tinjauan pustaka susu - repository.ipb.ac.id · sel yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas...

14
TINJAUAN PUSTAKA Susu Susu adalah cairan yang dihasilkan sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir (Hidayat et al., 2006 ). Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung komponen nutrien utama berupa air, lemak, protein, laktosa dan abu (Rahman et al., 1992). Susu mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak. Komponen dan karakteristik nutrien yang terdapat dalam susu memungkinkan nutrien susu mudah dicerna, diserap dan digunakan tubuh anak (Rahman et al., 1992). Komposisi susu beberapa spesies mamalia disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Susu Beberapa Spesies Mamalia Spesies Air Lemak Protein Laktosa Abu -----------------------------------(%)------------------------------------ Keledai Kerbau Unta Sapi Domba Kambing Manusia Kuda 90,0 84,2 86,5 86,6 79,4 86,5 87,7 89,1 1,3 6,6 3,1 4,6 8,6 4,5 3,6 1,6 1,7 3,2 4,0 3,4 6,7 3,5 1,8 2,7 6,5 5,2 5,6 4,9 4,3 4,7 6,8 6,1 0,5 0,8 0,6 0,5 1,0 0,8 0,1 0,5 Sumber: Chandan et al. (2008) Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas susu adalah sifat fisik susu. Susu umumnya berwarna putih atau putih kekuningan dengan rasa yang agak manis akibat kandungan gula susu atau laktosa. Warna susu merupakan reaksi antara globula lemak susu dan kasein misel terhadap cahaya. Susu mengandung vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, K dan vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin B, C dan beberapa vitamin lain dalam jumlah kecil (Chandan et al., 2008).

Upload: doancong

Post on 24-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Susu

Susu adalah cairan yang dihasilkan sekresi kelenjar mammae hewan mamalia

yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir (Hidayat

et al., 2006 ). Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung

komponen nutrien utama berupa air, lemak, protein, laktosa dan abu (Rahman et al.,

1992). Susu mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup anak. Komponen dan karakteristik nutrien yang terdapat dalam

susu memungkinkan nutrien susu mudah dicerna, diserap dan digunakan tubuh anak

(Rahman et al., 1992). Komposisi susu beberapa spesies mamalia disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1.  Komposisi Susu Beberapa Spesies Mamalia

Spesies Air Lemak Protein Laktosa Abu

-----------------------------------(%)------------------------------------

Keledai

Kerbau

Unta

Sapi

Domba

Kambing

Manusia

Kuda

90,0

84,2

86,5

86,6

79,4

86,5

87,7

89,1

1,3

6,6

3,1

4,6

8,6

4,5

3,6

1,6

1,7

3,2

4,0

3,4

6,7

3,5

1,8

2,7

6,5

5,2

5,6

4,9

4,3

4,7

6,8

6,1

0,5

0,8

0,6

0,5

1,0

0,8

0,1

0,5 Sumber: Chandan et al. (2008)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas susu adalah sifat fisik susu.

Susu umumnya berwarna putih atau putih kekuningan dengan rasa yang agak manis

akibat kandungan gula susu atau laktosa. Warna susu merupakan reaksi antara

globula lemak susu dan kasein misel terhadap cahaya. Susu mengandung vitamin

yang larut dalam lemak seperti A, D, E, K dan vitamin yang larut dalam air, seperti

vitamin B, C dan beberapa vitamin lain dalam jumlah kecil (Chandan et al., 2008).

 

 

 

Susu Kuda

Standar Nasional Indonesia 01-6054-1999 (1999) mendefinisikan susu kuda

sebagai susu yang berasal dari ambing kuda yang sehat tanpa ditambah atau

dikurangi zat apapun kecuali pendinginan serta diperoleh dengan cara yang baik dan

benar. Susu kuda berwarna putih kebiruan, beraroma khas dan berasa manis. Syarat

mutu susu kuda yang beredar di pasaran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.  Syarat Mutu Susu Kuda SNI 01-6054-1999

Persyaratan Keterangan

Bau

Rasa

Warna

Penampakan

Benda asing

Bobot jenis pada suhu 27,5 oC

Lemak (%)

Protein (%)

pH

Uji pati

Bahan padatan tanpa lemak (%)

Timbal (mg/kg)

Tembaga (mg/kg)

Seng (mg/kg)

Timah (mg/kg)

Raksa (mg/kg)

Arsen (mg/kg)

Bakteri koliform

Bahan pengawet

Asam menyengat

Asam

Putih

Cair

Tidak boleh ada

Min. 1,02

Min. 1,3

Min. 2,0

Min. 3,0

Negatif

Min. 5,5

Maks. 0,3

Maks. 20

Maks. 40

Maks. 40

Maks. 0,03

Maks. 0,1

< 3 koloni/ml

Negatif Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1999)

Susu kuda yang beredar merupakan produk hasil fermentasi yang memiliki

konsistensi cair. Susu kuda memiliki rataan berat jenis 1,0235 dengan kandungan

bahan kering sebesar 8,75%. Nilai pH susu kuda berkisar antara 2,71-4,50 dan

 

 

 

rataan total mikroorganisme mencapai 3,81 x 107 koloni/ml (Sudarwanto et al.,

1998).

Susu kuda memiliki manfaat kesehatan lebih tinggi dibandingkan susu sapi

karena memiliki kandungan vitamin, mineral dan tingkat kecernaan yang baik.

Kandungan asam lemak rantai panjang yang tinggi, nitrogen dan kolesterol yang

rendah sangat baik dikonsumsi manusia (Sheng dan Fang, 2009). Susu kuda

mengandung vitamin C lebih besar dari susu sapi yaitu sebesar 135 mg/l

(Dharmojono, 1998). Susu kuda memiliki rasio Ca dan P yang optimal untuk

asimilasi Ca dalam tubuh. Kandungan lemak dan kolesterol susu kuda relatif rendah,

yaitu hanya sepertiga dari susu sapi (Sudarwanto et al., 1998).

Koumiss

Koumiss merupakan minuman tradisional di daerah Asia Tengah dan Uni

Soviet. Produk ini dibuat dari susu kuda betina atau mare (Rahman et al., 1992).

Bangsa Rusia seringkali menggunakan koumiss untuk pengobatan penyakit

tuberkolosis atau paru-paru, dengan dosis sekitar 1,4 l per hari selama dua bulan.

Koumiss memiliki konsistensi cair yang seragam dan berwarna putih agak abu-abu.

Koumiss mengandung 0,7%-1,8% asam laktat; 0,6%-0,9 % etanol dan 0,5%-

0,9% CO2 (Law, 1997). Koumiss memiliki manfaat sebagai pangan kesehatan karena

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Eschericia coli, Bacillus

cereus dan Mycobacterium spp (Tamime, 2006). Klasifikasi koumiss berdasarkan

kadar asam laktat dan alkohol disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.  Klasifikasi Koumiss Berdasarkan Kadar Asam Laktat dan Alkohol

Jenis Asam laktat Alkohol

---------------------------(%)---------------------

Weak/sweet sour Medium/boldly sour

Strong/hardy milk acid

0,6 – 0,8

0,8 – 1,0

1,0 – 1,2

0,7 – 1,0

1,1 – 1,8

1,8 – 2,5 Sumber: Tamime & Marshall (1997)

Nilai fisiologis koumiss lebih tinggi jika dibandingkan dengan kefir. Hal ini

dikarenakan kandungan lemak koumiss rendah, sehingga dapat dikonsumsi oleh

orang yang menderita kolesterol. Koumiss dihasilkan dari proses fermentasi susu

 

 

 

kuda oleh bakteri dan khamir berupa Lactobacillus bulgaricus, Torula spp. dan

Myoderma spp. (Ayres et al., 1980), Lactobacillus acidophilus, Saccharomyces

lactis dan Streptococcus lactis (Vedamuthu, 1982) atau Lactobacillus bulgaricus,

Lactobacillus acidophilus dan Kluyveromyces lactis ssp. lactis (Law, 1997). Standar

mutu Susu Fermentasi SNI 2981:2009 dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Syarat Mutu Susu Fermentasi SNI 2981:2009

Persyaratan Keterangan

Bau

Rasa

Penampakan

Konsistensi

Keasaman

Lemak (%)

Total padatan bukan lemak (%)

Protein (%)

Bakteri koliform

Salmonella

Listeria monocytogenes

Jumlah bakteri starter

Asam menyengat

Asam/khas

Cairan kental

homogen

0,5 – 2,0

Min. 3,0

Min. 8,2

2,7

Maks. 10

Negatif/25 g

Negatif/25 g

Min. 107 cfu/ml

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2009)

Penggunaan koumiss sebagai bahan terapi di Rusia ditujukan untuk

menanggulangi penyakit tuberkolosis, gangguan pencernaan, avitaminosis, anemia,

kardiovaskuler, liver dan ginjal (Dharmojono, 1998). Konsumsi koumiss sangat

dianjurkan terutama bagi orang yang memiliki masalah dengan kandungan kolesterol

darah dan kegemukan. Koumiss juga dapat memperbaiki fungsi ginjal, sistem

sirkulasi, syaraf, metabolisme, kekebalan tubuh dan kelenjar endokrin.

Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat mempunyai karakteristik morfologi, fisiologi dan

metabolit tertentu. Bakteri ini diklasifikasikan ke dalam bakteri Gram positif, tidak

berspora, berbentuk bulat maupun batang dan menghasilkan asam laktat sebagai

 

 

 

mayoritas produk akhir selama memfermentasi karbohidrat. Bakteri asam laktat

dibagi menjadi delapan genus yaitu Lactobacillus, Streptococcus, Lactococcus,

Pediococcus, Enterococcus, Leuconostoc, Bifidobacterium dan Corynobacterium.

Bakteri asam laktat dibagi menjadi heterofermentatif dan homofermentatif.

Kelompok homofermentatif menghasilkan asam laktat sebagai produk utama dari

fermentasi gula, sedangkan kelompok heterofermentatif selain menghasilkan asam

laktat, memproduksi juga asam-asam organik lain, CO2, etanol, asetaldehida, diasetil

dan senyawa lain (Fardiaz, 1992).

Salah satu manfaat penting dari bakteri asam laktat adalah kemampuan

memproduksi komponen antimikroba, baik berupa asam organik, bakteriosin,

ataupun hidrogen peroksida. Pertumbuhan dan aktivitas BAL (Bakteri Asam Laktat)

juga mempunyai efek penghambatan pada bakteri pembusuk maupun bakteri

patogen, sebagai contoh Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella

Typhimurium (Nes dan Johnsborg, 2004; Rosslan et al., 2003).

Lactococcus lactis ssp. lactis

Lactococcus lactis ssp. lactis dahulu dikenal sebagai Streptococcus lactis.

Bakteri ini berbentuk kokus, endospora tidak terbentuk, bakteri Gram positif dengan

ukuran 0,5-1,2 x 0,5-1,5 µm (Holt et al., 1994) (Gambar 1). Lc. lactis tumbuh

optimum pada suhu 25-30 oC, sehingga digolongkan ke dalam starter mesofilik

diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif (Chandan et al., 2008). Lc. lactis

memiliki kemampuan mensintesis folat dan riboflavin, dua jenis vitamin B yang

penting untuk kesehatan mata, otak dan kulit manusia. Bakteri ini digunakan pada

industri pengolahan susu, terutama dalam pembuatan susu fermentasi karena mampu

menghasilkan asam laktat dalam jumlah berlimpah (Wahyudi dan Samsundari,

2008).

Wong et al. (1988) menyatakan bahwa sebagian besar reaksi fermentasi yang

penting digunakan dalam proses pengolahan susu adalah homofermentasi yang

mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam laktat membantu mempertahankan dan

memberikan rasa serta tekstur produk, hampir semua starter yang digunakan untuk

memproduksi produk susu asam mengandung satu atau lebih strain Lc. lactis.

 

 

 

Sumber: Polo (2010)

Gambar 1. Lactococcus lactis ssp. lactis

Lactobacillus acidophilus

Lactobacillus acidophilus adalah bakteri paling umum dikenal sebagai

probiotik. Bakteri tersebut berbentuk batang lonjong dengan ukuran 2-5 µm x 3-6

µm (Gambar 2), Gram positif, sel tidak berspora walaupun terkadang motil

menggunakan flagela (Hotl et al., 1994). Lb. acidophilus ditemukan terutama di

dalam usus halus yang menghasilkan zat pembunuh kuman alami yang disebut

lactocidin dan acidophilin. Bakteri ini meningkatkan kekebalan inang melawan

khamir dan bakteri berbahaya seperti Candida albicans, salmonellae, E. coli, dan S.

aureus. Lb. acidophilus berkoloni dan menempel pada dinding usus atau saluran

reproduksi sehingga mencegah organisme lain berkembang biak pada tingkat cukup

untuk menyebabkan infeksi dan peradangan. Lb. acidophilus membantu

mengendalikan infeksi dan peradangan usus yang dapat mengurangi potensi diare,

penyakit atau peradangan itu sendiri (Wahyudi dan Samsundari, 2008).

Lb. acidophilus dapat tumbuh baik dengan oksigen ataupun tanpa oksigen,

dan bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang sangat asam sekalipun, seperti

pada pH 4-5 atau lebih rendah. Bakteri ini tumbuh optimum pada suhu 45 oC dan

merupakan bakteri homofermentatif yaitu bakteri yang memproduksi asam laktat

sebagai satu-satunya produk akhir walaupun terkadang bersifat heterofermentatif

(Chandan et al., 2008).

 

 

 

Sumber: Kalab (2008)

Gambar 2.  Lactobacillus acidophilus

Saccharomyces cereviceae

Saccharomyces cereviceae diklasifikasikan sebagai khamir yang tergolong

dalam kingdom Ascomycetes dengan ukuran diameter 5-10 µm (Gambar 3).

Mikroorganisme ini merupakan sel eukariotik yang juga berperan dalam proses

fermentasi (Berg et al., 1990). Sc. cereviceae telah digunakan dalam berbagai

industri susu dan berfungsi menghasilkan etanol (Boekhout dan Robert, 2003).

Khamir ini sangat penting dalam pembuatan susu fermentasi karena memberikan

citarasa yang khas. Khamir dapat menghasilkan gas yang dapat memberikan sensasi

produk berkarbonasi.

Sumber: Class (2007)

Gambar 3. Saccharomyces cereviceae

 

 

10 

 

Antimikroba Susu Fermentasi

Senyawa antimikroba merupakan salah satu komponen yang dihasilkan oleh

mikroorganisme starter dalam proses fermentasi susu. Senyawa antimikroba akan

menentukan karakteristik antagonistik suatu produk susu fermentasi. Senyawa ini

dalam susu fermentasi dapat memperpanjang masa simpan serta menghambat

pertumbuhan bakteri perusak dan patogen dalam susu fermentasi (Vedamuthu,

1982). Senyawa antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri),

bakteristatik (menghambat pertumbuhan mikroba), fungisidal (membunuh kapang),

fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang) dan germisidal (menghambat

germinasi spora bakteri). Senyawa antimikroba dalam susu fermentasi berupa asam

organik, bakteriosin, H2O2, CO2, alkohol dan diasetil.

Bakteri asam laktat akan menghasilkan asam organik berupa asam laktat pada

susu fermentasi. Asam-asam organik dalam susu fermentasi akan menurunkan atau

membunuh bakteri patogen seperti Escherichia coli, Mycobacterium tuberculosis,

Salmonellae sehingga menekan zat-zat merugikan yang dihasilkan oleh bakteri

patogen (Yukuchi et al., 1992). Beberapa jenis bakteri asam laktat juga

menghasilkan bakteriosin yang merupakan senyawa kompleks protein yang bersifat

antimikroba. Zat ini mampu menghambat dan menghentikan pertumbuhan

mikroorganisme yang memiliki hubungan dekat dengan sel bakteri Gram positif,

tahan panas, aktif pada kisaran nilai pH yang luas, peka terhadap enzim proteolitik

dan relatif tidak toksik pada hewan maupun manusia. Mekanisme kerja dari

antimikroba bakteriosin adalah menempel pada reseptor spesifik di dinding sel dan

penyebab kerusakan fungsi membran sel (Ray dan Daeschel, 1992).

Bakteri asam laktat akan memproduksi H2O2 dengan bantuan enzim-enzim

flavoprotein oksidase. Pembentukan H2O2 menyebabkan efek bakterisidal akibat

penghambatan glikolisis sehingga transpor glukosa tidak lancar. H2O2 bersifat

bakterisidal kuat terhadap bakteri Gram negatif. Bakteri asam laktat

heterofermentatif menghasilkan CO2 yang memiliki efek antimikroba ganda, yaitu

menciptakan kondisi anaerobik dan menghambat dekarboksilasi enzimatis (Surono,

2004).

Alkohol dan diasetil merupakan senyawa pembentuk citarasa dalam produk

susu fermentasi yang juga memiliki aktivitas antimikroba. Alkohol organik seperti

 

 

11 

 

etanol, isopropanol dan benzil alkohol menyebabkan denaturasi protein dan

melarutkan lipid pada dinding dan membran sel mikroorganisme, sehingga alkohol

efektif digunakan pada sel vegetatif bakteri (Cartledge, 1992). Diasetil diproduksi

oleh bakteri pada proses fermentasi sitrat dalam susu. Diasetil dapat menginaktivasi

enzim beberapa mikrooganisme dan akan memiliki penghambatan maksimum

terhadap bakteri patogen pada pH 5,0 (Ray dan Daeschel, 1992).

Mekanisme Penghambatan Aktivitas Antimikroba

  Penghambatan aktivitas mikroba dapat dilakukan oleh komponen bioaktif

senyawa antimikroba melalui empat mekanisme, yaitu (1) gangguan terhadap

sejumlah sub gugus penyusun sel; termasuk dinding sel, (2) reaksi dengan membran

sel yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan kehilangan komponen

penyusun sel, (3) inaktivasi enzim esensial, (4) destruksi atau inaktivasi fungsi

material genetik (Davidson dan Hoover, 1993). Penjelasan keempat mekanisme

tersebut diuraikan pada sub bab berikut.

Gangguan Dinding dan Membran Sel

Unit dasar dinding sel bakteri tersusun dari peptidoglikan (murein dan

mukopeptida). Fungsi peptidoglikan adalah secara mekanis memberi ketegaran pada

sel bakteri, selain sebagai dasar membran sitoplasma. Komponen bioaktif dapat

merusak dinding sel yang akan menghambat sintesis komponen dinding sel bakteri.

Komponen bioaktif mempengaruhi integritas membran sitoplasma yang

mengakibatkan kebocoran materi intraselular, seperti fenol dapat mengakibatkan lisis

sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein

sitoplasma dan asam nukleat serta menghambat ikatan ATP-ase (enzim yang

membantu produksi energi pada sel) pada membran.

Inaktivasi Enzim Esensial

Komponen bioaktif dapat merusak sistem metabolisme di dalam sel dengan

cara menghambat sintesis protein bakteri. Komponen ini berupa asam organik yang

dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Cabo et al. (2002) menyatakan aktivitas asam

organik seperti asam laktat dan asetat dalam bentuk tidak terdisosiasi dapat

menembus sel mikroba dan pada pH intraseluler yang lebih tinggi, berdisosiasi

menghasilkan ion-ion hidrogen dan mengganggu fungsi metabolit esensial seperti

 

 

12 

 

translokasi substrat dan fosforilasi oksidatif, dengan demikian mereduksi pH

intraseluler dan menginaktivasi kerja enzim intraseluler, sehingga enzim esensial

bakteri akan rusak.

Inaktivasi Fungsi Material Genetik

Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (DNA dan

RNA) sehingga berakibat pada terganggunya transfer informasi genetik. Senyawa

antimikroba menghambat aktivitas RNA polimerase dan DNA polimerase,

selanjutnya menginaktivasi atau merusak material genetik sehingga mengganggu

proses pembelahan sel untuk pembiakan.

Bakteri Patogen

Bakteri patogen merupakan kelompok bakteri yang menimbulkan penyakit

pada manusia, hewan dan tumbuhan. Bakteri yang tergolong menimbulkan penyakit

yang mematikan jika tidak segera ditangani pada manusia berupa Salmonella

enteritidis serotipe Typhimurium dan Mycobacterium tuberculosis.

Salmonella enteritidis serotype Typhimurium

Salmonella enteritidis serotype Typhimurium diklasifikasikan ke dalam

famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini berbentuk batang pendek dan berukuran 2-4

µm x 0,5-0,8 µm (Gambar 4), Gram negatif, anaerob fakultatif dan memiliki flagela

peritrikat (Holt et al., 1994). Salmonella Typhimurium dapat tumbuh pada suhu 5-47 oC dengan suhu optimum 35-37 oC. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan adalah

6,5-7,5; sedangkan aw optimum adalah 0,945-0,999 (Cox, 2000).

Kebanyakan strain Salmonella bersifat aerogenik, dapat menggunakan sitrat

sebagai sumber karbon dan tidak membentuk H2S (Fardiaz, 1992). Bakteri ini

sensitif terhadap panas dan dapat dimusnahkan dengan perlakuan pasteurisasi.

Bakteri ini tersebar dalam pangan akibat kontaminasi dari kotoran manusia yang

terinfeksi (Ray dan Daeschel, 1992).

Salmonella hidup secara anaerobik fakultatif. Bakteri ini tidak dapat

berkompetisi secara baik dengan mikroba-mikroba yang umum terdapat di dalam

makanan seperti bakteri-bakteri pembusuk, bakteri genus lain dalam famili

Eschericieae dan bakteri asam laktat. Pertumbuhan bakteri Salmonella sangat

terhambat oleh bakteri asam laktat (Cox, 2000).

 

 

13 

 

Sumber: Pollack (2003)

Gambar 4. Salmonella Typhimurium

S. Typhimurium merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika bakteri ini tertelan

dan masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan gejala yang disebut

salmonelosis. Beberapa spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit

lain seperti demam enteritik (demam tifoid dan demam paratifoid) dan infeksi lokal

(Fardiaz, 1992).

Mycobacterium tuberculosis

Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret

1882, sehingga diberi nama basil Koch. Bakteri ini berbentuk batang agak bengkok

dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA)

dengan ukuran lebar 0,2-0,6 µm dan panjang 1-10 µm (Pawsey, 2002; Mediscatore,

2010).

Pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan untuk identifikasi BTA. Bakteri ini

tumbuh lambat, sehingga koloni tampak setelah lebih kurang dua minggu bahkan

kadang-kadang setelah 6-8 minggu. BTA tumbuh pada suhu optimum 37 °C, tidak

tumbuh pada suhu 25 °C atau lebih dari 40 °C. Medium padat yang biasa

dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen pada pH optimum 6,4-7,0 (Hiswani, 2008).

Mycobacterium tuberculosis tidak tahan panas, akan mati pada suhu 60 °C

selama 15-20 menit. Biakan M. tuberculosis dapat mati jika terkena sinar matahari

langsung selama dua jam. Bakteri ini dapat bertahan di dalam dahak selama 20-30

jam. Basil dalam percikan bahan dapat bertahan hidup selama 8-10 hari. Biakan basil

 

 

14 

 

ini pada suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari pada

suhu - 20 °C selama dua tahun.

Sumber: Demay (2009)

Gambar 5. Mycobacterium tuberculosis

Bakteri ini juga tahan terhadap berbagai bahan kimia dan desinfektan seperti

phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dapat

dihancurkan dengan yodium tinktur dalam lima menit, sedangkan dengan alkohol

80% akan hancur dalam 2-10 menit (Hiswani, 2008). Bahan-bahan alami, termasuk

herbal digunakan sebagai terapi pengobatan tuberkolosis karena terbukti dapat

menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.

Prevalensi Wabah Penyakit Tuberkolosis dan Tipus

Insidensi tuberkolosis (TBC) meningkat secara drastis pada dekade terakhir

ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi

pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke

bawah. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-

1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2%-0,65%;

sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh

WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000

kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan

kasus baru (Aditama et al., 2006). Data WHO pada tahun 2010 memperlihatkan

peningkatan total kasus TBC sebesar 660.000 dengan jumlah kematian 61.000 jiwa

setiap tahun (Mustikawati dan Surya, 2011).

 

 

15 

 

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit

muncul satu penderita baru TBC paru yang menular, bahkan setiap empat menit

sekali satu orang meninggal akibat TBC. Pengendalian Tuberkolosis di Indonesia

telah mendekati target Millenium Development Goals (MDGs) yang mencapai 253

per 100.000 penduduk pada tahun 2008, namun Indonesia menduduki peringkat

ketiga negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India dan

Cina (Aditama et al., 2006).

Salah satu penyakit mematikan selain TBC adalah tipus. Tipus merupakan

salah satu penyakit infeksi endemik di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh

infeksi bakteri S. Typhimurium yang ditularkan melalui makanan dan minuman.

Insiden tipus di dunia pada tahun 2002 sebesar 16 juta kasus, 600.000 di antaranya

menyebabkan kematian. Prevalensi tipus di Indonesia sebesar 91% kasus, terjadi

pada umur 3-19 tahun (Cammie dan Sammuel, 2005).

Pengujian Aktivitas Antimikroba

Pengujian aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan metode in vitro

(Davidson dan Parish, 1993). Metode in vitro adalah uji aktivitas antimikroba dengan

senyawa antimikroba yang tidak diaplikasikan langsung kepada produk. Metode ini

hanya dapat memberikan informasi awal tentang potensi kegunaan komponen

sebagai antimikroba (Davidson dan Parish, 1993). Metode pengujian aktivitas

antimikroba secara in vitro adalah metode difusi agar sumur.

Metode Difusi Agar Sumur

Uji difusi agar sumur merupakan cara yang sederhana, cepat dan paling

sering digunakan (NCCLS, 1991). Aktivitas antimikroba yang dapat dilihat pada uji

difusi sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) tipe dan ukuran cawan,

(2) tipe agar, pH dan kandungan garam, (3) kemampuan zat untuk berdifusi ke dalam

agar, (4) karakteristik media dan (5) jenis bakteri uji yang digunakan (Branen, 1993).

Produk yang dimasukkan ke dalam sumur atau lubang akan berdifusi masuk

ke dalam agar selama masa inkubasi. Bila memiliki sifat antimikroba, produk ini

akan menimbulkan gradien konsentrasi di dalam agar dan membentuk penghambatan

yang dapat dilihat sebagai zona bening. Semakin jauh jarak masuk ke dalam agar,

maka konsentrasi produk yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, berkurang

 

 

16 

 

dan hanya beberapa bakteri yang dapat terhambat. Hal inilah yang menimbulkan

gradient yang berbeda pada tingkat konsentrasi tertentu (Davidson dan Parish, 1993).

Batas dari zona bening adalah pada saat kekuatan produk sudah jauh

berkurang, sehingga tidak lagi menghambat pertumbuhan bakteri uji. Zona bening

yang terbentuk disebut juga diameter penghambatan. Diameter penghambatan yang

dibentuk, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi produk, tingkat

kelarutan produk dan kemampuan produk untuk berdifusi ke dalam agar (Prescott et

al., 2003).

Pengujian Penghambatan Mycobacterium tuberculosis

Pengujian penghambatan dilakukan untuk penentuan kemampuan

penghambatan suatu produk terhadap pertumbuhan bakteri Mycobacterium

tuberculosis. Pengujian menggunakan media Lowenstein Jensen miring modifikasi

yaitu penambahan produk yang akan diuji sensitivitasnya dalam penghambatan

pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis (Sjahrurachman, 2008).