tinjauan pustaka dm

71
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pankreas adalah kelenjar eksokrin (99 %) dan endokrin (1 %), bagian eksokrin terdiri atas acini pankreas dan duktus pankreas bagian ini mensekresi enzim dan bikarbonat untuk pencernaan dalam usus. Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah kedalam sel dan menyimpannya sebagai glukagon (Jan Tambayong, 2000). Cara kerja insulin adalah dengan cara meningkatkan transpor glukosa dari darah ke sel dengan meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap glukosa. Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang di kenal dengan diabetes mellitus yang mengakibatkan glukossa tertahan di luar sel (cairan ekstra seluler). Keadaan ini mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan glukosa atau energi yang merangsang glokogeneolisis di sel hati dan di sel jaringan sehingga glukosa akan di lepaskan ke dalam cairan ekstra sel sehingga terjadi hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu, sebagian yang tidak di absorbsi ginjal di keluarkan melalui urine sehingga terjadi glukosuria dan poliuria (Ganong, 2002). Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal tehadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini

Upload: gebylensun

Post on 28-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Diabetes Melitus

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Dm

B A B I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Pankreas adalah kelenjar eksokrin (99 %) dan endokrin (1 %), bagian eksokrin

terdiri atas acini pankreas dan duktus pankreas bagian ini mensekresi enzim dan

bikarbonat untuk pencernaan dalam usus.

Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah kedalam sel dan

menyimpannya sebagai glukagon (Jan Tambayong, 2000). Cara kerja insulin adalah

dengan cara meningkatkan transpor glukosa dari darah ke sel dengan meningkatkan

permeabilitas membran sel terhadap glukosa. Kekurangan insulin dapat menyebabkan

kelainan yang di kenal dengan diabetes mellitus yang mengakibatkan glukossa

tertahan di luar sel (cairan ekstra seluler).

Keadaan ini mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan glukosa atau

energi yang merangsang glokogeneolisis di sel hati dan di sel jaringan sehingga

glukosa akan di lepaskan ke dalam cairan ekstra sel sehingga terjadi hiperglikemia.

Apabila  mencapai nilai tertentu, sebagian yang tidak di absorbsi ginjal di keluarkan

melalui urine sehingga terjadi glukosuria dan poliuria (Ganong, 2002).

Diabetes tipe II  terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel

lemak dan otot tubuh menjadi kebal tehadap insulin, sehingga terjadilah gangguan

pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling

umum di jumpai, juga sering di sebut diabetes yang di mulai pada dewasa, dikenal

sebagai NIDDM (Non-insulin-dependent diabetes melitus). Jenis diabetes ini mewakili

sekitar 90 persen dari seluruh kasus diabetes (VitaHealt, 2005).

Page 2: Tinjauan Pustaka Dm

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep dasar penyakit diabetes mellitus serta rencana

asuhan keperawatan pada pasien dengan diabtetes mellitus tipe II

2. Tujuan Khusus

- Untuk mempelajari apa itu Diabetes Melitus tipe II

- Untuk mengetahui apa saja penyebab dari penyakit DM tipe II

- Untuk mengetahui dan memahami Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Melitus tipe II serta implementasi dan evaluasinya.

Page 3: Tinjauan Pustaka Dm

B A B I I

T I N J A U A N T E O R I

A. Definisi

Menurut Brunner dan Suddart tahun 1999, Diabetes Mellitus adalah suatu

penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai

karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang

tidak adekuat

Menurut WHO Diabetes Melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang

disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai

karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.

Menurut Corwin J. Elizabeth tahun 2000, Diabetes adalah kata yunani yang

berarti mengalirkan/mengalihkan (siphon). melitus adalah kata latin untuk madu, atau

gula. Diabetes melitus adalah penyakit dimana seorang mengeluarkan /mengalirkan

sejumlah besar urin yang terasa manis.

Menurut Depkes RI tahun 2005, Diabetes Melitus adalah suatu  kelainan

metabolisme kronis yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi

glukosa darah melebihi normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan

kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).

Jane Hokanson Hawks tahun 2005 Diabetes militus tipe 2, biasanya disebut

NIDDM, adalah kerusakan genetik dan faktor lingkungan. DM tipe 2 adalah tipe

paling umum dari diabetes militus yang meliputi  90% dari semua populasi diabetes.

Biasanya didiagnosa setelah umur 40 tahun dan umumnya menyerang orang dewasa,

orang yang gemuk dan pastinya populasi etnik dan ras.

B. Anatomi dan Fisiologi

Menurut Syaifuddin, (1997 : 84) dan Rumahorbo, H, (1999 : 14) pankreas

merupakan organ yang panjang dan ramping. Letaknya retroperitoneal pada abdomen

bagian kuadran kiri atas, dan terbentang secara horizontal dari cincin duodenum

sampai ke limpa pada vertebra lumbalis I dan II dibelakang lambung. Strukturnya

mirip dengan kelenjar ludah yang panjangnya kira-kira 10-20 cm, lebar 2,5-5 cm,

Page 4: Tinjauan Pustaka Dm

dengan berat rata-rata 60-90 gram, dan dibagi dalam 3 segmen utama yaitu kaput,

korpus dan kauda.

1. Kaput/kepala pankreas, merupakan bagian yang lebar dari pancreas, terletak

disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang

melingkarinya.

2. Korpus/badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini yang letaknya di

belakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.

3. Kauda/ekor pankreas, merupakan bagian yang runcing terletak disebelah kiri

yang sebenarnya menyentuh limpa.

C. Etiologi

Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu

terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya

Diabetes Melitus tipe II. Faktor-faktor lain adalah:

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).

2. Obesitas.

3. Riwayat keluarga.

4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

5. Gaya hidup.

D. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a.  Diabetes Mellitus type I, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang

dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada

pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan

hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus

(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi

dua yaitu Non obesitas dan obesitas.

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi

biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Page 5: Tinjauan Pustaka Dm

,kBiasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan

obesitas.

c. Diabetes Mellitus type lain

1.)  Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,

diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-

lain.

2.)  Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.)  Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama

kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan

meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin

(HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

E. Patofisiologi

1. Proses penyakit

Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan

reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan ini  akibat sekresi insulin berlebihan, dan kadar

glukosa akan di pertahankan  dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun

demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan

insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe

II (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

Page 6: Tinjauan Pustaka Dm

2. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, seperti lambat (tahunan)

intoleransi glukosa progresif, poliuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang

ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui

ginjal), polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria), keletihan,

luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vagina, keputihan akibat kelainan

ginekologis (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

3. Komplikasi

Page 7: Tinjauan Pustaka Dm

Komplikasi yang berkaitan ke dua tipe Diabetes Melitus diatas di golongkan,

antara lain:

a. Komplikasi Akut

Ketoasidosis Diabetik adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat defisiensi

insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih 300 mg/ dl).

Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk mengurangi kadar glukosa

darah dan memperbaiki asidosis berat, elektrolit, ketidakseimbangan cairan.

Adapun faktor pencetus Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik,

alkohol, gagal diet, kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress,

emosional, dan riwayat penyakit ginjal.

Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah insulin

yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk mempertahankan kadar

glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan

epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala dan palpitasi), juga akibat

kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang

tumpul dan koma).

b. Komplikasi jangka panjang

Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang

menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf

perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit.

Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa

aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena

insufisiensi insulin yang menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.

Gangguan–gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler,

hiperproteinemia dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya

makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika

yang terkena adalah arteri koronaria  dan aorta, maka dapat mengakibatkan

angina dan infark miokardium (Price, S. A. & Wilson L.M, 2006).

F. Penatalaksanaan Medis

Page 8: Tinjauan Pustaka Dm

Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu perencanaan makan,

latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.

1. Perencanaan makan (meal planning)

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah ditetapkan

bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa

karbohidrat (60-70%), protein (10-15%). Lemak (20-25%). Apabila diperlukan

santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang

baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan

pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai

berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari. Jumlah kandungan

serat  ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasai bila

terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang

sifatnya sesuai CRIEPE (continous, rhytmical, interval, progressive, endurance

training).     Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, renang,

bersepeda, dan mendayung.

3. Obat berkhasiat hipoglikemik

a. Sulfonilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang tersimpan,

menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai aklibat

rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat

badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

b. Biguanid

Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.

Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien

gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai obat tunggal.

c. Inhibitor α glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase

didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia pasca prandial.

d. Insulin sensitizing agent

Page 9: Tinjauan Pustaka Dm

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehinggga bisa mengatasi masalah

resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa mengakibatkan

hipoglikemia (Mansjoer, A, dkk, 2001).

G. Pemeriksaan Penunjang

Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa menurut WHO 1985

yaitu kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena > 200 mg/dl atau kadar gula darah

puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, atau kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam

sesudah beban glukosa 75 gram.

- Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140

mg per 100 ml pada kali pengukuran terpisah.

- Pemeriksaan glukosa dalam urine

- Pemeriksaan keton dalam urine

- Peningkatan hemoglobin terlokalisasi

- Uji toleransi glukosa yang melambat

H. Asuhan Keperawatan Teoretis

1. Pengkajian

Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul, tahun 2008, Pengkajian merupakan langkah

pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari

klien sehingga akan di ketahui berbagai permasalahan yang ada.

Pengkajian keperawatan Diabetes Melitus meliputi:

a. Aktifitas dan istirahat

Gejala: letih, lemah sulit berjalan / bergerak, tonus otot menurun, kram otot,

gangguan istirahat/ tidur.

Tanda: Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas,

letargi/ disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan

pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda: takikardi, perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi menurun/

tidak ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan: bola mata cekung.

c. Integritas Ego

Page 10: Tinjauan Pustaka Dm

Gejala: stress, tergantung pada orang lain.

Tanda: Ansietas.

d. Eliminasi

Gejala: Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru tau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda: urin encer, pucat, kuning: poliuri(dapat berkembang menjadi oliguria/

anuria jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen

keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare).

e. Makanan/ Cairan

Gejala: Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan

masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/

minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).

Tanda: kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen, muntah,

hipertiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau

halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).

f. Neurosensori

Gejala: Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,

gangguan penglihatan.

Tanda: disorientasi: mengantuk, letargi, stupor/ koma, gangguan memori (baru,

masa lalu),kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas kejang.

g. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).

Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

h. Pernafasan

Gejala: Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung

adanya infeksi/ tidak).

Tanda: batuk, dengan/ sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.

i. Keamanan

Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurun kekuatan umum/

rentang gerak, parastesia/ paralisis otot termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium

menurun dengan cukup tajam).

Page 11: Tinjauan Pustaka Dm

j. Seksualitas

Gejala: raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan

orgasme pada wanita.

k. Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan yang

lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid): dilantin dan fenobarbital

(dapat meningkatkan kadar glukosa darah), menggunakan obat diabetik.

Tanda: Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,

pemantauan glukosa darah.

l. Test Diagnostik

Beberapa tes yang di lakukan yaitru glokosa darah: meningkat 100-

200 mg/dl atau lebih, aseton plasma (keton): positif secara mencolok, asam

lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat, urin: gula dan aseton

positif: berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat, Tes Toleransi

Glukosa (TTG) memanjang (≥ 200mg/dl) untuk pasien yang kadar glukosa

meningkat dibawah kondisi stress, hemoglobin glikosilat diatas rentang

normal untuk mengukur presentase, glukosa yang melekat pada hemoglobin

rentang normal 6-7% (Doenges, M. E, et al, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis

mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2008).

Diagnosa keperawatan Diabetes Melitus meliputi :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

defisiensi insulin.

c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan

fungsi leukosit.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.

Page 12: Tinjauan Pustaka Dm

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,

perubahan kimia darah: insufisensi insulin.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progressif

yang tidak dapat diobati.

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat,

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi (Doenges,

M. E, et. Al, 2000).

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul, tahun 2008, Perencanakan

merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang di

butuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah

klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu

proses keperawatan.

Perencanaan keperawatan Diabetes Melitus meliputi:

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis

osmotik.

Tujuan: Volume cairan terpenuhi.

Kriteria hasil: Mempertahankan volume cairan yang adekuat dan

keseimbangan elektrolit, turgor kulit normal, hidrasi adekuat, TTV stabil,

pengisian kapiler baik.

Intervensi:

1) Pantau TTV

Rasional: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Perkiraan berat ringannya hipovolemia ketika tekanan darah sistolik pasien

turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring keposisi duduk/ berdiri.

2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi

yang adekuat.

3) Ukur masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.

Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairab pengganti, fungsi

ginjal, dan keeektifan dari terapi yang diberikan

Page 13: Tinjauan Pustaka Dm

Kolaborasi:

4) Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi.

Rasional: tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajad kekurangan

cairan dan respon pasien secara individual.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

defisiensi insulin.

Tujuan: Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil: BB ideal

Intervensi:

1) Timbang berat badan.

Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang adekuta (absorpsi dan

utilisasinya).

2) Tentukan program diet dan pola makan klien.

Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan

terapeutik.

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, kembung, mual,

muntahan makanan yang belum dicerna.

Rasional: hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung.

4) Berikan makanan yang mengandung nutrient dan elektrolit.

Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan

fungsi gasrtointestinal baik.

5) Identifikasi makanan yang di sukai/ tidak di sukai.

Rasional: jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

perencanaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

6) Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,

kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, peka rangsangan, cemas, sakit kepala.

Rasional: metabolisme karbihidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang,

dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi).

Page 14: Tinjauan Pustaka Dm

Kolaborasi:

7) Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah.

Rasional: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan

terapi insulin terkontriol.

8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.

Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuain diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa.

Tujuan: tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil: TTV dalam batas normal, tanda-tanda infeksi tidak ada, nilai

leukosit dalam batas normal (4000-10000/ mm3).

Intervensi:

1) Observasi tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, calor, tumor, fungsiolaesa).

Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.

2) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik

bagi pertumbuhan kuman.

Kolaborasi:

3) Observasi hasil laboratorium (leukosit).

Rasional: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan

terapi insulin terkontrol.

4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah terjadinya sepsis.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.

Tujuan: tidak terjadi perubahan sensori perseptual.

Kriteria hasil: mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali dan

mengkompensasi adanya kerusakkan sensori.

Page 15: Tinjauan Pustaka Dm

Intervensi:

1) Pantau dan tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu

yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai kebutuhannya.

Rasional: menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan

kontak dengan realitas.

3) Bantu pasien ambulasi dalam perubahan posisi.

Rasional: meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan

dipengaruhi.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,

perubahan kimia darah: insufisensi insulin.

Tujuan: tidak terjadi kelelahan akibat penurunan metabolik.

Kriteria hasil: Keluhan lelah tidak ada, dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Intervensi:

1) Observasi TTV.

Rasional: mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara

fisiologis.

2) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

dengan yang dapat ditoleransi.

Rasional: meningkatkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat

aktivitas yang dapat ditoleransi klien.

3) Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan

meskipun tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

4) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa

diganggu.

Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan.

Page 16: Tinjauan Pustaka Dm

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progressif

yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan: tidak terjadi ketidakberdayaan.

Kriteria hasil: mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat

untuk menghadapi perasaaan, membantu dalam merencanakan perawatan sendiri

dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi:

1) Anjurkan pasien/ keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang

perawatan dirumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional: mengidentifikasi area perhatiannya dan mudahkan cara pemecahan

masalah.

2) Berikan kesempatan pada kelurga untuk mengekspresikan perhatiannya.

Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan

keluarga untuk memecahkan masalah.

3) Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.

Rasional: mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian

dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.

4) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri

sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usahat yang dilakukan.

Rasional: meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis, dan

kenutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat,

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan: Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.

Kriteria hasil: klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, klien

melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi:

1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian,

dan selalu ada untuk pasien.

Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien

bersidia mengambil bagian dalam proses belajar.

2) Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.

Page 17: Tinjauan Pustaka Dm

Rasional: partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusia dan kerja sama

pasien dengan prinsip-prinsip yang depalajari.

3) Pilih strategi belajar.

Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi

meningkatkan penyerapan pada individu yang belajar (Doengos, M. E, et. Al,

2000).

4. Pelaksanaan Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan

melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini, perawat harus

mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada

klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang

hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam

pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri

dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam

menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini

terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi sesama

proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,

dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut

sebagai evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif .

Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan

intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi

dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan

yang direncanakan pada tahap perencanaan (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008).

Page 18: Tinjauan Pustaka Dm

Adapun evaluasi akhir yang diharapkan antara lain:

a. Volume cairan teratasi.

b. Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat..

c. Tidak terjadi infeksi.

d. Tidak terjadi perubahan sensori perseptual.

e. Tidak terjadi kelelahan akibat penurunan metabolik.

f. Tidak terjadi ketidakberdayaan.

g. Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.

Page 19: Tinjauan Pustaka Dm

B A B I I I

T I N J A U A N K A S U S

Ruangan : St. Paula Tgl Pengkajian : 29/05-2013

Kamar : VI bed 1 Waktu Pengkajian : 13.00

Tgl. Masuk RS : Minggu 26/05-2013 Auto Anamnese/Allo Anamnese :

I. IDENTIFIKASI

A. KLIEN

Nama Initial : Ny. J.S

Tempat/tgl. Lahir (umur) : Sonder, 01 juli 1944 ( 68 thn )

Jenis kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Janda

Jumlah Anak : 3 Anak

Agama/Suku : Kristen Protestan/Minahasa

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Sonder, Kolongan Atas

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. TW

Alamat : Sonder, Kolongan Atas

Hubungan dengan klien : Anak

II. DATA MEDIK

A. Dikirim oleh : UGD

B. Diagnosa Medik : Gastropati DM

Saat masuk : Gastropati

Saat pengkajian : Diabetes Melitus, kurangnya natrium Kalium

Page 20: Tinjauan Pustaka Dm

III. KEADAAN UMUM

A. KEADAAN SAKIT: Klien tampak sakit sedang

Alasan : Baring lemah

Punggunaan alat medik: Infus NaCl 0,9 % 22 tts/ m

B. KELUHAN UTAMA: Nyeri uluh hati

C. RIWAYAT KELUHAN UTAMA:

P : nyeri ulu hati

Q : tertusuk-tusuk

R : epigastria

S : 4-6

T : setiap 1 jam

Kesimpulan : Klien mengeluh nyeri ulu hati seperti tertusuk-tusuk (skala 4-6)

di bagian epigastrica dan menyebar ke kuadran kiri abdomen bagian bawah

sampai ke pinggang

D. KELUHAN YANG MENYERTAI : Mual dan muntah

E. TANDA-TANDA VITAL1. Kesadaran

Kualitatif : Compos mentis Kuantitaf :

Skala Coma Glasgow : - Respon Motorik : 6- Respon Bicara : 5- Respon Membuka Mata : 4 +

Jumlah : 15 Kesimpulan : Pasien dalam keadaan sadar penuh

Flapping Tremor/ asterixis : Negatif

2. Tekanan darah : 140/90 mmHgMAP: : Sistole + 2(diastole) = 130 + 2(90) = 103,3mmHg

3 3Kesimpulan : tidak ada gangguan perfusi jaringan

3. Suhu : 360C (Axilla)

4. Nadi : 68 x/ m

5. Pernapasan: Frekuensi 20x/ m

F. PENGUKURAN

Page 21: Tinjauan Pustaka Dm

1. Lingkar Lengan Atas : 26 Cm

2. Tinggi Badan: 150 cm

3. Berat badan: 42 kg

4. Indeks Masa Tubuh (IMT): BB

(TB m) 2 = 40

(150 )2 = 40

(1.5 )2 = 40

2.25 = 17.7

Kesimpulan: BB Kurang dari normal (kurus)

G. GENOGRAM

Ket: : Wanita

: Pasien

: Pria

: Meninggal

: Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN

Riwayat penyakit yang pernah dialami:

Catatan:

kadar gula pasien tertinggi >400, sampai

saat ini pasien patuh pada diet yang

tentukan oleh dokter di Sonder, rajin

kontrol dokter, sering terbangun kencing

malam 6-7 kali, sering terasa lapar, haus

dan banyak minum.

Kencing manis 3 tahun lalu

Page 22: Tinjauan Pustaka Dm

Catatan:

Klien sering nyeri uluh hati dan nyeri

perut di kuadran kiri bawah.

Catatan:

Klien pernah melakukan operasi katarak.

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan bila sakit seperti nyeri ulu

hati, klien langsung memeriksakan diri ke dokter praktek terdekat di

Sonder. Klien mengatakan sudah berobat ke dokter terdekat di Sonder

untuk cek gula darah, klien pernah jatuh dan mengakibatkan nyeri

pinggang bagian belakang.

b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan penyebab sakitnya sekarang

adalah gula darah. Klien berharap selama di rawat akan mendapat

pelayanan dan pengobatan yang baik dan teratur sehingga klien bisa pulang

dan beraktivitas kembali di rumah.

2. Data Obyektif

Observasi:

Kebersihan rambut : rambut tampak bersih, beruban, dan sedikit

berminyak

Kulit kepala : bersih

Kebersihan kulit : bersih

Kebersihan rongga mulut : kotor

B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan pola makannya 3X/hari, jenis:

nasi, ikan, dan sayuran. Klien mengatakan menyukai makanan pedas.

Nafsu makan klien baik, porsi makan dihabiskan. Minum: 1 hari ±2000 cc

jenis: air putih.

Gastritis 3 bulan lalu

Katarak 2 tahun lalu

Page 23: Tinjauan Pustaka Dm

b. Keadaan sejak sakit: pola makan 3X/hari, jenis: bubur, ikan, sayur , dan

buah, porsi makan tidak dihabiskan hanya ±1/4 porsi. Minum: 1 hari ± 750

cc jenis: air putih, klien tidak ada nafsu makan sejak masuk RS. Klien

mengatakan masih mual dan muntah (± 250cc) sehabis makan.

2. Data Obyektif

a. Observasi:

Intake: Makan ±1/4 porsi dihabiskan setiap 8 jam, Minum 1 hari

±750cc

Output: Muntah ±250cc

b. Pemeriksaan fisik

Keadaan rambut: rambut tampak bersih, beruban, dan sedikit berminyak

Hidrasi kulit: lambat, tidak normal ( >3 dtk), tidak ada edema

Palpebrae: terang sesuai kulit dan tidak tampak edema

Konjungtiva: Anemis

Sklera : ikteric

Hidung : bersih, tidak sekret

Rongga mulut: kotor . Gusi: putih , bibir dan mukosa mulut kering

Gigi: kuning dan terdapat caries, klien tidak menggunakan gigi palsu

Masih mampu mengunyah yang keras (baik)

Lidah: lembab ukuran simetris

Pharing: tidak ada kelainan

Tonsil: tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening leher: tidak ada edema

Kelenjar parotis: tidak ada edema

Kelenjar tyroid: tidak ada edema

Abdomen

Inspeksi :

Bentuk: Abdomen tampak datar , lemas dengan bentuk simetris

Bayangan vena: tidak kelihatan

Benjolan vena: tidak kelihatan

Auskultasi : peristaltik 22x/menit

Palpasi :

Page 24: Tinjauan Pustaka Dm

Tanda nyeri umum: Ada nyeri tekan di uluh hati

Massa:

Hidrasi kulit: lambat, tidak normal

Nyeri tekan terdapat di R. Epigastrica

Hepar: normal (tidak ada nyeri atau hepatoma)

Lien: normal (tidak ada nyeri atau edema)

Perkusi: sonor

Asites: Negatif

Kelenjar limfe inguinal:

Kulit

Spider naevi: negatif

Uremic frost: negatif

Edema: negatif

Icteric: negatif

Tanda radang : tidak ada luka

Lesi: tidak ada

c. Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium

30/05/2013

Test Hasil test Satuan Nilai

Natrium 122 mmol/l 136-140

Kalium 3,2 mmol/l 3,5-4,5

Chlorida 78 mmol/l 97-115

Test Test Data Unit Refrence desc

LDL 132 mg/dl 0-130 high

Glukosa(GLUK) 267 mg/dl 80-100 high

(CHOL) 270 mg/dl 0-200 high

Triglyceride(TG) 389 mg/dl 0-150 high

HDL_CHOLES 38 mg/dl 35-70 high

UREA (UV) 69 lmg/dl 10-50 high

CREATININE 2,3 mg/dl 0,7-1,45 high

Page 25: Tinjauan Pustaka Dm

URIC_ACID (UA) 4,9 mg/dl 2,4-5,7 normal

d. Terapi: terpasang infus NaCl 0,9%, 22 tts/menit

C. KAJIAN POLA ELIMINASI

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan BAB 2x sehari, bentuk

lembek, dan masih mampu mengontrol rasa BAB. Klien mengatakan

BAK 6-7x dalam sehari dan mampu mengontrol rasa BAK-nya

b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan tidak BAB sejak masuk

Rumah Sakit sampai sekarang (Rabu 29/05) dan sering BAK 6-7x

dalam semalam (poliuria)

2. Data Obyektif:

a. Observasi:

Urine: tak berwarna dan bau cenderung manis (BAK ± 1750cc) dan

klien tidak menggunakan kateter

b. Pemeriksaan fisik

Peristaltik usus: 22x /menit

Palpasi suprapubica: kandung kemih penuh

Nyeri ketuk ginjal: kiri (positif)

Mulut urethra: normal

Anus:

- Peradangan: negatif

- Fissura: negatif

- Hemoroid: negatif

- Prolapsus rectil: negatif

- Fistula ani: negatif

- Masa tumor: negatif

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

Page 26: Tinjauan Pustaka Dm

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan kegiatan sehari-hari adalah

mengurus rumah tangga, sering menyapu di rumah dan pergi ke kebun

untuk mencangkul. Klien juga tidak pernah berolahraga.

b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan tidak bisa beraktivitas dengan

baik karena sedang sakit. Klien mengatakan susah beraktivitas karena sakit

pinggang bagian belakang dan kaki kanan. Aktivitas klien dibantu oleh

perawat dan keluarga.

2. Data Obyektif

a. Observasi

Aktivitas harian:

o Makan : bantuan keluarga

o Mandi: bantuan perawat dan keluarga

o Berpakaian : bantuan keluarga

o Kerapian: bantuan keluarga

o BAB: -

o BAK : bantuan orang dan alat

o Mobilisasi di tempat tidur: bantuan orang

o Ambulasi: kursi roda

Postur tubuh : Membungkuk dan tampak kurus

Gaya jalan: membungkuk

Fiksasi : infus tangan sebelah kanan

Tracheostomie: -

b. Pemeriksaan fisik

JVP 3 CmH2O.

Kesimpulan: normal

Perfusi pembuluh perifer kuku: lambat

Thorax dan pernapasan

o Inspeksi : Bentuk thorax: Simetris

Stridor: negatif

Dyspnea d’Effort: negatif

Sianosis : negatif

Page 27: Tinjauan Pustaka Dm

o Palpasi: Vocal Vremitus: negatif

o Perkusi : sonor

- Batas paru hepar: ICS 6-7 kanan, bunyi sonor-redup

- Kesimpulan: normal

o Auskultasi

- Suara nafas: normal

- Suara ucapan: normal

- Suara tambahan: normal.( tidak ada wheezing dan

crackles)

Jantung

o Inspeksi:

- Ictus cordis: ICS 5 , tidak terlihat

- Klien tidak menggunakan alat pacu jantung

o Palpasi:

- Ictus cordis: tidak teraba

- Thrill: negatif

o Perkusi:

- Batas atas jantung: normal ( sonor-redup)

- Batas kanan jantung: normal (sonor-redup)

- Batas kiri jantung: normal ( sonor-redup)

o Auskultasi:

- Bunyi jantung II A: Dub (batas kanan sternum ICS 2)

- Bunyi jantung II P: Dub ( batas kiri sternum ICS 2)

- Bunyi jantung I T: Lub ( batas kiri sternum ICS 3)

- Bunyi jantung I M: Lub(di atas apeks ICS 5, garis

midclavikula.

- Bunyi jantung III Irama Galop: negatif

- Murmur: negatif

- HR: 68x/menit

Lengan dan Tungkai

o Atrofi otot: negatif

o Rentang gerak

Mati sendi: negatif

Page 28: Tinjauan Pustaka Dm

Kaku sendi:negatif

o Uji kekuatan otot : kiri 4 5

kanan 3 5

o Reflekx Fisiologik: positif

o Reflekx patologik:

- Babinski: Kiri: negatif

Kanan: negatif

o Clubbing jari-jari: negatif

o Varises tungkai: negatif

Columna Vertebralis

o Inspeksi: kelainan bentuk : kifosis

o Palpasi: nyeri tekan positif

o N III-IV-VI: normal

o N VIII Romberg test: negatif

o N XI: negatif

o Kaku kuduk: negatif

E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: Klien tidur 8-9 jam/hari, merasa segar saat

bangun tidur.

b. Keadaan sejak sakit: Klien susah tidur, butuh obat pengantar tidur,

sering terbangun untuk berkemih. Tidur ±3 jam dalam malam hari.

2. Data Obyektif

a. Observasi

Expresi wajah mengantuk : negatif

Banyak menguap : negatif

Palpebrae inferior berwarna gelap : negatif

Page 29: Tinjauan Pustaka Dm

F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: keluarga klissen mengatakan klien mengalami

kesulitan untuk mempelajari sesuatu, daya ingat klien menurun. Bila klien

mengeluh sakit seperti nyeri pinggang, keluarga klien langsung membawa

klien ke dokter praktek terdekat di sonder.

b. Keadaan sejak sakit : klien dan keluarga klien lebih memahami tentang penyakit yang di derita klien serta mulai mengerti prosedur pengobatannya.

2. Data Obyektif

a. Observasi

klien masih mampu berbicara dengan lancar dengan respon verbal.

b. Pemeriksaan Fisik

Penglihatan

o Cornea: normal

o Pupil: normal

o Lensa mata: positif

o Tekanan intra ocuyler: normal

Pendengarano Pina : tidak ada benjolan

o Membrane timpani: normal

o Tes Pendengaran: normal

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan klien mengetahui tentang

dirinya dan keluarganya sekarang, klien sangat semangat dalam menjalani

kehidupannya di lingkungan keluarga dan masyarakat.

b. Keadaan sejak sakit:klien mengatakan sempat putus asa sejak mengetahui

dirinya terkena penyakit tersebut dan harus di rawat inap.

2. Data Obyektif

a. Observasi

Kontak mata : baik

Page 30: Tinjauan Pustaka Dm

Rentang perhatian : baik

Suara dan cara bicara : suara terdengar lemah, bicara pelan

Postur tubuh : membungkuk dan tampak kurus

b. Pemeriksaan Fisik

Abdomen: Bentuk: Lemas

Kulit: Lesi kulit: tidak ada

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan banyak bersosialisasi dengan

masyarakat dan akrab dengan keluarganya.

b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan mampu menyesuaikan diri dan

bersosialisasi dengan keluarga dan sesama di Rumah Sakit.

2. Data Obyektif

a. Observasi: klien tampak bisa menerima sesama di sekitarnya dan menjalin

hubungan baik dengan sesamanya.

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS

1. Data Subjektif

a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan terakhir mendapatkan menstruasi

pada umur 51 tahun.

b. Keadaan sejak sakit: Klien mengatakan sudah tidak lagi berhubungan intim

dengan suaminya karena suaminya telah meninggal sebelum klien sakit dan

masuk rumah sakit.

2. Data Obyektif

Observasi: klien menolak untuk di observasi dengan alasan malu.

J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan klien dapat mengontrol dirinya,

keluarga yang membantunya dalam mengatasi masalah.

b. Keadaan sejak sakit: klien mengatakan klien mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan yang baru dan suasana baru di Rumah Sakit.

Page 31: Tinjauan Pustaka Dm

2. Data Obyektif

a. Observasi: ekspresi wajah tegang, sering menarik nafas dalam.

b. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah: 130/90 mmHg

Kesimpulan Hipotensi Ortostatik: Negatif

HR: 68x/menit

Kulit: Keringat dingin : negative

K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

a. Data Subyektif

a. Keadaan Sebelum Sakit:

Klien mengatakan tujuan hidupnya untuk bekerja dan tak ingin tergantung

pada anak-anak serta ingin berusaha melakukan hal-hal yang masih dapat

dilakukan atau masih aktif bukan pasif.

b. Keadaan Sejak Sakit:

Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat melakukan aktifitasnya

sehari hari d rumah.

c. Data Obyektif

a. Observasi

Klien sering melakukan ibadah dengan menggunakan media alkitab.

Nama dan Tanda tangan mengkaji

(_________________________)

Page 32: Tinjauan Pustaka Dm

Terapi Medik

Gliquidone 30 mg

Indikasi : untuk pengobatan diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin

(NIDDM) atau diabtes mellitus tipe II dan tidak terkontrol dengan diet.

Kontraindikasi:

- Diabetes tergantung insulin (DM tipe 1)

- Koma, prekoma diabetes dan ketidakseimbangan metabolik yang

ekstrim dengan tendensi ke keadaan asidosis.

- Jangan digunakan pada pasien diabetes yang terkomplikasi dengan

asidosis atau ketosis maupun pada kondisi stress of surgery atau infeksi

akut.

- Tidak boleh digunakan pada masa kehamilan atau masa menyusui, pada

pasien dengan gagal fungsi hati atau ginjal yang berat dan porfiria.

Patral

Indikasi: untuk pengobatan jangka pendek pada nyeri akut.

Kontraindikasi:

- Hipersensitifitas terhadap tramadol, paracetamol atau terhadap salah

satu eksipien dari produk obat, intoksikasi akut dengan alkohol, obat

hipnotik, analgesik yang bekerja di SSP, apioid atau obat-obatan

psikotropika. Patral tidak boleh di berikan pada pasien yang menerima

inhibitor monoamina oksidase atau dalam waktu 2 minggu withdrawal.

- Gangguan hepatic berat.

- Epilepsy yang tidak dikontrol oleh pengobatan.

Lansoprazole

Indikasi: Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodemun, Benign ulkus

gaster, dan refluks esofagitis.

Kontraindikasi: penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

Alprazolam

Indikasi: Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan

ansietas yang berhubungan dengan depresi.

Kontraindikasi:

Page 33: Tinjauan Pustaka Dm

- Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepine.

- Glaukoma sudut sempit akut.

- Miastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi

psikosis kronik, anak dan bayi prematur.

KSR Potassium Chloride

Indikasi: untuk mencegah hipokalemia

Kontraindikasi:

Page 34: Tinjauan Pustaka Dm

Patofisiologi

Pola makan dan diet tidak teratur, gaya hidup, usia

Sel beta pancreas rusak/terganggu

Produksi insulin menurun

Kekurangan kalori

dalam tubuh

Kelemahan otot

Gangguan mobilitas

fisik

Diabetes melitus

Gangguan metabolisme

karbohidrat lemak dan

protein

Gangguan pemasukan

glukosa dalam sel

Glukosa akan tetap di pembuluh darah

Hiperglikemia

Peningkatan osmolaritas cairan eksternal

Osmotik diuresis

Defisit cairan intraseluler

Kurangnya volume cairan dan elektrolit

dalam tubuh

Iritasi sel epitel kolumner gaster

Produksi mucus lambung

Respon lambung vasodilatasi mukosa

Produksi HCL

NyeriMual muntah, dan anoreksia

Kekurangan nutrisi

Page 35: Tinjauan Pustaka Dm

KLASIFIKASI DATA

No Data Subyektif Data Obyektif

1

2

3

4

Klien mengatakan nyeri ulu hati, seperti

di tusuk-tusuk, setiap 1 jam.

Klien mengatakan tidak BAB sejak

masuk Rumah Sakit sampai sekarang

(Rabu 29/05) dan sering BAK 6-7x

dalam semalam (poliuria).

Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

dan porsi makan tidak dihabiskan

Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas

dengan baik karena kondisinya yang

sakit. (sakit pinggang belakang dan kaki

kanan)

- Klien tampak meringis.

- Skala nyeri 4-6.

-Mukosa mulut kering

-Bibir kering

-Muntah : 250 cc/hr

-Minum 1 hari ±1750cc

-BAK : 750 cc/hr

-Natrium 122

-Kalium 3,2

--Intake: Makan ±1/4 porsi

dihabiskan setiap 8 jam,

- Output: Muntah ±250cc

-GDS 247

-Glukosa 267

- BB= 40 kg

- Klien tampak sakit sedang

- Makan : bantuan keluarga

- Mandi: bantuan perawat

dan keluarga

- Berpakaian : bantuan

keluarga

- Kerapian: bantuan keluarga

- BAB: -

- BAK : bantuan orang dan

Page 36: Tinjauan Pustaka Dm

alat

- Mobilisasi di tempat tidur:

bantuan orang.

ANALISA DATA

N

oData Etiologi Masalah

1. DS : Klien mengtakan nyeri

ulu hati, seperti di tusuk-tusuk,

setiap 1 jam.

DO :

- Klien tampak meringis.

- Skala nyeri 4-6

makan tidak teratur dan tidak dihabiskan

iritasi sel epitel kolumner gaster

produsksi mucus berkurang

respon lambung vasodialtasi

mukosa

produksi HCL meningkat

Nyeri b/d

peningkatan asam

lambung

Page 37: Tinjauan Pustaka Dm

2.

DS: Klien mengatakan tidak

BAB sejak masuk Rumah

Sakit sampai sekarang (Rabu

29/05) dan sering BAK 6-7x

dalam semalam (poliuria).

DO:

-GDS 247

-Glukosa 267

-Mukosa mulut kering

-Bibir kering

-Muntah : 250 cc/hr

-BAK : 17500 cc/hr

-Natrium 122

-Kalium 3,2

Nyeri

Hiperglikemia

Peningkatan osmolaritas

curah eksternal

Osmotik diuresis

Defisit cairan intraseluler

Kurangnya volume cairan

Kekurangan

volume cairan dan

elektrolit b/d defisit

cairan intraseluler

3. DS :

- Klien mengatakan tidak ada

nafsu makan.

DO :

- Intake: Makan ±1/4 porsi

dihabiskan setiap 8 jam,

Minum 1 hari ±1750cc

- Output: Muntah ±250cc

Pola makan tdk teratur

iritasi sel epitel kolumner gaster

produsksi mucus berkurang

respon lambung vasodialtasi

mukosa

produksi HCL meningkat

mual muntah, anoreksia

Kekurangan nutrisi

b/d mual muntah

dan anoreksia

Page 38: Tinjauan Pustaka Dm

4.

DS :

- Klien mengatakan tidak

bisa beraktivitas dengan

baik karena sedang sakit.

- Klien mengatakan susah

beraktivitas karena sakit

pinggang bagian

belakang dan kaki kanan.

DO :

- ADL di bantu

- Klien tampak sakit

sedang

kekurangan nutrisi

Defisiensi insulin

Gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan

protein

Kekurangan kalori dalam

tubuh

Kelemahan otot

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan

mobilitas fisik b/d

kelemahan otot.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d peningkatan asam lambung

2. Kekurangan volume cairan b/d defisit cairan intra seluluer.

3. Kekurangan nurtisi b/d mual muntah dan anoreksia

4. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.

Page 39: Tinjauan Pustaka Dm

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny J.S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS TIPE II

DI RUANGAN St. PAULA RS GUNUNG MARIA TOMOHON

\

TglDiagnosa

Keperawatan

Perencanaan KeperawatanImplementasi

KeperawatanEvaluasi KeperawatanTujuan/Kriteria

HasilIntervensi Rasional

29 mei

2013

Nyeri b/d

peningkatan asam

lambung.

Di tandai dengan:

DS :

Klien mengatakan

uyeri uluh hati

sampai ke kuadran

kiri abdomen bagian

bawah hingga ke

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 2 jam, di

harapkan nyeri

teratasi, dengan

kriteria:

- Skala nyeri 0

- Klien tidak

meringis lagi

1. Terapkan teknik

distraksi

2.Berikan posisi

nyaman pada klien

1.Dengan teknik

distraksi konsentrasi

klien tidak fokus

kepada nyeri yang ia

rasakan.

2.Dengan posisi yang

nyaman, bisa

mengurangi nyeri

Jam 16.00

1..Menerapakan teknik

distraksi, dengan cara

Mengalihkan

perhatian klien dengan

mengajak bercerita

lucu.

2.Memberikan posisi

yang nyaman pada

klien.

29/05-2013Jam 18.00S : klien mengatakan

nyeri telah

berkurang

O : Skala nyeri 1-3

A : Masalah nyeri

belum teratasi

P : intervensi

dilanjutkan:

- Terapkan teknik

39

Page 40: Tinjauan Pustaka Dm

30

Mei

2013

pinggang.

- Klien

mengatakan nyeri

seperti di tusuk-

tusuk setiap 1

jam.

DO :

- Klien tampak

meringis.

- Skala nyeri 4-6

Kekurangan volume

cairan dan elektrolit

b/d defisit cairan

intra seluluer yang di

tandai dengan:

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan

kebutuhan cairan

terpenuhi,

Kolaborasi dengan

dokter

1. Kaji pola

minum klien.

2. Anjurkan

klien untuk

banyak minum

- Pemberian

analgesik dapat

menghilangkan

nyeri.

1. Mengetahui

tingkat hidrasi

2. agar tidak

terjadi

dehidrasi

Pemberian obat

analgesik:

patral 2x1 dan obat

penenang

alprazolam 1 tablet(

malam)

Jam 09.30

1. Mengkaji pola

minum klien.

2. Menganjurkan klien

untuk banyak minum

1500-2000 cc/hr

distraksi

- berikan posisi nyaman

pada klien

Kolaborasi dengan

dokter.

1/6 2013

Jam 16.00

S : Klien mengatakan

muntah telah

berkurang.

O : mukosa mulut

40

Page 41: Tinjauan Pustaka Dm

DS:

- klien mengatakan

muntah 5 kali dan

yang dimuntahkan

adalah air

- klien mengatakan

BAK 6-7 pada

malam hari

DO:

- Mukosa mulut

kering

- Bibir kering

- Muntah : 250 cc/hr

- BAK : 1750 cc/hr

dengan kriteria:

- Pasien tidak

lagi muntah

- Pola BAK

kembali

teratur

- Mukosa bibir

dan mulut

lembab

1500-2000

cc/hr

3. Pantau

masukan dan

pengeluaran

cairan

3. kekurangan

cairan dan

elektrolit

mengubah

motilitas

lambung

3. Memantau

pengeluaran cairan

pada klien.

Urine=1750 cc

muntah = 250 cc

masih kering.

A : masalah

kekurangan

volume cairan

belum teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan:

1. Kaji pola

minum klien.

2. Anjurkan klien

untuk banyak

minum 1500-

2000 cc/hr

3. Pantau masukan

dan pengeluaran

cairan

41

Page 42: Tinjauan Pustaka Dm

30

Mei

2013

Kekurangan nutrisi

b/d mual muntah,

anoreksia, yang

ditandai dengan:

DS :

- Klien mengatakan

tidak ada nafsu

makan.

DO :

- Intake: Makan

±1/4 porsi

dihabiskan setiap 8

jam, Minum 1 hari

±1750cc

- Output: Muntah

±250cc

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 2x 24 jam

diharapkan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi,

dengan kriteria:

-Porsi makan

dihabiskan.

-Klien tidak

muntah.

-BB meningkat

1. beri makanan

dalam porsi kecil dan

frekuensi sering

2. ukur tinggi dan BB

klien

3. Jelaskan pada klien

dan keluarga tentang

manfaat

makanan/nutrisi

Kolaborasi dengan

dokter dan tim gizi:

1. untuk menghindari

mual muntah.

2. untuk mengetahui

BB ideal klien

3. dengan

pengetahuan yang

baik tentang nutrisi

akan memotivasi

klien dan keluarga

untuk meningkatkan

pemenuhan nutrisi

Jam 14.00

1. memberi makanan

dalam porsi kecil dan

frekuensi sering

2. mengukur tinggi

dan BB klien

TB : 150

BB : 40 kg

3. menjelaskan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat

makanan/nutrisi

Kolaborasi dengan

1/6-2013

S: Klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat

O: Porsi makan menigkat jadi ½ porsi

A: masalah kekurangan nutrisi belum teratasi

P: 1. beri makanan

dalam porsi kecil dan

frekuensi sering

2. ukur tinggi dan BB

klien

42

Page 43: Tinjauan Pustaka Dm

BB : 40 kg dokter tentang terapi:

Gliquidone 30 mg 2x

1 tablet

Lonsoprazole 30 mg

2x 1 tablet

Kolaborasi dengan tim

gisi dengan pemberian

makanan DM

1750kalori

3. Jelaskan pada klien

dan keluarga tentang

manfaat

makanan/nutrisi

Kolaborasi dengan

dokter dan tim gizi:

43

Page 44: Tinjauan Pustaka Dm

31

Mei

2013

Gangguan mobilitas

fisik b/d kelemahan

otot, yang ditandai

dengan:

DS :

- Klien mengatakan

badannya terasa

lemah

DO :

- ADL di bantu

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam,

diharapkan klien

bisa beraktivitas

secara mandiri,

dengan kriteria:

_ Badan tidak

terasa lemah

- ADL sudah

tidak dibantu

1. Kaji aktvitas klien

2. Anjurkan klien

untuk meminta

bantuan pada

keluarga atau

perawat jika akan

melakukan

aktivitas di luar

tempat tidur

3.Berikan bantuan

pada klien sesuai

kebutuhan dan

memotivasi klien

untuk melakukan

1. Mencegah

kelelahan yang

berlebihan

2. Mencegah

terjadinya injuri

3. Memberikan

kesempatan pada

klien untuk dapat

beraktivitas dengan

Jam 09.00

1. Mengkaji aktivitas

klien. Mobilisasi

terbatas,

ADL semua dibantu

2. Menganjurkan klien

untuk meminta

bantuan perawat

atau keluarga jika

melakukan aktivitas

yang tidak dapat

dilakukan sendiri

3. Membantu klien

dalam pemenuhan

ADL dan

memberikan

1 /6-2013

Jam 08.30

S: klien mengatakan

badan masih terasa

lemah, dan

melakukan aktifitas

dengan bantuan

keluarga dan

perawat.

O: ADL masih dibantu

A: masalah gangguan

mobilitas fisik

belum teratasi

P : 1. Kaji aktvitas klien

44

Page 45: Tinjauan Pustaka Dm

aktivitas secara

bertahap.

Kolaborasi:

Tatalaksana

pemberian obat

Alprazolam

bantuan kemudian

dilakukan sendiri

motivasi untuk

melakukan aktivitas

secara perlahan

apabila klien sudah

mampu melakukan

secara mandiri.

2. Anjurkan klien

untuk meminta

bantuan pada

keluarga atau

perawat jika akan

melakukan aktivitas

di luar tempat tidur

3.Berikan bantuan pada

klien sesuai

kebutuhan dan

memotivasi klien

untuk melakukan

aktivitas secara

bertahap.

45

Page 46: Tinjauan Pustaka Dm

Kolaborasi:

Tatalaksana pemberian

obat Alprazolam

46

Page 47: Tinjauan Pustaka Dm

CATATAN PERKEMBANGAN

No.Hari/Tgl

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

1. Kamis,

30-5-

2013

Nyeri b/d peningkatan asam

lambung ditandai dengan.

DS:

klien mengatakan nyeri telah

berkurang

DO:

Skala nyeri 1-3

08.00 1..Menerapakan teknik distraksi, dengan

cara mengalihkan perhatian klien dengan

mengajak bercerita lucu.

2.Memberikan posisi yang nyaman

pada klien.

3.Pemberian obat analgesik:

patral 2x1 dan obat penenang alprazolam

1 tablet( malam)

Jam 10.00

S: Klien mengatakan nyeri telah

hilang

O : Skala nyeri 0

A : Masalah nyeri teratasi

P : -

2 Sabtu,

1-06-

2013

Kekurangan volume cairan dan

elektrolit b/d defisit cairan intra

seluluer ditandai

18.00 1. Mengkaji pola minum klien.

2.Menganjurkan klien untuk banyak

minum 1500-2000 cc/hr

3/06/2013 jam 08.00

S : Klien mengatakan sudah

tidak muntah lagi.

O : Mukosa mulut lembab

A: masalah kekurangan volume

47

Page 48: Tinjauan Pustaka Dm

No.Hari/Tgl

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

3.Memantau pengeluaran cairan pada

klien. Urine = 1000. Muntah = -

cairan teratasi

3 Sabtu,

1-06-

2013

Kekurangan nutrisi b/d mual

muntah, anoreksia, yang ditandai

dengan:

DS:

S: Klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat

O: Porsi makan menigkat jadi ½ porsi .

17.00 Jam 14.00

1. memberi makanan dalam porsi kecil

dan frekuensi sering

2. mengukur tinggi dan BB klien

TB : 150

BB : 40 kg

3. menjelaskan pada klien dan keluarga

tentang manfaat makanan/nutrisi

Kolaborasi dengan dokter tentang terapi:

Gliquidone 30 mg 2x 1 tablet

Lonsoprazole 30 mg 2x 1 tablet

Kolaborasi dengan tim gisi dengan

pemberian makanan DM 1750kalori

3/6-2013

S: Klien mengatakan nafsu makan meningkat

O: Porsi makan menigkat jadi 1 porsi

A: masalah kekurangan nutrisi teratasi

P: -

48

Page 49: Tinjauan Pustaka Dm

No.Hari/Tgl

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

4 Senin,

3-06-

2013

Gangguan mobitilasi fisik b/d

kelemahan otot.

DS: klien mengatakan badan

masih terasa lemah, dan

melakukan aktifitas dengan

bantuan keluarga dan

perawat.

O: ADL masih dibantu

08.00 1. Mengkaji aktivitas klien.

Mobilisasi terbatas,

ADL semua dibantu

2. Menganjurkan klien untuk

meminta bantuan perawat atau

keluarga jika melakukan aktivitas

yang tidak dapat dilakukan sendiri

3. Membantu klien dalam pemenuhan

ADL dan memberikan motivasi

untuk melakukan aktivitas secara

perlahan apabila klien sudah

mampu melakukan secara mandiri.

Jam 18.00

S : Klien mengatakan dapat

melakukan aktifitas secara

mandiri.

O : ADL tidak dibantu, badan

sudah tidak lemas.

A : Masalah teratasi

P : -

49

Page 50: Tinjauan Pustaka Dm

B A B I V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan landasan teoretis serta tinjauan kasus, asuhan keperawatan pada

pasien Ny. J.S dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus, kami dapat

menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan dalam hal persamaan dan perbedaan

antara proses keperawatan secara teoretis dan proses keperawatan kasus di ruangan

St.Paula pada Ny. J.S dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus. Adapun

kesenjangan yang kami temui antara lain sebagai berikut.

Pola pengkajian menurut Hidayat, A. Alimul, tahun 2008 sedangkan pada

kasus Ny.J.S yang digunakan adalah pola pengkajian 11 Gordon.

Pada diagnosa teoretis, terdapat 7 (tujuh) diagnosa keperawatan yang

mencakup masalah keperawatan antara lain kekurangan volume cairan, perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko terhadp infeksi, resik tinggi terhadap

perubahan sensori perceptual, kelelahan, ketidakberdayaan, dan kurangnya

pengetahuan. Sedangkan pada kasus ini kami hanya menemukan 4 (empat) diagnosa

keperawatan pada Ny. J.S. dengan masalah keperawatannya yaitu nyeri, kekurangan

volume cairan, kekurangan nutrisi, dan gangguan mobilitas fisik.

B. Saran

Kami menyarankan kepada:

Mahasisiwa praktek, agar lebih teliti dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien berdasarkan landasan teori sehingga

pelaksanaan sesuai dengan prosedur.

Perawat ruangan, agar lebih aktif memberikan bimbingan kepada

mahasiswa dalam melakukan tindakan keperawatan.

Instansi, untuk memperbanyak tenaga medis agar lebih memadai dan

kelengkapan alat-alat medis.

50

Page 51: Tinjauan Pustaka Dm

D A F T A R P U S T A K A

Ahmad A.K.Muda (1995). Kamus lengkap kedokteran. Penerbit Citas Media Pers

Surabaya.

Anchahayamata.wordpress.com/Nusing only/Keperawatan Medikal bedah/ askpe

DM tipe II.

Doenges Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta

Rumampuk Maria Vony. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tubuh Manusia.

Universitas Katolik De La Salle Manado

www.search-rsults. Picture .com

51