tinjauan kondisi fisik atlet pencak silat singoitam...
TRANSCRIPT
1
1
TINJAUAN KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT SINGOITAM
MUARO SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
Oleh
DENI ABDURRAHMAN. S
NIM. 85595
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
2
3
4
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang lazim.
Padang, Juli 2012
Yang Menyatakan,
Deni Abdurrahman. S
2007/85595
5
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila engkau telah selesai (mengerjakan sesudah pekerjaan) kerjakanlah pekerjaan lain, dan hanya kepada Tuhanmu kamu
berharap (QS. Alam Nasyrah 6 - 8) ….Niscaya Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu yang orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al-Jasiyah:13)
Alhamdulillah…
Dengan menyebut asma-Mu Ya Allah,.
Kini ku tlah sampai ke tepian
Meski belum sampai ke tujuan
Tlah ku lalui satu babak dalam hidupku
Dengan penuh pengorbanan serta satu keyakinan
“Aku akan berhasil”
Dengan kerendahan hati, kupersembahkan
Karya kecilku ini sebagai ungkapan terima kasihku
Untuk Ayahanda Maino dan Ibunda Sri Mulyani
Yang terus menyertai setiap langkahku
Terima kasih ya Ibu atas tetesan keringat yang telah engkau berikan
dan perjuangan untuk anakmu ini…………
Dengan do’a dari kakak dan adik-adikku ( M. Nurdien, Rudi Hidayat,
Luqman Nur Alim ) yang tak henti-hentinya memberikan semangat
untuk terus berjuang...
Terima kasih buat pembimbing ku Bapak Drs. Fauzan Hos
dan Drs. Suwirman,M. Pd
Atas bimbingan dan pertolongannya selama saya menyelesaikan skripsi
ini..dan kepada Pak Afrizal Suki & seluruh atlet pencak Silat Singoitam
Muaro Sijunjung.
Terima kasih juga buat kawan-kawan kepel 07 Mulyadi, Rahmat Haryadi,
Fauzan, M. Jais,Ari, Ori dan senior ku (bg fiki, bg monox,bg GP,Senior, Bg
Met, bg Dede, da andri,Dll) serta seluruh keluarga besar FIK UNP Padang
yang selalu memberikan semangat kepadaku dalam penyelesaian skripsi
ini..
6
Buat rekan – rekan dan adik-adik kos ( Riki, david, Apri, pio,pio batu
gunung, Haris, Kincay, Deri, Fikri, Aldy, yopi,evan,parga, Rido, ucox
)
Terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini
semoga keberhasilan ku ini menjadi kebanggaan bagimu..
Terima kasih sebesar2nya kepada Teman-teman Sekre Ambuih-ambuih
yang telah mensuport ku & memberi dukungannya.
Hari ini telah ku wujudkan harapan keluarga
Hari ini telah kuraih segenggam asa
Namun ini bukanlah akhir dari suatu perjuangan.
Tapi merupakan awal dari perjuangan yang masih panjang...
Wassalammu’alaikum Wr. Wb......
By: ” Deni Abdurrahman.S ”
ABSTRAK
DENI ABDURRAHMAN. S (2012) : TINJAUAN KONDISI FISIK ATLET
PENCAK SILAT SINGOITAM MUARO
SIJUNJUNG KABUPATEN
SIJUNJUNG
Atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung diharapkan dapat menunjukkan
prestasi yang baik. Namun dari beberapa kejuaraan yang pernah diikutinya,
prestasinya menurun. Hal ini salah satu diduga disebabkan oleh faktor kondisi fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi fisik atlet pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
Populasi
penelitianiniadalahatletperguruanpencaksilatSingiotamMuaroSijunjungKabupatenSij
unjung. Atletputra 13 orang danputri 10 orang keseluruhannya berjumlah 23 orang.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Sampling, dimana seluruh
populasi berjumlah 23 orang terdiri dari 13 orang atlet putra dan 10 orang atlet putri
yang dijadikan sampel. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur masing-
masing unsur kondisi fisik atlet. Kecepatan diukur dengan tes lari 30 meter, daya
ledak otot tungkai diukur dengan tes lompat jauh tanpa awalan, daya tahan aerobik
diukur tingkat VO2max dengan metodeBleepTest, dan kelincahan diukur dengan lari
bolak balik (Shuttle-Run) 4 x10 meter.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif (tabulasi
frekuensi). Dari analisis data dapat diperoleh hasil “tingkat kondisi fisik atlet pencak
silat Singoitam Muaro Sijunjung yaitu terdiri dari: (1) rata-rata tingkat kecepatan atlet
putra (4,84 detik) kategori sedang dan putri (5,48 detik) kategori sedang, (2) rata-rata
tingkat daya ledak otot tungkai atlet putra (2,04 meter) kategori kurang sekali dan
putri (1,6 meter) kategori kurang,(3) rata-rata tingkat daya tahan aerobic atlet putra
(35,5 ml/kg berat badan/detik) kategori sedang dan putri (32,15 ml/kg berat
badan/detik) kategori sedang, (4) rata-rata tingkat kelincahan atlet putra (13,71 detik)
kategori sedang dan putri (15,09 detik) kategori sedang”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung
Kabupaten Sijunjung perlu ditingkatkan, program Latihan kondisi fisik harus disusun
secara terencana dan sistematis serta telaksana secara kontiniu dan teratur untuk
menghasilkan kondisi fisik yang lebih baik lagi.
i
2
KATA PENGATAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proposal penelitian dengan judul “Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat
Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”. Skripsi ini merupakan syarat
untuk melakukan penelitian guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti banyak menemukan
kesulitan, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan peneliti, baik
pengalaman maupun pengetahuan. Untuk itu, peneliti harapkan atas kritik dan saran
yang positif demi kesempurnaan skripsi ini .
Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Atas
bimbingan dan bantuan semua pihak yang bersangkutan, peneliti ucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Arsil, M.Pd selaku Dekan FIK UNP yang telah memberikan
fasilitas pada penulisan dalam penyelesaian skripsi ini.
ii
3
2. Bapak Drs. Maidarman, M.Pd dan Drs. Hermanzoni, selaku ketua dan
sekretaris jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, yang telah memberikan
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Fauzan Hos selaku pembimbing I sekaligus sebagai penasehat
akademik yang telah banyak meluangkan waktu dan fikiran untuk
memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat membantu
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Suwirman, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk yang
sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Maidarman, M. Pd, Bapak Drs. Umar, MS. AIFO , dan Bapak
Drs. M. Ridwan, sebagai dosen penguji yang telah banyak membantu,
memberikan saran, masukan dan tambahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
7. pengurus, pelatih dan seluruh atlet pencak silat Singo Itam Muaro Sijunjung
yang telah meluangkan waktunya untuk penelitian ini.
8. Teristimewa buat kedua orang tua, Ayahanda Maino dan Ibunda Sri Mulyani
yang telah banyak memberikan perhatian, semangat, dorongan dan biaya
menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih pula kepadasahabat-sahabatkusenasibdanseperjuangan yang
telahmemberikanwaktusertatenaganyadalampenyelesaianskripsiini. Semoga apa yang
telah mereka berikan mendapat pahala dari Allah SWT. Akhir kata peneliti
iii
4
mengharapkan, semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang, khususnya dalam Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Padang, Juli 2012
Peneliti
iv
5
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori ................................................................................. 9
B. Kerangka Konseptual ................................................................... 27
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 30
v
6
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
C. Defenisi Operasional ..................................................................... 30
D. Populasi dan Sampel .................................................................... 32
E. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 33
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 34
G. Instrumen Penelitian Dan Pelaksanaan Tes .................................. 34
H. Prosedur Penelitian........................................................................ 46
I. Teknik Analisa Data ..................................................................... 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif ....................................................................... 49
B. Pembahasan .................................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................. 70
C. KeterbatasanPenelitian .................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Penelitian .................................................................. 32
Tabel 2. Norma Standarisasi Kecepatan ............................................... 36
Tabel 3. Norma Standarisasi daya ledak. ............................................... 37
Tabel 4. Form Perhitungan level dan shuttle ......................................... 41
Tabel 5. Penilaian VO2 Max .................................................................. 41
Tabel 6. Norma Standarisasi VO2 Max ................................................. 44
Tabel 7. Norma Standarisasi kelincahan ................................................ 46
Tabel 8. Nama Tenaga Pengawas dan Pembantu................................... 47
Tabel 9. Data kecepatan atlet putra ........................................................ 49
Tabel 10. Analisis data kecepatan atlet putra ........................................ 50
Tabel 11. Data kecepatan atlet putri ....................................................... 51
Tabel 12. Analisis data kecepatan atlet putri ......................................... 52
Tabel 13. Data daya ledak atlet putra .................................................... 53
Tabel 14. Analisis data daya ledak atlet putra........................................ 53
Tabel 15. Data daya ledak atlet putri ..................................................... 55
Tabel 16. Analisis data daya ledak atlet putri ........................................ 55
Tabel 17. Data daya tahan atlet putra ..................................................... 56
Tabel 18. Analisis data daya tahan atlet putra........................................ 57
Tabel 19. Data daya tahan atlet putri ..................................................... 58
Tabel 20. Analisis data daya tahan atlet putri ........................................ 59
vii
8
Tabel 21. Data kelincahan atlet putra ..................................................... 60
Tabel 22. Analisis data kelincahan atlet putra ....................................... 61
Tabel 23. Data kelincahan atlet putri ..................................................... 62
Tabel 24. Analisis data kelincahan atlet putri ........................................ 62
viii
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual ............................................... 29
Gambar 2. Pelaksanaan Tes kecepatan .................................................. 35
Gambar 3. Pelaksanaan Tes daya ledak ................................................. 37
Gambar 4. Pelaksanaan Tes daya tahan ................................................. 40
Gambar 5. Pelaksanaan Tes kelincahan ................................................. 46
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Mentah Testee ........................................................................ 74
2. Analisis data atlet putra ................................................................. 76
3. Analisis data atlet putri ................................................................... 77
4. Dokumentasi Pelaksanaan Tes ....................................................... 78
5. Surat Izin Penelitian........................................................................ 79
6. Surat Keterangan Litera Alat .......................................................... 80
7. Surat Balasan Penelitian ................................................................. 81
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pencak silat adalah salah satu seni bela diri yang mempunyai akar sejarah
dan merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berkembang
secara turun temurun. Sebagai kebudayaan yang mencerminkan kepribadian bangsa,
pencak silat perlu dibina, dipelihara dan dikembangkan. Kegiatan olahraga pencak
silat dewasa ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Pertandingan dan perlombaan
olahraga sudah dilakukan diberbagai daerah maupun ditingkat nasional mulai dari
tingkat usia dini sampai tingkat dewasa. Pertandingan dan perlombaan yang diadakan
tidak terlepas dari pembinaan-pembinaan yang dilakukan diberbagai cabang olahraga.
Pembinaan tersebut dilakukan dengan mengembangkan perkumpulan-perkumpulan
olahraga.
Sesuai dengan UU RI No. 3 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional :
“pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilakukan dengan
memberdayakan perkumpulan olahraga prestasi menumbuhkembangkan sentral
pembinaan olahraga yang bersifat Nasional dan daerah dan menyelenggarakan
kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa pembinaan olahraga
hendaklah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahraga dalam
2
rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa serta dilaksanakan melalui proses
pembinaan pengembangan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Oleh karena itu, olahraga
harus dibina dan dikembangkan dengan baik. Pembinaan dan pengembangan
olahraga sudah menjadi tanggung jawab bersama mulai dari pusat sampai daerah agar
tercapai prestasi olahraga yang membanggakan diantaranya prestasi olahraga pencak
silat.
Di Kabupaten Sijunjung sendiri, tepatnya di Nagari Muaro, terdapat
perguruan pencak silat yang bernama perguruan pencak silat Singoitam. Perguruan
pencak silat Singoitam ini merupakan perguruan yang membina atlet pencak silat
yang pada umumnya berlatih adalah anak yang masih sekolah, mulai dari tingkat
SLTP sampai SLTA dan yang masih aktif sebanyak 23 orang atlet, 13 orang atlet
putra, dan 10 orang atlet putri. Pembinaan atlet pencak silat telah dilakukan latihan
secara kontiniu dan teratur, dengan jadwal latihan 3 kali dalam seminggu (Senin,
Kamis dan Jum’at). Pelaksanaan latihan di mulai dari pukul 16.00 sampai dengan
pukul 18.00 WIB, dilaksanakan di gedung serba guna SMA N 2 Muaro Sijunjung,
Kabupaten Sijunjung. Perguruan ini dibimbing oleh 2 orang pelatih yang sudah
berpengalaman membawa atlitnya dalam kejuaraan baik tingkat daerah maupun
provinsi. Prestasi terakhir yang diraih oleh atletnya yaitu pada kejuaraan POPDA
tahun 2008 dengan meraih 1 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu dan dalam Porprov
2011 atletnya meraih 1 medali perunggu.
3
Keberhasilan atau prestasi seorang atlet merupakan hasil dari pembinaan
yang diberikan kepada atlet melalui latihan-latihan yang terprogram dengan baik dan
terarah. Pencapaian prestasi terbaik atlet ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak
factor. Factor tersebut bisa datang dari dalam (internal) dan bisa datang dari luar
(eksternal). Factor internal adalah factor yang yang berasal dari potensi yang ada pada
atlet atau dari orang yang berlatih, dengan kata lain berasal dari kemampuan atlet itu
sendiri. Secara menyeluruh baik menyangkut kemampuan fisiknya (kondisi fisik),
teknik, taktik, maupun mental (psikis)nya. Sementara yang dimaksud dengan factor
eksternal adalah factor yang dapat mempengaruhi atlet yang berasal dari luar diri atlet
seperti; sarana prasarana, pelatih, Pembina, guru olahraga, keluarga, dana, organisasi,
iklim, cuaca, makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
Jadi jelaslah bahwa, kondisi fisik merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi prestasi atlet. Semakin baik kondisi atau kemampuan fisik seseorang,
maka semakin besar pula peluangnya untuk berprestasi. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah tingkat kondisi fisiknya, maka semakin sulit ia untuk meraih prestasi.
Adapun pengaruh kondisi fisik terhadap pelaksanaan teknik, taktik, dan mental.
Apabila kondisi fisik baik, maka pelaksanaan teknik, taktik, dan mental akan berjalan
dengan baik pula.
Namun, dalam kenyataan di lapangan, pembinaan atlit pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung sudah dilakukan latihan secara kontiniu dan teratur, akan
tetapi prestasi atlet nya menurun dilihat dari perolehan medali dalam kejuaraan yang
diikuti. Salah satu factor menurunya prestasi atlet tersebut tidak telepas dari kondisi
4
fisik atlet itu sendiri. Berdasarkan pantauan peneliti, tingkat kondisi fisik atlet
perguruan Singoitam Muaro Sijunjung masih rendah. Hal ini terlihat dari atlet yang
mudah lelah dalam melakukan latihan, serta hasil tes awal yang dilakukan. Latihan
fisik merupakan cara yang lazim dan dianggap sangat efektif untuk memperoleh
kondisi fisik yang baik. “Latihan adalah kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
keterampilan gerak tertentu” (Hendri, 2011:8).
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa kondisi fisik sangat
berpengaruh terhadap prestasi seorang atlet. Artinya prestasi yang baik hanya akan
diperoleh apabila memiliki kondisi fisik yang baik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kondisi fisik yang prima sangat penting dan mutlak harus dimiliki
oleh setiap atlet untuk memperoleh prestasi.
Dalam cabang olahraga pencak silat kondisi fisik merupakan salah satu
persyaratan seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar olahraga prestasi.
Faktor-faktor kondisi fisik yang mempengaruhi prestasi menurut Syafruddin
(1999:36) antara lain: kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak
(power), kecepatan (speed), kelentukan (fleksibility), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), keseimbangan (balance), ketepatan (acurasi), reaksi (reaction).
Sementara dalam olahraga pencak silat kondisi fisik yang dominan dibutuhkan adalah
kecepatan, daya ledak, daya tahan aerobic, dan kelincahan (Suwirman, 2004).
5
Dari uraian mengenai komponen kondisi fisik di atas, jelaslah bahwa kondisi
fisik merupakan unsur yang penting dalam olahraga, termasuk olahraga pencak silat.
Karena pada saat bertanding atlet harus mempunyai kecepatan dalam gerakannya,
dan daya ledak otot yang tinggi pada saat menyerang baik berupa pukulan ataupun
tendangan, harus mempunyai daya tahan aerobik yang baik untuk bisa
menyelesaikan pertandingan dengan maksimal serta kelincahan untuk bisa menguasai
arena dan gerakan dengan baik. Tanpa memiliki tingkat kondisi fisik yang baik maka
seorang pesilat tidak akan mampu bertanding dengan makasimal, sehingga prestasi
maksimal akan sulit dicapai.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas
permasalahan ini dengan judul: “Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat
Singoitam Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dilakukan
identifikasi masalah dalam penelitian ini. Identifikasi masalah adalah:
1. Apakah faktor kondisi fisik mempengaruhi prestasi atlet?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik?
3. Apakah kekuatan (strength) mempengaruhi kondisi fisik?
4. Apakah daya tahan (endurance) mempengaruhi kondisi fisik?
5. Apakah daya ledak (power) mempengaruhi kondisi fisik?
6. Apakah kecepatan (speed) mempengaruhi kondisi fisik?
7. Apakah kelentukan (flexsibility) mempengaruhi kondisi fisik?
6
8. Apakah kelincahan (agility) mempengaruhi kondisi fisik?
9. Apakah koordinasi (cordination) mempengaruhi kondisi fisik?
10. Apakah keseimbangan (balance) mempengaruhi kondisi fisik?
11. Apakah ketepatan (accuracy) mempengaruhi kondisi fisik?
12. Apakah kecepatan reaksi (speeed reaction) mempengaruhi kondisi fisik?
13. Apakah latihan mempengaruhi kondisi fisik atlet?
14. Apakah teknik mempengaruhi kondisi fisik atlet?
15. Apakah taktik mempengaruhi kondisi fisik atlet?
16. Apakah mental mempengaruhi kondisi fisik atlet?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan dibatasi
masalah yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu tentang elemen pada:
1. Bagaimana tingkat kecepatan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
2. Bagaimana tingkat daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
3. Bagaimana tingkat Daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
4. Bagaimana tingkat Kelincahan. atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, pembatasan masalah,
maka secara spesifik dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah berkenaan dengan tingkat kondisi fisik yang meliputi:
1. Sejauh mana tingkat kecepatan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
2. Sejauh mana tingkat daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
7
3. Sejauh mana tingkat daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
4. Sejauh mana tingkat kelincahan atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kondisi fisik atlet pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung yang meliputi:
1. Tingkat kecepatan atlet putra dan putri perguruan Singoitam Muaro Sijunjung
Kabupaten Sijunjung.
2. Tingkat daya ledak atlet putra dan putri perguruan pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
3. Tingkat daya tahan aerobic atlet putra dan putri pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
4. Tingkat kelincahan atlet putra dan putri perguruan pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat
sebagai bahan masukan yang berarti yaitu :
1. Untuk memenuhi salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
2. Sebagai bahan acuan bagi pelatih, atlet dan pengurus di Persatuan pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung..
8
3. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa pada perpustakaan Fakultas Ilmu
Keolahragaan dan Pustaka Pusat Universitas Negeri Padang.
4. Dapat memberikan informasi bagi para peneliti selanjutnya.
9
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pencak Silat
Pencak silat pada dasarnya adalah pembelaan diri dari insan Indonesia
untuk menghindarka diri dari segala malapetaka. Istilah pembelaan diri bangsa
Indonesia dengan nama PENCAK SILAT, dikukuhkan pada Seminar Pencak Silat
tahun 1973 di Tugu Bogor.
Suwirman (1999:8) “Pencak silat itu pada dasarnya adalah pembelaan diri
dari insan Indonesia untuk menghindari diri dari segala mala petaka. Pencak
mempunyai pengertian gerak dasar beladiri yang terikat pada peraturan dan
digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan”.
PB. IPSI bersama Bakin dalam suwirman (2004), mendefinisikan “pencak
silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan mempertahankan
eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan
hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”..
Johor (1992:7) menyatakan bahwa “olahraga pencak silat nasional adalah
seni bela diri dengan penampilannya yang lebih dititik beratkan pada aspek olahraga
tanpa meninggalkan aspek lainnya yaitu: seni, beladiri dan pembinaan mental
spritual”
9
10
Pencak silat memiliki peran dan fungsi antara lain:
1. Pencak silat sebagai olahraga meliputi; olahraga pendidikan, olahraga prestasi,
olahraga rekreasi atau missal.
2. Pencak silat sebagai seni : harus menurut ketentuan keselarasan, keseimbangan,
keserasian antara wirama, wirasa, wiraga.
3. Pencak silat sebagai beladiri : usaha pembelaan diri dari serangan atau bahaya agar
selamat.
4. Pencak silat sebagai sarana pendidikan mental : Melalui jalur olahraga, kesenian, dan
beladiri, maka pencak silat merupakan suatu system dan wadah pendidikan jasmani
dan rohani. Melalui latihan yang teratur seorang pesilat dididik untuk
mengembangkan keterampilan. Di samping itu, juga ditanamkan penghayatan pada
alam kehidupan dan perjuangan hidup serta budi pekerti yang luhur.
Adapun sikap dan gerak dasar dalam pencak silat. Sikap meliputi; sikap
berdiri (sikap berdiri tegak, sikap kangkang, sikap berdiri kuda-kuda), sikap jongkok,
sikap duduk, sikap berbaring, sikap khusus (sikap tegak satu kaki, sikap rimau /
merangkak, sikap pancer, sikap mengurak sila), sikap pasang. Dan gerak dasar dalam
pencak silat meliputi; arah, (delapan penjuru mata angin), cara melangkah, langkah
dan posisi, dan bentuk / pola langkah.
11
Suwirman (2004), adapun kategori yang dipertandingkan dalam olahraga
pencak silat ada 4 macam yaitu kategori:
a) kategori tanding,
b) kategori tunggal,
c) kategori regu dan,
d) Kategori ganda.
Kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua orang
pesilat dari kubu yang berbeda). Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur
belaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang pada sasaran dan
menjatuhkan lawan menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina
dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan
kekayaan teknik jurus, untuk mendapatkan nilai terbanyak. Yang dimaksud dengan
kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, seorang pesilat harus
mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, pola langkah serta
mengukur jarak terhadap lawan dan koordinasi dalam melakukan serangan/
pembelaan serta kembali kesikap pasang.
Kategori tunggal adalah kategori pertandingan pencak silat yang
menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal
baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan
bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam kategori
ini. Kategori ganda adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 2
(dua) orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan
12
jurus serang bela pencak silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara
terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaiaan seri yang
teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan
dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada
ketentuan yang berlaku untuk kategori ini. Terakhir kategori regu adalah kategori
pertandingan pencak silat yang menampilkan 3 (tiga) orang pesilat dari kubu yang
sama memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar, mantap,
penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan
yang berlaku untuk kategori ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat adalah
suatu cabang olahraga bela diri yang bertujuan untuk membentuk keterampilan, budi
pekerti seseorang olahragawan serta untuk menjaga seseorang dari suatu bala atau
bencana.
Oleh sebab itu, olahraga pencak silat sangat membutuhkan kondisi fisik
yang baik, karena dalam latihan dan pertandingan setiap atlet dituntut untuk bergerak
cepat, menendang dengan cepat dan kuat, lincah dalam menghindar dan menangkis,
dan mampu bertahan dari babak-ke babak selama pertandingan.
1. Kondisi Fisik
a. Pengertian Kondisi Fisik
Istilah kondisi fisik terdiri dari dua kata yaitu kondisi dan fisik. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kondisi diartikan sebagai keadaan, sementara
13
fisik berarti jasmani atau tubuh. Namun istilah kondisi fisik biasanya dikaitkan
dengan kesehatan atau kebugaran. Maka, kondisi fisik merupakan kemampuan fisik
atau kesanggupan tubuh seseorang. Kemampuan fisik yang dimaksud adalah berupa
kesanggupan fisik seseorang dalam bekerja atau berolahraga, kemampuan fisik sering
juga disebut dengan unjuk kerja (kinerja). Karena istilah kondisi fisik mempunyai
makna yang sama dengan kemampuan fisik, maka kedua istilah ini akan digunakan
secara bergantian pada uraian-uraian berikut. Kemampuan fisik yang dimaksud
setidaknya bisa berupa daya tahan seseorang dalam bekerja, berupa kemampuan
mengangkat atau menahan suatu beban,atau berupa kecepatan seseorang dalam
bergerak.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa, kondisi fisik berhubungan erat dengan
kesanggupan tubuh dalam menyelesaikan tugas kerja yang dilakukannya. Semakin
baik kualitas kondisi fisik seseorang, maka akan semakin bagus pulalah hasil kerja
yang dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian memang menunjukkan hubungan yang
sangat kuat antara kondisi fisik dengan tingkat produktifitas. Penelitian di Amerika
yang dilakukan pada tentara yang sedang mendapat pendidikan,menunjukkan bahwa
siapa yang memiliki kondisi fisik yang baik juga memiliki prestasi akademik yang
tinggi. Begitu juga,para pegawai perusahaan yang memiliki kondisi tubuh atau
kebugaran yang lebih baik ternyata lebih produktif dibandingkan pegawai yang
rendah tingkat kondisi fisiknya, seperti dikemukakan oleh Bucher dalam Hendri,
(2011:1), bahwa “pegawai-pegawai yang diberikan kesegaran jasmani, ternyata
memiliki kualitas kondisi fisik yang lebih baik dan mereka menjadi pekerja yang
14
segar, mempunyai kinerja yang tinggi, produktivitas dalam pekerjaannya, kurang
absennya, serta lebih kreatif”.
Pengaruh kemampuan fisik akan lebih jelas dan nyata terhadap prestasi
olahraga, karena kegiatan olahraga umumnya sangat membutuhkan gerakan-gerakan
yang menuntut kerja fisik yang kompleks dan lebih berat. Hanya orang-orang yang
memiliki kondisi fisik yang baik yang mampu melakukan tugas-tugas gerakan
tersebut dengan baik, yang akhirnya akan menghasilkan prestasi olahraga yang baik.
Sajoto (1988:34) berpendapat ”kondisi fisik adalah salah satu persyaratan
yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan
dikatakan besar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Hal ini juga
dikemukakan Sarumpaet (1986:34) yang menjelaskan bahwa, “Kondisi fisik adalah
keadaan fisik seseorang pada saat tertentu untuk melakukan pekerjaan yang
sebenarnya. Seseorang dapat dikatakan memiliki kondisi fisik yang baik apabila ia
mampu melakukan pekerjaan yang dibedakan kepadanya tanpa terjadi kelelahan yang
berlebihan”.
Untuk mewujudkan prestasi yang maksimal, kondisi fisik yang baik
merupakan suatu hal yang sangat diperlukan, Syafruddin (1999:32) mengatakan,
“kondisi fisik dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit kondisi
fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan.
Sedangkan arti luas adalah ketiga faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan,
ditambah dengan faktor kelenturan dan koordinasi”.
15
Selanjutnya Frohner dalam Syafruddin, (1999:35) bahwa “latihan kondisi
fisik umum berarti latihan-latihan yang beraneka ragam untuk mengembangkan
prestasi dan untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus. Sedangkan
kondisi fisik khusus merupakan komponen yang langsung dikaitkan dengan
kebutuhan masing-masing cabang olahraga”. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin,
(1999:36) menyatakan “bahwa kondisi fisik dihubungkan dengan kemampuan
prestasi dalam suatu cabang olahraga tertentu, maka kondisi fisik disini disebut
kondisi fisik khusus”. Dalam olahraga pencak silat salah satu contoh kondisi fisik
khusus adalah kecepatan menendang.
Dalam pertandingan pencak silat, kondisi fisik merupakan faktor utama
dalam mencapai prestasi, karena dalam pertandingan pencak silat sangat dibutuhkan
kecepatan untuk menendang, mengelak, daya ledak tendangan, lincah dalam
pergerakan, baik serangan maupun elakan serta mempunyai daya tahan yang baik.
Untuk itu, tanpa memiliki kondisi fisik yang baik, atlet pencak silat akan sulit untuk
mencapai prestasi yang membanggakan.
Untuk terwujudnya prestasi maksimal, kondisi fisik atlet yang baik
merupakan suatu hal yang sangat diperlukan diantaranya adalah kekuatan atau power,
daya ledak, kecepatan reaksi, kelincahan, dan daya tahan.
Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (2011),
mengemukakan “pengertian kondisi fisik dalam arti sempit dan dalam arti
luas.Dalam arti sempit; kondisi fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor
kekuatan (strength), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance). Dalam arti luas
meliputi selain kelima faktor diatas ditambah dengan faktor kelentukan (fleksibility)
dan koordinasi (coordination).”
16
Pengertian ini sependapat dengan Letzelter dalam Syafruddin, (1999),
yang mengatakan bahwa kondisi fisik dalam arti luas mengandung unsure kekuatan,
kecepatan, daya tahan kelentukan, dan koordinasi gerakan. Pengertian yang tidak jauh
berbeda dikemukakan oleh Rothing at al dalam Syafruddin, (1983) yang mengartiikan
kondisi hanya sebagai unsure kemampuan prestasi olahraga manusia yang ditentukan
oleh tingkat penguasaan kemampuan dasar motorik yang mencakup daya tahan,
kekuatan, kecepatan, kelentikan dan keseimbangan.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, terdapat perbedaan
mengenai unsur atau elemen koordinasi dan keseimbangan, yang mana menurut
Letzelter, dalam Syafruddin (2011), koordinasi merupakan salah satu unsure kondisi
fisik yang juga termasuk didalamnya unsur kelentukan dan kelincahan. Kemampuan
dasar inilah yang merupakan factor penentu prestasi fisik dan tingkat kemampuan
motorik olahraga manusia yang kompleks.
Dapat diakui bahwa, setiap cabang olahraga menuntut kebutuhan kondisi
fisik yang spesifik dan berbeda satu sama lainya. Perbedaan itulah yang menunjukkan
spesifikasi suatu cabang olahraga atau disiplin (nomor) tertentu, disamping juga
berbeda dalam hal tekhnik dan taktik. Oleh karena itu, peneliti membatasi kondisi
fisik yang dominan dalam pencak silat yaitu: kecepatan, daya ledak, daya tahan, dan
kelincahan.
17
b. Faktor-faktor Kondisi Fisik
1) Kecepatan
Kecepatan (Speed) diartiakan sebagai kemampuan seseorang dalam
berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lainnya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya Maidarman, (2011:46). Hal senada dikemukakan oleh Bompa & haff,
dalam Hendri, (2009:62), bahwa “kecepatan merupakan kemampuan untuk
menyelesaikan suatu jarak tertentu dengan cepat”. Perpindahan tempat bisa berupa
perpindahan tubuh secara keseluruhan, bisa juga berupa perpindahan sebagian tubuh.
Kecepatan berkaitan dengan waktu, frekwensi gerak, dan jarak perpindahan. Adapun
pengertian kecepatan menurut Matthews dalam Arsil (1999) adalah “suatu
kemampuan bersyarat untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam keadaan atau waktu
yang sesingkat mungkin”.
Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa kecepatan merupakan salah
satu kemampuan biomotorik (unsure kondisi fisik) yang sangat penting dalam
olahraga. Oleh sebab itu kecepatan perlu dimiliki dan dikembangkan.
Hendri, (2011:65), adapun factor bawaan yang mempengaruhi kecepatan
antara lain adalah;
a) Jenis serabut otot
Pada tubuh manusia terdapat dua jenis serabut otot, yaitu serabut otot yang
berwarna merah, dan serabut otot yang berwarna putih. Serabut otot yang
berwarna merah bereaksi lebih lambat (slow twitch fiber). Jenis ini sering
disebut dengan otot kedut lambat. Sedangkan serabut otot berwarna purih,
cendrung bereaksi lebih cepat (fast twitch fiber). Otot ini sering disebut
dengan otot kedut cepat. Jadi orang yang memiliki banyak serabut otot merah
cendru ng bergerak lebih lambat dibandingkan orang yang mempunyai serabut
otot putih lebih banyak. ini berarti bahwa ada kecendrungan orang yang
memiliki serabut otot merah lebih banyak berpotensi untuk memiliki daya
18
tahan lebih baik. Sebaliknya orang yang memiliki serabut otot putih lebih
dominan, maka cendrung untuk memiliki kecepatan yang lebih baik.
b) Panjang otot
Otot yang mempunyai serat lebih panjang daya kontraksinya lebih cepat
dibandingkan otot yang mempunyai serat pendek.
c) Kekuatan otot
Otot yang lebih kuat bergerak atau bereaksi lebih cepat daripada otot yang
lemah.
d) Bentuk otot
Otot yang berjalan sejajar atau parallel terhadap sumbu longitudinal,
mempunyai daya kontraksi lebih tinggi daripada otot yang berjalan diagonal
terhadap sumbu longitudinal.
e) Suhu otot
Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi)
lebih cepat dibanding otot dalam suhu yang dingin,
f) Jenis kelamin
Laki-laki cendrung lebih cepat daripada perempuan.
g) Kelelahan
Kelelahan otot sangat mempengaruhi kontraksi otot. Otot yang berada dalam
keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibanding dengan otot dalam keadaan
segar (tidak lelah).
h) Koordinasi
Koordinasi disini dimaksud adalah kerjasama antara system pernafasan pusat
(Central Nervous System) dan otot yang bekerja. Tiap kerja otot memerlukan
kerjasama antara kelompok otot yang terkait, dan kerjasama unsur-unsur yang
ada dalam otot itu sendiri.
i) Ciri antropometri
Bangun tubuh seperti perbandingan panjang tungkai, badan, dan lengan turut
mempengaruhi kecepatan. Namun factor ini tidak dapat dipengaruhi atau
dilatih.
Secara garis besar, kecepatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu;
kecepatan aksi, kcepatan reaksi, dan percepatan, Hendri (2011). Dalam pencak silat
kecepatan sangat diperlukan, baik kecepatan aksi maupun kecepatan reaksi.
Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai kemampuan dimana dengan
bantuan kelentukan system syaraf pusat dan alat gerak ototndapat melakukan
gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal (Letzelter, dalam hendri 2011:63).
19
Kecepatan aksi ini bisa terjadi dalam bentuk kecepatan gerakan bagian-bagian tubuh
seperti gerakan tangan, gerakan kaki yang berlangsung secara terpisah. Kecepatan
gerakan tubuh adalah kecepatan seluruh tubuh untuk bergerak kesemua arah (ke
depan, kebelakang, ke samping) secara cepat.
Sedangkan, kecepatan gerakan bagian tubuh adalah kemampuan anggota
tubuh (kaki dan tangan) untuk melakukan gerakan dengan cepat seperti dalam
olahraga tinju, karate, silat dan lain sebagainya. Pada kecepatan aksi ini tidak terjadi
perpindahan atau pergeseran tubuh secara ruang (space), akan tetapi gerakan anggota
tubuh tangan dan kaki dapat diamati dan diukur dalam dimensi ruang dan waktu
karena gerakan tersebut menggunakan ruang yang dapat diukur. Seberapa cepat
gerakan pukulan seorang petinju, dapat dipantau melalui waktu yang terpakai dan
ruang yang digunakan dari awal gerakan sampai akhir gerakan (sasaran pukulan).
Sehingga gerakan pukulan dalam olahraga tinju, gerakan tendangan dalam olahraga
silat dapat diobservasi melalui dimensi ruang dan waktu. Berbeda halnya dengan
kecepatan reaksi, hanya waktu reaksi yang bisa dipantau, sementara penggunaan
ruang tidak bisa diukur karena prosesnya terjadi didalam tubuh dan tidak bisa dilihat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kecepatan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan gerakan dengan satuan jarak
dibagi waktu. Oleh sebab itu seorang atlet pencak silat harus memiliki kondisi
kecepatan (kecepatan aksi) dalam bergerak, melangkah, kecepatan menedang dan
memukul.
20
2) Daya Ledak
Daya ledak (Eksplosive Power) merupakan gabungan beberapa unsure
fisik yaitu unsure kekuatan dan unsure kecepatan. Artinya kemampuan daya ledak
otot dapat dilihat dari hasil unjuk kerja yang dilakukan dengan menggunakan
kekuatan dan kecepatan. Ehlenz, Grosser, dan Zimmermann, dalam Hendri
(2011:96), mengartikan “daya ledak sebagai kemampuan seseorang untuk
menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi”.
Wujud nyata dari kempuan seseorang tergambar dalam kemampuan seseorang
seperti: Kekuatan atau ketinggian loncatan, kekuatan tendangan, kekuatan lemparan,
kekuatan dorongan, kekuatan lemparan, dan kemampuan lainnya yang
menggambarkan kekuatan otot. Ini berarti bahwa kemampuan daya ledak otot tidak
hanya pada otot tungkai, melainkan seluruh otot, terutama otot-otot besar.
Hendri, (2011:98), adapun factor-faktor yang mempengaruhi daya ledak
otot antara lain:
a) Jenis serabut otot
Pada tubuh manusia terdapat dua jenis serabut otot, yaitu serabut otot yang
berwarna merah, dan serabut otot yang berwarna putih. Serabut otot yang
berwarna merah bereaksi lebih lambat (slow twitch fiber). Jenis ini sering
disebut dengan otot kedut lambat. Sedangkan serabut otot berwarna purih,
cendrung bereaksi lebih cepat (fast twitch fiber). Otot ini sering disebut
dengan otot kedut cepat. Jadi orang yang memiliki banyak serabut otot merah
cendru ng bergerak lebih lambat dibandingkan orang yang mempunyai serabut
otot putih lebih banyak. ini berarti bahwa ada kecendrungan orang yang
memiliki serabut otot merah lebih banyak berpotensi untuk memiliki daya
tahan lebih baik. Sebaliknya orang yang memiliki serabut otot putih lebih
dominan, maka cendrung untuk memiliki kecepatan yang lebih baik.
b) Panjang otot
Panjang serat otot ternyata juga mempengaruhi kecepatan. Otot yang
mempunyai serat lebih panjang daya kontraksinya lebih cepat dibandingkan
otot yang mempunyai serat pendek.
c) Kekuatan otot
21
Otot yang kuat bergerak atau bereaksi lebih cepat dari otot yang lemah.
Bentuk otot yang berjalan sejajar atau parallel terhadap sumbu longitudinal,
mempunyai daya kontraksi lebih tinggi daripada otot yang berjalan diagonal
terhadap sumbu longitudinal.
d) Suhu otot
Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi)
lebih cepat dibandingkan otot dalam suhu yang dingin.
e) Jenis kelamin
Orang yang berjenis kelamin laki-laki cendrung lebih cepat daripada
perempuan.
f) Kelelahan
Otot yang berada pada keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibandingkan
dengan otot dalam keadaan segar (tidak lelah). Lama aktivitas turut
mempengaruhi oleh intensitas kerja. Makin jauh jarak (atau lama aktivitas)
maka semakin rendah intensitas kinerja, dan semakin meningkat pulalah
proporsi system aerobic dalam pemenuhan energi untuk aktivitas tersebut,
begitu juga sebaliknya. Ozolin dalam Hendri, (2011) menambahkan bahwa
kapasitas anaerobic jiga dipengaruhi oleh cara kerja SSP dan hiperventilasi.
g) Koordinasi intermusculer
Koordinasi intermusculer, atau interaksi beberapa kelompok otot sewaktu
melakukan aktivitas. Pada setiap aktivitas jasmani yang memerlukan
kekuatan, biasanya melibatkan beberapa kelompok otot. Otot-otot yang
bekerja secara terkoordinasi akan menghasilkan kekuatan maksimal, akan
tetapi sering terjadi koordinasi yang tidak baik antara masing-masing
kelompok otot sehingga unjuk kerja tidak maksimal.
h) Koordinasi antarmuskuler
Koordinasi intramuscular, dimana kekuatan (hasil gaya) juga tergantung pada
fungsi syaraf otot yang terlibat dalam pelaksanaan tugas aktifitas fisik
tersebut. Artinya semakin banyak serabut otot dalam suatu aktifitas maka
semakin besar kekuatan yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Hasil
maksimal diperoleh melalui cara pemberian beban maksimum dalam latihan.
i) Reaksi terhadap rangsangan syaraf
Otot akan memberikan reaksi terhadap rangsangan latihan sebesar 30% dari
potensi yang dimiliki otot yang bersangkutan, Kuznetsov, dalam hendri
(2011). Latihan dengan intensitas biasa hanya menghasilkan kekuatan secara
proporsional saja. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik (peningkatan
kekuatan), maka tingkat intensitas rangsangan dalam latihan harus lebih
tinggi.
j) Sudut sendi
Beberapa penemuan mengatakan bahwa kekuatan maksimum akan dicapai
apabila sendi yang terlibat saat aktifitas berada pada keadaan benar-benar
lurus atau mendekati keadaan itu. Selanjutnya dijelaskan bahwa efisiensi otot
yang lebih tinggi apabila sendi ditekuk antara 90-100 derajat. Otot akan
22
berkontraksi searah dengan gerakan apabila sendi ditekuk 90 derajat, dan ini
berarti ia bekerja pada tingkat efisiensi mekanik yang lebih tinggi.
Dalam pertandingan pencak silat daya ledak (Explosive power) merupakan
kemampuan kondisi fisik yang sangat dominan dimana gerakan-gerakan tendangan
dalam pertandingan merupakan gerak explosive power yaitu explosive power otot
tungkai. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan untuk mengukur daya ledak otot
tungkai adalah dengan menggunakan Lompat jauh tanpa awalan (Standing broad
jump test).
3) Daya Tahan
Daya tahan (Endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan
intensitas tertentu dalam renyang waktu yang cukup lama, tanpa kelelahan yang
berlebihan. Kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan seseorang tidak sanggup
melanjutkan pekerjaannya. Jadi secara umum dapat diartikan bahwa, orang dianggap
memiliki daya tahan, kalau ia masih sanggup bekerja terus menerus dalam periode
waktu yang relative lebih lama.
Bompa (1984), dalam Hendri, (2011:34)
Mengelompokkan daya tahan menjadi dua jenis yaitu: Daya tahan khusus dan
daya tahan umum. Daya tahan khusus diartikan sebagai daya tahan yang bersifat
lebih khusus berdasarkan kecabangan. Daya tahan ini sering juga disebut dengan
stamina. Stamina merupakan perwujudan kemampuan seseorang untuk tetap
bertahan dalam aktivitas-aktivitas tertentu selama ia bermain/bertanding. Contoh:
daya tahan yang diperlukan oleh seorang petenis adalah daya tahan memukul
berulang-ulang, dan dilakukan dalam waktu cukup lama. Atau seorang petinju
membutuhkan daya tahan otot lengan untuk memukul/meninju lawan selama
beberapa ronde.
Sedangkan daya tahan umum menurut Ozolin (1971), adalah “kapasitas
untuk kerja suatu jenis kegiatan yang melibatkan berbagai macam kelompok otot dan
23
system persyarafan (system syaraf otot, jantung, peredaran darah, dan pernafasan)”.
Daya tahan umum sering juga disebut dengan daya tahan aerobic, karena kemampuan
daya tahan sangat tergantung pada peran oksigen (O2) dalam proses pembentukan
energi selama aktivitas yang dilakukan. Hampir seluruh suplay energi selama
melakukan aktivitas diperoleh malalui system energi aerobic dan kardovaskuler.
Hendri, (2011:40), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan
antara lain;
a. System syaraf pusat (SSP)
Merupakan sumber pengendalian kegiatan melalui peran yang diberikan oleh
syaraf. Semakin baik peran dari syaraf-syaraf pusat dalam menjalankan atau
mengkoordinasikan perintah untuk suatu kegiatan, maka semakin baik pulalah
seharusnya hasil gerakan yang dilakukan. Sebaliknya, jika fungsi SSP tidak
maksimal, maka kemungkinan perintahnya tidak sempurna, dan pada akhirnya
gerakan yang dilakukan jadi tidak sempurna.
b. Daya juang
Dalam latihan atau bertanding tidak jarang seorang atlet mengalami rasa lelah
atau capek, panasnya cuaca, guyuran hujan,dan lain sebagainya. Untuk
mengatasi masalah-masalah seperti ini sangat dibutuhkan daya juang atau
semangat yang tinggi. Dan cara inilah yang akan mampu membuat seorang
atlet dapat memiliki daya tahan yang baik.
c. Kapasitas aerobic
Kapasitas aerobic diartikan sebagai kemampuan system pernafasan. Semakin
baik system pernafasan maka semakin baik cara kerja alat-alat pernafasan
seperti paru dan jantung dalam mensuplai energi untuk kebutuhan aktifitas
tubuh. System pernafasan yang baik tidak saja memperbaiki fungsi
penyediaan energi untuk aktifitas, akan tetapi juga mempercepat dan
memeperlancar pemulihan. Jadi kegiatan fisik yang membutuhkan waktu lama
(seperti daya tahan) akan sangat tergantung pada kapasitas aerobic.
d. Kapasitas anaerobic
Kapasitas anaerobic diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk menghasilkan
energi melalui system anaerobic pemecahan ATP-PC) atau O2. Semakin jauh
jarak (atau lama aktifitas) maka semakin rendah intensitas kerja, dan semakin
meningkat pulalah proporsi system aerobic dalam pemulihan energi untuk
aktifitas tersebut.begitu juga sebaliknya. Ozolun (1971) menambahkan bahwa
kapasitas anaerobic juga dipengaruhi oleh cara kerja SSP dan hiperventilasi.
e. Cadangan kecepatan
Cadangan kecepatan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
energi yang lebih sedikit dalam mempertahankan suatu kecepatan tertentu.
24
Semakin besar perbedaan indeks cadangan kecepatan, maka semakin tinggi
cadangan kecepatan.
Daya tahan umum (aerobic) merupakan unsure fisik yang mesti dimiliki
oleh setiap orang yang ingin melatih unsure-unsur fisik yang lain. Artinya, sebelum
melakukan latihan (seperti: kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelincahan,
keseimbangan dan sebagainya), daya tahan umum sudah harus dimiliki terlebih
dahulu.
Dalam olahraga pencak silat daya tahan yang sangat dominan adalah daya
tahan umum (aerobic) yang berguna untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk
mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh latihan maupun pertandingan. Sebab,
apabila seorang atlet tidak memiliki daya tahan aerobic yang baik akan mudah lelah
dalam pertandingan, sehingga prestasi yang baik akan sulit tercapai.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa, daya tahan adalah kemampuan menahan kelelahan yang dilakukan dengan
pembebanan relatif lama yang tujuannya meningkatkan kosumsi oksigen maksimal,
untuk itu seorang atlet pencak silat harus memiliki kondisi fisik yang prima dalam
melakukan pertandingan. Untuk itu, kondisi fisik yang harus dimiliki adalah daya
tahan aerobic yang bagus, agar dalam pertandingan selalu prima dalam setiap waktu.
Karena dalam sehari saja atlet itu banyak mengikuti nomor-nomor pertandingan dan
sampai 3-4 kali tampil dalam sehari-hari, begitu pula dengan pencak silat. Oleh sebab
itu kondisi fisik tersebut harus dilatih setiap latihan.
4) Kelincahan
25
Kelincahan (Agility) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak cepat
sambil mengubah arah tersebut. Menurut Poerwadarminta, dalam Hendri (2011:108),
dalam kamus bahasa Indonesia, mengartikan” kata “lincah” dengan gesit atau
cekatan”. Makna yang terkandung dalam kata gesit atau cekatan adalah dapat
bergerak dengan mudah dan cepat. Kelincahan sangat penting dalam kegiatan
olahraga yang memang sarat dengan gerakan. Kata “kelincahan” merupakan
terjemahan dari kata “agaliti” yang diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam
bergerak dan merubah arah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa kehilangan
keseimbangan. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa dalam kelincahan ada
dua unsure utama dalam aktivitas geraknya. Unsur yang pertama adalah unsure
kecepatan bergerak, dan unsure yang kedua adalah unsure merubah arah gerak.
Sehingga dengan demikian kelindahan biasanya diukur dengan bentuk-bentuk tes
yang menuntut perpindahan dan perubahan gerak dalam waktu yang singkat. Dalam
pertandingan pencak silat kelincahan merupakan salah satu faktor pendukung untuk
meraih kemenangan. Apabila atlet dapat menghindari lawan dengan lincah.
Hendri, (2011:111), adapun factor- factor yang mempengaruhi kelincahan
antara lain;
a) System syaraf pusat
Semakin baik peran dari syaraf-syaraf pusat dalam menjalankan atau
mengkoordinasi perintah untuk suatu kegiatan, maka semakin baik pulalah
seharusnya hasil gerakan yang dilakukan. Begitu pula sebaliknya.
b) Kekuatan otot
Otot yang kuat akan berkontraksi dengan baik sesuai dengan baik sesuai
tuntutan gerak yang dilakukan, begitu juga sebaliknya gerak tidak akan
sempurna manakala tidak ditopang oleh otot-otot yang kuat.
c) Bentuk, jenis serabut otot, struktur sendi
26
Kondisi ini secara langsung akan mempermudah perpindahan gerak
tubuhyang merupakan unsure yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kelincahan.
d) Tingkat elastisitas otot
Semakin elastis otot yang dimiliki, maka semakin baik pulalah tingkat
kelentursn otot tersebut
e) Keleluasan gerak sendi
Gerak-gerak yang membutuhkan keluasan sendi banyak terjadi dalam
perwujudan kemampuan kelincahan.
f) Koordinasi intermuscular
Koordinasi yang baik dari beberapa otot jelas dapat memperbaiki kelincahan
secara umum.
g) Koordinasi antarmuscular
Tiap kerjasama otot memerlukan kerjasama antara kelompok otot yang
terkait, dan kerjasama unsur-unsur yang ada dalam otot itu sendiri. Kerjasama
ini sangat dibutuhkan dalam gerak yang berubah-ubah.
h) Kelelahan
Kelelahan otot sangat mempengaruhi kontraksi otot. Otot yang berada dalam
keadaan lelah bereaksi lebih lambat dibanding dengan otot dalam keadaan
segar (tidak lelah).
i) Jenis kelamin
Laki-laki cendrung lebih cepat dari pada perempuan.
j) Suhu otot
Otot yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi (berkontraksi)
lebih cepat dibanding otot dalam suhu yang dingin.
kelincahan merupakan, suatu komponen pengerak yang dibutuhkan
seorang atlet pencak silat untuk mengubah arah dari satu titik ketitik yang lain dalam
pertandingan pencak silat lebih efisien. Perubahan arah secara cepat dalam
pertandingan pencak silat sangat penting sekali, karena apabila seorang pencak silat
memiliki kelincahan yang bagus dia akan sangat mudah untuk mengecoh lawan
dalam pertandingan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa,
kelincahan adalah kemampuan merobah arah dengan secepat mungkin. Dapat
dicontohkan pada atlet dalam latihan dan pertandingan, yang mana seorang atlet
27
pecak silat harus bergerak, melangkah, maju mundur baik kesamping kiri dan kanan
yang tujuannya untuk melakukan serangan dan elakan dari lawan pada saat
pertandingan.
B. Kerangka Konseptual
Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat banyak faktor yang
mempengaruhi kesemua faktor saling berkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan sangat menentukan prestasi
seorang atlet adalah kondisi fisik.
Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas, kondisi fisik sangatlah
penting bagi seorang atlet pencak silat. Karena dengan kondisi fisik yang baik maka
seseorang akan mudah menguasai komponen yang lain seperti: teknik, taktik, dan
strategi serta mental. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (2011) mengemukakan
pengertian kondisi fisik dalam arti sempit dan dalam arti luas.
1) Dalam arti sempit; kondisi fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor
kekuatan (strength), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance).
2) Dalam arti luas meliputi selain kelima faktor diatas ditambah dengan faktor
kelentukan (fleksibility) dan koordinasi (coordination).
Unsur kondisi fisik yang dominan dalam pencak silat antara lain;
kecepatan, daya ledak, kecepatan reaksi, daya tahan, dan kelincahan. Kecepatan
diperlukan dalam bergerak, melangkah, kecepatan menendang dan kecepatan
memukul. Daya ledak diperlukan dalam melakukan tendangan yaitu daya ledak otot
tungkai, dan daya ledak otot lengan untuk melakukan pukulan. Daya tahan diperlukan
28
dalam melakukan pertandingan agar bisa mengatasi kelelahan baik dalam bertahan
maupun menyerang. Kelincahan diperlukan dalam bergerak, melangkah, maju
mundur (kesamping kanan atau kiri), yang tujuannya untuk melakukan serangan dan
elakan dari lawan saat bertanding. Seluruh unsure kondisi fisik di atas mutlak harus
dimiliki oleh atlet pencak silat dalam memperoleh prestasi maksimal. Untuk itu perlu
dilihat bagaimana tingkat kemampuan kondisi fisik atlet pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung agar terwujudnya prestasi atlet pencak silat di Muaro Sijunjung
yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat tingkat kondisi fisik atlet
pencak silat Perguruan Singoitam Muaro Sijunjung. Dalam penelitian ini ada empat
variabel pokok yang dibahas dan diteliti yaitu: kecepatan, daya ledak, daya tahan,
dan kelincahan. Deskripsi mengenai konseptual penelitian ini terlihat pada skema
dibawah ini.
29
KONDISI FISIK
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual maka pertanyaan untuk
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana tingkat kecepatan atlet pencak silat perguruan Singoitam Muaro
Sijunjung?
b. Bagaimana tingkat kemampuan daya ledak atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung?
c. Bagaimana tingkat kemampuan daya tahan atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung?
d. Bagaimana tingkat kemampuan kelincahan atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung.
KECEPATAN DAYA LEDAK DAYA TAHAN KELINCAHAN
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk
mengungkapkan sesuatu apa adanya. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto
(1990:310) bahwa: “penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan tertentu”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gedung Serbaguna SMA N 2 Muaro
Sijunjung Kabupaten Sijunjung, pada tanggal 20 Juni s/d 16 Juli 2012.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka diperlukan
definisi tentang variable yang diteliti. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kecepatan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu jarak tertentu
dengan cepat. Oleh karena itu, Seorang pesilat harus memiliki kecepatan yang
baik agar dapat memperoleh prestasi yang maksimal. Tes yang digunakan ntuk
mengukur kecepatan dalam penelitian ini adalah: Tes Lari 30 Meter diukur
dengan menggunakan roll meter dan stopwatch (Sumber: Harsuki (Ed). 2003.
Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta).
30
31
2. Daya ledak sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau
bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, seorang
pesilat harus memiliki daya ledak yang baik agar menghasilkan ptendangan
maupun pukulan yang kuat. Tes yang digunakan untuk mengukur daya ledak ini
adalah : Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan (Standing Broad Jump Test), diukur
dengan menggunakan roll meter (sumber: Johnson & Nelson, 2000).
3. Daya Tahan
Daya tahan umum adalah kapasitas untuk kerja suatu jenis kegiatan yang
melibatkan berbagai macam kelompok otot dan system persyarafan (system
syaraf otot, jantung, peredaran darah, dan pernafasan). Daya tahan umum sering
juga disebut dengan daya tahan aerobic. Dalam pencak silat seorang pesilat harus
mampu bertahan dari babak ke babak dalam bertanding dengan tidak terjadi
kelelahan yang berarti. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Tes Daya
Tahan Aerobic VO2 Max Metode Bleep test, diukur dengan menggunakan form
penilaian VO2 Max metode bleep tes (sumber: Preventive Medicine Center, Palo
Alto Calif ).
4. Kelincahan
Kelincahan merupakan terjemahan dari kata “agaliti” yang diartikan sebagai
kemampuan tubuh dalam bergerak dan merubah arah dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya tanpa kehilangan keseimbangan. Seorang pesilat harus
memiliki kelincahan agar dalam bertanding mampu menguasai arena
pertandingan. Tes kelincahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes
32
Lari Bolak-balik (Shuttle Run) 4x10 meter, diukur dengan menggunakan
stopwatch (sumber: Harsuki (Ed). 2003. Perkembangan Olahraga Terkini,
Jakarta).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sudjana (1989:6) menjelaskan “Populasi adalah totalitas dari semua objek
atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan
diteliti (bahan penelitian)”. Selanjutnya populasi dalam penelitian ini adalah pelatih
sebanyak 2 orang, atlet putra 13 orang dan putri 10 orang. Agar lebih jelasnya
populasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Populasi Penelitian
No Responden Jumlah
1. Atlet Putra 13 orang
2. Atlet Putri 10 orang
Jumlah Atlet 23 orang
Sumber : Administrasi Perguruan Pencak Silat Singoitam Muaro
Sijunjung (2012).
Bertolak dari tabel distribusi di atas, di dapat jumlah populasi keseluruhan
adalah sebanyak 23 orang.
2. Sampel
Hermawan warsito (1992:51) mengemukakan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang menjadi sumber data dan data yang sebenarnya dalam
33
suatu penelitian dengan kata lain sampel adalah sebagai populasi yang mewakili
seluruh populasi.
Berdasarkan pada jumlah populasi yang hanya sedikit, maka sampel di
ambil mengunakan teknik Total Sampling, dimana dari semua populasi dijadikan
sampel keseluruhan atlet pencak silat Singitam muaro Sijunjung yang berjumlah
sebanyak 23 orang, yaitu 13 orang atlet putra dan 10 orang atlet putri.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka jenis data
dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan melakukan tes
kondisi fisik terhadap atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang terpilih
menjadi sampel, data tersebut meliputi : Tes kecepatan yaitu Tes Lari 30 meter),
Tes Daya ledak otot tungkai adalah Tes Lompat jauh tanpa awalan (Standing
Broad Jump), Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max Metode Bleep Test, dan Tes
Kelincahan dengan Lari bolak-balik (Shuttle Run) 4x10 meter.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diberikan
oleh pelatih Tim pencak silat atlet perguruan Singoitam Muaro Sijunjung yang
bersangkutan.
2. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil langsung dari Atlet
Pencak Silat Singo Itam Muaro Sijunjung.
34
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan kondisi fisik yang sering digunakan secara nasional yaitu: Tes kecepatan
(Lari 30 meter), Tes Daya ledak otot tungkai (Lompat Jauh Tanpa Awalan), Tes Daya
Tahan Aerobic VO2 Max Metode (Bleep Test), dan Tes Kelincahan Lari Bolak-balik
(Shuttle Run) 4x10 meter.
G. Instrumen Penelitian dan Pelaksanaan Tes
1. Tes Kecepatan
Kecepatan (Speed) diartiakan sebagai kemampuan seseorang dalam
berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lainnya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur kecepatan pada penelitian ini
adalah: Tes Lari 30 Meter.
Pelaksana tes adalah 1 orang starter, 2 orang timer, dan dibantu oleh 1
orang pencatat scorer.
a. Tujuan : Mengukur kecepatan
b. Alat : - Lintasan lurus, datar, rata.
- Peluit
- Stopwacth
- Serbuk kapur
- Alat pencatat waktu berupa formulir dan alat tulis.
c. Cara pelaksanaan
Prosedur tes kecepatan reaksi dilakukan dengan cara berikut:
35
1. Testee siap berdiri dibelakang garis start
2. Dengan aba-aba “siap” testee berlari dengan start berdiri
3. Dengan aba-aba “ya” testee berlari secepat-cepatnya dengan
menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis finish
4. Kecepatan lari dihitung dari aba-aba “ya”
5. Pencatatan waktu dihitung sampai dengan persepuluh detik (0,1 detik),
bila memungkinkan dicatat sampai perseratus detik (0,01 detik)
6. Test dilakukan dua kali, pelari melakukan test berikutnya setelah
berselang minimal satu pelari. Kecepatan lari yang terbaik yang
dihitung.
7. Testee dinyatakan gagal apabila melewati atau menyebrangi lintasan
lainnya.
Gambar 4. Bentuk pelaksanaan tes kecepatan reaksi
Sumber : http//www.yahoo.Briamach Colic/Wikepedia.htm.
Tabel 2. Norma Standarisasi Kecepatan (Lari 30 Meter)
Laki-laki
36
NO Norma Prestasi (detik)
1 Baik Sekali 3,58 – 3,91
2 Baik 3,92 – 4,34
3 Sedang 4,35 – 4,72
4 Kurang 4,73 – 5,11
5 Kurang Sekali 5,12 – 5,50
Perempuan
NO Norma Prestasi (detik)
1 Baik Sekali 4,06 - 4,50
2 Baik 4,51 - 4,96
3 Sedang 4,97 - 5,40
4 Kurang 5,41 - 5,86
5 Kurang Sekali 5,87 - 6,30
Sumber; Harsuki(Ed). 2003. Perkembangan Olahraga Terkini,
Jakarta.
2. Daya Ledak
Daya ledak (eksplosive power) merupakan gabungan beberapa unsure fisik
yaitu unsure kekuatan dan unsure kecepatan. Artinya kemampuan daya ledak otot
dapat dilihat dari hasil unjuk kerja yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan
dan kecepatan. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan pada penelituan
ini adalah: Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan.
Pelaksana tes ini adalah : 1 orang Starter, 1 orang Scorer.
a. Tujuan : Mengukur daya ledak otot tungkai
b. Alat : - Area / lapangan tempat melompat
- Meteran
- Peralatan mencatat jarak (blangko dan pena).
c. Cara pelaksanaan
37
Menggunakan tes lompat jauh tanpa awalan. Testee berdiri pada lantai (Tanah)
tolakan dengan lutut ditekuk membentuk sudut lebih kurang 45 derajat, kedua
lengan lurus ke depan, setelah itu Starter member aba aba “ya”, kemudian testee
menolak ke depan tumpuan kedua kaki dengan sekuat-kuatnya dan mendarat
dengan dua kaki, dilakuakan tiga kali kesempatan pada setiap testee. Scorer
mencatat jarak lompatan terjauh dicapai setiap testee dan dicatat sebagai skor
akhir. Jaraknya adalah mulai dari awal tolakan sampai dengan tumpuan kaki atau
anggota badan lainnya yang terdekat dengan dasar tolakan.
Gambar 3: lompat jauh tanpa awalan
Sumber : Herbert Hog & Hans Dassel (1981:74).
Tabel 3. Norma standarisasi untuk Daya Ledak Otot Tungkai
Kategori Skor dalam (meter)
Putra Putri
Sempurna > 2,50 >2,00
Sangat Baik 2,41-2,50 1,91-2,00
Baik 2,31-2,40 1,81-1,90
38
Sedang 2,21-2,20 1,71-1,80
Kurang 2,11-2,20 1,61-1,70
Sangat Kurang <2,10 <1,60
Sumber: Hendri, 2011. Kondisi Fisik dan Pengukurannya.
3. Daya tahan
Daya tahan (endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan
intensitas tertentu dalam renyang waktu yang cukup lama, tanpa kelelahan yang
berlebihan. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan aerobic pada
penelitian ini adalah: Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max metode Bleep Test.
Pelaksana tes dalam penelitian ini adalah: 1 orang starter, 3 orang timer.
a. Tujuan : Tes ini untuk mengetahui kemampuan daya tahan aerobic.
b. Alat :
1. Lapangan dan bidang datar
2. Tape recorder
3. Kaset panduan MFT
4. Meteran
5. Stopwatch
6. Patok
7. Formulir
8. Pena dan alat tulis
c. Cara pelaksanaan
39
Dalam pelaksanaan test ini dapat dilakukan terhadap beberapa orang
dengan syarat pengetes dapat mencatat setiap tahapan lari bolak balik dengan cermat.
Adapun langkah persiapan pelaksanaan test ini adalah sebagai berikut:
a) Peserta test yang dijadikan test haruslah mereka yang berkondisi sehat.
b) Motivasi dan perhatian test perlu digugah agar mereka melakukan test dengan
sungguh-sungguh sehingga mereka akan berhenti benar-benar tidak dapat lagi
dapat menyesuaikan dengan langkahnya dengan sinyal yang didiktekan lewat
kaset. Langkah-langkah pelasanaany sebagai berikut :
1) Hidupkan Tape recorder mulai dari awal pita kaset.
2) Pada bagian permulaan, jarak antara dua sinyal “tut” memadai suatu
interval satu menit yang terukur secara akurat.
3) Selanjutnya terdengar penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan test yang
mengantar pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang
dimulainya test.
4) Setelah itu akan keluar sinyal “tut” tunggal pada bberapa interval yang
teratur.
5) Peserta test diharapkan berusaha agar dapat sampai keujung yang
berlawanan bertepatan dengan sinyal “tut”.
6) Selanjutnya setiap sinyal “tut” berbunyi maka peserta test harus sudah
sampai disalah satu ujung lintasan lari yang di tempuhnya.
7) Setelah mencapai interval satu menit disebut level satu yang terdiri dari 7
shutle.
40
8) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk
menyelesaikan level berikutnya peserta harus lari lebih cepat.
9) Setiap peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi satu kaki harus
melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu sinyal
berikutnya untuk melanjutkan lari kearah yang berlawanan, apabila
peserta tes gagal mencapai dua langkah atau kurang dari garis 20 meter
setelah sinyal “tut” berbunyi, pengetes memberikan toleransi1x20 meter,
untuk memberikan kesempatan menyesuaikan kecepatannya, Apabila
gagal maka pesrta tes di berhentikan.
c) Formulir perhitungan level dan shuttle
d) Menentukan besarnya VO2max dapat di hitung berdasarkan level (tingkatan)
dan shuttle (balikan) yang dapat di capai oleh peserta tes, stelah dapat data
mengenai level dan shuttle pserta tes lalu, dirujuk ke table VO2max.
20 m
1,5m
Gambar 5. Lintasan Bleep tes/lari Multi tahap
Sumber : Penetapan parameter tes pusat pendidikan dan pelatihan
pelajar dan sekolah khusus olahragawan. (2005)
41
Table 4. Form perhitungan level dan shuttle
Tingkatan ke…….. Balikan ke……………..
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kemampuan maksimal :……………………………………
Tingkatan :……………………………………
Balikan :……………………………………
VO2max :……………………………………
Tabel.5. Penilaian VO2 Max
T
K
BL
K
VO2
Max
T
K
BL
K
VO2
Max
T
K
BL
K
VO2 Max
2 1 20,1 3 1 23,0 4 1 26,2
2 2 20,4 3 2 23,6 4 2 26,8
2 3 20,7 3 3 23,9 4 3 27,2
2 4 21,1 3 4 24,3 4 4 27,6
2 5 21,4 3 5 24,6 4 5 27,9
2 6 21,8 3 6 25,0 4 6 28,3
2 7 22,1 3 7 25,3 4 7 28,9
42
2 8 22,5 3 8 25,7 4 8 29,5
4 9 29,7
TK BLK VO2
Max
TK BLK VO2
Max
TK BLK VO2 Max
5 1 29,9 6 1 33,2 7 1 36,7
5 2 30,2 6 2 33,6 7 2 37,1
5 3 30,6 6 3 33,9 7 3 37,4
5 4 31,0 6 4 34,3 7 4 37,8
5 5 31,4 6 5 34,6 7 5 38,1
5 6 31,8 6 6 35,0 7 6 38,5
5 7 32,1 6 7 35,3 7 7 38,8
5 8 32,5 6 8 35,7 7 8 39,2
5 9 32,9 6 9 36,0 7 9 39,5
6 10 36,4 7 10 39,9
TK BLK VO2
Max
TK BLK VO2
Max
TK BLK VO2 Max
8 1 40,2 9 1 43,6 10 1 47,1
8 2 40,5 9 2 43,9 10 2 47,4
8 3 40,8 9 3 44,2 10 3 47,9
8 4 41,1 9 4 44,5 10 4 48,4
8 5 41,4 9 5 44,8 10 5 48,5
8 6 41,8 9 6 45,2 10 6 48,7
8 7 42,1 9 7 45,5 10 7 49,0
8 8 42,4 9 8 45,9 10 8 49,3
8 9 42,7 9 9 46,2 10 9 49,6
8 10 43,0 9 10 46,5 10 10 49,9
8 11 43,3 9 11 46,8 10 11 50,2
TK BLK VO2
Max
TK BL
K
VO2
Max
TK BLK VO2Max
11 1 50,4 12 1 54,1 13 1 57,5
11 2 50,6 12 2 54,3 13 2 57,6
11 3 50,8 12 3 54,5 13 3 57,9
11 4 51,4 12 4 54,8 13 4 58,2
11 5 51,6 12 5 55,1 13 5 58,4
11 6 51,9 12 6 55,4 13 6 58,7
11 7 52,2 12 7 55,7 13 7 59,0
11 8 52,5 12 8 56,0 13 8 59,3
43
11 9 52,9 12 9 56,2 13 9 59,5
11 10 53,3 12 10 56,5 13 10 59,8
11 11 53,7 12 11 57,1 13 11 60,2
11 12 53,9 12 12 57,3 13 12 60,6
13 13 60,8
TK BLK VO2Max TK BLK VO2Max TK BLK VO2Max
14 1 61,0 15 1 64,4 16 1 67,8
14 2 61,1 15 2 64,6 16 2 68,0
14 3 61,3 15 3 64,8 16 3 68,2
14 4 61,6 15 4 65,1 16 4 68,5
14 5 61,9 15 5 65,4 16 5 68,8
14 6 62,2 15 6 65,6 16 6 69,0
14 7 62,4 15 7 65,9 16 7 69,2
14 8 62,7 15 8 66,2 16 8 69,5
14 9 63,0 15 9 66,4 16 9 69,8
14 10 63,3 15 10 66,7 16 10 70,0
14 11 63,6 15 11 67,0 16 11 70,2
14 12 64,0 15 12 67,4 16 12 70,5
14 13 64,2 15 13 67,6 16 13 70,7
16 14 70,9
TK BL
K
VO2Max TK BLK VO2Max TK BLK VO2Max
17 1 71,1 18 1 74,5 19 1 78,1
17 2 71,4 18 2 74,8 19 2 78,3
17 3 71,6 18 3 75,0 19 3 78,5
17 4 71,9 18 4 75,2 19 4 78,8
17 5 72,1 18 5 75,5 19 5 79,0
17 6 72,4 18 6 75,8 19 6 79,2
17 7 73,6 18 7 76,0 19 7 79,4
17 8 72,9 18 8 76,2 19 8 79,7
17 9 73,1 18 9 76,4 19 9 80,0
17 10 73,4 18 10 76,7 19 10 80,2
17 11 73,6 18 11 77,0 19 11 80,4
17 12 73,9 18 12 77,2 19 12 80,6
17 13 74,1 18 13 77,4 19 13 80,8
17 14 74,3 18 14 77,7 19 14 81,0
18 15 77,9 19 15 81,3
TK BLK VO2Max TK BLK VO2Max TK BLK VO2Max
44
20 1 81,5 20 11 83,7 21 6 86,1
20 2 81,8 20 12 83,8 21 7 86,3
20 3 82,0 20 13 84,0 21 8 86,5
20 4 82,2 20 14 84,3 21 19 86,7
20 5 82,4 20 15 84,6 21 10 86,9
20 6 82,6 21 16 84,8 21 11 87,1
20 7 82,8 21 1 85,0 21 12 87,4
20 8 83,0 21 2 85,2 21 13 87,6
20 9 83,2 21 3 85,4 21 14 87,8
20 10 83,5 21 4 85,6 21 15 88,0
21 5 85,8 21 16 88,2
Untuk mengetahui tingkat klasifikasiVO2max dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Norma standarisasi untuk volume oksigen maksimum (VO2max)
Kategori Putra
(Cc/Kgberatbadan/menit)
Putri
(Cc/Kgberatbadan/menit)
Baik Sekali >53 >49
Baik 43 – 52 38 – 48
Sedang 34 – 42 31 – 37
Kurang 25 – 33 24 – 30
Kurang Sekali <24 <23
Sumber: Preventive Medicine Center, Palo Alto Calif.
4. Tes Kelincahan
Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak cepat
sambil mengubah arah tersebut. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur kelincahan
adalah : Tes lari bolak-balik (shuttle-run) 4x10 meter.
Pelaksana tes kelincahan pada tes ini adalah: 1 orang starter, 2 orang
timer, dan 1 orang scorer.
a. Tujuan : Mengukur Kelincahan
45
b. Alat : Lintasan panjang 10m, patok (corn), pluit, stopwatch, alat
mencatat waktu (blangko, pena).
c. Cara pelaksanaan
1. Pada aba-aba “bersedia” testee berdiri dibelakang garis lintasan
2. Pada aba-aba”siap” testee start dengan star berdiri
3. Dengan aba-aba “ya” testee segera berlari menuju garis kedua
setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan
menuju garis pertama
4. Testee berlari dari garis pertama menuju garis kedua dan kembali
ke garis pertama dihitung satu kali
5. Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak balik sehingga
menempuh jarak 40 meter
6. Setelah melewati finish di garis kedua, pencatat waktu dihentikan
7. Catatan waktu untuk menentukan norma kelincahan dihitung
sampai persepuluh detik (0,1 detik) atau perseratusdetik (0,01).
46
10m
5cm
Garis pertama Garis kedua
Gambar 6. Lintasan lari bolak balik (shuttle-run 4x10 meter) Sumber: evaluasi pendidikan jasmani dan olahraga
(Arsil& Aryadie Adnan;2010)
Tabel 7. Norma Standarisasi tes kelincahan lari bolak-balik
(shuttle run) 4x10 meter
Sumber: Arsil & Aryadie Adnan, 2010. Evaluasi Pendidikan Jasmani dan
Olahraga.
H. Prosedur Penelitian
a) Mengurus Surat izin dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Padang
Klasifikasi Waktu (detik)
Putra Putri
Baik Sekali 12.10 > 12.42 >
Baik 12.11 – 13.53 12.43 -14.09
Sedang 13.54 – 14.96 14.10 – 15.74
Kurang 14.97 – 16.39 15.75 – 17.39
Kurang sekali < 16.40 < 17.40
47
b) Mendapat Rekomendasi dari pengurus untuk melakukan penelitian
terhadap atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung.
c) Menyiapkan tenaga pengawas dan pembantu.
Untuk kelancaran penelitian ini, peneliti perlu menyiapkan pengawas yang
berguna untuk mengawasi dan melihat kelancaran peneliti dalam
mengambil data dan menyiapkan tenaga pembantu yang bertugas
membantu peneliti dalam pengambilan data. Nama-nama tenaga pengawas
dan pembantu tersebut adalah :
Tabel 8. Nama-nama tenaga pengawas dan pembantu
No Nama Keterangan Tugas
1 Pak Afrisal Suki S. Pd Pelatih Pengawas,
Timer
2 Novrizam ori Neldo S. Pd Alumni FIK UNP Pembantu,
Timer
3 Riki Teguh S. Pd Alumni FIK UNP Pembantu,
Scorer
4. Deni Abdurrahman.S Peneliti Pembantu,
Starter
I. Teknik Analisis Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian data diolah. Karena jenis
penelitian ini bersifat deskriptif maka, teknik analisa yang dapat digunakan adalah
dengan menggunakan Teknik distribusi frekwensi (statistik deskriptif) dengan
perhitungan persentase, seperti dijelaskan oleh (Arikunto, 1990): “bila suatu
penelitian bertujuan mendapatkan gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana
adanya tentang sesuatu objek yang diteliti, maka teknik analisis yang dibutuhkan
48
cukup dengan perhitungan persentase seperti rumus yang digunakan untuk
menghitung persentase adalah seperti sebagai berikut:
F
P= ─── χ 100%
N
Keterangan:
P= persentase
F= frekuensi
N= jumlah sampel
Sumber: (Arikunto,1993)
49
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan.
Data yang dianalisis sesuai dengan hasil temuan faktual di lapangan seperti apa
adanya. Hasil analisis ini merupakan gambaran tingkat kondisi fisik yang dimiliki
oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung tahun 2012.
A. Analisis Deskriptif
Analisis data penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan
pada pertanyaan dan tujuan penelitian. Semua data dianalisis secara statistik
deskriptif dengan tabulasi freguensi. Adapun variabel-variabel yang diteliti tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan
Kecepatan diukur dengan mengunakan Tes lari 30 meter . Untuk lebih
jelasnya mengenai hasil pengukuran kecepatan reaksi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. Data kecepatan atlet putra
No Nama Kecepatan (detik) Kategori
1 Hartono 3,94 B
2 Yayan 4,69 S
3 Thoib 4,81 K
4 Riski Hariyanto 4,90 K
5 Ikhsan Yosari 4,62 S
6 Iqbal Agusteen 5,36 KS
7 Rahmat Novriandi 4,56 S
8 Zikri Novitra 6,42 KS
9 Faris leon rovi 4,61 S
49
50
10 Zulkarnaen 4,31 B
11 Wahyu Dwi Sumantri 4,69 S
12 Riski kencana Putra 5,42 KS
13 Belaji Zatofa Ummay 4,70 S
Jumlah 63.03
Mean 4.848462
SD 0.608411
Max 6.42
Min 3.94
Varian 0.370164
Tabel. 10. Analisis Data Tes Kecepatan Atlet Putra
Kategori % Jumlah Testee
BS 0 0
B 15.38 2
S 46.15 6
K 15.38 2
KS 23.08 3
Jumlah 100 13
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori kecepatan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 2
0
10
20
30
40
50
60
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE KECEPATAN ATLET
PUTRA
%
Jumlah Testee
51
orang (15,38%), kategori sedang sebanyak 6 orang (46,15%), kategori kurang
sebanyak 2 orang (15,38%), dan kategori kurang sekali sebanyak 3 orang (23,08%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak
silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kecepatan dengan rata-rata
4,84 detik pada tingkat sedang yaitu sebesar 46,15% dari 13 orang atlet putra.
Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat kecepatan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Data kecepatan atlet putri
No Nama Kecepatan (detik) Kategori
1 Haina Mafaza Siti Maisarah 4,92 B
2 Yeyen Yunita 5,35 S
3 Pegi Agma Putri 5,38 S
4 Oktasari Heppy Putri 5,35 S
5 Lutfiah Hendriani 6,28 KS
6 Sonia Elsa Aprianti 5,83 K
7 Fauza El Izati 5,35 S
8 Qatrum Nada Nadiva 5,80 K
9 Lathyfah 5,25 S
10 Sherly Oktavia 5,33 K
Jumlah 54.84
Mean 5.484
SD 0.382163
Max 6.28
Min 4.92
Varian 0.146049
52
Tabel. 12. Analisis Data Kecepatan Atlet Putri
Kategori % Jumlah Testee
BS 0 0
B 10 1
S 50 5
K 30 3
KS 10 1
Jumlah 100 10
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori kecepatan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 1
orang (10%), kategori sedang sebanyak 5 orang (50%), kategori kurang sebanyak 3
orang (30%), dan kategori kurang sekali tidak ada 1 orang (10%). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung memiliki kemampuan kecepatan dengan rata-rata 5,48 detik pada tingkat
sedang yaitu sebesar 50% dari 10 orang atlet putri.
0
10
20
30
40
50
60
70
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE KECEPATAN ATLET
PUTRI
%
Jumlah Testee
53
2. Daya Ledak
Daya ledak otot tungkai diukur dengan Lompat Jauh Tanpa Awalan
(Standing Broad Jump). Adapun deskripsi data daya ledak tersebut dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 13. Data daya ledak atlet putra
No Nama Daya Ledak (meter) Kategori
1 Hartono 2,35 B
2 Yayan 2,18 K
3 Thoib 2,28 S
4 Riski Hariyanto 2,18 K
5 Ikhsan Yosari 2,38 B
6 Iqbal Agusteen 2,11 K
7 Rahmat Novriandi 2,33 B
8 Zikri Novitra 1,60 KS
9 Faris leon rovi 1,35 KS
10 Zulkarnaen 2,38 B
11 Wahyu Dwi Sumantri 1,89 KS
12 Riski kencana Putra 1,70 KS
13 Belaji Zatofa Ummay 1,83 KS
Jumlah 26.56
Mean 2.043077
SD 0.337253
Max 2.38
Min 1.35
Varian 0.11374
Tabel. 14. Analisis Data Tes Daya Ledak Atlet Putra
Kategori %
Jumlah
Testee
BS 0 0
B 30.76 4
S 7.69 1
K 23.07 3
KS 38.46 5
Jumlah 100 13
54
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori daya ledak baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 4
orang (30,76%), kategori sedang sebanyak 1 orang (7,69%), kategori kurang
sebanyak 3 orang (23,07%), dan kategori kurang sekali sebanyak 5 orang (38,64%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak
silat Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan daya ledak dengan rata-rata
2,04 meter pada tingkat kurang sekali yaitu sebesar (38,64%) dari 13 orang atlet
putra.
Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat daya ledak dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Deskripsi data daya ledak atlet putri
No Nama Daya Ledak
(meter)
Kategori
1 Haina Mafaza Siti Maisarah 1,80 S
2 Yeyen Yunita 1,60 KS
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE DAYA LEDAK ATLET
PUTRA
%
Jumlah Testee
55
3 Pegi Agma Putri 1,28 KS
4 Oktasari Heppy Putri 1,70 K
5 Lutfiah Hendriani 1,48 KS
6 Sonia Elsa Aprianti 1,31 K
7 Fauza El Izati 1,72 S
8 Qatrum Nada Nadiva 1,75 S
9 Lathyfah 1,65 K
10 Sherly Oktavia 1,71 S
Jumlah 1,60
Mean 1,60
SD 1.83303
Max 1,80
Min 1,28
Varian 3,36
Tabel. 16. Analisis Data Daya ledak Atlet Putri
Kategori %
Jumlah
Testee
BS 0 0
B 0 0
S 40 4
K 30 3
KS 30 3
Jumlah 100 10
56
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori daya ledak baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak ada
(0%), kategori sedang sebanyak 4 orang (40%), kategori kurang sebanyak 3 orang
(30%), dan kategori kurang sekali sebanyak 3 orang (30%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro
sijunjung memiliki kemampuan daya ledak dengan rata-rata 1,60 meter pada tingkat
kurang yaitu sebesar 40% dari 10 orang atlet putri.
3. DayaTahan Aerobik
Daya tahan aerobic dilihat dengan Tes Daya Tahan Aerobic VO2 Max
metode Bleep Test. Untuk mengukur daya tahan aerobic (VO2 Max) tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 17. Data VO2Max atlet putra
No Nama Waktu (Cc/Kg berat
badan/menit)
Kategori
1 Hartono 42,4 S
0
10
20
30
40
50
60
70
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE DAYA LEDAK ATLET
PUTRI
%
Jumlah Testee
57
2 Yayan 34,3 S
3 Thoib 32,5 K
4 Riski Hariyanto 32,1 K
5 Ikhsan Yosari 42,4 S
6 Iqbal Agusteen 32,5 K
7 Rahmat Novriandi 41,4 S
8 Zikri Novitra 32,1 K
9 Faris leon rovi 32,9 K
10 Zulkarnaen 32,9 K
11 Wahyu Dwi Sumantri 32,5 K
12 Riski kencana Putra 32,1 K
13 Belaji Zatofa Ummay 41,4 S
Jumlah 461.5
Mean 35.5
SD 4.485904
Max 42.4
Min 32.1
Varian 20.12333
Tabel. 18. Analisis Data Tes Daya Tahan Aerobik Atlet Putri
Kategori % Jumlah Testee
BS 0.00 0
B 0.00 0
S 38.46 5
K 61.54 8
KS 0.00 0
Jumlah 100.00 13
58
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat VO2max yang dimiliki dari 13
orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung, dan selanjutnya dianalisis
dengan statistik deskriptif, serta dihubungkan dengan standar VO2max, maka dapat
disimpulkan bahwa: tingkat VO2max baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak
ada (0%), kategori sedang sebanyak 5 orang (38,46%), kategori kurang sebanyak 8
orang (61,54%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan demikian, secara
keseluruhan untuk kondisi fisik daya tahan umum yang dilihat pada tingkat VO2max
dengan rata-rata 35,5 Cc/Kg berat badan/detik, berada kondisi sedang yaitu sebesar
61,54% dari 13 orang atlet.
Sementara itu untuk tingkat dayatahan aerobic yang dilihat dengan
mengukur VO2max yang dimiliki atlet putri, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19. Data VO2max atlet putri
No Nama Waktu (Cc/Kg
berat badan/detik)
Kategori
1 Haina Mafaza Siti Maisarah 36,7 S
2 Yeyen Yunita 35,3 S
3 Pegi Agma Putri 35,7 S
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE DAYA TAHAN
AEROBIC ATLET PUTRA
%
Jumlah Testee
59
4 Oktasari Heppy Putri 29,9 K
5 Lutfiah Hendriani 29,5 K
6 Sonia Elsa Aprianti 30,6 K
7 Fauza El Izati 32,5 S
8 Qatrum Nada Nadiva 30,6 K
9 Lathyfah 31,0 S
10 Sherly Oktavia 29,7 K
Jumlah 321.5
Mean 32.15
SD 2.739931
Max 36.7
Min 29.5
Varian 7.507222
Tabel. 20. Analisis Data Tes Daya tahan Aerobic atlet Putri
Kategori % Jumlah Testee
BS 0 0
B 10 1
S 50 5
K 30 3
KS 10 1
Jumlah 100 10
0
10
20
30
40
50
60
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE DAYA TAHAN ATLET
PUTRI
%
Jumlah Testee
60
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki VO2max kategori baik sekali tidak ada (0%), kategori baik tidak sebanyak 1
orang yaitu (10%), kategori sedang sebanyak 5 orang (50%), kategori kurang
sebanyak 3 orang (30%), dan kategori kurang sekali sebanyak 1 orang (10%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung memiliki tingkat VO2max dengan rata-rata 32,15 Cc/Kg
berat badan/detik pada kategori sedang yaitu sebesar 50% dari 10 orang atlet.
4. Kelincahan
Kelincahan diukur dengan menggunakan Lari bolak balik (shuttle run
test )4x10 meter. Waktu yang dilihat pada stopwatch merupakan tingkat kelincahan
yang dimiliki oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung.
Tabel 21. Data kelincahan atlet putra
No Nama Waktu (detik) Kategori
1 Hartono 12,98 B
2 Yayan 13,56 S
3 Thoib 12,65 B
4 Riski Hariyanto 13,60 S
5 Ikhsan Yosari 13,11 B
6 Iqbal Agusteen 13,72 S
7 Rahmat Novriandi 12,90 B
8 Zikri Novitra 15,02 K
9 Faris leon rovi 14,56 S
10 Zulkarnaen 14,03 S
11 Wahyu Dwi Sumantri 13,66 S
12 Riski kencana Putra 14,98 K
13 Belaji Zatofa Ummay 13,54 S
Jumlah 178.31
Mean 13.71615
SD 0.757854
61
Max 15.02
Min 12.65
Varian 0.574342
Tabel. 22. Analisis Data Tes Kelincahan Atlet Putra
Kategori % Jumlah Testee
BS 0.00 0
B 30.77 4
S 53.85 7
K 15.38 2
KS 0.00 0
Jumlah 100.00 13
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 13 orang atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori kelincahan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 4
orang (30,77%), kategori sedang sebanyak 7 orang (53,85%), kategori kurang
sebanyak 2 orang (15,38%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putra pencak silat
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE KELINCAHAN ATLET
PUTRA
%
Jumlah Testee
62
Singoitam Muaro Sijunjung memiliki kemampuan kelincahan dengan rata-rata 13,71
detik pada tingkat sedang yaitu sebesar 53,85% dari 13 orang atlet putra.
Sementara itu untuk atlet putri yang diukur tingkat kelincahannya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 23. Data kelincahan atlet putri
No Nama Waktu (detik) Kategori
1 Haina Mafaza Siti Maisarah 14,05 B
2 Yeyen Yunita 14,35 S
3 Pegi Agma Putri 15,20 S
4 Oktasari Heppy Putri 15,66 S
5 Lutfiah Hendriani 15,90 K
6 Sonia Elsa Aprianti 15,81 K
7 Fauza El Izati 13,92 B
8 Qatrum Nada Nadiva 15,02 S
9 Lathyfah 15,56 S
10 Sherly Oktavia 15,43 S
Jumlah 150.9
Mean 15.09
SD 0.734166
Max 15.9
Min 13.92
Varian 0.539
Tabel. 24. Analisis data Tes kelincahan Atlet Putri
Kategori % Jumlah Testee
BS 0 0
B 20 2
S 60 6
K 20 2
KS 0 0
Jumlah 100 10
63
Berdasarkan deskripsi data pada tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari 10 orang atlet putri pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang
memiliki kategori kelincahan baik sekali tidak ada (0%), kategori baik sebanyak 2
orang (20%), kategori sedang sebanyak 6 orang (60%), kategori kurang sebanyak 2
orang (20%), dan kategori kurang sekali tidak ada (0%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan atlet putri pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung memiliki kemampuan kelincahan dengan rata-rata 15,09 pada tingkat
sedang yaitu sebesar 60% dari 10 orang atlet.
B. Pembahasan
Berdasarakan analisis dan olahan data mengenai “ Kondisi fisik atlet
pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung”, maka pada bab ini akan dijawab
pertanyaan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditujukan
sebelumnya yaitu bagaimana tingkat kondisi fisik yang dimiliki atlet pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung yang berkenan dengan : kecepatan, daya ledak otot
0
10
20
30
40
50
60
70
BS B S K KS
PE
RS
EN
TA
SE
PERSENTASE KELINCAHAN ATLET
PUTRI
%
Jumlah Testee
64
tungkai, daya tahan aerobic, dan kelincahan. Untuk lebih jelasnya jawaban dari
pertanyaan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tingkat kecepatan yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung dengan rata-rata (4,84) dikategorikan sedang.
Sedangkan atlet putri (5,48) dikategorikan sedang.
2. Tingkat daya ledak yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung dengan rata-rata (2,04) dikategorikan kurang sekali.
Sedangkan atlet putri (1,6) dikategorikan kurang.
3. Tingkat daya tahan aerobic yang dimiliki atlet putra pencak silat
Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (35,5) dikategorikan
sedang. Sedangkan atlet putri (32,15) dikategorikan sedang.
4. Tingkat kelincahan yang dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung dengan rata-rata (13,71) dikategorikan sedang.
Sedangkan atlet putri (15,09) dikategorikan sedang.
Olahraga pencak silat merupakan cabang olahraga beladiri yang
membutuhkan banyak gerakan dan beraktifitas tinggi. Oleh sebab itu kondisi fisik
sangat berperan sekali dalam membantu perkembangan keterampilan atlet pencak
silat Singoitam Muaro Sijunjung, dimana kondisi fisik merupakan unsur utama bagi
seseorang baik untuk kesegaran jasmani maupun pencapain prestasi. Oleh karena itu,
kesiapan kondisi fisik sangatlah penting. Semakin baik kondisi atau kemampuan fisik
seseorang, maka semakin besar pula peluangnya untuk berprestasi. Begitu juga
65
sebaliknya, semakin rendah tingkat kondisi fisiknya, maka semakin sulit ia untuk
meraih prestasi. Adapun pengaruh kondisi fisik terhadap pelaksanaan teknik, taktik,
dan mental. Apabila kondisi fisik baik, maka pelaksanaan teknik, taktik, dan mental
akan berjalan dengan baik pula.
Berdasarkan uraian di atas, untuk menjamin kesiapan seseorang atlet
pencak silat, kesiapan kondisi fisik sangatlah penting yang mana juga berfungsi untuk
menghindari terjadinya cidera. Oleh karena itu, jika kondisi fisik seorang atlet pencak
silat tidak terpelihara, kemungkinan terjadinya cidera pada waktu pertandingan cukup
besar. Untuk itu sangatlah dibutuhkan kondisi fisik yang berkenan dengan kecepatan,
daya ledak otot tungkai, daya tahan dan kelincahan atlet.
Dalam kondisi fisik terlihat sangat berpengaruh adalah perkembangan
kemampuan individu atlet dalam pencak silat, antara lain :
1. Kecepatan. Pada keterampilan pencak silat atlet yang memiliki
kecepatan bagus akan mampu melakukan serangan dengan cepat dan
dapat mengendalikan tempo pertandingan. Hal ini sangat
menguntungkan bagi atlet memperoleh nilai dalam pertandingan,
sehingga tingkat kecepatan yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung dikategorikan sedang. Hal ini walaupun sedang,
namun belum dapat dipastikan untuk mencapai target individu atlet
mencapai prestasi maksimal. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan
dengan melatih tingkat kecepatan yang tinggi serta melalui proses
66
latihan yang disusun berdasarkan program latihan yang sudah
terencana dan sitematis agar menjadi lebih baik.
2. Daya ledak otot tungkai. Pada keterampilan pencak silat seseorang
atlet yang memiliki daya ledak otot tungkai yang bagus akan mampu
melakukan teknik bertanding dengan tendangan kaki yang kuat,
melakukan ayunan ataupun gerakan mendorong, menahan dan
sebaginya sangat dibutuhkan daya ledak otot tungkai. Jadi daya ledak
otot tungkai yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung dikategorikan kurang. Hal ini tentunya belum optimal dalam
pencapaian prestasi. Oleh sebab itu harus ditingkatkan dengan adanya
peningkatan terhadap proses latihan.
3. Daya tahan aerobic, jika daya tahan aerobik yang dimiliki atlet
pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung masih pada kategori sedang,
maka tingkat kesegaran jasmani atlet perlu ditingkatkan. Dengan
meningkatkan kesegaran jasmani atlet akan dapat meningkatkan
kondisi fisik atlet sehingga dapat bertahan lama dalam bertanding.
Sebaliknya, jika daya tahan aerobik yang dimiliki atlet kurang, berarti
dalam hal ini kesegaran jasmaninya kurang sehingga tidak dapat
bertahan lama dan dapat mempengaruhi tempo gerakan keterampilan
dalam bertanding seperti kelelahan, kurang semangat, sering terjadinya
kesalahan - kesalahan teknik dan identitas keterampilan pencak silat
67
menjadi lambat. Sementara rata-rata tingkat dayatahan aerobik yang
dimiliki oleh atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dikategorikan
sedang. Walaupun dalam kategori sedang, hal ini belum mampu
memberikan pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi. Oleh karena
itu,perlu adanya proses latihan yang terprogram dan sistematis agar
menjadi lebih baik.
4. Kelincahan. Dalam keterampilan pencak silat sangat diperlukan
kelincahan yang berguna untuk mengayunkan tendangan kaki,
memutar badan (berbalik), maju-mundur, mengelak, dan meyerang
pada saat bertanding. Untuk melakukan semua gerakan-gerakan itu
sangat dibutuhkan kelincahan dari seorang atlet pencak silat. Rata-rata
tingkat kelincahan yang dimiliki atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung dikategorikan sedang. Hal ini belum mencapai prestasi
maksimal. Oleh sebab itu harus perlu ditingkatkan dengan melatih
tingkat kelincahan yang tinggi serta melalui proses latihan yang
disusun berdasarkan program latihan yang sudah terencana dan
sistematis agar menjadi lebih baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik atlet
pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung yang dimiliki sekarang perlu ditingkatkan
dengan cara melakukan proses latihan yang terencana dan sitematis serta
dilaksanakan secara continue, berkesinambungan, serta menambah intensitas latihan
68
untuk menghasilkan kondisi fisik masuk kedalam kategori baik. Latihan fisik
merupakan cara yang lazim dan dianggap sangat efektif untuk memperoleh kondisi
fisik yang baik. “Latihan adalah kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
keterampilan gerak tertentu” (Hendri, 2011:8).
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu
dapat dikemukan kesimpulan bahwa :
1. Hasil tes kecepatan dengan tes lari 30 meter yang dimiliki atlet putra pencak
silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (4,84 detik) dikategorikan
sedang. Sedangkan atlet puteri (5,48 detik) dikategorikan sedang.
2. Hasil tes daya ledak dengan tes lompat jauh tanpa awalan yang dimiliki atlet
putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (2,04 meter)
dikategorikan kurang sekali. Sedangkan atlet puteri (1,60 meter)
dikategorikan kurang.
3. Hasil tes daya tahan aerobic VO2 Max metode bleep test yang dimiliki atlet
putra pencak silat singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata (35,5 ml/Kg
berat badan/detik) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet putri (32,15 ml/Kg
berat badan/detik) dikategorikan sedang.
4. Hasil tes kelincahan dengan tes lari bolak balik (shuttle run) 4x10m yang
dimiliki atlet putra pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung dengan rata-rata
(13,71 detik) dikategorikan sedang. Sedangkan atlet puteri (15,09 detik)
dikategorikan sedang.
69
70
Dari keseluruhan hasil tes kondisi fisik yang dilakukan dari unsure
kecepatan, daya ledak, daya tahan aerobic, dan kelincahan disimpulkan pada tingkat
sedang. Sehingga untuk perkembangan kedepannya atlet pencak silat Singoitam
Muaro Sijunjung perlu peningkatan kondisi fisik dengan program latihan yang perlu
ditingkatkan.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan, maka penulis dapat memberikan saran-
saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam kemampuan
kondisi fisik atlet pencak silat.
1. Untuk meningkatkan prestasi atlet pencak silat Singoitam Muaro Sijunjung
disarankan para pelatih pencak silat untuk tidak mengabaikan kondisi fisik
atlet terlebih dahulu, karena kondisi fisik merupakan dasar semua cabang
olahraga khususnya pencak silat dengan cara melatih kondisi fisik atletnya.
2. Agar dapat berprestasi dengan baik, bagi para pesilat hendaknya harus
meningkatkan kedisiplinan serta menjunjung tinggi sportifitas disetiap
melakukan proses latihan maupun pertandingan. Para pesilat harus bisa
menjaga kondisi / stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, mengkosumsi
makanan yang bergizi dan harus memiliki satu tujuan yang bulat dan motivasi
yang tinggi agar dapat mencapai prestasi yang baik.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada atlet pencak silat Singoitam Muaro
Sijunjung, untuk itu perlu dilakukan penelitian pada atlet pencak silat lain di
71
tempat atau daerah yang berbeda dengan jumlah sampel yang lebih banyak
lagi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam pencapaian prestasi pencak silat, kecepatan reaksi juga termasuk
factor kondisi fisik yang dominan. Karena, dalam pencak silat membutuhkan
kemampuan untuk menjawab rangsangan atau respons secara cepat dari lawan, baik
melalui akustik (pendengaran), optic (penglihatan), dan taktil (kulit). Dalam pencak
silat rangsangan yang terjadi adalah rangsangan melalui mata. Namun, dengan
keterbatasan instrument tes yang lebih akurat yaitu Body Whole Reaction merupakan
alat untuk mengukur rangsangan mata. Alat tersebut hanya tersedia di Labor FIK
UNP Padang, sementara penelitian dilakukan yang jaraknya cukup jauh dari UNP
Padang. Oleh karena itu, peneliti tidak memasukkan factor tersebut kedalam skripsi
ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arsil. (1999). Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : FIK UNP Padang.
Arsil & Aryadi. (2010). Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. FIK UNP
Padang.
Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka cipta
Bafirman. (1999). Sport Medicine. Padang: FIK UNP Padang
Harsono. (1996). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: PIO-KONI Pusat
Harsono. (1988). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: Koni Pusat
Harsuki (Ed). (2003). Perkembangan Olahraga Terkini: Kaftan Para Pakar. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
HP,Suharno (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yokyakarta: FPOK IKIP
Yokyakarta.
Irawadi, Hendri. (2011). Kondisi Fisik dan Pengukurannya. FIK UNP
Iskandar, M.Atok. Soemardjono, & M.S, Soegiyanto. (1992). Pencak Silat. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Joni. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. FIK UNP Padang.
Maidarman. (2011). Tes Pengukuran dan Evaluasi Melatih Kondisi Fisik: FIK UNP
Padang.
Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Dirjen DIKTI
P2LPK.
Suwirman. (1999). Pencak Silat Dasar. Padang: FIK UNP Padang.
Syafruddin. (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK UNP Padang.
Syafruddin. (1992). Pengantar Ilmu Melatih. Jilid I. FPOK IKIP Padang.
73
Syafruddin. (1996). Pengantar Ilmu Melatih.. FPOK IKIP Padang.
Syafruddin. (1999). Dasar-Dasar Kepelatihan. Padang FIK UNP.
Umar. (2008). Fisiologi Olahraga. Padang: FIK UNP Padang.
Widiastuti. (2010). Tes dan Pengukuran Olahraga. UNP Padang
Zulman (1995). Pencak Silat Dasar: FIK UNP Padang.
74
DATA MENTAH
DATA PENELITIAN (ATLET PUTRA)
No
Kecepatan Daya Ledak Daya tahan Kelincahan
Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori
1 7,85 B 2,35 B 42,4 S 12,98 B
2 8,03 B 2,18 K 34,3 S 13,56 S
3 8,42 S 2,28 S 32,5 K 12,65 B
4 8,55 S 2,18 K 32,1 K 13,60 S
5 7,85 B 2,38 B 42,4 S 13,11 B
6 9,27 S 2,11 K 32,5 K 13,72 S
7 7,94 B 2,33 B 41,4 S 12,90 B
8 9,58 S 1,60 KS 32,1 K 15,02 K
9 8,49 S 1,35 KS 32,9 K 14,56 S
10 8,45 S 2,38 B 32,9 K 14,03 S
11 8,33 B 1,89 KS 32,5 K 13,66 S
12 9,12 S 1,70 KS 32,1 K 14,98 K
13 8,21 B 1,83 KS 41,4 S 13,54 S
75
DATA PENELITIAN(ATLET PUTRI)
No
Kecepatan Daya Ledak Daya tahan Kelincahan
Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori Hasil Tes Kategori
1 9,74 B 180 S 36,7 S 14,05 B
2 10,01 S 160 KS 35,3 S 14,35 S
3 11,45 K 128 KS 35,7 S 15,20 S
4 10,85 S 170 K 29,9 K 15,66 S
5 13,52 KS 148 KS 29,5 K 15,90 K
6 12,03 K 131 K 30,6 K 15,81 K
7 10,54 S 172 S 32,5 S 13,92 B
8 11,21 S 175 S 30,6 K 15,02 S
9 10,55 S 165 K 31,0 S 15,56 S
10 11,08 S 171 S 29,7 K 15,43 S
76
Analisis data penelitian atlet putra
No
Kecepatan Daya Ledak Daya tahan Kelincahan
hasil tes Kategori hasil tes Kategori hasil tes Kategori hasil tes Kategori
1 7.85 B 2.35 B 42.4 S 12.98 B
2 8.03 B 2.18 K 34.3 S 13.56 S
3 8.42 S 2.28 S 32.5 K 12.65 B
4 8.55 S 2.18 K 32.1 K 13.6 S
5 7.85 B 2.38 B 42.4 S 13.11 B
6 9.27 S 2.11 K 32.5 K 13.72 S
7 7.94 B 2.33 B 41.4 S 12.9 B
8 9.58 S 1.6 KS 32.1 K 15.02 K
9 8.49 S 1.35 KS 32.9 K 14.56 S
10 8.45 S 2.38 B 32.9 K 14.03 S
11 8.33 B 1.89 KS 32.5 K 13.66 S
12 9.12 S 1.7 KS 32.1 K 14.98 K
13 8.21 B 1.83 KS 41.4 S 13.54 S
Jumlah 110.09 Jumlah 26.56 Jumlah 461.5 Jumlah 178.31
Mean 8.46846154 Mean 2.04307692 Mean 35.5 Mean 13.71615
SD 0.55036119 SD 0.33725323 SD 4.48590385 SD 0.757854
Max 9.58 Max 2.38 Max 42.4 Max 15.02 Min 7.85 Min 1.35 Min 32.1 Min 12.65
Varian 0.30289744 Varian 0.11373974 Varian 20.1233333 Varian 0.574342
77
Analisis data penelitian atlet putri
No
Kecepatan Daya Ledak Daya tahan Kelincahan
hasil tes Kategori hasil tes Kategori hasil tes Kategori hasil tes Kategori
1 9.74 B 1.8 S 36.7 S 14.05 B
2 10.01 S 1.6 KS 35.3 S 14.35 S
3 11.45 K 1.28 KS 35.7 S 15.2 S
4 10.85 S 1.7 K 29.9 K 15.66 S
5 13.52 KS 1.48 KS 29.5 K 15.9 K
6 12.03 K 1.31 K 30.6 K 15.81 K
7 10.54 S 1.72 S 32.5 S 13.92 B
8 11.21 S 1.75 S 30.6 K 15.02 S
9 10.55 S 1.65 K 31 S 15.56 S
10 11.08 S 1.71 S 29.7 K 15.43 S
Jumlah 110.98 Jumlah 16 Jumlah 321.5 Jumlah 150.9 Mean 11.098 Mean 1.6 Mean 32.15 Mean 15.09 SD 1.083849108 SD 0.183303028 SD 2.7399311 SD 0.734166 Max 13.52 Max 1.8 Max 36.7 Max 15.9 Min 9.74 Min 1.28 Min 29.5 Min 13.92 Varian 1.174728889 Varian 0.0336 Varian 7.5072222 Varian 0.539
78
Lampiran 6
Dokumentasi
ALAT UKUR
ALAT UKUR PANJANG STOPWATCH
Penjelasan Cara Pelaksanaan Tes Kepada Testee
79
Tes Kecepatan (lari 60 meter)
80
Tes Daya Ledak Otot Tungkai (Lompat Jauh Tanpa awalan)
Tes Kecepatan Reaksi (Lari 30 meter)
81
Tes Daya Tahan Metode Bleep (multi Tahap) VO2 Max
Tes Kelincahan Shuttle Run (lari Bolak-balik 4x10 meter)
82
Sampel Putra Sampel Putri
Populasi Penelitian
83
84
85