tinjauan etika bisnis islam terhadap perilaku …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · kata...

97
TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU PRODUSEN (Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko) SKRIPSI Oleh : ITA KRISNAWATI NIM: 210214197 Pembimbing: UDIN SAFALA, M.H.I. NIP: 197305112003121001 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2018

Upload: others

Post on 15-Oct-2019

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM

TERHADAP PERILAKU PRODUSEN

(Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga

di Desa Jurug Kecamatan Sooko)

SKRIPSI

Oleh :

ITA KRISNAWATI

NIM: 210214197

Pembimbing:

UDIN SAFALA, M.H.I.

NIP: 197305112003121001

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2018

Page 2: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

ii

EMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : Ita Krisnawati

NIM : 210214197

Jurusan : Muamalah

Judul : Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap Perilaku Produsen

(Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Desa Jurug

Kecamatan Sooko)

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian muna>qasha>h.

Ponorogo, 28 Mei 2018

Mengetahui

Ketua Jurusan

Atik Abidah, M.S.I

NIP. 197605082000032001

Menyetujui

Pembimbing

Udin Safala, M.H.I

NIP. 197305112003121001

Page 3: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : Ita Krisnawati

NIM : 210214197

Jurusan : Muamalah

Judul : Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap Perilaku Produsen

(Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Desa Jurug

Kecamatan Sooko)

Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang muna>qasha>h Fakultas Syariah Institut

Agama Islam Negeri Ponorogo pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 13 Juli 2018

Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Syariah pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 20 Juli 2018

Tim Penguji

1. Ketua Sidang : Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd. ( )

2. Penguji : Dr. Muhammad Shohibul Itmam, M.H.( )

3. Sekretaris : Udin Safala, M.H.I. ( )

Ponorogo, 20 Juli 2018

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah

Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag.

NIP. 196807051999031001

Page 4: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

iv

ABSTRAK

Krisnawati, Ita. 2018. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Perilaku Produsen

(Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Desa Jurug Kecamatan

Sooko). Skripsi. Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Dosen Pembimbing Udin Safala, M.H.I.

Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen

Etika bisnis Islam merupakan pedoman dalam kegiatan ekonomi dan

bisnis yang digali langsung dari Al-Qur’a>n dan Hadith Nabi. Prinsip etika bisnis

Islam yang perlu diterapkan dalam bisnis Islam adalah kesatuan, keseimbangan,

kehendak bebas, tanggung jawab, dan ihsan. Salah satu tanggung jawab seorang

pebisnis muslim adalah mematuhi hukum formal dan non formal yang berlaku.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, pelaku industri rumah tangga

pangan diwajibkan untuk mencantumkan label yang memuat beberapa informasi,

di antaranya tanggal kadaluarsa dan nomor izin edar produk pangan. Nomor izin

edar produk pangan ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan yang diperuntukkan

pada satu jenis pangan. Pentingnya informasi tersebut bagi konsumen, mendesak

produsen untuk memenuhi kewajiban atas informasi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Namun dalam operasionalnya, masih banyak ditemui

pelaku bisnis yang tidak patuh pada aturan, seperti halnya beberapa industri

rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko yang tidak mencantumkan tanggal

kadaluarsa dan menggunakan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk.

Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud meninjau fenomena di

kalangan pelaku industri rumah tangga dari sudut pandang etika bisnis Islam,

dengan rumusan masalah: (1) bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap

perilaku produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

produknya? (2) bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen

yang menggunakan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

lapangan (field research). Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi,

kemudian dianalisa dengan tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan menggunakan metode induktif.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil penelitian: (1) perilaku

produsen industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan Sooko yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produk tidak sesuai dengan etika

bisnis Islam. (2) perilaku produsen industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan

Sooko yang menggunakan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak

sesuai dengan etika bisnis Islam.

Page 5: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bisnis Islami merupakan perwujudan dari aturan syariah Allah.

Sebenarnya bentuk bisnis Islami tidak jauh berbeda dengan bisnis pada

umumnya, yaitu upaya memproduksi barang dan jasa guna memenuhi

kebutuhan konsumen. Namun, aspek syariah inilah yang membedakannya

dengan bisnis pada umumnya.1

Dalam konteks perusahaan, bisnis dirumuskan sebagai

memaksimumkan keuntungan perusahaan dan meminimumkan biaya

perusahaan. Karena itu bisnis seringkali hanya didasarkan pada keuntungan.

Akibat dari kesadaran demikian, maka upaya-upaya meraih keuntungan

dilakukan dengan cara apapun. Walaupun cara-cara yang digunakan

mengakibatkan kerugian pihak lain, namun bila menguntungkan bagi pelaku

bisnis, maka dianggap sebagai pilihan bisnis.2

Adapun bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan termasuk

profitnya, namun dibatasi dalam memperolehnya dan penggunaan harta,

karena adanya ketentuan halal dan haram. 3

1Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics and Finance: Ekonomi dan

Keuangan Islam Bukan Alternatif, tetapi Solusi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), 232. 2Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam

(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004), 57. 3Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan OPSI,

Tetapi Solusi! (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 234.

Page 6: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

2

Etika dan bisnis merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan,

keduanya saling berhubungan erat.4 Pada aspek agama, etika bisnis mengatur

hubungan Sang Khalik dengan hambaNya, yaitu sebuah bentuk kepatuhan

manusia terhadap Sang Khalik untuk mencapai rida-Nya.5 Etika dijadikan

pedoman dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika bisnis menurut

ajaran Islam juga dapat digali langsung dari Al-Qur’a>n dan Hadith Nabi.6

Prinsip dalam ilmu ekonomi Islam yang perlu diterapkan dalam bisnis

Islam adalah tauhid, keseimbangan atau kesejajaran, kehendak bebas dan

tanggung jawab, serta ihsan. Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan

akan keesaan Allah. Keseimbangan atau kesejajaran merupakan konsep yang

menunjukkan adanya keadilan sosial. Kehendak bebas manusia berarti suatu

potensi dalam menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan

manusia tidak dibatasi. Tetapi kehendak bebas yang diberikan Allah kepada

manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya manusia, yaitu

sebagai khalifah di bumi. Karena itu, kehendak bebas itu harus sejalan dengan

kemaslahatan kepentingan individu, terlebih lagi pada kepentingan umat.

Tanggung jawab terkait erat dengan tanggung jawab manusia atas

segala aktivitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga tanggung jawab

kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia tidak hidup sendiri, dia

tidak lepas dari hukum yang dibuat manusia itu sendiri sebagai komunitas

sosial. Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya di akhirat, tetapi tanggung

4Suhendi dan Indra Sasangka, Pengantar Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2014), 24.

5M. Azrul Tanjung, Meraih Surga Dengan Berbisnis (Jakarta: Gema Insani, 2013), 96.

6Rivai dan Andi, Islamic Economics, 237.

Page 7: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

3

jawab kepada manusia didapat di dunia berupa hukum-hukum formal maupun

hukum nonformal.7

Dalam memproduksi suatu komoditas, tanggung jawab produsen di

antaranya yaitu menyediakan produk yang aman bagi konsumen, serta

menjamin adanya kualitas pada produk-produknya. Kualitas produk sebagai

jaminan bahwa produk suatu komoditas sesuai dengan apa yang dijanjikan

oleh produsen, baik melalui informasi maupun iklan, termasuk ke dalam

jaminan kualitas adalah pengemasan dan pemberian label pada kemasan yang

sesuai dengan kenyataan produk tersebut.8

Bagi produsen dengan modal yang kecil, terutama industri rumah

tangga, makanan dan minuman merupakan produk unggulan karena

merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dari sisi bisnis kedua usaha

ini akan terus berlangsung sepanjang manusia itu masih hidup, namun yang

terpenting dalam menjadikan makanan dan minuman sebagai lahan bisnis,

jangan sampai tercampur unsur yang merugikan orang lain (beracun atau

kadaluarsa), serta unsur haram.9

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan, dijelaskan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan

untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam atau pada

kemasan pangan. Pencantuman label tersebut ditulis dengan menggunakan

bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai: nama

7Rivai dan Antoni, Islamic Economics, 229.

8 Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan, 265-271.

9Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah: Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 201.

Page 8: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

4

produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan

alamat pihak yang memproduksi; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan

kode produksi; tanggal, bulan dan tahun kedaluarsa; nomor izin edar bagi

pangan olahan; dan asal usul bahan pangan tertentu.10

Izin edar bagi pangan olahan merupakan jaminan yang diberikan

lembaga terkait terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan. Bagi

pelaku Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) izin yang diberikan berupa

Sertifikat Produksi, yang di dalamnya tercantum Nomor P-IRT yang wajib

dicantumkan pada label pangan IRT yang telah memenuhi persyaratan

pemberian SPP-IRT. Dalam pemberiannya, Nomor P-IRT diberikan untuk 1

(satu) jenis pangan IRT.11

Dalam Islam, kebenaran dan keakuratan informasi ketika seorang

pelaku usaha mempromosikan barang dagangannya menempati kajian yang

sangat signifikan. Islam tidak mengenal sebuah istilah kapitalisme klasik

yang berbunyi ceveat emptor (pembelilah yang harus berhati-hati), tidak pula

ceveat venditor (pelaku usahalah yang harus berhati-hati), tetapi dalam Islam

yang berlaku adalah prinsip keseimbangan, dimana pembeli dan penjual harus

berhati-hati.12

Pelaku usaha atau pihak perusahaan dituntut bersikap tidak

kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan perbuatan dalam bisnisnya.

Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan

10

Pasal 97, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. 11

Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. 12

Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, tt), 204.

Page 9: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

5

kekurangan, selalu memperbaiki kualitas barang atau jasa secara

berkesinambungan serta tidak boleh menipu dan berbohong. Pelaku usaha

atau pihak perusahaan harus memiliki amanah dengan menampilkan sikap

keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang

baik) dalam segala hal, apalagi berhubungan dengan pelayanan masyarakat.

Dengan sifat amanah, pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk

mengamalkan kewajiban-kewajibannya.13

Demikian pula dengan konsumen, Islam menuntut umatnya untuk

berhati-hati dalam mengonsumsi suatu makanan. Hal itu tercermin dalam

surat Abasa ayat 2414

, yaitu

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.15

Meskipun ayat ini bersifat umum, namun secara khusus dapat dipahami

bahwa terdapat terdapat anjuran untuk memperhatikan dan memilih secara

cermat jenis makanan yang akan dikonsumsi.16

Etika bisnis Islam di atas sangat berbeda dengan aktivitas yang

diterapkan pada industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko. Dari

pengamatan penulis, diketahui bahwa ada beberapa permasalahan kompleks

yang terjadi pada industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

Diantaranya adanya produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

13

Rivai dan Andi, Islamic Economics, 237. 14

Al-Qur’a>n, 80: 24. 15

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya (Semarang: CV. Toha Putra

Semarang, 1989), 1025. 16

Mulizar, “Pengaruh Makanan dalam Kehidupan Manusia (Studi Terhadap Tafsir al-

Azhar)” Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni 2016, 129.

Page 10: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

6

pada label produknya. Selain itu, ada pula produsen yang menggunakan 1

nomor PIRT untuk beberapa jenis produk.17

Di Desa Jurug Kecamatan Sooko sendiri, terdapat beberapa industri

rumah tangga yang memproduksi makanan ringan. Sumber Daya Alam yang

melimpah di Desa Jurug Kecamatan Sooko dimanfaatkan oleh para pelaku

usaha untuk dijadikan variasi olahan makanan ringan, yang memiliki nilai

jual tinggi.

Dalam satu industri rumah tangga, tak jarang ditemui produsen yang

memproduksi beberapa jenis produk, di antaranya adalah roti jahe, roti

semprong, kembang goyang serta aneka olahan dari singkong, umbi-umbian

dan pisang. Dengan variasi makanan ringan yang diproduksi, serta kemasan

yang menarik konsumen, penjualan produk produksi industri rumah tangga

Desa Jurug Kecamatan Sooko memiliki pangsa pasar yang luas. 18

Dari beberapa uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang penerapan etika bisnis Islam oleh produsen industri rumah

tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko dalam pelabelan produk yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa, serta menggunakan satu nomor PIRT

pada beberapa jenis produk.

Industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko dipilih sebagai

lokasi penelitian, karena di Desa Jurug Kecamatan Sooko terdapat banyak

industri rumah tangga. Selain itu pada industri rumah tangga di Desa Jurug

17

Observasi, Tanggal 11 Desember 2017, Pukul 10.00 WIB 18

Ibid.

Page 11: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

7

Kecamatan Sooko terdapat praktik produsen yang tidak sesuai aturan,

sehingga dapat menjawab masalah pokok dalam penelitian ini.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti ingin

melakukan penelitian tentang etika bisnis Islam dengan judul: Tinjauan

Etika Bisnis Islam terhadap Perilaku Produsen (Studi Kasus pada

Industri Rumah Tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen yang

tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produknya?

2. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen yang

menggunakan satu nomor P-IRT untuk beberapa jenis produk?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan

penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah

diidentifikasikan di atas, yaitu:

1. Untuk menjelaskan tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku

produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

produknya.

Page 12: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

8

2. Untuk menjelaskan tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku

produsen yang menggunakan satu nomor P-IRT untuk beberapa jenis

produk.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka

kegunaan penelitian yang diharapkan adalah:

1. Secara Teoritik: Memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan

ilmu ekonomi Islam, serta menjadi rujukan penelitian tentang etika bisnis

Islam.

2. Secara praktis: Dijadikan bahan rujukan dalam berbisnis bagi para

pembaca pada umumnya, dan para produsen industri rumah tangga di

Desa Jurug Kecamatan Sooko pada khususnya untuk berperilaku sesuai

etika bisnis Islam.

E. Telaah Pustaka

Dalam telaah pustaka ini penulis mengemukakan hasil penelitian yang

dianggap relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, diantaranya:

Skripsi Rohmatul Mega, STAIN Ponorogo yang berjudul Tinjauan

Etika Bisnis Islam Terhadap Mobile Marketing pada “Kyla OL Shop” di

Ponorogo. Skripsi ini mengangkat masalah tentang pemanfaatan mobile

marketing yang dilakukan oleh Kyla OL Shop di Ponorogo sebagai media

pemasaranya. Fungsi pemasaran dalam etika bisnis Islam terbagi menjadi

Page 13: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

9

etika pemasaran dalam konteks produk, harga, distribusi dan produksi. Selain

itu, pelaku bisnis harus memiliki etika dalam menjalankan fungsi

pemasarannya. Skripsi ini menggunakan pendekatan teoritik Etika Bisnis

Islam, dan pendekatan metodologi kualitatif, dengan jenis penelitian

lapangan. Kesimpulan dari skripsi ini adalah dalam menjalankan

pemasarannya dengan mobile marketing Kyla OL Shop sudah sesuai dengan

etika pemasaran baik dalam konteks produk, harga, distribusi, maupun

promosi. Serta Kyla OL Shop sebagai pelaku bisnis sudah memiliki etika

(akhlak) dalam menjalankan fungsi pemasaran, tetapi ada etika yang kurang

etis yaitu tidak memberikan hak khiyar kepada pembeli.19

Skripsi Nining Isnayni, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang

berjudul “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Persaingan Antar Produsen

Tahu di Desa Karanganyar, Weru, Sukoharjo”. Skripsi ini menyoroti masalah

kemungkinan terjadinya praktek persaingan antar produsen tahu di daerah

sentra industri tahu yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan persaingan

bisnis yang diperbolehkan dalam Islam hanyalah persaingan yang sehat.

Skripsi ini menggunakan pendekatan teoritik Etika Bisnis Islam, dan

pendekatan metodologi kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan. Melalui

penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa persaingan yang terjadi di

Desa Karanganyar adalah meliputi persaingan produksi, persaingan produk,

persaingan harga, dan persaingan pemasaran. Kemudian persaingan antar

produsen tahu yang terjadi di Desa Karanganyar sebagian sudah sesuai

19

Rohmatul Mega, Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Mobile Marketing pada “Kyla

OL Shop” di Ponorogo (Skripsi STAIN Ponorogo 2015).

Page 14: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

10

dengan etika bisnis Islam, terbukti dengan praktek-praktek persaingan yang

terjadi tidak menyimpang dari ajaran Islam, namun masih ada beberapa

aktivitas-aktivitas dari produsen yang menyimpang dari ajaran Islam.20

Skripsi Zabirotun Muniroh, UIN Walisongo Semarang yang berjudul

“Analisis Perilaku Produsen Muslim pada Bisnis Aneka Keripik dalam

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada UMKM Mekar Abadi Klambu,

Grobogan)”. Skripsi ini berangkat dari masalah munculnya industri-industri

kecil di Grobogan yang memproduksi aneka keripik. Dengan banyaknya

industri kecil yang muncul, maka perilaku produsen disini mulai

dipertanyakan. Dalam Islam tentu telah diatur tentang perilaku yang

seharusnya diterapkan oleh para produsen. Skripsi ini menggunakan

pendekatan teoritik Ekonomi Islam, dan pendekatan metodologi kualitatif,

dengan jenis penelitian lapangan. Kesimpulan skripsi ini adalah perilaku

produsen Muslim pada produksi aneka keripik UMKM Mekar Abadi ada

yang sesuai dan ada pula yang tidak sesuai dengan ekonomi Islam. Perilaku

yang tidak sesuai dengan ekonomi Islam yaitu kurang menjaga kebersihan

peralatan dan lingkungan, kurangnya menjaga keramahan dalam lingkungan

serta UMKM Mekar Abadi tidak menepati janji, dalam hal pelaksanaan jam

kerja. Sedangkan perilaku yang sesuai dengan ekonomi Islam adalah

produsen proaktif, kreatif dan inovatif, terbukti bahwa produsen tidak

mencampur bahan-bahan yang berbahaya dalam produknya. Orientasi produk

kemaslahatan diterapkan dengan baik karena tidak mencampurkan bahan

20

Nining Isnayni, Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Persaingan Antar Produsen

Tahu di Desa Karanganyar, Weru, Sukoharjo (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017).

Page 15: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

11

berbahaya. Kejujuran dan keadilan sudah diterapkan dengan baik karena tidak

mengurangi timbangan/takaran dalam proses pengemasan.21

Dari pemaparan telaah pustaka di atas, dapat diketahui bahwa

penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian lapangan. Namun, belum pernah ditemukan penelitian tentang

tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen pada industri rumah

tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jika dilihat dari perolehan data, penelitian ini termasuk dalam

jenis penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya.22

Penelitian ini

dilakukan dengan cara mencari data secara langsung dengan melihat

objek yang diteliti dengan peneliti sebagai subjek penelitian, dengan

memilih orang-orang tertentu yang sekiranya dapat memberikan data

yang penulis butuhkan.

Jika dilihat dari jenis data, maka penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik,

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

21

Zabirotun Muniroh, Analisis Perilaku Produsen Muslim pada Bisnis Aneka Keripik

dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada UMKM Mekar Abadi Klambu, Grobogan)

(Skripsi UIN Walisongo Semarang 2016). 22

Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN PO Press, 2010),

6.

Page 16: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

12

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.23

Peneliti menggunakan pendekatan normatif, yaitu

menggunakan teori etika bisnis Islam yang didasarkan pada nilai-nilai

dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Pendekatan tersebut digunakan untuk

mengetahui fenomena sosial yang terjadi di kalangan produsen Industri

Rumah Tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko, melalui data deskripsi

berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti dalam penelitian

sangat diperlukan. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti

menjadi pelapor hasil penelitiannya.24

Oleh karena itu, penulis hadir

secara langsung di tengah-tengah responden untuk mengamati perilaku

produsen terhadap pencantuman tanggal kadaluarsa serta nomor PIRT

pada label produknya. Peneliti juga hadir untuk melakukan observasi

secara terang-terangan untuk memastikan dugaan awal yang diperoleh

dari pengamatan awal.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada industri rumah tangga di Desa

Jurug Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo. Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di lokasi tersebut karena ada beberapa

permasalahan terkait dengan perilaku produsen industri rumah tangga di

23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), 6. 24

Ibid., 168.

Page 17: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

13

Desa Jurug Kecamatan Sooko terhadap pencantuman tanggal kadaluarsa

serta nomor PIRT pada label produknya. Adapun lokasi penelitian yang

dipilih antara lain:

a. Industri rumah tangga Bu S.

b. Industri rumah tangga Bu E.

c. Industri rumah tangga Bu SR.

d. Industri rumah tangga Bu Y

e. Industri rumah tangga Bu H.

f. Industri rumah tangga Pak M.

g. Industri rumah tangga Bu T.

h. Industri rumah tangga Bu W.25

4. Data dan Sumber Data

a. Data

1) Data Umum

Data umum yang digunakan penulis adalah gambaran

umum tentang Desa Jurug Kecamatan Sooko, yaitu meliputi letak

geografis, keadaan penduduk, keadaan beragama, serta keadaan

industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

2) Data Khusus

Data khusus yang digunakan peneliti yaitu fenomena

pelabelan produk industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan

Sooko.

25

Penulisan nama menggunakan inisial untuk menjaga privasi, atas kehendak informan.

Page 18: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

14

b. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data adalah sumber dimana

data penelitian itu melekat dan atau dapat diperoleh.26

Dalam

penelitian ini sumber data yang digunakan adalah:

1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung

dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

alat pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari.27

Data ini dapat diperoleh melalui

wawancara dengan pemilik atau produsen industri rumah tangga

di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia

sebelum penelitian dilakukan.28

Data ini diperoleh dari dokumen

Kecamatan Sooko dalam Angka 2017, yang dipublikasikan oleh

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan memperhatikan suatu gejala, kejadian atau sesuatu dengan

26

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91. 27

Ibid. 28

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 291.

Page 19: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

15

maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor

penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.29

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap produk

Industri Rumah Tangga Desa Jurug Kecamatan Sooko untuk

mendapatkan data tentang pelabelan produk yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa serta menggunakan satu nomor P-

IRT pada beberapa jenis produk.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka

antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara).30

Wawancara dilakukan dengan delapan pelaku industri

rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko, untuk mendapatkan

data tentang pencantuman tanggal kadaluarsa dan pencantuman

nomor P-IRT pada label produk.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan

data yang sudah tersedia dalam bentuk catatan dokumen.31

Yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa cacatan,

29

Emzir, Metodologi Penelitan Kualitatif: Analisis Data (Jakarta Utara: PT RajaGrafindo

Persada, 2011), 38. 30

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013), 194. 31

Suwandi Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 158.

Page 20: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

16

transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya.32

Dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang

pelabelan produk yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa serta

menggunakan nomor P-IRT pada beberapa jenis produk.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan,

pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan

memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan

dan mendukung pembuatan keputusan.33

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan keputusan. Melalui data yang disajikan,

kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari

32

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2013), 132. 33

Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun

Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 253.

Page 21: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

17

penyajian-penyajian tersebut. Sedangkan dalam kesimpulan diverifikasi

selama penelitian berlangsung.34

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui

dari konsep kesahihan dan keandalan. Sehingga dalam penelitian ini

dalam pengecekan keabsahan data yang digunakan adalah:

a. Ketekunan pengamatan yaitu menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

b. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap itu. Hal ini

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.35

G. Sistematika Pembahasan

Agar lebih mudah dan praktis dalam pembahasan skripsi ini, maka

penulis membagi menjadi lima bab yang masing-masing dapat diuraikan

sebagai berikut:

34

Ulber, Metode Penelitian, 340-341. 35

Lexy, Metodologi Penelitian, 177-178.

Page 22: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

18

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pola dasar atau tempat berpijak dari

keseluruhan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan

sitematika pembahasan.

BAB II : TEORI PERILAKU PRODUSEN YANG SESUAI

DENGAN ETIKA BISNIS ISLAM

Bab ini merupakan landasan teori. Dalam bab ini penulis

akan menjabarkan tentang Teori Perilaku Produsen Yang

Sesuai dengan Etika Bisnis Islam yang meliputi: pengertian

etika bisnis Islam, prinsip-prinsip etika bisnis Islam,

Pedoman bisnis yang dicontohkan Rasulullah, pedoman

bisnis yang berlaku umum; perilaku produsen, dan

pencantuman label dalam produk.

BAB III : PRAKTIK PERILAKU PRODUSEN INDUSTRI

RUMAH TANGGA DI DESA JURUG KECAMATAN

SOOKO

Bab ini merupakan penyajian data hasil penelitian yang

yang meliputi data umum dan data khusus. Data umum

berisi tentang profil Desa Jurug Kecamatan Sooko, dan

data khusus berisi tentang perilaku produsen industri

rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko dalam

Page 23: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

19

pencantuman tanggal kadaluarsa dan pencantuman nomor

P-IRT pada label produk.

BAB IV : TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP

PERILAKU PRODUSEN (STUDI KASUS PADA

INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA JURUG

KECAMATAN SOOKO)

Bab ini merupakan analisi data, meliputi : analisis etika

bisnis Islam terhadap perilaku produsen yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produknya,

serta analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen

yang menggunakan satu Nomor P-IRT untuk beberapa

jenis Produk.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan

dari rumusan permasalahan, serta saran-saran dari penulis

yang dianggap penting tentang skripsi dan kritik yang

membangun yang diharapkan penulis.

Page 24: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

20

BAB II

TEORI PERILAKU PRODUSEN YANG SESUAI DENGAN

ETIKA BISNIS ISLAM

A. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat

kebiasaan.1 Menurut Istiono Wahyu dan Ostaria, etika adalah cabang

utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup

analisis dan penerapan konsep seperti benar-salah, baik-buruk, dan

tanggung jawab. Etika adalah ilmu berkenaan tentang yang buruk dan

tentang hak kewajiban moral. Menurut Rafik Issa Bekum, etika dapat

didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan baik

dari buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif, karena ia

berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh

dilakukan oleh seorang individu.2

Etika memiliki dua pengertian. Pertama, etika sebagaimana

moralitas, berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi

pedoman dan pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupan. Kedua,

etika sebagai refleksi kritis dan rasional. Etika membantu manusia

1Moh. Nurhakim, Metodologi Studi Islam (Malang: UMM Press, 2005), 190.

2Veithzal Rivai, dkk., Islamic Business and Economic Ethics: Mengacu pada Al-Qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012), 2-3.

Page 25: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

21

bertindak secara bebas, tetapi dapat dipertanggungjawabkan.3 Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas

atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, atau nilai mengenai benar dan

salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah ilmu

tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak).4

Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau

pengolahan barang (produksi). Skinner mengatakan bahwa bisnis adalah

pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan untuk

memberi manfaat. Sementara Anoraga dan Soegiastuti mendefinisikan

bisnis sebagai aktivitas jual beli barang dan jasa. Straub dan Attner

mendefinisikan bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas

produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen

untuk memperoleh profit.5

Yusanto dan Wijayakusuma mendefinisikan bisnis Islami adalah

serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak

dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang atau jasa) termasuk

3Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan OPSI,

Tetapi Solusi! (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 234. 4Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics and Finance: Ekonomi dan

Keuangan Islam Bukan Alternatif, tetapi Solusi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),,

215. 5Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam

(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004),56.

Page 26: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

22

profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan

pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.6

Sedangkan etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan

bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,

perusahaan dan juga masyarakat.7 Etika bisnis merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini

berkonsentrasi pada standart moral, sebagaimana diterapkan dalam

kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Standart etika bisnis tersebut

diterapkan kedalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat

modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa

diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.8

Etika bisnis Islam diartikan sebagai serangkaian aktifitas bisnis

dalam berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendayaan hartanya (ada aturan halal dan haram).

Dalam arti, pelaksanaan bisnis tetap berpegang pada ketentuan syarat

(aturan-aturan dalam Al-Qur’a>n dan Hadith). Dengan kata lain, syariat

merupakan nilai utama yang menjadi payung strategis maupun praktis

bagi pelaku kegiatan bisnis.9 Sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat Al-Baqarah ayat 18810

:

6Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis

Islami (Jakarta: Gema Insani, 2002), 18. 7Arifin Johan, Etika Bisnis Islami (Semarang: Walisongo Press, 2009), 131.

8 Rivai, dkk., Islamic Business , 4.

9 Ibid., 13.

10 Al-Qur’a>n, 2: 188.

Page 27: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

23

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu

mengetahui.11

Etika bisnis Islam menurut Muhammad Djakfar adalah norma-

norma etika yang berbasiskan al-Qur’an dan hadits yang harus dijadikan

acuan oleh siapapun dalam aktivitas bisnis. Dengan kata lain,

bagaimanapun etika bisnis yang berbasis kitab suci dan sunnah

Rasulullah SAW, sebagaimana halnya etika bisnis modern, tidak cukup

dilihat patrialistik semata, tetapi perlu dilihat juga dalam fungsinya

secara utuh (holistik). Dalam arti etika bisnis Islam perlu diposisikan

sebagai komoditas akademik yang bisa melahirkan sebuah cabang

keilmuan, sekaligus sebagai tuntutan para pelaku bisnis dalam melakukan

bisnis sehari-hari.12

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa etika

bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-

nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada

11

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya (Semarang: CV. Toha Putra

Semarang, 1989), 46. 12

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang: UII Malang Press, 2008), 84-85.

Page 28: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

24

kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan

benar.13

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

Dasar hukum etika bisnis Islam adalah sebagai berikut:

a. Al- Nisa>’ ayat 2914

:

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka

diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”.15

b. Al-S{aff ayat 1016

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku

tunjukkan suatu perniagaan yang dapat

menyelamatkanmu dari adzab yang pedih?”17

c. Al-Baqarah ayat 4218

:

13

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah: Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 171. 14

Al-Qur’a>n, 4: 29. 15

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 122. 16

Al-Qur’a>n, 61: 10. 17

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 929. 18

Al-Qur’a>n, 2: 42.

Page 29: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

25

Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan

yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak

itu, sedang kamu mengetahuinya ”.19

d. Al-Tawbah ayat 2420

:

Artinya: Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-

saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan

yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri

kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah

lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari

berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan Nya". dan Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”.21

e. Al-Nu>r ayat 3722

:

Artinya: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak

(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)

mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.

mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan

penglihatan menjadi goncang.23

19

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 16. 20

Al-Qur’a>n, 9: 24. 21

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 281. 22

Al-Qur’a>n, 24: 37. 23

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 550.

Page 30: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

26

3. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam

Guna melangsungkan bisnis secara teratur, terarah dan

bermartabat, maka diperlukan adanya etika.24

Prinsip-prinsip dasar etika

bisnis Islam mencakup:

a. Kesatuan (Unity).

Kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid

yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik

dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial menjadi keseluruhan

yang homogen, serta mementingkan konsep eksistensi dan

keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini maka Islam

menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi

membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula, maka etika dan

bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk

suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.25

Konsep kesatuan memiliki pengaruh yang paling mendalam

terhadap diri seorang Muslim, yaitu karena seorang muslim

memandang apapun yang ada di dunia sebagai milik Allah, sehingga

pandangannya menjadi lebih luas dan pengabdiannya tidak lagi

terbatas kepada kelompok atau lingkungan tertentu. Seorang muslim

juga percaya bahwa Allah mengetahui segalanya yang terlihat

maupun yang tersembunyi, dan bahwa ia tidak dapat

menyembunyikan apapun, niat maupun tindakan dari Allah SWT.

24

Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam (Bandung: Penerbit Mandar

Maju, 2002), 166. 25

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 45.

Page 31: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

27

Sebagai konsekuensinya, ia akan menghindarkan diri dari apa yang

dilarang, dan berbuat hanya dalam kebaikan.26

b. Keseimbangan (Equilibrium).

Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam

berbisnis dan melarang berbuat curang atau berlaku zalim.27

Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak

lingkungan sosial, hak alam semesta, hak Allah dan Rasul-Nya

berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-

hak tersebut harus ditempatkan sebagaimana mestinya, yaitu sesuai

aturan syariah. Tidak mengakomodir salah satu hak di atas, dapat

menempatkan seseorang tersebut pada kezaliman. Karenanya orang

yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.28

Hal ini sesuai

dengan firman Allah dalam Surat Al-Ma>idah ayat 829

, yaitu:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

26

Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, tt), 53-54. 27

Rivai dan Antoni, Islamic Economics 221. 28

Faisal Badroen, dkk., Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006),

91. 29

Al-Qur’a>n, 5: 8.

Page 32: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

28

kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan.30

Konsep keseimbangan juga dapat dipahami bahwa

keseimbangan hidup di dunia dan akhirat harus diusung oleh seorang

pebisnis muslim. Oleh karenanya, konsep keseimbangan berarti

menyerukan kepada pengusaha muslim untuk bisa merealisasikan

tindakan-tindakan dalam bisnis yang dapat menempatkan dirinya dan

orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat.31

Keseimbangan moral muslim mengarah untuk tidak membuat

kesulitan dan kerusakan. Perilaku yang menyebabkan kesulitan yang

menyakitkan orang lain perlu mendapat perhatian, baik yang

disengaja oleh pelakunya maupun tidak. Hal itu harus dilenyapkan

tanpa mempertimbangkan niat yang melatarbelakanginya, apakah

alasannya keduniawian ataupun akhirat.32

c. Kehendak Bebas (Free Will).

Kehendak bebas manusia berarti suatu potensi dalam

menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan

manusia tidak dibatasi. Tetapi, kehendak bebas yang diberikan Allah

kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya

manusia, yaitu sebagai khalifah di bumi. Karena itu, kehendak bebas

30

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 159. 31

Faisal Badroen, Etika Bisnis, 92. 32

Ibid., 93-94.

Page 33: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

29

itu harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu, terlebih

lagi pada kepentingan umat.33

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis

Islam, sehingga kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya

batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif

berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan

pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban

setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak, dan

sedekah.34

d. Tanggung jawab (Responsibility).

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil

dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya

pertanggungjawaban dan akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan

keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung jawabkan

tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan

kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas

dilakukan oleh manusia dengan bertanggung jawab atas semua yang

dilakukannya.35

Tanggung jawab terkait erat dengan tanggung jawab manusia

atas segala aktivitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga

tanggung jawab kepada manusia sebagai masyarakat. Karena

33

Rivai dan Antoni, Islamic Economics, 229-230. 34

Abdul Aziz, Etika Bisnis, 46. 35

Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenadamedia, 2014), 58.

Page 34: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

30

manusia tidak hidup sendiri, dia tidak terlepas dari hukum yang

dibuat manusia itu sendiri sebagai komunitas sosial. Tanggung jawab

kepada Tuhan tentunya di akhirat, tetapi tanggung jawab kepada

manusia didapat di dunia berupa hukum-hukum formal maupun

hukum non formal.36

e. Ihsan (Benevolence)

Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan

meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan atau kebenaran.37

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap

dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses

mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam

proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip

kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku

preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak

yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.38

Dalam sebuah bisnis, Ahmad menggaris bawahi sejumlah

perbuatan yang dapat mendukung pelaksanaan aksioma ihsan dalam

bisnis, yaitu: kemurahan hati, motif pelayanan, dan kesadaran akan

adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang

menjadi prioritas.39

36

Rivai dan Antoni, Islamic Economics, 230. 37

Ibid. 38

Abdul Aziz, Etika Bisnis, 47. 39

Faisal Badroen, Etika Bisnis, 102.

Page 35: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

31

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip

sadar etika bisnis Islam yaitu: kesatuan (Unity), keseimbangan

(Equilibrium), kehendak Bebas (Free Will), tanggung jawab

(Responsibility), dan ihsan (Benevolence).

4. Bisnis yang di Contohkan Nabi Muhammad

Praktik pelaksanaan bisnis yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW, mengambarkan sifat dan perilaku beliau, yaitu:

a. S{idi>q berarti benar, yaitu senantiasa menyatakan dan melakukan

kebenaran dan kejujuran di manapun berada dan kepada siapapun.

Implikasinya dalam berbisnis adalah tegaknya kejujuran dan

menghindari segala bentuk penipuan, penggelapan dan perilaku

dusta.

b. Fat}anah berarti cerdas, yaitu mampu berpikir secara jernih dan

rasional serta mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Dalam

dunia bisnis sifat fatanah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan

menetapkan hal-hal dan atau kegiatan yang halal, tayib, ihsan dan

tawa>zun.40

Selain itu, sifat fathanah akan menimbulkan kreativitas

dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang

bermanfaat.41

c. Amanah berarti dapat dipercaya, yaitu menjaga kepercayaan yang

diberikan oleh Allah dan orang lain. Dalam berbisnis, pemberian

40

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Governance Bisnis

Syariah (Jakarta: KNKG, 2011), 16. 41

Rivai dan Andi, Islamic Economics, 236.

Page 36: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

32

kepercayaan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk pertanggung

jawaban dan akuntabilitas atas kegiatan-kegiatan bisnis.

d. Tabligh berarti menyampaikan, yaitu menyampaikan Risalah dari

Allah tentang kebenaran yang harus ditegakkan di muka bumi.

Kebenaran Risalah ini harus diteruskan oleh ummat Islam dari waktu

ke waktu agar Islam benar-benar dapat menjadi rahmat bagi alam

semesta. Dalam dunia bisnis, penyampaian risalah kebenaran dapat

diwujudkan dalam bentuk sosialisasi praktik-praktik bisnis yang baik

dan bersih, termasuk perilaku bisnis Rasulullah Saw dan para

sahabatnya.42

Keempat sifat Nabi Muhammad yaitu S{idi>q, Fat}anah, amanah,

dan tabligh ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya dan merupakan salah satu perwujudan dari iman

dan takwa.

5. Pedoman Bisnis Syariah yang Berlaku Umum

Dari keempat kesatuan sifat Nabi dan Rasul dapat diturunkan asas

Good Governance Bisnis Syariah yang berlaku secara umum dalam

dunia usaha yaitu:

a. Transparansi

Tranparansi (transparency) mengandung unsur

pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi yang memadai

dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Transparansi

42

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum, 236.

Page 37: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

33

diperlukan agar pelaku bisnis syariah menjalankan bisnis secara

objektif dan sehat. Pelaku bisnis syariah harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan yang sesuai dengan ketentuan syariah.43

Oleh karena itu, maka:

1) Pelaku bisnis syariah harus menyediakan informasi tepat waktu,

memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah

diakses oleh semua pemangku kepentingan sesuai dengan

haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas

pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi organisasi, kondisi

keuangan, susunan pengurus, kepemilikan, sistem manajemen

risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan

pelaksanaan GGBS serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian

penting yang dapat mempengaruhi kondisi entitas bisnis syariah.

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh pelaku bisnis syariah tidak

mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan

organisasi sesuai dengan peraturan perundangan, rahasia

jabatan, dan hak-hak pribadi.

43

Ibid., 17.

Page 38: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

34

4) Kebijakan organisasi harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada semua pemangku kepentingan.44

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan asas penting dalam bisnis syariah.

Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi

dalam organisasi dan cara mempertanggung jawabkannya. Pelaku

bisnis syariah harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis syariah harus dikelola

secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pelaku bisnis

syariah dengan tetap memperhitungkan pemangku kepentingan dan

masyarakat pada umumnya.45

Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang berkesinambungan. Oleh karena itu, maka:

1) Pelaku bisnis syariah harus menetapkan rincian tugas dan

tanggung jawab masing-masing organ dan semua karyawan

secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai, dan strategi

bisnis syariah.

2) Pelaku bisnis syariah harus meyakini bahwa semua elemen

organisasi dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai

dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan

Good Governance Bisnis Syariah.

44

Ibid. 45

Ibid.

Page 39: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

35

3) Pelaku bisnis syariah harus memastikan adanya sistem

pengendalian yang efektif dalam pengelolaan organisasi.

4) Pelaku bisnis syariah harus memiliki ukuran kinerja untuk

semua jajaran organisasi yang konsisten dengan sasaran bisnis

yang digeluti, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi

(reward and punishment system).

5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap

elemen organisasi dan semua karyawan harus berpegang pada

etika bisnis syariah dan pedoman prilaku (code of conduct) yang

telah disepakati.

6) Pelaku bisnis syariah harus meyakini bahwa semua prosedur dan

mekanisme kerja dapat menjamin kehalalan, tayib, ikhsan dan

tawa>zun atas keseluruhan proses dan hasil produksi.46

c. Responsibilitas

Dalam hubungan dengan asas responsibilitas

(responsibility), pelaku bisnis syariah harus mematuhi peraturan

perundang-udangan dan ketentuan bisnis syariah, serta

melaksanakan tanggung-jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

Dengan pertanggung jawaban ini maka entitas bisnis syariah dapat

terpelihara kesinambungannya dalam jangka panjang dan mendapat

46

Ibid., 16-17.

Page 40: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

36

pengakuan sebagai pelaku bisnis yang baik (good corporate

citizen).47

Oleh karena itu, maka:

1) Pelaku bisnis syariah harus berpegang pada prinsip kehati-hatian

dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan bisnis syariah

dan perundangan, anggaran dasar serta peraturan internal pelaku

bisnis syariah (by-laws).

2) Pelaku bisnis syariah harus melaksanakan isi perjanjian yang

dibuat termasuk tetapi tidak terbatas pada pemenuhan hak dan

kewajiban yang yang disepakati oleh para pihak.

3) Pelaku bisnis syariah harus melaksanakan tanggung jawab sosial

antara lain dengan peduli terhadap masyarakat dan kelestarian

lingkungan terutama di sekitar tempat berbisnis, dengan

membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4) Pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut dapat dilakukan

dengan cara membayar zakat, infak dan sadaqah.48

d. Independensi

Dalam hubungan dengan asas independensi (independency),

bisnis syariah harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing pihak tidak boleh saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak manapun. Independensi terkait dengan

47

Ibid., 17 48

Ibid.

Page 41: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

37

konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap berpegang teguh pada

kebenaran meskipun harus menghadapi risiko. 49

Independensi merupakan karakter manusia yang bijak, oleh

karena itu, maka:.

1) Pelaku bisnis syariah harus bersikap independen dan harus

menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak

terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau

tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan

secara obyektif.

2) Masing-masing organ Perusahaan harus melaksanakan fungsi

dan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan dan

ketentuan syariah, tidak saling mendominasi dan atau melempar

tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

3) Seluruh jajaran bisnis syariah harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawabnya.50

e. Kewajaran dan Kesetaraan

Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur

kesamaan perlakuan dan kesempatan. Fairness atau kewajaran

merupakan salah satu manifestasi adil dalam dunia bisnis. Setiap

keputusan bisnis, baik dalan skala individu maupun lembaga,

hendaklan dilakukan sesuai kewajaran dan kesetaraan sesuai dengan

49

Ibid., 18. 50

Ibid.

Page 42: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

38

apa yang biasa berlaku, dan tidak diputuskan berdasar suka atau

tidak suka. Pada dasarnya, semua keputusan bisnis akan

mendapatkan hasil yang seimbang dengan apa yang dilakukan oleh

setiap entitas bisnis, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam

melaksanakan kegiatannya, pelaku bisnis syariah harus senantiasa

memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan,

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.51

Oleh karena itu, maka:

1) Pelaku bisnis syariah harus memberikan kesempatan pada

pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan

menyampaikan pendapat bagi kepentingan organisasi serta

membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2) Pelaku bisnis syariah harus memberikan perlakuan yang setara

dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat

dan kontribusi yang diberikan.

3) Pelaku bisnis syariah harus memberikan kesempatan yang sama

dalam penerimaan pegawai, berkarir, dan melaksanakan

tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama,

ras, golongan, jenis kelamin (gender) dan kondisi fisik.

4) Pelaku bisnis syariah harus bersikap tawa>zun yaitu adil dalam

pelayanan kepada para nasabah atau pelanggan dengan tidak

mengurangi hak mereka, serta memenuhi semua kesepakatan

51

Ibid.

Page 43: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

39

dengan para pihak terkait dengan harga, kualitas, spesifikasi

atau ketentuan lain yang terkait dengan produk yang

dihasilkannya.52

Dari penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa pedoman bisnis

syariah yang dapat berlaku umum meliputi transparansi, akuntabilitas,

resposibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan.

B. Perilaku Produsen

Secara teknis produksi adalah proses mentransformasikan input

menjadi output. Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan definisi yang

berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Kahf

mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha

manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga

moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana

digariskan dalam ajaran agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.53

Sedangkan Siddiqi mendefinisikan kegiatan produksi sebagai

penyediaan barang dan jasa dengan memerhatikan nilai keadilan dan

kebajikan/ kemanfaatan bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang

produsen telah bertindak adil, dan membawa kebajikan bagi masyarakat maka

ia telah bertindak Islami.54

52

Ibid., 19. 53

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 230. 54

Ibid., 231.

Page 44: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

40

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepentingan

manusia, yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus atau target

dari kegiatan produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan

mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan mas}lah}ah

bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan

menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan

hasilnya.55

Upaya untuk mencari keuntungan merupakan konsekuensi logis dari

aktivitas produksi seseorang karena keuntungan itu merupakan rezeki yang

diberikan Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa kegiatan produksi

itu adalah dalam rangka memaksimalkan kepuasan dan keuntungan dunia dan

akhirat.

Dalam pandangan Islam, produksi bukan sekedar aktivitas yang

bersifat duniawi, tetapi juga merupakan sarana untuk mencari kebahagiaan

hidup di akhirat kelak. Untuk itu motivasi produsen dalam memaksimumkan

keuntungan harus dilakukan dengan cara-cara yang sejalan dengan tujuan

syariah, yaitu mewujudkan kemaslahatan hidup bagi manusia dan

lingkungannya secara keseluruhan.56

Keuntungan dikenakan didasarkan atas

keuntungan yang tidak merugikan produsen atau konsumen yang lain.

55

Ibid. 56

Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Depok: PT

RajaGrafindo Persada, 2014), 126.

Page 45: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

41

Keuntungan didasarkan atas upaya untuk menstimulir pasar. Oleh karena itu,

keuntungan pengusaha muslim didasarkan atas prinsip kemanfaatan.57

Beberapa prinsip dasar perilaku produsen sebagai perwujudan dari

Islamic man adalah sebagai berikut58

:

1. Produsen tidak saja reaktif tapi juga proaktif, kreatif, dan inovatif dalam

membuat produk. Seringkali konsumen tidak mengetahui apa yang dia

butuhkan. Kebutuhannya mulai terasa ketika ia melihat-lihat barang-

barang di dalam toko. Dari situ, produsen dituntut untuk bisa kreatif dan

inovatif dalam menyediakan barang yang dibutuhkan konsumen. Tidak

sekedar barang-barang lumrah yang memang dibutuhkan konsumen.

Namun, yang perlu diperhatikan produsen, kreativitas perlu dibatasi oleh

nilai-nilai luhur Islam yang bersifat mendidik konsumen.59

2. Orientasi pembuatan produk adalah kemaslahatan, bukan asal laku (dapat

untung). Walaupun surveibilitas produsen sangat ditentukan oleh

sejauhmana ia memperoleh keuntungan dari penjualan produknya, bukan

berarti produsen dibebaskan untuk membuat produk asal laku di

masyarakat. Dalam norma-norma Islam di samping terdapat barang atau

sesuatu yang secara jelas dilarang untuk dikonsumsi (berarti juga

diproduksi), Islam juga menyarankan agar produk mengandung

57

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonisia,

2002), 195-196. 58

Dede Nurohman, Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011),

114. 59

Ibid., 115.

Page 46: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

42

kemanfaatan bagi masyarakat banyak. Sehingga orientasi produsen

bukan hanya mencari keuntungan tetapi juga menjaga ketentraman.60

3. Memegang prinsip efisiensi. Efisiensi penting dalam proses produksi.

Artinya produsen harus menerapkan prinsip ini dalam berbagai sisi

aktivitas produksi. Dalam penerapan jumlah produk, misalnya produsen

harus mengukur terlebih dulu seberapa kekuatan masyarakat dalam

mengkonsumsi sebuah produk. Hal ini menentukan produsen untuk

membuat berapa banyak produk harus ia buat. Jika produk yang ia buat

terlalu banyak, melebihi kapasitas yang diinginkan masyarakat, maka

produk tersebut menjadi sia-sia. Ini berarti inefisien dan tidak

direkomendasikan dalam Islam.61

4. Dapat mengantisipasi dan memprediksi ekses negatif dari produk yang

akan dibuatnya. Produk-produk seperti kosmetik, obat-obatan, makanan,

minuman suplemen, alat-alat teknologi, dan peralatan lainnya dapat

mengundang bahaya konsumen jika dibuat secara tidak cermat oleh

produsen. Oleh karena itu, dalam pembuatan produk, produsen harus

hati-hati dan waspada dengan mempertimbangkan segala kemungkinan

yang akan terjadi pada konsumen. Produsen harus mempersiapkan bahan

yang baik, melakukan uji teknis atau medis, melakukan pemantauan

dalam proses produksi, menyiapkan tenaga ahli, serta melakukan

eksperimen untuk memastikan bahwa produk yang dibuatnya tidak

membahayakan konsumen. Termasuk mencantumkan beberapa informasi

60

Ibid. 61

Ibid., 115-116

Page 47: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

43

terkait aturan pakai, masa kadaluarsa, efek samping yang

ditimbulkannya, dan peringatan-peringatan lain yang menjadi

pengetahuan dasar bagi konsumen sebelum membeli produk. Ini penting

karena realitas konsumen adalah realitas ketidaktahuan akan produk.

Oleh karena itu, produsen sebagai pihak yang mengetahui seluk beluk

produk harus memberikan kepedulian terlebih dahulu dengan cara seperti

itu.62

5. Menjaga keramahan terhadap lingkungan. Persoalan yang sering

mengganggu dalam kegiatan produksi adalah bagaimana kegiatan

produksi tidak mengakibatkan rusaknya lingkungan. Jika hal ini tidak

diperhatikan, kerusakan lingkungan dapat mengakibatkan bencana bagi

masyarakat serta makhluk hidup di sekitarnya. Untuk itu, produsen harus

melakukan kajian dan penelitian terhadap bahan-bahan, zat-zat kimiawi,

dan mengatur proses pembuangannya agar kegiatan produksi tidak

mengakibatkan pencemaran lingkungan. Produsen harus menjaga

keseimbangan alam dan menciptakan kondisi lingkungan tetap hijau.63

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa prinsip dasar

perilaku produsen sebagai perwujudan dari Islamic man adalah kreatif, dan

inovatif; menjujung kemaslahatan, efisiensi, keramahan lingkungan serta

mampu mengantisipasi ekses negatif dari produk yang dihasilkan.

62

Ibid. 63

Ibid.

Page 48: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

44

C. Pencantuman Label pada Produk

Sebelum membeli, seorang konsumen tentu akan mencari informasi

tentang berbagai aspek dari suatu barang atau produk. Kelengkapan suatu

informasi, daya tarik dan kelebihan suatu barang atau produk menjadi faktor

yang sangat menentukan bagi konsumen untuk menentukan pilihannya. Oleh

karena itu, informasi merupakan hal pokok yang dibutuhkan oleh setiap

konsumen.64

Dalam Pasal 97 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2012 Tentang Pangan disebutkan bahwa setiap orang yang

memproduksi pangan untuk diperdagangkan, wajib mencantumkan label di

dalam dan atau pada kemasan pangan.65

Label pangan merupakan setiap

keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi

keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.66

Labelisasi (pelabelan) dibutuhkan agar konsumen dapat

membandingkan dengan produk lainnya yang bersaing. Dengan demikian,

label harus mendeskripsikan dengan jelas setiap bahan asal yang terkandung

dalam produk, termasuk bahan yang tersembunyi, seperti pengolahan, alat

bantu pengolahan dan bahan-bahan pendukung lainnya.67

64

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,

2004), 285. 65

Pasal 97, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. 66

Pasal 1, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga. 67

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Kencana, 2016), 114-115.

Page 49: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

45

Tujuan labelisasi adalah untuk mencegah penipuan, serta untuk

membantu konsumen memaksimalkan pilihan mereka terhadap produk untuk

kemanfaatan atau kesejahteraan mereka. Agar konsumen bertindak sesuai

dengan kepentingan terbaik mereka dan berdasarkan pilihan mereka. Dengan

demikian, tujuan dari label adalah sebagai informasi untuk membantu

konsumen mengidentifikasi produk makanan yang paling sesuai dengan

pilihan mereka. Jika konsumen mengetahui identitas suatu produk dengan

jelas, memungkinkan bagi konsumen untuk memilih produk yang disukai.

Dalam konteks ini, memberikan informasi adalah upaya meningkatkan

kesejahteraan dan meningkatkan kebebasan konsumen untuk menggunakan

hak pilih mereka, karena konsumen membuat keputusan berdasarkan

informasi yang ada pada label. Jadi, label sangat membantu konsumen untuk

mendapatkan informasi produk bagi kemanfaatan dan kesejahteraan

konsumen. Pada sisi lain, label sebagai informasi produk berfungsi untuk:

mengubah perilaku konsumen terhadap produk; mengakomodasi preferensi

konsumen serta meningkatkan keamanan pangan; dan sebagai jaminan bahwa

negara sedang mempertimbangkan kepentingan konsumen.68

Dalam Islam, kebenaran dan keakuratan informasi ketika seorang

pelaku usaha mempromosikan barang dagangannya menempati kajian yang

sangat signifikan. Islam tidak mengenal sebuah istilah kapitalisme klasik

yang berbunyi ceveat emptor (pembelilah yang harus berhati-hati), tidak pula

ceveat venditor (pelaku usahalah yang harus berhati-hati), tetapi dalam Islam

68

Ibid., 115.

Page 50: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

46

yang berlaku adalah prinsip keseimbangan, dimana pembeli dan penjual harus

berhati-hati..69

Landasan etika bisnis yang harus diperhatikan dalam pelabelan adalah

prinsip kesatuan, pertanggung jawaban dan kehendak bebas, kebajikan dan

kebenaran. Dalam proses membuat dan menyebarkan suatu informasi harus

terdapat nilai keyakinan bahwa tidak ada satu aktivitaspun yang lepas dari

pengawasan Allah. Suatu informasi produk walaupun dengan secara bebas

memilih kreasi penyampaiannya, tetapi dibatasi oleh pertanggung jawaban

secara horizontal dan vertikal sekaligus. Suatu kebebasan yang tak terkendali,

yang membuat suatu kebohongan pasti tidak akan membawa dampak positif,

walaupun dalam jangka pendek mungkin menguntungkan. Demikian pula

nilai kebenaran harus dijunjung tinggi untuk mempertahankan suatu tujuan

luhur dari bisnis.70

Pelabelan yang benar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan

membantu terciptanya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab,

dimana semua pihak akan memperoleh informasi yang benar mengenai suatu

produk. Sehingga akan memudahkan dalam pengawasan keamanan pangan

dan melindungi konsumen dari terciptanya persepsi yang salah.71

Informasi yang harus diberikan pada pembeli tidak hanya

berhubungan dengan kualitas dan kuantitas suatu barang, tetapi juga berkaitan

69

Muhammad, Etika Bisnis, 204. 70

Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen, 275.

71Ade Sanjaya, “Pengertian Label Produk Pangan Pengaturan Pelabelan Bagi Konsumen

Dalam Mendapatkan Perlindungan dan Informasi”, dalam http://www.landasanteori.com (24

Februari 2018, pukul 06.57 WIB)

Page 51: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

47

dengan efek samping atau bahaya pemakaian, perlindungan terhadap

kepercayaan agama tertentu, seperti informasi halal atau haramnya suatu

produk. 72

Dalam Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2012 Tentang Pangan dijelaskan bahwa pencantuman label pada

kemasan pangan harus memuat paling sedikit keterangan mengenai: nama

produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan

alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor; halal bagi yang

dipersyaratkan; tanggal dan kode produksi; tanggal, bulan, dan tahun

kadaluarsa; nomor izin edar bagi pangan olahan; dan asal usul bahan pangan

tertentu.73

1. Pencantuman Tanggal Kadaluarsa pada Label

Keterangan masa kadaluarsa produk pangan merupakan salah satu

informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label kemasan

produk pangan. Pencantuman masa kadaluarsa sangat penting karena

terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan jaminan

mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen.74

Tanggal kadaluarsa merupakan informasi dari produsen kepada

konsumen, yang menyatakan batas/ tenggang waktu penggunaan/

pemanfaatan yang paling baik dan paling aman dari produk makanan

atau minuman kemasan. Artinya produk tersebut memiliki mutu yang

72

Ibid. 73

Pasal 97, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan 74

Feri Kusnandar, dkk., “Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit dengan Metode

Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis”, J.Teknol dan Industri Pangan, Vol. XXI No.

2 Th. 2010, 117.

Page 52: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

48

paling prima hanya sampai batas waktu tersebut. Dan produsenlah yang

menentukan masa tenggang kadaluwarsa karena pihak produsen yang

mengetahui lebih lanjut mengenai produk yang diproduksi.75

Pada saat baru diproduksi, mutu produk dianggap dalam keadaan

100%, dan akan menurun sejalan dengan lamanya penyimpanan atau

distribusi. Penggunaan indikator mutu dalam menentukan umur simpan

produk siap masak atau siap saji bergantung pada kondisi saat percobaan

penentuan umur simpan tersebut dilakukan.76

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada

dasarnya mengatur tentang pangan, khususnya yang terkait dengan

kesehatan pangan dan keselamatan manusia. Di samping itu undang-

undang tersebut juga memberikan rambu-rambu tentang bagaimana suatu

bahan pangan diproduksi dan diperdagangkan. Selain obat-obatan,

makanan juga dapat memiliki dua fungsi yaitu sebagai makanan, tetapi

dalam hal lain dapat menyebabkan keracunan, walaupun tidak separah

akibat salah penggunaan obat. Makanan yang busuk dapat menimbulkan

akibat yang fatal seperti muntah, buang air bahkan dapat menimbulkan

kematian.77

75

I Gede Eggy Bintang Pratama dan I Ketut Sudjana, “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen terhadap Makanan Kemasan Tanpa Tanggal Kadaluarsa”, 3. 76

Heny Herawati, “Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan”, Jurnal Litbang

Pertanian, 27(4), 2008, 25. 77

Bambang Hermanu, “Studi Implementasi Izin Edar Produk Pangan Industri Rumah

Tangga (PIRT) dalam Mewujudkan Keamanan Pangan yang Optimal di Kota Semarang”, Hukum

dan Dinamika Masyarakat vol. 11 no.2 April 2014, 155.

Page 53: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

49

2. Pencantuman Nomor PIRT pada Label

Dalam memproduksi makanan, minuman dan obat-obatan, salah

satu hal yang penting adalah memiliki Izin dari Dinas Kesehatan karena

berdasarkan dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),

untuk seluruh produksi makanan dan minuman yang diedarkan secara

luas harus memiliki izin produksi. Walaupun itu bentuknya adalah

industri rumahan. Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan

olahan yang membahayakan kesehatan konsumen, pemerintah Indonesia

telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan keamanan pangan.78

Pangan olahan yang diproduksi dan diedarkan oleh Industri

Rumah Tangga Pangan (IRTP) wajib memiliki Sertifikat Produksi

Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Bupati/

Walikota.79

Adapun pedoman yang digunakan sebagai dasar dalam

pemberian SPP-IRT adalah Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga.80

Tata cara pemberian SPP-IRT yang pertama adalah penerimaan

pengajuan permohonan SPP-IRT. Permohonan diterima oleh Dinas

78

Wiwit Setyoyati, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen terhadap Produk Pangan

Industri Rumah Tangga yang Tidak Berlabel”, 8. 79

Andi Hilam Imtiyaz, dkk., “Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP

di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember”, Artikel Ilmiah Hasil Penelitan Mahasiswa 2016, 2-3. 80

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga.

Page 54: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

50

Kesehatan dan dievaluasi kelengkapan serta kesesuaiannya yang

meliputi:

a. Formulir permohonan SPP-IRT yang memuat informasi sebagai

berikut: nama jenis pangan; nama dagang; jenis kemasan; berat

bersih/ isi bersih; komposisi; tahapan produksi; nama, alamat, kode

pos dan nomor telepon IRTP; nama pemilik; nama penanggung

jawab; informasi tentang masa simpan; informasi tentang kode

produksi.

b. Dokumen lain antara lain: surat keterangan atau izin usaha dari

instansi yang berwenang dan rancangan label pangan.81

Setelah mengevaluasi kelengkapan dan kesesuaian dokumen,

Dinas Kesehatan mengkoordinasi penyelenggaraan penyuluhan

keamanan pangan. Penyuluh Keamanan Pangan itu ditugaskan kepada

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat kompetensi di

bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM. Penyuluhan

Keamanan Pangan diikuti oleh pemilik atau penanggung jawab IRTP,

dengan materi sebagai berikut:

a. peraturan perundang-undangan di bidang pangan;

b. keamanan dan mutu pangan;

c. teknologi proses pengolahan pangan;

d. prosedur operasi sanitasi yang standar;

e. cara produksi pangan yang baik untuk IRT;

81

Lampiran 1, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga.

Page 55: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

51

f. penggunaan bahan tambahan pangan;

g. persyaratan label dan iklan pangan;

h. pencantuman label halal;

i. etika bisnis dan pengembangan jejaring bisnis IRTP.82

Tahapan yang ketiga yaitu, pemerikasaan sarana produksi pangan

industri rumah tangga oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki

Sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari

Badan POM. Pemeriksaan sarana produksi IRTP berpedoman pada

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga. Jika hasil pemeriksaan sarana produksi

menunjukkan bahwa IRTP masuk level I-II maka diberikan SPP-IRT.83

Nomor P-IRT merupakan nomor pangan produksi IRTP yang

menjadi bagian tidak terpisahkan dari SPP-IRT dan wajib dicantumkan

pada label pangan produksi IRTP yang telah memenuhi persyaratan

pemberian SPP-IRT. Nomor P-IRT ini hanya berlaku selama lima tahun

dan wajib dilakukan perpanjangan.84

Nomor P-IRT diberikan untuk satu jenis pangan Industri Rumah

Tangga Pangan (IRTP). Setiap perubahan, baik penambahan maupun

pengurangan provinsi, kabupaten/ kota, pemberian nomor disesuaikan

dengan kode baru untuk Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang diterbitkan

82

Ibid. 83

Ibid. 84

Andi Hilman, dkk., Analisis Nomor P-IRT, 2-3.

Page 56: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

52

oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan kode provinsi,

Kabupaten, dan Kota.85

Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 digit, dengan penjelasan:

a. digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan;

b. digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/ kode jenis pangan IRTP;

c. digit ke-4, 5, 6, dan 7 menunjukkan kode provinsi dan kabupaten/

kota

d. digit ke-8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah

memperoleh Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT);

e. digit ke-10, 11, 12, dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di

kabupaten/ kota yang bersangkutan;

f. digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.86

Registrasi terhadap suatu produk P-IRT merupakan jaminan mutu

dan keamanan pangan terhadap kelayakan suatu produk pangan agar

dapat dikonsumsi oleh konsumen. Registrasi untuk P-IRT dikeluarkan,

agar produk pangan tersebut secara sah dapat beredar di pasaran.87

85

Lampiran 1, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga. 86

Ibid. 87

Andi Hilman, dkk., Analisis Nomor P-IRT, 2-3.

Page 57: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

53

BAB III

PERILAKU PRODUSEN INDUSTRI RUMAH TANGGA

DI DESA JURUG KECAMATAN SOOKO

A. Gambaran Umum Desa Jurug Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo

1. Letak Geografis

Desa Jurug Kecamatan Sooko merupakan salah satu Desa yang

terletak di sebelah timur Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo, Jawa

Timur. Desa Jurug memiliki luas wilayah 1.205,353 Hektar. Secara

geografis Desa Jurug Kecamatan Sooko terletak pada ketinggian 450

sampai dengan 650 meter di atas permukaan laut, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Pulung

b. Sebelah Timur : Kecamatan Pudak

c. Sebelah Selatan : Desa Bedoho Kecamatan Sooko

d. Sebelah Barat : Desa Sooko Kecamatan Sooko1

2. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Jurug Kecamatan Sooko mencapai 6.726 jiwa.

Masyarakat Desa Jurug Kecamatan Sooko masih menjunjung tinggi rasa

kebersamaan, gotong royong, saling menolong serta solidaritas antar

sesama.2

1Dokumentasi Kantor Desa Jurug Kecamatan Sooko

2 Siti, Wawancara, 05 Maret 2018.

Page 58: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

54

Mayoritas penduduk Desa Jurug Kecamatan Sooko bekerja di

sektor pertanian. Namun ada pula penduduk yang bekerja di bidang

industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, jasa, transportasi,

pertambangan dan penggalian. Data penduduk Desa Jurug Kecamatan

Sooko menurut mata pencaharian3 yaitu:

Tabel 3.1

Mata Pencaharian Penduduk di Desa Jurug Kecamatan Sooko

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Pertanian 2.024 orang

3 Industri Pengolahan 98 orang

4 Konstruksi 7 orang

5 Perdagangan 189 orang

6 Jasa 5 orang

7 Transportasi 19 orang

3. Keadaan Beragama

Penduduk Desa Jurug Kecamatan Sooko terbagi antara Islam,

Kristen dan Katolik. Jumlah pemeluk agama Islam adalah 6.701 jiwa,

sedangkan agama Kristen 3 jiwa, dan agama Katolik 22 jiwa.4 Dari data

tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Jurug

Kecamatan Sooko adalah pemeluk agama Islam.

Walaupun penduduk tidak semuanya beragama Islam, namun

syari’at Islam tetap dikedepankan dan dilaksanakan oleh umat-umat

3Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Sooko dalam Angka 2017”, dalam

https://ponorogokab.bps.go.id (diakses pada tanggal 01 Maret 2018, jam 08.15). 4Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Sooko dalam Angka 2017”, dalam

https://ponorogokab.bps.go.id (diakses pada tanggal 01 Maret 2018, jam 08.15).

Page 59: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

55

Islam dengan penuh rasa kebersamaan kekeluargaan. Selain itu,

meskipun penduduk muslim non minoritas, pada dasarnya mampu hidup

berdampingan dengan masyarakat tanpa ada rasa diskriminasi.5

4. Keadaan Industri Rumah Tangga

Dari 98 penduduk Desa Jurug Kecamatan Sooko yang bermata

pencaharian dalam bidang industri, 48 diantaranya tergolong dalam

Industri Rumah Tangga Pangan6. Adapun rinciannya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Industri Rumah Tangga Pangan di Desa Jurug Kecamatan Sooko

Jenis Usaha

Jumlah pada Tahun

2014 2015 2016

Tempe 7 7 7

Tahu 2 2 2

Krupuk 3 3 3

Roti 7 7 7

Emping Mlinjo 1 1 1

Rengginang 4 4 4

Keripik 8 8 8

Jamu Tradisional 5 5 5

Es lilin 5 5 5

Makanan dan

minuman lainnya

6 6 6

5Siti, Wawancara, 05 Maret 2018.

6Ibid.

Page 60: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

56

B. Pelabelan Produk Industri Rumah Tangga di Desa Jurug Kecamatan

Sooko

Pelabelan produk merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh

produsen industri rumah tangga pangan di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

Setiap industri rumah tangga memiliki label produk yang berbeda-beda,

terutama pada desain label tersebut. Para produsen membuat desain label

sedemikan rupa, hingga produknya diminati oleh para konsumen. Selain itu,

dengan desain yang menarik, dapat membuat produk cepat dikenal oleh para

konsumen.7

Meskipun desain label berbeda-beda, namun informasi yang ada dalam

label kemasan produk industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan Sooko

hampir sama. Informasi pada label produk itu diantaranya yaitu, nama

produsen, alamat produsen, nomor telepon, nama produk, serta logo produk,

tanggal kadaluarsa, serta nomor izin edar.8

1. Pelabelan Produk Tanpa Mencantumkan Tanggal Kadaluarsa

Dari delapan industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan

Sooko yang menjadi subjek penelitian, dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu 2 (dua) industri rumah tangga mencantumkan tanggal

kadaluarsa, dan 6 (enam) industri rumah tangga tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa.

Pencantuman tanggal kadaluarsa pada label produk dilakukan

oleh Bu SR. Beliau mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

7SR, Wawancara, 10 Maret 2018.

8 Observasi, Tanggal 11 Maret 2018, Pukul 10.00 WIB

Page 61: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

57

produknya secara jelas, sehingga konsumen tau kapan produk Bu SR

masih layak konsumsi atau tidak. Kelayakan masa konsumsi suatu

produk dapat ditentukan atau dibuat oleh produsen yang menghasilkan

produk tersebut, yaitu dengan melakukan percobaan terhadap produknya.

Bu SR menguji produknya dengan menyimpan sampel produk, dan

diketahui bahwa masa layak konsumsi produk keripik adalah selama 3

(tiga) bulan. Menurut penuturan Bu SR, masa konsumsi suatu produk

dapat diperpanjang dengan pemilihan barang mentah serta pengolahan

yang tepat. Yang dilakukan Bu SR agar produknya tahan lama

diantaranya adalah menggunakan minyak yang berkualitas saat

penggorengan. Sebab apabila menggunakan minyak curah, produk yang

dihasilkannya akan lebih cepat melempem.9

Demikian pula dengan Bu E, ia mencantumkan tanggal

kadaluarsa pada label produknya dengan jelas. Menurutnya pencantuman

tanggal kadaluarsa sangat penting dilakukan, sebab digunakan konsumen

untuk acuan apakah suatu produk masih layak konsumsi atau tidak.10

Sedangkan salah satu produsen yang tidak mencantumkan tanggal

kadaluarsa adalah Bu W. Bu W menuturkan bahwa dalam sehari,

industrinya memproduksi pangan dalam jumlah yang besar, dengan

dibantu oleh dua orang karyawan. Dengan mencantuman tanggal

kadaluarsa dalam setiap label, tentu akan memakan waktu lebih lama dan

9SR, Wawancara, 10 Maret 2018.

10 E, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 62: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

58

membutuhkan tenaga lebih besar, sehingga Bu W memutuskan untuk

tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produknya.11

Demikian pula dengan produk industri rumah tangga Bu H,

dalam labelnya tidak terdapat tanggal kadaluarsa. Menurut Bu H

mencantumkan tanggal kadaluarsa memiliki pengaruh positif dan

negatif. Positifnya, konsumen dapat membedakan mana produk yang

masih layak konsumsi atau tidak. Namun negatifnya, ketika produk telah

mendekati tanggal kadaluarsa konsumen enggan untuk membeli produk

tersebut, sehingga banyak barang yang kembali ke produsen. Hal itu

tentu mengurangi keuntungan produsen. Karena itulah Bu H memilih

untuk tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produknya.12

Bu T juga mengakui bahwa ia tidak mencantumkan tanggal

kadaluarsa, karena semua produknya merupakan makanan kering yang

memiliki daya tahan lama. Selain itu, ia menggunakan kemasan produk

yang bening, sehingga dapat digunakan konsumen untuk melihat produk

apakah masih layak konsumsi atau tidak. Dengan demikian, ia merasa

bahwa tidak perlu mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

produknya.13

Alasan demikian juga diungkapkan oleh Pak M. Ia tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa karena produknya merupakan

makanan kering, sehingga aman dikonsumsi dalam jangka waktu lama.14

11

W, Wawancara, 10 Maret 2018. 12

H, Wawancara, 10 Maret 2018. 13

T, Wawancara, 10 Maret 2018. 14

M, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 63: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

59

Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Bu S. Pada awalnya Bu

S pernah mencantumkan tanggal kadaluarsa, namun ia pernah dikritik

oleh konsumen karena produknya sudah melempem, padahal dari tanggal

kadaluarsa yang dicantumkan, produk itu masih layak konsumsi. Dengan

kata lain, tanggal kadaluarsa yang dicantumkan oleh Bu S tidak sesuai

dengan keadaan produknya. Sejak saat itu, Bu S memutuskan untuk tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produknya. Meskipun Bu S

tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label, namun produknya

masih tetap diminati oleh konsumen.15

Hal ini dibuktikan dengan

produksi Bu S yang masih banyak beredar di tengah-tengah masyarakat,

serta bebas masuk ke toko-toko serta swalayan di Desa Jurug Kecamatan

Sooko.

Label kemasan produk Bu Y disertakan kolom kadaluarsa, namun

kolom tersebut tidak diisi tanggal kadaluarsanya. Menurut Bu Y, hal ini

dikarenakan produk yang dihasilkan pada setiap pengolahan olehnya,

akan habis dalam waktu kurang lebih 1 (satu) bulan. Selain itu, Bu Y

sering mengecek keadaan produknya di toko-toko dan swalayan. Jika

kemasan produk telah berubah warna, meskipun masih layak konsumsi,

Bu Y akan menarik produk itu dari pasaran.16

15

S, Wawancara, 10 Maret 2018. 16

Y, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 64: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

60

2. Pelabelan Produk Dengan Mencantumkan Satu Nomor P-IRT pada

Beberapa Produk

Untuk meyakinkan konsumen dalam mengonsumsi suatu

produknya, para produsen industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan

Sooko mencantumkan nomor P-IRT pada label kemasan. Pencantuman

nomor P-IRT dalam kemasan produk dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor,

yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal dalam pencantuman nomor P-IRT pada label,

seperti yang diungkapkan oleh Bu S yaitu sebagai bentuk tanggung

jawab produsen untuk memberikan jaminan kesehatan serta kebersihan

produk. Hal ini dikarenakan dalam pendaftaran SPP-IRT dilakukan

pemeriksaan sarana produksi pangan.17

Demikian pula dengan Bu SR,

beliau mencantumkan nomor P-IRT pada label, sebagai bukti dan

jaminan bahwa produk yang dihasilkan berkualitas, karena telah melalui

berbagai proses pemeriksaan.18

Alasan lain diungkapkan oleh Bu E, ia

mencantumkan nomor P-IRT sebagai bukti yang diberikan kepada

konsumen, bahwa produk yang ia jual merupakan produk yang ia

hasilkan sendiri, bukanlah produksi pabrik yang terjamin mutunya.19

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi para produsen

untuk mencantumkan nomor P-IRT di jelaskan oleh Bu Y. Pada awalnya

Bu Y tidak mendaftarkan izin edar produk ke Dinas Kesehatan karena

produknya hanya dijual di warung-warung sekitar rumah. Namun, ketika

17

S, Wawancara, 10 Maret 2018. 18

SR, Wawancara, 10 Maret 2018. 19

E, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 65: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

61

ia hendak menjual produknya ke swalayan, ia harus memenuhi beberapa

persyaratan. Dan salah satu persyaratan tersebut adalah kepemilikan izin

edar pada produk yang akan dipasarkannya. Selain itu, adanya

penyuluhan dari Desa Jurug yang menyarankan untuk mendaftarkan izin

edar produk ke Dinas Kesehatan, akhirnya Bu Y mendaftarkan

produknya.20

Adapun pencantuman nomor P-IRT pada label produk 8 (delapan)

industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko yang menjadi

subjek peelitian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu 2

(dua) industri rumah tangga mencantumkan nomor P-IRT yang berbeda

pada setiap jenis produk, 2 (dua) industri rumah tangga mencantumkan

satu nomor P-IRT pada label produk yang sejenis, dan 4 (empat) industri

rumah tangga yang menggunakan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis

produk.

Produsen yang mencantumkan nomor P-IRT yang berbeda pada

setiap jenis produk, diantaranya adalah Pak M. Meskipun ia

mengeluarkan biaya lebih banyak, karena menggunakan label yang

berbeda-beda dan mendaftarkan setiap produknya ke Dinas Kesehatan,

namun Pak M tidak keberatan, dengan alasan sebagai bentuk tanggung

jawabnya sebagai produsen.21

Begitu pula dengan Bu W, ia mencantumkan nomor P-IRT yang

berbeda pada setiap label produknya. Bu W mengatakan bahwa

20

Y, Wawancara, 10 Maret 2018. 21

M, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 66: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

62

produknya yang beredar di pasaran hanya dua jenis, dan keduanya telah

didaftarkan ijin edar pangan, sehingga ia mencantumkan nomor P-IRT

sesuai dengan yang tertera dalam aturan yang berlaku.22

Berbeda dengan apa yang dilakukan Bu SR dan Bu Y, mereka

menggunakan satu label pada beberapa produk yang sejenis. Label

produk itu tidak diberi nama produk secara spesifik, namun diberikan

nama “Aneka Keripik”, sehingga dapat digunakan pada beberapa jenis

produk keripik mereka. Dengan penggunaan label yang demikian,

mereka cukup mencantumkan 1 (satu) nomor P-IRT saja. Hal itu

dilakukan demi efisiensi serta meminimumkan biaya produksi.23

Sedangkan produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk diantaranya adalah Bu S. Ia mencantumkan 1

(satu) label untuk 1 (satu) jenis produk yang ia hasilkan. Namun, semua

label yang ia gunakan menggunakan nomor P-IRT yang sama, dengan

kata lain, ia mencantumkan 1 (satu) nomor P-IRT pada beberapa jenis

produk. Meskipun dalam pengurusan nomor P-IRT itu mudah, namun

karena jarak Desa Jurug Kecamatan Sooko dengan Dinas Kesehatan yang

cukup jauh, Bu S enggan untuk bolak-balik mengurus nomor P-IRT ke

Dinas Kesehatan untuk setiap produk yang ia hasilkan.24

Alasan yang sama diungkapkan oleh Bu T dan Bu H. Bu T

menggunakan nomor P-IRT pada beberapa label produk karena pada saat

mendaftar ke Dinas Kesehatan, produk yang dihasilkan masih satu jenis,

22

W, Wawancara, 10 Maret 2018. 23

SR dan Y, Wawancara, 10 Maret 2018. 24

S, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 67: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

63

yaitu keripik pisang. Dengan berjalannya waktu dan berkembangnya

industri, Bu T mulai memproduksi beberapa jenis produk baru. Daripada

bolak balik mendaftarkan produknya ke Dinas Kesehatan, Bu T lebih

memilih mencantumkan nomor P-IRT keripik pisang itu ke label-label

produk lainnya. Demikian pula dengan Bu H, ia mengungkapkan bahwa

produk yang ia jual bermacam-macam. Terkadang ia membuat produk

olahan sesuai selera masyarakat pada waktu tertentu pula, sehingga ia

enggan untuk mendaftarkan semua jenis produknya ke Dinas

Kesehatan.25

Adapula Bu E yang mencantumkan nomor P-IRT pada beberapa

jenis produk. Hal ini dilakukan karena, menurut Bu E persyaratan dalam

mengajukan SPP-IRT tergolong rumit. Meskipun tanpa biaya, namun ia

harus mengikuti beberapa pelatihan, serta mengadakan demo akan

produk yang ia hasilkan.26

Di Desa Jurug Kecamatan Sooko sendiri, belum pernah dilakukan

inspeksi dadakan (sidak) oleh Dinas Kesehatan, sehingga para produsen

merasa bebas dalam mencantumkan nomor P-IRT pada label kemasan

produknya.27

Berangkat dari pengakuan produsen bahwa pengurusan izin edar

yang susah serta belum pernah ada sidak, penulis melakukan wawancara

dengan staf seksi kefarmasian bidang sumber daya kesehatan, Bapak

Deta Samodra, A.Md. Berdasar penjelasan dari beliau, bahwa

25

T dan H, Wawancara, 10 Maret 2018. 26

E, Wawancara, 10 Maret 2018. 27

S, Wawancara, 10 Maret 2018.

Page 68: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

64

pengurusan izin edar produk di Kabupaten Ponorogo sesuai dengan

prosedur yang telah ada. Memang pemberian izin edar produk itu harus

memenuhi syarat-syarat tertentu, jadi bagi produsen yang belum

memenuhi syarat mereka menganggap bahwa pengurusan izin edar

produk tergolong rumit. Memang sidak selama ini masih terbatas di

lingkungan kota, yaitu belum sampai ke pinggiran kabupaten Ponorogo,

khususnya Desa Jurug Kecamatan Sooko, dan sidak di lingkungan kota

pun, hanya dilakukan menjelang ramadhan dan lebaran.28

28

Deta Samodra, Wawancara, 12 Maret 2018

Page 69: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

65

BAB IV

ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM

TERHADAP PERILAKU PRODUSEN

A. Analisis Etika Bisnis Islam terhadap Perilaku Produsen yang Tidak

Mencantumkan Tanggal Kadaluarsa

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

Tentang Pangan, dijelaskan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan

untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam atau pada

kemasan pangan. Pencantuman label tersebut ditulis dengan menggunakan

bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai: nama

produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan

alamat pihak yang memproduksi; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan

kode produksi; tanggal, bulan dan tahun kedaluarsa; nomor izin edar bagi

pangan olahan; dan asal usul bahan pangan tertentu.1

Tanggal kadaluarsa merupakan informasi dari produsen kepada

konsumen, yang menyatakan batas atau tenggang waktu penggunaan atau

pemanfaatan yang paling baik dan paling aman dari produk makanan atau

minuman kemasan. Artinya produk tersebut memiliki mutu yang paling prima

hanya sampai batas waktu tersebut. Dan produsenlah yang menentukan masa

1Pasal 97, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

Page 70: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

66

tenggang kadaluwarsanya dikarenakan pihak produsenlah yang mengetahui

lebih lanjut mengenai produk yang diproduksi.2

Berdasarkan hasil wawancara di bab III, bahwa perilaku produsen

industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko dalam pencantuman

tanggal kadaluarsa terbagi dalam dua kelompok. Yaitu, kelompok yang

mencantumkan tanggal kadaluarsa, dan kelompok yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa pada label produk. Berdasarkan pengelompokan di atas, di

bawah ini merupakan persentase perilaku produsen dalam pencantuman

tanggal kadaluarsa oleh delapan industri rumah tangga di Desa Jurug

Kecamatan Sooko:

Grafik 4.1

Persentase Pencantuman Tanggal Kadaluarsa

2I Gede Eggy Bintang Pratama dan I Ketut Sudjana, “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen terhadap Makanan Kemasan Tanpa Tanggal Kadaluarsa”, 3.

Mencantumkan

Tanggal Kadaluarsa

25%

Tidak Mencantumkan

Tanggal Kadaluarsa

75%

Penanggalan Kadaluarsa

Page 71: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

67

1. Kelompok pertama yaitu kelompok produsen yang mencantumkan

tanggal kadaluarsa pada label produk. Mereka mencantumkan tanggal

kadaluarsa pada label produk secara jelas, dengan tujuan memberikan

informasi yang jelas kepada konsumen, sehingga konsumen dapat

membedakan produk yang layak konsumsi dan tidak.

Perilaku produsen tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku di

Indonesia, yaitu telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2012 tentang Pangan. Bahwa setiap orang yang memproduksi pangan

untuk dijual, berkewajiban untuk mencantumkan tanggal kadaluarsa pada

label produknya.

Di samping itu, perilaku produsen yang mencantumkan tanggal

kadaluarsa pada label produk telah sesuai dengan etika bisnis Islam.

Pencantuman tanggal kadaluarsa pada label produk telah memenuhi

prinsip etika bisnis Islam, serta asas Good Governance Bisnis Syariah,

tanggung jawab. Produsen menunaikan salah satu kewajiban kepada

konsumen dengan mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produk.

2. Kelompok kedua yaitu kelompok produsen yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa pada label produk. Alasan produsen tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa beragam, yaitu untuk memperkecil

biaya produksi, anggapan bahwa masa konsumsi panjang, dapat

mengurangi keuntungan, produsen yang menganggap produknya cepat

habis, serta tidak pernah adanya kritik dari konsumen. Dari alasan

produsen yang beragam tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

Page 72: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

68

produsen industri rumah tangga tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

pada label produk pangannya secara sengaja, dan bahkan telah

mengetahui aturan yang ada.

Perilaku produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

pada label produk berarti tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 tentang Pangan. Bahwa setiap orang yang memproduksi

pangan untuk dijual, berkewajiban untuk mencantumkan tanggal

kadaluarsa pada label produknya.

Untuk mengetahui apakah pelabelan produk tanpa mencantumkan

tanggal kadaluarsa tersebut sesuai dengan etika bisnis Islam atau tidak,

maka dapat dianalisa menggunakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan

asas-asas Good Governance Bisnis Syariah.

Prinsip etika bisnis Islam yang pertama adalah kesatuan. Konsep

kesatuan memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang

Muslim, yaitu karena seorang muslim memandang apapun yang ada di

dunia sebagai milik Allah, sehingga pandangannya menjadi lebih luas

dan pengabdiannya tidak lagi terbatas kepada kelompok atau lingkungan

tertentu. Seorang muslim juga percaya bahwa Allah mengetahui

segalanya yang terlihat maupun yang tersembunyi, dan bahwa ia tidak

dapat menyembunyikan apapun, niat maupun tindakan dari Allah SWT.

Page 73: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

69

Sebagai konsekuensinya, ia akan menghindarkan diri dari apa yang

dilarang, dan berbuat hanya dalam kebaikan.3

Perilaku produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

pada label produk salah satunya dipengaruhi oleh sikap konsumen yang

tidak mau tahu tentang informasi yang ada pada label produk. Hal ini

menyebabkan produsen berpandangan sempit, enggan mencantumkan

tanggal kadaluarsa karena merasa konsumen telah puas akan produknya.

Mengacu pada prinsip kesatuan, maka seorang produsen harus

mencantumkan tanggal kadaluarsa untuk menghindarkan diri dari apa

yang dilarang, dan berbuat hanya dalam kebaikan. Dari analisis di atas,

maka perilaku produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa

tidak sesuai dengan prinsip kesatuan etika bisnis Islam.

Kedua, prinsip Keseimbangan. Islam sangat menganjurkan untuk

berbuat adil dalam berbisnis dan melarang berbuat curang atau berlaku

zalim.4 Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak

lingkungan sosial, hak alam semesta, hak Allah dan Rasul-Nya berlaku

sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut

harus ditempatkan sebagaimana mestinya, yaitu sesuai aturan syariah.5

Dalam pelabelan produk yang tidak mencantumkan tanggal

kadaluarsa dapat dikatakan bahwa produsen telah berbuat curang atau

berlaku zalim, sebab mereka mencari keuntungan dengan mengurangi

3Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, tt), 53-54. 4Rivai dan Antoni, Islamic Economics 221.

5Faisal Badroen, dkk., Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006),

92.

Page 74: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

70

beban produksi, tanpa diimbangi dengan pemenuhan hak konsumen.

Konsumen berhak mendapat hak informasi yang jelas atas produk yang

ia konsumsi, namun hak itu tidak dipenuhi produsen karena semata-mata

untuk menambah keuntungan. Dari analisis di atas, maka perilaku

produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa tidak sesuai

dengan prinsip keseimbangan etika bisnis Islam.

Ketiga, prinsip Kehendak bebas, yaitu suatu potensi dalam

menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia

tidak dibatasi. Tetapi, kehendak bebas yang diberikan Allah kepada

manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya manusia,

yaitu sebagai khalifah di bumi. Karena itu, kehendak bebas itu harus

sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu, terlebih lagi pada

kepentingan umat.6

Industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan Sooko

memproduksi beragam produk, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap

produsen memiliki kehendak bebas untuk menjalankan bisnisnya. Setiap

produsen berhak melakukan strategi pemasaran yang berbeda-beda sesuai

keinginannya, namun kehendak bebas itu dibatasi dengan kepentingan

orang lain. Sedangkan pelabelan produk tanpa mencantumkan tanggal

kadaluarsa dapat merugikan orang lain. Sebab konsumen yang membeli

produk tersebut tidak tahu apakah produk itu masih layak konsumsi atau

tidak. Dari analisis di atas, maka perilaku produsen yang tidak

6Rivai dan Antoni, Islamic Economics, 229-230.

Page 75: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

71

mencantumkan tanggal kadaluarsa tidak sesuai dengan prinsip kehendak

bebas etika bisnis Islam.

Keempat, prinsip tanggung jawab. Kebebasan tanpa batas adalah

suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut

adanya pertanggung jawaban dan akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan

keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung jawabkan

tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak

bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh

manusia dengan bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya.7

Pelabelan produk tanpa tanggal kadaluarsa berarti produsen itu

tidak melaksanakan salah satu kewajibannya. Dalam Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2012 sudah dijelaskan bahwa setiap orang yang

memproduksi pangan untuk dijual harus menyertakan label pada produk,

yang memuat beberapa hal salah satunya adalah tanggal kadaluarsa.

Pencantuman tanggal kadaluarsa itu bersifat wajib dan mengikat siapa

saja yang berkecimpung di dunia bisnis pangan. Apabila seseorang

memutuskan untuk menjadi produsen pangan, maka ia harus mematuhi

aturan yang telah ada. Dari analisis di atas, maka perilaku produsen yang

tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa tidak sesuai dengan prinsip

tanggung jawab etika bisnis Islam.

7Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenadamedia, 2014), 58.

Page 76: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

72

Kelima, prinsip Ihsan, yaitu kehendak untuk melakukan kebaikan

hati dan meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan atau kebenaran.8

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan

perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau

memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya

meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka

etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap

kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan

transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.9

Pelabelan produk tanpa mencantumkan tanggal kadaluarsa

bukanlah perilaku benar yang seharusnya dilakukan oleh produsen. Hal

ini dilihat dari upaya meraih keuntungan dengan tidak memenuhi hak

konsumen atas informasi produk yang ia konsumsi. Padahal informasi

tanggal kadaluarsa sangat diperlukan konsumen sebelum mengonsumsi

suatu produk. Dari analisis di atas, maka perilaku produsen yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa tidak sesuai dengan prinsip Ihsan

etika bisnis Islam.

Selanjutnya, analisis perilaku produsen yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa menggunakan asas-asas Good Governance Bisnis

Syariah, yaitu transparansi, responsibilitas, kewajaran dan kesetaraan.

Pertama, dalam asas transparansi pelaku bisnis syariah harus

menyediakan informasi tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat

8Ibid.

9Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 47.

Page 77: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

73

diperbandingkan serta mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan

sesuai dengan haknya. Mengacu pada asas transparansi ini, seorang

produsen tentu diwajibkan untuk mencantumkan segala informasi yang

dibutuhkan ke dalam label produk, yang termasuk di dalamnya tanggal

kadaluarsa. Meskipun jika produk telah mendekati tanggal kadaluarsa

konsumen enggan untuk membelinya, tetapi produsen harus menerima

segala resiko yang harus di hadapi.

Kedua, dalam asas responsibilitas pelaku bisnis syariah harus

mematuhi peraturan perundang-udangan dan ketentuan bisnis syariah,

serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan dijelaskan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk

diperjual belikan wajib mencantumkan label yang di dalamnya termuat

beberapa hal, salah satunya yaitu tanggal kadaluarsa. Pencantuman

tanggal kadaluarsa ini sangat penting bagi konsumen, untuk mengetahui

apakah suatu produk masih layak konsumsi atau tidak. Apabila suatu

produk tanpa tanggal kadaluarsa yang telah basi dikonsumsi, maka dapat

menimbulkan akibat yang fatal seperti muntah, buang air bahkan dapat

menimbulkan kematian.

Mengacu pada asas responsibilitas, pelaku bisnis syariah juga

harus berpegang pada prinsip kehati-hatian. Beberapa produsen yang

tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa beralasan bahwa produknya

merupakan makanan kering yang tahan lama dan menggunakan kemasan

Page 78: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

74

plastik yang bening sehingga produk terlihat dari luar. Selain itu, ada

pula yang melakukan pengecekan ke swalayan-swalayan tempat produk

di jual, sehingga mereka merasa bahwa tidak perlu mencantumkan

tanggal kadaluarsa pada label produk. Apabila produsen menerapkan

prinsip kehati-hatian, maka mereka akan mencantumkan tanggal

kadaluarsa, dengan pertimbangan adanya kemungkinan terjadi hal-hal

yang tidak terduga sebelumnya.

Ketiga, dalam asas kewajaran dan kesetaraan pelaku bisnis

syariah harus bersikap tawazun yaitu adil dalam pelayanan kepada para

pelanggan dengan tidak mengurangi hak mereka. Sedangkan produsen

industri rumah tangga yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada

label tidak memenuhi hak konsumen, yaitu hak untuk mendapat

informasi yang jelas mengenai produk yang mereka konsumsi.

Perilaku produsen tidak mecantumkan tanggal kadaluarsa, selain

karena faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu

konsumen yang tidak mau tahu tentang informasi yang ada pada label

produk. Padahal dalam Islam terdapat anjuran untuk memperhatikan dan

memilih secara cermat jenis makanan yang akan dikonsumsi. Hal itu

tercermin dalam surat Abasa ayat 2410

, yaitu

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.11

10

Al-Qur’a>n, 80: 24. 11

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya (Semarang: CV. Toha Putra

Semarang, 1989), 1025.

Page 79: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

75

Apabila konsumen peduli terhadap informasi yang ada pada label

kemasan produk yang ia konsumsi, tentu produsen akan berpikir

berulang kali jika tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa.

Dari uraian analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

produsen yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

produk tidak sesuai dengan etika bisnis islam, sebab tidak sesuai dengan

prinsip etika bisnis Islam, dan asas Good Governance Bisnis Syariah.

B. Analisis Etika Bisnis Islam terhadap Perilaku Produsen yang

Mencantumkan Nomor P-IRT pada Beberapa Produk

Etika bisnis Islam diartikan sebagai serangkaian aktifitas bisnis dalam

berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi dalam cara

perolehan dan pendayaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Dalam arti,

pelaksanaan bisnis tetap berpegang pada ketentuan syarat (aturan-aturan

dalam Al-Qur’an dan Hadith). Dengan kata lain, syariat merupakan nilai

utama yang menjadi payung strategis maupun praktis bagi pelaku kegiatan

bisnis.12

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 18813

:

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang

lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

12

Ibid., 13. 13

Al-Qur’a>n, 2: 188.

Page 80: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

76

memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan

(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.14

Praktik pelaksanaan bisnis yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad

Saw, mengambarkan sifat dan perilaku beliau, yaitu S{idi>q, Fat}anah, amanah,

dan tabligh. Keempat sifat ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya dan merupakan salah satu perwujudan

dari iman dan takwa. Dari keempat kesatuan sifat Nabi dan Rasul dapat

diturunkan asas Good Governance Bisnis Syariah yang berlaku secara umum

dalam dunia usaha, yaitu asas transparansi, akuntabilitas, responsibiliti,

independensi, kewajaran dan kesetaraan.

Salah satu pelaksanaan asas Good Governance Bisnis Syariah oleh

produsen adalah dengan mencantumkan label dalam produk kemasan. Tujuan

labelisasi adalah sebagai informasi untuk membantu konsumen

mengidentifikasi produk makanan yang paling sesuai dengan pilihan mereka.

Jika konsumen mengetahui identitas suatu produk dengan jelas,

memungkinkan bagi konsumen untuk memilih produk yang disukai.

Salah satu informasi yang harus dicantumkan dalam label produk,

selain tanggal kadaluarsa adalah nomor P-IRT. Nomor P-IRT merupakan

nomor pangan produksi IRTP yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari

SPP-IRT dan wajib dicantumkan pada label pangan produksi IRTP yang telah

memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT. Nomor P-IRT ini hanya berlaku

14

Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, 30.

Page 81: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

77

selama lima tahun dan wajib dilakukan perpanjangan. Nomor P-IRT

diberikan untuk satu jenis pangan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP).15

Berdasarkan hasil wawancara di bab III, bahwa perilaku produsen

dalam pencantuman nomor P-IRT terbagi dalam tiga kelompok. Pertama

kelompok yang menggunakan satu nomor P-IRT pada satu jenis produk.

Kedua, kelompok yang menggunakan satu nomor P-IRT pada beberapa

produk yang sejenis. Ketiga, kelompok yang menggunakan satu nomor P-

IRT pada beberapa jenis produk. Berdasarkan pengelompokan di atas, di

bawah ini merupakan persentase perilaku produsen dalam pencantuman

nomor P-IRT oleh delapan industri rumah tangga di Desa Jurug Kecamatan

Sooko:

Grafik 4.2

Persentase Pencantuman Nomor P-IRT

15

Hilam Imtiyaz, dkk., “Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di

Desa Jurug Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember”, Artikel Ilmiah Hasil Penelitan Mahasiswa

2016, 2-3.

Nomor P-IRT untuk

satu jenis produk

25%

Nomor P-IRT untuk

beberapa produk

sejenis 25%

Nomor P-IRT untuk

beberapa jenis

produk 50%

Pencantuman Nomor P-IRT

Page 82: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

78

1. Kelompok pertama yaitu kelompok produsen yang menggunakan nomor

P-IRT pada satu jenis produk. Kelompok ini menggunakan label yang

berbeda-beda pada setiap jenis produk. Demikian pula Nomor P-IRT

yang dicantumkan juga sesuai dengan izin edar dari Dinas Kesehatan.

Alasan produsen mencantumkan nomor P-IRT pada satu produk adalah

untuk mengikuti prosedur yang ada. Selain itu, produsen tersebut

memang telah mendaftarkan semua jenis produknya pada Dinas

Kesehatan. Mudahnya pengurusan P-IRT mendorong dirinya untuk tidak

berbuat curang.

Dalam kelompok pertama ini, jelas diketahui bahwa perilaku

mereka telah sesuai dengan aturan yang ada, yaitu sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, bahwa satu Nomor

P-IRT hanya diperuntukkan pada satu jenis produk pangan.

Selain sesuai dengan hukum positif Indonesia, perilaku produsen

dalam mencantukan satu nomor P-IRT pada satu jenis produk telah

sesuai dengan etika bisnis Islam. Mereka rela mengeluarkan tenaga lebih

besar, untuk mendaftarkan izin edar produknya ke Dinas Kesehatan.

Bahkan mereka rela menggelontorkan biaya produksi lebih besar untuk

membuat label yang berbeda-beda pada setiap produk. Semua itu mereka

lakukan untuk mematuhi aturan yang telah ada.

Page 83: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

79

2. Kelompok kedua yaitu kelompok produsen yang menggunakan satu

nomor P-IRT pada beberapa produk yang sejenis. Kelompok ini telah

mendaftarkan semua produknya ke Dinas Kesehatan. Namun, karena

produk yang dihasilkan sejenis, maka mereka menggunakan label yang

sama pada semua produknya. Sedangkan Nomor P-IRT yang digunakan

adalah salah satu Nomor P-IRT dari produk tersebut.

Dalam Peraturan Kepala BPOM RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, dijelaskan bahwa

Nomor P-IRT hanya boleh digunakan pada satu jenis produk. Namun,

berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten Ponorogo, diketahui bahwa perilaku produsen yang

menggunakan Nomor P-IRT pada beberapa produk yang sejenis di

perbolehkan, dengan syarat semua produk tersebut telah mendapat izin

edar. Hal demikian diperbolehkan, karena untuk efisiensi serta

mengurangi biaya produksi.16

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku produsen

pada kelompok kedua ini sesuai dengan etika bisnis Islam, sebab

meminimalisir biaya produksi yang didasari oleh pengetahuan yang

cukup, serta tidak merugikan orang lain.

3. Kelompok ketiga yaitu kelompok produsen yang menggunakan satu

nomor P-IRT pada beberapa jenis produk. Mereka hanya mendaftarkan

16

Deta Samodra, Wawancara, 12 Maret 2018

Page 84: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

80

satu produk, kemudian mereka cantumkan Nomor P-IRT satu produk itu

pada produk lain yang belum mendapat izin edar. Alasan mereka

menggunakan nomor P-IRT pada beberapa produk yaitu, mereka enggan

untuk bolak balik ke Dinas Kesehatan, karena mayoritas produsen

mengembangkan produk usahanya setelah mendaftar ke Dinas

Kesehatan. Pencantuman Nomor P-IRT pada beberapa produk itu juga

bertujuan agar semua produknya, termasuk yang belum mendapat izin

edar agar dapat dijual ke swalayan-swalayan yang ada di Kabupaten

Ponorogo khususnya di Desa Jurug Kecamatan Sooko.

Perilaku produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk berarti tidak sesuai dengan Peraturan Kepala

BPOM RI, Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, sebab

satu Nomor P-IRT hanya boleh digunakan pada satu jenis produk.

Untuk mengetahui apakah mencantumkan satu nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk tersebut sesuai dengan etika bisnis Islam atau

tidak, maka dapat dianalisa menggunakan prinsip-prinsip etika bisnis

Islam dan asas-asas Good Governance Bisnis Syariah.

Prinsip etika bisnis Islam yang pertama adalah kesatuan.

Kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang

memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam

bidang ekonomi, politik, maupun sosial menjadi keseluruhan yang

homogen, serta mementingkan konsep eksistensi dan keteraturan yang

Page 85: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

81

menyeluruh. Konsep tauhid mengajarkan bahwa segala sesuatu bertitik

tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, menggunakan sarana dan

sumber daya sesuai syariat Allah. Aktivitas ekonomi bertitik tolak dari

tauhid dan dalam koridor syariah yang bertujuan untuk menciptakan

falah guna mencapai ridha Allah. 17

Tauhid dalam pelabelan mengajarkan bahwa informasi yang

dicantumkan sesuai dengan kenyataan yang ada. Berbeda dengan yang

diterapkan oleh produsen industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan

Sooko yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa produk.

Meskipun suatu produk belum didaftarkan ke Dinas Kesehatan, namun

telah dicantukan nomor P-IRT pada labelnya. Dari hal tersebut

disimpulkan bahwa produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT

pada beberapa jenis produk tidak menerapkan prinsip kesatuan.

Kedua, prinsip keseimbangan. Konsep keseimbangan dapat

dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia dan akhirat harus diusung

oleh seorang pebisnis muslim. Oleh karenanya, konsep keseimbangan

berarti menyerukan kepada pengusaha muslim untuk bisa merealisasikan

tindakan-tindakan dalam bisnis yang dapat menempatkan dirinya dan

orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat.18

Perilaku produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk, tidak memperhatikan apakah antara dirinya dan

konsumen sama-sama mendapat manfaat yang seimbang atau tidak.

17

Abdul Aziz, Etika Bisnis, 45. 18

Faisal Badroen, Etika Bisnis, 92.

Page 86: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

82

Padahal dalam hakikatnya implementasi ajaran keseimbangan pada

kegiata bisnis harus dikaitkan dengan pembagian manfaat kepada semua

pihak yang terlibat. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa produsen yang

mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak

menerapkan prinsip keseimbangan.

Ketiga, prinsip kehendak bebas. Kebebasan merupakan bagian

penting dalam nilai etika bisnis Islam, sehingga kepentingan individu

dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang

mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala

potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-menerus

memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan

adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya.19

Pelabelan yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa

jenis produk berarti produsen cenderung untuk terus menerus memenuhi

kebutuhan pribadinya, namun tidak disertai dengan pemenuhan

kewajiban terhadap masyarakatnya. Kadangkala, konsumen

memperhatikan informasi yang ada pada label produk, sehingga

pencantuman satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk merugikan

karena ketidak akuratan informasi yang mereka peroleh. Dari hal tersebut

disimpulkan bahwa produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT

pada beberapa jenis produk tidak menerapkan prinsip kehendak bebas

dalam etika bisnis Islam.

19

Abdul Aziz, Etika Bisnis, 46.

Page 87: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

83

Keempat, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab terkait erat

dengan tanggung jawab manusia atas segala aktivitas yang dilakukan

kepada Tuhan dan juga tanggung jawab kepada manusia sebagai

masyarakat. Karena manusia tidak hidup sendiri, dia tidak terlepas dari

hukum yang dibuat manusia itu sendiri sebagai komunitas sosial.

Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya di akhirat, tetapi tanggung

jawab kepada manusia didapat di dunia berupa hukum-hukum formal

maupun hukum non formal.20

Perilaku produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk berarti tidak benar, sebab mereka memberikan

informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan pada label

produknya. Konsumen yang memutuskan untuk membeli suatu produk

karena mempertimbangkan adanya P-IRT justru tertipu, karena nomor P-

IRT yang dicantumkan dalam label bukanlah nomor P-IRT produk

tersebut. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa produsen yang

mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak

sesuai dengan prinsip bertanggung jawab dalam etika bisnis Islam.

Kelima, prinsip ihsan. Ihsan adalah kehendak untuk melakukan

kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan atau

kebenaran.21

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat,

sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses

mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam

20

Rivai dan Antoni, Islamic Economics, 230. 21

Ibid.

Page 88: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

84

proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip

kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku

preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang

melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.22

Pencantuman satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk

berarti produsen memasukkan informasi yang tidak benar pada label

produknya untuk kepentingan pribadi, yaitu agar produknya dapat masuk

ke swalayan serta mendapat keuntungan lebih, tanpa mempertimbangkan

kepentingan konsumen. Konsumen yang memutuskan untuk membeli

suatu produk karena mempertimbangkan adanya P-IRT justru tertipu,

karena nomor P-IRT yang dicantumkan dalam label bukanlah nomor P-

IRT produk tersebut. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa produsen yang

mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak

sesuai dengan prinsip ihsan dalam etika bisnis Islam.

Selanjutnya, analisis perilaku produsen yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa menggunakan asas-asas Good Governance Bisnis

Syariah, yaitu transparansi, responsibilitas, kewajaran dan kesetaraan.

Pertama, dalam asas transparansi pelaku bisnis syariah harus

menyediakan informasi tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat

diperbandingkan serta mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan

sesuai dengan haknya. Mengacu pada asas transparansi ini, seorang

produsen tentu diwajibkan untuk mencantumkan segala informasi yang

22

Abdul Aziz, Etika Bisnis, 47.

Page 89: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

85

benar pada label produknya. Sedangkan produsen industri rumah tangga

di Desa Jurug Kecamatan Sooko justru mencantumkan Nomor P-IRT

yang asli tetapi palsu, dalam artian bahwa Nomor P-IRT itu memang

benar izin edar produknya, namun hanya untuk produk yang terdaftar,

bukan untuk semua produk usahanya.

Kedua, dalam asas responsibilitas pelaku bisnis syariah harus

mematuhi peraturan perundang-udangan dan ketentuan bisnis syariah,

serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan. Selain tanggal kadaluarsa, dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan juga bahwa setiap produsen harus

mencantumkan label yang di dalamnya termuat nomor izin edar.

Pencantuman Nomor P-IRT itu sebagai bentuk legalitas dan jaminan

bahwa produk tersebut telah melalui tahapan-tahapan pengujian sehingga

layak untuk dikonsumsi. Selanjutnya dalam Peraturan Kepala BPOM RI,

Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, dijelaskan bahwa

Nomor P-IRT hanya boleh digunakan pada satu jenis produk. Sedangkan

produsen industri rumah tangga yang menjadi informan penulis sebesar

50% mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk.

Ketiga, dalam asas kewajaran dan kesetaraan (fairness)

mengandung unsur kesamaan perlakuan dan kesempatan. Fairness atau

kewajaran merupakan salah satu manifestasi adil dalam dunia bisnis.

Setiap keputusan bisnis, baik dalam skala individu maupun lembaga,

Page 90: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

86

hendaklan dilakukan sesuai kewajaran dan kesetaraan sesuai dengan apa

yang biasa berlaku, dan tidak diputuskan berdasar suka atau tidak suka.

Demikian pula dengan pencantuman nomor P-IRT hendaknya tidak

hanya didasarkan pada kehendak bebas produsen, namun juga harus

didasarkan pada kepentingan konsumen, serta peraturan yang telah ada.

Perilaku produsen yang mencantumkan nomor P-IRT pada

beberapa jenis produk, selain karena faktor internal juga dipengaruhi oleh

faktor eksternal. Yaitu ketidak tahuan konsumen tentang peraturan izin

edar, serta tidak adanya sidak dari Dinas Terkait. Apabila setiap elemen

ini memiliki kontribusi sesuai porsinya, tentu akan tercipta Good

Governance Bisnis Syariah.

Dari uraian analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

produsen yang mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis

produk tidak sesuai dengan etika bisnis Islam, sebab tidak sesuai dengan

prinsip etika bisnis Islam, serta tidak memenuhi tiga asas Good

Governance Bisnis Syariah.

Page 91: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terkait dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan pada bab

pendahuluan, serta berdasarkan uraian pada bab-bab selanjutnya maka

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku delapan produsen industri rumah tangga di Desa Jurug

Kecamatan Sooko dalam pencantuman tanggal kadaluarsa terbagi dalam

dua kelompok, yaitu 25% informan mencantumkan tanggal kadaluarsa,

dan 75% informan tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label

produk. Perilaku produsen industri rumah tangga Desa Jurug Kecamatan

Sooko yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produk

tidak memenuhi prinsip etika bisnis Islam, dan tiga asas Good

Governance Bisnis Syariah, yaitu asas transparansi, responsibilitas serta

asas kewajaran dan kesetaraan, sebab produsen tidak dapat memenuhi

hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang jelas atas produk yang

mereka konsumsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku produsen

yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label produk tidak

sesuai dengan Etika Bisnia Islam.

2. Perilaku produsen dalam pencantuman nomor P-IRT terbagi dalam tiga

kelompok, yaitu 25% informan menggunakan satu nomor P-IRT pada

satu jenis produk, 25% informan menggunakan satu nomor P-IRT pada

beberapa produk yang sejenis, dan 50% informan menggunakan satu

Page 92: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

88

nomor P-IRT pada beberapa jenis produk. Perilaku produsen industri

rumah tangga Desa Jurug Kecamatan Sooko yang mencantumkan satu

nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak memenuhi prinsip etika

bisnis Islam, dan tiga asas Good Governance Bisnis Syariah, yaitu asas

transparansi, responsibilitas serta asas kewajaran dan kesetaraan, sebab

produsen memberikan informasi yang tidak benar pada label produk yang

mereka jual, semata-mata untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku produsen yang

mencantumkan satu nomor P-IRT pada beberapa jenis produk tidak

sesuai dengan Etika Bisnia Islam.

B. Saran

1. Dinas Kesehatan hendaknya melakukan sosialisasi aturan tentang P-IRT

dengan lebih intensif, serta melakukan sidak ke swalayan-swalayan

secara menyeluruh. Tidak hanya menjelang bulan ramadhan dan hari

raya, sebab konsumen juga mengonsumsi produk pangan di luar bulan

ramadhan dan hari raya.

2. Produsen seharusnya mencantumkan tanggal kadaluarsa serta

menggunakan nomor P-IRT sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012, sehingga konsumen mendapat jaminan atas produk yang

mereka konsumsi.

Page 93: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

89

3. Bagi konsumen seharusnya menerapkan prinsip kehati-hatian saat

mengonsumsi suatu produk, terutama produk yang tidak mencantumkan

tanggal kadaluarsa. Selain itu, hendaknya menjadi konsumen yang cerdas

sehingga tidak mudah dikelabuhi oleh produsen. Apabila ada

penyimpangan perilaku produsen, dapat melaporkan kepada pihak yang

berwenang.

Page 94: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2013.

Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam. Bandung: Alfabeta, 2013.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Sooko dalam Angka 2017”, dalam

https://ponorogokab.bps.go.id

Badroen, Faisal, dkk. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Prenadamedia Group,

2006.

Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Muamalah. Ponorogo: STAIN PO Press,

2010.

Departemen Agama RI. Al-Qur’a>n dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha Putra

Semarang, 1989.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Islam. Malang: UII Malang Press, 2008.

Emzir. Metodologi Penelitan Kualitatif: Analisis Data. Jakarta Utara: PT

RajaGrafindo Persada, 2011.

Hasan, Ali. Manajemen Bisnis Syari’ah: Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Herawati, Heny. “Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan”, Jurnal Litbang

Pertanian, 27(4), 2008.

Hermanu, Bambang. “Studi Implementasi Izin Edar Produk Pangan Industri

Rumah Tangga (PIRT) dalam Mewujudkan Keamanan Pangan yang

Optimal di Kota Semarang”, Hukum dan Dinamika Masyarakat vol. 11

no.2 April 2014.

Imaniyati, Neni Sri. Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam. Bandung: Penerbit

Mandar Maju, 2002.

Imtiyaz, Andi Hilam dkk. “Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi

IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember”, Artikel Ilmiah Hasil

Penelitan Mahasiswa 2016.

Page 95: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

Isnayni, Nining. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Persaingan Antar

Produsen Tahu di Desa Karanganyar, Weru, Sukoharjo. Skripsi UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017.

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013.

Johan, Arifin. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press, 2009.

Komite Nasional Kebijakan Governance. Pedoman Umum Good Governance

Bisnis Syariah. Jakarta: KNKG, 2011.

Kusnandar, Feri, dkk. “Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit dengan Metode

Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis”, J.Teknol dan

Industri Pangan, Vol. XXI No. 2 Th. 2010.

Mardani. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia, 2014.

Mega, Rohmatul. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Mobile Marketing pada

“Kyla OL Shop” di Ponorogo. Skripsi STAIN Ponorogo 2015.

Muhammad dan Alimin. Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004

Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta, 2004.

---------. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, tt.

Mulizar. “Pengaruh Makanan dalam Kehidupan Manusia (Studi Terhadap Tafsir

al-Azhar)” Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni 2016.

Muniroh, Zabirotun. Analisis Perilaku Produsen Muslim pada Bisnis Aneka

Keripik dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada UMKM Mekar

Abadi Klambu, Grobogan). Skripsi UIN Walisongo Semarang 2016.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013.

Nurhakim, Moh. Metodologi Studi Islam. Malang: UMM Press, 2005.

Nurohman, Dede. Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Teras,

2011.

Page 96: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

Pratama, I Gede Eggy Bintang dan I Ketut Sudjana. “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen terhadap Makanan Kemasan Tanpa Tanggal Kadaluarsa.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta. Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2008.

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan

OPSI, Tetapi Solusi!. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Rivai, Veithzal dan Antoni Nizar Usman. Islamic Economics and Finance:

Ekonomi dan Keuangan Islam Bukan Alternatif, tetapi Solusi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Rivai, Veithzal dkk., Islamic Business and Economic Ethics: Mengacu pada Al-

Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan,

dan Ekonomi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.

Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.

Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2014.

Sanjaya, Ade. “Pengertian Label Produk Pangan Pengaturan Pelabelan Bagi

Konsumen Dalam Mendapatkan Perlindungan dan Informasi”, dalam

http://www.landasanteori.com

Setyoyati, Wiwit. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen terhadap Produk Pangan

Industri Rumah Tangga yang Tidak Berlabel”.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonisia,

2002.

Suhendi dan Indra Sasangka. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2014.

Tanjung, M. Azrul. Meraih Surga Dengan Berbisnis. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan

Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010.

Page 97: TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERILAKU …etheses.iainponorogo.ac.id/3683/1/ita.pdf · Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Perilaku Produsen Etika bisnis Islam merupakan pedoman

Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma.

Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana, 2016.