bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/andini puji astuti bab...

12
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat 1. Pengertian Obat Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Obat merupakan suatu zat kimia yang dapat digunakan untuk diagnosis suatu penyakit dan dapat mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada, sehingga penyakit dapat sembuh dengan diberikannya obat pada manusia atau hewan (Ansel, 1985). 2. Penggolongan Obat Menurut Hendra Widodo (2013), ada beragam kriteria yang digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis obat, diantaranya berdasarkan kegunaan obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber obat, bentuk sediaan obat, serta proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh. Masing-masing penggolongan tersebut adalah sebagai berikut: a. Menurut kegunaannya Berdasarkan kegunaannya di dalam tubuh, obat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: 1) Untuk menyembuhkan (terapeutik), 2) Untuk mencegah (prophylaktik), dan 3) Untuk diagnosis (diagnostik). b. Menurut cara penggunaannya Berdasarkan cara penggunaannya obat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Upload: trinhthu

Post on 11-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat

1. Pengertian Obat

Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah

sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan

dan kontrasepsi.

Obat merupakan suatu zat kimia yang dapat digunakan untuk

diagnosis suatu penyakit dan dapat mengurangi rasa sakit, serta mengobati

atau mencegah penyakit pada, sehingga penyakit dapat sembuh dengan

diberikannya obat pada manusia atau hewan (Ansel, 1985).

2. Penggolongan Obat

Menurut Hendra Widodo (2013), ada beragam kriteria yang

digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis obat, diantaranya berdasarkan

kegunaan obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang,

sumber obat, bentuk sediaan obat, serta proses fisiologis dan biokimia di

dalam tubuh. Masing-masing penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menurut kegunaannya

Berdasarkan kegunaannya di dalam tubuh, obat digolongkan

menjadi 3 macam, yaitu:

1) Untuk menyembuhkan (terapeutik),

2) Untuk mencegah (prophylaktik), dan

3) Untuk diagnosis (diagnostik).

b. Menurut cara penggunaannya

Berdasarkan cara penggunaannya obat digolongkan menjadi dua

macam, yaitu:

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

6

1) Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral

> diberi etiket putih

2) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui

implantasi, injeksi, membran mukosa, rectal, vaginal, nasal,

ophthalmic, aurical, atau collutio/gargarisma/gargle > diberi etiket

c. Menurut cara kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya di dalam tubuh, obat digolongkan

menjadi dua macam, yaitu:

1) Obat lokal, yaitu obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti

pemakaian topikal

2) Obat sistemik, yaitu obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh,

seperti tablet analgesik dan tablet lainnya yang digunakan secara

oral.

d. Menurut Undang-Undang

Pemerintah menggolongkan obat menjadi beberapa macam dengan

maksud untuk menjaga keamanan suatu penggunaan obat oleh

masyarakat.

Berikut merupakan macam-macam obat menurut undang-undang:

1) Narkotika (obat bius atau daftar O = opium), yakni obat yang

diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat

menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat

merugikan masyarakat dan individu apabila digunakan tanpa

pembatasan dan pengawasan dokter, seperti candu / opium, morfin,

petidin, metadon, dan kodein.

2) Psikotropika (obat berbahaya), yakni obat yang dapat

mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, serta

mengubah pikiran/perasaan/kelakuan seseorang. Misalnya,

golongan ekstasi, diazepam, dan barbital/luminal.

3) Obat keras (daftar G = geverlujk = berbahaya), yakni semua obat

yang:

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

7

a) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum

dalam daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah.

b) Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan

garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya.

c) Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes

RI) tidak membahayakan.

d) Semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.

4) Obat bebas terbatas (daftar W= warschuwing = peringatan), yakni

obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus

aslinya dari produsen atau pabrik obat tersebut, kemudian diberi

tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam.

Adapula peringatan yang harus dicantumkan pada obat

bebas terbatas.Selain itu merupakan pelengkap dari keharusan

mencantumkan tanda peringatan P. No 1, P No 2, P No 3, P No 4, P

No 5, atau P No 6 yang ditetapkan dalam SK. Mentri Kesehatan No.

6355/Dir.Jend/SK/1969 tanggal 28 oktober 1969.

a) P. No 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

b) P. No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan di telan.

c) P. No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

d) P. No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

e) P. No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

f) P. No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

5) Obat bebas adalah obat yang dapat diberi secara dan tidak

membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan,

kemudian diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis

tepi hitam (Widodo, 2013).

e. Menurut Sumber Obat

Adapun menurut sumbernya, obat yang digunakan dapat bersumber

dari beberapa macam, yaitu:

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

8

1) Tumbuhan (flora atau nabati), misalnya digitalis, kina, dan minyak

jarak;

2) Hewan (fauna atau hayati), misalnya minyak ikan, adeps lanae, dan

cera;

3) Mineral (perambangan), misalnya iodkali, garam dapur, paraffin,

vaselin, dan sulfur.

4) Sintetis (tiruan/buatan), misalnya kamfer sintetis dan vitamin C

5) Mikroba dan fungi/jamur, misalnya antibiotik penisilin. (Widodo,

2013).

f. Menurut Proses Fisiologi dan Biokimia di Dalam Tubuh

Proses fisiologi dan biokimia di dalam tubuh dapat digolongkan

menjadi tiga macam, yaitu:

1) Obat farmakodinamik, yaitu obat yang bekerja terhadap inang

dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis

atau fungsi biokimia di dalam tubuh, seperti hormone, diuretik,

hipnotik, dan obat otonom.

2) Obat kemoterapetik, yaitu obat yang dapat membunuh parasit dan

kuman di dalam tubuh inang. Obat ini hendaknya memiliki kegiatan

farmakodinamik yang sekecil-kecilnya terhadap organisme inang

serta berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit

(termasuk cacing dan protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan

virus). Obat-obat neoplasma (onolitika, sitostatika, atau obat kanker)

juga dianggap termasuk golongan ini.

3) Obat diagnostik, yaitu obat yang membantu dalam mendiagnosis

(pengenalan penyakit). Misalnya, barium sulfat untuk membantu

diagnosis pada saluran lambung dan usus; natrium propanoat dan

asam iod organil lainnya untuk membantu diagnosis pada saluran

empedu (Widodo, 2013).

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

9

g. Menurut Bentuk Sediaan Obat (Bentuk Sediaan Farmasi)

Menurut bentuk sediaannya, obat dapat digolongkan menjadi empat

macam, yaitu:

1) Bentuk padat, misalnya: serbuk, tablet, pil, kapsul, dan supositoria.

2) Bentuk setengah padat, misalnya: salep, krim, pasta, cerata, gel, dan

salep mata.

3) Bentuk cair/larutan, misalnya: potio, sirop, eliksir, obat tetes,

gargarisma, injeksi, infuse intravena, lotion, dan lain-lain.

4) Bentuk gas, misalnya: inhalasi/spray/aerosol (Widodo, 2013).

B. Obat Generik

Obat Generik merupakan obat yang mempunyai kerja terapeutik yang

sama dengan produk patennya (brand drug product)serta mengandung zat aktif

dalam kadar dan sediaan yang sama (misalnya: tablet, sirup, injeksi) serta hal

yang mutlak adalah bioekivalensinya harus identik dengan obat paten, yaitu

mempunyai kecepatan dan kadar absorpsi yang sama dengan tujuan agar

memberikan respons klinis yang sama dengan obat patennya

(Tjay dan Raharja, 2007).

Obat generik yang beredar di masyarakat merupakan suatu obat yang

berasal dari obat paten yang sudah habis hak perlindungan patenya. Pabrik yang

pertama kali menemukan dan mengembangkan sebuah obat (zat berkhasiat

baru) mempunyai hak paten 10-15 tahun atas penemuannya itu, yang artinya

tidak boleh ada pihak lain yang menjual atau mengedarkan obat dengan

kandungan zat tersebut, kecuali pemilik patennya. Jika masa paten sudah

berakhir, obat paten itu berubah nama menjadi obat generik. Dengan tidak

adanya hak paten lagi, siapa pun dapat melakukan usaha dagang dengan

menggunakan zat aktif tersebut tanpa adanya gugatan dari pihak manapun.

Dalam perdagangan obat generik menggunakan nama generiknya saja. Namun

jika menggunakan nama dagang, yang membuatnya bisa menggunakan nama

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

10

dagang dan dikenal dengan obat generik dengan nama dagang (branded generic

medicines) (Sumarsono, 2014).

Nama generik dapat berupa nama lazim, nama kimia, nama singkatan.

Nama generik disebut nama generik resmi, jika nama itu dijadikan judul

monografi buku resmi misalnya dalam Farmakope Indonesia. Obat generik

mencakup semua aspek karakter obat jadi, setidaknya meliputi hak

kepemilikan, nama, sediaan dasar, kekuatan sediaan, mutu, khasiat, pola

penggunaan, kestabilan, keamanan, dan jika dikehendaki juga cemaran mikroba

dan informasi obat (Sumarsono, 2014).

Dalam penggunaan terapinya obat generik sebenarnya sudah sangat

mapan, yaitu mempunyai khasiat yang nyata dengan tingkat keamanan yang

terkendali sehingga mempunyai manfaat yang optimal dengan resiko yang kecil

dan dapat ditekan seminimal mungkin. Untuk menjamin hal tersebut, selalu

dilakukan penilaian ulang secara berkala dan dengan periode waktu yang lebih

lama dibandingkan dengan periode penilaian untuk obat paten (nama dagang)

(Sumarsono, 2014).

Obat yang beredar di pasaran umunya berdasarkan nama dagang yang

dipakai oleh masing-masing produsennya. Tiap produsen sendiri jelas akan

melakukan promosi untuk masing-masing produknya sehingga obat dagang

relatif lebih mahal. Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan yang

digunakan untuk mengendalikan harga obat, dimana obat di pasarkan dengan

nama bahan aktifnya (IONI, 2008).

Menurut data RISKESDAS menyatakan bahwa proporsi rumah tangga

di Indonesia yang mengetahui atau pernah mendengar tentang obat generik

yaitu sebanyak 31,9%. Dari jumlah tersebut yang mempunyai pengetahuan

secara benar yaitu sebesar 14,1% dan sisanya 85,9% yang mempunyai

pengetahuan secara salah tentang obat generik.

Dan menurut karakteristik perkotaan dan pedesaan pengetahuan

masyarakat perkotaan yang mengetahui obat generik yaitu sebesar 46.1%.

Sedangkan masyarakat pedesaan yang mengetahui obat generik yaitu hanya

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

11

17.4%. Jadi pengetahuan masyarakat mengenai obat generik yang berada di

pedesaan masih sangat rendah sekali dan masih sangat membutuhkan informasi

mengenai obat generik.

C. Pengetahuan(knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang di milikinya, yaitu: mata, hidung, telinga dan sebagainya.

Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

D. Metode Edukasi

1. Metode CBIA (Community-Based Interactive Approach)

Metode CBIA (Community-Based Interactive Approach) adalah

metode pembelajaran dengan memberikan edukasi yang bertujuan untuk

meningkatkan sikap pengetahuan dari responden sehingga timbul

motivasi/keinginan untuk melakukan sesuatu, baik berupa motivasi dari

luar/keluarga maupun motivasi dari dalam individu responden, sehingga

fasilitator hanya berfungsi sebagai motivator atau pendorong agar minat dan

potensi responden dapat berkembang (Helni, 2013).

Metode intervensi ini didasarkan pada proses belajar mandiri (self

learning process). Yaitu tutor berfungsi sebagai fasilitator diskusi dan

apabila untuk menunjukkan cara agar mendapatkan jawaban dari suatu

permasalahan maka tutor tidak dianjurkan untuk mendominasi diskusi.

Tutor adalah para peserta yang secara sukarela bersedia

memfasilitas jalannya diskusi kelompok. Tutor perlu berlatih dahulu dan

memahami edukasi apa yang akan diberikan, sehingga dapat mengarahkan

peserta dalam berdiskusi. Tutor juga bertugas menyimpulkan temuan‐

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

12

temuan penting dari diskusi, untuk kemudian dipaparkan kepada kelompok

lain di akhir kegiatan (Suryawati, 2012).

Tujuan metode CBIA adalah untuk meningkatkan pengetahuan

responden sehingga dapat berpikir secara kreatif dan mampu memecahkan

masalah yang didasarkan pada proses belajar mandiri (self learning)

(Helni, 2013).

Kegiatan ini berupa diskusi kelompok kecil, dan diakhiri dalam

kelompok besar. Untuk itu diperlukan pembentukan kelompok yang terdiri

atas 6‐8 orang. Tiap kelompok memerlukan tutor, yang akan memfasilitasi

jalannya diskusi kelompok. Jumlah kelompok untuk tiap kegiatan sebaiknya

tidak lebih dari 6 kelompok, sehingga jumlah peserta keseluruhan tidak

lebih dari 50 orang per kegiatan. Bila jumlah peserta lebih dari 60,

sebaiknya kegiatan dilakukan secara bertahap. Waktu yang dibutukan pada

metode ini yaitu 1,5-2 jam (Suryawati, 2012).

2. Metode FGD (Focus Group Discussion)

FGD (Focus Group Discussion) merupakan suatu metode

pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial.

Metode ini menghasilkan perolehan data atau informasi dari responden

berdasarkan hasil diskusi suatu kelompok dalam menyelesaikan

permasalahan tertentu (Afiyanti, 2008).

Pada kegiatan FGD dibutuhkan seorang fasilitator, dengan bertujuan

sehingga mampu memahami diskusi yang berlangsung dan

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Kemampuan fasilitator

dalam membaca bermacam-macam respons peserta, dengan tetap menjaga

agar diskusi tetap pada jalurnya, juga sangat penting. Fasilitator bisa berasal

dari tenaga profesional (dengan menggaji seorang fasilitator yang sudah

terlatih), atau salah seorang tim peneliti yang dianggap mampu. Fasilitator

profesional adalah fasilitator yang telah dilatih untuk mampu menjaga

netralitas, tidak menghakimi, dan memimpin diskusi serta memberi

pertanyaan secara jelas tapi ringkas.

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

13

Topik diskusi ditentukan terlebih dahulu dan diatur secara

berurutan. Pertanyaan diatur sedemikian rupa sehingga dimengerti oleh

peserta diskusi. Topik penelitian yang tidak dapat dilakukan yaitu topik

penelitian yang mempelajari preferensi manusia (seperti bahasa, sarana

diseminasi, pesan kunci, dan sebagainya), topik yang menjelaskan

bagaimana pengertian dan penerimaan kelompok masyarakat terhadap

suatu hal, serta topik penelitian yang bertujuan untuk menggali respons

individu (untuk informasi kuantitatif).

Tujuan dari metode ini adalah untuk menghindari adanya

pemaknaan yang salah pada masyarakat tehadap materi yang disampaikan

oleh peneliti mengenai masalah yang diteliti (Paramita, 2013).

Adapun karakteristik dari metode FGD (Focus Group Discussion),

yaitu:

a. Jumlah peserta cukup 7-10 orang, namun dapat diperbanyak sampai 12

orang, agar setiap individu berhak mendapatkan kesempatan dalam

mengemukakan pendapatnya.

b. Harus mempunyai ciri-ciri yang sama atau homogen. Ciri-ciri yang

sama ini ditentukan oleh tujuan atau topik diskusi dengan tetap

menghormati dan memperhatikan perbedaan ras, etnik, bahasa,

kemampuan baca tulis, penghasilan dan gender.

c. Antara fasilitator dan peserta sebaiknya tidak saling mengenal

(Paramita, 2013).

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan instrumen dari sebuah penelitian yang berisi

beberapa rangkaian pertanyaan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi penting dari responden baik dengan cara wawancara maupun

angket (Supardi & Surahman, 2014).

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

14

Adapun tujuan dalam kuisioner, yaitu:

a. Memperoleh informasi akurat dari responden.

b. Memberikan struktur agar wawancara berjalan dengan lancar dan

berurutan.

c. Memberikan format standar pencatatan fakta, komentar dan sikap.

d. Memudahkan pengolahan data.

Kelebihan dari kuesioner yaitu peneliti dapat menentukan

sistematika dan urutan pertanyaan, data dapat dikumpulkan dalam waktu

yang relatif singkat, dan data yang terkumpul dapat dicek kebenarannya.

Kekurangan dari kuesioner yaitu tidak memberikan keleluasaan

kepada peneliti untuk mengubah susunan pertanyaan agar sesuai dengan

alam pikiran/pengetahuan responden, dan tidak dapat memberikan jawaban

yang mendalam (Supardi & Surahman, 2014).

2. Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yang dapat menunjukan sejauh mana

suatu instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Pada

penelitian ini alat yang diukur adalah kuesioner (Riwidikdo, 2012).

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, yang

dengan arti lain dapat menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

F. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini dilakukan dua uji hipotesis, yaitu uji T berpasangan

dan uji T tidak berpasangan. Uji T berpasangan digunakan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan nilai rata-rata dari dua kelompok dengan dua sampel

yang saling berhubungan, yang artinya satu sampel akan mempunyai dua data

yaitu data sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Apabila

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

15

nilai uji T berpasangan tidak memenuhi syarat, maka dapat digunakan uji

wilcoxon (uji beda dua kelompok dependen), yaitu uji untuk mengetahui adanya

perbedaan dari dua kelompok dari dua sampel yang sama (Dahlan, 2010).

Dan uji T tidak berpasangan adalah untuk mengetahui adanya perbedaan

nilai rata-rata antara dua kelompok perlakuan yaitu metode CBIA dan metode

FGD. Uji T tidak berpasangan termasuk dalam uji parametrik yaitu mengikuti

asumsi-asumsi yang berdistribusi secara normal, sebaran data yang homogen

dan sampel yang diambil secara acak. Secara signifikasi nilai uji T adalah 95%

atau (α = 0,05). Jika nilai uji T tidak berpasangan tidak sesuai, maka dapat

digunakan uji Mann-Whitney, uji ini merupakan uji statistik nonparametrik.

Adapun tujuan dari uji mann-whitney yaitu untuk mengetahui apakah ada

perbedaan dari dua sampel yang saling tidak berhubungan, yaitu contohnya

untuk membandingkan kelompok satu dan kelompok dua dengan masing-

masing sampel yang berbeda (Riwidikdo, 2012).

Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk melihat kesetaraan

dari dua kelompok atau lebih berdasarkan dari populasi yang memiliki variansi

yang sama.

G. Profil Kecamatan Sumbang

Kecamatan Sumbang merupakan daerah yang tidak terlalu jauh dari

Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).Kecamatan Sumbang

memiliki jumlah penduduk 83.998 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.393 jiwa

dan perempuan 41.605 jiwa.Kecamatan Sumbang terdiri dari 19 desa.

Kecamatan Sumbang termasuk wilayah kabupaten Banyumas Provinsi Jawa

Tengah dan mempunyai luas wilayah 5.342,466 Ha (Anonim, 2013).

Jumlah masyarakat yang menempuh pendidikan yang tidak tamat SD;

38,70%, lulus SD 19,40%, lulus SLTP 20,95% dan lulus SLTA 20,95%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat kecamatan Sumbang sebagian

besar tidak tamat SD. Dan faktor yang menyebabkan masyarakat tidak

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6540/3/ANDINI PUJI ASTUTI BAB II.pdfa) Memiliki takaran/dosis maksimum(DM) atau yang tercantum dalam daftar obat

16

mengetahui obat generik kemungkinan adalah tingkat pendidikan

(Anonim, 2013).

Menurut data profil kesehatan Kabupaten Banyumas, Kecamatan

Sumbang merupakan salah satu kecamatan dengan kasus penyakit tidak

menular tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten

Banyumas yaitu dengan jumlah 1.609 kasus, yang terdiri dari penyakit

Neoplasma 7 kasus, Diabetes Melitus yaitu sebanyak 301, penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah yaitu sebanyak 1.125 kasus, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif

Kronik) dengan jumlah 7 kasus, Penyakit Asma 158 kasus dan penyakit

Psikosis dengan jumlah 3 kasus. Dan jumlah kunjungan pada rawat jalan dan

rawat inap pasien yang ada di puskesmas Sumbang tergolong masih rendah

yaitu sebanyak 23.714 pasien (Anonim, 2014).

Efektivitas Metode Cbia..., Andini Puji Astuti, Fakultas Farmasi UMP, 2016