tinnitus

26
BAB 1 PENDAHULUAN Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga. Tinnitus merupakan salah satu masalah pengobatan yang amat kompleks. Merupakan suatu fenomena psiko/akustik murni dan karenanya tidak dapat diukur. Diperkirakan 13 juta orang menderita gangguan ini, dan mungkin sekitar sejuta pasien mederita tinnitus berat atau debilitasi. 1,2,3,4 Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar kasus, tinnitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita yang dapat mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung sementara atupun intermitten. 1,3,5 Telinga berdenging sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala awal yang dapat menyebabkan sejumlah kondisi medis. Seperti berkurangnya atau hilangnya pendengaran karena terjadinya kerusakan pada mata, atau indikasi dari penyakit sistem sirkulasi pada tubuh. Meski tak sampai menganggu penampilan, namun bisa TINNITUS 1

Upload: fannysary

Post on 18-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinnitus

BAB 1

PENDAHULUAN

Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi suara yang

bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari

dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi

masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.

Tinnitus merupakan salah satu masalah pengobatan yang amat kompleks. Merupakan

suatu fenomena psiko/akustik murni dan karenanya tidak dapat diukur. Diperkirakan 13 juta

orang menderita gangguan ini, dan mungkin sekitar sejuta pasien mederita tinnitus berat atau

debilitasi. 1,2,3,4

Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar kasus, tinnitus

bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita yang dapat

mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung sementara atupun intermitten. 1,3,5

Telinga berdenging sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala awal yang dapat

menyebabkan sejumlah kondisi medis. Seperti berkurangnya atau hilangnya pendengaran karena

terjadinya kerusakan pada mata, atau indikasi dari penyakit sistem sirkulasi pada tubuh. Meski

tak sampai menganggu penampilan, namun bisa dipastikan menimbulkan ketidaknyamanan serta

menghilangkan kosentrasi saat melakukan segala macam aktivitas.5

Penyebab tinitus sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus

tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih

menjadi perdebatan. 1

TINNITUS 1

Page 2: Tinnitus

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA

Telinga dibagi menjadi 3 bagian : 1,2,6

Telinga Luar

Telinga Tengah

Telinga Dalam

Gambar 1. Anatomi Telinga

TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari :1,2,6

1. daun telinga

2. liang telinga

Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga

atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau

membrana timpani.

TINNITUS 2

Page 3: Tinnitus

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk

membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang

telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap

suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan

tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan

tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di

dalam liang telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang

disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit

serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang

meneruskan suara ke telinga tengah.

TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 2

- Batas luar : Membran timpani

- Batas depan : Tuba eustachius

- Batas bawah : Vena Jugularis (bulbus jugularis)

- Batas belakang: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)

- Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan

promontorium.

TELINGA DALAM

Telinga dalam terdiri dari :1,2,6

1. koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran

2. vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea

disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. 1

Tiap struktur diatas terdiri dari tiga bagian yaitu labirin oseosa, labirin

membranosa dan ruang diantaranya.

TINNITUS 3

Page 4: Tinnitus

1. Labirin oseosa adalah selubung tulang luar.

2. Labirin membranosa terletak di dalam labirin oseosa dan mengandung cairan yang

disebut endolimfe dan struktur sensoris.

3. Ruang diantara kedua labirin ini berisi cairan lain yang disebut perilimfe

2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran

dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang

telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong

sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Geteran diteruskan melalui membrana

Raissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara

membran basilaris dan membran tektoria.

Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan

listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepasakan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulakan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke konteks pendengaran

(area 39-40) di lobus tamporalis.1,2

TINNITUS 4

Page 5: Tinnitus

Gambar 2. proses pendengaran

2.3 DEFENISI

Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan

mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi

mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi yang lain. Gejalanya bisa

terus menerus atau hilang timbul.1,7,8,9

2.4 ETIOLOGI

Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama

kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang

bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-

obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya. 1,4,7,9,10

1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang

Trauma kepala dan Leher

Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan

mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah

tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur

tengkorak, Whisplash injury.

TINNITUS 5

Page 6: Tinnitus

Artritis pada sendi Temporomandibular Joint (TMJ)

Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari

artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan

mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi

yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan

antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus

2. Tinitus akibat kerusakan N. Vestibulokoklearis

Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang

menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran.

Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n.

Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai

n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan

vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi

dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Kelainan Vaskular

Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar

bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang

dapat menyebabkan tinitus diantaranya:

Atherosklerosis

Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit

lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian

elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan

kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk

mendeteksi iramanya.

Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada

pembuluh darah koklea terminal.

Malformasi kapiler

TINNITUS 6

Page 7: Tinnitus

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri

dan vena dapat menimbulkan tinitus.

Tumor pembuluh darah

Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat

menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare

dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa

adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor

glomus jugulare.

4. Kelaianan Metabolik

Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid

dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan

aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi

irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil.

Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi

vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

5. Akibat Kelaianan Neurologis

Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis

adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf

pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya

kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan

koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri,

dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Akibat Kelainan Psikogenik

Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara.

Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress

adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.

TINNITUS 7

Page 8: Tinnitus

7. Akibat Obat-Obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang

bersifat ototoksik. Diantaranya :

Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya

Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin,

minosiklin.

Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine,

methotrexate,vinkristin

Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide

lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Akibat Gangguan Mekanik

Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba

eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran

timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus

stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.

9. Akibat Gangguan Konduksi

Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen

impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.

Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya

Tuli akibat bising

Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang

cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi

pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat

mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang

TINNITUS 8

Page 9: Tinnitus

sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang

berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti

untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.

Presbikusis

Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris

kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih.

Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan

faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi,

bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran

berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada

laki-laki disbanding perempuan.

Sindrom Meniere

Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi

dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan

volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan

klinik pada membrane labirin

2.5 PATOFISIOLOGI

Susunan organ telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-

tulang pendengaran dan rumah siput. Suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada

di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran ini diterima saraf

pendengaran dan diteruskan ke otak. Kemudian, terdengar suara denging tadi. Maka ada

baiknya mengistirahatkan telinga dari suara bising dan mencari keheningan. Pendengaran

yang terganggu biasanya ditandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah.

Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir

setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu

cukup lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan kerusakan.

Di Indonesia, nilai ambang batas yang dipoerbolehkan dalam bidang industri telah

ditetapkan sebesar 85 dB untuk jangka waktu maksimal delapan jam. Tetapi,

implemetasinya belum merata. Perlu dipahami bahwa makin tinggi paparan bising, makin

berkurang jangka waktu paparan yang aman. Misalnya pada 115 dB (konser musik rock),

TINNITUS 9

Page 10: Tinnitus

15 menit saja sudah berbahaya. Pada 130 dB (mesin jet), 2 menit saja dapat menyebabkan

gangguan pendengaran.

Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan, menganggu, mempunyai sumber dan

menjalar melalui media perantara. Secara fisik, bising merupakan gabungan berbagai

macam bunyi dengan berbgai frekuensi yang hampir tidak mempunyai periodisitas, tidak

mempunyai arti, tidak berguna dan memiliki intensitas yang selalu melampaui milai

ambang batas (NAB) yang diperbolehkan dan lama paparannya melampaui batas waktu

yang diperkenankan.

Bising dengan intensitas yang cukup tinggi dengan waktu papar cukup lama akan

menimbulkan kerusakan pada sel-sel rambut (hair cells) yang terdapat di telinga bagian

dalam (cochlea). Sel rambut adalah sel yang berfungsi mengubah energi akustik menjadi

rangsangan listrik untuk dapat diteruskan ke pusat persepsi pendengaran di otak.

Sehingga kerusakan pada sel rambut menyebabkan tergangguanya proses mendengar

dengan akibat terjadi penurunan fungsi pendengaran. Pada awalnya hanya bersifat

sementara, tetapi bila paparan bising berlsangsung terus maka kerusakan akan menetap.

Tinnitus akan menjadi terus menerus atau akan menjadi lebih keras sensasinya

bila paparan bising ulangan atau terpapar bising dengan intensitas lebih besar. Tinnitus

akan lebih menganggu bila berada dalam suasana sunyi atau pada saat tidur. Gejala lain

adalah penurunan fungsi pendengaran, akibatnya pasien akan mengeluh sulit berbiacara

terutama bila berada dalam ruangan yang cukup ramai (Cocktail party deafness). Lebih

jauh lagi penderita akan sulit berbicara walaupun berada dalam ruangan yang sunyi. 1,2,3,10

2.6 KLASIFIKASI

Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan

tinitus subjektif.1,2,3,4,9

1. Tinitus Objektif

TINNITUS 10

Page 11: Tinnitus

Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa

dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik,

berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.

Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga

tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai

pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma.

Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan

penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga

tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan

timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.

2. Tinitus Subjektif

Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh

penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik,

disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-

sel rambut getar sampai pusat pendengaran.

Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa

pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah,

sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi

menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.1,2,3,9,10

1. Tinitus Pulsatil

Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut

jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil

dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan

vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut

nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising

klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini

dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.

2. Tinitus Nonpulsatil

TINNITUS 11

Page 12: Tinnitus

Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat

didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging,

berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising

bergemuruh di dalam telinganya.

Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling

menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup

kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak

menyadari suara tersebut.

2.7 DIAGNOSIS

Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk cara

pengobatannya perlu ditegakkan diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya

sulit diketahui. Untuk memastikan diagnosis perlu ditanyakan riwayat terjadinya

kebisingan, perlu pemeriksaan audiometri nada murni (Pure tone audiometry). Pada

pemeriksaan audiometri nada murni gambaran khas berupa taktik (notch) pada frekuensi

4 kHZ.

Anamnesis merupakan hal utama dan yang terpenting dalam penegakan diagnosis

tinnitus. Hal-hal yang perlu ditanyakan misalnya kualitas dan kuantitas tinnitus tersebut.

Apakah ada gejala lain yang menyertainya seperti adanya vertigo, gangguan pendengaran

lainnya atau gejala neurologik lain, riwayat terjadinya tinnitus, apakah sampai

menganggu aktivitas sehari-harinya. Pemeriksaan penala, audiometri nada murni,

audiometri tutur dan bila perlu dilakukan pemeriksaan ENG atau laboratorium. 1,2,3,9

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:

1. Lama serangan tinnitus:

· Bila berlangsung dalam waktu 1 menit, biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan

merupakan keadaan patologik.

· Bila berlangsung dalam waktu 5 menit, merupakan keadaan patologik. Terlebih jika

disertai gangguan pendengaran lainnya (tinnitus subjektif unilateral), perlu dicurigai

kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala.

TINNITUS 12

Page 13: Tinnitus

2. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri, kemungkinan disaraf pusat.

3. Kualitas tinnitus, harus jelas apakah tinnitus yang didengar itu bernada rendah atau

tinggi. Bila tinnitus bernada tinggi biasanya kelainannya pada daerah basal koklea, saraf

pendengar perifer (tinnitus yang berasal dari telinga luar, telinga tengah, telinga dalam)

dan sentral (tinnitus yang berasal dari sentral pendengaran otak). Contoh tinnitus bernada

rendah seperti suara angin, suara AC, suara seperti telinga kemasukan air. Sedangkan

contoh tinnitus bernada tinggi seperti suara pesawat jet, suara jangkrik atau suara tiang

listrik dipukul.1

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi

dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau

objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif,

maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan

pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten.

Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka

kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular

malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka

kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.

Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh

pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri.

Hasilnya dapat beragam, di antaranya:

Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis

kronik.

Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked

Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal,

maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik,

labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal,

maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.

TINNITUS 13

Page 14: Tinnitus

Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas,

maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan

pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat.

Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.1,9,10

2.8 PENATALAKSANAAN

Dalam banyak kasus, tidak ada perawatan spesifik untuk tinnitus. Tinnitus hanya

dapat hilang dengan sendiri, atau mungkin menjadi cacat tetap bahwa pasien harus "hidup

bersama." Beberapa otolaryngologis (spesialis telinga) telah merekomendasikan niacin

untuk merawat tinnitus. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan niacin yang

membantu mengurangi tinnitus, dan dapat menimbulkan masalah dengan kemerahan

pada kulit. Obat gabapentin (Neurontin, Gabarone) dalam dosis tinggi, dan mengurangi

tingkat gangguan dari tinnitus pada beberapa pasien, tetapi tidak memperkecil volume

suara, dan tidak ditemukan lebih baik dibandingkan plasebo. Sebuah studi 2005 di Brasil

menggunakan acamprosate (Campral), obat yang digunakan untuk mengobati kecanduan

alkohol, menunjukkan angka hampir 87% dari menghilangkan gejala. Studi obat ini

untuk pengobatan tinnitus saat ini berlangsung di Amerika Serikat. 1,2,4,5,9

Pada umunya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara yaitu:

1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)

dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat denga alat bantu

dengar atau tinnitus masker.

2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan

pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan bisa disembuhkan, serta

mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarkan setiap saat.

3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas

diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan

sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.

TINNITUS 14

Page 15: Tinnitus

4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat

mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang

diderita benar-benar parah.

Pasien yang menderita tinnitus perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa

takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan

saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus tersebut.

Pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sulit diobati dan dianjurkan agar

beradaptasi dengan gangguan tersebut.1

2.9 PENCEGAHAN

Berikut ini tips-tips yang berguna untuk mencegah terjadinya tinnitus :

1. Hindari suara-suara yang bising/ gaduh jangan terlalu sering mendengarkan

suara bising (misalnya diskotik, tempat-tempat yang menyediakan games

dengan suara-suara yang mebuat telinga bising, konser musik rock, bunyi

sepeda motor tanpa peredam, petasan, walkman, loudspeaker, permainan anak

yang berbunyi keras bahkan telpon genggam juga mengandung bahaya,

khususnya bagi anak dan reamaja)

2. Batasi pemakaian headset, jangan mendengar dengan volume yang amat

maximal.

3. Gunakan pelindung telinga apabila berada ditempat-tempat bising (misalnya

menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluaran telinga atau penutup

telinga yang mengandung gliserin)

4. Pemberian obat-obatan juga penting, terutama vitamin bagi saraf dan obat

yang dapat melebarkan pembuluh darah.

5. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam. Jangan melakukan diet

yang tidak seimbang karena setengah nutrisi berperan dalam kesehatan sel

saraf telinga secara langsung atau tidak langsung.

TINNITUS 15

Page 16: Tinnitus

6. Perbanyak mengkonsumsi Vitamin A dan E karena vitamin A dan E

merupakan nutrisi penting untuk menjaga membran sel dalam telinga dan

dapat meningkatkan peredaran oksigen terhadap sel masing-masing.

7. Pengambilan mineral sperti magnesium dan zink yang seimbang dan viatamin

B kompleks dapat membantu mengatasi masalah tinnitus.

8. Senam atau beraktivitas yang menyenangkan seperti yoga, tai-chi, pijat,

akupresur, hypnosis, reiki dan meditasi. Hal ini berguna untuk membantu

mempertahankan kesehatan sistem peredaran darah.

9. Berpikirlah positif, cobalah untuk melawan pikiran negatif dengan pikiran

positif.

10. Berlatih untuk menghindari stres semampunya

11. Kendalikan gaya hidup dan aturlah waktu sebaik mungkin

12. Atasilah emosi

13. Periksalah gigi anda dan pastikan tidak ada masalah pada sendi tempurung

kepala-rahang (temporo-mandibular joint)

14. Mengulum/mengunyah permen karet. 1,2,3,4,5

TINNITUS 16

Page 17: Tinnitus

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia .

2. Adams, Goerge L.,dkk. 1997.BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta: Penerbit Buku

Kedeokteran ECG

3. SingHealth. Tinitus : Kondisi dan Perawatan . Available at : http://

www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/tinnitus.aspx

4. Wikipedia. Tinnitus. Available at : http://wikipedia.id/Tinnitus

5. Henry, James. General Review of Tunnitus : Prevalence, Mechanisms, Effects and

Management. Journal of Speech, 1204 Language, and Hearing Research _ Vol. 48 _ 1204–

1235 _ October 2005 .Available at : http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16411806

6. X-Plain Patient Education. Tinnitus. Available at: http:// www.uptodate.com/.../ tinnitus -

ringing-in-the-ears-beyond-the-basics

7. Syartika, Lisa. Tinitus Telinga Berdenging. Clinic Corner. Available at :

http:// www.santosa-hospital.com/.../ tinnitus _drlisa

8. Swartz, Mark. 2005. Buku Ajar Diagnostik Fisik . Jakarta : EGC

9. Wicaksono, Emirza. Tinnitus. Available at :

http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/02/18/tinnitus/

10. Benson, Aaron. 2014. Tinnitus. Available at : http://emedicine.medscape/Tinnitus

TINNITUS 17