tinjauan pustaka dan metodologi anveg

24

Click here to load reader

Upload: rinny-irianti

Post on 25-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ekologi

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Arboretum Buperta Cibubur

Kawasan Arboretum Sanggar Wana Bakti, merupakan kawasan yang digunakan sebagai kebun pembibitan di Bumi Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur. Luas kawasan hutan kota ini berdasarkan penetapannya 27,32 Ha.Hutan kota Cibubur dikenal dengan nama Arboretum Cibubur, penetapan lokasinya didasarkan atas Surat Departemen Kehutanan Nomor 2570/89, tanggal 25 September 1989 dengan pembaruan dari SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 872/2004, yang merupakan bagian ruang terbuka hijau lingkungan komplek Bumi Perkemahan Cibubur.Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahannya, kawasan ini termasuk dalam wilayah kota Jakarta Timur, Kecamatan Cipayung dan Kelurahan Cibubur. Untuk mencapai kawasan ini, dapat ditempuh melalui jalan tol Jakarta-Bogor, jalan Raya Bogor dan atau melalui jalan Raya Cileungsi-Cibubur.Konfigurasi lapang kawasan ini merupakan hamparan dataran hingga bergelombang ringan, dengan ketinggian 43 meter dari permukaan laut. Kawasan hutan kota ini dibangun menyusuriBumi Perkemahan Cibubur dalam satu kesatuan ekosistem dengan ketebalan rata-rata 30-40 M.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan banyaknya jenis vegetasi yang terdapat di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur untuk seluruh plot contoh dijumpai sebanyak 57 jenis vegetasi dengan komposisi 47 jenis tumbuhan, 2 jenis bambu dan 8 jenis tumbuhan bawah yang terdiri dari jenis tanaman hias, semak dan alang-alang. Jenis yang mendominasi lokasi ini adalah Akasia (Acasia auricoformis) yang terdapat diseluruh plot penelitian.Kawasan hutan kota Cibubur dalam satu kesatuan areal yang kompak, dengan berbagai macam jenis pepohonan yang merupakan koleksi dari beberapa jenis sebagai pusat pelestarian plasma nutfah (arboretum). Banyaknya jenis vegetasi yang terdapat di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur dijumpai sebanyak 57 jenis vegetasi dengan komposisi 47 jenis tumbuhan, 2 jenis bambu dan 8 jenis tumbuhan bawah yang terdiri dari jenis tanaman hias, semak dan alang-alang. Jenis yang mendominasi lokasi ini adalah Akasia (Acasia auricoformis).Kondisi hutannya mencerminkan bentuk hutan yang asli, dengan terlihat beberapa lapisan tajuk yang berbentuk, baik pada lapisan tajuk teratas, dibawahnya dan tumbuhan bawah. Pada lokasi bumi perkemahan dan graha wisata Cibubur ini terdapat semua lapisan strata yaitu strata I, strata II, strata III, strata IV dan strata V. Jenis-jenis vegetasi pada setiap strata yang ada di tiap plot Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur. Pada strata IV tersebut dari jenis vegetasi yang lebih banyak dibandingkan pada strata lainnya. Vegetasi pada strata IV tersebut terdiri dari jenis vegetasi yang menghasilkan bunga, buah maupun yang dapat mendatangkan serangga sebagai pakan burung.Jenis yang dikembangkan merupakan koleksi dari berbagai jenis tumbuhan yang dinilai dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan kenyamanan serta merupakan kawasan resapan air untuk kepentingan tata air tanah (hidrorologis), yang antara lain meliputi Flamboyan (Delonix regia), Trembesi (Samanea saman), Saga (Adenatera sp.), Asam landi (Pitolebrium sp.), Lamtoro gung (Leucaena gluaca), dan beberapa jenis lainnya, Kaliandra (Calliandra calothyrus), Eboni (Diospyros celebica), Gelinggem (Bixa orellana), Jati (Tectona grandis), Sungkai (Peronema canescens), Damar (Agathis sp.), Jamuju (Pondocarpus imbricarpus), Klepu (Sterculia foetida) dan beberapa jenis lainnya.Kawasan ini selain berfungsi sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan dan kawasan koleksi pelestarian plasma nutfah, juga berfungsi sebagai kawasan rekreasi dan wisata, serta sangtuari satwa (Data.UKP.go.id )

2.2 Analisis Vegetasi

Pengamatan secara menyeluruh suatu vegetasi adalah suatu hal yang tidak mungkin karena memakan waktu dan tenaga, karena itu deskripsi cukup didasarkan pada cuplikan-cuplikan yang dikerjakan pada segmen vegetasi tersebut. Ada 4 langkah penting dalam sampling vegetasi, yaitu1. Segmentasi membagi vegetasi menjadi beberapa satuan yang mudah dikenal2. Pengambilan sampel dalam segmen 3. Penentuan ukuran, jumlah serta bentuk sampel4. Penentuan paramaeter yang harus diukur dari tiap plot yang dikerjakan(Tim Dosen Ekologi Tumbuhan, 2014).Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Irwanto, 2007).Setiap orgaisme hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme dan spesies yang berbeda saling mempengaruhi macam hubungan yang biasa kita kenal adalah hubungan antara organisme yang makan dan organisme yang dimakan. Vegetasi (latin:vegetare = menghidupkan, vegetation = dunia tumbuhan) yang terdapat didalamnya kebanyakan komunitas hutan, daundaun, cabangcabang di bagianbagian lain di beberapa pohon, semak dll tumbuhan membentuk beberapa lapisan (Rahardjo, 1980).Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Rani, 2011).Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. (Kimbal, 1999).Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Syafei, 1990).Pada komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :1.Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.2.Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.3.Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiogonomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.Analisa vegetasi dibagi atas dua metode yaitu : (1) metode plot/kuadrat dan (2) metode non plot/jalur atau transek.1. Metode Plot/KuadratMetode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalam bentuk lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Ukuran plot umumnya ditentukan berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan hewan menetap (sessile) ataupun yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan hewan yang bersarang di lubang (Umar, 2010).Metode plot ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan minimum area atau luas minimum. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 1993).Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: Penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).Untuk memahami luas, metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anwar,1995).Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat (Suwena, 2007).Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,semakin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentukbujur sangkar, empat persegi panjang, dan dapat pula berbentuk lingkaran (Latifah,2005).Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tiang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang) dan mulai anakan sampai pohon setinggi 2,5 meter disebut seedling (anakan/semai) (Syafei, 1990).Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m (Polunin, 1990).Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila dianalisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas (Jumin, 1992).2. Metode non plot/jalur atau Transek Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan (Syafei, 1990). Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Terdiri dari :1. Belt transect (transek sabuk)Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw,1979).Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Objek yang teramati adalah pohon, parameter yang teramati adalah densitas, frekuensi dan dominansi.2. Line transect (transek garis)Pada metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar.Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk setiap jenis. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah. Obyek yang teramati adalah tumbuhan bawah, semak, herba dan tumbuhan penutup tanah. Parameter yang teramati adalah densitas, frekuensi dan dominansi.3. PCQ (Point Center Quarter)Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Obyek yang teramati adalah pohon dengan berbagai tingkatan.Adapun langkah-langkah dalam metode PCQ (Point Center Quarter) adalah sebagai berikut :a) Tentukan titik secara random sepanjang transekb) Tarik garis lurus melalui titik tersebut sehingga terbentuk 4 kuadran semuc) Tentukan pohon terdekat ke titik pada setiap kuadrand) Tentukan pohon terdekat ke titik pd masing-masing kuadrane) Ukur jarak pohon ke titikf) Catat spesies dan diameter pohon tersebut Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah:1) Nama jenis (lokal atau botanis)2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ;1. kerapatan (Density)Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha.2. DominasiDominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:a) Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)b) persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)c) Volumed) Biomase) Indek nilai penting(importance value-IV)Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh)3. FrekuensiFrekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:Kelas A dalam frekuensi 01 20 %Kelas B dalam frekuensi 21-40 %Kelas C dalm frekuensi 41-60%Kelas D dalam frekuensi 61-80 %Kelas E dalam frekuensi 81-100%4. Indek Nilai Penting(importance value Indeks)Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas (Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977). Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%.Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor.Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dan lain-lain iperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.Apabila berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya sebagai berikut (Marsono, 1977), yaitu: 1. Belukar (Shrub)Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.2. Epifit (Epiphyte)Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit.3. Paku-pakuan (Fern)Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.4. Palma (Palm)Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.5. Pemanjat (Climber) Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.6. Terna (Herb)Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.7. Pohon (Tree)Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

BAB IIIMETODOLOGI

A. Lokasi dan waktu PengamatanLokasi : Kawasan Arboretum Sanggar Wana Bakti, Buperta, Cibubur, Jakarta TimurWaktu Pengamatan: 21 Desember 2014 Pukul 08.30 11.30 WIB

B. Alat dan bahan1. Tali rafia yang sudah diukur 10m x10m2. Alat ukur panjang (meteran)3. Alat tulis4. Label gantung5. Gunting6. Koran untuk menyimpan specimen 7. Patoka atau pasak8. Buku identifikasi9. Papan jalan

C. Cara Kerjaa. Metode Line Intercept Transect1. Menentukan lokasi pengamatan 2. Membuata jalur / transek sepanjang 100 m dengan menggunakan tali rafia. Membuat jarak antara tali dengan permukaan tanah antara 30-50 cm. 3. Menentukan 5 titik pengamatan dalam garis dengan jarak antara titik adalah 20 m 4. Mencatat spesies tumbuhan yg tersentuh garis dan ukur panjang garis yang tersentuh oleh masing-masing spesies5. Melakukan perhitungan data pola penyebaran ( densitas, dominansi dan frekuensi), menganalisis hasil.

b. Metode Belt Transect1. Menentukan lokasi pengamatan 2. Membuata jalur / transek sepanjang 100 m dengan menggunakan tali rafia kemudian membuat plot dengan ukuran 10 m x 10 m. 3. Menentukan 5 titik pengamatan. 4. Meletakkan plot pada lokasi pengamatan , jarak antara plot adalah 10 m. 5. Mencatat spesies tumbuhan yang terdapat di dalam plot, mengukur diameter pohon setinggi dada orang dewasa6. Melakukan perhitungan data pola penyebaran ( densitas, dominansi dan frekuensi), menganalisis hasil.

c. Metode PCQ (Point Center Quarter)1. Menentukan lokasi pengamatan 2. Membuata jalur / transek sepanjang 100 m dengan menggunakan tali rafia 3. Menentukan 5 titik pengamatan. Jarak antara titik adalah 20 m.4. Menarik garis lurus melalui titik tsb sehingga terbentuk 4 kuadran semu5. Menentukan pohon terdekat ke titik pd setiap kuadran (pohon yang dicatat yg memiliki keliling 30 cm). 6. Mengukur jarak pohon ke titik, mengukur keliling pohon. 7. Mencatat spesies dan diameter pohon 8. Melakukan perhitungan data pola penyebaran ( densitas, dominansi dan frekuensi), menganalisis hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Ekologi Tumbuhan. 2014. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jakarta : FMIPA BIOLOGI UNJIrwanto, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICARahardjo,S. 1980. Ekologi Tumbuhan. Surakarta : Tiga SerangkaiTjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University PressKimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II. Jakarta : ErlanggaSetiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta: Pustaka Sinar HarapanSyafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITBEllenberg . 1974. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.Umar, M. Ruslan, 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum. Makassar: Universitas Hasanuddin.Odum, Eugene P. 1993.Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM University Press.Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM PressAnwar, 1995. Biologi Lingkungan. Bandung: Ganexa exact. Suwena, M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Mataram: Fakultas Pertanian Universitas MataramLatifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatera Utara : USU ReositoryPolunin, N. 1990.Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressJumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali PressKershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.Marsono, D. J. 1977. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Jakarta: ErlanggaData.UKP.go.id (http://jakartapedia.net/index.php?title=Hutan_Kota_Bumi_Perkemahan_Cibubur) diakses pada tanggal 28 Desember 2014 Pukul 10.51 WIB

Rani,C.,2011,Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme Bentik, http://respository.unhas.ac.id, diakses pada tanggal 28 Desember 2014 Pukul 11.00 WIB