kajian abnormalitas primer spermatozoa pada … · tujuan penelitian adalah untuk mempelajari...

36
KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA BEBERAPA BANGSA SAPI DENGAN UMUR BERBEDA MENGGUNAKAN PEWARNAAN CARBOLFUCHSIN (WILLIAMS) NURUL HAFSARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: ngoxuyen

Post on 12-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA

BEBERAPA BANGSA SAPI DENGAN UMUR BERBEDA

MENGGUNAKAN PEWARNAAN CARBOLFUCHSIN

(WILLIAMS)

NURUL HAFSARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams
Page 3: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Abnormalitas

Primer Spermatozoa pada Beberapa Bangsa Sapi dengan Umur Berbeda

Menggunakan Pewarnaan Carbolfuchsin (Williams) adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Nurul Hafsari

B04100104

Page 4: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

ABSTRAK

NURUL HAFSARI. Kajian Abnormalitas Primer Spermatozoa pada Beberapa

Bangsa Sapi dengan Umur Berbeda Menggunakan Pewarnaan Carbolfuchsin

(Williams). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan MUCHIDIN NOORDIN.

Morfologi spermatozoa yang abnormal telah lama diketahui berhubungan

erat dengan peningkatan umur dan sterilitas. Tujuan penelitian adalah untuk

mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang

dari berbagai bangsa dan umur yang berbeda menggunakan pewarnaan

carbolfuchsin (Williams). Sebanyak 24 ekor sapi milik BIB Lembang digunakan

dalam penelitian ini. Sapi dikelompokkan menjadi dua kelompok, sapi berumur 3-

5 tahun dan 7-11 tahun ayng terdiri dari sapi Ongole, Frisien Holstein (FH),

Simental, dan Limosin. Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dan

dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Untuk pengujian morfologi

semen dibuat preparat ulas dari semen segar dan dikeringudarakan kemudian

diwarnai dengan pewarnaan carbolfuchsin. Pengujian abnormalitas spermatozoa

dilakukan dari total 500 sel spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan

abnormalitas spermatozoa sapi Limosin lebih tinggi (2.8%), dibandingkan sapi

Simmental (1.83%), FH (1.77%), dan Ongole (1.5%). Jumlah abnormalitas tidak

dipengaruhi oleh umur. Jumlah abnormalitas pada sapi berumur 3-5 tahun dan

sapi berumur 7-11 tahun adalah (0.35%) dan (0.34%). Kesimpulan dari penelitian

ini adalah bahwa semen sapi yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas

yang baik berdasarkan hasil evaluasi karena jumlah abnormalitas pada semua

breed menunjukkan hasil <20%.

Kata kunci: abnormalitas spermatozoa, balai inseminasi buatan, pewarnaan

Williams

ABSTRACT

NURUL HAFSARI. Study of Bulls Sperm Morphology of Different Breed and

Age Using Carbolfuchsin Stain (Williams). Supervised by R IIS ARIFINTINI and

MUCHIDIN NOORDIN.

Morphologically abnormal sperm in semen have been associated with age

and sterility for many years. The objective of this research was to study the

characteristic of sperm morphology of different breed and age using Williams

staining technique. A total of 24 bulls belong to Artificial Insemination (AI)

centers Lembang, Bandung used in this research. The bulls divided into two

group of age which were 3-5 years old and 7-11 years old, each group concist of 4

different breed namely Ongole, Frisien Holstein (FH), Simmental, and Limousin.

The semen was collected by artificial vagina and then evaluated macro and

microscopically. A drop of semen was placed on each glass slide, smeared, and

air-dried. The smeared samples were stained with carbolfuchsin stain.

Morphological abnormality types were recorded from total of 500 spermatozoa.

Results demonstrated that Limousin had the higher sperm abnormality (2.8%),

compare to Simmental (1.83%), FH (1.77%) and Ongole (1.5%) bulls. The level

Page 5: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

of primary sperm abnormalities did not affect by age. The sperm abnormalities in

bulls of 3-5 and 7-11 years old were 0.35% and 0.34% respectively. This finding

conclude all bulls semen in this research have a good spermatozoa presented from

the result because the number of abnormalities in all breeds lower than 20%.

Keywords: sperm abnormality, artificial insemination center, Williams stain

Page 6: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams
Page 7: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA

BEBERAPA BANGSA SAPI DENGAN UMUR BERBEDA

MENGGUNAKAN PEWARNAAN CARBOLFUCHSIN

(WILLIAMS)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

NURUL HAFSARI

Page 8: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams
Page 9: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams
Page 10: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan

Bapak Drh Muchidin Noordin atas kesediaan dan kesabarannya membimbing

penulis pada saat penelitian, penyusunan dan selama penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih untuk Bapak Dr Drh Chusnul Choliq, MS, MM, selalu pembimbing

akademik atas bimbingan dan arahannya selama penulis berada di FKH. Selain itu,

penulis juga berterima kasih pada Ibu Ros dan Pak Langgeng serta seluruh staf

Balai Inseminasi Buatan Lembang yang telah membantu pada saat penulis

melakukan pengambilan data. Terima kasih pula kepada Anis STK yang telah

membantu penulis dalam menganalisis data sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Kepada Mamah Helga dan Ayah Hilman, terima kasih atas doa, dukungan,

dan kasih sayangnya selama ini. Untuk Aa Fahmi dan Akang Hafiz, terima kasih

atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.

Kepada teman perjuangan penulis sejak awal penelitian, Donny dan Yani,

terima kasih atas kerjasamanya selama ini. Untuk sahabat-sahabat, Deka, Ghina,

Gamma, Erlan, Koko, Tiwa, Faisal, Mba Choti dan teman-teman Acromion

lainnya, terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Bagi teman-teman semasa

SMA, Barisan Heboh, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, maka penulis

mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata

penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2014

Nurul Hafsari

Page 11: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Jenis Sapi di Balai Inseminasi Buatan 3

Sapi Peranakan Ongol 3

Sapi Friesian Holstein 3

Sapi Simental 4

Sapi Limosin 4

Morfologi Spermatozoa 4

Teknik Pengujian dan Pewarnaan Morfologi 5

METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Bahan 6

Alat 6

Metode Penelitian 6

Koleksi Semen 6

Evaluasi Makroskopis dan Mikroskopis 7

Koleksi Sampel Preparat Ulas 7

Pewarnaan Carbolfuchsin 7

Pengamatan Morfologi Spermatozoa 7

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kualitas Semen Segar 9

Abnormalitas Primer Spermatozoa 10

Abnormalitas Primer Spermatozoa Berdasarkan Umur Sapi 11

Abnormalitas Primer Spermatozoa Berdasarkan Bangsa Sapi 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 24

Page 12: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik semen segar sapi 9 2 Persentase abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan bangsa sapi 11

3 Abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan umur 12 4 Abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan bangsa sapi 13

DAFTAR GAMBAR

1 Abnormalitas primer spermatozoa 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data deskriptif persentase abnormalitas spermatozoa berdasarkan

bangsa sapi 18 2 Data deskriptif abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan umur 18

3 Data deskriptif abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan bangsa

sapi 19

4 Hasil uji lanjut Duncan persentase abnormalitas spermatozoa

berdasarkan bangsa sapi 20

5 Hasil uji lanjut Duncan abnormalitas spermatozoa berdasarkan bangsa

sapi 20

6 Hasil uji lanjut Duncan abnormalitas spermatozoa berdasarkan umur 22

7 Data deskriptif volume, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa 22

8 Hasil uji lanjut Duncan volume spermatozoa 23

9 Hasil uji lanjut Duncan motilitas spermatozoa 23

10 Hasil uji lanjut Duncan konsentrasi spermatozoa 23

Page 13: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Balai Inseminasi Buatan (BIB) adalah suatu balai yang bertugas untuk

melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul (Kementan

2013). Saat ini yang resmi tercatat ada 2 BIB berskala nasional dan 15 Balai

Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) berskala lokal (Ditjennak 2008). Kegiatan

produksi semen meliputi penampungan dan pengolahan semen seperti

pengenceran, pengemasan, ekuilibrasi, pembekuan, dan penyimpanan (Arifiantini

et al. 2005).

Semen adalah cairan ejakulat yang terdiri dari plasma protein dan

spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel kecil yang kompak dan sangat khas

serta tidak tumbuh dan membelah diri. Secara garis besar, spermatozoa terbagi

atas bagian kepala dan ekor (Hafez dan Hafez 2000). Kepala spermatozoa dibagi

menjadi dua daerah yaitu daerah akrosom anterior yang dibungkus oleh tudung

akrosom dan daerah post akrosom posterior yang berbatasan dengan ekor. Tudung

akrosom berasal dari apparatus golgi selama tahap awal spermiogenesis, yang

mengandung akrosin, hyaluronidase, dan enzim-enzim hidrolitik lainnya yang

terlibat pada proses fertilisasi (Arthur 2001). Ekor spermatozoa berasal dari

sentriol spermatid selama proses spermiogenesis yang berfungsi untuk

memberikan gerakan maju atau lokomosi kepada spermatozoa, ekor ini terbagi

atas tiga bagian, yaitu bagian tengah (mid piece), bagian utama (principal piece)

dan bagian ujung atau end piece (Barth dan Oko 1989).

Pengujian kualitas semen yang dilakukan di BIB meliputi makroskopis dan

mikroskopis. Pengujian secara makroskopis meliputi volume, konsistensi dan

warna semen, sedangkan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas,

skor individu dan konsentrasi (Arifiantini 2012), sedangkan pengujian morfologi

jarang dilakukan. Menurut Morrel dan Rodriguez-Martinez (2009) untuk dapat

melakukan fertilisasi, spermatozoa harus memiliki viabilitas, motilitas dan

kromatin yang intact, serta mempunyai morfologi yang normal. Al-Makhzoomi et

al. (2008) melaporkan adanya korelasi antara morfologi dengan fertilitas.

Sapi jantan mengalami perkembangan organ reproduksi selaras dengan

tambahan umur dan perkembangan kondisi tubuh ternak itu sendiri yang terjadi

dalam perjalanan masa pubertas sampai mencapai dewasa tubuh. Peningkatan

kapasitas reproduksi terlihat dari volume ejakulat, jumlah spermatozoa motil dan

konsentrasi spermatozoa. Hal ini baru terjadi 6 sampai 9 bulan sesudah awal

pubertas (Lestari et al. 2013a). Awal pubertas merupakan salah satu tolak ukur

bahwa sapi sudah mulai memasuki usia produktif yang akan diikuti dengan

peningkatan kapasitas reproduksi. Brito et al. (2002) menyatakan umur dan

kelompok genetik memengaruhi karakteristik skrotum, testes, dan Testicular

Vascular Cones (TVC). Selain itu, karakteristik skrotum, testes dan TVC

berhubungan dengan produksi sperma dan kualitas spermatozoa pada sapi jantan.

BIB Lembang memiliki berbagai bangsa sapi dengan umur yang berbeda

yang akan memengaruhi kualitas semen yang dihasilkan, maka penelitian ini

bertujuan menguji perbedaan morfologi spermatozoa.

Page 14: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

2

Perumusan Masalah

Balai Inseminasi Buatan yang menyediakan fasilitas semen beku harus

selalu memperhatikan kualitas semen beku yang diproduksinya. Spermatozoa

abnormal merupakan salah satu penyebab infertilitas akibat kegagalan

spermatozoa untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi. Untuk mengetahui

abnormalitas morfologi spermatozoa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

pewarnaan Williams.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan morfologi spermatozoa

dengan beberapa indikator abnormalitas berdasarkan umur pada beberapa jenis

sapi berbeda.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persentase

abnormalitas spermatozoa antara beberapa bangsa sapi dengan umur yang berbeda,

serta untuk memberikan rekomendasi parameter kualitas spermatozoa sapi yang

baik untuk inseminasi buatan.

Page 15: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

3

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Sapi di Balai Inseminasi Buatan

Aplikasi teknologi Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku telah

dilakukan di Indonesia sejak tahun 1972 menggunakan semen beku hasil impor.

Produksi semen beku di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1976 di BIB

Lembang (Jawa Barat) dan dilanjutkan di Singosari (Jawa Timur) pada tahun

1982 (Feradis 2010). Pejantan yang dipelihara BIB Lembang adalah sapi

penghasil susu dan daging, sedangkan menurut pembuktian kualitas pemuliaan

ternaknya terbagi atas pejantan proven (terbukti dari produksi turunannya tinggi),

pejantan register (tercatat tiga generasi tertuanya), dan pejantan performance

(yang tercatat dari penampakan luarnya saja).

Menurut Prajogo et al. (2002), ternak sapi perah yang potensial di Indonesia

adalah sapi FH, sedangkan ternak sapi potong yang potensial adalah sapi Limosin

dan Simental. Program peningkatan populasi sapi potong dapat dilakukan melalui

pengendalian pemotongan ternak sapi produktif, pengendalian penyakit

reproduksi dan penyediaan bibit ternak sapi bermutu (Sodiq dan Nurwakhidiati

2006). Faktor yang menentukan efisiensi maksimum produksi susu sapi perah

adalah berapa banyak liter susu yang diproduksi per hari sepanjang hidupnya,

sedangkan untuk sapi tipe pedaging faktor yang menentukan adalah kecepatan

tumbuh setiap hari dan dari bagian karkas yang dapat dimakan (Philips 2001).

Sapi Peranakan Ongol

Bangsa sapi Peranakan Ongol (PO) tersebar luas dan populasi terbesar

terdapat di pulau Jawa terutama di Jawa Timur. Bangsa sapi ini baru terbentuk

sekitar tahun 1930 melalui sistem persilangan dengan grading up sapi Jawa

dengan sapi Sumba Ongol (SO). Persilangan tersebut bertujuan untuk

memperoleh ternak sapi yang dapat digunakan bagi keperluan tenaga tarik

membantu petani mengolah tanah pertanian dan transportasi.

Sapi PO berwarna putih, mempunyai perawakan besar, bergumba pada

pundak, dan mempunyai gelambir yang menjulur sepanjang garis bawah leher,

dada, sampai ke pusar. Sapi PO termasuk tipe sapi pekerja yang baik, bertenaga

kuat, tahan lapar dan haus, sabar serta dapat menyesuaikan dengan pakan yang

sederhana. Sapi PO juga menunjukkan keunggulan sapi tropis yaitu daya adaptasi

iklim tropis yang tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit

seperti gigitan nyamuk dan caplak, disamping itu juga menunjukkan toleransi

yang baik terhadap pakan yang mengandung serat kasar tinggi (Soeprapto 2006).

Sapi Friesian Holstein

Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi tipe perah yang banyak

terdapat di Indonesia. Sapi perah ini berasal dari daerah subtropis provinsi

Belanda Utara dan daerah Friesland Barat (Philips 2001). Sapi FH mempunyai

ciri-ciri kepala panjangnya sedang, mulut lebar dengan hidung terbuka lebar,

rahang kuat, dahi lebar, leher panjang dan warna tubuh belang hitam putih. Hasil

penelitian di Thailand, yang juga negara tropis menunjukan bahwa sapi-sapi perah

subtropis dapat beraklimatisasi dengan baik pada suhu dibawah 18 ºC dan

kelembaban di atas 55% (Siregar 2003).

Page 16: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

4

Sifat sapi FH yang tenang dan jinak memudahkan pengendalian dan

penanganannya saat diberi perlakuan. Sapi FH memiliki kuantitas produksi susu

yang paling tinggi dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Di Amerika

Serikat produksi susunya dapat mencapai 5755 liter dalam satu masa laktasi (± 10

bulan), sedangkan di Indonesia rata-rata produksi sapi FH adalah 10 liter per ekor

per hari (Syarif dan Harianto 2011).

Sapi Simental

Sapi Simental merupakan sapi bangsa Bos taurus yang berasal dari Swiss.

Sapi Simental memiliki warna coklat muda kemerahan dengan bagian wajah,

tubuh bagian bawah, lutut, hingga ujung ekor berwarna putih. Sapi ini memiliki

tubuh besar, kekar, dan berotot. Pertumbuhannya sangat baik dengan persentase

karkas tinggi dan sedikit lemak. Bobot badan Simental dewasa dapat mencapai

1200 kg/ekor (Fikar dan Ruhyadi 2010). Sapi ini bukan hanya sapi dwiguna,

tetapi triguna karena dapat berfungsi sebagai sapi pekerja, meskipun Simental

digolongkan dalam tipe triguna, tetapi pemanfaatan sapi ini umumnya sebagai

ternak pedaging karena memiliki pertumbuhan otot yang sangat baik,

menghasilkan karkas yang tinggi dan sedikit lemak (Ditjennak 2006).

Sapi Limosin

Sapi Limosin berasal dari Perancis keturunan dari Bos taurus. Sapi Limosin

memiliki rambut warna mulai dari kuning sampai merah keemasan dan tanduknya

berwarna cerah dengan tanduk jantan tumbuh keluar dan melengkung. Kepala

Limosin adalah kecil dan pendek dengan dahi yang lebar dan leher yang pendek.

Sapi jantan dewasa berbobot badan 907-998 kg dan bobot badan sapi betina

dewasa 544-635 kg. Sapi Limosin dikenal untuk efektivitas mereka dalam

efisiensi pakan ternak, karkas yang tinggi dan besarnya daerah loin (Gillespie dan

Flanders 2009).

Sapi ini sangat cocok dipelihara di daerah beriklim sedang. Sapi Limosin

merupakan sapi pedaging bertipe besar dan mempunyai volume rumen yang besar.

Karena itu, sapi ini mampu menambah konsumsi pakan lebih banyak di luar

kebutuhan yang sebenarnya. Namun, sapi ini memiliki metabolisme yang cepat

sehingga menuntut teknik pemeliharaan yang lebih teratur (Fikar dan Ruhyadi

2010).

Morfologi Spermatozoa

Morfologi spermatozoa adalah salah satu bentuk evaluasi semen secara

mikroskopis yang dilakukan dengan menghitung jumlah spermatozoa yang

normal dan abnormal secara primer dan sekunder (Arifiantini dan Ferdian 2006).

Morfologi spermatozoa juga indikator refleksi normalitas dari tubulus seminiferus

dan beberapa bagian dari epididymis (Holroyd et al. 2002).

Secara garis besar, spermatozoa terbagi atas bagian kepala dan ekor. Kepala

spermatozoa dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah akrosom anterior yang

dibungkus oleh tudung akrosom dan daerah post akrosom posterior yang

berbatasan dengan ekor. Tudung akrosom berasal dari apparatus golgi selama

tahap awal spermiogenesis, yang mengandung akrosin, hyaluronidase, dan enzim-

enzim hidrolitik lainnya yang terlibat pada proses fertilisasi (Arthur 2001). Bagian

kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar yang terisi

Page 17: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

5

sepenuhnya dengan materi yang homogen sebagai informasi genetik dari pejantan

yaitu kromosom. Ekor spermatozoa berasal dari sentriol spermatid selama proses

spermiogenesis yang berfungsi untuk memberikan gerakan maju atau lokomosi

kepada spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai dari daerah

implantasi ekor-kepala dan berjalan ke arah belakang (Barth dan Oko 1989).

Determinasi abnormalitas spermatozoa berbeda-beda diantara peneliti

maupun laboratorium. Menurut Chenoweth (2005), abnormalitas spermatozoa

terbagi dalam dua katagori, yakni berdasarkan sekuen proses pembentukan

spermatozoa (primer dan sekunder) dan berdasarkan dampaknya bagi fertilitas.

Katagori kerusakan spermatozoa bersifat primer adalah yang terjadi pada saat

spermatogenesis, sedangkan sekunder jika kejadiannya setelah spermiasi.

Pengelompokkan kelainan mayor dan minor didasarkan pada dampaknya terhadap

fertilitas jantan tersebut. Kelainan mayor akan berdampak besar pada fertilitas,

sebaliknya kelainan yang bersifat minor dampaknya kecil pada fertilitas.

Telah dikembangkan suatu metode yang disebut breeding soundness

evaluation (BSE) untuk mengukur potensi seekor sapi jantan. Menurut Alexander

(2008), BSE atau disebut juga bull breeding soundness evaluation (BBSE) mudah

dilakukan dan relatif tidak mahal serta sangat berguna untuk peternakan. Saat ini

Society for Theriogenology (SFT) menggunakan standar BBSE yang diadopsi

pada tahun 1993, dimana seekor pejantan harus memenuhi minimum standar 4

katagori yaitu organ reproduksi umum, indeks lingkar skrotum (scrotal

circumference indexed) sesuai umurnya, motilitas spermatozoa dan morfologi

spermatozoa. Hal ini disebabkan pejantan dengan umur yang semakin tua akan

mengalami degenerasi pada sel-sel tubuh, termasuk pada organ reproduksinya.

Penelitian sebelumnya oleh Söderquist et al. (1996) dalam Arifiantini dan Ferdian

(2006) menyatakan bahwa terdapat pengaruh umur yang sangat signifikan

terhadap abnormalitas spermatozoa.

Teknik Pengujian dan Pewarnaan Morfologi

Zat warna yang umum dipakai untuk pengamatan spermatozoa adalah eosin,

tinta India dan eosin-negrosin. Menurut Barth dan Oko (1989) teknik fiksasi dan

pewarnaan spermatozoa dibedakan atas dua metode yaitu metode kering dan

metode basah.

Pengamatan morfologi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara

komvensional atau manual maupun menggunakan teknologi mutakhir. Cara

manual dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pewarnaan dan pengamatan

dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras.

Sedangkan metode mutakhir yang dapat digunakan antara lain adalah Timed-

Exposure Photomicrography (TEP), Multiple Exposure Photomycrography

(MEP), Microcinematography (Cine), Videomicrography dan Computerized

Digital Image Analysis.

Page 18: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

6

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Koleksi sampel dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung

pada bulan Agustus sampai September 2013 sedangkan pewarnaan dan pengujian

morfologi spermatozoa dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor bulan Oktober 2013 sampai

dengan Februari 2014.

Bahan

Sumber semen berasal dari 24 ekor pejantan, 12 ekor berumur kurang dari

7 tahun (3-5 tahun) dan 12 ekor berumur lebih dari 7 tahun (7-11 tahun), serta

masing-masing 3 ekor dari bangsa FH, Ongol, Limosin, dan Simental. Bahan

yang digunakan adalah seperangkat pewarnaan carbolfuchsin diantaranya basic

fuchsin, bluish eosin, chloramine 0.5%, destilled water, dan alkohol 95%.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk mengamati morfologi menggunakan

mikroskop cahaya Olympus CH20 dan dokumentasi menggunakan mikroskop

dengan kamera Canon IXUS 220 HS.

Metode Penelitian

Koleksi semen

Koleksi semen dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan vagina

buatan. Pemakaian alat vagina buatan merupakan simulasi yang sempurna

terhadap perkawinan secara alami, sehingga semen tertampung dengan kualitas

yang jauh lebih baik daripada metoda lainnya (Mardiyah et al. 2001). Vagina

buatan adalah alat koleksi semen yang umum dilakukan, kualitas dan kuantitasnya

optimal, dan prosesnya berlangsung secara fisiologis (Arifiantini dan Ferdian

2006).

Sebelum penampungan semen dimulai, praeputium dan daerah sekitarnya

dicuci dengan air hangat. Penampungan semen dilakukan di tempat penampungan

yang dibuat khusus dengan hewan pemancing seekor pejantan. Pejantan yang

akan ditampung semennya diberikan rangsangan dengan cara membawa pejantan

itu mendekati hewan pemancing lalu membawanya pergi lagi. Membiarkan

pejantan menaiki hewan pemancing tetapi tidak ditampung semennya disebut

false mount. Satu false mount akan meninggikan konsentrasi sperma 50% dan dua

false mount menyebabkan peninggian konsentrasi dua kali lipat konsentrasi

sperma yang diperoleh tanpa pengekangan (Mardiyah et al. 2001). Pada

penunggangan berikutnya baru ditampung semennya. Pada saat penampungan,

penampung berdiri di samping kanan pemancing, memegang vagina buatan pada

tangan kanan dan mengarahkannya kira-kira 45° ke atas pada garis horizontal

pemancing. Penampungan dilakukan saat pejantan berereksi secara sempurna dan

Page 19: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

7

menaiki pemancing. Dengan telapak tangan kiri yang mengarah ke atas,

preputium digenggam dan penis yang ereksi ditarik ke samping ke arah vagina

buatan. Ujung penis dikenakan ke mulut vagina buatan. Ejakulasi ditandai dengan

adanya suatu dorongan tiba-tiba ke depan dan kedua kaki belakang pejantan

terangkat seolah-olah hendak melompati pemancing. Sesudah ejakulasi, pejantan

bergerak turun dan vagina buatan ditarik perlahan-lahan ke depan. Setelah penis

terlepas keluar, vagina buatan segera dibalikkan vertikal dengan tabung

penampung berada dibawah, lalu lubang ventilasi udara dibuka sedikit, atau bisa

juga vagina buatan diputar perlahan-lahan membentuk angka 8 agar semen yang

tertampung dapat turun dan masuk ke dalam tabung penampung. Setelah kira-kira

semua semen turun ke dalam tabung penampung, maka tabung penampung

dilepas dari ekor corong karet dan ditutup. Lalu disimpan dalam termos berisi air

hangat 37 oC lalu dibawa ke laboratorium untuk dilakukan evaluasi.

Evaluasi makroskopis dan mikroskopis

Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis.

Evaluasi makroskopis meliputi volume, konsistensi dan warna semen sedangkan

evaluasi mikroskopis meliputi persentase hidup mati, persentase abnormalitas,

persentase motilitas dan konsentrasi (Freshman 2002).

Koleksi sempel preparat ulas

Semen segar yang dikoleksi di BIB Lembang dilarutkan dengan NaCl

fisiologis dengan perbandingan 1:4 lalu dibuat preparat ulas pada gelas objek,

diberi identitas dan dikeringudarakan kemudian disimpan pada slide boks sampai

waktu pewarnaan.

Pewarnaan carbolfuchsin

Pewarnaan dilakukan dengan cara fiksasi preparat ulas di atas api bunsen

dan selanjutnya dicuci dalam alkohol absolut selama 4 menit lalu

dikeringudarakan. Preparat dimasukkan ke dalam larutan chloramin 0.5% selama

1-2 menit, sambil diangkat dan dimasukkan kembali berkali-kali dengan tujuan

menghilangkan mukus dan ulasan terlihat jernih. Kemudian dicuci dengan

destilled water, selanjutnya dalam alkohol 95% dan diwarnai dengan larutan

carbolfuchsin selama 8-10 menit. Terakhir, dicuci dengan air mengalir dan

dikeringkan (Arifiantini et al. 2006).

Pengamatan Morfologi Spermatozoa

Morfologi spermatozoa diamati dengan cara melihat kelainan bentuk kepala

spermatozoa dan menghitung jumlah spermatozoa sebanyak 500 sel dengan

pembesaran 400x. Selanjutnya semua jenis abnormalitas spermatozoa yang

ditemukan dicatat, diklasifikasikan, dan didokumentasikan menggunakan kamera.

Klasifikasi jenis abnormalitas spermatozoa primer dilakukan berdasarkan temuan

yang didapat pada waktu pengamatan (Riyadhi et al. 2012).

Prosedur Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 18 dan Microsoft

Excel 2013. Perbedaan jumlah total abnormalitas berdasarkan umur dan bangsa

Page 20: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

8

sapi dianalisis menggunakan analisis sidik ragam One-Way ANOVA, kemudian

dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Data

disajikan dalam rataan dan SD.

Page 21: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas semen segar

Kualitas semen segar dari keempat bangsa sapi yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki kualitas yang cukup baik. Warna semen yang diperoleh

adalah putih susu. Warna semen sapi yang normal adalah seperti putih susu atau

krem keputih-putihan (Feradis 2010).

Volume semen sapi FH adalah 8.110.46 mL paling tinggi dibanding

dengan volume sapi Limosin (6.690.39 mL) berbeda nyata pada taraf nyata

(alpha) sebesar 5%, dan tidak terdapat perbedaan volume semen antara sapi FH,

Ongol dan Simental, demikian juga antara volume semen sapi Ongol, Simental

dan Limosin. Secara umum volume semen tersebut masih termasuk normal

karena menurut Garner dan Hafez (2000), volume semen sapi berkisar antara 5-8

mL.

Tabel 1 Karakteristik semen segar sapi

Karakteristik FH Ongol Limosin Simental

Warna Putih susu Putih susu Putih susu Putih Susu

Volume (mL) 8.11 0.46a 7.27 0.59

ab 6.69 0.39

b 6.98 0.39

ab

Konsistensi Sedang Sedang Sedang Sedang

Gerak ++ ++ ++ ++

Motilitas (%) 70.50 3.12a 70.31 1.27

a 70.20 0.86

a 70.00 2.68

a

Konsentrasi (juta/mL) 1098.26 62.49a 1193.33 85.25

a 1190.40 42.80

a 1073.33 62.21

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

(uji selang berganda Duncan).

Konsistensi semen pada keempat bangsa sapi ini termasuk sedang. Semakin

kental semen dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi spermatozoa yang

terkandung di dalamnya (Feradis 2010). Semen yang baik memiliki kekentalan

hampir sama dengan susu (Lestari et al. 2013b). Taurin et al. (2000) melaporkan

bahwa konsistensi semen mempunyai korelasi dengan warna, semen yang

berwarna krem biasanya memiliki konsistensi yang pekat atau kental, sedangkan

semen dengan warna yang jernih atau terang memiliki konsistensi yang encer.

Secara mikroskopis semen segar memiliki gerakan massa spermatozoa ++,

ditandai dengan awan hitam yang tidak begitu gelap dengan gerakan yang cepat

berpindah. Persentase spermatozoa motil yang diperoleh adalah antara

70.002.68% hingga 70.503.12%, nilai ini masih berada dalam kisaran normal.

Menurut Garner dan Hafez (2000), kisaran normal gerakan massa spermatozoa

yaitu antara 40-75%. Campbell et al. (2003), menyatakan bahwa spermatozoa

dengan motilitas yang sangat baik berkisar antara 70-80%. Motilitas merupakan

uji kualitas yang penting karena fertilitas erat kaitannya dengan spermatozoa motil

yang diinseminasikan.

Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh adalah 1073.3362.21 sampai

dengan 1193.3385.25 juta per mL. Nilai ini

juga masih berada dalam kisaran

nilai yang dikemukakan oleh Campbell et al. (2003), yang menyatakan bahwa

Page 22: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

10

konsentrasi spermatozoa pada sapi jantan dewasa berkisar antara 800-1200

juta/mL semen.

Abnormalitas Primer Spermatozoa

Parameter yang dianggap penting bagi spermatozoa yang akan menentukan

fertilitasnya antara lain adalah: kapasitas produksi, daya tahan dan morfologi

spermatozoa termasuk jumlah spermatozoa yang abnormal (Arifiantini et al.

2006). Pada penelitian ini, ditemukan 12 jenis kelainan primer spermatozoa yaitu

pearshape, narrow at the base, narrow, abnormal contour, undeveloped, round

head, macrocephalus, microcephalus, double head, abaxial, knobbed acrosome

defect, detached head (Gambar 1).

Gambar 1 Bentuk abnormalitas primer spermatozoa. a) Pearshape, b)

Narrow at the base, c) Narrow, d) Abnormal contour, e)

Undeveloped, f) Round head, g) Macrocephalus, h)

Microcephalus, i) Double head, j) Abaxial, k) Knobbed

acrosome defect, l) Detached head

Page 23: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

11

Abnormalitas spermatozoa merupakan kelainan struktur spermatozoa dari

struktur normal yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan,

genetik, atau kombinasi dari keduanya (Chenoweth 2005). Morfologi spermatozoa

yang abnormal ini memiliki korelasi positif dengan fertilitas sehingga

berpengaruh terhadap kemampuan spermatozoa untuk membuahi ovum (Barth

dan Oko 1989). Abnormalitas spermatozoa berdasarkan kejadiannya dibedakan

menjadi abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder (Chenoweth 2005).

Abnormalitas sekunder umumnya terjadi pada bagian ekor dan akan mudah

terseleksi pada saat pengujian motilitas, sedangkan abnormalitas primer terjadi

pada bagian kepala dan sebagian bersifat genetik dan berdampak pada fertilitas

(Riyadhi et al. 2012).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah abnormalitas spermatozoa pada

keempat bangsa yang diuji sangat rendah. Jumlah abnormalitas spermatozoa

Limosin berbeda nyata pada taraf nyata (alpha) sebesar 5% dibandingkan bangsa

sapi lain yaitu sebesar 2.80.44%, disusul dengan Simental yaitu 1.830.36%.

Jumlah abnormalitas ini masih termasuk sedikit, karena menurut Barth dan Oko

(1989), abnormalitas akan dianggap serius apabila abnormalitas primer mencapai

18-20% karena dapat menyebabkan penurunan fertilitas.

Tabel 2 Persentase abnormalitas spermatozoa berdasarkan bangsa sapi

Jenis sapi Normal (%) Abnormal (%)

Friesian Holstein 98.23 0.21 1.77 0.21b

Ongol 98.50 0.18 1.50 0.18b

Limosin 97.20 0.44 2.80 0.44a

Simental 98.17 0.36 1.83 0.36b

Rataan 98.02 0.40 1.98 0.18

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Sedikitnya jumlah abnormalitas primer spermatozoa disebabkan sapi yang

digunakan merupakan sapi hasil seleksi secara genetik unggul dan dipelihara

dengan manajemen yang baik dan telah terlatih untuk dikoleksi semennya. Teknik

koleksi semen akan memengaruhi kualitas semen yang dihasilkan. Hewan yang

belum terbiasa atau pertama kali dikoleksi semennya akan memperlihatkan

abnormalitas primer spermatozoa yang tinggi. Abnormalitas spermatozoa juga

akan dipengaruhi oleh teknik koleksi semen yang dilakukan.

Abnormalitas spermatozoa dengan teknik masase pada kerbau lumpur dapat

mencapai 31.86% (Arifiantini dan Ferdian 2006), pada anoa menggunakan

teknik koleksi elektroejakulator menunjukkan persentase 33.64% (Yudi et al.

2010) bahkan O’brien dan Roth (2000) melaporkan abnormalitas spermatozoa

yang tinggi hingga mencapai 60% pada badak sumatera (Dicerorhinus

sumatrensis) yang dikoleksi menggunakan teknik recovery postcoital dari vagina.

Abnormalitas Primer Spermatozoa Berdasarkan Umur Sapi

Hasil pengujian abnormalitas primer berdasarkan umur, didapatkan bahwa

umur memengaruhi beberapa jenis abnormalitas. Pada sapi-sapi yang muda (<7

tahun) bentuk undeveloped lebih banyak ditemukan dibandingkan jenis lainnya.

Bentuk undeveloped merupakan spermatozoa yang tidak mengalami

Page 24: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

12

perkembangan sempurna sehigga dapat berbentuk kecil, ekor pendek, dan dengan

pemeriksaan lanjut diperoleh bahwa sel tersebut tidak disusun oleh materi yang

lengkap (Barth dan Oko 1989). Liu et al (2005) menyatakan bahwa persentase

spermatozoa undeveloped dalam jumlah besar akan menyebabkan kemandulan

(sterilitas) dan penyebab utama kelainan ini adalah pengaruh genetik.

Berdasarkan hasil penelitian, total abnormalitas primer spermatozoa pada

sapi berumur <7 tahun adalah 4.251.38% dan pada sapi berumur >7 tahun adalah

4.081.72%. Hasil penelitian ini hampir sama dengan yang dilaporkan oleh

Riyadhi et al. (2012) bahwa umur tidak memengaruhi abnormalitas primer yang

ditemukan pada sapi pejantan berumur 3-5 tahun milik BIB.

Tabel 3 Abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan umur

Parameter Umur

<7 tahun >7 tahun

Pearshape 0.67 0.12bcd

0.70 0.18bcd

Narrow at the base 0.04 0.04a 0.14 0.11

ab

Narrow/Tapered head 0.32 0.14abc

0.25 0.08ab

Abnormal contour 0.04 0.04a 0.25 0.18

ab

Undeveloped 1.51 0.45e 0.32

0.12

abc

Round head 0.28 0.18abc

0.21 0.08ab

Macrocephalus 0.07 0.05a 0.21 0.10

ab

Microcephalus 0.49 0.16abcd

0.74 0.37bcd

Double head 0.00 0.00a 0.07 0.05

a

Abaxial 0.04 0.04a 0.25 0.14

ab

Knobbed acrosome defect 0.00 0.00a 0.07 0.05

a

Detached head 0.81 0.18cd

0.88 0.26d

Total abnormalitas 4.25 1.38A 4.08 1.72

A

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Menon et al. (2011) melaporkan bahwa abnormalitas pada sapi berumur 13-

18 bulan memiliki jumlah abnormalitas tinggi (22.7718.57%) dibandingkan sapi

berumur >26 bulan (18.2712.79%). Adanya pengaruh genetik, lingkungan, dan

manajemen pemeliharaan, memungkinkan abnormalitas spermatozoa dapat

ditemukan pada umur yang lebih muda. Oleh karena itu sangat tepat jika batasan

umur penggunaan pejantan untuk produksi semen beku di Indonesia telah

ditetapkan antara 6-7 tahun (Ditjennak 2007).

Abnormalitas Primer Spermatozoa Berdasarkan Bangsa Sapi

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan pada jumlah

abnormalitas primer spermatozoa pada empat bangsa sapi yang diuji. Jumlah

abnormalitas pada sapi FH, Ongol, Limosin, dan Simental masing-masing adalah

3.731.88%, 3.161.39%, 5.912.96%, dan 3.872.04% (Tabel 4).

Pada bangsa sapi Ongol dan Simental, abnormalitas terbanyak adalah

detached head yaitu 0.770.23% dan 0.980.43%, sedangkan pada bangsa sapi

Limousin undeveloped merupakan abnormalitas terbanyak dengan persentase

Page 25: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

13

1.480.82%, dan pada sapi FH, kelainan pearshape adalah abnormalitas tertinggi

yaitu 0.980.36%. Menurut Barth dan Oko (1989) kelainan pearshape ini

bersifat genetik, hal ini terbukti sapi jantan keturunan dari tetua dengan tingkat

abnormalitas pearshape yang tinggi memperlihatkan gambaran semen yang sama

dengan tetuanya. Spermatozoa yang berbentuk pearshape tidak mampu untuk

melakukan fertilisasi. Ketidakmampuan spermatozoa melakukan kontak dengan

sel telur (ovum) akibat tudung akrosom yang tidak sempurna untuk menembus

zona pelusida.

Tabel 4 Abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan bangsa sapi

Parameter Bangsa

Frisien Holstein Ongol Limosin Simental

Pearshape 0.98 0.36bcde

0.70 0.09abcde

0.70 0.14abcde

0.35 0.13abc

Narrow at the base 0.07 0.07a 0.00 0.00

a 0.21 0.21

ab 0.07 0.07

a

Narrow/Tapered head 0.42 0.27abc

0.14 0.09ab

0.21 0.09ab

0.45 0.13abc

Abnormal contour 0.00 0.00a 0.35 0.35

abc 0.21 0.14

ab 0.00 0.00

a

Undeveloped 0.84 0.45abcde

0.56 0.28abcd

1.48 0.82e 0.77 0.41

abcde

Round head 0.20 0.09ab

0.28 0.14ab

0.14 0.14ab

0.35 0.35abc

Macrocephalus 0.35 0.17abc

0.07 0.07a 0.07 0.07

a 0.07 0.07

a

Microcephalus 0.21 0.09ab

0.28 0.14ab

1.27 0.70de

0.70 0.28abcde

Double head 0.00 0.00a 0.00 0.00

a 0.00 0.00

a 0.14 0.09

ab

Abaxial 0.14 0.09ab

0.00 0.00a 0.35 0.28

abc 0.07 0.07

a

Knobbed acrosome 0.07 0.07a 0.00 0.00

a 0.07 0.07

a 0.00 0.00

a

Detached head 0.42 0.22abc

0.77 0.23abcde

1.20 0.30cde

0.98 0.43bcde

Total abnormalitas 3.73 1.88A 3.16 1.39

A 5.91 2.96

A 3.87 2.04

A

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Chenoweth (2005) menyatakan ada dua kemungkinan yang terjadi terhadap

kemampuan fertilitas seekor pejantan dengan persentase abnormalitas yang tinggi,

pertama spermatozoa tidak dapat mencapai tempat fertilisasi dan kedua

spermatozoa tidak dapat membuahi sel telur atau mempertahankan perkembangan

tahap awal embrio. Menurut Kondracki et al. (2006) di dalam organ reproduksi

betina terdapat sistem uterotubal junction yang bertugas menyeleksi spermatozoa

abnormal.

Page 26: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Umur tidak memengaruhi jumlah abnormalitas primer spermatozoa. Bangsa

sapi Limosin memiliki abnormalitas yang lebih tinggi dibandingkan sapi Ongol,

FH dan Simental.

Saran

Saran yang diajukan berdasarkan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan

penelitian dengan jumlah bangsa sapi yang lebih banyak. Penelitian lanjutan

disarankan dengan menggunakan sapi dengan memperhatikan sebaran umur yang

seragam.

Page 27: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

15

DAFTAR PUSTAKA

Alexander JH. 2008. Bull breeding soundness evaluation: A practitioner’s

perspective. Theriogenology. 70:469–472

Al-Makhzoomi A, Lundeheim N, Haard M, Rodriguez-Martinez H. 2008. Sperm

morphology and fertility of progeny-tested AI dairy bull in Sweden.

Theriogenology. 70:682-691.

Arifiantini RI, Yusuf TL, Graha N. 2005. Longivitas dan recoveryrate pasca

thawing semen beku sapi Frisien Holstein menggunakan bahan pengencer

yang berbeda. Bul Peternakan. 29(2): 53-61.

Arifi antini RI, Wresdiyati T, Retnani EF. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa

Sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan Williams. J Indon Trop

Anim Agric. 31:105-110.

Arifiantini RI, Ferdian F. 2006. Tinjauan aspek morfologi dan morfometri

spermatozoa Kerbau Rawa (Bubalus Bubalis) yang dikoleksi dengan teknik

masase. J Vet. 17(2): 83-91.

Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor

(ID): IPB Pr.

Arthur GH. 2001. Veterinary Reproduction and Obstetries 8th ed. London (GB):

WB Saunders.

Barth AD, Oko RJ. 1989. Abnormal Morphology of Bovine Spermatozoa. Iowa

(US): Iowa State University Pr.

Brito LFC, Silva AEDF, Rodrigues LH, Vieira FV, Deragon LAG, Kastelic JP.

2002. Effect of age and genetic group on characteristics of the scrotum,

testes and Testicular Vascular Cones, and on sperm production and semen

quality in AI bulls in Brazil. J Can Vet. 43(4): 274-84.

Campbell JR, Campbell KL, Kenealy MD. 2003. Artificial Insemination. In: Anim.

Sci. 41th Ed. New York (US): McGraw-Hill.

Chenoweth PJ. 2005. Genetic Sperm Defect. Theriogenology. 64: 457-468.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2006.

Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor 121/Kpts/OT.210/F/11.06

tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Beku Sapi dan Kerbau.

Jakarta (ID): Ditjennak.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2007.

Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku. Jakarta (ID):

Ditjennak.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2008. Road

Map Perbibitan Ternak. Jakarta (ID): Ditjennak.

Feradis MP. 2010. Bioteknologi Reproduksi Ternak. Bandung (ID): Alphabeta.

Fikar S, Ruhyadi D. 2010. Beternak & Bisnis Sapi Potong. Jakarta (ID):

AgroMedia Pustaka.

Freshman JL. 2002. Semen collection and evaluation. Clin Tech Small Anim Pract.

17(3): 104-107.

Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In:

Reproduction in Farm Animals 7th Ed. Philadelphia (US): Williams &

Wilkins.

Page 28: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

16

Gillespie R, Flanders FB. 2009. Breeds of Beef Cattle. In: Modern Livestock and

Poultry Production 8th ed. New York (US): Delmar Cengage Learning.

Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animal 7th

ed. Philadelphia

(US): Williams & Wilkins.

Holroyd RG, Doogan VJ, De Faveri J, Fordyce G, Mcgowan MR, Bertram JD,

Vankam DM, Fitzpatrick LA, Jayawardhana GA, Miller RG. 2002. Bull

selection and use in Northern Australia 4. Calfoutput and predictors of

fertility of bulls in multiple-sire herds. J Anim Reprod Sci. 71: 67-79.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri No 58/Permentan/

OT.140/5/2013 Tentang Tugas Pokok Balai Inseminasi Buatan. Jakarta

(ID): Kementan.

Kondracki S, Banaszewska D, Wysokinska, and Chomicz J. 2006. Sperm

morphology of cattle and domestic pig. J Reprod Bio. 2(6): 99-104.

Lestari S, Saleh DM, Maidaswar. 2013a. Profil kualitas semen segar sapi pejantan

Limousin dengan umur berbeda di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa

Barat. J Ilmiah Peternakan. 1(3): 1165-1172.

Lestari SD, Tagama TR, Saleh DM. 2013b. Profil produksi semen segar sapi

Simmental pada tingkat umur yang berbeda di Balai Inseminasi Buatan

Lembang Jawa Barat. J Ilmiah Peternakan. 1(3): 897-906.

Liu S, Sun Y, Zhou G, Zhang, Feng H, He X, Fang H, Luo C, Zhu G, Yang H,

and Liu Y. 2005. The fertility of tetraploid hybrids and the sterility of their

triploid offspring. J Taiwan Vet. 1-3.

Mardiyah E, Suarida I, Pustaka IK, Hernawati R. 2001. Penampungan dan

evaluasi mutu semen sapi dengan vagina buatan. J Litbang Pertanian. 21:

138-146.

Menon AG, Barkema HW, Wilde R, Katelic JP, Thundathil JC. 2011.

Associations between sperm abnormalities, breed, age, and scrotal

circumference in beef bulls. J Can Vet. 75:241–247.

Morrell JW, Rodriguez-Martinez H. 2009. Biomimetic Techniques for improving

sperm quality in animal breeding: a review. J Andrology. 1: 1-9.

O’brien JK, Roth TL. 2000. Postcoital sperm recovery and cryopreservation in

Sumatran Rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) and aplication to gamete

rescue in the African Black Rhinoceros (Diceros bicornis). J Reprod Fertil.

118(2): 263-271.

Phillips CJC. 2001. Principles of Cattle Production. Wallingford (GB): CABI

Publishing.

Prajogo U, Hadi, Ilham N. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha

pembibitan sapi potong di Indonesia. J Litbang Pertanian. 21: 148-157.

Riyadhi M, Arifiantini RI, Purwantara B. 2012. Korelasi morfologi abnormalitas

primer spermatozoa terhadap umur pada beberapa bangsa sapi potong. J Vet.

19(2): 79-85.

Siregar AR. 2003. Pengembangan sapi perah rumpun unggul pada dataran rendah.

Di dalam: Supriyadi, Syahgian S. Kumpulan hasil-hasil penelitian APBN

tahun anggaran 2002. Buku 1 Ternak Ruminansia. Bogor (ID): Balai

Penelitian Ternak Ciawi.

Sodiq A, Nurwakhidiati Y. 2006. Perkembangan populasi sapi potong nasional

kaitannya dengan populasi di wilayah sentra dan non sentra beserta

kebijakan program pengembangannnya. J Anim Prod. 8: 182-189.

Page 29: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

17

Soeprapto H. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID):

AgroMedia Pustaka.

Syarif EK, Harianto B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.

Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Taurin B, Santi D, Putri KH. 2000. Inseminasi Buatan. Jakarta (ID): Universitas

Terbuka.

Yudi, Yusuf TL, Purwantara B, Agil M, Wresdiyati T, Sajuthi D, Aditya,

Manansang J, Sudarwati R, Hastuti YT. 2010. Morfologi dan biometri

spermatozoa Anoa (Bubalus sp) yang diwarnai dengan pewarna Williams

dan eosin-negrosin. Bul Peternakan. 33(2): 88-94.

Page 30: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data deskriptif persentase abnormalitas spermatozoa berdasarkan

bangsa sapi

Mean Std. Error

FH_Normal ,98233333 ,002092314 Ongol_Normal ,98500000 ,001770122 Lim_Normal ,97200000 ,004412105 Sim_Normal ,98166667 ,003555903 FH_Abnormal ,01766667 ,002092314 Ongol_Abnormal ,01500000 ,001770122 Lim_Abnormal ,02800000 ,004412105 Sim_Abnormal ,01833333 ,003555903

Total ,50000000 ,070062864

Lampiran 2 Data deskriptif abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan

umur

Mean Std. Error

PearShape <7 ,00668167 ,001213586 PearShape >7 ,00703333 ,001824235 NarrowAtTheBase <7 ,00035167 ,000351667 NarrowAtTheBase>7 ,00140667 ,001081313 NarrowTapered <7 ,00316500 ,001386542 NarrowTapered >7 ,00246167 ,000814443 AbnormCon <7 ,00035167 ,000351667 AbnormCon >7 ,00246167 ,001833456 Undev <7 ,01512083 ,004451384 Undev >7 ,00316500 ,001175946 RoundHead <7 ,00281333 ,001824235 RoundHead >7 ,00211000 ,000821316 Macro <7 ,00070333 ,000474187 Macro >7 ,00211000 ,000971795 Micro <7 ,00492333 ,001628887 Micro >7 ,00738417 ,003713334 DoubleHead <7 0E-8 0E-9 DoubleHead >7 ,00070333 ,000474187 Abaxial <7 ,00035167 ,000351667 Abaxial >7 ,00246167 ,001418605 KnobAcro <7 0E-8 0E-9 KnobAcro >7 ,00070333 ,000474187 DetHead <7 ,00808833 ,001758333 DetHead >7 ,00879167 ,002620930 Total ,00347264 ,000391628

Page 31: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

19

Lampiran 3 Data deskriptif abnormalitas primer spermatozoa berdasarkan

bangsa sapi

Mean Std. Error

PeasrShape_Ongol ,00703333 ,000889654 PearShape_FH ,00984667 ,003558616 PearShape_Sim ,00351667 ,001296883 PearShape_Lim ,00703333 ,001406667 NarrowAtTheBase_Ongol 0E-8 0E-9 NarrowAtTheBase_FH ,00070333 ,000703333 NarrowAtTheBase_Sim ,00070333 ,000703333 NarrowAtTheBase_Lim ,00211000 ,002110000 NarrowTapered_Ongol ,00140667 ,000889654 NarrowTapered_FH ,00422000 ,002668962 NarrowTapered_Sim ,00351667 ,001296883 NarrowTapered_Lim ,00211000 ,000943621 AbnormCon_Ongol ,00351667 ,003516667 AbnormCon_FH 0E-8 0E-9 AbnormCon_Sim 0E-8 0E-9 AbnormCon_Lim ,00211000 ,001441404 Undev_Ongol ,00562667 ,002813333 Undev_FH ,00844000 ,004492533 Undev_Sim ,00773667 ,004137131 Undev_Lim ,01476833 ,008206606 RoundHead_Ongol ,00281333 ,001406667 RoundHead_FH ,00211000 ,000943621 RoundHead_Sim ,00351667 ,003516667 RoundHead_Lim ,00140667 ,001406667 Macro_Ongol ,00070333 ,000703333 Macro_FH ,00351667 ,001693851 Macro_Sim ,00070333 ,000703333 Macro_Lim ,00070333 ,000703333 Micro_Ongol ,00281333 ,001406667 Micro_FH ,00211000 ,000943621 Micro_Sim ,00703333 ,002813333 Micro_Lim ,01265833 ,006975227 DoubleHead_Ongol 0E-8 0E-9 DoubleHead_FH 0E-8 0E-9 DoubleHead_Sim ,00140667 ,000889654 DoubleHead_Lim 0E-8 0E-9 Abaxial_Ongol 0E-8 0E-9 Abaxial_FH ,00140667 ,000889654 Abaxial_Sim ,00070333 ,000703333 Abaxial_Lim ,00351667 ,002760079 KnobAcro_Ongol 0E-8 0E-9 KnobAcro_FH ,00070333 ,000703333 KnobAcro_Sim 0E-8 0E-9 KnobAcro_Lim ,00070333 ,000703333 DetHead_Ongol ,00773667 ,002289887 DetHead_FH ,00422000 ,002179199 DetHead_Sim ,00984667 ,004312758 DetHead_Lim ,01195667 ,002967367 Total ,00347264 ,000391628

Page 32: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

20

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan persentase abnormalitas spermatozoa

berdasarkan bangsa sapi

Jenis N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Ongol_Abnormal 6 7,5000

FH_Abnormal 6 8,8333

Sim_Abnormal 6 9,1667

Lim_Abnormal 6 14,0000

Lim_Normal 6 486,0000

Sim_Normal 6 490,8333 FH_Normal 6 491,1667 Ongol_Normal 6 492,5000

Sig. ,486 1,000 1,000 ,486

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan abnormalitas primer spermatozoa

berdasarkan bangsa sapi

nilai_jenis

Duncan

Parameter N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

double head 24 ,0833

knobbed acrosome 24 ,0833

narrow at the base 24 ,2083

abnormal contour 24 ,3333

Macro 24 ,3333

Abaxial 24 ,3333

round head 24 ,5833

narrow tapered 24 ,6667 ,6667

Micro 24 1,4583 1,4583 pear shape 24 1,6250 detached head 24 2,0000 Undeveloped 24 2,1667 Sig. ,234 ,054 ,117

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

nilai_jenis

Duncan

Jenis N Subset for alpha = 0.05

1

Ongol 72 ,6250 FH 72 ,7361 Limousin 72 ,7639 Simmental 72 1,1667

Sig. ,058

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

72,000.

Page 33: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

21

jenis N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

NarrowAtTheBase_Ongol 6 ,0000

AbnormCon_FH 6 ,0000

AbnormCon_Sim 6 ,0000

DoubleHead_Ongol 6 ,0000

DoubleHead_FH 6 ,0000

DoubleHead_Lim 6 ,0000

Abaxial_Ongol 6 ,0000

KnobAcro_Ongol 6 ,0000

KnobAcro_Sim 6 ,0000

NarrowAtTheBase_FH 6 ,1667

NarrowAtTheBase_Sim 6 ,1667

Macro_Ongol 6 ,1667

Macro_Sim 6 ,1667

Macro_Lim 6 ,1667

Abaxial_Sim 6 ,1667

KnobAcro_FH 6 ,1667

KnobAcro_Lim 6 ,1667

NarrowTapered_Ongol 6 ,3333 ,3333

RoundHead_Lim 6 ,3333 ,3333

DoubleHead_Sim 6 ,3333 ,3333

Abaxial_FH 6 ,3333 ,3333

NarrowAtTheBase_Lim 6 ,5000 ,5000

NarrowTapered_Lim 6 ,5000 ,5000

AbnormCon_Lim 6 ,5000 ,5000

RoundHead_FH 6 ,5000 ,5000

Micro_FH 6 ,5000 ,5000

RoundHead_Ongol 6 ,6667 ,6667

Micro_Ongol 6 ,6667 ,6667

PearShape_Sim 6 ,8333 ,8333 ,8333

NarrowTapered_Sim 6 ,8333 ,8333 ,8333

AbnormCon_Ongol 6 ,8333 ,8333 ,8333

RoundHead_Sim 6 ,8333 ,8333 ,8333

Macro_FH 6 ,8333 ,8333 ,8333

Abaxial_Lim 6 ,8333 ,8333 ,8333

NarrowTapered_FH 6 1,0000 1,0000 1,0000

DetHead_FH 6 1,0000 1,0000 1,0000

Undev_Ongol 6 1,3333 1,3333 1,3333 1,3333

PeasrShape_Ongol 6 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 PearShape_Lim 6 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 Micro_Sim 6 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 1,6667 Undev_Sim 6 1,8333 1,8333 1,8333 1,8333 1,8333 DetHead_Ongol 6 1,8333 1,8333 1,8333 1,8333 1,8333 Undev_FH 6 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000 PearShape_FH 6 2,3333 2,3333 2,3333 2,3333 DetHead_Sim 6 2,3333 2,3333 2,3333 2,3333 DetHead_Lim 6 2,8333 2,8333 2,8333 Micro_Lim 6 3,0000 3,0000 Undev_Lim 6 3,5000 Sig. ,061 ,057 ,050 ,095 ,065

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

Page 34: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

22

Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan abnormalitas primer spermatozoa

berdasarkan umur

Respon

Duncan

jenis N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

DoubleHead <7 12 ,0000

KnobAcro <7 12 ,0000

NarrowAtTheBase <7 12 ,0833

AbnormCon <7 12 ,0833

Abaxial <7 12 ,0833

Macro <7 12 ,1667

DoubleHead >7 12 ,1667

KnobAcro >7 12 ,1667

NarrowAtTheBase>7 12 ,3333 ,3333

RoundHead >7 12 ,5000 ,5000 ,5000

Macro >7 12 ,5000 ,5000 ,5000

NarrowTapered >7 12 ,5833 ,5833 ,5833

AbnormCon >7 12 ,5833 ,5833 ,5833

Abaxial >7 12 ,5833 ,5833 ,5833

RoundHead <7 12 ,6667 ,6667 ,6667 ,6667

NarrowTapered <7 12 ,7500 ,7500 ,7500 ,7500

Undev >7 12 ,7500 ,7500 ,7500 ,7500

Micro <7 12 1,1667 1,1667 1,1667 1,1667 1,1667

PearShape <7 12 1,5833 1,5833 1,5833 1,5833

PearShape >7 12 1,6667 1,6667 1,6667

Micro >7 12 1,7500 1,7500 1,7500

DetHead <7 12 1,9167 1,9167

DetHead >7 12 2,0833

Undev <7 12 3,5833 Sig. ,098 ,065 ,067 ,058 ,159 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

Lampiran 7 Data deskriptif volume, motilitas, dan konsertrasi spermatozoa

Descriptives

N Mean Std. Error

volume

ongol 18 7,2722 ,59501

simmental 27 6,9889 ,38768

limousin 25 6,6920 ,43688

FH 23 8,1174 ,45747

Total 93 7,2430 ,23217

motilitas

ongol 18 ,6861 ,01266 simmental 27 ,6574 ,02678 limousin 25 ,6960 ,00862 FH 23 ,6522 ,03119 Total 93 ,6720 ,01145

consent

ongol 18 1193,3333 85,25241

simmental 27 1073,3333 62,21001

limousin 25 1190,4000 42,80374

FH 23 1098,2609 62,49001

Total 93 1134,1935 31,12295

Page 35: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

23

Lampiran 8 Hasil uji lanjut Duncan volume spermatozoa

volume

Duncan

jenis N Subset for alpha = 0.05

1 2

limousin 25 6,6920 simmental 27 6,9889 6,9889 ongol 18 7,2722 7,2722

FH 23 8,1174

Sig. ,409 ,107

Lampiran 9 Hasil uji lanjut Duncan motilitas spermatozoa

Motilitas

Duncan

jenis N Subset for alpha = 0.05

1

FH 23 ,7050 simmental 27 ,7000 ongol 18 ,7031 limousin 25 ,7020

Sig. ,230

Lampiran 10 Hasil uji lanjut Duncan konsentrasi spermatozoa

Consent

Duncan

jenis N Subset for alpha = 0.05

1

simmental 27 1073,3333 FH 23 1098,2609 limousin 25 1190,4000 ongol 18 1193,3333

Sig. ,225

Page 36: KAJIAN ABNORMALITAS PRIMER SPERMATOZOA PADA … · Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari morfologi spermatozoa di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ... pewarnaan Williams

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Januari 1992. Penulis

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Raden Hilman dan Ibu

Helga Parmadiah. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)

Cibuluh 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMPN 1

Bogor dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1

dan lulus pada tahun 2010 di Bogor. Pada tahun 2010 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Masuk IPB (USMI) di Fakultas

Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan,

penulis aktif di salah satu Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Satwaliar serta

menjadi panitia pada beberapa kegiatan di lingkungan kampus.