tinjauan pustaka dm
DESCRIPTION
Diabetes MelitusTRANSCRIPT
B A B I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Pankreas adalah kelenjar eksokrin (99 %) dan endokrin (1 %), bagian eksokrin
terdiri atas acini pankreas dan duktus pankreas bagian ini mensekresi enzim dan
bikarbonat untuk pencernaan dalam usus.
Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah kedalam sel dan
menyimpannya sebagai glukagon (Jan Tambayong, 2000). Cara kerja insulin adalah
dengan cara meningkatkan transpor glukosa dari darah ke sel dengan meningkatkan
permeabilitas membran sel terhadap glukosa. Kekurangan insulin dapat menyebabkan
kelainan yang di kenal dengan diabetes mellitus yang mengakibatkan glukossa
tertahan di luar sel (cairan ekstra seluler).
Keadaan ini mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan glukosa atau
energi yang merangsang glokogeneolisis di sel hati dan di sel jaringan sehingga
glukosa akan di lepaskan ke dalam cairan ekstra sel sehingga terjadi hiperglikemia.
Apabila mencapai nilai tertentu, sebagian yang tidak di absorbsi ginjal di keluarkan
melalui urine sehingga terjadi glukosuria dan poliuria (Ganong, 2002).
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel
lemak dan otot tubuh menjadi kebal tehadap insulin, sehingga terjadilah gangguan
pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling
umum di jumpai, juga sering di sebut diabetes yang di mulai pada dewasa, dikenal
sebagai NIDDM (Non-insulin-dependent diabetes melitus). Jenis diabetes ini mewakili
sekitar 90 persen dari seluruh kasus diabetes (VitaHealt, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit diabetes mellitus serta rencana
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabtetes mellitus tipe II
2. Tujuan Khusus
- Untuk mempelajari apa itu Diabetes Melitus tipe II
- Untuk mengetahui apa saja penyebab dari penyakit DM tipe II
- Untuk mengetahui dan memahami Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Melitus tipe II serta implementasi dan evaluasinya.
B A B I I
T I N J A U A N T E O R I
A. Definisi
Menurut Brunner dan Suddart tahun 1999, Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang
tidak adekuat
Menurut WHO Diabetes Melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Menurut Corwin J. Elizabeth tahun 2000, Diabetes adalah kata yunani yang
berarti mengalirkan/mengalihkan (siphon). melitus adalah kata latin untuk madu, atau
gula. Diabetes melitus adalah penyakit dimana seorang mengeluarkan /mengalirkan
sejumlah besar urin yang terasa manis.
Menurut Depkes RI tahun 2005, Diabetes Melitus adalah suatu kelainan
metabolisme kronis yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi
glukosa darah melebihi normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan
kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).
Jane Hokanson Hawks tahun 2005 Diabetes militus tipe 2, biasanya disebut
NIDDM, adalah kerusakan genetik dan faktor lingkungan. DM tipe 2 adalah tipe
paling umum dari diabetes militus yang meliputi 90% dari semua populasi diabetes.
Biasanya didiagnosa setelah umur 40 tahun dan umumnya menyerang orang dewasa,
orang yang gemuk dan pastinya populasi etnik dan ras.
B. Anatomi dan Fisiologi
Menurut Syaifuddin, (1997 : 84) dan Rumahorbo, H, (1999 : 14) pankreas
merupakan organ yang panjang dan ramping. Letaknya retroperitoneal pada abdomen
bagian kuadran kiri atas, dan terbentang secara horizontal dari cincin duodenum
sampai ke limpa pada vertebra lumbalis I dan II dibelakang lambung. Strukturnya
mirip dengan kelenjar ludah yang panjangnya kira-kira 10-20 cm, lebar 2,5-5 cm,
dengan berat rata-rata 60-90 gram, dan dibagi dalam 3 segmen utama yaitu kaput,
korpus dan kauda.
1. Kaput/kepala pankreas, merupakan bagian yang lebar dari pancreas, terletak
disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang
melingkarinya.
2. Korpus/badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini yang letaknya di
belakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.
3. Kauda/ekor pankreas, merupakan bagian yang runcing terletak disebelah kiri
yang sebenarnya menyentuh limpa.
C. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
Diabetes Melitus tipe II. Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).
5. Gaya hidup.
D. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type I, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan
hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi
dua yaitu Non obesitas dan obesitas.
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
,kBiasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-
lain.
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan
meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin
(HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
E. Patofisiologi
1. Proses penyakit
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan, dan kadar
glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe
II (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).
2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, seperti lambat (tahunan)
intoleransi glukosa progresif, poliuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang
ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui
ginjal), polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria), keletihan,
luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vagina, keputihan akibat kelainan
ginekologis (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).
3. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan ke dua tipe Diabetes Melitus diatas di golongkan,
antara lain:
a. Komplikasi Akut
Ketoasidosis Diabetik adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat defisiensi
insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih 300 mg/ dl).
Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk mengurangi kadar glukosa
darah dan memperbaiki asidosis berat, elektrolit, ketidakseimbangan cairan.
Adapun faktor pencetus Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik,
alkohol, gagal diet, kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress,
emosional, dan riwayat penyakit ginjal.
Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah insulin
yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk mempertahankan kadar
glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan
epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala dan palpitasi), juga akibat
kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang
tumpul dan koma).
b. Komplikasi jangka panjang
Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit.
Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena
insufisiensi insulin yang menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.
Gangguan–gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler,
hiperproteinemia dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika
yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan
angina dan infark miokardium (Price, S. A. & Wilson L.M, 2006).
F. Penatalaksanaan Medis
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu perencanaan makan,
latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.
1. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah ditetapkan
bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70%), protein (10-15%). Lemak (20-25%). Apabila diperlukan
santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang
baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari. Jumlah kandungan
serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasai bila
terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIEPE (continous, rhytmical, interval, progressive, endurance
training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, renang,
bersepeda, dan mendayung.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai aklibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat
badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai obat tunggal.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase
didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pasca prandial.
d. Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek
farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehinggga bisa mengatasi masalah
resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa mengakibatkan
hipoglikemia (Mansjoer, A, dkk, 2001).
G. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa menurut WHO 1985
yaitu kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena > 200 mg/dl atau kadar gula darah
puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, atau kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram.
- Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140
mg per 100 ml pada kali pengukuran terpisah.
- Pemeriksaan glukosa dalam urine
- Pemeriksaan keton dalam urine
- Peningkatan hemoglobin terlokalisasi
- Uji toleransi glukosa yang melambat
H. Asuhan Keperawatan Teoretis
1. Pengkajian
Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul, tahun 2008, Pengkajian merupakan langkah
pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari
klien sehingga akan di ketahui berbagai permasalahan yang ada.
Pengkajian keperawatan Diabetes Melitus meliputi:
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala: letih, lemah sulit berjalan / bergerak, tonus otot menurun, kram otot,
gangguan istirahat/ tidur.
Tanda: Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas,
letargi/ disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: takikardi, perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi menurun/
tidak ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan: bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain.
Tanda: Ansietas.
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru tau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urin encer, pucat, kuning: poliuri(dapat berkembang menjadi oliguria/
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen
keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare).
e. Makanan/ Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/
minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda: kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen, muntah,
hipertiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).
f. Neurosensori
Gejala: Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi: mengantuk, letargi, stupor/ koma, gangguan memori (baru,
masa lalu),kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala: Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/ tidak).
Tanda: batuk, dengan/ sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.
i. Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurun kekuatan umum/
rentang gerak, parastesia/ paralisis otot termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam).
j. Seksualitas
Gejala: raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid): dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah), menggunakan obat diabetik.
Tanda: Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan glukosa darah.
l. Test Diagnostik
Beberapa tes yang di lakukan yaitru glokosa darah: meningkat 100-
200 mg/dl atau lebih, aseton plasma (keton): positif secara mencolok, asam
lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat, urin: gula dan aseton
positif: berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat, Tes Toleransi
Glukosa (TTG) memanjang (≥ 200mg/dl) untuk pasien yang kadar glukosa
meningkat dibawah kondisi stress, hemoglobin glikosilat diatas rentang
normal untuk mengukur presentase, glukosa yang melekat pada hemoglobin
rentang normal 6-7% (Doenges, M. E, et al, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis
mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, A. Aziz
Alimul, 2008).
Diagnosa keperawatan Diabetes Melitus meliputi :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin.
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah: insufisensi insulin.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progressif
yang tidak dapat diobati.
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi (Doenges,
M. E, et. Al, 2000).
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul, tahun 2008, Perencanakan
merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang di
butuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah
klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu
proses keperawatan.
Perencanaan keperawatan Diabetes Melitus meliputi:
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
Tujuan: Volume cairan terpenuhi.
Kriteria hasil: Mempertahankan volume cairan yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit, turgor kulit normal, hidrasi adekuat, TTV stabil,
pengisian kapiler baik.
Intervensi:
1) Pantau TTV
Rasional: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hipovolemia ketika tekanan darah sistolik pasien
turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring keposisi duduk/ berdiri.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
3) Ukur masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.
Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairab pengganti, fungsi
ginjal, dan keeektifan dari terapi yang diberikan
Kolaborasi:
4) Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi.
Rasional: tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajad kekurangan
cairan dan respon pasien secara individual.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin.
Tujuan: Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: BB ideal
Intervensi:
1) Timbang berat badan.
Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang adekuta (absorpsi dan
utilisasinya).
2) Tentukan program diet dan pola makan klien.
Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, kembung, mual,
muntahan makanan yang belum dicerna.
Rasional: hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung.
4) Berikan makanan yang mengandung nutrient dan elektrolit.
Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan
fungsi gasrtointestinal baik.
5) Identifikasi makanan yang di sukai/ tidak di sukai.
Rasional: jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
6) Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, peka rangsangan, cemas, sakit kepala.
Rasional: metabolisme karbihidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang,
dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi).
Kolaborasi:
7) Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah.
Rasional: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan
terapi insulin terkontriol.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.
Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuain diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa.
Tujuan: tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil: TTV dalam batas normal, tanda-tanda infeksi tidak ada, nilai
leukosit dalam batas normal (4000-10000/ mm3).
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, calor, tumor, fungsiolaesa).
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.
2) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
Kolaborasi:
3) Observasi hasil laboratorium (leukosit).
Rasional: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan
terapi insulin terkontrol.
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah terjadinya sepsis.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.
Tujuan: tidak terjadi perubahan sensori perseptual.
Kriteria hasil: mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali dan
mengkompensasi adanya kerusakkan sensori.
Intervensi:
1) Pantau dan tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu
yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai kebutuhannya.
Rasional: menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3) Bantu pasien ambulasi dalam perubahan posisi.
Rasional: meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah: insufisensi insulin.
Tujuan: tidak terjadi kelelahan akibat penurunan metabolik.
Kriteria hasil: Keluhan lelah tidak ada, dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi:
1) Observasi TTV.
Rasional: mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
2) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional: meningkatkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi klien.
3) Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
meskipun tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
4) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progressif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan: tidak terjadi ketidakberdayaan.
Kriteria hasil: mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat
untuk menghadapi perasaaan, membantu dalam merencanakan perawatan sendiri
dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi:
1) Anjurkan pasien/ keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan dirumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional: mengidentifikasi area perhatiannya dan mudahkan cara pemecahan
masalah.
2) Berikan kesempatan pada kelurga untuk mengekspresikan perhatiannya.
Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
keluarga untuk memecahkan masalah.
3) Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.
Rasional: mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian
dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
4) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usahat yang dilakukan.
Rasional: meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis, dan
kenutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan: Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
Kriteria hasil: klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, klien
melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi:
1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian,
dan selalu ada untuk pasien.
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersidia mengambil bagian dalam proses belajar.
2) Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.
Rasional: partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusia dan kerja sama
pasien dengan prinsip-prinsip yang depalajari.
3) Pilih strategi belajar.
Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi
meningkatkan penyerapan pada individu yang belajar (Doengos, M. E, et. Al,
2000).
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan
melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri
dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi sesama
proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
sebagai evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif .
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008).
Adapun evaluasi akhir yang diharapkan antara lain:
a. Volume cairan teratasi.
b. Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat..
c. Tidak terjadi infeksi.
d. Tidak terjadi perubahan sensori perseptual.
e. Tidak terjadi kelelahan akibat penurunan metabolik.
f. Tidak terjadi ketidakberdayaan.
g. Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
B A B I I I
T I N J A U A N K A S U S
Ruangan : St. Paula Tgl Pengkajian : 29/05-2013
Kamar : VI bed 1 Waktu Pengkajian : 13.00
Tgl. Masuk RS : Minggu 26/05-2013 Auto Anamnese/Allo Anamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama Initial : Ny. J.S
Tempat/tgl. Lahir (umur) : Sonder, 01 juli 1944 ( 68 thn )
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Jumlah Anak : 3 Anak
Agama/Suku : Kristen Protestan/Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Rumah : Sonder, Kolongan Atas
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. TW
Alamat : Sonder, Kolongan Atas
Hubungan dengan klien : Anak
II. DATA MEDIK
A. Dikirim oleh : UGD
B. Diagnosa Medik : Gastropati DM
Saat masuk : Gastropati
Saat pengkajian : Diabetes Melitus, kurangnya natrium Kalium
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT: Klien tampak sakit sedang
Alasan : Baring lemah
Punggunaan alat medik: Infus NaCl 0,9 % 22 tts/ m
B. KELUHAN UTAMA: Nyeri uluh hati
C. RIWAYAT KELUHAN UTAMA:
P : nyeri ulu hati
Q : tertusuk-tusuk
R : epigastria
S : 4-6
T : setiap 1 jam
Kesimpulan : Klien mengeluh nyeri ulu hati seperti tertusuk-tusuk (skala 4-6)
di bagian epigastrica dan menyebar ke kuadran kiri abdomen bagian bawah
sampai ke pinggang
D. KELUHAN YANG MENYERTAI : Mual dan muntah
E. TANDA-TANDA VITAL1. Kesadaran
Kualitatif : Compos mentis Kuantitaf :
Skala Coma Glasgow : - Respon Motorik : 6- Respon Bicara : 5- Respon Membuka Mata : 4 +
Jumlah : 15 Kesimpulan : Pasien dalam keadaan sadar penuh
Flapping Tremor/ asterixis : Negatif
2. Tekanan darah : 140/90 mmHgMAP: : Sistole + 2(diastole) = 130 + 2(90) = 103,3mmHg
3 3Kesimpulan : tidak ada gangguan perfusi jaringan
3. Suhu : 360C (Axilla)
4. Nadi : 68 x/ m
5. Pernapasan: Frekuensi 20x/ m
F. PENGUKURAN
1. Lingkar Lengan Atas : 26 Cm
2. Tinggi Badan: 150 cm
3. Berat badan: 42 kg
4. Indeks Masa Tubuh (IMT): BB
(TB m) 2 = 40
(150 )2 = 40
(1.5 )2 = 40
2.25 = 17.7
Kesimpulan: BB Kurang dari normal (kurus)
G. GENOGRAM
Ket: : Wanita
: Pasien
: Pria
: Meninggal
: Tinggal serumah
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Catatan:
kadar gula pasien tertinggi >400, sampai
saat ini pasien patuh pada diet yang
tentukan oleh dokter di Sonder, rajin
kontrol dokter, sering terbangun kencing
malam 6-7 kali, sering terasa lapar, haus
dan banyak minum.
Kencing manis 3 tahun lalu
Catatan:
Klien sering nyeri uluh hati dan nyeri
perut di kuadran kiri bawah.
Catatan:
Klien pernah melakukan operasi katarak.
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan bila sakit seperti nyeri ulu
hati, klien langsung memeriksakan diri ke dokter praktek terdekat di
Sonder. Klien mengatakan sudah berobat ke dokter terdekat di Sonder
untuk cek gula darah, klien pernah jatuh dan mengakibatkan nyeri
pinggang bagian belakang.
b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan penyebab sakitnya sekarang
adalah gula darah. Klien berharap selama di rawat akan mendapat
pelayanan dan pengobatan yang baik dan teratur sehingga klien bisa pulang
dan beraktivitas kembali di rumah.
2. Data Obyektif
Observasi:
Kebersihan rambut : rambut tampak bersih, beruban, dan sedikit
berminyak
Kulit kepala : bersih
Kebersihan kulit : bersih
Kebersihan rongga mulut : kotor
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan pola makannya 3X/hari, jenis:
nasi, ikan, dan sayuran. Klien mengatakan menyukai makanan pedas.
Nafsu makan klien baik, porsi makan dihabiskan. Minum: 1 hari ±2000 cc
jenis: air putih.
Gastritis 3 bulan lalu
Katarak 2 tahun lalu
b. Keadaan sejak sakit: pola makan 3X/hari, jenis: bubur, ikan, sayur , dan
buah, porsi makan tidak dihabiskan hanya ±1/4 porsi. Minum: 1 hari ± 750
cc jenis: air putih, klien tidak ada nafsu makan sejak masuk RS. Klien
mengatakan masih mual dan muntah (± 250cc) sehabis makan.
2. Data Obyektif
a. Observasi:
Intake: Makan ±1/4 porsi dihabiskan setiap 8 jam, Minum 1 hari
±750cc
Output: Muntah ±250cc
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan rambut: rambut tampak bersih, beruban, dan sedikit berminyak
Hidrasi kulit: lambat, tidak normal ( >3 dtk), tidak ada edema
Palpebrae: terang sesuai kulit dan tidak tampak edema
Konjungtiva: Anemis
Sklera : ikteric
Hidung : bersih, tidak sekret
Rongga mulut: kotor . Gusi: putih , bibir dan mukosa mulut kering
Gigi: kuning dan terdapat caries, klien tidak menggunakan gigi palsu
Masih mampu mengunyah yang keras (baik)
Lidah: lembab ukuran simetris
Pharing: tidak ada kelainan
Tonsil: tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening leher: tidak ada edema
Kelenjar parotis: tidak ada edema
Kelenjar tyroid: tidak ada edema
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk: Abdomen tampak datar , lemas dengan bentuk simetris
Bayangan vena: tidak kelihatan
Benjolan vena: tidak kelihatan
Auskultasi : peristaltik 22x/menit
Palpasi :
Tanda nyeri umum: Ada nyeri tekan di uluh hati
Massa:
Hidrasi kulit: lambat, tidak normal
Nyeri tekan terdapat di R. Epigastrica
Hepar: normal (tidak ada nyeri atau hepatoma)
Lien: normal (tidak ada nyeri atau edema)
Perkusi: sonor
Asites: Negatif
Kelenjar limfe inguinal:
Kulit
Spider naevi: negatif
Uremic frost: negatif
Edema: negatif
Icteric: negatif
Tanda radang : tidak ada luka
Lesi: tidak ada
c. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
30/05/2013
Test Hasil test Satuan Nilai
Natrium 122 mmol/l 136-140
Kalium 3,2 mmol/l 3,5-4,5
Chlorida 78 mmol/l 97-115
Test Test Data Unit Refrence desc
LDL 132 mg/dl 0-130 high
Glukosa(GLUK) 267 mg/dl 80-100 high
(CHOL) 270 mg/dl 0-200 high
Triglyceride(TG) 389 mg/dl 0-150 high
HDL_CHOLES 38 mg/dl 35-70 high
UREA (UV) 69 lmg/dl 10-50 high
CREATININE 2,3 mg/dl 0,7-1,45 high
URIC_ACID (UA) 4,9 mg/dl 2,4-5,7 normal
d. Terapi: terpasang infus NaCl 0,9%, 22 tts/menit
C. KAJIAN POLA ELIMINASI
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan BAB 2x sehari, bentuk
lembek, dan masih mampu mengontrol rasa BAB. Klien mengatakan
BAK 6-7x dalam sehari dan mampu mengontrol rasa BAK-nya
b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan tidak BAB sejak masuk
Rumah Sakit sampai sekarang (Rabu 29/05) dan sering BAK 6-7x
dalam semalam (poliuria)
2. Data Obyektif:
a. Observasi:
Urine: tak berwarna dan bau cenderung manis (BAK ± 1750cc) dan
klien tidak menggunakan kateter
b. Pemeriksaan fisik
Peristaltik usus: 22x /menit
Palpasi suprapubica: kandung kemih penuh
Nyeri ketuk ginjal: kiri (positif)
Mulut urethra: normal
Anus:
- Peradangan: negatif
- Fissura: negatif
- Hemoroid: negatif
- Prolapsus rectil: negatif
- Fistula ani: negatif
- Masa tumor: negatif
D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan kegiatan sehari-hari adalah
mengurus rumah tangga, sering menyapu di rumah dan pergi ke kebun
untuk mencangkul. Klien juga tidak pernah berolahraga.
b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan tidak bisa beraktivitas dengan
baik karena sedang sakit. Klien mengatakan susah beraktivitas karena sakit
pinggang bagian belakang dan kaki kanan. Aktivitas klien dibantu oleh
perawat dan keluarga.
2. Data Obyektif
a. Observasi
Aktivitas harian:
o Makan : bantuan keluarga
o Mandi: bantuan perawat dan keluarga
o Berpakaian : bantuan keluarga
o Kerapian: bantuan keluarga
o BAB: -
o BAK : bantuan orang dan alat
o Mobilisasi di tempat tidur: bantuan orang
o Ambulasi: kursi roda
Postur tubuh : Membungkuk dan tampak kurus
Gaya jalan: membungkuk
Fiksasi : infus tangan sebelah kanan
Tracheostomie: -
b. Pemeriksaan fisik
JVP 3 CmH2O.
Kesimpulan: normal
Perfusi pembuluh perifer kuku: lambat
Thorax dan pernapasan
o Inspeksi : Bentuk thorax: Simetris
Stridor: negatif
Dyspnea d’Effort: negatif
Sianosis : negatif
o Palpasi: Vocal Vremitus: negatif
o Perkusi : sonor
- Batas paru hepar: ICS 6-7 kanan, bunyi sonor-redup
- Kesimpulan: normal
o Auskultasi
- Suara nafas: normal
- Suara ucapan: normal
- Suara tambahan: normal.( tidak ada wheezing dan
crackles)
Jantung
o Inspeksi:
- Ictus cordis: ICS 5 , tidak terlihat
- Klien tidak menggunakan alat pacu jantung
o Palpasi:
- Ictus cordis: tidak teraba
- Thrill: negatif
o Perkusi:
- Batas atas jantung: normal ( sonor-redup)
- Batas kanan jantung: normal (sonor-redup)
- Batas kiri jantung: normal ( sonor-redup)
o Auskultasi:
- Bunyi jantung II A: Dub (batas kanan sternum ICS 2)
- Bunyi jantung II P: Dub ( batas kiri sternum ICS 2)
- Bunyi jantung I T: Lub ( batas kiri sternum ICS 3)
- Bunyi jantung I M: Lub(di atas apeks ICS 5, garis
midclavikula.
- Bunyi jantung III Irama Galop: negatif
- Murmur: negatif
- HR: 68x/menit
Lengan dan Tungkai
o Atrofi otot: negatif
o Rentang gerak
Mati sendi: negatif
Kaku sendi:negatif
o Uji kekuatan otot : kiri 4 5
kanan 3 5
o Reflekx Fisiologik: positif
o Reflekx patologik:
- Babinski: Kiri: negatif
Kanan: negatif
o Clubbing jari-jari: negatif
o Varises tungkai: negatif
Columna Vertebralis
o Inspeksi: kelainan bentuk : kifosis
o Palpasi: nyeri tekan positif
o N III-IV-VI: normal
o N VIII Romberg test: negatif
o N XI: negatif
o Kaku kuduk: negatif
E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: Klien tidur 8-9 jam/hari, merasa segar saat
bangun tidur.
b. Keadaan sejak sakit: Klien susah tidur, butuh obat pengantar tidur,
sering terbangun untuk berkemih. Tidur ±3 jam dalam malam hari.
2. Data Obyektif
a. Observasi
Expresi wajah mengantuk : negatif
Banyak menguap : negatif
Palpebrae inferior berwarna gelap : negatif
F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: keluarga klissen mengatakan klien mengalami
kesulitan untuk mempelajari sesuatu, daya ingat klien menurun. Bila klien
mengeluh sakit seperti nyeri pinggang, keluarga klien langsung membawa
klien ke dokter praktek terdekat di sonder.
b. Keadaan sejak sakit : klien dan keluarga klien lebih memahami tentang penyakit yang di derita klien serta mulai mengerti prosedur pengobatannya.
2. Data Obyektif
a. Observasi
klien masih mampu berbicara dengan lancar dengan respon verbal.
b. Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
o Cornea: normal
o Pupil: normal
o Lensa mata: positif
o Tekanan intra ocuyler: normal
Pendengarano Pina : tidak ada benjolan
o Membrane timpani: normal
o Tes Pendengaran: normal
G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan klien mengetahui tentang
dirinya dan keluarganya sekarang, klien sangat semangat dalam menjalani
kehidupannya di lingkungan keluarga dan masyarakat.
b. Keadaan sejak sakit:klien mengatakan sempat putus asa sejak mengetahui
dirinya terkena penyakit tersebut dan harus di rawat inap.
2. Data Obyektif
a. Observasi
Kontak mata : baik
Rentang perhatian : baik
Suara dan cara bicara : suara terdengar lemah, bicara pelan
Postur tubuh : membungkuk dan tampak kurus
b. Pemeriksaan Fisik
Abdomen: Bentuk: Lemas
Kulit: Lesi kulit: tidak ada
H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan banyak bersosialisasi dengan
masyarakat dan akrab dengan keluarganya.
b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan mampu menyesuaikan diri dan
bersosialisasi dengan keluarga dan sesama di Rumah Sakit.
2. Data Obyektif
a. Observasi: klien tampak bisa menerima sesama di sekitarnya dan menjalin
hubungan baik dengan sesamanya.
I. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan terakhir mendapatkan menstruasi
pada umur 51 tahun.
b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan sudah tidak lagi berhubungan intim
dengan suaminya karena suaminya telah meninggal sebelum klien sakit dan
masuk rumah sakit.
2. Data Obyektif
Observasi: klien menolak untuk di observasi dengan alasan malu.
J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan klien dapat mengontrol dirinya,
keluarga yang membantunya dalam mengatasi masalah.
b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan klien mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru dan suasana baru di Rumah Sakit.
2. Data Obyektif
a. Observasi: ekspresi wajah tegang, sering menarik nafas dalam.
b. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah: 130/90 mmHg
Kesimpulan Hipotensi Ortostatik: Negatif
HR: 68x/menit
Kulit: Keringat dingin : negative
K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Data Subyektif
a. Keadaan Sebelum Sakit:
Klien mengatakan tujuan hidupnya untuk bekerja dan tak ingin tergantung
pada anak-anak serta ingin berusaha melakukan hal-hal yang masih dapat
dilakukan atau masih aktif bukan pasif.
b. Keadaan Sejak Sakit:
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat melakukan aktifitasnya
sehari hari d rumah.
c. Data Obyektif
a. Observasi
Klien sering melakukan ibadah dengan menggunakan media alkitab.
Nama dan Tanda tangan mengkaji
(_________________________)
Terapi Medik
Gliquidone 30 mg
Indikasi : untuk pengobatan diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin
(NIDDM) atau diabtes mellitus tipe II dan tidak terkontrol dengan diet.
Kontraindikasi:
- Diabetes tergantung insulin (DM tipe 1)
- Koma, prekoma diabetes dan ketidakseimbangan metabolik yang
ekstrim dengan tendensi ke keadaan asidosis.
- Jangan digunakan pada pasien diabetes yang terkomplikasi dengan
asidosis atau ketosis maupun pada kondisi stress of surgery atau infeksi
akut.
- Tidak boleh digunakan pada masa kehamilan atau masa menyusui, pada
pasien dengan gagal fungsi hati atau ginjal yang berat dan porfiria.
Patral
Indikasi: untuk pengobatan jangka pendek pada nyeri akut.
Kontraindikasi:
- Hipersensitifitas terhadap tramadol, paracetamol atau terhadap salah
satu eksipien dari produk obat, intoksikasi akut dengan alkohol, obat
hipnotik, analgesik yang bekerja di SSP, apioid atau obat-obatan
psikotropika. Patral tidak boleh di berikan pada pasien yang menerima
inhibitor monoamina oksidase atau dalam waktu 2 minggu withdrawal.
- Gangguan hepatic berat.
- Epilepsy yang tidak dikontrol oleh pengobatan.
Lansoprazole
Indikasi: Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodemun, Benign ulkus
gaster, dan refluks esofagitis.
Kontraindikasi: penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.
Alprazolam
Indikasi: Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan
ansietas yang berhubungan dengan depresi.
Kontraindikasi:
- Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepine.
- Glaukoma sudut sempit akut.
- Miastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi
psikosis kronik, anak dan bayi prematur.
KSR Potassium Chloride
Indikasi: untuk mencegah hipokalemia
Kontraindikasi:
Patofisiologi
Pola makan dan diet tidak teratur, gaya hidup, usia
Sel beta pancreas rusak/terganggu
Produksi insulin menurun
Kekurangan kalori
dalam tubuh
Kelemahan otot
Gangguan mobilitas
fisik
Diabetes melitus
Gangguan metabolisme
karbohidrat lemak dan
protein
Gangguan pemasukan
glukosa dalam sel
Glukosa akan tetap di pembuluh darah
Hiperglikemia
Peningkatan osmolaritas cairan eksternal
Osmotik diuresis
Defisit cairan intraseluler
Kurangnya volume cairan dan elektrolit
dalam tubuh
Iritasi sel epitel kolumner gaster
Produksi mucus lambung
Respon lambung vasodilatasi mukosa
Produksi HCL
NyeriMual muntah, dan anoreksia
Kekurangan nutrisi
KLASIFIKASI DATA
No Data Subyektif Data Obyektif
1
2
3
4
Klien mengatakan nyeri ulu hati, seperti
di tusuk-tusuk, setiap 1 jam.
Klien mengatakan tidak BAB sejak
masuk Rumah Sakit sampai sekarang
(Rabu 29/05) dan sering BAK 6-7x
dalam semalam (poliuria).
Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
dan porsi makan tidak dihabiskan
Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas
dengan baik karena kondisinya yang
sakit. (sakit pinggang belakang dan kaki
kanan)
- Klien tampak meringis.
- Skala nyeri 4-6.
-Mukosa mulut kering
-Bibir kering
-Muntah : 250 cc/hr
-Minum 1 hari ±1750cc
-BAK : 750 cc/hr
-Natrium 122
-Kalium 3,2
--Intake: Makan ±1/4 porsi
dihabiskan setiap 8 jam,
- Output: Muntah ±250cc
-GDS 247
-Glukosa 267
- BB= 40 kg
- Klien tampak sakit sedang
- Makan : bantuan keluarga
- Mandi: bantuan perawat
dan keluarga
- Berpakaian : bantuan
keluarga
- Kerapian: bantuan keluarga
- BAB: -
- BAK : bantuan orang dan
alat
- Mobilisasi di tempat tidur:
bantuan orang.
ANALISA DATA
N
oData Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengtakan nyeri
ulu hati, seperti di tusuk-tusuk,
setiap 1 jam.
DO :
- Klien tampak meringis.
- Skala nyeri 4-6
makan tidak teratur dan tidak dihabiskan
iritasi sel epitel kolumner gaster
produsksi mucus berkurang
respon lambung vasodialtasi
mukosa
produksi HCL meningkat
Nyeri b/d
peningkatan asam
lambung
2.
DS: Klien mengatakan tidak
BAB sejak masuk Rumah
Sakit sampai sekarang (Rabu
29/05) dan sering BAK 6-7x
dalam semalam (poliuria).
DO:
-GDS 247
-Glukosa 267
-Mukosa mulut kering
-Bibir kering
-Muntah : 250 cc/hr
-BAK : 17500 cc/hr
-Natrium 122
-Kalium 3,2
Nyeri
Hiperglikemia
Peningkatan osmolaritas
curah eksternal
Osmotik diuresis
Defisit cairan intraseluler
Kurangnya volume cairan
Kekurangan
volume cairan dan
elektrolit b/d defisit
cairan intraseluler
3. DS :
- Klien mengatakan tidak ada
nafsu makan.
DO :
- Intake: Makan ±1/4 porsi
dihabiskan setiap 8 jam,
Minum 1 hari ±1750cc
- Output: Muntah ±250cc
Pola makan tdk teratur
iritasi sel epitel kolumner gaster
produsksi mucus berkurang
respon lambung vasodialtasi
mukosa
produksi HCL meningkat
mual muntah, anoreksia
Kekurangan nutrisi
b/d mual muntah
dan anoreksia
4.
DS :
- Klien mengatakan tidak
bisa beraktivitas dengan
baik karena sedang sakit.
- Klien mengatakan susah
beraktivitas karena sakit
pinggang bagian
belakang dan kaki kanan.
DO :
- ADL di bantu
- Klien tampak sakit
sedang
kekurangan nutrisi
Defisiensi insulin
Gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan
protein
Kekurangan kalori dalam
tubuh
Kelemahan otot
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan
mobilitas fisik b/d
kelemahan otot.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d peningkatan asam lambung
2. Kekurangan volume cairan b/d defisit cairan intra seluluer.
3. Kekurangan nurtisi b/d mual muntah dan anoreksia
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny J.S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS TIPE II
DI RUANGAN St. PAULA RS GUNUNG MARIA TOMOHON
\
TglDiagnosa
Keperawatan
Perencanaan KeperawatanImplementasi
KeperawatanEvaluasi KeperawatanTujuan/Kriteria
HasilIntervensi Rasional
29 mei
2013
Nyeri b/d
peningkatan asam
lambung.
Di tandai dengan:
DS :
Klien mengatakan
uyeri uluh hati
sampai ke kuadran
kiri abdomen bagian
bawah hingga ke
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2 jam, di
harapkan nyeri
teratasi, dengan
kriteria:
- Skala nyeri 0
- Klien tidak
meringis lagi
1. Terapkan teknik
distraksi
2.Berikan posisi
nyaman pada klien
1.Dengan teknik
distraksi konsentrasi
klien tidak fokus
kepada nyeri yang ia
rasakan.
2.Dengan posisi yang
nyaman, bisa
mengurangi nyeri
Jam 16.00
1..Menerapakan teknik
distraksi, dengan cara
Mengalihkan
perhatian klien dengan
mengajak bercerita
lucu.
2.Memberikan posisi
yang nyaman pada
klien.
29/05-2013Jam 18.00S : klien mengatakan
nyeri telah
berkurang
O : Skala nyeri 1-3
A : Masalah nyeri
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan:
- Terapkan teknik
39
30
Mei
2013
pinggang.
- Klien
mengatakan nyeri
seperti di tusuk-
tusuk setiap 1
jam.
DO :
- Klien tampak
meringis.
- Skala nyeri 4-6
Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
b/d defisit cairan
intra seluluer yang di
tandai dengan:
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan
kebutuhan cairan
terpenuhi,
Kolaborasi dengan
dokter
1. Kaji pola
minum klien.
2. Anjurkan
klien untuk
banyak minum
- Pemberian
analgesik dapat
menghilangkan
nyeri.
1. Mengetahui
tingkat hidrasi
2. agar tidak
terjadi
dehidrasi
Pemberian obat
analgesik:
patral 2x1 dan obat
penenang
alprazolam 1 tablet(
malam)
Jam 09.30
1. Mengkaji pola
minum klien.
2. Menganjurkan klien
untuk banyak minum
1500-2000 cc/hr
distraksi
- berikan posisi nyaman
pada klien
Kolaborasi dengan
dokter.
1/6 2013
Jam 16.00
S : Klien mengatakan
muntah telah
berkurang.
O : mukosa mulut
40
DS:
- klien mengatakan
muntah 5 kali dan
yang dimuntahkan
adalah air
- klien mengatakan
BAK 6-7 pada
malam hari
DO:
- Mukosa mulut
kering
- Bibir kering
- Muntah : 250 cc/hr
- BAK : 1750 cc/hr
dengan kriteria:
- Pasien tidak
lagi muntah
- Pola BAK
kembali
teratur
- Mukosa bibir
dan mulut
lembab
1500-2000
cc/hr
3. Pantau
masukan dan
pengeluaran
cairan
3. kekurangan
cairan dan
elektrolit
mengubah
motilitas
lambung
3. Memantau
pengeluaran cairan
pada klien.
Urine=1750 cc
muntah = 250 cc
masih kering.
A : masalah
kekurangan
volume cairan
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan:
1. Kaji pola
minum klien.
2. Anjurkan klien
untuk banyak
minum 1500-
2000 cc/hr
3. Pantau masukan
dan pengeluaran
cairan
41
30
Mei
2013
Kekurangan nutrisi
b/d mual muntah,
anoreksia, yang
ditandai dengan:
DS :
- Klien mengatakan
tidak ada nafsu
makan.
DO :
- Intake: Makan
±1/4 porsi
dihabiskan setiap 8
jam, Minum 1 hari
±1750cc
- Output: Muntah
±250cc
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2x 24 jam
diharapkan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi,
dengan kriteria:
-Porsi makan
dihabiskan.
-Klien tidak
muntah.
-BB meningkat
1. beri makanan
dalam porsi kecil dan
frekuensi sering
2. ukur tinggi dan BB
klien
3. Jelaskan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat
makanan/nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter dan tim gizi:
1. untuk menghindari
mual muntah.
2. untuk mengetahui
BB ideal klien
3. dengan
pengetahuan yang
baik tentang nutrisi
akan memotivasi
klien dan keluarga
untuk meningkatkan
pemenuhan nutrisi
Jam 14.00
1. memberi makanan
dalam porsi kecil dan
frekuensi sering
2. mengukur tinggi
dan BB klien
TB : 150
BB : 40 kg
3. menjelaskan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
makanan/nutrisi
Kolaborasi dengan
1/6-2013
S: Klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat
O: Porsi makan menigkat jadi ½ porsi
A: masalah kekurangan nutrisi belum teratasi
P: 1. beri makanan
dalam porsi kecil dan
frekuensi sering
2. ukur tinggi dan BB
klien
42
BB : 40 kg dokter tentang terapi:
Gliquidone 30 mg 2x
1 tablet
Lonsoprazole 30 mg
2x 1 tablet
Kolaborasi dengan tim
gisi dengan pemberian
makanan DM
1750kalori
3. Jelaskan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat
makanan/nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter dan tim gizi:
43
31
Mei
2013
Gangguan mobilitas
fisik b/d kelemahan
otot, yang ditandai
dengan:
DS :
- Klien mengatakan
badannya terasa
lemah
DO :
- ADL di bantu
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 1x24 jam,
diharapkan klien
bisa beraktivitas
secara mandiri,
dengan kriteria:
_ Badan tidak
terasa lemah
- ADL sudah
tidak dibantu
1. Kaji aktvitas klien
2. Anjurkan klien
untuk meminta
bantuan pada
keluarga atau
perawat jika akan
melakukan
aktivitas di luar
tempat tidur
3.Berikan bantuan
pada klien sesuai
kebutuhan dan
memotivasi klien
untuk melakukan
1. Mencegah
kelelahan yang
berlebihan
2. Mencegah
terjadinya injuri
3. Memberikan
kesempatan pada
klien untuk dapat
beraktivitas dengan
Jam 09.00
1. Mengkaji aktivitas
klien. Mobilisasi
terbatas,
ADL semua dibantu
2. Menganjurkan klien
untuk meminta
bantuan perawat
atau keluarga jika
melakukan aktivitas
yang tidak dapat
dilakukan sendiri
3. Membantu klien
dalam pemenuhan
ADL dan
memberikan
1 /6-2013
Jam 08.30
S: klien mengatakan
badan masih terasa
lemah, dan
melakukan aktifitas
dengan bantuan
keluarga dan
perawat.
O: ADL masih dibantu
A: masalah gangguan
mobilitas fisik
belum teratasi
P : 1. Kaji aktvitas klien
44
aktivitas secara
bertahap.
Kolaborasi:
Tatalaksana
pemberian obat
Alprazolam
bantuan kemudian
dilakukan sendiri
motivasi untuk
melakukan aktivitas
secara perlahan
apabila klien sudah
mampu melakukan
secara mandiri.
2. Anjurkan klien
untuk meminta
bantuan pada
keluarga atau
perawat jika akan
melakukan aktivitas
di luar tempat tidur
3.Berikan bantuan pada
klien sesuai
kebutuhan dan
memotivasi klien
untuk melakukan
aktivitas secara
bertahap.
45
Kolaborasi:
Tatalaksana pemberian
obat Alprazolam
46
CATATAN PERKEMBANGAN
No.Hari/Tgl
Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
1. Kamis,
30-5-
2013
Nyeri b/d peningkatan asam
lambung ditandai dengan.
DS:
klien mengatakan nyeri telah
berkurang
DO:
Skala nyeri 1-3
08.00 1..Menerapakan teknik distraksi, dengan
cara mengalihkan perhatian klien dengan
mengajak bercerita lucu.
2.Memberikan posisi yang nyaman
pada klien.
3.Pemberian obat analgesik:
patral 2x1 dan obat penenang alprazolam
1 tablet( malam)
Jam 10.00
S: Klien mengatakan nyeri telah
hilang
O : Skala nyeri 0
A : Masalah nyeri teratasi
P : -
2 Sabtu,
1-06-
2013
Kekurangan volume cairan dan
elektrolit b/d defisit cairan intra
seluluer ditandai
18.00 1. Mengkaji pola minum klien.
2.Menganjurkan klien untuk banyak
minum 1500-2000 cc/hr
3/06/2013 jam 08.00
S : Klien mengatakan sudah
tidak muntah lagi.
O : Mukosa mulut lembab
A: masalah kekurangan volume
47
No.Hari/Tgl
Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
3.Memantau pengeluaran cairan pada
klien. Urine = 1000. Muntah = -
cairan teratasi
3 Sabtu,
1-06-
2013
Kekurangan nutrisi b/d mual
muntah, anoreksia, yang ditandai
dengan:
DS:
S: Klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat
O: Porsi makan menigkat jadi ½ porsi .
17.00 Jam 14.00
1. memberi makanan dalam porsi kecil
dan frekuensi sering
2. mengukur tinggi dan BB klien
TB : 150
BB : 40 kg
3. menjelaskan pada klien dan keluarga
tentang manfaat makanan/nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang terapi:
Gliquidone 30 mg 2x 1 tablet
Lonsoprazole 30 mg 2x 1 tablet
Kolaborasi dengan tim gisi dengan
pemberian makanan DM 1750kalori
3/6-2013
S: Klien mengatakan nafsu makan meningkat
O: Porsi makan menigkat jadi 1 porsi
A: masalah kekurangan nutrisi teratasi
P: -
48
No.Hari/Tgl
Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
4 Senin,
3-06-
2013
Gangguan mobitilasi fisik b/d
kelemahan otot.
DS: klien mengatakan badan
masih terasa lemah, dan
melakukan aktifitas dengan
bantuan keluarga dan
perawat.
O: ADL masih dibantu
08.00 1. Mengkaji aktivitas klien.
Mobilisasi terbatas,
ADL semua dibantu
2. Menganjurkan klien untuk
meminta bantuan perawat atau
keluarga jika melakukan aktivitas
yang tidak dapat dilakukan sendiri
3. Membantu klien dalam pemenuhan
ADL dan memberikan motivasi
untuk melakukan aktivitas secara
perlahan apabila klien sudah
mampu melakukan secara mandiri.
Jam 18.00
S : Klien mengatakan dapat
melakukan aktifitas secara
mandiri.
O : ADL tidak dibantu, badan
sudah tidak lemas.
A : Masalah teratasi
P : -
49
B A B I V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teoretis serta tinjauan kasus, asuhan keperawatan pada
pasien Ny. J.S dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus, kami dapat
menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan dalam hal persamaan dan perbedaan
antara proses keperawatan secara teoretis dan proses keperawatan kasus di ruangan
St.Paula pada Ny. J.S dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus. Adapun
kesenjangan yang kami temui antara lain sebagai berikut.
Pola pengkajian menurut Hidayat, A. Alimul, tahun 2008 sedangkan pada
kasus Ny.J.S yang digunakan adalah pola pengkajian 11 Gordon.
Pada diagnosa teoretis, terdapat 7 (tujuh) diagnosa keperawatan yang
mencakup masalah keperawatan antara lain kekurangan volume cairan, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko terhadp infeksi, resik tinggi terhadap
perubahan sensori perceptual, kelelahan, ketidakberdayaan, dan kurangnya
pengetahuan. Sedangkan pada kasus ini kami hanya menemukan 4 (empat) diagnosa
keperawatan pada Ny. J.S. dengan masalah keperawatannya yaitu nyeri, kekurangan
volume cairan, kekurangan nutrisi, dan gangguan mobilitas fisik.
B. Saran
Kami menyarankan kepada:
Mahasisiwa praktek, agar lebih teliti dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien berdasarkan landasan teori sehingga
pelaksanaan sesuai dengan prosedur.
Perawat ruangan, agar lebih aktif memberikan bimbingan kepada
mahasiswa dalam melakukan tindakan keperawatan.
Instansi, untuk memperbanyak tenaga medis agar lebih memadai dan
kelengkapan alat-alat medis.
50
D A F T A R P U S T A K A
Ahmad A.K.Muda (1995). Kamus lengkap kedokteran. Penerbit Citas Media Pers
Surabaya.
Anchahayamata.wordpress.com/Nusing only/Keperawatan Medikal bedah/ askpe
DM tipe II.
Doenges Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta
Rumampuk Maria Vony. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tubuh Manusia.
Universitas Katolik De La Salle Manado
www.search-rsults. Picture .com
51