tinjauan pustaka pelayanan antenatal merupakan...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antenatal Care (ANC) 2.2.1 Pengertian Antenatal Care Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999). 2.1.2 Pelayanan Antenatal Care Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal (Rhezvolution, 2009). Pelayanan Antenatal sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil selama kehamilan. 2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan Universitas Sumatera Utara

Upload: tranbao

Post on 01-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Pengertian Antenatal Care

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)

(Depkes, 2010). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai

kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan

fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat

diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau

komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).

2.1.2 Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan)

untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan

antenatal (Rhezvolution, 2009). Pelayanan Antenatal sangat penting untuk

mendeteksi sedini mungkin komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu

hamil selama kehamilan.

2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah

menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak

dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam antenatal care

harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya

atau lebih sehat.

b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan diobati.

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan

mental.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin.

2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan

janin.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun

bayi dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan dan

persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa trauma

fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga

berencana setalah kelahiran bayinya.

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi dan

Sunarsih (2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:

1. Pendekatan risiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita tidak bisa

membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di

Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet

tidak terprediksi sebelumnya dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai ibu

berisiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.

2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok risiko tinggi pernah mengalami

komplikasi, walaupun mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal

dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus

pada ibu yang tergolong dalam kategori risiko tinggi terbukti tidak dapat

mengurangi komplikasi yang terjadi.

3. Banyak ibu yang tergolong kelompok risiko rendah mengalami komplikasi,

tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat

dilakukannya, seperti kurangmya informasi tanda-tanda bahaya selama

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

kehamilan (perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan

penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik),

janin tidak bergerak sebanyak biasanya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah bahwa setiap ibu

hamil berisiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga

setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang

berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan

kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

2.1.4 Fungsi Antenatal

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi

dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap

kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak perlu

memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga

menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh

mereka (Maas, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal

Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati (2010)

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna sebagai

batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk

menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam menjalankan praktek

sehari-hari.

Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan

standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Ukur tinggi badan

b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)

c. Ukur Tekanan Darah

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

f. Pemberian Tablet besi (fe)

g. Tanya/Temu wicara

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam pelayanan

asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar pelayanan

kebidanan:

Standar 1 Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,

dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

Standar 2 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko

tinggi, imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan.

Standar 3 Palpasi Abdominal

Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa

posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga

panggul untuk mencari kelainan.

Standar 4 Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau

rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.

Standar 5 Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil

tindakan yang tepat, dan merujuknya.

Standar 6 Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan

keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan bersih dan aman, serta suasana yang menyenangkan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan

serta memenuhi standar tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

2.1.6 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40

minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Trimester pertama ( 0-12 minggu)

b. Trimester kedua (13-28 minggu)

c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi

yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu :

a. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 )

b. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

c. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36)

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika

haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005). Menurut

Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu

hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan

kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan

K4, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

a. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)

K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester 1,

dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu

b. Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada

trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

2.1.7 Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang telah

mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai

dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi

jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu

wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk perhitungan indikator K4) dengan jumlah

sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun (Depkes RI, 2010).

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk

memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini Risiko Tinggi

(Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta Kunjungan

Neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun (Departemen Kesehatan RI,

2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

2.1.8 Kebijakan Pelayanan Antenatal

1. Kebijakan Program

Dalam Depkes RI (2009) yang dikutip oleh Fitrihanda (2012), Kebijakan

Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada

dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu

meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan

Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai

dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan

kunci yaitu :

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi

keguguran.

2. Kebijakan Teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga

kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu

kebijakan teknis untuk ibu hamil secara keseluruhan yang bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat

meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta

rujukan bila diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi.

Menurut Fitrihanda (2012), beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal

care rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan

pelayanan antara lain meliputi :

1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan

melibatkan kader dan perangkat desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.

2. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan

dan Dukun.

3. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

4. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

2.1.9 Intervensi Pelayanan Antenatal

Intervensi dalam pelayanan Antenatal Care adalah perlakuan yang diberikan

kepada ibu hamil setelah dibuat diagnose kehamilan. Adapun intervensi dalam

pelyanan Antenatal Care menurut Fitrihanda (2012) adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

a. Intervensi Dasar

1. Pemberian Tetanus Toxoid, yang diberikan untuk melindungi janin dari tetanus

neonatorum yang diberikan sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan

dengan interval minimal 4 minggu, apabila ibu belum pernah mendapatkan

suntikan TT sebelumnya.

2. Pemberian Vitamin Zat Besi, yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan

meningkat, diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Minimal 90

tablet, dan diminum sebaiknya tidak bersama teh atau kopi, karena dapat

mengganggu penyerapan.

b. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil

sesuai dengan risiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi :

1. Faktor risiko

a. Umur, terlalu muda yaitu dibawah 20 tahun dan terlalu tua yaitu diatas 35

tahun

b. Paritas, paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan) dan paritas

>3

c. Interval, yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-

kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan kurang dari 145 cm

e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2. Komplikasi Kehamilan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

a. Komplikasi obstetri langsung, seperti perdarahan, preeklamsi/eklamsi,

kelainan letak lintang atau sunsang primi gravida, anak besar atau hidramion

atau kelainan kembar, ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b. Komplikasi obstetri tidak langsung, seperti penyakit jantung, hepatitis, TBC

(tuberkolosis), anemia, malaria, diabetes melitus.

c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan

(kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar, 2005).

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Supriyarto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah

penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan

kesehatan. Menurut Azwar (2002) bahwa, pelayanan kesehatan sendiri adalah

setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati

penyakit serta memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan

ataupun masyarakat.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa, ada delapan

faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor

demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio

jenis kelamin), tingkat pendapatan, faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan

status kesehatan) aksesbiliti terhadap pelayanan kesehatan, produktifitas dan

teknologi kesehatan.

Menurut Departemen of Health Education and Welfare USA (1997) dalam

Azwar (2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi,

kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan

masyarakat dengan adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan

lainnya.

2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio

demografi (umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar kelurga) faktor sosial

psikologis (sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan

sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana

pelayanan kesehatan sebelumnya), faktor status sosial ekonomi (meliputi:

pendidikan, pekerjaan, pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan

kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan,

variabel yang menyangkut kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan

oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya).

Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengembangkan model

sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang

didasarkan teori lapangan (field theory) dari Lewin (1954). Dalam model Anderson

ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :

1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbeda-

beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:

a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar

keluarga dan lain-lain)

b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)

c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan

individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini

termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,

keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan).

b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan

sebagainya).

3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan

stimulasi langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila

faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan

dapat dikategorikan menjadi:

a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit,

ketidakmampuan bekerja)

b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan

oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut

diagnosis klinis dari dokter)

Menurut pendapat Azwar (2009), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi.

Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka secara relatif

pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

Teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu adalah karena 4 alasan pokok.

1. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap kesehatan.

2. Orang penting sebagai referensi (Personal reference)

Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau

perbuat cenderung untuk dicontoh, seperti alim ulama, kepala adat (suku), kepala

desa, orang yang dituakan.

3. Sumber-sumber daya (Resources)

Sumber daya ini mencakup fasiltas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan

sebagainya. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif

maupu negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap

perilaku pengguna tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.

4. Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan

suatu masyarakat bersama, itu terbentuk karena sebab atau latar belakang yang

berbeda-beda. Misalnya, alasan-alasan masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas.

Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin karena tidak punya

uang untuk pergi ke puskesmas, mungkin tidak tahu fungsi puskesmas, dan lain

sebagainya.

Komponen Health Belief Model oleh Becker (1974) dalam Notoatmodjo

(2003) menyatakan ada 4 hal yang memotivasi tindakan :

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit, ia harus

merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan

didorong ppula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat.

Misalnya perdarahan dalam kehamilan akan dirasakan lebih serius dari pada pusing

pada masa kehamilan.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafits and barriers)

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang

dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu.

4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,

kegawatan dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat faktor eksternal.

Misalnya pesan pada media massa, nasihat dari anggota keluarga, penyuluhan dari

petugas kesehatan.

Model kepercayaan kesehatan ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah

ini :

Universitas Sumatera Utara

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

Gambar 2.1 Health Belief Model oleh Backer (1974) dalam Notoatmodjo (2003)

2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfatan Antenatal Care

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman,

2005). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan dalam pemanfaatan

Antenatal Care (ANC) dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang dikutip oleh

Sihombing (2012), yang menyatakan bahwa pemanfaatan Antenatal Care (ANC)

-Variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa kelompok etnis). -Variabel groups, kepribadian, pengalaman sebelumnya). -Variabel struktur (kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan dan sebagainya).

Kecenderungan yang dilihat (perceived) mengenai gejala/penyakit. syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit

Pendorong (cues) untuk bertindak (kampanye media, peringatan dari dokter gigi, tulisan dalam surat kabar, majalah)

Ancaman yang dilihat mengenai gejala dan penyakit

Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dikurangi biaya (rintangan) yang dilihat dari pengambilan tindakan

Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku sehat/sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat pemeriksaan kehamilan

berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas

kesehatan.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu

cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari

yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti Aritoteles.

Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau

kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan

dengan pengamatan dan eksperimen (metode ilmiah). Pengetahuan juga diturunkan

dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari

mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang

pelayanan Antenatal Care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak

pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes

RI, 2008).

2.3.2 Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih

yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu, berdasarkan pengertian diatas maka

Universitas Sumatera Utara

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

paritas memengaruhi kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai

angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang

baik endometriumnya (Wiknjosastro, 2005).

Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga

termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu

yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia

sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya

(Wiknjosastro, 2005).

Menurut Sastrawinata (1993) yang dikutip Widawati (2008) paritas dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan 1 kali, seorang anak cukup

besar untuk hidup didunia luar.

b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 kali – 4 kali, lebih dari

seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

c. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 kali atau lebih, lebih

dari 5 orang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

2.3.3 Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut Depkes RI (2005), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Sarfino (2002) dikutip oleh

Saragih (2012), dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam

bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas

Universitas Sumatera Utara

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan kehamilan.

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor ketersediaan pelayanan mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya:

air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan yang bergizi, dan

sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah

Sakit, Poloklinik, Posyandu, Polindes, Puskesdes, Dokter atau Bidan Praktek Swasta,

dan sebagainya. Hal ini dapat juga dijelaskan, untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan

kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia

tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah

harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya Puskesmas,

Polindes, Puskesdes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada

hakekatnya mendukung untuk terwujudnya perilaku atau pemanfaatan kesehatan.

Selain fasilitas yang harus tersedia agar masyarakat dapat memanfaatkan

pelayanan Antenatal maka harus diperhatikan juga tenaga kesehatannya atau sumber

daya manusianya (SDM). Kinerja yang dihasilkan oleh seorang tenaga kesehatan

sangat memengaruhi kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikannya (Intan, 2012). Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2005).

Bidan desa memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan AKI yaitu

sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Desa,

akan tetapi banyak bidan desa yang diturunkan ke desa belum memiliki pengalaman

kerja sehinga belum dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama

ANC secara optimal dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.

2.3.4 Kepercayaan

Menurut Marran (2007) yang dikutip oleh Sinaga (2012) seorang

Antropologi Inggris, Sir Edward B.Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk

menunjukkan keseluruhan komplek dari ide dan segala sesuatu dalam pengalaman

historinya, disini termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral dan hukum,

kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Kebudayaan diartikan juga sebagai suatu jalinan yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan

lain yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.

Menurut Kalangie (1994) bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat

membentuk, mengatur dan memengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu

suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang

berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.

Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur

dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua

kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua

makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan masyarakat

telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar pada anggota

suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum

seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan sutau masyarakat karena

adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang

belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi,

keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang

berwawasan yang berwawasan budaya.

Menurut Koentjaraningrat (1990), kehamilan bukan hanya dilihat semata-

mata dari aspek biologis dan fisiologinya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus

dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal

seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran,

para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung,

cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses

kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam perawatan bayi dan

ibunya.

Unsur-unsur dari kebudayaan adalah kepercayaan, nilai, norma dan sanksi,

teknologi, simbol dan bahasa. Menurut Fukuyama (2002), bahwa kepercayaan adalah

pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur,

dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan

anggota yang lain dari komunitas itu. Ada 3 jenis perilaku dalam komunitas yang

mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif. Perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

normal yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut bersama, jika

dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari beberapa anggotanya

maka akan sulit mendapatkan adanya kejujuran dan sifat kooperatif. Adanya jaminan

tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat

kooperatif dalam komunitas.

Dengan kata lain kepercayaan adalah sesuatu yang telah diyakini oleh

seseorang terhadap suatu hal atau subjek tertentu berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan seperti kejujuran, pengalaman, dan keterampilan, toleransi, dan

kemurahan hati. Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh

dan berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan

melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti

keluarga, komunitas, asosiasi suka rela, negara dan sebagainya. Menurut

Notoatmodjo (2003) kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

2.3.5 Dukungan Keluarga/Suami

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam

melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya

adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas

menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara

Universitas Sumatera Utara

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain

itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah

(Ahmadi, 2006).

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya

sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau

petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan,

perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan

(Fitrihanda, 2012).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka rumusan kerangka konsep penelitian sebagai

berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013.

1. Pengetahuan 2. Paritas 3. Dukungan petugas

kesehatan 4. Kepercayaan 5. Dukungan Keluarga/suami 6.

Pemanfaatan Antenatal Care

(ANC)

Universitas Sumatera Utara

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan antenatal merupakan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39050/4/Chapter II.pdf · normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.

2. Ada hubungan paritas ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.

3. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan ANC.

4. Ada hubungan kepercayaan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.

5. Ada hubungan dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC.

Universitas Sumatera Utara