tinjauan pustaka dan landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/2572/3/bab ii.pdf · seperti...
TRANSCRIPT
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ayam”. Dalam
penelitiannya, penulis menggunakan metode forward chaining untuk melakukan
diagnosa. Sistem tersebut hanya melakukan diagnosa terhadap masing masing
aturan secara terpisah karena dalam sistem tersebut tidak ada premis dalam satu
aturan yang menjadi konklusi pada aturan yang lain begitu juga sebaliknya (Tentua,
2009).
Penelitian dengan judul “Sistem Pakar dengan Beberapa Knowledge Base
Menggunakan Probabilitas Bayes Dan Mesin Inferensi Forward Chaining”. Dalam
penelitiannya, penulis memfokuskan merancang dan mengimplementasikan sistem
pakar yang memiliki beberapa kepakaran dan beberapa knowlegde base. Serta
mengatasi ketidakpastian keputusan dalam sistem pakar tersebut jika kesimpulan
akhir dari sistem pakar belum mengarah pada satu kesimpulan final (Aribowo,
Agus, & Siti, 2015).
Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Penentuan Bakat Anak Dengan
Menggunakan Metode Forward Chaining”. Penulis memfokuskan penelitiannya
penggunaan sistem pakar dengan metode forward chaining untuk melakukan
penentuan bakat anak. Penulis berpendapat bahwa pendidikan anak akan lebih
efektif bila disesuaikan bakat (Salisah, Nur, Lidya, & Defit, 2015).
Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Infeksi Tropis
Dengan Menggunakan Forward Dan Backward Chaining”, penulis memfokuskan
penanganan diagnosa penyakit infeksi tropis. Penulis juga menggunakan dua buah
metode untuk menambah tingkat akurasi dari sistem pakar tersebut (Satyareni &
Diema, 2012).
Penelitian dengan judul “Perancangan sistem pakar identifikasi penyakit
paru-paru menggunakan metode forward chaining”, penulis memfokuskan untuk
perancangan sistem untuk indentifikasi penyakit paru-paru. Penulis juga
mengungkapkan bahwa sistem pakar ini hanya bersifat konsulatatif dan tidak
5
seperti halnya seorang dokter spesialis yang dapat mengidentifikasi penyakit
tertentu dengan suatu pemikirannya (Putra & Firmansyah, 2011).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Penyakit Ayam
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi terhadap yang dipengaruhinya. Untuk melakukan
diagnosa diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan oleh spesialis (pakar).
Penyakit ayam merupakan kendala utama pada peternakan ayam intensif
dilingkungan tropis seperti di Indonesia. Kerugian ekonomi akibat penyakit,
khususnya penyakit menular, dapat digambarkan dalam bentuk kematian, meskipun
yang lebih sering terjadi adalah bentuk penurunan produksi seperti pada kelompok
penyakit pernafasan. Salah satu kebutuhan yang mendesak saat ini adalah
menentukan penyakit-penyakit yang ada pada peternakan ayam. Selain penyakit-
penyakit menular yang mematikan, penyakit penyakit yang tidak mematikan pun
perlu mendapatkan perhatian, mengingat penyakitpenyakit tersebut juga
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar (Murtidjo, 1992).
Pengamanan terhadap penyakit harus mendapatkan prioritas dan perhatian
khusus, dimana pengendalian tersebut terdiri dari usaha pencegahan dan
pembasmian. Tujuan pengendalian penyakit adalah mengurangi terjangkitnya suatu
penyakit seminimal mungkin sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan
sekecil mungkin. Sedangkan tujuan pembasmian penyakit adalah menghilangkan
penyakit tertentu secara tuntas, sehingga sumber penyakit bisa dimusnahkan.
Beberapa penyakit yang menyerang ternak ayam sebagai berikut (Kementrian,
2014):
1. Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum, yaitu suatu
bakteri bersifat gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang, fakultatif
aerob dan tidak berspora, dan mampu bertahan di tanah hingga satu tahun.
Bakteri mempunyai ukuran lebar 0,3-0,5 mikron dan panjang 1-2,5 mikron,
6
umumnya terdapat dalam bentuk tunggal dan jarang membentuk rantai lebih
dari dua sel. Pertumbuhan optimum pada temperatur 37oC.
2. Kolera ayam adalah penyakit menular yang menyerang unggas peliharaan
dan unggas liar dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi, disebabkan
oleh bakteri Pasteurella multocida (P.multocida) dan tersebar diseluruh
dunia. Penyakit bersifat septikemik dan biasanya berjalan akut, tetapi di
daerah endemik pada bangsa burung yang kurang peka penyakit ini dapat
terjadi secara kronis.
3. Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang
disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas
dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam
dan kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi
karena dapat mencapai 100%.
4. Tetelo merupakan penyakit menular akut yang menyerang ayam dan jenis
unggas lainnya dengan gejala klinis berupa gangguan pernafasan,
pencernaan dan syaraf disertai mortalitas yang sangat tinggi. Penyebabnya
adalah virus yang tergolong Paramyxovirus, termasuk virus ssRNA yang
berukuran 150-250 milimikron, dengan bentuk bervariasi tetapi umumnya
berbentuk spherik. Beberapa strain memiliki bentuk pleomorfk atau bulat
panjang.
5. Tipus Ayam Fowl typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica subspecies enterica serovars Gallinarum
biovars Gallinarum yang terdistribusi di seluruh dunia. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian pada unggas semua golongan umur. Ayam paling
sering menderita penyakit ini, namun unggas lain seperti kalkun, burung
gereja, burung kakatua dan burung kenari juga dapat terinfeksi.
6. Berak darah merupakan penyakit parasiter pada sistem pencernaan unggas
akibat infeksi protozoa genus Emeria. Coccidiosis menyebabkan
pertumbuhan unggas yang tidak optimal akibat menurunnya efsiensi
7
penyerapan nutrisi pakan. Pada kejadian yang kronis, penyakit ini dapat
menyebabkan kematian yang cukup tinggi pada unggas.
7. Gumboro merupakan penyakit menular akut pada ayam berumur muda,
ditandai dengan peradangan hebat bursa Fabricius dan bersifat
imunosupresif yaitu lumpuhnya sistem pertahanan tubuh ayam,
mengakibatkan turunnya respons ayam terhadap vaksinasi dan ayam
menjadi lebih peka terhadap patogen lainnya.
8. Selesma ayam adalah penyakit menular pada unggas yang menyerang
sistem pernapasan dan disebabkan oleh bakteri. Penyakit biasanya bersifat
akut sampai subakut dan dalam progresnya biasanya menjadi kronis.
Penyakit ini ditandai dengan radang katar pada selaput lendir alat
pernafasan bagian atas (rongga hidung, sinus infraobitalis dan trakea bagian
atas).
9. Batuk ayam menahun adalah penyakit pernapasan akut dan sangat menular
pada ayam. Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala pernapasan, seperti
terengah-engah, batuk, bersin, ngorok, dan keluarnya sekresi hidung. Pada
ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi, sedangkan pada
layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi telur, dan
penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan
kerusakan pada ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan.
10. Busung ayam merupakan penyakit neoplasma pada unggas yang bersifat
menular. Penyakit ini disebabkan oleh Leukovirus dari famili Retroviridae.
Lymphoid leukosis merupakan salah satu bentuk dari Leukosis kompleks
atau Lymphoid sarcoma yang disebabkan oleh virus RNA bentuk granuler
atau flamen dan berukuran 80 - 120 mm.
11. Batuk darah merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang
dicirikan dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan
bernafas, konjungtivitis, adanya inflamasi yang mengelilingi membran
mata. Penyakit ini disebabkan oleh Herpes virus, yang mampu hidup 8-10
8
hari pada leleran, lebih dari 70 hari didalam karkas, kemudian dapat hidup
lebih dari 80 hari pada eksudat (trachea atau saluran pernafasan) dalam
kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu dalam flok, dan
lebih lama dibandingkan penyakit respirasi viral yang lainnya.
12. Mareks adalah penyakit menular pada ayam yang disebabkan oleh
Herpesvirus-2 dari famili Herpesviridae yang ditandai oleh proliferasi dan
infltrasi sel limfosit pada syaraf, organ viseral, mata, kulit dan urat daging.
13. Egg drop syndrome disebabkan oleh Adenovirus dari famili Adenoviridae.
Virus EDS’76 dapat mengaglutinasi eritrosit ayam, itik dan kalkun. Virus
EDS’76 diduga berasal dari adenovirus itik. Materi genetik virus tersusun
dari DNA beruntai ganda (ds-DNA), bentuk ikosahedral dan berukuran 70
- 100 nm.
14. Pullert diase penyebab tidak diketahui secara pasti. Beberapa peneliti
melaporkan bahwa penyebabnya bersifat multifaktor. Sejumlah faktor
pendukungnya meliputi kekurangan air, bahan nefrotoksik yang terdapat
pada bahan baku pakan tertentu, panas yang berlebihan, gangguan
keseimbangan Na dan K dan agen infeksius (tergolong virus).
Kejadian–kejadian penyakit yang tidak dilaporkan dan memperoleh
diagnosis, pada akhirnya menjadi kurang terkendali dengan baik, sehingga
menyebabkan kasus produktifitas peternakan skala kecil dibawah potensi
genetiknya.
Produksi ayam buras sangatlah penting dilihat dari sudut sosial ekonomi
masyarakat pedesaan . selain itu pada umumnya ayam buras merupakan sumber
infeksi yang penting bagi peternakan komersial yang berskala besar. Oleh karena
itu, peternakan skala kecil, termasuk didalamnya peternakan ayam buras, tidak
dapat dilepaskan dari perencanaan pengendalian penyakit.
Dewasa ini budidaya ayam sudah digolongkan usaha ekonomi ongkos
tinggi, sehingga menuntut efisiensi tinggi pula dalam menghadapi berbagai macam
9
kendala dan persaingan. Maka sudah sewajarnya pengendalian penyakit harus
memperoleh prioritas utama dalam usaha peternakan ayam.
2.2.2 Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan)
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence adalah salah satu bagian ilmu
komputer yang membuat agar sebuah mesin (komputer) dapat dikatakan melakukan
pekerjaan atau berfikir seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Kecerdasan
buatan juga merupakan suatu sistem informasi yang berhubungan dengan
penangkapan, pemodelan dan penyimpanan kecerdasan manusia dalam sebuah
sistem teknologi informasi sehingga sistem tersebut memiliki kecerdasan seperti
yang dimiliki manusia. Sistem ini dikembangkan untuk mengembangkan metode
dan sistem untuk menyelesaikan masalah, biasanya diselesaikan melalui aktifivitas
intelektual manusia, misal pengolahan citra, perencanaan, peramalan dan lain-lain,
meningkatkan kinerja sistem informasi yang berbasis komputer (Afrianto, 2012).
Menurut John McCarthy, 1956, AI : “Untuk mengetahui dan memodelkan
proses – proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan
perilaku manusia.”
Cerdas adalah memiliki pengetahuan dan pengalaman, penalaran yaitu
bagaimana membuat keputusan dan mengambil tindakan. Agar mesin bisa cerdas
atau bertindak seperti dan sebaik manusia, maka harus diberikan basis pengetahuan
yang bisa disebut dengan knowledge base dari seorang manusia (pakar)
kedalamnya sehingga sistem bisa meniru perilaku tersebut yang telah diproses
melalui motor inferensi. Penerapan kecerdasan buatan digambarkan pada Gambar
2.1 (Afrianto, 2012) ada dua bagian utama yang harus ada dan dibutuhkan untuk
aplikasi kecerdasan buatan bisa berjalan dengan baik adalah :
a. Basis pengetahuan (knowledge base): berisi fakta-fakta, teori, pemikiran
dan hubungan antara satu dengan lainnya.
b. Motor inferensi (inference engine) : kemampuan menarik kesimpulan
berdasarkan pengetahuan.
10
Lebih detilnya, pengertian kecerdasan buatan dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang, antara lain:
1. Sudut pandang kecerdasan.
Kecerdasan buatan akan membuat mesin menjadi ‘cerdas’ (mampu berbuat
seperti apa yang dilakukan oleh manusia).
2. Sudut sudut pandang penelitian.
Kecerdasan buatan adalah suatu studi bagaimana membuat agar komputer
dapat melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan oleh manusia.
3. Sudut pandang bisnis.
Kecerdasan buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerfull dan
metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
4. Sudut pandang pemrograman.
Kecerdasan buatan meliputi studi tentang pemrograman simbolik,
penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching).
2.2.3 Sistem Pakar Dan Definisinya
Sistem pakar adalah cabang dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence),
yaitu dengan menyimpan kepakaran dari pakar manusia ke dalam komputer dan
meyimpan basis pengetahuan di dalam sistem (komputer) sehingga memungkinkan
user dapat berkonsultasi layaknya dengan pakar manusia atau dengan kata lain, user
bisa memecahkan serangkaian masalah dengan cepat tanpa menguasai bidang
kepakaran tersebut. Program sistem pakar tersebut mencoba untuk menirukan
proses penalaran seorang pakar dalam memecahkan masalah yang rumit. Sistem
pakar disebut juga sebagai aplikasi atau sistem kecerdasan buatan yang banyak
dikembangkan dan paling banyak digunakan. Di dalam sistem pakar sendiri
terdapat tiga bagian utama, yaitu Knowledge Base dan Working Memory yang
Gambar 2. 1 Penerapan Kecerdasan Buatan
11
diolah dalam Inference Engine sehingga menghasilkan suatu pemecahan atas suatu
masalah (Dhany, 2009)
Ada beberapa definisi tentang sistem pakar, sebagai berikut:
1. Menurut Durkin: sistem pakar adalah suatu program komputer yang
dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang
dilukukan oleh seorang pakar.
2. Menurut Ignizio: sistem pakar adalah suatu model dan prosedur yang
berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya
dapat dibandingkan dengan keahlian seorang pakar.
3. Menurut Giarratano dan Riley: sistem pakar adalah suatu sistem komputer
yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar.
2.2.4 Keuntungan Sistem Pakar
Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya
sistem pakar, sebagai berikut:
1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.
3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
4. Meningkatkan output dan produktivitas.
5. Meningkatkan kualitas.
6. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang
termasuk keahlian langka).
7. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan.
9. Memiliki reliabilitas.
10. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.
11. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap
dan mengandung ketidakpastian.
12. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.
13. Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah.
14. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
12
2.2.5 Kelemahan Sistem Pakar
Disamping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki
beberapa kelemahan, sebagai berikut:
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan
pakar di bidangnya.
3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar hal ini tentu saja berkaitan dengan
metode-metode yang berbeda dan juga setiap pakar memiliki tingkat
keyakinan yang berbeda.
2.2.6 Bentuk Sistem Pakar
1. Berdiri sendiri.
Sistem pakar jenis ini merupakan software yang berdiri sendiri tidak
tergabung dengan software yang lainnya.
2. Tergabung.
Sistem pakar jenis ini merupakan bagian program yang terkandung di dalam
suatu algoritma (konvensional), atau merupakan program dimana di
dalamnya memanggil algoritma subrutin lain (konvensianal).
3. Menghubungkan ke software lain.
Bentuk ini biasanya merupakan sistem pakar yang menghubungkan ke suatu
paket program tertentu, missal dengan DBMS program grafik. Pada saat
proses inferensi, sistem pakar bisa mengakses data dalam spreadsheet atau
DBMS atau program grafik bisa dipanggil untuk menayangkan output
visual.
4. Sistem mengabdi.
Sistem pakar merupakan bagian dari komputer khusus yang dihubungkan
dengan suatu fungsi tertentu. Misalnya sistem pakar yang digunakan untuk
membantu menganalisis data radar.
2.2.7 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu lingkungan pengembangan
(development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
13
Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar baik dari
segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi
digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi (Aribowo, Agus, &
Siti, 2015).
2.2.8 Komponen Sistem Pakar
1. Antarmuka Pengguna (User Interface)
Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar
untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan
mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu
antarmuka juga menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh pemakai.
2. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman formulasi
dan penyelesaian masalah.
Basis pengetahuan terdiri dari 2 elemen dasar, yaitu:
a. Fakta : informasi tentang obyek dalam area permasalahan tertentu.
b. Aturan : informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru dari
fakta yang telah diketahui.
3. Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi transfer dan transformasi keahlian
dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program
komputer.
Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk
selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh
dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data laporan penelitian dan
pengalaman pemakai.
Metode akuisisi pengetahuan :
a. Wawancara : metode yang paling banyak digunakan, yang melibatkan
pembicaan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara.
b. Analisis protokol : merupakan suatu metode akuisisi pengetahuan
dimana pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan dan
14
mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata.
(direkam, ditulis, dan dianailisis).
c. Observasi pada pekerjaan pakar : merupakan suatu metode akuisisi
dengan cara merekam dan mengobservasi Sesuatu pekerjaan dalam
bidang tertentu yang dilakukan oleh pakar.
d. Induksi aturan dari contoh : Induksi adalah suatu proses penalaran dari
khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi contoh-contoh dari
suatu masalah yang hasilnya telah diketahui. Setelah diberikan beberapa
contoh, sistem induksi aturan tersebut dapat membuat aturan yang benar
untuk kasus-kasus contoh. Selanjutnya aturan dapat digunakan untuk
menilai kasus lain yang hasilnya tidak diketahui.
4. Mesin/ Motor Inferensi (Inference Engine)
Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang
digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah.
Mesin inferensi merupakan program komputer yang memberikan
metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis
pengetahuan dan dalam workplace dan untuk memformulasikan
kesimpulan.
5. Workplace / Blackboard
Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working
memory) yang digunakan untuk merekam kejadian yang sedang
berlangsung termasuk keputusan sementara.
Ada 3 keputusan yang dapat direkam:
a. Rencana : bagaimana menghadapi masalah
b. Agenda : aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk
dieksekusi
c. Solusi : calon aksi yang akan dibangkitkan
6. Fasilitas Penjelasan
Adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem
pakar. Digunakan untuk melacak respond dan memberikan penjelasan
tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.
15
7. Perbaikan Pengetahuan
Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisa dan meningkatkan
kinerjanya serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. Kemampuan
tersebut adalah penting dalam pembelajaran terkomputerisasi, sehingga
program akan mampu menganalisis penyebab kesuksesan dan kegagalan
yang dialaminya dan juga mengevaluasi apakah pengetahuan-pengetahuan
yang ada masih cocok untuk digunakan di masa mendatang.
Arsitektur sistem pakar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Rohman,
Fahrur, & Fauzijah, 2008).
Gambar 2. 2 Struktur Sistem Pakar
2.2.9 Forward Chaining
Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu).
Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji
kebenaran hipotesis. Pada proses ini gejala-gejala penyakit pada ayam yang telah
di masukan oleh user akan dibandingkan dengan basis pengetahuan yang sudah
16
tersimpan dalam database sistem (knowledge base). Representasi pengetahuan yang
digunakan dalam bagian ini adalah dengan menggunakan Kaidah Produksi, kaidah
ini dapat dikatakan sebagai hubungan implikasi dua bagian, yaitu : bagian premis
(jika) dan bagian konklusi (maka) (If_Then). Apabila bagian premis dipenuhi maka
bagian konklusi juga akan bernilai benar. Hal ini diperlukan untuk menentukan
proses pencarian penyakit atau menentukan kesimpulan akhir. Pada dasarnya
sistem ini akan melakukan diagnosa suatu penyakit berdasarkan gejalanya maka
operator logika yang akan digunakan adalah opeator logika AND. Rumus Forward
Chaining IF A AND E THEN F; IF F AND G THEN D; IF E AND G THEN H.
Seperti Gambar 2.3 (Utami, 2011).
2.2.10 Backward Chaining
Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan
(THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih
dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta
yang ada dalam basis pengetahuan. Proses backward chaining dapat dilihat
pada Gambar 2.4 (Utami, 2011).
Gambar 2. 3 Forward Chaining