tinjauan hukum islam terhadap praktik “ ngusum …digilib.uin-suka.ac.id/17357/1/bab i, v, daftar...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK “ NGUSUM KOPI” DI DESA NGLOROG KECAMATAN PRINGSURAT
KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA 1
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD SA’LI ROSID 11380092
PEMBIMBING :
Drs. KHOLID ZULFA, M.Si NIP. 19660704 199403 1 002
MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015
ABSTRAK
Fikih (penuntun kehidupan paling praktis dalam Islam) membicarakan empat aspek pokok kehidupan manusia. Satu di antaranya adalah masalah „ubūdiyyah, yaitu mengurus langsung hubungan transcendental manusia dengan Penciptanya, sedangkan tiga yang lain mengurus aspek kehidupan yang mempunyai korelasi langsung dengan pengelolaan kehidupan materiil dan sosial yang bersifat duniawi, yaitu mu’āmalah (hubungan professional dan perdata), munākaḥ ah (pernikahan), dan jināyah (pidana).
Desa Nglorog merupakan sebuah desa yang terletak di ujung sebelah timur dari Kabupaten Temanggung. Kondisi geografis yang subur dan dikelilingi oleh pegunungan mendukung para masyarakat setempat yang mayoritas berkarya sebagai petani. Tanaman kopi yang merupakan tanaman pokok di Desa tersebut yang bisa tumbuh dengan baik dan subur karena dukungan kondisi geografis. Tanaman ini bisa dipanen sekali dalam setahun. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu membuat mereka harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Utang-piutang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan uang dengan cepat yang bisa dilakukan orang seketika itu juga. Hal inilah yang mendasari masyarakat di Desa Nglorog untuk melakukan kegiatan utang-piutang dengan menggunakan pohon kopi sebagai jaminannya, yaitu dengan menawarkan lahan pohon kopinya kepada orang yang selanjutnya dia akan mendapatkan uang pada saat awal dilakukannya perjanjian, sehingga uang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. praktik ini dikenal masyarakat setempat dengan istilah “ngusum kopi”.
Dalam penelitian menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan mencari data langsung ke lapangan untuk mengetahui pokok-pokok masalah. Sifat yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif-penskriptif analisis, yaitu dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan praktik ngusum kopi di Desa Nglorog kemudian dilanjutkan dengan analisis hukum Islam. Hukum Islam yang dimaksud adalah hukum yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadis Nabi serta Ijma‟ para ulama. Ada pun dalam pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu dengan mengacu kepada aturan-aturan dan kaidah hukum Islam untuk memperoleh kesimpulan. Analisis data
menggunakan metode deduktif yaitu analisis dari data atau kesimpulan yang bersifat umum akan dianalisisn untuk mencari suatu kesimpulan yang bersifat khusus
Dari hasil penelitian dapat dikethui bahwa Praktik ngusum kopi yang terjadi di Desa Nglorog merupakan sebuah praktik utang piutang antara kedua belah pihak, yakni pihak yang sedang terdesak oleh kebutuhan dan membutuhkan uang dengan segera dan pihak yang mempunyai uang dan siap memberikan pinjaman dengan adanya lahan kopi yang akan dijadikan jaminan atas pinjaman uang tersebut. Pada praktiknya lahan yang dijadikan sebagai jaminan tersebut sudah pasti akan diambil buahnya ketika panen dengan perhitungan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Namun lahan tersebut bisa diambil kembali oleh pemilik lahan ketika sudah mengembalikan uang pinjamannya.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: bapak dan ibu
yang senantiasa ada buat saya walaupun saya tidak selalu ada
untuk mereka berdua, serta untuk almamaterku tercinta UIN
suka tempat saya menuntut ilmu, semoga kita selalu terlimpahi
rahmat serta hidayah dari Allah SWT.
vii
MOTTO
Tidak ada mimpi yang terlalu besar dan tidak ada pemimpi“yang terlalu kecil”
“Jangan terlalu banyak kopi karena akan pahit, tapi jangan pula
terlalu banyak gula karena akan terlalu manis”
YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN
DO something or DIE nothing
��� وا��� �ن ���� ا���� ا���� ���� و�� ا�� ا�� ��
“Yen tekun mesti tekan, senajan mung mlaku nggowo teken”
viii
KATA PENGANTAR
�� ا� ا��� ا�����
ا������!، � ��) و�"*���� و�"*(#�)، و��&ذ $�� �! ��ور ا�#"�� و�! ا� �� � رب
4 �57 �� و�! �567 4 ه�دي ��� �! �0��/�.ت أ+� � إ��9، وأ�0� أن 9إ�� ا
، أ�� 9 ��= و9 ر/&ل $��) ا� و;�) ���9: �� وأ�0� أن � ��ا +��) ور/&��
.��$
Tidak ada kata yang pantas diucapkan pada akhir penulisan skripsi ini kecuali
kata Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Tidak
lupa sholawat serta salam semoga tetap selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membukakan jalan yang terang yaitu
Islam, sehingga kita dapat berjalan pada jalan yang seharusnya.
Skripsi ini dapat selesai dan tersusun dengan baik atas bantuan dari beberapa
pihak yang bersangkutan, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. H. Akh. Minhaji, MA., Ph.D, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
ix
2. Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Abdul Mughits, S.Ag., M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
4. Bapak Drs.Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si.., selaku dosen penasehat akademik
yang selalu mengarahkan dalam segala hal yang menyangkut perkuliahan.
5. Bapak Drs. Kholid Zulfa M.Si, selaku pembimbing yang telah sabar memberikan
bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
6. Tim penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, sehingga
penulis dapat melaksanakan munaqasyah atau ujian skripsi guna menyelesaikan
studi di bangku kuliah.
7. Dosen Jurusan Muamalat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat
menunjang dalam penelitian ini.
8. Bapak dan ibu yang senantiasa berjuang sepenuh hati agar anak-anaknya bisa
sekolah tinggi dan berprestasi serta selalu mendoakan penulis sehingga dapat
menyelesaikan kuliah.
9. Semua keluaga yang senantiasa meberikan doa dan nasehatnya selama ini.
10. Erlin Wiyandari Nafiatul Ummah S.Sos.I, yang selalu memotifasi dan
menyemangati sehingga skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu.
11. Teman-teman serta sahabat yang secara langsung atau tidak langsung telah
mengambil bagian dalam penyusunan skripsi ini.
x
12. Masyarakat Desa Nglorog Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung yang
telah mengizinkan dan memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga skripsi
ini dapat berjalan dengan lancar.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal ibadah Bapak, Ibu serta saudara dapat diterima dan
mendapat balasan dari Allah SWT. dan Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para penyusun skripsi selanjutnya dalam hal yang berkaitan dengan penelitian ini
dan juga berguna bagi masyarakat khusunya Desa Nglorog dan masyarakat luas
pada umumnya.
Yogyakarta, 27 Mei 2015
Penyusun
Muhammad Sa’li Rosid
NIM. 11380092
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vi
MOTTO .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pokok Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan .......................................................... 5
D. Telaah Pustaka ...................................................................... 6
E. Kerangka Teori ..................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................. 16
G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 19
xii
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG AKAD BERNAMA (AL-‘AQD AL-MUSAMMĀ) DAN AKAD TIDAK BERNAMA (AL-‘AQD GAIR AL-MUSAMMĀ) ................ 21
A. Gambaran Umum tentang Akad ........................................... 21
1. Pengertian Akad .............................................................. 21
2. Pembagian Akad ............................................................. 22
3. Asas-asas dalam Akad .................................................... 23
4. Rukun dan Syarat Akad .................................................. 24
B. Akad Bernama (al-‘Aqd al-Musammā)................................. 28
1. Akad Jual Beli (al-Bai’) .................................................. 29
a. Pengetian Jual Beli .................................................... 29
b. Dasar Hukum Jual Beli ............................................. 30
c. Rukun dan Syarat Jual Beli ....................................... 33
d. Pembagian Jual Beli .................................................. 35
e. Jual Beli yang Diperselisihkan .................................. 37
2. Akad Gadai (ar-Rahn) .................................................... 41
a. Pengertian Gadai ....................................................... 41
b. Dasar Hukum Gadai .................................................. 44
c. Rukun dan Syarat Gadai ........................................... 46
d. Status dan Jenis Barang Gadai .................................. 48
e. Pemanfaatan Barang Gadai ....................................... 50
f. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Gadai ........... 54
xiii
g. Berakhirnya Gadai .................................................... 56
3. Akad Utang Piutang (al-Qar�) ...................................... 57
a. Pengertian al-Qar� .................................................. 57
b. Dasar Hukum al-Qar� ............................................. 57
c. Rukun dan Syarat al-Qar� ....................................... 58
d. Pengambilan Manfaat dalam al-Qar� ...................... 59
C. Akad Tidak Bernama (al-‘Aqd Gair al- Musammā) ............ 60
BAB III. GAMBARAN UMUM PRAKTIK NGUSUM KOPI DI DESA NGLOROG KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG ........................................ 64
A. Deskripsi Wilayah ................................................................. 64
1. Keadaaan Geografis dan Demografis ............................. 64
2. Keadaan Sosial dan Ekonomi ......................................... 67
3. Pendidikan dan Kehidupan Keagamaan ......................... 68
B. Praktik Ngusum Kopi di Desa Nglorog .............................. 71
1. Sejarah Ngusum Kopi ...................................................... 71
2. Proses Terjadinya Akad Ngusum Kopi ........................... 74
3. Penentuan Harga dan Mulainya Akad ........................... 76
4. Hak dan Kewajiban Para Pihak ....................................... 77
5. Pemanfaatan Lahan Kopi ................................................ 79
6. Berakhirnya Akad Ngusum Kopi ................................... 80
7. Pandangan Para Pihak Terhadap Praktik Ngusum Kopi . 81
xiv
BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK NGUSUM KOPI DI DESA NGLOROG KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG ................................................................. 83
A. Dilihat dari Jenis Akad ......................................................... 83
B. Dilihat dari Rukun dan Syarat ............................................... 85
C. Dilihat dari Asas-asas dalam Akad ....................................... 88
D. Dilihat dari Segi Penentuan Harga dan Pemanfaatan Lahan
Kopi ...................................................................................... 91
E. Dilihat dari Segi Manfaat dan Ma�ārāt ............................... 95
BAB V. PENUTUP ................................................................................ 98
A. Kesimpulan ........................................................................... 98
B. Saran .................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 103
LAMPIRAN
DAFTAR TERJEMAHAN
BIOGRAFI TOKOH
PEDOMAN WAWANCARA
SURAT BUKTI WAWANCARA
SURAT IZIN PENELITIAN
CURRICULUM VITAE
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, No : 158/1987 dan 0543b/U/1987,
tertanggal 22 Januari 1987.
A. Konsonan Tunggal
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi
dilambangkan dengan huruf dan tanda.
Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin.
Huruf
Arab Nama Huruf latin Nama
Alif اTidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
S|a S| Es| (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
H{a H{ H{a (dengan titik di bawah) ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
xvi
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
S{ad S{ Es} (dengan titik di bawah) ص
D{ad} D{ D{e (dengan titik di bawah) ض
T{ T{ T{e (dengan titik di bawah) ط
Z{a Z{ Z{et (dengan titik di bawah) ظ
ain …῾… Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Ki ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
Hamzah …… Apostrof ء
Ya Y Ye ى
xvii
B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
h}arakat, transliterasi sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A A
Kasrah I I
D{ammah U U
Contoh : "#آ – Kataba
%&' – Fa’ala
Z|ukira – ذآ)
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
Ḥarakat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan
huruf
Nama Gabungan Huruf Nama
ي..... Fath}ah dan ya Ai a dan i
و...... Fath}ah dan wau Au a dan u
Contoh : )+آ - Kaifa
Haula - ه,ل
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa h}arakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda yaitu :
xviii
Ḥarakat dan huruf Nama Huruf dan
tanda
Nama
ي.......ا.... Fath}ah dan alif atau
ya
Ā a dan garis di
atas
ي.... Kasrah dan ya Ī i dan garis di
atas
و..... D{ammah dan wau Ū u dan garis di
atas
D. Ta Marbu>Ḥah
Transliterasi untuk ta marbu>Ḥah ada dua, yaitu :
1. Ta marbu>t}ah hidup
Ta marbu>Ḥah yang hidup atau mendapat h}arakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah,
transliterasinya adalah / t /.
2. Ta marbu>t}ah mati
Ta marbu>t}ah mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h/.
3. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta
marbuḤah itu ditransliterasikan dengan ha / h /.
Contoh : 12ا34567ل رو - Raud}ah al-At}fa>l
Raud}atul At}fa>l
19:5 T{alh}ah
E. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydi>d . Dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilamangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan
huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh : 3;<=ر – Rabbanā
xix
F. Kata sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu : ال . namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah dengan kata sandang yang diikuti
oleh huruf qamariyyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf / l / diganti dengan huruf yang sama
dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik diikuti huruf syamsyiyyah maupun huruf qamariyyah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubung-kan dengan tanda
sambung / hubung.
Contoh : %><(7ا – ar-Rajul
?@<A7ا – asy-Syams
BCDE7ا – al-Badi>’
F:G7ا – al-Qalam
G. Hamzah
Dinyatakan di depan daftar transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena
dalam tulisan Arab berupa alif.
xx
1. Hamzah di awal :
umirtu – أH)ت
akala – أآ%
2. Hamzah di tengah :
JK6L - ta’khuz|u>nون
6L – ta’kulu>nآ:,ن
3. Hamzah di akhir :
MN – syai unء
’an-nau – ا7;>,ع
H. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab tidak mengenal huruf capital, namun dalam
transliterasi ini penulis menyamakannya dengan penggunaan dalam bahasa
Indonesia yang berpedoman pada EYD yakni penulisan huruf kapital pada awal
kalimat, nama diri, setelah kata sandang “al” dan lain-lain.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita hidup pada zaman dependensi (ketergantungan) di mana kita semua
semakin saling menaruh kepercayaan demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
ekonomi, sosial dan spiritual. Hal ini secara langsung bertentangan dengan situasi
yang terjadi beberapa waktu yang lalu ketika orang-orang pada umumnya
bersikap “cukupi diri” (self-sufficient), menyediakan makanan bagi dirinya
sendiri, membangun rumah sendiri, membuat pakaian sendiri, dan hidup terpisah
dari orang lain.1
Masyarakat kita yang semakin kompleks dan masalah-masalah tak
terhindarkan yang diakibatkannya cenderung meniadakan konsep independensi
tersebut.sekarang hanya sedikit orang yang mampu mencapai tujuannya tanpa
bantuan orang lain. Orang-orang bergantung pada para majikan untuk pekerjaan
dan upah; pada para pedagang bagi makanan dan pakaian; pada pemerintah untuk
usaha dan perlindungan; pada perkumpulan guna kepuasan sosial; pada gereja dan
masjid untuk bimbingan spiritual; dan bergantung pada orang-orang dan lembaga-
lembaga lainnya. Kebergantungan orang-orang pada pekerjaan serta kehidupan
1Frazier Moore, Hubungan Masyarakat: Prinsip, Kasus, dan Masalah Satu, alih bahasa oleh
Lilawati Trimo, Deddy Djamaludin Malik, (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm. 3.
1
2
sosial dan spiritualnya telah meningkatkan hubungan manusia dalam
kehidupannya masa kini.2
Islam merumuskan bahwa kehidupan adalah amanat yang harus digunakan
untuk pencapaian sa’ādah ad-dārain (kesejahteraan dunia dan akhirat).
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas jelas menjadi tujuan utama, karena
kebahagiaan akhirat yang bersifat permanen dapat diwujudkan hanya bila
manusia mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bersamaan dengan itu,
manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus tunduk pada hukum-hukum
yang mengikat kehidupan dunianya saat ini. Maka kehidupan dunia yang
sepenuhnya bersifat temporer dan maya berhubungan secara integratif dan kausif
dengan kebahagiaan ukhrawi yang kekal dan hakiki. Meskipun selintas tampak
kontradiktif, sebetulnya tidak ada yang aneh dalam hal ini, karena akhirat hanya
menyediakan satu-satunya jalan bagi pencapaiannya, yaitu kehidupan dunia.3
Sehubungan dengan itu, kita mendapati fikih (penuntun kehidupan paling
praktis dalam Islam) membicarakan empat aspek pokok kehidupan manusia.satu
di antaranya adalah masalah „ubūdiyyah, yaitu mengurus langsung hubungan
transcendental manusia dengan Penciptanya, sedangkan tiga yang lain mengurus
aspek kehidupan yang mempunyai korelasi langsung dengan pengelolaan
2Ibid., hlm. 3.
3 Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqh Sosial,Cet. II, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang
Yogyakarta, 2012), hlm. Xxvii.
3
kehidupan materiil dan sosial yang bersifat duniawi, yaitu mu’āmalah (hubungan
professional dan perdata), munākaḥ ah (pernikahan), dan jināyah (pidana).
Desa Nglorog merupakan sebuah desa yang terletak di ujung sebelah timur
dari Kabupaten Temanggung. Kondisi geografis yang subur dan dikelilingi oleh
pegunungan mendukung para masyarakat setempat yang mayoritas berkarya
sebagai petani. Salah satunya adalah tanaman kopi yang merupakan tanaman
pokok di Desa tersebut yang bisa tumbuh dengan baik dan subur karena dukungan
kondisi geografis. Tanaman ini bisa dipanen sekali dalam setahun dan dengan
perawatan yang benar akan menghasilkan kopi yang baik pula.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani
dengan penghasilan yang tidak menentu membuat mereka harus memutar otak
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Belum lagi ketika di hadapkan dengan
masalah-masalah yang bersifat mendesak seperti membayar kebutuhan sekolah,
membiayai keluarga yang sedang sakit, mengurus pemakaman keluarga yang
meninggal dan lain sebagainya.
Utang-piutang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan uang dengan
cepat yang bisa dilakukan orang seketika itu juga. Hal inilah yang mendasari
masyarakat di Desa Nglorog untuk melakukan kegiatan utang-piutang dengan
menggunakan pohon kopi sebagai jaminannya, yaitu dengan menawarkan lahan
pohon kopinya kepada orang yang selanjutnya dia akan mendapatkan uang pada
saatawal dilakukannya perjanjian, sehingga uang tersebut dapat digunakan untuk
4
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. praktik ini dikenal masyarakat
setempat dengan istilah “ngusum kopi”.
Sifat gotong-royong, saling tolong-menolong, toleransi dan kekeluargaan
sangat melekat di masyarakat pedesaan. Kebiasaan tersebut juga berlaku di
masyarakat Desa Nglorog, sehingga akad perjanjian yang dilakukan hanya
berlandaskan atas rasa kepercayaan dan kekeluargaan antara kedua belah pihak,
bahkan akad tersebut kadang hanya dilakukan secara lisan dan bahkan tanpa
adanya saksi ketika akad itu dilakukan yang kemudian sangat rentan terjadinya
kecurangan di dalamnya yang akan merugikan sebelah pihak.
Hasil panen kopi yang mengalami fluktuasi karena fator yang
mempengaruhinya membuat praktik ini lebih cenderung kepada spekulasi, artinya
hasil panen yang nantinya akan diperoleh belum bisa diketahui besarannya
sehingga bisa dikatakan masih abu-abu. Praktik ini juga cenderung pada jual beli
dengan tenggat waktu dan juga jual beli spekulasi. Seperti yang terjadi pada jual
beli ijon dan dalam hal jual beli ini Nabi bersabda :
Sejauh yang penyusun amati dari praktik ini, memang sudah ada yang benar-
benar mengenai sasaran dan tujuan, akan tetapi masih ada sebagian pihak yang
dirugikan yang mayoritas adalah orang yang berutang, karena pihak pemberi
4Abdurrahim Anir al-Miṣ r al-Tahtawī, Hidāyah al-Bārī ilā Tartībi Ahādīṡ i al-Bukhārī,
(Beirūt: Dār al-Fikr, 1988), juz. 1-2, hlm. 170.
5
utang terkesan mencari keuntungan dan memanfaatkan kondisi orang berutang
yang sedang terdesak kebutuhan sehingga terdapat hal-hal yang merugikan
sebelah pihak. Status dari praktik ini yang belum jelas apakah dia bagian dari
akad bernama dalam hal ini yang paling mendekati adalah jual beli dan gadai atau
praktik ini termasuk akad tidak bernama.Hal ini pula yang melandasi penyusun
untuk melakukan penelitian tentang praktik tersebut dengan pendekatan hukum
Islam.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun akan mengemukakan
pokok masalah yang akan menjadi bahan pembahasan agar memudahkan dalam
penyusunan skripsi ini. Adapun pokok masalah tersebut adalah :
1. Bagaimana praktik “Ngusum Kopi” yang terjadi di Desa Nglorog, Kecamatan
Pringsurat, Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik “Ngusum Kopi” di Desa
Nglorog, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten temanggung?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penyusun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
6
a. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan praktik ngusum kopi di Desa
Nglorog, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.
b. Untuk menjelaskan pandangan Hukum Islam terhadap praktik ngusum
kopi di Desa Nglorog, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.
2. Kegunaan
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang muamalat, khususnya
mengenai gadai pohon dalam perspektif Hukum Islam.
b. Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat di Desa Nglorog,
Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung khususnya dan tempat
lainnya dalam masalah gadai yang sesuai dengan syariat Islam.
D. Telaah Pustaka
Sejauh ini telah terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
dengan masalah yang akan ditiliti, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Yunus yang berjudul “Praktik Gadai Pohon Cengkih di Desa Bedono,
Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang (Sebuah Kajian Perspektif Sosiologi
Hukum Islam)”. Skripsi ini membahas tentang praktik utang-piutang dengan
jaminan berupa pohon cengkih dan menyimpulkan bahwa praktik tersebut tidak
7
diperbolehkan menurut hukum Islam karena madharat yang ditimbulkan sangat
besar.5
Skripsi yang berjudul “Praktik Gadai Tanah Sawah Ditinjau dari Hukum
Islam (Studi di Desa Harjawinangun Kec. Balapulang Kab. Tegal)”, disusun oleh
Isti‟anah yang membahas tentang gadai dengan sawah yang menjadi barang
jaminan, dan selama berada di pihak penerima gadai sawah tersebut dikelola dan
dimanfaatkan oleh penerima gadai.Penulis menyimpulkan bahwa hal tersebut
telah sah menurut ketentuan hukum Islam.6
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Gadai Tanaman
Keras dalam Adat Minangkabau (Studi di Desa Padang Gantiang)” karya Desy
Hayu Astuti yang fokus membahas tentang waktu dan pemanfaatan barang gadai
dalam adat minangkabau yang lebih dominan menguntungkan pihak penerima
gadai.7
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan
Penanggungan Resiko atas Barang Jaminan di Pegadaian Pertanahan Cabang
Kebumen” disusun oleh Ngasyiqotul Azizah yang memibahas adanya biaya
5Ahmad Yunus, “Praktik Gadai Pohon Cengkih di Desa Bedono, Kecamatan Jambu,
Kabupaten Semarang (Sebuah Kajian Perspektif Sosiologi Hukum Islam)”, Skripsi tidak diterbitkan,
Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011).
6 Isti‟anah, “Praktik Gadai Tanah Sawah Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi di Desa
Harjawinangun Kec. Balapulang Kab. Tegal”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2009).
7 Desy Hayu Astuti, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Gadai Tanaman Keras Dalam Adat
Minangkabau (Studi di Desa Padang Gantiang)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004).
8
pemeliharaan asuransi yang ditentukan oleh pegadaian terhadap barang jaminan
dan disimpulkan bahwa hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menjunjung
tinggi prinsip keadilan.8
Dari beberapa penelitian di atas terdapat satu penelitian yang hampir sama
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu penelitian yang ditulis oleh
oleh Ahmad Yunus yang berjudul “Praktik Gadai Pohon Cengkih di Desa
Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang (Sebuah Kajian Perspektif
Sosiologi Hukum Islam)”. Skripsi ini membahas tentang praktik utang-piutang
dengan jaminan berupa pohon cengkih namun dengan tinjauan sosiologi hukum
Islam..
Maka dari pada itu peneliti akan melakukan penelitian dengan media yang
hampir sama yaitu tentang gadai pohon kopi namun di wilayah sosial masyarakat
yang berbeda dan dengan perspektif hukum Islam.
E. Kerangka Teori
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam
masyarakat.Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan
adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat.
Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain, disadari
8Ngasyiqotel Azizah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Penanggungan Resiko
atas Barang Jaminan di Pegadaian Pertanahan Cabang Kebumen”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2006).
9
atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup
tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang-
orang lain disebut mu’āmalah.9
Prinsip-prinsip hukum muamalat :
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang
ditentukan lain oleh Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul.
2. Muamalat dilakukan atas dasar suka rela, tanpa mengandung unsure paksaan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindarkan madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
Dalam hubungan muamalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih akan
melahirkan akad atau perjanjian yang merupakan keterkaitan atau pertemuan
antara ijab dan kabul yang berpengaruh terhadap munculnya akibat hukum baru.
Persoalan akad adalah persoalan antara pihak yang sedang menjalin ikatan,
sehingga perlu diperhatikan akan terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing
pihak sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Jumhur ulama perpendapat bahwa
rukun akad terdiri dari :
1. Al-‘āqidain (pihak-pihak yang berakad)
2. Objek akad
9 Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta :
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 1993), hlm. 7.
10
3. Ṣ īgah al-‘aqd (pernyataan untuk mengikat diri)
4. Tujuan akad10
Dilihat dari sisi ditentukan nama atau tidak, akad dibedakan menjadi dua
yaitu:11
a. Akad bernama (al-‘aqd al-musammā)
Adalah akad yang tujuan dan namanya sudah ditentukan oleh
pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang
berlaku terhadap terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain.
Wahbah az-Zuhaily membagi akad bernama ini menjadi 13 jenis
yaitu: al-ijārah (sewa-menyewa), al-bai’ (jual beli), al-kafālah
(penanggungan), al-ḥ awālah (pemindahan hutang), al-wakālah
(pemberian kuasa), aṣ -ṣ ulh (perdamaian), asy-syirkah (persekutuan),
al-hibah (hibah), al-waḍ ī’ah (penitipan), ar-rahn (gadai), al-i’ārah
(pinjam pakai), al-ju’ālah (janji imbalan/sayembara), al-qarḍ (pinjam
mengganti).12
b. Akad tidak bernama
Ialah akad yang namanya tidak ditentukan oleh pembuat
hukum yang khusus serta tidak ada pengaturan tersendiri
10
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih
Mu’āmalāt, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hlm. 68-69.
11
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 38-42.
12
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islāmī wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), IV:
84.
11
mengenainya.Terhadapnya berlaku ketentuan-ketentuan hukum umum
akad.
Kejelasan akad pada praktik ngusum kopi yang menjadi objek penelitian
ini masih belum jelas, apakan dia termasuk dalam kategori akad bernama atau
akad tidak bernama. Dari uraian di atas yang paling mendekati dari akad bernama
yaitu al-bai’ (jual beli) dan ar-rahn (utang berjaminan). Maka dari pada itu
kerangka teori yang dipakai oleh peneliti yaitu tentang kedua akad tersebut
sehingga nantinya akan diketahui apakah masalah yang diangkat termasuk dalam
jual beli atau gadai bahkan dia mungkin termasuk dalam akad tidak bernama.
Teori perrtama yaitu al-bai’ (jual beli) yang makna dasarnya menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ulama Madzhab
Maliki, Syafi‟i dan Hanbali memberikan pengertian, jual beli adalah saling
menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.
Islam memandang jual beli sebagai sarana tolong menolong dan tidak melihat
orang yang sedang bertransaksi jual beli sebagai orang yang hanya mencari
keuntungan semata.13
Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 275 :
13
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah…, hlm. 33-56.
14
QS Al Baqarah (2): 275.
12
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan dari Ahmad Ibn Sinan dari Katsir
IbnHisyam dari Kultsum Ibn Jausyan Al-Qusyairy dari Ayyub dari Nafi‟ Ibn
Umar.:
Jual beli memiliki beberapa hal yang harus ada terlebih dahulu agar
akadnya dianggap sah dan mengikat yang kemudian disebut rukun jual beli.
Menurut jumhur Ulama rukun jual beli ada 4 yaitu :16
1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
2. Ṣ īgah (lafal ijab dan kabul)
3. Barang yang dibeli
4. Nilai tukar pengganti barang
Menurut jumhur ulama jual beli dari segi sah dan tidaknya dibagi menjadi
dua bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Jual beli yang sahih
Yaitu apabila jual beli tersebut disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat
yang ditentukan; bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak
khiyār lagi.
15
Abu Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qazwainy, Sunan Ibnu Majah, Maktabah
Syamilah, VI: 356.
16
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan…, hlm. 37.
13
2. Jual beli yang batal
Yaitu apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual
beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan, seperti jual beli yang
dilakukan oleh anak-anak, orang gila, atau barang yang dijadikan objek
adalah barang yang diharamkan seperti minuman keras, babi dan lain
sebagainya. Ada beberapa jenis jual beli yang masuk dalam kategori jual
beli yang batil di antaranya adalah: jual beli sesuatu yang tidak ada, jual
beli yang mengandung unsur penipuan, jual beli barang najis dan lain
sebagainya.
Teori kedua yaitu ar-rahn (gadai) menurut bahasa berarti aṡ -ṡ ubūt dan al-
habs yaitu penetapan dan penahanan. Ada pula yang menjelaskan bahwa rahn
adalah terkurung atau terjerat, di samping itu rahn diartikan pula secara bahasa
dengan tetap, kekeal, dan jaminan.17
Adapun definisi rahn dalam istilah syari‟at, dijelaskan para ulama dengan
ungkapan menjadikan harta benda sebagai jaminan utang untuk dilunasi dengan
jaminan tersebut ketika tidak mampu melunasinya, atau harta benda yang
dijadikan jaminan utang untuk dilunasi (utang tersebut) dari nilai barang jaminan
tersebut apabila tidak mampu melunasinya dari orang yang berutang.Sedangkan
Syeikh Al-Basaam mendifinisikan rahn sebagai jaminan utang dengan barang
17
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, cet. i, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.
105.
14
yang memungkinkan pelunasan utang dengan barang tersebut atau dari nilai
barang tersebut apabila orang yang berutang tidak mampu melunasinya.
Ulama fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan rahn (gadai) :18
1. Menurut ulama Syafi‟iyah
“menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan
pembayaran ketika berhalangan dalam membayar utang”.
2. Menurut ulama Hanabilah
“harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayar harga (nilai) utang
ketika yang berutang berhalangan (tidak mampu) membayar utangnya
kepada pemberi pinjaman”.
Berdasarkan pengertian dari yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan rahn (gadai) adalah menahan barang
jaminan yang bersifat materi milik si peminjam (rāhin) sebagai jaminan atau
pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut bernilai ekonomi
sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadai dimaksud bila pihak
yang menggadaikan tidak dapat membayar utang pada waktu yang telah
ditentukan.19
18
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm..23.
19
Ibid., hlm. 22-23.
15
Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 283 dan QS Al-Muddatstsir
ayat 38 yang berbunyi :
20
21
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh As-Syafii, Al-Baihaqi,
Al-Hakim, Ibn Hibban dan Ad-Daraquthni :
Dari beberapa landasan hukum mengenai gadai di atas, maka terdapat
beberapa rukun dan syarat yang berlaku dalam gadai agar gadai tersebut sesuai
dengan hukum islam. Adapun rukun gadai yang dimaksud yaitu :
1. Ar-Rāhin (yang menggadaikan)
2. Al-Murtahin (yang menerima gadai)
3. Al-Marhūn (barang yang digadaikan)
4. Al-Marhūn bih (utang)
5. Ṣ īgah (ijab kabul)
20
QS Al-Baqarah (1) : 283.
21
QS Al-Muddatstsir (74) :38.
22
Imam Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiran bin bardizbah Al-
Bukhari Al-Juf‟fiy, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983), juz 3, hlm. 116.
16
Menurut Sayyid Sabiq, bahwa gadai itu dianggap sah apabila memenuhi
empat syarat yaitu :
1. Orangnya sudah dewasa
2. Berfikiran sehat
3. Barang yang digadaikan sudah ada saat terjadi akad gadai
4. Barang gadaian dapat diserahkan atau dipegang oleh penggadai barang23
Secara umum rahn (gadai) dikategorikan sebagai akad yang bersifat derma
sebab apa yang diberikan penggadai (rāhin) kepada penerima gadai (murtahin)
tidak ditukar dengan sesuatu. Yang diberikan murtahin kepada rahin adalah utang,
bukan penukar atas barang yang diigadaikan.Rahn juga termasuk akad ainiyah,
yaitu dikatakan sempurna sesudah menyerahkan benda yang dijadikan akad,
seperti hibah, pinjam-meminjam, titipan dan qirāḍ . Semua termasuk akad
tabarru’ (derma) yang dikatakan sempurna setelah memegang(al-qabḍ ).24
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan jenis penelitian lapangan
(field research) dengan mencari data langsung ke lapangan untuk mengetahui
pokok-pokok masalah dalam skripsi ini secara jelas dan valid.Adapun tempat
23
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah..., hlm. 27-28.
24
Ibid., hlm. 24.
17
yang dijadikan objek dalam skripsi ini adalah di Desa Nglorog, Kecamatan
Pringsurat, Kabupaten Temanggung.
2. Sifat Penelitian
Sifat yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif-penskriptif
analisis, yaitu dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan praktik
ngusum kopi di Desa Nglorog kemudian dilanjutkan dengan analisis hukum
Islam.Hukum Islam yang dimaksud adalah hukum yang sesuai dengan yang
diajarkan oleh Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadis Nabi serta
Ijma‟ para ulama.
3. Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu studi kesengajaan dan dilakukan secara
sistematis berencana, melalui proses pengamatan atas gejala-gejala yang
terjadi pada saat itu.25
Yaitu dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatat terhadap
fenomena-fenomena di lapangan yang berhubungan dengan praktik
ngusum kopi di Desa Nglorog, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung.
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1992), hlm. 132.
18
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh pihak pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai
(interviewee), dan maksud dari wawancara ini adalah mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi dan maksud-
maksud lain yang mengarahkan pada titik akhir yaitu mendapatkan data
atau informasi yang dibutuhkan.26
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang
terkait dengan praktek “ngusum kopi” yang terjadi di Desa Nglorog,
Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung yang terdiri dari Bapak
Suryadi selaku Kepala Desa yang merupakan aparatur pemerintahan,
Bapak Dukut Sri Widayat selaku ulama, dan pemilik lahan kopi yaitu Ibu
Murtopiah, Ibu Istikomah dan Bapak Supriyadi serta para pemberi
pinjaman uang yaitu Bapak Fauzan, Bapak Tafrikhan, Bapak Suyatno dan
Ibu Suyati.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis, di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, cacatan
26
Lexy. J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2006), hlm. 186.
19
harian.27
Pada penelitian terhadap praktik ngusum kopi penelitin
mendapatkan sumber dari dokumen dan catatan kantor Desa Nglorog.
4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan normatif, yaitu dengan mengacu kepada aturan-aturan dan kaidah
hukum Islam untuk memperoleh kesimpulan bahwa praktik ngusum kopi
yang terjadi di Desa Nglorog sesuai atau tidak dengan hukum Islam.
5. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu data yang
diperoleh di lapangan selanjutnya akan diklarifikasi dan dikritisi dengan
seksama berdasarkan referensi yang ada. Analisis data menggunakan metode
deduktif yaitu analisis dari data atau kesimpulan yang bersifat umum akan
dianalisisn untuk mencari suatu kesimpulan yang bersifat khusus.28
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan masalah lebih terarah dan dipahami secara mudah, maka
penulisan skripsi ini dilakukan secara sistematis sesuai dengan tata urutan yang
ada yaitu sebagai berikut :
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 201.
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, cet. ke-22, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 32.
20
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar
belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka
teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, membahas tentang akad bernama dan akad tidak bernama. Akad
bernama terdiri dari akad jual beli dan akad gadai.Akad jual beli meliputi
pengertian, landasan, syarat dan rukun, pembagian juga jual beli yang
diperselisihkan.Sedangkan akad gadai meliputi pengertian, landasan hukum,
syarat dan rukun, status dan jenis barang, pemanfaatan barang, hak dan kewajiban
serta berakhirnya gadai.
Bab Ketiga merupakan pemaparan data yang diperoleh di lapangan. Dalam
bab ini membahas tentang : gambaran umum Desa Nglorog mulai dari kondisi
geografis, kondisi demografis, kondisi social ekonomi, dan kondisi pendidikan
dan keagamaan. Kemudian dijelaskan tentang praktik ngusum kopi yang terjadi di
desa tersebut mulai dari sejarah, proses terjadinya akad, hak dan kewajiban para
pihak, pemanfaatan lahan kopi serta pandangan para pihak yang terkait praktik
ini.
Bab Keempat merupakan analisa tentang praktik ngusum kopi dengan
pendekatan hukum Islam dan korelasinya dengan data yang telah peneliti
dapatkan di lapangan.
Bab Kelima yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran.Merupakan
jawaban dari pokok masalah yang diangkat oleh penyusun.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktik ngusum kopi yang terjadi di Desa Nglorog merupakan sebuah praktik
utang piutang antara kedua belah pihak, yakni pihak yang sedang terdesak
oleh kebutuhan dan membutuhkan uang dengan segera dan pihak yang
mempunyai uang dan siap memberikan pinjaman dengan adanya lahan kopi
yang akan dijadikan jaminan atas pinjaman uang tersebut. Pada praktiknya
lahan yang dijadikan sebagai jaminan tersebut sudah pasti akan diambil
buahnya ketika panen dengan perhitungan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak. Namun lahan tersebut bisa diambil kembali oleh pemilik lahan
ketika sudah mengembalikan uang pinjamannya.
Praktik ini sebenarnya dilakukan untuk menghindari dari menjual
tanah yang merupakan sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak hanya secara lisan dan
didasari atas saling percara satu dengan yang lainnya sehingga ketika terjadi
konflik atau sengketa mereka akan menyelesaikannya dengan jalan
kekeluargaan pula. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penyusun
kepada para pihak dalam praktik ngusum kopi ini, hamper semuanya
99
mengatakan bahwa kedua belah pihak sama-sama diuntungkan dengan adanya
praktik ini.
2. Islam selalu mengatur hubungan seseorang dengan orang lain agar tercipta
kedamaian dan keamanan serta yang paling penting adalah keselamatan. Hal
ini untuk menghindarkan dari adanya kecurangan yang berakibat pada
kerugian. Sehingga Islam membuat aturan-aturan yang harus dijalani oleh
manusia agar apa yang dilakukannya berada pada jalan keselamatan.
Praktik ngusum kopi yang terjadi di Desa Nglorog menurut hasil
penelitian penyusun termasuk dalam kategori jual beli sebagaimana yang
telah dipaparkan panjang lebar pada bab-bab sebelumnya, hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara yang semuanya mengatakan bahwa ini praktik ini
memang jual beli. Itulah kenapa penyusun memakai beberapa teori untuk
mengungkap praktik ngusum kopi ini karena memang disini ada unsur gadai
sebab awalnya adalah untuk meminjam utang. Akan tetapi unsur jual belinya
juga ada walaupun tidak sedominan unsur gadai. Sehingga penyusun
menyimpulkan bahwa praktik ngusum kopi termasuk ke dalam kategori jenis
akad jual beli, yaitu jual beli tenggat waktu (al-bai’ al-wafa’).
Para ualama masih memperdebatkan tentang jenis akad jual beli
dengan tenggat waktu ini, ada yang memperbolehkannya dan ada pula yang
melarangnya. Dalam hal ini penyusun mempunyai dua pandangan dari hukum
atas praktik ngusum kopi ini. Semua itu berdasarkan atas motif dari para pihak
100
yang melakukan akad sebagaimana bisa dilihat pada lampirang tentang hasil
wawancara.
Pertama, praktik ngusum kopi ini sah dan diperbolehkan. Hal ini
berdasarkan bahwa akad yang dilakukan tersebut sudah memenuhi rukun dan
syarat. Dan yang paling utama adalah bahwa yang melandasi kedua belah
pihak untuk melakukan praktik ngusum kopi ini adalah saling tolong
menolong sehingga berapapun nanti hasilnya dan berapaun harganya yang
para pihak akan memakluminya sesuai pada perjanjian awal. Jika ada
kelebihan itu juga atas inisiatif dari pemilik lahan sebagai rasa terima kasih
atas pertolongan yang diberikan kepadanya, dikarenakan selama ini pihak
penerima lahan selalu akan mendapatkan kelebihan dan kelebihan tersebut
juga dimaksudkan sebagai biaya perawatan selama lahan kopi berada di pihak
penerimanya.
Kedua, tidak sah atau tidak diperbolehkan. Hal ini karena ada
beberapa syarat yang belum terpenuhi. Seperti yang sudah dikemukakan di
atas bahwa perbedaan motiflah yang menjadikan penyusun untuk
menyimpulkan pandangan ini. Sebagaimana yang dikemukakan di atas
landasan tolong menolong harus menjadi yang utama. Namun masih ada
sebgian orang yang benar-benar memandang ini sebagai lahan bisnis sehingga
dia akan mencari orang yang sedang membutuhkan pinjaman uang dengan
memanfaatkan lahan kopinya. Biasanya dalam penentuan harga orang
101
semacam ini lebih dominan daripada pemilik lahan itu sendiri. Sehingga dia
akan mendapatkan keuntungan atau kelebihan yang sangat besar dari praktik
ini. Hal seperti inilah yang mengandung unsur riba sehingga praktik ini tidak
sah atau dilarang oleh Islam.
B. Saran
Setelah penyusun melakukan penelitian terhadap praktik ngusum kopi yang
terjadi di Desa Nglorog Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan
menyimpulkan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada
beberapa saran yang ingin penyusun sampaikan khususnya kepada masyarakat
Desa Nglorog dan masyarakat sekitar pada umumnya agar praktik ngusum kopi
tersebut dapat berjalan baik dan benar sehingga tidak ada lagi pihak yang akan
dirugikan.
1. Akad atau perjanjian pada praktik ngusum kopi ini sebaiknya selain
dilakukan secara lisan alangkah baiknya dilakukan secara tertulis juga dan
atas sepengetahuan pemerintah setempat agar menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Sehingga ketika terjadi sengketa antara para pihak yang
melakukan perjanjian akan lebih mudah dalam penyelesaiannya.
2. Pada waktu akad atau perjanjian dilakukan para pihak harus
menyampaikan pendapatnya sehingga keputusan yang nantinya akan
102
disepakati oleh kedua belah pihak benar-benar hasil dari kesepakatan
bersama.
3. Praktik ngusum kopi ini merupakan alternatif bagi masyarakat untuk
mendapatkan pinjaman uang guna memenuhi kebutuhan yang bersifat
mendadak. Oleh karena itu alangkah lebih baiknya bila pada waktu panen
menyisihkan sebagian hasil panennya untuk digunakan pada saat
munculnya kebutuhan mendesak tersebut.
4. Kepada beberapa pihak yang melakukan praktik ini untuk mencari
keuntungan semata supaya kembali kepada tujuan awal dari praktik ini
yaitu tolong-menolong sesame agar tidak merugikan sebelah pihak.
5. Dalam penaksiran harga benar-benar dilakukan secara teliti karna harga
dan hasil kopi yang mengalami fluktuasi rentan merugikan sebelah pihak,
oleh karena itu kejujuran dari masing-masing pihak sangat dibutuhkan.
6. Akad ngusum kopi ini akan lebih baik lagi apabila akad awalnya adalah
sewa-menyewa, pinjam mengganti atau gadai bukan jual beli. Karena
unsur-unsur yang terkandung di dalam praktik ini lebih menuju kepada
gadai atau sewa-menyewa.
103
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Agama RI, Departemen, Al-Qur’ān dan Terjemahnya, Depok: Cahaya Qur’an, 2008.
Hadis
Abdullah Muhammad, Imam Abi bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiran bin bardizbah Al-Bukhari Al-Ju’fiy, Ṣahīh al-Bukhārī, juz 3, Beirūt: Dar al-Fikr, 1983.
Abi Husain, Imam Muslim bin Hajjaj Al-Kusyairy An-Naisaburi, Ṣaīih al-Muslim, juz 2 , Beirūt: Dar al-Fikr, 1993.
Fiqh dan Usul al-fiqh
Abi Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ibnu Qudamah, al-Mugnī ‘alā MukhtaṢar al-Kharqī, jld 4,Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994.
Abu Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qazwainy, Sunan Ibnu Mājah, Maktabah Syamilah, VI: 356.
Afandi, Yazid, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.
Al-Fath, Abu, Ahmad, Kitab al-Mu’āmalāt fī asy-Syarī’ah al-Islāmiyyah wa al-Qawānīn al-MiṢriyah, Mesir: Matba’ah al-Busfir, 1913.
Ali, Zainuddin, Hukum Gadai syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Antonio, Syafi’i, Muhammad, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syari’ah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat, Jakarta: Rajawali Press , 2007.
104
ash-shawi, Shalah, dan al-Muslih, Abdullah, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (terj), cet. 1, Jakarta: Darul haq, 2004.
Az-Zarqa, Ahmad, Musthofa, al-Fiqh al-Islāmī fī Ṣaubihi al-Jadīd, Damaskus: Matabi’ Alifba’ al-Adīb, 1967-1968.
Az-Zuhaily, Wahbah, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Beirūt: Dār al-Fikr, 2002.
Basjir, Ahmad, Azhar, Asas-asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam), Yogyakarta : Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 1993.
Basyir, Ahmad, Azhar, Hukum Islam tentang Riba, Utang-Piutang Gadai, Bandung: Al-Maarif, 2001.
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Ibn Basyir, Maqatil Ibn Sulaiman, Tafsīr Maqātil, Maktabah Syamilah, I: 119.
Mahfudh, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, cet. Ke-2, Yogyakarta: PT LKis Printing Cemerlang Yogyakarta, 2012.
Muhammad dan Solikhul Hadi, Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Konstruksi
Pegadaian Nasional, edisi 1, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003.
Muslich, Wardi, Ahmad, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010.
Nujaim, Ibnu, al-Asybāh wa an-Nazāir, Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1985.
Sabiq, Sayid, Al-Fiqh As-Sunnah, Juz 12, cet. Ke-1, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987. Sabiq, Sayyid, Al-Fiqh As-Sunnah, jld 3, Beirut: Dar Al-Fikr, 1995.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, cet. 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Sutedi, Adrian, Hukum Gadai Syariah, Bandung: Alfabeta, 2011.
Taymiyah, Ibnu, Majmu’ Al-F atawa, (Beirut: Dar Al-Fikr), xxi.
Yanggo, T Chuzaimah dan Anshari, Hafiz, Problematika Hukum Islam Kontemporer, edisi ke-3, Jakarta: LSIK, 1997.
105
Lain-Lain
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Astuti, Hayu, Desy, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Gadai Tanaman Keras dalam
Adat Minangkabau (Studi di Desa Padang Gantiang)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Azizah, Ngasyiqotel, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Penanggungan Resiko atas Barang Jaminan di Pegadaian Pertanahan Cabang Kebumen”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Gardjito, Murdijati dan Rahadian, Dimas, Kopi, cet 1, Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, cet. Ke-22. Yogyakarta: Andi Offset, 1990.
Isti’anah, “Praktik Gadai Tanah Sawah Ditinjau dari Hukum Islam (Studi di Desa Harjawinangun Kec. Balapulang Kab. Tegal”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
J Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Moore, Frazier, Hubungan Masyarakat: Prinsip, Kasus, dan Masalah Satu, alih
bahasa oleh Lilawati Trimo, Deddy Djamaludin Malik, Bandung: Remadja Karya, 1988.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, cet. Ke-5, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1995.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1977.
Yunus, Ahmad, “Praktik Gadai Pohon Cengkih di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang (Sebuah Kajian Perspektif Sosiologi Hukum Islam)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Lampiran 1
DAFTAR TERJEMAHAN
BAB I
Nomor
Foot Note Halaman Terjemahan
4 4 Rasulullah SAW melarang jual beli bakal
kurma dengan kurma.
14 11 …dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…
15 12
Seorang pedagang yang dapat dipercaya, jujur
dan muslim di akhirat akan bersama-sama
para syuhada.
20 15
Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu
tidak mendapatkan seorang penulis, maka
hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai
itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan
hendaklah dia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang
siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya
kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
21 15 Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang
telah dilakukannnya.
22 15
Agunan itu tidak boleh dihalangi dari
pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia
berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan wajib
menanggung kerugian (penyusutan)-nya.
BAB II
41 31 …dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…
42 31
Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia
dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak
dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di
Masy’arilharam dan berzikirlah kepada-Nya
sebagaimana Dia telah member petunjuk
kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-
benar termasuk orang yang tidak tahu.
44 32
Seorang pedagang yang dapat dipercaya, jujur
dan muslim di akhirat akan bersama-sama
para syuhada.
61 45
Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu
tidak mendapatkan seorang penulis, maka
hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai
itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan
hendaklah dia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang
siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya
kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
62 45 Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang
telah dilakukannnya.
63 45
Rasulullah SAW pernah membeli makanan
dari seorang Yahudi dengan cara
membayarnya di akhir, kemudian beliau
memberikan jaminan baju besi.
64 45
Agunan itu tidak boleh dihalangi dari
pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia
berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan wajib
menanggung kerugian (penyusutan)-nya.
71 50
Barang jaminan utang dapat ditunggangi dan
diperah, serta atas dasar menunggangi dan
memerah susunya wajib menafkahi.
75 52
Barang jaminan utang dapat ditunggangi dan
diperah, serta atas dasar menunggangi dan
memerah susunya wajib menafkahi.
81 57
Siapakah yang mau meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya, dan ia akan memperoleh pahala
yang banyak.
82 57
Tidak ada seorang muslim yang memberi
pinjaman kepada muslim yang lain dua kali
kecuali seperti sedekah satu kali.
84 59 Semua utang yang menarik manfaat maka ia
termasuk riba.
85 59
Rasulullah SAW berutang seekor unta,
kemudian beliau membayarnya dengan seekor
unta yang lebih baik daripada unta yang
diutangnya, dan beliau bersabda: “sebaik-baik
kamu sekalian adalah orang yang paling baik
dalam membayar utang”.
Lampiran 2
BIOGRAFI TOKOH
1. AS-SAYYID SABIQ
Beliau adalah ulama dan guru besar di Universita Al-Azhar Kairo, Mesir
pada tahun 1945. Semua pemikiran beliau selalu berpedoman pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah, sehingga beliau terkenal sebagai orang yang menentang kepada
orang-orang yang berkeyakinan bahwa pintu ijtihad the tertutup. Di antara karya
beliau yang terkenal yaitu: “Fiqh As-Sunnah dan Kitab Qa’idatul Fiqhiyyah”.
2. WAHBAH AZ-ZUHAILI
Beliau mempunyai nama lengkap Wahbah Mustafa Az-Zuhaili. Beliau
lahir di kota Dayn’atiyah bagian damaskus pada tahun 1932. .Mendapatkan
ijazah tertinggi pada peringkat pertama di Fakultas Syari’ah Universitas Al-
Azhar Kairo, Mesir pada tahun 1956, dan kemudian mendapatkan gelar diploma
Mazhab Asy-Syari’ah (MA) di Fakultas Hukum Universitas Al-Qahirah pada
tahun 1959 dan mendapatkan gelar Doktoral Hukum pada tahun 1963. Pada
tahun yang sama beliau dinobatkan sebagai dosen di delapan Universitas di
Damaskus. Di antara karya beliau adalah al-Wasit fi Ushul al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu dan Tafsir Al-Munir fi al-Aqilah wa Asy-Syari’ah wal Manhaj.
3. HASBI ASH-SHIDDIEQY
Nama lengkap beliau adalah Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqie,
lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara pada tanggal 10 Maret 1904 dan wafat pada
tanggal 9 Desember 1975. Beliau belajar di Pondok Pesantren di Sumatera Utara
selama 15 tahun kemudian melanjutkan studinya di Madrasah Aliyah al-Irsyad
Surabaya.
Beliau pernah memegang jabatan sebagai dosen di PTAIN Yogyakarta pada
tahun 1950. Kemudian pada tahun 1960-1970 beliau menjabat sebagai Dekan
Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan dikukuhkan menjadi
Guru Besar Ilmu Syari’ah pada tahun 1972. Beliau dianugerahi gelar Doktor
Honoris dari Universitas Islam Bandung tahun 1975 dan juga mendapatkan gelar
serupa dari IAIN Sunan Kalijaga pada tahun yang sama. Selain sebagai akademisi
beliau juga aktif menulis buku, di antaranya adalah Tafsir An-Nur, 2000 Mutiara
Hadis, Pokok-pokok Pedoman Zakat dan masih banyak yang lainnya.
4. AHMAD AZHAR BASYIR
Beliau lahir pada tanggal 25 Nopember 1928 dan merupakan alumnus
dari perguruan tinggi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1956.
Kemudian beliau memperdalam bahasa Arab di Universitas Baghdad pada tahun
1957-1958 dan memperoleh gelar Magister di Universitas Kairo Mesir dalam
bidang Dirasah Islamiyah pada tahun 1965. Beliau juga mengikuti pendidikan
purna sarjana filsafat di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1971-1972 yang
kemudian menjadi dosen luar biasa di UGM, UMY, UII dan IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Beliau juga berkarya dengan menulis buku yang di
antaranya adalah Falsafah Ibadah dalam Islam, Hukum Waris Islam, Asas-asas
Mu’amalah dan lain sebagainya.
5. SYAMSUL ANWAR
Syamsul Anwar lahir tahun 1956 di Midai, Natuna, Kepulauan Riau.
Pendidikan terakhir adalah S3 IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga tahun 2001,
Yogyakarta. Tahun 1989-1990 kuliah di Universitas Leiden dan tahun 1997 di
Hartford Seminary, Hartford, USA. Sehari-hari bekerja sebagai dosen tetap
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, sejak tahun 1983 hingga
sekarang dan tahun 2004 diangkat sebagai guru besar. Selain itu beliau juga
memberi kuliah pada sejumlah Perguruan Tinggi, seperti UMY, UMP, Program
S3 Ilmu Hukum UII, PPS IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, di samping PPS UIN
Sunan Kalijaga sendiri. Pernah menjabat Sekertaris Prodi Hukum Islam PPS
IAIN Sunan Kalijaga (1999), Dekan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga
(1999-2003). Sering mengikuti kegiatan seminar dan penelitian termasuk di
manca negara, antara lain tahun 2003 di Leiden disponsori oleh International
Institute for Asian Studies (IIAS) dan di Kairo 2007 dalam Program Visiting
Professor Award disponsori oleh UIN Sunan Kalijaga. Tentang kegiatan sosial,
pernah mengikuti Youth Religious Service di Spanyol tahun 1987, World
Religion Day di New York tahun 1997, dan sekarang aktif di Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan jabatan terakhir Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid periode
2000-2005 dan 2005-2010. Karya ilmiah antara lain adalah buku Islam, Negara
dan Hukum (terjemahan, 1993), Studi Hukum Islam Kontemporer (2006 dan
2007), serta artikel-artikel ilmiah tentang hukum islam di beberapa jurnal seperti
Islam Futura, Profetika, Mukaddimah, Al-Jami’ah, Islamic Law and Society
(Leiden) dan lain-lain.
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pertanyaan yang ditujukan kepada pemerintah setempat
1. Apakah pihak pemerintah dalam hal ini pemerintah Desa Nglorog mengetahui
tentang adanya praktik ngusum kopi?
2. Sudah berapa lama praktik ini berjalan di desa Nglorog?
3. Apakah para pihak yang melakukan akad melaporkan dan dicatat di dalam
agenda desa?
4. Apakah pernah ada sengketa yang kemudian diselesaikan dengan melibatkan
pemerintah desa?
5. Bagaimanakah pandangan pemerintah terhadap praktik ngusum kopi ?
B. Pertanyaan yang ditujukan kepada pihak pemilik lahan kopi
1. Apakah bapak/ibu/saudara/i mengetahui tentang sejarah ngusum kopi?
2. Apakah bapak/ibu/saudara/I mengetahui berapa lama praktik ngusum kopi
berlangsung?
3. Apakah yang mendasari bapak/ibu/saudara/i meminjam uang dengan
menawarkan lahan kopinya sebagai jaminan?
4. Berapa kalai bapak/ibu/saudara/i melakukan praktik ngusum kopi ini?
5. Bagaimana proses akad dilangsungkan?
6. Apakah bapak/ibu/saudara/i langsung bertemu dengan pihak yang akan
menerima lahan kopi?
7. Kapan bapak/ibu/saudara/i melakukan akad ngusum kopi ini?
8. Berapa jumlah uang yang bapak/ibu/saudara/i pinjam?
9. Berapa musim lahan pohon kopi diserahkan pemanfaatannya kepada penerima
gadai?
10. Bagaimana proses penghitungan atas lahan kopi yang akan menjadi objek
akad?
11. Pihak mana yang menentukan batas waktu pemanfaatan lahan kopi?
12. Apa yang akan bapak/ibu/saudara/i lakukan apabila tidak menemukan
kesepakatan dengan calon penerima lahan kopi ?
13. Apakah bapak/ibu/saudara/i sutuju dengan adanya praktik ngusum kopi ini?
14. Apakah bapak/ibu/saudara/i merasa diuntungkan dengan praktik ini?
15. Apakah akad yang dilakukan bapak/ibu/saudara/i dengan pihak penerima
lahan kopi dicatat dan ada saksi ketika disepakati?
C. Pertanyaa yang ditujukan kepada penerima lahan kopi
1. Apakah bapak/ibu/saudara/i mengetahui tentang sejarah ngusum kopi?
2. Apakah bapak/ibu/saudara/I mengetahui berapa lama praktik ngusum kopi
berlangsung?
16. Apakah yang mendasari bapak/ibu/saudara/i memberikan pinjaman uang
dengan lahan kopinya sebagai jaminan?
17. Berapa kalai bapak/ibu/saudara/i melakukan praktik ngusum kopi ini?
18. Bagaimana proses akad dilangsungkan?
19. Apakah bapak/ibu/saudara/i langsung bertemu dengan pihak yang akan
menerima lahan kopi?
20. Kapan bapak/ibu/saudara/i melakukan akad ngusum kopi ini?
21. Berapa jumlah uang yang bapak/ibu/saudara/i pinjamkan?
22. Berapa musim lahan pohon kopi diserahkan pemanfaatannya kepada
bapak/ibu/saudara/i?
23. Bagaimana proses penghitungan atas lahan kopi yang akan menjadi objek
akad?
24. Pihak mana yang menentukan batas waktu pemanfaatan lahan kopi?
25. Apa yang akan bapak/ibu/saudara/i lakukan apabila tidak menemukan
kesepakatan dengan calon penerima lahan kopi ?
26. Apakah bapak/ibu/saudara/i sutuju dengan adanya praktik ngusum kopi ini?
27. Apakah bapak/ibu/saudara/i merasa diuntungkan dengan praktik ini?
28. Apakah akad yang dilakukan bapak/ibu/saudara/i dengan pihak penerima
lahan kopi dicatat dan ada saksi ketika disepakati?
I
CURRICULUM VITAE
Nama : Muhammad Sa’li Rosid
NIM : 11380092
TTL : Temanggung, 13 November 1989
Alamat : Desa Nglorog Rt.03/05 Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung
Nama Orangtua
Bapak : Ismun
Ibu : Suyati
Alamat Rumah : Desa Nglorog Rt.03/05 Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung
Pendidikan :
1. TK Merdisiwi 2 Nglorog, Lulus Tahun 1996.
2. Sekolah Dasar Negeri Tuksongo 2, Desa Nglorog, Lulus Tahun 2002.
3. MTs Al-Abror, Lulus Tahun 2005.
4. PM Darussalam Gontor, Lulus Tahun 2009.
5. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Masuk
Tahun 2011.