tinjauan hukum islam terhadap praktik arisan...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK
ARISAN TEMBAK DI DESA KEBONAN
KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Silvia Zul Aidah
NIM : 33020150024
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Mulailah dari tempatmu berada.
Gunakan yang kau punya.
Lakukan yang kau bisa.
(Arthur Ashe)
vii
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kusembahkan kepada-Mu Ya Allah, Tuhan Yang Maha
Agung dan Maha Tinggi. Atas rahmat-Mu, penulis dapat menjadi pribadi yang
berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal untuk masa depan penulis dalam meraih cita-cita.
Skripsi ini dipersembahkan teruntuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak Sugiman dan Ibu Siti Zulaikah. Terima kasih atas
kasih sayang, doa, dukungan, dan pengorbanan yang telah engkau berikan
dengan tulus dan ikhlas.
2. Suami tercinta Fuad Hisyam Fadlirrahman yang senantiasa selalu mendoakan,
memberikan dukungan, dan pengorbanan, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Kakakku Muhammad Nur Cholis. Terima kasih atas segala motivasi dan
dukungan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamduilillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan
sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H),
Fakultas Syari‟ah, Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Penulis menyadari
bahwa terselesainya penulisan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si., selaku Ketua Program Studi Hukum
Ekonomi Syari‟ah
4. Ibu Luthfiana Zahrani, M.H., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dukungan untuk selalu
memberikan pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kepada Ibu Hjh Triyanti selaku kepala arisan yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan penelitian.
6. Kepada keluarga besar Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2015, teman-
teman KKN di Desa Mojosari Karanggede, serta teman-teman dekat yang
penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk
pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semuanya.
ix
x
ABSTRAK
Aidah.Silvia Zul 2019. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan
Tembak Di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Skripsi.
Fakultas Syari‟ah Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Luthfiana. Zahriani M.H
Kata Kunci: Arisan Tembak, Hukum Islam
Arisan adalah mengumpulkan uang atas barang yang bernilai sama oleh
beberapa orang, kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang
memperolehnya. Undian dilakukan secara berkala yang semua anggota pasti
memperolehnya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya praktik arisan dengan
sistem tembak, yang mana anggota yang menembak mendapatkan arisan lebih
sedikit dibanding anggota yang tidak meenembak. Sedangkan anggota yang
terakhir mendapatkan arisan utuh tanpa potongan. Seperti yang diketahui bahwa
hal tersebut dapat merugikan satu pihak, menguntungkan pihak lain, dan adanya
ketidakdadilan tetapi para anggota arisan tetap melaksanakannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui praktik arisan tembak di Desa Kebonan Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolai dan mengetahui tinjauaan Hukum Islam terhadap
praktik arisan tembak
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yaitu suatu penelitian yang dilakukan
terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud
dan tujuan untuk menemukan fakta, yang kemudian menuju pada identifikasi
yang pada akhirnya ke penyelesaian masalah. Penelitian ini menggunakan dua
sumber data, yaitu data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
yaitu ketua arisan dan anggota arisan, sedangkan data sekunder diperoleh dari
studi pustaka, makalah, jurnal, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan
permasalahan diatas.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan
bahwa : a). praktik arisan tembak di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali pada pengundian, arisan menggunakan sistem tembak dimana
pada pengundian kedua, setiap anggota menembak sejumlah uang dan yang
terbanyak akan mendapatkannya. Namun anggota yang mendapatkan arisan
menjadi berkurang karena adanya sistem tembak, dan anggota yang terakhir
mendapatkan arisan utuh tanpa diundi. b). menurut hukum Islam praktek arisan
tembak yang terjadi di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali sudah sesuai dengan syarat dan rukun akad, akan tetapi sistem yang
digunakan pada arisan ini tidak sesuai dengan prinsip muamallah karena terdapat
unsur riba qardh, gharar, maisir dan ketidakadilan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR BERLOGO ii
HALAMAN JUDUL iii
NOTA PEMBIMBING iv
PENGESAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Penegasan Istilah 5
F. Tinjauan Pustaka 6
G. Metode Penelitian 10
H. Sistematika Penulisan 15
xii
BAB II LANDASAN TEORI 16
A. Tinjauan umum tentang Arisan Menurut Hukum Islam 16
1. Pengertian Arisan dan Dasar Hukum Islam 16
2. Pendapat Yang Memperbolehkan Arisan 23
3. Pendapat Yang Mengharamkan Arisan 25
B. Akad (Perjanjian) Menurut Hukum Islam 30
1. Pengertian Akad (Perjanjian) 33
2. Rukun-rukun Akad (Perjanjian) 34
3. Syarat-syarat Akad (Perjanjian) 36
4. Macam-macam Akad (Perjanjian) 37
5. Tahapan Akad (Perjanjian) Menurut Jumhur 41
BAB III HASIL PENELITIAN 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 47
1. Kondisi Geografis Desa Kebonan 47
2. Jumlah Penduduk 48
3. Kondisi Ekonomi 49
4. Kondisi Sosial Keagamaan 50
5. Pemerintahan Umum Desa Kebonan 50
B. Latar belakang terjadinya Arisan Tembak 52
C. Praktik Arisan Tembak 53
D. Kendala dalam praktik Arisan Tembak 56
E. Peserta Arisan 57
xiii
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK
ARISAN TEMBAK DI DESA KEBONAN KECAMATAN
KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI
59
BAB V PENUTUP 68
A. Kesimpulan 68
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percaya akan kekuasaan Allah Swt merupakan nilai yang paling
penting dalam sejarah agama Islam. Allah menciptakan dan memberi
petunjuk, memerintahkan dan memelihara alam semesta, selain itu juga
menanamkan pengetahuan, membimbing, dan menolong manusia.
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dan berkodrat hidup dalam
masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan adanya
makhluk-makhluk lain untuk bersama-sama hidup dalam masyarakat.
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia
secara menyeluruh, meliputi, segala aspek kehidupannya yang mencakup
aspek-aspek ibadah, akhlak, kaidah, dan kehidupan bermsyarakat gina
menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani mapupun jasmani, baik
dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan di masyarakat.
Zaman telah berkembang pesat, dan dengan ini munculah
problematika dalam penentuan hukum tentang masalah-masalah baru, dan
dalam masyarakat pun harus bisa berpikir kritis dalam menghadapi
berbagai masalah yang berkaitan dengan tuntutan perkembangan zaman.
1
Dalam kehidupan masyarakat, Islam mengajarkan hendaklah kita
saling tolong-menolong dan kerjasama baik itu dengan suatu akad
(perjanjian) atau tidak, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah
ayat 2 :
هر الرام ول الدي ول القلئد لوا شعائر اللو ول الش ول يا أي ها الذين آمنوا ل تين الب يت ال م ورضواناآم رام ي بت غون فضل من رب ول يرمنكم وإذا حللتم فاصطادوا
وكم عن المسجد الرام أن ت عتدوا شنآن ق وم أن صد قوى ول وت عاونوا على الب والت ث والعدوان ت عاونوا عل إن اللو شديد العقاب وات قوا اللو ى ال
Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang
yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya”.
Praktik tolong menolong yang berkembang pada era sekarang
yakni arisan. Arisan saat ini telah menjadi suatu kegiatan penting yang
tidak dapat dipisahkan dari agenda rumah tangga. Arisan sering kali
menjadi ajang silaturahmi untuk menjalin persaudaraan antar masyarakat.
Pada umumnya arisan dilakukan atas dasar kebersamaan atau kesamaan
yang berguna untuk memperluas jaringan dan sosialisasi untuk lebih saling
mengenal atau akrab di antara anggota. Arisan juga menjadi sarana untuk
mencapai tujuan ekonomi.
2
Arisan adalah suatu metode kerjasama (tolong-menolong) yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat umumnya yaitu dengan
menggunakan akad. Arisan adalah mengumpulkan uang atas barang yang
bernilai sama oleh beberapa orang, kemudian diundi diantara mereka
untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilakukan secara
berkala yang semua anggota pasti memperolehnya.1
Arisan di Kebonan Karanggede yang dikepalai oleh seorang haji
adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu ekonomi anggota
serta salah satu cara untuk membuat anggota tetap berada dalam ikatan
kegiatan tersebut dengan cara “tembak”. Setiap anggota dari arisan itu
mempunyai dua peranan yakni kepala arisan (debitur) dan anggota
(kreditur). Hal yang menarik dalam arisan tersebut adalah anggota yang
menembak mendapatkan arisan lebih sedikit dibanding anggota yang tidak
menembak sedangkan anggota terakhir mendapatkan arisan utuh tanpa
potongan. Jadi penulis melakukan sebuah penelitian mengenai
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ARISAN
TEMBAK” DI DESA KEBONAN, KECAMATAN KARANGGEDE,
KABUPATEN BOYOLALI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang akan
diteliti oleh penulis dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana praktik arisan tembak di Desa Kebonan Karanggede ?
1 KBBI,https://kbbi.web.id/arisan(diakses pada 28 Juni 2019, pukul 18.30)
3
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik arisan tembak di
Desa Kebonan Karanggede ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui praktik arisan tembak di Desa Kebonan Karanggede
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik arisan
tembak di Desa Kebonan Karanggede.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai persoalan-persoalan
dalam praktik arisan tembak di Desa Kebonan Karanggede, sehingga
dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik dan dapat
dijadikan pedoman dan informasi yang positif bagi para pembaca yang
ingin memperdalam tentang hukum Islam.
2. Aspek Praktis
Untuk dijadikan pedoman baik di Desa Kebonan Karanggede
maupun masyarakat pada umumnya untuk bermuamalah secara islami
dan dijadikan tolak ukur bagi semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan arisan.
E. Penegasan Istilah
Sebelum penjelasan lebih mendalam, penulis ingin memaparkan makna
dari redaksi judul dalam skripsi ini, istilah tersebut ialah sebagai berikut :
4
1. Tinjauan hukum Islam
Definisi hukum menurut J.C.T Simorangkir S.H dan Woerjono
Sastropranoto S.H yaitu peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,
yang dibuat oleh badan hukum resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukuman tertentu. Sedangkan hukum Islam adalah
seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf, yang diakui dan diyakini
berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. 2
2. Praktik merupakan suatu tindakan yang domain utamanya adalah
sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Suatu sikap dapat terwujud menjadi suatu tindakan nyata dengan
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memnungkinkan
terjadinya suatu tindakan tersebut.3
3. Arisan adalah suatu metode kerjasama (tolong-menolong) yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat umumnya yaitu dengan
menggunakan akad. Arisan adalah mengumpulkan uang atas barang
yang bernilai sama oleh beberapa orang, kemudian diundi diantara
2 Dr. Mardani, Hukum Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm.164 3 Zain,” Pengertian Praktik”,
https://pengertiankomplit.blogspot.com/2018/04/pengertianpraktek(diakses pada 28 Juni 2019,
pukul 18.30)
5
mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian
dilakukan secara berkala yang semua anggota pasti memperolehnya.4
4. Arisan Tembak adalah mengumpulkan uang yang bernilai sama oleh
beberapa orang, kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan
siapa yang memperolehnya, tapi cara mendapatknnya tidak seperti
arisan pada umumnya yang menggunakan undian karena arisan ini
menggunakan sistem tawar-menawar dengan nominal uang yang
paling tinggi
F. Tinjauan Pustaka
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, penyusun berusaha
mencarai referensi yang relevan dengan topik yang diangkat baik dari
kitab-kitab, buku-buku maupun dari karya ilmiah atau skripsi. Penelitian
yang berhubungan dengan arisan telah di bahas oleh :
1. Mohammad Ro‟isun Ni‟am, IAIN Salatiga (2018) yang skripsinya
berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Arisan di
Ruma Arisan Mapan Salatiga” dalam penelitian tersebut di jelaskan
tentang mekanisme praktek arisan di RUMA Arisan Mapan
menggunakan akad perjanjian dimana pihak perusahaan dengan
perseorangan yang saling berinteraksi. Akad yang kedua yaitu akad
hutang piutang, dimana anggota mendapatkan undian lebih awal,
karena anggota tersebut berhutang kepada anggota lain yang belum
mendapatkan undian. Akad yang ketiga yaitu menggunakan akad multi
4 KBBI,https://kbbi.web.id/arisan(diakses pada 28 Juni 2019, pukul 18.30)
6
level marketing dalam sistem pemasarannya, dimana seorang ketua
setiap satu putaran dalam satu kelompok arisan mendapatkan bonus
dari pihak perusahaan. Ketua boleh mempunyai lebih dari satu
kelompok arisan, dan anggota arisan pun juga bisa membuat kelompok
dan menjadi ketua dalam kelompoknya. Semakin banyak kelompok
yang dikoordinir bonus seorang ketua semakin banyak.
Ditinjau dari hukum Islam, dalam mekanisme arisan Mapan ini
terdapat tambahan atau kenaikan harga barang. Arisan yang tidak di
ketahui oleh anggota maka transaksi tersebut mengandung unsur riba
dan mengandung unsur pengelabuhan dalam interaksi tersebut. Pada
prinsipnya arisan dengan akad ini ada unsur untuk mencari
keuntungan.5
2. Mukhklisatul Awaliyah, UIN Sunan Ampel (2015) dalam skripsinya
yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Arisan
Koperasi Mitra Dinoyo Dekat Lamongan”. Penelitian tersebut
membahas tentang praktek arisan dengan sistem simpan pinjam yang
beranggotakan lebih dari 1000 peserta Arisan dengan pembayaran Rp.
100.000,- per bulan dalam jangka waktu 30 bulan. Penarikan dilakukan
satu kali setiap bulan dan mengeluarkan 1 peserta dengan
mendapatkan Rp. 3.000.000,-. Sisa pembayaran Arisan dikelola oleh
koperasi Mikra Bahagia dalam bentuk penyaluran kredit kepada
masyarakat dalam bentuk muka sebesar 0,75% per bulan. Hasil
5 Mohammad. Ro‟isun Ni‟am, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Arisan di
Ruma Mapan Salatiga (Skripsi-IAIN Salatiga,2018)
7
penelitian mengemukakan bahwa praktek Arisan di koperasi Mitra
Bahagia tidak sesuai dengan hukum Islam ditinjau dari tiga aspek yaitu
: 1. Dalam pembayaran Arisan dikoperasi Mitra Bahagia terdapat
unsur ketidak adilan antara peserta yang mendapatkan penarikan
diawal, tengah, dan akhir. Jika peserta Arisan sudah mendapatkan
penarikan maka peserta sudah lepas dari kewajiban membayar sampai
jatuh tempo yang ditentukan, sedangkan peserta yang mendapatkan
Arisan di akhir periode tetap membayar seperti Arisan pada umumnya.
Meskipun mengandung unsur ketidak adilan tetapi mendatangkan
keuntungan bagi peserta koperasi. 2. Penarikan Arisan yang terjadi di
koperasi Mitra Bahagia terdapat unsur maysir (perjudian), riba, dan
ketidak adilan. 3. Perhitungan Arisan dikoperasi Mitra Bahagia tidak
sepenuhnya uang yang terkumpul diserahkan kepada peserta, terdapat
sisa dari pembayaran Arisan yang dana tersebut dikelola oleh koperasi
Mitra Bahagia untuk kegiatan investasi dalam bentuk penyaluran
kredit dengan imbalan bunga 0,75% per bulan. Jika sisa pembayaran
tersebut digunakan untuk investasi maka peserta yang mendapat
diakhir harusnya mendpatkan keuntungan yang lebih besar sehingga
tercermin keadilan ekonomi.6
3. Nur Kartika Sari, UIN Sunan Ampel (2015) dalam skripsinya yang
berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek Arisan bersyarat
(study kasus di perumahan gatoel RT.002/RW.003 Kelurahan
6 Mukhlisatul Awaliyah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan di Koperasi
Dinoyo Dekat Lamongan (Skripsi-UIN Sunan Ampel, 2015), 60-61.
8
Kranggan Kecamatan Prajurit kulon Mojokerto) penelitian tersebut
membahas tentang praktek Arisan bersyarat yaitu Arisan dengan
persyaratan bahwa anggota diwajibkan hutang serta persyaratan
pengembalian hutang yang dilebihkan. Hasil penelitian mengeukakan
bahwa praktek Arisan bersyarat yang terdapat di perumahan gatoel
RT.002/RW.003 Kelurahan Kranggan Kecamatan kulon Mojokerto
haram hukumnya karena tidak sesuai dengan syariat Islam, karena
adanya persyaratan yang tidak sesuai, yakni kewajiban hutang dan
penambahan pengembalian hutang yang disebut juga Riba.7
4. Dewi Atiqoh, IAIN Purwokerto ( 2014 ) dalam skripsinya “ Arisan
motor sistem gugur koperasi Serba Usaha asli cilacap dalam Tinjauan
Hukum Islam”. Menjelaskan bahwa masalah yang di tulis adalah
bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Arisan motor gugur dan
praktek arisan motor dalam sistem gugur. Terdapat kesimpulan bahwa
implekasi dari akad Arisan motor sistem gugur tersebut kurang
transparan dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip akad dalam Islam sehingga membuat akad Arisan ini tidak
sah.8
5. Moh. Ahaidin Noor, IAIN Sunan Ampel ( 2008 ) dalam skripsinya
yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam terhadap Arisan PIOW di pasar
baru Magetan”. Penelitian tersebut membahas tentang praktek Arisan
7 Nur Kartika Sari, Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek Arisan bersyarat (study
kasus di perumahan gatoel RT.002/RW.003 Kelurahan Kranggan Kecamatan Prajurit kulon
Mojokerto) (Skripsi-UIN Sunan Ampel, 2015), 60. 8 Dewi Atiqoh dalam skripsinya Arisan motor system gugur koperasi Serba Usaha asli
cilacap dalam Tinjauan Hukum Islam. Skripsi (Purwokerto: Stain Purwokerto, 2014), 62.
9
dengan sistem pemotongan berjenjang dalam waktu tertentu, yakni
peserta dapat menentukan sendiri kapan mendapat Arisan dalam waktu
tertentu. Hasil penelitian mengemukakan bahwa Arisan PIOW haram
hukumnya karena terdapat unsur riba dan adanya ketidak adilan antara
peserta dan pengelola mengenai bagian tidak sama.9
Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi persamaan dalam skripsi ini terletak dalam pembahasan pokok
yaitu mengenai arisan, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini
adalah pada objek masalah dan fokus masalah yaitu praktik arisan
tembak, dan tinjauan hukum Islam terhadap arisan tembak di Desa
Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang jelas dan efektif dalam menganalisa,
maka penyusun menggunakan sebuah penelitian sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yang bersifat deskriptif,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata
masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan
9 Moh. Ahaidin Noor dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap
Arisan PIOW di pasar baru Magetan. (Skripsi-IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2008), 69.
10
untuk menemukan fakta, yang kemudian menuju pada identifikasi
yang pada akhirnya menuju ke penyelesaian masalah. 10
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yaitu memaparkan dan menggambarkan keadaan fenomena
yang lebih jelas mengenai situasi yang terjadi, maka jenis penelitian ini
termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subyek dalam perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data di
lapangan dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi,
serta alat-alat bantu lain yang mendukung terlaksananya penelitian,
seeperti kamera dan alat perekam. 11
3. Lokasi Penelitan
Dalam penelitian yang penulis teliti adalah di Desa Kebonan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.
4. Sumber Data
Penulis menggunakan sumber data penelitian berupa :
10 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta, : Sinar Grafika, 2009) hlm. 176 11 Ibid., hlm. 176.
11
a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan
dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu di Desa Kebonan,
Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali tentang praktek
Arisan Tembak. Cara yang digunakan untuk memperoleh data ini
adalah dengan menggunakan tekhnik wawancara, serta pendapat
dari sumber informasi yaitu kepala arisan dan anggota arisan.
b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari
berbagai jenis bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang
bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung
penelitian ini adalah telah pustaka seperti buku-buku, dokumentasi,
informasi, jurnal atau hasil penelitian sebelumnya yang meneliti
hal serupa, data sekunder.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Data yang aka dicari dalam penelitian untuk kelengkapan skripsi
ini adalah :
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematika dan berlandaskan pada
tujuan penyelidikan. Wawancara yang akan penyusun lakukan
yaitu dengan melakukan tanya jawab kepada sesorang yang
mengikuti arisan secara lisan dimana dua orang atau lebih
12
berhadap-hadapan secara fisik denga nada kaitannya dengan
masalah arisan.12
b. Observasi
Yaitu suatu pengamatan yang sistematis dengan fenomena
yang sistematis dengan fenomena penyelidikan dengan alat
indera.13
Metode ini digunakan agar masalah pokok dapat dilihat
secara langsung pada pelaksaan arisab tembak tersebut.
c. Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen. Dalam openelitian ini, penulis mencari data dari buku,
catatan, foto, internet, kepustakaan ilmiah lainnya yang terkait
arisan tembak, sehingga dapat digunakan untuk menambahkan data
yang ada dalam peneliti.14
6. Analisa Data
Setelah data sudah diperoleh, dicermati validitas dan relevensinya
dengan objek kajian penelitian ini, maka data tersebut dapat dianalisis
dan diambil kesimpulannya yaitu berupa arisan yang umum
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan masyarakat
Indonesia.15
12 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta, : Sinar Grafika, 2009) hlm. 174 13
Chalid Narbuko dan Abu Nahmadi, Metodologi Penelitian, cet. ke-7, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 44. 14 Ibid., hlm. 175. 15 M.Hariwijaya, “Metodologi dan Penulisan Skripsi Tesis dan Desertasi untuk Ilmu
Sosial”, (Yogyakarta, : Elmatera, 2015) hlm.165
13
Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penulisan ini,
pertama adalah menjelaskan tentang praktik arisan tembak,
menetapkan permasalahan dan tujuan pembahasan, kemudian memilih
pengumpulan data, tekhnik pengumpulan data, instrumen penelitian
serta langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini untuk menarik kesimpulan dalam sebuah penelitian ini.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik pengecekan
keabsahan data yang menggunakan tekhnik triangulasi dengan sumber,
dan triangulasi dengan metode. Menurut Patton triangulasi dengan
sumber “berarti membandingkan dan mengecek kembali kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif”.16
Sedangakan triangulasi dengan metode
menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu :
a. Pengecekan kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data.
b. Pengecekan kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
Dengan Teknik triangulasi dengan sumber, peneliti
membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari masing-masing
sumber atau informan penelitian sebagai pembanding untuk mengecek
kebenaran informasi yang didapatkan. Selain itu peneleiti juga melakukan
16
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2008, hlm 330
14
pengecekan kepercayaan melalui teknik triangulasi dengan metode, yaitu
dengan melakukan pengecekan hasil penelitian dengan Teknik
pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi,
dokumentasi sehingga kepercayaan data itu valid.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian yang akan di peneliti akan menggunakan beberapa
tahapan yaitu :
a. Tahap sebelum lapangan yaitu menentukan topik sebelum
penelitian, mencari informasi mengenai praktik arisan tembak,
pembuatan proposal penelitian, ,menetapkan fokus penelitian dan
sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.17
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke
lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan, seperti
wawancara kepada informan, melakukan observasi dan
dokumentasi.18
c. Tahap analisis data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data
tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa
memberi arti pada objek yang akan diteliti.19
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul
dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka
17 Zainudin Ali, M.A. “Metode Penelitian Hukum” (Jakarta, : Sinar Grafika, 2009) hlm.176 18 Ibid., hlm. 176. 19 Ibid., hlm. 177.
15
yang akan dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah
ditentukan.20
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam sebuah
proses penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagi berikut :
Bab pertama latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab kedua kajian teori berisi dari beberapa sub bab, yaitu
mengenai pengertian dan dasar hukum Islam arisan, akad (perjanjian)
arisan.
Bab ketiga, hasil penelitian mengenai praktik arisan tembak di
Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
Bab keempat, pembahasan mengenai tinjauan hukum Islam
terhadap praktek Arisan Tembak di Desa Kebonan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali.
Bab kelima adalah penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
20 Ibid., hlm. 177.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Arisan menurut Hukum Islam
1. Pengertian Arisan dan Dasar Hukum Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Arisan adalah kegiatan
mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang
kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang
memperolehnya. 21
Dalam bahasa Arab, al-Khotslan menyebut arisan dengan istilah
Jam‟iyyah muwaddofin ( ظفين و جمعية الم ). Jam‟iyyah sendiri bermakna
perkumpulan atau asosiasi. Muwaddhofin bermakna para karyawan.22
Makna perkumpulan para karyawan di Arab telah memiliki istilah khusus
yang sepadan dengan fakta arisan di Indonesia.
Istilah lain dalam bahasa Arab menyebut arisan adalah Al-Qordhu At-
Ta‟awuni ( ( عاض القر ون الت , Al-Qordhu Al-Jama‟i ( القرض الما عي ), Al-
Jam‟iyyah At-Ta‟awuniyyah ( عاونية -Al ,( المعة ) Al-Jumu‟ah ,( المعية الت
21 Poerwadarminta, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta:PN Balai Pustakaa,
1976),hlm.57 22 M. Rohma Rozikin, “Hukum Arisan dalam Islam”, (Malang : UB Press, 2018), hlm. 2
17
Hakabah ( الكبة ), dan Al-Jam‟iyyah Asy-Syahriyyah ( هرية .( المعية الش
Dalam Bahasa Inggris disebut dengan istilah rotating savings and credit
association (ROSCA) dan a regular social gathering.23
Menurut Al-Jibrin, ada tiga macam arisan :
a. Anggota boleh mengundurkan diri sebelum periode atau siklus
arisan berakhir selama dia belum mendapatkan arisan.
b. Anggota disyaratkan harus menyelesaikan arisan sampai habis
satu siklus.
c. Anggota disyaratkan harus menyelesaikan arisan sampai dua
siklus atau lebih sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada
siklus kedua, urutan yang dapat arisan dibalik dari siklus
pertama. Maksudnya, anggota yang mendapatkan arisan pada
giliran pertama pada siklus pertama, harus mendapatkan arisan
pada giliran yang terakhir pada siklus kedua.
Mengenai hukum arisan, mayoritas para ulama berpendapat arisan
adalah mubah atau boleh. Ini adalah pendapat Ar-Rozi Asy-Syafi‟i
dikalangan ulama terdahulu, Abdul Aziz bin Baz, Muhammad bin Al-
„Utsaimin, Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin, dan fatwa Hai-ah Kibar
Al-Ulama di Saudia Arabia keputusan no. 164 tanggal 26/2/1410 H.
Sebagian ulama berpendapat arisan hukumnya haram.24
Diantara yang
berpendapat seperti ini adalah Sholih Al-Fauzan, Abdul Aziz bin Abdullah
23 Ibid., hlm. 2. 24 Ibid., hlm. 5.
18
Alu Asy- Syaikh, dan Abdurrahman Al-Barrokh, Prof di fakultas
Ushuludin Ar-Riyadh.
Menurut Al-Khotslan sebab ikhtilaf-nya terletak pada penilaian
apakah sistem arisan itu termasuk qordhun jarro naf‟an (akad utang
piutang yang menyeret keuntungan) ataukah tidak.25
Yang berpendapat
arisan termasuk qordhun jarro na‟fan menghukuminya haram. Yang
berpendapat arisan tidak termasuk hal tersebut maka memubahkannya. Al-
Jibrin memberi contoh praktis analisis ikhtilaf ini pada kasus arisan tipe
kedua dan tipe ketiga.
Tipe arisan yang kedua, yakni arisan yang mensyaratkan anggota
tidak boleh mundur sebelum satu siklus berakhir bermakna seolah-seolah
masing-masing anggota arisan berkata, “ saya tidak akan mengutangi fulan
kecuali dengan syarat fulan juga mengutangi saya”. Penjelasan hukumnya
adalah sebagian fuqoha‟ mengharamkan syarat karena qardh yang jarro
manfaatan (menyeret keuntungan) sementara yang dinikmati adalah
muqridh atau selain muqridh (selama bukan muqtaridh) hukumnya haram.
Sebagian lagi berpendapat qordh haram jika manfaatnya dinikmati
muqridh. Pendapat yang mengharamkan tipe kedua arisan ini pada
hakikatnya meng-qiaskan pada haramnya arisan.26
Untuk tipe ketiga, arisan yang mensyaratkan anggota tidak boleh
mundur sebelum dua atau lebih siklus berakhir, hakikaatnya muqridh
25 Ibid., hlm.5. 26 Ibid., hlm.6.
19
mensyaratkan pada muqtaridh untuk mengutanginya pada siklus kedua
ketiga dan seterusnya. Sebagian ulama mengharamkan syarat ini yakni
ketika muqridh bersedia mengutangi tetapi dengan syarat muqtaridh
membalas dengan mengutanginya dimasa yang akan datang.
Dalam muamallah mengandung unsur ta‟awun „alal birri
wattaqwa. Maksudnya, sebuah anjuran di dalam Islam untuk melakukan
sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan menanamkan sikap
ketaqwaannya terhadap Allah Swt. Ibnu Qoyyim berkata :
فعة الت تر إلى ال رباف القرض، ىي الت تص المقرض كسكن دار والمن المقتض وركوب دوابو ، واستعمالو ، وق ب ول ىدي تو . فإنو ل مصلحة لو ف ذ
فعة مش ن هما ، وها مت عاونان لك ، جحل ف ىذ ه المسا ئل فإن المن تكة ب ي عا ها ، فهي من جنس الت والمشاركة ونعلي
Artinya : “Manfaat yang menyeret pada riba dalam utang piutan
adalah yang khusus dinikmati oleh orang yang mengutangi, seperti
menempati rumah orang yang menggunakannya, atau menerima
hadiahnya. Karena tidak ada kemaslahatan baginya dalam hal tersebut.
Berbeda dengan kasus-kasus ini yang manfaatnya dinikmati oleh
keduanya, dan keduanya saling menolong. Ini adalah jenis ta‟awun dan
musyarokah (kerja sama)”.
Arisan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengumpulkan
uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang tersebut
terkumpul. Penentuan siapa yang akan memperoleh uang arisan, biasanya
dilakukan dengan pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang
menentukan dengan perjanjian. 27
27
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustakaa, 1976),
hlm.57
20
Undian menurut pandangan Islam, di dalam Ensiklopedia
Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh Hasan, disebutkan bahwa lotere
(Belanda Loteri sama dengan undian berhadiah sama dengan nasib,
peruntungan). Undian berhadiah barang atau uang atas dasar syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Menang atau kalah secara
bergantung kepada nasib. Penyelenggaraannya bisa oleh perorangan,
lembaga atau badan, baik resmi maupun swasta menurut peraturan
pemerintah. Undian ini biasanya diadakan bertujuan untuk mengumpulkan
dana atau propaganda peningkatan pemasaran barang dagangan.28
Lottery (Inggris) berarti undian yang pada hakikatnya mempunyai
pengertian yang sama. Tetapi pengertian yang berkembang dalam
masyarat sangat berbeda. Lotere dipandang sebagai judi, sedangkan
undian tidak. Judi (Maisir) adalah permainan yang mengandung unsur
taruhan, dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung atau
berhadap-hadapan dalam suatu majelis. Ada dua hal penting yang perlu
diperhatikan, yaitu taruhan dan berhadap-hadapan. Orang yang bertaruh
pasti menghadapi salah satu dari dua kemungkinan yaitu menang atau
kalah. Jadi sifatnya untung-untungan, mengadu nasib.29
28 Kutbuddin Aibak, “Kajian Fiqih Kontemporer” (Yogyakarta, : KALIMEDIA, 2017) hlm.202 29 Ibid., hlm. 202.
21
Semua taruhan dengan cara mengadu nasib, yang sifatnya untung-
untungan dilarang keras oleh agama, sebagaimana firman Allah Swt dalam
QS. Al-Maidah (5) : 90. 30
يطان ا المر والميسر والنصاب والزلم رجس من عمل الش فاجتنبوه يا أي ها الذين آمنوا إن لعلكم ت فلحون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan”.
Bentuk kegiatan, selama ada campur tangan setan, pasti membawa
kebinasaan baik yang menang maupun yang kalah. Orang yang kalah jatuh
melarat dan orang yang menang di musuhi dan di benci. Yusuf Qardhawi
dalam kitabnya Al-halal wa al haram menyebutkan.31
لل عب فيو من ربح اوخسا رة يلو ل وىوما ر حرم كل لعب يا لطو قما
Artinya : “Setiap permainan yang dicampuri judi (taruhan) adalah
haram, yaitu setiap permainan yang tidak sunyi (lepas) dari untung atau
rugi (untung-untungan).
Berdasarkan ayat diatas, menjelaskan bahwa judi termasuk
perbuatan keji dan menjadi tugas utama syaitan untuk menyebarkan
kekejian dikalangan umat manusia. Apapun bentuk kegiatan, selama ada
campur tangan syaitan, pasti akan membawa kebinasaan, baik bagi yang
menang ataupun bagi yang kalah. Orang yang kalah jatuh melarat dan
30
Al-Maidah (5): 90. 31
Ibid., hlm. 204.
22
orang yang menang dimusuhi dan dibenci. Semua pihak yang menang dan
yang kalah hanyut di bawah arus sebagaimana ditegaskan dalam ayat
berikut :32
نكم العداوة والب غضاء ف المر والميسر ويصدكم يطان أن يوقع ب ي ا يريد الش إن ف هل أن تم منت هون عن ذكر اللو وعن الصلة
Artinya : Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran
(meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).
Dari definisi itu dapat dipahami bahwa judi itu taruhan yang tidak
terlepas dari untung dan rugi. Bahaya pun sudah bisa dipahami dengan
jelas sebagaimana telah difirmankan Allah Swt dalam surat Al-Maidah
ayat 91 diatas.
Dalam arisan, yang dikumpulkan bisa berupa uang atau barang
tergantung kelompok asosiasinya. Jadi, arisan tidak hanya berkaitan
dengan uang saja. Dan jikalau barang atau uang tersebut telah terkumpul
sebagaimana yang telah dikehendaki, maka akan dilaksanakan undian.
Setiap undian mengeluarkan satu peserta dan yang keluar namanya itulah
yang akan mendapatan arisan. Dan hal ini akan berjalan terus, sampi
seluruh anggota mendapatkan undian arisan. Anggota yang mendapat
undian awal bukan berarti akan berhenti melakukan pembayaran arisan,
melainkan akan membayar arisan sebanyak jumlah anggota dalam
kelompok arisan sendiri.
32 Al-Maidah (5):91
23
Arisan pada umumnya dilakukan secara berkelompok dengan
mengumpulkan uang dalam jumlah yang sama setiap periodenya,
kemudian dilakukan pengundian atau kocokan untuk menentukan
pemenangnya. Bagi anggota yang namanya keluar dari kocokan, maka
dialah pemenangnya yang berhak mendapatkan uang yang telah terkumpul
dari semua anggota. Anggota yang telah keluar namnaya tidak dapat lagi
menjadi pemenang, kecuali mengikuti arisan tersebut lebih dari satu. Ini
adalah system arisan biasa.
2. Pendapat Yang Memperbolehkan Arisan
Arisan adalah muamallah yang dibolehkan berdasarkan nash
tentang iqrodh (mengutangi) yang mengandung unsur irfaq
(membantu) pada muqtaridh. Muqtaridh pada arisan berutang harta
untuk dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu kemudian
dikembalikan tanpa penambahan atau pengurangan. Jadi, ini adalah
fakta qordh (akad utang piutang).
Nash-nash menunjukkan qardh disyariatkan pada para ulama
bersepakat membolehkannya. Iqradh pada arisan sama dengan qardh
mu‟tad (akad utang piutang biasa) dari sisi iqradh, iqtiradh dan intifa‟.
Perbedannya dengan qardh mu‟tad hanya terletak pada jumlah orang
yang terlibat pada arisan lebih dari satu. Keterlibatan banyak orang
tidak mengeluarkan arisan dari hakikat qardh.33
33 M. Rohma Rozikin, “Hukum Arisan dalam Islam”, (Malang : UB Press, 2018), hlm. 10
24
Manfaat yang didapatkan muqridh dalam arisan tidak megurangi
sedikit pun harta muqtaridh. Di sisi yang lain, muqtaridh juga
mendapatkan manfaat yang setara dengan yang didapatkan muqtaridh
atau mendekatinya. Jadi, ini justru menjadi maslahat bagi seluruh
muqtaridh, tidak ada dhohor, dan tidak ada penambahan dan
pengurangan yang merugikan muqtaridh. Syara‟ tidak pernah
mengharamkan maslahat yang tidak mengandung dhoror, malah
mensyariatkannya. Bahkan syariat semuanya dibangun atas dasar
jalbul masholih wa dar-ul mafasid.34
Ibnu Taimiyyah berkata :
فع بأمن خطر الطريق ف ن قل دراهو إلى والصحيح الواز ، لن المقتض رأى الن الب لد و أمن خطر الطريق ، ذلك الب لد الب لد وقد ان ت فع المقتض أ يضا بالوفاء ف ذ لك
ه ا ي ن فعهم ويصلحهم وإن ا ي ن هى عم ا فكل ها منتفع بذا القتاض والثا رع ل ي ن ى عم يضرىم.
Artinya :Yang benar adalah boleh, karena yang berutang melihat
manfaat keamanan dari bahaya jalan pada saat memindahkan dirham-
dirhamnya ke negeri tersebut. Orang yang berutang juga mengambil
manfaat dengan melunasi di negeri tersebut, dan mengamankan
bahaya jalan. Jadi, keduanya mengambil manfaat dengan utang-
piutang ini, sementara syariat tidak melarang sesuatu yang memberi
manfaat dan maslahat kepada mereka, tetapi hanya melarang yang
membahayakan mereka.
3. Pendapat yang Mengaharamkan Arisan
Setoran uang pada arisan maknanya adalah qardh yang
mensyaratkan qardh pada pihak lain dan ini termasuk qardh jarro
naf‟an. Qardh pada sistem ini menyeret manfa‟ah. Masing-masing
34 Ibid.,hlm. 12.
25
pihak yang terlibat pada sistem arisan memberi utang dengan syarat
mendapatkan utang dari pihak lain dan ini adalah manfa‟ah. Jadi, ini
termasuk qordhum jarro naf‟an, sementara kullu qordhin jarro naf‟an
(setiap utang yang menyeret pada manfaat) adalah riba.35
Di antara
dalil yang menunjukkan keharaman qardh yang menyeret manfa‟ah
adalah riwayat berikut ini :
شنا حفص بن حزة ، أن بأ سوار بن مصعب ، عن عما رة المدان قال : حدفعة ف هو ربا( عت عقول : قال رسول الله صلى الله عليو وسلم : )كل ق رض جر من س
Artinya : Hafsh bin Hamzah memeberi tahu kami Sauwwar bin
Mush‟ab memberitahu kami dari Umarah Al-Hamdani beliau berkata
“ aku mendengar Ali ra berkata : “ aku mendengar Rasulullah saw”
bersabda :‟ setiap utang yang menyeret pada manfaat itu adalah riba.
Riba, yaitu adanya penambahan transaksi tanpa adanya
pengembalian yang seimbang.36
Pengambilan tambahan baik dalam
transaksi jual beli maupun utang piutang yang dilakukan secara batil
atau bertentangan dengan ajaran islam itu dosa besar. Sehingga setiap
aktivitas muamalah dilarang mengandung unsur riba dikarenakan
dapat memunculkan problematika didalam kehidupan masyarakat dan
secara tegas telah disebutkan dal Al-Qur‟an dan Hadits yaitu :
a. Q.S Al-Imran ayat 130
اللو لعلكم ت فلحون وات قوا وا ل تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة يا أي ها الذين آمن
35 Ibid.,hlm.13. 36 Hendi Suhendi, “Fiqh Muamalah” (Jakarta:PT Raja Garapindo Persada,2010),hlm.57
26
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan.”37
b. Hadits Abdullah Ibnu Mas‟ud
عن ابن مسعود قال : لعن رسول الله صلى الله عليو وسلم أكل الربا وموكلو وشاىده وكاتبو.
Artinya : Dari Ibnu Mas‟ud ia berkata : Rasulullah SAW
mengutuk orang yang memakan riba, orang yang mewakilnya, saksinya, dan orang yang menulisnya. (HR. ATirmidzi)
c. Hadits Abu Hurairah
وعن أب ىري رة رضي الله عنو قال : قال رسول الله صلى الله عليو وسلم : الذ ىب وزنا بوزن مشل بشل ، والفضة بالفضة وزنابوزن مشل بشل ، ىب بالذ
فمن زادأواست زاد ف هو ربا.
Artinya : Dari Abi Hurairah r.a ia berkata : Rasulullah SAW telah
bersabda : emas dengan emas dengan timbangan yang sama dan
jumlah yang sama. Dan perak dengan perak dengan timbangan yang
sama dan jumlah yang sama. Barang siapa yang menambah atau meminta tambah, maka itu adalah riba. (HR. Muslim).
Dari hadits-hadits yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami
bahwa riba jelas dilarang oleh agama Islam. Bahkan dalam hadis yang
kedua, bukan hanya orang yang memakannya saja yang dilaknat,
melainkan juga setiap orang yang terlibat dalam transaksi riba itu
semuanya dilaknat, dan laknat tersebut menunjukkan bahwa
perbuatannya dilarang oleh agama.
37 Al-Imran (3): 130
27
Adapun macam riba menurut jumhur ulama, yaitu :
a) Riba fadhal, yaitu tambahan yang disyaratkan dalam tukar
menukar barang yang sejenis (jual beli barter) tanpa adanya
imbalan untuk tambahan tersebut.38
b) Riba Al-Yad, yaitu jual beli atau tukar menukar dengan cara
mengakhirkan penerimaan kedua barang yang ditukarkan atau
salah satunya tanpa menyebutkan masanya. Yakni terjadinya jual
beli atau tukar menukar dua barang yang berbeda jenis, seperti
gandum dengan jagung, tanpa dilakukan penyerahan di majelis
akad.39
c) Riba nasi‟ah, yaitu tambahan yang disebutkan dalam perjanjian
penukaran barang sebagai imbalan atas ditundanya pembayaran.40
d) Riba Qardhin, yaitu riba yang dihasilkan oleh tambahan untuk
pengembalian atas pokok pinjaman yang disyaratkan didepan oleh
pemberi pinjaman kepada pihak debitur.41
e) Riba dain, yaitu jenis riba yang disebabkan karena utang yang
dibayarkan lebih tinggi daripada pokok utang.42
Adapun sebab dilarangnya riba adalah dikarenakan riba
menimbulkan kemudaratan yang besar bagi umat manusia. Kemudaratan
tersebut antara lain :43
38 Ibid.,hlm.264. 39 Ibid.,hlm.266. 40 Ibid.,hlm269. 41 Abughazi, ” Macam-macam riba”, diakses dari www.sharinvest.com/macam-macam-
riba-dan-contohnya , pada tanggal 12 pukul 18.30 42 Abughazi, ” Macam-macam riba”, diakses dari www.sharinvest.com/macam-macam-
riba-dan-contohnya , pada tanggal 12 pukul 18.30
28
1. Riba menyebabkan permusuhan antara individu yang satu dengan
yang lain, dan menghilangkan jiwa tolong-menolong diantara
mereka. Padahal semua agama terutama Islam sangat mendorong
sikap tolong-menolong dan mementingkan orang lain, serta
melawan sifat mementingkan diri sendiri dan mengeksploitasi
orang lain.
2. Riba mendorong terbentuknya kelas elit yang tanpa kerja keras
mereka mendapat harta, seperti benalu yang setiap saat mengisap
orang lain. Padahal Islam sangat mengagungkan kerja dan
menghormati orang-orang yang bekerja, serta menjadikan kerja
sebagai salah satu bentuk usaha yang utama.
3. Riba merupakan wasilah atau perantara terjadinya penjajahan
dibidang ekonomi, dimana orang-orang kaya mengisap dan
menindas orang-orang miskin.
4. Dalam hal ini, Islam mendorong umatnya agar mau memberikan
pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan dengan model
“Qardhul Hasan” atau pinjaman tanpa bunga.
Pandangan hukum riba ada dua kelompok yaitu :
a. Kelompok pertama : mengharamkan riba yang berlipat ganda,
karena yang diharamkan Al-Qur‟an adalah riba yang berlipat
ganda. Yakni riba nasi‟ah.
43 Drs, Ahmad Muslih Wardi, “ Fiqh Muamalat” (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010),hlm. 263
29
b. Kelompok kedua: mengharamkan riba, baik yang besar maupun
yang kecil. Riba dilarang oleh Islam, baik besar ataupun kecil,
beripat ganda ataupun tidak.44
Dalam arisan ada manfa‟ah yang dinikmati muqridh, sehingga ini
termasuk dalam larangan hadits Nabi saw tentang bai‟wa salaf, juga
karena mensyaratkan akad di atas akad. Prinsip ini diterangkan Ibnu
Qudamah dalam Al-Buhuti :
فضائو إلى ف وات )فإن شرط( المقتض )الوفاء أن قص ما اق ت رض( ل يز ، لره أو ي قرضو ل يز( ذلك ، المماشلة )أو شرط أحدها عل عو أو ي ؤج ى الخر أن يبي
عة المنهي عنو عت ين ف ب ي لنو كب ي
Artinya : Jika orang yang berutang mensyaratkan pembayaran
lebih sedikit dari yang ia pinjam, maka tidak boleh. Karena itu
mengakibatkan hilangnya kesepadanan, atau mensyaratkan satu
diantara yang lain untuk menjualnya atau menyewanya, atau
mengutanginya, maka ini tidak boleh. Sebab, itu seperti dua akad jual
beli dalam satu jual beli yang dilarang.
Arisan bisa menimbulkan „adawah (permusuhan), baghdho‟
(kebencian), pertengkaran, kezaliman (karena ada anggota yang
sengaja menunda-nunda pembayaran), dan ihtiyal (mengakali).
Kadang orang berdusta bahwa dia tidak punya uang pada saat ditagih
kreditornya, padahal dia “titipkan” uangnya pada kelompok arisan.
Selain itu ada beberapa hal yang harus dihindari dalam melakukan
transaksi muamalah, yaitu sebagai berikut :
44 Ilfi Diana, ” Hadits-hadits Ekonomi”, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 142
30
a. Maisir adalah memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras.
Maisir juga sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktek
perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara yang
mudah. Perjudian adalah suatu permainan yang menempatkan salah
satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain akibat permainan
tersebut. Allah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang mengandung unsur maisir (perjudian) dalam
Q.S Al-Maidah ayat 90 yaitu : 45
يطان يا أي ها الذين آمنو ا المر والميسر والنصاب والزلم رجس من عمل الش ا إن
فاجتنبوه لعلكم ت فلحون Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminun
khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.
b. Gharar adalah ketidakpastian atau ketidakjelasan. Unsur ini juga
dilarang oleh agama Islam. Dari beberapa definisi gharar, dapat
disimpulkan bahwa gharar adalah hal jual beli atau transaksi yang
didalamnya terdapat unsur ketidakjelasan atau ketidakpastian,
sehingga dari adanya unsur tersebut mengakibatkan adanya ketidak
relaan dalam bertransaksi. Dalam Al-Qur‟an tidak ada yang
45 Al-Maidah (5):90
31
menjelaskan khusus tentang gharar tetapi secara umum dapat
dimasukkan dalam Q.S Al-Baqarah (2):188 .46
ام نكم بالباطل وتدلوا با إلى الك لتأكلوا فريقا من أموال الناس ول تأكلوا أموالكم ب ي ث وأن تم ت علمون بال
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Dalam arisan ada unsur qur‟ah (undian) dan ada unsur pemindahan
hak. Pemindahannya tidak syar‟i karena tidak melewati cara-cara
yang halal dalam Islam seperti waris, jual beli, shadaqah, hadiah,
upah, pinjaman, ghanimah, atau hibah. Jadi, arisan mengandung unsur
judi.
B. Akad (Perjanjian) menurut Hukum Islam
a. Pengertian Akad (Perjanjian)
Para ahli hukum Islam (Jumhur Ulama) memberikan definisi akad
sebagai pertalian antara ijab dan qobul yang dibenarkan oleh syara‟
yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.47
Akad secara
bahasa adalah ikatan, mengikat. Maksutnya adalah menghimpun atau
mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya pada yang
46 Al-Baqarah (2): 188 47 Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Bandung:Fokusmedia,
2008) hlm.52
32
lain hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang
menyatu.48
Kata Al-„aqdu terdapat dalam QS. Al-Maidah (5):1 yaitu :49
ر أي ها الذين آمنوا أوفوا بالعقود يا لى عليكم غي أحلت لكم بيمة الن عام إل ما ي ت يد وأن تم حرم لي الص إن اللو يكم ما يريد م
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.
1. Rukun-rukun Akad
Rukun akad yang dimaksud adalah unsur yang harus ada dan
merupakan ensansi dalam setiap kontrak.50
Jika salah satu rukun tidak ada,
menurut hukum Islam tidak pernah ada. Sedangkan syarat adalah suatu
sifat yang mesti ada pada setiap rukun, tetapi bukan merupakan esensi
akad.51
Menurut mayoritas ulama, rukun akad terdiri atas tiga unsur :
1. Shighat al-„aqd (pernyataan ijab dan qabul). Pengertian ijab adalah
permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad
sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Sedangkan
qabul adalah perkataan yang keluar dari pihak yang lain, yang
48 Ibid., hlm.51. 49 Al-Maidah (5): 1 50 M.Hasanuddin dan Oni Sahroni, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
2016), hlm.25 51 Ibid., hlm.25.
33
diucapkan setelah adanya ijab.52
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam Sighat al-„aqd ialah :
a. Sighat al-aqd harus jelas pengertiannya maka kata-kata dalam ijab
qabul harus jelas dan tidak menimbulkan banyak pengertian.
b. Antara ijab dan qabul harus bersesuaian, maka tidak boleh antara
pihak berijab dan menerima berbeda lafadh, sehingga dapat
menimbulkan persengketaan.
c. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang
bersangkutan tanpa adanya unsur paksaan atau ancaman dari pihak
lain.
2. Aqidan (dua pihak yang saling berakad) yaitu orang yang berakad
(bersepakat). Pihak yang melakukan akad ini dapat terdiri dua orang
atau lebih. Pihak yang berakad dalam transaksi jual beli dipasar
biasanya terdiri dari dua orang yaitu pihak penjual dan pembeli. Dalam
hal warisan, misalnya ahli waris bersepakat untuk memberikan sesuatu
kepada pihak lain, maka pihak yang diberi tersebut boleh jadi terdiri
dari beberapa orang.53
3. Ma‟qud „alaih (objek kontrak) adalah benda-benda yang diakadkan,
seperti benda-benda yang ada pada transaksi jual beli, dalam akad
hibah, dalam akad gadai dan bentuk akad-akad lainnya.54
4. Maudhu‟ al-aqd yaitu tujuan pokok dalam melakukan akad. Seseorang
ketika melakukan akad, biasanya mempunyai tujuan yang berbeda-
52 Qomarul Huda, “Fiqih Muamalah”, (Yogyakarta: Teras), 2011, hlm.28 53 Ibid., hlm.29. 54 Ibid., hlm.28.
34
beda. Karena itu, berbeda dalam bentuk akadnya, maka berbeda pula
tujuannya. Dalam akad jual beli, tujuan pokoknya adalah memindah
barang dari pihak penjual ke pihak pembeli dengan disertai barangnya
(berupa uang atau barang).55
2. Syarat-syarat Akad
Setiap pembentuk akad mempunyai syarat yang ditentukan syara‟ yang
wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya akad ada dua macam :56
a. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib
sempurna wujudnya dalam berbagai akad.
b. Syarat-syarat yang berdifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya
wajib ada dalam bagian akad, syarat khusus ini juga disebut sebagai
idhafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum,
seperti syarat-syarat adanya saksi dalam pernikahan.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam
akad :
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad
orang tidak cakap (orang gila), orang yang berada dibawah
pengampuan (mahjur karena boros dan lainnya) akadnya tidak sah.
b. Dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diijinkan oleh syara‟, dilakukan oleh orang yang mempunyai
hak melakukannya, walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang.
d. Akad bukan jenis akad yang dilarang, seperti jual beli mulamasah.
55 Ibid., hlm.28. 56 Ibid., hlm.32.
35
e. Akad dapat memberikan faedah, maka tidaklah sah apabila akad rahn
di anggap sebagai amanah.
f. Ijab harus berjalan terus, makai jab tidak sah apabila ijab terebut di
cabut sebelum adanya qabul.
g. Ijab dan qabul harus bersambung, jika seseorang mlakukan ijab dan
berpisah sebelum terjadinya qabul, makai ijab yang demikian dianggap
tidak sah (batal).
3. Macam-macam Akad
Adapun yang termasuk macam-macam akad adalah :57
a. Aqad Munjiz yaitu akad yang dilakukan langsung pada saat
selesainya akad. Pernyataan akad yang diikuti dengan pelaksanaan
akad adalah pernyataan yang tidak disertai dengan syarat-syarat
dan tidak pula ditentukan waktu pelaksanaan setelah adanya akad.
b. Aqad mu‟alaq yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad, seperti yang
ditentukan dalam penyerahan barang-barang yang diakadkan
setelah adanya pembayaran.
c. Aqad Mudhaf yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat
syarat-syarat mengenai penanggungan pelaksanaan akad,
pernyataan yang pelaksanaannya ditangguhkan dengan waktu yang
ditentukan, perkataan tersebut sah dilakukan pada waktu akad,
57 Ibid, hlm.33
36
tetapi belum memiliki akibat hukum sebelum tibanya waktu yang
telah ditentukan.
Perwujudan akad tampak nyata dalam dua keadaan, yaitu :58
a. Dalam keadaaan muwadha‟ah (taljih), yaitu kesepakatan dua orang secara
rahasia untuk mengumumkan apa yang tidak sebenarnya, dalam hal ini ada
3 bentuk :
a) Bersepakat secara rahasia sebelum melakukan akad, bahwa mereka
berdua akan melakukan jual beli atau yang lainnya secara lahiriyah
saja, untuk menimbulkan sangkaan dari orang lain bahwa benda
tersebut dijual, seperti menjual harta untuk menghindari penguasa
yang dzolim atau menjual harta untuk menghindari hutang hal ini
disebut mu‟tawadhah.
b) Mu‟awadhah terhadap benda yang digunakan untuk akad, seperti
dua orang bersepakat menyebutkan mahar dalam jumlah yang
besar di hadapan naib, wali, pengantin laki-laki, dan wali pengantin
wanita sepakat menyebut dalam jumlah yang besar, sedangkan
mereka sebenarnya telah sepakat dalam jumlah yang lebih kecil
dari jumlah yang disebutkan dihadapan naib, hal ini disebut juga
muadha‟ fi al-badal.
c) Mu‟awadhah pada pelaku (isim ustadir) ialah seseorang yang
secara lahiriyah membeli sesuatu atas namanya sendiri yang
58 Ibid., hlm.34.
37
sebenarnya barang tersebut untuk keperluan orang lain. Seperti
seseorang membeli mobil atas namanya, kemudian diatur surat-
suratnya dan keperluan lainnya, setelah selesai semuanya baru dia
mengumumkan bahwa akad yang telah dilakukan sebenarnya
untuk orang lain, pembeli sebenarnya hanya merupakan wakil dari
pembeli yang sebenarnya, hal ini disebut wakalah sirriyah
(perwakilan rahasia).
b. Hazl ialah ucapan yang dikatakan secara main-main, mengolok-olok
(istihza‟) yang tidak dikehendaki adanya akibat hukum dari akad tersebut.
Hazl terwujud dalam beberapa bentuk antara lain dengan muadha‟ah yang
terlebih dahuku dijanjikan, seperti kesepakatan dua orang yang melakukan
akad, bahwa akad tersebut hanyalah main-main, atau disebutkan dalam
akad.
Kecedaraan-kecedaraan kehendak ialah karena :
a. Ikrah, cacat yang terjadi pada keridhaan.
b. Khilabah, ialah bujukan yang membuat seorang menjual suatu benda.
c. Ghalath, ialah persangkaan yang salah.
Perbedaan-perbedaan tinjauan akad dapat diklasifikasikan dari segi :59
1. Ada dan tidaknya qismah pada akad, dalam segi ini akad dibagi
menjadi dua bagian :
59 Qomarul Huda, “Fiqih Muamalah” (Yogyakarta: Teras, 2011),hlm. 35-39
38
a. Akad musammah, yaitu akad yang telah ditetapkan oleh syara‟ dan
telah ada hukum-hukumnya.
b. Akad ghoir musammah, ialah akad yang belum ditetapkan oleh
syara‟ dan belum ditetapkan hukum-hukumnya.
2. Disyariatkan dan tidaknya akad, ditinjau dari segi ini akad dibagi
menjadi dua bagian :
a. Akad musyara‟ah, ialah akad-akad yang dibenarkan oleh syara‟
seperti gadai dan jual beli.
b. Akad mamnu‟ah, ialah akad-akad yang dilarang syara‟.
3. Sah dan batalnya akad, ditinjau dari segi ini terbagi menjadi :
a. Akad shahihah, yaitu suatu akad yang telah memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan, baik syarat yang bersifat umum ataupun
khusus.
b. Akad fasidah, yaitu akad-akad yang cacat karena tidak memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan, baik dalam syarat umum maupun
khusus.
4. Sifat bendanya, ditinjau dari sifat ini benda akad dibagi menjadi :
a. Akad „ainiyah, yaitu akad yang disyaratkan dengan penyerahan
barang-barangnya.
b. Akad ghoir „ainiyah, yaitu akad yang tidak disertai dengan
penyerahan barang-barang, karena tanpa disertai dengan
penyerahan barang akad telah berhasil.
5. Akad ditinjau dari segi melakukannya :
39
a. Akad harus dilakukan dengan upacara tertentu.
b. Akad ridha‟iyah, yaitu akad-akad yang dilakukan tanpa upacara
tertentu dan terjadi karena kedua belah pihak saling meridhoi.
6. Berlaku dan tidaknya akad, dari segi ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian :
a. Akad nafidzah, yaitu akad yang bebas atau terlepas dari
penghalang-penghalang akad.
b. Akad mauqufah, yaitu akad-akad yang bertalian dengan
persetujuan-persetujuan, seperti akad fudhuli (akad yang berlaku
setelah disetujui oleh pemilik harta).
4. Tahapan Akad Menurut Jumhur
Mayoritas ulama tidak membedakan antara kekurangan dalam rukun dan
syarat akad atau dalam sifat akad. Menurut mereka, hanya ada dua bentuk
akad yaitu :60
a) Akad shahih yaitu akad yang memenuhi rukun, syarat dan sifat akad.
Akad tersebut dinamakan menjadi akad mun‟aqid dan akad sah.
Hukum kontrak ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum konytak
(baik yang bersifat khusus maupun bersifat umum) yang ditimbulkan
oleh kontrak itu setelah akad disepakati dan mengikat bagi para pihak
yang melakukannya.
b) Akad bathil, yaitu akad yang tidak memenuhi rukun, syarat dan
sifatnya, maka akad tersebut dinamakan menjadi akad tidak sah juga
60
M.Hasanyddin M.A dan Oni Sahroni, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada, 2016), hlm.98
40
akad fasid dan akad bathil dalam waktu yang sama, karena istilah fasid
dan bathil adalah sinonim akad tidak sah.
Dalam suatu akad harus menghormati perjanjian yang di sepakati
dari satu pihak ke pihak lain karena hal ini memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam memelihara perdamaian yang dapat menyelesaikan sengketa.
Dalam ungkapan orang Arab di sebutkan.61
يظلمهم وحد شهم ف لم يكذ ب هم ووعدىم ف لم من عا مل النا س ف لم يلفهم، ف هو من كملت مروءثو وظهرت عدالتو، ووجبت أخوتو
Artinya : “siapa orang yang bergaul dengan orang lain, lalu ia
tidak mendzalimi mereka. Siapa yang berbicara dengan orang lain, lalu ia
tidak mendustai mereka. Siapa yang berjanji kepada mereka, lalu ia tidak
mengingkarinya, maka dia termasuk orang yang sempurna harga dirinya,
mengutamakan keadilan, dan dia berhak untuk dijadikan sebagai kawan
setia”.
Mengadakan hubungan baik dengan orang, menepati janji,
bersikap benar terhadap mereka, merupakan pertanda sempurnanya
kepribadian, harga diri, dan lambing keadilan. Orang yang seperti itu
wajib dijadikan saudara dan sahabat. Allah memerintahkan agar
memenuhi janji, baik itu terhadap Allah maupun manusia. Allah Swt
berfirman dalam QS. Ash-Shaff : 2-3.
ت فعل ون. الصفما ل ي اي ها الذي ن امن وا ل ت قول ون ما ل ت فعل ون. ك ب ر مقت ا عند الله ان ت قول وا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
61 Sayyid Sabiq, “Fiqih sunah”, (Jakarta:Pena Pundi Aksara, 2006), hlm.83
41
Abdureoef mengemukakan terjadinya suatu perjanjian (Al-„Aqdu)
melalui tiga tahap sebagai berikut :62
1. Al-„Ahdu (perjanjian) yaitu pernyataan dari seseorang untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada
sangkut pautnya dengan orang lain. Janji ini mengikat orang
yang menyatakan untuk melaksanakan janjinya tersebut seperti
yang difirmankan oleh Allah Swt dalam QS. Ali-Imron (3) : 76.
فإ فىبعهدىوا ب لىمنأو لمتقين ناللهيحبا ت قى
Artinya : “ Bukan demikian, sebenarnya siapa yang
menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang bertaqwa.
2. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi
terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan
tersebut harus sesuai janji pihak pertama.
3. Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para
pihak, maka terjadilah apa yang dinamakan „Aqdu. Maka, yang
mengikat masing-masing pihak sesuai pelaksanaan perjanjian
itu bukan lagi perjanjian atau „ahdu tapi „akdu.
Penghormatan terhadap perjanjian menurut Islam hukumnya wajib,
melihat pengaruhnya yang positif dan perannya yang besar dalam
memelihara perdamaian dan melihat urgensinya dalam mengatasi
62 Sayyid Sabiq, “Fiqih sunah”, (Jakarta:Pena Pundi Aksara, 2006), hlm.83
42
kemusykilan (perhatian), menyelesaiakan permasalahan dan perselisihan
dan menciptakan kerukunan.
Pembingkaian Fiqih untuk arisan adalah memahaminya sebagai
qordh, artinya akad yang terjadi pada arisan adalah akad qordh, sehingga
hukumnya pun mengikuti hukum qord. Qardh adalah suatu akad antara
dua pihak, dimana oihak pertama memberikan uang atau barang kepada
pihak kedua untuk dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang dan
barang tersebut harus dikembalikan persis seperti yang ia terima dari pihak
pertama. Dalam Q.S Al- Hadid (57) ayat 11 :
من ذا الذي ي قرض اللو ق رضا حسنا ف يضاعفو لو ولو أجر كريم
Artinya : “ Siapa yang mau meminjamkan Allah pinjaman yang
baik maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Q.S. Al-Hadid: 11)
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa qordh hukumnya mubah
berdasarkan dalil berikut ini :
ضاه عن أب ىري رة رضي الله عنو أن رجل أتى النب صلى الله عليو وسلم ي ت قاد إل سنا أفضل من سن و بعيرا ف قال رسول الله صلى الله عليو وسلم أعطوه ف قالوا ما ن
من خيار ف قال الرجل أوف يتن أوفاك الله ف قال رسول الله صلى الله عليو وسلم أعطوه فإن الناس أحسن هم قضاء
Artinya : Dari Abu Hurairah bahwa ada seorang laki-laki datang
menemui nabi untuk menagih unta yang dijanjikan kepadanya. Maka
Rasulullah bersabda (kepada para sahabatnya) “berilah dia (unta yang
dimintainya)”. Mereka berkata “kami tidak mendapatkannya kecuali yang
umurnya lebih tua”. Orang itu berkata berikanlah kepadaku, nanti Allah
akan membalasnya. Maka Rasulullah bersabda “berikanlah kepadanya,
43
karena yang terbaik diantara manusia adalah mereka yang paling baik
dalam melunasi hutang”.
Dari dalil diatas ini menunjukkan akad qordh hukumnya mubah
karena Rasulullah melakukannya, sementara tidak mungkin Rasulullah
melakukan sesuatu yang haram. Qordh termasuk dain, hanya saja tidak
semua dain adalah qordh. Orang yang melakukan akad qordh (utang
piutang) ketika sudah sah, maka pihak kreditur dikatakan memiliki hak
dain atau piutang sementara pihak debitur dikatakan telah memiliki
kewajiban untuk membayar dain (hutang).
BAB III
PRAKTEK ARISAN TEMBAK DI DESA KEBONAN KECAMATAN
KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis Desa Kebonan
44
Desa Kebonan merupakan pusatnya pemerintahan, perekonomian
dan jasa yang ramai penduduknya dan sangat kreatif orangnya.63
Di
Kecamatan Kranggede, berada pada jalur alternative transportasi
daratan Provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan luas
wilayah 165 Ha, yang menurut penggunaanya meliputi : 64
a. Tanah untuk wilayah : 95 Ha
b. Tanah Tegal : 6 Ha
c. Tanah Pekarangan : 49 Ha
d. Lain-lain (perumahan, kantor dan fasilitas publik) : 15 Ha
Batas wilayah Desa Kebonan berbatasan dengan :65
a. Bagian utara dengan : Desa Klari
b. Bagian selatan dengan : Desa Tegalsari
c. Bagian timur dengan : Desa Sendang dan Sranten
d. Bagian barat dengan : Wilayah Kabupaten Semarang
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Kebonan tercatat sebanyak 4.642 jiwa.
Adapun kondisi penduduk sebagai berikut :66
a. Menurut Kelompok Umur.
63 Wawancara dengan Bapak , Penanggung Jawab Kepala Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali, pada tanggal 26 Juli 2019. 64
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali,
pada Tahun 2015 65
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali,
pada Tahun 2015 66
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, pada Tahun 2015
45
b. M
e
n
u
r
u
t
Tingkat Pendidikan
NO PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 2 3 4 5
1 Tidak/Belum
Sekolah 388 385 773
2 SD/MI 228 230 458
3 SLTP 420 400 820
4 SLTA 677 543 1220
5 D-1 / D-2 17 25 42
6 D-3 / Akademi 36 59 95
7 S-1 143 116 259
8 Pasca Sarjana 13 4 17
Jumlah 2.334 2.308 4.642
Dari kondisi sosial Pendidikan, masyarakat Desa Kebonan
termasuk dalam kategori berpendidikan cukup baik. Adapun perincian
NO UMUR (TH) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 2 3 4 5
1 00-04 148 127 275
2 05-09 184 183 367
3 10-14 189 171 360
4 15-19 164 198 362
5 20-24 164 173 337
6 25-29 154 176 330
7 30-34 196 181 377
8 35-39 201 205 406
9 40-44 179 157 336
10 45-49 170 152 322
11 50-54 148 144 292
12 55-59 115 120 235
13 60-Keatas 322 321 643
Jumlah 2.334 2.308 4.642
46
pendidikan masyarakat Desa Kebonan sebanyak 773 yang tidak/belum
sekolah, 458 yang bersekolah SD/MI, 820 yang bersekolah di SLTP, 1220
yang bersekolah di SLTA, 42 bersekolah sampai D-1/D-2, 95 yang
bersekolah di D-3, 259 yang bersekolah di S-1, dan terakhir yang
bersekolah sampai Pasca Sarjana sebanyak 17.
c. Kondisi Ekonomi
Desa kebonan merupakan sentralnya perekonomian di Kecamatan
Karanggede, memiliki beberapa sektor yang memberikan kontribusi bagi
perekonomian desa baik dalam sumbangan produksi maupun penyerapan
tenaga kerja. Tenaga kerja adalah sebuah modal bagi suatu bangsa. Jumlah
dan komposisi kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi adalah angkatan
kerja. Beberapa sektor yang menjadi potensi desa sebagai penggerak
perekonomian di desa meliputi :67
a. Sektor Pertanian
b. Sektor Perdagangan
c. Sektor Jasa
d. Sektor Transportasi
Ekonomi masyarakat Desa Kebonan ditopang dalam sektor
pertanian, perdagangan, jasa dan transportasi. Tetapi, pusat mata
pencaharian masyarakat Desa Kebonan mayoritas adalah pedagang pasar.
Karena disektor-sektor lainnya tidaklah banyak peminatnya, dikarenakan
67
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, pada Tahun 2015
47
cuaca kemarau yang menghambat pertanian jadi susah panen, kurangnya
perlengkapan jasa dan transportasi yang masyarakatnya mayoritas sudah
mempunyai kendaraan masing-masing.
d. Kondisi Sosisal Keagamaan
Agama yang tersebar di Indonesia terdapat 5 agama, yaitu :
1. Agama Islam
2. Agama Kristen Katolik
3. Agama Kristen Protestan
4. Agama Hindu
5. Agama Budha
Dari penduduk Desa Kebonan yang berjumlah 4.642
jiwa,menganut agama Islam dan Kristen. Adapun klarifikasi penduduk
menurut agama sebagai berikut :68
1. Agama Islam : 4.608 Jiwa
2. Agama Kristen : 34 Jiwa
Jadi jumlah keseluruhan penduduk berjumlah 4.642. Jika dilihat
dari fasilitas peribadahannya yang ada di Desa Kebonan adalah 10 Masjid
dan 2 Gereja.
e. Pemerintahan Umum Desa Kebonan
68
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, pada Tahun 2015
48
Pemerintahan umum Desa Kebonan mencakup pelayanan dibidang
Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan
Desa, Pemberdayaan Masyarakat Desa, serta pelayanan umum
pemerintahan lainnya. Adapun bagan organisasi tata kerja Pemerintahan
Desa Kebonan sebagai berikut :69
Susunan Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Desa Kebonan
69
Data bersumber dari Data Statistik Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, pada Tahun 2015
KEPALA DESA BPD
SEKDES
Kaur Umum dan
Pemerintahan Kaur Keuangan
KADUS II KADUS I KASI
Kesejahteraan
dan Pelayanan
KASI
Pemerinahan
49
Keterangan :
1. Kepala Desa : Yasir Jatmika,S.Sos
2. Sekretaris Desa : Muhammad Nur Aziz
3. Kaur Umum dan Perencanaan : Niko Afiyanto,A.Md
4. Kaur Keuangan : Desi Eka Fahriyani
5. Kaur Pemerintahan : Syafrizal Afif A, SE
6. Kaur Kesejahteraan dan Pelayanan : Muh Juli
7. Kepala Dusun I : Suyatno
8. Kepala Dusun II : Muh Qosim
B. Latar Belakang Terjadinya Arisan Tembak
Sesuai dengan praktek arisan secara umum dilakukan dengan
adanya pengumpulan dana sesuai dengan kesepakatan berdasarkan waktu
yang telah di sepakati bersama dan dilakukan pengundian disetiap
periodenya. Hal ini dilakukan terus-menerus sampai peserta arisan
memperoleh arisan masing-masing.
Arisan didefinisikan sebagai kegiatan mengumpulkan uang atau
barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara
mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian
dilaksanakan dalam sebuah pertemuan ssecara berkala sampai semua
anggota memperolehnya.
Arisan tembak di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali merupakan suatu kegiatan sosial yang ada dikalangan
50
masyarakat. Arisan ini menggunakan sistem lelang yang sudah dilakukan
sejak tahun 2017 dengan anggota berjumlah 30 orang.70
Arisan ini muncul
karena adanya keinginan masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi
dan anggota yang merasa kekurangan tidak meminjam Bank dikarenakan
bunganya lebih tinggi. Anggota arisan ini memiliki 30 orang anggota yang
terdiri dari satu orang ketua yang bertugas sebagai penanggung jawab dan
29 lainnya sebagai anggota atau peserta arisan.71
C. Praktek Arisan Tembak
1. Bentuk Akad Arisan Tembak
Dalam pelaksanaan arisan tembak di Desa Kebonan ada
kesepakatan yang dilakukan secara lisan yang dilandasi dengan adanya
kepercayaan masing-masing peserta arisan. Kepercayaan itu diperoleh
dengan adanya pengetahuan masing-masing peserta terhadap
karakteristik, sifat dan kemampuan ekonomi peserta lainnya. Dalam
arisan ini semua anggota tau sistem apa yang diterapkan, dan tau
prakteknya, itu juga sudah mewakili kesepakatan yang dibuat oleh
bersama.72
70 Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 71 Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 72
Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan
51
Selain itu, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
anggota yang ingin mengikuti kegiatan arisan ini, antara lain :
a. Anggota harus mendaftarkan diri kepada ketua arisan.
b. Ada kesanggupan bagi anggota untuk memenuhi pembayaran
pada waktu yang ditentukan.
2. Sistematika Arisan Tembak
Sistematika yang digunakan pada arisan tembak ini sama halnya
sebagaimana sistematika arisan pada umumnya dimana para anggota
arisan wajib mengumpulkan uang pada setiap bulannya sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Namun, yang membedakan pada arisan
tembak ini dengan arisan pada umumnya yaitu adanya penembakan
atau dengan sistem lelang yang dilakukan oleh anggota pada saat
pengundian dengan menggunakan selembar kertas.73
3. Sistem pembayaran
Arisan tembak memiliki 30 anggota termasuk satu ketua anggota
arisan dengan penarikan sebesar Rp.500.000; pada tanggal 10 disetiap
bulannya. Jika dijumlah dengan banyaknya anggota arisan maka
seharusnya uang yang diperoleh anggota sebesar Rp.15.000.000;.
Namun dalam arisan ini, uang yang diterima oleh peserta berbeda-beda
73 Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan
52
bahkan tidak mencapai Rp.15.000.000 karena adanya sistem tembak
pada saat pengundian dilakukan. 74
Arisan dengan sistem tembak ini biasanya dilakukan oleh para
peserta yang membutuhkan. Dalam hal ini, setiap peserta mempunyai
kebebasan untuk menembak ataupun tidak. Jumlah atau nominal
tembakan dibatasi 20% sampai dengan 40% saja.75
4. Mekanisme Arisan Tembak
Pada arisan tembak, para peserta arisan dapat memilih kapan
mereka ingin mendapatkan arisan tersebut dengan cara melakukan
lelang. Lelang ini akan diajukan dalam kertas tertutup dan diserahkan
kepada kepala arisan. Lelang diadakan pada penarikan yang kedua dan
seterusnya, karena pada penarikan pertama akan diambil oleh kepala
arisan tanpa syarat apapun (tanpa lelang).76
Pada penarikan pertama, kepala arisan akan mendapatkan arisan
utuh sebesar Rp.15.000.000 tanpa diundi karena bertugas sebagai
penanggung jawab mengumpulkan uang anggota setiap bulannya dan
menalangi uang yang disebabkan anggota telat atau gagal bayar.77
74
Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 75
Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 76 Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 77
Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan
53
Pada penarikan kedua, ada 3 anggota yang membutuhkan uang
arisan tersebut. Ketiga orang ini kemudian mengajukan penawaran
lelang kepada kepala arisan dengan menuliskan jumlah tawaran lelang
pada kertas. Katakanlah bahwa penawaran A menulis Rp.100.000,
penawaran B menulis Rp.150.000, penawaran C mennulis Rp.200.000.
kepala arisan kemudian akan memilih yang tertinggi yaitu penawaran
C sebesar Rp.200.000. dengan ini, dinyatakan lelang sebesar
Rp.200.000. Sehingga keseluruhan anggota berkewajiban membayar
iuran Rp.500.000 (iuran normal) – Rp.200.000 (nominal lelang) =
Rp.300.000;. Maka C mendapatkan jumlah arisan yaitu, Rp.300.000 x
28 anggota = Rp.8.400.000 ditambah angsuran penuh dari kepala
arisan, menjadi Rp.8.400.000 + Rp.500.000 = Rp.8.900.000;. Sehingga
C mendapatkan total arisan sebesar Rp.8.900.000. 78
Dari penjelasan diatas, maka peserta yang paling akhir tentu saja
menjadi pihak yang sangat diuntungkan, karena peserta yang sudah
mendapatkan arisan membayar iuran penuh sesuai yang telah di
tentukan. Jadi peserta yang terakhir mendapatkan arisan penuh tanpa
potongan yaitu sebesar Rp.15.000.000;.
D. Kendala Dalam Praktek Arisan Tembak
Dengan lancarnya kegiatan arisan tembak tentunya ketua dan para
peserta arisan memiliki suatu kendala dalam pelaksanaannya tersebut
yaitu :
78 Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan
54
1. Ketua, selain bertanggung jawab mengumpulkan dana arisan
ketua juga harus menalangi kekuarangan uang yang disebabkan
anggota telat, gagal bayar, dan melarikan diri setelah
mendapatkan arisan.79
2. Anggota, perekonomian yang sedang tidak stabil sehingga
menghambat dalam pembayaran arisan, kurangnya rasa
tanggung jawab diantara anggota satu dengan anggota lainnya
dimana saat pembayaranpun anggota ada yang tidak membayar
iuran normal.80
E. Peserta Arisan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa informasi yang
bersumber dari anggota arisan, yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Ibu Sudarti, Ibu Tatik bahwa mereka mengikuti arisan
hanya karena coba-coba karena menurut mereka arisan ini beda
dari arisan yang seperti biasanya. Namun setelah beberapa
periode arisan tersebut sangat merugikan dan tidak adil untuk
mereka. Maksudnya dianggap rugi karena anggota yang
menembak sama saja tidak mendapatkan arisan penuh yang
79
Wawancara dengan Ibu Hjh Triyanti, Kepala Arisan uang dengan sistem tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada Tanggal 27 Juli 2019 di Desa
Kebonan 80
Wawancara dengan anggota arisan Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, pada tanggal 28 Juli 2019
55
disebabkan adanya sistem tembak. Sedangkan maksud yang
dianggap tidak adil adalah karena anggota yang mendapatkan
arisan tembak itu tidak mendapatkan hasil penuh sedangkan yang
terakhir mendapatkan hasil penuh karena tidak adanya sistem
tembak. 81
2. Menurut Ibu Yuli, bahwa Ibu Yuli sangat tertarik dengan
diadakannya arisan tersebut karena arisan yang berbeda pada
umumnya. Arisan tersebut sangat menguntungkan dan membantu
baginya dan bagi anggota lain yang membutuhkan uang secara
mendadak bisa menembak atau mengajukan diri untuk mengikuti
lelang tersebut. 82
3. Menurut Ibu Sukamti bahwa alasan mengikuti arisan tersebut
yaitu diajak tetangga setempat untuk mengikutinya. Menurutnya
arisan ini merugikan apalagi kita sebagai umat islam yang
mengharamkan riba. Dimana arisan tersebut tidak adil,
menguntungkan untuk kepala arisan dan menguntungkan untuk
peserta arisan terakhir, dan juga hasil arisan yang diterima setiap
bulannya tidak seimbang dikarenakan hasil penembakan itu.83
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
anggota merasa rugi dan tidak adil karena dana arisan yang di
81
Wawancara dengan Ibu Sudarti dan Ibu Tatik, Anggota Arisan Desa Kebonan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, pada tanggal 28 Juli 2019 82
Wawancara dengan Ibu Yuli, Anggota Arisan Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali, pada tanggal 30 Agustus 2019 83 Wawancara dengan Ibu Sukamti, Anggota Arisan Desa Kebonan Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali, pada tanggal 1 Agustus 2019s
56
dapat menjadi berkurang diakibatkan dari penembakan atau
pembayaran yang dilakukan pada saat pengundian. Namun
sebagian anggota arisan tembak ini dibutuhkan sebagai pembantu
perekonomian masyarakat yang kurang saat kebutuhan mendesak.
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ARISAN
TEMBAK DI DESA KEBONAN KECAMATAN KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI
Praktik arisan tembak di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali merupakan kegiatan sosial yang beranggotakan 30
orang. Kemudian cara memenangkan arisan ini adalah dengan penawaran
57
dana paling tinggi. Sedangkan anggota terakhir mendapatkan arisan utuh
tanpa adanya penawaran dana.
Landasan utama dalam melakukan transaki arisan adalah adil dan
jujur. Adapun dalil yang menjelaskan tentang adil dan jujur yaitu :
1. Q.S Al-maidah ayat 8 (sifat adil)
ين م ا و ق وا ون وا ك ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا ط ي س ق ل ا ب ء ا د ه ش لو ول لوا ل د ع ت ل أ ى ل ع وم ق ن آ ن ش م نك رم رب ي ق أ و ى وا ل د ع ا
وى ق ت ل لو ل ل ا وا ق ت ون وا ل م ع ت با ير ب خ لو ل ا ن إ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Surat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman hendaklah
selalu menegakkan kebenaran sebagaimana yang kalian janjikan kepada
Allah. Dan jadilah saksi dengan penuh keadilan tanpa bermaksud
menguntungkan seseorang.
2. Q.S Al-Ahzab ayat 70 (sifat jujur)
يا أي ها الذين آمنوا ات قوا اللو وقولوا ق ول سديدا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Surat ini menjelaskan, bahwa dianatara kalian dan adzab Allah
penghalang dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
58
larangan-larangan-Nya, katakanlah perkataan yang benar dan adil dalam
setiap urusan dan muamallah kalian.
Dalil yang menunjukkan keharaman dalam melakukan arisan
adalah sebagai berikut :
شنا حفص بن حزة ، أن بأ سوار بن مصعب ، عن عما رة المدان قال : حدعت عقول : قال رسول الله صلى الله عليو وسلم : فعة ف هو ربا(س )كل ق رض جر من
Artinya : Hafsh bin Hamzah memeberi tahu kami Sauwwar bin
Mush‟ab memberitahu kami dari Umarah Al-Hamdani beliau berkata
“ aku mendengar Ali ra berkata : “ aku mendengar Rasulullah saw”
bersabda :‟ setiap utang yang menyeret pada manfaat itu adalah riba.
Dalam dalil tersebut menjelaskan bahwa semua kegiatan utang
yang menyeret pada manfaat itu adalah riba baik berupa materi, jasa
atau lainnya.
Pada dasarnya setiap muamallah yang dilakukan hukumnya adalah
mubah (boleh) sampai ada dalil yang mengharamkannya. Begitu juga
dengan hukum arisan didalam Islam yaitu mubah (boleh), asalkan tidak
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :84
b. Riba yaitu adanya penambahan transaksi tanpa adanya
pengembalian yang seimbang.85
Pengambilan tambahan baik
84 Drs, Ahmad Muslih Wardi, Fiqh Muamalat (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010),hlm.
261 85 Prof. Dr.Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta:PT Raja Garapindo
Persada,2010),hlm.57
59
dalam transaksi jual beli maupun utang piutang yang dilakukan
secara batil atau bertentangan dengan ajaran Islam itu dosa besar.
Dalam Q.S Al-Imran ayat 130 Allah berfirman :
اللو لعلكم ت فلحون وات قوا يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya serta SyariatNya, harus menjauhi riba
dengan segala jenisnya, dan tidak boleh mengambil tambahan
dalam pinjaman melebihi jumlah modal harta, walaupun sedikit,
apalagi tambahan tersebut berjumlah banyak, menjadi berlipat
ganda tiap kali jatuhnya tempo pembayaran hutang. Bertakwa
kepada Allah dengan berkomitmen dengan ajaran syariatNya,
supaya sebagai hamba Allah yang baik mendapatkan
keberuntungan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan macam-macam riba yang sudah penulis paparkan di
bab sebelumnya, penulis menyatakan bahwa arisan tembak di Desa
Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali mengandung unsur
riba Qardhin, sebab adanya persetujuan dari pihak ketua arisan dan
anggota yang menembak, bahwa yang berani menembak dia harus berani
merugi. Karena hasil yang didapat tidak sepenuhnya utuh dengan jumlah
iuran normal.
60
c. Gharar (ketidak jelasan), yaitu perbuatan yang dilarang karena
merupakan transaksi yang masih belum jelas objeknya. Dimana
telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 188.
ام لتأكلوا فريقا من أموال الناس ول تأكلوا نكم بالباطل وتدلوا با إلى الك أموالكم ب ي ث وأن تم ت علمون بال
Artinya : “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta
sebagian diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
Surat ini menjelaskan, bahwa sesunguhnya perkara ini telah
diharamkan sepanjang masa dan dimanapun kejadiannya. Maka taatilah
pula perintah Tuhanmu untuk tidak memakan harta-harta orang lain
dengan cara yang bathil, karena sesungguhnya hal itu diharamkan dalam
segala keadaan, dan sama sekali tidak diperbolehkan pada waktu-waktu
apapun.
Gharar telah ada dipraktik arisan tembak di Desa Kebonan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali sebagia berikut :
1) Ketidakjelasan anggota yang membayar iuran arisan normal karena
adanya sistem tembak.
2) Ketidakjelasan berapa anggota yang akan menembak pada saat
pengundian dilangsungkan.
3) Ketidakjelasan dana yang harus ditembak pada saat pengundian.
Ketidakadilan juga ada dalam kegiatan arisan tembak di Desa
Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali mengandung unsur
61
ketidakadilan karena dana yang diterima setiap anggota arisan tidak
seimbang karena adanya sistem tembak pada saat pengundian. Jumlah
dana yang diterima anggota arisan setiap bulannya tergantung dengan
berapa besar jumlah yang dibayar pada saat pengundian. Semakin besar
jumlah yang dibayar maka semakin kecil jumlah dana arisan yang
diperoleh. Dan anggota yang mendapatkan arisan diakhir mendapatkan
dana arisan utuh tanpa diundi serta tidak perlu menembak. Masing-masing
peserta yang mengikuti arisan uang dengan sistem tembak di Desa
Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali mendapatkan total
perolehan yang berbeda-beda. Adapun faktor penyebab adanya perbedaan
total perolehan yaitu dengan adanya perbedaan nominal tembakan dan
keuntungan yang diperoleh setiap periode dari masing-masing peserta
dengan peserta yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arisan ini
menimbulkan ketidak seimbangan dan ketidakadilan antara jumlah iuran
yang disetor dengan jumlah yang diterima dan juga total perolehan yang
didapat dari peserta yang satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya arisan ini menimbulkan ketidakseimbangan
antara jumlah iuran yang disetor dengan iuran total perolehan yang didapat
dari peserta yang satu dengan yang lain.
d. Maisir adalah memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras,
yang salah satu pihak menanggung beban dari pihak yang lainnya
hal ini dapat dikatakan sebagai perjudian. Dalam Q.S Al-Maidah
ayat 90 :
62
ا المر يطان يا أي ها الذين آمنوا إن والميسر والنصاب والزلم رجس من عمل الش
فاجتنبوه لعلكم ت فلحون Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
meminun khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa seluruh hamba Allah
terutama orang yang beriman diwajibkan untuk menjauhi perbutan
syaitan. Dimana meminum khamr, berjudi, berkorban untuk
berhala, serta mengundi nasib dengan panah merupakan perbuatan
yang mengandung kemudharatan yang sangat besar. Dan orang-
orang yang mampu meninggalkan bahkan menjauhi perbuatan itu,
maka hidupnya akan penuh keberuntungan serta keberkahan hidup.
Dari pernyataan tersebut dalam kegiatan arisan tembak di
Desa Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
mengandung unsur maisir yaitu pihak yang menembak harus
berani merugi besar dalam pembayaran sedangkan anggota yang
lainnya hanya membayar sesuai pihak yang menembak.
Seperti yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa
arisan merupakan salah satu bentuk muamallah yang menggunakan prinsip
utang-piutang Dari segi hukum Islam, utang diperbolehkan dan tidak
menjadi permasalahan dikarenakan utang dapat membantu seorang yang
sedang dalam keadaan terdesak perekonomiannya. Oleh karena itu, utang
piutang merupakan salah satu bentuk akad yang mengandung unsur tolong
63
menolong sehingga Allah menjanjikan kepada siapa saja yang
memberikan pinjaman atau utang dengan pembayaran yang berlipat
ganda.86
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an yang berbunyi :
من ذا الذي ي قرض اللو ق رضا حسنا ف يضاعفو لو ولو أجر كريم
Artinya : “ Siapa yang mau meminjamkan Allah pinjaman yang
baik maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya,
dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Q.S. Al-Hadid:18)
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memberikan bantuan
kepada orang lain yang membutuhkan dengan cara memberi utang. Utang
bukanlah perbuatan yang dilarang melainkan dibolehkan karena seorang
beruntung dengan tujuan untuk memanfaatkan barang atau uang yang
diutangnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dia akan
mengembalikannya persis seperti yang diterimanya.
Walaupun utang piutang diperbolehkan, namun ada permasalahan
yang akan muncul jika tidak adanya kesusaian antara syarat dan rukun
serta dalam pengembalian yang dilebihkan dimana jika tidak ada
kesesuaian terhadap rukun dan syarat utang piutang maka akan berdosa.
Pada praktik arisan tembak di Desa Kebonan Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali, terdapat sistem tembakan yang
membedakan praktek arisan ini dengan arisan yang lainnya. Adapun yang
dapat memenangkan arisan adalah peserta yang mengajukan tawaran
tertinggi namun dengan diberlakukannya sistem penawaran ini,
86 Ilfi Diana, Hadits-hadits Ekonomi”, (Malang:UIN Malang Press,2008),hlm.275
64
mengakibatkan tidak adanya keseimbangan terhadap jumlah iuran yang
disetorkan dengan jumlah perolehan yang diterima oleh masing-maing
peserta. Disamping itu, adalah arisan ini juga diberlakukannya pembagian
uang tembakan yang belum pernah memenangkan arisan. Inilah yang
menyebabkan ketidak adilan dan ketidakseimbangan total perolehan yang
didapatkan yang diperoleh dari masing-masing peserta. Dengan demikian,
hal tersebut dikategorikan dalam riba utang piutang (Qardh) atau dayn.
Adapun yang dimakud dengan riba qard atau dayn adalah riba yang
muncul karena adanya pembayaran yang dilebihkan dikarenakan adanya
utang piutang.
Dengan demikian, kesepakatan yang berlaku didalam arisan, uang
dengan sistem tembakan ini dapat rusak dikarenakan mengandung riba,
gharar, maisir, ketidakadilan, dan mendzalimi peserta. Apabila didalam
suatu akad terdapat unsur-unsur yang dilarang didalam Islam, maka
rusaklah akad tersebut meskipun terdapat kesepakatan dan keikhlasan
diantara para pihak.
Pada dasarnya, kegiatan arisan tembak di Desa Kebonan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, ini sudah sesuai dengan
syarat dan rukun akad sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu
adanya pihak yang terlibat langsung dengan akad, uang yang diakadkan
ada ijab dan qobul, berupa kehendak para pihak yang mengikuti arisan.
Akan tetapi sistem tembak yang dilakukan pada saat pengundian
bertentangan dengan prinsip muamalah, yaitu mengandung unsur
65
ketidakadilan, gharar, riba, maisir yang menjadikan arisan ini menjadi
tidak sah. Karena dalam hukum Islam, praktik arisan tembak di Desan
Kebonan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali ini tidak boleh
dilakukan karena bertentangan dengan syari‟at Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali dan menganalisis hasil penelitian tentang praktik
arisan tembak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Arisan tembak di Desa Kebonan merupakan kegiatan sosial yang
beranggotakan 30 orang dengan penarikan Rp. 500.000,- setiap
bulannya, dan juga pengundian yang dilakukan satu bulan sekali.
Sehingga dana yang terkumpul tiap bulannya sebesar Rp.
15.000.000,-. Yang membedakan arisan tembak ini dengan arisan
66
pada umumnya, yaitu saat pengundian arisan menggunakan sistem
tembak dimana pada pengundian bulan kedua, setiap anggota
menembak sejumlah uang dan yang menembak dengan jumlah
terbanyak akan memenangkan arisan tersebut. Namun anggota
yang mendapatkan arisan ini menjadi berkurang pendapatannya,
karena adanya sistem tembak tersebut dan anggota yang terakhir
akan mendapatkan dana utuh tanpa diundi.
2. Menurut hukum Islam, praktik arisan tembak yang terjadi di Desa
Kebonan sudah sesuai dengan syarat dan rukun Akad, akan tetapi
sistem yang digunakan pada arisan ini tidak sesuai dengan prinsip
muamallah karena terdapat unsur riba qardh, gharar, maisir, dan
ketidakadilan. Jadi praktik arisan tembak di Desan Kebonan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali ini tidak boleh
dilakukan karena bertentangan dengan hukum Islam.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, terdapat saran-saran
khususnya bagi masyarakat Desa Kebonan kecamatan Karanggede
kabupaten Boyolai yaitu :
1. Bagi anggota arisan tembak sebaiknya terlebih dahulu memahami
aturan-aturan arisan serta lebih berhati-hati ketika mengikuti
kegiatan sosial lainnya sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan
67
2. Sebaiknya sistem tembak yang berlaku dalam arisan ini
dihilangkan agar tidak bertentangan dengan hukum Islam sehinnga
arisan tembak ini menjadi layak untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin. 2017. Kajian Fiqih Kontemporer. Yogyakarta: Kalimedia.
Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar grafika.
Diana, Ilfi. 2008. hadits-hadits Ekonomi. Malang: Uin Malang Press.
Hasanuddin, M. 2016. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grapindo.
Huda, Qomarul. 2011. Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Teras.
J, Moleong Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
68
Mardani. 2010. Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nahmadi, Chalid Narbuko dan Abu. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi
aksara.
Poerwadarminta. 1976. KBBI. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Redaksi, Tim. 2008. Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Fokus Media.
Rozikin, M rohma. 2018. Hukum Arisan Dalam Islam. Malang: UB Press.
Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Rajagrapindo Persada.
Wardi, Ahmad Muslih. 2010. Fiqih Muamalat. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Wijaya, M Huri. 2015. Metodelogi dan Penulisan skripsi tesis dan desrtasi untuk
ilmu sosial. Yogyakarta: Elmatera.
Internet
Ghazi, Abu. n.d. Macam-macam riba dan contoh. Accessed Agustus Senin, 2019.
www.sharinvest.com.
KBBI. n.d. Arisan . Accessed Juni Jum'at, 2019. https://kbbi.web.id.
Zain. n.d. Pengertian Praktik. Accessed Juni Jum"at, 2019.
https://Pengertiankomplit.blogspot.com.
Lain-lain
Ahaidin, Moh Noor. 2008. Tinjauan Hukum Islam terhadap Arisan PIOW di
pasar baru Magetan. Magetan Skripsi-IAIN Sunan Ampel. Surabaya.
69
Atiqoh, Dewi. 2014. Arisan motor system gugur koperasi Serba Usaha asli
cilacap dalam Tinjauan Hukum Islam. Cilacap Skripsi Purwokerto: Stain
Purwokerto.
Awaliyah, Mukhlisul. 2015. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan di
Koperasi Dinoyo Dekat Lamongan. Lamongan:Skripsi-UIN Sunan Ampel.
Kartika, Nur Sari. 2015. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek Arisan
bersyarat (study kasus di perumahan gatoel RT.002/RW.003 Kelurahan
Kranggan Kecamatan Prajurit kulon Mojokerto). Mojokerto:Skripsi-UIN
Sunan Ampel.
Ro‟isun, Muhammad Ni‟am. 2018.Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme
Arisan di Ruma Mapan Salatiga Skripsi-IAIN Salatiga.
Susunan Pertanyaan Arisan Tembak di Desa Kebonan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali :
Untuk Kepala Arisan :
1. Apa alasan mendirikan arisan tembak ?
2. Apa kendala dalam menjalankan arisan tembak ?
3. Bagaimana praktek arisan tembak ?
4. Berapa banyak anggota arisan ?
Untuk Anggota Arisan :
1. Apa alasan anda mengikuti arisan ?
2. Apakah selama mengikuti arisan berjalan dengan lancar ?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai arisan tersebut ?