anveg met.kuadrat
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan salah satu cara untuk mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi
hutan hal yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosasi konkrit, berbeda
dari inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan
inilah yang nantinya akan mempengaruhi cara sampling.
Kondisi vegetasi di suatu daerah dapat memberikan informasi tentang keadaan
sumber daya alam, berbagai biota tumbuhan, hewan bahkan manusia, untuk memahami
komposisi dan struktur vegetasi suatu daerah dapat di analisis mengenai kondisi vegetasi
daerah tersebut. Salah satunya dengan menggunakan analisis vegetasi dengan metode
kuadrat.
Metode kuadrat dapat digunakan untuk sampling tumbuhan bawah sampai pohon.
Analisis vegetasi dengan metode kuadrat yaitu suatu analisa vegetasi dengan menggunakan
satuan kuadrat yaitu parameter frekuensi, dominansi, kerapatan dan nilai penting.
1.2 Identifikasi Masalah
• Bagaimana komposisi dan dominansi pohon di daerah yang diamati ?
• Bagaimana nilai dari frekuensi dan kerapatan relatif dari vegetasi tersebut ?
• Apakah ada keragaman atau diversitas di daerah yang diamati ?
1.3 Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu
spesies serta struktur komunitas zona tanaman industri Arboretum, UNPAD Jatinangor.
Tujuan dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekkan
metode kuadrat dengan baik dalam penggunaannya dilapangan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat melatih mahasiswa untuk menganalisa
struktur komunitas dan komposisi tumbuhan yang terdapat di zona tanaman industri
Arboretum, UNPAD Jatinangor.
1.4 Metode Praktikum
Metode yang dilakukan dalam praktikum analisis vegetasi kali ini adalah cara jalur
berpetak atau biasa disebut dengan metode kuadrat. Bentuk petak yang dibuat dalam
pengambilan contoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang
menggambarkan luas area tertentu. Luas dari daerah pengambilan sampel bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan terlebih dahulu luas minimumnya. Perhitungan
terhadap variable-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi dilakukan dalam
menganalisis data lapangan yang didapatkan.
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan
dalam kawasan yang diidentifikasi. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah
cuplikan oleh suatu populasi jenis tumbuhan. Khusus untuk variabel kerapatan dan
kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas
kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan
berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhanyang dijumpai dalam sejumlah area sampel
dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat dan dinyatakan dalam persen
(%).
1.5 Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuadrat ini dilakukan pada tanggal 23
Oktober 2012 pada pukul 08.00 sampai dengan selesai yang berlokasi di Arboretum Unpad.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh
vegetasi (Wikipedia, 2012).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan
analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan
(Riyantilathyris, 2011).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis,
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Riyantilathyris, 2011).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat –
sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan
data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi: distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Riyantilathyris, 2011).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu
adalah (Dedy 2010) :
• Ukuran petak.
• Bentuk petak.
• Jumlah petak.
• Cara meletakkan petak di lapangan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi
itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
a. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang
terbagi menjadi banyak subtangkai.
b. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan
palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
c. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti
akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
d. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak
bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi
dalam banyak anak daun.
e. Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
f. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak
lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
g. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi
lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
• Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
• Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang
dari 10 cm.
• Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan
yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil
analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ;
1. Kerapatan (Density)
Banyaknya individu (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan
tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif dibedakan
menjadi jarang terdapat, kadang-kadang terdapat, sering terdapat, dan banyak sekali
terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang
umunya dinyatakan sebagai jumlah individu, atau biomas populasi persatuan areal atau
volume, misal 200 pohon per Ha.
2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam
hal ruang, cahaya dan lainnya), sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a. Banyaknya Individu (abudance) dan kerapatan (density)
b. Persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar (LBD)/Basal area (BA)
c. Volume
d. Biomas
e. Indeks nilai penting (importance value-IV)
Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalah LBH dengan pertimbangan lebih
mudah dan cepat, yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian
setinggi dada/Diameter Breas Heigt (DBH).
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis
frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar
keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya
terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalam
lima kelas berdasarkan besarnya persentase, yaitu:
• Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
• Kelas C dalm frekuensi 41-60%
• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
• Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4. Indeks Nilai Penting (Importance Value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas
(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977). Nilainya diperoleh dari
menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif, sehingga jumlah
maksimalnya 300%.
Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks
kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam
pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH
tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil
analisis. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu (Greig-Smith, 1983):
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan.
Metode kuadrat, bentuk percontohan atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel
yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.
Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting.
Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies
tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1995).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan
pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting
dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1995).
Dalam pengamatan vegetasi di daerah pengamatan, digunakan sub plot bertingkat yang
berfungsi sebagai penentuan komposisi vegetasi dalam lokasi pengamatan. Pembagian sub plot
dibagi menjadi beberapa petak :
a. 1 x 1 m, untuk seedling dengan tinggi 0 – 1,5 cm
b. 2 x 2 m, untuk semak dengan diameter 1,5 – 5 cm
c. 4 x 4 m, untuk pancang dengan diameter 5 – 10 cm
d. 8 x 8 m, untuk tiang dengan diameter 10 – 25 cm
e. 10 x 10 m, untuk pohon dengan diameter >25 cm
1x1 m
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Umum
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode kuadrat yaitu dengan
menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata, sebaiknya secara
sistematik.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat tulis : Untuk mencatat data yang diperoleh
2. Tali rafia : untuk menandai luas petak atau plot
3. Patok : untuk menandai daerah pengamatan
4. Meteran : untuk mengukur panjang lokasi pengamatan
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam analisa vegetasi dengan metode kuadrat ini adalah
dengan teknik survey inventarisasi, yakni dengan melihat secara kasar vegetasi yang
menutupi daerah amatan selanjutnya menyensus dan mencatat secara rinci tumbuhan yang
ada di plot kuadrat yang telah dibuat.
3.3.2 Prosedur
1. Menetukan titik awal/daerah yang akan dibuat plot bertingkat (dilihat dari vegetasi
yang paling banyak di daerah tersebut).
2. Membuat plot bertingkat dengan ukuran 1x1 m , 2x2 m, hingga 10x10 m.
2m
4m
2m 8m
10m 4m
8m
10m
Gambar. Cara Pembuatan Plot dengan Cara Bertingkat
3. Mencatat jenis tubuhan dan jumlahnya masing-masing yang ada pada tiap subplot
bertingkat dengan ketentuan pencatatan sebagai berikut :
a. 1x1 m, untuk seedling (anakan) dengan tinggi 0 – 1,5 cm
b. 2x2 m, untuk semak dengan diameter 1,5 – 5 cm
c. 4x4 m, untuk pancang dengan diameter 5 – 10 cm
d. 8x8 m, untuk tiang dengan diameter 10 – 25 cm
e. 10x10 m, untuk pohon dengan diameter >25 cm.
4. Menganalisa analisa data yang telah dibuat sehingga didapatkan informasi menganalisa
frekuensi, kerapatan, dominansi, dan indeks nilai pentingnya. Untuk mengetahui
dominansi pohon maka harus diukur diameter batang setinggi dada (DBH) dan akan
didapat basal areanya dengan rumus lingkaran, sedangkan untuk semak, tumbuhan
penutup tanah, dan seedling digunakan luas penutupan kanopi dengan persentase
skala Kadar Kerapatan Braun-Blanquet.
3.4 Analisis Data
Analisis vegetasi dengan metode kuadrat dianalisis dengan menghitung dan
menganalisis frekuensi mutlak dan relatif, dominansi mutlak dan relatif dan kerapatan
mutlak dan relaif serta indeks nilai penting.
Kerapatan (densitas) mutlak (Km) : menunjukkan jumlah individu per unit area (luas)
atau unit volume.
KM=∑iindividuuntuk spesies i
∑ luas plot pengama tan yangdisampling
Kerapatan relatif (KR) : perbandingan jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total
individu seluruh spesies dalam satuan persentase.
KR= KM∑ KM
×100%
Frekuensi mutlak (Fm) : menunjukkan kepadatan suatu spesies dari seluruh plot yang
dibuat, dicatat berdasarkan suatu spesies di seluruh plot pengamatan.
Fm=∑ plot ditemukan suatu jenis
∑ plot pengama tan
Untuk kerapatan dapat digunakan susunan kadar kerapatan Braun Blanquet (1927)
yang lebih terinci dan mudah dilakukan. Kadar kerapatan ada 2 skala, yaitu 1) kelas pertama
merupakan kombinasi dari banyaknya individu suatu jenis dengan kerimbunan daripada
spesies tersebut dan 2) skala kedua membentuk gambaran tentang pengelompokkannya:
r : satu atau sangat sedikit individu, dan penutupannya 1%
+ : sedikit sampai beberapa individu, penutupannya < 1%
1 : beberapa sampai banyak individu, penutupannya 1 – 5%
2 : sangat banyak individu, dan penutupannya 5 – 25 %
3 : penutupannya 25 – 50%, jumlah individu bebas (idependen)
4 : penutupannya 50 – 75%, jumlah individu bebas (idependen)
5 : penutupannya 75 – 100%, jumlah individu bebas (idependen)
Sedangkan skala Domin Krajinan, dalam menaksir kerapatan penutupan (cover abundance):
10 : kerimbunan 100% 5 : kerimbunan 10 – 25%
9 : kerimbunan 75% 4 : kerimbunan kecil 5 – 10%
8 : kerimbunan 50 – 75% 3 : kerimbunan kerap 1 – 5%
7 : kerimbunan 33 – 50% 2 : kerimbunan < 2%
6 : kerimbunan 25 – 33% 1 : kerimbunan jarang sekali
+ : kerimbunan kecil, terisolasi
Frekuensi relatif (FR) : kepadatan suatu spesies dari seluruh kepadatan spesies lain dari
seluruh plot dalam satuan persentase.
FR= FM suatu jenisFM seluruh jenis
×100%
Dominansi mutlak (Dm) : penutupan (coverage) spesies terhadap seluruh plot
pengamatan.
Dominansi relatif (DR) : perbandingan luas basal area suatu spesies dengan luas basal
area seluruh spesies pada plot pengamatan dalam satuan persentase.
DR= DM suatu jenisDM seluruh jenis pada plot pengama tan
×100%
Indeks Nilai Penting (Important Value) / INP : merupakan suatu besaran yang
menunjukkan dominansi atau kekuasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lainnya pada
suatu vegetasi tertentu dan merupakan hasil penjumlahan dari FR, KR, dan DR.
INP=KR+FR+DR
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
DI EXCEL
4.2 Pembahasan
Kondisi fisik seperti suhu, intensitas cahaya, kemiringan tanah, serta kelembaban udara di
daerah pengamtan sangat mempengaruhi komposisi flora yang membangun suatu vegetasi. Hal ini
akan berpengaruh pada struktur dan komposisi penyusun vegetasi tersebut.
Setiap kelompok membuat trasek berukuran 10 x 30 m yang dibagi menjadi 3 plot berukuran
10 x 10m sehingga total luas transek yang diamati oleh seluruh kelompok adalah 300 x 10 m dengan
total jumlah plot sebanyak 30 plot.
Dalam penelitian analisis vegetasi dibuat petak berukuran 1 x 1 m, 2 x 2 m, 4 x 4 m, 8 x 8 m,
dan 10 x 10 m. Ukuran petak 1 x 1 digunakan untuk menganalisis seedling dengan bantuan alat
seedling atau tanaman yang tidak memilki percabangan. Ukuran petak 2 x 2 untuk semak, yaitu
tanaman dengan tinggi 0 – 15 m, 4 x 4 untuk pancang yaitu tanaman dengan diameter 5 – 10 cm, 8 x
8 untuk tiang yaitu tanaman dengan diameter 10 – 35 cm, dan ukuran petak 10 x 10 untuk pohon
yaitu tanaman dengan diameter >50 cm.
Ukuran Petak 1 x 1 m
Seedling yang masuk ke dalam kotak kecil dihitung dan di lakukan identifikasi jenis. Pada
petak ini dari keseluruhan luas trasek diapatkan 17 spesies seedling dengan kepadatan terbesar
adalah Sentrosema pubercens dengan nilai FM 0,2 dengan presentase kepadatan adalah 14,6 %.
Sentrosoma pubescens ditemukan di 6 plot dengan total jumlah 63 sehingga kerapatan spesies ini
terbesar di antara spesies lain yaitu sebesar 0,21 atau 17,46 %.
Ukuran Petak 2 x 2 m
Sepanjang transek ditemukan 28 jenis semak dengan spesies terbanyak adalah Pueraria
javanica, Centrosema pubescens, Salvia sp., Leucaena leucocephala, Manihot esculenta dengan
tingkat kehadiran yang hampir sama yaitu 0,1. Spesies yang memiliki jumlah terbanyak dari
sepanjang plot adalah Salvia sp. dengan tingkat kerapatan (KM) 0,14 atau 33,1%.
Ukuran Petak 4 x 4 m
Ditemukan 8 jenis pancang yang ada di trasek dengan kehadiran dari seluruh plot terbesar
adalah Syzygium jambose dengan nilai FM 0,067. Begitupun dengan kerapatan terbesar adalah
Syzygium jambose dengan km 0,01.
Ukuran Petak 8 x 8 m
Terdapat 19 jenis dengan spesies paling tersebar dari total seluruh plot adalah Gmelina
arborea dengan nilai FM 0,1. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Alstonia sp. dengan
tingkat kerapatan km 0,203.
Ukuran Petak 10 x 10 m
Ditemukan sebanyak 17 spesies. Spesies yang paling menyebar kehadirannya adalah
Spathodea campanulata, Delonix regia, dan Hura crepitans dengan nilai FM 0,07. Sedangkan spesies
yang jumlahnya paling banyak adalah Felicium decipiens, Arthocarpus comunis, Gmelia arborea,
Ficus benjamina, dan Hura crepitans dengan nilai KM 0,007 atau dengan presentase 8,9%.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pada petak 1 x 1 m (seedling) tumbuhan yang mendominasi adalah Sentrosoma pubescens
dengan nilai FM 0,2 atau 14,6%, sehingga nilai kerapatannya yaitu sebesar 0,21 atau 17,46 %.
2. Pada petak 2 x 2 m (semak) tumbuhan yang mendominasi adalah Salvia sp. dengan tingkat
kerapatan (KM) 0,14 atau 33,1%.
3. Pada petak 4 x 4 m (pancang) tumbuhan yang mendominasi adalah Syzygium jambose dengan
nilai FM 0,067 dan kerapatannya 0,01.
4. Pada petak 8 x 8 m tumbuhan yang mendominasi adalah Gmelina arborea dengan nilai FM 0,1,
dan spesies yang paling banyak ditemukan adalah Alstonia sp. dengan tingkat kerapatan km
0,203.
5. Pada petak 10 x 10 m spesies yang paling menyebar kehadirannya adalah Spathodea
campanulata, Delonix regia, dan Hura crepitans dengan nilai FM 0,07, dan spesies yang
jumlahnya paling banyak adalah Felicium decipiens, Arthocarpus comunis, Gmelia arborea, Ficus
benjamina, serta Hura crepitans dengan nilai KM 0,007 atau 8,9%.
LAMPIRAN
1. Petak 1 x 1 meter pada plot 1
2. Alat yang digunakan pada petak 1 x 1 meter
3. Pembuatan Plot 2 x 2 m, 4 x 4 m, 8 x 8 m
4. Pembuatan Plot 10 x 10 m
5. Peta Lokasi Praktikum
Gambar Peta Arboretum Unpad
Sumber : GEA, 2012 Inc