bab ii tinjauan pustaka dan landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/1546/2/bab ii.pdf ·...

22
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan judul Sistem Pakar Hipertensi Dengan Algoritma C5.0 dan Logika Fuzzy, dalam penelitian ini dibahas tentang Sistem Pakar hipertensi. Sistem ini diharapkan dapat membantu pengguna untuk mengambil keputusan terbaik dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. bidang medis adalah salah satu daerah di mana sistem pakar yang dibutuhkan dalam hal mengambil keputusan, seperti mendiagnosis dan treatment. Hipertensi merupakan salah satu penyakit medis yang dapat didiagnosis dari melihat karakteristik fisik pasien dan gaya hidup pasien. Di samping menggunakan ahli pengetahuan dalam proses mendiagnosis, kami juga menggabungkan dengan algoritma C5.0 dan logika fuzzy untuk mendapatkan hasil yang tepat. Algoritma C5.0 digunakan untuk membuat pohon keputusan berdasarkan para ahli, sementara logika fuzzy digunakan untuk mengkategorikan jenis penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien dan meningkatkan tingkat akurasi dari sistem mendiagnosis. Ketepatan kombinasi antara algoritma C5.0 dan logika fuzzy adalah sekitar 97,19% (Ardi Yasa, Putra, & Mandenni, 2014). Penelitian dengan judul Sistem Pakar Pemilihan Obat Antihipertensi dan Interaksi Obat Atau Makanan, dalam penelitian ini dibahas tentang penggunaan obat hipertensi baik tunggal maupun kombinasi jumlah obat antihipertensi yang dikonsumsi. Masih ditemui beberapa permasalahan selama ini yaitu keterbatasan dokter untuk mengingat jenis, kegunaan, efek samping dan interaksi yang mungkin terjadi dari obat antihipertensi dan kurangnya pengetahuan penderita mengenai interaksi merugikan dari kandungan obat antihipertensi yang dikonsumsi. Solusi yang ditawarkan dari permasalahan tersebut adalah menggunakan sistem pakar pemilihan obat antihipertensi dan interaksi obat- makanan yang bekerja memberikan pilihan obat sesuai dengan klasifikasi

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1. Tinjauan Pustaka

    Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Hipertensi Dengan Algoritma

    C5.0 dan Logika Fuzzy”, dalam penelitian ini dibahas tentang Sistem Pakar

    hipertensi. Sistem ini diharapkan dapat membantu pengguna untuk mengambil

    keputusan terbaik dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. bidang medis

    adalah salah satu daerah di mana sistem pakar yang dibutuhkan dalam hal

    mengambil keputusan, seperti mendiagnosis dan treatment. Hipertensi merupakan

    salah satu penyakit medis yang dapat didiagnosis dari melihat karakteristik fisik

    pasien dan gaya hidup pasien. Di samping menggunakan ahli pengetahuan dalam

    proses mendiagnosis, kami juga menggabungkan dengan algoritma C5.0 dan logika

    fuzzy untuk mendapatkan hasil yang tepat. Algoritma C5.0 digunakan untuk

    membuat pohon keputusan berdasarkan para ahli, sementara logika fuzzy digunakan

    untuk mengkategorikan jenis penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien dan

    meningkatkan tingkat akurasi dari sistem mendiagnosis. Ketepatan kombinasi

    antara algoritma C5.0 dan logika fuzzy adalah sekitar 97,19% (Ardi Yasa, Putra, &

    Mandenni, 2014).

    Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Pemilihan Obat Antihipertensi

    dan Interaksi Obat Atau Makanan”, dalam penelitian ini dibahas tentang

    penggunaan obat hipertensi baik tunggal maupun kombinasi jumlah obat

    antihipertensi yang dikonsumsi. Masih ditemui beberapa permasalahan selama ini

    yaitu keterbatasan dokter untuk mengingat jenis, kegunaan, efek samping dan

    interaksi yang mungkin terjadi dari obat antihipertensi dan kurangnya pengetahuan

    penderita mengenai interaksi merugikan dari kandungan obat antihipertensi yang

    dikonsumsi. Solusi yang ditawarkan dari permasalahan tersebut adalah

    menggunakan sistem pakar pemilihan obat antihipertensi dan interaksi obat-

    makanan yang bekerja memberikan pilihan obat sesuai dengan klasifikasi

  • 5

    hipertensi, penyakit penyerta, kondisi dan kontraindikasi sesuai dengan tata

    laksana hipertensi JNC 7 (Nurhayati, Kusumadewi, & Miladiyah, 2016).

    Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Fuzzy Untuk Diagnosis Kanker

    Payudara Menggunakan Metode Mamdani”, dalam penelitian ini dibahas

    tentang diagnosis kanker payudara. Kanker payudara merupakan salah satu

    penyakit kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada penderitanya.

    Pada penelitian ini dikembangkan sistem pakar fuzzy untuk diagnosis kanker

    payudara menggunakan metode Mamdani, dengan data masukan berupa atribut

    BIRADS (Breast Imaging-Reporting and Data System), Shape, dan Margin dari

    data set mammografik dalam bentuk numerik. Terdapat 3 tahap utama dalam

    pengembangan perangkat lunak ini, yaitu: fuzzifikasi, inferensi, dan defuzzifikasi,

    dengan menggunakan metode Mamdani pada tahap inferensi. Pada metode

    Mamdani, digunakan operator konjungsi dan disjungsi. Pada tahap defuzzifikasi,

    digunakan metode Centroid untuk mendapatkan keluaran yang bernilai crisp. Basis

    aturan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 125 aturan. Penelitian ini

    menghasilkan suatu perangkat lunak yang dapat menghasilkan diagnosa kanker

    payudara dengan tingkat sensitivity mencapai 84% dan tingkat specificity mencapai

    91%. Perangkat lunak ini juga dapat digunakan sebagai alat pembelajaran untuk

    mahasiswa kedokteran (Primartha & Fathiyah, 2013).

    Penelitian dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Untuk

    Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno

    (Berdasarkan Metode Antropometri)”, dalam penelitian ini dibahas tentang

    Status gizi pada balita. Gizi balita merupakan salah satu dasar acuan perkembangan

    anak. Untuk melakukan pemeriksaan gizi balita diperlukan buku Kartu Menuju

    Sehat (KMS) yang digunakan pedoman dasar tumbuh kembang balita. Pemeriksaan

    gizi pada balita menggunakan KMS digunakan standar antropometri dalam

    penentuan status gizinya. Dalam Penentuan status gizi, terdapat empat kategori

    yang dijadikan standar yaitu umur balita, berat balita, tinggi balita dan jenis kelamin

    balita. Sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan antropometri juga

    digunakan metode inferensi fuzzy sugeno dalam penentuan status gizi pada balita.

  • 6

    Berdasarkan hasil pengujian terhadap sistem pendukung keputusan (SPK) status

    gizi yang telah dibangun dengan menggunakan metode fuzzy sugeno dan pengujian

    menggunakan standar baku antropometri memiliki hasil 84% dari 25 data yang

    diujikan terdapat 4 yang tidak sesuai, sehingga dapat disimpulkan bahwa unjuk

    kerja sistem berhasil (Romadhon & Purnomo, 2016).

    Penelitian dengan judul “Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Untuk

    Pengenalan Dini Potensi Terserang Stroke Berbasis Web”, dalam penelitian ini

    dibahas tentang Sistem Pakar Pengenalan Dini Potensi Terserang Stroke dengan

    logika fuzzy. Penerapan logika fuzzy dalam sistem pakar bertujuan untuk

    merepresentasikan pengetahuan seorang pakar pada lingkungan yang tidak pasti

    dan sangat kompleks. Sistem inferensi fuzzy menggunakan Metode Mamdani (max-

    min) dengan 4 tahapan utama, yaitu: pembentukan himpunan fuzzy, aplikasi fungsi

    implikasi, komposisi aturan dan penegasan. Fungsi implikasi yang digunakan

    adalah Min dengan komposisi aturan yang digunakan adalah metode Max. Proses

    defuzzifikasi menggunakan Metode Centroid of Gravity (CoG), yaitu solusi tegas

    diperoleh dengan cara mengambil titik pusat dari hasil komposisi aturan yang telah

    didapatkan. Permasalahan yang di bahas yaitu untuk mengetahui potensi stroke

    seseorang melalui sistem pakar fuzzy. Hasil ini nantinya akan menunjukkan apakah

    seseorang memiliki potensi terserang stroke atau tidak. Faktor yang digunakan

    adalah tingkat stres, usia, berat ideal, tekanan darah, kolesterol, kadar gula darah

    dan intensitas merokok. Sistem ini akan diimplementasikan dengan sistem berbasis

    web sehingga seseorang dapat mengetahui kemungkinan potensi stroke dan dapat

    segera menghindarinya (Pandiangan, Irawan, & Rukmi, 2013).

    Penelitian ini fokus terhadap pengembangan sebuah sistem pakar untuk

    menentukan tingkat resiko penyakit hipertensi dengan Inferensi Fuzzy (Mamdani).

    Penerapan metode mamdani dapat dilakukan dalam form diagnosa penyakit,

    dimana dibagi menjadi tiga langkah untuk menentukan tingkat resiko penyakit

    berdasarkan faktor-faktor resiko, yaitu : mendefinisikan variabel, inferensi, dan

    defuzzifikasi (menentukan output crisp).

  • 7

    Dalam mendefinisikan variabel fuzzy maka ditentukan variabel kemudian

    dicari nilai keanggotaan himpunannya menggunakan fungsi keanggotaan dengan

    memperhatikan nilai maksimum dan nilai minimum data, antara lain : variabel

    umur, variabel tekanan darah sistol, variabel tekanan darah diastol, variabel BMI

    dan variabel riwayat keluarga. Proses selanjutnya adalah mengkombinasikan

    himpunan-himpunan fuzzy tersebut sehingga diperoleh aturan fuzzifikasinya.

    Berdasarkan aturan fuzzy yang didapat, akan ditentukan nilai α dan Z untuk masing-

    masing aturan. α adalah nilai keanggotaan anteseden dari setiap aturan, sedangkan

    Z adalah nilai perkiraan potensi untuk diagnosa penyakit dari setiap aturan. Tahap

    terakhir adalah defuzzifikasi, yaitu menentukan output dari proses komposisi

    aturan-aturan fuzzy. Metode yang digunakan dalam proses defuzzifikasi pada

    penelitian ini adalah Metode Largest of Maximum (LOM).

    2.2. Landasan Teori

    2.2.1. Tekanan Darah

    Tekanan darah (BP=blood pressure) yang dinyatakan dalam milimeter

    (mm) merkuri (Hg) adalah besarnya tekanan yang dilakukan oleh darah pada

    dinding arteri (McGowan, 2001). Desakan darah tersebut dipompa dari jantung ke

    jaringan. Tekanan darah mirip dengan tekanan dari air (darah) di dalam pipa air

    (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari keran (Jantung) makin besar tekanan

    dari air terhadap dinding pipa. Jika pipa tertekuk atau mengecil diameternya (seperti

    pada aterosklerosis), maka tekanan akan sangat meningkat (Hull, 1993).

    Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

    Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.

    Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

    Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap

    tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai

    140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

    Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

    tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), dan angka yang lebih

  • 8

    rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) (Ruhyanudin, 2007).

    Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah yang terjadi ketika otot jantung

    berdenyut memompa darah sehingga darah terdorong ke luar dari jantung menuju

    seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat darah

    memasuki jantung (Widharto, 2009).

    Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan. Tekanan darah

    akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi, dan stres (Gray dkk, 2003). Hal ini

    berubah-ubah sepanjang hari dan setelah situasi tersebut berlalu, tekanan darah

    akan kembali menjadi normal (Hull, 1993). Tekanan darah biasanya paling tinggi

    pada waktu pagi hari dan berkurang pada waktu malam hari, mencapai titik

    terendah saat dini hari dan selama tidur (Ruhyanudin, 2007; Semple, 1992).

    Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai

    hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada

    umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah

    hipertensi, sedangkan hipotensi sering kali dihubungkan dengan kasus syok

    (Masud, 1989).

    1.2.2. Hipertensi

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang disebabkan

    oleh penekanan darah pada dinding pembuluh darah (arteri) ketika dipompa oleh

    jantung. Darah dibawa dari jantung menuju ke seluruh tubuh melalui pembuluh

    darah. Setiap kali jantung berdetak, jantung akan memompa darah sehingga

    memunculkan tekanan terhadap setiap pembuluh darah (WHO, 2013).

    2.2.2.1. Definisi Hipertensi

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

    tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

    (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Triyanto, 2014). Sedangkan menurut

    Joint National Commite on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

    Pressure (JNC VII) hipertensi didefinisikan sebagai tekanan yang lebih tinggi atau

  • 9

    sama dengan 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya

    (Ruhyanudin, 2007).

    Hipertensi merupakan penyakit kronik degeneratif yang banyak dijumpai

    dalam praktek klinik sehari-hari (Simadibrata dkk, 2003). Penyakit hipertensi salah

    satu faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit jantung dan

    pembuluh darah. Namun sering sekali penyakit hipertensi ini tidak menunjukkan

    gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti

    gangguan fungsi jantung atau stroke. Hipertensi yang juga disebut sebagai silent

    killer ini adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat

    secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras

    memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh (Kemenkes,

    2014; Triyanto, 2014).

    2.2.2.2. Klasifikasi Hipertensi

    The Seven Of The Joint National Comitte on Prevention, Detection,

    Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tahun 2003, membagi

    hipertensi sebagai berikut :

    1. Normal bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHg.

    2. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120 - 139 mmHg dan/atau diastolik

    80 - 89 mmHg.

    3. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 - 159 mmHg dan

    diastolik 90 - 99 mmHg.

    4. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik

    ≥ 100 mmHg.

    2.2.2.3. Gejala Hipertensi

    Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

    sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler,

    dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh

    pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat

  • 10

    bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

    azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan

    pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

    yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau

    gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000).

    Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan

    langsung, tetapi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Tidak ada

    tanda-tanda yang memperingatkan, namun lambat laun urat-urat nadi baik besar

    maupun kecil dalam tubuh menjadi rusak (Dekker, 1996). Hanya kurang dari

    sepersepuluh penderita tekanan darah tinggi yang menunjukkan adanya gejala dan

    itu terjadi jika tekanan darah sangat tinggi (Semple, 1992).

    Menurut Edward K Cung (1995), tidak ada gejala spesifik yang dapat

    dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri

    oleh dokter yang memeriksa (Padila, 2013). Namun secara umum gejala yang

    dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu kegelisahan, jantung berdebar-debar,

    pening, nyeri dada, sakit kepala, depresi dan lesuh (Wolff, 1984).

    2.2.2.4. Faktor Resiko Hipertensi

    Faktor-faktor resiko yang membuat seseorang lebih mungkin untuk terkena

    hipertensi antara lain:

    1. Usia

    Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

    bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

    Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering

    disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi

    jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang

    dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian

    prematur (Julianti, 2005).

    Tekanan darah meningkat sejalan dengan pertambahan umur.

    Peningkatan tekanan darah biasanya terlihat setelah umur ≥ 40 tahun.

  • 11

    Kenaikan tekanan darah sistol menyebabkan prevalensi hipertensi

    meningkat pada kelompok usia ≥ 40 tahun. Prevalensi hipertensi pada

    kelompok umur > 60 tahun adalah sebesar 64,5% sedangkan pada kelompok

    umur ≥ 65 tahun ke atas adalah 40% berupa kenaikan tekanan darah sistolik.

    Sementara itu, prevalensi hipertensi pada kelompok umur < 40 tahun di

    Indonesia

  • 12

    17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria

    dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan

    14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001).

    4. Obesitas

    Obesitas adalah kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan

    metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik

    spesifik. Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan

    dengan akumulasi lemak tak normal atau berlebihan di jaringan adiposa

    sehingga dapat menggangu kesehatan. BMI (Body Mass Index) merupakan

    indikator yang paling sering digunakan, praktis, dan paling bermanfaat

    untuk menentukan kelebihan berat badan atau obes (Sugondo dalam Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006). Perhitungan BMI seperti pada

    Persamaan 2.1.

    𝐵𝑀𝐼 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

    (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ∗ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛) / 100

    Persamaan 2. 1

    Penurunan berat badan dan pengaturan berat badan adalah

    pengobatan efektif untuk hipertensi. Dengan menurunnya berat badan,

    maka volume darah total pun menurun sehingga hormon – hormon yang

    berkaitan dengan tekanan darah akan berubah dan menyebabkan tekanan

    darah menurun (Hull, 1996).

    Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak

    hipertensi dan penambahan berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan

    tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang bertanggung jawab bagi

    kenaikan berat badan, namun dapat menginduksi hipertensi karena ia

    membawa natrium tambahan (Kaplan dan Stamler, 1991).

    Terdapat banyak studi krosseksional yang menunjukkan korelasi

    yang kuat antara tekanan darah dan level berat badan relatif. Korelasi ini

    bukan hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga terjadi pada anak muda.

  • 13

    Data dari Evans Country, Georgia, AS menunjukkan bahwa orang yang

    mengalami kelebihan berat badan dari awal dan tidak menurunkan berat

    badannya memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk menderita hipertensi

    dibandingkan orang kurus dan tetap kurus (WHO, 1983) seperti pada

    Tabel 2.1.

    Tabel 2. 1 Klasifikasi Indek Masa Tubuh (IMT) Orang Dewasa

    Klasifikasi IMT

    Underweight < 18,5

    Normal 18,5 - 24,99

    Overweight ≥ 25

    Preobese 25,00 - 29,99

    Obese Class I 30,00 - 34,99

    Obese Class II 35,0 - 39,99

    Obese Class III ≥ 40,0

    Sumber: WHO Technical Report Series, 2000

    5. Stres

    Stres memang tidak diragukan lagi dapat meningkatkan tekanan

    darah dalam jangka pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan

    sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan darah secara otomatis.

    Namun stres sulit untuk diberi batasan atau diukur, karena pristiwa yang

    menimbulkan stres pada seseorang belum tentu menimbulkan stres pada

    orang lain (Semple, 1992).

    Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

    saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

    Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas,

    berdebar debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat

    merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

    memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

    darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha

    mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

    patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

  • 14

    Berdasarkan hasil penelitian Hasurungan di Kota Depok (2002) dengan

    menggunakan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa

    hipertensi pada responden yang mengalami stres psikologis jika

    dibandingkan dengan yang tidak stres psikologis adalah 2,99 (Hasurungan,

    2002).

    6. Aktifitas Fisik

    Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,

    karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang

    akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran

    obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan

    kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah

    akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik

    meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko

    kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai

    frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus

    bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot

    jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.

    (Sheps, 2005).

    7. Kebiasaan Merokok

    Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah,

    dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah

    berkurang karena pengaruh nikotin dalam peredaran darah (Dekker, 1996).

    Meningkatnya tekanan darah ini, lebih nyata pada penderita tekanan darah

    tinggi. Merokok dapat menyebabkan terjadinya ateroma dalam arteri dan

    dapat mengenai ginjal. Akibat penyempitan arteri ini, terjadi penyakit

    tekanan darah tinggi yang berat dan keadaan ini cenderung terjadi pada

    penderita lanjut usia (Semple, 1992).

  • 15

    1.2.3. Sistem Pakar

    Sistem pakar adalah sebuah kecerdasan buatan yang terdapat dalam sebuah

    perangkat lunak yang dibangun dengan kemampuan mendekati seorang pakar

    (manusia) yang memiliki pengetahuan tinggi dalam sebuah bidang tertentu yang

    diharapkan dapat membantu memecahkan sebuah masalah (Arhami, 2004).

    Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu.

    Pemrosesan yang dilakukan oleh sistem pakar merupakan pemrosesan pengetahuan

    (knowledge). Knowledge adalah pemahaman secara praktis maupun teoritis

    terhadap suatu obyek atau domain tertentu. Knowledge dalam sistem pakar bisa saja

    seorang ahli, atau knowledge yang umumnya terdapat dalam buku, majalah dan

    orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu bidang. Knowledge yang

    digunakan pada sistem pakar merupakan serangkaian informasi mengenai gejala-

    diagnosa, sebab-akibat, aksi-reaksi tentang suatu domain tertentu (misalnya,

    domain diagnosa medis).

    Gambar 2. 1 Model Expert System

    Bagian dari sistem pakar terdiri dari 2 komponen utama,yaitu knowledge

    dan mesin inferensi yang menggambarkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut

    merupakan respon dari sistem pakar atas permintaan pengguna. Knowledge dari

    sistem pakar bersifat khusus untuk satu domain masalah saja. Sebagai contoh, siste

    pakar kedokteran yang dirancang untuk mendiagnosis suatu penyakit dimana sistem

    ini memiliki suatu uraian knowledge tentang gejala-gejala penyakit tersebut. Selain

    itu, fitur yang harus memiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar

    (reasoning.). jika keahlian-keahlian sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan

  • 16

    sudah tersedia program yang mampu mengakses basis data, maka komputer harus

    dapat deprogram untuk membuat inferensi. Proses ini dibuat dalam bentuk motor

    inferensi (inference engine). (Budiharto & Suhartono, 2014)

    1.2.4. Logika Fuzzy

    Logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing.

    Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965.

    Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan

    derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan

    sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan (membership

    function) menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut (Kusuma

    Dewi, 2003). Logika fuzzy memiliki derajat keanggotaan dalam rentang 0 (nol)

    hingga 1 (satu). Logika fuzzy dapat mengolah nilai yang tidak pasti berupa batasan,

    seperti “sangat”, “sedikit”, dan “kurang lebih”. Komputer tidak dapat memahami

    nilai asli dari nilai tidak pasti tersebut. Dengan logika fuzzy, komputer dapat

    mengolah ketidakpastian tersebut sehingga dapat digunakan untuk memutuskan

    sesuatu yang membutuhkan kepintaran manusia dalam penalaran.

    1.2.5. Himpunan Fuzzy

    Himpunan fuzzy adalah kumpulan prinsip matematik sebagai penggambaran

    pengetahuan berdasarkan derajat keanggotaan daripada menggunakan derajat

    rendah dari logika biner klasik. Himpunan fuzzy adalah himpunan yang memiliki

    batas fuzzy. Dimana ide dasar dari teori himpunan fuzzy adalah bahwa sebuah

    elemen termasuk dalm sebuah himpunan fuzzy dengan derajat keanggotaan tertentu,

    dimana tidak hanya bernilai benar atau salah (0 atau 1), melainkan bisa saja

    sebagian benar atau sebagian salah untuk derajat tertentu. Himpunan fuzzy

    digunakan untuk mengantisipasi dimana sebuah nilai variabel dapat masuk dalam

    2 himpunan yang berbeda. Sebagai contoh variabel usia memiliki 3 kategori dengan

    masing-masing batas fuzzy-nya yaitu MUDA (usia < 35 tahun), PAROBAYA (35

  • 17

    Gambar 2. 2 Himpunan Fuzzy untuk Variabel Usia

    Jika seseorang memiliki usia (x) 40 tahun maka, orang tersebut termasuk

    dalam himpunan MUDA dengan µMUDA(40) = 0,25. Namun dia juga termasuk

    dalam himpunan PAROBAYA dengan µPAROBAYA(40) = 0,5.

    1.2.6. Fungsi Keanggotaan

    Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang

    menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (derajat

    keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat

    digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui

    pendekatan fungsi. Beberapa fungsi yang bisa digunakan :

    a. Representasi Linear

    Pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai

    suatu garis lurus. Terdapat 2 bentuk, yaitu representasi linear naik dan turun.

    Pada kurva representasi linear naik, himpunan dimulai pada nilai domain

    yang memiliki derajat keanggotaan [0] dan bergerak ke kanan menuju

    domain dengan derajat keanggotaan yang lebih tinggi, seperti pada Gambar

    2.3 dan untuk fungsi keanggotaan dapat dilihat pada Persamaan 2.2.

    Persamaan 2. 2

  • 18

    Gambar 2. 3 Fungsi Keanggotaan Representasi Linear Naik

    Pada kurva representasi linear turun, himpunan dimulai pada nilai

    domain yang memiliki derajat keanggotaan [1] dan bergerak ke kanan

    menuju domain dengan derajat keanggotaan yang lebih rendah seperti pada

    Gambar 2.4 dan untuk fungsi keanggotaan dapat dilihat pada Persamaan 2.3.

    Persamaan 2. 3

    Gambar 2. 4 Fungsi Keanggotaan Representasi Linear Turun

    b. Representasi Kurva Segitiga

    Representasi kurva segitiga merupakan gabungan antara 2 garis

    (linear) seperti pada Gambar 2.5 dan untuk fungsi keanggotaan dapat dilihat

    pada Persamaan 2.4.

  • 19

    Persamaan 2. 4

    Gambar 2. 5 Fungsi Keanggotaan Representasi Kurva Segitiga

    c. Representasi Kurva Trapesium

    Representasi kurva trapesium menyerupai bentuk segitiga, namun

    memiliki beberapa titik dengan derajat keanggotaannya 1 seperti pada

    Gambar 2.6 dan untuk fungsi keanggotaan dapat dilihat pada Persamaan 2.5.

    Persamaan 2. 5

    Gambar 2. 6 Fungsi Keanggotaan Representasi Kurva Trapesium

  • 20

    d. Representasi Kurva Bentuk Bahu

    Daerah yang terletak pada sisi kanan dan kiri yang tidak mengalami

    perubahan, digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Pada

    bahu kiri kurva bergerak dari benar ke salah, dan pada bahu kanan kurva

    bergerak dari salah ke benar. Berikut fungsi keanggotaan representasi kurva

    bentuk bahu seperti pada Gambar 2.7.

    Gambar 2. 7 Fungsi Keanggotaan Representasi Kurva Bentuk Bahu

    1.2.7. Metode Mamdani

    Metode Mamdani adalah salah satu teknik inferensi fuzzy yang juga disebut

    dengan Metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada

    tahun 1975. Pada metode ini, terdapat 4 tahap untuk mendapatkan output, yaitu :

    Fuzzification, Rule Evaluation, Rule Aggregation, Defuzzification (Kusumadewi &

    Purnomo, 2013).

    1.2.7.1. Fuzzification (Pembentukan himpunan fuzzy)

    Fuzzification adalah langkah pertama dari metode Mamdani yang bertugas

    mengambil nilai input berupa nilai crisp, dan menentukan derajat dari input

    sehingga input dapat dikelompokkan pada himpunan fuzzy yang tepat.tahap

    pertama ini, nilai input yang berupa nilai crisp akan dikonversikan menjadi nilai

    fuzzy, sehingga dapat dikelompokkan pada himpunan fuzzy tertentu.

  • 21

    1.2.7.2. Rule Evaluation (Aplikasi fungsi implikasi)

    Langkah kedua adalah mengambil nilai input yang telah difuzzifikasi dan

    mengaplikasikannya ke dalam antesenden pada aturan-aturan fuzzy lalu

    diimplikasikan. Fungsi implikasi yang digunakan adalah Min seperti pada

    Persamaan 2.6.

    𝝁𝑨∩𝑩(𝒙) = 𝐦𝐢𝐧 (𝝁𝑨[𝒙], 𝝁𝑩[𝒙])

    Persamaan 2. 6

    1.2.7.3. Rule Aggregation (Komposisi Aturan)

    Aggregasi aturan adalah proses dari penggabungan nilai keluaran dari

    semua aturan. Pada tahap ini, terdapat 3 metode yang digunakan dalam melakukan

    inferensi sistem fuzzy, yaitu Max, Additive dan Probabilistik OR (probor).

    a. Metode Max (Maximum)

    Solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai

    maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah

    fuzzy, dan mengaplikasikannyake output dengan menggunakan operator OR

    (union) seperti pada Persamaan 2.7.

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = 𝐦𝐚𝐱 (𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊], 𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊])

    Persamaan 2. 7

    Dengan :

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i;

    𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i;

    Misalkan ada 3 aturan (proposisi) sebagai berikut :

    [R1] IF Biaya Produksi RENDAH And Permintaan NAIK THEN

    Produksi Barang BERTAMBAH.

    [R2] IF Biaya Produksi STANDAR THEN Produksi Barang

    NORMAL.

  • 22

    [R3] IF Biaya Produksi TINGGI And Permintaan TURUN THEN

    Produksi Barang BERKURANG.

    Proses inferensi dengan menggunakan metode Max dalam

    melakukan komposisi aturan seperti pada gambar 2.8.

    Gambar 2. 8 Komposisi Aturan Fuzzy Metode Max

    (Kusumadewi dan Purnomo, 2010)

    b. Metode Additive (Sum)

    Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara

    melakukan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy seperti pada

    Persamaan 2.8.

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = 𝐦𝐢𝐧(𝟏, 𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] + 𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊])

    Persamaan 2. 8

    Dengan :

  • 23

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i;

    𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i;

    c. Metode Probabilistik OR (Probor)

    Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara

    melakukan produk terhadap semua output daerah fuzzy seperti pada

    Persamaan 2.9.

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = (𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] + 𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊]) − (𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊]) ∗ (𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊])

    Persamaan 2. 9

    Dengan :

    𝝁𝒔𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i;

    𝝁𝒌𝒇[𝒙𝒊] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i;

    1.2.7.4. Defuzzification (Penegasan)

    Langkah terakhir dari proses inferensi fuzzy adalah untuk mengkonversi

    versi nilai fuzzy hasil dari aggregasi aturan ke dalam sebuah bilangan crisp. Input

    dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari

    komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu

    bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu

    himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp

    tertentu sebagai output, seperti pada Gambar 2.9.

  • 24

    Gambar 2. 9 Proses Defuzzifikasi

    Terdapat beberapa metode defuzzifikasi pada komposisi aturan Mamdani,

    yaitu :

    a. Metode Centroid

    Solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah

    fuzzy, fungsi keanggotaan variabel kontinu seperti pada Persamaan 2.10 dan

    untuk fungsi keanggotaan variabel diskret seperti pada Persamaan 2.11.

    𝑧 ∗ = ∫ 𝑧𝜇(𝑧)𝑑𝑧𝑧

    ∫ 𝜇(𝑧)𝑑𝑧𝑧

    untuk variabel kontinu

    Persamaan 2. 10

    𝑧 ∗ = ∫ 𝑧𝑗𝜇(𝑧𝑗)𝑛

    𝑗=1

    ∫ 𝜇(𝑧𝑗)𝑛

    𝑗=1

    untuk variabel diskret

    Persamaan 2. 11

  • 25

    a. Metode Bisektor

    Solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai pada domain fuzzy

    yang memiliki nilai keanggotaan setengah dari jumlah total nilai keanggotaan

    pada daerah fuzzy. Seperti pada persamaan 2.12.

    𝑧𝑝 sedemikian hingga ∫ 𝜇(𝑧)𝑑𝑧𝑝

    𝑅1= ∫ 𝜇(𝑧) 𝑑𝑧

    𝑅𝑛

    𝑝

    Persamaan 2. 12

    b. Metode Mean of Maximum (MOM)

    Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai

    rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

    c. Metode Largest of Maximum (LOM)

    Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai

    terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

    d. Metode Smallest of Maximum (SOM)

    Terakhir, pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara

    mengambil nilai terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan

    maksimum.

    COVERHALAMAN PENGESAHANHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KARYAHALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN MOTTOKATA PENGANTARABSTRAKDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Perumusan Masalah1.3. Tujuan Penelitian1.4. Manfaat Penelitian1.5. Batasan Masalah

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI2.1. Tinjauan Pustaka2.2. Landasan Teori2.2.1. Tekanan Darah1.2.2. Hipertensi2.2.2.1. Definisi Hipertensi2.2.2.2. Klasifikasi Hipertensi2.2.2.3. Gejala Hipertensi2.2.2.4. Faktor Resiko Hipertensi

    1.2.3. Sistem Pakar1.2.4. Logika Fuzzy1.2.5. Himpunan Fuzzy1.2.6. Fungsi Keanggotaan1.2.7. Metode Mamdani1.2.7.1. Fuzzification (Pembentukan himpunan fuzzy)1.2.7.2. Rule Evaluation (Aplikasi fungsi implikasi)1.2.7.3. Rule Aggregation (Komposisi Aturan)1.2.7.4. Defuzzification (Penegasan)

    BAB III METODOLOGI3.1. Bahan Penelitian3.2. Alat Penelitian3.2.1. Perangkat Keras3.2.2. Perangkat Lunak

    3.3. Jalan Penelitian2.3.1. Akuisisi Pengetahuan3.3.1.1. Analisis Kebutuhan Masukan3.3.1.2. Analisis Kebutuhan Proses3.3.1.3. Analisis Kebutuhan Keluaran

    3.3.2. Representasi Kebutuhan3.3.2.1. Perancangan DFD3.3.2.2. Perancangan Basis Pengetahuan3.3.2.3. Perancangan ERD3.3.2.4. Perancangan Database

    3.3.3. Inferensi Pengetahuan3.3.4. Pemindahan Pengetahuan3.3.4.1. Perancangan Antar Muka3.3.4.1.1. Rancangan Halaman Admin dan Operator3.3.4.2. Flowchart Sistem Pakar

    BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian4.1.1. Hasil Pengujian Sistem4.1.2. Hasil Pengujian Program4.1.2.1. Tampilan Halaman Pengunjung4.1.2.2. Tampilan Halaman Login Sistem4.1.2.3. Tampilan untuk Operator4.1.2.4. Tampilan untuk Admin

    4.2. Analisis dan Pembahasan4.2.1. Proses Fuzzifikasi4.2.2. Proses Inferensi4.2.3. Defuzzifikasi4.2.4. Validasi Hasil

    BAB V PENUTUP5.1. Kesimpulan5.2. Saran

    Daftar PustakaLampiranLampiran A. Biodata Peneliti :Lampiran B. Scan Konsultasi SkripsiLampiran C. Validasi Variabel SistemLampiran D. Validasi Pengujian SistemLampiran E. Data Rekam Medik Pasien