pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, hasil pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka

45
PENDAHULUAN Latar Belakang Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Pemeliharaan broiler hanya membutuhkan waktu yang singkat. Broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi ransum dalam jumlah relatif sedikit. Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum broiler adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrient tersebut sangat berpengaruh

Upload: restu-jefry

Post on 24-Oct-2015

339 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Pemeliharaan

broiler hanya membutuhkan waktu yang singkat. Broiler mampu memproduksi

daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi ransum dalam jumlah relatif

sedikit.

Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun

sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak

selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat

dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan

nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi

ternak. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum broiler

adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrient

tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi broiler terutama untuk

pertumbuhan dan produksi daging. Selain itu diperlukan tambahan feed additive

kedalam ransum untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh broiler.

Feed additive adalah pakan tambahan yang berasal dari zat non gizi. Feed

additive yang ditambahkan pada umumnya menggunakan antibiotik. Fungsi feed

additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral, dan antibiotic dalam

ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan

penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan

Page 2: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan , meningkatkan nafsu

meningkatkan produsi daging maupun telur. Penggunaan antibiotik sebagai feed

additive menghasilkan residu dalam karkas broiler. Apabila daging ayam

dikonsumsi dikhawatirkan akan menjadi resistensi terhadap antibiotik. Maka

diperlukan feed additive yang bukan antibiotik.

Salah satu feed additive alami yang berpotensi untuk menggantikan feed

additive komersial adalah daun katuk (Sauropus androgynus). Berdasarkan hasil

penelitian, daun katuk kaya akan β- karotin yaitu sebanyak 10.020 µg. Ini berarti

pemberian daun katuk dan ekstraknya dapat meningkatkan kadar pigmen terutama

β-karotin dalam karkas broiler. Selain itu, β-karotin sebagai provitamin A dapat

diubah menjadi vitamin A. Jadi pemberian tepung daun katuk dapat meningkatkan

kadar β- karotin dan vitamin A dalam karkas broiler. Sementara itu, kunyit juga

telah lama dikenal sebagai bumbu masak yang mampu menurunkan bau amis dan

anyir pada produk hewan. Senyawa aktif dalam kunyit yang berpotensi untuk

menurunkan lemak sekaligus sebagai zat antibakteri serta zat antioksidan adalah

curcumin beserta turunannya

Permasalahan

Penggunaan antibiotik sebagai feed additive selama ini memberikan

dampak atau pengaruh yang negatif diantaranya adanya residu dan resistensi

bakteri sehingga akan membahayakan ternak atau manusia yang mengkonsumsi

produk peternakan. Oleh karena itu, diperlukan bahan-bahan alternatif yang aman,

alami dan mudah didapat serta ekonomis sebagai pengganti fungsi feed additive .

Penambahan tepung daun katuk dan rimpang kunyit merupakan salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Daun katuk mengandung

2

Page 3: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

antioksidan dan kunyit mengandung curcumin dapat memperbaiki kecernaan dan

penyerapan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan broiler.

Diharapkan dengan penambahan tepung daun katuk dan tepung rimpang kunyit

dapat memperbaiki penampilan bagian-bagian karkas dan organ dalam broiler.

Hipotesis

Diduga dengan penambahan tepung daun katuk dan tepung rimpang kanyit

dalam ransum dapat berpengaruh terhadap persentase berat bagian-bagian karkas

dan organ dalam pada ayam broiler.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan tepung

daun katuk dan kunyit dalam ransum terhadap persentase berat bagian-bagian

karkas dan organ dalam ayam broiler.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi masyarakat

tentang penambahan tepung daun katuk dan kunyit sebagai feed additive dalam

ransum terhadap persentase berat bagian-bagian karkas dan organ dalam ayam

broiler.

3

Page 4: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Broiler

Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada

umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging (Kartasudjana dan

Suprijatna, 2006). Broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai

kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen (Rasyaf, 1996).

Menurut Indro (2004), broiler merupakan hasil rekayasa genetika dihasilkan

dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari

Amerika prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan sekelompok ayam

dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah turunannya yang tumbuh paling cepat.

Diantara mereka disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi, yang cepat

tumbuh kemudian dikawinkan dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga

diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam broiler. Ayam ini mampu

membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg

dalam waktu 40 hari.

Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya

empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap

pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan

pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya adalah

memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap

suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang

paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami

Page 5: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna,

2006).

Daun Katuk

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan salah satu jenis tanaman semak

yang tergolong dalam suku jarak-jarakan (Euphorbiaceae), dengan ketinggian

mencapai 2-3 m. Katuk dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m diatas

permukaan laut. Toksonomi tanaman Katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(Anonima, 2011) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus

Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-cabang agak lunak, daun tersusun

selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang

2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm (Anonimb, 2008). Katuk (Sauropus androgynus)

merupakan tanaman obat-obatan tradisionil yang mempunyai zat gizi tinggi,

sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat aktif warna karkas.

Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya adalah : saponin, flavonoid, dan

tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen ternyata mampu memperlambat

berkurangnya massa tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat

5

Page 6: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

sebagai antikanker, antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh

(Santoso, 2009).

Menurut Santoso, dkk (2008), Daun katuk kaya akan besi, provitamin A

dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya.

Daun katuk tua terkandung air 10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat

kasar 31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam tepung daun katuk mengandung air 12%, abu 8,91%, lemak 26,32%,

protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, β-carotene (mg/100 g) 165,05 dan energi

(kal) 134,10. Sedangkan menurut Rahayu dan Lenawati (2005), Kandungan

Nutrisi daun katuk per 100 g mempunyai komposisi protein 4,8 g, lemak 1 g,

karbohidrat 11 g, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI,

vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 239 mg, air 81 g. Daun katuk mengandung

khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa

d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau.

Selain zat-zat gizi tersebut di atas, daun katuk juga mengandung senyawa

metabolik sekunder yaitu monomrthyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol

asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-

pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid), saponin, flavonoid dan tanin.

Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat

dan protein dalam tubuh. Tannin menyebabkan gangguan pada proses pencernaan

dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan pertumbuhan. Selain itu, saponin

meningkatkan permeabilitas sel mukosa usus halus, yang berakibat penghambatan

transport nutrisi aktif dan menyebabkan pengambilan/penyerapan zat-zat gizi

6

Page 7: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

dalam saluran pencernaan menjadi terganggu. Unggas lebih sensitif terhadap

saponin daripada ternak monogastrik lainnya. Hal ini menyebabkan turunnya

pertambahan berat badan. (Santoso, dkk., 2004).

Pemberian ekstrak daun katuk juga mampu meningkatkan warna kuning

pada kaki dan kulit karkas ayam broiler. Hal ini sangat wajar karena ekstrak daun

katuk ini kaya akan beta-carotene. Pemberian ekstrak daun katuk ternyata mampu

meningkatkan rasa daging. Peningkatan rasa daging dipengaruhi oleh beberapa zat

kimia. Pada daging broiler, inosinin monofosfat (IMP), K+ dan asam glutamat

sangat berperan dalam penentuan rasa daging ayam. Perubahan ATP menjadi IMP

sangat menentukan rasa daging. Ekstrak daun katuk kaya akan mineral kalium dan

metilpiroglutamat yang dalam tubuh dapat diubah menjadi asam glutamat. Kalium

dan asam glutamat merupakan senyawa utama penyebab rasa enak pada daging

ayam broiler. Selain itu, ekstrak daun katuk juga mampu menurunkan  susut

masak daging ayam. Daging dengan susut masak yang rendah mempunyai

kualitas daging yang lebih baik, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan akan

lebih sedikit. Semakin rendahnya susut masak oleh ekstrak daun katuk mungkin

disebabkan oleh meningkatnya protein daging. Semakin meningkatnya protein

daging maka kemampuannya untuk mengikat air akan meningkat sehingga cairan

yang keluar selama pemasakan akan terhambat. Peningkatan protein daging oleh

pemberian ekstrak daun katuk sangat mungkin karena ekstrak tersebut kaya akan

protein (Santoso, 2009).

Rimpang Kunyit

Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm.

Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau

7

Page 8: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

kekuningan. Kunyit berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun

berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan

menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun

rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut

berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau

akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin.

(Mahendra, 2005).

Kunyit memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut (Anonimc, 2011):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica

Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen antara lain

minyak volatil, campuran minyak (lemak), zat pahit, resin, protein, selulosa, dan

pati. Komponen utamanya adalah pati dengan jumlah berkisar antara 40-50% dari

berat kering. Kunyit mempunyai rasa dan bau yang khas, yaitu pahit dan getir

serta barbau langu. Kunyit berwarna kuning atau jingga pada bagian dalamnya

dan berwarna kecoklatan serta bersisik pada bagian luarnya serta mempunyai

tekstur yang keras tetapi rapuh (Yongki, 2009).

Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif seperti

minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan kimia yang sangat

8

Page 9: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang memberi warna kuning. Selain

itu kandungan kimianya adalah tumeron, zingiberen yang berfungsi sebagai anti-

bakteria, anti-oksidan dan anti-inflamasi (anti-radang) serta minyak pati yang

terdiri dari turmerol, fellandren, kanfer, curcumon dan lain-lain. Komposisi kimia

kunyit Kadar Air 6,0%, Protein 8,0 Karbohidrat 57,0 Serat Kasar 7,0%, Bahan

mineral 6,8% Minyak volatile 3,0% Kurkuma 3,2% Bahan non volatil 9,0%

(Bintang dan Nataamijaya, 2005).

Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa

dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%

tirmeron 58%, seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan gamma atlanton, pati

berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6% (Agustina dan Sri, 2009).

Menurut Riyadi (2009), rimpang tanaman kunyit bermanfaat sebagai anti

inflamasi, anti oksidan, anti mikroba dan kunyit dapat meningkatkan kerja organ

pencernaan unggas adalah untuk merangsang dinding kantong empedu

mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang

mengandung enzim amylase, lipase dan protease yang berguna untuk

meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein.

Disamping itu minyak atsiri yang dikandung kunyit dapat mempercepat

pengosongan isi lambung.

Fungsi dan kegunaan kunyit memberi aroma harum dan rasa, bersifat

bakterisidal terhadap bakteri golongan Bacillus cereuss, Bacillus subtitis, dan

Bacillus megaterium. Selain itu dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif

Bacillus dan menghambat pertumbuhan sporanya. Warna kuning orange pada

9

Page 10: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

rimpang dan memberi karakter kepedasan yang lembut, antibakteri, antiradang,

anti-inflamasi, memperlancar pengeluaran empedu (Agustina dan Sri, 2009)

Bagian-bagian Karkas Broiler

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,

kaki, darah, bulu serta organ dalam (Abubakar dkk, 1991). Karkas ayam

dibedakan menjadi karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi

dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala dan kaki. Karkas ini yaitu karkas

kosong segarnyang diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah dibersihkan.

Persentase karkan sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging

(Priyatno, 2003).

Murtidjo (1987) menyatakan, bahwa rata-rata berat karkas ayam berkisar

antara 65-75% dari berat hidup pada waktu siap potong. Selanjutnya North

(1972) menyatakan, persentase karkas pada ayam umur 7 minggu sekitar 65,7%

untuk ayam betina dan 6,5% untuk ayam jantan.

Menurut Zaenab, dkk (2005), persentase bagian-bagian karkas adalah

persentase karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan dada merupakan bagian yang

banyak mengandung daging, persentase karkas paha sekitar 21,80%, persentase

karkas punggung sekitar 20%, dan persentase karkas sayap 8,6%.

Soeparno (1992), menyatakan faktor yang mempengaruhi karkas adalah

bangsa, jenis kelamin, umur, berat tubuh, hormone dan makanan. Umur

berpengaruh terhadap berat karkas yang disebabkan oleh adanya perubahan alat-

alat tubuh terutama penambahan dari lemak karkas.

Menurut Murtidjo (2003), menyatakan, bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persentase karkas yaitu sebagai berikut :

10

Page 11: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

a. Pengaruh rasa dan aroma

Pengaruh terhadap rasa dan aroma berkaitan dengan komposisi bahan baku

makanan yang dikonsumsi selama pemeliharaan. Penggunaan bahan baku

gandum, menghasilkan jaringan daging yang kering. Bahan baku jagung akan

menghasilkan susunan jaringan daging yang lembut, serta aroma terbaik.

Penggunaan bahan baku tepung ikan akan menghasilkan daging dengan rasa dan

aroma ikan. Penggunaan susu bubuk dalam penyusunan pakan akan memperbaiki

rasa dan aroma daging, karena susu bubuk membantu menghasilkan lemak

dibawah permukaan kulit.

b. Cacat karkas

Cacat karkas berkaitan dengan cara penangkapan yang kasar, keranjang

tempat ayam yang terlalu padat, sehingga menyebabkan tulang mudah patah

maupun memar. Darah pada jaringan yang terkena benturan akan teroksidasi,

selanjutnya mengalami perubahan warna menjadi merah dan biru. Karkas broiler

yang demikian berkualitas rendah, karena akan lebih mudah tercemar

mikroorganisme, dan mudah membusuk. Begitu juga halnya penanganan yang

kasar selama pengolahan, yang menyebabkan kulit tersobek, mengurangi rasa dan

aroma daging. Disamping itu secara hieginis daging kurang terjamin.

c. Cara pemeliharaan

Cara pemeliharaan juga mempunyai kaitan dengan kualitas persentase

karkas broiler. Ayam broiler yang dipelihara dalam kandang lantai yang

11

Page 12: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

beralaskan litter akan memiliki karkas yang baik. Sebaliknya jika dipelihara di

atas lantai (tanpa alas) sering menderita memar dada sehingga kualitasnya

berkurang.

d. Cara pemotongan

Cara pemotongan ayam broiler yang kurang baik juga berpengaruh terhadap

kualitas karkas. Karkas broiler yang berkulit kemerah-merahan menandakan

masih terdapat darah tersisa didalamnya. Padahal pada pemotongan yang

sempurna, darah harus dikeluarkan tuntas. Dengan demikian bisa diharapkan

karkas memiliki lepas potong.

e. Penanganan lepas potong

Setelah dipotong, daging diawetkan dengan dimasukkan pada alat

pendingin. Pendingin yang tidak baik akan mempercepat proses pembusukan

karkas. Pengawetan daging dengan proses pembekuan yang paling baik adalah

pembekuan dengan suhu minus 40oC selama 6 jam. Pada suhu ini seluruh partikel

daging membeku, dan bagian luar seakan-akan membeku menjadi lapisan es.

Bagian Organ Dalam Broiler

Menurut Branion (1963) dalam Nugroho (2010), Viscera adalah bagian

organ dalam atau jeroan dari ternak ayam setelah dipisahkan dari tubuh dan

sebelum dibersihkan giblet (hati, empedal, jantung), serta timbunan lemak pada

empedal. Bobot viscera dipengaruhi oleh jumlah pakan, tekstur pakan, kandungan

serat pakan, dan pakan tambahan berupa grit yang mempengaruhi besar empedal,

sehingga bobot viscera pun meningkat. Menurut Cole dan Ronning (1974) dalam

12

Page 13: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Nugroho (2010), Proporsi viscera pada ayam broiler yang dipanen pada umur 8

minggu adalah 14, 3%-15,9%

Menurut Ensiminger (1998), persentase bagian yang dipisahkan sebelum

menjadi karkas adalah hati/jantung 1,50%, rempela 1,50%, paru-paru 0,90%, usus

8%, leher/kepala 5,60%, darah 3,50%, kaki 3,90%, bulu 6%, karkas 60,10% serta

air 9%.

Hati merupakan organ yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme

lemak, karbohidrat, zat besi, fungsi dedoktofikasi serta berperan dalam

metabolisme dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984).

Pankreas terletak diatara lengkungan duodenum pada usus halus yang

bertanggung jawab pada sekresi enzim pencernaan dan sekresi hormon. Pankreas

berfungsi mensekresikan enzim amylase, lipase, protease, enzim proteolitik, dan

sodium bikarbonat untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak

(Putnam, 1991).

Menurut Ressang (1984), jantung mempunyai daya besar dalam

menyesuaikan diri pada perubahan dalam tubuhnya, besar jantung sangat

dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Unggas umumnya

memiliki ukuran jantung dan bervariasi, berat jantung rata-rata adalah 0,5 – 1,42%

dari berat hidup.

Rempela memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam

mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzard sangat tebal.

Partikel makanan yang berukuran besar akan cepat dipecah menjadi partikel yang

sangat kecil (secara mekanik) sehingga bisa masuk ke saluran pencernaan. Pada

rempela juga mengandung bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang

13

Page 14: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

dan kerikil. Fungsi rempela adalah menggiling dan menghancurkan makanan

menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang biasanya dibatu oleh grit. Berat

rempela adalah 1,6 -2,3% dari berat hidup (Suprijatna, dkk., 2005).

14

Page 15: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian

Penambahan Tepung Daun Katuk dan Tepung Rimpang Kunyit dalam Ransum

bertempat di Laboratorium Industri dan Teknologi Pengolahan Pakan dan analisis

kandungan daun katuk dan kunyit dilaksanakan di Laboratorium Kimia Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Meteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC)

sebanyak 64 ekor, konsentrat, jagung kuning, dedak padi, tepung daun katuk,

tepung rimpang kunyit, viterna, vaksin gumboro, Vaksin NDB1 dan vaksin ND

lasota.

Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti timbangan, kandang koloni

(colony cage) yang terbuat dari kayu yang beralaskan ran kawat dan berukuran

berukuran 4m x 2m yang dibagi menjadi 16 petak dan tiap petak berukuran 1m x

0,5m, tiap petak masing-masing dilengkapi dengan tempat makan dan minum,

balon pijar 40 watt serta peralatan lain seperti timbangan, cutter, pisau, oven,

kompor, panci, gilingan sampel.

Metode Penelitian

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) (Gazper, 1991) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan

Page 16: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daun katuk dan tepung

rimpang kunyit dimana,

P0 : ransum dasar (Kontrol)

P1 : Ransum Dasar + 1% Tepung Daun Katuk

P2 : Ransum Dasar + 1% Tepung Rimpang Kunyit

P3 : Ransum Dasar + 0,5% Tepung Daun Katuk + 0,5% Tepung Rimpang Kunyit

Tabel 1. Komposisi Zat-Zat Makanan Setiap Bahan Pakan (%) yang digunakan Selama Penelitian

No. Jenis pakan PK (%)EM

(Kkal/kg)LK(%) SK(%) Ca(%) P(%)

1. Konsentrat ** 38,00 2298 6,62 8,67 3,22 2,212. Dedak Padi * 12,00 1630 7,90 8,20 0,12 0,503. Jagung Kuning * 9,00 3430 3,80 2,50 0,02 0,10

4.Tepung Daun Katuk**

27,87 1834 6,09 14,72 3,28 0,95

5. Minyak kelapa** - 8900 100 - - -

6.Tepung Rimpang Kunyit**

8,39 2828 13,67 12,77 - -

Sumber : * = Anggorodi (1985) ** = Analisa Laboratorium Kimia Makanan Ternak 2011

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Ransum yang digunakan Tiap Perlakuan

JENIS PAKANPERLAKUAN

P0 P1 P2 P3

Konsentrat (%) 35 35 35 35Dedak Padi (%) 12 12 12 12Jagung Kuning (%) 50 50 50 50Minyak Kelapa (%) 3 3 3 3Total (%) 100 100 100 100Tepung Daun Katuk (%) 0 1 0 0,5Tepung Rimpang Kunyit (%) 0 0 1 0,5Kandungan Nutrisi PakanPK (%) 19,24 19,52 19,32 19,42EM (Kkal/kg) 2981,9 3000,24 3010,18 3005,21LK (%) 8,16 5,22 8,30 8,26SK (%) 5,28 5,41 5,39 5,40Ca (%) 1,15 1,18 1,15 1,17P (%) 0,88 0,89 0,88 0,89

Keterangan : Hasil Perhitungan Berdasarkan Komposisi Zat-zat Makanan Bahan Pakan dari Tabel 1.

16

Page 17: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Pembuatan Tepung Daun Katuk dan Tepung Rimpang Kunyit

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan tepung daun katuk dengan

metode daun katuk keringan dalam oven. Setelah kering daun katuk ditumbuk

menjadi tepung. Tepung yang diperoleh kemudian direndam air selama 30 menit

dimana perbandingan daun katuk dengan air adalah 1:5. Setelah itu, disaring. Hasil

saringan kemudian dikeringkan pada suhu 50˚C selama 36 jam. Sedangkan untuk

pembuatan tepung rimpang yaitu rimpang kunyit segar dijemur di bawah sinar

matahari sampai kering (kadar air sekitar 10%). Kunyit kering kemudian digiling

sampai menjadi tepung. Berikut diagram alur pembuatan tepung daun katuk dan

tepung rimpang kunyit

Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Tepung Daun Katuk.

17

Pengeringan dalam oven bersuhu 50˚-60˚C selama 3 hari

Vartikel diperkecil

Daun katuk direndam air 1:5 selama 30 menit (Santoso, 2010)

Tepung daun katuk siap pakai

Dihaluskan dengan menggunakan

gilingan sampel

Pengeringan dalam oven bersuhu 50˚-60˚C selama 3 hari

Daun Katuk Segar

Page 18: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Gambar 2. Diagram Alur Pembuatan Tepung Rimpang Kunyit

Pemeliharaan Broiler

Day Old Chick (DOC) strain SR 707 adalah hasil persilangan antara ayam

Cornish dan Playmouth Rock yang memang dikhususkan untuk memproduksi

daging, DOC ini ditetaskan di Hatchery Maros DOC yang digunakan berjumlah

64 ekor. Pada saat chick in DOC diberi air gula pasir untuk memenuhi kebutuhan

energi yang hilang dalam perjalanan dan empat jam kemudian DOC diberi pakan

berupa butiran. DOC ditempatkan dalam kandang panggung yang diberi 4 macam

perlakuan, tiap perlakuan terdiri atas 4 petak kandang, tiap petak diisi 5 ekor

broiler yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta balon lampu pijar

masing-masing 1 buah.

Pemeliharaan broiler melalui 2 tahap pemeliharaan, pertama broiler

diberikan ransum butiran selama 21 hari dan pemeliharaan ke 2 yaitu umur 22

18

Kunyit segar

Dikuliti dan dipotong-potong

Pengeringan dalam oven selama 3 hari

dihaluskan dengan menggunakan gilingan sampel

Tepung kunyit siap pakai

Page 19: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

sampai 42 hari diberikan perlakuan daun katuk dan kunyit. Sebelum diberi

perlakuan, broiler ditimbang untuk mendapat berat homogeni sebanyak 64 ekor

dan secara acak dimasukkan ke dalam petak kandang

Pencegahan penyakit ND, maka dilakukan vaksinasi dengan

menggunakan vaksin strain NDBI melalui tetes mata pada umur 3 hari. Vaksin

gumboro diberikan pada umur 14 hari dan vaksin ND lasota diberikan pada umur

21 hari melalui injeksi (suntik). Air minum dan ransum diberikan secara ad

libitum.

Parameter yang Diukur

1. Persentase Berat Bagian Karkas

Pengukuran persentase berat bagian-bagian karkas menurut Zaenab dkk (2005) :

pesentasebagian karkas=berat bagian−bagiankarkas(g)

Berat karkas(g)x 100 %

2. Persentase Berat Organ dalam

Pengukuran berat organ dalam diperoleh dari pembagian antara bobot organ

dalam (hati, pancreas, jantung, rempela) dengan bobot hidup broiler dikalikan

dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat (Auza, 2010).

Persentaseberat∨gan dalam=berat organ dalam broilerberat hidup broiler

x100 %

Pengolahan Data

Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam

sesuai dengan rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang memberi

pengaruh nyata di Uji Kontras Ortogonal (Steel dan Torrie. 1989).

19

Page 20: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Adapun model matematikanya yaitu :

Yij = µ + τί + εij

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan dari perubah pada penggunaan tepung daun katuk dan Kunyit ke-I dengan ulangan ke-j.

µ = Rata-rata pengamatan

τί = Pengaruh perlakuan i

εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = 1, 2, 3 dan 4

J = 1, 2, 3 dan 4

20

Page 21: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Berat Bagian-Bagian Karkas Broiler

Rata-rata persentase berat bagian-bagian karkas broiler masing-masing

perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Persentase Bagian-bagian Karkas Broiler.

Parameter yang diukurPerlakuan

P0 P1 P2 P3

Persentase karkas dada(%) 33,67 34,09 33,52 32,26

Persentase karkas paha (%) 30,96 30,44 33,45 34,54

Persentase karkas punggung (%) 23,77 23,48 22,38 20,72

Persentase karkas sayap (%) 11,49 11,81 11,23 12,98

Sumber : Data Primer, 2011.

Persentase Berat Bagian-Bagian Karkas

Sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun katuk, tepung

rimpang kunyit serta kombinasinya tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap

persentase berat bagian-bagian karkas, baik pada karkas dada, paha, punggung

maupun sayap. Rata-rata persentase berat bagian-bagian karkas secara biologis

tiap perlakuan P0, P1, P2, P3, tertera pada Tabel 3. Tidak adanya pengaruh secara

statistik mungkin disebabkan karena kandungan feed additive yang berupa

antibiotic zinc bacitracin dalam konsentrat yang diberikan dalam ransum lebih

berpengaruh dibanding dengan zat bioaktif dalam daun katuk dan kunyit.

Yamin (2008) menyatakan bahwa Penggunaan antibiotik sebagai feed

additive dalam pakan broiler sangat berperan dalam memicu pertumbuhan dan

Page 22: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

meningkatkan efisiensi pakan. Flavomycin dan Bacitracin dapat digunakan

sebagai feed additive dalam ransum broiler. Dalam daun katuk terdapat senyawa

flavonoid. Kegunaan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak diteliti, dimana

flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan

juga sebagai anti radikal bebas (Rukmana, 2003). Sedangkan senyawa aktif utama

dalam kunyit adalah curcumin, suatu antioksidan kuat dan turmerin suatu

antioksidan peptida. Senyawa aktif dalam kunyit yang berpotensi sebagai zat

antibakteri serta zat antioksidan adalah curcumin (Sundaryno, 2005).

Persentase karkas dada secara biologis paling tinggi diperoleh pada

perlakuan P1 (33,67%) dan paling rendah pada perlakuan P3 (32,26%). Persentase

bagian karkas paha paling tinggi diperoleh pada perlakuan P3 (34,54%) dan paling

rendah pada perlakuan P1 (30,44%). Persentase karkas punggung paling tinggi

diperoleh pada perlakuan P0 (23,77%) dan paling rendah pada perlakuan P3

(20,72%). Sedangkan pada persentase bagian karkas sayap paling tinggi

diperoleh pada perlakuan P3 (12,98%) dan paling rendah pada perlakuan P2

(11,23%).

Penelitian sebelummnya yang dilaksnakan oleh Asriani (2009) yaitu rata-

rata persentase bagian karkas dada broiler antara 32,08% - 33,40%, paha 29,69%

- 32,08%, punggung 23,11% - 25,95%, sayap 11,83% - 13,7% dimana

penelitiannya menggunakan penambahan ragi tape sebagai sumber probiotik

dalam ransum. Sedangkan menurut Sams (2001) persentase bagian karkas dada

25%, paha 33%, sayap 14%, punggung 17%, dan jeroan 11%.

22

Page 23: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Persentase Berat Organ Dalam Broiler

Rata-rata persentase berat organ dalam broiler masing-masing perlakuan

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Persentase Berat Organ Dalam Broiler.

Parameter yang diukurPerlakuan

P0 P1 P2 P3

Persentase Rempela (%) 1,12 1,24 1,16 1,31

Persentase Hati (%) 1,62 1,54 1,73 1,60

Persentase Jantung (%) 0,44 0,46 0,42 0,43

Persentase Pankreas (%) 0,16 0,16 0,17 0,15

Sumber : Data Primer, 2011.

Persentase Organ Dalam Broiler

Sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun katuk, tepung

rimpang kunyit serta kombinasinya tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap

persentase berat berat organ dalam broiler, baik pada rempela, hati, jantung

maupun pagkreas. Rata-rata persentase berat organ dlam broiler secara biologis

tiap perlakuan P0, P1, P2, P3, tertera pada tabel 4. Tidak adanya pengaruh secara

statistik mungkin disebabkan karena kandungan feed additive yang berupa

antibiotic zinc bacitracin dalam konsentrat yang diberikan dalam ransum lebih

berpengaruh dibanding dengan zat bioaktif dalam daun katuk dan kunyit.

Rata-rata berat rempela yang diperolehbpada penelitian ini adalah antara

1,2% - 1,31%, berat rempela yang diperoleh berada dibawa kisaran normal, bobot

rempela adalah 1,6 – 2,3% dari bobot hidup (Sturkie, 2000). Hal ini mungkin

disebabkan karena perbedaan bobot hidup ayam pada penelitian ini lebih tinggi

23

Page 24: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

dari pada bobot hidup ayam pada penelitian Sturkie. Rempela yang lebih berat

kerjanya lebih berat terhadap makanan yang diberikan seperti dikemukakan oleh

Auza (2010), bahwa rempela dengan bobot yang lebih berat menandakan kerja

rempela lebih berat pada bahan makanan yang diberikan.

Rata-rata persentase berat hati tiap perlakuan antara 1,54% -1,73%, berat

hati pada tiap perlakuan berada dibawah kisaran normal kecuali pada P2 yaitu

1,73. Putnam (1991), menyatakan bahwa persentase hati ayam berkisar antara

1,7% - 2,8%. Persentase berat hati pada perlakuan dengan penambahan kunyit

lebih tinggi dibanding tanpa penambahan kunyit.Hal ini disebabkan karena

adanya senyawa kurkumin yang terdapat dalam tepung kunyit yang mempercepat

kerja hati untuk mensekresikan cairan empedu (Ressang, 1984). Penggunaan

tepung kunyit hingga 0,75% dalam pakan ayam pedaging dapat mempertahankan

beberapa enzim yang bekerja pada hati seperti Serum glutamic oxaloacetic

transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), alkaline

phospathase (ALP), dan lactic dehidrogenase (LDH) yang secara langsung

maupun tidak langsung mencerminkan kesehatan hati (Ernadi dan Kermanshahi,

2007).

Persentase berat jantung tiap perlakuan antara 0,42%-0,46%. Rata-rata

berat jantung tiap perlakuan berada dibawah kisaran normal. Bobot jantung rata-

rata adalah 0,5%-1,42% dari bobot hidup (Nickle, 1977). Hal ini mungkin oleh

karena jantung mampunyai daya untuk menyesuaikan diri dalam tubuhnya, besar

jantung dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktifitas hewan (Ressang, 1984).

Rata-rata persentase berat pangkreas tiap perlakuan antara 0,15%-0,17%.

Berat pangkreas berada dibawah kisaran normal. Bobot pankreas yang msaih

24

Page 25: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

berada dalam kisran normal sekitar 0,25%-0,40% dari bobot hidup atau 2,5 – 4,0

g (Sturkie, 2000). Hal ini mungkin disebabkan karena bobot organ dalam

bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh, jenis, umur, besar dan aktifitaas hewan

(Ressang, 1984). Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan dengan

penambahan kunyit lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa

penambahan kunyit. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kunyit merangsang

keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amylase, lipase dan protease

yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat,

lemak, dan protein (Riyadi, 2009). Dan kunyit juga mengandung minyak atsiri

yang berfungsi untuk mempercepat pengosongan lambung sehingga ayam selalu

mau makan.

25

Page 26: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

KESIMPULAN DAN SARAN

Keimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa penambahan tepung daun

katuk dan tepung rimpang kunyit dan kombinasinya dalam ransum. Tidak

berpengaruh secara statistik terhadap persentase bagian-bagian karkas dan organ-

organ dalam.

Saran

Penambahan tepung daun katuk, rimpang kunyit, dan kombinasinya

masih perlu penelitian lebih lanjut dengan penggunaan level 1 % dalam ransum

sebaiknya tidak menggunakan konsentrat yang tidak mengandung antibiotic

sintetik sehingga kerja zat bioaktif dalam daun katuk dan rimpang kunyit dapat

terlihat secara nyata

26

Page 27: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Triyantini, dan H. Setianto. 1991. Kualitas Fisik Karkas Broiler (Studi Kasusdi Empat Ibukota Propisi Pulau Jawa). Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwekerto. Hlm. 31-35.

Agustina, Laily dan Sri Purwanti. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Peternakan (IDICUS), Makassar.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia, Jakarta.

Anonima.2011. Katuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Katuk. akses 16 Februari 2011

Anonimb. 2008. Daun Katuk Jaga Mutu Sperma. http://daun_katuk_jaga_mutu_sperma.html akses 16 Februari 2011.

______c. 2011. Manfaat Daun Katuk. http://Kumpulantips.blogspot.com. akses 16 Februari 2011

______d. 2011. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. akses 16 Februari 2011

Asriani. 2009. Pengaruh Penambahan Ragi Tape Sebagai Sumber Probiotik dalam Ransum Terhadap Persentase Berat Bagian-bagian Karkas dan Income Over Feed and Chick Cost Broiler Fase Finisher. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Auza, Astuti F. 2010. Efektifitas Pemberian serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Mineral Zink Terhadap Kadar Kolestrol Darah dan Bobot Organ Dalam pada Broiler. Tesis. Program Studi Sistem-sistem Pertanian Konsentrasi Peternakan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Basoeki, B.D.A. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum Tehadap Potongan Komersial Karkas Ayam Broiler Betina Strain Hybro Umur Enam Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bintang, I.A.k dan A.G Nataamijaya. 2005. Pengaruh penambahan tepung kunyit (Curcuma Domestica val) dalam ransum broiler. http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=129 . akses tanggal

Page 28: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Ensiminger.1998. Poultry Science. The Interstate Printer and Publiser, Denvile. p. 10-11.

Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.

Indro. 2004. Serba-serbi Ayam Broiler. www.Republik on Line

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Cetakan pertama. Kanisius,Yogyakarta.

____________. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam. Kasinus, Yogyakarta.

Nickel, R.A., Scummer., E. Seiferle., W.G. Siller., and P.H.L. Wight. 1977. Anatomi of Domestic bird. Verlag Paul Parey, Berlin.

North, M.O. 1972. Commercial chicken production manual. 5rd edition. Company Publishing. Inc. Websport, Connecticut.

Nugroho, A. 2010. Ayam Broiler, Jurnal, Kumis Kucing, Peternakan, Sejarah Ayam,Tanin. http://anungsaptonugroho.wordpress.com/category/jurnal/ akses tanggal 16 Februari 2010.

Priyatno. M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Putnam, P. W. 1991. Handbook of Animal Science. CAB Internasional

Rahayu dan Lenawaty Limantara, 2005. Studi Lapangan Kandungan Khlorofil IN Vivo Beberapa Spesies Tumbuhan Hijau di Salatiga dan Sekitarnya. Seminar Nasional MIPA 2005

Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Percetakan Bali, Bali.

Riyadi, S. 2009. Kunyit dan Jahe Baik untuk Ayam Broiler.http://slamet-riyadi03.blogspot.com/2009/04/kunyit-dan-jahe-baik-untuk-ayam-broiler.html. akses pada tanggal 16 Februari 2011

Rukmana, R dan Indra M.H. 2003. Katuk, Potensi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

28

Page 29: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil Pembahasan, Kesimpulan Dan Saran, Daftar Pustaka

Sams, Alan. 2001. PoultryMeat Processing. Departement Of Poultry Saince Texas A&M University.

Santoso. U. Kususiah. Y. Fenita. S. Wanarsih dan A. Martono. 2010. Pengaruh Suplementasi Ekstrak Daun Katuk Plus Kunyit pada Pakan Berlemak Tinggi Terhadap Kualitas Karkas. http://uripsantoso.wordpress.com/2010/12/15 / JURNAL URIP SANTOSO.html. Akses pada tanggal 16 Februari 2011.

__________. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia dan Produktivitas Ternak. http://uripsantoso.wordpress.com/2009/08/24/ manfaat-daun-katuk-bagi-kesehatan-manusia-dan-produktivitas-ternak/. Akses pada tanggal 16 Februari 2011

_________. Y. Fenita dan Kususiyah. 2008. Penggunaan Ekstrak Air Daun Katuk sebagai Pengganti Feed additive Komersial untuk Memproduksi Meat Designers yang Efisien. Laporan Riset Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

__________________ dan W. Piliang. 2004. Penggunaan Ekstrak Daun Katuk sebagai Feed Additive untuk Memproduksi Meat Designer. Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Soeparno. 1992. Tekhnologi Pengawasan Daging. Institute Pertanian Bogor

Steel, R.G.D and J.H.Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-1. Alihbahasa oleh B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sundaryono, A. 2005. Penentuan Mekanisme Reaksi Kurkumin oleh Larutan Natrium Metanolat. Exacta, 3 (1): 21-27.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sturkie, P.D. 2000. Avian Psiology. Edisi ke-15. Spinger-Verlag, New York

Yamin, Abdul Alim. 2008. Pengunaan Antibiotik dalam Ransum Broiler. http://Abdul_Alim_Yamin_Penggunaan_Antibiotik_dalam_Ransum_Broiler.htm

Yongki. 2009. Cabai Merah, Bawang Putih, Kunyit, Lengkuas dan Jahe. http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2009/01/31/ cabai - merah bawang -putih-kunyit-lengkuas-dan-jahe/. Diakses pada tanggal 3 maret 2011

Zaenab A, B. Bakrie, T. Ramadhan, dan Nasrullah. 2005. Pengaruh Pmberian Jamu Ayam Terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta, Jakarta.

29