tingkah laku pemeliharaan anak oleh hewan vertebrata

5
2.1 Tingkah Laku Pemeliharaan Anak oleh Hewan Vertebrata Hewan-hewan vertebrata yang lebih maju dari hewan invertebrata, menunjukkan tingkah laku yang lebih kompleks dalam hal memelihara anak. Perkembangan tingkah laku hewan- hewan ini dalam memelihara anak semakin berkembang seiring dengan semakin tinggi kelas mereka. Perbedaan tingkah laku hewan vertebrata disetiap kelas, mulai dari pisces, ampibia, reptil, aves dan mamalia akan dijabarkan sebagai berikut: 1.Superclass Pisces Ikan sebagai salah satu hewan perairan mempunyai cara yang sangat beragam dan kadangkala melakukan hal-hal yang unik dalam melindungi telur-telurnya. Pemeliharaan anak pada ikan pelaksanaanya sangat sederhana, yang sering tampak adalah menjaga telur atau mengipasi (fanning) telur yang telah dibuahi. Beberapa ikan yang hidup di perairan dangkal, menghasilkan telur yang lebih sedikit tetapi mereka cenderung melindungi telur-telur mereka dari bahaya ataupun perubahan suhu. Beberapa telur ada yang diletakkan pada batuan atau tumbuhan air. Hal ini membuat telur-telur tersebut tahan terhadap hempasan arus, tapi mempermudah bagi pemangsa untuk menemukan telur-telur tersebut. Penjagaan induk terhadap telur-telur tersebut itulah yang dapat mencegah mereka menjadi santapan hewan lain (Fahmi, 2001). Tentang induk mana yang bertugas dalam hal pemeliharaan anak berhubungan dengan fertilisasi. Jika fertilisasi berlangsung didalam tubuh ikan betina, pemeliharaan tersebut dilaksanakan oleh ikan betina (30%).

Upload: anggun1995

Post on 18-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah etologi II

TRANSCRIPT

2.1 Tingkah Laku Pemeliharaan Anak oleh Hewan Vertebrata

Hewan-hewan vertebrata yang lebih maju dari hewan invertebrata, menunjukkan tingkah laku yang lebih kompleks dalam hal memelihara anak. Perkembangan tingkah laku hewan-hewan ini dalam memelihara anak semakin berkembang seiring dengan semakin tinggi kelas mereka. Perbedaan tingkah laku hewan vertebrata disetiap kelas, mulai dari pisces, ampibia, reptil, aves dan mamalia akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Superclass Pisces

Ikan sebagai salah satu hewan perairan mempunyai cara yang sangat beragam dan kadangkala melakukan hal-hal yang unik dalam melindungi telur-telurnya. Pemeliharaan anak pada ikan pelaksanaanya sangat sederhana, yang sering tampak adalah menjaga telur atau mengipasi (fanning) telur yang telah dibuahi. Beberapa ikan yang hidup di perairan dangkal, menghasilkan telur yang lebih sedikit tetapi mereka cenderung melindungi telur-telur mereka dari bahaya ataupun perubahan suhu. Beberapa telur ada yang diletakkan pada batuan atau tumbuhan air. Hal ini membuat telur-telur tersebut tahan terhadap hempasan arus, tapi mempermudah bagi pemangsa untuk menemukan telur-telur tersebut. Penjagaan induk terhadap telur-telur tersebut itulah yang dapat mencegah mereka menjadi santapan hewan lain (Fahmi, 2001). Tentang induk mana yang bertugas dalam hal pemeliharaan anak berhubungan dengan fertilisasi. Jika fertilisasi berlangsung didalam tubuh ikan betina, pemeliharaan tersebut dilaksanakan oleh ikan betina (30%). Sebaliknya, jika fertilisasi berlangsung di luar tubuh ikan betina, pemeliharaan tersebut dilakukan oleh ikan jantan (70%).

Sebagain besar jenis ikan melakukan fertilisasi secara eksternal, dimana sel gamet dilepaskan begitu saja ke dalam air tanpa adanya pengawasan. Tujuan dari dilakukannya metode ini adalah untuk menghasilkan jumlah keturunan yang maksimum dengan harapan akan mendapatkan lebih banyak keturunan yang dapat bertahan hidup. Tapi ada juga beberapa spesies ikan yang melakukan pemeliharaan anak hanya kepada keturunan yang memiliki kesempatan untuk bertahan yang lebih besar. Terdapat beberapa macam cara pemeliharaan anak yang sering terjadi pada kelas pices yakni:

a. Oral Brooding

Cara pemeliharaan anak jenis ini tidak banyak terjadi namun dapat dijumpai pada Cichlidae, salah satunya Tilapia. Setelah fertilisasi ikan ini akan memasukkan telur yang telah dibuahi ke dalam mulut hewan betina. Dengan melakukan hal tersebut, kerusakan pada telur akan lebih rendah daripada dibiarkan di alam bebas. Selain hal tersebut, dengan menempatkan telur di dalam mulut, hewan betina dapat memberikan perlindungan penuh kepada telurnya, serta dapat memberikan pasokan oksigen yang banyak.

Salah satu spesies ikan yang melakukan pemeliharaan anak dengan oral brooding adalah ikan nila (Oreochromis sp.). Setelah fertilisasi, telur yang telah dibuahi dimasukkan ke dalam mulut hewan betina, dan dijaga sampai telur menetas. Selama proses pengeraman ini, hewan betina tidak dapat makan sehingga tubuh hewan betina tampak sangat kurus. Setelah dua hari, telur dalam mulut ikan nila akan menetas. Pada saat itu, anak-anak ikan nila (burayak) masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur, sampai kuning telur itu habis, sekitar 5-7 hari, burayak ini masih tinggal di dalam mulut hewan betina dan akan dikeluarkan jika waktunya tiba. Ketika burayak itu masih lemah, induk betina masih tetap mengiring mereka dari belakang, namun setelah burayak bisa berenang dengan kuat, induk betina akan mulai meninggalkan mereka dan membiarkan mereka hidup mandiri.

b. Brood Pouches

Seperti cara oral brooding, brood pouches juga jarang ditemui. Tapi cara ini dapat dilihat pada Sygnathildae. Salah satu spesies yang melakukan pemeliharaan anak pada Brood Pouches yakni kuda laut (Hippocampus sp.). Fertilisasi kuda laut terjadi ketika hewan betina memasukkan sirip dubur ke dalam kantung telur jantan (Brood Pouches). Setelah masuk ke kantung telur, betina mulai mengeluarkan sel telurnya. Adanya sel telur ini menginduksi jantan mengeluarkan sperma. Hewan jantan kemudian menjaga telur-telur ini tetap di kantungnya selama 2-3 minggu. Di dalam kantung telur jantan terdapat pembuluh kapiler yang berfungsi memberikan makanan dan oksigen kepada anak-anak kuda laut. Pada saat jantan siap melahirkan, kantung telurnya memanjang dan berbentuk seperti elips. Kemudian terjadi tegangan otot dan kantung telur mulai bergerak ke depan dan ke belakang, baru kemudian anak kuda laut lahir (Effendi, 2002).

Anak-anak kuda laut tersebut tidak keluar secara langsung, namun dibutuhkan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari hingga semua anak dalam kantung telur dikeluarkan. Setelah melahirkan ada beberapa kuda laut jantan yang mengalami kematian akibat adanya pembusukan sisa anak yang tidak berhasil dikeluarkan (mati) di dalam kantung. Anak-anak ini sudah lebih dulu mati karena terlalu lama menunggu antrian untuk keluar. Bangkainya tentu saja mengundang infeksi bakteri yang dapat membuat kuda laut jantan meninggal. Untuk kuda laut jantan yang berhasil hidup, kantung telurnya akan kembali ke ukuran semula setelah melahirkan dan kemudian siap untuk kawin kembali. c. Integumentary cups

Pemeliharaan anak menggunakan integumentary cups terjadi pada genus Platystacus. Pemeliharaan anak ini dilakukan dengan menempatkann telur yang telah dibuahi di bagian lembut kulit ikan yakni di bagian ventral tubuhnya. Salah satu spesies yang melakukan pemeliharan anak seperti ini adalah Platystacus cotylephorus. Platystacus cotylephorus sering disebut dengan ikan lele Amerika, karena ikan ini hanya dapat ditemukan di Amerika.

Pemeliharaan anak ikan ini dilakukan oleh hewan betina. Ketika pemijahan telah terjadi hewan betina akan mengeluarkan lendir dari bagian ventaral tubuh, dan menempelkan lendir tersebut ke atas telur yang telah dibuahi. Pemeliharaan telur seperti ini memberikan posokan oksigen yang cukup pada embrio di dalam telur serta mengurangi resiko terjadinya sedimentasi telur pada lahan yang berlumpur. Selama proses pengeraman ini yakni kurang lebih 2-3 hari, ikan betina akan berenang dengan sangat berhati-hati dan menghindari gesekan dengan lumpur. Setelah telur menetas, hewan betina akan menuntun anaknya dari belakang sampai anaknya mampu berenang dengan baik dan dirasa aman untuk hidup sendiri di alam liar.