,
disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-
sel rambut getar sampai pusat pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa
pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah,
sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2
Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.1,2,3,9,10
1. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut
jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil
dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan
vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut
nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising
klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini
dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.
2. Tinitus Nonpulsatil
TINNITUS 11
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat
didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging,
berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising
bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling
menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup
kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak
menyadari suara tersebut.
2.7 DIAGNOSIS
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk cara
pengobatannya perlu ditegakkan diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya
sulit diketahui. Untuk memastikan diagnosis perlu ditanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemeriksaan audiometri nada murni (Pure tone audiometry). Pada
pemeriksaan audiometri nada murni gambaran khas berupa taktik (notch) pada frekuensi
4 kHZ.
Anamnesis merupakan hal utama dan yang terpenting dalam penegakan diagnosis
tinnitus. Hal-hal yang perlu ditanyakan misalnya kualitas dan kuantitas tinnitus tersebut.
Apakah ada gejala lain yang menyertainya seperti adanya vertigo, gangguan pendengaran
lainnya atau gejala neurologik lain, riwayat terjadinya tinnitus, apakah sampai
menganggu aktivitas sehari-harinya. Pemeriksaan penala, audiometri nada murni,
audiometri tutur dan bila perlu dilakukan pemeriksaan ENG atau laboratorium. 1,2,3,9
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:
1. Lama serangan tinnitus:
· Bila berlangsung dalam waktu 1 menit, biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan
merupakan keadaan patologik.
· Bila berlangsung dalam waktu 5 menit, merupakan keadaan patologik. Terlebih jika
disertai gangguan pendengaran lainnya (tinnitus subjektif unilateral), perlu dicurigai
kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala.
TINNITUS 12
2. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri, kemungkinan disaraf pusat.
3. Kualitas tinnitus, harus jelas apakah tinnitus yang didengar itu bernada rendah atau
tinggi. Bila tinnitus bernada tinggi biasanya kelainannya pada daerah basal koklea, saraf
pendengar perifer (tinnitus yang berasal dari telinga luar, telinga tengah, telinga dalam)
dan sentral (tinnitus yang berasal dari sentral pendengaran otak). Contoh tinnitus bernada
rendah seperti suara angin, suara AC, suara seperti telinga kemasukan air. Sedangkan
contoh tinnitus bernada tinggi seperti suara pesawat jet, suara jangkrik atau suara tiang
listrik dipukul.1
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi
dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau
objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif,
maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan
pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten.
Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka
kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular
malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka
kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.
Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh
pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri.
Hasilnya dapat beragam, di antaranya:
Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.
Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis
kronik.
Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked
Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal,
maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik,
labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal,
maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.
TINNITUS 13
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan
pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat.
Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.1,9,10
2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam banyak kasus, tidak ada perawatan spesifik untuk tinnitus. Tinnitus hanya
dapat hilang dengan sendiri, atau mungkin menjadi cacat tetap bahwa pasien harus "hidup
bersama." Beberapa otolaryngologis (spesialis telinga) telah merekomendasikan niacin
untuk merawat tinnitus. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan niacin yang
membantu mengurangi tinnitus, dan dapat menimbulkan masalah dengan kemerahan
pada kulit. Obat gabapentin (Neurontin, Gabarone) dalam dosis tinggi, dan mengurangi
tingkat gangguan dari tinnitus pada beberapa pasien, tetapi tidak memperkecil volume
suara, dan tidak ditemukan lebih baik dibandingkan plasebo. Sebuah studi 2005 di Brasil
menggunakan acamprosate (Campral), obat yang digunakan untuk mengobati kecanduan
alkohol, menunjukkan angka hampir 87% dari menghilangkan gejala. Studi obat ini
untuk pengobatan tinnitus saat ini berlangsung di Amerika Serikat. 1,2,4,5,9
Pada umunya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara yaitu:
1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)
dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat denga alat bantu
dengar atau tinnitus masker.
2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan bisa disembuhkan, serta
mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarkan setiap saat.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan
sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
TINNITUS 14
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat
mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang
diderita benar-benar parah.
Pasien yang menderita tinnitus perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa
takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan
saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus tersebut.
Pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sulit diobati dan dianjurkan agar
beradaptasi dengan gangguan tersebut.1
2.9 PENCEGAHAN
Berikut ini tips-tips yang berguna untuk mencegah terjadinya tinnitus :
1. Hindari suara-suara yang bising/ gaduh jangan terlalu sering mendengarkan
suara bising (misalnya diskotik, tempat-tempat yang menyediakan games
dengan suara-suara yang mebuat telinga bising, konser musik rock, bunyi
sepeda motor tanpa peredam, petasan, walkman, loudspeaker, permainan anak
yang berbunyi keras bahkan telpon genggam juga mengandung bahaya,
khususnya bagi anak dan reamaja)
2. Batasi pemakaian headset, jangan mendengar dengan volume yang amat
maximal.
3. Gunakan pelindung telinga apabila berada ditempat-tempat bising (misalnya
menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluaran telinga atau penutup
telinga yang mengandung gliserin)
4. Pemberian obat-obatan juga penting, terutama vitamin bagi saraf dan obat
yang dapat melebarkan pembuluh darah.
5. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam. Jangan melakukan diet
yang tidak seimbang karena setengah nutrisi berperan dalam kesehatan sel
saraf telinga secara langsung atau tidak langsung.
TINNITUS 15
6. Perbanyak mengkonsumsi Vitamin A dan E karena vitamin A dan E
merupakan nutrisi penting untuk menjaga membran sel dalam telinga dan
dapat meningkatkan peredaran oksigen terhadap sel masing-masing.
7. Pengambilan mineral sperti magnesium dan zink yang seimbang dan viatamin
B kompleks dapat membantu mengatasi masalah tinnitus.
8. Senam atau beraktivitas yang menyenangkan seperti yoga, tai-chi, pijat,
akupresur, hypnosis, reiki dan meditasi. Hal ini berguna untuk membantu
mempertahankan kesehatan sistem peredaran darah.
9. Berpikirlah positif, cobalah untuk melawan pikiran negatif dengan pikiran
positif.
10. Berlatih untuk menghindari stres semampunya
11. Kendalikan gaya hidup dan aturlah waktu sebaik mungkin
12. Atasilah emosi
13. Periksalah gigi anda dan pastikan tidak ada masalah pada sendi tempurung
kepala-rahang (temporo-mandibular joint)
14. Mengulum/mengunyah permen karet. 1,2,3,4,5
TINNITUS 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia .
2. Adams, Goerge L.,dkk. 1997.BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta: Penerbit Buku
Kedeokteran ECG
3. SingHealth. Tinitus : Kondisi dan Perawatan . Available at : http://
www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/tinnitus.aspx
4. Wikipedia. Tinnitus. Available at : http://wikipedia.id/Tinnitus
5. Henry, James. General Review of Tunnitus : Prevalence, Mechanisms, Effects and
Management. Journal of Speech, 1204 Language, and Hearing Research _ Vol. 48 _ 1204–
1235 _ October 2005 .Available at : http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16411806
6. X-Plain Patient Education. Tinnitus. Available at: http:// www.uptodate.com/.../ tinnitus -
ringing-in-the-ears-beyond-the-basics
7. Syartika, Lisa. Tinitus Telinga Berdenging. Clinic Corner. Available at :
http:// www.santosa-hospital.com/.../ tinnitus _drlisa
8. Swartz, Mark. 2005. Buku Ajar Diagnostik Fisik . Jakarta : EGC
9. Wicaksono, Emirza. Tinnitus. Available at :
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/02/18/tinnitus/
10. Benson, Aaron. 2014. Tinnitus. Available at : http://emedicine.medscape/Tinnitus
TINNITUS 17