tinea krusis pada dermatofitosis (romi)

23
Adanya Bercak Merah disertai Rasa Gatal pada Lipatan Paha Romi Andriyana 102013220 / B7 Email : [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Abstrak Tinea kruris ini ada suatu penyakit dari dermatofitosis, yaitu yang disebabkan oleh suatu jamur. Biasanya jamur penyebabnya itu adalah epidermophyton floccosum, trichophyton rubrum, dan trichophyton mentagrophytes. Biasanya penyakit ini ada hubungan nya dengan gaya hidup kita dan kebersihan. Biasanya pada penderita tinea kruris ini merasa sangat gatal ketika mereka berkeringat. Biasanya penderita di tandai dengan adanya suatu skuama tipis dan adanya eritem atau kemerahan pada kulit. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat menjadi penyakit yang berlangsung seumur hidup. Penyakit dermatofitosis ini sebenarna tidak hanya tinea kruris masih ada yang lainnya seperti : tinea barbae pada janggut, tinea corporis pada tubuh, tinea ungium pada kuku,tinea manus pada tangan, dst. Jadi semua tinea ini yaitu tergolong dari penyakit dermatofitosis. Kata Kunci : Tinea kruris, dermatofitosis Abstract Tinea cruris there is a disease of dermatophytosis, which is caused by a fungus. Usually fungi cause it is epidermophyton floccosum, trichophyton rubrum, trichophyton mentagrophytes and. Usually this disease there is his relationship with our lifestyle and Page 1 | 23

Upload: bayu-kkilla

Post on 16-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Adanya Bercak Merah disertai Rasa Gatal pada Lipatan PahaRomi Andriyana102013220 / B7Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

AbstrakTinea kruris ini ada suatu penyakit dari dermatofitosis, yaitu yang disebabkan oleh suatu jamur. Biasanya jamur penyebabnya itu adalah epidermophyton floccosum, trichophyton rubrum, dan trichophyton mentagrophytes. Biasanya penyakit ini ada hubungan nya dengan gaya hidup kita dan kebersihan. Biasanya pada penderita tinea kruris ini merasa sangat gatal ketika mereka berkeringat. Biasanya penderita di tandai dengan adanya suatu skuama tipis dan adanya eritem atau kemerahan pada kulit. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat menjadi penyakit yang berlangsung seumur hidup. Penyakit dermatofitosis ini sebenarna tidak hanya tinea kruris masih ada yang lainnya seperti : tinea barbae pada janggut, tinea corporis pada tubuh, tinea ungium pada kuku,tinea manus pada tangan, dst. Jadi semua tinea ini yaitu tergolong dari penyakit dermatofitosis.Kata Kunci : Tinea kruris, dermatofitosisAbstractTinea cruris there is a disease of dermatophytosis, which is caused by a fungus. Usually fungi cause it is epidermophyton floccosum, trichophyton rubrum, trichophyton mentagrophytes and. Usually this disease there is his relationship with our lifestyle and hygiene. Usually in patients with tinea cruris feel very itchy when they sweat. Usually the patient is indicated by the presence of a thin scaly and presence of erythema or redness of the skin.This disorder can be acute or chronic, can even be a disease that lasts a lifetime. This dermatophytosis disease sebenarna not only tinea cruris there are others such as: tinea barbae on beard, tinea corporis on the body, tinea ungium on nails, tinea manus on hand, and so on. So all of this is classified as tinea of disease dermatophytosis.Keywords : Tinea cruris, dermatophytosisPendahuluanTinea kruris adalah suatu penyakit dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efflorensi terdiri atas macam-macam bentuk primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasa disebabkan oleh garukan. Tinea kruris merupakan salah satu klinis yang sering dilihat di indonesia.Dermatofitosis merupakan mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, antara lain Tricophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Conant et al., membagi dermatofitosis berdasarkan lokalisasi kelainan pada badan, yaitu: tinea kapitis, tinea korporis, tinea favosa, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea pedis, tinea unguium, dan tinea barbae. Pada makalah ini saya akan membahas mengenai tinea kruris baik dari segi pemeriksaan, diagnosis kerja dan banding, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, prognosis, dan preventif.AnamnesisAnamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.1 Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1Dan dalam kasus kali ini, pada penyakit Psoriasis, anamnesis yang baik meliputi :1 IdentitasIdentitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Keluhan UtamaKeluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.Dalam kasus kali ini, pasien datang dengan keluhan berupa bercak merah bersisik tebal seperti mika pada tubuhnya. Riwayat Penyakit SekarangRiwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut :1. Waktu dan lamanya keluhan berlangsungDari kasus dikatakan bahwa gejala yang dialami sudah berlangsung selama 4 minggu.2. Hubungannya dengan aktivitasMisalnya, apa saja yang dikerjakan pria tersebut sepanjang hari. Namun kali dalam kasus tidak dijelaskan lebih lanjut.3. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan.Pasien mengatakan bahwa pasien menderita kencing manis sejak 6 bulan yang lalu dan rutin meminum obat untuk penyakit kencing manisnya. Selain itu terdapat rasa gatal pada bercak-bercak merah di sekujur badannya.4. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita.Pasien rutin meminum obat untuk penyakit kencing manisnya, namun tidak dijelaskan pada kasus apakah pasien sudah melakukan pengobatan sendiri terlebih dahulu atau tidak.5. Manifestasi penyakitApakah ada hal-hal lain yang menyertai gejala penyakit, namun dalam kasus tidak disebutkan gejala lain pada tubuh selain gatal, merah, dan kulit yang bersisik tebal seperti mika. Riwayat Penyakit DahuluBertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Dari kasus, dikatakan bahwa ada riwayat kencing manis pada pasien, namun hubungannya dengan penyakit yang diderita belum diketahui. Riwayat PribadiRiwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti makanannya dan aktifitas kesehariannya, lingkungan tempat tinggal pasien, dan sebagainya.Tidak kalah penting pada blok kulit kelamin, perlu ditanyakan juga riwayat hubungan seks pasien. Jika terdapat kecurigaan pada penyakit menular seksual, yang hanya bisa menular dengan kontak langsung, maka riwayat seks pasien adalah penting untuk diketahui dan ditanyakan. Riwayat KeluargaRiwayat keluarga juga penting dalam anamnesis karena beberapa penyakit disebabkan oleh genetik sehingga kecurigaan akan penyakit menahun keluarga juga wajib ditanyakan. Dalam kasus ini, tidak dijelaskan lebih lanjut.Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis. Karena dari pemeriksaan fisik dan anamnesis yang baik, dokter dapat menegakkan diagnosis. Pemeriksaan terbagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara garis besar, pemeriksaan fisik terbagi menjadi 2, yaitu Inspeksi (LOOK) dan Palpasi (FEEL).1,2Inspeksi (LOOK)Inspeksi adalah mengamati daerah yang sakit yang menjadi keluhan utama dari pasien. Pada inspeksi kulit, harus dilakukan di bawah pencahayaan yang baik. Secara umum hal yang harus diperhatikan adalah :2 WarnaApakah warna kulitnya normal, atau sianosis (biru), ikterus (kuning), karotenemia, terdapat perubahan melanin menjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi, atau eritema (kemerahan). KelembapanApakah kulit pasien lembap, kering, atau berminyak. TemperaturApakah kulit pasien dingin atau hangat. TeksturApakah kulit pasien licin atau kasar. Mobilitas (kemudahan lipatan kulit untuk dapat digerakkan)Jika terdapat edema, maka mobilitas kulit akan berkurang. Turgor (kecepatan lipatan kulit kembali ke keadaan semula)Jika pada pasien dehidrasi, turgor kulitnya akan menurun.Jika terdapat lesi pada kulit, maka yang harus diperhatikan: Lokasi dan distribusi anatomisnyaApakah lokasi lesinya merata, atau terlokalisasi, simetris atau acak. Susunan dan bentuknyaApakah lesinya berbentuk linear, berkumpul, atau dermatomal. TipeBagaimanakah tipe lesinya? Apakah berupa makula, papula, pustula, bula, skuama, tumor, crusta, dll. WarnaBagaimana warna lesi tersebut, apakah merah, putih, cokelat, lembayung muda, dll.Palpasi (FEEL)Palpasi adalah dengan meraba kulit yang terdapat lesi ataupun gejala penyakit kulit lainnya dan daerah disekitar kulit tersebut. Palpasi penting untuk merasakan jika terdapat penebalan kulit, ataupun untuk mengetes apakah terdapat rasa sakit apabila lesi ditekan, atau malah penderita tidak merasakan apa-apa saat ditekan.2Lakukanlah palpasi dan inspeksi di semua area kulit yang terdapat lesi dan gejala penyakit kulit. Namun apabila takut dapat menular, pemeriksa dapat menggunakan sarung tangan agar tetap aman.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan LangsungSediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku) dengan larutan KOH 10-30% atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan mikroskopis akan terlihat elemen jamur dalam bentuk hipa panjang, spora dan artrospora.2 Pembiakan Tujuan pemeriksaan cara ini untuk mengetahui spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu. Bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah pertumbuhan bakteri dapat ditam bahkan antibiotika (misalnya khloramfenikol) ke dalam media tersebut. Perbenihan dieramkan pads suhu 24 - 30C. Pembacaan dilakukan dalam waktu 1 - 3 minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai wama, bentuk, permukaan dan ada atau tidaknya hipa.2 Darah dan Urin Pemeriksaan darah tidak berguna untuk diagnosis infeksi jamur superficial.2

Diagnosis Working DiagnosisDari hasil anamnesis yang telah dilakukan serta pemeriksaan fisik dan penunjang didapat pasien ini di diagnosis dengan penyakit tinea cruris yang disebabkan oleh suatu jamur. Diagnosis kerja dari tinea kruris yaitu ditemukannya lesi yang berbatas tegas di daerah inguinal atau lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Lesi dapat berupa eritema disertai gatal yang hebat. Sebagai diagnosis pasti dapat dilakukan pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit yang bermasalah dengan KOH 10% dan dilihat dengan mikroskop, akan menunjukkan hasil postif terinfeksi tinea kruris bila ditemukan adanya hifa dan spora. Jamur penyebab dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan ini. Differential DiagnosisTidak menutup kemungkinan pasien ini juga bisa terkena penyakit :KandidiasisKandidiasis merupakan suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur Candida albicans yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir, dan alat dalam. Penyakit ini dapat menyerang segala umur, baik pria maupun wanita, banyak terdapat pada daerah tropis dengan kelembapan udara yang tinggi. Lebih banyak pada musim hujan, sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air. Terutama menyerang pekerja kebun, tukang cuci, dan petani. Faktor keturunan dengan adanya riwayat diabetes mellitus mempermudah berkembangnya Candida albicans.3 Faktor predisposisi lain seperti pemakaian antibiotik yang lama, obesitas, alcohol, gangguan vaskularisasi, hiperhidrosis dan lain-lain. Pada kulit, tempat predileksinya yaitu bokong sekitar anus, lipat ketiak, lipat paha, bawah payudara, sekitar pusar, garis-garis kaki dan tangan. Gejala yang sering dikeluhkan adalah gatal hebat disertai rasa panas seperti terbakar, dan terkadang nyeri bila ada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan ditemukan daerah yang eritematosa, basah, erosif, dan bersisik. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.3 Pada keadaan kronik, terdapat daerah-daerah likenifikasi, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan terkadang berfisura. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan cara : kerokan kulit dengan KOH 10%, 40%, akan ditemukan sel-sel ragi biakan pada media Saboroud, terdapat koloni coklat mengkilat dan permukaan basah (koloni ragi) fermentasi gula, fruktosa dan glukosa positif EritrasmaEritrasma ialah penyakit yang menyerang stratum korneum kulit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium minitussismum. Penyakit ini ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.3Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi dapat terlihat merah kecoklatan tergantung area lesi dan warna kulit penderita. Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antra eritrasma dan diabetes mellitus. Penyakit ini terutama menyerang orang dewasa dan dianggap tidak begitu menular.3Pemeriksaan pembantu terdiri atas : Pemeriksaan dengan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red) Kerokan kulit dengan KOH, terlihat batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1 u atau kurang, mudah putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid.Psoriasis Intertriginosa (soriasis inversa, psoriasis fleksural)Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun, kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, tebal berlapis-lapis dan transparan seperti mika. Penyakit ini disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kbner. Tempat predileksi psoriasis adalah pada scalp, perbatasan daerah scalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor, terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosakral.3Pada psoriasis intertriginosa, tempat predileksinya adalah pada daerah fleksor dan lipatan, seperti mamae, perut, aksila, genitokrural, dan bokong. Lesinya berupa plak eritematosa dan maserasi kulit di lipatan, dapat disertai dengan lesi satelit. Pemeriksaan pembantu yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis seperti pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah kolesterol dan asam urat. Pengobatan yang diberikan simtomatis, seperti kortikosteroid, metotreksat, DDS, preparat ter, antralin, dan PUVA.3EtiologiSinonim tinea kruris yaitu eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin. Penyebab utama dari tinea cruris ini sering kali epidermophython fluccosum, trichopyhton rubrum, dan trichophyton mentagrophytes. Penyakit ini lebih sering terkena laki laki dari pada wanita dan kebanyakan pada orang dewasa. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Jangkitan juga dapat terjadi melalui sentuhan langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya tuala, seluar, tempat tidur hotel dan lain-lain.3Morfologi jamur penyebab :a. Epidermophython FluccosumMempunyai makrokonidia berbentuk gada berdinidng tebal dan terdirin atas 2-4 sel dan tersusun pada satu konidiofora.beberapa makrokonidia ini tersusun pada satu konidiofor mempunyai bentuk hifa yang lebarnya biasanya mikrokonidia tidak ditemukan.pada gambaran mikroskopis bentuk hifa lebar, dan tersusun pada satu konidiofora,mikrokonidia biasanya tidak ditemukan dan hal ini menyebabkan penyakit pada kelainan kulit contohnya pada tinea korporis,tinea cruris dan tinea pedis.4b. Trichophyton RubrumJamur ini membentuk banyak mikrokonidia. Mikrokonidianya kecil, berdinding tipis dan berbentuk lonjong, Mikrokonidia ini terletakpada konidiofora yang pendek, dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifa (en thyrse). Makrokonidia tinea rubrum berbentuk sebagai pensil dan terdiri atas beberapa sel.4c. Trichophyton MentagrophytesBersifat antropofilik gambaran mikroskopis makrokonidia seperti tricophyton rubrum, mikrokonidia kecil berbentuk bult dan membentuk banyak hifa spiral menyebabkan kelainan pada rambut, kulit seperti penyakit tinea kapitis,tinea korporis, tinea cruris dan tinea pedis. Dengan corn meal agar atau potato dextrose agar maka tricphyton bewarna merah sedangkan trichopyon mentagrophytes tidak bewarna merah.4EpidemilogiTinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris. Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.3,5PatofisiologiTinea kruris adalah penyakit infeksi berjangkit yang dapat ditularkan melalui pakaian atau bahan yang dipakai yang terkontaminasi, seperti tuala, bantal, atau oleh autoinokulasi dari reservoir dari tangan atau kaki (tinea manuum, tinea pedis, tinea unguium). Agen penyebab ini menghasilkan keratinases enzim yang bersifat toksin, yang membenarkan invasi ke dalam lapisan sel tanduk pada epidermis. Respon imun badan akan menghalang invasi lebih dalam. Menyebabkan mangsa merasa gatal atau sedikit panas di tempat tersebut akibat timbulnya peradangan dan iritasi. Faktor risiko infeksi awal atau kekambuhan adalah memakai pakaian ketat atau basah. Peluh yang berlebihan di kawasan tertentu. Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah : Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur. Faktor suhu dan kelembapan Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik Faktor umur dan jenis kelamin

Manisfestasi Klinik Lokalisasi Regio inguinal bilateral, simetris. Meluas ke peritoneum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluten. Dapat pula meluas ke suprapubic dan abdomen bagian bawah.5 Efloresensi Adanya macula eritematosa nummular sampai geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronik makula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama di atasnya.5

Gambar 1. Tinea kruris pada lipatan pahaPenatalaksanaanMedikamentosa Preparat antijamur topikalPreparat dibawah ini diaplikasikan dua kali sehari pada daerah yang terkena. Hasil optimal akan terlihat setelah 4 minggu, termasuk 1 minggu setelah lesi hilang. Diaplikasikan kurang lebih 3 cm di luar tepi lesi. Agen topikal ini sebanding, hanya dibedakan dari segi biaya, dasar, pembawa, dan aktivitas antijamur.6ImidazolAntijamur golongan imidazol memiliki spectrum yang luas. Terdiri dari beberapa preparat, antara lain mikonazol, klotrimazol, dan ketokonazol. MikonazolMikonazol menghambat aktivitas jamur Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum, Candida dan Malassezia furfur. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya. Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat. Mungkin pula terjadi gangguan sintesis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan. Obat yang sudah menembus lapisan tanduk kulit dan akan menetap sampai 4 hari. Obat ini diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.6

Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2% dan bedak tabur yang dipakai 2 kali sehari selama 2-4 minggu. Krim 2% untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari. Gel 2% tersedia untuk kandidiasis oral. Mikonazol tidak boleh dibubuhkan pada mata. Efek samping dari obat ini berupa iritasi, rasa terbakar, dan maserasi. Penggunaan pada kehamilan trimester pertama sebaiknya dihindari. KlotrimazolKlotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris, dan korporis yang disebabkan oleh Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagrophytes, Epidermohyton floccosum, dan Microsporum canis, dan untuk tinea versikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% untuk dioleskan dua kali sehari. Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal, dan urtikaria.6TolnaftatTolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar dermatofitosis tapi tidak untuk candida. Tersedia dalam bentuk krim, gel, bubuk, cairan aerosol, atau larutan topikal dengan kadar 1%. Digunakan 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam waktu 24-72 jam.Asam benzoat dan asam salisilatKombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingan 2:1 (biasanya 6% dan 3%) ini dikenal sebagai salep Whitfield. Di Indonesia terkenal dengan salep kulit 88. Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Karena asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita terkelupas seluruhnya, sehingga pemakaian obat ini membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulanan. Salep ini banyak digunakan pengobatan tinea pedis, dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis.6 Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan kurang menyenangkan dari pemakainya karena salep ini berlemak.

Asam undesilenatAsam undesilenat merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Dosis biasa dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini aktif terhadap Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum. Obat ini tersedia dalam bentuk salep campuran mengandung 5% undesilenat dan 20% seng undesilenat. Dalam hal ini seng berperan untuk menekan luasnya peradangan.6HaloproginHaloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alcohol. Obat ini bersifat fungisidal terhadap Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum, dan Malassezia furfur. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%.6Siklopiroks olaminObat ini merupakan antijamur topikal berspektrum luas. Penggunaan kliniknya ialah untuk dermatofitosis, kandidiasis, dan tinea versikolor. Siklopiroks olamin tersedia dalam bentuk krim 1% yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang.6TerbinafinTerbinafin merupakan suatu derivate alilamin sintetik dengan struktur mirip naftitin. Obat ini digunakan secara topikal untuk dermatofitosis. Terbinafin topikal tersedia dalam bentuk krim 1% dan gel 1%. Terbinafin topikal digunakan untuk pengobatan tinea kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.6 Preparat antijamur sistemikDigunakan untuk infeksi dari kulit yang mengalami keratinisasi: hanya digunakan jika lesi semakin meluas dan gagal merespon terhadap pengobatan topikal. Biasanya dibutuhkan untuk pengobatan tinea capitis dan tinea unguium, tinea yang mengalami inflamasi dan tinea pedis yang tipe hiperkeratosis-moccasin.GriseofulvinGriseofulvin diisolasi dari Penicillium griseofulvum dierckx. Griseofulvin efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum. Preparat ini dimetabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin. Waktu paruhnya kira-kira 24 jam. Obat ini akan dikumpulkan dalam sel pembentuk keratin, lalu muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur. Keratin yang telah mengandung jamur akan terkelupas dan diganti oleh sel yang normal.6Efek samping yang berat jarang timbul akibat pemakaian griseofulvin. Namun dapat juga timbul leukopenia, granulositopenia, sakit kepala, atralgia, neuritis perifer, demam, pandangan kabur, insomnia, berkurangnya fungis motorik, pusing, sinkop, rasa kering pada mulut, mual, muntah, diare, flatulensi, albuminuria, silinderuria. Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiforme, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.Di Indonesia, griseofulvin mikrokristal tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan tablet yang mengandung partikel ultramikrokristal tersedia dalam takaran 330 mg.Untuk anak, griseofulvin diberikan 5-15 mg/kgBB/hari sedangkan untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal. Griseofulvin diberikan selama 2-3 minggu. Bila dosis tunggal tidak dapat ditoleransi, maka dibagi dalam beberapa dosis.Ketokonazol Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik dengan struktur mirip mikonazol dan klotrimazol. Obat ini meurpakan antijamur sistemik per oral yang penyerapannya bervariasi antar individu. Obat ini menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada pasien dengan pH lambung yang tinggi, pada pemberian bersama antagonis H2 atau bersama antasida. Pengaruh makanan tidak begitu nyata terhadap penyerapan ketokonazol.6Setelah pemberian per oral, obat ini ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi, tendo, cairan sinovial, dan cairan vaginal. Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertama. Sebagian besar ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif. Efek sampingnya antara lain mual, muntah, sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, pruritus, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia. Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah satu kali 200-400 mg sehari selama 1 bulan.6Non MedikamentosaUntuk mengurangi reinfeksi, dapat digunakan bedak antijamur dan sabun benzoil peroksida. Usahkan selalu menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.

PrognosisPenyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. Jika terapi dan pengobatan yang dilakukan bagus tetapi rekuren dapat terjadi jika pasien tidak menjaga kebersihan dan hygiene tempat yang terkena infeksi jamur itu dengan baik antaranya dengan memastikan sentiasa kering, mengelakkan memakai pakaian ketat, meletakkan bedak anti jamur selepas mandi dan memastikan tempat tersebut setiasa kering untuk mengelakkan jamur tumbuh.Komplikasi Tinea cruris dapat mengalami infeksi sekunder oleh candida atau bakteri lain. Area tersebut dapat menjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi pada infeksi jamur yang kronis. Kesalahan pengobatan tinea kruris dengan steroid topikal dapat menyebabkan perburukan penyakit. Walaupun pasien dapat menyadari gejala yang mereda, tapi infeksi dapat berlanjut dan menyebar.PencegahanTinea kruris dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Dapat juga menggunakan bedak yang mengandung mikonazol atau tolnaftat pada daerah yang rentan terhadap infeksi jamur setelah mandi.PenutupTinea kruris merupakan penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagrophytes, atau Epidermophyton floccosum. Penyakit ini mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum, dan daerah perianal. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Faktor predisposisinya antara lain keadaan yang hangat, lembap, pakaian ketat yang dikenakan oleh laki-laki, obesitas, dan pemakaian kronis glukokortikoid topikal. Penatalaksanaan terhadap tinea kruris adalah dengan pemberian obat topikal seperti mikonazol atau klotrimazol selama kurang lebih 4 minggu. Prognosis penyakit ini baik asalkan kebersihan dan kelembapan kulit selalu dijaga.

Daftar Pustaka1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. 2002.h.289,313, 315, 318.2. Gleadle J. At a glance, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga. 2007.h.40-1.3. Mulyati, K. Pudji, Susilo, J. Dermatofitosis. Dalam: Sutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., editor. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: FK UI; 2008.h.319-25. 4. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Cetakan ketiga. Jakarta: FK UI; 2008.h.34, 92-4, 129-47, 189-91, 334-5.5. Siregar, R.S. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Cetakan pertama. Jakarta: EGC; 2005.h.29-57.6. Setiabudy, R. Bahry, B. Obat jamur. Dalam: Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta: FK UI ; 2009.h.574-5, 579-82.

Page 15 | 15