tinjauan pustaka malaria biliosa
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah.malaria dengan demam yang rekuren, menggigil, anemia dan hepatosplaneomegali.
Infeksi ini dapat berlangsung tanpa komplikasi maupun dengan komplikasi.
Dikenal 4 macam (spesies) parasit malaria yaitu plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropika, vivax yang menyebabkan malaria tertiana, malariae yang
menyebabkan malaria qurrtana dan ovale. Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu
jenis plasmodium Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya
paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara falciparum dan vivax atau malariae.
Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.
Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
CARA PENULARAN
Malaria dapat ditularkan dengan berbagai cara yang pada umumnya dibagi atas
alamiah dan tidak alamiah : Penularan secara alamiah (natural infection) yaitu melalui gigitan
nyamuk anopheles. Penularan yang tidak alamiah dibagi atas :Malaria bawaan (congenital)
terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi
melalui tali pusat atau plasenta. Secara mekanik terjadi melalui tranfusi darah atau jarum
suntik yang tidak steril
GEJALA KLINIS
Secara klinis, gejala dari panyakit malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun
terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi
oleh suatu periode (periode laten dimana si penderita bebas sama sekali dari demam. Sebelum
demam penderita biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau
muntah. Pada penderita dengan infeksi majemuk (lebih dari satu jenis plasmodium atau oleh
satu jenis plasmodium tetapi infeksi berulang dalam jarak waktu berbeda), maka serangan
panasnya bisa terus menerus (tanpa interval), sedangkan pada yang imun, maka gejalanya
minimal.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum
adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari, dan plasmodium malariae
setelah 40 hari atau lebih. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing
spesies parasit adalah sebagai berikut : Plasmodium falciparum 12 hari, Plasmodium vivax
dan ovale 13-17 hari, Plasmodium malariae 28-30 hari
Setelah lewat masa inkubasi, maka pada anak besar dan orang dewasa gejala demam terluhat
dalam tiga stadium yaitu :
1. Stadium dingin
Stadium ini dimulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan
penderita biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang
tersedia. Nadi cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan
pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderirta merasa kepanasan. Muka merah, kulit
kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta muntah sering kali
terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan
meningkat sampai 410C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam
disebabkan oleh karena pecahnya sizon darah yang telah matan dan masuknya merosoit darah
ke dalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sizon-sizon dari setiap generasi menjadi
matang pada setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari terhitung dari serangan
demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada Plasmodium
malariae, fenomena tersebut setiap 72 jam (setiap hari keempat), sehingga disebut malaria
kuartana. Apda palasmodium falciparum, setiap 24-48 jam.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banayk sekali, Kemudian suhu badan menurun dengan
cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
2. Tetesan preparat darah tebal
3. Tetes darah tipis
4. Tes antigen: P-F test
5. Tes Serologi
6. Pemeriksaan PCR
Diagnosis Banding
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol yang hampir dijumpai pada
hampir semua penyakit infeksi virus seperti influenza,demam tifoid, demam dengue.dan
infeksi lainnya
Komplikasi
Komplikasi penyakit malaria berupa malaria berat
DEFINISI MALARIA BERAT (WHO 2006)
1. Malaria serebral: koma tidak bisa dibangunkan, derajat penurunan kesadaran dilakukan
penilaian GCS (Glasgow Coma Skale), < 11 , atau lebih dari 30 menit setelah serangan
kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokit < 15%) pada hitung parasit >10.000/µL, bila
anemianya hipokromik / mikrositik dengan mengenyampingkan adanya anemia defisiensi
besi, talasemia/hemoglobinopati lainya.
3. Gagal ginjal akut (urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg. BB pada
anak setelah dilakukan rehidrasi, dan kreatinin >3 mg%).
4. Edema paru / ARDS (Adult Respitatory Distress Syndrome)
5. Hipoglikemi: gula darah <40 mg%
6. Gagal sirkulasi atau Syok, tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau
perbedaan tamperatur kulit-mukosa >1
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus disgestivus atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam setelah pendinginan pada hipertemia
9. Asidemia (pH <7.25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15 mmol/L)
10. Makroskopik hemoglobinuri (black water fever)oleh karena infeksi pada malaria akut
(bukan karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-PD)
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran
klinik daerah setempat ialah:
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS <15) di Indonesia sering dalam keadaan
delirium dan somnolen
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk / berjalan) tanpa kelainan neurologik
3. Hiperparasitema >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria
4. Ikterik (bilirubin >3 mg%)
5. Hiperpireksia (temperatul rektal >40)
C) pada orang dewasa /anak
Etiologi Malaria Berat
Malaria Berat biasanya disebabkan oleh Plasmodium Falsiparum, jarang disebabkan
oleh Plasmodium Vivax. Di Indian tahun 2007 ditemukan 3 kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium Vivax dengan komplikasi kejang dan keluhan
meningoencepalitis difus, setelah 2 hari diterapi dengan Artesunat pasien sadar dan
dipindahkan keruang rawatan biasa dan dari slide darah tepi tidak ditemukan parasit lagi,
kemudian diberikan Primakuin selama 14 hari, setelah 1 bulan follow up tidak ditemukan
gejala sisa neurologi lagi.
PATOGENESIS MALARIA BERAT
Faktor Parasit
Intensitas transmisi
Tingkat parasitemia yang terjadi selama puncak transmisi adalah 14 x lebih tinggi
dibandingkan saat tingkat transmisi rendah. Rendahnya parasitemia pada saat transmisi
disebabkan oleh karena adanya imunitas yang telah diperoleh saat puncak transmisi.
Sedangkan tingginya parasitemia saat puncak transmisi disebabkan karena meningkatnya
jumlah gigitan nyamuk infeksius.
Densitas parasit
Beratnya penyakit lebih ditentukan oleh jumlah parasit yang bersekuestrasi ke dalam jaringan
dari pada jumlah parasit dalam sirkulasi.
Virulensi parasit
Virulensi parasit ditentukan oleh daya multiplikasi parasit, strain parasit, kemampuan
melakukan sitoadherens dan rosseting.
Faktor Host
Faktor penjamu yang berperan dalam terjadinya malaria berat adalah endemisitas, genetik,
umur, status nutrisi dan status imunologi.
Endemisitas
Pada daerah endemis malaria yang stabil, malaria berat terutama terdapat pada anak kecil
sedangkan orang dewasa umumnya hanya menderita malaria ringan. Di daerah dengan
endemisitas rendah, malaria berat terjadi tanpa memandang usia.
Genetik
Kelainan genetik yang saat ini diketahui mempunyai efek protektif terhadap malaria berat
adalah kelainan dinding eritrosit dan HLA kelas I serta II yaitu HLA-Bw 53, HLA-DRBI
1302, HLA-DQB 0501.
Umur
Bayi berusia 3-6 bulan yang lahir dari seorang ibu yang imun, mempunyai imunitas yang
diturunkan, sehingga meskipun terdapat hiperparasitemia dan demam, tetapi jarang
mengalami malaria berat. Primigravida yang tinggal didaerah hipoendemis lebih rentan
terhadap malaria serebral. Keadaan ini diduga disebabkan oleh menurunnya imunitas dengan
mekanisme yang belum diketahui.
Status Nutrisi
Malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-anak dengan marasmus atau kwashiorkor.
Defisiensi zat besi dan riboflavin juga dilaporkan mempunyai efek protektif terhadap malaria
berat..
Imunologi
Mekanisme imunologi malaria berat melibatkan imunitas selular dan humeral yang komplek.
Limpa memegang peranan penting dalam mekanisme imunologi malaria, karena limpa
memfagositosis eritrosit.Proses pembersihan oleh limpa merupakan mekanisme penting
dalam pertahanan tubuh dan patogenesis anemia pada malaria.
Malaria biliosa
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena Plasmodium falciparum dan sering
di sebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala – gejala
sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun. Jaundice atau ikterus sering
dijumpai pada infeksi malaria falsiparum. Terjadi penurunan aliran darah ke hepar, dan akan
kembali normal pada fase penyembuhan. Mungkin ini disebabkan karena sekuestrasi dan
sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikro-vaskuler.
Komplikasi terjadi 5 – 10% pada seluruh penderita malaria yang dirawat di RS dan
20% merupakan kasus yang fatal. Malaria yang disertai dengan ikterus atau jaundice disebut
sebagai Malaria Biliosa merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada infeksi malaria
falciparum. Pada penelitian di Minahasa dari 836 penderita malaria, hepatomegali 15,9%,
hiperbilirubinemi 14,9% dan peningkatan serum transaminase 5,7%. Pada malaria biliosa
( malaria dengan ikterus ) dijumpai ikterus hemolitik 17,2%; ikterus obstruktif intra-hepatal
11,4% dan tipe campuran parenkimatosa, hemolitik dan obstruktif 78,6%.1
Penanganan malaria tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis seawal mungkin. Prinsip
penanganan malaria biliosa ialah :
a. Tindakan umum/ tindakan perawatan
b. Terhadap parasitemianya; yaitu dengan:
I. Pemberian obat anti malaria
II. Exchange transfusion (transfusi ganti)
c. Pemberian cairan / nutrisi
d. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami komplikasi.2
Pada Malaria Biliosa biasa ditambahkan terapi Vitamin K 10 mg/ hari i.v dapat diberikan
selama 3 hari untuk memperbaiki faktor koagulasi yang tergantung vit. K. Gangguan faktor
koagulasi lebih sering dijumpai pada penderita dengan ikterik berat. Hati-hati dengan obat-
obatan yang mengganggu fungsi hati seperti parasetamol, tetrasiklin.