tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · pada primata, pergerakan yang mungkin terjadi pada kedua...

20
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Monyet Ekor Panjang MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae. Seperti halnya beruk, MEP juga termasuk dalam superfamili Cercopithecoidea, subordo Anthropoidea, dan ordo Primata (Bennett et al. 1995). Secara sederhana, taksonomi MEP sebagai berikut: Kelas : Mamalia Ordo : Primata Subordo : Anthropoidea Superfamili : Cercopithecoidea Famili : Cercopithecidae Subfamili : Cercopithecinae Genus : Macaca Spesies : Macaca fascicularis Penyebaran Habitat Monyet Ekor Panjang MEP merupakan salah satu ‘primata bukan-manusia’ yang paling berlimpah dan tersebar luas (Wheatley et al. 1999). Habitat MEP adalah di Asia Tenggara (Myanmar bagian selatan, Thailand bagian selatan dan timur, Kamboja, Laos, Vietnam bagian selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia bagian barat). Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan kepulauan NTT merupakan habitat hewan ini di Indonesia (Gambar 1) (Wheatley et al. 1999).

Upload: vuongngoc

Post on 19-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Monyet Ekor Panjang

MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis

yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae.

Seperti halnya beruk, MEP juga termasuk dalam superfamili Cercopithecoidea,

subordo Anthropoidea, dan ordo Primata (Bennett et al. 1995). Secara sederhana,

taksonomi MEP sebagai berikut:

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Subordo : Anthropoidea

Superfamili : Cercopithecoidea

Famili : Cercopithecidae

Subfamili : Cercopithecinae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis

Penyebaran Habitat Monyet Ekor Panjang

MEP merupakan salah satu ‘primata bukan-manusia’ yang paling

berlimpah dan tersebar luas (Wheatley et al. 1999). Habitat MEP adalah di Asia

Tenggara (Myanmar bagian selatan, Thailand bagian selatan dan timur, Kamboja,

Laos, Vietnam bagian selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia bagian barat).

Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan kepulauan NTT merupakan habitat

hewan ini di Indonesia (Gambar 1) (Wheatley et al. 1999).

5

Gambar 1 Daerah distribusi (dalam arsiran) dari Macaca fascicularis (Sumber: Corbet dan Hill 1992)

MEP dapat bertahan hidup di berbagai jenis habitat tropis, oleh karena itu

disebut sebagai ecologically diverse. Hewan ini dikenal menghuni hutan-hutan

bakau, hutan nipa, hutan pantai, hutan pinggiran sungai, baik di hutan primer

maupun hutan sekunder (VanSchaik et al. 1996). Hewan ini mampu beradaptasi

pada lingkungan baru yang ekstrim maupun lingkungan yang dirubah secara

drastis (Wheatley et al. 1999).

Karakteristik Monyet Ekor Panjang

MEP merupakan kelompok monyet dunia lama (Old World Monkey)

dengan bobot badan yang bervariasi antara 3-12 kg pada jantan dan 3-10 kg pada

betina (Putra et al. 2006) dengan lama hidup 25-30 tahun, serta umur dewasa

kelamin 4,5-6,5 tahun (Poirier dan Smith 1974).

Warna utama rambut hewan ini yakni coklat keabu-abuan hingga

kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna menurut musim, umur dan

lokasi (Lekagul dan McNelly 1977). Disamping itu, perbedaan habitat

mempengaruhi warna rambut, individu yang menghuni kawasan hutan umumnya

6

mempunyai warna lebih gelap dan mengkilap, sedangkan individu yang menghuni

kawasan pantai pada umumnya mempunyai warna lebih cerah. Hal ini

dipengaruhi oleh udara lembab yang mengandung garam dan sinar matahari

(Medway 1969). Secara umum, warna rambut bagian ventral lebih cerah, pada

bagian punggung lebih gelap. Rambut kepala agak pendek tertarik ke belakang

dahi, dengan rambut-rambut sekeliling wajahnya berbentuk jambang yang lebat

dengan ekor tertutup rambut yang halus (Napier dan Napier 1967). Disamping itu,

rambut pada bagian pipi monyet jantan lebih tebal dibandingkan pada monyet

betina (Krisnawan 2000).

Perilaku Makan Monyet Ekor Panjang

MEP merupakan jenis hewan diurnal yaitu aktif dari fajar sampai dengan

matahari terbenam. Hewan ini biasanya mencari makanan pada pagi hari,

beristirahat/tidur pada siang hari dan aktif kembali pada sore hari. Kadang-kadang

hewan ini makan di atas pohon (Wheatley et al. 1999), atau secara teratur turun ke

tanah untuk makan (Fittinghoff dan Lindberg 1980). Keragaman perilaku makan

ini bergantung pada ketersediaan pakan dan kesukaannya di daerah jelajah pada

musim tertentu. Sekitar 60-90% kebutuhan nutrisi MEP berasal dari buah-buahan.

Selain buah-buahan, MEP juga memakan bermacam-macam makanan termasuk

daun, kulit pohon, tunas, bunga, biji dan serangga, sehingga hewan ini

dikategorikan sebagai hewan omnivora (Poirier dan Smith 1974). Telah

dilaporkan pula bahwa MEP sangat menyukai makan kepiting, crustacean,

kerang-kerangan, serta binatang laut lainnya (Lekagul dan McNeely 1977)

sehingga MEP disebut juga sebagai crab eating monkey. Hewan ini akan duduk di

dekat lubang kepiting menunggu sampai kepiting keluar, lalu menangkap dan

mengelupas cangkang kepiting dengan jari-jari tangannya, selanjutnya memakan

kepiting tersebut (Crocket dan Wilson 1978). MEP juga diketahui memakan

lempung/tanah liat, hal ini dimungkinkan untuk mendapatkan mineral-mineral

sejenis fosfor yang dikandungnya.

7

Perilaku Sosial

MEP merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok dengan jumlah

antara 6-100 ekor (Nowaks 1995). Sementara Wheatley et al (1999).

menggambarkan bahwa pada umumnya kelompok hewan ini berjumlah antara

20-50 ekor. Ukuran kelompok hewan ini mencerminkan ketersediaan pakan,

tekanan pemangsa serta mudah tidaknya terpengaruh oleh penyakit (Bercovitch

dan Huffman 1999). Umumnya MEP memiliki ukuran kelompok yang lebih besar

di habitat-habitat yang terganggu aktivitas manusia dibandingkan di hutan primer.

Kelompok MEP adalah multi-jantan dan multi-betina dengan seekor jantan

yang dominan dan beberapa ekor betina yang dominan. Monyet betina memiliki

suatu hierarchy matrineal yakni individu-individu betina yang menduduki ranking

lebih tinggi dapat memperoleh makanan yang lebih banyak, mendapat

perlindungan dari jantan-jantan, serta memiliki tingkat kesuburan yang lebih

tinggi dibandingkan monyet betina yang lainnya (Bonadio 1999).

Interaksi sosial dapat dilihat pada saat hewan ini sedang bersantai. Pada

MEP, aktivitas ini umum dilakukan di kalangan hewan betina dan biasanya hewan

betina yang memiliki tingkat hirarki yang lebih tinggi akan menjadi gromee

(yang dilayani), sedangkan yang mempunyai hirarki yang lebih rendah menjadi

gromeer (yang melayani) (Bonadio 1999).

MEP merupakan hewan yang polyestrous dengan siklus menstruasi

± 28 hari, dan betina secara alami akan mengalami menopause (Thorndike dan

Turner 1998). Umumnya individu betina melahirkan satu atau dua tahun sekali.

Produktivitas seksual MEP sekitar umur 4,5 tahun dan dapat hidup sampai diatas

umur 25 tahun, meskipun umur maksimal dari MEP di dalam laboratorium/habitat

nonalami dapat mencapai 37 tahun.

Fungsi Tungkai

Primata mempunyai aktivitas lokomosi yang lebih bervariasi dibandingkan

dengan mamalia lainnya, seperti berayun dan meloncat. Selain itu, primata juga

memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal penggunaan tungkai dan sikap

8

tubuh, misalnya beberapa spesies dapat menggunakan kedua tungkai untuk

berjalan (bipedalism) sedangkan spesies lainnya menggunakan keempat

tungkainya (quadrupedalism). Hal ini digunakan oleh primata untuk

mempertahankan atau beradaptasi dengan habitat arborealnya di hutan (Napier

dan Napier 1985).

Monyet menggunakan tungkai depan (tangan) untuk berjalan

(quadrupedalism), memanjat, berlari, melompat, mengambil makanan dan

menjangkau benda. Pada manusia, aktivitas berjalan hanya menggunakan kaki

sedangkan tangan (tungkai depan) sama sekali tidak digunakan untuk berjalan

(Marzke 1971).

Fungsi Manus

Daerah manus dapat melakukan pergerakan angular seperti fleksio,

ekstensio, abduksio dan aduksio. Fleksio merupakan gerakan yang mengecilkan

sudut suatu persendian akibat kontraksi otot-otot tertentu, misalnya otot-otot

fleksor yang membengkokkan siku, lutut dan lain-lain. Ekstensio merupakan

gerakan yang membesarkan sudut persendian akibat kontraksi otot-otot ekstensor

misalnya meluruskan lengan atau kaki setelah fleksio. Abduksio merupakan

gerakan bagian tungkai menjauhi bidang median tubuh, sedangkan abduksio pada

jari berarti gerakan yang menjauhi garis memanjang di jari tengah misalnya

gerakan ibu jari menjauhi daerah palmar (volar). Adapun aduksio merupakan

gerakan bagian tungkai mendekati bidang median tubuh (Getty 1975).

Primata mampu melakukan gerakan prehensile, yaitu kemampuan tangan

dalam memegang benda. Gerakan prehensile dibagi atas dua tipe yang dikenal

sebagai power grip dan precision grip. Power grip merupakan gerakan yang

dilakukan antara permukaan bawah jari dan palmar misalnya menekan,

menggenggam dan lain-lain, pada MEP gerakan ini sering dilakukan untuk

menggenggam dahan pada saat bergelantungan. Sedangkan precision grip

merupakan suatu gerakan yang memerlukan ketepatan, kehalusan dan ketelitian

antara jari dan ibu jari, misalnya memasukkan benang pada jarum atau memegang

pensil yang sering dilakukan pada manusia (Gambar 2), sedangkan pada MEP

gerakan ini digunakan untuk mengambil kutu atau benda-benda kecil saat

9

melakukan grooming. Precision grip ini memerlukan peranan ibu jari.

Kemampuan ibu jari beroposisi ditunjukkan dengan gerakan ibu jari berputar pada

sendi metacarpal dan tulang phalanx proximal. Kemampuan ini menyebabkan ibu

jari dapat menyilang daerah palmar yang berarti ujung ibu jari akan bertemu

dengan ujung dari jari-jari yang lain (Napier dan Napier 1985).

Gambar 2 Skema kemampuan tangan melakukan (A) precision grip (B) power grip (Palastanga et al. 2002)

Peranan Tungkai Belakang dalam Lokomosi dan Perilaku Monyet Ekor

Panjang

Secara umum primata mampu melakukan empat macam gerakan dasar

yaitu: (1) vertical clinging and leaping, (2) quadrupedalism, (3) brachiation dan

(4) bipedalism (Napier dan Napier 1985). MEP termasuk primata yang dapat

melakukan gerak semi brachiation (melompat dan kadang-kadang berayun

dengan tangan), quadrupedalism (berjalan menggunakan keempat tungkainya)

dan sewaktu-waktu melakukan bipedalism (berjalan menggunakan kedua tungkai

belakangnya) pada saat kedua tungkai depannya digunakan untuk keperluan lain.

Dalam melakukan lokomosi, tungkai belakang MEP digunakan sebagai tenaga

pendorong utama dalam gerakan, sedangkan tungkai depan sebagai penyeimbang.

Selain sebagai alat lokomosi, tungkai belakang MEP juga digunakan sebagai alat

manipulasi (menggaruk, berayun) (Napier dan Napier 1985).

Skelet Appendiculare

Skelet appendiculare secara keseluruhan terdiri dari beberapa susunan

tulang yang terbagi antara ossa membri thoracici (tungkai depan) dan

ossa membri pelvini (tungkai belakang) (Getty 1975). Secara umum, susunan

A B

10

tulang pada spesies tertentu memiliki variasi sesuai umur dan jenis kelamin hewan

(Getty 1975). Perbedaan bentuk tungkai beserta ototnya pada setiap hewan secara

keseluruhan mengalami modifikasi sesuai dengan perilaku, fungsi dan kebiasaan

hewan tersebut (Hildebrand 1960). Hewan pelari dengan kecepatan yang tinggi

berkaitan dengan tulang yang panjang, cara menapak pada bidang tanah dan

tingkat melangkah yang tinggi. Tenaga-tenaga kekuatan pada tulang berasal dari

kontraksi otot yang bertaut padanya ataupun dari berat tubuh hewan (Getty 1975).

Ossa Membri Thoracici (Tulang-tulang tungkai depan) Monyet Ekor Panjang

Ossa membri thoracici merupakan tulang-tulang tungkai depan MEP yang

disusun oleh beberapa tulang, yaitu os scapula, os humerus, ossa radius-ulna, dan

skeleton manus (Getty 1975).

Os scapula

Os scapula merupakan tulang tungkai depan yang berada paling proximal,

tulang ini berbentuk datar, dan bagian distalnya mengadakan persendian dengan

os humerus. Bagian yang berbatasan dengan dinding dada memiliki bentuk yang

agak cekung (Getty 1975). Os scapula memiliki dua facies (permukaan), yaitu

facies lateralis dan facies medialis (Gambar 3). Facies lateralis terbagi menjadi

dua yaitu fossa supraspinata (memiliki luasan lebih sempit) dan

fossa infraspinata (memiliki luasan yang lebih luas), kedua fossa ini dipisahkan

oleh spina scapulae. Di bagian distal spina scapulae terdapat penjuluran yang

disebut acromion yang merupakan penjuluran yang besar dan mengarah

craniodistal (Palastanga et al. 2002). Pada anjing, fossa supraspinata dan

fossa infraspinata memiliki luasan yang hampir sama. Fossa supraspinata dan

infraspinata masing-masing merupakan tempat bertautnya m. supraspinatus dan

m. infraspinatus. Sedangkan facies medialis os scapula terdapat

fossa subscapularis yang berhubungan dengan ossa costalis dan merupakan origo

dari m. subscapularis. Pada hewan domestik, seperti kuda, kerbau dan karnivora,

fossa ini diapit oleh permukaan yang kasar yaitu facies serrata yang merupakan

tempat bertautnya m. serratus ventralis (Getty 1975).

11

Gambar 3 Os scapula kanan gorilla tampak (A) lateral dan (B) medial (Atkinson et al. 1950)

Pada margo caudalis dari os scapula terdapat bagian yang lebih tebal dari

bagian yang lainnya. Cavitas glenoidalis adalah suatu lekukan yang mengarah ke

craniolateral di bagian distal dari os scapula. Cavitas glenoidalis ini mengadakan

persendian dengan caput dari os humerus dan membentuk persendian bahu

(Palastanga et al. 2002).

Os clavicula

Os clavicula adalah tulang yang berjalan horizontal dari sternum ke

acromion. Tulang ini berfungsi sebagai penyangga dari os scapula. Os scapula

dan os clavicula bersama-sama membentuk bidang dada (Palastanga et al. 2002).

Sedangkan pada karnivora dan ungulata, tulang ini mengalami rudimenter

sehingga dapat menunjang pergerakan dan panjang langkah hewan (Dyce et al.

2002).

Os humerus

Os humerus adalah tulang lengan atas dan merupakan tulang terbesar dari

tungkai depan (tangan). Os humerus merupakan tulang panjang yang memiliki

corpus dan dua extremitas. Extremitas proximal merupakan ujung proximal yang

terdiri dari caput, collum, dan tuberculum. Extremitas proximal os humerus akan

Fossa supraspinata

Acromion Cavitas glenoidalis

Spina scapulae

Fossa subscapularis

Facies serrata Fossa infraspinata

A B

12

bersendi dengan cavitas glenoidalis os scapula membentuk sendi bahu. Pada

bagian distal dari caput, terdapat bagian yang menyempit disebut sebagai collum.

Pada bagian ini sering terjadi fraktura terutama pada usia tua. Corpus dari

os humerus hampir silinder pada bagian proximal dan membentuk

segitiga pada bagian distal, extremitas distal bersendi dengan os radius dan

os ulna membentuk sendi siku. Pada bagian distal dari os humerus terdapat

fossa olecrani yang dalam untuk mengadakan persendian dengan olecranon

os ulna saat siku melakukan gerakan ekstensio (Gambar 4) (Palastanga et al.

2002).

Gambar 4 Os humerus kanan gorilla tampak (A) volar dan (B) dorsal (Palastanga et al. 2002)

Caput humeri Tuberculum majus

Sulcus intertubercularis Tuberositas deltoidea

Epicondylus lateralis

Fossa coronoidea Fossa olecrani

A B

13

Ossa radius-ulna

Dua tulang lengan bawah yaitu os radius pada bagian lateral dan os ulna

di medial. Kedua tulang ini dihubungkan oleh membran interosseus yang kuat.

Pada primata, pergerakan yang mungkin terjadi pada kedua tulang tersebut adalah

pronasio dan supinasio sehingga menyebabkan lengan atas dapat digerakkan lebih

leluasa (Palastanga et al. 2002), sedangkan pada ungulata, seperti babi, kerbau dan

kuda pergerakan yang terjadi pada kedua tulang ini hampir tidak ada (Dyce et al.

2002).

Gambar 5 Os radius dan os ulna saat (A) pronasio dan (B) supinasio (Simons 2007)

Os radius disebut juga tulang pengumpil, terdiri dari corpus dan dua

extremitas. Pada ungulata, tulang ini lebih kokoh dibandingkan os ulna

(Dyce et al. 2002). Pada primata, extremitas proximal akan bersendi dengan

os humerus, sedangkan pada distal tulang ini bersendi dengan os scaphoideum

yang berbentuk semilunar (setengah bulan) dari baris proximal tulang pergelangan

tangan.

Os ulna disebut juga tulang hasta. Diantara os radius dan os ulna terdapat

suatu lekah yang membatasi kedua tulang ini yaitu spatium interosseum. Pada

karnivora, lekah ini panjang, sedangkan pada babi dan kuda lekah ini sangat

sempit. Persendian yang sempit antara os ulna dan os radius pada kuda dan babi

menyebabkan tidak dapat bergerak supinasio dan pronasio (Dyce et al. 2002).

A B

14

Pada kerbau terdapat dua buah spatium interosseum yaitu di proximal

(spatium interosseum proximale) dan di distal (spatium interosseum distale).

Os ulna lebih besar pada bagian proximal dengan bagian distal yang lebih kecil.

Pada primata os ulna tidak bersendi secara langsung dengan tulang pergelangan

tangan. Os ulna hanya bersendi pada bagian lateral dari ossa carpi. Os triquetrum

adalah tulang yang bersendi dengan os ulna di bagian distal (Palastanga et al.

2002).

Skeleton Manus

Menurut WAVA (2005), skeleton manus tersusun atas ossa carpi,

ossa metacarpalia dan ossa phalanges. Modifikasi skeleton manus biasanya

melibatkan penyatuan tulang. Modifikasi yang jelas terjadi yaitu pengurangan

jumlah digit yang terjadi pada ungulata, karena terkait dengan kebutuhan hewan

untuk bisa berlari cepat (Dyce et al. 2002). Hewan unguligradi berjalan pada

empat, tiga, dua atau bahkan hanya satu jari pada setiap kaki.

Ossa carpi

Tulang pergelangan tungkai depan primata terdiri dari delapan tulang yang

terpisah tetapi umumnya digambarkan membentuk dua baris yang masing-masing

terdiri atas empat tulang. Tiga tulang pada baris proximal bersendi dengan

os radius yang sering disebut sebagai sendi radiocarpal, sementara di distal

tulang ini terdapat satu tulang yang bersendi dengan baris distal. Empat tulang

carpal baris distal bersendi dengan lima basis ossa metacarpale dan membentuk

sendi carpometacarpal (Palastanga et al. 2002).

15

Gambar 6 Ossa carpi dengan sembilan elemen carpal pada Eulemur dan Macaca dengan delapan carpal (Simons 2007)

Setiap tulang memiliki struktur, fungsi, dan ciri khas tersendiri. Ossa carpi

pada kuda terdapat tujuh tulang, tersusun menjadi dua baris. Kerbau hanya

memiliki enam buah tulang ossa carpi, karena os carpal I tidak ada, dan

os carpale II dan III bersatu menjadi tulang yang bentuknya segi empat

(os trapezoideocapitatum), sedangkan pada babi terdapat delapan buah tulang.

Anjing memiliki ossa carpi sebanyak tujuh buah tulang, os carpi radiale dan

os carpi intermedium bersatu (Getty 1975).

Ossa metacarpalia

Ossa metacarpalia merupakan tulang panjang dan penamaan tulang ini

sesuai dengan penomoran tulang yang dihitung dari medial ke lateral, yaitu

ossa metacarpale I-V. Bagian proximal dari os metacarpale I memiliki bentuk

yang sesuai dengan os trapezium untuk mengadakan persendian, begitu pula

dengan os metacarpale II dan III yang memiliki bentuk yang sesuai dengan

os trapezoideum dan os capitatum. Sedangkan pada os metacarpale IV dan V

bagian proximal mengadakan persendian dengan os hamatum (Palastanga et al.

2002).

Pada kuda, ossa metacarpalia terdiri dari tiga tulang yaitu

os metacarpale II, III dan IV dengan bentuk silindris, untuk menahan sebagian

besar berat tubuh kuda. Os metacarpale III kuda merupakan os metacarpale yang

paling berkembang, fungsional dan kuat sehingga bentuknya lebih besar

Trapezoideum Capitatum

Hamatum

Pisiforme

Triquetrum Lunatum Scaphoideum

Trapezium

Metacarpale

Eulemur Macaca

16

dibandingkan yang lain. Pada anjing, terdapat lima ossa metacarpalia yaitu

os metacarpale I berukuran paling kecil, os metacarpale III et IV berbentuk kotak

dan berukuran besar yang diapit oleh os metacarpale II et V. Babi memiliki empat

ossa metacarpalia, yaitu os metacarpale II et V lebih kecil dan

os metacarpale III et IV berukuran lebih besar. Sedangkan ossa metacarpalia

pada pemamah biak berjumlah tiga tulang. Os metacarpale III et IV menyatu,

sedangkan os metacarpale V memiliki ukuran sangat kecil dan terletak lebih

lateral (Getty 1975).

Ossa phalanges

Terdapat 14 ossa phalanges di masing-masing tungkai depan pada

primata, tiga untuk masing-masing digit II-V dan dua untuk digit I. Os phalanx

merupakan tulang panjang dengan masing-masing os phalanx memiliki corpus,

dan di proximal os phalanx memiliki luasan yang lebih besar dan pada distal

yang lebih sempit. Os phalanx digit I lebih pendek dan lebih luas dari pada digit

yang lainnya. Os phalanx proximal pada bagian proximalnya memiliki celah

cekung untuk bersendi dengan caput os metacarpale (Palastanga et al. 2002).

Pemamah biak mempunyai dua digit pada setiap tungkainya, digit ke III

dan ke IV tumbuh subur dan masing-masing terdiri atas tiga ossa phalanges.

Sedangkan digit ke II dan ke V berukuran sangat kecil. Pada kuda hanya dijumpai

satu digit saja pada masing-masing tungkai (Getty 1975).

Gerakan ossa phalanges

Gerakan terutama terjadi pada sendi interphalangeal distal. Kisaran fleksi

di interphalangeal proximal dan distal adalah sekitar 90° untuk semua jari

(Palastanga et al. 2002).

17

Gambar 7 Fleksor dan ekstensor (A) sendi interphalanx dan (B) sendi metacarpale pada

manusia (Palastanga et al. 2002)

Sama dengan manusia, gerakan fleksi primata pada sendi proximal

interphalangeal terutama karena aksi m. flexor digitorum superficialis, dibantu

oleh m. flexor digitorum profundus. Oposisi digit I yang dapat bergerak berlawan

arah dengan digit lainnya sangat penting sehingga penggunaannya dapat

digunakan sebagai menggenggam suatu benda (Palastanga et al. 2002).

Ossa Membri Pelvini (Tulang-tulang tungkai belakang)

Os coxae

Os coxae merupakan tulang yang besar karena merupakan gabungan dari

tiga tulang, jenis sambungan tidak dibangun untuk mobilitas melainkan untuk

stabilitas bahkan dapat mengeras di usia tua. Terdapat symphysis pada os coxae

dimana normalnya adalah sempit namun pada sementara waktu dapat melonggar

selama proses kelahiran pada betina. Adapun tiga tulang yang membentuk

os coxae tersebut adalah os ilium, os ischii, dan os pubis. Di tengah pertemuan

ketiga tulang ini terdapat suatu lekukan yang disebut acetabulum, dimana

kedalaman dan luas cekungan ini tergantung pada besarnya caput os femur yang

akan mengadakan persendian dengan acetabulum tersebut (Simons 2007).

Acetabulum pada kerbau memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada

kuda. Pada babi, letak acetabulum terletak mengarah ke punggung dibandingkan

pada kerbau (Getty 1975).

Fleksor Ekstensor Fleksor Ekstensor A B

18

Os ilium merupakan tulang yang paling besar, bersendi dengan os sacrum

(Getty 1975). Tulang ini berfungsi sebagai tempat insersio m. gluteus profundus

yang tebal berjalan menuju os femoris. Os ilium terdiri dari dua permukaan

(facies pelvina dan facies glutea) dan tiga tepi (cranial, medial, dan lateral).

Facies pelvina berbentuk konveks mempunyai bidang yang kasar untuk pertautan

dengan os sacrum (facies auricularis). Facies glutea merupakan permukaan yang

mengarah ke dorsolateral dan ke caudal. Facies ini lebar dan konkaf, disilang

oleh linea glutea. Facies glutea merupakan tempat bertautnya

m. gluteus medius et profundus (Getty 1975).

Os pubis merupakan tulang tebal, berukuran paling kecil diantara dua

tulang lainnya. Tulang ini terletak di medial dan membentuk sisi cranial pada

dasar pelvis (Getty 1975). Os pubis terdiri dari dua facies (facies pelvina dan

facies ventralis). Facies pelvina merupakan permukaan yang menghadap ke ruang

panggul, konveks pada kuda jantan, dan konkaf serta licin pada kuda betina.

Facies ventralis merupakan permukaan yang konveks dan kasar, untuk tempat

pertautan otot-otot. Pada os pubis ditemukan sebuah foramen obturatum yang

terletak diantara os pubis dan os ischii.

Gambar 8 Os coxae yang terdiri dari tiga gabungan tulang dan ketiga tulang tersebut

bertemu di tengah acetabulum (Simons 2007)

Os ischii mempunyai dua permukaan, yaitu facies pelvina dan

facies ventralis. Facies pelvina merupakan permukaan yang menghadap ruang

panggul, berbentuk konkaf dan licin. Facies ventralis memiliki permukaan yang

kasar untuk pertautan otot-otot (Getty 1975).

19

Os femur

Os femur merupakan tulang yang mentransmisikan berat dari os ilium ke proximal os tibia. Os femur merupakan tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh, memiliki corpus dan dua extremitas. Extremitas proximalis os femur terdiri dari caput, collum, dan trochanter major et minor. Caput berbentuk semilunar yang permukaannya sangat halus. Trochanter major terletak pada lateralis di bagian proximal corpus dari collum. Trochanter minor berbentuk kerucut dan terletak di medial, yang lebih kecil dari trochanter major (Palastanga et al. 2002).

Pada domba, trochanter major hanya sedikit lebih tinggi dari caput os femur, sedangkan pada anjing dan babi bungkul ini ketinggiannya melebihi caput os femur. Pada kuda bungkul ini terdiri atas dua bagian yaitu pars cranialis dan pars caudalis sedangkan pada kerbau hanya mempunyai satu bungkul saja dan memiliki fossa trochanterica yang dalam (Getty 1975).

Gambar 9 Os femur tampak dari anterior dan posterior (Palastanga et al. 2002)

Caput ossis femoris Collum ossis femoris

Fossa intercondylarisTrochlea ossis femoris

Condylus lateralis

Epicondylus lateralis

anterior posterior

20

Os patella

Os patella merupakan os sesamoideum terbesar, bersendi dengan trochlea

dari os femur. Bentuk os patella kuda dan sapi menyerupai prismatik, segi empat

seperti layang-layang dengan empat sudut. Os patella kerbau berukuran panjang

dan sangat tebal. Pada anjing, tulang ini berbentuk menyerupai bulat telur (Dyce

et al. 2002). Os patella terdiri dari apex, basis, serta dua facies, yaitu

facies cranialis dan facies articularis. Apex patella berada pada bagian distal

mempunyai sudut yang tumpul. Basis patella adalah sudut dorsal os patella.

Sudut ini lebih tumpul dibandingkan dengan apex yang terletak di distal. Sudut

medial lebih kecil dibanding sudut lateral. Facies cranialis merupakan

permukaan bebas yang berbentuk konveks, menghadap cranial dengan permukaan

yang kasar sebagai tempat pertautan m. biceps femoris dan

mm. quadriceps femoris (m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus medialis,

m. vastus intermedius) dan ligamenta (ligamentum patellae laterale,

ligamentum patellae intermedium, ligamentum patellae mediale dan ligamentum

femoropatellae) (Getty 1975).

Ossa tibia-fibula

Pada primata, os tibia adalah tulang panjang yang mentransmisikan berat

badan dari medial dan lateral condylus os femur. Pada os tibia dan os fibula

terdapat suatu lekah yaitu spatium interosseum, lekah ini diisi oleh

membran interosseum yang kuat (Palastanga et al. 2002). Pada anjing, os tibia

memiliki panjang yang sama dengan os femoris dan os fibula relatif lebih panjang

dan lebih besar (Getty 1975).

Os fibula pada primata merupakan tulang ramping yang panjang, bagian

proximal lebih besar dari bagian distal. Os fibula bervariasi dalam bentuk sesuai

dengan otot-otot yang melekat padanya (Palastanga et al. 2002). Pada babi, tulang

ini relatif panjang sedangkan pada kuda, tulang ini berbentuk langsing (Getty

1975).

21

Skeleton pedis

Skeleton pedis pada primata terdiri dari tulang-tulang kecil yang terdiri

dari ossa tarsi, ossa metatarsalia dan ossa phalanges. Ossa tarsi yang terbesar

adalah os calcaneus, sementara ossa metatarsalia terbesar adalah yang terletak

paling medial. Digit I memiliki dua os phalanx sedangkan yang lain memiliki

tiga os phalanx (Palastanga et al. 2002).

Ossa tarsi

Pada kuda, ossa tarsi terdiri atas enam tulang yang tersusun dalam tiga

baris sedangkan pada pemamah biak terdiri atas lima tulang, os tarsale centrale

bersatu dengan os tarsale IV dan os tasale II bersatu dengan os tarsale III. Pada

babi dan anjing, ossa tarsi terdiri atas tujuh tulang, dua tulang tersusun pada baris

proximal, lima tulang pada baris distal (Getty, 1975).

Pada primata terdapat tujuh ossa tarsi yang terdiri dari os calcaneus,

os talus, os naviculare, os cuboideum dan os cuneiforme medial, intermedium dan

lateral. Os calcaneus terletak di posterior dan membentuk tumit. Os calcaneus

adalah tulang terbesar dari ossa tarsi. Permukaan anterior os calcaneus bersendi

dengan os cuboideum. Os talus terletak di proximal os calcaneus dengan caput

dan collum mengarah ke anterior dan medial. Hal ini mengakibatkan transmisi

berat tubuh dari os tibia ke os calcaneus dan os naviculare. Os talus terletak di

antara malleoli dari os tibia dan os fibula. Os naviculare terletak di

anterior caput talus. Permukaan posterior adalah cembung untuk bersendi dengan

caput talus. Os cuboideum berbentuk kubus terletak di lateral, di

anterior os calcaneus dan di posterior ossa metatarsalia keempat dan kelima dan

bersendi dengan permukaan anterior dari os calcaneus. Os cuneiforme adalah

tulang runcing yang berjumlah tiga buah (Palastanga et al. 2002).

22

Gambar 10 Skeleton pedis (Palastanga et al. 2002)

Ossa metatarsalia

Pada primata terdapat lima ossa metatarsalia pada masing-masing

tungkai, os metatarsale terpendek adalah yang paling medial. Bentuk

posterior dari os metatarsale pertama cekung dan bersendi dengan permukaan

anterior os cuneiforme medial. Permukaan lateral memiliki suatu bidang untuk

bersendi dengan dasar dari os metatarsale kedua. Bagian posterior os metatarsale

kedua bersendi dengan os cuneiforme medialis dan os metatarsale I, dan pada

bagian lateral bersendi dengan os metatarsale III. Os metatarsale IV dan V

Phalanx proximalis

Phalanx media

Phalanx distalis Ossa phalanges

Ossa metatarsalia

Ossa tarsi

Metatarsale

Cuneiform medial

Cuneiform intermedium

Cuneiform lateral

Naviculare Cuboideum

Talus

Calcaneus

23

bersendi dengan permukaan anterior os cuboideum yang berbentuk kubus.

Permukaan caput ossis metatarsale biasanya halus dan berbentuk cembung.

Caput ossis metatarsale yang pertama besar dan lebar berbentuk semilunar. Pada

bagian dasar dari tulang ini bersendi dengan dua os sesamoideum (Palastanga et

al. 2002).

Kuda memiliki tiga ossa metatarsalia, os metarsale III berukuran paling

besar dan berada di tengah, diapit oleh os metatarsale II et IV, sedangkan

pemamah biak mempunyai tiga buah ossa metatarsalia yaitu os metatarsale III, IV

dan V. Pada babi ditemukan empat buah ossa metatarsalia yaitu

os metarsale II, III, IV dan V (Getty, 1975).

Ossa phalanges

Pada primata terdapat dua ossa phalanges pada digit I dan tiga

ossa phalanges di masing-masing digit tungkai lainnya. Os phalanx merupakan

tulang-tulang panjang yang berbentuk kecil yang memiliki corpus dan dua

extremitas. Pada bagian posterior os phalanx memiliki permukaan yang halus dan

cekung untuk bersendi dengan caput ossis metatarsale senomor (Palastanga et al.

2002).