tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kesehatan …repository.utu.ac.id/481/1/bab i_v.pdf · 2017....
TRANSCRIPT
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR ANGKATAN 2008 & 2009 TENTANG DAMPAK
GANGGUAN KESEHATAN DARI PENGGUNAAN
TELEPON SELULER
S K R I P S I
OLEH:
SELA ORZELA NIM: 08C10104158
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT 2 0 1 3
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR ANGKATAN 2008 & 2009 TENTANG DAMPAK
GANGGUAN KESEHATAN DARI PENGGUNAAN
TELEPON SELULER
S K R I P S I
Diajukan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar
OLEH:
SELA ORZELA
NIM: 08C10104158
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT 2 0 1 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telepon seluler merupakan salah satu alat komunikasi yang sudah tidak
asing lagi di kalangan masyarakat kita. Hampir semua orang memiliki sekurang-
kurangnya satu telepon seluler, tanpa mengira status ekonomi seseorang itu.
Dengan bertambahnya populasi dunia yang mengunakan telepon seluler, jumlah
operator seluler juga semakin bertambah. Berdasarkan dari survei yang dilakukan
oleh United Nation, 60% dari populasi dunia kini menggunakan telepon seluler
dengan kadar subskripsi 4,1 bilyar per tahun. Data menunjukkan peningkatan
pengguna telepon seluler kira-kira 1 milyar semenjak tahun 2002.
Suatu studi yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian Research On
Asia Group (ROA) mengungkapkan perkembangan pasar telepon seluler
Indonesia yang terus tumbuh pesat. Diprediksikan juga angka pertumbuhan tahun
2007 sampai 2010. Disebutkan juga pengguna telepon seluler di Indonesia tercatat
sebanyak 68 juta pada akhir tahun 2006 dan akan tumbuh menjadi 94,7 juta pada
tahun 2007. Pada tahun 2010, angka pengguna telepon seluler di Indonesia pun
diprediksikan mencapai angka 133 juta. Dengan kata lain, sekitar separuh dari
seluruh populasi negeri ini yang diperkirakan mencapai 250 juta jiwa, merupakan
pengguna telepon seluler. Dengan demikian, Indonesia pun akan menempati
peringkat ketiga pasar telepon seluler terbesar di Asia setelah Cina dan India
(Kristo, 2007).
2
Terdapat beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat kemungkinan
efek dari penggunaan telepon seluler. Radiasi radiofrekuensi e lektromagnetik
(RF-EMR) yang terdapat dalam densitas kuasa dan julat frekuensi dari telepon
seluler meningkatkan generasi dari spesies oksigen reaktif dalam mitokondria
yang terdapat dalam spermatozoa manusia, menyebabkan menurunnya motilitas
dan vitalitas dari spermatozoa. Di samping itu, ia juga menstimulasi formasi
adduksi dari basis DNA dan akhirnya terjadi fragmentasi dari DNA. Temuan ini
telah menunjukkan implikasi yang jelas untuk keselamatan penggunaan telepon
seluler yang ekstensif oleh laki- laki pada usia reproduktif, di mana ini bisa
memberi dampak terhadap kesuburan mereka dan kesehatan zuriat mereka (De
Iuliis et al, 2009).
Kohli et al (2009) mengatakan beberapa teori tentang mekanisme
kerusakan non-termal telah menemukan bahwa kemungkinan pemaparan kepada
bidang magnetik berfrekuensi rendah mungkin bisa menghambat produksi bahan
kimia yang secara normalnya, bekerja untuk menghalang mutasi sel. Sebagai
contoh, beberapa studi telah mencadangkan bidang magnetik begitu bisa
mempengaruhi fungsi dari kelenjar pineal dan seterusnya mencegah produksi
melatonin yang merupakan sejenis antioksidan.
Mereka juga menyatakan bahwa penelitian yang lebih lanjut telah
menyatakan bahwa anak kera yang terpapar dengan radiasi radiofrekuensi (RFR)
2,45 GHz (tipe yang sama tetapi dalam kuantiti yang lebih tinggi daripada yang
dikeluarkan oleh telepon seluler) menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan
genom di dalam otak dan testis (Sarkar, dkk, 1994) dan terdapat peningkatan
3
perpecahan dari untai tunggal dan ganda dari DNA di dalam otak (Lai dan Singh,
1996).
Pemaparan terhadap bidang magnetik yang terlampau rendah dikatakan
dapat meningkatkan apoptosis, di mana ini menunjukkan terdapat kemungkinan
meningkatnya kerusakan pada DNA disebabkan pemaparan kepada bidang
magnetik ini. Satu hipotesa dari Leszczynski et al (2002) menyatakan bahwa
radiofrekuensi dari telepon seluler dapat mengaktivasi heat shock protein 27
(hsp27), di mana seterusnya ini akan menghambat jalur apoptosis (memfasilitasi
perkembangan kanker otak) dan juga akan meningkatkan permeabilitas dari sawar
darah otak. Jika ini terjadi berulang kali dalam jangka masa yang panjang, bisa
menyebabkan kerosakan otak kumulatif (Kohli et al, 2009).
Terdapat keprihatinan terhadap kemungkinan-kemungkinan efek radiasi
radiofrekuensi terhadap kesehatan. Beberapa penelitian yang telah dipublikasi
menyatakan bahwa radiasi EMF tidak berbahaya. Ada pula yang menyatakan
bahwa telepon seluler dan base station adalah aman karena mereka menepati ciri-
ciri keselamatan yang telah ditetapkan oleh International Commission for Non-
Ionising Radiation Protection (ICNIRP). Ada juga yang percaya bahwa efek
samping terhadap kesehatan muncul dari efek penghangatan dari radiasi tersebut.
Selain itu, beberapa pendapat mengatakan bahwa EMF tidak mempunyai tenaga
yang cukup untuk memecahkan ikatan kimiawi (maka tidak dapat menghasilkan
ion yang bercaj). Seperti yang kita sedia maklum, penggunaan telepon seluler
dilarang di dalam pesawat dan di rumah sakit. Ini karena pancaran radiasi dari
telepon seluler tersebut dapat mengganggu pemakaian peralatan elektronik yang
sensitif (Das, 2003).
4
Radiasi dari telepon seluler juga mempunyai efek penghapus pada
peralatan personal contohnya pace makers, defibrillator dan pompa insulin. Ini
bukan disebabkan efek penghangatan dari radiasi tetapi dari efek non-termalnya.
Maka, efek non-termal dapat memberi impak terhadap sistem biologis. Radiasi
radiofrekuensi elektromagnetik (RF-EMR) juga dikatakan bisa meningkatkan
permeabilitas substansi terhadap sawar darah otak. Ini bisa terjadi pada intensitas
yang rendah. RF-EMR juga telah dilaporkan dapat menyebabkan perubahan
morfologi pada sistem saraf pusat. Perubahan-perubahan lain yang dilaporkan
termasuklah perpecahan dari untaian DNA, aberasi kromosom, perubahan pada
aktivitas otak, perubahan tekanan darah dan penurunan sekresi dari melatonin.
Juga terdapat laporan bahwa ia dapat meningkatkan insidensi beberapa jenis
kanker di kalangan orang yang tinggal di sekitar base station (Das, 2003).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Trosic dan Pavicic (2009), selepas
diradisi dengan RF/MW sebanyak 935MHz selama 72 jam, terdapat penurunan
dalam proliferasi sel pada sel yang telah diradiasi selama 3 jam. Sel-sel ini juga
menunjukkan terdapatnya gangguan pada struktur mikrotubul segera setelah
paparan. Didapati, proliferasi sel yang signifikan rendah setelah paparan selama 3
jam ditemui pada hari ke-3 pasca radiasi merupakan impak dari kerusakan
struktur mikrotubul yang diobservasi segera setelah diradiasi dengan RF/MW.
Ada yang berpendapat bahwa penggunaan telepon seluler dapat
meningkatkan resiko untuk mendapat neuroma akustik, glioma, melanoma uveal,
kanker dan perubahan respon auditorik pada batang otak. Maka, beberapa
penelitian telah dijalankan. Hasilnya, tidak terdapat hubungan antara penggunaan
telepon seluler dengan glioma (Hepworth et al, 2006) dan perubahan respon
5
auditorik pada batang otak (Stefanics et al., 2007). Didapati juga, penggunaan
telepon seluler tidak meningkatkan resiko untuk mendapat neuroma akustik
(Takebayashi et al, 2006) dan melanoma uveal (Stang et al, 2009). Mereka
berpendapat mungkin karena penelitian mereka tidak dilakukan dalam jangka
masa yang panjang (> 10 tahun). Pada masa sekarang, kejadian kanker otak yang
disebabkan oleh penggunaan telepon seluler masih tergantung kepada
epidemiologi, tetapi masih tidak terdapat argumentasi yang valid dan tidak
terdapat bukti yang kukuh untuk menyokong pendapat tersebut (Kundi, 2008).
Terdapat banyak spekulasi tentang efek negatif penggunaan telepon seluler
terhadap kesehatan. Ada yang berpendapat penggunaan jangka masa panjang dari
telepon seluler bisa menyebabkan kanker otak, nyeri kepala, gangguan pada ritma
jantung dan lain- lain. Karena itulah para saintis dan ilmuwan terus-menerus
meneliti tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
telepon seluler. Masyarakat pula nampaknya semakin prihatin terhadap masalah
ini.
Berdasarkan kenyataan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian ini
mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FKM-UTU angkatan 2008 dan 2009
tentang gangguan-gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
telepon seluler. Penelitian ini mengkhususkan pada mahasiswa FKM-UTU
Meulaboh karena peneliti berpendapat bahwa calon-calon Sarjana ini seharusnya
lebih tahu mengenai gangguan-gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan telepon seluler agar dapat mengupayakan usaha untuk
meminimalisasi efek-efek tersebut terhadap kesehatan.
6
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat
pengetahuan mahasiswa FKM-UTU angkatan 2008 dan 2009 tentang dampak
gangguan kesehatan dari penggunaan telepon seluler? Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FKM-UTU angkatan
2008 dan 2009 tentang dampak gangguan kesehatan dari pengguna telepon seluler
Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Tingkat pengetahuan tentang lama pemakaian telepon seluler yang dapat
mengakibatkan dampak gangguan kesehatan.
2. Tingkat pengetahuan apa saja dari telepon seluler yang dapat
menyebabkan terjadinya dampak gangguan kesehatan.
3. Tingkat pengetahuan sistem tubuh yang bisa terganggu akibat dari
penggunaan telepon seluler.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan pengetahuan baik mahasiswa FKM-UTU ataupun
masyarakat mengenai gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan telepon seluler.
7
2. Membuat masyarakat lebih peduli tentang efek-efek terhadap kesehatan
yang dapat ditimbulkan dari pemakaian telepon seluler jangka masa
panjang.
3. Menyadarkan masyarakat khususnya mahasiswa mahasiswa FKM-UTU
untuk mengubah cara pemakaian telepon seluler supaya dapat
meminimalisasi efek-efek dari penggunaan telepon seluler terhadap
kesehatan.
4. Memberi peluang kepada mahasiswa mahasiswa FKM-UTU lainnya untuk
memanfaatkan penelitian ini sebagai dasar pertimbangan atau stimulus
untuk meneliti dari sudut pandang yang berbeda.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telepon Seluler
2.1.1. Gelombang Elektromagnetik
Telepon seluler bekerja dengan cara memancarkan sejenis radiasi
elektromagnetik yaitu radiasi radiofrekuensi. Bidang elektromagnetik merupakan
gabungan antara bidang listrik dan bidang magnetik. Bidang listrik terhasil dari
perbedaan pada voltase: semakin tinggi voltase, semakin kuat bidang yang
terhasil. Bidang magnetik pula terhasil apabila arus listrik mengalir: semakin
besar arus, semakin kuat bidang magnetik tersebut. Bidang listrik bisa wujud
walaupun tidak terdapat arus yang mengalir. Jika terdapat arus yang mengalir,
kekuatan bidang magnetik akan berbeda dengan tenaga yang digunakan tetapi
kekuatan bidang listrik akan konstan (WHO, 2010).
Frekuensi dan panjang gelombang merupakan karakteristik utama dari
bidang elektromagnetik ini. Pada gelombang elektromagnetik, kedua-dua
karakteristik ini saling berhubungan antara satu dengan lain: semakin tinggi
frekuensi, semakin pendek panjang gelombangnya. Pada frekuensi radio dan
gelombang mikro, bidang listrik dan magnetik merupakan dua komponen dari
gelombang elektromagnetik. Densitas tenaga yang diukur dalam Watts per meter
kuadrat (W/m2), menerangkan intensitas dari bidang ini (Serway dan Vuille,
2007).
Gelombang elektromagnetik diprediksikan oleh James Clerk Maxweel dan
dikonfirmasi secara eksperimental oleh Heinrich Hertz. Gelombang ini dihasilkan
9
dari percepatan muatan listrik dan mempunyai ciri-ciri berikut. Gelombang
elektromagnetik merupakan gelombang melintang, karena bidang listrik dan
magnetik bersilang secara tegak lurus dengan arah propagasi gelombang tersebut.
Gelombang elektromagnetik bergerak dengan kelajuan cahaya. Terdapat 7 jenis
gelombang elektromagnetik. Gelombang radio merupakan hasil dari percepatan
muatan melalui wayar yang mengkonduksi. Ini digunakan pada radio dan sistem
komunikasi televisi.
Gelombang mikro mempunyai panjang gelombang yang berjulat di antara
1 mm dan 30 cm dan dihasilkan oleh alat elektronik. Gelombang infrared
diproduksi oleh objek dan molekul yang panas, mempunyai panjang gelombang
kira-kira 1 mm - 7 x 10-7 m. Cahaya tampak yang merupakan bentuk gelombang
elektromagnetik yang paling umum merupakan sebagian dari spectrum yang dapat
dideteksi oleh mata manusia. Yang tergolong sebagai sinar ultraviolet (UV)
adalah gelombang yang mempunyai panjang gelombang kira-kira 4 x 10-7 m – 6
x 10-10 m. Sumber utama dari sinar UV ini adalah matahari. Sinar X merupakan
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 10-8 m – 10-13 m. Sinar
gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh nuklei
radioaktif dan mempunyai panjang gelombang kira-kira 10-10 m – 10-14 m
(Serway dan Vuille, 2007).
Radiasi merupakan tenaga yang dipancarkan sebagai gelombang
elektromagnetik atau partikel subatomik. Radiasi elektromagnetik pula merupakan
sejenis radiasi yang termasuk cahaya tampak, gelombang radio, sinar gamma dan
sinar X. Gelombang radio adalah sejenis gelombang elektromagnetik dari
10
radiofrekuensi. Radiofrekuensi pula merupakan frekuensi yang berjulat dari 104 –
1011 atau 1012 Hertz dan digunakan pada alat telekomunikasi.
2.1.2. Gangguan-gangguan Kesehatan yang dapat Ditimbulkan
2.1.2.1. Gangguan Proliferasi Sel
Menurut penelitian saintifik yang dijalankan oleh Trosic dan Pavicic,
2009, didapati selepas diradisi dengan RF/MW sebanyak 935MHz selama 72 jam,
terdapat penurunan dalam proliferasi sel pada sel yang telah diradiasi selama 3
jam (p<0.05). Sel-sel ini juga menunjukkan terdapatnya gangguan pada stuktur
mikrotubul segera setelah paparan. Didapati, proliferasi sel yang signifikan
rendah setelah paparan selama 3 jam ditemui pada hari ke-3 pasca radiasi
merupakan impak dari kerusakan struktur mikrotubul yang diobservasi segera
setelah diradiasi dengan RF/MW. Mereka juga mendapati terdapat perubahan
pada serat mikrotubul setelah terpapar kepada radiasi RF/MW selama 1, 2 dan 3
jam berbanding dengan kontrol negatif dan positif dari sampel sel. Irregularitas
juga didapati pada morfologi sel dan struktur protein mikrotubul.
Salah satu struktur yang paling penting yang melibatkan mikrotubul
adalah spindel mitosis pada sel yang membagi. Mikrotubul merupakan suatu
struktur yang dinamik di mana fungsinya tergantung dengan ketidakstabilan
dinamik yang diinduksi oleh kekuatan elektromagnetik interna. Tetapi dalam
penelitian ini tidak didapati bahwa radiasi bisa mempengaruhi indeks mitosis.
Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kinetik dari proliferasi sel
mungkin tergantung dengan kerusakan mikrotubul yang diobservasi segera setelah
pemaparan terhadap radiasi pada frekuensi telepon seluler.
11
Terdapat satu lagi penelitian yang dilakukan oleh Sekijima et al., 2010, di
mana mereka mengkaji bagaimana aktivitas dari bidang radiofrekuensi terhadap
perubahan pada proliferasi sel dan profil ekspresi gen pada sel manus ia, yaitu
A172 (glioblastoma), H4 (neuroglioma), and IMR-90 (fibroblas dari paru fetal
normal) selepas dipaparkan kepada continuous wave (CW) 2.1425 GHz dan
bidang RF Wideband Code Division Multiple Access (W-CDMA) pada 3 tahapan.
Pada fase inkubasi, sel dipaparkan pada specific absorption rates (SARs) 80, 250,
atau 800 mW/kg dengan kedua-dua CW dan bidang RF W-CDMA selama 96 jam.
Hasilnya, didapati paparan terhadap RF pada batas SAR yang telah ditetapkan
oleh ICNIRP tidak mungkin menimbulkan respon stres secara umum pada sel
yang dikaji.
Selain itu, Kim TH et al., 2008, telah melakukan penelitian di mana
mereka memaparkan kepala mencit C57BL yang diletakkan di dalam ruang
paparan seperti korsel dengan radiasi RF telepon seluler sebanyak 849 MHz atau
1763. Di dalam ruang ini, hewan dipaparkan dengan radiasi sebanyak 7,8 W/kg
secara intermiten selama 12 bulan. Hasil didapati bahwa paparan yang kronis
terhadap radiasi RF 849 MHz dan 1763 MHz pada jumlah 7.8 W/kg SAR tidak
dapat menginduksi perubahan sel seperti proliferasi, kamtian dan gliosis reaktif.
2.1.2.2. Infertilitas yang Disebabkan oleh Penginduksian Spesies Oksigen
Reaktif dan Kerusakan pada DNA di dalam Nukleus Sperma
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mendapat anak
setelah setahun melakukan hubungan seks tanpa proteksi. Infertilitas
kebanyakannya dialami oleh kira-kira 15% pasangan. Secara kasar, 40% kasus
penyebabnya adalah dari laki- laki, 40% perempuan dan selebihnya adalah dari
12
kedua-dua jenis kelamin. Dalam kebanyakan kasus, laki- laki tidak mampu untuk
memproduksi spermatozoa dalam jumlah yang adekuat untuk mencapai fertilisasi
tetapi juga terdapat kerusakan fungsional pada sel ini yang sekaligus menghalang
terjadinya pembuahan (De Iuliis et al, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh De Iuliis et al, 2009, didapati
bahwa RF-EMR yang terdapat dalam densitas kuasa dan julat frekuensi dari
telepon seluler meningkatkan generasi dari spesies oksigen reaktif dalam
mitokondria yang terdapat dalam spermatozoa manusia, menyebabkan
menurunnya motilitas dan vitalitas dari spermatozoa. Di samping itu, ia juga
menstimulasi formasi adduksi dari basis DNA dan akhirnya terjadi fragmentasi
dari DNA. Temuan ini telah menunjukkan implikasi yang jelas untuk keselamatan
penggunaan telepon seluler yang ekstensif oleh laki- laki pada usia reproduktif, di
mana ini bisa memberi dampak terhadap kesuburan mereka dan kesehatan zuriat
mereka.
Studi ini secara jelasnya menunjukkan bahwa RF-EMR bisa merusakkan
fungsi sperma melalui mekanisme yang melibatkan kebocoran dari elektron dari
mitokondria dan pembentukan dari stress oksidatif. Selain itu, fakta tentang
kerusakan DNA pada sperma oleh radiasi jenis ini mempunyai implikasi
tambahan kepada kesehatan anak yang dilahirkan dari bapa-bapa yang mengalami
tingkat paparan kepada RF-EMR yang tinggi di tempat kerja atau lingkungan
sekitar masa pembuahan.
13
2.1.2.3. Nyeri Kepala dan Pusing
Nyeri kepala dan pusing merupakan gejala yang sering dilaporkan yang
berkaitan dengan penggunaan telepon seluler dan bukti tentang gejala ini
disebabkan oleh paparan terhadap RF-EMF adalah lemah (Schuz et al., 2009).
Kebanyakan pasien yang mengalami nyeri kepala yang tergolong dalam
tipe tensi atau migrain. Walau bagaimanapun, nyeri kepala juga bisa sekunder dari
kelainan-kelainan lain pada kepala dan leher, dan kadang-kadang ia merupakan
gejala predominan dari penyakit intrakranial yang serius, contohnya tumor, infeksi
SSP atau pendarahan subaraknoid (Turner, 2009).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Chia et al., 2000, yang dilakukan di
Singapura, menyatakan bahwa, menurut kriteria dari International Headache
Society's, nyeri kepala merupakan gejala yang paling prevalen di kalangan
pengguna telepon seluler berbanding dengan mereka yang tidak menggunakan
telepon seluler, dengan prevalensi rate ratio 1,31. Terdapat peningkatan yang
signifikan pada prevalensi dari nyeri kepala dengan peningkatan durasi
penggunaan (menit/hari) (P = 0,038). Prevalensi nyeri kepala berkurang di
kalangan mereka yang menggunakan peralatan hands-free berbanding dengan
mereka yang tidak menggunakan peralatan tersebut (42% vs 65%).
2.1.2.4. Perubahan Konsentrasi Serum Transthyretin pada Sawar Darah-
Cairan Serebrospinal
Ada pendapat mengatakan bahwa penggunaan telepon seluler bisa
menyebabkan disfungsi dari sawar darah-otak (BBB). Sawar darah-cairan
serebrospinal (BCSFB) kurang mendapat perhatian, walaupun ia berperan untuk
menjaga homeostasis otak dengan memisahkan sistem saraf pusat dari aliran
14
darah. Seharusnya, kedua-dua sawar otak ini harus dititikberatkan secara sama
rata karena kedua-duanya bisa terlibat dalam penyakit otak neurodegeneratif yang
kronik. BBB memisahkan molekul dari darah dari masuk ke cairan serebrospinal
(CSF), manakala BCSFB memisahkan darah didalam otak dari cairan
serebrospinal. BBB terdiri dari sel endotel manakala BCSFB terdiri dari sel epitel
(Söderqvist, et al, 2009).
Transthyretin (TTR), juga dikenali sebagai prealbumin, merupakan
transport bagi tiroksin dan retinol dalam plasma dan CSF. Tempat utama
sintesanya adalah di hati, pleksus koroid (CP) dan epitel pigmen retinal. TTR
digunakan dalam praktis klinis sebagai marker bagi beberapa kondisi, contohnya
pada penyakit Alzheimer, amiloidosis, inflamasi dan malnutrisi. TTR majoritinya
diproduksi oleh sel epitel pada CP yang terletak di dalam keempat-empat
ventrikel, mewakili kira-kira 25% dari protein dalam CSF. CP akan meluas untuk
mengisi hampir kesemua ventrikel dan mempunyai brush-type borders, mikrovili,
pada bagian apikal. Apabila difiltrasi oleh berus mikrovili ini, CSF akan mengalir
dari ventrikel lateral, melalui ventrikel ketiga dan keempat ke ruang subaraknoid.
Dari situ, cairan tersebut akan menyebar ke seluruh bagian otak dan saraf spinal
(Söderqvist, et al, 2009).
Di dalam studi ini didapati terdapatnya kaitan yang signifikan antara
penggunaan telepon seluler dengan peningkatan kadar TTR tanpa mengira berapa
banyak penggunaannya. Berdasarkan penggunaan jangka masa pendek,
konsentrasi TTR yang signifikan tinggi didapati pada wanita di mana jarak masa
antara pengambilan darah dengan panggilan telepon yang paling akhir lebih
singkat (Söderqvist, et al, 2009, 2009).
15
2.1.2.5. Perubahan Variabilitas Denyut Jantung (HRV)
Analisa frekuensi dari HRV atau nama lainnya variabilitas panjang siklus,
variabilitas R-R dan variabilitas periode jantung merupakan representasi dari
tonus simpatetik dan parasimpatetik dari jantung. Keseimbangan fisiologis yang
normal dari aktivitas simpatetik dan parasimpatetik bisa bermanifestasi dalam
komponen frekuensi variabilitas R-R yang tinggi (0,15-0,40 Hz) dan rendah
(0,04-0,15 Hz). Tonus parasimpatetik bermanifestasi pada frekuensi analisa
spektral yang tinggi (HF) manakala frekuensi rendah (LF) bisa mencerminkan
tonus simpatetik dan parasimpatetik. Rasio LF:HF dianggap sebagai suatu cara
untuk mengukur keseimbangan simpatovagal dan mencerminkan modulasi
simpatetik (Salukhe dan Francis, 2005).
HRV merupakan indikator yang penting untuk resiliency fisiologis dan
fleksibiliti kelakuan, yang mana akan mencerminkan kapasitas individu itu untuk
beradaptasi dengan efektif terhadap stress kebutuhan lingkungan. Variabilitas
denyut jantung yang normal disebabkan oleh aksi sinergis dari dua cabang dari
Sistem Saraf Autonom (SSA), di mana mereka bertindak dalam keseimbangan
melalui neural, mekanikal, humoral dan mekanisme fisiologis yang lain untuk
mempertahankan parameter kardiovaskular dan untuk melakukan reaksi yang
betul akibat dari perubahan kondisi eksterna atau interna. Pada individu yang
sehat, estimasi dari denyut jantung pada suatu masa menunjukkan efek bersih dari
saraf parasimpatetik (vagus), yang berfungsi untuk menurunkan denyut jantung,
dan saraf simpatetik, berfungsi untuk meningkatkan denyut jantung. Perubahan-
perubahan ini dipengaruhi oleh emosi, pikiran dan olahraga. Perubahan ritma
jantung tidak hanya mempengaruhi jantung tetapi juga kemampuan otak untuk
16
memproses informasi, termasuk pengambilan keputusan, penyelasaian masalah
dan kreativiti. Ia juga secara langsung bisa mempengaruhi perasaan kita (Institute
of HeartMath, 2010).
Ada yang telah menunjukkan bahwa eksposisi EMF di tempat kerja bisa
menyebabkan fluktuasi pada denyut jantung dan HRV. Bidang elektromagnetik
yang dipancarkan dari telepon seluler juga bisa mempengaruhi tonus autonomik,
sekaligus memodifikasi fungsi dari sistem sirkulatorik. Dari penelitian ini,
didapati penggunaan telepon seluler bisa mempengaruhi HRV dan mengubah
keseimbangan autonomik. Selain itu, peningkatan tonus parasimpatetik dan
penurunan tonus simpatetik telah diobservasi dari analisa HRV ketika sedang
menggunakan telepon seluler. Dikatakan juga, perubahan HRV ketika
penggunaan bisa dipengaruhi oleh bidang elektromagnetik tetapi pengaruh dari
percakapan juga tidak bisa diabaikan. (Andrzejak et al. 2008).
2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai tingkat pengetahuan
terhadap gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon
seluler diuraikan seperti berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa FKM-UTU
Angkatan 2008 & 2009
Dampak Gangguan
Kesehatan dari Penggunaan
Telepon Seluler
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu
tertentu, peneliti mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa
FKM-UTU angkatan 2008 dan 2009 tentang dampak gangguan kesehatan dari
penggunaan telepon seluler.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku Umar Desa Alue Peunyareng Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 10 Maret sampai 02 April Tahun
2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKM-
UTU angkatan 2008 dan 2009 berjumlah 360 mahasiswa.
18
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewaliki keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel pada penelitian ini adalah sebagaian mahasiswa FKM-UTU angkatan
2008 dan 2009, dengan menggunakan teknik Systematic Random Sampling
(pengambilan sampel secara sistematis) yaitu dengan memilih mahasiswa yang
akan menjadi sampel dari Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Jumlah sampel
ditentukan berdasarkan rumus (Notoatmodjo, 2005) :
2,78
6,4
360
6,31
360
)1,0(3601
360
)(1
2
2
n
n
n
n
dN
Nn
Jadi sampel (n) = 78 orang mahasiswa
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal
N: Jumlah Populasi yaitu 360 orang.
d : Persentasi kelonggaran ketidaktelitian adalah 10% = 0,1
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang disebarkan, sedangkan
data sekunder diperoleh dari bagian akademik FKM-UTU.
19
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih
dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk
dijadikan sebagai responden dengan menanda tangani surat persetujuan
penelitian.
2. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi
dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
3. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan, selanjutnya
peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu
memeriksakan jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga
dalam pengolahan data tidak terjadi kesalahan.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel : Tingkat Pengetahuan
Definisi
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Segala sesuatu yang diketahui tentang telepon seluler dan gangguan-gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkannya. Antaranya mencakupi lama pemakaian
telepon seluler yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, apa saja dari telepon seluler yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan sistem tubuh yang bisa terganggu akibat dari penggunaan telepon seluler.
Wawancara dan Checklist. Kuesioner. 1. Baik.
2. Sedang. 3. Kurang
Ordinal.
2. Variabel : Dampak gangguan Kesehatan dari Pengguna Telepon
Seluler
Definisi
:
Akibat buruk bagi kesehatan yang timbul karena
penggunaan telepon seluler. Dampak tersebut berupa infertilitas, gangguan sistem persarafan dan perubahan pada sistem micro tubuh
20
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
Wawancara Kuesioner
1. Permanen 2. Sementara
Ordinal.
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
Di dalam kuesioner diajukan sebanyak 17 soal. Soal no.1 sampai no.6 dan
no.8 sampai no.17 merupakan soal yang memerlukan responden untuk menjawab
cuma 1 jawaban yang paling benar. Soal no.7 merupakan checklist. Pertanyaan
yang ditanyakan pada soal no.8 sampai no.17 merupakan lanjutan dari soal no.7.
Skor total tertinggi adalah 20. Soal no.1 tidak diberi markah karena
dianggap sebagai screening. Pada soal no.7, responden bisa memilih lebih dari 1
jawaban.
1. Jawaban yang benar diberi skor 1.
2. Jawaban yang salah diberi skor 0.
Hasil Ukur, dikategorikan dengan baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut (Pratomo, 1986) :
1. Pengetahuan yang baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau
seluruhnya tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan telepon seluler (skor jawaban > 75% dari nilai tertinggi yaitu
>15).
2. Pengetahuan yang sedang apabila responden mengetahui sebagian tentang
gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon
seluler (skor jawaban 40% - 75% dari nilai tertinggi yaitu 8-15).
21
3. Pengetahuan yang kurang apabila responden mengetahui sebagian kecil
tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
telepon seluler (skor jawaban < 40% dari nilai tertinggi yaitu <8).
3.7. Tehnik Analisis Data
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Data-data yang
didapati akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengetahuan mahasiswa yang menjawab paling betul adalah mengenai efek
signifikan yang akan dialami pengguna telepon seluler setelah
menggunakannya dalam durasi yang panjang yaitu sebanyak 56 orang
(71,8%).
2. Pengetahuan mahasiswa yang paling kurang adalah mengenai efek radiasi
telepon seluler terhadap produksi hormon tertentu pada tubuh manusia yaitu
sebanyak 1 orang (1,3%).
3. Seorang (1,3%) berpengetahuan baik terdapat pada jenis kelamin laki- laki.
4. 44 orang (56,4%) berpengetahuan sedang didominasi oleh perempuan 25
orang (48,1%).
5. 33 orang (42,3%) berpengetahuan kurang didominasi oleh perempuan 27
orang (51,9%).
33
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran antara
lain :
1. Mahasiswa dan Masyarakat.
a. Perbanyak tentang pengetahuan dan info- info tentang dunia kesehatan
khususnya yang berkaitan dengan telepon seluler.
b. Menggunakan hands-free ketika menggunakan telepon seluler dalam
durasi yang panjang.
c. Tidak meletakkan telepon seluler berdekatan ketika tidur.
d. Menggunakan speaker ketika bertelepon untuk mengurangkan kontak
langsung radiasi ke otak.
2. Menambahkan jumlah sampel penelitian supaya mendapat hasil yang lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Andrzejak, R. et al. 2008. The Influence of The Call with a Mobile Phone on
Heart Rate Variability Parameters in Healthy Volunteers
(Terjemahan). Dikutip dari www.ncbi.nlm.gov/pubmed/ [Diakses
tanggal 5 Januari 2013].
Chia, S., Chia, H., Tan, J., and Vlassov, V. 2000. Health Hazards of Mobile
Phones. British Medical Journal (Terjemahan). Dikutip dari:
http://findarticles.com/ [Diakses tanggal 19 Februari 2013].
Das, P. 2003. Health Effects of Radiofrequency Radiaton. (Terjemahan). Dikutip
dari http://www.uniten.edu.my/newhome/ [Diakses tanggal 19
Desember 2012].
De Iuliis, G., Newey, R., King, B., and Aitken R. 2009. Mobile Phone Radiation
Induces Reactive Oxygen Species Production and DNA Damage in
Human Spermatozoa In Vitro. (Terjemahan) Dikutip dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/. [Diakses tanggal 18
Januari 2013].
Fallows, D., 2005. How Women and Men Use the Internet. (Terjemahan). Dikutip
dari: http://www.pewinternet.org/Reports/2005/How-Women-and-
Men-Use-the-Internet.aspx [Diaskses tanggal 11 Januari 2013].
Hepworth, S., Schoemaker, M., Muir, K., Swerdlow, A., Van Tongeren, M., and
McKinney, P. 2006. Mobile Phone Use and Risk of Glioma in
Adults: Case-Control Study. British Medical Journal Group. .
(Terjemahan). Dikutip dari: http://www.nature.com/bjc/journal.
[Diaskses tanggal 3 April 2012].
Hidayat, N., 2009. Bahaya-bahaya Penggunaan Ponsel. Dikutip dari:
http://www.antibanbocor.com/page.php?hp [Diaskses tanggal 20
Desember 2012].
[Institute of HeartMath]. 2010. Heart Rate Variability: An Indicator of
Autonomic Function and Physiological Coherence. (Terjemahan).
Dikutip dari: http://www.heartmath.org/research/science-of-the-
heart-variability.html [Diaskses tanggal 6 Januari 2013].
Kim, T.H. et al. 2008. Local Exposure of 849 MHz and 1763 MHz
Radiofrequency Radiation to Mouse Heads Does Not Induce Cell
Death or Cell Proliferation in Brain. (Terjemahan). Dikutip dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/. Diaskses tanggal 4
Desember 2012].
Kohli, D.R., Sachdev, A., and Vats, H.S. 2009. Cell Phones and Tumor: Still in
no Man’s Land. (Terjemahan). Dikutip dari :
http://www.indianjcancer.com/. [Diaskses tanggal 18 Februari 2013]
Kristo, F. 2007. Pengguna Ponsel Indonesia Capai Separuh Populasi. Dikutip
dari :http://www.detikinet.com/. [Diakses tanggal 23 Februari 2013].
Kundi, M. 2008. The Controversy About a Possible Relationship Between
Mobile Phone Use and Cancer. Dikutip dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. [Diakses tanggal 17 Desember 2012].
Kurnianastiti, 2009. Bahaya Radiasi Handphone Bagi Kesehatan Kita. Dikutip
dari : http://kurnianastiti.blog.uns.ac.id/2009/09/29/bahaya-radiasi-
handphone-bagi-kesehatan-kita/ [Diakses tanggal 14 November
2012]
Lai, H. and Singh, N.P. 1996. Single- and Double-Strand DNA Breaks in Rat
Brain Cells After Acute Exposure to Radiofrequency
Electromagnetic Radiation. In: Kohli, D.R., Sachdev, A., and Vats,
H.S., 2009. Cell Phones and Tumor: Still in no Man’s Land.
(Termahan). Dikutip dari : http://www.indianjcancer.com/. [Diakses
tanggal 18 Februari 2013].
Leszczynski, D., Joenvaara, S., Reivinen, J., and Kuokka, R. 2002. Non-Thermal
Activation of hsp27/p38MAPK Stress Pathway by Mobile Phone
Radiation I Human Endothelial Cells: Molecular Mechanism for
Cancer- and Blood-Brain Barrier-Related Effects. In: Kohli, D.R.,
Sachdev, A., and Vats, H.S., 2009. Cell Phones and Tumor: Still in
no Man’s Land. (Termahan).
Notoadmodjo, S. 2005. Konsep Penilaian Kesehatan. Dalam : Notoadmodjo, S.,
2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
______________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pratomo, H. dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan
Masyarakat dan Keluarga Berencana. Depdikbud. Jakarta.
Salukhe, T. and Francis, D. 2005. Specialized Cardiac Investigations. In:
Purcell, H. and Kalra, P., 2005. Specialist Training in Cardiology.
(Terjemahan). Elsevier. USA.
Sarkar, S., Ali, S., and Behari, J. 1994. Effect of Low Power Microwave on the
Mouse Genome: A Direct DNA Analysis. In: Kohli, D.R., Sachdev,
A., and Vats, H.S., 2009. Cell Phones and Tumor: Still in no Man’s
Land. (Terjemahan). Dikutip dari : http://www.indianjcancer.com.
[Diakses tanggal 18 November 2012.
Schuz, J., Waldemar, G., Olsen, J., and Johansen, C. 2009. Risks for Central
Nervous System Diseases among Mobile Phone Subscribers: A
Danish Retrospective Cohort Study. (Terjemahan). Dikutip dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ [Diakses tanggal 17 Desember 2012].
Sekijima, M. et al., 2010. 2-GHz Band CW and W-CDMA Modulated
Radiofrequency Fields Have No Significant Effect on Cell
Proliferation and Gene Expression Profile in Human
Cells.(Terjemahan). Dikutip dari : http://www.jstage.jst.go.jp/
[Diakses tanggal 14 Desember 2012]
Serway, R. and Vuille, C. 2007. Alternating Current Circuits and
Electromagnetic Waves. In: Serway, R. and Vuille, C., 2007.
Serway’s Essentials of College Physics. (Terjemahan). Thomson.
USA.
Soderqvist, F., Carlberg, M., and Hardell, L. 2009. Mobile and Cordless
Telephones, Serum Transthyretin and the Blood-Cerebrospinal
Fluid Barrier: A Cross-Sectional Study. (Terjemahan). Dikutip dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. [Diakses tanggal 18 September 2012]
Stang, A. et al. 2009. Mobile Phone Use and Risk of Uveal Melanoma: Results
of the Risk Factors for Uveal Melanoma Case-Control Study.
Oxford Journals. (Terjemahan). Dikutip dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ [Diakses tanggal 21 Desember 2012].
Stefanics, G., Kellényi, L., Molnár, F., Kubinyi, G., Thuróczy, G., and Hernádi, I.
2007. Short GSM Mobile Phone Exposure does not Alter Human
Auditory Brainstem Response. BioMed Central. (Terjemahan).
Dikutip dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses tanggal 27
November 2012].
Takebayashi, T. el al. 2006. Mobile Phone Use and Acoustic Neuroma Risk in
Japan. British Medical Journal Group. (Terjemahan). Dikutip dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. [Diakses tanggal 27 November 2012].
Trosic, I. and Pavicic, I. 2009. Disturbance of Cell Proliferation in Response to
Mobile Phone Frequency Radiation. (Terjemahan). Dikutip dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ [Diakses tanggal 20 November 2012].
Turek, P., 2008. Male Infertility. In: Tanagho, E. and McAninch, J., 2008. Smith’s
General Urology 17th Edition. (Terjemahan). United States of
America: McGraw-Hill. 684-706.
Turner, C. 2009. Headache. In: Turner, C. 2009. Crash Course Neurology 3rd
Edition. (Terjemahan)Elsevier. Philadelphia.
________. 2009. Headache and Craniofacial Pain. In: Turner, C. 2009. Crash
Course Neurology 3rd Edition. (Terjemahan). Elsevier.
Philadelphia.
World Health Organization, 2010. About Electromagnetic Fields. (Terjemahan).
Dikutip dari : http://www.who.int/ [Diakses tanggal 2 Januari 2013].
______________________, 2010. Electromagnetic Fields. (Terjemahan). Dikutip
dari : http://www.who.int/ [Diakses tanggal 19 Desember 2012].
______________________, 2010. What are Electromagnetic Fields?.
(Terjemahan). Dikutip dari : http://www.who.int/. [Diakses tanggal
29 November 2012].