tinjauan pustaka dm
TRANSCRIPT
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 1/18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi1,2
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.1 Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. 2
B. Etiologi1
Diabetes melitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor
imunologi dan faktor lingkungan. Sedangkan Diabetes melitus tipe 2 disebabkan
oleh faktor genetik dan faktor- faktor risikonya.
Pada diabetes melitus tipe 1 yang autoimun, individu yang peka secara
genetik tampaknya memberikan respon terhadap kejadian-kejadian pemicu yangdiduga berupa infeksi virus (Coxsackie B4, gondongan, dan virus lain) dengan
memproduksi autoantibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin. Bukti kelainan genetik diabetes tipe 1 adalah
adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas HLA (human leucocyte
antigen) spesifik yaitu DW3 dan DW4 yang memberi kode kepada protein-protein
yang berperan penting dalam interaksi monosit-limfosit. Protein-protein ini
mengatur respon sel T yang jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 2/18
akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans.
Selain itu, juga terdapat peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta. Obat-obat
tertentu juga dapat memicu proses autoimun pada pasien diabetes melitus tipe 1.
Diabetes melitus tipe 2 mempunyai pola familial yang kuat. Untuk diabetes
melitus tipe 2 pada kembar monozigot indeksnya hampir 100%. Risiko
berkembangnya diabetes melitus tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan
33% untuk anak cucunya. Jika orangtua menderita diabetes melitus tipe 2, rasio
diabetes dan non diabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% membawa
(carrier ) diabetes melitus tipe 2. Pada diabetes melitus tipe 2, terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor yang dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang responsif terhadap
insulin atau ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor
glukosa.
C. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes ADA ( American Diabetes Association)1 dan intoleransi
glukosa abnormal.
1. Diabetes melitus
a. Tipe 1 (autoimun, idiopatik)
b. Tipe 2
2. Diabetes melitus gestasional (GDM)
3. Tipe spesifik lain
a. Cacat genetik fungsi sel beta = MODY
b. Cacat genetik kerja insulin =sindrom resistensi insulin berat
c. Endokrinopati = sindrom cushing, akromegali
d. Penyakit endokrin pankreas
e. Obat/ diinduksi secara kimia
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 3/18
f. Infeksi
4. Gangguan toleransi glukosa (IGT/ impairment glucose tolerance)5. Gangguan glukosa puasa (IFG/ impairment fasting glucose)
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan The National Diabetes Data Group.18
1. Primer
a. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM, tipe 1)
b. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM, tipe 2)
1) NIDDM non obes (IDDM, tipe 1 dalam evolusi)
2) NIDDM obes
3) Diabetes juvenile awitan (MODY, maturity onset diabetes of the
young )
2. Sekunder
a. Penyakit pankreatik
b. Kelainan hormonal
c. Induksi obat atau zat kimia
d. Kelainan reseptor insulin
e. Sindrom genetik
D. Faktor Risiko4,5
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat dimodifikasi.1. Riwayat keluarga dengan diabetes
2. Ras dan etnik
Termasuk kelompok ras atau etnik berisiko tinggi adalah African American,
Hispanic, Asian , atau American Indian. 11
3. Jenis kelamin
Diabetes melitus tipe 2 sedikit lebih banyak pada perempuan usia tua
daripada laki-laki.9
Rodrigo P.A. Barros, Ubiratan Fabres Machado2 and
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 4/18
Jan-Åke Gustafsson tahun 2006 menyebutkan bahwa yang mempengaruhi
peningkatan prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada jenis kelamin
perempuan adalah kadar estrogen. Pada perempuan, estradiol akan
mengaktivasi ekspresi gen ER α dan ER β . Kedua gen ini akan
bertanggungjawab dalam sensitivitas insulin dan peningkatan ambilan
glukosa. Seiring dengan pertambahan usia, kadar estrogen dalam tubuh
perempuan akan semakin menurun. Penurunan estrogen akan menurunkan
aktivasi ekspresi gen ER α dan ER β sehingga sensitivitas insulin dan
ambilan glukosa juga akan menurun.
4. Usia
Diabetes melitus tipe 2 mengenai individu berusia >40 tahun9 atau >45
tahun.10 Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. WHO menyebutkan bahwa tiap kenaikan satu
dekade umur, kadar glukosa darah puasa akan naik sekitar 1-2 mg/dl dan
5,6-13 mg/dl pada 2 jam post prandial. Menurut Marrow dan Haller,
patofisiologi gangguan intoleransi glukosa pada usia lanjut saat ini masih
belum jelas atau belum seluruhnya diketahui selain faktor intrinsik dan
ekstrinsik seperti menurunnya ukuran masa tubuh dan naiknya lemak tubuh
mengakibatkan kecenderungan timbulnya penurunan kerja insulin pada
jaringan sasaran. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut
semula diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Sementara ahli lain menemukan bahwa terjadi kenaikan kadar insulin pada 2
jam post prandial yang diduga disebabkan oleh karena adanya resistensi
insulin.
Goldberg dan Coon menyebutkan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan
terjadinya kenaikan glukosa darah sehingga pada golongan usia yang
semakin tua, prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat,
demikian pula prevalensi diabetes melitus.
Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh empat faktor,
yaitu:
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 5/18
a. Adanya perubahan komposisi tubuh dimana terjadi penurunan masa
otot dan peningkatan lemak, mengakibatkan menurunnya jumlah serta
sensitivitas reseptor insulin.
b. Menurunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan
jumlah reseptor insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4 juga
menurun. Kedua hal tersebut akan menurunkan baik kecepatan
maupun jumlah ambilan glukosa.
c. Perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh
berkurangnya gigi sehingga persentase bahan makanan karbohidrat
akan meningkat.
d. Perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-like growth factor-1
(IGF-1) dan dehidroepandrosteron (DHEAS) plasma. Penurunan IGF-
1 akan mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena menurunnya
sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin. Penurunan
DHEAS ada kaitannya dengan kenaikan lemak tubuh serta
berkurangnya aktivitas fisik.
Dari keempat faktor di atas menunjukkan bahwa kenaikan kadar glukosa
darah pada usia lanjut terjadi akibat resistensi insulin.12
5. Riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4000 gram.
6. Riwayat mengalami diabetes gestasional.
7. Prediabetes
Kondisi dimana gula darah lebih dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk
diklasifikasikan sebegai diabetes melitus tipe 2.10
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 yang dapat dimodifikasi
1. Berat badan berlebih
Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan
sindrom metabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari
oleh resistensi insulin.
Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas, dan
obesitas itu sendiri menyebabkan resistensi insulin. Namun, penderita
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 6/18
diabetes melitus yang relatif tidak obesitas dapat mengalami
hiperinsulinemia dan pengurangan kepekaan insulin, membuktikan bahwa
obesitas bukan merupakan penyebab resistensi satu-satunya.18 NHANES III
menyebutkan bahwa ± 12% orang dengan indeks masa tubuh 27 menderita
diabetes melitus tipe 2. Sebanyak 80% dari penderita diabetes melitus tipe
2 mengalami obesitas. Obesitas dengan berat badan ≥ 20 % dari berat badan
ideal atau BMI ≥25 kg/m2 adalah faktor risiko bagi seseorang untuk
mengalami diabetes melitus tipe 2. Menurut ADA 2005, risiko untuk
mengalami diabetes melitus tipe 2 yaitu IMT > 23 kg/m2.
Tingkat prevalensi diabetes melitus tipe 2 meningkat sesuai dengan
pertambahan umur dan bertambahnya indeks masa tubuh, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Pada obesitas abdominalis, terjadi pelepasan asam-
asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari lemak viseral, sehingga
terjadi sirkulasi asam-asam lemak bebas di hati mengakibatkan kemampuan
hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah berkurang. Hal ini
dapat menyebabkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan
glukoneogenesis dimana terjadi peningkatan glukosa darah. Efek kedua dari
peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan
glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin meningkat,
namun glukosa darah tetap abnormal tinggi sehingga memicu terjadinya
suatu resistensi fisiologis terhadap insulin.8
Pada obesitas, terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel adiposa. Hal
ini menyebabkan overproduksi hormon leptin, sitokin (TNF α) dimana
beberapa hormon menyebabkan resistensi insulin. Sebaliknya, peningkatan
jumlah dan ukuran sel-sel adiposa menyebabkan penurunan sintesis hormon
adiponectin, yaitu hormon yang mempertahankan respon terhadap insulin.
Resistensi insulin di jaringan adiposa meningkatkan aktivitas hormon
sensitif lipase. Akibatnya terjadi peningkatan sirkulasi NEFAs.
Peningkatan kadar serum NEFAs akan dibawa ke hati untuk selanjutnya
diubah menjadi trigliserol dan kolesterol. Kolesterol dilepaskan sebagai
VLDL Kapasitas pankreas untuk overproduksi insulin menurun sehingga
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 7/18
terjadi peningkatan glukosa darah puasa dan penurunan toleransi glukosa.
Peningkatan kadar serum NEFAs juga berkontribusi dalam resistensi insulin
di otot dan hati. Awalnya pankreas mempertahankan kontrol glikemik
dengan overproduksi insulin. Keadaan hiperinsulinemia dapat menstimulasi
sistem saraf simpatis yang akan memicu retensi air dan natrium serta
vasokonstriksi. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.13
2. Kurang aktivitas fisik
3. HipertensiHipertensi dan beberapa medikasi yang digunakan untuk mengobatinya
dapat meningkatkan risiko diabetes. Ada hubungan yang kuat antara
resistensi insulin dan hipertensi. Akan tetapi masih belum jelas kondisi
mana yang menyebabkan kondisi yang lain.6
Data lain menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah dapat
mempengaruhi area sekresi insulin di pankreas sehingga memicu
peningkatan glukosa darah.
7
Kelompok berisiko terkena diabetes adalahyang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg. 11
4. Dislipidemia
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes
adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL,
sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.2
Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas, walaupun tidak
semua orang yang obesitas mengalami hiperkolesterolemia. Pada ±38%
pasien dengan indeks masa tubuh 27 adalah penderita hiperkolesterolemia.
Framingham studi memperlihatkan bahwa untuk setiap 10% kenaikan berat
badan terjadi peningkatan kolesterol sebesar 12 mg/dl.8 Kelompok yang
memiliki risiko terkena diabetes apabila kadar HDL ≤35 mg atau kadar
trigliserida ≥250mg/dl.11
Penyebab Kelainan Lipoprotein Pada Diabetes:
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 8/18
Kerusakan kerja insulin dan keadaan hiperglikemia akan menyebabkan
perubahan lipoprotein plasma pada pasien dengan diabetes. Pada diabetes
tipe 2, obesitas atau kekacauan metabolisme yang resisten terhadap insulin
dapat menjadi penyebab dislipidemia, selain hiperglikemia itu sendiri.19Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan dislipidemia diabetes, yaitu: efek
insulin pada produksi apoprotein hati, regulasi lipoprotein lipase (LpL), aksi
cholesteryl ester transfer protein (CETP), dan aksi periferal dari insulin pada
jaringan otot dan adiposa.20
Sejumlah studi yang menggunakan pencari kinetik pada manusia telah
memaparkan bahwa produksi apolipoprotein B (apoB) oleh hati, komponen
protein mayor dari VLDL dan LDL meningkat pada diabetes tipe 2.21
Peningkatan lipolisis pada jaringan adiposa yang disebabkan oleh kadar
insulin yang rendah mengakibatkan meningkatnya kadar asam lemak yang
dilepaskan oleh sel-sel lemak. Meningkatnya transpor asam lemak ke hati,
yang biasanya terlihat pada diabetes yang resisten dengan insulin, dapat
menyebabkan peningkatan sekresi VLDL. Insulin dapat mengatur sejumlah
protein lain yang mempengaruhi level sirkulasi lipoprotein. Proses ini
termasuk apoCIII, apoprotein kecil yang dapat meningkatkan VLDL dengan
cara mencegah aksi LpL dan menghambat pengambilan lipoprotein melalui
LDL receptor-related protein (LRP). LpL adalah enzim utama yang
bertanggung jawab atas konversi lipoprotein trigliserida menjadi asam
lemak bebas. Penderita dengan diabetes tipe 1 dan 2 dilaporkan memiliki
penurunan aktifitas LpL.21
Dibandingkan dengan pasien non diabetes, pasien dengan diabetes memiliki
pembersihan kilomikron dalam darah yang lebih lambat setelah
mengkonsumsi lemak. Pada pasien dengan diabetes, terutama diabetes tipe
2, terjadi peningkatan produksi VLDL. Pada diabetes, asam lemak dalam
jumlah yang lebih banyak kembali ke hati dan dirubah lagi menjadi
trigliserida dan disekresikan ke dalam VLDL. 21 Peningkatan konsentrasi
VLDL plasma mendorong pertukaran trigliserida dari VLDL dengan
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 9/18
kolesterol ester yang terdapat dalam HDL.19Dengan demikian etiologi
hipertrigliseridemia dan penurunan HDL bisa dijelaskan sebagai berikut:
CETP sebagai perantara pertukaran trigliserida dari VLDL dengan
kolesterol ester HDL dipercepat dalam keadaan hipertrigliseridemia. Ukuran
klinis HDL adalah kolesterol HDL. Untuk itu, penggantian trigliserida
dengan kolesterol ester pada inti partikel HDL menyebabkan penurunan
dalam pengukuran ini. Selain itu, trigliserida, tapi bukan kolesterol ester,
dalam HDL adalah substrat untuk lipase plasma, terutama hepatic lipase
(HL) yang mengubah HDL menjadi partikel yang lebih kecil yang lebih
cepat dibersihkan dari plasma. Kontributor HDL lain adalah lipid
permukaan dari partikel kaya trigliserida yang ditransfer ke HDL selama
lipolisis VLDL dan kilomikron. Hal ini meningkatkan kandungan lipid
HDL. Lipolisis yang tidak sempurna ini menyebabkan penurunan produksi
HDL.20
Tabel 1. Klasifikasi Dislipidemia Menurut WHO Berdasarkan Kriteria
Fredrickson-Levy-Lees
Fredrickson Klasifikasi dislipidemia Peningkatan lipoprotein
I Kilomikron
IIa Hiperkolesterolemia LDL
IIb Dislipidemia kombinasi LDL + VLDL
III Dislipidemia remnant VLDL remnant (IDL)+kilomikron
IV Dislipidemia endogen VLDL
V Dislipidemia campuran VLDL + kilomikron
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan glukosa darah dan memicu resistensi insulin.
Perokok berat (merokok >20 batang/hari) berisiko dua kali lipat menjadi
diabetes jika dibandingkan dengan bukan perokok. 10
6. Minum alkohol
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 10/18
Minum alkohol >1 gelas/hari untuk perempuan dan >2 gelas.hari untuk laki-
laki berisiko terkena diabetes. Peminum berat bisa menyebabkan inflamasi
kronik pankreas (pankreatitis) dimana dapat merusak kemampuan pankreas
untuk mensekresikan insulin sehingga memicu diabetes.10
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes:2
1. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
terkait dengan resistensi insulin
2. Penderita sindrom metabolik
3. Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya.
4. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, PAD
( Peripheral Arterial Diseases).
E. Manifestasi klinis
Gejala klasik diabetes melitus yaitu poliuria, polidipsia dan polifagia. Pada
diabetes melitus tipe 2, terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan
hiperglikemia, mengakibatkan kapasitas ginjal untuk mereabsorpsi glukosa
melebihi ambang batas sehingga terjadi glikosuria. Akibat dari glikosuria adalah
terjadi peningkatan diuresis osmotik sehingga memicu terjadinya poliuria.
Kehilangan cairan akibat poliuria mendapat respon dari hipotalamus untuk
mensekresikan ADH dan memicu rasa haus sehingga terjadilah polidipsia. Akibatdari glikosuria, glukosa plasma hilang bersama urin sehingga keseimbangan kalori
negatif menyebabkan timbulnya rasa lapar sehingga terjadilah polifagia. Selain
gejala klasik tersebut, penderita diabetes juga mengalami penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, muncul rasa lelah dan mengantuk.
Pada diabetes melitus tipe 1 sering memperlihatkan awitan gejala yang
eksplosif dengan polidipsi, poliuri, penurunan berat badan, polifagi, lemah,
somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Sebaliknya,
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 11/18
pada pasien diabetes melitus tipe 2, mungkin sama sekali tidak memperlihatkan
gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di
laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih
berat, pasien mungkin menderita polidipsi, poliuri, lemah dan somnolen. 1
MedicineNet.com menjelaskan beberapa simtom diabetes yaitu:3
1. Dehidrasi
Diabetes melitus (Peningkatan kadar glukosa darah)
Peningkatan glukosuria
Peningkatan urin output (poliuri)
Dehidrasi
Peningkatan rasa haus
Konsumsi air meningkat (polidipsi)
Gambar 1. Skema Mekanisme Terjadinya Dehidrasi pada Diabetes Melitus
2. Penurunan berat badan dan peningkatan nafsu makanDiabetes melitus
(Hiperglikemia)
Penurunan glukosa intrasel penurunan energi(ATP)
Peningkatan pemecahan glikogen,protein dan lemak rasa lapar
Penurunan masa otot dan cadangan lemak tubuh polifagi
Penurunan berat badan
Gambar 2. Skema Mekanisme Terjadinya Penurunan Berat Badan danPeningkatan Nafsu Makan pada Diabetes Melitus
3. Infeksi vesika urinaria, kulit dan area vagina
4. Penglihatan kabur, letargi dan koma
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 12/18
F. Patofisiologi
Pasien diabetes melitus tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik: sekresi
insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran
(target). Secara deskriptif, tiga fase dapat dikenali pada urutan klinis yang biasa.
Pertama, glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi insulin karena
kadar insulin meningkat. Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk
sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosadalam bentuk hiperglikemi setelah makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin
tidak berubah, tetapi sekresi insulin menurun, menyebabkan hiperglikemi puasa
dan diabetes yang nyata. Hipotesis yang menjelaskan melibatkan sintesis lemak
terstimulasi insulin dalam hati dengan transpor lemak (melalui lipoprotein
kepadatan sangat rendah) menyebabkan penyimpanan lemak sekunder dalam otot.
Peningkatan oksidasi lemak akan mengganggu ambilan glukosa dan sintesis
glikogen. Penurunan pelepasan insulin yang terlambat dapat disebabkan oleh efek
toksik glukosa terhadap pulau pankreas atau akibat defek genetik yang
mendasari.
Meskipun resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai penurunan
jumlah reseptor insulin, sebagian besar resistensi adalah tipe pascareseptor. Sudah
lama diketahui bahwa endapan amiloid ditemukan dalam pankreas pasien diabetes
tipe 2. Bahan ini adalah peptida asam amino 37 yang disebut amilin. Amilin
normalnya terbungkus bersama-sama dengan insulin dalam granula sekretori dan
dikeluarkan bersama-sama sebagai respon terhadap pengeluaran insulin. Pada
hewan, amilin dilaporkan memicu resistensi insulin. Penumpukan amilin dalam
pulau pankreas mungkin merupakan akibat kelebihan produksi sekunder karena
resistensi insulin. Kemungkinan lain, penumpukan amilin dalam pulau pankreas
dapat menyebabkan kegagalan lambat produksi insulin dengan diabetes melitus
tipe 2 yang sudah berjalan lama.18
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 13/18
G. Komplikasi5
Komplikasi diabetes terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah koma hipoglikemia, ketoasidosis dan
hyperosmolar hypergycemic state (HHS). Sedangkan komplikasi kronik yaitu
makroangiopati pembuluh darah tepi, jantung dan otak, mikroangiopati termasuk
retinopati diabetik dan nefropati diabetik, neuropati diabetik, rentan infeksi TB
paru, gingivitis dan infeksi saluran urinarius, serta kaki diabetik.
Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik.
Prevalensi disfungsi ereksi pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun
cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan
problem psikis.
H. Pengelolaan
Tujuan jangka pendek pengelolaan diabetes melitus adalah untuk
menghilangkan keluhan atau gejala diabetes melitus. Tujuan jangka panjang
pengelolaan diabetes melitus adalah untuk mencegah komplikasi.
Empat pilar utama pengelolaan diabetes melitus tipe 2 yaitu:
1. Penyuluhan (edukasi)17
Penyuluhan atau edukasi penderita diabetes adalah pendidikan dan latihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes
melitus yang diberikan kepada setiap pasien diabetes melitus, anggota
keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan.
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 14/18
2. Perencanaan makan (meal planning )5
Standar yang dianjurkan pada konsensus PERKENI adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak
20-25%. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari, jumlah kandungan
serat ± 25 gram/hari, konsumsi garam dibatasi apabila terdapat hipertensi.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akutdan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
3. Latihan jasmani 15
Prinsip latihan jasmani pada penderita diabetes melitus.
a. Frekuensi : jumlah olahraga per minggu, sebaiknya dilakukan secara
teratur 3-5x/minggu
b. Intensitas : ringan dan sedang (60-70% maximum heart rate)c. Durasi : 30-60 menit
d. Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging , berenang,
bersepeda.
4. Obat hipoglikemik oral (OHO)16
` Terapi farmakologi pada diabetes melitus tipe 2 dilakukan apabila
pengelolaan diabetes dengan pendekatan non farmakologis sasaran
pengendalian diabetes belum tercapai.
Macam-macam obat antihiperglikemik oral.
a. Golongan insulin sensitizing
1) Biguanid
2) Glitazone
b. Golongan sekretagok insulin
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 15/18
1) Sulfonilurea
2) Glinid
c. Penghambat alfa glukosidase
5. Insulin 2
Insulin diperlukan pada keadaan:
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik
c. Hyperosmolar hyperglycemic stated. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
g. Kehamilan dengan diabetes melitus/ diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 16/18
DAFTAR PUSTAKA
1. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.Dalam: Price SA, Wilson LM, Editor. Patofisiologi: Konsep klinisProses-Proses Penyakit, volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2005; 1260-
1270.
2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2di Indonesia 2006. Jakarta: PB.PERKENI. 2006.
3. Mathur, Ruchi MD. Diabetes Mellitus. Diunduh dari http://medicineNet.com
4. Suyono, Slamet. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editor. Ilmu PenyakitDalam, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK
UI. 2006; 1852-1856.
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Metabolik Endokrin. Dalam: Kapita Selekta, Jilid I. Edisi III. Jakarta: MediaAesculapius FK UI. 1999; 580-590.
6. Anonymous. How Serious High Blood Pressure.Diunduh dari: http://www.umm.edu/patiented/articles/how_serious_ high_blood_pressure_000014_5.htm
7. Weber, Craig MD. Why Do Diabetes and Hypertension Commonly
Occur Together?Diunduhdari:http://highbloodpressure.about.com/od/highbloodpressure /hypertention-in-diabeteics.htm
8. Wahyuni E. Obesitas Vs Penyakit Kronis. Diunduh dari: http://ksupointer.com/ 2009/obesitas-us-penyakit-kronis
9. Kenneth, Patrick LL. Diabetes Melitus, tipe 2. Updated: October 28. 2009.
10. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Type 2 diabetes .
Updated June 23. 2009.
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 17/18
Diunduh dari: http://www.mayoclinic.com/health/type2diabetes/DS00585/DISECTION=risk-factors
11. Anonymous. What is Diabetes? Diunduh dari: http://www.diabetesnd.org/whatis.html .
12. Rochmah W. Diabetes Melitus pada Usia Lanjut. Dalam: Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editor. Ilmu PenyakitDalam, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.2006; 1915-1917.
13. Masurk, Thevenod F, Zankes KS (eds). Diabetes and Cancer. Epidemiological
Evidence and Molecular Links. Front Diabetes. Basel, Karger. Vol 19,2008; p. 1-18.
14. Arisman. Dasar Penghitungan Kebutuhan akan Energi Pasien Rawat Inap.Dalam: Pemeriksaan Status Gizi dan Prediksi Kebutuhan akan ZatGizi. Jakarta:EGC. 2007; 60-76.
15. Yunir EM, Soebardi S. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus.Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S,Editor. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006; 1864-1867.16. Soegondo S. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus
Tipe 2. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,Setiati S, Editor. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: PusatPenerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006; 1860-1863.
17. Tjokronegoro, Arjatmo. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: BalaiPenerbit FK UI. 2002.
18. Foster DW. Diabetes mellitus. Dalam: Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, Volume 5. Edisi 13. Jakarta:EGC. 2000; 2196-2217.
19. Paul S, Jellinger MD, FACE. The American Association of ClinicalEndocrinologists Medical Guidelines for Clinical Practice for theDiagnosis and Treatment of Dyslipidemia and Prevention of Atherogenesis 2002 Amended Version. Endocrine Practice.2000;6:170-177.
20. Goldberg IJ. Diabetic Dyslipidemia: Causes and Consequenses, ClinicalReview 124. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.2001; 86(3): 965-971.
5/9/2018 tinjauan pustaka dm - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-dm-559bf75578dad 18/18
21. Taghibiglou C, Carpentier A, Van Iderstine SC, et al. Mechanisms of HepaticVery Low Density Lipoprotein Overproduction in Insulin Resistance,
Evidence for Enhanced Lipoprotein Assembly, Reduced Intracellular ApoB Degradation, and Increased Microsomal Triglyceride Transfer Protein in a Fructosefed Hamster Model. J Biol Chem. 2000;275:8416–8425.