akt,romi s putri

Upload: baiq-linda-yustiana

Post on 08-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    1/59

    SKRIPSI

    ANALISIS AKUNTANSI LEASING DITINJAU DARI SUDUT

    LESSOR ( STUDI KASUS PADA PT HD FINANCE )

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Lengkap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Riau Pekanbaru

    Oleh :

    ROMI SONANDA PUTRINIM : 055310162

    JURUSAN : AKUNTANSI/S1

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS ISLAM RIAUPEKANBARU

    2009

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    2/59

     

    DAFTAR ISI

     Halaman

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR ............................................................................ ........ i

    DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.................................................................1

    B. Perumusan Masalah....................................................................... 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8

    D. Sistematika Penulisan ................................................................... 9

    BAB II. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    A. Telaah Pustaka ............................................................................ 10

    1. Pengertian Leasing.................................................................. 10

    2. Klasifikasi Leasing.................................................................. 16

    3. Jenis Leasing........................................................................... 25

    4. Jenis Perusahaan Leasing........................................................ 30

    5. Keuntungan dan Kerugian Leasing......................................... 33

    6. Perbedaan Antara Financial Lease dan Operating Lease........ 35

    7. Perlakuan Akuntansi Leasing ................................................. 38

    8. Pelaporan dan Transaksi Sewa Guna Usaha........................... 40

    B. Hipotesis..................................................................................... 42

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    3/59

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian......................................................................... 43

    B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 43

    C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44

    D. Analisa Data................................................................................ 44

    BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    A. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................ 45

    B. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 46

    C. Aktifitas Perusahaan.................................................................... 50

    BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Perlakuan Akuntansi Leasing

    PT. HD Finance Pekanbaru.......................................................... 51

    B. Pelaporan Aktiva Leasing dan Penyusunan

    dalam Laporan Keuangan ............................................................. 59

    BAB VI. PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................. 61

    B. Saran............................................................................................. 62

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    4/59

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

     Leasing adalah suatu bentuk perjanjian penyediaan barang modal yang digunakan

    untuk suatu jangka waktu tertentu.  Leasing  juga didefinisikan sebagai suatu perjanjian

    dimana lessor  menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan

     pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Pengertian lain menyatakan leasing 

    adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan

    oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

    Penggolongan akuntansi sewa guna usaha ditinjau dari sudut lessee antara lain

    adalah Capital lease atau Financial lease dan Operating lease. Suatu lease digolongkan

    sebagai Capital Lease apabila lease tersebut memenuhi satu atau lebih kriteria berikut :

    1) Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa. 2)  Lessee 

    mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai

    wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat

    dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan. 3) Masa sewa adalah untuk sebagian

     besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan. 4) Pada awal sewa, nilai

    kini dari jumlah pembayaran sewa minimun secara substansial mendekati nilai wajar aset

    sewaan. 5) Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee  yang dapat

    menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.1)

     1)

      Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan No 30. Salemba

    Empat, Jakarta, 2007, hal 30.4. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    5/59

    Operating lease  sama sifatnya dengan sewa menyewa biasa. Semua jenis lease 

    yang tidak memenuhi kriteria capital lease digolongkan sebagai operating lease. Disini

    lessor   lebih berkepentingan dengan perdagangan aktiva dari pada menyediakan dana

    untuk pembiayaan. Lessor  menerima keuntungan dan resiko kepemilikan.

    Kondisi lingkungan yang mempengaruhi perjanjian lease  akan menentukan

    klasifikasinya dalam pembukuan lessor . Jika perjanjian lease memenuhi salah satu dari

    empat kriteria yang telah ditentukan di dalam Capital Lease  yang berlaku untuk lessee 

    dan dua kriteria sebagai lease  penjualan (Sales Type Lease).  Lease  pembelanjaan

    langsung ( Direct Finacial Lease), atau lease leverage ( Leveraged Lease) tergantung

     pada kondisi yang ada pada saat permulaan lease.

    Suatu lease  digolongkan sebagai Sales Type Lease  apabila lessor   mengakui

    keuntungan atau kerugian atas transaksi lease  tersebut. Untuk keperluan ini, nilai wajar

    ( fair value) aktiva leasing  harus berbeda nilai bukunya dengan carrying value  nya.

    Makna ekonomis transaksi ini adalah penjualan. Sedangkan  Direct Financing Lease 

     berbeda dari Sales Type Lease  karena dalam transaksi ini tidak merealisasikan suatu

    keuntungan atau kerugian. Dalam direct financing lease, nilai wajar barang yang

    disewagunakan permulaan lease  adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai

     bukunya. Jenis transaksi lease  ini lebih banyak melibatkan perusahaan dalam kegiatan

     pembelanjaan.  Lessor   biasanya suatu bank atau lembaga keuangan lainnya. Perusahaan

    leasing  biasanya mempunyai lease pembiayaan langsung, dan bukan lease jenis

     penjualan, karena mereka membeli properti untuk dileasekan dan bukan untuk dijual

    kembali. Tujuan laba lessor   adalah menetapkan besarnya uang sewa lease pada suatu

    tingkat yang cukup tinggi guna menghasilkan tingkat pengembalian (implisit) yang

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    6/59

    ditargetkan.  Leverage Lease  memenuhi semua kriteria yang berlaku bagi  Direct

    Financing Lease, tetapi berbeda dengan direct financing lease karena transaksi leveraged

    lease menyangkut setidak-tidaknya tiga pihak yaitu : Lessee, kreditur pemberi pinjaman

     jangka panjang dan lessor .2)

    Ada dua kriteria tambahan untuk lessor   adalah : 1) Kolektibilitas pembayaran

    lease  minimum dapat ditaksir secara wajar. 2) Tidak terdapat ketidak-pastian

    (uncertainties) yang besar yang mempengaruhi jumlah unreisbursable cost   yang harus

    dibayar oleh lessor  sehubungan dengan lease yang bersangkutan.

    Bila suatu transaksi lease  tidak bisa memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease 

     penjualan (Sales Type Lease),  Direct Financial lease  atau  Leverage lease  sebagaimana

    syarat yang telah diuraikan diatas maka dalam pembukuan lessor , lease  tersebut harus

    dicatat sebagaimana operating lease  atau leverage lease. Proses klasifikasi harus

    dipelajari dan ditelaah serta diputuskan sebelum penerapan akuntansi lease, agar sesuai

    dengan kriteria yang telah ditetapkan.

     Lessor   tidak mengharapkan profit semata-mata dari transaksi operating lease 

    tersebut tetapi mengharapkan adanya recovery  dari hasil penjualan atau dengan

    menyewakan kembali aktiva tersebut kepada pihak yang berikutnya.

    Ada beberapa informasi yang diperlukan untuk mencatat sewa guna usaha

     pembiayaan, yaitu : 1) investasi bruto (gross investement ), 2) pendapatan sewa guna

    usaha yang belum diakui (unearned interest revenue) dan 3) investasi neto (net

    investement ) dan item-item yang lain. PSAK No. 30 memberikan definisi sebagai item

    diatas, sebagai berikut :1) Invesmen neto dalam aktiva SGU harus diperlakukan dan

    2) http://library.usu.ac.id/ 20 Feb 2010 (15.32 WIB) 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    7/59

    dicatat sebagai investasi neto SGU. Item ini terdiri dari piutang SGU ditambah nilai sisa

    yang akan diterima oleh perusahaan SGU ( Lessor ) pada akhir masa SGU dikurangi

    dengan pendapatan SGU yang belum diakui (unearned revenue) dan simpanan jaminan

    (security deposit ). 2) Pendapatan SGU yang belum diakui adalah selisih antara piutang

    SGU (gross investement ) ditambah nilai sisa (nilai opsi) dengan kos aktiva SGU. 3)

    Pendapatan SGU yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai

     pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala ( periodic rate

    of return) atas investasi neto perusahaan SGU. 4)Apabila perusahaan SGU menjual

     barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa SGU , maka

     perbedaan antara harga jual dengan investasi neto SGU saat penjualan harus diakui

    sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. 5) Pendapatan lain yang diterima

    sehubungan dengan transaksi SGU harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode

     berjalan.3)

    Pencatatan untuk transaksi sewa guna usaha dan timbulnya piutang serta

     pendapatan yang belum diakui dibuat jurnal dengan mendebetkan Piutang  Lease  dan

    mengkreditkan Aktiva dan Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan.

    Sedangkan pada saat pembayaran pertama  Lessor  mencatat dengan mendebetkan

    Kas dan mengkreditkan Piutang Lease.

    Dan pada saat akhir tahun untuk mengakui bunga yang diperoleh dibuat jurnal

     penyesuaian dengan mendebetkan Pendapatan Bunga Diterima Dimuka dan

    mengkreditkan Pendapatan Bunga.

    3) Ikatan Akuntan Indonesia, Op.Cit., hal 30.3. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    8/59

    Dalam akuntansi, penjualan barang secara leasing memiliki perlakuan tersendiri.

    Di Indonesia, perlakuan akuntansi leasing ini diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan

    PSAK No 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha.

    PT HD Finance merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

     pembiayaan sepeda motor. Dalam kegiatan sewa guna usaha ini PT HD Finance

     bertindak sebagai lessor . Dimana PT HD Finance merupakan penengah antara dealer  

    dengan konsumen / lessee.

    Secara umum dalam pelaksanaannya PT HD Finance menerapkan  Direct

    Financial Lease, Hal tersebut dapat dilihat bahwa PT. HD Finance tidak mengakui

    adanya hak opsi dan bahwa nilai wajar barang yang disewagunausahakan pada permulaan

    lease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya. Pencatatan yang

    dilakukan oleh PT. HD Finance adalah dengan menggunakan metode bersih (net

    method ).

    Sebelum melakukan transaksi sewa guna usaha, PT HD Finance melakukan

     perjanjian kerja sama dengan pihak-pihak yang akan menyediakan leased property  dan

     perjanjian pembiayaan dengan konsumen. Dalam kegiatannya PT HD Finance

    mendapatkan dana pembiayaan dari bank sebagai lembaga keuangan. Namun dalam hal

    ini lembaga keuangan atau debt participant   tidak menanggung resiko untuk ketidak

    tertagihan aktiva lease.

    Isi kontrak sewa guna usaha sangat bervariasi, sesuai dengan kesepakatan lessor  

    dam lessee. Namun secara umum, ketentuan sewa guna usaha mencakup beberapa hal,

    yaitu : a) jangka waktu SGU, b) jumlah bayaran periodik, c) kewajiban pajak,asuransi

    dan pemeliharaan, d) batasan, e) ketentuan tidak dapat dibatalkan atau dibatalkan

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    9/59

    sebelum jangka waktu SGU berakhir, dan f) alternatif bagi lessee  untuk membeli atau

    memperpanjang jangka waktu SGU.

    Pencatatan yang dilakukan oleh PT HD Finance sebagai lessor  menggunakan net

    method   (metode bersih). Sebagai perinciannnya berikut akan diberikan contoh kasus

     perjanjian leasing yang dilakukan oleh PT HD Finance.

    Pada tanggal 1 Juli 2009 PT HD Finance Pekanbaru mengadakan perjanjian

    leasing  dengan Basri M. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT HD Finance

    akan membiayai sebuah Sepeda Motor untuk Basri M . Masa leasing 28 bulan, dan tanpa

    nilai residu. Total prinsipal Basri Rp. 11.139.000, dan total interest Rp. 7.363.368.

    Pada saat aktiva lease diserahkan kepada lessee, PT HD Finance akan mencatat

    dengan mendebet Piutang Pembiayaan Konsumen dan mengkredit Kas sebesar Rp.

    11.139.000. Pada saat pembayaran cicilan oleh konsumen PT HD Finance akan mendebet

    Kas sebesar Rp. 661.000 dan mengkredit Piutang Pembiayaan Konsumen sebesar Rp.

    226.378 dan Pendapatan Pembiayaan Konsumen sebesar Rp. 434.421.

    Penyajian dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh PT HD Finance adalah :

    Piutang pembiayaan konsumen dicatat di Neraca sebagai Aktiva (assets), dan Pendapatan

    Pembiayaan Konsumen dalam Laporan Laba Rugi.

    Tapi dalam periode berjalan sejak pembayaran pertama, Basri M tidak dapat

    memenuhi kewajibannya, maka aktiva lease  ditarik oleh  Lessor   dan akan mengakui

    kerugian piutang dengan mendebet Beban Penyisihan Piutang Ragu-ragu dan

    mengkreditkan Piutang Pembiayaan Konsumen sebesar Rp. 18.502.368.

    PT HD Finance selain melakukan aktifitas  financial lease  juga melakukan

    aktifitas operating lease. Hal ini dapat dilihat dari Neraca PT HD Finance dimana

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    10/59

    terdapat akun Aktiva Disewagunausahakan dan pada Pasiva terdapat akun Jaminan

    Aktiva Disewagunausahakan yang merupakan jaminan yang diberikan oleh  Lessee  jika

    melakukan perjanjian dalam bentuk operating lease. Pada Laporan Laba Rugi terdapat

    akun Pendapatan Sewa Guna Usaha yang merupakan pencatatan untuk mengakui

     pendapatan yang didapat dari aktifitas operating lease.

    Berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen pengakuan perpindahan hak terjadi

    diawal periode leasing, dan di angsur dalam periode tertentu dimana tiap angsurannya

    terdapat persentase keuntungan yang diharapkan, sehingga tidak adanya hak opsi bagi

    lessee. Aktifitas ini di golongkan sebagai Direct Financing Lease.

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

     penelitian lebih lanjut dengan judul : ANALISIS AKUNTANSI LEASING DITINJAU

    DARI SUDUT LESSOR (STUDI KASUS PADA PT HD FINANCE).

    B.  Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat dibuat perumusan masalah

    sebagai berikut : “Apakah akuntansi leasing yang diterapkan PT. HD Finance telah sesuai

    dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum”.

    C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.  Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi leasing yang diterapkan oleh PT.

    HD Finance telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.

    2.  Manfaat Penelitian

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    11/59

    a.  Sebagai wahana untuk menambah wawasan penulis mengenai penerapan

    akuntansi leasing  apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

     berterima umum.

     b.  Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai penerapan akuntansi leasing.

    c.  Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya yang ingin membahas

     permasalahan yang sama.

    D.  Sistematika Penulisan

    Penulisan ini dibagi dalam enam pokok bahasan dengan sistematika sebagai

     berikut:

    BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan

    masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

    BAB II : Berisikan landasan teori yang menguraikan secara detail mengenai

    akuntansi leasing, klasifikasi leasing, jenis leasing, jenis perusahaan

    leasing, keuntungan dan kerugian leasing, dan perlakuan akuntansi

    leasing.

    BAB III : Berisikan metode penelitian yang menguraikan lokasi penelitian, jenis

    dan sumber data, teknik pengumpulan data dan analisa data.

    BAB IV : Merupakan gambaran umum perusahaan, tentang sejarah berdiri

     perusahaan, struktur organisasi dan aktifitas perusahaan.

    BAB V : Berisikan pembahasan penelitian yang dilakukan pada perusahaan leasing 

    serta prosedur-prosedur leasing.

    BAB VI : Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran untuk

     perbaikan pada perusahaan leasing tersebut

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    12/59

     

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    A. Telaah Pustaka

    1. Pengertian dan Klasifikasi Leasing 

    Dalam menjalankan operasinya perusahaan membutuhkan aktiva tetap dan untuk

    memperolehnya perusahaan dapat menggunakan cara yang berbeda-beda. Salah satu yang

     paling mudah adalah dengan cara membelinya. Memperoleh aktiva dengan cara

     pembelian menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan

    memerlukan berbagai pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang ada

    mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti ketinggalan zaman

    sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko kegagalan memakai serta

    kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.

    Cara lain dalam memperoleh aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara

    leasing.  Leasing  berasal dari kata  Lease  yang berarti sewa atau lebih umum diartikan

    sewa menyewa yaitu pembiayaan peralatan atau barang modal untuk digunakan pada

     proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.4)

    Industri leasing menciptakan konsep baru untuk mendapatkan barang modal serta

    menggunakannya sebaik mungkin tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut.

    Ditinjau dari sudut ekonomi, leasing dapat pula dikatakan sebagai salah satu cara untuk

    menghimpun dana yang terdapat didalam masyarakat dan menginvestasikannya kembali

    4) Amin Widjaja Tunggal, Akuntansi Leasing, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal 1. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    13/59

    dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Karena itu, sarana leasing 

    merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan yang kurang modal atau hendak

    menghemat pemakaian tanpa harus kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi

    kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Untuk lebih

     jelasnya, ada beberapa definisi leasing yaitu sebagai berikut :

    Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri

    Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia,

    mendefinisikan leasing sebagai berikut :

     Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk jangka waktu

    tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang

     bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nialai sisa

    yang disepakati bersama.5)

     

    Definisi ini tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim

    disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan, diartikan sebagai suatu kegiatan

     pembiayaan dalam penyediaan barang-barang modal atau aktiva yang disusutkan lainnya

    (depreciable assets) dan tidak selalu berakhir dengan pemilikan barang oleh si penyewa

    (hak pilih/opsi) dan adanya pembayaran secara berkala. Namun demikian dengan

    ditetapkannya keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.O13/1988 tanggal 20

    Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas sebagai mana tersirat

    dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi sebagai berikut :

    a. 

    Perusahaan sewa guna usaha ( Leasing Company) adalah badan usaha yangmelakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal

    secara financial lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa

    5)  SKB Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI

     No. Kep-122MKIV/2/2004; No. 32/M/SK/2/2004, tanggal 7 Februari 2004, Perizinan

    Usaha Leasing Pasal 1. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    14/59

    guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

     berkala. b.  Financial lease pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli

    objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

    c.  Operating lease  adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa guna

    usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.d.  Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan ataupun perorangan yang

    menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa

    guna usaha.6)

     

    Menurut Kieso dan Weygandt di dalam Intermediate Accounting:

     Lease  adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee  yang memberikan

    hak kepada lessee  untuk menggunakan  property  tertentu yang dimiliki oleh

    lessor , selama periode waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang (sewa)

    yang sudah ditentukan, yang umumnya dilakukan secara periodik.7)

     

    Lanny G. Chateen, Richard E. Flaherty, Melvin C. O’Conner, mengemukakan

     bahwa:

     A Lease is an arrangement whereby and the called the lessor, transfers property

    and the right as to us it to another party, called the lessee, in return for cash lease

     payments that extent over a given time period.8)

    Menurut Jay M. Smith dan K. Fred Skousen mendefinisikan leasing:

    6)

      Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 tanggal 20Desember 1988, Tentang Sewa Guna Usaha, pasal 1.

    7)Donald E. Kieso, Jerry J. Weygand dan Terry D. Wasfield, Akuntansi

    Intermediate, Jilid Tiga, Edisi Kesepuluh, Penerjemah Herman Wibowo, Erlangga,Jakarta, 2002, hal 232. 

    8)Lanny G. Chasteen, Richard E. Flaherty and Melvin C. O’Conner, Intermediate

    Accounting, Fourth Edition, New York, 1992, page 765.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    15/59

     A Lease is a contract specifying the terms under which the owner of property, the

    lessor, transfers the right to use property to a lessee.9)

    Menurut Sophar Lumbantoruan mendefinisikan sewa guna usaha sebagai berikut:

    Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

    modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi ( finance lease) maupun sewa

    guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama

     jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.10

     

    Selanjutnya dengan ditetapkan Keputusan menteri Keuangan No.

    125/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988. Jenis kegiatan leasing telah diperluas

    sebagai mana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang berisi definisi-definisi

     berikut:

    a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing company) adalah badan usaha yangmelakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaaan barang modal

     baik secara  financial lease  maupun operating lease  untuk digunakan oleh

     penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran

    secara berkala. b. Finacial lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa guna usaha

     pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa

    guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.c. Operating lease  adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa guna

    usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

    d. Penyewa Guna Usaha ( Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yangmenggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa

    guna usaha ( Lessor ).11)

     

    9)Jay M. Smith and K. Fred Skousen, Intermediate Accounting, Comprehensive

    Volume, Ninth Edition, by Shouth Western Publishing Co, Cincinnati, 1990, page 915.

    10)Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, penerbit PT.

    GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta, 2005, hal 505. 11)

     Amin Widjaja Tunggal, Op.Cit., hal 107.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    16/59

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka pada prinsipnya pengertian sewa

    guna usaha adalah sama dengan Leasing. Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam

    kontrak perjanjian sewa guna usaha terdiri dari:

    - Pihak yang menyediakan/memiliki barang modal (lessor )

    - Pihak yang menerima/memakai barang modal (lessee).

    - Pembiayaan perusahaan.

    - Penyediaan barang modal.

    - Jangka waktu sewa guna usaha.

    - Pembayaran berkala.

    - Hak pilih (opsi)

    Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa guna usaha adalah:

    1.  Lessor , yaitu perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang

    telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan merupakan pihak

    yang menyediakan barang modal.  Lessor  dapat terdiri dari satu atau beberapa

     perusahaan.

    2.  Lessee, yaitu perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal

    dengan pembiayaan dari lessor  dengan membayar hak opsi.

    3. Kreditur, yaitu sebagai  Holders atau  Loan Participate dalam transaksi sewa

    guna usaha. Mereka ini umumnya terdiri dari bank, perusahaan asuransi,

    yayasan, dan lain-lain.

    4. Supplier , adalah pemasok barang modal yang akan disewakan kepada lessee.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    17/59

    Sedangkan pada perjanjian-perjanjian sewa beli dan jual beli dengan angsuran

    terdapat hal-hal sebagai berikut:

    1. Harga pembelian barang sebagian kadang-kadang dibayar oleh pembeli, jadi

     penjual tidak membiayai seluruh harga barang yang bersangkutan.2. Jangka waktu dalam perjanjian sewa beli dan jual beli dengan angsuran tidak

    memperhatikan baik pada perkiraan umur barang maupun pembeli

    mengangsur harga barang.3. Pada akhir masa perjanjian sewa beli dan jual beli dengan angsuran, hak milik

    atas barang dengan sendirinya beralih dari penjual kepada pembeli pada saat

     barangnya diserahkan oleh penjual ke pembeli.12)

     

    Dalam perjanjian sewa guna usaha dipergunakan istilah-istilah yang diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    1.  Lease Payment  adalah jumlah uang yang harus dibayarkan secara berkala oleh lessee 

    kepada lessor   selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama sebagai

    imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa guna usaha.

    2. Security Deposite adalah jumlah uang yang diterima lessor  dari lessee pada permulaan

    masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lease.

    3.  Lease Term adalah jangka waktu yang dimulai sejak diterimanya barang modal yang

    dileasekan oleh lessor  sampai dengan perjanjian lease terakhir.

    4. Opsi adalah hak lessee untuk membeli barang modal yang disewa guna usahakan atau

    memperpanjang jangka waktu lease.

    2. Klasifikasi Leasing 

    Secara garis besar Finacial Accounting Standart Board  membagi leasing atas dua

     jenis yaitu Capital Lease  dan Operating Lease. Sedangkan  International Accounting

    12) Ibid., hal 9.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    18/59

    Standard Committee membagi leasing  atas dua jenis juga tetapi dengan istilah berbeda

    yaitu Financial Lease dan Operating Lease, perbedaannya hanya pada istilah saja.

    Financial Accounting Standard Board   (FASB) dalam Statement   No. 13 pada

    “ Accounting for Leases” membagi lease dalam dua grup yaitu :

    Dari Sudut Lessee :

    a. Capital Lease 

    Financial Lease/Capital Lease menurut pendapat Drs. Charles Dulles Marpauang

    Ak, seperti dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal adalah :

    Suatu perjanjian kontrak yang salah satu sifatnya adalan non cancelable  bagi pihak lessee. Perjanjian kontrak tersebut menyatakan bahwa lessee bersedia untuk

    melakukan serangkaian pembayaran uang atas penggunaan suatu asset yang

    menjadi obyek lease. Lessee berhak untuk memperoleh manfaat ekonomis denganmempergunakan barang tersebut, sedangkan hak kepemilikan tetap dipeganglessor .

    13

     Kriteria-kriteria umum yang harus dipenuhi berkaitan dengan transaksi leasing

    adalah :

    a.   Lease term : Jangka waktu yang tetap dan tidak dapat dibatalkan termasuk :

    1.  Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbaharui kontrak lease;

    2.  Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang dilease;

    3.  Periode yaitu lessor   mempunyai hak untuk memperbaharui atau memperpanjang

    masa lease;

    4. 

    Periode yaitu denda dikenakan bagi lessee  atas kegagalannya untuk memperbaharui

    lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease;

    13) Ibid., hal 19. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    19/59

    5.  Periode yang mencakup hak opsi pembaharuan yang biasa yaitu diberikan jaminan

    oleh lessee atas hutang lessor  yang mungkin terjadi.

     b.   Bargain Purchase Option : 

    Hak opsi yang diberikan kepada lessee  untuk membeli atau menolak “lease asset ”

    setelah habis masa kontrak, yang biasanya dinilai sebesar residu.

    c.   Excecutory Cost  : 

    Biaya yang terjadi pada lessor   selama masa lease, misalnya biaya pemeliharaan,

     biaya asuransi dan pajak. Umumnya excecutory cost   ini ditanggung lessee  dibayar

    kepada lessor   secara periodik bersamaan dengan pembayaran berkala, merupakan

    “Periode Coset ”

    d.   Bargain Renewal Option :

    Hak pilih (opsi) yang diberikan kepada lessee  untuk memperbaharui lease dengan

     pembayaran sewa yang lebih rendah daripada sewa wajar yang ditaksir untuk biaya

    yang bersangkutan pada saat hak pilih tersebut digunakan dan penggunaan hak pilih

    tersebut dijamin secara layak permulaan masa lease.

    e.  Estimated Residual Value of Leased Property :

    Taksiran nilai wajar aktiva yang dapat dijual atas dasar transaksi yang normal

    diantara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (arms length transaction).

    f. Fair Value of Lease Property :

    Taksiran umur ekonomis dari barang yang dapat digunakan oleh satu atau lebih

     pemakai (user ) dengan pemeliharaan/perbaikan dan dengan tujuan penggunaan

    sebagai mana ditentukan pada tanggal penandatanganan kontrak leasing.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    20/59

     

    b. Operating Lease 

    Adalah seni transaksi sewa menyewa biasa dan jangka waktu sewanya lebih pendek

    dari pada umur ekonomis propertinya.  Lessee  biasanya tidak mempunyai hak

    membeli pada waktu kontrak lease berakhir sehingga tidak terjadi perpindahan hak

    milik barang. Kontrak sewa ini bersifat cancelable  yaitu dapat diputuskan pihak

    lessee sewaktu-waktu atau sebelum masa kontrak berakhir.

    Untuk lebih jelas, apabila jenis lease yang tidak dapat memenuhi salah satu kriteria

    yang tersebut diatas pada financial lease digolongkan sebagai operating lease.

    Dari Sudut Lessor :

    Terdapat beberapa jenis leasing yang disesuaikan dengan kebutuhan dan luas

     bidang lease, yang antara lain adalah :

    1. 

    Sales Type Leases

    Sales type leases merupakan financial lease, tetapi dalam hal ini leased property pada

    saat permulaan lease mempunyai nilai yang berbeda dengan cost   yang ditanggung

    lessor . Lessor  dalam hal ini bisa merupakan suatu pabrikan atau dealer yang memakai

    metode leasing sebagai salah satu jalur pemasarannya.

     2.   Direct Financing Leases

     Direct financing leases  adalah salah satu bentuk  financial leasing  yang dibiayai

    langsung oleh lessor . Ditinjau mengenai tarifnya, tiap pembayaran lease terdiri dari

     bagian pengembalian investasi lessor   dalam lease terdiri dari bagian pengambilan

    investasi lessor  dalam leased property  tersebut ditambah dengan komponen income 

    (keuntungan) yang diharapkan. Metode ini sering disebut  full payout leasing, yaitu

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    21/59

    menunjukkan bahwa lessor  membiayai sepenuhnya (100%) dari lease property yang

     bersangkutan.

    Baik Sales Type  maupun  Direct Financial Lease  harus memenuhi syarat yang

    tersebut pada persyaratan-persyaratan capital lease, ditambah dengan kedua syarat yang

    tercantum dibawah ini,

    a.  Collectibilitias  pembayaran lease yang minimum dapat diramalkan secara wajar

    (reasonable)

     b.  Tidak ada faktor uncertainties  besar yang mempengaruhi jumlah unreimbursable

    cost , yang harus dibayar oleh lessor  sehubungan dengan lease yang bersangkutan.

     3.   Leveraged Lease

     Leveraged lease  adalah  financial lease  dalam bentuk yang lebih kompleks sebab

    melibatkan sekurangnya tiga pihak yang berdiri sendiri. Jadi disamping lessor   dan

    lessee ada pula credit provider  atau debt participant  yang membiayai sebagian besar

    leased property. Dalam hal leveraged lease, lessee  mempunyai equipment   dan

    melakukan penawaran harga sama halnya dengan non leveraged lease. Tetapi dalam

    hal ini lessor   hanya menanggung sebagian kecil saja dari pembiayaan leased

     property, sekitar 20% - 40% sedangkan sisanya ditanggung oleh pihak ketiga (debt

     participant ). Biasanya metode ini dipergunakan untuk pembelian, pembiayaan barang

    modal yang nilainya sangat besar, sehingga tidak mungkin dipikul sendiri oleh lessor .

     4.  Operating Lease

    Operating lease  adalah suatu kontrak dimana barang leasenya tidak diamortisir

    sampai habis selama  primary leade period   dan lessor   tidak mengharapkan  profit  

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    22/59

    semata-mata dari rental lease  tersebut tetapi mengharapkan adanya recovery  dari

    hasil penjualan barang atau dengan menyewakan kembali barang itu kepada pihak

     berikutnya.14)

    Untuk memahami klasifikasi lease, berikut ini disajikan klasifikasi flow chart  dari

    segi lessee dan dari segi lessor .

    Flow chart  klasifikasi lease oleh lessee 

    Sumber : Zaki Badriwan, Akuntansi Keuangan Intermediate, BPFE,

    Yogyakarta, 1984, hal 4.

    Perjanjian

    Flow chart  klasifikasi lease oleh lessor  

    14)  Djoko Prakoso, Leasing dan Permasalahannya, Cetakan Keempat, Dahara

    Prize, Semarang, 2000, hal. 7 

    Lease

    Ada Transfer

    Hak Milik

    Ada

    kemungkinan

    untuk membeliaktiva yang

    disewa

    YA

    YA

    tidak

    YA

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    23/59

    Perjanjian

    Sewa

    Memenuhi

    salah satu dari

    empat kriteria

    Sumber : Zaki Badriwan, Akuntansi Keuangan Intermediate, BPFE, Yogyakarta, 1984,

    hal 4.Selain klasifikasi lease yang diuraikan sebelumnya masih ada lagi jenis lease

    lainnya yang perlu diketahui yaitu :

    a.  Penjualan dan Lease Kembali (Sales and Leasebask )

    Ada kepastian

     pembayaran

    sewa minimum

    Ada lessor sudahmelaksanakan

    sebagian besar

    kewajibannya

    Harga pasar

    aktiva samadengan nilai

     bukunya

    TIDAK

    DIRECT

    FINANCIAL

    LEASE

    YA

    YA

    YA

    YA

    TIDAK

    TIDAK

    Operating

    Lease

    Sales TypeLeaseTIDAK

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    24/59

    Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang dimilikinya

    kepada lessor . Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak antara

    lessee  dan lessor . Transaksi ini biasanya timbul karena lessee  membutuhkan kas

    untuk modal kerja atau keperluan lainnya.

     b.  Sub Leases

    Sub Leases adalah sewa guna usaha dimana aktiva yang disewa oleh lessee disewakan

    kembali kepada pihak ketiga. Transaksi sub lease ada dua macam yaitu :

    1.  Aktiva yang disewa oleh lessee  pertama disewakan kepada lessee  yang baru

    dimana perjanjian leasing antara lessee  pertama dengan lessor   masih tetap

     berlaku.

    2.   Lessee yang baru menggantikan kedudukan lessee yang pertama dalam perjanjian

    leasing.  Lessee  yang baru menjadi penanggung jawab pertama dalam perjanjian

    leasing dan lessee  yang lama bisa menjadi penanggung jawab kedua atau tidak

     bertanggung jawab sama sekali.

    c. 

    Cross Border Leasing

    Jenis ini leasing merupakan lease yang dilakukan antar negara. Adanya suatu

    transaksi cross border   murni untuk Indonesia saat ini belum diperbolehkan. Dengan

    melakukan international leasing maka dapat memberikan tambahan keuntungan bagi

    negara dalam rangka memungkinkan investor lokal untuk melakukan investasi dalam

     peralatan milik asing untuk memproduksi barang dalam kualitas yang lebih tinggi

    untuk memenuhi permintaan lokal maupun ekspor. Biasanya suatu perusahaan leasing

    melakukan transaksi leasing di luar negaranya melalui perusahaan yang dimiliki oleh

    suatu group yang sama.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    25/59

    d.  Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)

    Jenis leasing ini melibatkan beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersamaan

    melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha, biasanya

    dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktor lain. Salah

    satu perusahaan sewa guna usaha ditunjuk sebagai koordinator sehingga penyewa

    guna usaha cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini, untuk melaksanakan segala

    sesuatu yang menyangkut transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan transaksi ini dapat

    dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun penyewaan dan penjualan

    kembali.

    3. Jenis Leasing

    Secara garis besar leasing terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

    1.  Operating Lease.

    Operating lease  adalah transaksi leasing tanpa adanya opsi dari pihak lessee 

    untuk membeli obyek leasing setelah masa kontrak leasing berakhir. Dalam prakteknya,

     pihak lessor  sengaja membeli barang modal kepada supplier  dan selanjutnya disewakan

    kepada pihak lessee.  Lessee  kemudian membayar sewa secara berkala yang jumlahnya

    tidak meliputi keseluruhan biaya perolehan dan bunga (non pull pay on lease).  Lessor  

    menanggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang yang

    dileasingkan. Pada akhir masa kontrak, lessee  berkewajiban mengembalikan objek

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    26/59

    leasing pada pihak lessor . Dalam operating lease, lessee  biasanya dapat membatalkan

     perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.15)

    2.  Finance Lease.

    Finance Lease  adalah perjanjian leasing dimana pihak lessee  pada akhir masa

    kontrak memiliki hak opsi untuk membeli obyek leasing berdasarkan nilai sisa yang

    disepakati. Dalam prakteknya kontrak antara lessee dan lessor  adalah sebagai berikut:

    -   Lessor   sebagai pemilik objek leasing yang memiliki umur maksimal sama

    dengan ekonomis barang

    -   Lessee wajib membayar secara berkala atas harga objek leasing dengan jangka

    waktu tertentu (lease payment   : biaya perolehan + tingkat keuntungan yang

    diinginkan lessor )-   Lessor  tidak dapat sepihak mengakhiri kontrak

    -  Biaya dan pemeliharaan dan lain-lain ditanggung oleh lessee -  Pada akhir masa kontrak, lessee  meminta hak opsi untuk membeli objek

    leasing sesuai dengan nilai sisa dengan syarat-syarat yang telah disepakati.16)

     

    Finance Lease sendiri dapat dibagi kedalam beberapa jenis diantaranya :17)

     

    a.   Direct Finance Lease, adalah transaksi leasing dimana lessor   membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee  dan sekaligus menyewagunakan barang

    tersebut kepada lessee. Dalam  finance lease, lessee  sebelumnya tidak memiliki barang modal, dan pembelian barang oleh lessor   semata-mata atas kebutuhanlessee dengan penentuan spesifikasi harga dan supplier  dilakukan oleh lessee. Jadi

    tujuan utama lessee  adalah semata-mata untuk mendapatkan pendanaan bagi

     proses produksi dan meningkatkan kapasitas produksi.

    15) D. Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit

    Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 211.

    16) Ibid., hal 213.

    17)  Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    27/59

     Gambar

    Direct Finance Lease

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

     b.  Sale and Lease Back   adalah transaksi leasing, dimana pihak lessee  sengaja

    menjual barang modalnya pada lessor   untuk dilakukan kontrak leasing atas barang tersebut. Transaksi pada sale and lease back  dapat digambarkan sebagai

     berikut.

    Gambar

    Sales and Lease Back

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. SekolahTinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    Lessor

    Supplier

    Lessee

       (   5   )   P  e  m   b  a  y  a  r  a  n  s  e  w

      a

       b  u   l  a  n  a  n

    (1)

    Kontrak leasingdan pembayaran

     pertama

    (4) pembayaran jual

     beli

    (2) pemesanan barang modal

    (3) pengiriman barang modal

    Lessee

    Supplier

    Lessor

       (   3   )   k  o  n   t  r  a   k   l  e  a  s   i  n  g   d  a  n

      p  e  m   b  a  y  a  r  a  n  p  e  r   t  a  m  a

       (   1   )   J  u  a   l   b  a  r  a  n  g  m  o   d  a   l

       (   2   )  p  e  m   b  a  y  a  r  a  n

       (   4   )  p  e  m   b  a  y  a  r  a  n  s  e  w  a

       b  u   l  a  n  a  n

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    28/59

     

    c.   Leveraged Lease, merupakan bagian dari  finance lease  yang disampingmelibatkan lessor   dan lessee  juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam

    membiayai leasing. Pembiayaan yang dilakukan oleh lessor   relatif sedikit,

    sedangkan sisanya yang merupakan pembiayaan terbesar dilakukan oleh kreditor

    tersebut. Lessor  bertanggung jawab langsung pada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.

    Gambar

    Leverage Lease

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. SekolahTinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    d.  Syndicated Lease, adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satulessor   atas suatu objek leasing. Syndicated lease  biasanya dilakukan karena besarnya objek leasing sehingga dengan alasan menyebarkan resiko, maka

     beberapa lessor  secara bersama-sama membiayai barang modal tersebut.

    e. 

    Cross Border Lease, adalah transaksi leasing yang dilakukan diluar batas suatunegara. Leasing jenis ini sering disebut dengan leasing internasional karena lessor  

    dan lessee masing-masing berdomisili di negara yang berbeda.

     NEGARA X NEGARA Y

    Gambar

    Cross Border Lease

    Lessee

    Supplier

    KreditorPengikatan Jaminan

    LessorPembelian Barang

    Penyerahan BarangKontrak dan Pembayaran

    Penagihan (without recourse)

    Lessor Lessee

    Supplier

     pesanan

    Repatriasi Pembayaran Sewa

    Kontrak Leasing

    Pengiriman Barang

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    29/59

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    f. 

    Vendor Lease, adalah model leasing dimana dealer memberikan fasilitas leasingkepada pembeli barang (yang berperan sebagai lessee) untuk kemudian

     pembayaran atas barang tersebut dilakukan oleh lessor   kepada vendor/dealer. Lessee dapat melakukan pembayaran kepada pihak lessor   langsung atau melaluivendor.

    (2) DokumenVendor Lessor

    Gambar

    Vendor Lease

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. SekolahTinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    4. Jenis Perusahaan Leasing

    Dalam melakukan pembiayaan leasing, terdapat tiga jenis perusahaan yang

    menerapkan sistem leasing dalam opearsinya :18)

    a.   Independent Leasing Company

    18) Ibid., hal. 216 

    Lessee

    (4) Pelunasan Barang

    (1)

     penentuan

     jenis barang

    (3)

     penyerahan

     barang (5) pembayaran sewa

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    30/59

     Independent leasing company  adalah perusahaan leasing yang berdiri sendiri tidak

    memiliki hubungan struktural dengan suppliernya. Ia bisa membeli barang dari

     berbagai supplier  untuk kemudian di lease kan kepada pihak pemakai (lessee).

    Independent Supplier(2) pembelian barang tunai

    Lessor

    (1)

    kontrak

    leasing

    (3) Angsuran

    Lessee

    GambarIndependent Leasing Company

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    b. 

    Captive Lessor

    Dalam captive lessor , antara lessor   dan supplier   memiliki hubungan struktural.

    Biasanya supplier   sengaja mendirikan perusahaan leasing untuk membiayai produk-

     produknya demi meningkatkan penjualan barang modalnya.

    Supplier

    (Perusahaan Induk)

    (2) pembelian barang tunaiIndependent

    Lessor

    (1)

    kontrak

    leasing

    (3) Angsuran

    Lessee

    Gambar

    Captive Lessor

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    31/59

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    c. 

     Lease Broker

    Broker leasing adalah perusahaan yang berusaha mempertemukan pihak-pihak

     berkepentingan dalam transaksi leasing. Broker leasing tidak memiliki barang

    maupun peralatan sendiri dalam operasi leasing yang mengatasnamakan dirinya.

    Lessee

    Lease

    GambarLease Broker

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005Perbedaan Leasing Dengan Metode Pembiayaan Lainnya

    Metode PembiayaanKriteria

    Leasing Sewa Beli Sewa-

    menyewa

    Kredit Bank

    Jenis

    Barang

    Barang

     bergerak &

    tidak bergerak

    Barang

     bergerak

    Barang

     bergerak

     perlu

     pemeliharaan

    Semua jenis investasi

    Penyewa/

    Pembeli

    Perusahaan /

     perorangan

    Perusahaa

    n / peroranga

    n

    Perusahaan /

     perorangan

    Perusahaan / perorangan

    Bank/

    Perusahaan

    Badan hukum Supplier Supplier Bank

    Pemilik

    Barang

    Perusahaanleasing

    Pemilik barang

    Pemilik barang

    Debitur

    Barang LessorBroker

    Pendanaan

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    32/59

    Jangka

    Waktu

    Menegah Pendek Menengah / pendek

    Pendek/menengah/panjang

    Besarnya

    Pembiayaa

    n

    100% 80% Lebih rendah 80%

    Biayabunga

    Bunga+margin Tinggi Bunga+margin

    Interbank rate+sprread

    Akhir

    Kontrak

    -Menggunakan

    hak opsi untuk

    membeliseharga nilai

    sisa.

    Barangmenjadi

    milik

     penyewa

    Barangkembali pada

     pemilik

    -Kredit Lunas.-Jaminan kembali ke

    debitur.

    Sumber : Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua. SekolahTinggi Ilmu Ekonomi, Yogjakarta, 2005

    5. Keuntungan dan Kerugian Leasing

    Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan faktor-

    faktor yang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada kasus lain. Salah

    satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih lanjut sehingga

    menyebabkan kontrak lease akan menjadi alternatif yang menarik untuk penyediaan

    modal/biaya ( financing) pada situasi tertentu. Diantara keuntungan tersebut adalah :

    1.  Penghematan modal, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, maksimum

    hanya untuk “down payment ” yang jumlahnya biasanya tidak besar. Hal ini

    merupakan penghematan modal bagi lessee, sehingga lessee  dapat menggunakanmodal yang tersedia untuk keperluan lainnya, karena leasing umumnya membiayai

    100% barang modal yang dibutuhkan.2.  Sangat Fleksibel, yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi

    kelebihan leasing dibanding dengan kredit dari bank. Fleksibelitas meliputi strukturkontraknya, besarnya pembayaran renta, jangka waktu pembayaran serta nilaisisanya.

    3.  Sebagai Sumber Dana, Leasing merupakan salah satu sumber dana bagi

     perusahaan-perusahaan industri maupun perusahaan komersil lainnya. Mekanismeuntuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sales dan leaseback   atas aset yang

    sudah dimiliki oleh lessee. Sementara itu credit line atau fasilitas kredit yang sudah

    ada dari bank masih tetap tidak terganggu dan siap digunakan setiap saat.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    33/59

    4.  On  atau Off Balance Sheet , Leasing sesuai dengan kebutuhannya bisa dibukukan

    dengan menggunakan on  atau off balance sheet . Di Indonesia, untuk keperluan perhitungan pajak digunakan off balance sheet .

    5.  Menguntungkan cash flow  Fleksibelitas dari penentuan besarnya rental sangat

    menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan

    diperoleh secara musiman atau juga dimana keuntungan baru bisa diperoleh padamasa-masa akhir investasi maka besarnya rental juga bisa disesuaikan dengan

    kemampuan cash flow  yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya

    gejolak-gejolak kekosongan dana di dalam kas perusahaan. Dilain pihak jikakeadaan keuangan cukup longgar maka besarnya rental bisa diperbesar untuk

    mempercepat amortisasi principalnya. Ini semua bisa diatur dengan menyusun

    struktur rental yang baik disesuaikan dengan proyeksi cash flownya.6.  Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi lessee mengeluarkan biaya rental

    yang sama. Dengan demikian nilai riil dari rental tersebut telah berkurang. Atau

     bisa dikatakan bahwa lessee membayar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang

    kemaren.

    7. 

    Sarana Kredit Jangka Menengah dan Jangka Panjang, terutama sekali di Indonesiasaat ini dirasakan sangat sulit sekali untuk mendapatkan dana pinjaman rupiah

    untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk mengatasi hal tersebut, leasingmerupakan salah satu alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Melalui sales

    and lease back  maka lessee  akan bisa mendapatkan dana yang diperlukan dengan

    masa pengembalian jangka menengah atau jangka panjang. Bahkan leasing juga bisa melakukan bullet repayment   seperti pada longterm bank loan  dimana rental

    yang dilakukan tiap bulan hanyalah merupakan pembayaran interest  saja.

    8.  Dokumentasinya sangat sederhana, biasanya sudah standar sehingga lebih simpel bagi lessee  untuk memperpanjang transaksi leasing daripada merundingkan

     perjanjian baru dengan pihak bank. Selanjutnya pengelompokkan berbagai biayadalam satu paket kemudian bisa digabungkan menjadi satu dengan harga barang

    untuk kemudian diamortisasikan sepanjang masa leasing.19) 

    Tentunya disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, leasing juga

    mempunyai kerugian/kelemahan antara lain sebagai berikut :

    1.  Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal biladibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber danalessor  pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.

    2.  Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva lessee untuk tujuan “Collateral Credit ” dari Bank, yaitu “Trade Creditor ” mungkin akan

    menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.

    3. 

    Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antaramemiliki barang modal sendiri atau lease.

    4.  Resiko yang lebih besar pada lessor , artinya adanya tanggung jawab yang menuntut

     pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan pada barang orang lain yang

    disebabkan oleh “lease proprty” tersebut, dan juga lessor  belum tentu yakin bahwa

    19) Amin Widjaja Tunggal, Op.Cit., hal 11-14. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    34/59

     barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan seperti “liens” (gadai)

    “ preferences”, “ priorities”, “charges” atau kepentingan-kepentingan lainnya.20)

     

    6. Perbedaan Antara Financial Lease dan Operating Lease

    Dalam membedakan  financial lease  dengan operating lease  dapat diketahui

    dengan memperlihatkan proses timbulnya transaksi itu dalam praktek. Pada  financial

    lease, perusahaan leae atau lessor   bertindak sebagai lembaga keuangan untuk barang

    modal yang ditentukan oleh lessee baik mengenai jenis maupun spesifikasinya, kemudian

    mengadakan negosiasi dengan supplier   mengenai harga, syarat-syarat perawatan dan

    lain-lain yang mempunyai hubungan langsung dengan pengoperasian barang-barang

    modal.

     Lessor  akan membayar barang tersebut pada supplier  dan selanjutnya barang akan

    diserahkan pada lessee. Dalam penyerahan barang ini hak milik secara hukum masih

    tetap pada lessor . Dengan pemakaian barang yang dileasekan ini lessee  membayar

    sejumlah uang kepada lessor   secara berkala untuk suatu jangka waktu tertentu. Jumlah

     pembayaran ini secara keseluruhan akan merupakan harga barang yang dibayar oleh

    lessor  dan ditambah dengann bunga serta keuntungan bagi pihak lessor .

    Pada akhir periode lease, lessee memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut

    sebesar nilai sisanya, mengembalikan barang tersebut kepada lessor , atau mengadakan

     perjanjian tahap berikutnya. Sifat-sifat utama dari financial lease adalah sebagai berikut :

    -  Barang modal yang akan dibeli, dipilih dan ditentukan sendiri oleh lessee  yang

     bersangkutan, jadi bukan oleh lessor . Lessor  hanya menyediakan dananya saja.

    -  Setelah dibeli, hak kepemilikan ada ditangan lessor .

    20) Ibid., hal 14-15. 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    35/59

    -  Dengan memenuhi segala persyaratan yang disebutkan dalam perjanjiannya, lessee

     berhak menggunakan barang modal selama seluruh periode lease.

    -  Selama periode lease, perjanjian tidak dapat dibatalkan secara sepihak (non-

    cancelable).

    Dalam operating lease, lessor   membeli barang kemudian menyewakannya pada

    lessee dengan jangka waktu tertentu. Jumlah pembayaran secara keseluruhan tidak akan

    melebihi harga barang dan biaya yang dikeluarkan. Hal ini diakibatkan oleh periode lease

    yang pendek dan apabila periode lease berakhir maka lessor   akan memperpanjang

     perjanjian lease dengan lessee  yang sama atau membuat perjanjian baru dengan lessee 

    yang lain. Disamping itu lessor  juga mengharapkan adanya keuntungan penjualan barang

    yang dilakukan pada akhir masa lease. Pada operating lease, lessor  bertanggung jawab

    atas perawatan barang yang disewakan.

    Disini secara jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.

    Barang modal yang sering digunakan dalam operating lease ini terutama barang-barang

    modal yang mempunyai nilai tinggi seperti alat-alat berat, traktor, mesin-mesin dan

    sebagainya.

    Menurut FASB No. 13 yaitu :

    ……. Suatu lease yang memindahkan semua manfaat resiko pada kepemilikan

    harta milik harus dipertanggungjawabkan sebagai perolehan aktiva dan terjadinya

    hutang/kewajiban oleh lessee  dan sebagai penjualan untuk pembiayaan oleh

    lessor .21)

     21)

     Ruchyat Kosasih, Untaian Standar Akuntansi Keuangan, Ananda, Yogyakarta,

    2002, hal. 203 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    36/59

    Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu lease yang mengalihkan

    manfaat dan resiko kepemilikan barang modal harus dikapitalisasi oleh lessee, dimana

    lease dicatat di neraca sebagai aktiva (assets) disertai kewajiban untuk membayar sewa

    lease. Aktiva yang dicatat ini disusutkan menurut metode akuntansi seperti aktiva-aktiva

    lease yang lain dan kewajiban akan berkurang akibat pembayaran-pembayaran selama

     periode lease, sedangkan bagi lessor  kapitalisasi lease adalah untuk menentukan apakah

    lease dapat digolongkan sebagai sales type lease, direct financing lease  atau sebagai

    operating lease.

    7. Perlakuan Akuntansi Leasing

    a. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa Guna Usaha ( Lessee)

    Kejadian-kejadian yang terjadi di perusahaan setelah diindentifikasi barulah

    dilakukan pencatatan. Berikut ini akan dijelaskan cara memperlakukan transaksi yang

    terjadi menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 30). Perlakuan akuntansi

     berbeda-beda pada tiap transaksi pada setiap jenis lease.

    1.1 Pada Capital Lease a) Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap

    dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari

    seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi)yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa usaha.

    Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha

    dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa gunausaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan

    terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha.

     b) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh

     perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal

    sewa guna usaha.

    c) Aktiva yang disewaguna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yangwajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    37/59

    d) Kalau aktiva yang disewa guna usaha dibeli sebelum berakhirnya masa

    sewa guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukandengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

    e) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan

     jangka panjang sesuai praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna

    usaha.f) Dalam hal melakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and

    leaseback ) maka transaksi tersebut baru dilakukan sebagai dua transaksi

    terpisah, yaitu ttransaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisihantara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat

    sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas

    keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usaha

    apabila leaseback   merupakan capital lease  atau secara proporsional

    dengan biaya sewa apabila leaseback  merupakan operating lease.

    1.2 Pada Sewa Menyewa Biasa (Operating Lease)a. Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa

    yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewaguna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam

     jumlah yang tidak sama pada setiap periode.22)

     

    b. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)

    Berbeda dengan pihak lessee, lessor  memperlakukan transaksi sebagai berikut:

    2.1. 

    Pada Finance Lease 

    a)  Penanaman netto dalam aktiva yang disewaguna usahakan harus

    diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman netto sewa guna usaha.Jumlah penanaman nettto terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha

    ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa

    guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income),

    dan simpanan jaminan (security income).

     b)  Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi)dengan perolehan aktiva yang disewaguna usahakan diperlukan sebagai

     pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income).

    c) 

    Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secarakonsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan tingkat

     pengembalian berkala ( periode rate of return) atas penanaman netto

     perusahaan sewa guna usaha.

    22) Ikatan Akuntan Indonesia, Op-Cit., hal. 30. 10-30. 12 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    38/59

    d)  Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada

     penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman netto dalam sewa guna

    usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai

    keuntungan atau kerugian periode berjalan.

    e) 

    Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa gunausaha harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

    2.2 Pada Operating Lease 

    a) Barang modal yang disewaguna usahakan harus diperlakukan dan dicatatsebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.

     b) Pembayaran sewa guna usaha (lease payment ) selama tahun berjalan yang

    diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatansewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis

    lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna

    usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

    c) Penyusutan aktiva yang disewaguna usahakan harus dilakukan dalam

     jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.d) Kalau aktiva yang disewaguna usahakan dijual maka perbedaan antara

    nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai kerugian ataukeuntungan tahun berjalan.

    23)

    8. Pelaporan dan Transaksi Sewa Guna Usaha

    a. Oleh Penyewa Guna Usaha ( Lessee)

    1.1 Pada Capital Lease a. Aktiva yang disewa guna usaha dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap

    dalam kelompok tersendiri. Kewajian sewa guna usaha yang harus

    disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.

     b. Pengungkapan yang layak harus tercantum dalam catatan atas laporankeuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :

    - Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak

    untuk dua tahun berikutnya.- Penyusutan aktiva yang disewa guna usaha yang dibebankan dalam

    tahun berjalan.

    - Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.- Keuntungan dan kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya

    sehubungan dengan transaksi sales and leaseback .

    - Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa gunausaha (major convents).

    1.2 Pada Operating Lease 

    23) Ibid., hal 30. 14 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    39/59

    Pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas laporan keuangan mengenai

    hal-hal sebagai berikut :-  Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang

    dibebankan sebagai biaya sewa.

    -  Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak

    untuk dua tahun berikutnya.-  Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.

    -  Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya

    sehubungna dengan transaksi sales and leaeback .-  Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna

    usaha (major convenants).24)

     

    b.Oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha ( Lessor)

    2.1 Pada Finance Lease 

    a. Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaporkan

     berdasarkan urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan kedalam unsurlancar dan tidak lancar (Uncelassified balance sheet )

     b. Penanaman netto dalam aktiva yang disewaguna usahakan harus dilaporkandalam neraca sebagai berikut :

    Piutang sewa guna usaha Rp. xxx

     Nilai sisa yang terjamin xxxPendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (xxx)

    Simpanan jaminan (xxx)

    Penanaman netto sewa guna usaha xxxPenyisihan piutang sewa guna usaha yang diragukan (xxx)

    Jumlah penanaman netto xxxc.  Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga pendapatan dilaporkan

    dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step). Pendapatan

    sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok

     pendapatan.d.  Jumlah penanaman netto dan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna

    usaha sindikasi dan leveraged leases  harus dilaporkan masing-masing pihak

    secara proporsional sesuai penyertaannya.e.  Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan

    keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :

    -  Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengantransaksi sewa guna usaha.

    -  Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk dua tahun

     berikutnya.-  Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa

    guna usaha kepada penyewa guna usaha.

    -  Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga.

    24) Ibid., hal. 30.9-30.10 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    40/59

    -  Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.

    2.2 Pada Operating Lease 

    a. Barang modal yang disewagunausahakan dilaporkan berdasarkan harga

     perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

     b. Aktiva yang disewaguna usahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetapyang tidak disewagunausahakan.

    c. Perhitungan laba rugi harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh

     pendapatan dilaporkan dalam kelompok terpisah dari kelompok biaya (singlestep). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama

    dalam kelompok pendapatan.

    d. Penyusutan aktiva yang disewa guna usaha akan dilaporkan secara terpisahdari penyusutan aktiva yang tidak disewaguna usahakan.

    e. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan

    keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :

    - Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan

    transaksi sewa guna usaha.- Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk dua tahun

     berikutnya.- Sifat dari simpanan jaminan (jika ada)

    - Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak

    ketiga.25)

     

    B. Hipotesis

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan telaah pustaka maka dapat

    dibuat hipotesis sebagai berikut :

    ”Diduga akuntansi leasing yang diterapkan oleh PT HD Finance Pekanbaru belum

    sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum”.

    25) Ibid., hal. 30.14-30.15 

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    41/59

     

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Adapun lokasi penelitian yang diambil oleh penulis adalah pada PT. HD Finance

    Pekanbaru yang beralamat di Jalan Tuanku Tambusai No 1, Pekanbaru yang bertindak

    sebagai lessor .

    B. Jenis dan Sumber Data

    Data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah sebagai

     berikut :

    a.  Data Primer

    yaitu data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berupa jawaban-

     jawaban atau lisan secara tertulis tentang kebijakan akuntansi leasing  yang

    diterapkan oleh perusahaan yang diperoleh dari bagian akuntansi.

     b.  Data Sekunder

    yaitu data yang sudah jadi (olahan), yang terdiri dari : Neraca dan Laporan Laba

    Rugi periode 2007 dan periode 2008, serta dokumen lainnya dari bagian

    akuntansi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dari bagian personalia.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    42/59

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam penyusunan

    skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan metode:

    a.  Wawancaea (interview), yaitu tanya jawab secara langsung dengan Kepala Bagian

    Keuangan serta Pimpinan PT. HD Finance Pekanbaru tentang kebijakan

     perusahaan yang berhubungan dengan akuntansi leasing.

     b.  Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang

    dimiliki perusahaan sehubungan dengan akuntansi leasing.

    D. Teknik Analisis Data

    Setelah data berhasil penulis kumpulkan, kemudian dianalisis secara deskriptif,

    yaitu dengan membandingkan penerapan akuntansi leasing  di perusahaan yang

     bersangkutan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum dan teori

     pendukung lainnya guna menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan

    sebelumnya untuk kemudian disajikan dalam bentuk hasil penelitian.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    43/59

     

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    A.  Sejarah Singkat Perusahaan

    PT. HD Finance merupakan bagian dari Orang Tua Group yang berada dibawah

    naungan Djojonegoro Family. OT Group terdiri atas Consumer Goods Division  and

    Consumer Financing Division. PT. HD Finance merupakan bagian dari Consumer

    Financing Division. Djojonegoro Family merintis usaha sejak Tahun 1976 dimulai

    dengan perusahaan UPA yang bergerak di bidang industri gas.

    Background PT. HD Finance adalah:

    1.  Peningkatan pertumbuhan industri  Multi Finance  terutama dimotori oleh

    pembiayaan konsumen.

    2.  Dari sisi margin (spread tingkat bunga),pembiayaan konsumen sepeda motor

    menjanjikan margin yang lebih tinggi dibandingkan dengan mobil.

    3.  Dari sisi kolektibilitas, pembiayaan konsumen merupakan sektor yang paling

    kecil mengalami kredit bermasalah yaitu 1.2%, kartu kredit 2.2%, leasing 8.6%

    dan factoring 56.9%

    4.  Dengan berpedoman pada strategi diversifikasi usaha yang terfokus, OT Group

    melihat core competence yang dimiliki pada  fast moving consumer goods

    industry dapat di aplikasikan pada bisnis pembiayaan konsumen, sehingga

     pada awal tahun 2005 OT Group memutuskan untuk masuk ke dalam industri

     pembiayaan

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    44/59

    5.  Sebagai implementasi dari keputusan strategis tersebut, Orang Tua Group pada

     bulan April 2005 mengakuisisi PT. Niaga Indovest Finance yang selanjutnya

    diganti namanya menjadi PT HD Finance 

    Melihat perkembangan yang pesat dalam bidang pembiayaaan dan untuk

    memenuhi kebutuhan konsumen, maka dibukalah cabang PT. HD Finance Pekanbaru

    sejak bulan Agustus 2007, yang beralamat di Jalan Tuanku Tambusai no 1.

    Visi perusahaan adalah ”the premier company delivering first-choice brands and

    innovative solutions to costumers in Asia Pasific”. ”Values is in god we trust integrity

     Relationship winning spirit innovation”.

    B.  Struktur Organisasi

    Secara teoritis sebuah organisasi baik yang berskala besar, sedang, maupun kecil

    harus mempunyai struktur organisasi yang memungkinkan terdapatnya koordinasi dan

    kerja sama yang baik diantara semua unit-unit yang ada dalam pencapaian tujuan

    organisasi secara keseluruhan.

    Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, untuk menjalankan kegiatan harus

    digariskan dalam suatu tugas dan wewenang. Untuk menggambarkan tugas dan

    wewenang serta untuk mengefektifkan kegiatan operasional diperlukan struktur

    organisasi. Struktur organisasi dapat dibuat sesuai dengan manajemen perusahaan.

    PT. HD Finance sebagai sebuah organisasi yang dikategorikan ke dalam

    kelompok organisasi besar, mempunyai struktur organisasi yang komplek pula. Dilihat

    dari struktur organisasi. PT. HD Finance dapat diketahui bahwa struktur organisasinya

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    45/59

     berbentuk Line atau garus lurus. Berikut ini merupakan susunan Komisaris dan Direktur

    PT. HD Finance secara keseluruhan adalah :

    COMMISSIONERS :

    1.  Bp. Hamid Djojonegoro

    2.  Bp. Soeharto Djojonegoro

    3.  Bp. Soebroto Djojonegoro

    4.  Bp. Armanto Susanto

    5.  Bp. Steven Sang

    DIRECTORS :

    1.  Bp. Alexander K.C.

    2.  Bp. Hariono

    3.  Bp. Leonardi Suryajaya

    4.  Ibu Abigail Djojonegoro

    PT. HD Finance cabang Pekanbaru juga memiliki struktur organisasi untuk

    mempermudah pelaksanaan kegiatan agar setiap tujuan atau kepentingan bersama dapat

    tercapai. Adapun struktur organisasi PT HD Finance Pekanbaru adalah sebagai berikut:

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    46/59

     Berdasarkan struktur organisasi yang disajikan perusahaan, maka dapat diketahui

    tugas dan tanggung jawab pada tiap bagian yang ada sebagai berikut:

    1.  Branch Manager

    Branch Manager diangkat oleh Direktur. Tugas-tugas, wewenang dan tanggung-

     jawab Branch Manager meliputi:

    a.  Memimpin kantor cabang dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan yang

    dijalankan.

     b.  Menjalankan kebijakan serta mengambil keputusan dalam rangka

    menjalankan kegiatan usaha periusahaan.

    c.  Merekrut karyawan yang akan bergabung dalam perusahaan.

    d.  Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan operasi perusahaan.

    e.  Memberikan pengarahan, motivasi serta saran kepada setiap personil yang

    terlibat dalam kegiatan usaha perusahaan.

    f.  Membuat laporan tahunan atas kegiatan usaha perusahaan dan

    mempertanggungjawabkan dihadapan Direktur kantor pusat.

    2.  Marketing Head

    Bertugas mengawasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan operasional

    lapangan. Dalam menjalankan aktivitasnya, Marketing Head dibantu oleh Key Account

    Head dan Key Account Executive.

    3.  Administrasi Head

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    47/59

    Tugas pokok dari Administrator adalah mengelola seluruh kegiatan operasional,

     baik yang berhubungan dengan administrasi lapangan maupun keuangan. Dalam

    menjalankan tugasnya, Administrator dibantu oleh Supervisor Kasir dan supervisor

    Administrasi.

    4.  Collection Head

    Tugas utama dari Collection Head adalah mengontrol pembayaran konsumen.

    Memastikan tanggal jatuh tempo, mengeluarkan surat pemberitahuan, dan penarikan

    motor. Collection Head membawahi Coordinator Collection dan Collector.

    C.  Aktivitas Perusahaan

    Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh manfaat

    ekonomi yang layak dan menguntungkan. Dalam hal ini usaha yang dipilih harus benar-

     benar memiliki peluang untuk dikembangkan dan memberikan keuntungan perusahaan.

    Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa dalam hal ini PT. HD Finance

    Pekanbaru bergerak dibidang pembiayaan konsumen.

    Adapun jenis pendapatan utama pada PT. HD Finance adalah berupa pendapatan

    usaha dari pembiayaan konsumen dan pendapatan sewa guna usaha. Sedangkan yang

    menjadi pendapatan lain-lain adalah pendapatan jasa giro, laba atas penjualan aktiva tetap

    dan deposito berjangka.

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    48/59

     

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang teoritis yang mendukung dalam

     penerapan akuntansi leasing  (sewa guna usaha). Berdasarkan uraian teoritis tersebut,

    maka penulis akan menjelaskan hasil penelitian mengenai kebijaksanaan PT. HD

    Finance.

    A.  Perlakuan Akuntansi Leasing PT. HD Finance Pekanbaru

    PT. HD Finance adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan yang

     bertindak sebagai lessor .  Lessor   mengklasifikasikan lease modal sebagai lease

     pembiayaan langsung jika tidak ada “laba atau rugi pabrikan penyalur”. Dalam hal ini,

    harga perolehan lessor  untuk aktiva yang dilease itu sama dengan nilai pasar aktiva pada

    tanggal dimulainya lease, dan lessor  menggunakan nilai ini untuk menghitunguang sewa

    lease. Perusahaan leasing biasanya merupakan lease pembiayaan langsung, dan bukan

    lease jenis penjualan, karena mereka membeli properti untuk dileasekan dan bukan untuk

    dijual kembali. Tujuan laba lessor   adalah menetapkan besarnya uang sewa lease pada

    suatu tingkat yang cukup tinggi guna menghasilkan tingkat pengembalian yang

    diinginkan.

    Seperti yang diterangkan sebelumnya, bahwa dalam melakukan proses leasing 

    harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu. Setiap tahapan dilakukan secara

     berurutan dan seksama untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengandung risiko

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    49/59

    yang minimal. Hal itu dikarenakan tiap tahapan dalam proses leasing  mempunyai

    hubungan yang saling terkait satu sama lain.

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses leasing oleh PT. HD Finance

    terhadap Lessee antara lain sebagai berikut :

    1.  Setelah calon  Lessee mendatangi  Dealer   untuk melakukan lease  tehadap

    aktiva / sepeda motor yang bersangkutan,  Dealer  akan menghubungi Key

     Account Executive (KAE) untuk melakukan survey terhadap calon Lessee.

    2.  Kemudian KAE akan meminta calon  Lessee  melampirkan beberapa

     persyaratan untuk proses leasing, antara lain :

    a.   Lessee Perorangan berupa :

    -  fotokopi Kartu Keluarga,

    -  fotokopi KTP,

    -  fotokopi tagihan listrik tiga bulan terakhir.

     b.   Lessee Badan / Perusahaan

    fotokopi KTP Komisaris / Direktur,

    -  fotokopi SIUP, SITU, dan TDP,

    -  Rekening koran tiga bulan terakhir,

    -  Fotokopi NPWP,

    -  Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.

    3.  Apabila semua syarat-syarat di atas telah dilengkapi oleh calon  Lessee 

    maka KAE akan melakukan survey. Survey yang dilakukan antara lain

    adalah survey kelayakan, yang melingkupi penghasilan dan status rumah

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    50/59

    tinggal. Dan melakukan survey lingkungan terhadap sekitar tempat tinggal

    calon Lessee.

    4.  Jika survey kelayakan telah memenuhi kriteria, maka KAE akan melapor

    kepada  Branch Operating Support   (BOS) untuk melakukan pengecekan

    apakah calon  Lessee  pernah menjadi konsumen di PT. HD Finance.

    Setelah melewati tahap ini, maka BOS akan mengeluarkan  purchasing

    order  dan akan di laporkan kepada Key Account Head  (KAH). Kemudian

    KAH akan melaporkan kepada Branch Manager  (BM) untuk di setujui.

    5. 

    Setelah disetujui oleh BM, maka KAE akan memberitahu pihak  Dealer  

     bahwa pembiayaan telah disetujui. Kemudian pihak Dealer  akan membuat

    sales order  dan membuat tagihan sisa pembayaran yang akan dibayarkan

    oleh Lessor  kepada Dealer .

    6.  Setelah semua tahap ini, maka aktiva lease akan diserahkan Dealer  kepada

     Lessee, dan kemudian  Lessee  akan membayar angsuran kepada  Lessor  

    sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

    Isi kontrak sewa guna usaha antara Lessor dan Lessee sangat bervariasi, sesuai

    dengan perjanjian kedua belah pihak. Namun secara umum, ketentuan sewa guna usaha

    mencakupi beberapa hal, yaitu :

    a.   jangka waktu sewa guna usaha,

     b.   jumlah bayaran periodik,

    c.  kewajiban pajak, asuransi, dan pemeliharaan,

    d.   batasan,

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    51/59

    e.  ketentuan tidak dapat dibatalkan atau dibatalkan sebelum jangka

    waktu sewa guna usaha berakhir.

    Jika Lessee tidak / belum memenuhi kewajibannya selama periode leasing maka

     Lessor  akan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

    a. Mengeluarkan Surat Peringatan (SP) satu, untuk keterlambatan dua minggu.

     b. Mengeluarkan SP dua, untuk keterlambatan lima hari setelah SP satu

    dikeluarkan.

    c. Mengeluarkan SP tiga, setelah keterlambatan selama 20 hari, dan melakukan

     penarikan aktiva lease  oleh pihak  Lessor .  Lessee  diberi waktu selama satu

    minggu untuk menebus / membayar tunggakan angsuran kepada pihak Lessor .

    d. Namun jika dalam satu minggu  Lessee  tidak melakukan pembayaran, maka

     Lessor   berhak menjual aktiva lease  tersebut dengan cara lelang. Keuntungan

    atau kerugian atas penjualan atas aktiva lease  tersebut akan dijadikan

     pendapatan atau beban tahun berjalan.

    PT. HD Finance merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan

    konsumen. Adapun jenis kegiatan utama PT. HD Finance Pekanbaru adalah berupa jasa

     pembiayaan kendaraan roda dua. Adapun yang menjadi aktiva yang disewagunausahakan

    adalah sepeda motor. Jenis sewa guna usaha adalah berupa  Direct Financial Lease.

    Jangka waktu sewa guna usaha tergantung kepada perjanjian dengan konsumen, minimal

     perjanjian ini adalah 1 tahun.

    Seperti yang dijelaskan pada Bab I, bahwa PT. HD Finance menggunakan  Direct

    Financial Lease. Hal tersebut dapat dilihat bahwa PT. HD Finance tidak mengakui

    adanya hak opsi dan bahwa nilai wajar barang yang disewagunausahakan pada permulaan

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    52/59

    lease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya. Pencatatan yang

    dilakukan oleh PT. HD Finance adalah dengan menggunakan metode bersih (net

    method ).

    Contoh kasus, Pada tanggal 1 Juli 2009 PT HD Finance Pekanbaru mengadakan

     perjanjian leasing dengan Basri M. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa PT. HD

    Finance akan membiayai sebuah Sepeda Motor yang dibeli oleh Basri M dari Dealer

    Yamaha dengan harga Rp. 13.193.975. Basri M telah membayar uang muka untuk

    Sepeda Motor tersebut sebesar Rp. 2.000.000, sedangkan sisanya sebesar Rp. 11.139.000

    Basri M menggunakan jasa PT. HD Finance. Masa leasing  28 bulan, dan dilihat dari

     Installment Info bahwa total piutang Basri M menjadi Rp. 18.508.000, dengan demikian

    dapat dihitung bahwa PT. HD Finance menetapkan Interest /bunga sebesar Rp. 7.363.368.

    Basri M membayar cicilan perbulan sebesar Rp. 661.000. PT HD Finance seperti

     perusahaan pembiayaan pada umumnya, dalam proses leasingnya menjadikan BPKB

    sebagai jaminan atas aktiva lease yang disewagunausahakan.

    Pada saat  Dealer   menyerahkan Surat Tagihan sisa piutang konsumen kepada

    lessor , dan PT HD Finance mencatat dengan membuat jurnal sebagai berikut :

    1 Juni 2009 : Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 11.139.000

    Kas Rp. 11.139.000

    Dari Jurnal diatas jelaslah bahwa PT. HDF memperlakukan transaksi ini seperti

     Direct Financial Lease  (sewa pembiayaan langsung). Berdasarkan pencatatan diatas

     jelaslah bahwa perusahaan mencatat aktiva leasenya dengan menggunakan metode bersih

    (net method ). Pada metode ini, pendapatan bunga pada awal masa lease belum diakui,

     berbeda dengan perusahaan leasing yang menggunakan metode kotor (gross method ).

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    53/59

    Pencatatan yang dilakukan oleh PT. HDF pada awal transaksi lease telah sesuai dengan

    Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

    Pada saat pembayaran cicilan oleh konsumen PT HD Finance mencatat dengan

    membuat jurnal sebagai berikut :

    1 Juli 2009: Kas Rp. 661.000

    Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 226.378

    Pendapatan Pembiayaan Konsumen Rp. 434.421.

    Karena perusahaan tidak mengakui pendapatan bunga pada saat awal terjadinya

    transaksi leasing, maka perusahaan mengakui pendapatan bunga pada saat pembayaran

    cicilan dilakukan oleh konsumen.

    Perusahaan tidak membuat jurnal penyesuaian pada akhir periode, untuk bunga

    yang seharusnya telah diakui sebagai pendapatan, namun belum diterima. Ini akan

     berpengaruh terhadap pengakuan pendapatan periode berjalan. Akibat bunga yang tidak

    diakui ini, pendapatan akan dinilai terlalu rendah. Dan akan berpengaruh kepada laba

     periode berjalan.

    Seharusnya PT. HDF membuat jurnal sebagai berikut:

    31 Desember 2009: Piutang Bunga Rp. 158.640

    Pendapatan Bunga Rp. 158.640

    Jurnal ini dibuat agar ada titik pisah batas (cut off) antar periode. Sehingga tidak

     berpengaruh terhadap tinggi/rendahnya pendapatan periode berjalan.

     Namun, dalam periode berjalan sejak cicilan pertama Basri M tidak dapat

    melunasi kewajibannya, maka aktiva lease ditarik oleh Lessor. Pada saat dilakukan

  • 8/19/2019 Akt,Romi s Putri

    54/59

     penarikan PT HD Finance menilai Sepeda Motor tersebut seharga Rp. 12.311.212,

     berdasarkan harga pasar yang berlaku saat itu.

    PT. HD Finance melakukan penghapusan langsung terhadap sisa piutang

    konsumen. PT. HD Finance mengakui sisa tarikan sebesar sisa piutang yaitu Rp.

    10.912.622 (Rp. 11.139.000 - Rp. 226.378) dengan membuat jurnal sebagai berikut:

    Aktiva Lain-lain Rp. 10.912.622

    Piutang Pembiayaan Konsumen Rp. 10.912.622

    Sepeda motor yang ditarik oleh PT. HDF akan diakui sebagai Aktiva lain-lain.

    Beban penghapusan piutang konsumen akan diakui pada saat Aktiva Lain-lain tersebut

    telah dijual. Selisih antara harga pasar dan harga jual tersebut bisa diakui sebagai Beban

    Penyisihan Piutang, jika harga jual rendah atau sebagai pemulih Beban Penyisihan

    Piutang Konsumen, jika harga jual tinggi.

    Sepeda motor / aktiva lease tersebut dijual oleh PT. HD Finance dengan proses

    lelang. Harga dari Sepeda Motor tersebut tergantung dari kondisi aktiva saat dilakukan

     penjualan. Jika harga jual sepeda motor lebih tinggi dari harga pasar maka, keuntungan

    dari penjualan tersebut akan diakui sebagai Pendapatan Usaha Lain-lain. Namun, jika

    harga jual sepeda motor tersebut lebih rendah dibandingkan harga pasar maka, kerugian

    tersebut akan diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

    Pada saat penjualan sepeda motor PT HD Finance melakukan penc