tinjauan kebijakan kota balikpapan

99
CV. KRESNA TATA Jl. Tanjungkarang No.17 Jati Kudus USULAN TEKNIS RAPERDA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI JAWA TENGAH URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA 5 - 1 5.1. TINJAUAN KEBIJAKAN Struktur tata ruang adalah struktur yang memperlihatkan pola jaringan prasarana dalam mendukung sistem permukiman dan kawasan-kawasan andalan di darat maupun di laut serta kawasan-kawasan kerja sama. Kebijaksanaan yang diarahkan ditinjau secara makro ke mikro untuk dalam kaitannya dengan Penyusunan Evaluasi dan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 5.1.1. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dalam kebijaksanaan pembangunan nasional terdapat beberapa aspek yang sangat prinsipil dan menjadi landasan yang sangat kuat guna dijadikan pedoman lanjutan pembangunan baik dalam skala nasional maupun skala regional. Aspek- aspek yang dimaksud di dalam pemikiran tersebut adalah bahwa pembangunan diarahkan kepada peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM), pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang optimal, sebagai jawaban dalam rangka menghadapi tantangan perkembangan dunia yang semakin global, serta memperkokoh jalinan rasa persatuan dan kesatuan, agar terhindar dari disintegrasi bangsa dengan mewujudkan kecintaan yang mendalam, sebagai bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kukuh kekuatan moral & etika.

Upload: bambang-hariyanto

Post on 16-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

menerangkan tentang balikpapan dan kebijakan pembangunannya

TRANSCRIPT

USULAN TEKNIS

RAPERDA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI JAWA TENGAHURAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

5 - 2

5.1. TINJAUAN KEBIJAKAN

Struktur tata ruang adalah struktur yang memperlihatkan pola jaringan prasarana dalam mendukung sistem permukiman dan kawasan-kawasan andalan di darat maupun di laut serta kawasan-kawasan kerja sama. Kebijaksanaan yang diarahkan ditinjau secara makro ke mikro untuk dalam kaitannya dengan Penyusunan Evaluasi dan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah adalah sebagai berikut:5.1.1. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALDalam kebijaksanaan pembangunan nasional terdapat beberapa aspek yang sangat prinsipil dan menjadi landasan yang sangat kuat guna dijadikan pedoman lanjutan pembangunan baik dalam skala nasional maupun skala regional. Aspek-aspek yang dimaksud di dalam pemikiran tersebut adalah bahwa pembangunan diarahkan kepada peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM), pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang optimal, sebagai jawaban dalam rangka menghadapi tantangan perkembangan dunia yang semakin global, serta memperkokoh jalinan rasa persatuan dan kesatuan, agar terhindar dari disintegrasi bangsa dengan mewujudkan kecintaan yang mendalam, sebagai bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kukuh kekuatan moral & etika.

5.1.1.1 VISI MISI PEMBANGUNAN NASIONAL

A. VISI PEMBANGUNAN NASIONAL

Visi pembangunan Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan / teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.

B. MISI PEMBANGUNAN NASIONAL

Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, ditetapkan misi sebagai berikut:

1. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.

4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat.

5. Perwujudan sistem hukum nasional, yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.

6. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.

7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

8. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

10. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

11. Perwujudan sistem dan iklim nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kratif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan pro-aktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.

5.1.1.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 20052025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Visi pembangunan nasional tahun 20052025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.

Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu, pembangunan, sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan upaya membangun kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antarbangsa semakin kuat. Kemandirian yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif. Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya.

Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan.

Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, bangsa yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Bangsa yang maju juga ditandai oleh adanya peran serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik, sejarah menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kemajuan suatu bangsa dan sistem politik yang dianutnya. Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya, keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.

Sedangakan, misi pembangunan nasional sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional

ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS RPJP TAHUN 20052025

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 20052025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut:

1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab.

2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera

3. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan

4. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri

5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

6. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari

7. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

8. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia internasional

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 20052025

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing Membangun sumber daya manusia yang berkualitas Memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global

Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

Sarana dan prasarana yang memadai dan maju

Reformasi hukum dan birokrasi

3. Mewujudkan indonesia yang demokratis berlandaskan hukum

4. Mewujudkan indonesia yang aman, damai dan bersatu

5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional

8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional

5.1.1.3 KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

Konsepsi peran serta masyarakat, walaupun berbagai pihak telah berkeinginan menetapkannya sejak tahun 80-an, tetapi secara formal baru terwujud konsepsinya di tahun 1992 melalui pengundangan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang di sahkan pada tanggal 13 Oktober 1992. Hal ini juga sebagai upaya mengantisipasi dan menjaga kesinambungan pembangunan. Selanjutnya diikuti oleh Peraturan Pemerintah, pada tanggal 3 Desember 1996, yaitu PP No.69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Disamping itu pemerintah telah mempersiapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tatacara Peranserta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah. Dalam perundangan tersebut di amanatkan bahwa untuk penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat.

Peran dan keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan dan mengamankan aturan tersebut amat sangat penting artinya karena hasilnya akan dinikmati kembali oleh masyarakat di wilayahnya. Selanjutnya dengan merujuk pada TAP MPR IV/MPR/2000 tentang rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas masyarakat serta aparatur pemerintahan di daerah terlihat jelas pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai proses penyelenggaraan pembangunan, termasuk didalamnya dalam proses penataan ruang. Semangat tersebut sejalan dengan bunyi pasal 12 UU No 24 Tahun 1992 bahwa Penataan Ruang dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat. Prinsip tersebut seiring dengan Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1996 yang mengedepankan Pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku atau stakeholder utama pembangunan. PP No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan kewajiban, serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam Penataan Ruang diatur hal-hal yang berkaitan dengan Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Masyarakat, Bentuk Peran Serta Masyarakat, Tata Cara Peran Serta Masyarakat dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat diatur berdasar tingkatan hirarki Pemerintahan dari tingkat Nasional, tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota. Dalam PP ini diatur secara rinci pula hak masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Tidak hanya hak, tetapi diatur pula kewajiban masyarakat dalam proses Penataan ruang. Peraturan Pemerintah tersebut digagas oleh Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Perekonomian) merangkap sebagai Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (ditunjuk sebagai koordinator penataan ruang berdasarkan Keputusan Presiden No.62 Tahun 2000 tentang koordinasi penataan ruang nasional) untuk mengatur tata cara pelaksanaannya di Tingkat Pusat. Kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) untuk tata cara pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada konteks ini difokuskan pada proses perencanaan tata ruang

5.1.1.4 PEMBANGUNAN MILENIUM (MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS/ MDGS)

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium, negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs). Saat ini MDG telah menjadi salah satu acuan penting dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap perencanaan seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hingga tahap pelaksanaannya. MDG telah pula menjadi dasar perumusan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di tingkat nasional dan daerah.

Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan Indonesia ke depan adalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi,

2. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah,

3. Masih kurang menyatunya kegiatan perlindungan lingkungan hidup dengan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam sehingga sering melahirkan konflik kepentingan antara ekonomi sumber daya alam (pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan,

4. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar, seperti antara Jawa luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota desa,

5. Kualitas dan pelayanan infrastruktur yang belum sepenuhnya pulih dan masih tertundanya pembangunan infrastruktur baru,

Masih adanya potensi aksi separatisme dan konflik horizontal. Dalam rangka menjawab semua tantangan dalam pembangunan Indonesia 2004-2009, Pemerintah Indonesia menetapkan tiga agenda pembangunan jangka menengah yaitu:

1. Menciptakan Indonesia yang aman dan damai,

2. Menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis,

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Khusus terkait agenda yang ketiga, prioritas pembangunan dan arah kebijakannya adalah sebagai berikut: penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran, peningkatan investasi, revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, pembangunan perdesaan dan pengurangan ketimpangan antar wilayah, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial, pembangunan kependudukan yang berkualitas, dan percepatan pembangunan infrastruktur.

5.1.1.5 PENATAAN RUANG DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Kebijakan sentralisasi pada masa lalu membuat ketergantungan daerah-daerah kepada pusat semakin tinggi dan nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat Pemerintah di daerah. Sementara itu dalam era desentralisasi, partisipasi masyarakat dan azas keterbukaan cenderung untuk dijadikan pedoman dengan asumsi bahwa pelaksanaan prinsip tersebut akan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, terdapat rasa memiliki masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan dan muncul komitmen untuk melaksanakannya sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan.

Pada posisi lain dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah, telah memberikan legitimasi untuk menyerahkan kewenangan dalam proses penyelenggaraan penataan ruang kepada daerah. Konsekuensi dari kondisi tersebut antara lain adalah memberikan kemungkinan banyaknya Kabupaten/Kota yang lebih memikirkankepentingannya sendiri, tanpa memikirkan sinergi dalam perencanaan tata ruang dan pelaksanaan pembangunan dengan Kabupaten/Kota lainnya untuk sekedar mengejar targetnya dalam lingkup kacamata masing-masing. Untuk mensinergikan kepentingan masing-masing Kabupaten/Kota diperlukan satu dokumen produk penataan ruang yang bisa dijadikan pedoman untuk menangani berbagai masalah lokal, lintas wilayah, dan yang mampu memperkecil kesenjangan antar wilayah yang disusun dengan mengutamakan peran masyarakat secara intensif. Pada akhirnya, penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat (city as engine of economic growth) yang berkeadilan sosial (social justice) dalam lingkungan hidup yang lestari (environmentaly sound) dan berkesinambungan (sustainability sound) melalui penataan ruang.

5.1.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien. RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

Secara substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional sangat berkaitan erat dengan RTRWN karena merupakan kewenangan Pemerintah dan perangkat untuk mengoperasionalkannya. Oleh karena itu, penetapan Peraturan Pemerintah ini mencakup pula penetapan kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

5.1.3. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PULAU JAWA BALI

RTR Pulau Jawa-Bali merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang Pulau Jawa- Bali. RTR Pulau Jawa-Bali berperan sebagai alat untuk menyinergikan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional sebagaimana direncanakan dalam RTRWN dengan aspek--aspek yang menjadi kepentingan daerah sebagaimana direncanakan dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. RTR Pulau Jawa-Bali berfungsi untuk memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas sektor sebagai suatu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang.Tujuan penetapan RTR Pulau Jawa-Bali adalah untuk:

1. menetapkan RTR Pulau Jawa-Bali dalam rangka operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

2. mengatur tata laksana dan kelembagaan perwujudan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di Pulau Jawa-Bali sebagai landasan hukum yang mengikat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya;

3. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya;

4. meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pengembangan prasarana wilayah dalam satu ekosistem pulau dan perairannya dengan memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan wilayah;

5. meningkatkan efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional;

6. memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan.

Sasaran Peraturan Presiden tentang RTR Pulau Jawa-Bali adalah:

1. Tersedianya landasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah daerah sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Jawa-Bali;

2. Terarahnya pengembangan Pulau Jawa-Bali secara lebih terpadu dan sinergis sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya;

3. Terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih efektif dan efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya.

4. Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas wilayah provinsi dan lintas sektor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang optimal;

5. Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi.

RTR Pulau ini berlaku sebagai acuan untuk:

1. keterpaduan pemanfaatan ruang lintas dan penyusunan rencana tata ruang wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa-Bali;

2. perumusan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, dan masyarakat di Pulau Jawa-Bali;

3. pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah administratif di Pulau Jawa-Bali.

Konsep pengembangan ruang untuk Pulau Jawa-Bali secara garis besar dapat diuraikan meliputi beberapa hal berikut :

Mempertahankan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi

Melindungi atau konservasi sumber daya dalam arti luas yang mencakup pemulihan dan pengkayaan.

Menyeimbangkan pertumbuhan antar wilayah dalam Pulau Jawa dan Bali, baik keseimbangan kegiatan ekonomi maupun keseimbangan perkembangan penduduk

Mengurangi konflik pemanfaatan ruang antar kegiatan fungsional

Identifikasi kegiatan-kegiatan sosial ekonomi dan alternatif-alternatif yang berciri berkelanjutan, yaitu hemat energi, hemat ruang, hemat buangan, bersih dan berpotensi daur ulang

TABEL :

RENCANA TATA RUANG JAWA TENGAH BERDASARKAN TATA RUANG JAWA BALI

3.1Semarang PKNJasa perdagangan, Pemerintahan, Industri, dan Pertanian. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berfungsi mendorong pertumbuhan sektor industri dan pusat-pusat produksi pertanian wilayah Prop. Jawa Tengah.

Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah di P. Jawa dan di luar P. Jawa melalui peningkatan kapasitas dan kualitas perangkutan darat, udara, dan laut.

Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan kota Semarang yang mengancam daerah resapan air dan kawasan yang berfungsi lindung di bagian Selatan.

Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi kegiatan sektor jasa, pendidikan, teknologi informasi, dan industri.

Meningkatkan kualitas pelayanan sistem transportasi intra urban.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota yang memenuhi standar baku.

Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi di sektor perkotaan.

Memantapkan aksesibilitas kota Semarang ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transporatsi darat dan udara.

Meningkatkan kapasitas pengendali banjir melalui pengembangan sistem drainase regional serta mempertahankan keberadaannya yang merupakan zona resapan tinggi.

Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya di kawasan Kota Semarang dari bencana gerakan tanah atau longsor serta bencana rawan banjir.

Mengelola potensi wisata yang dimiliki Kota Semarang yang berupa kawasan cagar budaya Kola Lama Semarang.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota Semarang.

Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah Metropolitan Semarang.

Meningkatkan aksesibilitas ke pusat-pusat produksi pertanian di kota (Ungaran, Kendal, Purwodadi, Demak).

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.2SurakartaPKNJasa pemerintahan, perdagangan, dan pertanian. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian (beras dan holtikultura). Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa melalui peningkatan kapasitas dan kualitas perangkutan darat, udara, dan laut.

Memantapkan aksesibilitas melalui jeringan jalan Lintas Tengah, jalan bebas hambatan, jalan pengumpan , dan jalar kereta api yang terpadu dengan transportasi udara melalui Bandara Adi Sumarmo sebagai pusat penyeberan primer dari kota Surakarta menuju kota-kota PKN lainnya di kawasan utara-selatan Pulau Jawa serta wilayah nasional lainnya.

Pengendalian pengembangan koridor-koridor pembangunan perkotaan yang diprioritaskan pada koridor Semarang-Salatiga-Surakarta.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota yang memenuhi standar baku nasional. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Surakarta. Mempertahankan Kota Surakarta sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Mengelola potensi wisata yang dimiliki Kota Surakarta yang berupa kawasan cagar budaza Keraton Surakarta.

Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan kota Surakarta yang mengancam daerah resapan air.

Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi di sektor perkotaan.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.3CilacapPKNJasa pemerintahan, perikanan tangkap, dan pariwisata bahari. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, perikanan dan pariwisata bahari.

Mengembangkan pelabuhan perikanan tangkap untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi di Laut Hindia.

Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi perikanan tangkap (Cold storage, pengalengan, dsb).

Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Selatan, jalan pengumpan, jalan bebas hambatan, dan jalur kereta api Utara-Selatan yang terpadu dengan palayanan pelabuhan laut Tanjung Intan yang berkelas internasional serta Bandara Tunggul Wulung sebagai pusat penyebaran tersier dari Kota Cilacap menuju pusat-pusat distribusi.

Mengembangkan simpul jaringan penyeberangan lintas antar provinsi dengan interaksi kuat di Pulau Jawa-Bali yang melalui jalur Majingklak-Cilacap.

Mempertahankan Kota Cilacap sbg kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya dari bencana rawan banjir di wilayah Cilacap.

Mengupayakan antisipasi terhadap bencana gempa bumi

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Cilacap.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.4BoyolaliPKWJasa pemerintahan, pertanian, dan agroindustri. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian, dan agroindustri.

Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah dari kota Boyolali menuju kota-kota utama lain di Pulau Jawa.

Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya di kawasan Kota Boyolali dari bencana gerakan tanah atau longsor.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Boyolali. Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.5MagelangPKWJasa pemerintahan, pertanian, industri pengolahan, dan pariwisata. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian (beras dan hortikultura), industri pengolahan, dan pariwisata.

Pengembangan Kota Magelang yang berfungsi sebagai pusat pelayanan yang mendukung kegiatan pertanian atau agropolitan.

Mengendalikan konversil kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan. Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan pengumpan menuju kota-kota utama lain (Magelang Surakarta dan Magelang Yogyakarta).

Mempertahankan kawasan Magelang-Temanggung sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya di kawasan Kota Magelang dari bencana gerakan tanah atau longsor.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Magelang.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.6SalatigaPKWJasa pemerintahan, pertanian, industri, dan pariwisata alam Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian (beras dan holtikultura), industri, dan pariwisata alam.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mempertahankan Kota Salatiga sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara dan jalan pengumpan menuju kota-kota utama lain.

Pengendalian pengembangan koridor-koridor pembangunan perkotaan yang diprioritaskan pada koridor Semarang-Salatiga-Surakarta.

Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Salatiga.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.7TegalPKWJasa pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri, dan perikanan. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri, dan perikanan.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara, jalan pengumpan, dan jalur kereta api yang terpadu dengan pelayanan Pelabuhan Tegal sebagai pengumpan regional serta bandara bukan pusat penyebaran menuju kota-kota utama lain.

Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota.

Mempertahankan kawasan Tegal sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pengendalian perkembangan kawasan Kota Legal dan sekitarnya dari bencana rawan banjir.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Tegal.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.8PekalonganPKWJasa pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mengembangkan prasarana pendukung kegiatan industri dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional guna mendukung kegiatan perkotaan.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota utama lain (Pekalongan-Pemalang-Tegal-Brebes, Pekalongan-Kendal-Semarang) dengan memanfaatkan jaringan jalan dan jalan rel secara terpadu.

Pengendalian pengembangan koridor-koridor pembangunan perkotaan yang diprioritaskan pada koridor Brebes-Tegal-Pekalongan.

Peningkatan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang memadai.

Pengendalian perkembangan kawasan Kota Pekalongan dari bencana rawan banjir.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Pekalongan.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.9KudusPKWJasa pemerintahan, perdagangan, dan aneka industri (rokok) Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor perdagangan dan industri (rokok).

Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Mengendalikan pertumbuhan permukiman secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota. Pemeliharaan jaringan irigasi strategis nasional pada kawasan produksi pangan di sekitar Kota Kudus.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional guna mendukung kegiatan perdagangan dan industri.

Meningkatkan aksesibilitas jaringan jalan Lintas Utara, jalan bebas hambatan dan jalur kereta api Utara-Selatan secara terpadu menuju kota-kota utama lainnya.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Kudus.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.10PuwokertoPKWJasa pemerintahan, pertanian tanaman pangan, kehutanan, dan pariwisata alam. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan kegiatan pertanian tanaman pangan, kehutanan, agroindustri, pariwisata alam.

Mengendalikan konversi kawasan hutan menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mengembangkan industri pengolahan hasil hutan pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Pemeliharaan jaringan irigasi strategis nasional pada Kota Purwokerto sebagai kawasan produksi pangan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang mendukung kegiatan sektor kehutanan, agroindustri, serta pariwisata alam.

Meningkatkan aksesibilitas Kota Purwokerto menuju kota-kota utama lainnya (Purwokerto-Cilacap, Purwokerto-Cirebon, Purwokerto-Yogyakarta) dengan memanfaatkan prasarana jalan dan rel KA secara terpadu serta aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi pertanian dan kehutanan di kawasan perdesaan.

Mempertahankan kawasan Purwolerto sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pengembangan perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan, diantaranya bahaya tanah longsor.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Purwokerto.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.11KroyaPKWJasa pemerintahan dan pertanian lahan basah. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan kegiatan pemerintahan dan pertanian lahan basah.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota.

Pengembangan perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan, diantaranya bahaya banjir dan longsor.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Kroya.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.12KebumenPKWJasa pemerintahan dan pertanian. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian (beras dan holtikultura).

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mempertahankan kawasan Kebumen sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Pengendalian perkembangan kawasan Kota Kebumen dari bencana gerakan tanah atau longsor dan bencana rawan banjir.

Penanganan kawasan dengan ekosistem spesifik di kawasan karst Gombong Kebumen - Gunung Kidul.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Kebumen.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.13PuworejoPKWJasa pemerintahan, pertanian lahan basah, dan pariwisata bahari. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian lahan basah dan pariwisata bahari.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kawasan pemasaran di Kota Puworejo melalui jaringan jalur kereta api utara-selatan Wonogiri-Surakarta.

Pengendalian perkembangan Kawasan Purworejo dari bencana gerakan tanah atau longsor.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Puworejo.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.14WonosoboPKWJasa pemerintahan, pertanian lahan basah, perkebunan, dan pariwisata alam. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian lahan basah, perkebunan (kentang dan sayuran) serta pariwisata alam.

Dikembangkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pelayanan yang mendukung kegiatan pertanian atau agropolitan.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mempertahankan kawasan Wonosobo-Situbondo sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Wonosobo.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota. Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Wonosobo-Secang-Ambarawa-Bawen-Salatiga-Boyolali-Surakarta).

3.15KartosuroPKWJasa pemerintahan dan pertanian lahan basah. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian lahan basah.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Boyolali-Surakarta).

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Kartosuro.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.16KlatenPKWPusat pelayanan tersier , jasa pemerintahan, pertanian, industri pengolahan, dan pariwisata. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah Provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian (beras dan holtikultura), industri pengolahan, dan pariwisata.

Menetapkan lahan-lahan sawah teknis potensial di kawasan Klaten.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang mendukung pusat pelayanan antar-kota berskala Provinsi.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Klaten-Surakarta dan Klaten-Yogyakarta).

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Klaten.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.17CepuPKWJasa pemerintahan dan perkebunan tanaman tahunan. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan perkebunan tanaman tahunan.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Pengembangan perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan, diantaranya bahaya banjir dan longsor.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Wonogiri-Surakarta).

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Cepu.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.18Juana-PatiPKWJasa pemerintahan, perikanan, dan pertanian lahan basah. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian lahan basah.

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan .

Peningkatan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang memadai.

Mempertahankan Kota Pati-Rembang sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pemeliharaan jaringan irigasi strategis nasional pada kawasan produksi pangan di kawasan Pati.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Semarang, Demak, Kudus, dan Purwodadi).

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kawasan Juana-Pati.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

3.19AmbarawaPKWJasa pemerintahan dan pertanian lahan basah. Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian lahan basah (beras dan holtikultura).

Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Mempertahankan Kota Ambarawa sbg kawasan dgn zona resapan tinggi.

Meningkatkan aksesibilitas menuju kota-kota utama lain (Semarang, Ungaran, Salatiga dan Magelang).

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kawasan Juwana-Pati.

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

5.1.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

A. ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Pengelolaan kawasan lindung di Provinsi Jawa Tengah diarahkan untuk mencegah kerusakan fungsi lingkungan. Sedangkan pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, menjaga kelestarian lingkungan serta menghindari konflik pemanfaatan ruang.

Kawasan Lindung

Adapun kawasan lindung di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari :

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

Kawasan perlindungan setempat; dan

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, dan Kawasan rawan bencana.

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan Hutan Lindung

Penyebaran kawasan lindung di Provinsi Jawa Tengah lokasinya diarahkan di semua kabupaten kecuali Kabupaten Sragen, Grobogan dan semua administrasi kota.

Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air di Provinsi Jawa Tengah penyebarannya hampir di setiap kabupaten dan kota kecuali Kabupaten Sukoharjo, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

Kawasan perlindungan setempat

Sempadan Pantai

Penyebaran sempadan pantai ada di setiap kabupaten dan kota kecuali Kabupaten Sukoharjo, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.

Sempadan Pantai

Penyebaran Sempadan pantai yang berada di Kabupaten adalah Cilacap, Kebumen, Purworejo, Wonogiri, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, tegal, Brebes, sedangkan Kota yakni di kota Semarang, Pekalongan, Tegal.

Kawasan Cagar Alam Laut

Sebaran kawasan cagar alam laut terletak di Karimun Jawa Kabupaten Jepara.

Kawasan Taman Nasional

Sebaran Kawasan Taman Nasional berada di Taman Nasional Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Taman Nasional Karimunjawa di Kabupaten Jepara. Kawasan Taman Hutan Raya

Sebaran kawasan taman hutan raya berada di Berjo-Ngargoyoso di Kabupaten Karanganyar.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan banjir menurut RTRW provinsi ditetapkan di Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, tegal, Brebes, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

Kawasan Rawan Bencana Longsor

Lokasi kawasan rawan bencana longsor ditetapkan di Kabupaten Cilacap (lereng selatan perbukitan pembarisan dan daerah perbukitan selatan Majenang Wangon), Kabupaten Banyumas (perbukitan barat Ajibarang, lereng selatan Gunung Slamet, dan perbukitan Serayu Selatan), Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kebumen (lereng perbukitan Serayuselatan, kompleks Pepino Hill perbukitan gamping di Gombong), Kabupaten Purbalingga bagian utara, Kabupaten Pemalang (lereng G. Slamet, perbukitan perbatasan dengan Kabupaten Purbalingga), Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes (lereng utara pembarisan), Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang (Gunung Unggaran, Trangkil, gombel, Timur Banyumanik, Gunung Legarang, dan Gunung telomoyo), Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Karanganyar (lereng barat Gunung Lawu, lereng barat Gunung Rogojembangan), Kabupaten Wonogiri ( lereng selatan Gunung Lawu, perbukitan selatan,, timur S. Keduwan, serta bagian selatan dan barat daya kabupaten), Kabupaten Rembang terutama bagian selatan dan timur, Kabupaten Kudus, Pati, dan Jepara di daerah Gunung Muria terutama bagian lereng timur-selatan, Kabupaten Purwerejo ( di Pituruh, Bruno, Kaligesing, Begelan, Loano, dan Kemiri), Kabupaten Blora ( di daerah Ngawen, Todanan, dan Jepon), Kabupaten Grobogan (di Pulokulon, Karangrayung, Grobogan dan Wirosari) serta Kabupaten Sragen (Sangiran dan Gemolong (Gunung Bulak Manyar)).

Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi

Sebaran kawasan rawan bencana gunung berapi di Kabupaten Banyumas, kabupaten Purbalingga, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Magelang.

Pengelolaan Kawasan Budidaya

Arahan pengelolaan kawasan budidaya di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan pariwisata, dan kawasan permukiman.

Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di Jawa Tengah terdiri Kawasan Hutan Produksi Tetap, Kawasan Hutan Produksi Terbatas, dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Penyebaran kawasan hutan produksi di Provinsi Jawa Tengah tersebar hampir di semua kabupaten dan kota.

Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan perikanan. Penyebaran kawasan pertanian ada disetiap kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.

Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan menurut RTRW provinsi merupakan kawasan dengan luas tertentu yang digunakan untuk pemusatan kegiatan pertambangan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan sumberdaya mineral, energi dan bahan galian lainnya untuk masyarakat dan memperhatikan sumberdaya sebagai cadangan pembangunan berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidahkaidah kelestarian lingkungan. Adapun penyebaranya disemua kabupaten kecuali Kabupaten Demak, dan Kabupaten Kudus. Sedangkan di kota tersebar di Kota Magelang, Surakarta, Salatiga, Pekalongan, dan Tegal.

Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri merupakan bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Kawasan peruntukan industri di Jawa Tengah yaitu wilayah industri/kawasan perindustrian, kawasan industri, kawasan berikat, dan kawasan yang menuntut dekat dengan bahan baku.

Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata bertujuan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dengan memperhatikan sumberdaya alam dan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang dipergunakan untuk hunian atau tempat tinggal yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan. Kriteria dari kawasan permukiman adalah kawasan secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Penyebaran kawasan permukiman ini berada di perdesaan dan perkotaan.

B. ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERDESAAN, KAWASAN PERKOTAAN DAN KAWASAN PRIORITAS

Kawasan Perdesaan

Arahan pengelolaan kawasan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah diarahkan, yakni :

kegiatan yang dikembangkan berupa kegiatan pertanian;

kegiatan budidaya berkaitan dengan pengembangan pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, yang dapat dilakukan di kawasan tersebut.

fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman perdesaan potensial

pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan satu pusat permukiman dengan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan pemerintahan.

Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegaitan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Arahan pengelolaan kawasan perkotaan diarahkan untuk :

penataan ruang kawasan perkotaan mencakup perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian; perencanaan tata ruang kawasan perkotaan harus disesuaikan dengan kedudukan dan fungsi kawasan perkotaan dalam wilayah maupun nasional; penyusunan RTR harus berpedoman pada aspek pengolaan secara terpasu baik sumberdaya, fungsi dan estetika lingkungan, dan kualitas lingkungan yang dikembangkan; perencanaan tata ruang perkotaan disesuaikan dengan besaran kota. penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai keserasian pengembangan kawasan perkotaan secara administratif dan fungsional dengan pengembangan wilayah sekitarnya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan. penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggarakan dengan memperhatikan hak-hak masyarakat.

Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis dan penataan ruangnya diprioritaskan. Tujuan utama dari kawasan prioritas ini adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempercepat pertumbuhan kawasan yang sangat tertinggal, menjamin upaya pertahanan keamanan negara, dan meningkatkan daya dukung lingkungan.

C. ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA

1. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian lahan basah

Kawasan pertanian lahan basah ini meliputi padi, Palawija, dan Holtikultura.

padi sawah

Tersebar di Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karangayar, Sragen, Grobogan,Blora, rembang, Pati, Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang,Tegal, dan Brebes.

Palawija

Palawija terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan orghum. Adapun sebaran tanaman palawija ada di beberapa kabupaten.

Holtikultura

Holtikultura yang ada di Provinsi Jawa Tengah terdiri bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, lombok, cabe, tomat, wortel, kacang panjang, buncis, ketimun, mangga, rambutan, duku, lengkeng, belimbing, durian, pisang, salak, jeruk, nanas, pepaya.

Kawasan pertanian lahan kering

Sebaran lokasi pertanian lahan kering ada disetiap kabupaten dan kota kecuali kota

Kota Magelang, kota Surakarta, kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

Kawasan perkebunan

Jenis perkebunan di Provinsi Jawa Tengah terdiri perkebunan rakyat, perkebunan negara, perkebunan besar swasta. Sebaran perkebunan berada di semua kabupaten/kota kecuali Kota Surakarta, Magelang, Salatiga, Pekalongan, dan Tegal.

Kawasan Perikanan

Kegiatan perikanan terdiri dari budidaya air tawar, budidaya air payau, budidaya rumput laut serta kegiatan perikanan tangkap. Sebaran budi daya air tawar ada di setiap kabupaten dan kota. Sebaran budidaya air payau ada di Kota Semarang, Tegal, Pekalongan, Kabupaten Kendal, Demak, Tegal, Pekalongan, Pemalang, Batang, Brebes, Pati, Jepara, Rembang, Kebumen, dan Cilacap.

Kawasan Pertambangan

Arahan rencana kawasan pertambangan berbentuk pertambangan rakyat terutama

galian C, Pertambangan bahan galian A, dan bahan galian B. Untuk mengetahui

sebaran kawasan pertambangan ini dapat dilihat pada lampiran.

Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi wilayah

pengembangan pariwisata A, dan wilayah pengembangan pariwisata B, pariwisata

C, dan pariwisata D.

Wilayah pengembangan pariwisata A

Obyek yang termasuk dalam lingkup wilayah ini adalah Candi Borobudur, Prambanan, Kerato Solo, Keraton Yogya, Museum Sangiran, Candi Sukuh, dan obyek-obyek lain yang berada di sepanjang koridor.

Wilayah pengembangan pariwisata B

Pengembangan pariwisata B yaitu wisata bahari, budaya, dan pegunungan. Lokasi pariwisata B yaitu : obyek wisata budaya di Semarang, Kepulauan Karimunjawa, Mesjid Agung Demak, Mesjid Kudus dan Museum Kretek, dan Dataran Tinggi Dieng.

Wilayah pengembangan pariwisata C

Untuk wisata bahari dan keindahan alam. Lokasinya yaitu Batang Pekalongan Tegal Brebes.

2. Kawasan Industri

Sebaran kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah ada disekitar :

1. Kawasan Industri Semarang dan sekitarnya;

2. Kawasan Industri Surakarta dan Sekitarnya; dan

3. Kawasan Industri Cilacap.

Adapun kabupaten/kota yang diarahkan untuk dikembangkan sebagai kawasan industri yaitu:

Kota Semarang seluas 2.430 ha berada di KI Tugu, dan KI Genuk;

Kabupaten Demak seluas 1.800 Ha berada di KI Sayung, KI Karang tengah;

Kabupaten Kendal seluas 1.250 Ha berada di Kawasan Kaliwungu;

Kabupaten Semarang seluas 700 Ha berada di KI Bawean, KI Klepu, KI Susukan;

Kabupaten Boyolali seluas 5.850 Ha berada di KI Musuk, Cepogo, Ampel, Boyolali, Teras, Mojosongo;

Kabupaten Klaten seluas 100 Ha berada di KI Klaten Tengah; dan

Kabupaten Karanganyar seluas 700 Ha berada di KI Sragen.

3. Kawasan Permukiman

Arahan pengeloaan kawasan permukiman diarahkan untuk daerah dengan permukiman tidak teratur, padat. Daerah sebaran kawasan permukiman yang perlu mendapat pengeloaan tersebut yaitu Kabupaten Banyumas, Wonosobo, Kudus, Demak, Temanggung, Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang.

D. ARAHAN PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Arahan Permukiman Perkotaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan perkotaan di Provinsi Jawa Tengah yaitu :

1. Jumlah penduduk perkotaan, yang menjadi pertimbangan adalah penduduk yang bekerja pada bidang non- pertanian;

2. Jumlah prasarana kota, yaitu ketersediaan infrastruktur pada suatu daerah sehingga dapat mengidentifikasikan sifat kekotaan;

3. Kemudahan pencapaian/aksesibilitas, salah satu unsur kota adalah aksesibilitas yang mudah terhadap daerah lainnya. Prasarana perhubungan yang dijadikan pertimbangan dalam penilaian sifat kekotaan adalah : jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Sedangkan jumlah jalur outlet berupa: banyaknya jalur jalan darat keluar kota, banyaknya jalur KA ke kota lain, pelabuhan dan bandara udara;

4. Sistem pusat permukiman perdesaan, sesuai dengan RTRWN sistem permukiman perdesaan dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesan atau hinterland. Arahan pengembangan pusat permukiman dan perdesaan yaitu permukiman yang dapat menyeimbangkan antara pusat dan wilayah belakang sehingga tidak akan memperlebar kesenjangan yang semakin jauh; permukiman perdesaan diarahkan sebagai media transpormasi fungsi perkotaan kepada kawasan perdesaan, permi\ukiman perdesaan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.

Sistem Pusat Perkotaan dan Perdesaan

Sistem pelayanan perkotaan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk Kota Cilacap, Kota Purwokerto, Kota Kudus, Kota Surakarta, dan Kota Semarang.

2. Pelayanan Kegiatan Wilayah (PKW) diarahkan untuk Kota Kroya, Kota Kebumen, Kota Kutuarjo, Kota Purworejo, Kota Wonosobo, Kota Magelang, Kota Kartasura, Kota Klaten, Kota Wonogiri, Kota Cepu, Kota Jepara, Kota Juwana Pati, Kota Salatiga, Kota Ungaran Bawen Ambarawa, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

3. Pelayanan Kegiatan Lokal (PKL) diarahkan untuk Kota Majenang, Wangon,Ajibarang, Sokaraja, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Purworejo Klampok, Banjarnegara, Gombong, Karanganyar, Kebumen, Secang, Muntilan, Mungkid, Borobudur, Mertoyudan, Boyolali, Prambanan, Delanggu, Sukoharjo, Purwantoro, Tawangmangu, Jaten, Karanganyar, Sragen, Purwodadi, Gubug, Godong, Wirosarei, Blora, Lasem, Rembang, Tayu, Pecangaan, Demak, Temanggung, Parakan, Kendal, Sukorejo, Boja, Weleri, Batang, Kajen, Wiradea, Kedungwuni, Comal, Pemalang, Randudongkal, Slawi-Adiwerna, Bumiayu, Ketanggungan, Kersana, dan Brebes.

E. ARAHAN PENGEMBANGAN SISTEM SARANA DAN PRASARANA

Transportasi

Prioritas pembangunan transportasi gunan menunjang pembangunan daerah Jawa Tengah sebagai berikut :

1. Menunjang perkembangan pusat-pusat pertumbuhan wilyah sesuai dengan strategi Pembangunan wilayah;

2. Menjamin hubungan transportasi yang baik antara pusat-pusat industri yang merupakan daerah engolahan dengan daerah penghasil bahan baku serta mendorong terciptanya pemarataan pembangunan desa-kota;

3. Peningkatan kualitas pelayanan yang profesional dari sarana dan prasarana perhubungan terhadap kebutuhan pengguna jasa untuk memperlancar perkembangan perekonomian suatu daerah;

4. kinerja prasarana dan sarana baik melalui peningkatan operaional dan pemeliharaan atau pembangunan baru; dan

5. Membuka jalur-jalur alternatif guna meningkatkan aksesibilitas terhadap daerah-daerah pengahsil produksi.

Perhubungan Darat

Arahan pengembangan perhubungan darat angkutan jalan raya adalah pengembangan dengan meningkatkan fungsi jalan raya yang ada dan mereailsasikan rencana pembangunan jalan tol Semarang - Batang, Semarang Kudus, Semarang Solo, dan Solo Yogyakarta. Peningkatan sarana penunjang terminal baik terminal tipe A, B, dan C.

Pengembangan jaringan transportasi jalan di pusat-pusat pertumbuhan dan produksi, serta menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaranya.

Adapun program pengembangan transportasi jalan adalah :

Peningkatan fungsi jalan dari dari jlan kolektor primer kejalan arteri untuk ruas jalan : Tegal Slawi; Slawi Pripuk, Prupuk Ajibarang; Ajibarang Wangon.

Peningkatan fungsi jalan dari kolektor primer II ke kolektor primer I untuk ruas jalan : Pejagaan Ketanggungan; Ketanggungan Prupuk, Ajibarang Purwokerto, Purwokerto Sokaraja, Sokaraja Purbalingga; Randu Dongkal Moga, Randu Dongkal Bobotsari, Purbalingga Bobot sari, Purbalingga Kalmpok, Wiradesa Kalibening, Kelaibening Wanayasa, Wanayasa Batur,Batur Wonosobo, Weleri Parakan, Prembun Sleokromo, Jati Purwodadi,Purwodadi Godong, Surakarta Purwadadi, Surakarta Sukaharjo, Sukoharjo Wonogiri, Wonogiri Blimbing.

Pembangunan jalan tol untuk jalur Semarang - Surakarta, Semarang Yogyakarta, Surakarta Yogyakarta, Surakarta Yogyakarta, Semarang Kudus, Semarang Batang.

Peningkatan kualitas dan perbaikan jalan untuk lintasan : Semarang Kudus, jalur selatan-selatan Jawa tengah; Pemalang Batang; dan Solo Selo Borobudur.

Peningkatan kualitas dan perbaikan jalur jalan selatan-selatan Jawa Tengah;

Pembangunan jalur lingkar selatan Brebes tegal; Pemalang Pekalongan; Jalan lingkar kota ungaran dan jalan lingkar kota Ambarawa; Jalur Lingkar Muntilan Magelang; Peningkatan jalur jalan Magelang Bawen.

Peningkatan kualitas jalan untuk meningkatkan daya hubung Semarang Cilacap melalui Banjarnegara Wonosobo Temanggung

Pembangunan prasarana jalan yang menghubungkan Ekcamatan Klepu Kabupaten Boyolali

Pembangunan jalur alternatif Salatiga Sukoharjo, jalur alternatif Bumiayu.

Peningkatan kualitas jalur lintas perbatasan provinsi yang meliputi ruas Bandungsari Penanggapan Cilacap; Tawangmangu Magetan serta Wonogiri Pacitan dan Wonogiri Gunung Kidul, Klaten Gunung Kidul, Sukoharjo Gunungkidul

Peningkatan kualitas jalan Cepu Blora Purwodadi Semarang.

Perhubungan Laut

Arahan pengembangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Peningkatan sarana dan prasarana penunjang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagai pelabuhan internasional;

Peningkatan fungsi pelabuhan Tnjung Intan Cilacap sebagai pelabuhan internasional dan merupakan pelabuhan utama tersier;

fungsi pelabuhan Juwana dan Pelabuhan Tegal sebagai pelabuhan nasional dan merupakan pelabuhan utama tersier;

Pengembangan pelabuhan pengumpul primer di Wonorejo kabupaten Kendaldan Pengumpan sekunder di Rembang;

Pengembangan angkutan peti kemas Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap denganjaringan strategis yaitu Benoa-Cilacap- Lampung- Singapura;

Pengembangan pelabuhan pengumpan primer di Lasem, pelabuhan pengumpan sekunder Jepara, Keburuan Kabupaten Purworejo, Kabupaten

Batang, dan Kaliwlingi Kabupaten Brebes; dan Peningkatan peran terminal peti kemas Jebres Surakarta untuk mengantisipasi peningkatan volume barang.

Perhubungan Udara

Arahan pengembangan sistem perhubungan udara adalah sebagai berikut :

Pengembangan bandar udara untuk meningkatkan kegiatan ekonomi kawasan belakangnya

Peningkatan dan pemantapan fungsi Bandara Adisumarmo Solo sebagai pintu masuk penerbangan luar negeri, dan kegiatan pariwisata;

Peningkatan dan pemantapan fungsi Bandara Ahmad Yani Semarang untuk melayani penerbangan luar negeri, rute utama, penghubung dan perintis;

Meningkatkan dan memantapkan Bandara Tunggul Wulung Cilacap melayani rute penerbangan utama dan Bandara Dewandaru Karimunjawa, Lapangan terbang Ngloram Cepu, Lapangan terbang Martoloyo-Tegal, dan lapangan terbang Wirasaba Purbalingga untuk melayani rute penerbangan perintis

Peningkatan jumlah frekuensi penerbangan di Provinsi Jawa Tengah

Pengembangan rute penerbangan Solo Batam

Pengembangan rute penerbangan Semarang Bandung, Semarang Balikpapan, Semarang Batam, Semarang Ketapang Balikpapan, Semarang Batam, Semarang Ketapang Pontianak, Semarang Sampit Palangkaraya, Semarang Denpasar, Semarang Yogyakarta, dan Semarang Cilacap.

Penambahan frekuensi untuk rute penerbangan Semarang Jakarta, Semarang urabaya dan Semarang Banjarmasin, dan Semarang Pangkalan Bun

Peningkatan angkutan penerbangan perintis yang dilakukan di Bandara Dewandaru Karimunjawa, lapangan terbang Ngloram Cepu, Lapangan terbang Wirasaba Purbalingga dan lapangan terbang Martoloyo Tegal.

Pengembangan bandar udara untuk peningkatan kegiatan ekonomi kawasan belakang dan kegiatan pariwisata, melalui :

Peningkatan pemantapan fungsi bandara Adisumarmo Solo sebagai bandar udara pusat penyebaran rute penerbangan luar negeri dan dalam negeri,embarkasi haji serta menjaring arus wisatawan

Peningkatan dan pemantapan fungsi Bandara Ahmad Yani Semarang sebagai bandar udara pusat penyebaran untuk melayani rute penerbangan luar negeri

Peningkatan dan pemantapan fungsi Bandara Tunggul Wulung Cilacap dan Bandara Dewandaru Karimunjawa

Pengembangan lapangan terbang Ngloram Cepu, lapangan terbang Martoloyo Tegal, dan Wirasaba Purbalingga

Peningkatan frekuensi penerbagangan untuk meningkatkan aksesibilitas orang dan barang:

Pengembangan rute penerbangan Solo Batam

Pengembangan rute penerbangan Semarang Bandung, Semarang Banjarmasin - Balikpapan, Semarang Batam, Semarang Ketapang Pontianak, Semarang Sampit Palangkaraya, Semarang Denpasar,Semarang Yogyakarta, dan Semarang Cilacap;

Penambahan frekuensi untuk rute penerbangan Semarang Jakarta, Solo Singapura, Solo Jakarta, Semarang Surabaya, Solo Surabaya, Solo Denpasar, dan Semarang Pangkalan Bun.

Peningkatan kegiatan dari Bandara Dewandaru Karimunjawa, lapangan terbang Ngloram Cepu, lapangan terbang Wirasaba Purbalingga dan lapangan terbang Martoloyo Tegal.

Pengairan

Arahan pengembangan sistem pengairan di Jawa Tengah diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan, kualitas, dan keterjangkauan pelayanannya.

Adapun arahan pengembangan sistem pengairan adalah :

Pengembangan konservasi sumber daya air

Program penyediaan dan pengelolaan air baku

Program pengelolaan sungai, danau dan sumber air lainnya

Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi

Pengembangan manajemen distribusi air.

Energi

Peningkatan kapasitas terpasang listrik perlu dikembangkan di Kabupaten/Kota yang membutuhkan untuk pengembangan kawasan industri, prioritas utama yaitu Kota Semarang, Surakarta, dan Cilacap. Prioritas kedua adalah Kota Tegal, Purworejo, Kebumen, dan Magelang. Peningkatan kapasitas terpasang listrik untuk kabupaten/kota yang memiliki jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi khususnya Kota Semarang, Surakarta, Magelang, Pekalongan, Tegal, dan Salatiga serta Kabupaten Wonosobo, Brebes, Banyumas, dan Banjarnegara

F. ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS

Kawasan prioritas Provinsi Jawa Tengah meliputi :

Kawasan Andalan

Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Propisni Jawa Tengah meliputi Kawasan Cilacap dan sekitarnya, Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten), Wanarakuti ( Juwana, Jepara, Kudus, dan Pati), Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi), Brengas (Brebes, Tegal, Slawi). Kawasan strategis pertumbuhan yang berpotensi untuk pengembangan pelayanan nasional Kawasan yang mempunyai potensi untuk pengembangan pelayanan nasional. Kawasan ini berpotensi secara skala nasional dan salah satunya sudah ada dalam strategi dan kebijakan nasional. Potensi skala nasional ini baik ditinjau dari fasilitas, tujuan wisata, skala kegiatan, produk daerah, maupun administrasi yaitu ibukota provinsi. Kawasan strategis ini meliputi : Cilacap, Purwokerto, Kawasan Borobudur- Prambanan, Surakarta, Kudus, dan Semarang.

Kawasan prioritas pertumbuhan cepat, pemerataan dan keseimbangan serta pertumbuhan

Kawasan pertumbuhan cepat

Kawasan yang diindikasikan akan mengalami pertumbuhan cepat karena berpotensi baik potensi lokasi yang strategis, memilki produk unggulan, aksesibilitas, sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan dengan pertumbuhan cepat ini meliputi wilayah Magelang, Kertasura, Klaten, Juwana Pati, Ungaran Bawean Ambarawa, Pekalongan, Tegal.

Kawasan pemerataan dan keseimbangan

Kawasan yang berada di wilayah dengan pertumbuhan ekonominya tinggi sehingga perlu penanganan agar tidak lebih jauh ketertinggalannya dari daerah lain. Adapun daerah yang perlu penyeimbangan tersebut adalah Kabupaten Banjarnegara, dan Grobogan.

Kebijakan Provinsi Jawa Tengah untuk Kawasan Prioritas

Kawasan Kerjasama Strategis dalam Provinsi, yaitu:

Kawasan kerjasama antar daerah kabupaten/kota, meliputi :

Kawasan Barlingmascakeb (Banjanegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan

Kebumen)

Kawasan Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, dan Temanggung)

Kawasan Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

Wonogiri, Sragen, dan Klaten)

Kawasan Banglor (Rembang Blora)

Kawasan Wanarakuti (Juwana, Jepara, Kudus, dan Pati)

Kawasan Kedungsepur ( Kendal, Demak, Ungaran, Slatiga, Semarang, dan

Purwodadi)

Kawasan Tangkallangka (Batang, Pekalongan, Pemalang, dan Kajen)

Kawasaan Bregas (Brebes, Tegal, dan Slawi)

Kawasan Kerjasama Antar kawasan

Kawasan sentra produksi Rawapening, merupakan kawasan pengembangan sentra produksi pangan (perikanan, peternakan, buah-buahan, dan sayuran) dengan dukungan sistem agribisnis.

Kawasan Sosebo (Solo/Surakarta, Selo/Boyolali, dan Borobudur/Magelang) merupakan pengembangan wisata alam, wisata budaya, dan wisata belanja.

Kawasan Selatan-selatan merupakan kawasan pengembangan dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, pariwisata, pertambangan dan energi.

Kawasan Kerjasama Strategi Intra- Kabupaten/Kota

Kawasan Majenang dan Sekitarnya, potensi yang dimiliki kawasan ini adalah hasil pertanian (ketela pohon), peternakan, perkebunan, dan industri (pisang sale)

Kawasan Cilacap dan Sekitarnya, kawasan ini terdiri dari Cilacap, Adipala, Buntu, Maos, dan Kroya. Potensi wisata flora, fauna, kebudayaan.

Kawasan Purwokerto dan sekitarnya, kawasan yang meliputi Purwokerto, Ajibarang, Wangon, Sokaraja, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Bobotsari, Purworejo, Klampok. Potensi kawasan yaitu perkebunan teh, panili, jahe gajah, dan kapuk; kehutanan; perikanan ikan hias; peternakan ayam buras, dan sapi perah.

Kawasan Kebumen dan sekitarnya, kawasan ini terdiri dari kota Gombong, Karanganyar, dan Kebumen. Potensi sektor industri, pariwisata, perdagangan,dan pertanian.

Kawasan Kutoarjo dan sekitarnya, kawasan ini meliputi Kota Semarang. Potensi pertanian agrobisnis (buah-buahan, sayuran, dll)

Kawasan Bahari terpadu Purworejo, memiliki potensi kelautan.

Kawasan Masatandur, kawasan ini meliputi Magelang, Salam, Muntilan, Borobudur.

Kawasan Purwantoro dan sekitarnya, Slogohimo, Bulukerto, Kismantoro, Purwantoro. Potensi di sektorpertanian terutama perkebunan (astiri dan jamu mete).

Kawasan Bahari terpadu Rembang dan Bonang-Binangun-Sluke (BBS)

Kawasan Kepulauan Karimunjawa. Potensi kawasan yaitu wisata laut, dan perikanan.

Kawasan Bumiayu dan sekitarnya

Kawasan Kerjasama Perbatasan Antar Provinsi

Kawasan-kawasan prioritas pengembangan wilayah perbatasan antarprovinsi antara lain adalah :

Joglosemar (Jogjakarta, Solo, dan Semarang)

Pawonsari (Pacitan, Wonogiri, dan Wonosari)

Pancimas ( Pangandaran, Cilacap, dan Banyumas)

Cibening (Cirebo, Brebes, Kuningan)

Gelangmanten (Magelang, Sleman, dan Klaten)

Purwokulon (Purworejo, dan Kulonprogo)

Ratubangnegro (Blora, tuban, Rembang, dan Bojonegoro)

Karismawirogo (Karanganyar, Wonogir, Sragen, Magetan, Ngawi, Ponorogo)

Kesukosari (Klaten, Sukoharjo, dan Wonosari)

Kawasan Prioritas Konservasi dan Perlindungan terhadap Bencana Alam

Kawasan Prioritasa Konservasi terdiri dari :

Kawasan Konservasi Segara Anakan, Kawasan konservasi Segara Anakan meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Ciamis;

Kawasan Dataran Tinggi Dieng

Kawasan Wilayah Sindoro Sumbing, terletak di wilayah Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan Banjarnegara

Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kaligarang

Sedangkan kawasan perlindungan terhadap bencana alam terdiri dari atas :

1. Kawasan Perlindungan terhadap Bencana dan Tanah Longsor Jawas Tengah Bagian Selatan. Secara kewilayahan berada di Kabupaten Kebumen, Cilacap, Purworejo, banyumas, Banjarnegara, Wonosobo, dan Magelang

2. Kawasan Penanganan Banjir Jawa Tengah Bagian Utara, kawasan penanganan banjir Jawa Tengah meliputi Kabupaten Kendal, Pemalangm Brebes, Batang Kota Pekalongan dan Kota Tegal.

G. KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG

Dalam hal kelembagaan penataan ruang di Provinsi Jawa Tengah untuk lembaga penyusun Tata Ruang untuk kota atau Kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sangat tergantung pada jenis rencana yang disusun.

H. POTENSI WILAYAH

Sektor Unggulan

Untuk mengetahui kawasan prioritas di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat di masing-masing kabupaten serta sektor-sektor unggulan yang dihasilkan di kawasan prioritas tersebut.

Kawasan Prioritas Joglo Semar

Kawasan Prioritas Joglo Semar meliputi Kawasan Das Kaligarang, Rawa Pening, Subosuka, Tawangmanggu, Pawonsari. Kawasan Joglo Semar memiliki sektor unggulan yaitu : perdagangan & industri, pertanian tanaman pangan, industri,pariwisata, pertambangan.

Kawasan Prioritas Jawa Selatan

Kawasan Prioritas Jawa Selatan meliputi Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Purworejo, Segara Anakan. Kawasan prioritas ini diharapkan menjadi wilayah sentra industri, pariwisata, pertanian tanaman pangan, perikanan, pertambangan, dan perdagangan.

Kawasan Prioritas Pesisir Utara dan Kelautan

Kawasan prioritas Pesisir Utara dan Kelautan meliputi daerah Tegal, Brebes, Slawi, Pekalongan, Jepara, Rembang, dan Pati. Kawasan Andalan Pesisir Utara dan Kelautan merupakan wilayah sentra industri, pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdagangan.

Kawasan Prioritas Sindoro Sindur

Kawasan Prioritas Sindoro Sindur meliputi daerah Pekalongan, Kawasan Dieng, Wonosobo, dan Batang. Kawasan Prioritas Sindoro Sindur merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk untuk pertanian tanaman pangan, pariwisata, dan industri pertambangan.

Kawasan Prioritas Karimun Jawa/Tertinggal

Kawasan prioritas Karimun Jawa meliputi Kabupaten Jepara. Kawasan prioritas Jepara memiliki sektor unggulan yakni pariwisata, perikanan, dan kelautan

Potensi Kawasan Andalan

Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah ada tujuh kawasan andalan yang tersebar di wilayah ini. Kawasan Andalan ini terbagi menjadi empat kawasan andalan prioritas dan tiga kawasan andalan bukan prioritas. Untuk mengetahui potensi Kawasan Andalan prioritas di Provinsi Jawa Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan Andalan Bregas dsk., meliputi :

Tegal. Tegal memiliki sektor unggulan dalam kota yaitu tanaman pangan dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan wilayah

Pekalongan. Pekalongan memiliki sektor unggulan dalam kota yaitu industri kecil dan kegiatan kota yang didukung oleh sektor industri kecil dan perdagangan dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Brebes. Brebes memiliki potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan perikanan. Kabupaten Brebes mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Pemalang. Pemalang memiliki potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan pusat pengembangan kawasan kehutanan. Kota pemalang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah.

2. Kawasan Semarang Demak dsk., meliputi :

Semarang. Semarang memiliki potensi sebagai pusat jasa pemerintahan, pusat penelitian dalam kegiatan industri, pusat kegiatan ekonomi untuk mendukung kawasan, dan sektor unggulan industri. Kota Semarang dengan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Kendal. Kendal memiliki potensi pada sektor industri dan pertanian. Kendal memiliki fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal

Demak. Kota ini mempunyai potensi pada sektor pariwisata. Kota Demak berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.

3. Kawasan Pati Kudus Jepara dsk.

Pati. Mempunyai potensi untuk pengembangan pusat industri logam (kuningan) dan hasil kerajinan, dan sebagai pusat pemasaran hasil pertanian. Kota Pati mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Kudus. Kudus mempunyai potensi sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan dan industri rokok, pusat pariwisata budaya, pusat pemasaran hasil pertanian. Adapun fungsi kota kudus adalah sebagai pusat kegiatan wilayah.

Rembang. Mempunyai potensi sebagai pusat pariwisata budaya, dan kerajinan dan industri rumah tangga. Kota Rembang dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

4. Kawasan Borobudur dsk.

Magelang. Daerah ini mempunyai potensi pada sektor pariwisata, dan sebagai pusat pemasaran hasil produksi pertanian. Kota Magelang mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan wilayah.

Sedangkan kawasan andalan diluar prioritas terdiri dari :

1. Kawasan Subosuka.

Surakarta. Kawasan ini mempunyai potensi untuk industri, dan pusat perdagangan daerah sekitarnya, dan sebagai pusat kegiatan industri. Kota

Surakarta mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah.

Sukoharjo. Memilki potensi untuk indutri kecil, dan pusat penelitian pertanian tanaman pangan. Kota Sukoharjo berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.

Karanganyar. Memiliki sektor unggulan untuk industri kecil dan industri rumah tangga, dan pusat jasa distribusi hasil produksi pertanian. Kota ini memiliki fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

2. Kawasan Kebumen dsk,.

Kebumen. Mempunyai potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan pariwisata. Kota ini memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan wilayah.

Gombong. Memiliki potensi sebagai pusat industri kecil dan industri rumah tangga. Kota Gombong mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Kawasan Cilacap dsk,. Memiliki potensi untuk pengembangan industri menengah dan industri logam dasar, dan sebagai pusat jasa distribusi hasil-hasil produksi pertanian.

Kawasan prioritas yang terdiri dari kawasan Prioritas dan kawasan andalan dari pemaparan di atas dipetakan pada halaman berikut.

Kawasan Prioritas Joglo Semar

Kawasan Prioritas Joglo Semar meliputi Kawasan Das Kaligarang, Rawa Pening, Subosuka, Tawangmanggu, Pawonsari. Kawasan Joglo Semar memiliki sektor unggulan yaitu : perdagangan & industri, pertanian tanaman pangan, industri, pariwisata, pertambangan.

Kawasan Prioritas Jawa Selatan

Kawasan Prioritas Jawa Selatan meliputi Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Purworejo, Segara Anakan. Kawasan prioritas ini diharapkan menjadi wilayah sentra industri, pariwisata, pertanian tanaman pangan, perikanan, pertambangan, dan perdagangan.

Kawasan Prioritas Pesisir Utara dan Kelautan Kawasan prioritas Pesisir Utara dan Kelautan meliputi daerah Tegal, Brebes, Slawi, Pekalongan, Jepara, Rembang, dan Pati. Kawasan Andalan Pesisir Utara dan Kelautan merupakan wilayah sentra industri, pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdagangan.

Kawasan Prioritas Sindoro Sindur

Kawasan Prioritas Sindoro Sindur meliputi daerah Pekalongan, Kawasan Dieng, Wonosobo, dan Batang. Kawasan Prioritas Sindoro Sindur merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk untuk pertanian tanaman pangan, pariwisata, dan industri pertambangan.

Kawasan Prioritas Karimun Jawa/Tertinggal

Kawasan prioritas Karimun Jawa meliputi Kabupaten Jepara. Kawasan prioritas Jepara memiliki sektor unggulan yakni pariwisata, perikanan, dan kelautan (lihat peta potensi dan masalah pada halaman berikut ini).

Potensi Kawasan Andalan

Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah ada tujuh kawasan andalan yang tersebar di wilayah ini. Kawasan Andalan ini terbagi menjadi empat kawasan andalan prioritas dan tiga kawasan andalan bukan prioritas. Untuk mengetahui potensi Kawasan Andalan prioritas di Provinsi Jawa Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan Andalan Bregas dsk., meliputi :

Tegal. Tegal memiliki sektor unggulan dalam kota yaitu tanaman pangan dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan wilayah

Pekalongan. Pekalongan memiliki sektor unggulan dalam kota yaitu industri kecil dan kegiatan kota yang didukung oleh sektor industri kecil dan perdagangan dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Brebes. Brebes memiliki potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan perikanan. Kabupaten Brebes mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Pemalang. Pemalang memiliki potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan pusat pengembangan kawasan kehutanan. Kota pemalang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah.

2. Kawasan Semarang Demak dsk., meliputi :

Semarang. Semarang memiliki potensi sebagai pusat jasa pemerintahan, pusat penelitian dalam kegiatan industri, pusat kegiatan ekonomi untuk mendukung kawasan, dan sektor unggulan industri. Kota Semarang dengan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Kendal. Kendal memiliki potensi pada sektor industri dan pertanian. Kendal memiliki fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal

Demak. Kota ini mempunyai potensi pada sektor pariwisata. Kota Demak berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.

3. Kawasan Pati Kudus Jepara dsk.

Pati. Mempunyai potensi untuk pengembangan pusat industri logam (kuningan) dan hasil kerajinan, dan sebagai pusat pemasaran hasil pertanian. Kota Pati mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Kudus. Kudus mempunyai potensi sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan dan industri rokok, pusat pariwisata budaya, pusat pemasaran

hasil pertanian. Adapun fungsi kota kudus adalah sebagai pusat kegiatan wilayah.

Rembang. Mempunyai potensi sebagai pusat pariwisata budaya, dan kerajinan dan industri rumah tangga. Kota Rembang dengan fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

4. Kawasan Borobudur dsk.

Magelang. Daerah ini mempunyai potensi pada sektor pariwisata, dan sebagai pusat pemasaran hasil produksi pertanian. Kota Magelang mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan wilayah.

Sedangkan kawasan andalan diluar prioritas terdiri dari :

1. Kawasan Subosuka.

Surakarta. Kawasan ini mempunyai potensi untuk industri, dan pusat perdagangan daerah sekitarnya, dan sebagai pusat kegiatan industri. Kota Surakarta mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah.

Sukoharjo. Memilki potensi untuk indutri kecil, dan pusat penelitian pertanian tanaman pangan. Kota Sukoharjo berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.

Karanganyar. Memiliki sektor unggulan untuk industri kecil dan industri rumah tangga, dan pusat jasa distribusi hasil produksi pertanian. Kota ini memiliki fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

2. Kawasan Kebumen dsk,

Kebumen. Mempunyai potensi sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan pariwisata. Kota ini memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan wilayah.

Gombong. Memiliki potensi sebagai pusat industri kecil dan industri rumah tangga. Kota Gombong mempunyai fungsi kota sebagai pusat kegiatan lokal.

Kawasan Cilacap dsk,. Memiliki potensi untuk pengembangan industri menengah dan industri logam dasar, dan sebagai pusat jasa distribusi hasil-hasil produksi pertanian.

I. PENANAMAN MODAL DAN PELUANG INVESTASI

Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Dalam Negeri (PMDN) untuk tahun 2001 dan 2002 rata-rata mengalami penurunan yang cukup besar. Jumlah investasi Tahun 2001 berjumlah 83 dan pada akhir Tahun 2002 berjumlah 58 berarti mengalami penurunan sekitar 30,12%. Sedangkan total nilai investasi juga mengalami penurunan yang cukup besar sekitar 1,53 triliun rupiah pada tahun 2002 atau 38,79%. Penurunan investasi di Provinsi Jawa Tengah membawa akibat terhadap lapangan kerja yang makin terbatas baik untuk tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja asing. Investasi di Provinsi Jawa Tengah baik modal dalam negeri maupun