tindak tutur direktif dan pelanggaran prinsip …/tindak... · ktp, pesantren dan rock’n roll,...

156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM SINETRON ISLAM KTP, PESANTREN DAN ROCK’N ROLL, DAN SAMPEYAN MUSLIM?: Sebuah Pendekatan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh ARIEF WAHYU NUGROHO C0207016 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: trinhlien

Post on 01-Apr-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TINDAK TUTUR DIREKTIF

DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN

DALAM SINETRON ISLAM KTP, PESANTREN DAN

ROCK’N ROLL, DAN SAMPEYAN MUSLIM?:

Sebuah Pendekatan Pragmatik

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

ARIEF WAHYU NUGROHO

C0207016

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

TINDAK TUTUR DIREKTIF

Page 3: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Arief Wahyu Nugroho

NIM : C0207016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Direktif

dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Sinetron Islam KTP, Pesantren dan

Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik adalah

betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-

hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, 25 Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

Arief Wahyu Nugroho

Page 5: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Man jadda wa jada”

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(Q.S. Al-„Alaq:1-5)

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)

kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih.”

(Q.S. Ibrahim:7)

“Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa jadi suatu saat nanti

dia akan menjadi orang yang kamu benci, dan bencilah seseorang

sewajarnya saja karena bisa jadi suatu saat nanti orang

tersebut akan menjadi kekasihmu.”

(HR. Tirmidzi)

Page 6: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada:

Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa

Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta

Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Page 7: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Tindak Tutur Direktif dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Sinetron Islam

KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan

Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin

dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku pembimbing akademis penulis selama

masa kuliah.

4. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum., selaku pembimbing yang dengan

penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis dalam

proses mengerjakan skripsi ini.

5. Miftah Nugroho, S.S., M.Hum., selaku penelaah proposal yang bersedia

memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis

terima.

7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan dalam

mendapatkan sumber data dan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi

ini.

8. Bapak ibu tercinta atas doa dan dukungan yang selalu tercurah kepada penulis,

adik-adik penulis, Siti, Tri, Riska, dan Dzulfi, serta keponakan penulis, Cinta,

yang telah memberi warna dalam proses pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-temanku, Hari Ustaz, Xsan, Savitri, Pipit, Nana, Betty, Ririn, Marina,

Diana, Esti, Hari Sul, Rahmad, Fajar, dan teman-teman Sasindo ‟07 yang lain

atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

10. Kakak-kakak tingkat Sastra Indonesia yang telah membantu penulis.

11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

ikut serta dalam melancarkan proses penulisan ini.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan dari Allah SWT. Karya tulis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang membangun. Akhir

kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 25 Mei 2012

Penulis,

Arief Wahyu Nugroho

Page 9: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………….……..…….... i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………….…..…….… ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….… iii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………….… iv

MOTTO…………………………………………………………...…… v

PERSEMBAHAN……………………………………………...….…… vi

KATA PENGANTAR…………………………………………...….…. vii

DAFTAR ISI……………………………………………………...….… ix

DAFTAR TABEL……………………………………………...…….… xiii

DAFTAR SINGKATAN………………………………………...….…. xiv

ABSTRAK……………………………………………………………... xv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….…… 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………..... 1

B. Pembatasan Masalah………………..…………….…….... 10

C. Rumusan Masalah……………………...……………….... 11

D. Tujuan Penelitian……………………………...…………. 11

E. Manfaat Penelitian………………………...……………... 12

F. Sistematika Penulisan………………………...………….. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR……….…..... 14

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………. 14

B. Landasan Teori………………………………………...… 17

Page 10: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

1. Pragmatik…………………...………...................…... 17

2. Situasi Tutur……………………………………....… 20

3. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif………...….. 21

4. Prinsip Kesantunan…………..………………….…... 28

5. Skala Kesantunan........................................................ 36

6. Implikatur……………………..…………………..… 39

7. Sinetron………………………..……………..…..….. 41

C. Kerangka Pikir……………………………………….…... 45

BAB III METODE PENELITIAN………………………………...…. 47

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan…………………...….…. 47

B. Data dan Sumber Data…………...…………………….… 48

C. Teknik Penyediaan Data………...…………………….…. 49

D. Klasifikasi Data……………...…………………………... 50

E. Metode Analisis Data……………...………………….…. 52

F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data…………….……... 53

BAB IV ANALISIS DATA…………………………………………… 55

A. Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam SIKTP, SPRR, dan

SSM…………………..……………………………….….

55

1. Tindak Tutur Menyuruh………………….…............. 55

2. Tindak Tutur Melarang……………………............... 59

3. Tindak Tutur Meminta……………………................ 62

4. Tindak Tutur Mengajak………………….…............. 66

5. Tindak Tutur Menyarankan………….….….............. 69

6. Tindak Tutur Menasihati………….…….….............. 72

Page 11: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

7. Tindak Tutur Memohon………………..…................ 75

8. Tindak Tutur Mengingatkan……….…….…............. 78

9. Tindak Tutur Mempersilakan………...…................... 81

B. Bentuk Pelanggaran prinsip Kesantunan dalam SIKTP,

SPRR, dan SSM………….……………………………….

87

1. Pelanggaran Maksim Kearifan……..…...…………... 87

2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan………….…… 94

3. Pelanggaran Maksim Pujian…………………..….…. 98

4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati………….….. 104

5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan………………….. 110

6. Pelanggaran Maksim Simpati……………………….. 115

C. Implikatur Akibat Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam

SIKTP, SPRR, dan SSM………………………….....……

122

1. Implikatur Mengkritik…………...……………...…….. 122

2. Implikatur Menghina……………………..……...…… 124

3. Implikatur Menolak………………………….....…….. 125

4. Implikatur Sindiran…………………………….......…. 127

5. Implikatur Menyombongkan Diri………….…….…… 129

6. Implikatur Tidak Suka……………………..…...…….. 130

7. Implikatur Keraguan………………………….....……. 131

8. Implikatur Kecewa………………………….......……. 133

BAB V PENUTUP……………………………………………………. 137

A. Simpulan…………………………………………………. 137

B. Saran……………………………………………………... 139

Page 12: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………. 141

LAMPIRAN

Page 13: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1

Tabel 2

Lima Fungsi Umum Tidak Tutur......................……...

Data yang Mengandung Tindak Tutur Direktif……...

24

85

Table 3 Data yang Melanggar Prinsip Kesantunan…………... 120

Tabel 4 Data yang Mengandung Implikatur Akibat

Pelanggaran Prinsip Kesantunan…………………….

134

Page 14: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

DMingtkn : Direktif Mengingatkan

DMlrng : Direktif Melarang

DMmhn : Direktif Memohon

DMmnta : Direktif Meminta

DMngjk : Direktif Mengajak

DMnsht : Direktif Menasihati

DMnyrh : Direktif Menyuruh

DMnyrnkn : Direktif Menyarankan

DMprslkn : Direktif Mempersilakan

PMKarfn : Pelanggaran Maksim Kearifan

PMKdrmwn : Pelanggaran Maksim Kedermawanan

PMKrndhnht : Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati

PMKspktn : Pelanggaran Maksim Kesepakatan

PMPjan : Pelanggaran Maksim Pujian

PMSmpt : Pelanggaran Maksim Simpati

PPK : Pelanggaran Prinsip Kesantunan

SIKTP : Sinetron Islam KTP

SPRR : Sinetron Pesantren dan Rock‟n Roll

SSM : Sinetron Sampeyan Muslim?

TTD : Tindak Tutur Direktif

Page 15: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Arief Wahyu Nugroho. C0207016. 2012. Tindak Tutur Direktif dan Pelanggaran

Prinsip Kesantunan dalam Sinetron Islam KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan

Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik. Skripsi: Jurusan Sastra

Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk TTD

dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM?, (2) Bagaimanakah bentuk

pelanggaran prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM?, dan

(3) Bagaimanakah implikatur di balik pelanggaran prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk TTD dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, (2) Mendeskripsikan bentuk pelanggaran

prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, dan (3)

Mendeskripsikan implikatur di balik pelanggaran prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Dengan demikian, metode yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pragmatik.

Sumber data yang digunakan adalah sinetron religi yaitu SIKTP dan SPRR yang

ditayangkan di SCTV dan SSM yang ditayangkan di MNCTV. Data dalam

penilitian ini adalah tuturan yang mengandung TTD dan tuturan yang melanggar

prinsip kesantunan beserta konteks yang terdapat dalam percakapan SIKTP di

SCTV tanggal 29-30 Mei 2011, yaitu episode 441-442; percakapan SPRR di

SCTV tanggal 17-18 Juli 2011, yaitu episode 179-180; dan percakapan SSM di

MNCTV tanggal 26-27 Juli 2011, yaitu episode 2-3. Teknik penyediaan data yang

digunakan adalah metode simak dan teknik-tekniknya, yaitu teknik rekam dan

teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis

kontekstual dan metode analisis heuristik.

Berdasarkan analisis dapat diambil tiga kesimpulan. Pertama, ditemukan

sembilan macam TTD dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, yaitu TTD

menyuruh, melarang, meminta, mengajak, menyarankan, menasihati, memohon,

mengingatkan, dan mempersilakan. TTD yang paling banyak ditemukan adalah

TTD menyuruh.

Sementara itu, di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak

mengandung TTD, yaitu TTD menyuruh, melarang, meminta, mengajak,

menyarankan, dan mengingtkan paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika

dibandingkan dengan TTD tersebut dalam SPRR dan SSM; TTD menasihati dan

memohon paling banyak ditemukan dalam SIKTP dan SPRR jika dibandingkan

dengan TTD tersebut dalam SSM; dan TTD mempersilakan paling banyak

ditemukan dalam SPRR dan SSM jika dibandingkan dengan TTD tersebut dalam

SIKTP. Selain itu, terdapat TTD yang tidak ditemukan dalam SIKTP yaitu TTD

mempersilakan, dan TTD memohon tidak ditemukan dalam SSM.

Kedua, ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan itu

Page 16: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

meliputi enam maksim. Secara berturut-turut mulai pelanggaran yang paling

banyak ialah pelanggaran terhadap maksim kearifan, pujian, kesepakatan, simpati,

kerendahan hati, dan kedermawanan. Pelanggaran prinsip kesantunan didominasi

oleh maksim kearifan, karena di dalam ketiga sinetron religi yang bergenre humor

tersebut di samping untuk menghibur pemirsa sebagai tontonan, juga memiliki

maksud lain, yaitu untuk memberikan nasihat atau anjuran yang baik kepada

pemirsa, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dengan harapan

agar pemirsa dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat bagi diri mereka dalam

menjalani hidup. Dengan perkataan lain, dapat dijadikan sebagai tuntunan, yaitu

dalam hal kebaikan.

Sementara itu, di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak

melanggar setiap maksim, yaitu pelanggaran maksim kearifan, pujian, kerendahan

hati, dan kesepakatan paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika dibandingkan

dengan pelanggaran maksim-maksim tersebut dalam SPRR dan SSM, sedangkan

pelanggaran maksim kedermawanan dan simpati paling banyak ditemukan dalam

SSM jika dibandingkan dengan pelanggaran maksim tersebut dalam SIKTP dan

SPRR.

Ketiga, ditemukan delapan macam implikatur akibat pelanggaran prinsip

kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, yaitu implikatur

mengkritik, menghina, menolak, sindiran, menyombongkan diri, tidak suka,

keraguan, dan kecewa. Implikatur yang paling banyak ditemukan ialah implikatur

mengkritik.

Sementara itu, di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak

mengandung setiap implikatur, yaitu implikatur mengkritik, menolak, sindiran,

tidak suka, dan kecewa paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika dibandingkan

dengan implikatur-implikatur tersebut dalam SPRR dan SSM, implikatur

menghina paling banyak ditemukan dalam SIKTP dan SPRR jika dibandingkan

dengan implikatur tersebut dalam SSM, implikatur keraguan paling banyak

ditemukan dalam SPRR jika dibandingkan dengan implikatur tersebut dalam

SIKTP dan SSM, sedangkan implikatur menyombongkan diri paling banyak

ditemukan dalam SSM jika dibandingkan dengan implikatur tersebut dalam

SIKTP dan SPRR.

Page 17: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan melalui media yang dapat menimbulkan efek tertentu (Harold

Lasswell dalam Onong Uchjana Effendy, 2003:10). Komunikasi ini merupakan

salah satu aktivitas manusia yang sangat fundamental di dalam kehidupan

bermasyarakat. Hal itu karena manusia merupakan makhluk sosial, di samping

juga sebagai makhluk individu. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa

manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi dengan manusia

yang lain. Berkenaan dengan hal itu, Keith Allan (1986) berpendapat bahwa

berkomunikasi merupakan kegiatan sosial, dan sebagaimana kegiatan sosial yang

lain, kegiatan berkomunikasi hanya akan dapat berlangsung dengan baik apabila

para peserta komunikasi terlibat aktif di dalam proses komunikasi tersebut (dalam

Kunjana Rahardi, 2005:52).

Untuk memperlancar proses komunikasi, manusia memerlukan media.

Salah satu jenis media yang dapat digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

ialah bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang

dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri, serta dalam fungsinya sebagai alat komunikasi verbal

(Harimurti Kridalaksana, 2001:21).

Selain digunakan sebagai media komunikasi atau interaksi antarmanusia,

bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, berita,

Page 18: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

amanat, dan sebagainya dari seseorang kepada orang lain. Berbagai fungsi bahasa

tersebut menunjukkan bahwa bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi

manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa manusia tidak akan pernah lepas

dari pemakaian bahasa di dalam kehidupannya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, pemakaian bahasa sangat penting dalam

rangka mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka

inginkan. Salah satu bentuk pemakaian bahasa dalam masyarakat dapat dilihat

pada pemanfaatan media massa. Melalui media massa, pesan yang akan

disampaikan akan lebih mudah dan cepat tersebar kepada masyarakat luas secara

serempak. Adapun salah satu bentuk media massa yang mampu menyebarkan

informasi atau pesan kepada masyarakat luas secara serempak adalah televisi.

Televisi sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan

perkembangan zaman, dan telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat

dunia. Siaran-siaran yang ditampilkan televisi banyak menyebabkan perubahan

dalam masyarakat. Hal itu karena televisi bersifat medium, yaitu pesan yang

disampaikan melalui televisi mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi. Oleh

karena itu, penyampaian informasi melalui media televisi relatif akan lebih mudah

dan lebih cepat tersebar kepada masyarakat jika dibandingkan dengan media

massa yang lainnya.

Selain sebagai media penyampai informasi, televisi juga berfungsi sebagai

media pendidikan dan media hiburan. Sebagai media pendidikan, televisi dapat

digunakan untuk menyiarkan acara-acara yang berisi nilai-nilai pendidikan,

misalnya acara pelajaran bahasa, matematika, elektronika, acara sandiwara,

fragmen, ceramah, film, sinetron, dan sebagainya. Sebagai media hiburan, televisi

Page 19: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dapat digunakan untuk menghibur diri, melepas lelah, menghilangkan stres,

bersantai, dan untuk mengisi waktu luang (Onong Uchjana Effendy, 1993:25-26).

Dari ketiga fungsi tersebut, fungsi yang paling mendominasi adalah fungsi

hiburan, karena sebagian besar masyarakat sangat menyukai hiburan. Oleh karena

itu, acara-acara yang ditayangkan di televisi sebagian besar berupa acara-acara

hiburan. Salah satu acara hiburan yang paling menonjol dan paling tinggi

frekuensi penayangannya di televisi adalah sinetron atau sinema elektronik.

Dalam Nielsen Top 100 Program, ditunjukkan bahwa rating teratas

program acara televisi yang paling digemari oleh pemirsa televisi ditempati oleh

sinetron. Hal itu membuktikan bahwa sinetron merupakan acara yang paling

dinikmati oleh pemirsa televisi. Beberapa faktor yang membuat sinetron banyak

digemari dan ditonton oleh pemirsa televisi, yakni karena (1) isi pesan sinetron

sesuai dengan realita sosial pemirsa, (2) isi pesannya mengandung orientasi tradisi

nilai luhur dan budaya masyarakat, dan (3) isi pesannya lebih banyak mengangkat

kehidupan masyarakat (dalam Endri Yuliastutik, 2010:32-33).

Sinetron-sinetron yang ditayangkan di televisi memiliki beberapa genre,

salah satunya yaitu sinetron religi. Sinetron religi adalah sinetron yang

mengangkat permasalahan tentang agama di dalam lakonnya (http://joksur.word

press.com/2010/05/28/komodifikasi-agama-dibalik-sinetron-religi). Permasalahan

agama yang diangkat dalam sinetron religi berasal dari agama-agama yang ada di

dunia. Namun, sebagian besar permasalahan agama yang diangkat dalam sinetron

religi berasal dari agama Islam. Hal itu membuat sinetron religi sering

diimplikasikan dengan sinetron yang bernuansa Islam. Contoh-contoh sinetron

religi bernuansa Islam yang ditayangkan di televisi, antara lain sinetron Islam

Page 20: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

KTP (SCTV), Pesantren dan Rock’n Roll (SCTV), Para Pencari Tuhan (SCTV),

Sampeyan Muslim? (MNC TV), Kun Fayakun (MNC TV), Ranum (Indosiar),

Khalifah dan Khadijah (Indosiar), Dikejar Surga (RCTI), dan lain-lain. Namun,

dalam hal ini penulis hanya akan mengambil tiga sinetron, yaitu sinetron Islam

KTP, Pesantren dan Rock'n Roll, dan Sampeyan Muslim?. Ketiga sinetron

tersebut termasuk dalam sinetron bergenre komedi religi yang bergaya satire.

Sebagai sinetron bergenre komedi, ceritanya kebanyakan mengisahkan tentang

realitas kehidupan manusia sehari-hari yang disajikan dalam bentuk humor.

Khusus untuk sinetron Pesantren dan Rock’n Roll (untuk selanjutnya disingkat

SPRR) cerita yang diangkat mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari para

santri dan ustaz di sebuah pondok pesantren (Pondok Pesantren Darussalam).

Meskipun demikian, SPRR tidak disajikan dalam bentuk kaku, melainkan

disajikan dalam bentuk yang luwes dan humor. Adapun humor dalam ketiga

sinetron tersebut tidak hanya sembarang humor, melainkan humor yang sangat

memerhatikan etika serta tuntunan ajaran agama Islam.

Dalam menggarap sinetron Islam KTP (untuk selanjutnya disingkat SIKTP),

SPRR, dan sinetron Sampeyan Muslim? (untuk selanjutnya disingkat SSM) sangat

diperlukan ketelitian, kehati-hatian, dan kecerdasan yang cukup tinggi sehingga

gaya penceritaannya menggunakan gaya satire. Gaya satire adalah gaya bahasa

yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu

keadaan atau seseorang (KBBI Offline 1.3). Oleh karena itu, cerita dalam ketiga

sinetron tersebut berisi tentang sindiran dan kritikan langsung terhadap kondisi

masyarakat yang kebanyakan mengaku Islam tetapi mereka tidak menjalankan

syariat sesuai dengan hukum Islam. Dengan demikian, melalui SIKTP, SPRR, dan

Page 21: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

SSM diharapkan dapat menyentuh orang yang menonton, tanpa orang tersebut

merasa tersinggung serta dapat memberikan pelajaran kepada masyarakat,

khususnya yang beragama Islam, tanpa terlihat berdakwah.

Hal yang menarik yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan SIKTP,

SPRR, dan SSM sebagai objek penelitian yaitu karena pada waktu itu banyak

stasiun televisi yang menayangkan sinetron yang bergenre religi, khususnya yang

bernuansa Islam, seperti pada stasiun televisi SCTV, RCTI, Indosiar, dan MNC

TV. Alasan lain ialah ketiga sinetron religi tersebut memiliki karakteristik

tersendiri yang membedakan dengan sinetron-sinetron religi yang lainnya, yaitu

ketiganya dikemas dalam bentuk humor. Dengan dikemas dalam bentuk humor,

maka diharapkan masyarakat akan tertarik sehingga mau menonton ketiga

sinetron religi tersebut sebagai sarana hiburan yang ringan, yang penuh makna

akan nilai-nilai dakwah Islam yang mulia. Di samping itu, pengemasan dalam

bentuk humor juga dimaksudkan agar pesan-pesan dakwah Islam yang ingin

disampaikan oleh ketiga sinetron religi tersebut akan terasa lebih ringan dan lebih

mudah masuk ke dalam hati setiap pemirsanya, jika dibandingkan dengan cara

dakwah Islam yang disampaikan secara monoton, seperti ceramah.

Cerita dalam SIKTP, SPRR, dan SSM juga mengandung nilai-nilai

pendidikan bagi masyarakat yang menyaksikannya, khususnya bagi mereka yang

beragama Islam. Ketiga sinetron tersebut mendidik pemirsa agar selalu ingat dan

selalu belajar mengenai Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat

bagi seluruh alam) tanpa menghina ajaran agama lain; menawarkan metode

dakwah secara tidak langsung kepada masyarakat yang beragama Islam yaitu

melalui hiburan yang sekaligus mendidik agar lebih cerdas, segar, dan selalu

Page 22: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kreatif; serta dapat mengingatkan pemirsa bahwa Islam itu indah, damai, penuh

kasih, dan sayang kepada sesama serta lingkungan. Akan tetapi, pemahaman akan

nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam ketiga sinetron tersebut juga kembali

kepada pribadi masing-masing pemirsa yang menyaksikan ketiga sinetron

tersebut.

Hal yang menarik dari segi kebahasaan yaitu tuturan atau percakapan yang

dilakukan oleh para tokoh dalam SIKTP, SPRR, dan SSM memiliki ciri khas

tersendiri jika dibandingkan dengan sinetron-sinetron religi yang lain. Ciri khas

kebahasaan yang dimiliki ialah para tokoh dalam SIKTP dan SSM ketika

berkomunikasi dengan tokoh lain banyak menggunakan ragam bahasa Betawi.

Dipakainya ragam bahasa Betawi karena dipengaruhi oleh setting yang digunakan

dalam kedua sinetron tersebut, yaitu berada di daerah Jakarta. Hal tersebut

mengimplikasikan bahwa kedua sinetron tersebut menggambarkan kehidupan

masyarakat Betawi. Orang-orang Betawi sangat terkenal dengan wataknya yang

sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan

masyarakat Betawi merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam

keseharian mereka, seperti terlihat pada komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran

masyarakat Betawi ini terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa

adanya, hampir jarang ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud

pembicaraan. Jika mereka mengatakan hitam, maka akan dikatakan hitam, putih

akan dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi. Keterbukaan

dan kejujuran masyarakat Betawi dapat melahirkan sikap orang Betawi yang

humoris. Hal itu mungkin terjadi untuk menghindari pertengkaran karena sikap

terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai hati orang lain. Dengan

Page 23: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

humor, setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan seseorang yang buruk

hanya akan ditanggapi sebagai sendau gurau atau bercanda oleh orang itu,

walaupun maksudnya untuk menyindir perbuatan orang itu. Beberapa contoh

ragam bahasa Betawi yang digunakan, misalnya kata lo (kamu), gue (saya), kite

(kita), ane (saya), die (dia), ente (kamu), dan sebagainya.

Sementara itu, di dalam SPRR lebih banyak menggunakan ragam bahasa

Jawa. Hal itu juga dipengaruhi oleh setting yang digunakan dalam sinetron

tersebut, yaitu pondok pesantren yang berada di daerah Yogyakarta. Kota

Yogyakarta sendiri merupakan salah satu tempat pusat kebudayaan Jawa. Ragam

bahasa Jawa yang digunakan dalam SPRR cenderung menggunakan ragam bahasa

Jawa yang kasar atau Jawa ngoko. Dalam masyarakat Jawa, bahasa Jawa ngoko

merupakan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa untuk

berkomunikasi, khususnya bagi mereka yang berasal dari rakyat biasa, bukan dari

keraton. Ragam bahasa Jawa ngoko sendiri termasuk ke dalam tingkatan ragam

bahasa Jawa yang dipandang sebagai ragam bahasa Jawa yang kurang sopan atau

santun. Adapun beberapa contoh ragam bahasa Jawa ngoko yang digunakan,

misalnya kata sampeyan (kamu), ora (tidak), wis (sudah), iki (ini), ngono (begitu),

wong (orang), kaya (seperti), dan sebagainya.

Selain ragam bahasa Jawa ngoko, dalam percakapan SPRR juga ditemukan

ragam bahasa Betawi. Hal itu terjadi karena ada santri baru yang berasal dari

Jakarta yang masuk ke pondok pesantren tersebut, yaitu Wahyu Subuh. Wahyu

adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga berada di Jakarta yang terbiasa

hidup dalam kemewahan. Ayahnya seorang pejabat negara yang sibuk dan Ibunya

berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang hidup dalam kesibukan sebagai seorang

Page 24: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

istri pejabat. Hal itu praktis membuat ayah dan ibunya Wahyu tidak mempunyai

waktu yang cukup untuk mengurus Wahyu dan adiknya. Dengan kehidupan

keluarga yang seperti itu, Wahyu tumbuh menjadi anak liar, manja, dan susah

diatur karena hidup dalam kebebasan. Wahyu juga memiliki aktivitas menyanyi

bersama grup band yang notabenenya tidak jelas. Karena sangat marah dengan

tingkah laku Wahyu, ayah Wahyu menyuruh Wahyu untuk masuk ke pondok

pesantren di Yogyakarta. Dengan terpaksa, Wahyu menuruti perintah ayahnya.

Masuknya Wahyu ke pondok pesantren tersebut telah memberi warna yang

berbeda di lingkungan pondok pesantren, salah satunya yaitu bertambahnya ragam

bahasa Betawi yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan pondok

pesantren.

Dengan digunakannya ragam bahasa Betawi dalam percakapan SIKTP,

SSM, dan SPRR, serta ragam bahasa Jawa ngoko dalam percakapan SPRR seperti

disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percakapan dalam ketiga

sinetron religi tersebut banyak yang melanggar prinsip kesantunan. Prinsip

kesantunan adalah prinsip percakapan yang mewajibkan setiap penutur untuk

berlaku santun di dalam komunikasi dengan orang lain. Para tokoh melakukan

pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dengan maksud untuk menciptakan

kelucuan atau humor, dan juga karena ketiga sinetron religi tersebut merupakan

sinetron religi yang bernuansa humor.

Sementara, alasan khusus penulis tertarik memilih sinetron religi SIKTP,

SPRR, dan SSM untuk diteliti dari segi tindak tutur direktif (untuk selanjutnya

disingkat TTD) karena di dalam ketiga sinetron religi tersebut banyak ditemukan

tuturan para tokoh yang mengandung TTD. TTD adalah tindak tutur yang

Page 25: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dilakukan oleh penutur dengan tujuan untuk menghasilkan efek berupa tindakan

yang dilakukan oleh petutur (Searle dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:164).

Sebab banyak ditemukannya tuturan yang mengandung TTD karena tujuan ketiga

sinetron tersebut ialah untuk memberikan nasihat atau anjuran yang baik kepada

pemirsa dengan harapan agar pemirsa dapat mengambil manfaat dari ketiga

sinetron tersebut, di samping juga ketiga sinetron tersebut dimaksudkan untuk

menghibur pemirsa. Adapun contoh penerapan tuturan yang mengandung TTD,

misalnya ketika ada tokoh yang melakukan perbuatan yang tidak baik atau

berbuat salah, maka akan muncul tokoh ustaz yang memberikan nasihat atau

anjuran yang baik kepada tokoh yang berbuat tidak baik itu agar tokoh tersebut

tidak mengulangi perbuatan yang sama.

Kajian tentang pelanggaran prinsip kesantunan dan TTD yang banyak

ditemukan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM merupakan bagian dari

pembahasan dalam bidang ilmu pragmatik.

SIKTP, SPRR, dan SSM menarik untuk dikaji dari segi kebahasaan atau

linguistik terutama bidang pragmatik, karena tuturan-tuturan yang terdapat dalam

ketiga sinetron religi tersebut mengandung berbagai macam maksud dari penutur,

baik yang tersirat maupun tersurat. Semua itu dapat dikaji dengan menggunakan

ilmu pragmatik. Dengan ilmu pragmatik, fenomena-fenomena kebahasaan yang

terjadi di dalam suatu percakapan dapat dijelaskan melalui tuturan-tuturan yang

disampaikan oleh penutur maupun mitra tutur. Selain itu, tuturan yang dituturkan

oleh para tokoh dalam SIKTP, SPRR, dan SSM memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan unsur-unsur eksternal di luar bahasa, yang hal itu merupakan ciri khas

dari ilmu pragmatik. Leech menyatakan bahwa ilmu pragmatik adalah studi yang

Page 26: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mengkaji tentang makna yang dihubungkan dengan situasi-situasi tutur (dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:8). Unsur-unsur eksternal di luar bahasa dalam

ilmu pragmatik lazim disebut sebagai konteks. Konteks ini berfungsi sebagai

dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan maksud tuturan dalam rangka

penggunaan bahasa di dalam suatu peristiwa komunikasi. Oleh karena itu,

percakapan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM sangat tepat jika dianalisis dengan

menggunakan pendekatan ilmu pragmatik.

Alasan terakhir penulis tertarik meneliti SIKTP, SPRR, dan SSM adalah

karena penelitian mengenai tuturan yang mengandung TTD dan tuturan yang

melanggar prinsip kesantunan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM belum pernah

dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penulis dapat mengetahui hal itu setelah

melakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para

peneliti terdahulu.

Berdasarkan pada beberapa pertimbangan tersebut, maka penulis tertarik

untuk meneliti dan mengkaji ketiga sinetron religi tersebut secara lebih mendalam

mengenai TTD dan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan serta implikatur

percakapan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini penulis

beri judul ”Tindak Tutur Direktif dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam

Sinetron Islam KTP, Pesantren dan Rock'n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah

Pendekatan Pragmatik”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian ini lebih terarah dan

mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Adapun ruang

Page 27: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

lingkup penelitian ini penulis batasi pada percakapan dalam SIKTP di SCTV

tanggal 29-30 Mei 2011, yaitu episode 441-442; percakapan dalam SPRR di

SCTV tanggal 17-18 Juli 2011, yaitu episode 179-180; dan percakapan dalam

SSM di MNC TV tanggal 26-27 Juli 2011, yaitu episode 2-3. Penulis memilih

masalah tersebut dengan pendekatan ilmu pragmatik. Aspek pragmatik yang

penulis bahas dalam penelitian ini terbatas pada TTD dan pelanggaran prinsip

kesantunan serta implikatur yang terkandung di dalamnya yang terdapat di dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk TTD dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM?

2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam percakapan

SIKTP, SPRR, dan SSM?

3. Bagaimanakah implikatur di balik pelanggaran prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk TTD dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM.

2. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam percakapan

SIKTP, SPRR, dan SSM.

Page 28: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

3. Mendeskripsikan implikatur di balik pelanggaran prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM.

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan haruslah memberikan manfaat, baik

manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan penulis dalam penelitian ini yaitu

penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai

model analisis pragmatik terutama pada bentuk TTD, pelanggaran prinsip

kesantunan, dan implikatur di balik pelanggaran prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam hal pemahaman

wacana percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, terutama dalam hal memahami

TTD, pelanggaran prinsip kesantunan, dan implikatur di balik pelanggaran

prinsip kesantunan dalam ketiga sinetron religi tersebut. Di samping itu,

penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.

Page 29: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah

dalam suatu penelitian, yaitu agar cara kerja penelitian lebih terarah, runtut, dan

jelas. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami

hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas

lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut.

Bab pertama pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab kedua kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ini terdiri atas tinjauan

pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Tinjauan pustaka merupakan tinjauan

dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis dan relevan dengan penelitian

ini, sedangkan landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk

mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. Sementara itu, kerangka

pikir berisi gambaran secara jelas kerangka yang digunakan penulis untuk

mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti.

Bab ketiga metode penelitian. Bab ini akan memberikan gambaran proses

penelitian yang terdiri atas jenis penelitian dan pendekatan, populasi dan sampel,

data dan sumber data, teknik penyediaan data, klasifikasi data, metode analisis

data, dan teknik penyajian hasil analisis.

Bab keempat analisis data. Bab ini merupakan inti dari penelitian yang

berisikan analisis data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Bab kelima penutup. Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran.

Page 30: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Sejauh penelusuran yang telah penulis lakukan mengenai penelitian yang

sejenis dengan penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang

relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Skripsi Umi Khalifah (2006) yang berjudul “Implikatur Percakapan dalam

Sinetron Komedi Bajaj Bajuri Edisi Salon Oneng: Sebuah Kajian Pragmatik”.

Hasil deskripsi dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: (1) menguraikan

tindak tutur yang mengandung implikatur yang disebabkan oleh adanya

pelanggaran dan pemenuhan prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan prinsip

ironi. Dari uraiannya itu diperoleh lima belas macam tindak tutur yang

mengandung implikatur, yaitu tindak tutur yang menyatakan fakta, kesedihan,

penolakan, kritikan, pemberian saran, pemberitahuan, perintah, ajakan,

pertanyaan, dugaan, keluhan, keraguan, ejekan, sindiran, dan simpulan; (2) adanya

tindak tutur yang berimplikatur itu disebabkan agar tidak menyinggung perasaan

orang lain, penutur merasa malu untuk mengemukakan secara langsung untuk

mengutarakan isi hati nuraninya, penutur ingin meyakinkan mitra tutur tentang

apa yang dikatakan oleh penutur, penutur merasa tidak percaya dengan apa yang

dikatakan oleh mitra tutur, untuk menyembunyikan ketidaktahuan, mengelak,

menghibur kesedihan, memperingatkan kepada mitra tutur, dan untuk

memindahkan perhatian; dan (3) menguraikan jenis tindak tutur bermuatan

implikatur berdasarkan daya ilokusinya. Dalam hal ini ditemukan enam belas

Page 31: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

fungsi tindak tutur yaitu tindak tutur yang mengemukakan pendapat, membual,

mengusulkan, menyatakan, melaporkan, memberi nasihat, memerintah, memohon,

memesan, menuntut, menawarkan, menjanjikan, mengkritik, memuji, mengeluh,

dan mengecam.

Penelitian relevan selanjutnya yaitu skripsi Tanjung Tyas Ning Putri (2010)

yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Film Warkop DKI Maju

Kena Mundur Kena: Sebuah Tinjauan Pragmatik”. Hasil deskripsi dari penelitian

tersebut adalah sebagai berikut: (1) ditemukan pelanggaran prinsip kesantunan

dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena, yaitu meliputi lima maksim

dari tujuh maksim kesantunan, yaitu pelanggaran terhadap maksim kearifan,

kedermawanan, pujian, kesepakatan, dan simpati. Pelanggaran prinsip kesantunan

paling banyak ditemukan pada pelanggaran maksim pujian; dan (2) tuturan dalam

film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena mengandung beberapa macam

implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan untuk

mempermainkan seseorang, mencari perhatian, mengambil keuntungan,

menyatakan pilihan, mengejek, menyatakan ketidaksukaan, menyindir, memaksa,

mengeluh, dan menolak permintaan. Implikatur yang paling banyak ditemukan

dalam pelanggaran prinsip kesantunan adalah implikatur mengejek.

Skripsi yang ditulis oleh Dwi Ariyani (2010) dengan judul “Pelanggaran

Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di TRANS 7:

Sebuah Kajian Pragmatik”. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

(1) ditemukannya pelanggaran prinsip kesantunan pada banyak data dan meliputi

tujuh maksim. Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim pujian,

kemudian diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan,

Page 32: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kerendahan hati, dan kedermawanan; (2) terdapat sedikit data yang mengandung

penerapan prinsip ironi. Hal itu mungkin karena para pemain Opera Van Java

akan merasa lebih puas jika menghina atau mengancam orang lain secara terang-

terangan; dan (3) ditemukan sembilan macam implikatur percakapan dalam acara

Opera Van Java, yaitu implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka

dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak

sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu. Implikatur yang paling mendominasi

dalam acara tersebut adalah implikatur menghina.

Berdasarkan beberapa penelitian pragmatik tersebut, maka dapat diketahui

bahwa penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian pragmatik

sebelumnya yang juga meneliti masalah TTD, pelanggaran prinsip kesantunan,

dan implikatur. Meskipun demikian, ada perbedaan antara penelitian ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada sumber data

penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data penelitian berupa percakapan dalam

SIKTP, SPRR, dan SSM. Percakapan dalam ketiga sinetron tersebut belum pernah

diteliti oleh para peneliti terdahulu. Di samping itu, para peneliti terdahulu hanya

menggunakan satu sumber data dalam penelitiannya, sedangkan dalam penelitian

ini penulis menggunakan tiga sumber data yang berbeda, tetapi masih dalam satu

genre sinetron religi, yaitu SIKTP, SPRR, dan SSM. Karena penulis

menggunakan tiga sumber data, maka dalam penelitian ini penulis tidak hanya

mendeskripsikan hasil analisisnya saja, melainkan penulis juga mendeskripsikan

perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing sinetron religi tersebut. Dengan

demikian, penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan.

Page 33: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

B. Landasan Teori

Landasan teori sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, yaitu sebagai

dasar untuk menganalisis data penelitian.

1. Pragmatik

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang tergolong

masih baru jika dilihat dari perkembangannya. Pada awalnya pragmatik lebih

diperlakukan sebagai tempat penyimpanan data yang bandel (keranjang

sampah), yang tidak terjelaskan, dan yang boleh dilupakan dengan mudah.

Akan tetapi, sekarang banyak ahli bahasa yang mulai memberi perhatian secara

intens terhadap pragmatik sehingga membuat pragmatik mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan pragmatik itu ditandai oleh

semakin banyaknya teori-teori baru tentang pragmatik yang dikemukakan oleh

para ahli, seperti J. L. Austin, J. R. Searle, dan H. P. Grice. Austin dan Searle

mengemukakan teori-teori tentang tindak tutur (speech act), sedangkan Grice

mengemukakan tentang prinsip kerja sama (cooperative principles) dan

implikatur percakapan (conversational implicature). Berkenaan dengan

perkembangan pragmatik yang sangat pesat itu, Leech menyatakan bahwa hal

itu disebabkan oleh semakin tingginya tingkat kesadaran para ahli bahasa

terhadap pemahaman pragmatik, yaitu mengenai bagaimana bahasa digunakan

dalam komunikasi (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:1).

Istilah pragmatik sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf

yang bernama Charles Morris (1938). Morris memiliki perhatian yang besar

terhadap ilmu yang mempelajari tentang sistem tanda (semiotik). Menurutnya,

pragmatik adalah cabang semiotik yang mempelajari relasi tanda dan

Page 34: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

penafsirannya (dalam Wijana, 1996:5). Morris membagi semiotik menjadi tiga

konsep dasar, yaitu sintaksis „studi relasi formal tanda-tanda‟, semantik „studi

relasi tanda-tanda dengan objeknya‟, dan pragmatik „studi relasi tanda-tanda

dengan penafsirnya (interpreter)‟ (dalam Kunjana Rahardi, 2005:47).

Dalam bukunya yang berjudul Principles of Pragmatics, Leech

mengemukakan pandangannya tentang pragmatik. Menurutnya, pragmatik

adalah bidang linguistik yang mengkaji makna dalam hubungannya dengan

situasi-situasi tutur (speech situations) (dalam terjemahan M.D.D. Oka,

1993:8). Pengertian tersebut memiliki arti bahwa makna dalam pragmatik

adalah makna eksternal, makna yang terkait konteks, atau makna sebagai suatu

hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic), yaitu makna yang dapat

dirumuskan dengan kalimat Apakah yang kamu maksud dengan berkata X itu?.

Sementara itu, Asim Gunarwan (dalam Bambang Kaswanti Purwa, 1994:83)

merumuskan pragmatik sebagai bidang linguistik yang mengkaji maksud

tuturan.

Parker juga turut serta mengemukakan definisi pragmatik. Menurutnya,

pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal. Artinya, bahwa sebagaimana satuan lingual tertentu digunakan

dalam komunikasi yang sebenarnya. Parker juga membedakan pragmatik

dengan studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai studi seluk-beluk bahasa

secara internal yang tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi

pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks (dalam Kunjana Rahardi,

2005:48).

Page 35: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Di lain pihak, Levinson memberikan beberapa batasan pragmatik, yaitu

(a) pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dengan konteks yang

mendasari penjelasan pengertian bahasa, dan (b) pragmatik mengkaji tentang

kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan

konteks yang sesuai dengan kalimat-kalimat tersebut. Jika diperhatikan secara

saksama, batasan kedua tersebut tidak jauh berbeda dengan batasan yang

pertama (dalam Wijana, 2004:4).

Dalam bukunya Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics,

Jenny Thomas juga memberikan batasan pragmatik. Menurutnya, pragmatics

as meaning in interaction (pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna

dalam interaksi) (1996:22). Pengertian tersebut mengandaikan bahwa

pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara

penutur dan mitra tutur serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik)

dan makna potensial yang mungkin dari sebuah tuturan.

Ahli lain yang mengemukakan tentang pragmatik adalah George Yule.

Menurutnya, pragmatics is concerned with the study of meaning as

communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or

reader) (pragmatik terkait dengan studi tentang makna yang disampaikan oleh

penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh mitra tutur (atau pembaca)). Selain

itu, dia juga membatasi pragmatik sebagai berikut. Pertama, pragmatics is the

study of speaker meaning (studi tentang maksud penutur). Kedua, pragmatics

is the study of contextual meaning (studi tentang makna konteks). Ketiga,

pragmatics is the study of how more gets communicated than is said (studi

tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang

Page 36: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dituturkan). Keempat, pragmatics is the study of the expression of relative

distance (studi tentang ungkapan dari jarak hubungan) (Yule, 1996:3).

2. Situasi Tutur

Situasi tutur merupakan situasi atau kondisi yang melahirkan tuturan.

Leech (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:19-21) mengemukakan lima

macam komponen situasi tutur, yaitu sebagai berikut.

a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa)

Orang yang menyapa disebut penutur, dan orang yang disapa disebut

petutur. Petutur selalu menjadi sasaran tuturan dari penutur.

b. Konteks sebuah tuturan

Konteks ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan petutur, dan yang membantu petutur menafsirkan

makna tuturan.

c. Tujuan sebuah tuturan

Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena istilah tersebut

tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang

sadar sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan

yang berorientasi tujuan. Berkenaan dengan hal itu, Wijana menyatakan

bahwa di dalam pragmatik, bertutur merupakan aktivitas yang berorientasi

pada tujuan (goal oriented activities) (1996:11).

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Tata bahasa berurusan dengan maujud-maujud statis yang abstrak,

seperti kalimat, sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau

performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu

Page 37: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tertentu. Dengan demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan

yang lebih konkret daripada tata bahasa. Kunjana Rahardi memperkuat

pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa di dalam pragmatik

terdapat kejelasan mengenai keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana

tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi

tuturnya secara keseluruhan (2005:51-52).

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Sebuah tuturan dapat menjadi suatu contoh kalimat (sentence-

instance) atau tanda kalimat (sentence-stoken), tetapi bukanlah sebuah

kalimat. Artinya, tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya

dapat dikaji di dalam pragmatik. Dengan perkataan lain, pragmatik dapat

digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan.

3. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

a. Tindak Tutur

Teori tindak tutur (speech act) berawal dari ceramah yang

disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, J. L. Austin, pada tahun

1955 di Universitas Harvard. Ceramah Austin tersebut kemudian

diterbitkan ke dalam bentuk buku pada tahun 1962 dengan judul How to

Do Things with Word. Di dalam buku itu, Austin menyatakan bahwa pada

dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan

sesuatu (dalam Nadar, 2009:11).

Tindak tutur ini merupakan satuan analisis dalam pragmatik.

George Yule mendefinisikan tindak tutur sebagai actions performed via

Page 38: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

utterances, yaitu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan

(1996:47).

Berbeda dengan ahli-ahli tersebut, Searle mendefinisikan tindak

tutur sebagai unit dasar dari komunikasi, dari belajar bahasa, makna dan

komunikasi, dan kenyataan kaidah tindak tutur yang dianggap menjadi

bagian dari kemampuan berbahasa (dalam Abdul Syukur Ibrahim,

2007:70). Selain itu, Searle (1969) di dalam bukunya Speech Acts: An

Essay in The Philosophy of Language juga membagi tindak tutur menjadi

tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusi (locutionary act),

tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary

act). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (the act

of saying something). Tindak ini biasanya dipandang kurang penting di

dalam kajian tindak tutur. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang

berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan

dipergunakan untuk melakukan sesuatu (the act of doing something).

Tindak ini dipandang sebagai tindak terpenting atau bagian sentral di

dalam kajian dan pemahaman tindak tutur. Tindak perlokusi adalah tindak

tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra

tuturnya (the act of affecting someone) (dalam Muhammad Rohmadi,

2004:30-32).

Berkaitan dengan tindak ilokusi, Searle membagi tindak tersebut ke

dalam lima macam tindak tutur (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka,

1993:164-165), yaitu sebagai berikut.

1) Representatif atau asertif

Page 39: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan. Jenis ilokusi ini, misalnya ilokusi menyatakan,

mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat,

melaporkan.

2) Direktif

Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan

yang dilakukan oleh petutur. Jenis ilokusi ini, misalnya ilokusi

memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

3) Komisif

Pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu

tindakan di masa depan. Jenis ilokusi ini tidak mengacu pada

kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan petutur, karena

cenderung berfungsi menyenangkan petutur. Jenis ilokusi ini,

misalnya ilokusi menjajikan, menawarkan, berkaul.

4) Ekspresif

Ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan

sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi.

Jenis ilokusi ini, misalnya ilokusi mengucapkan terima kasih,

mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji,

mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.

5) Deklarasi

Apabila pelaksanaan ilokusi ini berhasil, maka akan

mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas

atau kenyataan. Jenis ilokusi ini, misalnya ilokusi mengundurkan diri,

Page 40: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman,

mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya

terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1

Lima Fungsi Umum Tindak Tutur

Speech act type

(Tipe tindak tutur)

Direction of fit

(Arah penyesuaian)

S = speaker

(penutur)

X = situation

(situasi)

Declarations

(Deklarasi)

Representatives

(Representatif)

Expressives

(Ekspresif)

Directives

(Direktif)

Commissives

(Komisif)

Word change the world

(kata mengubah dunia)

Make words fit the world

(kata disesuaikan dengan

dunia)

Make words fit the world

(kata disesuaikan dengan

dunia)

Make the world fit words

(dunia disesuaikan dengan

kata)

Make the world fit words

(dunia disesuaikan dengan

kata)

S causes X

(S menyebabkan X)

S believes X

(S meyakini X)

S feels X

(S merasakan X)

S wants X

(S menginginkan X)

S intends X

(S memaksudkan X)

Sumber: Yule, 1996:55

b. Tindak Tutur Direktif

Di depan telah disebutkan bahwa TTD menurut Searle adalah

tindak tutur yang dilakukan penutur dengan tujuan untuk menghasilkan

suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur. Tuturan-tuturan

memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat merupakan

tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis TTD (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:164).

Selain Searle, ada ahli lain yang juga memberikan definisi terhadap

TTD yaitu Geoffrey Leech. Leech mendefinisikan TTD sebagai bentuk

Page 41: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh

agar mitra tutur melakukan suatu tindakan. Adapun verba yang menandai

tindak tutur ini, misalnya memohon, meminta, memberi perintah,

menuntut, melarang (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:327).

Di lain pihak, Yule (1996:54) memberikan penjelasan TTD sebagai

speech acts that speakers use to get someone else to do something (tindak

tutur yang dipakai penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu).

Tindak tutur ini meliputi, perintah, pemesanan, permohonan, pemberian

saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif maupun negatif.

Dari beberapa definisi TTD tersebut, pembahasan tindak tutur

ilokusi direktif dalam penelitian ini lebih mengacu pada kategori yang

dikemukakan oleh Searle. Dari kelima jenis tindak tutur ilokusi Searle,

tindak ilokusi direktif Searle adalah fokus yang dipilih pada penelitian ini.

Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam

SIKTP, SPRR, dan SSM terdapat banyak tuturan yang berfungsi sebagai

TTD berdasarkan pada teori Searle.

Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

Selain klasifikasi tindak tutur yang telah dikemukakan oleh Searle

tersebut, tindak tutur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik

penyampaian dan interaksi makna. Berdasarkan pada teknik penyampaian,

tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak

tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat

diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

Page 42: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat

perintah (imperatif). Secara konvensional, kalimat berita digunakan untuk

memberitakan sesuatu atau informasi, kalimat tanya untuk menanyakan

sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan,

atau permohonan (Wijana, 1996:30). Jika suatu tuturan dituturkan sesuai

dengan modus kalimatnya, yaitu kalimat berita untuk memberitakan, kalimat

perintah untuk menyuruh, mengajak, meminta, ataupun memohon, kalimat

tanya untuk menanyakan sesuatu maka akan terbentuk tindak tutur langsung

(direct speech act). Sebaliknya, jika suatu tuturan dituturkan berbeda dengan

modus kalimatnya maka akan terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect

speech act). Maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam tergantung

pada konteksnya. Tindak tutur tidak langsung ini memiliki kedudukan yang

sangat penting di dalam kajian tindak tutur, karena sebagian besar tuturan

disampaikan secara tidak langsung (Searle dalam Nadar, 2009:18-19).

Di lain pihak, tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur

yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan

tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang

maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang

menyusunnya (Wijana, 1996:32).

Apabila tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan dengan

tindak tutur literal dan tidak literal, maka akan terdapat jenis tindak tutur

sebagai berikut.

Page 43: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Tindak tutur langsung literal

Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak

tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan

maksud pengutaraannya. Maksud memerintah diutarakan dengan kalimat

perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu

dengan kalimat tanya, dan sebagainya (Wijana, 1996:33).

2) Tindak tutur langsung tidak literal

Tidak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)

adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai

dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki

makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah

diutarakan dengan kalimat perintah, maksud menginformasikan dengan

kalimat berita. Namun, perlu diketahui bahwa kalimat tanya tidak dapat

digunakan untuk mengutarakan tindak tutur langsung tidak literal ini

(Wijana, 1996:35).

3) Tindak tutur tidak langsung literal

Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah

tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai

dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang

menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Maksud

memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya (Wijana,

1996:34).

4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal

Page 44: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech

act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna

kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan.

4. Prinsip Kesantunan

Prinsip kesantunan (politeness principle) adalah prinsip percakapan yang

mewajibkan setiap penutur berlaku santun dalam komunikasi dengan orang

lain. Prinsip ini bermula dari strategi komunikasi yang sengaja melanggar

prinsip kerja sama Grice (1975). Dalam prinsip kerja sama, Grice mengajarkan

penutur untuk berbicara secara benar. Pernyataan tersebut berbeda dengan

prinsip kesantunan Leech yang tujuannya adalah berbicara secara baik. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip kesantunan Leech sengaja melanggar

prinsip kerja sama Grice. Dalam prinsip kesantunan Leech, berbicara secara

baik dikaitkan dengan strategi biaya-maslahat (cost-benefit strategies), yaitu

kerugian lebih dibebankan kepada penutur dan keuntungan diberikan kepada

mitra tutur (Jumanto dalam Dwi Purnanto, Kundharu Saddhono, dan Harun

Joko Prayitno, 2009:88).

Di samping itu, ada alasan lain mengapa para peserta komunikasi tidak

mematuhi prinsip kerja sama Grice, yaitu karena di dalam berkomunikasi para

peserta pertuturan tidak hanya selalu menyampaikan pesan atau informasi saja

melainkan juga untuk menjaga dan memelihara hubungan sosial di antara

peserta pertuturan (Asim Gunarwan dalam Bambang Kaswanti Purwo,

1992:184). Berkenaan dengan hal itu, Holmes mengemukakan bahwa

komunikasi itu mencakup dua fungsi, yaitu fungsi referensial (fungsi

informatif) yang tujuannya untuk menyampaikan informasi atau pesan, dan

Page 45: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

fungsi afektif (fungsi sosial) yang tujuannya untuk memelihara hubungan

sosial (Asim Gunarwan dalam Yassir Nasanius, 2007:87-88).

Berbeda dengan prinsip kerja sama yang hanya dicetuskan oleh Grice

(1975), konsep kesantunan dikemukakan oleh banyak ahli, antara lain Lakoff

(1972), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), dan Leech (1983). Lakoff

berpendapat bahwa ada tiga kaidah yang harus ditaati agar tuturan itu santun,

yaitu formalitas, ketidaktegasan, dan persamaan atau kesekawanan. Kaidah

formalitas maksudnya jangan memaksa atau jangan angkuh. Kaidah

ketidaktegasan maksudnya buatlah sedemikian rupa sehingga mitra tutur dapat

menentukan pilihan. Kaidah persamaan atau kesekawanan maksudnya penutur

hendaklah membuat mitra tutur merasa senang (dalam Asim Gunarwan,

1994:87-88).

Berbeda dengan Lakoff yang mendasarkan konsep kesantunannya atas

dasar kaidah, Fraser lebih mendasarkan konsep kesantunannya atas dasar

strategi. Akan tetapi, Fraser tidak merinci bentuk dan strategi kesantunannya.

Meskipun demikian, dia membedakan kesantunan dari penghormatan.

Menurutnya, kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran, dan

menurut pendengar, si penutur tidak melampaui hak-haknya atau tidak

mengingkari memenuhi kewajibannya. Di antara hak-hak penutur di dalam

sebuah percakapan atau interaksi adalah hak untuk bertanya. Sementara itu, di

antara kewajiban-kewajiban pendengar atau lawan bicara adalah kewajiban

menjawab. Di samping itu, terdapat hak dan kewajiban penutur-pendengar

yaitu menyangkut apa yang boleh diujarkan serta cara bagaimana

mengujarkannya. Dari sini dapat diketahui bahwa pembedaan kesantunan dari

Page 46: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

penghormatan seperti yang dibuat oleh Fraser sebenarnya terlalu dicari-cari,

karena kewajiban seorang penyerta percakapan dapat saja mencakup juga

kewajiban untuk menunjukkan penghormatan (dalam Asim Gunarwan,

1994:88-89).

Di lain pihak, Brown dan Levinson merumuskan prinsip kesantunannya

berkisar atas nosi muka, yaitu muka positif dan muka negatif (dalam Asim

Gunarwan, 1994:90). Muka positif adalah muka yang mengacu kepada citra

diri orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang

dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya, diakui

orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, patut dihargai, dan

seterusnya. Sementara itu, muka negatif adalah muka yang mengacu kepada

citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar dia dapat dihargai

dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau

membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.

Menurut Brown dan Levinson, sebuah tindak tutur dapat mengancam

muka mitra tuturnya. Tindak tutur tersebut disebut sebagai face-threatening act

(FTA). Untuk mengurangi ancaman terhadap muka mitra tutur, maka penutur

hendaknya menggunakan prinsip kesantunan. Karena ada dua sisi muka yang

terancam, yaitu muka negatif dan muka positif, maka kesantunan pun dibagi

dua, yaitu kesantunan negatif (untuk menjaga muka negatif) dan kesantunan

positif (untuk menjaga muka positif). Berkenaan dengan hal itu, Brown dan

Levinson mengusulkan tesis dasar yaitu bahwa penutur “menghitung” derajat

keterancaman sebuah tindak tutur (yang akan dia tuturkan) dengan

mempertimbangkan faktor-faktor seperti (1) jarak sosial di antara penutur dan

Page 47: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mitra tutur, (2) besarnya perbedaan kekuasaan di antara keduanya, dan (3)

status relatif jenis tindak tutur di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Berdasarkan pada perkiraan itulah si penutur memilih strategi (dalam Asim

Gunarwan, 1994:90-91). Adapun bentuk strategi itu, antara lain:

a. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa-basi, dengan

mematuhi prinsip kerja sama Grice.

b. Melakukan tindak tutur dengan menggunakan kesantunan positif.

c. Melakukan tindak tutur dengan menggunakan kesantunan negatif.

d. Melakukan tindak tutur secara off record (berkata dengan tuturan tidak

langsung).

e. Tidak melakukan tindak tutur atau diam saja (dalam Asim Gunarwan,

1992:186).

Berbeda dengan Brown dan Levinson yang mendasarkan kesantunannya

pada nosi muka, Geoffrey Leech mendasarkan konsep kesantunannya pada

empat nosi, yaitu (1) biaya (cost) dan keuntungan (benefit), (2) kesetujuan

(agreement), (3) pujian (approbation), dan (4) simpati/antipati (dalam Asim

Gunarwan, 1994:91). Di samping itu, Leech juga mengemukakan bahwa

prinsip kesantunan itu berhubungan dengan dua pihak, yaitu diri dan lain. Diri

adalah penutur, dan lain adalah mitra tutur atau juga dapat menunjuk kepada

pihak ketiga, baik yang hadir maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur

(dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:206).

Di dalam bukunya Principles of Pragmatics, Leech (dalam terjemahan

M.D.D. Oka, 1993:206-207) merumuskan prinsip kesantunan ke dalam enam

maksim, yaitu sebagai berikut.

Page 48: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

1) Maksim Kearifan (Tact Maxim)

Maksim kearifan dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu:

(a) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin.

(b) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.

Maksim ini mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi direktif

dan ilokusi komisif. Isi proposisional ilokusi-ilokusi ini mengacu pada

tindakan yang akan dilaksanakan oleh penutur (komisif) atau oleh petutur

(direktif) (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:166). Contoh

tuturan Have another sandwich! (Ambillah sandwich sepotong lagi!) dan

Would you mind having another sandwich? (Apakah Anda keberatan

mengambil sandwich sepotong lagi?). Tuturan pertama terlihat lebih

santun daripada tuturan kedua, karena kata “would” pada tuturan kedua

memberi kesan seakan-akan dengan mengambil dan makan roti tersebut

petutur berbaik hati kepada penutur, karena mungkin roti itu basi, tidak

enak dimakan, atau beracun (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka,

1993:171).

2) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Maksim kedermawanan juga dijabarkan ke dalam dua submaksim,

yaitu:

(a) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.

(b) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.

Maksim kedermawanan ini juga mengatur dua jenis ilokusi Searle,

yaitu ilokusi direktif dan ilokusi komisif. Akan tetapi, maksim

kedermawanan lebih berpusat pada diri, sedangkan maksim kearifan lebih

Page 49: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

berpusat pada lain (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:209).

Misalnya, ada informasi indeksal seorang tamu yang meminta kepada

pemilik rumah, apakah dia boleh menambah makanan lagi. Dalam hal itu,

peranan petutur sebagai yang memberi makanan akan terlihat lebih santun

jika perannya tidak ditonjolkan: “Dapatkah saya menambah X?”. Tuturan

yang sedikit lebih santun lagi jika acuan pada petutur sebagai penderma

samasekali dihilangkan: “Apakah masih ada X?” (Leech dalam terjemahan

M.D.D. Oka, 1993:210).

3) Maksim Pujian (Approbation Maxim)

Maksim pujian dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu:

(a) Kecamlah orang lain sesedikit mungkin.

(b) Pujilah orang lain sebanyak mungkin.

Maksim ini mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi ekspresif

dan ilokusi asertif atau representatif. Pada maksim pujian ini, submaksim

pertama lebih penting, yaitu „jangan mengatakan hal-hal yang tidak

menyenangkan mengenai orang lain, terutama bagi petutur‟. Berdasarkan

pada maksim ini tuturan “Masakanmu enak sekali” bernilai lebih santun

daripada tuturan “Masakanmu sangat tidak enak” (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:211-212).

4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Maksim kerendahan hati dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu:

(a) Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin.

(b) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.

Page 50: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Maksim ini juga mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi

ekspresif dan ilokusi asertif. Dalam maksim kerendahan hati, orientasinya

lebih ditekankan kepada penutur, sedangkan maksim pujian lebih

ditekankan kepada petutur. Dengan demikian, memuji diri sendiri

merupakan tuturan yang tidak santun. Tuturan “Terimalah hadiah yang

kecil ini sebagai tanda penghargaan kami” dianggap lebih santun daripada

tuturan “Terimalah hadiah yang besar ini sebagai tanda penghargaan

kami”, karena mengecilkan arti kemurahan hati diri sendiri itu telah

dianggap sebagai sesuatu yang normal dan konvensional, tetapi tidak

demikian jika kemurahan hati itu dibesar-besarkan (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:214-215).

5) Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)

Maksim kesepakatan dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu:

(a) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit

mungkin.

(b) Usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak

mungkin.

Maksim ini mengatur satu jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi asertif.

Pada maksim kesepakan, orang cenderung melebih-lebihkan

kesepakatannya dengan orang lain, dan juga mengurangi

ketidaksepakatannya melalui ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian,

dan sebagainya (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:217).

Berdasarkan keterangan tersebut, pertanyaan “Apakah pamerannya

menarik?” akan terdengar santun jika dijawab dengan tuturan “Iya,

Page 51: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pamerannya menarik” daripada dijawab dengan tuturan “Pamerannya

sangat tidak menarik” (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:217).

6) Maksim Simpati (Sympathy Maxim)

Maksim simpati dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu:

(a) Kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin.

(b) Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.

Maksim simpati mengatur satu jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi

asertif. Dalam maksim ini ucapan selamat dan belasungkawa merupakan

tindak tutur yang santun, walaupun ucapan belasungkawa mengungkapkan

keyakinan penutur tentang keyakinan negatif bagi petutur (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:218). Tuturan „Saya sangat menyesal

mendengar bahwa kucingmu mati‟ merupakan tuturan yang santun

daripada „Saya sangat senang mendengar bahwa kucingmu mati‟. Namun

demikian, ada sesuatu yang berat dalam mengutarakan belasungkawa,

karena dengan demikian berarti penutur meyakini sesuatu yang tidak

santun, yaitu keyakinan yang merugikan mitra tutur(Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:218).

Dari beberapa pemikiran para ahli yang telah disebutkan di depan,

prinsip kesantunan yang sampai saat ini dianggap paling lengkap, paling

mapan, dan relatif paling komprehensif adalah prinsip kesantunan yang

dirumuskan oleh Leech (Kunjana Rahardi, 2005:59).

Page 52: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

5. Skala Kesantunan

Leech (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:194-200) memberikan lima

skala kesantunan yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat

kesantunan suatu tuturan.

1) Skala Untung Rugi (cost-benefit)

Skala untung-rugi terdiri dari dua skala yang berbeda, yaitu untung-

rugi bagi penutur dan untung-rugi bagi petutur. Pada umumnya

keberagaman dua skala ini saling bergantung, tetapi mungkin juga

keberagaman skala yang satu terjadi terlepas dari keberagaman skala yang

lain (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:195). Antara kedua skala

tersebut terdapat hubungan yang erat, karena baik impositif (untung-rugi

bagi petutur) maupun komisif (untung-rugi bagi penutur) merupakan

ilokusi yang khas yang mengusulkan suatu tindakan yang melibatkan

transaksi antara penutur dan petutur; yaitu penutur melakukan sesuatu

untuk petutur atau sebaliknya (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka,

1993:196).

Contoh : merugikan kurang

petutur sopan

(1) Peel the potatoes.

(Kupas kentang ini).

(2) Hand me the newspaper.

(Berikan saya surat kabar itu).

(3) Sit down.

(Duduk).

(4) Look at that.

(Lihatlah itu).

(5) Enjoy your holiday.

(Nikmatilah liburanmu).

(6) Have another sandwich.

(Makanlah sepotong lagi). Menguntungkan lebih

petutur sopan

Page 53: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(Sumber: Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:167).

Kunjana Rahardi menyatakan bahwa skala untung-rugi menunjuk

kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh

sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut

merugikan diri penutur, maka tuturan tersebut akan semakin dianggap

santun. Sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur, maka

akan semakin dianggap tidak santun tuturan itu (2005:66-67).

2) Skala Kemanasukaan atau Skala Pilihan (optionality scale)

Skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang

diberikan oleh penutur kepada petutur (Leech dalam terjemahan M.D.D.

Oka, 1993:195). Berkenaan dengan hal itu, Kunjana Rahardi memberikan

penjelasan secara rinci bahwa semakin pertuturan itu memungkinkan

penutur atau petutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, maka

akan dianggap semakin santun tuturan itu. Sebaliknya, pertuturan yang

tidak memberikan kemungkinan memilih bagi penutur dan petutur, maka

tuturan itu akan dianggap tidak santun (2005:67).

3) Skala Ketaklangsungan (indirectness scale)

Skala ketaklangsungan dapat dirumuskan dari sudut pandang penutur

maupun petutur. Skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut panjang jalan

yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993: 195). Dengan perkataan lain, maksud

sebuah tuturan itu dinyatakan secara langsung atau tidak langsung.

Semakin maksud tuturan itu dinyatakan secara langsung, maka tuturan itu

akan dianggap tidak santun. Sebaliknya, maksud tuturan yang dinyatakan

Page 54: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

secara tidak langsung, maka tuturan itu akan dianggap santun (Kunjana

Rahardi, 2005:67)..

Contoh : ketaklang- kurang

sungan sopan

(7) Answer the phone.

(Angkat telepon)

(8) I want you to answer the phone.

(Saya ingin kamu mengangkat telepon)

(9) Will you answer the phone?

(Maukah anda mengangkat telepon?)

(10) Can you answer the phone?

(Dapatkah anda mengangkat telepon?)

(11) Would you mind answering the phone?

(Apakah anda keberatan mengangkat telepon?)

(12) Could you possibly answer the phone?

(Apa mungkin anda mengangkat telepon?)

lebih

sopan

(Sumber: Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:168.)

4) Skala Otoritas (authority scale)

Skala otoritas memiliki ukuran yang bersifat asimetris. Artinya,

seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan

bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan

menjawab dengan bentuk sapaan yang hormat (Leech dalam terjemahan

M.D.D. Oka, 1993:199). Dengan perkataan lain, skala ini menunjuk

kepada hubungan status sosial antara penutur dan petutur yang terlibat

dalam pertuturan (Kunjana Rahardi, 2005:67). Semakin jauh jarak

peringkat status sosial (rank rating) antara penutur dan petutur, maka

tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun.

Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya,

tuturan yang digunakan akan semakin berkurang peringkat kesantunannya.

5) Skala Jarak Sosial (social distance)

Page 55: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Skala jarak sosial menunjukkan bahwa derajat rasa hormat yang ada

pada sebuah situasi tutur tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa

faktor yang relatif permanen, yakni faktor-faktor status atau kedudukan,

usia, derajat keakraban, dan sebagainya (Leech dalam terjemahan M.D.D.

Oka, 1993:199). Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan

antara penutur dan petutur sangat menentukan peringkat kesantunan

tuturan yang digunakan dalam bertutur (Kunjana Rahardi, 2005:68).

Artinya, semakin akrab hubungan antara penutur dan petutur, tuturan yang

digunakan akan semakin berkurang tingkat kesantunannya. Sebaliknya,

semakin tidak akrab hubungan di antara keduanya, tuturan yang digunakan

akan cenderung semakin santun.

Berikut adalah gambar hubungan antara skala otoritas dan skala jarak

sosial.

Jarak horizontal

(Sumber: Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:198).

6) Implikatur

Konsep implikatur pertama kali diperkenalkan oleh H. P. Grice (1975)

untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh

teori semantik biasa. Grice menyatakan bahwa “what a speaker can imply,

suggest, or mean, as distinct from what a speaker literally says”. Implikatur

Jara

k v

erti

kal

Page 56: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang

dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan

secara harfiah (Brown dan Yule dalam Abdul Rani, Bustanul Arifin, Martutik,

2006:170).

Di samping memberikan definisi tentang implikatur, Grice (dalam

Thomas, 1996:57-58) juga membedakan implikatur menjadi dua macam, yaitu

implikatur konvensional (conventional implicature) dan implikatur percakapan

(conversational implicature). Implikatur konvensional tidak didasarkan pada

prinsip kerja sama atau maksim-maksim, dan tidak harus terjadi dalam

percakapan. Selain itu, implikatur konvensional juga tidak tergantung pada

konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Implikatur konvensional

diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan.

Sementara itu, dalam implikatur percakapan, apa yang diimplikasikan

tergantung pada konteks tuturan.

Di lain pihak, Nadar dalam bukunya “Pragmatik dan Penelitian

Pragmatik” mengartikan implikatur sebagai sesuatu yang diimplikasikan dalam

suatu percakapan (2009:60). Sementara itu, Mey menyatakan bahwa implikatur

“implicature” berasal dari kata kerja to imply, sedangkan kata bendanya adalah

implication. Kata kerja itu berasal dari bahasa latin plicare yang berarti to fold

“melipat” sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau disimpan harus

dilakukan dengan cara membukanya. Artinya, untuk memahami apa yang

dimaksudkan oleh penutur, mitra tutur harus melakukan interpretasi terhadap

tuturan-tuturannya (dalam Nadar, 2009:60).

Page 57: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Ahli lain, Levinson, menyatakan bahwa implikatur merupakan salah satu

gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik. Adapun salah satu alasan

penting yang diberikan oleh Levinson ialah bahwa implikatur memberikan

penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih

banyak dari apa yang dituturkan (dalam Nadar, 2009:61).

7) Sinetron

a. Pengertian Sinetron

Sinetron atau akronim dari sinema elektronik adalah sebuah tayangan sinema

(film) berseri yang ditonton melalui media elektronik (televisi). Di dalam bahasa

Inggris, sinetron disebut sebagai soap opera (opera sabun), sedangkan

dalam bahasa Spanyol disebut sebagai telenovela (http://www.penayasin.

com/2011/01/sejarah-sinetron-indonesia.html). Dalam sumber yang sama,

disebutkan bahwa cikal bakal munculnya sinetron adalah siaran drama

berseri, dengan nama opera sabun, yang disiarkan oleh radio-radio Amerika

pada sekitar tahun 1930-an. Selanjutnya, ketika era radio berganti menjadi

televisi pada tahun 1940, siaran drama berseri dilanjutkan ke televisi dengan

menggunakan nama yang sama, opera sabun.

Dalam http://www.penayasin.com/2011/01/sejarah-sinetron-indonesia

.html juga disebutkan bahwa istilah sinetron di Indonesia pertama kali

dicetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar

Institut Kesenian Jakarta. Sinetron ini berbeda dengan film. Sinetron adalah

sebuah tayangan berseri yang dapat dibuat sampai berpuluh-puluh episode,

sedangkan film adalah sebuah tayangan lepas serta berdurasi pendek.

Page 58: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Jika ditelusuri dari sejarahnya, booming sinetron di Indonesia muncul

pada tahun 90-an, yaitu bersamaan dengan munculnya stasiun-stasiun

televisi swasta di Indonesia, seperti RCTI (sebagai stasiun televisi swasta

pertama), yang sebelumnya hanya satu stasiun televisi yang mengudara

yaitu TVRI, milik pemerintah. Sinetron pertama yang hadir di layar kaca

adalah Losmen, yaitu drama serial yang diproduksi oleh TVRI pada tahun

80-an. Meskipun demikian, istilah sinetron baru digunakan pada drama

berseri Jendela Rumah Kita (1989).

Sepanjang tahun 90-an, istilah sinetron mulai banyak digunakan, dan

tayangan sinetron pun mulai membanjiri saluran televisi swasta, seperti

sinetron Si Cemplon, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain. Memasuki

tahun 1995 hingga 1998, tema sinetron sedikit bergeser. Para sutradara

membuat sinetron yang diadaptasi dari film layar lebar tahun 80-an, seperti

Lupus, Olga, dan Catatan Si Boy. Di era ini pula, sinetron dari negeri lain

atau telenovela mulai membanjiri layar kaca Indonesia, misalnya Maria

Marcedes. Di tahun 1998, Multivision Plus sebagai salah satu perusahaan

pembuat film atau Production House (PH) di Indonesia, membuat sinetron

Tersanjung, yang merupakan sinetron terpanjang yang pernah dibuat, yaitu

sebanyak 356 episode yang dibagi beberapa sekuel. Pada masa ini, tema

sinetron kembali berubah dan sebagian besar sinetron yang diproduksi

merupakan adaptasi dari novel-novel terkenal, seperti Karmila.

Pada era milenium, yang ditandai dengan pergantian tahun dari 1999

ke 2000, menjadi puncak bagi dunia sinetron Indonesia. Tema sinetron lebih

beragam, mulai dari horor sampai kehidupan masyarakat Jakarta. Sampai

Page 59: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

saat ini terdapat beberapa pembagian jenis sinetron, misalnya sinetron religi,

sinetron komedi, sinetron horor, sinetron dewasa, sinetron remaja, dan

sinetron anak. Dalam hal ini, penulis lebih menitikberatkan pada sinetron

religi, khususnya sinetron religi bernuansa Islam.

Kata religi berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata

kerja re-ligare yang berarti „mengikat kembali‟. Maksudnya, dengan

bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Dalam KBBI, religi

diartikan sebagai kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan akan adanya

kekuatan adikodrati di atas manusia; kepercayaan (animisme, dinamisme);

agama (KBBI Offline 1.3). Dengan demikian, sinetron religi adalah sinetron

yang mengangkat isu-isu tentang agama dalam setiap lakonnya (http://

joksur.wordpress.com/2010/05/28/komodifikasi-agama-dibalik-sinetron-reli

gi). Menurut Ropingi el Ishaq, sebuah sinetron dikatakan sebagai sinetron

religi (khususnya sinetron religi Islam) apabila sinetron tersebut memiliki

ciri-ciri, yaitu: (1) sinetron tersebut sarat dengan simbol-simbol keagamaan,

seperti jilbab, sajadah, baju koko, peci, mukena, dan lain-lain; (2) banyak

bahasa verbal keagamaan yang digunakan dalam berbagai dialog

antartokoh, seperti kata subhanallah, alhamdulillah, astaghfirullah, dan

lain-lain; dan (3) sinetronnya biasanya atau sebagian besar ditayangkan di

bulan Ramadhan (http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komu

nika/article/view/345).

b. SIKTP, SPRR, dan SSM

SIKTP merupakan sinetron yang digarap oleh Multivision Plus.

Sinetron tersebut ditayangkan di SCTV mulai 12 Juli 2010 sampai 17

Page 60: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

September 2011, dan merupakan sinetron dengan jumlah episode terbanyak

ketiga di indonesia dengan 558 episode setelah Cinta Fitri dengan 1002

episode dan Putri yang Ditukar dengan 676 episode. Waktu tayang sinetron

tersebut adalah setiap hari mulai pukul 19:00 - 21:00 WIB (http://id.wiki

pedia.org/wiki/Islam_KTP).

Sementara itu, SPRR adalah sinetron yang digarap oleh Screenplay

Productions. Sinetron tersebut juga ditayangkan di SCTV mulai 14 Februari

2011 sampai 17 November 2011, dengan jumlah episode sebanyak 238

episode. Waktu tayang sinetron tersebut adalah setiap hari mulai pukul

21:00 - 22:30 WIB (http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren_%26_Rock_

n%27_Roll).

Di lain pihak, SSM merupakan sinetron yang digarap MD

Entertainment. Sinetron tersebut ditayangkan di MNC TV mulai 25 Juli

2011 sampai 6 Januari 2012, dengan jumlah episode sebanyak 166 episode.

Waktu tayang sinetron tersebut adalah setiap hari mulai pukul 19:00 - 20:00

WIB (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampeyan_Muslim%3F).

Ketiga sinetron SIKTP, SPRR, dan SSM termasuk dalam genre

sinetron religi dan komedi, serta bergaya satire. Sinetron komedi adalah

sinetron yang ditayangkan dalam bentuk santai, bersifat konyol sehingga

diharapkan dapat membuat orang tertawa, dan ceritanya selalu dekat dengan

kehidupan masyarakat (http://www.winkplace.com/2011/03/sinetron-

sebagai- media-massa.html). Sementara itu, gaya satire adalah gaya bahasa

yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu

keadaan atau seseorang (KBBI Offline 1.3).

Page 61: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

C. Kearngka Pikir

Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk

menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Secara garis besar, kerangka pikir

dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dalam bagan berikut ini.

D.

E.

TTD Searle

Pelanggaran Prinsip

Kesantunan Leech

Maksim Kearifan

Maksim Kedermawanan

Maksim Pujian

Maksim Kerendahan hati

Maksim Kesepakatan

Maksim Simpati

Percakapan dalam SIKTP,

SPRR, dan SSM

Ilokusi-ilokusi TTD

Deskripsi ilokusi-ilokusi

TTD, pelanggaran

maksim-maksim prinsip

kesantunan, dan implikatur

dalam percakapan SIKTP,

SPRR, dan SSM

Tuturan yang

mengandung TTD

Tuturan yang melanggar

prinsip kesantunan Konteks

Pragmatik

Implikatur

Page 62: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Bagan tersebut menunjukkan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah

sinetron religi yang ditayangkan di SCTV dan MNC TV. Dari sumber data

tersebut, penulis mengambil data penelitian berupa tuturan yang mengandung

TTD dan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan beserta konteks yang

terdapat di dalam percakapan SIKTP di SCTV tanggal 29-30 Mei 2011,

percakapan SPRR di SCTV tanggal 17-18 Juli 2011, dan percakapan SSM di

MNC TV tanggal 26-27 Juli 2011. Percakapan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM

tersebut akan penulis kaji dengan menggunakan pendekatan ilmu pragmatik,

yakni TTD Searle dan prinsip kesantunan Leech.

Setelah semua tuturan yang mengandung TTD dan tuturan yang melanggar

prinsip kesantunan beserta konteks terkumpul, maka tuturan-tuturan itu

dikelompok-kelompokkan ke dalam masing-masing ilokusi yang sama bagi

tuturan yang mengandung TTD, dan dikelompok-kelompokkan ke dalam masing-

masing maksim yang dilanggar dalam tuturan tersebut bagi tuturan yang

melanggar prinsip kesantunan. Untuk tuturan yang melanggar maksim dalam

prinsip kesantunan akan dicari implikatur yang tersirat di dalam tuturan-tuturan

tersebut.

Adapun hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa deskripsi ilokusi-ilokusi

TTD, deskripsi pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan, dan deskripsi

implikatur akibat pelanggaran prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP di

SCTV tanggal 29-30 Mei 2011, percakapan SPRR di SCTV tanggal 17-18 Juli

2011, dan percakapan SSM di MNC TV tanggal 26-27 Juli 2011.

Page 63: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Edi Subroto berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode

pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain

atau dirancang dengan menggunakan metode statistik (1992:5). Di dalam

penelitian kualitatif, paradigma atau perspektif yang digunakan adalah perspektif

fenomenologis. Artinya, penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari

fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa, dan kaitannya dengan orang-orang atau

masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang sebenarnya

(Edi Subroto, 1992:5-6).

Bersifat deskriptif, artinya penelitian ini dilakukan semata-mata hanya

berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris

hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa

perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret (paparan apa adanya),

serta tidak mempertimbangkan benar atau salahnya penggunaan bahasa oleh para

penuturnya (Sudaryanto, 1988:62).

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau

tanggapan menurut mitra tutur (Edi Subroto, 1992:61). Artinya, pendekatan

pragmatik di dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan dari

maksud suatu tuturan. Tuturan yang dimaksud adalah tuturan yang mengandung

Page 64: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

TTD dan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP,

SPRR, dan SSM. Tuturan-tuturan itu akan dianalisis dengan mempertimbangkan

faktor konteks situasi tutur yang melingkupi munculnya tuturan-tuturan tersebut.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian (Sudaryanto,

1990:9). Data selalu bersifat linear, karena data merupakan wujud konkret

bahasa atau eksponen bahasa. Sifat linear itu mengimplikasikan potensi untuk

terpotong-potong, karena keterbatasan artikulasi. Dengan demikian, data juga

bersifat segmental sehingga dapat dirumuskan bahwa data adalah objek plus

segmen atau plus potongan atau unsur sisanya. Unsur sisa yang segmental itu

disebut konteks. Jadi, data adalah objek penelitian plus konteksnya

(Sudaryanto, 1990:14).

Adapun data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung

TTD dan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan beserta konteks yang

terdapat di dalam percakapan SIKTP di SCTV tanggal 29-30 Mei 2011, yaitu

episode 441-442; percakapan SPRR di SCTV tanggal 17-18 Juli 2011, yaitu

episode 179-180; dan percakapan SSM di MNCTV tanggal 26-27 Juli 2011,

yaitu episode 2-3.

2. Sumber Data

Data yang merupakan bahan jadi penelitian, hadir atau muncul bukan

dari ketiadaan atau keniradaan, melainkan ada sumber atau asal-muasalnya.

Tempat asal-muasal diperolehnya data disebut sumber data (Kunjana Rahardi,

Page 65: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2005:13). Dari sumber data itu, penulis dapat memperoleh data yang

dimaksud dan yang diinginkan. Sumber data dalam penelitian ini adalah

sumber substantif (Sudaryanto, 1990:33). Dikatakan demikian, karena sumber

data dalam penelitian ini sejenis atau satu bahan dengan data, atau sama

substansi pembentuknya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah

sinetron religi, yaitu SIKTP dan SPRR yang ditayangkan di SCTV dan SSM

yang ditayangkan di MNCTV.

C. Teknik Penyediaan Data

Teknik penyediaan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data penelitian yang berkualitas. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode simak dan teknik-tekniknya dalam upaya menyediakan data

penelitian. Metode simak adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan

cara menyimak penggunaan bahasa (Kunjana Rahardi, 2005:15). Dalam hal ini

penulis menyimak penggunaan bahasa lisan para tokoh dalam SIKTP, SPRR, dan

SSM. Metode simak ini dapat disejajarkan dengan metode observasi yang lazim

digunakan dalam penelitian disiplin ilmu sosial.

Teknik-teknik dari metode simak yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam adalah teknik perolehan data

dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dengan

menggunakan alat bantu berupa tape recorder (Edi Subroto, 1992:36). Dalam

penelitian ini, alat bantu yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data

penelitiannya berupa kamera digital dan handphone.

Page 66: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Teknik catat ialah penulis mengadakan pencatatan terhadap data relevan

yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Edi Subroto, 1992:42).

Pencatatan terhadap data yang relevan dilakukan dengan transkripsi tertentu

menurut kepentingannya serta dilengkapi dengan konteksnya, yaitu berupa

keterangan singkat mengenai situasi yang melatarbelakangi terdapatnya data

relevan tersebut. Dari hasil transkrip tersebut, kemudian dilakukan klasifikasi

data.

D. Klasifikasi Data

Sebelum data dianalisis, data yang telah disediakan itu perlu

diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan

dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat, yang

selanjutnya diharapkan akan dapat mempermudah proses analisis pada tahapan-

tahapan penelitian selanjutnya (Kunjana Rahardi, 2005:16). Berkenaan dengan

klasifikasi data, Edi Subroto menyatakan bahwa klasifikasi data dapat

memberikan arah yang jelas yang bersifat menuntun tahapan demi tahapan di

dalam pelaksanaan penelitian, serta dapat memberikan isyarat-isyarat tahapan apa

yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan itu dikerjakan. Oleh

karena itu, klasifikasi data menurut asas-asas tertentu dipandang memiliki

kepentingan yang cukup strategis di dalam suatu penelitian (1992:46).

Di dalam penelitian ini, penulis meneliti tuturan yang mengandung TTD dan

tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan

SSM. Dengan demikian, klasifikasi data terhadap data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara mengelompokkan tuturan-tuturan yang mengandung TTD

Page 67: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM ke dalam masing-masing ilokusi

TTD. Di samping itu, penulis juga mengelompokkan tuturan-tuturan yang

melanggar prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM ke

dalam masing-masing maksim prinsip kesantunan yang dilanggar dalam tuturan

tersebut.

Di bawah ini akan disajikan contoh penomoran data yang dibuat oleh

penulis, yaitu:

Konteks : Malam-malam, Mery berdandan menor datang ke rumah Bang

Dul sambil membawa martabak. Mery mengetuk pintu rumah

Bang Dul. Bang Dul menyambut Mery dengan tidak baik dan

menagih mobil yang dijanjikan Mery untuknya.

Bang Dul : Mery, sampeh tahu, gue tanya ame elo. Lo ngapain

kemari?

Mery : Bawain martabak buat Papanda.

Bang Dul : Eh, martabaknya Dul terima.

Mery : Mery-nya gimana Papanda?

Bang Dul : Kagak. Mendingan lo pergi sana!

Mery : Dasar. Jahat.

Qomar : Mpok mendingan pacaran sama Qomar aja!

Mery : Ah, pacaran sama situ, mendingan pacaran ama bumi.

Qomar : Hah?

(81/PPK/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Keterangan:

81 : Nomor urutan data

PPK : Pelanggaran Prinsip Kesantunan

SIKTP : Sinetron Islam KTP (judul sinetron)

SCTV : Surya Citra Televisi (stasiun televisi tempat penayangan sinetron)

30 Mei 2011 : Tanggal, bulan, dan tahun tayangan sinetron.

Page 68: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

E. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dan sentral di dalam

penelitian linguistik. Edi Subroto (1992:55) mengungkapkan bahwa menganalisis

merupakan kegiatan mengurai suatu satuan lingual ke dalam komponen-

komponennya, serta menentukan identitas suatu satuan lingual yang didasarkan

atas petunjuk dari kerangka pikiran (teori), atau didasarkan atas pengujian atas

segi-segi tertentu dari suatu satuan lingual yang diteliti.

Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode analisis heuristik. Model analisis heuristik ini berpusat pada mitra tutur,

yaitu bagaimana mitra tutur menginterpretasikan tuturan yang dituturkan oleh

penutur. Strategi heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah

tuturan (Leech dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:61). Strategi heuristik

berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan

hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data yang tersedia.

Apabila hipotesis tidak teruji, maka akan dibuat hipotesis baru, sampai akhirnya

tercapai suatu pemecahan berupa hipotesis yang teruji kebenarannya, yaitu

hipotesis yang tidak bertentangan dengan evidensi yang ada (Leech dalam

terjemahan M.D.D. Oka, 1993:61-62). Pemecahan masalah dalam penelitian ini

dapat dilihat dari sisi mitra tutur karena masalah yang ada di sini adalah masalah

interpretasi tuturan, berdasarkan makna tuturan, informasi mengenai latar

belakang konteks dan asumsi-asumsi dasar, dan mitra tutur membuat hipotesis

mengenai tujuan-tujuan tuturan.

Metode analisis heuristik ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan

kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk tuturan yang mengandung TTD

Page 69: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dan pelanggaran prinsip kesantunan. Metode analisis kontekstual adalah cara

analisis yang diterapkan dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan

identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Pemahaman

konteks ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Harimurti Kridalaksana

(2001:120), yaitu bahwa konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial

yang berkaitan dengan tuturan. Lingkungan fisik tuturan disebut ko-teks,

sedangkan lingkungan sosial disebut konteks. Dengan demikian, tuturan yang

mengandung TTD dan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dalam

percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM akan dianalisis dengan mempertimbangkan

faktor-faktor konteks situasi tutur yang melingkupi tuturan para tokoh dalam

sinetron-sinetron tersebut.

Dengan demikian, tuturan yang mengandung TTD dan tuturan yang

melanggar prinsip kesantunan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM akan penulis

analisis dengan menggunakan metode analisis heuristik dengan pendekatan

kontekstual.

F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data selesai dianalisis, maka hasilnya akan penulis sajikan secara

formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal adalah cara

merumuskan hasil analisis data dengan menggunakan lambang dan tanda-tanda.

Tanda yang dipakai di dalam penelitian ini, antara lain tanda titik ( . ), tanda koma

( , ), tanda kurung ((…)), tanda tanya ( ? ), tanda seru ( ! ), tanda kutip satu („…‟),

tanda kutip dua (“…”), dan lambang huruf sebagai singkatan (misalnya, SIKTP,

SPRR, SSM, TTD).

Page 70: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Sementara itu, penyajian secara informal adalah merumuskan hasil analisis

data dengan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145).

Dengan demikian, penyajian secara informal dalam penelitian ini penulis lakukan

dengan cara merumuskan hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa

yang sangat teknis sifatnya.

Page 71: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi dalam analisis data ini meliputi tiga bagian, yaitu mendeskripsikan

bentuk TTD, mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan, dan

mendeskripsikan implikatur akibat pelanggaran prinsip kesantunan dalam SIKTP,

SPRR, dan SSM.

A. Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam SIKTP, SPRR, dan SSM

Di dalam SIKTP, SPRR, dan SSM banyak ditemukan tuturan yang

mengandung TTD. Terdapat sembilan (9) macam ilokusi TTD di dalam ketiga

sinetron religi tersebut, yaitu TTD menyuruh, melarang, meminta, mengajak,

menyarankan, menasihati, memohon, mengingatkan, dan mempersilakan.

1. Tindak Tutur Menyuruh

Menyuruh adalah memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu

(KBBI Offline 1.3). Berdasarkan pengertian tersebut, TTD menyuruh adalah

tindak tutur yang dilakukan oleh penutur kepada petutur agar petutur

melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur. Untuk lebih memahaminya,

dapat dilihat data yang mengandung TTD menyuruh dalam percakapan

SIKTP berikut.

(1) Konteks : Seorang perempuan pulang dari bekerja sendirian malam-

malam. Di jalan yang sepi, perempuan itu dihadang oleh dua

orang perampok. Zulfikar melihat kejadian itu, dan berusaha

menolong. Zulfikar berkelahi dengan dua orang perampok

tersebut. Perut Zulfikar tertusuk pisau. Dua orang perampok

itu kemudian melarikan diri. Bang Dul dan Qomar melihat

Zulfikar.

Bang Dul : Zul.

Zulfikar : Allahu akbar.

Page 72: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Bang Dul : Lo panggil ambulans sana!

Qomar : Pakai apaan?

Bang Dul : Lo tanya ama gua? Cepat sana! Cepetan Qomar! Cepetan

jalan sana!

Qomar : Iya. Tolong... tolong! Mbak, Mbak tolong teleponnya,

Mbak!

Korban Perampok : Aku nggak tahu Mas. Aku nggak tahu.

Zulfikar : Nggak usah panggil ambulan, Bang Dul! Masya Allah,

Bang Dul, maafkan dosaku, Bang! Saya maafkan dosa Bang

Dul atas dosa-dosa Bang Dul. Bang Dul, tolong saya minta

yang kedua kalinya, Bang Dul!

Bang Dul : Nggak Zul, gue nggak mau terima.

(35/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (1) terdapat tuturan yang mengandung TTD

menyuruh, yaitu tuturan “Lo panggil ambulans sana!” yang dituturkan oleh

Bang Dul kepada Qomar. Bang Dul menuturkan tuturan tersebut karena Bang

Dul merasa khawatir dengan keadaan Zulfikar yang perutnya ditusuk dengan

pisau oleh para perampok ketika akan menyelamatkan perempuan korban

perampokan. Dalam keadaan panik, Bang Dul bertutur “Lo panggil

ambulans sana!” kepada Qomar. Dengan tuturan tersebut, Bang Dul secara

langsung telah menyuruh Qomar untuk segera memanggil ambulans. Hal itu

dilakukan oleh Bang Dul dengan tujuan agar Zulfikar dapat segera dibawa ke

rumah sakit dan segera mendapatkan pertolongan sehingga nyawa Zulfikar

dapat tertolong. Tuturan „Lo panggil ambulans sana‟ adalah penanda lingual

dari TTD menyuruh.

Di samping tuturan tersebut, terdapat tuturan lain yang juga termasuk

ke dalam TTD menyuruh, yaitu tuturan “Cepat sana! Cepetan Qomar!

Cepetan jalan sana!”. Tuturan tersebut juga dituturkan oleh Bang Dul. Bang

Dul menuturkan tuturan tersebut karena Qomar tidak segera melaksanakan

suruhan Bang Dul untuk segera memanggil ambulans. Maksud tuturan

Page 73: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

tersebut dituturkan secara langsung oleh Bang Dul, yakni Bang Dul

bermaksud menyuruh Qomar dengan tuturan yang bernada menyuruh.

Adapun penanda lingualnya yaitu tuturan „Cepat sana! Cepetan Qomar!

Cepetan jalan sana!‟.

Contoh data lain yang juga mengandung TTD menyuruh dapat dilihat

pada percakapan SPRR di bawah ini.

(2) Konteks : Ustaz Ali mengecek pekerjaan yang diberikan kepada Fafa

dan Aldo yaitu menjemur kasur seluruh santriwan di halaman

belakang pesantren santriwan. Ustaz Ali melihat Fafa tidur di

atas kasur yang sedang dijemur.

Ustaz Ali : Tura-turu thok. Sini! Tugasmu itu kan nggebuki kasur,

bersihin kasur, jemur kasur ini! Ayo debunya dipukulin

biar pergi semua! Harus sampai bersih!

Fafa : Pakai ini, Pak Ustaz?

Ustaz Ali : Ya pakai itu, masa pakai lidahmu? Ini penggebuk kasur

khusus.

Fafa : O, inggih.

Ustaz Ali : Ayo yang bersih tuh!

Fafa : Gebuk gini?

Ustaz Ali : Iya. Yang kenceng biar debunya lepas semua!

(117/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan “Sini! Tugasmu itu kan nggebuki kasur, bersihin kasur,

jemur kasur ini! Ayo debunya dipukulin biar pergi semua! Harus sampai

bersih!” yang dituturkan oleh Ustaz Ali kepada Fafa pada percakapan (2)

termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh yang maksudnya dituturkan secara

langsung. Adapun penanda lingual yang menunjukkannya ialah tuturan „sini‟

dan „ayo debunya dipukulin biar pergi semua‟. Dengan tuturan „sini‟, Ustaz

Ali menyuruh Fafa untuk memberikan alat pemukul kasur yang dipegang

oleh Fafa kepada Ustaz Ali. Hal itu dilakukan Ustaz Ali karena Ustaz Ali

ingin memberikan contoh kepada Fafa tentang cara memukuli kasur yang

benar dengan menggunakan alat pemukul kasur sehingga nanti kasurnya

Page 74: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

menjadi bersih. Setelah memberikan contoh, Ustaz Ali menyuruh Fafa untuk

mempraktikkan apa yang dicontohkan oleh Ustaz Ali tadi dengan tuturan

„ayo debunya dipukulin biar pergi semua‟.

Tuturan lain yang juga termasuk dalam jenis TTD menyuruh ialah

tuturan “Ayo yang bersih tuh!” dan tuturan “Yang kenceng biar debunya

lepas semua!”. Kedua tuturan tersebut sama-sama dituturkan oleh Ustaz Ali

kepada Fafa. Maksud menyuruh pada tuturan yang pertama diungkapkan

secara langsung oleh Ustaz Ali, yakni secara langsung Ustaz Ali menyuruh

Fafa untuk memukuli kasur-kasur yang sedang dijemur sampai bersih dengan

alat pemukul kasur. Tuturan „Ayo yang bersih tuh‟ merupakan penanda

lingual yang menunjukkan bahwa tuturan tersebut termasuk jenis TTD

menyuruh. Pada tuturan yang kedua, maksud menyuruh juga dituturkan

secara langsung oleh Ustaz Ali. Ustaz Ali menyuruh Fafa untuk memukuli

kasur-kasur yang sedang dijemur itu dengan alat pemukul kasur dengan

pukulan yang lebih kencang agar debu-debu yang ada di dalam kasur-kasur

itu hilang. Tuturan „yang kenceng‟ merupakan penanda lingual pada tuturan

kedua yang menunjukkan bahwa tuturan itu termasuk jenis TTD menyuruh.

Percakapan (3) dalam SSM berikut juga merupakan data yang

mengandung TTD menyuruh.

(3) Konteks : Malam hari, Hasan datang ke rumah Syifa. Hasan

mendengar Syifa melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Hasan

mengintip dari jendela rumah Syifa. Syifa melihat ke arah

jendela dan melihat Hasan. Syifa berjalan ke arah jendela.

Syifa : Ih Hasan, kamu ngapain sih ke sini?

Hasan : Aku pengen ketemu sama kamu. Aku pengen ngobrol lama

banget sama kamu.

Syifa : I... ini kan udah malam?

Hasan : Wah, jawaban kamu udah kaya Abang kamu.

Page 75: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Syifa : Udah, kamu pergi sana! Kalau nggak, aku panggilin Bang

Abu.

Hasan : Eh, Abang kamu serem banget.

Syifa : Apa kamu bilang?

Hasan : Eh, enggak enggak.

Syifa : Ah udah ah, sana pergi!

Hasan : Aduh, Syifa.

(157/TTD/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (3) terdapat tuturan yang mengandung TTD

menyuruh, yaitu tuturan Syifa “Udah, kamu pergi sana!” yang dituturkan

kepada Hasan. Maksud tuturan Syifa tersebut dituturkan secara langsung,

yakni Syifa bermaksud menyuruh Hasan agar Hasan segera pergi

meninggalkan rumah Syifa. Syifa melakukan hal itu karena Syifa tidak ingin

timbul finah di antara mereka apabila ada masyarakat sekitar yang

mengetahui mereka berdua-duaan di dalam rumah tanpa ada muhrim. Tuturan

„kamu pergi sana‟ merupakan penanda lingual yang menunjukkan bahwa

tuturan Syifa tersebut termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh.

Tuturan lain yang juga mengandung TTD menyuruh dalam percakapan

(3), yaitu tuturan “Ah udah ah, sana pergi!”. Tuturan tersebut juga

dituturkan oleh Syifa kepada Hasan. Dengan tuturan tersebut, Syifa kembali

menyuruh Hasan untuk segera pergi meninggalkan rumahnya, karena waktu

itu Hasan belum juga pergi meninggalkan rumah Syifa setelah Syifa

menyuruhnya untuk pergi. Tuturan „sana pergi‟ merupakan penanda lingual

yang menunjukkan bahwa tuturan Syifa tersebut termasuk TTD menyuruh.

2. Tindak Tutur Melarang

Melarang berarti mencegah untuk tidak melakukan, menyuruh untuk

tidak melakukan sesuatu, tidak boleh mengerjakan sesuatu (KBBI Offline

1.3). Dengan demikian, TTD melarang ialah tindak tutur yang dilakukan oleh

Page 76: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

penutur dengan maksud untuk mencegah petutur melakukan sesuatu. Untuk

lebih memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD melarang

dalam percakapan SIKTP di bawah ini.

(4) Konteks : Yusuf menemukan baju kesayangannya digunting oleh

seseorang. Yusuf marah dan memanggil Enting untuk

meminta penjelasan. Yusuf juga memanggil Tebe dan Bila

untuk ditanyai tentang masalah itu. Yusuf menuduh Tebe

yang melakukan itu. Bila meminta Papanya untuk memeriksa

tas Tebe. Yusuf memeriksa tas Tebe. Tebe terbukti tidak

bersalah. Tebe meminta Yusuf untuk memeriksa tas Bila.

Yusuf : Bila, siniin tasnya! (Yusuf mengambil dan memeriksa tas

Bila. Yusuf menemukan gunting dan kain potongan bajunya)

Bila. Bila, jadi kamu yang nglakuin semua ini?

Bila : Bukan Bila, Pa.

Tebe : Kata Bapak Tebe, maling ngaku, penjara penuh, Pa. Pa,

sekarang Papa sudah ngelihat siapa orangnya.

Assalamualaikum.

Enting : Waalaikumsalam.

Bila : Pa, maafin Bila, ya, Pa!

Yusuf : Jadi, benar kan, Bila? Kamu yang lakuin ini semua? Iya

kan?

Enting : (Berarti Enting selama ini salah, suka nyangka si Tebe)

Yusuf : Bila, mulai hari ini kamu nggak boleh keluar kamar!

Ngerti kamu?

(3/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (4) terdapat tuturan yang mengandung TTD melarang,

yaitu tuturan “Bila, mulai hari ini kamu nggak boleh keluar kamar!” yang

dituturkan oleh Yusuf kepada Bila. Maksud dari tuturan Yusuf tersebut

dituturkan oleh Yusuf secara langsung. Adapun maksud dari tuturan Yusuf

tersebut ialah Yusuf bermaksud melarang Bila agar Bila tidak keluar dari

kamar Bila. Hal itu dilakukan oleh Yusuf karena Bila telah berbuat tidak baik

terhadap Tebe, yaitu Bila telah memfitnah Tebe sebagai orang yang telah

menggunting baju kesayangan Yusuf, padahal yang melakukan hal itu adalah

Bila. Selain itu, Yusuf melakukan hal itu dengan harapan agar Bila tidak

Page 77: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

mengulangi lagi perbuatan yang tidak terpuji itu. Tuturan „nggak boleh‟

merupakan penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan Yusuf

termasuk ke dalam jenis TTD melarang.

Data lain yang juga mengandung TTD melarang dapat dilihat pada

percakapan dalam SPRR di bawah ini.

(5) Konteks : Di ruang peralatan musik, Bejo memainkan bedug sambil

menyanyi, sedangkan Rohim dan Fuad membersihkan alat-

alat musik rebana. Bejo ingin mengambil minum karena dia

haus. Iqbal datang sambil membawa gitar kesayangannya.

Bejo : Kamu mau ngapain Bal? Sampean tuh mau ngapain hayo?

Fuad : Iya, ini gitar dapat dari mana?

Iqbal : Tadi Bokap Nyokap gue datang ke sini jenguk gue, terus

udah gitu bawa gitar kesayangan gue. Nih, keren kan?

Bejo : Iya iya iya, tapi kalau main gitar listrik itu nanti terjadi

pemborosan listrik, Bal. Jangan, Pak Kyai Abdullah nanti

bisa marah lho!

(116/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (5), yaitu tuturan “Jangan,

Pak Kyai Abdullah nanti bisa marah lho!” yang dituturkan oleh Bejo

kepada Iqbal merupakan tuturan yang termasuk dalam TTD melarang. Dalam

tuturan tersebut, maksud melarang dituturkan secara langsung oleh Bejo,

yaitu dengan tuturan „jangan‟. Tuturan „jangan‟ merupakan salah satu

penanda lingual dari TTD melarang. Dengan tuturan tersebut, Bejo

bermaksud melarang Iqbal agar Iqbal tidak memainkan gitar listrik milik

Iqbal dengan menggunakan aliran listrik milik pesantren. Bejo melakukan hal

itu karena menurutnya akan terjadi pemborosan listrik jika gitar listrik Iqbal

benar-benar dimainkan dengan menggunakan aliran listrik milik pesantren,

bahkan menurutnya akan dapat mengakibatkan listrik padam. Jika hal itu

sampai terjadi, menurut Bejo, Kyai Abdullah akan marah kepada mereka.

Page 78: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Percakapan dalam SSM berikut juga merupakan data yang mengandung

TTD melarang.

(6) Konteks : Malam-malam, Bang Ma‟ruf keluar rumah dan berjalan

sendirian di jalan perkampungan. Tebe pulang dari masjid

setelah Sholat Isya‟. Tebe melantunkan salawat. Bang

Ma‟ruf bertemu Tebe di jalan.

Bang Ma‟ruf : Sejak kapan ane Islam?

Tebe : Sejak.....

Bang Ma‟ruf : E... e...e...tunggu dulu! Jangan bilang sejak lahir, ye!

Ane kagak mau dibilang Islam keturunan sama orang.

Tebe : Pertanyaan, apa jawabannya, Bang?

Bang Ma‟ruf : Hehehe. Ane paham maksud ente ha. Hehehe, nih dua

ratus ribu ye.

Tebe : Tebe nggak minta lho, Bang?

Bang Ma‟ruf : Ane niat ngasih ama ente. Ambil, Be!

Tebe : Ikhlas nih?

Bang Ma‟ruf : Ikhlas.

(148/TTD/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (6) terdapat tuturan yang mengandung TTD melarang,

yaitu tuturan “E... e...e...tunggu dulu! Jangan bilang sejak lahir, ye!” yang

dituturkan oleh Bang Ma‟ruf kepada Tebe. Maksud tuturan Bang Ma‟ruf

tersebut dituturkan secara langsung. Dengan tuturan tersebut, Bang Ma‟ruf

bermaksud melarang Tebe agar Tebe tidak mengatakan kalau Bang Ma‟ruf

Islamnya sejak lahir atau Islam keturunan. Hal itu dilakukan oleh Bang

Ma‟ruf karena Bang Ma‟ruf tidak ingin dikatakan sebagai orang Islam yang

Islamnya didapat dari keturunan. Tuturan „jangan bilang sejak lahir, ye‟

adalah penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan

TTD melarang.

3. Tindak Tutur Meminta

Meminta berarti minta, mohon; melamar; berharap dengan sangat;

berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu (KBBI Offline 1.3).

Page 79: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Berdasarkan pada definisi tersebut, maka TTD meminta adalah tindak tutur

yang dilakukan oleh penutur dengan maksud supaya penutur diberi sesuatu

atau mendapatkan sesuatu dari mitra tuturnya. Untuk lebih memahaminya,

dapat dilihat data yang mengandung TTD meminta dalam percakapan SPRR

berikut ini.

(7) Konteks : Wahyu mendapatkan hasil tes kesehatan organ

reproduksinya. Dokter mengatakan bahwa Wahyu akan sulit

memiliki keturunan setelah dokter melihat hasil tes milik

Wahyu. Di depan rumah sakit, Nada berusaha menabahkan

Wahyu dan memberinya semangat.

Nada : Mas, bilang sama aku kalau semuanya itu sudah diatur sama

Gusti Allah! Ya, mungkin kita memang harus menerima

kondisi seperti ini. Mas harus ingat kalau nasib kita itu ndak

akan pernah berubah kecuali kalau kita yang merubahnya!

Kita bisa nglakuin terapi atau usaha yang lainnya!

Wahyu : Tapi, aku pengen nanya sama kamu. Apa kamu masih mau

nerima aku dengan kondisi aku seperti ini?

Nada : Mas, Mas, ndak boleh nanya kaya gitu sama aku, Mas!

Mana suami aku yang dulu kuat dan tegar untuk menghadapi

segala masalah? Selama ini Mas selalu nguatin aku kan,

kalau aku menghadapi masalah? Sekarang aku minta, Mas

juga harus kuat! Yang penting optimis dan Mas itu harus

berperasangka baik sama Gusti Allah!

(138/TTD/SPRR/SCTV/18 Juli 2011)

Percakapan (7) tersebut terjadi di depan rumah sakit setelah Wahyu dan

Nada mengambil hasil tes kesehatan reproduksi milik Wahyu. Di dalam

percakapan tersebut terdapat tuturan yang mengandung TTD meminta, yaitu

tuturan Nada “Sekarang aku minta, Mas juga harus kuat!” yang dituturkan

kepada Wahyu. Dalam tuturan tersebut, maksud meminta dituturkan secara

langsung oleh Nada kepada Wahyu, yakni Nada meminta Wahyu untuk kuat

dalam menghadapi kenyataan bahwa kondisi kesehatan reproduksi milik

Wahyu bermasalah sehingga menyebabkan mereka sulit untuk memiliki

keturunan. Dengan tuturan tersebut, Nada telah berusaha memberikan

Page 80: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

semangat atau motivasi kepada Wahyu agar Wahyu tidak terpuruk dengan

keadaan yang menimpanya. Adapun penanda lingual yang menunjukkan

bahwa tuturan Nada tersebut termasuk ke dalam TTD meminta, yaitu tuturan

„minta‟.

Contoh data lain yang juga mengandung TTD meminta dapat dilihat

pada percakapan SIKTP di bawah ini.

(8) Konteks : Bang Madit dan Pak RT melihat Karyo bersama Ustaz

Qadir, dan menghampiri mereka. Bang Madit menghina

Karyo. Ustaz Qadir menjelaskan kepada Karyo tentang orang

kaya dan orang miskin, sekaligus menyindir Bang Madit

yang telah menghina Karyo. Karena merasa terpojok, Bang

Madit dan Pak RT pergi meninggalkan Karyo dan Ustaz

Qadir.

Ustaz Qodir : Jadi Mas Karyo, cari ilmu itu sejak dini!

Karyo : Iya.

Ustaz Qodir : Ibaratnye kalau kita nyari ilmu sejak kita masih bocah,

sejak dini, sejak hari ini tidak menunggu nanti, ibarat kita

ngegores di atas batu.

Karyo : Iye.

Ustaz Qodir : Tampaknya jelas. Tapi kalau kita telat, udah tua bangka

baru nyari ilmu, itu kaya kita ngegores di atas air. Balik lagi,

normal lagi kagak kelihatan bekasnya.

Karyo : Bang Ustaz, kalau begitu ya jangan bosan-bosan ngasih

ilmu sama aku! Ya ta? Ustaz Qodir : Insya Allah.

(10/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (8) terdapat tuturan yang mengandung TTD meminta,

yaitu tuturan Karyo “Bang Ustaz, kalau begitu ya jangan bosan-bosan

ngasih ilmu sama aku! Ya ta?” yang dituturkan kepada Ustaz Qodir.

Maksud meminta dalam tuturan Karyo tersebut dituturkan secara tidak

langsung. Artinya, tuturan Karyo tersebut merupakan tuturan yang

mengandung implikatur, yakni implikatur meminta. Dengan tuturan tersebut,

Karyo bermaksud ingin meminta kepada Ustaz Qodir agar Ustaz Qodir

Page 81: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

berkenan memberi atau membagi ilmu agama (Islam) yang dimilikinya

kepada Karyo sehingga Karyo juga dapat memahami agama Islam dengan

baik dan benar.

Percakapan (9) dalam SSM berikut juga merupakan data yang

mengandung TTD meminta.

(9) Konteks : Ali dan Umar wudu di tempat wudu masjid. Mereka tidak

tahu kenapa wudu dimulai dari membasuh muka. Tebe ke

tempat wudu masjid dan bertemu Ali dan Umar. Tebe

mengejek Ali dan Umar. Umar bertanya kepada Tebe

mengenai hal wudu yang belum dia ketahui. Tebe tertawa.

Ali : Lo malah asyik-asyik ketawa lagi. Jawab, baru ketawa lo!

Tebe : Ilmu itu mahal.

Umar : Iya, aku tahu. UUD ta? Ujung-Ujungnya Duit. Nih.

Tebe : Ini cuma Bang Umar, Bang Ali mana?!

Ali : Duit gue gocengan semua.

Umar : Udah, kasih! Sedekah ama anak kecil!

(174/TTD/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Tuturan “Ini cuma Bang Umar, Bang Ali mana?!” dalam percakapan

(9) termasuk dalam TTD meminta. Tuturan tersebut dituturkan oleh Tebe

kepada Ali. Maksud dari tuturan Tebe tersebut dituturkan secara tidak

langsung. Dengan perkataan lain, tuturan Tebe yang bernada interogatif

tersebut merupakan tuturan yang mengandung implikatur, yakni implikatur

meminta. Adapun maksud dari tuturan Tebe tersebut ialah Tebe bermaksud

ingin meminta imbalan yang berupa uang kepada Ali sebelum Tebe

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Umar dan Ali

kepadanya berkenaan dengan bab wudu. Hal itu dilakukan oleh Tebe karena

Umar terlebih dahulu sudah memberikan uang kepada Tebe, sedangkan Ali

belum memberikan uang kepada Tebe.

Page 82: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4. Tindak Tutur Mengajak

Mengajak adalah meminta agar mengikuti, menyilakan, menyuruh

supaya turut (KBBI Offline 1.3). Berpijak pada pengertian tersebut, maka

TTD mengajak ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan

maksud meminta agar petutur mengikuti atau bersama-sama dengan penutur

untuk melakukan sesuatu. Untuk lebih memahaminya, dapat dilihat data yang

mengandung TTD mengajak dalam percakapan SIKTP berikut.

(10) Konteks : Bambang jalan-jalan sendiri dan melihat seseorang

menyanyi lagu yang belum pernah didengarnya. Bambang

terkesan dan menghampiri orang itu. Dia bertanya tentang

lagu yang baru saja didengarnya itu, serta berkenalan dengan

orang itu. Zulfikar.

Bambang : Ah, ini buat Abang. (Bambang memberi uang kepada

Zulfikar)

Zulfikar : Masya Allah, Bapak, sebetulnya bukan ini yang saya

perlukan. (menerima uang pemberian Bambang)

Bambang : Yah, ini itung-itung untuk perkenalan kita yang unik. Nanti

kan kita kan nyambung lagi. Oh, iya, Bapak belum makan

kan?

Zulfikar : Hehehe, iya iya iya, betul, Pak. Saya ini memang belum

makan. Tapi kenapa Bapak tahu? Sungguh hebat sekali

Bapak ini.

Bambang : Ya sudah kalau begitu kita cari warung, kita makan

bersama! Nanti semuanya saya yang bayar, ya.

Zulfikar : Baik Pak kalau begitu. Iya iya.

(4/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (10) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mengajak, yaitu tuturan “Ya sudah kalau begitu kita cari warung, kita

makan bersama!” yang dituturkan oleh Bambang kepada Zulfikar. Dengan

tuturan tersebut, Bambang secara langsung telah mengajak Zulfikar untuk

mencari warung dan berencana akan mentraktir Zulfikar makan di warung

tersebut. Bambang melakukan hal itu karena lagu yang dinyanyikan oleh

Zulfikar belum pernah didengar olehnya sehingga membuat Bambang

Page 83: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

menjadi tertarik dan terkesan dengan lagu yang dinyanyikan oleh Zulfikar.

Tuturan „kita cari warung, kita makan bersama‟ merupakan penanda lingual

yang menunjukkan bahwa tuturan Bambang tersebut termasuk ke dalam jenis

TTD mengajak.

Contoh data lain yang juga mengandung TTD mengajak dapat dilihat

pada percakapan SPRR di bawah ini.

(11) Konteks : Kyai Abdullah menemui Wahyu dan Nada di depan

aula setelah selesai memberi tausiyah kepada para santri

dan memimpin doa.

Kyai Abdullah : Nada, Wahyu, di bulan Ramadhan ini adalah Ramadhan

pertama untuk kalian. Jadi, ini adalah momen yang pas di

mana kalian harus banyak-banyak berdoa, minta pada

Gusti Allah, semoga apa yang kalian inginkan bisa

terkabul! Nah, di saat Ramadhan nanti banyak-banyak

berdoa! Semoga apa yang kalian inginkan diijabah oleh

Gusti Allah.

Wahyu : Amin.

Kyai Abdullah : Ya wis, kalau gitu Bapak duluan, ya? Assalamualaikum.

Nada : Waalaikumsalam. Mas, kita makan siang bareng yuk

di rumah! Wahyu : E, boleh. Ya udah kalau gitu sekarang kita pulang

yuk! (110/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan “Mas, kita makan siang bareng yuk di rumah!” pada

percakapan (11) merupakan tuturan yang mengandung TTD mengajak.

Tuturan tersebut dituturkan oleh Nada kepada Wahyu. Adapun maksud dari

tuturan Nada tersebut dituturkan secara langsung, yaitu Nada bermaksud

ingin mengajak Wahyu untuk makan siang bersama di rumah mereka sendiri.

Penanda lingual yang dapat memperkuat anggapan bahwa tuturan Nada

tersebut termasuk dalam TTD mengajak, yaitu tuturan „yuk‟.

Selain tuturan tersebut, terdapat tuturan lain yang juga mengandung

TTD mengajak, yaitu tuturan “Ya udah kalau gitu sekarang kita pulang

Page 84: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

yuk!” yang dituturkan oleh Wahyu kepada Nada. Maksud tuturan Wahyu

tersebut juga dituturkan secara langsung, yakni Wahyu menanggapi ajakan

Nada untuk makan siang bersama di rumah dengan kembali mengajak Nada

untuk segera pulang ke rumah bersama-sama. Ajakan Wahyu pada Nada

ditunjukkan dengan adanya penanda lingual yang terdapat di dalam tuturan

tersebut, yaitu tuturan „yuk‟.

Berikut ini contoh percakapan lain dalam SSM yang juga merupakan

data yang mengandung TTD mengajak.

(12) Konteks : Malam hari di kamar Tebe, Tebe dan Ijah ingin tidur. Tebe

tidur di pangkuan Emaknya.

Ijah : Tebe kalau mau tidur, baca doa tidur dulu! Coba baca deh!

Tebe : Bismillahirahmanirahim Allahumma barik lana

fiimarozaqtana wakina ‘adzabannar. Amin.

Ijah : Lha, itu salah Be, bukan begitu.

Tebe : Salah, ya, Mak?

Ijah : Ya, salah.

Tebe : Iya.

Ijah : Gini nih doa tidur mah, Bismillahirrahmanirrahim bismika

Allahumma ahya wabismika amud.

Tebe : Kita baca bareng-bareng yuk, Mak!

Ijah : Ayo!

(198/TTD/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Pada percakapan (12) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mengajak, yaitu tuturan “Kita baca bareng-bareng yuk, Mak!” yang

dituturkan oleh Tebe kepada Ijah (emakya). Maksud dari tuturan tersebut

dituturkan secara langsung oleh Tebe. Dengan tuturan tersebut, Tebe

bermaksud ingin mengajak emaknya untuk bersama-sama dengan dirinya

untuk membaca doa akan tidur, karena waktu itu sudah malam dan Tebe

sudah mengantuk. Tuturan „yuk‟ adalah penanda lingual yang menunjukkan

bahwa tuturan Tebe tersebut mengandung TTD mengajak.

Page 85: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Selain itu, di dalam percakapan (12) juga terdapat tuturan lain yang

juga mengandung TTD mengajak, yaitu tuturan “Ayo!” yang dituturkan oleh

Ijah kepada Tebe. Tuturan Ijah tersebut merupakan tanggapan positif atau

kesediaan Ijah untuk bersama-sama Tebe membaca doa akan tidur. Dengan

tuturan itu pula, Ijah mengajak Tebe untuk membaca doa akan tidur bersama-

sama. Tuturan Ijah tersebut sekaligus menjadi penanda lingual yang

menunjukkan bahwa tuturan Ijah tersebut termasuk ke dalam TTD mengajak,

yaitu tuturan „ayo‟.

5. Tindak Tutur Menyarankan

Menyarankan adalah memberikan saran, anjuran; menganjurkan (KBBI

Offline 1.3). Jadi, TTD menyarankan adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penutur dalam rangka untuk memberikan nasihat atau anjuran kepada petutur.

Untuk lebih memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD

menyarankan dalam percakapan SIKTP berikut.

(13) Konteks : Nina memerhatikan Zul dari jauh yang sedang membaca

selawat. Sabrina melihat Nina dan menghampirinya. Nina

terkejut Sabrina tiba-tiba ada di sampingnya.

Sabrina : Kalau dalam satu rumah tangga masalah bisa dilalui, maka

rejeki akan lancar. Tapi kalau nggak bisa dilaluin, yang ada jadi

nggak kerawat, badan jadi kurus, muka jadi kusam.

Nina : Iya, Kak.

Sabrina : Saran dari kakak, kalau kamu emang sudah yakin, kamu

jangan lupa untuk sholat Istiqarah! Jangan cuma

mengandalkan perasaan! Tapi, rasa dimainin, minta

petunjuk sama Allah, bukan sama emosi, Nin!

Assalamualaikum.

Nina : Waalaikumsalam.

(77/TTD/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Pada percakapan (13) terdapat tuturan yang mengandung TTD

menyarankan, yaitu tuturan “Saran dari kakak, kalau kamu emang sudah

Page 86: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yakin, kamu jangan lupa untuk sholat Istiqarah! Jangan cuma

mengandalkan perasaan! Tapi, rasa dimainin, minta petunjuk sama

Allah, bukan sama emosi, Nin!” yang dituturkan oleh Sabrina kepada Nina.

Maksud tuturan Sabrina tersebut dituturkan secara langsung. Dengan tuturan

tersebut, Sabrina bermaksud ingin memberikan saran kepada Nina agar Nina

memiliki keyakinan yang kuat bahwa Zul adalah lelaki yang menjadi pilihan

hatinya. Sabrina juga memberikan saran agar Nina melaksanakan sholat

Istiqarah dan meminta petunjuk kepada Allah dengan tujuan untuk lebih

memantapkan hatinya. Adapun penanda lingual yang dapat menunjukkan

bahwa tuturan Sabrina tersebut termasuk dalam jenis TTD menyarankan,

yaitu tuturan „saran dari kakak‟.

Contoh data yang mengandung TTD menyarankan dapat pula dilihat

pada percakapan SPRR di bawah ini.

(14) Konteks : Siang hari, Nada pergi ke pesantren dengan wajah senang

dan langsung menuju ke sanggar. Di sanggar sudah ada Nisa

dan Aisyah. Nada mual-mual. Nisa menganggap Nada hamil,

tapi Nada menyangkalnya.

Nisa : Gini Mbak.

Nada : He em.

Nisa : Nisa kasih saran, supaya Mbak ndak penasaran dengan

hasilnya, Embak bisa beli tespek di apotik! Nah, Mbak

bisa ngetes sendiri di rumah dan hasilnya itu bisa Mbak

lihat langsung! Ndak ada salahnya kan?

Nada : (mengangguk)

(98/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (14) merupakan tuturan

yang mengandung TTD menyarankan, yaitu tuturan Nisa “Nisa kasih saran,

supaya Mbak ndak penasaran dengan hasilnya, Embak bisa beli tespek

di apotik! Nah, Mbak bisa ngetes sendiri di rumah dan hasilnya itu bisa

Page 87: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Mbak lihat langsung!” yang dituturkan kepada Nada. Maksud dari tuturan

Nisa tersebut dituturkan secara langsung di dalam tuturannya, yaitu Nisa

bermaksud ingin memberikan saran kepada Nada agar Nada membeli tespek

di apotik, dan kemudian mengecek keadaan Nada sendiri di rumah, apakah

Nada hamil atau tidak dengan menggunakan tespek itu sehingga Nada tidak

lagi merasa penasaran. Penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan

Nisa termasuk tuturan yang mengandung TTD menyarankan, yaitu tuturan

„Nisa kasih saran‟.

Percakapan (15) dalam SSM berikut ini juga merupakan data yang

mengandung TTD menyarankan.

(15) Konteks : Malam hari di rumah Hasan, Hasan memanggil Sumi

(pembantunya yang beragama Islam). Hasan ingin bertanya

tentang sesuatu yang berkaitan dengan Islam kepada Sumi.

Hasan : Kenapa sih kalau di Islam itu nggak boleh pacaran?

Sumi : Bukannya nggak dibolehin tuan muda, tapi nggak diizinkan.

Hasan : Ya, itu mah sama aja, Mbak.

Sumi : Beda. Kalau nggak diizinkan, itu ada waktunya tuan muda,

tapi kalau nggak dibolehin, itu untuk selamanya.

Hasan : Saya nggak ngerti. Maksudnya bagaimana sih, Mbak?

Sumi : Nikahin dulu, setelah itu, pacaran setelah nikah.

(188/TTD/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Tuturan “Nikahin dulu, setelah itu, pacaran setelah nikah” yang

dituturkan oleh Sumi kepada Hasan pada percakapan (15) merupakan tuturan

yang termasuk ke dalam jenis TTD menyarankan. Dengan tuturan tersebut,

Sumi bermaksud ingin memberikan saran kepada Hasan agar Hasan

berpacaran setelah menikah dengan perempuan yang dicintainya. Hal itu

dimaksudkan Sumi agar Hasan dan perempuan yang dicintai Hasan dapat

saling menjaga kesucian cinta di antara mereka sehingga cinta mereka tidak

ternoda dengan hal-hal yang negatif, seperti zina. Tuturan „nikahin dulu,

Page 88: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

setelah itu, pacaran setelah nikah‟ adalah penanda lingual dari TTD

menyarankan.

6. Tindak Tutur Menasihati

Menasihati adalah memberi nasihat, memberi ajaran dan arahan yang

baik (KBBI Offline 1.3). Berpijak pada pengertian tersebut, maka TTD

menasihati ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud

untuk memberikan ajaran dan arahan yang baik kepada mitra tutur. Untuk

lebih memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD menasihati

dalam percakapan SIKTP berikut.

(16) Konteks : Seorang perempuan pulang dari bekerja sendirian malam-

malam. Di jalan yang sepi, perempuan itu dihadang oleh

dua orang perampok. Zulfikar melihat kejadian itu, dan

berusaha menolong.

Zulfikar : Hai, sungguh memalukan kalian beraninya sama

perempuan.

Perampok 1 : Heh, jangan ikut campur lo! Gua lubangi perut lo, ha.

Zulfikar : Masya Allah, maaf Bang, saya bukannya ikut campur,

tapi cuma mau nasihatin sama Abang, jangan berbuat

keji sama seseorang! (Zulfikar berkelahi dengan kedua

perampok yang membawa pisau dan akhirnya Zulfikar

tertusuk dan terkapar di tanah). Ya Allah.

Perampok 1 : Hahaha, cabut, Bro! Cabut!

(34/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (16) terdapat tuturan yang mengandung TTD

menasihati, yaitu tuturan Zulfikar “Masya Allah, maaf Bang, saya

bukannya ikut campur, tapi cuma mau nasihatin sama Abang, jangan

berbuat keji sama seseorang!” yang dituturkan kepada kedua orang

perampok. Tuturan Zulfikar tersebut merupakan tuturan yang maksudnya

dituturkan secara langsung. Dengan tuturan tersebut, Zulfikar bermaksud

ingin memberi nasihat kepada kedua orang perampok agar mereka tidak

Page 89: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

melakukan perbuatan jahat kepada orang lain, yaitu merampok seorang

perempuan yang dihadang oleh mereka. Selain itu, Zulfikar juga berharap

agar kedua orang perampok itu mengurungkan niatnya untuk merampok

seorang perempuan yang dihadangnya. Dengan perkataan lain, Zulfikar ingin

menggagalkan aksi kejahatan yang akan dilakukan oleh kedua orang

perampok itu. Adapun penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan

Zulfikar tersebut termasuk ke dalam jenis TTD menasihati, yaitu tuturan

„nasihatin‟.

Contoh data lain yang juga mengandung TTD menasihati dapat dilihat

pada percakapan SPRR berikut ini.

(17) Konteks : Kyai Abdullah memberi tausiyah kepada seluruh santri

di masjid pesantren. Nada dan Wahyu ikut

mendengarkan tausiyah. Selesai mengisi tausiyah, Kyai

Abdullah menemui Nada dan Wahyu di depan masjid.

Kyai Abdullah : Assalamualaikum.

Nada & Wahyu : Waalaikumsalam.

Kyai Abdullah : Bapak denger, tadi pagi kamu udah ambil hasil tes ya?

Nada : Iya, Pa. Tadi pagi kita udah ambil hasil tesnya dan

alhamdulillah kita baik-baik saja.

Kyai Abdullah : Syukur alhamdulillah. Sekarang tinggal kalian itu

banyak-banyak berdoa minta kepada Gusti Allah

agar kalian dipercaya untuk diberi momongan sama

Gusti Allah! Dan yakinlah, Gusti Allah itu akan

memberikan pada yang Dia kehendaki dalam waktu

yang tepat! Wahyu & Nada : Amin.

(139/TTD/SPRR/SCTV/18 Juli 2011)

Tuturan “Sekarang tinggal kalian itu banyak-banyak berdoa minta

kepada Gusti Allah agar kalian dipercaya untuk diberi momongan sama

Gusti Allah! Dan yakinlah, Gusti Allah itu akan memberikan pada yang

Dia kehendaki dalam waktu yang tepat!” yang dituturkan oleh Kyai

Abdullah kepada Wahyu dan Nada pada percakapan (17) merupakan tuturan

Page 90: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

yang mengandung TTD menasihati. Dengan tuturan tersebut, Kyai Abdullah

bermaksud ingin memberikan nasihat kepada Wahyu dan Nada agar mereka

memperbanyak berdoa kepada Allah SWT supaya mereka segera diberi anak.

Kyai Abdullah menuturkan tuturan tersebut karena dia mengetahui kalau

Wahyu dan Nada baru saja mengambil hasil tes kesehatan reproduksi milik

Wahyu, dan Nada mengatakan bahwa hasil tes itu baik-baik saja. Di samping

itu, Wahyu dan Nada sampai saat itu belum memiliki anak, padahal mereka

sudah lama menikah. Hal itu juga yang menjadi salah satu sebab Kyai

Abdullah menuturkan tuturan tersebut.

Berikut ini contoh data lain yang juga mengandung TTD menasihati

dalam percakapan SSM.

(18) Konteks : Pagi hari waktu subuh, Syifa masih tertidur nyenyak. Bang

Abu masuk ke kamar Syifa (adiknya) dan melihat Syifa

masih tertidur pulas. Bang Abu membangunkan Syifa. Syifa

susah dibangunkan oleh Bang Abu.

Bang Abu : Lo ambil wudu, tidur dalam keadaan suci badan lo, tapi hati

ama pikiran lo kagak buat Allah. Lo lebih mikirin laki yang

dateng semalem ketimbang sama Allah Maha Pencipta, hem.

Masih mending Alhamdulillah lo bangun, kalau lo kagak

bangun, lo bisa mati dalam keadaan kafir.

Syifa : Ha, mati kafir, Bang?

Bang Abu : Hehehe. Syifa, Abang lo ini kalau ngomong emang pedes

tapi maksud gue jangan sampai kecintaan lo sama

makhluk ciptaan Allah melebihi kecintaan lo sama Sang

Maha Pencipta Allah SWT! (200/TTD/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (18) merupakan tuturan

yang mengandung TTD menasihati, yaitu tuturan “Syifa, Abang lo ini kalau

ngomong emang pedes tapi maksud gue jangan sampai kecintaan lo sama

makhluk ciptaan Allah melebihi kecintaan lo sama Sang Maha Pencipta

Allah SWT!” yang dituturkan oleh Bang Abu kepada Syifa. Bang Abu

Page 91: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

menuturkan tuturan tersebut karena Syifa sulit dibangunkan untuk

melaksanakan sholat Subuh. Dengan tuturan tersebut, Bang Abu juga

bermaksud ingin memberikan nasihat kepada Syifa agar Syifa tidak mencintai

makhluk ciptaan Allah melebihi mencintai Allah. Tuturan „maksud gue

jangan sampai kecintaan lo sama makhluk ciptaan Allah melebihi kecintaan

lo sama Sang Maha Pencipta Allah SWT‟ adalah penanda lingual dari TTD

menasihati.

7. Tindak Tutur Memohon

Memohon adalah meminta dengan hormat (KBBI Offline 1.3). Jadi,

TTD memohon ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan

maksud meminta dengan hormat kepada petutur untuk melakukan sesuatu

sebagai bentuk penghargaan atau penghormatan kepada petutur. Untuk lebih

memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD memohon dalam

percakapan SIKTP berikut.

(19) Konteks : Bang Dul memandikan keris pusakanya dengan air bunga

tujuh rupa di teras depan rumahnya sambil membacakan

mantera-mantera. Bang Ali tiba-tiba muncul mengagetkan

Bang Dul setelah Jami pergi meninggalkan Bang Dul.

Bang Ali : Assalamualaikum.

Bang Dul : Waalaikumsalam, Bang Ali.

Bang Ali : Dul Dul, bagaimana ilmu agama lo mau maju Dul, kalau

masih aje percaya ama yang begini nih? Dul, bener kata orang,

Dul, orang miskin itu lebih seneng ama jalan singkat, jalan

pintas. Karena elo tahu kan pada Allah Azza Wajalla, oke?

Bang Dul : Iye, Bang.

Bang Ali : Bersihin! Tapi mata hati lo udah pekat, hitam, jadi nggak

nembus ama air. Lo nggak peka lagi.

Bang Dul : Bang Ali tolong Dul dikasih petunjuk, Bang Ali!

Bang Ali : Hehehe. Dul, petunjuk itu tiap hari ada di depan mata, cuma

elo-nya aja yang males nerjemahnye. Assalamualaikum.

Bang Dul : Waalaikumsalam.

(46/TTD/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Page 92: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Pada percakapan (19) terdapat tuturan yang mengandung TTD

memohon, yaitu tuturan “Bang Ali tolong Dul dikasih petunjuk, Bang Ali!”

yang dituturkan oleh Bang Dul kepada Bang Ali. Maksud dari tuturan

tersebut dituturkan oleh Bang Dul secara langsung, yakni Bang Dul

bermaksud memohon kepada Bang Ali agar Bang Ali berkenan memberi

petunjuk kepada Bang Dul. Petunjuk yang dimaksud oleh Bang Dul adalah

petunjuk dalam menjalani hidup yang sesuai dengan syariat Islam. Adapun

penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan Bang Dul tersebut

termasuk dalam jenis TTD memohon ialah tuturan „tolong Dul dikasih

petunjuk‟.

Contoh data lain yang mengandung TTD memohon dapat pula dilihat

pada percakapan SPRR di bawah ini.

(20) Konteks : Zulfikar pulang dari rumah Bang Dul karena sudah larut

malam. Di jalan, Zulfikar bertemu dengan Bang Madit, Pak

RT, dan Qomar.

Zulfikar : Bang Madit, setiap manusia itu pasti akan mati. E, saya

mohon pada Bang Madit kalau saya punya salah,

tolonglah maafkan saya!

Pak RT : Eh, bagaimana rupanya? Belum tentu ente itu masuk surga.

Jangan belagulah! Ah, mengkhayal bae.

Zulfikar : Masya Allah, Pak RT, keimanan seseorang itu hanya

Allah yang tahu, dan kalau saya mati, saya mohon Pak

RT juga doakanlah saya agar saya di akhirat nanti hidup

yang sangat mulia!

Pak RT : Apa kata malaikat nanti? Apa kata malaikat?

(29/TTD/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (20) terdapat tuturan yang mengandung TTD

memohon, yaitu tuturan “E, saya mohon pada Bang Madit kalau saya

punya salah, tolonglah maafkan saya!” yang dituturkan oleh Zulfikar

kepada Bang Madit. Dalam tuturan tersebut terdapat penanda lingual yang

Page 93: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menunjukkan bahwa tuturan Zulfikar termasuk TTD memohon, yakni tuturan

„mohon‟. Dengan tuturan tersebut, Zulfikar bermaksud memohon kepada

Bang Madit agar Bang Madit bersedia memberikan maaf atas segala

kesalahan yang telah dilakukan oleh Zulfikar kepada Bang Madit di masa

lalu. Zulfikar melakukan hal itu karena dia merasa bahwa hidupnya di dunia

ini tidak akan lama lagi.

Selain itu, tuturan “Masya Allah, Pak RT, keimanan seseorang itu

hanya Allah yang tahu, dan kalau saya mati, saya mohon Pak RT juga

doakanlah saya agar saya di akhirat nanti hidup yang sangat mulia!”

juga merupakan tuturan yang mengandung TTD memohon. Tuturan tersebut

dituturkan oleh Zulfikar kepada Pak RT. Adapun maksud dari tuturan

Zulfikar tersebut ialah Zulfikar bermaksud memohon kepada Pak RT agar

Pak RT berkenan mendoakan dirinya agar di akhirat kelak dirinya

mendapatkan hidup yang sangat mulia. Hal itu dilakukan oleh Zulfikar karena

dia merasa bahwa hidupnya di dunia ini tidak akan lama lagi. Tuturan

„mohon‟ merupakan penanda lingual yang dapat membuktikan bahwa tuturan

Zulfikar termasuk dalam jenis TTD memohon.

Contoh data yang mengandung TTD memohon dapat pula dilihat pada

percakapan SSM berikut ini.

(21) Konteks : Nada di sanggar batik sedang membereskan dan merapikan

kain-kain batik yang sudah jadi. Nisa datang ke sanggar batik

dan melihat Nada ada di sana. Nisa bertanya apakah Nada

sudah membeli tespek. Nada meminta Nisa untuk berbicara

pelan-pelan.

Nisa : Jadi, yang pas Mbak mual-mual, yang pas Mbak mual-mual

iku Mas Wahyu ndak tahu?

Nada : Tolong aku, ya, Nis! Aku punya alasan yang kuat kenapa

aku masih belum ngasih tahu ke Mas Wahyu soal ini. Soal

Page 94: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tespeknya, aku udah beli tapi aku masih sembunyiin, dan Mas

Wahyu ndak tahu soal ini. Jadi aku mohon banget, jangan

kasih tahu siapa-siapa ya! Nisa : Iya Mbak, Nisa ngerti. Tenang aja, aman-aman aja ya!

Nada : Makasih ya.

Nisa : Iku udah beres?

Nada : Udah-udah, kita angkat ya!

(121/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Nada “Jadi aku mohon banget, jangan kasih tahu siapa-

siapa ya!” yang dituturkan kepada Nisa pada percakapan (21) merupakan

tuturan yang mengandung TTD memohon. Maksud dari tuturan tersebut

dituturkan Nada secara langsung. Adapun maksud dari tuturan Nada tersebut

ialah Nada bermaksud memohon kepada Nisa agar Nisa tidak memberitahu

siapa-siapa, termasuk Wahyu, mengenai keadaan Nada yang sering mual-

mual. Tuturan „mohon‟ merupakan penanda lingual yang dapat menunjukkan

bahwa tuturan Nada tersebut termasuk tuturan yang mengandung TTD

memohon.

8. Tindak Tutur Mengingatkan

Mengingatkan adalah menyadarkan, memperingatkan, memberi nasihat;

menjadikan ingat (KBBI Offline 1.3). Berpijak pada pengertian tersebut, TTD

mengingatkan ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud

untuk menjadikan ingat atau menyadarkan petutur tentang sesuatu hal. Untuk

lebih memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD mengingatkan

dalam percakapan SIKTP berikut.

(22) Konteks : Bang Dul memandikan keris pusakanya dengan air

kembang tujuh rupa di teras depan rumahnya sambil

membacakan mantera-mantera. Jami kebetulan lewat di

depan rumah Bang Dul dan melihat perbuatan Bang Dul.

Jami menghampiri Bang Dul.

Jami : Bang Dul, ngapain sih ritual kaya gini?

Page 95: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Bang Dul : Eh, Jami, listen to me! Denger Dul, ye! Dul pengen kaya.

Jami : Bagus dong. Bagus kalau Bang Dul mau kaya. Bang Dul

minta sama punya alam semesta ini! Yang menciptakan

semua ini, Bang Dul, Allah SWT kaya. Bang Dul, ingat doa

dibarengin dengan usaha!

(45/TTD/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Tuturan Jami yang dituturkan kepada Bang Dul, yakni tuturan “Bang

Dul, ingat doa dibarengin dengan usaha!” pada percakapan (22) merupakan

tuturan yang mengandung TTD mengingatkan. Maksud dari tuturan tersebut

dituturkan Jami secara langsung. Dengan tuturan tersebut, Jami bermaksud

ingin mengingatkan Bang Dul agar Bang Dul berusaha, di samping juga

berdoa, jika Bang Dul benar-benar ingin menjadi orang kaya. Jami juga

mengingatkan kepada Bang Dul bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Bang

Dul waktu itu, yakni Bang Dul melakukan ritual-ritual dengan tujuan ingin

menjadi orang kaya, adalah perbuatan yang salah dan merupakan salah satu

perbuatan syirik. Adapun penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan

Jami tersebut merupakan TTD mengingatkan, yaitu tuturan „ingat‟.

Contoh data lain yang mengandung TTD mengingatkan dapat pula

dilihat pada percakapan SIKTP berikut.

(23) Konteks : Hasan melamun sambil menyandarkan kepalanya ke tiang

bangunan di depan kantin kampus. Syifa melihat Hasan dan

menghampirinya. Hasan berkata kepada Syifa bahwa Hasan

merasa kalau Allah tidak adil kepadanya, karena dia dilahirkan

dari keluarga non-Islam. Syifa menjelaskan tentang orang

Islam yang lahir dari keluarga Islam kepada Hasan, dan

menyuruh Hasan untuk bersyukur karena Hasan telah diberi

hidayah oleh Allah dengan dia masuk Islam.

Syifa : Kamu ngerti?

Hasan : Ngertilah.

Syifa : Paham?

Hasan : Paham.

Syifa : Mudheng? Ah udah ah mudheng aja. Sekarang waktunya

Sholat Zuhur!

Page 96: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Hasan : Hehe, Syifa, aduh kamu lama-lama kayak Abu, Abang kamu

Syifa.

Syifa : Hehehe, emang dia Abang aku.

Hasan : Cie, hehe, Syifa tungguin!

(184/TTD/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (23) termasuk ke dalam

jenis TTD mengingatkan, yaitu tuturan “Sekarang waktunya Sholat

Zuhur!” yang dituturkan oleh Syifa kepada Hasan. Maksud dari tuturan Syifa

tersebut ialah Syifa bermaksud ingin mengingatkan kepada Hasan bahwa saat

itu telah masuk waktu sholat Zuhur, dan hendaknya mereka segera

melaksanakan sholat Zuhur. Tuturan „sekarang waktunya Sholat Zuhur‟

adalah penanda lingual dari TTD mengingatkan.

Contoh data lain yang mengandung TTD mengingatkan juga dapat

dilihat pada percakapan SPRR di bawah ini.

(24) Konteks : Ali dan Umar datang ke masjid ingin melaksanakan Sholat

Zuhur. Mereka masuk ke dalam masjid dan melihat Tebe dan

Usman sholat berjamaah.

Ali : Subhanallah. Allahu akbar. Coba lihat tuh!

Usman : Allahu akbar. Sami’allahulimankhamidah.

Ali : Tuh, kita sholat harus kaya gitu, khusyuk!

Umar : Ha, ya, wajar, Li. Wong dia iki wong sugih.

Ali : Yah, sembarangan kalau ngomong, nyebut ah! Mana pernah

Bang Usman ikut pesugihan?

Umar : Waduh, bukan itu, Li. Maksud aku dia iki wong kaya, Li.

Ali : Makanya ngomong yang jelas! Ini Jakarta, yang jelas kalau

ngomong!

Umar : Iya.

(175/TTD/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (24) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mengingatkan, yaitu tuturan “Ini Jakarta, yang jelas kalau ngomong!” yang

dituturkan oleh Ali kepada Umar. Maksud tuturan Ali tersebut ialah Ali

bermaksud ingin mengingatkan kepada Umar bahwa saat itu mereka berada

Page 97: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

di Jakarta sehingga jika Umar ingin berbicara harus berbicara dengan jelas

agar tidak menimbulkan persepsi yang lain. Tuturan „ini Jakarta‟ adalah

penanda lingual dari TTD mengingatkan.

Percakapan dalam SPRR berikut juga merupakan contoh data yang

mengandung TTD mengingatkan.

(25) Konteks : Aldo dan Fafa diberi hukuman oleh Ustaz Ali untuk

menjemur kasur milik seluruh santriwan karena kesalahan

mereka. Aldo dan Fafa megeluarkan kasur bersama-sama

melewati satu pintu sehingga mereka berdesakan. Fafa

kecapekan dan tidur di atas kasur yang akan dijemur.

Aldo : Pemuluk-pemuluk, jadi orang pelupa amat sih? Heh, dia

malah tidur? Eh, ya udah deh gue tunggu di halaman

belakang ya.

Fafa : Sekarang?

Aldo : Nanti lebaran kambing.

Fafa : Oh, jadi sekarang dong lebaran kambing? Sekarang?

Aldo : Aduh, capek gua ngomong ama lo, ah.

Fafa : Hati-hati Mas Benjo!

(95/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Dalam percakapan (25) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mengingatkan, yaitu tuturan Fafa “Hati-hati Mas Benjo!” yang dituturkan

kepada Aldo. Dalam tuturan tersebut, terdapat penanda lingual yang

menunjukkan bahwa tuturan Fafa merupakan tuturan yang termasuk TTD

mengingatkan, yaitu tuturan „hati-hati‟. Adapun maksud yang terkandung di

dalam tuturan Fafa tersebut ialah Fafa bermaksud ingin mengingatkan kepada

Aldo agar Aldo berhati-hati dalam membawa atau mengangkat kasur supaya

Aldo tidak terjatuh.

9. Tindak Tutur Mempersilakan

Mempersilakan adalah meminta secara lebih hormat supaya (KBBI

Offline 1.3). Berdasarkan pada pengertian tersebut, TTD mempersilakan ialah

Page 98: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud meminta dengan

lebih hormat agar petutur melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur.

Untuk lebih memahaminya, dapat dilihat data yang mengandung TTD

mempersilakan dalam percakapan SPRR berikut.

(26) Konteks : Nada dan Wahyu makan siang di rumah berdua. Bu

Rosminah datang ke rumah Wahyu membawa makanan

untuk Nada dan Wahyu.

Bu Rosminah : Ini Mama bawain makanan spesial. Mama masak buat

kalian berdua.

Wahyu : Aduh.

Bu Rosminah : Tuh. Mudah-mudahan kalian suka ya?

Nada : Eh, terima kasih ya, Ma.

Bu Rosminah : Sama-sama. Yuk, silakan!

(112/TTD/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan “Yuk, silakan!” yang dituturkan oleh Bu Rosminah kepada

Nada dan Wahyu pada percakapan (26) merupakan tuturan yang mengandung

TTD mempersilakan. Maksud dari tuturan tersebut dituturkan oleh Bu

Rosminah secara langsung. Adapun maksud dari tuturan tersebut ialah Bu

Rosminah bermaksud ingin mempersilakan Nada dan Wahyu untuk mencicipi

masakan buatannya, yang sengaja dibawanya ke rumah Nada dan Wahyu. Bu

Rosminah melakukan hal itu karena dia ingin merayakan kabar gembira yang

diterimanya dari Wahyu dan Nada berkenaan dengan hasil kesehatan

reproduksi Wahyu dan Nada yang diinformasikan kepadanya dalam keadaan

baik-baik saja. Hal itu artinya, Bu Rosminah kemungkinan besar akan segera

mendapatkan cucu dari Wahyu dan Nada. Tuturan „silakan‟ merupakan

penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan Bu Rosminah adalah

tuturan yang mengandung TTD mempersilakan.

Page 99: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Selain mengandung TTD mempersilakan, tuturan Bu Rosminah

tersebut juga dapat diklasifikasikan ke dalam TTD mengajak. Hal itu karena

di dalam tuturan tersebut juga terdapat penanda lingual yang menunjukkan

bahwa tuturan tersebut merupakan TTD mengajak, yaitu tuturan „yuk‟.

Adapun maksud dari tuturan „yuk‟ ialah Bu Rosminah ingin mengajak

Wahyu dan Nada untuk mencicipi masakan buatannya yang khusus dibuat

untuk mereka. Jadi, tuturan Bu Rosminah tersebut, di samping mengandung

TTD mempersilakan, juga mengandung TTD mengajak.

Contoh data yang juga mengandung TTD mempersilakan dapat dilihat

pada percakapan SPRR berikut.

(27) Konteks : Nada dan Wahyu sampai di rumah sakit. Mereka ingin

mengambil hasil tes kesehatan organ reproduksi milik

Wahyu. Nada dan Wahyu diminta oleh suster untuk

menunggu antrian. Wahyu terlihat gugup.

Nada : Tenang, ya, Mas!

Wahyu : (mengangguk)

Suster : Saudara Wahyu S.

Nada : Mas, nama Mas dipanggil.

Wahyu : Yuk!

Dokter : Ayo, silakan!

Wahyu : E, Dok, saya pengen tahu hasil tes saya Minggu lalu!

Dokter : Sebentar.

(136/TTD/SPRR/SCTV/18 Juli 2011)

Pada percakapan (27) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mempersilakan, yaitu tuturan “Ayo, silakan!” yang dituturkan oleh Dokter

kepada Wahyu. Maksud dari tuturan tersebut dituturkan oleh Dokter secara

langsung. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya penanda lingual yang

terdapat di dalam tuturan tersebut, yaitu tuturan „silakan‟. Adapun maksud

dari tuturan Dokter tersebut ialah Dokter bermaksud mempersilakan Wahyu

Page 100: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dan Nada untuk duduk di tempat duduk yang telah disediakan di hadapan

Wahyu dan Nada.

Di samping termasuk TTD mempersilakan, tuturan “Ayo, silakan!”

yang dituturkan oleh Dokter juga dapat dimasukkan ke dalam TTD mengajak.

Dikatakan demikian, karena di dalam tuturan tersebut juga terdapat penanda

lingual yang menunjukkan bahwa tuturan Dokter tersebut merupakan TTD

mengajak, yaitu tuturan „ayo‟. Maksud tuturan „ayo‟ ialah Dokter bermaksud

ingin mengajak Wahyu dan Nada untuk duduk di kursi yang telah disediakan.

Dengan demikian, tuturan Dokter tersebut selain mengandung TTD

memprsilakan, juga mengandung TTD mengajak.

Berikut ini percakapan dalam SSM yang merupakan data yang

mengandung TTD mempersilakan.

(28) Konteks : Bang Ma‟ruf keluar dari masjid. Di jalan, Bang Ma‟ruf

bertemu dengan Bang Usman yang akan pergi ke masjid.

Bang Ma‟ruf menganggap Bang Usman sebagai orang

Islam keturunan karena berpenampilan seperti perempuan

(rambutnya panjang).

Bang Ma‟ruf : E ... kalau ente bukan Islam keturunan, jawab pertanyaan

ane!

Usman : Silakan, Bang! Insya Allah saya jawab pertanyaan

Abang. Satu, dua atau tiga pertanyaan, Insya Allah Bang.

Insya Allah, terong Abang jual, saya borong.

Bang Ma‟ruf : Die pantun.

(172/TTD/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (28) terdapat tuturan yang mengandung TTD

mempersilakan, yaitu tuturan “Silakan, Bang!” yang dituturkan oleh Usman

kepada Bang Ma‟ruf. Tuturan tersebut dituturkan oleh Usman ketika Bang

Ma‟ruf meminta Usman untuk menjawab semua pertanyaan yang akan

ditanyakan oleh Bang Ma‟ruf berkenaan dengan tuduhan Bang Ma‟ruf kepada

Page 101: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Usman, yaitu Bang Ma‟ruf menuduh Usman sebagai orang Islam keturunan.

Untuk menanggapi permintaan Bang Ma‟ruf, Usman bertutur “Silakan,

Bang!”. Adapun maksud dari tuturan Usman tersebut ialah Usman

bermaksud ingin mempersilakan Bang Ma‟ruf untuk bertanya kepadanya

tentang apa yang ingin ditanyakan oleh Bang Ma‟ruf kepadanya. Tuturan

„silakan‟ adalah penanda lingual dari TTD mempersilakan. Dengan demikian,

tuturan Usman tersebut termasuk tindak tutur langsung.

Secara keseluruhan, data percakapan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM

yang mengandung TTD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Data yang Mengandung Tindak Tutur Direktif

No TTD Sinetron Nomor Data Jml.

1 Menyuruh SIKTP 1, 3, 5, 6, 9, 12, 14, 18, 24, 25,

27, 33, 35, 36, 40, 41, 42, 45,

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53,

54, 55, 56, 59, 60, 62, 63, 64,

65, 67, 68, 70, 71, 72, 74, 75,

76, 79, 81, 83, 84

47

SPRR 86, 92, 93, 94, 96, 97, 99, 100,

101, 103, 106, 111, 113, 114,

115, 117, 118, 119, 121, 122,

123, 125, 132, 135, 136, 138,

141, 144, 145

29

SSM 148, 149, 150, 151, 155, 156,

157, 158, 159, 161, 162, 164,

165, 166, 167, 168, 169, 171,

172, 173, 174, 175, 176, 179,

180, 181, 182, 183, 184, 185,

39

Page 102: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

186, 187, 190, 194, 195, 196,

197, 198, 199

2 Melarang SIKTP 1, 3, 9, 12, 13, 14, 16, 23, 24,

26, 29, 30, 33, 34, 35, 37, 40,

42, 48, 50, 53, 56, 58, 63, 64,

65, 79, 84

28

SPRR 89, 97, 103, 109, 116, 120,

126, 133, 138, 143, 145

11

SSM 148, 159, 160, 164, 166, 168,

178, 182, 186, 190, 192, 194,

195

13

3 Meminta SIKTP 1, 3, 5, 10, 18, 19, 33, 35, 37,

46, 49, 59, 62, 70, 72

15

SPRR 89, 92, 103, 109, 115, 121,

136, 138, 140

9

SSM 165, 174, 184, 191 4

4 Mengajak SIKTP 4, 14, 16, 17, 22, 23, 31, 32,

34, 39, 43, 52, 56, 65, 74, 81,

82

17

SPRR 94, 110, 121, 125, 126, 127,

128, 129, 130, 134, 136, 146

12

SSM 175, 182, 198 3

5 Menyarankan SIKTP 5, 11, 38, 44, 53, 65, 77, 78 8

SPRR 88, 90, 98, 104, 129, 133, 138 7

SSM 188 1

6 Menasihati SIKTP 10, 26, 34, 36, 45, 49, 58 7

SPRR 102, 105, 110, 123, 124, 139,

146

7

SSM 154, 161, 177, 179, 194, 200 6

7 Memohon SIKTP 29, 46 2

SPRR 89, 121 2

Page 103: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

SSM - -

8 Mengingatkan SIKTP 2, 20, 22, 25, 31, 32, 37, 40,

41, 45, 51, 54, 57, 64, 66, 67,

73

17

SPRR 95, 138, 145 3

SSM 152, 164, 175, 184, 189, 191,

192, 197

8

9

Mempersilakan SIKTP - -

SPRR 112, 136, 142 3

SSM 171, 172, 173 3

B. Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam SIKTP, SPRR, dan SSM

Prinsip kesantunan (politeness principle) adalah prinsip percakapan yang

mewajibkan setiap penutur berlaku santun dalam komunikasi dengan orang lain.

Konsep kesantunan ini dikemukakan oleh banyak ahli, salah satunya

dikemukakan oleh Leech (1983). Prinsip kesantunan Leech dijabarkan ke dalam

enam maksim kesantunan, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan,

maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim

simpati. Di dalam SIKTP, SPRR, dan SSM, para tokohnya dalam bertutur banyak

yang melanggar maksim-maksim dalam prinsip kesantunan Leech tersebut.

1. Pelanggaran Maksim Kearifan

Maksim kearifan berisi nasihat yang menyangkut pembebanan biaya

kepada pihak lain yang seringan-ringannya dengan keuntungan yang sebesar-

besarnya. Sejalan dengan pengertian tersebut, maksim ini dijabarkan ke

dalam dua submaksim, yaitu (a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin,

dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Untuk lebih

Page 104: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

memahaminya, dapat dilihat data yang melanggar maksim kearifan dalam

percakapan SIKTP di bawah ini.

(29) Konteks : Bang Dul datang ke rumah Mery dan mengetuk pintu rumah

Mery. Mery membukakan pintu untuk Bang Dul dengan

senang hati. Qomar menghampiri Bang Dul dan Mery. Bang

Dul mengejek Qomar sebagai bujang lapuk. Qomar membela

diri dan mengejek Mery sebagai bungkusan wajik.

Bang Dul : Aduh, Mer, Mery, jangan diambil hati omongan Bang Dul,

ye! Tenang aje dah ye! Kita masuk ke dalem yuk!

Mery : Gendong!

Bang Dul : Gendong apa, ah Mery?

Mery : Gendong ah! Gendong yah! Gendong!

Bang Dul : Nangka bubur.

(14/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (29) terdapat tuturan yang melanggar maksim

kearifan, khususnya melanggar submaksim pertama dari maksim kearifan.

Dikatakan demikian karena penutur berusaha memaksimalkan kerugian

terhadap mitra tuturnya. Pelanggaran maksim kearifan terlihat pada tuturan

Mery “Gendong!” yang dituturkan kepada Bang Dul. Tuturan Mery tersebut

termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh. Tuturan „gendong‟ merupakan

penanda lingual dari TTD menyuruh.

Tuturan yang dituturkan oleh Mery “Gendong!” merupakan tuturan

yang melanggar maksim kearifan, karena memberikan kerugian kepada Bang

Dul selaku mitra tuturnya. Kerugian yang diperoleh Bang Dul ialah Bang Dul

akan merasa lelah atau capai jika Bang Dul benar-benar menuruti suruhan

Mery untuk menggendong (mendukung di pinggang) Mery. Dilihat dari skala

untung-rugi, tuturan tersebut sangat merugikan Bang Dul selaku mitra tutur,

karena Bang Dul harus menggendong Mery. Sesuai dengan skala untung-rugi,

tuturan penutur yang memberikan kerugian terhadap mitra tuturnya disebut

Page 105: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

sebagai tuturan yang tidak santun. Dilihat dari skala ketaklangsungan,

tuturan Mery tersebut dituturkan secara langsung. Menurut skala

ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara langsung dapat dikatakan

sebagai tuturan yang tidak santun. Sementara menurut skala pilihan, tuturan

Mery tersebut tidak memberikan pilihan yang leluasa kepada Bang Dul

selaku mitra tuturnya. Hal itu karena Bang Dul sangat membutuhkan Mery,

karena Bang Dul ingin menjadi orang kaya, dan Mery waktu itu adalah

perempuan kaya yang sangat mencintai Bang Dul sehingga melalui Mery,

Bang Dul bisa menjadi orang kaya. Tuturan penutur yang tidak memberikan

pilihan yang leluasa terhadap mitra tuturnya, menurut skala pilihan dapat

dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

Di samping tuturan tersebut, terdapat tuturan lain dalam percakapan

(29) yang juga melanggar maksim kearifan, yaitu tuturan “Gendong ah!

Gendong yah! Gendong!” yang juga dituturkan oleh Mery kepada Bang Dul.

Tuturan tersebut melanggar maksim kearifan, khususnya melanggar

submaksim pertama, karena penutur memaksimalkan kerugian terhadap mitra

tuturnya. Mery merugikan Bang Dul karena Mery menyuruh Bang Dul

dengan paksa untuk menggendong dirinya. Berdasarkan pada skala untung-

rugi, tuturan yang merugikan mitra tutur dapat dikatakan sebagai tuturan yang

tidak santun. Tuturan Mery tersebut juga dituturkan secara langsung, dan

menurut skala ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara langsung

dapat disebut sebagai tuturan yang tidak santun. Sementara berdasarkan pada

skala pilihan, tuturan Mery tersebut juga tidak memberikan pilihan yang

leluasa kepada Bang Dul, karena Bang Dul sangat membutuhkan Mery agar

Page 106: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Bang Dul dapat menjadi orang kaya lantaran Mery adalah orang kaya.

Tuturan yang tidak memberikan pilihan yang leluasa kepada mitra tutur dapat

dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun. Tuturan Mery tersebut dapat

dimasukkan ke dalam jenis TTD menyuruh. Tuturan „gendong ah! Gendong

yah! Gendong!‟ adalah penanda lingual dari TTD menyuruh.

Contoh data lain yang melanggar maksim kearifan dapat dilihat dalam

percakapan SPRR berikut.

(30) Konteks : Ustaz Ali mengecek dan menghitung jumlah buku yang

diberikan oleh donatur kepada pesantren di ruang kantornya.

Fafa membantu Ustaz Ali menghintung buku.

Ustaz Ali : Piro bukunya?

Fafa : Empat.

Ustaz Ali : Lho? Sampai kaget aku. Lha kok empat gimana ta? Masa

buku sak tumpuk kok bisa empat itu lho? Hitung lagi!

Fafa : Hitung lagi, Pak Ustaz?

Ustaz Ali : Lha, iya no, yang bener kalau ngitung.

Fafa : Injih, Pak Ustaz.

Ustaz Ali : Malah buang-buang waktuku aja kamu. Ngitung buku gini

aja, kamu nggak bisa lho. Sungguh terlalu kowe. Udah inget,

izin buat apa?

Fafa : Em, saya tuh ke sini tadi mau minta izin, Pak Ustaz.

Ustaz Ali : Lha iya izin apa?

Fafa : Izin apa ya?

Ustaz Ali : Bathokmu kuwi lho, tak uwek-uwek lho nanti. Lama-

lama kamu keterlaluan.

Fafa : Iya, iya.

(144/PPK/SPRR/SCTV/18 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (30) merupakan tuturan

yang melanggar maksim kearifan. Pelanggaran maksim kearifan pada

percakapan tersebut, khususnya melanggar submaksim pertama dari maksim

kearifan, karena penutur berusaha memaksimalkan kerugian terhadap mitra

tuturnya. Tuturan tersebut, yaitu tuturan “Hitung lagi!” dan tuturan

“Bathokmu kuwi lho, tak uwek-uwek lho nanti. Lama-lama kamu

Page 107: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

keterlaluan” yang semuanya dituturkan oleh Ustaz Ali kepada Fafa. Tuturan

yang pertama termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh, dan tuturan yang

kedua termasuk ke dalam jenis tindak tutur komisif mengancam.

Tuturan Ustaz Ali “Hitung lagi!” menunjukkan bahwa Ustaz Ali telah

berusaha memaksimalkan kerugian terhadap Fafa. Kerugian yang diperoleh

Fafa, yaitu Fafa harus menghitung ulang buku-buku yang diberikan oleh para

donatur kepada pesantren mulai dari awal lagi sehingga hal itu membuat Fafa

kehilangan waktu yang cukup banyak dan semakin menguras tenaga Fafa,

karena disuruh menghitung ulang lagi oleh Ustaz Ali. Berdasarkan pada skala

untung-rugi, tuturan penutur yang memberikan kerugian terhadap mitra

tuturnya dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun. Tuturan Ustaz Ali

tersebut juga dituturkan secara langsung, dan berdasarkan skala

ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara langsung termasuk ke dalam

tuturan yang tidak santun. Sementara menurut skala pilihan, tuturan Ustaz Ali

tidak memberikan pilihan yang leluasa terhadap Fafa, karena Ustaz Ali adalah

guru atau ustaz dari Fafa. Sebagai seorang santri atau murid hendaknya

mematuhi perintah dari gurunya, selama perintah itu bersifat baik. Tuturan

penutur yang tidak memberikan pilihan yang leluasa terhadap mitra tuturnya,

menurut skala pilihan dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

Pelanggaran maksim kearifan kembali dilakukan oleh Ustaz Ali kepada

Fafa dengan tuturannya “Bathokmu kuwi lho, tak uwek-uwek lho nanti.

Lama-lama kamu keterlaluan”. Ustaz Ali menuturkan tuturan tersebut

karena Fafa telah membuat Ustaz Ali menjadi marah dan merasa jengkel

Page 108: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kepadanya. Kemarahan dan kejengkelan Ustaz Ali kepada Fafa disebabkan

oleh Fafa yang menjawab pertanyaan Ustaz Ali dengan bertele-tele dan malah

kembali bertanya kepada Ustaz Ali tentang tujuan Fafa menemui Ustaz Ali.

Meskipun demikian, tuturan Ustaz Ali tersebut tetap melanggar maksim

kearifan, karena Ustaz Ali melakukan ancaman terhadap Fafa. Ustaz Ali

mengancam akan merobek-robek jidat Fafa jika Fafa terus-menerus membuat

Ustaz Ali menjadi marah dan jengkel kepadanya, karena Ustaz Ali juga

memiliki batas kesabaran. Tuturan Ustaz Ali tersebut membuat Fafa merasa

dirugikan karena dia akan merasa terancam dengan tuturan Ustaz Ali tersebut.

Tuturan yang memberikan kerugian terhadap mitra tutur, menurut skala

untung-rugi dapat dikategorikan sebagai tuturan yang tidak santun. Sementara

berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan Ustaz Ali tersebut dituturkan

secara langsung. Jadi, tuturan Ustaz Ali tersebut dapat dikatakan sebagai

tuturan yang tidak santun berdasarkan pada skala ketaklangsungan.

Percakapan dalam SSM berikut merupakan data lain yang juga

melanggar maksim kearifan.

(31) Konteks : Di masjid, Jejen duduk sendirian dan berdoa. Bang

Ma‟ruf masuk ke masjid dan melihat Jejen yang sedang

berdoa. Bang Ma‟ruf menghampiri Jejen dan menghina

Jejen.

Jejen : Eh, Bang ini udah bicara harga diri. Mau apa Bang ama

ane? Mau apa, ha?

Bang Ma‟ruf : Kalau memang lo berani.

Jejen : Ha, apa?

Bang Ma‟ruf : Sekarang juga lo tinggalin kontrakan rumah gue, ye!

Jejen : Aduh.

Bang Ma‟ruf : Hehehe.

(169/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Page 109: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tuturan “Sekarang juga lo tinggalin kontrakan rumah gue, ye!”

yang dituturkan oleh Bang Ma‟ruf kepada Jejen pada percakapan (31)

termasuk ke dalam tuturan yang melanggar maksim kearifan, khususnya

melanggar submaksim pertama, karena Bang Ma‟ruf berusaha

memaksimalkan kerugian terhadap mitra tuturnya, yaitu Jejen. Tuturan Bang

Ma‟ruf tersebut termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh. Tuturan Bang

Ma‟ruf tersebut dikatakan melanggar maksim kearifan karena membuat Jejen

merasa dirugikan. Kerugian yang diperoleh Jejen, yaitu Jejen dan keluarganya

harus mencari rumah kontrakan yang baru untuk tempat tinggal mereka. Di

samping itu, mereka juga akan direpotkan dengan mengemasi barang-barang

milik mereka untuk dipindahkan ke kontrakan mereka yang baru apabila

Bang Ma‟ruf benar-benar menyuruh Jejen dan keluarga pergi dari rumah

kontrakan Bang Ma‟ruf.

Berdasarkan pada skala untung-rugi, tuturan Bang Ma‟ruf “Sekarang

juga lo tinggalin kontrakan rumah gue, ye!” dapat dikategorikan ke dalam

tuturan yang tidak santun, karena bersifat merugikan mitra tutur. Tuturan

Bang Ma‟ruf tersebut juga dituturkan secara langsung, dan menurut skala

ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara langsung dapat dikatakan

sebagai tuturan yang tidak santun. Sementara berdasarkan pada skala pilihan,

tuturan Bang Ma‟ruf tersebut tidak memberikan pilihan yang leluasa terhadap

Jejen, karena Bang Ma‟ruf adalah pemilik rumah kontrakan yang ditempati

oleh Jejen dan keluarganya. Jika Bang Ma‟ruf menyuruh Jejen dan

keluarganya untuk pergi dari rumah kontrakan itu, maka mau tidak mau Jejen

dan keluarganya harus pergi meninggalkan rumah kontrakan itu. Tuturan

Page 110: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

penutur yang tidak memberikan pilihan yang leluasa terhadap mitra tuturnya

menurut skala pilihan dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan

Maksim kedermawanan berkenaan dengan sikap dermawan atau murah

hati yang diharapkan dari penutur. Agar mematuhi prinsip kesantunan,

nasihat maksim ini yang harus dipatuhi terangkum dalam dua submaksim,

yaitu (a) buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah

kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Apabila penutur berupaya

memperoleh keuntungan yang maksimal sementara mitra tuturnya tidak

memperolehnya, maka tindakan penutur tersebut tidak sejalan dengan prinsip

kesantunan khususnya maksim kedermawanan ini. Untuk lebih

memahaminya, dapat dilihat data yang melanggar maksim kedermawanan

dalam percakapan SIKTP berikut.

(32) Konteks : Bang Ali, Mamat, dan Karyo pulang dari mushola dan ingin

kembali ke warung Bang Ali. Mereka berjalan bersama di jalan

kampung sambil bercakap-cakap tentang benda keramat. Bang

Ali memberitahu Karyo dan Mamat bahwa doa ibu adalah

keramat yang paling hebat.

Mamat : Ya udah deh Bang, kalau gitu Mamat mau pulang dulu ya,

Bang, ye?

Bang Ali : Mau ngapain?

Mamat : Mau minta doa ama Emak, Bang. Mumpung Emak masih

ada, Mamat minta didoain terus Bang, biar Mamat enteng

jodoh, Mamat sukses, kaya raya, hehehe. Ya, Bang, ya?

Bang Ali : Tapi jangan sampai buta Mat!

Mamat : Maksudnya apaan, Bang?

Bang Ali : Ya jangan kaya si Dul, pengen kaya tapi kagak mau usaha,

heh hehehe.

(37/PPK/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Tuturan Mamat “Mau minta doa ama Emak, Bang. Mumpung Emak

masih ada, Mamat minta didoain terus Bang, biar Mamat enteng jodoh,

Page 111: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Mamat sukses, kaya raya, hehehe. Ya, Bang, ya?” pada percakapan (32)

merupakan tuturan yang melanggar maksim kedermawanan, khususnya

melanggar submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Mamat selaku

penutur berusaha memaksimalkan keuntungan terhadap dirinya sendiri.

Tuturan Mamat tersebut termasuk ke dalam jenis TTD meminta.

Tuturan Mamat tersebut sangat jelas kalau Mamat memaksimalkan

keuntungan terhadap dirinya sendiri, yaitu Mamat ingin meminta kepada

emaknya untuk didoakan oleh emaknya secara terus-menerus agar Mamat

mudah dalam mendapatkan jodoh, menjadi orang sukses, dan dapat menjadi

orang kaya. Berdasarkan pada skala untung-rugi, tuturan yang berusaha

memaksimalkan keuntungan terhadap diri sendiri termasuk ke dalam jenis

tuturan yang tidak santun. Tuturan Mamat tersebut sangat menguntungkan

diri sendiri sehingga dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun,

menurut skala untung-rugi. Tuturan Mamat tersebut juga dituturkan secara

langsung, yaitu maksud meminta dituturkan dengan tuturan meminta. Adapun

penanda lingualnya yaitu tuturan „minta‟ yang terdapat di dalam tuturan

tersebut. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara

langsung dapat dikategorikan ke dalam tuturan yang tidak santun.

Contoh data lain yang melanggar maksim kedermawanan dapat dilihat

dalam percakapan SPRR berikut.

(33) Konteks : Aldo dan Fafa diberi hukuman oleh Ustaz Ali untuk

menjemur kasur milik seluruh santriwan karena kesalahan

mereka. Aldo dan Fafa mengeluarkan kasur bersama-sama

melewati satu pintu sehingga mereka berdesakan.

Fafa : Aduh, aduh.

Aldo : Masya Allah, bagaimana sih lo?

Page 112: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Fafa : Aduh, aduh, aduh. Duluan aja deh Mas Balado, saya mau

istirahat! Aldo : Eh, kerjaan belum kelar bawaannya mau istirahat muluk ye.

Fafa : Istirahat baru pertama kali nih, Mas Balado. Aduh, gak usah

buru-buru! Aduh, istrahat dulu deh!

(94/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Fafa “Duluan aja deh Mas Balado, saya mau istirahat!”

yang dituturkan kepada Aldo pada percakapan (33) termasuk ke dalam

tuturan yang melanggar maksim kedermawanan, khususnya melanggar

submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Fafa selaku penutur

berusaha memaksimalkan keuntungan terhadap dirinya sendiri. Tuturan Fafa

tersebut dapat dikategorikan ke dalam jenis TTD menyuruh.

Tuturan Fafa “Duluan aja deh Mas Balado, saya mau istirahat!”

menunjukkan bahwa Fafa telah berusaha memaksimalkan keuntungan

terhadap dirinya sendiri. Keuntungan yang diperoleh Fafa dengan tuturan

tersebut ialah Fafa dapat beristirahat untuk melepas lelah dengan duduk-

duduk santai, sedangkan Aldo, yang juga mendapatkan hukuman dari Ustaz

Ali untuk menjemur kasur milik seluruh santri laki-laki bersama Fafa, harus

mengangkat kasur-kasur itu sendirian. Dengan demikian, tuturan tersebut

sangat menguntungkan bagi Fafa selaku penutur, dan sangat merugikan bagi

Aldo selaku mitra tuturnya. Tuturan yang menguntungkan pihak penutur

termasuk ke dalam jenis tuturan yang tidak santun berdasarkan pada skala

untung-rugi. Tuturan Fafa tersebut juga termasuk ke dalam jenis tuturan

langsung. Dengan tuturan tersebut, secara langsung Fafa menyuruh Aldo

untuk terlebih dahulu mengangkat kasur-kasur milik seluruh santi laki-laki

untuk dijemur, sedangkan Fafa ingin istirahat terlebih dahulu. Adapun

penanda lingualnya ialah tuturan „duluan aja deh‟ yang menunjukkan bahwa

Page 113: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

tuturan Fafa tersebut termasuk ke dalam jenis TTD menyuruh. Tuturan yang

dituturkan secara langsung menurut skala ketaklangsungan dapat dikatakan

sebagai tuturan yang tidak santun.

Pelanggaran terhadap maksim kedermawanan juga ditemukan pada data

dalam percakapan SSM di bawah ini.

(34) Konteks : Malam-malam, Ki Tejo duduk sendirian di taman sambil

melantunkan tembang-tembang Jawa. Tebe pulang dari masjid

melewati taman dan mendengar Ki Tejo menyanyi. Tebe

menghampiri Ki Tejo dan duduk di sebelah Ki Tejo.

Tebe : Suaranya Ki Tejo bagus, ya?

Ki Tejo : Hehehe. Jangan panggil Ki! Tapi, Rama Tejo!

Tebe : Suaranya Rama bagus deh.

Ki Tejo : Ooo... sejak dari lahir suara Rama Tejo bagus, hehehe.

Tebe : Berarti sejak dari lahir Rama Tejo ditakdirin miskin?

Ki Tejo : Ya, takdir sudah ditentukan.

(186/PPK/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Tuturan yang dicetak tebal pada percakapan (34), yaitu tuturan “Jangan

panggil Ki! Tapi, Rama Tejo!” yang dituturkan oleh Ki Tejo kepada Tebe

termasuk ke dalam tuturan yang melanggar maksim kedermawanan,

khususnya melanggar submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Ki

Tejo berusaha memaksimalkan keuntungan terhadap dirinya sendiri. Tuturan

Ki Tejo tersebut termasuk ke dalam jenis TTD melarang, yaitu tuturan

“Jangan panggil Ki!”, dan TTD menyuruh, yaitu tuturan “Tapi, Rama

Tejo!”.

Tuturan Ki Tejo “Jangan panggil Ki! Tapi, Rama Tejo!” sangat

menguntungkan Ki Tejo selaku penutur. Dikatakan menguntungkan Ki Tejo,

karena di dalam bahasa Jawa, panggilan „Rama‟ kedudukannya atau tingkat

martabatnya lebih tinggi daripada panggilan „Ki‟. Panggilan „Rama‟ biasanya

dipakai untuk panggilan orang tua laki-laki (kakek) yang memiliki kedudukan

Page 114: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

di dalam suatu kerajaan atau orang terhormat, sedangkan panggilan „Ki‟

biasanya dipakai untuk panggilan orang tua laki-laki dari kalangan rakyat

biasa dan bahkan sering dipakai untuk panggilan dukun laki-laki.

Berdasarkan pada skala untung-rugi, tuturan Ki Tejo tersebut dapat dikatakan

sebagai tuturan yang tidak santun, karena penutur berusaha menguntungkan

dirinya sendiri. Tuturan Ki Tejo tersebut juga termasuk ke dalam tuturan

langsung. Penanda lingual yang menunjukkannya ialah tuturan „jangan‟, yang

menunjukkan bahwa tuturan tersebut termasuk dalam TTD melarang.

Berdasarkan pada skala ketaklangsungan, tuturan yang dituturkan secara

langsung dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

3. Pelanggaran Maksim Pujian

Maksim pujian berisi nasihat yang berkenaan dengan masalah

penjelekan dan pujian kepada pihak lain. Maksim ini dijabarkan ke dalam dua

submaksim, yaitu (a) kecamlah orang lain sesedikit mungkin, dan (b) pujilah

orang lain sebanyak mungkin. Untuk lebih memahaminya, dapat dilihat data

yang melanggar maksim pujian dalam percakapan SIKTP berikut.

(35) Konteks : Bang Dul datang ke rumah Mery dan mengetuk pintu rumah

Mery. Bang Dul dan Mery tidak tahu kalau mereka

diperhatikan oleh Karyo dari jauh.

Bang Dul : Assalamualaikum. Pasti kantong keresek nih.

Mery : Waalaikumsalam. Papa, ah.

Bang Dul : Itu die beduk musala dateng.

Mery : Papanda, I miss you. Papa, I miss you, Papa. Aduh Papa,

Papa ke mana aja sih? Aku tungguin di rumah sampai pegal.

Bang Dul : Kalau pegal di urut, Mery kan banyak duit! Ya Mer, gue

kan pulang dulu ke rumah.

(11/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (35) terdapat tuturan yang melanggar maksim pujian,

yaitu tuturan “Pasti kantong keresek nih” yang dituturkan oleh Bang Dul

Page 115: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

kepada Mery. Tuturan tersebut melanggar maksim pujian, khususnya

melanggar submaksim pertama, karena Bang Dul berusaha memaksimalkan

kecaman terhadap mitra tuturnya, yaitu Mery. Tuturan Bang Dul tersebut

termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif menghina, yaitu ditunjukkan

dengan adanya penanda lingual „pasti kantong keresek‟ dalam tuturan

tersebut.

Tuturan Bang Dul “Pasti kantong keresek nih” merupakan tuturan

yang melanggar maksim pujian, karena menghina orang lain, yaitu menghina

Mery. Dengan tuturan tersebut, Bang Dul telah menghina Mery dengan cara

menyamakan Mery dengan kantong keresek. Padahal, kantong keresek adalah

suatu benda yang mudah berkerut jika dipegang dengan tangan. Hal itu

menunjukkan bahwa tuturan Bang Dul tersebut juga mengandung implikatur.

Adapun implikaturnya ialah Bang Dul ingin mengatakan bahwa Mery adalah

orang yang sudah tua dan kulitnya sudah keriput seperti kantong keresek yang

sudah berkerut. Tuturan tersebut juga menunjukkan bahwa Bang Dul tidak

menyukai Mery.

Selain tuturan Bang Dul tersebut, terdapat tuturan lain pada percakapan

(35) yang juga melanggar maksim pujian, yaitu tuturan “Itu die beduk

musala dateng” yang juga dituturkan oleh Bang Dul kepada Mery. Tuturan

tersebut melanggar maksim pujian, khususnya melanggar submaksim

pertama, karena Bang Dul berusaha memaksimalkan kecaman terhadap Mery.

Tuturan Bang Dul tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif

menghina. Tuturan „beduk musala dateng‟ adalah penanda lingual dari tindak

tutur ekspresif menghina.

Page 116: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Dengan tuturan “Itu die beduk musala dateng”, Bang Dul telah

menghina Mery dengan cara mengatai Mery sebagai beduk musala. Padahal,

beduk adalah suatu benda yang memiliki ukuran besar yang terdapat di

masjid, dan apabila dipukul maka akan menimbulkan bunyi yang sangat keras

dan menggaung. Dengan perkataan lain, tuturan Bang Dul tersebut

mengandung implikatur. Adapun implikaturnya ialah Bang Dul ingin

menghina Mery dengan mengatakan bahwa Mery memiliki badan yang

gemuk (Mery memang memiliki badan gemuk), dan apabila Mery berbicara

suaranya sangat keras seperti suara beduk yang dipukul. Dengan demikian,

tuturan Bang Dul tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

Contoh pelanggaran terhadap maksim pujian dapat pula dilihat pada

data dalam percakapan SPRR berikut.

(36) Konteks : Fafa kecapekan dan tertidur di atas kasur yang akan

dijemur. Ustaz Ali mengecek pekerjaan Aldo dan Fafa. Ustaz

Ali melihat dan menghampiri Fafa yang tidur di kasur di

depan kamar para santriwan.

Ustaz Ali : Lho lho lho, kok ada kasur tingkat? Oh, Fafa. Sttt... Fa.

Fafa : Aduh, eh, Aduh.

Ustaz Ali : Kamu kenapa di sini hah?

Fafa : Aduh, ngapain ya saya di sini? Saya ngapain Pak Ustaz?

Ustaz Ali : Pasti lupa lagi regul iki. Tak ingetin kamu ya. Kamu tuh

dihukum membersihkan dan jemur kasur seluruh santri di

sini. Jemurnya di halaman belakang.

Fafa : O....

Ustaz Ali : Bukan di sini.

Fafa : Iya.

Ustaz Ali : Ayo, kasurnya dibawa ke halaman belakang! Di jemur!

Fafa : Iya, Pak Ustaz.

Ustaz Ali : Satu lagi.

Fafa : Ha?

Ustaz Ali : Setelah jemur kasur, kamu ke kelas! Walaupun dihukum,

kamu nggak boleh ninggal pelajaran kelas!

(96/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Page 117: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Pada percakapan di atas terdapat tuturan yang melanggar maksim

pujian, terutama melanggar submaksim pertama, karena penutur berusaha

memaksimalkan kecaman terhadap mitra tuturnya. Pelanggaran maksim

pujian terlihat pada tuturan “Lho lho lho, kok ada kasur tingkat? Oh, Fafa.

Sttt... Fa” yang dituturkan oleh Ustaz Ali kepada Fafa. Tuturan tersebut

termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif menghina. Adapun penanda

lingualnya ialah tuturan „kok ada kasur tingkat? Oh, Fafa‟.

Tuturan Ustaz Ali “Lho lho lho, kok ada kasur tingkat? Oh, Fafa.

Sttt... Fa” melanggar maksim pujian, karena penutur menghina orang lain,

yaitu menghina Fafa. Dengan tuturan tersebut, Ustaz Ali telah

memaksimalkan kecaman atau hinaan terhadap Fafa dengan cara

menyamakan Fafa seperti kasur tingkat. Dengan perkataan lain, tuturan Ustaz

Ali tersebut dapat dikatakan mengandung implikatur. Adapun implikatur

yang terkandung di dalam tuturan tersebut ialah Ustaz Ali ingin mengatakan

bahwa Fafa memiliki tubuh yang sangat gemuk dan besar seperti kasur

tingkat, yaitu kasur yang bertumpuk-tumpuk atau bertingkat-tingkat sehingga

tampak besar.

Selain tuturan tersebut, terdapat tuturan lain dalam percakapan (36)

yang juga melanggar maksim pujian, yaitu tuturan “Pasti lupa lagi regul iki”

yang juga dituturkan oleh Ustaz Ali kepada Fafa. Tuturan tersebut termasuk

ke dalam jenis tindak tutur ekspresif menghina. Tuturan „regul iki‟

merupakan penanda lingual yang menunjukkan bahwa tuturan Ustaz Ali

tersebut termasuk tindak tutur ekspresif menghina.

Page 118: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tuturan Ustaz Ali “Pasti lupa lagi regul iki” melanggar maksim

pujian, karena Ustaz Ali telah menghina Fafa dengan cara menyamakan Fafa

dengan hewan regul. Regul adalah sejenis binatang seperti kucing yang hidup

di lingkungan persawahan, senang merusak tanaman di sawah, badannya

sangat bau, dan merupakan hewan pemakan daging. Definisi tersebut

menunjukkan bahwa regul adalah hewan yang dapat merusak pemandangan

atau keindahan. Dengan demikian, tuturan Ustaz Ali tersebut telah menghina

Fafa dengan cara menganggap Fafa sebagai orang yang dapat merusak

pemandangan atau keindahan, karena Fafa adalah orang yang pemalas,

pelupa, dan makannya sangat banyak atau rakus.

Data lain yang juga melanggar maksim pujian dapat dilihat pada

percakapan SSM berikut.

(37) Konteks : Malam-malam, Bang Ma‟ruf keluar rumah dan berjalan

sendirian di jalan perkampungan. Tebe pulang dari masjid

setelah Sholat Isya‟. Tebe melantunkan salawat. Bang

Ma‟ruf bertemu Tebe di jalan.

Tebe : Kata Mak Tebe, sampean Islam?

Bang Ma‟ruf : Aduh, nanyanya sama nih. Eh, ane Islam.

Tebe : Kata Mak Tebe, kalau Islam itu mesti ringan tangan!

Bang Ma‟ruf : Ane ringan banget. Hehehe, nih buat ente.

Tebe : Emang Tebe tukang minta-minta?

Bang Ma‟ruf : Yang bilang ente minta-minta siape? Ane ngasih ente

ikhlas. Niat ane sedekah.

Tebe : Emang Tebe fakir miskin?

Bang Ma‟ruf : Tebe bukan fakir miskin, ente kaum duafa.

Tebe : Sama aja Abang.

(147/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Tuturan yang dituturkan oleh Bang Ma‟ruf kepada Tebe, yaitu tuturan

“Tebe bukan fakir miskin, ente kaum duafa” pada percakapan (37)

termasuk ke dalam jenis tuturan yang melanggar maksim pujian, khususnya

melanggar submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Bang Ma‟ruf

Page 119: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

selaku penutur berusaha memaksimalkan kecaman terhadap mitra tuturnya,

yaitu Tebe. Tuturan Bang Ma‟ruf tersebut termasuk ke dalam jenis tindak

tutur ekspresif menghina. Penanda lingual yang menunjukkannya ialah

tuturan „ente kaum duafa‟.

Tuturan Bang Ma‟ruf “Tebe bukan fakir miskin, ente kaum duafa”

dikatakan melanggar maksim pujian, karena penutur menghina orang lain,

yaitu Tebe. Dengan tuturan tersebut, Bang Ma‟ruf bermaksud ingin menghina

Tebe dengan mengatakan bahwa Tebe adalah orang yang termasuk ke dalam

golongan orang-orang kaum duafa yang pantas untuk dikasihani dan juga

dihina oleh dirinya yang merupakan orang kaya dan terhormat. Kaum duafa

ialah orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi lemah atau orang miskin.

Di samping ingin menghina Tebe, tuturan Bang Ma‟ruf tersebut juga dapat

dimaksudkan bahwa Bang Ma‟ruf ingin menyombongkan diri kepada Tebe

kalau dia adalah orang kaya yang perlu dihormati dan disegani oleh Tebe.

Dengan perkataan lain, tuturan Bang Ma‟ruf tersebut mengandung implikatur

menyombongkan diri.

Contoh data lain yang juga melanggar maksim pujian dapat dilihat pada

percakapan SIKTP berikut.

(38) Konteks : Malam-malam, Bang Dul dan Zulfikar duduk berdua di

teras depan rumah Bang Dul. Zulfikar memberi ceramah

kepada Bang Dul, sekaligus meminta maaf. Zulfikar pamit

pulang kepada Bang Dul. Tetapi, Bang Dul malah mengajak

Zulfikar bernyanyi. Qomar dan Bang Madit datang. Qomar

ikut bernyanyi.

Zulfikar : 'Pak Hakim dan Pak Jaksa kapan saya akan disidang'.

Qomar : Sebentar-sebentar, kenapa lagunya 'Pak Hakim dan Pak

Jaksa kapan saya akan disumbang. Eh, disidang'?

Bang Madit : Jelek. Suara ente jelek.

Page 120: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Zulfikar : Subhanallah. Bang Madit, sidang manusia di dunia itu bisa

dimanipulasi, tapi kalau sidang di akhirat tidak akan bisa,

karena mulut kita dikunci dan setiap anggota tubuh pasti

akan bicara.

(28/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (38) terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

terutama melanggar submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena penutur

berusaha memaksimalkan kecaman terhadap mitra tuturnya. Pelanggaran

terlihat pada tuturan “Jelek. Suara ente jelek” yang dituturkan oleh Bang

Madit kepada Zulfikar. Tuturan Bang Madit tersebut termasuk ke dalam jenis

tindak tutur ekspresif mengejek. Tuturan „jelek. Suara ente jelek‟ adalah

penanda lingual dari tindak tutur ekspresif mengejek.

Konteks situasi tutur yang terjadi ialah Zulfikar sedang asyik bernyanyi

bersama Bang Dul di teras rumah Bang Dul. Tiba-tiba, Qomar dan Bang

Madit datang ke rumah Bang Dul. Qomar ikut bernyanyi, dan kemudian

menghentikan nyanyiannya. Semua ikut berhenti menyanyi, kemudian Bang

Madit menyela dengan bertutur “Jelek. Suara ente jelek” kepada Zulfikar.

Tuturan Bang Madit tersebut telah melanggar maksim pujian, karena Bang

Madit telah mengejek Zulfikar dengan mengatakan bahwa suara Zulfikar

sangat jelek ketika bernyanyi. Di samping itu, tuturan Bang Madit tersebut

juga mengandung implikatur melarang. Dengan tuturan tersebut, Bang Madit

bermaksud ingin melarang Zulfikar agar Zulfikar tidak bernyanyi lagi karena

menurut Bang Madit suara Zulfikar sangat jelek sehingga tidak nyaman untuk

didengarkan.

4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati

Maksim kerendahan hati berkenaan dengan pujian dan kecaman kepada

Page 121: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

diri sendiri. Agar mematuhi prinsip kesantunan, nasihat maksim ini yang

harus dipatuhi terangkum dalam dua submaksim, yaitu (a) pujilah diri sendiri

sesedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Karena

menekankan peminimalan pujian dan pemaksimalan kecaman kepada diri

sendiri, maka penutur harus merelakan dirinya mendapat pujian yang sedikit-

dikitnya dan mendapatkan kecaman yang sebanyak-banyaknya. Hasil

kerelaan tersebut akan membuahkan sikap rendah hati sebagai salah satu ciri

khas penutur yang mematuhi prinsip kesantunan. Sebaliknya, jika penutur

berupaya memperoleh pujian yang maksimal dan kecaman yang minimal,

maka tindakan penutur tersebut tidak sejalan dengan prinsip kesantunan

khususnya maksim kerendahan hati. Untuk lebih memahaminya, dapat dilihat

data yang melanggar maksim kerendahan hati dalam percakapan SIKTP

berikut.

(39) Konteks : Bang Dul memandikan keris pusakanya dengan air

kembang tujuh rupa di teras depan rumahnya sambil

membacakan mantera-mantera. Jami kebetulan lewat di

depan rumah Bang Dul dan melihat perbuatan Bang Dul.

Jami menghampiri Bang Dul.

Jami : Assalamualikum.

Bang Dul : Waalaikumsalam.

Jami : Oh, lagi mandiin keris, Bang Dul?

Bang Dul : Iye, mandiin keris. Kenape emangnye?

Jami : Kalau kerisnya dah mandi, Bang Dul udah mandi belum?

Bang Dul : Alhamdulillah, belum.

Jami : Mendingan Bang Dul mandi daripada mandiin keris!

Bang Dul : Eh, Jami, ini keris sakti. Keris sakti nih.

Jami : Kalau keris ini sakti, pasti yang punya sakti, Bang Dul?

Bang Dul : O, pasti. Dul sakti, sakti mandraguna. Sakti dong.

(44/PPK/SIKTP/SCTV/30 Mei 2011)

Tuturan “O, pasti. Dul sakti, sakti mandra guna. Sakti dong” yang

dituturkan oleh Bang Dul pada percakapan (39) dapat diidentifikasi sebagai

Page 122: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati, khususnya melanggar

submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Bang Dul selaku penutur

berusaha memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri. Tuturan Bang Dul

tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif memuji, dalam hal ini

memuji diri sendiri. Tuturan „Dul sakti, sakti mandra guna. Sakti dong‟

adalah penanda lingual dari tindak tutur ekspresif memuji diri sendiri.

Konteks situasi tutur yang terjadi ialah Bang Dul sedang melakukan

ritual memandikan keris pusaka miliknya dengan disertai bacaan mantera-

mantera. Jami melihat perbuatan Bang Dul tersebut yang menurutnya sudah

termasuk ke dalam perbuatan syirik. Jami menghampiri Bang Dul dan

berusaha menyadarkan Bang Dul agar Bang Dul tidak melanjutkan

perbuatannya itu. Akan tetapi, Bang Dul justru mengatakan bahwa keris

miliknya itu adalah keris sakti, dan bertutur “O, pasti. Dul sakti, sakti

mandra guna. Sakti dong”. Tuturan Bang Dul tersebut sudah termasuk ke

dalam jenis tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati, karena Bang

Dul telah memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri dengan mengatakan

bahwa dirinya adalah orang yang sangat sakti. Bang Dul melakukan hal itu

agar Jami tidak meremehkan atau merendahkan dirinya, dan juga

dimaksudkan agar tuturannya itu sesuai dengan apa yang dilakukannya waktu

itu, yaitu dia melakukan ritual memandikan keris pusaka miliknya yang

dianggapnya memiliki kesaktian dan dapat menjadikannya orang kaya.

Tuturan yang berusaha memaksimalkan pujian terhadap diri sendiri dapat

dimasukkan ke dalam jenis tuturan yang tidak santun.

Page 123: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Pelanggaran maksim kerendahan hati dapat pula dilihat pada data dalam

percakapan SPRR berikut.

(40) Konteks : Bejo disuruh oleh Kyai Abdullah ke tempat peternakan sapi

untuk menanyakan soal jumlah pasokan air susu yang

diberikan kepada pesantren berkurang. Di jalan, Bejo merasa

ingin buang air kecil. Bejo kencing di semak-semak. Bejo

tidak tahu kalau di semak-semak ada pengamen Banci yang

juga sedang kencing. Keduanya terkejut. Bejo lari dan naik

ke atas pohon. Pengamen Banci mengamen pada Bejo.

Bejo : Suara sampeyan itu elek betul, seperti kaset rusak. Tak

tinggal. Assalamualaikum.

Banci : Lho lho lho lho, Mas. Mas belum bayar, sampeyan belum

bayar, woi, woi, hoi hoi hoi hoi. Gimana sih? Aku udah

nyanyi begitu, sampeyan ndak bayar-bayar aku. Gimana ta?

Suara aku itu kan merdu, semerdu Waljinah gitu lho,

hahaha. Bejo : (Manjat pohon) Aku ndak punya duit.

Banci : Udah, sampeyan tunggu aja di situ! Nanti tak nyanyi lagu

yang ke dua, ya. „Suwe ora jamu‟.

Bejo : Hei, pergi!

(92/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Banci “Suara aku itu kan merdu, semerdu Waljinah gitu

lho, hahaha” pada percakapan (40) termasuk ke dalam jenis tuturan yang

melanggar maksim kerendahan hati, khususnya melanggar submaksim

pertama. Dikatakan demikian, karena Banci berusaha memaksimalkan pujian

terhadap dirinya sendiri. Tuturan Banci tersebut termasuk ke dalam tindak

tutur ekspresif memuji, dalam hal ini memuji diri sendiri. Tuturan „suara aku

itu kan merdu, semerdu Waljinah gitu lho‟ merupakan penanda lingual dari

tindak tutur ekspresif memuji diri sendiri.

Banci yang berprofesi sebagai seorang pengamen, mengamen kepada

Bejo dengan menyanyikan lagu-lagu Jawa. Bejo mengatakan bahwa suara

Banci sangat jelek seperti suara kaset rusak yang dimainkan, kemudian Bejo

pergi meninggalkan Banci. Banci merasa tidak terima karena Bejo belum

Page 124: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

memberikan uang kepadanya sebagai imbalan, tetapi Bejo sudah berani

menghinanya dengan mengatakan bahwa suaranya sangat jelek. Untuk

menanggapi hinaan Bejo, Banci kemudian bertutur “Suara aku itu kan

merdu, semerdu Waljinah gitu lho, hahaha”. Tuturan Banci tersebut

menunjukkan bahwa Banci telah berusaha memaksimalkan pujian terhadap

dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa suaranya sangat merdu semerdu

suara Waljinah. Waljinah adalah seorang perempuan pelantun langgam-

langgam (lagu-lagu) Jawa yang sangat terkenal dengan suaranya yang sangat

merdu dan indah. Dengan demikian, tuturan Banci tersebut tidak sesuai

dengan maksim kerendahan hati yang seharusnya penutur meminimalkan

pujian terhadap dirinya sendiri, tetapi dalam kasus tersebut penutur justru

memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri. Tuturan penutur yang

berusaha memaksimalkan pujian terhadap diri sendiri dapat dikatakan sebagai

tuturan yang tidak santun.

Data lain yang juga melanggar maksim kerendahan hati dapat dilihat

dalam percakapan SSM berikut ini.

(41) Konteks : Syifa sampai di kampus. Dia berjalan sendirian menuju

kelasnya. Hasan melihat Syifa dan menghampiri Syifa. Hasan

mengedip-ngedipkan matanya kepada Syifa. Syifa pergi

meninggalkan Hasan. Hasan mengejar Syifa dan menyejajari

langkah Syifa. Hasan memegang tangan Syifa.

Syifa : Kan udah bilang.

Hasan : Iya, bukan muhrim.

Syifa : Nah, itu tau. Terus ngapain megang-megang lagi?

Hasan : Terus kenapa kamu demen banget ninggalin aku? Kurang

apa aku ini Syifa? Ganteng? Iya. Keren? Punya. Pinter?

Apalagi? Kaya? Aku kaya. Kurang apa coba aku?

Syifa : Pede gila.

(163/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Page 125: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Pada percakapan (41) terdapat tuturan yang melanggar maksim

kerendahan hati, yaitu tuturan “Kurang apa aku ini Syifa? Ganteng? Iya.

Keren? Punya. Pinter? Apalagi? Kaya? Aku kaya. Kurang apa coba

aku?” yang dituturkan oleh Hasan. Tuturan tersebut melanggar maksim

kerendahan hati terutama melanggar submaksim pertama, karena Hasan

berusaha memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri. Tuturan Hasan

tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif memuji, dalam hal ini

memuji diri sendiri. Tuturan „ganteng? Iya. Keren? Punya. Pinter? Apalagi?

Kaya? Aku kaya. Kurang apa coba aku?‟ adalah penanda lingual dari tindak

tutur ekspreif memuji diri sendiri.

Konteks situasi tutur yang terjadi ialah Hasan selalu berusaha

mendekati Syifa dengan tujuan untuk meluluhkan hati Syifa agar Syifa

berkenan mejadi kekasihnya. Usaha Hasan ternyata tidak sia-sia. Dalam hati,

Syifa mulai menyukai Hasan, tetapi Syifa sering meninggalkan Hasan ketika

mereka berbicara berdua. Suatu hari di kampus, Hasan ingin memegang

tangan Syifa agar Syifa tidak pergi meninggalkannya, tetapi Syifa menolak

tangannya dipegang oleh Hasan dengan alasan bahwa mereka belum muhrim.

Hal itu membuat Hasan bertutur “Kurang apa aku ini Syifa? Ganteng? Iya.

Keren? Punya. Pinter? Apalagi? Kaya? Aku kaya. Kurang apa coba

aku?”. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Hasan telah berusaha memuji

dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang pemuda yang

ganteng atau tampan, keren, pintar, dan kaya. Dengan perkataan lain, Hasan

telah menganggap bahwa dirinya adalah seorang pemuda yang sempurna,

yang tidak ada cacat atau kekurangan sesuatu apapun sehingga pantas untuk

Page 126: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

menjadi kekasih Syifa. Dengan demikian, tuturan Hasan tersebut tidak sesuai

dengan maksim kerendahan hati yang seharusnya penutur meminimalkan

pujian terhadap diri sendiri, tetapi Hasan selaku penutur justru telah

memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri.

5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan

Maksim kesepakatan berisi nasihat yang berkenaan dengan kesepakatan

dan ketidaksepakatan antara diri sendiri dan pihak lain terhadap hal yang

sedang dibicarakan. Sejalan dengan pengertian tersebut, maksim ini

dijabarkan ke dalam dua submaksim, yaitu (a) usahakan agar ketaksepakatan

antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan (b) usahakan agar

kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Untuk lebih

memahaminya, dapat dilihat data yang melanggar maksim kesepakatan dalam

percakapan SIKTP berikut.

(42) Konteks : Bang Madit dan Pak RT di depan rumah kontrakan

Bambang. Pak RT mengetuk pintu rumah beberapa kali,

tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Rumah

Bambang terlihat sepi. Bang Madit merasa bahwa dia telah

ditipu oleh Bambang.

Bang Madit : Tuh, ane diharapin. Belum tahu ane siape ye.

Astaghfirullahaladzim. Hah, ini gara-gara ente, gara-gara

ente, gara-gara ente.

Pak RT : Kok aku?

Bang Madit : Lha, iya, ini gara-gara ente.

Pak RT : Nggak bisa begitu dong, nggak bisa begitu. Buktinya

sepuluh ribu bisa menjadi seratus ribu.

Bang Madit : Iye iye.

(7/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (42) terdapat tuturan yang melanggar maksim

kesepakatan, yaitu tuturan “Nggak bisa begitu dong, nggak bisa begitu.

Buktinya sepuluh ribu bisa menjadi seratus ribu” yang dituturkan oleh

Page 127: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Pak RT. Tuturan tersebut melanggar maksim kesepakatan terutama

melanggar submaksim pertama, karena Pak RT berusaha memaksimalkan

ketaksepakatan dengan mitra tuturnya. Tuturan Pak RT tersebut termasuk ke

dalam jenis tindak tutur asertif menyangkal. Tuturan „nggak bisa begitu dong,

nggak bisa begitu‟ merupakan penanda lingual dari tindak tutur asertif

menyangkal.

Bang Madit merasa ditipu oleh Bambang berkenaan dengan

penggandaan uang milik Bang Madit, karena pada waktu yang telah

ditentukan untuk mengambil uang hasil penggandaan, Bambang tidak ada di

rumah dan rumahnya dalam keadaan terkunci. Hal itu menunjukkan bahwa

Bambang telah melarikan diri dan menipu Bang Madit. Merasa ditipu, Bang

Madit menuduh Pak RT sebagai orang yang telah menyebabkan Bang Madit

ditipu oleh Bambang, karena Pak RT adalah orang yang memberitahu dirinya

kalau Bambang mampu menggandakan uang, dan Pak RT juga yang

mengajaknya untuk mencobanya. Menanggapi tuduhan Bang Madit, Pak RT

bertutur “Nggak bisa begitu dong, nggak bisa begitu. Buktinya sepuluh

ribu bisa menjadi seratus ribu”. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Pak

RT tidak sepakat atau menyangkal tuturan Bang Madit yang telah

menuduhnya sebagai orang yang menyebabkan Bang Madit ditipu oleh

Bambang. Hal itu karena Bang Madit dan Pak RT telah sama-sama

membuktikan bahwa Bambang bisa menggandakan uang sepuluh ribu

menjadi seratus ribu. Dengan demikian, sesuai dengan maksim kesepakatan,

tuturan Pak RT tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun,

Page 128: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

karena Pak RT berusaha memaksimalkan ketidaksepakatan dengan mitra

tuturnya, yaitu Bang Madit.

Contoh pelanggaran terhadap maksim kesepakatan dapat pula dilihat

pada data dalam percakapan SPRR berikut.

(43) Konteks : Nada pergi berziarah ke makam Papanya Wahyu. Dia

berdoa, membersihkan, dan menaburkan bunga di makam

Papanya Wahyu. Bu Rosminah memerhatikan Nada dari

kejauhan kemudian mendekati Nada. Bu Rosminah

meminta maaf dan memintakan maaf untuk Laras kepada

Nada atas sikap mereka yang kurang baik kepada Nada di

masa lampau.

Bu Rosminah : Nada, Mama juga mau pamit pulang, Mama sama Laras

mau pulang ke Jakarta.

Nada : Ya Allah, Ma, kenapa Mama mau pulang cepat sekali?

Dan kenapa kesannya itu, Mama seperti buru-buru? Apa

Mas Wahyu udah tahu? Tapi Ma, Mas Wahyu kan lagi

rapat di pesantren dari tadi pagi. Apa ndak sebaiknya Mama

pamit aja sama Mas Wahyu dulu?! Jadi Mama nungguin!

Bu Rosminah : Tak perlu Nada, Mama udah bilang kok sama Wahyu.

(90/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan “Tak perlu Nada, Mama udah bilang kok sama Wahyu”

yang dituturkan oleh Bu Rosminah pada percakapan (43) merupakan tuturan

yang melanggar maksim kesepakatan, khususnya melanggar submaksim

pertama. Dikatakan demikian, karena Bu Rosminah selaku penutur berusaha

memaksimalkan ketaksepakatan antara dirinya dan mitra tuturnya, yaitu

Nada. Tuturan Bu Rosminah tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur

asertif menolak. Tuturan „tak perlu Nada‟ merupakan penanda lingual dari

tindak tutur asertif menolak.

Dari tuturan Bu Rosminah “Tak perlu Nada, Mama udah bilang kok

sama Wahyu”, terlihat bahwa Bu Rosminah berusaha menunjukkan

ketaksepakatannya dengan mitra tuturnya, yaitu Nada. Bu Rosminah menolak

Page 129: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

saran dari Nada untuk berpamitan terlebih dahulu kepada Wahyu (anak Bu

Rosminah dan juga suami Nada) sebelum Bu Rosminah berangkat ke Jakarta.

Bu Rosminah menolak saran dari Nada itu, karena dia sudah memberitahu

Wahyu terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Nada bahwa dia akan

kembali ke Jakarta. Penolakan Bu Rosminah atas saran Nada tersebut, jika

dilihat dari maksim kesepakatan maka dapat dikatakan sebagai tuturan yang

kurang santun, karena penutur berusaha memaksimalkan ketaksepakatan

dengan mitra tuturnya. Di samping itu, tuturan Bu Rosminah tersebut juga

dapat menimbulkan kekecewaan di dalam diri mitra tutur, Nada, yang telah

berusaha memberikan saran.

Contoh data lain yang juga melanggar maksim kesepakatan dapat

dilihat pada percakapan SSM di bawah ini.

(44) Konteks : Malam hari di rumah Hasan, Hasan memanggil Sumi

(pembantunya yang beragama Islam). Hasan ingin bertanya

tentang sesuatu yang berkaitan dengan Islam kepada Sumi.

Hasan : Kenapa sih kalau di Islam itu nggak boleh pacaran?

Sumi : Bukannya nggak dibolehin tuan muda, tapi nggak

diizinkan.

Hasan : Ya, itu mah sama aja, Mbak.

Sumi : Beda. Kalau nggak diizinkan, itu ada waktunya tuan

muda, tapi kalau nggak dibolehin, itu untuk selamanya.

Hasan : Saya nggak ngerti. Maksudnya bagaimana sih, Mbak?

Sumi : Nikahin dulu, setelah itu, pacaran setelah nikah!

(188/PPK/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Tuturan Sumi “Bukannya nggak dibolehin tuan muda, tapi nggak

diizinkan” pada percakapan (44) merupakan tuturan yang melanggar maksim

kesepakatan, khususnya melanggar submaksim pertama. Dikatakan demikian,

karena Sumi berusaha memaksimalkan ketaksepakatan antara dirinya dan

mitra tuturnya. Tuturan Sumi tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur

Page 130: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

asertif tidak setuju. Tuturan „bukannya nggak dibolehin‟ adalah penanda

lingual sebagai identitas dari tindak tutur asertif tidak setuju.

Dengan tuturan “Bukannya nggak dibolehin tuan muda, tapi nggak

diizinkan”, Sumi telah berusaha memaksimalkan ketaksepakatan dengan

Hasan selaku mitra tuturnya. Ketaksepakatan Sumi dinyatakan dengan cara

tidak setuju dengan anggapan Hasan yang menganggap bahwa di dalam Islam

itu tidak boleh berpacaran. Menurut Sumi, berpacaran di dalam Islam itu

bukan tidak dibolehkan, akan tetapi tidak diizinkan. Pernyataan Sumi tersebut

semakin membuat Hasan menjadi bingung, karena antara „tidak dibolehkan‟

dan „tidak diizinkan‟ menurut Hasan adalah sama. Anggapan Hasan tersebut,

membuat Sumi melakukan ketaksepakatan lagi dengan Hasan dengan

bertuturan “Beda. Kalau nggak diizinkan, itu ada waktunya tuan muda,

tapi kalau nggak dibolehin, itu untuk selamanya”.

Dengan tuturan “Beda. Kalau nggak diizinkan, itu ada waktunya

tuan muda, tapi kalau nggak dibolehin, itu untuk selamanya”, Sumi

menyangkal pendapat Hasan yang menyatakan bahwa antara „tidak

dibolehkan‟ dan „tidak diizinkan‟ itu adalah sama. Menurut pandangan Sumi,

antara „tidak dibolehkan‟ dan „tidak diizinkan‟ itu berbeda. Menurutnya,

„tidak diizinkan‟ itu artinya suatu saat nanti ada waktunya di dalam Islam

diizinkan untuk berpacaran, sedangkan „tidak dibolehkan‟ itu artinya untuk

selamanya tidak dibolehkan berpacaran di dalam Islam. Tuturan Sumi

tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur asertif menyangkal yang disertai

dengan pendapat. Adapun penanda lingual yang menunjukkannya ialah

tuturan „Beda. Kalau nggak diizinkan, itu ada waktunya tuan muda, tapi kalau

Page 131: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

nggak dibolehin, itu untuk selamanya‟. Dengan demikian, kedua tuturan Sumi

tersebut termasuk ke dalam tuturan yang melanggar maksim kesepakatan,

karena Sumi berusaha memaksimalkan ketaksepakatan dengan mitra

tuturnya.

6. Pelanggaran Maksim Simpati

Maksim simpati berkenaan dengan antipati dan simpati antara diri

sendiri dan pihak lain. Agar mematuhi prinsip kesantunan, nasihat maksim ini

yang harus dipatuhi terangkum dalam dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa

antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, dan (b) tingkatkan

rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Untuk lebih

memahaminya, dapat dilihat data yang melanggar maksim simpati dalam

percakapan SIKTP berikut.

(45) Konteks : Zulfikar pulang dari rumah Bang Dul karena sudah larut

malam. Di jalan, Zulfikar bertemu dengan Bang Madit, Pak

RT, dan Qomar.

Zulfikar : Bang Madit, setiap manusia itu pasti akan mati. E, saya mohon

pada Bang Madit kalau saya punya salah, tolonglah maafkan

saya!

Pak RT : Eh, bagaimana rupanya? Belum tentu ente itu masuk

surga. Jangan belagulah! Ah, mengkhayal bae.

Zulfikar : Masya Allah, Pak RT, keimanan seseorang itu hanya Allah

yang tahu, dan kalau saya mati, saya mohon Pak RT juga

doakanlah saya agar saya di akhirat nanti hidup yang sangat

mulia!

Pak RT : Apa kata malaikat nanti? Apa kata malaikat?

(29/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Tuturan Pak RT “Eh, bagaimana rupanya? Belum tentu ente itu

masuk surga” pada percakapan (45) merupakan tuturan yang termasuk ke

dalam jenis tuturan yang melanggar maksim simpati, khususnya melanggar

submaksim pertama. Dikatakan demikian, karena Pak RT selaku penutur

Page 132: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

telah memaksimalkan rasa antipatinya terhadap Zulfikar selaku mitra

tuturnya. Tuturan Pak RT tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif yang

bermodus memprediksi. Tututran „belum tentu ente itu masuk surga‟ adalah

penanda lingual dari tindak tutur asertif memprediksi.

Dengan tuturan “Eh, bagaimana rupanya? Belum tentu ente itu

masuk surga”, Pak RT telah menunjukkan rasa tidak simpatinya terhadap

Zulfikar yang pada waktu itu sedang meminta maaf kepada Bang Madit atas

segala kesalahan yang telah dilakukan oleh Zulfikar kepada Bang Madit di

masa lalu. Pak RT justru memprediksikan kalau Zulfikar itu belum tentu

masuk surga apabila nanti Zulfikar meninggal. Dengan perkataan lain, Pak

RT tidak senang jika Zulfikar masuk surga apabila nanti Zulfikar sudah

meninggal. Apabila Pak RT ingin mematuhi maksim simpati, hendaknya Pak

RT tidak bertutur dengan tuturan tersebut. Akan tetapi, Pak RT hendaknya

bertutur dengan tuturan yang mendukung niat Zulfikar atau tuturan

membujuk agar Bang Madit bersedia memberikan maaf kepada Zulfikar.

Selain tuturan tersebut, terdapat tuturan lain yang juga melanggar

maksim simpati pada percakapan (45), yaitu tuturan “Apa kata malaikat

nanti? Apa kata malaikat?” yang juga dituturkan oleh Pak RT. Tuturan

tersebut melanggar submaksim pertama dari maksim simpati, karena Pak RT

berusaha memaksimalkan rasa antipatinya terhadap Zulfikar. Dikatakan

melanggar maksim simpati karena pada waktu Zulfikar memohon dengan

tulus kepada Pak RT agar Pak RT berkenan mendoakan Zulfikar agar nanti di

akhirat Zulfikar mendapatkan hidup yang sangat mulia, Pak RT justru

bertutur dengan tuturan tersebut. Dengan tuturan tersebut, Pak RT telah

Page 133: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap Zulfikar apabila Zulfikar benar-

benar mendapatkan hidup yang mulia di akhirat nanti. Tuturan Pak RT

tersebut termasuk ke dalam kategori tindak tutur asertif menegaskan.

Contoh percakapan lain dalam SPRR yang juga merupakan data yang

melanggar maksim simpati yaitu sebagai berikut.

(46) Konteks : Laras baru sampai di rumahnya di Jakarta. Laras duduk

di kursi ruang tamu melepas lelah. Handphone Laras

berbunyi. Laras mengangkat telepon dari Mamanya.

Bu Rosminah : Ras, Mama mau menyampaikan kabar gembira lho ke

kamu.

Laras : Berita apa Ma?

Bu Rosminah : Ini lho hasil tesnya Nada itu udah keluar.

Laras : Ha? Terus-terus Ma! Apa hasilnya Ma?

Bu Rosminah : Nada dinyatakan sehat dan baik-baik aja, Ras.

Laras : Hah? Baik-baik aja?

Bu Rosminah : Kamu kok ngomongnya gitu sih Ras? Kamu tuh harusnya

minta maaf sama Nada, karena selama ini kamu udah

nyakitin perasaannya dia, dan kamu itu selalu

mengeluarkan kata-kata yang seolah-olah Nada itu

mandul.

(102/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Pada percakapan (46) terdapat tuturan yang melanggar maksim simpati,

yaitu tuturan “Hah? Baik-baik aja?” yang dituturkan oleh Laras. Tuturan

tersebut melanggar maksim simpati khususnya melanggar submaksim kedua,

karena Laras berusaha meminimalkan rasa simpatinya terhadap orang lain.

Orang lain di sini adalah Nada, yang merupakan pihak ketiga. Tuturan Laras

tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur asertif meyakinkan.

Tuturan Laras “Hah? Baik-baik aja?” menunjukkan bahwa Laras

berusaha meyakinkan terhadap dirinya sendiri tentang informasi atau berita

yang disampaikan oleh Bu Rosminah kepadanya berkaitan dengan kondisi

kesehatan reproduksi Nada yang dinyatakan oleh dokter dalam keadaan sehat.

Page 134: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Tuturan Laras tersebut mengindikasikan bahwa Laras tidak senang dengan

hasil lab Nada yang menunjukkan bahwa kondisi organ reproduksi Nada

dalam keadaan sehat. Laras tidak senang dengan hasil lab tersebut karena

Laras justru menginginkan kalau hasil lab Nada menunjukkan organ

reproduksi Nada dalam keadaan tidak sehat. Laras berbuat demikian karena

dari awal Laras tidak senang dengan Nada dan tidak setuju kalau kakaknya,

Wahyu, menikah dengan Nada. Dengan demikian, tuturan Laras tersebut

termasuk ke dalam jenis tuturan yang tidak santun.

Pelanggaran maksim simpati juga terdapat pada data dalam percakapan

SSM berikut.

(47) Konteks : Amang mencuri ban mobil milik Usman yang diparkir di

dekat masjid ketika Usman melaksanakan Sholat Zuhur.

Usman keluar masjid bersama Tebe dan terkejut melihat ban

mobilnya hilang semua. Bang Abu tiba-tiba datang.

Bang Abu : Kenape, ha? Lagi marah? Nahan emosi? Mukenye kusut?

Usman : Ya kalau ane nggak nahan emosi, Abu, ane dosa. Ya, Abu

perhatiin dong, masak mobilnya nggak ada ban?

Astaghfirullah.

Bang Abu : Hehehe.

Usman : Siapa yang ngambil?

Bang Abu : Ente baru kehilangan ban mobil aje lo marah, udeh

emosi, di mana kalau sampai Allah ambil semua harta

ente?

Usman : Woi woi woi, hehehe. Stop! Stop! Stop!

(180/PPK/SSM/SCTV/27 Juli 2011)

Pada percakapan (47) terdapat tuturan yang melanggar maksim simpati,

yaitu tuturan “Kenape, ha? Lagi marah? Nahan emosi? Mukenye kusut?”

yang dituturkan oleh Bang Abu. Tuturan tersebut melanggar maksim simpati

terutama melanggar submaksim pertama, karena Bang Abu berusaha

memaksimalkan rasa antipatinya terhadap Usman selaku mitra tuturnya.

Tuturan Bang Abu tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur asertif

Page 135: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

memprediksi. Tuturan „Lagi marah? Nahan emosi?‟ merupakan penanda

lingual dari tindak tutur asertif memprediksi.

Usman keluar dari masjid bersama Tebe dan terkejut mendapati

keempat ban mobilnya dicuri orang. Usman terlihat sedang menahan

emosinya. Tiba-tiba Bang Abu datang dan bertutur “Kenape, ha? Lagi

marah? Nahan emosi? Mukenye kusut?”. Tuturan tersebut menunjukkan

bahwa Bang Abu tidak bersimpati atas musibah yang menimpa Usman, yaitu

keempat ban mobil Usman dicuri orang. Tetapi dengan tuturan tersebut,

Bang Abu justru memprediksi kondisi psikologis Usman pasca dicurinya

keempat ban mobil milik Usman. Jika Bang Abu ingin mematuhi maksim

simpati, hendaknya Bang Abu tidak menuturkan tuturan tersebut, tetapi

menuturkan tuturan yang menunjukkan rasa ikut berbela sungkawa, atau

menuturkan tuturan yang dapat menguatkan hati Usman agar Usman tetap

tabah dan sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya itu.

Selain tuturan tersebut, terdapat tuturan lain pada percakapan (47) yang

juga melanggar maksim simpati, yaitu tuturan “Ente baru kehilangan ban

mobil aje lo marah, udeh emosi, di mana kalau sampai Allah ambil

semua harta ente?” yang juga dituturkan oleh Bang Abu. Tuturan tersebut

sangat jelas sekali melanggar maksim simpati, khususnya melanggar

submaksim kedua. Dikatakan demikian, karena Bang Abu sama sekali tidak

menunjukkan rasa simpatinya terhadap Usman yang sedang mendapat

musibah, yaitu keempat ban mobilnya dicuri orang. Bang Abu justru

mengatakan kalau musibah yang dialami Usman itu baru sedikit dan belum

ada apa-apanya, karena Allah belum mengambil semua harta yang dititipkan

Page 136: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

kepada Usman, tetapi Allah baru mengambil sedikit nikmat-Nya yang

dititipkan kepada Usman, yang berupa keempat ban mobil Usman. Dengan

demikian, tuturan Bang Abu tersebut termasuk ke dalam jenis tuturan yang

tidak santun, karena Bang Abu berusaha meminimalkan rasa simpatinya

terhadap Usman yang sedang mendapat musibah.

Secara keseluruhan, data yang melanggar maksim-maksim dalam

prinsip kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3

Data yang Melanggar Prinsip Kesantunan

No Maksim Sinetron Nomor Data Jml.

1 Kearifan SIKTP 1, 2, 3, 5, 6, 14, 16, 19, 22, 23,

24, 25, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 40,

41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,

51, 52, 53, 54, 57, 58, 59, 60, 62,

63, 64, 65, 69, 70, 71, 72, 75, 76,

78, 79, 81, 83, 84, 85

52

SPRR 86, 90, 92, 93, 96, 97, 98, 99,

100, 101, 102, 106, 110, 111,

113, 114, 115, 117, 120, 121,

122, 123, 126, 129, 132, 133,

135, 141, 144, 145, 146

31

SSM 147, 148, 149, 151, 153, 155,

156, 157, 158, 160, 161, 162,

164, 165, 166, 167, 169, 171,

172, 173, 174, 179, 182, 185,

190, 192, 195, 196, 198, 199

30

2 Kedermawanan SIKTP 10, 18, 37, 59 4

Page 137: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

SPRR 94, 106, 109 3

SSM 148, 166, 177, 186, 191 5

3 Pujian SIKTP 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 30, 34, 38, 40, 41, 42, 46,

49, 52, 54, 60, 61, 62, 63, 65, 66,

67, 68, 70, 71, 74, 75, 78, 80, 81

47

SPRR 87, 88, 91, 92, 94, 95, 96, 101,

107, 117, 118, 119, 123, 130,

131, 132, 141, 143, 144

19

SSM 147, 149, 151, 152, 153, 155,

157, 158, 159, 166, 167, 168,

170, 171, 176, 178, 179, 182,

186, 191, 192, 193, 195

23

4 Kerendahan

Hati

SIKTP 7, 12, 13, 30, 44, 57, 71, 73, 78,

79

10

SPRR 92, 107 2

SSM 147, 163, 165, 172, 176, 186,

190, 191

8

5 Kesepakatan SIKTP 1, 2, 4, 5, 6, 7, 12, 14, 15, 17, 18,

22, 23, 25, 30, 31, 32, 35, 36, 38,

39, 40, 44, 48, 60, 62, 63, 67, 71,

75, 76, 80, 81

33

SPRR 89, 90, 91, 94, 99, 104, 107, 108,

109, 123, 129, 137, 142, 143,

144

15

SSM 151, 152, 154, 156, 158, 164,

165, 176, 177, 187, 188, 189,

193, 194, 196, 197, 199

17

6 Simpati SIKTP 1, 3, 12, 29, 40, 46, 68, 81, 84,

85

10

SPRR 94, 95, 96, 102, 103, 106, 123, 10

Page 138: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

143, 145, 146

SSM 150, 152, 157, 170, 177, 180,

189, 191, 192, 193, 194, 195,

200

13

C. Implikatur Akibat Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam SIKTP,

SPRR, dan SSM

Pelanggaran terhadap maksim-maksim prinsip kesantunan menunjukkan

adanya implikatur yang tersimpan di dalam tuturan. Brown dan Yule menyatakan

bahwa implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa

yang dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang

dinyatakan secara harfiah (dalam Abdul Rani, Bustanul Arifin, Martutik,

2006:170). Dengan perkataan lain, di dalam sebuah tuturan terkandung suatu

maksud lain yang tidak dinyatakan secara eksplisit oleh penutur dalam tuturannya

itu.

Berdasarkan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan, maka percakapan

dalam SIKTP, SPRR, dan SSM terdapat tuturan yang mengandung implikatur.

Terdapat delapan (8) macam implikatur yang ditemukan dalam percakapan

SIKTP, SPRR, dan SSM, yaitu implikatur mengkritik, menghina, menolak,

sindiran, menyombongkan diri, tidak suka, keraguan, dan kecewa.

1. Implikatur Mengkritik

Mengkritik adalah mengemukakan kritik; mengecam (KBBI Offline

1.3). Jadi, implikatur mengkritik ialah tuturan penutur yang memiliki maksud

lain untuk mengemukakan kritikan atau mengecam orang lain. Untuk lebih

Page 139: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

memahaminya dapat dilihat data yang mengandung implikatur mengkritik

dalam percakapan SPRR berikut.

(48) Konteks : Bejo, Rahim, Fuad, dan teman-teman santri yang lain

sudah berada di aula pesantren untuk latihan marawis.

Mereka menunggu kedatangan Kyai Abdullah dan Wahyu.

Kyai Abdullah dan Wahyu datang terlambat. Latihan

marawis dimulai dengan dipimpin oleh Iqbal sekaligus

menjadi vokalisnya. Iqbal menyanyi dengan irama rock.

Kyai Abdullah : Kamu hebat, Iqbal. Ekspresif. Eee, suara kamu

bagus, semangat kamu bagus, lagu kamu juga bagus,

cuma itu bukan, eee... irama marawis dalam

pendengaran Bapak, itu iramanya irama rock. Wahyu : Tuh Bal, Pak Kyai benar. Harusnya lo yang

menyesuaikan diri seperti marawis, bukannya sebaliknya!

Kan kasihan mereka kalau mereka harus ngikutin gaya

musik lo, rocker.

Iqbal : Yah, gue kagak bisa dong, Yu. Lo tahu sendiri gaya gue

begini. Ya beginilah jati diri gue, kagak bisa dirubah-

rubah.

Wahyu : Bukannya nggak bisa, sebenarnya lo tuh bisa. Makanya

gue kasih tahu sama elo, lo sering-sering bergaul sama

mereka! Bukan cuma bisa musik marawis doang, tapi

insya Allah lama-lama lo bisa kok gabung sama mereka.

(123/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Kyai Abdullah “Kamu hebat, Iqbal. Ekspresif. E, suara

kamu bagus, semangat kamu bagus, lagu kamu juga bagus, cuma itu

bukan, e... irama marawis dalam pendengaran Bapak, itu iramanya

irama rock” pada percakapan (48) merupakan tuturan yang mengandung

implikatur mengkritik. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang melanggar

prinsip kesantunan terutama melanggar submaksim kedua dari maksim

pujian, karena Kyai Abdullah berusaha meminimalkan pujian terhadap Iqbal

selaku mitra tuturnya.

Tuturan Kyai Abdullah “Kamu hebat, Iqbal. Ekspresif. E, suara

kamu bagus, semangat kamu bagus, lagu kamu juga bagus, cuma itu

Page 140: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

bukan, e... irama marawis dalam pendengaran Bapak, itu iramanya

irama rock” menunjukkan bahwa Kyai Abdullah mengakui kalau suara,

semangat, dan lagu yang dinyanyikan oleh Iqbal sangat bagus, tetapi menurut

Kyai Abdullah irama yang dilantunkan oleh Iqbal bukanlah irama marawis,

melainkan irama musik rock. Dengan perkataan lain, tuturan Kyai Abdullah

tersebut mengandung implikatur. Adapun implikaturnya ialah Kyai Abdullah

bermaksud ingin mengkritik Iqbal dengan cara yang lebih halus, dan

kemudian memberitahu Iqbal bahwa irama yang dilantunkan oleh Iqbal itu

bukanlah irama marawis, melainkan irama musik rock. Kyai Abdullah

mengkritik dengan cara demikian agar Iqbal tidak merasa tersinggung dan

tidak merasa malu di hadapan para teman-temannya.

2. Implikatur Menghina

Menghina adalah merendahkan, memandang rendah, hina, tidak

penting; memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan orang

(KBBI Offline 1.3). Jadi, implikatur menghina ialah tuturan yang memiliki

maksud lain untuk merendahkan, menghina, memburukkan nama baik orang,

atau menyinggung perasaan orang lain. Untuk lebih memahaminya dapat

dilihat data yang mengandung implikatur menghina dalam percakapan SIKTP

berikut.

(49) Konteks : Aisyah pergi ke dapur dengan menangis setelah pulang dari

rumah Najib menemui Bu Halidah. Menik berada di dapur, dan

Aisyah menghampiri Menik. Aisyah mengatakan keluhannya

kepada Menik.

Aisyah : Mbak Menik, aku iki wis putus asa, ndak tahu harus ngapain.

Mbak Menik, aku udah kehabisan strategi, Mbak, untuk

deketin calon mertuaku.

Menik : Ya, wis. Operasi hidung wae!

Aisyah : Kurang ajar kowe ngomong. Semprul tenan kowe.

Page 141: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

(141/PPK/SPRR/SCTV/18 Juli 2011)

Pada percakapan (49) terdapat tuturan yang mengandung implikatur

menghina, yaitu tuturan Menik “Ya, wis. Operasi hidung wae!”. Tuturan

tersebut termasuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan terutama

melanggar submaksim pertama dari maksim kearifan, karena Menik berusaha

memaksimalkan kerugian terhadap mitra tuturnya, yaitu Aisyah.

Tuturan Menik “Ya, wis. Operasi hidung wae!” menunjukkan bahwa

Menik menyuruh Aisyah agar Aisyah melakukan operasi hidung. Akan tetapi,

secara tersirat, tuturan Menik tersebut mengandung implikatur menghina,

yaitu Menik bermaksud ingin menghina Aisyah dengan cara menyuruh

Aisyah untuk mengoperasi hidungnya, karena hidung Aisyah pesek atau tidak

mancung. Menurut Menik, hal itulah yang membuat Bu Halidah kurang

menyukai Aisyah untuk dijadikan sebagai calon menantunya.

3. Implikatur Menolak

Menolak adalah tidak menerima, memberi, meluluskan, mengabulkan;

menampik; tidak membenarkan (KBBI Offline 1.3). Berdasarkan pada

pengertian tersebut, implikatur menolak ialah tuturan yang dituturkan oleh

penutur kepada petutur yang memiliki maksud lain untuk tidak menerima,

tidak meluluskan, atau tidak membenarkan. Untuk lebih memahaminya dapat

dilihat data yang mengandung implikatur menolak dalam percakapan SIKTP

berikut.

(50) Konteks : Tebe duduk sendiri di kursi di teras rumah Yusuf pada malam

hari. Enting menghampiri Tebe dan mengajaknya untuk tidur

karena sudah larut malam.

Enting : Tebe masih ingat aja kata Bapak.

Page 142: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Tebe : Hehehe, kata Bapak Tebe, ambil yang baik, Mak, dan buang

yang buruk!

Enting : Ya udah emak ngalah. Emak mau tidur nih. Tidur yuk, Be!

Masuk yuk!

Tebe : Tebe pengen puasa tidur, Mak.

(31/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Pada percakapan (50) terdapat tuturan yang mengandung implikatur

menolak, yaitu tuturan Tebe “Tebe pengen puasa tidur, Mak”. Tuturan

tersebut merupakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan terutama

melanggar submaksim pertama dari maksim kesepakatan, karena Tebe

berusaha memaksimalkan ketaksepakatan dengan mitra tuturnya, yaitu

Enting.

Tuturan Tebe “Tebe pengen puasa tidur, Mak”, secara harfiah

menunjukkan bahwa Tebe memberitahu kepada Enting bahwa Tebe ingin

melaksanakan puasa tidur pada malam itu. Akan tetapi, secara tersirat, di

dalam tuturan tersebut mengandung implikatur menolak. Dengan tuturan

tersebut, Tebe bermaksud ingin menolak ajakan Enting yang mengajaknya

untuk tidur di dalam rumah, karena Tebe ingin melaksanakan puasa tidur

pada malam itu.

Contoh data lain yang mengandung implikatur menolak dapat pula

ditemukan dalam percakapan SSM berikut.

(51) Konteks : Bang Ma‟ruf keluar dari masjid. Di jalan, Bang Ma‟ruf

bertemu Usman yang akan pergi ke masjid. Bang Ma‟ruf

menganggap Usman sebagai orang Islam keturunan karena

berpenampilan seperti perempuan (rambutnya panjang).

Usman : Eee... tentang rambut panjang. Boleh sedikit saya

bertanya, satu pertanyaan saja Bang?

Bang Ma‟ruf : Eee... silakan! Hehe, silakan! Hehehe.

Usman : Sejak kapan perempuan berambut panjang dan sejak kapan

laki-laki harus berambut pendek?

Page 143: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Bang Ma‟ruf : Eee...hehehe, nih mau ngetes ane nih, ye? Eee...hehehe,

berhubung lidah ane lagi sariawan, ente aje yang jawab,

ye! Hehehe.

(173/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (51) terdapat tuturan Bang Ma‟ruf yang mengandung

implikatur menolak, yaitu tuturan “E...hehehe, nih mau ngetes ane nih ye?

E...hehehe, berhubung lidah ane lagi sariawan, ente aje yang jawab ye!”.

Tuturan tersebut termasuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan

terutama melanggar submaksim pertama dari maksim kearifan, karena Bang

Ma‟ruf berusaha memaksimalkan kerugian terhadap Usman selaku mitra

tuturnya.

Tuturan Bang Ma‟ruf “E...hehehe, nih mau ngetes ane nih ye?

E...hehehe, berhubung lidah ane lagi sariawan, ente aje yang jawab ye!”,

menunjukkan bahwa Bang Ma‟ruf menyuruh Usman untuk menjawab

pertanyaan yang dilontarkan oleh Usman sendiri. Di dalam tuturan tersebut,

terkandung implikatur menolak. Dengan tuturan tersebut, Bang Ma‟ruf

bermaksud menolak untuk menjawab pertanyaan dari Usman, karena

sebenarnya Bang Ma‟ruf tidak dapat menjawab pertanyaan dari Usman. Di

samping itu, Bang Ma‟ruf melakukan hal tersebut untuk mengurangi rasa

malu serta menutupi kebodohannya.

4. Implikatur Sindiran

Implikatur menyindir ialah tuturan yang memiliki maksud lain untuk

mengkritik, mencela, atau mengejek seseorang secara tidak langsung atau

tidak terus terang; mengata-ngatai atau mencela seseorang, tetapi perkataan-

perkataan itu ditujukan kepada orang lain. Untuk lebih memahaminya dapat

Page 144: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

dilihat data yang mengandung implikatur menyindir dalam percakapan

SIKTP berikut.

(52) Konteks : Bang Madit dan Pak RT melihat Karyo bersama Ustaz

Qadir, dan menghampiri mereka. Bang Madit menghina

Karyo. Ustaz Qadir menjelaskan kepada Karyo tentang

orang kaya dan orang miskin, sekaligus menyindir Bang

Madit yang telah menghina Karyo. Karena merasa terpojok,

Bang Madit dan Pak RT pergi meninggalkan Karyo dan

Ustaz Qadir.

Ustaz Qodir : Jadi Mas Karyo, cari ilmu itu sejak dini!

Karyo : Iya.

Ustaz Qodir : Ibaratnye kalau kita nyari ilmu sejak kita masih bocah,

sejak dini, sejak hari ini tidak menunggu nanti, ibarat kita

ngegores di atas batu.

Karyo : Iye.

Ustaz Qodir : Tampaknya jelas. Tapi kalau kita telat, udah tua bangka

baru nyari ilmu, itu kaya kita ngegores di atas air. Balik

lagi, normal lagi kagak kelihatan bekasnya.

Karyo : Bang Ustaz, kalau begitu ya jangan bosan-bosan ngasih

ilmu sama aku! Ya ta?

Ustaz Qodir : Insya Allah.

(10/PPK/SIKTP/SCTV/29 Mei 2011)

Tuturan Ustaz Qodir “Tapi kalau kita telat, udah tua bangka baru

nyari ilmu, itu kaya kita ngegores di atas air. Balik lagi, normal lagi

kagak kelihatan bekasnya” pada percakapan (52) diidentifikasi sebagai

tuturan yang mengandung implikatur menyindir. Tuturan tersebut termasuk

tuturan yang melanggar prinsip kesantunan terutama melanggar submaksim

pertama dari maksim pujian, karena Ustaz Qodir berusaha memaksimalkan

kecaman terhadap orang lain, yaitu Bang Madit.

Dengan tuturan “Tapi kalau kita telat, udah tua bangka baru nyari

ilmu, itu kaya kita ngegores di atas air. Balik lagi, normal lagi kagak

kelihatan bekasnya”, Ustaz Qodir menjelaskan kepada Karyo bahwa

menuntut ilmu itu harus dimulai sejak masih kecil. Pada waktu tuturan

Page 145: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

tersebut dituturkan, Bang Ma‟ruf, yang merupakan orang kaya yang

sombong, yang ilmunya masih dangkal, dan suka menghina orang, berada di

sana. Dengan demikian, selain menjelaskan kepada Karyo, tuturan Ustaz

Qodir tersebut juga mengandung implikatur menyindir, yaitu Ustaz Qodir

bermaksud ingin menyindir Bang Madit, yang merupakan orang kaya, tetapi

tidak memiliki ilmu yang mencukupi.

5. Implikatur Menyombongkan Diri

Sombong adalah menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah

(KBBI Offline 1.3). Berdasarkan pengertian istilah sombong, implikatur

menyombongkan diri ialah tuturan yang memiliki maksud lain untuk

menghargai diri sendiri secara berlebihan. Untuk lebih memahaminya dapat

dilihat data yang mengandung implikatur menyombongkan diri dalam

percakapan SSM berikut.

(53) Konteks : Bang Ma‟ruf keluar dari masjid. Di jalan, Bang Ma‟ruf

bertemu dengan Usman yang akan pergi ke masjid. Bang

Ma‟ruf menganggap Usman sebagai orang Islam

keturunan karena berpenampilan seperti perempuan

(rambutnya panjang).

Bang Ma‟ruf : Eh... kalau ente bukan Islam keturunan, jawab

pertanyaan ane!

Usman : Silakan, Bang! Insya Allah saya jawab pertanyaan

Abang. Satu, dua atau tiga pertanyaan, Insya Allah

Bang. Insya Allah, terong Abang jual, saya borong.

Bang Ma‟ruf : Die pantun.

(172/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (53) terdapat tuturan Usman yang mengandung

implikatur menyombongkan diri, yaitu tuturan “Insya Allah saya jawab

pertanyaan Abang, satu, dua atau tiga pertanyaan, insya Allah, Bang,

insya Allah, terong Abang jual, saya borong”. Tuturan tersebut merupakan

Page 146: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

tuturan yang melanggar prinsip kesantunan terutama melanggar submaksim

pertama dari maksim kerendahan hati, karena Usman berusaha

memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri.

Tuturan “Insya Allah saya jawab pertanyaan Abang, satu, dua atau

tiga pertanyaan, insya Allah, Bang, insya Allah, terong Abang jual, saya

borong” menunjukkan bahwa Usman meyakinkan kepada Bang Ma‟ruf kalau

dia bersedia dan sanggup menjawab semua pertanyaan yang akan diajukan

oleh Bang Ma‟ruf kepadanya. Secara tersirat, tuturan Usman tersebut

mengandung implikatur menyombongkan diri. Dengan tuturan tersebut,

Usman ingin menyombongkan diri di hadapan Bang Ma‟ruf dengan maksud

agar Bang Ma‟ruf tidak meremehkannya lagi dan tidak berbicara seenak

hatinya tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Dengan perkataan lain,

Usman ingin memberikan pelajaran terhadap Bang Ma‟ruf agar Bang Ma‟ruf

sadar dan bertaubat.

6. Implikatur Tidak Suka

Suka adalah berkeadaan senang; menaruh simpati; setuju; menaruh

kasih; kasih sayang; cinta (KBBI Offline 1.3). Berdasarkan pada pengertian

tersebut, implikatur tidak suka ialah tuturan penutur yang memiliki maksud

lain bahwa penutur tidak senang, tidak menaruh kasih sayang, dan tidak

menaruh simpati terhadap orang lain atau mitra tuturnya. Untuk lebih

memahaminya dapat dilihat data yang mengandung implikatur tidak suka

dalam percakapan SPRR berikut.

(54) Konteks : Laras baru sampai di rumahnya di Jakarta. Laras duduk

di kursi ruang tamu melepas lelah. Handphone Laras

berbunyi. Laras mengangkat telepon dari Bu Rosminah.

Page 147: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Bu Rosminah : Ras, Mama mau menyampaikan kabar gembira lho ke

kamu.

Laras : Berita apa Ma?

Bu Rosminah : Ini lho hasil tesnya Nada itu udah keluar.

Laras : Ha? Terus-terus, Ma, apa hasilnya, Ma?

Bu Rosminah : Nada dinyatakan sehat dan baik-baik aja, Ras.

Laras : Hah? Baik-baik aja?

Bu Rosminah : Kamu kok ngomongnya gitu sih Ras? Kamu tuh harusnya

minta maaf sama Nada, karena selama ini kamu udah

nyakitin perasaannya dia, dan kamu itu selalu

mengeluarkan kata-kata yang seolah-olah Nada itu

mandul.

(102/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Laras “Hah? Baik-baik aja?” pada percakapan (54)

diidentifikasi sebagai tuturan yang mengandung implikatur tidak suka.

Tuturan tersebut termasuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan

terutama melanggar submaksim pertama dari maksim simpati, karena Laras

berusaha memaksimalkan rasa antipatinya terhadap orang lain.

Tuturan “Hah? Baik-baik aja?”, menunjukkan bahwa Laras ingin

meyakinkan bahwa informasi yang baru didengarnya dari Bu Rosminah

adalah informasi yang benar kalau Nada dinyatakan subur oleh dokter. Secara

implisit, tuturan Laras tersebut mengandung implikatur tidak suka, yaitu

Laras tidak suka dengan kabar yang disampaikan oleh Bu Rosminah yang

mengatakan bahwa hasil tes kesehatan reproduksi Nada dalam keadaan baik-

baik saja atau Nada dinyatakan subur. Laras bersikap demikian karena Laras

sangat membenci Nada, dan dari awal Laras tidak setuju kalau Wahyu,

kakaknya, menikah dengan Nada.

7. Implikatur Keraguan

Implikatur keraguan ialah tuturan penutur yang memiliki maksud lain

untuk meragukan apa yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Untuk lebih

Page 148: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

memahaminya dapat dilihat data yang mengandung implikatur keraguan

dalam percakapan SIKTP berikut.

(55) Konteks : Ali dan Umar datang ke masjid ingin melaksanakan Sholat

Zuhur. Mereka melihat Tebe dan Bang Usman sholat

berjamaah. Bang Abu mengajak Ali dan Umar ikut sholat

bersama Tebe dan Bang Usman. Sholat selesai, Ali dan

Umar bertanya kepada Bang Abu mengenai cara sholat

yang khusyuk. Bang Ma‟ruf masuk masjid dan menawarkan

diri untuk dimintai pertanyaan.

Bang Ma‟ruf : Kagak tanya ama ane?

Umar : Ha?

Bang Ma‟ruf : Tanya deh! Ayo tanya!

Ali : Kagak deh Bang, nanti kita sesat lagi.

Bang Ma‟ruf : Ha? Heh, orang suseh lo. Ini nih, ini nih orang ini nih, ini

nih, ini nih, nih, nih, orang ini nggak beradap, heh.

(176/PPK/SSM/SCTV/26 Juli 2011)

Pada percakapan (55) terdapat tuturan yang mengandung implikatur

keraguan, yaitu tuturan “Kagak deh Bang, nanti kita sesat lagi” yang

dituturkan oleh Ali. Tuturan tersebut termasuk tuturan yang melanggar

prinsip kesantunan terutama melanggar submaksim pertama dari maksim

kesepakatan, karena Ali berusaha memaksimalkan ketaksepakatannya dengan

mitra tuturnya.

Tuturan Ali “Kagak deh Bang, nanti kita sesat lagi” menunjukkan

bahwa Ali menolak suruhan Bang Ma‟ruf yang menyuruhnya untuk bertanya

kepada Bang Ma‟ruf tentang cara sholat yang khusyuk. Di samping menolak,

secara tersirat, tuturan Ali tersebut juga mengandung implikatur keraguan,

yaitu Ali meragukan kemampuan atau ilmu agama yang dimiliki oleh Bang

Ma‟ruf. Hal itu karena Bang Ma‟ruf sangat terkenal di kampungnya sebagai

orang kaya yang sombong, yang suka menghina orang miskin, dan sering

Page 149: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

membuat sakit hati orang lain. Dengan pertimbangan tersebut, Ali

menuturkan tuturan tersebut.

8. Implikatur Kecewa

Kecewa adalah perasaan kecewa; kecil hati, tidak puas (karena tidak

terkabul keinginannya atau harapannya); tidak senang (KBBI Offline 1.3).

Berdasarkan pada pengertian tersebut, implikatur kecewa ialah tuturan

penutur yang memiliki maksud lain bahwa penutur merasa kecil hati, tidak

puas, atau tidak senang dengan apa yang dilakukan atau dituturkan oleh mitra

tuturnya. Untuk lebih memahaminya dapat dilihat data yang mengandung

implikatur kecewa dalam percakapan SPRR berikut.

(56) Konteks : Nisa kembali ke sanggar batik setelah mengantarkan

pesanan batik ke toko yang memesan batik buatan pesantren.

Aldo terlihat sedih dan menghadang Nisa di depan ruang

sanggar batik. Aldo salah paham terhadap Nisa dan

menganggap Nisa sudah menikah dan hamil. Aldo sangat

mencintai Nisa. Nisa terlihat bingung.

Nisa : Kabar apa ta Mas?

Aldo : Sudahlah Dik, jangan ada dusta lagi di antara kita.

Kalau emang Dik Nisa masih sayang sama Mas Aldo,

kalau masih punya perasaan yang belum kamu jelaskan,

tolong dijelaskan! Nisa : Hih, Mas Aldo ngapain sih kaya iku? Udahlah Mas,

bangun! Nanti kita izin, Mas.

(86/PPK/SPRR/SCTV/17 Juli 2011)

Tuturan Aldo “Sudahlah Dik, jangan ada dusta lagi di antara kita.

Kalau emang Dik Nisa masih sayang sama Mas Aldo, kalau masih punya

perasaan yang belum kamu jelaskan, tolong dijelaskan!” pada percakapan

(56) merupakan tuturan yang mengandung implikatur kecewa. Tuturan

tersebut termasuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan terutama

melanggar submaksim pertama dari maksim kearifan, karena Aldo berusaha

Page 150: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

memaksimalkan kerugian terhadap mitra tuturnya. Tuturan tersebut

dituturkan Aldo karena Aldo mengetahui Nisa memegang tespek dan Aldo

beranggapan bahwa Nisa sedang hamil.

Tuturan Aldo “Sudahlah Dik, jangan ada dusta lagi di antara kita.

Kalau emang Dik Nisa masih sayang sama Mas Aldo, kalau masih punya

perasaan yang belum kamu jelaskan, tolong dijelaskan!” menunjukkan

bahwa Aldo menyuruh Nisa untuk menjelaskan perasaan Nisa yang

sesungguhnya kepada Aldo. Tuturan Aldo tersebut juga mengandung

implikatur kecewa, yaitu Aldo merasa kecewa dengan Nisa karena Aldo

sangat mencintai Nisa, dan menurut Aldo, Nisa telah berbohong kepada Aldo.

Nisa tidak memberitahu Aldo kalau Nisa sudah menikah dan waktu itu Nisa

sedang hamil. Padahal, yang sesungguhnya terjadi adalah Nisa belum

menikah dan Nisa tidak hamil. Nisa mendapatkan tespek itu dari Aisyah.

Dengan perkataan lain, Aldo salah paham terhadap Nisa.

Secara keseluruhan, data dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM

yang mengandung implikatur akibat pelanggaran prinsip kesantunan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4

Data yang Mengandung Implikatur Akibat

Pelanggaran Prinsip Kesantunan

No Implikatur Sinetron Nomor Data Jml.

1 Mengkritik SIKTP 8, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 23,

24, 25, 26, 34, 36, 38, 40, 41,

51, 54, 59, 60, 62, 66, 67, 71,

74, 76, 78, 79, 83, 84, 85

31

Page 151: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

SPRR 88, 91, 92, 94, 95, 101, 107,

108, 117, 118, 123, 126, 132,

144

14

SSM 147, 155, 157, 165, 166, 171,

174, 177, 178, 180, 186, 189,

193, 196, 197, 200

16

2 Menghina SIKTP 9, 12, 13, 27, 28, 48, 81 7

SPRR 87, 88, 96, 106, 119, 132, 141 7

SSM 149, 166, 167, 170, 191 5

3 Menolak SIKTP 2, 5, 9, 12, 14, 18, 31, 32, 44,

46, 49, 61

12

SPRR 145 1

SSM 173, 177, 179, 195, 196, 199 6

4 Sindiran SIKTP 2, 3, 10, 30, 44, 52, 57, 65, 74 9

SPRR 95, 117, 130 3

SSM 151, 158, 159, 170, 180, 195 6

5 Menyombongkan

Diri

SIKTP 7, 42, 44, 57, 71, 73, 78, 79 8

SPRR 92, 103, 107 3

SSM 147, 163, 165, 166, 167, 168,

170, 172, 176, 177, 186, 190,

191

13

6 Tidak Suka SIKTP 1, 8, 11, 12, 25, 29, 30, 42, 47,

48, 52, 61, 62, 67, 68, 80, 81

17

SPRR 91, 102, 103, 118, 144 5

SSM 152, 153, 156, 157, 162, 169,

182, 186, 194

9

7 Keraguan SIKTP 6, 17, 22, 40, 80 5

SPRR 99, 104, 109, 123, 137, 144 6

SSM 176 1

8 Kecewa SIKTP 3, 18, 21, 24, 25, 38, 40, 46,

60, 63, 70, 75, 81,

13

Page 152: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

SPRR 86, 89, 92, 94, 131, 143 6

SSM 150, 151, 156, 158, 182, 191,

193

7

Page 153: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan

simpulan dari penelitian ini.

1. a. Dari analisis yang telah dilakukan ditemukan sembilan (9) macam TTD

dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM di televisi, yaitu TTD

menyuruh, melarang, meminta, mengajak, menyarankan, menasihati,

memohon, mengingatkan, dan mempersilakan. Di antara sembilan TTD

tersebut, TTD yang paling banyak ditemukan adalah TTD menyuruh.

a. Di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak mengandung TTD,

yaitu TTD menyuruh, melarang, meminta, mengajak, menyarankan, dan

mengingtkan paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika dibandingkan

dengan TTD tersebut dalam SPRR dan SSM; TTD menasihati dan

memohon paling banyak ditemukan dalam SIKTP dan SPRR jika

dibandingkan dengan TTD tersebut dalam SSM; dan TTD mempersilakan

paling banyak ditemukan dalam SPRR dan SSM jika dibandingkan dengan

TTD tersebut dalam SIKTP. Selain itu, terdapat TTD yang tidak

ditemukan dalam SIKTP yaitu TTD mempersilakan, dan TTD memohon

tidak ditemukan dalam SSM.

2. a. Ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam percakapan

SIKTP, SPRR, dan SSM. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan itu

Page 154: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

meliputi enam (6) maksim. Secara berturut-turut mulai pelanggaran yang

paling banyak ialah pelanggaran terhadap maksim kearifan, pujian,

kesepakatan, simpati, kerendahan hati, dan kedermawanan. Pelanggaran

prinsip kesantunan didominasi oleh maksim kearifan, karena di dalam

ketiga sinetron religi yang bergenre humor tersebut di samping untuk

menghibur pemirsa sebagai tontonan, juga memiliki maksud lain, yaitu

untuk memberikan nasihat atau anjuran yang baik kepada pemirsa, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung, dengan harapan agar

pemirsa dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat bagi diri mereka

dalam menjalani hidup. Dengan perkataan lain, dapat dijadikan sebagai

tuntunan, yaitu dalam hal kebaikan.

b. Di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak melanggar setiap

maksim, yaitu pelanggaran maksim kearifan, pujian, kerendahan hati, dan

kesepakatan paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika dibandingkan

dengan pelanggaran maksim-maksim tersebut dalam SPRR dan SSM,

sedangkan pelanggaran maksim kedermawanan dan simpati paling banyak

ditemukan dalam SSM jika dibandingkan dengan pelanggaran maksim

tersebut dalam SIKTP dan SPRR.

3. a. Ditemukan delapan (8) macam implikatur akibat pelanggaran prinsip

kesantunan dalam percakapan SIKTP, SPRR, dan SSM, yaitu implikatur

mengkritik, menghina, menolak, sindiran, menyombongkan diri, tidak

suka, keraguan, dan kecewa. Implikatur yang paling banyak ditemukan

ialah implikatur mengkritik.

Page 155: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

b. Di antara SIKTP, SPRR, dan SSM yang paling banyak mengandung setiap

implikatur, yaitu implikatur mengkritik, menolak, sindiran, tidak suka, dan

kecewa paling banyak ditemukan dalam SIKTP jika dibandingkan dengan

implikatur-implikatur tersebut dalam SPRR dan SSM, implikatur

menghina paling banyak ditemukan dalam SIKTP dan SPRR jika

dibandingkan dengan implikatur tersebut dalam SSM, implikatur keraguan

paling banyak ditemukan dalam SPRR jika dibandingkan dengan

implikatur tersebut dalam SIKTP dan SSM, sedangkan implikatur

menyombongkan diri paling banyak ditemukan dalam SSM jika

dibandingkan dengan implikatur tersebut dalam SIKTP dan SPRR.

B. Saran

Penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Pelanggaran Prinsip

Kesantunan dalam Sinetron Islam KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan

Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik” ini masih terbatas pada TTD

dan enam maksim kesantunan Leech saja. Oleh karena itu, penelitian ini belum

lengkap dan baru sebagian kecil saja dari tindak tutur dan kesantunan. Hal itu

karena masih banyak jenis tindak tutur lain yang juga dapat digunakan untuk

membedah percakapan dalam ketiga sinetron religi tersebut, dan juga masih

banyak teori kesantunan lain yang dapat digunakan untuk membedah lebih dalam

lagi mengenai kesantunan berbahasa.

Penulis berharap agar penelitian mendatang lebih mendalam dan berkualitas

demi diperolehnya hasil yang lebih memuaskan. Penulis menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari penjelasan yang mendalam secara pragmatik.

Page 156: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PELANGGARAN PRINSIP …/Tindak... · KTP, Pesantren dan Rock’n Roll, dan Sampeyan Muslim?: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dengan lancar. Skripsi ini disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Pembelajaran akan terus berproses dan tidak akan berhenti sampai di sini. Penulis

berharap agar penelitian selanjutnya dapat mengambil manfaat dari penelitian

yang belum sempurna ini.