tinjauan pustaka dan landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/2572/3/bab ii.pdf · seperti...

14
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ayam”. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan metode forward chaining untuk melakukan diagnosa. Sistem tersebut hanya melakukan diagnosa terhadap masing masing aturan secara terpisah karena dalam sistem tersebut tidak ada premis dalam satu aturan yang menjadi konklusi pada aturan yang lain begitu juga sebaliknya (Tentua, 2009). Penelitian dengan judul “Sistem Pakar dengan Beberapa Knowledge Base Menggunakan Probabilitas Bayes Dan Mesin Inferensi Forward Chaining”. Dalam penelitiannya, penulis memfokuskan merancang dan mengimplementasikan sistem pakar yang memiliki beberapa kepakaran dan beberapa knowlegde base. Serta mengatasi ketidakpastian keputusan dalam sistem pakar tersebut jika kesimpulan akhir dari sistem pakar belum mengarah pada satu kesimpulan final (Aribowo, Agus, & Siti, 2015). Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Penentuan Bakat Anak Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining”. Penulis memfokuskan penelitiannya penggunaan sistem pakar dengan metode forward chaining untuk melakukan penentuan bakat anak. Penulis berpendapat bahwa pendidikan anak akan lebih efektif bila disesuaikan bakat (Salisah, Nur, Lidya, & Defit, 2015). Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Infeksi Tropis Dengan Menggunakan Forward Dan Backward Chaining”, penulis memfokuskan penanganan diagnosa penyakit infeksi tropis. Penulis juga menggunakan dua buah metode untuk menambah tingkat akurasi dari sistem pakar tersebut (Satyareni & Diema, 2012). Penelitian dengan judul “Perancangan sistem pakar identifikasi penyakit paru-paru menggunakan metode forward chaining”, penulis memfokuskan untuk perancangan sistem untuk indentifikasi penyakit paru-paru. Penulis juga mengungkapkan bahwa sistem pakar ini hanya bersifat konsulatatif dan tidak

Upload: nguyenkhanh

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ayam”. Dalam

penelitiannya, penulis menggunakan metode forward chaining untuk melakukan

diagnosa. Sistem tersebut hanya melakukan diagnosa terhadap masing masing

aturan secara terpisah karena dalam sistem tersebut tidak ada premis dalam satu

aturan yang menjadi konklusi pada aturan yang lain begitu juga sebaliknya (Tentua,

2009).

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar dengan Beberapa Knowledge Base

Menggunakan Probabilitas Bayes Dan Mesin Inferensi Forward Chaining”. Dalam

penelitiannya, penulis memfokuskan merancang dan mengimplementasikan sistem

pakar yang memiliki beberapa kepakaran dan beberapa knowlegde base. Serta

mengatasi ketidakpastian keputusan dalam sistem pakar tersebut jika kesimpulan

akhir dari sistem pakar belum mengarah pada satu kesimpulan final (Aribowo,

Agus, & Siti, 2015).

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Penentuan Bakat Anak Dengan

Menggunakan Metode Forward Chaining”. Penulis memfokuskan penelitiannya

penggunaan sistem pakar dengan metode forward chaining untuk melakukan

penentuan bakat anak. Penulis berpendapat bahwa pendidikan anak akan lebih

efektif bila disesuaikan bakat (Salisah, Nur, Lidya, & Defit, 2015).

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Infeksi Tropis

Dengan Menggunakan Forward Dan Backward Chaining”, penulis memfokuskan

penanganan diagnosa penyakit infeksi tropis. Penulis juga menggunakan dua buah

metode untuk menambah tingkat akurasi dari sistem pakar tersebut (Satyareni &

Diema, 2012).

Penelitian dengan judul “Perancangan sistem pakar identifikasi penyakit

paru-paru menggunakan metode forward chaining”, penulis memfokuskan untuk

perancangan sistem untuk indentifikasi penyakit paru-paru. Penulis juga

mengungkapkan bahwa sistem pakar ini hanya bersifat konsulatatif dan tidak

5

seperti halnya seorang dokter spesialis yang dapat mengidentifikasi penyakit

tertentu dengan suatu pemikirannya (Putra & Firmansyah, 2011).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Penyakit Ayam

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh yang menyebabkan

ketidaknyamanan, disfungsi terhadap yang dipengaruhinya. Untuk melakukan

diagnosa diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan oleh spesialis (pakar).

Penyakit ayam merupakan kendala utama pada peternakan ayam intensif

dilingkungan tropis seperti di Indonesia. Kerugian ekonomi akibat penyakit,

khususnya penyakit menular, dapat digambarkan dalam bentuk kematian, meskipun

yang lebih sering terjadi adalah bentuk penurunan produksi seperti pada kelompok

penyakit pernafasan. Salah satu kebutuhan yang mendesak saat ini adalah

menentukan penyakit-penyakit yang ada pada peternakan ayam. Selain penyakit-

penyakit menular yang mematikan, penyakit penyakit yang tidak mematikan pun

perlu mendapatkan perhatian, mengingat penyakitpenyakit tersebut juga

menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar (Murtidjo, 1992).

Pengamanan terhadap penyakit harus mendapatkan prioritas dan perhatian

khusus, dimana pengendalian tersebut terdiri dari usaha pencegahan dan

pembasmian. Tujuan pengendalian penyakit adalah mengurangi terjangkitnya suatu

penyakit seminimal mungkin sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan

sekecil mungkin. Sedangkan tujuan pembasmian penyakit adalah menghilangkan

penyakit tertentu secara tuntas, sehingga sumber penyakit bisa dimusnahkan.

Beberapa penyakit yang menyerang ternak ayam sebagai berikut (Kementrian,

2014):

1. Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum, yaitu suatu

bakteri bersifat gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang, fakultatif

aerob dan tidak berspora, dan mampu bertahan di tanah hingga satu tahun.

Bakteri mempunyai ukuran lebar 0,3-0,5 mikron dan panjang 1-2,5 mikron,

6

umumnya terdapat dalam bentuk tunggal dan jarang membentuk rantai lebih

dari dua sel. Pertumbuhan optimum pada temperatur 37oC.

2. Kolera ayam adalah penyakit menular yang menyerang unggas peliharaan

dan unggas liar dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi, disebabkan

oleh bakteri Pasteurella multocida (P.multocida) dan tersebar diseluruh

dunia. Penyakit bersifat septikemik dan biasanya berjalan akut, tetapi di

daerah endemik pada bangsa burung yang kurang peka penyakit ini dapat

terjadi secara kronis.

3. Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang

disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas

dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam

dan kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi

karena dapat mencapai 100%.

4. Tetelo merupakan penyakit menular akut yang menyerang ayam dan jenis

unggas lainnya dengan gejala klinis berupa gangguan pernafasan,

pencernaan dan syaraf disertai mortalitas yang sangat tinggi. Penyebabnya

adalah virus yang tergolong Paramyxovirus, termasuk virus ssRNA yang

berukuran 150-250 milimikron, dengan bentuk bervariasi tetapi umumnya

berbentuk spherik. Beberapa strain memiliki bentuk pleomorfk atau bulat

panjang.

5. Tipus Ayam Fowl typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella enterica subspecies enterica serovars Gallinarum

biovars Gallinarum yang terdistribusi di seluruh dunia. Penyakit ini dapat

menyebabkan kematian pada unggas semua golongan umur. Ayam paling

sering menderita penyakit ini, namun unggas lain seperti kalkun, burung

gereja, burung kakatua dan burung kenari juga dapat terinfeksi.

6. Berak darah merupakan penyakit parasiter pada sistem pencernaan unggas

akibat infeksi protozoa genus Emeria. Coccidiosis menyebabkan

pertumbuhan unggas yang tidak optimal akibat menurunnya efsiensi

7

penyerapan nutrisi pakan. Pada kejadian yang kronis, penyakit ini dapat

menyebabkan kematian yang cukup tinggi pada unggas.

7. Gumboro merupakan penyakit menular akut pada ayam berumur muda,

ditandai dengan peradangan hebat bursa Fabricius dan bersifat

imunosupresif yaitu lumpuhnya sistem pertahanan tubuh ayam,

mengakibatkan turunnya respons ayam terhadap vaksinasi dan ayam

menjadi lebih peka terhadap patogen lainnya.

8. Selesma ayam adalah penyakit menular pada unggas yang menyerang

sistem pernapasan dan disebabkan oleh bakteri. Penyakit biasanya bersifat

akut sampai subakut dan dalam progresnya biasanya menjadi kronis.

Penyakit ini ditandai dengan radang katar pada selaput lendir alat

pernafasan bagian atas (rongga hidung, sinus infraobitalis dan trakea bagian

atas).

9. Batuk ayam menahun adalah penyakit pernapasan akut dan sangat menular

pada ayam. Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala pernapasan, seperti

terengah-engah, batuk, bersin, ngorok, dan keluarnya sekresi hidung. Pada

ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi, sedangkan pada

layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi telur, dan

penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan

kerusakan pada ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan.

10. Busung ayam merupakan penyakit neoplasma pada unggas yang bersifat

menular. Penyakit ini disebabkan oleh Leukovirus dari famili Retroviridae.

Lymphoid leukosis merupakan salah satu bentuk dari Leukosis kompleks

atau Lymphoid sarcoma yang disebabkan oleh virus RNA bentuk granuler

atau flamen dan berukuran 80 - 120 mm.

11. Batuk darah merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang

dicirikan dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan

bernafas, konjungtivitis, adanya inflamasi yang mengelilingi membran

mata. Penyakit ini disebabkan oleh Herpes virus, yang mampu hidup 8-10

8

hari pada leleran, lebih dari 70 hari didalam karkas, kemudian dapat hidup

lebih dari 80 hari pada eksudat (trachea atau saluran pernafasan) dalam

kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu dalam flok, dan

lebih lama dibandingkan penyakit respirasi viral yang lainnya.

12. Mareks adalah penyakit menular pada ayam yang disebabkan oleh

Herpesvirus-2 dari famili Herpesviridae yang ditandai oleh proliferasi dan

infltrasi sel limfosit pada syaraf, organ viseral, mata, kulit dan urat daging.

13. Egg drop syndrome disebabkan oleh Adenovirus dari famili Adenoviridae.

Virus EDS’76 dapat mengaglutinasi eritrosit ayam, itik dan kalkun. Virus

EDS’76 diduga berasal dari adenovirus itik. Materi genetik virus tersusun

dari DNA beruntai ganda (ds-DNA), bentuk ikosahedral dan berukuran 70

- 100 nm.

14. Pullert diase penyebab tidak diketahui secara pasti. Beberapa peneliti

melaporkan bahwa penyebabnya bersifat multifaktor. Sejumlah faktor

pendukungnya meliputi kekurangan air, bahan nefrotoksik yang terdapat

pada bahan baku pakan tertentu, panas yang berlebihan, gangguan

keseimbangan Na dan K dan agen infeksius (tergolong virus).

Kejadian–kejadian penyakit yang tidak dilaporkan dan memperoleh

diagnosis, pada akhirnya menjadi kurang terkendali dengan baik, sehingga

menyebabkan kasus produktifitas peternakan skala kecil dibawah potensi

genetiknya.

Produksi ayam buras sangatlah penting dilihat dari sudut sosial ekonomi

masyarakat pedesaan . selain itu pada umumnya ayam buras merupakan sumber

infeksi yang penting bagi peternakan komersial yang berskala besar. Oleh karena

itu, peternakan skala kecil, termasuk didalamnya peternakan ayam buras, tidak

dapat dilepaskan dari perencanaan pengendalian penyakit.

Dewasa ini budidaya ayam sudah digolongkan usaha ekonomi ongkos

tinggi, sehingga menuntut efisiensi tinggi pula dalam menghadapi berbagai macam

9

kendala dan persaingan. Maka sudah sewajarnya pengendalian penyakit harus

memperoleh prioritas utama dalam usaha peternakan ayam.

2.2.2 Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan)

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence adalah salah satu bagian ilmu

komputer yang membuat agar sebuah mesin (komputer) dapat dikatakan melakukan

pekerjaan atau berfikir seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Kecerdasan

buatan juga merupakan suatu sistem informasi yang berhubungan dengan

penangkapan, pemodelan dan penyimpanan kecerdasan manusia dalam sebuah

sistem teknologi informasi sehingga sistem tersebut memiliki kecerdasan seperti

yang dimiliki manusia. Sistem ini dikembangkan untuk mengembangkan metode

dan sistem untuk menyelesaikan masalah, biasanya diselesaikan melalui aktifivitas

intelektual manusia, misal pengolahan citra, perencanaan, peramalan dan lain-lain,

meningkatkan kinerja sistem informasi yang berbasis komputer (Afrianto, 2012).

Menurut John McCarthy, 1956, AI : “Untuk mengetahui dan memodelkan

proses – proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan

perilaku manusia.”

Cerdas adalah memiliki pengetahuan dan pengalaman, penalaran yaitu

bagaimana membuat keputusan dan mengambil tindakan. Agar mesin bisa cerdas

atau bertindak seperti dan sebaik manusia, maka harus diberikan basis pengetahuan

yang bisa disebut dengan knowledge base dari seorang manusia (pakar)

kedalamnya sehingga sistem bisa meniru perilaku tersebut yang telah diproses

melalui motor inferensi. Penerapan kecerdasan buatan digambarkan pada Gambar

2.1 (Afrianto, 2012) ada dua bagian utama yang harus ada dan dibutuhkan untuk

aplikasi kecerdasan buatan bisa berjalan dengan baik adalah :

a. Basis pengetahuan (knowledge base): berisi fakta-fakta, teori, pemikiran

dan hubungan antara satu dengan lainnya.

b. Motor inferensi (inference engine) : kemampuan menarik kesimpulan

berdasarkan pengetahuan.

10

Lebih detilnya, pengertian kecerdasan buatan dapat dipandang dari berbagai sudut

pandang, antara lain:

1. Sudut pandang kecerdasan.

Kecerdasan buatan akan membuat mesin menjadi ‘cerdas’ (mampu berbuat

seperti apa yang dilakukan oleh manusia).

2. Sudut sudut pandang penelitian.

Kecerdasan buatan adalah suatu studi bagaimana membuat agar komputer

dapat melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan oleh manusia.

3. Sudut pandang bisnis.

Kecerdasan buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerfull dan

metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.

4. Sudut pandang pemrograman.

Kecerdasan buatan meliputi studi tentang pemrograman simbolik,

penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching).

2.2.3 Sistem Pakar Dan Definisinya

Sistem pakar adalah cabang dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence),

yaitu dengan menyimpan kepakaran dari pakar manusia ke dalam komputer dan

meyimpan basis pengetahuan di dalam sistem (komputer) sehingga memungkinkan

user dapat berkonsultasi layaknya dengan pakar manusia atau dengan kata lain, user

bisa memecahkan serangkaian masalah dengan cepat tanpa menguasai bidang

kepakaran tersebut. Program sistem pakar tersebut mencoba untuk menirukan

proses penalaran seorang pakar dalam memecahkan masalah yang rumit. Sistem

pakar disebut juga sebagai aplikasi atau sistem kecerdasan buatan yang banyak

dikembangkan dan paling banyak digunakan. Di dalam sistem pakar sendiri

terdapat tiga bagian utama, yaitu Knowledge Base dan Working Memory yang

Gambar 2. 1 Penerapan Kecerdasan Buatan

11

diolah dalam Inference Engine sehingga menghasilkan suatu pemecahan atas suatu

masalah (Dhany, 2009)

Ada beberapa definisi tentang sistem pakar, sebagai berikut:

1. Menurut Durkin: sistem pakar adalah suatu program komputer yang

dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang

dilukukan oleh seorang pakar.

2. Menurut Ignizio: sistem pakar adalah suatu model dan prosedur yang

berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya

dapat dibandingkan dengan keahlian seorang pakar.

3. Menurut Giarratano dan Riley: sistem pakar adalah suatu sistem komputer

yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar.

2.2.4 Keuntungan Sistem Pakar

Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya

sistem pakar, sebagai berikut:

1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.

2. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.

3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.

4. Meningkatkan output dan produktivitas.

5. Meningkatkan kualitas.

6. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang

termasuk keahlian langka).

7. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.

8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan.

9. Memiliki reliabilitas.

10. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.

11. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap

dan mengandung ketidakpastian.

12. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.

13. Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah.

14. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.

12

2.2.5 Kelemahan Sistem Pakar

Disamping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki

beberapa kelemahan, sebagai berikut:

1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.

2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan

pakar di bidangnya.

3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar hal ini tentu saja berkaitan dengan

metode-metode yang berbeda dan juga setiap pakar memiliki tingkat

keyakinan yang berbeda.

2.2.6 Bentuk Sistem Pakar

1. Berdiri sendiri.

Sistem pakar jenis ini merupakan software yang berdiri sendiri tidak

tergabung dengan software yang lainnya.

2. Tergabung.

Sistem pakar jenis ini merupakan bagian program yang terkandung di dalam

suatu algoritma (konvensional), atau merupakan program dimana di

dalamnya memanggil algoritma subrutin lain (konvensianal).

3. Menghubungkan ke software lain.

Bentuk ini biasanya merupakan sistem pakar yang menghubungkan ke suatu

paket program tertentu, missal dengan DBMS program grafik. Pada saat

proses inferensi, sistem pakar bisa mengakses data dalam spreadsheet atau

DBMS atau program grafik bisa dipanggil untuk menayangkan output

visual.

4. Sistem mengabdi.

Sistem pakar merupakan bagian dari komputer khusus yang dihubungkan

dengan suatu fungsi tertentu. Misalnya sistem pakar yang digunakan untuk

membantu menganalisis data radar.

2.2.7 Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu lingkungan pengembangan

(development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).

13

Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar baik dari

segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi

digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi (Aribowo, Agus, &

Siti, 2015).

2.2.8 Komponen Sistem Pakar

1. Antarmuka Pengguna (User Interface)

Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar

untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan

mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu

antarmuka juga menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk

yang dapat dimengerti oleh pemakai.

2. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman formulasi

dan penyelesaian masalah.

Basis pengetahuan terdiri dari 2 elemen dasar, yaitu:

a. Fakta : informasi tentang obyek dalam area permasalahan tertentu.

b. Aturan : informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru dari

fakta yang telah diketahui.

3. Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)

Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi transfer dan transformasi keahlian

dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program

komputer.

Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk

selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh

dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data laporan penelitian dan

pengalaman pemakai.

Metode akuisisi pengetahuan :

a. Wawancara : metode yang paling banyak digunakan, yang melibatkan

pembicaan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara.

b. Analisis protokol : merupakan suatu metode akuisisi pengetahuan

dimana pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan dan

14

mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata.

(direkam, ditulis, dan dianailisis).

c. Observasi pada pekerjaan pakar : merupakan suatu metode akuisisi

dengan cara merekam dan mengobservasi Sesuatu pekerjaan dalam

bidang tertentu yang dilakukan oleh pakar.

d. Induksi aturan dari contoh : Induksi adalah suatu proses penalaran dari

khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi contoh-contoh dari

suatu masalah yang hasilnya telah diketahui. Setelah diberikan beberapa

contoh, sistem induksi aturan tersebut dapat membuat aturan yang benar

untuk kasus-kasus contoh. Selanjutnya aturan dapat digunakan untuk

menilai kasus lain yang hasilnya tidak diketahui.

4. Mesin/ Motor Inferensi (Inference Engine)

Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang

digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah.

Mesin inferensi merupakan program komputer yang memberikan

metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis

pengetahuan dan dalam workplace dan untuk memformulasikan

kesimpulan.

5. Workplace / Blackboard

Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working

memory) yang digunakan untuk merekam kejadian yang sedang

berlangsung termasuk keputusan sementara.

Ada 3 keputusan yang dapat direkam:

a. Rencana : bagaimana menghadapi masalah

b. Agenda : aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk

dieksekusi

c. Solusi : calon aksi yang akan dibangkitkan

6. Fasilitas Penjelasan

Adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem

pakar. Digunakan untuk melacak respond dan memberikan penjelasan

tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.

15

7. Perbaikan Pengetahuan

Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisa dan meningkatkan

kinerjanya serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. Kemampuan

tersebut adalah penting dalam pembelajaran terkomputerisasi, sehingga

program akan mampu menganalisis penyebab kesuksesan dan kegagalan

yang dialaminya dan juga mengevaluasi apakah pengetahuan-pengetahuan

yang ada masih cocok untuk digunakan di masa mendatang.

Arsitektur sistem pakar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Rohman,

Fahrur, & Fauzijah, 2008).

Gambar 2. 2 Struktur Sistem Pakar

2.2.9 Forward Chaining

Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu).

Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji

kebenaran hipotesis. Pada proses ini gejala-gejala penyakit pada ayam yang telah

di masukan oleh user akan dibandingkan dengan basis pengetahuan yang sudah

16

tersimpan dalam database sistem (knowledge base). Representasi pengetahuan yang

digunakan dalam bagian ini adalah dengan menggunakan Kaidah Produksi, kaidah

ini dapat dikatakan sebagai hubungan implikasi dua bagian, yaitu : bagian premis

(jika) dan bagian konklusi (maka) (If_Then). Apabila bagian premis dipenuhi maka

bagian konklusi juga akan bernilai benar. Hal ini diperlukan untuk menentukan

proses pencarian penyakit atau menentukan kesimpulan akhir. Pada dasarnya

sistem ini akan melakukan diagnosa suatu penyakit berdasarkan gejalanya maka

operator logika yang akan digunakan adalah opeator logika AND. Rumus Forward

Chaining IF A AND E THEN F; IF F AND G THEN D; IF E AND G THEN H.

Seperti Gambar 2.3 (Utami, 2011).

2.2.10 Backward Chaining

Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan

(THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih

dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta

yang ada dalam basis pengetahuan. Proses backward chaining dapat dilihat

pada Gambar 2.4 (Utami, 2011).

Gambar 2. 3 Forward Chaining

17

Gambar 2. 4 Backward Chaining