tindak tutur direktif dalam pementasan …/tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tindak...

133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA KARYA KI HARTARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh : ARIFFAR RINI ASTUTI C 0107013 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: duongnguyet

Post on 23-Apr-2018

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TINDAK TUTUR DIREKTIF

DALAM PEMENTASAN KETOPRAK

LAKON MARDHIKA JAWA DWIPA

KARYA KI HARTARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

ARIFFAR RINI ASTUTI

C 0107013

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ariffar Rini Astuti

NIM : C 0107013

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur

Direktif dalam Pementasan Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa Karya

Ki Hartarta Adalah betul-betul karya saya sendiri, bukan plagiat, dan tidak

dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi

ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan

gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2011

Yang membuat pernyataan,

Ariffar Rini Astuti

Page 5: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

. MOTTO

Tidak ada yang kebetulan, semua yang ada adalah hasil dari perbuatan

sebelumnya.

Sapa nandur bakal ngundhuh „siapa yang menanam, ia juga yang akan

memetik hasilnya‟.

Sepisan sedulur salawase sedulur „sekali bersaudara selamanya

bersaudara‟. (KKTT Wiswakarman)

Page 6: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibuku yang terhormat.

2. Mas Anto, Kakakku tersayang.

3. Keluarga besar Bani Abdul Manan dan

Bani Ashuri

4. Almamaterku Tercinta

5. Pembaca yang budiman.

Page 7: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada penulis sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana Sastra, Jurusan Sastra Daerah pada

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan

hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi, oleh karena itu pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk mengikuti pendidikan.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah membimbing

dalam menyelesaikan program pembelajaran.

3. Drs. Sri Supiyarno, M.A., selaku Pembimbing Pertama yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian sehingga skripsi ini

dapat penulis selesaikan dengan baik.

4. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik dan

pembimbing kedua yang telah memberi motivasi dan arahan sejak awal

perkuliahan sampai pada tahap penyusunan skripsi.

Page 8: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Bapak Ibu dosen yang telah memberi bekal pengetahuan yang sangat

bermanfaat.

6. Kedua orang Tuaku, Mas Eko, Mas Anto, Mbak Elok, Mas Lingga

terimakasih sudah selalu mendoakan, memberi semangat dan keceriaan.

7. Keluarga besar A5R dan AUBREY terimakasih untuk semangat dan

dukungan morilnya.

8. Teman-teman Mahasiswa Sastra Daerah khususnya angkatan 2007 yang

banyak membantu dengan memberi masukan pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. (Novi, Herwening, Sulung, Febri, Nur, Ghea,

Riski, Kade, Zulfa, Fajar, Panca, ucup, Aries, Aji, Alfath, Wisnu, Dhagan)

9. Saudara-saudaraku di UKM Wiswakarman khususnya para pemain MJD

yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.

Semoga amal baik semua pihak mendapatkan imbalan dari Allah,

SWT. Tiada sesuatu yang sempurna begitu pula dengan penulisan skripsi

ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, sangat diharapkan

adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan skripsi

ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 9: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN ............................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ...................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA .......................................... xiv

ABSTRAK ........................................................................................ xv

ABSTRACT ...................................................................................... xvi

SARI PATHI ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik ................................................................... 9

Page 10: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif ..................................... 10

C. Situasi Tutur ................................................................................. 15

D. Peristiwa Tutur ............................................................................. 16

E. Ketoprak ....................................................................................... 18

1. Pengertian Ketoprak .................................................................. 18

2. Sejarah Ketoprak ....................................................................... 18

3.Beberapa Unsur Pendukung Pementasan Ketoprak ................... 19

F. Ringkasan Cerita Mardhika Jawa Dwipa ...................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 29

B. Sumber Data ................................................................................. 29

C. Data Penelitian.............................................................................. 30

D. Alat Penelitian .............................................................................. 31

E. Populasi ........................................................................................ 31

F. Sampel .......................................................................................... 31

G. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 32

H. Metode Analisis Data ................................................................... 33

I. Metode Penyajian Hasil Analisis Data .......................................... 36

BAB IV ANALISIS DATA

A. Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan Ketoprak Lakon

Mardhika Jawa Dwipa....................................................................... 37

1. Tindak Tutur Menyuruh ............................................................. 38

2. Tindak Tutur Menasihati ............................................................ 50

3. Tindak Tutur Meminta Izin ........................................................ 54

Page 11: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

4. Tindak Tutur Permisi .................................................................. 56

5. Tindak Tutur Meminta Restu ..................................................... 57

6. Tindak Tutur Mengingatkan ....................................................... 58

7. Tindak Tutur Melerai ................................................................. 61

8. Tindak Tutur Menantang ............................................................ 62

9. Tindak Tutur Menyarankan ........................................................ 63

10. Tindak Tutur Mengharap ............................................................ 64

11. Tindak Tutur Mengajak .............................................................. 67

12. Tindak Tutur Menegur ............................................................... 71

13. Tindak Tutur Memarahi ............................................................. 72

14. Tindak Tutur Mempersilakan ..................................................... 75

15. Tindak TuturMengusir ............................................................... 78

16. Tindak Tutur Melarang………………………………………….80

B. Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan Ketoprak Lakon

Mardhika Jawa Dwipa....................................................................... 86

1. Tindak Tutur Menyuruh ............................................................. 86

2. Tindak Tutur Menasihati ............................................................ 90

3. Tindak Tutur Meminta Izin ........................................................ 90

4. Tindak Tutur Permisi .................................................................. 92

5. Tindak Tutur Meminta Restu ..................................................... 92

6. Tindak Tutur Mengingatkan ....................................................... 93

7. Tindak Tutur Melerai ................................................................. 94

8. Tindak Tutur Menantang ............................................................ 95

9. Tindak Tutur Menyarankan ........................................................ 96

Page 12: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

10. Tindak Tutur Mengharap ............................................................ 97

11. Tindak Tutur Mengajak .............................................................. 98

12. Tindak Tutur Menegur ............................................................... 99

13. Tindak Tutur Memarahi ............................................................. 100

14. Tindak Tutur Mempersilakan ..................................................... 101

15. Tindak TuturMengusir ............................................................... 102

16. Tindak Tutur Melarang…………………………………………103

C. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Direktif dalam

Pementasan Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa ....................... 106

1. Penutur dan Mitra Tutur ............................................................. 106

2. Konteks Tuturan ......................................................................... 108

3. Tujuan Pertuturan ....................................................................... 110

4. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan Atau Aktivitas ..................... 113

5. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal ..................................... 114

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................... 117

B. Saran ................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 120

LAMPIRAN ...................................................................................... 122

Page 13: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Transkripsi Tuturan Mardhika Jawa Dwipa (hal 123-132)

Lampiran II : Data Tindak Tutur Direktif (1-40) (hal 133-152)

Lampiran III : Sinopsis Cerita Mardhika Jawa Dwipa (hal 153-154)

Lampiran IV : Biografi Ki Hartarta (hal 155)

Page 14: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Singkatan nama tokoh dalam cerita Mardhika Jawa Dwipa

BA : Bathara Anggajali

DC : Dewata Cengkar

D+S : Dora + Sembada

ES : Empu Sangkala

M : Margiyati

N.Raras : Niken Raras

Ny.Sagopi : Nyai Sagopi

Ny.Sagopi daa : Nyai Sagopi dan anak-anaknya

Pth.Kar.Keleng : Patih Karang Keleng

S : Sembada

S (PI) : Suksma (Prabhu Isaka)

B. Singkatan dalam analisis

P : Penutur

MT : Mitra Tutur

TP : Tindak Perlokusi

TTD : Tindak Tutur Direktif

C. Tanda yang dipergunakan dalam penelitian ini.

“......” : Tanda petik dua, menandai bagian dari data penelitian yang menjadi

objek kajian dalam penelitian.

„…...‟ : Tanda petik tunggal, menandai bahwa yang diapit adalah terjemahan.

Page 15: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Jawa digunakan sebagai alat komunikasi oleh Masyarakat

Jawa. Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai media

tuturannya yang berfungsi sebagai sarana pengungkap kebudayaan Jawa.

Kebudayaan tersebut antara lain berupa ludruk, ketoprak, dan wayang.

Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji tentang bahasa, salah

satu cabangnya adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang makna

dalam hubungan dengan situasi-situasi ujar. Pragmatik mengkaji mengenai

tuturan yang dikehendaki penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam

hal ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan

makna tuturan dalam rangka penggunaan bahasa di dalam suatu

komunikasi.

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan

agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar. Seperti dalam

aktivitas sosial yang lain, kegiatan bertutur baru dapat terwujud apabila

manusia terlibat didalamnya.

Contoh tindak tutur dalam pementasan ketoprak adalah sebagai

berikut.

Bathari Warsiki : ”semono uga aku sang tapa, sawangen aku...”

’begitu juga aku sang pertapa, lihatlah aku...’

Page 16: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pada contoh diatas Bathari Warsiki (P) melakukan tindak tutur

direktif menyuruh. Kata Sawangen pada tuturan P merupakan penanda

lingual menyuruh, karena adanya akhiran -en. kehadirannya sangatlah

penting, sebab bila dalam kata sawangen tidak ada akhiran –en, maka

akan bermakna lain. Fungsi akhiran –en pada kata sawangen merupakan

penanda adanya tindak tutur direktif menyuruh, yang dilakukan oleh P

kepada MT dengan maksud menyuruh MT agar mau melihat keberadaan

dirinya. Faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif tersebut

adalah penutur dan mitra tutur yaitu Bathari Warsiki sebagai penutur dan

Prabhu Isaka sebagai mitra tutur, konteks tuturan yaitu tuturan yang

disampaikan oleh Bathari Warsiki kepada Prabhu Isaka dengan cara

merayu, tujuan tuturannya adalah menyuruh supaya Prabhu Isaka tergoda

dan mau melihat kearahnya, Contoh lain tindak tutur yang terdapat dalam

pementasan ketoprak adalah sebagai berikut.

Bathara Anggajali : ”Aji Saka, ora ana gunane nggetuni lelakon

kang wis dumadi, mbesuk maneh kudu luwih wicaksana, pancen kudu

mangkono garisisng kawasa”.

’Aji saka, tidak ada gunanya menyesali

semua yang sudah terjadi, lain kali haris lebih bijaksana, memang harus

begitu takdir yang Maha Kuasa.

Pada contoh diatas Bathara Anggajali (P) melakukan tindak Tutur

Direktif Menasihati. Ora ana gunane nggetuni lelakon kang wis dumadi,

mbesuk maneh kudu luwih wicaksana pada tuturan P merupakan penanda

lingual menasihati. Fungsi kalimat Ora ana gunane nggetuni lelakon kang

Page 17: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

wis dumadi, mbesuk maneh kudu luwih wicaksana merupakan penanda

adanya tindak tutur direktif menasihati, yang dilakukan oleh P kepada MT

dengan maksud menasihati MT supaya tidak menyesali yang sudah terjadi

dan bisa lebih bijaksana dikemudian hari. Faktor yang melatarbelakangi

adanya tindak tutur direktif tersebut adalah penutur dan mitra tutur yaitu

Bathara Anggajali sebagai Penutur dan Aji Saka sebagai Mitra tuturnya,

konteks pertuturan tersebut Bathara Anggajali menasihati Aji Saka agar

tidak lagi menyesali apa yang telah terjadi dan supaya Aji Saka bisa lebih

bijaksana dikemudian hari.

Beberapa skripsi yang pernah meneliti tentang tindak tutur :

1. Tindak Tutur Direktif dalam ketoprak dengan lakon Sinamuring

Kasetyan dan Surya Sakembaran (Suatu Pendekatan Pragmatik) skripsi

oleh Fery Ayuni Dyah Kusumawati tahun 2002. Skripsi ini membahas

tentang bentuk, fungsi, maksud dari tindak tutur direktif, dan derajat

kesopansantunan.

2. Tindak Tutur Dagelan Basiyo (Suatu Kajian Pragmatik) skripsi oleh

Harsono tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang fungsi Bahasa

Jawa dalam dagelan, type humor, dan proses terjadinya interpretasi

pragmatik.

3. Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci

oleh dalang Ki Mantep Soedharsono oleh Kenfitria Diah Wijayanti

tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bentuk, fungsi, makna dan

faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif.

Page 18: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4. Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di kantor UPT Disdikpora

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (suatu Kajian Pragmatik)

skripsi oleh Ageng Nugraheni tahun 2010. Skripsi ini membahas

tentang Fungsi Tindak Tutur, Faktor yang melatarbelakangi, dan

kesantunan tindak tutur direktif.

Beberapa hasil penelitian tersebut, sangatlah bermanfaat untuk

penelitian ini. Referensi mengenai penelitian tersebut berguna sebagai

acuan untuk menambah wawasan peneliti. Hal ini menunjukan bahwa

penelitian tentang tindak tutur dalam pementasan ketoprak lakon Mardika

Jawa Dwipa belum pernah diteliti. Penelitian ini dilakukan berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, berdasarkan penggunaan bahasa di dalam masyarakat

terdapat dua pemakaian yaitu (1) pemakaian bahasa sebagai sarana

penyampaian informasi dalam komunikasi, (2) pemakaian bahasa sebagai

sarana penyampaian maksud tertentu dari penutur kepada mitra tutur

seperti halnya tuturan yang terjadi antar tokoh dalam pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa. Selain itu, tuturan yang muncul dari dialog

tokoh-tokoh ketoprak tersebut dapat dikategorikan dalam suatu jenis

tindak tutur.

Kedua, dalam penyampaian tuturan penutur dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang melatarbelakanginya sehingga terjadi ragam bahasa

dalam pengujaran kalimatnya.

Page 19: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Ketiga, dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa

ini terdapat kandungan ajaran moral yang tersirat, juga terkandung cerita

awal adanya aksara jawa atau yang biasa disebut dentawyanjana.

Keempat, ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa ini belum pernah

diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya, baik dari segi tindak tutur

maupun dari segi lain.

Kelima, bahasa yang dipergunakan dalam pementasan ketoprak

sedikit berbeda dengan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, dan

dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa ini terdapat

beberapa ragam bahasa Jawa.

Penulis mengambil penelitian yang berjudul ”Tindak Tutur Direktif

dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa karya Ki

Hartarta” karena terdapat berbagai macam tuturan yang terdapat dalam

pementasan tersebut, khususnya tindak tutur direktif. Penulis juga tertarik

dengan cerita keseluruhan dari Mardhika Jawa Dwipa yang berisi tentang

sejarah adanya aksara jawa.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk

tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa,

bagaimana fungsi tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak

Page 20: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Mardhika Jawa Dwipa, dan apa saja faktor yang melatarbelakangi adanya

tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

2. Bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

3. Apa sajakah faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur

direktif dalam pementasan ketoprak Mardhika Jawa Dwipa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Java Dwipa.

2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif dalam pementasan

ketoprak Mardhika Java Dwipa.

Page 21: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya

tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak Mardhika Java

Dwipa.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah teori

pragmatik khususnya tindak tutur direktif bahasa Jawa.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

masyarakat Jawa pada umumnya untuk mengetahui penggunaan

bahasa Jawa yang digunakan dalam pementasan ketoprak dengan judul

Mardhika Jawa Dwipa. Selain itu dapat dipakai sebagai bahan acuan

untuk penelitian selanjutnya, serta bisa dimanfaatkan oleh guru bahasa

dalam memperkaya materi kebudayaan di sekolah baik SD, SMP,

maupun SMA.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai

berikut.

Page 22: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian pragmatik, tindak tutur

dan tindak tutur direktif, situasi tutur, peristiwa tutur, ketoprak, ringkasan

cerita Mardhika Jawa Dwipa.

Bab III Metode Penelitian, yang meliputi jenis penelitian, sumber data,

data penelitian, alat penelitian, populasi, sampel, metode pengumpulan

data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Bab IV Analisis Data dan pembahasan, mengenai tindak tutur direktif

dalam pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa karya Ki

Hartarta.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran.

Page 23: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang masih

tergolong baru bila dilihat dari perkembangannya.

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan

dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang

terikat konteks. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk

memahami maksud lawan tutur. (Wijana, 1996 : 2)

Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dengan konteks

yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. (Levinson 1983, dalam

Muhammad Rohmadi, 2004:4)

Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang

disampaikan daripada yang dituturkan. (Yule, 2006:4)

Pragmatik mengkaji tentang kemampuan pemakai bahasa untuk

mengaitkan kalimat-kalimat denagn konteks yang sesuai dengan kalimat-

kalimat tersebut.

Dari beberapa batasan mengenai pragmatik diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal yang ditentukan oleh konteks

Page 24: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dan situasi yang melatarbelakangi pemakai bahasa dalam ilmu pragmatik

suatu peristiwa tutur lebih mengacu pada maksud penutur terhadap

tuturannya.

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar

suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar, atau seluruh komponen

linguistik dan non-linguistik untuk meliputi suatu perbuatan. Bahasa yang

utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik dan

konteks amanat itu. (Harimurti Kridalaksana, 2001:171)

Didalam pragmatik, tindak tutur mempunyai kedudukan yang

penting dikarenakan tindak tutur merupakan satuan analisisnya. Tindak

tutur merupakan rangkaian dari percakapan yang terjadi dalam peristiwa

tutur. Dalam tindak tutur sangat diperhitungkan sejauh mana suatu tuturan

itu dapat mengekspresikan sikap penutur sebagai mitra tutur mampu

menangkap pesan tersirat didalamnya.

Secara garis besar Austin merumuskan tiga macam tindak tutur yaitu:

1) Lokusi yaitu tindakan mengatakan sesuatu dan makna sesuatu yang

dikatakan dalam arti ”berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat

yang bermakna dan dapat dipahami.

2) Ilokusi yaitu apa yang dilakukan dalam tindak mengatakan sesuatu.

Tindak tutur ilokusi biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif

yang eksplisit.

Page 25: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3) Perlokusi yaitu pengaruh yang dihasilkan dengan mengatakan apa yang

dikatakan. Dapat dikatakan juga bahwa tindak tutur perlokusi merupakan

tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan

dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain itu. (Abdul Chaer

dan Leonie Agustina, 2004:53)

Jenis-jenis tindak tutur adalah tindak tutur direktif, asertif,

deklaratif, dan ekspresif.

Yule (2006) berpendapat bahwa tindak tutur direktif adalah tindak

tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar mitra tutur

melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. Yang

termasuk tindak tutur direktif adalah :

1) Tindak Tutur Menyuruh

Tindak tutur menyuruh merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan, agar mitra tutur melakukan perintah yang diucapkan penutur.

2) Tindak Tutur Menasihati

Tindak tutur menasihati adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan dengan memberikan sesuatu hal yang baik yaitu berupa nasihat

kepada mitra tutur.

3) Tindak Tutur Meminta Izin

Tindak tutur meminta ijin adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan dengan tujuan agar permohonan penutur dapat dikabulkan oleh

mitra tutur.

Page 26: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4) Tindak Tutur Permisi

Tindak tutur permisi adalah tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu

tuturan kepada mitra tutur sebelum memasuki suatu ruangan.

5) Tindak Tutur Meminta Restu

Tindak tutur meminta restu merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan dengan tujuan ingin mendapatkan restu dari mitra

tutur sebelum penutur melakukan suatu hal.

6) Tindak Tutur Mengingatkan

Tindak tutur mengingatkan adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan dengan tujuan memberitahu kepada mitra tutur agar

mempertimbangkan sesuatu hal yang akan dilakukannya.

7) Tindak Tutur Melerai

Tindak tutur melerai adalah tindakan penutur dalam mengujarkan suatu

tuturan untuk menghentikan pertengkaran baik mulut maupun pertengkaran fisik.

8) Tindak Tutur Memaksa

Tindak tutur memaksa merupakan tindakan penutur dengan mengujarkan

sesuatu tuturan menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan maksud mitra

tutur harus melakukan sesuai dengan kehendak penutur.

9) Tindak Tutur Menantang

Tindak tutur menantang merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu hal yang memancing emosi mitra tutur sehingga menimbulkan

pertengkaran.

Page 27: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

10) Tindak Tutur Menyarankan

Tindak tutur menyarankan merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu dengan tujuan memberitahukan kepada mitra tutur agar

mempertimbangkan apa yang sudah menjadi keputusannya.

11) Tindak Tutur Memohon

Tidak tutur memohon merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu karena menginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan tujuan agar mitra

tutur tersebut mengabulkannya.

12) Tindak Tutur Menyumpah

Menyumpah adalah tindakan yang dilakukan seseorang kepada orang lain

untuk mengetahui keberanian orang lain tersebut mengatakan sesuatu yang benar

dengan cara bersumpah. Jadi tindak tutur menyumpah adalah tindak pertuturan

yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk melakukan perbuatan bersumpah

di hadapan mitra tutur.

13) Tindak Tutur Memperingatkan

Tindak tutur memperingatkan adalah tindak dengan pertuturan yang

dilakukan penutur, untuk memberitahu bahwa apa yang akan dilakukan mitra tutur

tersebut tidak baik.

14) Tindak Tutur Mengharap

Tindak tutur mengharap adalah tindak pertuturan yang disampaikan

penutur kepada mitra tutur atau kepada yang lain di luar mitra tutur, dengan

harapan mengabulkannya.

Page 28: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

15) Tindak Tutur Mengajak

Tindak tutur mengajak adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh

penutur yang bertujuan menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan

sesuatu.

16) Tindak Tutur Menegur

Tindak tutur menegur adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur

kepada mitra tutur, bahwa apa yang dilakukan atau diucapkan mitra tutur tersebut

adalah salah.

17) Tindak Tutur Memarahi

Tindak tutur memarahi adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur

kepada mitra tutur untuk mengungkapkan perasaan marahnya, karena mitra tutur

dianggap bersalah.

18) Tindak Tutur Menagih Janji

Tindak tutur menagih janji adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur kepada mitra tutur untuk meminta pertanggungjawaban atas apa yang

telah diucapkan atau dijanjikan sebelumnya.

19) Tindak Tutur Mempersilahkan

Tindak tutur mempersilahkan, adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur, untuk menyuruh, mengijinkan memasuki ruangan, atau melanjutkan

pekerjaan oleh penutur.

Page 29: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

20) Tindak Tutur Mengusir

Mengusir adalah menyuruh orang lain untuk meninggalkan tempat dengan

cara paksa. Jadi tindak tutur mengusir adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur dengan tujuan agar mitra tutur meninggalkan tempat dengan cara paksa.

21) Tindak Tutur Melarang

Melarang adalah mencegah orang lain untuk tidak melakukan sesuatu

yang tidak diinginkan. Jadi tindak tutur melarang, adalah tindak pertuturan yang

disampaikan penutur, untuk mencegah mitra tutur melakukan sesuatu yang tidak

diinginkan oleh penutur.

Ciri tindak tutur direktif berada pada tindak perlokusi tiap tuturan.

Bila perlokusi melakukan apa yang ada pada ilokusi maka tuturan itu

termasuk tindak tutur direktif.

C. Situasi Tutur

Leech (1983) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus

dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah:

a. Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca

bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek

yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang

sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain-lain.

Page 30: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek

fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang

bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial

disebut konteks (context). Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah

semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami

bersama oleh penutur dan lawan tutur.

c. Tujuan Tuturan

Bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk

menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat

diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik berbicara merupakan

aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities).

D. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya

interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua

pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu,

tempat, dan situasi tertentu (Abdul Chaer, Leonie Agustina, 2004:47).

Menurut Dell Hymes (Hymes, 1968: 99; dalam Suwito, 1883: 32-33)

suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf

pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen

itu adalah :

Page 31: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

a) Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat

tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan

waktu, atau situasi psikologis pembicaraan.

b) Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan).

c) End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.

d) Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran

ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana

penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik

pembicaraan.

e) Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan

disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan

sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga

ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

f) Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga

mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam,

atau register.

g) Norm of Interaction and Interpretaton, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi.

h) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa, dan sebagainya.

Page 32: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

E. KETOPRAK

1. Pengertian ketoprak

Ketoprak adalah sejenis seni pentas yang berasal dari jawa.

Dalam sebuah pementasan ketoprak, sandiwara yang juga diselingi

dengan lagu-lagu jawa yang diiringi oleh gamelan. Tema cerita

dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya

diambil dari cerita legenda atau sejarah jawa. Banyak pula diambil

cerita dari luar negri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari

repertoar cerita epos (wiracarita) Ramayana dan Mahabharata.

(Little Book, panduan dasar paguyupan mahasiswa KKTT

Wiswakarman)

2. Sejarah ketoprak

Ketoprak lahir pada tahun 1887. Pada awalnya ketoprak

hanya berwujud permainan bagi para lelaki didesa sebagai hiburan

sambil menabuh lesung (alat yang sebenarnya berfungsi sebagai

alat/tempat untuk menumbuk gabah/padi supaya menjadi beras)

pada saat bulan purnama. Hal ini juga sering disebut sebagai

“gejog lesung”. Namun semakin lama ketoprak semakin digemari

oleh banyak orang, dank arena kebiasaan akhirnya ketoprak

mampu dijadikan sebagai salah satu budaya masyarakat, dan bisa

bersinergi dengan kesenian yang lainnya. Ketoprak yang mulanya

hanya diiringi oleh tabuhan lesung, seiring berjalannya waktu

diiringi pula oleh alat music lain seperti kendhang, terbang, dan

Page 33: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

suling. Pada tahun 1090 pertunjukan ketoprak sudah mulai

berkembang seperti yang bisa kita saksikan sampai sekarang.

3. Beberapa unsur pendukung pementasan ketoprak

a. Naskah lakon

Naskah lakon biasa dipahami sebagai suatu hasil karya

sastra yang struktur dan fungsinya bisa berbeda dengan karya

sastra umumnya seperti cerita pendek, novel, atau puisi. Ada dua

jenis naskah lakon yang dipahami sebagai alat ekspresi

senimannya. Pertama, naskah lakon yang diciptakan hanya untuk

dibaca dan kemungkinan kecil untuk dipentaskan. Kedua, naskah

lakon yang dirancang untuk pertunjukan teater. Nilai sastra dalam

lakon sudah mengandung nilai kesastraan dan kaidah-kaidah

bahasa estetis

b. Aktor dan aktris pendukung

Modal estetis dari aktor dan aktris teater adalah tubuhnya,

vokalnya, dan sukmanya. Dengan cara mengolah tubuh, mengolah

suara, dan mengolah sukmanya aktor dan aktris mampu melahirkan

gerak, suara, laku peran (acting) yang bernilai estetis.

c. Tata rias

Tata rias wajah (make up) adalah kegiatan mengubah

penampilan dari bentuk asli dengan bantuan bahan dan alat

kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada

pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh

bisa dihias. Salah satu kegunaan tata rias adalah untuk kepentingan

Page 34: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dunia acting dan hiburan. Setiap warna dan bahan kosmetika yang

digunakan ditujukan untuk membentuk karakter atau watak

tertentu, misalnya penggunaan perona gelap untuk member

karakter tua dan merah untuk galak.

Tata rias untuk membentuk karakter peran (dhapukan)

dalam seni pertunjukan teater tradisional dibagi menjadi dua yaitu

tata rias wajah dan rambut. Tidak seperti di dunia nyata, dalam seni

pertunjukan peran make up sangat penting baik untuk pria maupun

wanita.

Tata Rias Wajah

Secara umum, bagian tahapan dalam tat arias wajah antara

lain :

Halup-halup (dasar putih), polesan (perona pipi, kelopak),

orekan (lukisan pembentuk wajah), benges (warna bibir), dan

boreh (lulur badan). Tambahan dalam tata rias wajah kadang juga

diperlukan untuk membentuk suatu karakter khusus misalnya :

kumis, jenggot, cangkeman, dan orekan tambahan lain.

Tata Rias Rambut

Khusus untuk tata rias rambut, lebih banyak diterapkan

untuk dhapukan wanita. Bentuk rambut (segala sesuatu yang

dipakai di kepala) juga menggambarkan strata (kasta) peran

seseorang tokoh dalam lakon cerita.

Page 35: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Tata Busana

Busana pertunjukan ketoprak secara garis besar terbagi

menjadi dua, yaitu gedhog/ngligan dan mataraman.

Pengelompokan ini berdasar pada masa apa lakon cerita yang

dipentaskan terjadi. Adapun pembagian jaman masa kerajaan di

Jawa antara lain :

1. Kuna (Budha) tahun 125M-1125M

Meliputi kerajaan-kerajaan : purwacarita, medang Siwanda,

Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang,

Penggiling Wiraradya, Kahuripan dan Kediri.

2. Madya Kuna (Kuna Pertengahan) tahun 1126M-1250M

Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran,

dan Cirebon.

3. Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251M-1459M

Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban,

Madura, Majapahit, dan Blambangan.

4. Tengahan (pertengahan) tahun 1460M-1613M

Meliputi kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan

Mataram.

5. Nom (Muda) tahun 1614M-sekarang.

Meliputi kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.

Pada jaman Kuna, Madya Kuna dan Sepuh tengah,

dipengaruhi oleh Hindu dan Budha, sedangkan pengaruh Islam

Page 36: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mulai masuk sekitar tahun 1406 di jaman Tengahan sampai dengan

jaman Nom. Busana jenis gedhog dipakai apabila suatu

pementasan mengambil lakon cerita yang memakai setting cerita

pada jaman Kuna, Madya Kuna, dan Sepuh Tengah. Sedangkan

pada setting jaman Tengahan dan Nom, busana yang dipakai

adalah jenis mataraman. Ketentuan ini berlaku apabila sebuah

lakon mengambil cerita babad atau sejarah kerajaan dan legenda,

tapi apabila lakon yang diangkat adalah cerita carangan (rekaan)

maka penggunaan busana dapat mengikuti selera atau disesuaikan

dengan situasi dan kondisi.

e. Tata Cahaya

Fungsi dari tata cahaya sebagai dukungan suasana ataupun

sebagai patokan dari suatu adegan yang mampu menciptakan efek

visual.

f. Tata Musik

Musik merupakan unsur penting sebagai pengisi atau jeda

adegan dengan fungsi menghidupkan suasana, dalam pementasan

ketoprak iringan music yang digunakan adalah iringan gamelan.

Page 37: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

F. RINGKASAN CERITA MARDHIKA JAWA DWIPA

Mardhika Jawa Dwipa menceritakan tentang seorang raja muda Negeri

Surati di tanah Hindi Bernama Prabhu Isaka, putra Bathara Anggajali yang

sedang menjalani tapa brata di tengah hutan gung liwang-liwung ditemani oleh

kedua abdi setia bernama Dora dan Sembada. Dalam kekhusukan olah samadi,

datanglah tujuh bidadari yang bertugas menggoda tapa brata yang dijalani Prabhu

Isaka. Berbagai cara dilakukan oleh para bidadari untuk membatalkan pertapaan

sang Prabhu, namun sia-sia belaka semua usaha yang dilakukan.

Datanglah Sang Dewa. Ia muncul dari celah-celah gumpalan awan gelap

terbang menukik ke pertapaan Sang Isaka melalui alam kedewaan. Dia adalah

dewa peradaban (ahli membuat senjata) bernama Hyang Anggajali yang tidak lain

adalah ayah Sang Prabhu Isaka. Terjadilah dialog antara Hyang Anggajali dengan

Sang Isaka (Sukma Langgeng) di alam ”sunya”. Hyang Anggajali memuji

keteguhan Prabhu Isaka mengatasi godaan para bidadari. Sesungguhnya para

bidadari itu adalah salah satu wujud ujian iman yang harus ditempuh oleh Sang

Isaka. Selanjutnya Sang Isaka akan mengemban misi mulia yang cukup berat dari

para Dewa. Bersabdhalah Sang Dewa kepada Sang Isaka: ” anakku yang kukasihi,

pergilah engkau bersama kedua abdi setiamu ke belahan bumi sebelah tenggara,

tepatnya di Jawa Dwipa, singgahlah engkau di wilayah negeri Medhang Kamulan.

Singkirkanlah angkara murka seorang ’dewa yang ingkar (dari jalan dharma)’,

hentikanlah kebiadaban, bangunlah suatu peradaban yang baru, ajarilah para

manusia yang menduduki pulau itu agar menjadi manusia sejati, dan mulai

sekarang ubahlah namamu menjadi Empu Sangkala”. Setelah bersabda demikian,

sang Dewa dan para bidadari pulang ke alam cahaya.

Page 38: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Sang Isaka memanggil kedua abdi setianya; Dora dan Sembada yang

sedang sibuk berlatih ilmu kanuragan. Diceritakanlah pengalaman mitisnya

kepada kedua abdi tersebut. Setelah bertekad bulat, ketiganya berkemas berangkat

ngejawa.

Tersebutlah seorang raja kanibal di pulau Jawa, tepatnya di negeri

Medhang Kamulan. Raja ini memiliki kebiasaan biadab, yaitu memakan daging

manusia. Saat itu, manusia yang menghuni pulau Jawa bisa dikata belum

berperadaban atau nyaris tidak berkesenian. Raja bengis ini disebut-sebut orang

bergelar raja Dewata Cengkar. Bukan hal yang aneh apabila lama-kelamaan

penduduk di wilayah Medhang Kamulan berkurang, karena setiap harinya harus

ada yang dijadikan santapan Sang Dewata Cengkar. Hingga pada suatu hari, sudah

habis manusia di tempat itu, yang masih hidup mencoba mengungsi melarikan diri

ke daerah yang lebih aman dan sulit dijangkau oleh pasukan Medhang Kamulan.

Dewata Cengkar marah-marah kepada pasukannya karena sudah seharian ia tidak

menyantap daging manusia. Dewata Cengkar memerintahkan kepada patih beserta

pasukannya memburu manusia ke seluruh pelosok negeri untuk dijadikan mangsa,

dan jika tidak berhasil maka para prajurid itu yang harus menanggung akibatnya,

yaitu menjadi pengganti makan siang.

Pada suatu ketika di jalan setapak, ada tiga orang wanita yang sedang

mencari kayu dan makanan. Mereka adalah seorang janda dan kedua anaknya.

Tanpa banyak bicara, para prajurid menyeret ketiga wanita tersebut untuk di bawa

pulang ke Medhang Kamulan. Untung saja Empu Sangkala, Dora dan Sembada

melewati jalur setapak itu. Dora dan Sembada segera menolong membebaskan

ketiga wanita tersebut dari cengkeraman para prajurid. Pertempuran sengit terjadi,

Page 39: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

namun para prajurid kewalahan dan lari tunggang langgang pulang ke Medhang

Kamulan untuk melapor. Janda tua mengucapkan terimakasih kepada sang

pengembara, dan meminta kepada sang Empu Sangkala untuk mampir beristirahat

dan makan di tempat persembunyiannya.

Janda tua dan kedua anaknya menceritakan keadaan di wilayah Medhang

Kamulan selengkapnya kepada Empu Sangkala. Bagaimana kekejaman Dewata

Cengkar yang tega membunuh rakyatnya sendiri setiap hari untuk dijadikan

santapan. Raja kanibal itu sungguh sakti, dan tidak ada yang berani menghalangi

kiprahnya. Mendengar cerita itu, Empu Sangkala teringat akan tugasnya, maka ia

bermaksud pergi ke negeri Medhang Kamulan untuk menghentikan

keangkaramurkaan Dewata Cengkar. Banyak-banyak pesan, peringatan dari janda

tua – sangat disayangkan apabila pemuda berbakat seperti Empu Sangkala harus

mati menjadi santapan Sang Raja Kanibal. Empu Sangkala berkemas mengajak

Dora. Sebelum berangkat, Empu Sangkala berpesan kepada Sembada bahwa

Sembada harus tinggal di padhepokan untuk menjaga ketentraman padepokan dan

melanjutkan pendidikan dharma di tempat itu. Empu Sangkala juga

menyampaikan pesan wasiat dan menitipkan sebilah keris pusaka kepada

Sembada dengan pesan agar menjaga keris tersebut dengan nyawanya dan

janganlah memberikan keris tersebut kepada siapapun juga kecuali Empu

Sangkala sendiri yang meminta. Selesai berpesan, berangkatlah Empu Sangkala

dan Dora menuju Medhang Kamulan.

Gusar perasaan Sang Raja Kanibal karena sudah berhari-hari belum

menyantap daging manusia. Tiba-tiba datanglah segerombolan prajurid yang

melaporkan kegagalan. Meledaklah amarah Dewata Cengkar. Semua yang ada

Page 40: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dihajar, ditendang, dibanting, dipukul sampai babak belur. Menghadaplah seorang

prajurid beserta dua orang pemuda tampan dan gagah yang bersedia menjadi

santapan Sang Raja. Dewata Cengkar terheran-heran dengan niat Empu Sangkala,

tetapi hatinya juga sangat gembira karena mendapat makan siang. Saking

senangnya, Dewata Cengkar akan mengabulkan satu permintaan Empu Sangkala,

apapun yang diminta akan dikabulkan. Empu Sangkala mengeluarkan destar dan

berkata kepada raja bahwa ia hanya meminta imbalan tanah seluas destar yang

dibawa tersebut, namun dengan syarat yang mengukur adalah Dewata Cengkar

sendiri. Dengan senang hati Dewata Cengkar segera melakukan pekerjaan tersebut

karena sudah tidak sabar ingin segera menikmati daging dan darah segar. Namun

destar yang ditarik tidak habis-habis, malah semakin bertambah panjang menutupi

wilayah Medhang Kamulan. Semakin ditarik, sampailah Dewata Cengkar di tepi

tebing curam samudra Hindia. Karena marah, Dewata Cengkar berniat menarik

destar sekuat tenaga agar Empu Sangkala terjatuh, namun bersamaan dengan

hentakan itu, empu Sangkala melepaskan destarnya sehingga Dewata Cengkar

terpental dari tebing terjun ke samudra. Setelah tubuh Dewata Cengkar menyentuh

air samudra, segera ia berubah ke wujud aslinya yaitu raja siluman buaya putih,

dan mengancam akan memangsa setiap manusia yang berlayar atau mencari ikan

di wilayah kekuasaannya di laut selatan. Hyang Anggajali segera menobatkan

Empu Sangkala menjadi raja di Medhang Kamulan dan bergelar ”Prabhu Aji

Saka”. Sebagai penghormatan dan peringatan raja dan bakal munculnya

peradaban baru, mulai hari itu diperingati sebagai tahun 1 Caka . Dunia bergetar

sebagai saksi munculnya peradaban baru di pulau Jawa. Aji Saka teringat akan

Sembada dan pusakanya yang masih berada di padepokan Bakalan. Ajisaka

Page 41: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

memerintahkan kepada Dora agar memboyong Sembada dan pusakanya ke

Medhang Kamulan. Dora segera berangkat dengan rencana-rencara curang agar

Sembada tidak ikut menikmati kemenangan dan kemuliaan di Medhang Kamulan.

Setelah keberangkatan Dora, Hyang Anggajali mengingatkan kekilafan Aji

Saka tentang pesan wasiatnya kepada Sembada dan mengingatkan Aji Saka akan

sifat Dora yang kurang jujur. Aji Saka segera menyusul ke desa Bakalan diiringi

oleh Dewa-Dewi.

Sembada duduk bersama janda dan kedua anaknya sedang memikirkan

keadaan Empu Sangkala dan Dora yang sedang ke Medhang Kamulan. Tiba-tiba

datanglah Dora. Setelah saling berbagi pengalaman dan cerita, Dora menceritakan

maksud kedatangannya yang diutus oleh Sang Aji Saka agar mengambil keris

pusaka yang ada pada Sembada. Dora tidak mengatakan bahwa seharusnya

Sembada diboyong bersama keris pusaka. Sembada tetap teguh pada wasiat sang

empu, pusaka tetap dikukuhi. Dora naik pitam sehingga terjadi perang mulut yang

berujung pada perang tandhing. Mereka sama-sama sakti pilih tanding. Dalam

keadaan sedikit terdesak, Sembada menghunus keris dan menghujamkan ke dada

Dora. Keris menusuk jantung, membuat Dora tersungkur lemas. Melihat keadaan

saudaranya yang telah sekarat, Sembada merasa khilaf dan menyesal. Maksud hati

ingin menolong, namun apa boleh dikata, memang harus seperti itulah yang

semestinya terjadi. Dora mencabut keris yang menghunjam di dadanya lalu balik

dihujamkan ke dada Sembada, tewaslah keduanya. Tidak ada sesuatu yang

kebetulan, semua memenuhi takdirnya. Pembaharuan selalu diiringi suatu

pengorbanan. ”Jer Basuki Mawa bea”.

Page 42: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Aji Saka datang ke tempat itu, namun terlambat. Kedua abdinya telah

menemui ajal. Hanya tinggal penyesalan yang tiada guna, menyesali tindakan

yang terburu-buru. Hyang Anggajali bersabda agar Aji Saka memperingati

pengorbanan kedua abdi setianya dengan membuat alfabet DENTAWYANJANA.

Aji Saka menengadah sembari mengucapkan lafalan yang berbunyi: ”HA NA CA

RA KA – DA TA SA WA LA – PA DHA JA YA NYA – MA GA BA THA

NGA” yang artinya: ”ada utusan (abdi setia), berperang tanding, sama-sama sakti,

sama-sama mati”.

Page 43: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara mendekati, mengamati,

menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana,

2001:136). Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan beberapa hal,

yaitu : (1) jenis Penelitian, (2) Sumber Data dan Data Penelitian, (3) Alat

Penelitian, (4) Populasi dan Sampel, (5) Metode Pengumpulan Data, (6)

Metode Analisis Data, dan (7) Metode Penyajian Hasil Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Maksudnya,

suatu penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan

fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-

penuturnya atau fakta yang ada, sehingga dihasilkan atau yang

dicatat berupa pemerian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya

sebagaimana adanya (Sudaryanto, 1992:62).

B. Sumber Data

Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan serta

menghasilkan data yang lengkap, benar dan sahih. Sumber data

Page 44: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

penelitian ini berupa sebuah CD rekaman pementasan Ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa yang telah dipentaskan pada tanggal

18 November 2010 dan berdurasi selama kurang lebih enam puluh

menit serta wawancara dengan informan yang sekaligus pengarang

naskah ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yaitu Ki Hartarta

C. Data Penelitian

Data merupakan fenomen lingual khusus yang mengandung

dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud dan data

dapat diidentifikasikan sebagai bahan suatu penelitian (Sudaryanto,

1993:5). Penelitian ini menggunakan jenis data lisan dan data tulis.

Data lisan berwujud tuturan yang di dalamnya terdapat tindak tutur

direktif Bahasa Jawa dari dialog antartokoh dalam pementasan

ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa yang terdapat pada

sumber data berupa CD digunakan sebagai data utama. Sedangkan

Data tulis berwujud transkrip tuturan yang di dalamnya terdapat

tindak tutur direktif bahasa Jawa dari dialog antartokoh dalam

pementasan ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa yang

terdapat pada sumber data berupa CD Serta data lisan yang

berwujud wawancara terbuka dengan informan yaitu Ki Hartarta

digunakan sebagai data pendamping.

Page 45: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

D. Alat Penelitian

Alat dalam penelitian ini meliputi diri peneliti sebagai alat

penelitian utama dan alat penelitian lainnya seperti Komputer,

Handphone, printer, bolpoint, kertas HVS, tipe-x, serta alat lain

yang dapat membantu jalannya penelitian.

E. Populasi

Populasi adalah tuturan yang sudah ada atau diadakan, baik

yang nantinya terpilih sebagai sampel ataupun tidak sebagai satu

kesatuan (Sudaryanto, 1988:21). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan wujud tuturan bahasa Jawa yang terdapat pada

sumber data.

F. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan

sebagai objek penelitian langsung yang dapat mewakili populasi

secara menyeluruh. (Subroto, 1992:32). Penentuan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

(pengambilan sampel berdasarkan tujuan) (Sudaryanto, 1993:29).

yaitu sampel yang diambil dengan sengaja karena sifat-sifat

tertentu yang sama dengan ciri-ciri atau sifat-sifat dalam populasi

(Surakhmad, 1985:101). Sampel data penelitian ini adalah tuturan

Page 46: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

yang mengandung tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa yang dapat mewakili populasi.

G. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik simak yaitu dengan menyimak penggunaan

bahasa (Sudaryanto, 1993:133) dari rekaman video CD pementasan

ketoprak dengan judul Mardhika Jawa Dwipa dan selanjutnya

menggunakan teknik catat.

Metode simak atau penyimakan adalah metode

pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa

(Sudaryanto, 1993:133), dipergunakan untuk menyimak bahasa

yang dipakai dalam pementasan ketoprak dengan judul Mardhika

Jawa Dwipa. Di dalam metode simak, teknik yang dipergunakan

adalah teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah

teknik sadap yaitu teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan

data dengan cara menggunakan pikiran dan menyadap data,

sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik catat artinya data-data

berhasil disadap kemudian dicatat dalam bentuk kartu data atau

dalam bentuk buku yang ada untuk diseleksi dan diklasifikasikan

(Sudaryanto, 1993:135).

Page 47: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

H. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan metode

kontekstual dan metode padan.

Metode kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan

pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan

mengaitkan konteks. Konteks adalah segala latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur

(I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

Dalam analisis pemakaian tindak tutur akan diperhatikan

masalah konteks. Konteks linguistik ini disebut pula koteks.

Konteks sosial adalah relasi sosial dan latar (setting) yang

melengkapi hubungan peserta tutur (Nadar, 2009 : 6-7). Metode

kontekstual merupakan metode analisis data analisis data dengan

cara mendeskripsikan. Metode kontekstual digunakan untuk

menganalisis bentuk tindak tutur direktif dalam pementasan

ketoprak lakon mardhika jawa dwipa.

Metode padan adalah metode analisis data yang alat

penentuannya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).

Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan

pragmatik dengan penentunya adalah penutur dan mitra tutur.

Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik

lanjutan. Adapun teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur

Page 48: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penentu (PUP) yang menggunakan alat berupa daya pilah yang

bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto,

1993:21). Teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding (HB)

piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental.

Contoh penerapannya sebagai berikut.

1) TTD Menyuruh

Batara Anggajali : “…. Dina iki uga sira lan abdimu

sakeloron, Dora lan Sembada budhala “hangejawa”

tumpesen angkaramurkaning Dewata Cengkar, ….. “

Batara Anggajali : ‘…. Hari ini juga kamu dan kedua

muridmu, Dora dan Sembada berangkatlah ke Jawa

menumpas angkaramurka si Dewata Cengkar, …..’

Tuturan ini dituturkan oleh Batara Anggajali, seorang

Dewa. Ia menyuruh putranya Empu Sangkala untuk berangkat

menumpas kejahatan Dewata Cengkar di tlatah Medhang Kamulan.

Maksud Batara Anggajali menuturkan ini agar Empu Sangkala

berangkat menumpas kejahatan Dewata Cengkar. Batara Anggajali

yang merupakan Dewa wajar bila menyuruh Empu Sangkala yang

hanya seorang Pertapa.

Kata bersufiks –a yaitu budhala dan kata bersufiks –en

yaitu tumpesen merupakan penanda lingual dari tindak tutur

menyuruh. Dalam hal ini yang menyuruh adalah Bathara

Page 49: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Anggajali, kehadiran kata tersebut sangat penting, karena bila tidak

hadir, tuturan yang disampaikan penutur akan bermakna lain.

Faktor penutur dan mitra tutur merupakan factor yang

melatarbelakangi adanya tindak tutur tersebut. Bathara Anggajali

berlaku sebagai penutur dan Empu Sangkala sebagai Mitra

tuturnya.

2) TTD Menasihati

Nyai Sagopi : “Aja dha udreg. Kowe kuwi sedulur.

Marahi atiku kelara-lara. Kowe kabeh tak gadhang-

gadhang bisa mikul duwur mendhem jero jenenge wong

tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon.”

Nyai Sagopi : ‘jangan ribut. Kalian itu saudara,

membuat sakit hatiku. Kalian aku harapkan bisa

membawa nama baik orang tua, walaupun kalian itu

anak perempuan.’

Tuturan ini dituturkan oleh Nyai Sagopi kepada Margiyati

dan Niken Raras. Maksud dari tuturan Nyai Sagopi ini supaya

kedua anaknya tidak bertengkar terus, dan Nyai Sagopi pun

berharap kedua anaknya bisa membawa nama baik orang tuanya.

Wajar bila Nyai Sagopi yang merupakan ibu dari Margiyati dan

Niken Raras menasihati kedua anaknya melalui tuturan ini.

Page 50: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Pada dialog ini, nyai sagopi menasihati anaknya supaya

tidak bertengkar, karena ia berharap anaknya bisa membawa nama

baik orang tuanya, walaupun anak tersebut adalah anak perempuan.

Penutur dan mitra tutur merupakan faktor yang

melatarbelakangi adanya tuturan tersebut. Nyai Sagopi sebagai

penutur, sedangkan Margiyati dan Niken Raras sebagai mitra tutur.

Nyai Sagopi adalah ibu dari Margiyati dan Niken Raras maka

wajar rasanya jika Nyai Sagopi menasihati kedua anaknya agar

tidak lagi bertengkar dan Nyai Sagopi pun ingin kedua anaknya

bisa membawa nama baik kedua orangtuanya, walaupun kedua

anaknya adalah perempuan.

I. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah metode informal, yaitu metode

penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa

atau sederhana agar mudah dipahami. (Sudaryanto, 1993 :145)

Page 51: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi penelitian dalam Bab IV ini merupakan pembahasan tentang

tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa.

Secara lebih rinci akan mengulas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi, dan

faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa.

A. Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan

Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa

Pada bab II telah dijelaskan mengenai pemerian tuturan yang didasarkan

atas tindakannya, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi, sesuai

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dalam tinjauannya

menggunakan tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Tindak ilokusi dimaksudkan

untuk mengetahui daya ujar yaitu maksud atau fungsi ujaran pada tuturan yang

bersangkutan. Tindak perlokusi dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan

efek tuturan tersebut.

Dalam penelitian ini kedudukan penutur dan mitra tutur dapat berubah.

Untuk mengidentifikasi kedudukan penutur dan mitra tutur dalam penelitian ini

disesuaikan dengan data dalam tindak tutur direktif. Artinya, kedudukan penutur

dalam penelitian ini adalah seseorang yang menuturkan suatu tuturan dalam

Page 52: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

tindak tutur direktif, dan sebaliknya, yang berperan sebagai mitra tutur adalah

seseorang yang diajak bertutur atau yang menjadi pendengar dalam tuturan tindak

tutur direktif. Penjelasan mengenai bentuk tindak tutur direktif dalam pertunjukan

pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa adalah sebagai berikut.

1. Tindak Tutur Menyuruh

Tindak tutur menyuruh merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan, agar mitra tutur melakukan perintah

yang diucapkan penutur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

contoh berikut.

Data 1

(BA) : ”Ngger, anakku Prabhu Isaka, wengakna korining

kalbumu! Ulun Sang Hyang Anggajali nedya medharake wisik

marang kita kulup.”

‟Nak, putraku Prabhu Isaka, bukalah pintu batinmu! Saya

sang Hyang Anggajali ingin menyampaikan pesan

kepadamu Nak.‟

S(P.I) : ”Rama Pukulun, sembah hamba mugi konjuk.”

‟Ayahanda, sembah saya kepadamu.‟

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu Bathara Anggajali

dan Prabhu Isaka. Bathara Anggajali adalah seorang Dewa yang

berkedudukan sosial lebih tinggi bila dibandingkan dengan Prabhu

Isaka yang hanya seorang pertapa. Pokok pertuturan keduanya adalah

Bathara Anggajali menyuruh Prabhu Isaka untuk membuka pintu

Page 53: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

batinnya agar bisa menerima sesuatu pemberitahuan dari Bathara

Anggajali. Dalam tuturan tersebut ditemukan adanya bentuk tindak

tutur direktif (TTD) dalam bentuk tindak tutur menyuruh seperti pada

tuturan wengakna koringing kalbumu! „bukalah pintu batinmu‟. Pada

tuturan ini Bathara Anggajali selaku penutur (P) melakukan tindak

tutur direktif menyuruh kepada Prabhu Isaka selaku mitra tutur (MT)

agar membuka pintu batinnya, karena Bathara Anggajali akan

menyampaikan pesan.

Kata bersufiks –na yaitu wengakna „bukalah‟ merupakan penanda

lingual adanya TTD menyuruh. Dalam hal ini P menyuruh MT agar

mau membuka pintu batinnya. MT pun menanggapi tuturan P dan

menjawab dengan tuturan sembah hamba mugi konjuk „sembah hamba

kepadamu‟.

Data 2

S(PI) : “Rama Pukulun, Sembah hamba mugi konjuk”

„Ayahanda, sembah saya kepadamu‟

BA : “Tak tampa kulup, pangestuku wae tampanana”

„saya terima nak, restu saya terimalah‟

S(PI) : “Sanget anggen hamba mundhi Rama.”

„sangat saya junjung, Ayah‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Suksma Prabu

Isaka sebagai P dan Bathara Anggajali sebagai MT. Pokok pertuturan

yang terjadi diantara keduanya adalah Bathara Anggajali menyuruh

Prabhu Isaka agar menerima restu darinya. TTD menyuruh ditemukan

Page 54: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dalam tuturan tak tampa kulup, pangestu ulun wae tampanana „saya

terima nak, restu saya terimalah‟ tindak tutur ini dilakukan oleh

Bathara Anggajali kepada Prabhu Isaka, Bathara Anggajali menyuruh

Prabu Isaka agar menerima restu darinya setelah Prabhu Isaka

menghaturkan sembah baktinya.

Kata bersufiks –na yaitu tampanana „terimalah‟ merupakan

penanda lingual adanya TTD menyuruh. Dalam hal ini MT menyuruh

P agar mau menerima restu darinya setelah P menghaturkan sembah

baktinya, P pun menanggapi tuturan MT dengan menjawab sanget

anggen hamba mundhi Rama „sangat saya junjung, Ayah‟

Data 3

S : ”Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan

ingkang kaperlokaken ing margi mangke.”

‟Izinkanlah saya menyiapkan semua keperluan yang

diperlukan diperjalanan nanti.‟

ES : ”Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula

ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.”

‟Tidak perlu Sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang

juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

D+S : “Suwawi kula dherekaken Gusti”

„Segera kami mengikuti kepergian Gusti‟

Page 55: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Pertuturan ini dilakukan oleh tiga orang, Empu Sangkala sebagai P

sedangkan Dora dan Sembada sebagai MT. Pokok pertuturan yang

terjadi adalah Empu Sangkala memberitahu kepada Dora dan Sembada

bahwa mereka harus segera melakukan perjalanan ke pulau Jawa,

perjalanan tersebut akan dilindungi oleh para dewa sehingga mereka

tidak perlu menyiapkan perlengkapan yang berlebihan. Dalam tuturan

tersebut ditemukan bentuk TTD menyuruh pada tuturan Empu

Sangkala berikut. ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia

menawa lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa.

Mula ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. ‟Tidak perlu

Sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila perjalanan kita nanti

dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat

menuju Pulau Jawa.‟ Tuturan ini dilakukan Empu Sangkala untuk

menyuruh Dora dan Sembada agar mengetahui bahwa perjalanan

mereka menuju pulau Jawa akan dilindungi oleh para dewa.

Penanda lingual TTD menyuruh yang terdapat pada tuturan

tersebut adalah kata simulfiks yaitu mangertia ‟ketahuilah‟. Dalam

tuturan ini P menyuruh MT agar mau mengetahui bahwa perjalanan

mereka menuju pulau Jawa akan mendapat perlindungan dari para

dewa. Dora dan Sembada sebagai mitra tutur menanggapi dengan

berkata Suwawi kula dherekaken Gusti „Segera kami mengikuti

kepergian Gusti‟.

Page 56: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Data 4

DC : “Leng-Keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu,

luuecek praenmu, sajake ana sing bakal kok kandhakake. Mikir apa

kowe le? Ndang nyangkema, aja mung pendelak-

pendelik!Hwahahahaha.”

„ Leng Keleng, dari tadi saya perhatikan murung wajahmu,

jelek raut mukamu, sepertinya ada yang akan kau bicarakan.

Memikirkan apa kamu? Cepat bicaralah jangan hanya terdiam

saja!!hwahahaaha‟

Pth. Kar. Keleng : “Kyai, ketiwasan kyai.”

„kyai, gawat kyai.‟

Tuturan ini dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar

sebagai P dan dan Patih Karang Keleng sebagai MT. Pokok pertuturan

yang terjadi adalah Dewata Cengkar merasa bahwa ada suatu hal yang

akan dibicarakan oleh Patih Karang Keleng, sehingga Dewata Cengkar

pun menyuruh Patih Karang Keleng untuk segera berbicara. Bentuk

TTD Menyuruh terdapat dalam tuturan Dewata Cengkar ...Ndang

nyangkema, aja mung pendelak-pendelik! Hwahahahaha.‟Cepat

bicaralah jangan hanya terdiam saja!hwahahaaha‟

Frase ndang nyangkema „cepat bicaralah‟ merupakan penanda

lingual adanya TTD Menyuruh. Dalam hal ini P menyuruh MT untuk

segera berbicara, Patih Karang Keleng menanggapinya dengan tuturan

kyai, ketiwasan kyai.„kyai, gawat kyai.‟.

Page 57: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Data 5

DC : “Wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki piye

caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne

kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa? dha njawaba!”

„Takut kepadaku? Apa kalian takut kepadaku? Sekarang

bagaimana caramu, manusia-manusia itu harus kamu tangkap,

masukkan kandang untuk santapanku, kenapa semua diam? Jawablah!‟

Punggawa : “Nggih kyaine”

„Ya kyai‟

Pertuturan ini terjadi antara Dewata Cengkar dan para punggawa.

Dewata Cengkar sebagai P dan para punggawanya sebagai MT. Pokok

pertuturannya adalah Dewata Cengkar menyuruh para punggawa

untuk menjawab apa yang telah diperintahkannya, yaitu menangkap

para manusia untuk dijadikan santapan sang Dewata Cengkar. Bentuk

TTD Menyuruh terdapat dalam tuturan Dewata Cengkar berikut.

...padha mbisu ngapa? dha njawaba! „kenapa semua diam? Jawablah!‟

Penanda lingual TTD Menyuruh yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah frase dha njawaba! Jawablah!‟. dalam tuturan ini P

menyuruh MT untuk menjawab apa yang telah diperintahkan. MT

menanggapi perintah P dan menjawab dengan tuturan nggih kyaine „ya

kyai‟.

Data 6

ES : “Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

Page 58: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogor‟e dewe.

Terus Nyai, bacutna caritamu mau.”

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh

kehati-hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu

cinta pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan

anaknya sendiri. Lalu Nyai, teruskan ceritamu tadi.‟

Ny.Sagopi : “Ngeten Kisanak, prajurit-prajurit niku wau

prajurite Dewata Cengkar saking tlatah Medhang Kamulan ngriki.

Dewata cengkar niku panguwasa ning senengane mangan uwong, sing

dipangan nggih kawulane dewe mula kawula Medhang niku meh

telas.”

„Begini Kisanak, prajurit-prajurit itu tadi adalah prajuritnya

Dewata Cengkar dari wilayah Medhang kamulan. Dewata Cengkar itu

Penguasa tapi selalu memakan manusia, yang dimakan ya rakyatnya

sendiri, oleh karena itu rakyat Medhang sudah mau habis.‟

Dalam pertuturan ini Empu Sangkala sebagai P dan Nyai Sagopi

sebagai MT, pokok pertuturan yang terjadi adalah P menyuruh MT

untuk melanjutkan cerita. Dalam tuturan P terdapat bentuk TTD

Menyuruh yaitu sebagai berikut. ...Terus Nyai, bacutna caritamu mau.

„Lalu nyai, teruskanlah ceritamu tadi.‟

Kata bersufiks –na yaitu bacutna „teruskanlah‟ merupakan penanda

lingual dari TTD menyuruh dalam pertuturan ini. Dalam tuturan ini P

menyuruh MT untuk melanjutkan cerita, dan Nyai Sagopi sebagai MT

menanggapi tuturan P dengan tuturan ngeten kisanak, prajurit-prajurit

Page 59: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

niku wau prajurite Dewata Cengkar saking tlatah Medhang Kamulan

ngriki. Dewata cengkar niku panguwasa ning senengane mangan

uwong, sing dipangan nggih kawulane dewe mula kawula Medhang

niku meh telas..„begini kisanak, prajurit-prajurit itu tadi adalah

prajuritnya Dewata Cengkar dari wilayah Medhang kamulan. Dewata

Cengkar itu Penguasa tapi selalu memakan manusia, yang dimakan ya

rakyatnya sendiri, oleh karena itu rakyat Medhang sudah mau habis.‟

Ini menandakan bahwa MT menanggapi tuturan P yang mengandung

TTD Menyuruh.

Data 7

ES : “Ingsun bakal budhal menyang Medhang Kamulan netepi

wangsit kang dumeling, yaiku nyirep angkaramurkaning Dewata

Cengkar. Dora, kowe ndherekake lakuku tumuju menyang Medhang

Kamulan, lan sira Sembada, kowe tak percaya ngreksa keslametane

wong-wong ing kene. Ayomana nom-noman sing isih ana, gladhinen

kanuragan lan aja lali sebarna piwulang luhur minangka nggayuh

kamulyaning donya lan swarga.”

„Saya akan berangkat ke Medhang Kamulan menjalankan

perintah, yaitu menumpas angkara murka Sang Dewata Cengkar.

Dora, kamu mengikuti aku ke Medhang Kamulan, dan kamu Sembada,

kamu saya percaya menjaga keselamatan orang-orang disini,

kumpulkanlah pemuda yang masih ada, ajarilah bela diri dan jangan

lupa sebarkan ajaran baik untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat.‟

Page 60: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Dora-Sembada : “Ngestokaken dhawuh Gusti”

„Siap menjalankan perintah Tuan.‟

Pertuturan ini terjadi antara Empu Sangkala sebagai P dan Dora

serta Sembada sebagai MT. Pokok pertuturan yang terjadi adalah P

menyuruh MT untuk mengikuti perjalanannya dan juga untuk

menjaga, mengajari dan menyebarkan ajaran baik. Bentuk TTD

Menyuruh terdapat dalam tuturan P sebagai berikut. ...Dora, kowe

ndherekake lakuku tumuju menyang Medhang Kamulan, lan sira

Sembada, kowe tak percaya ngreksa keslametane wong-wong ing

kene. Ayomana nom-noman sing isih ana, gladhinen kanuragan lan

aja lali sebarna piwulang luhur minangka nggayuh kamulyaning

donya lan swarga. „...Dora, kamu mengikuti aku ke Medhang

Kamulan, dan kamu Sembada, kamu saya percaya menjaga

keselamatan orang-orang disini, kumpulkanlah pemuda yang masih

ada, ajarilah bela diri dan jangan lupa sebarkan ajaran baik untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.‟

Dalam tuturan ini terdapat tiga kata bersufiks yang bisa menjadi

penanda lingual TTD Menyuruh yaitu bersufiks –ana yaitu

Ayomana‟kumpulkanlah‟, bersufiks –en yaitu gladhinen‟ajarkanlah‟

dan bersufiks –na yaitu sebarna „sebarkanlah‟. Dalam tuturan ini P

menyuruh MT untuk mengumpulkan, megajarkan dan menyebarkan

ajaran baik kepada para pemuda. Tuturan P ditanggapi oleh MT

dengan tuturan ngestokaken dhawuh Gusti „siap menjalankan perintah

Tuan..‟.

Page 61: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Data 8

ES : “Kabeh wae seksenana, papan kene tak wenehi tenger

dukuh Bakalan. Sembada, supaya anggonku lumebu ing Medhang ora

ndadekake kawigaten sing luwih, prayogane pusaka iki dak tinggal

ana kene. Sembada..”

„Semua jadilah saksi, tempat ini saya beri nama Dukuh Bakalan.

Sembada, supaya saya masuk ke Medhang kamulan tidak

mencurigakan, lebih baiknya Pusaka ini saya tinggal disini,

Sembada..‟

Sembada : “Kula Gusti”

„Saya Gusti..‟

Empu Sangkala sebagai P menyuruh Nyai Sagopi, Niken Raras,

Margiyati, Dora dan Sembada untuk menjadi saksi bahwa tempat itu

telah diberi nama menjadi Dukuh Bakalan. Dalam tuturan P terdapat

bentuk TTD Menyuruh yaitu kabeh wae seksenana, papan kene tak

wenehi tenger dukuh Bakalan. „semua jadilah saksi, tempat ini saya

beri nama Dukuh Bakalan.‟

Penanda lingual adanya TTD Menyuruh dalam tuturan ini adalah

kata bersufiks –ana yaitu seksenana‟jadilah saksi‟. Dalam hal ini P

meminta MT untuk menjadi saksi bahwa tempat itu telah ia beri nama

Dukuh Bakalan.

Data 9

ES : “Aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen kaya

nyawanira dewe. Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira menehake

Page 62: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun

pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut. Ngerti”

„Aku titip pusaka ini terimalah, jagalah, rawatlah seperti

nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan

pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya

sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula.”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Pertuturan ini terjadi antara Empu Sangkala sebagai P dan

Sembada sebagai MT. Pokok pertuturan diantara keduanya adalah P

menyuruh MT untuk menerima, menjaga dan merawat pusaka yang ia

titipkan. Bentuk TTD Menyuruh terdapat dalam tuturan P yaitu

sebagai berikut. aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen

kaya nyawanira dhewe. „aku titip pusaka ini terimalah, jagalah,

rawatlah seperti nyawamu sendiri...‟

Dalam tuturan ini terdapat tiga kata bersufiks sebagai penanda

lingual adanya TTD Menyuruh yaitu kata bersufiks –ana yaitu

tampanana‟terimalah‟, bersufiks –en yaitu jaganen‟jagalah‟, dan

reksanen „rawatlah‟. Dalam hal ini P menyuruh MT untuk menerima,

menjaga dan merawat pusaka yang dititipkannya. Sembada sebagai

MT menanggapi tuturan P dan menjawab denagn tuturan mugi-mugi

Page 63: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kula saged ngestokaken dhawuh panjenengan guru, pusaka menika

badhe kula jagi nglangkungi gesang kula..„semoga saya bisa

menjalankan perintahmu guru, pusaka ini akan saya jaga melebihi

hidup saya..‟. yang berarti menyanggupi suruhan P kepada MT.

Data 10

Dora : “Aja padha kuwatir. Gatekna tak critani lelakon saka aku

budhal. Aku karo kanjeng gusti wis mlebu ing gone raja kanibal.

Kanjeng gusti masrahake supaya dipangan.”

„Jangan kuwatir. Perhatikanlah saya akan bercerita mulai

dari saya berangkat. Saya dan kanjeng gusti sudah masuk di tempat

raja kanibal, kanjeng gusti menyerahkan diri agar dimakan.‟

Sembada : “Yen mengkono kanjeng gusti wis mangkat

kakang? Oh gusti…”

„kalau begitu kanjeng gusti sudah wafat kakang?? Oh

gusti…‟

Tuturan ini disampaikan Dora sebagai P. Ia menyuruh Nyai

Sagopi, Niken Raras, Margiyati dan Sembada untuk memperhatikan

ceritanya. Dalam tuturan Dora terdapat bentuk TTD Menyuruh yaitu

sebagai berikut. Gatekna tak critani lelakon saka aku budhal.‟

Perhatikanlah saya akan bercerita mulai dari saya berangkat.‟

Penanda lingual TTD Menyuruh dalam tuturan ini adalah kata

bersufiks –na yaitu gatekna‟perhatikanlah‟. Dalam hal ini P menyuruh

MT untuk memperhatikan cerita mulai dari ia berangkat menuju

Medhang Kamulan.

Page 64: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2. Tindak Tutur Menasihati

Tindak tutur menasihati adalah tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan dengan memberikan sesuatu hal yang

baik yaitu berupa nasihat kepada mitra tutur. Tindak tutur menasihati

dapat dilihat dari data berikut.

Data 11

N. Raras : “Ra tanggung yo ra tanggung, tak tanggunge

dhewe. Nyet aku i ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak

isih ana..”

„Tidak menanggung ya tidak menanggung, saya tanggungnya

sendiri. Memang saya itu dari dulu dijadikan yang nomer dua kok.

Coba kalau bapak masih ada..‟

Margiyati : “Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah

mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.”

„Kamu itu, anak kecil disayangi kok malah memberontak. Simbok

sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata Cengkar, jangan

sampai simbok kehilangan lagi.‟

Ny. Sagopi : “Aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe

kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem

jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon..”

Page 65: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

„Jangan bertengkar nak, kalian itu saudara. Kalian

aku harapkan supaya bisa membawa nama baik orang tua, walaupun

kalian anak perempuan.‟

Tindak tutur ini dilakukan Nyai Sagopi sebagai P dan niken Raras

serta Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi

menasihati kedua anaknya agar tidak selalu bertengkar, dia pun

berharap supaya kedua anaknya bisa membawa nama baik kedua

orang tuanya walaupun mereka adalah anak perempuan. Bentuk TTD

Menasihati terdapat dalam tuturan aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi

sedulur, kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur

mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon..

„jangan bertengkar nak, kalian itu saudara. Kalian aku harapkan

supaya bisa membawa nama baik orang tua, walaupun kalian anak

perempuan.‟

Kalimat Kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul

dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah

wadon.. „Kalian aku harapkan supaya bisa membawa nama baik orang

tua, walaupun kalian anak perempuan.‟ Merupakan penanda lingual

adanya TTD Menasihati. Dalam tuturan ini P menasihati MT agar bias

membawa nama baik kedua orang tua dengan peribahasa Jawa mikul

dhuwur mendhem jero.

Data 12

NR : ”Jeneng kula Niken Raras anake simbok sing paling

digethingi..”

Page 66: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

‟Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling

dibenci..‟

M : “Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana dalan

mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya

bocah cilik...”

„Dasar anak agak gila, coba ingat peristiwa di jalan tadi

sebenarnya kamu yang menyebabkan karena sikapmu yang seperti

anak kecil..‟

ES : “Uwis ta uwis, besuk maneh sing luwih waskitha, lan

kebeg pangati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok

tresna anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan

gogore dhewe. Terus Nyai, bacutna caritamu mau.”

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh

kehati-hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu

cinta pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan

anaknya sendiri. Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟

Tuturan tersebut dilakukan oleh tiga orang. Niken Raras, Margiyati

dan Empu Sangkala. Bentuk TTD menasihati dapat ditemukan dalam

tuturan Empu sangkala uwis ta uwis, besuk maneh sing luwih

waskitha, lan kebeg pangati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane

simbok tresna anak. „sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada,

dan penuh kehati-hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya,

yang ada ibu cinta pada anak.‟. tuturan ini disampaikan Empu

Sangkala untuk menasihati Niken Raras dan Margiyati untuk lebih

Page 67: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

berhati-hati dan waspada dilain waktu, juga menasihati bahwa tidak

ada ibu yang membenci anaknya yang ada hanyalah ibu yang cinta

pada anaknya. Nasihat tersebut juga diperkuat dengan peribahasa Sak

galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe. „Segalak-

galaknya macan tidak akan memakan anaknya sendiri.‟

Penanda lingual TTD menasihati dalam tuturan tersebut adalah

kalimat Besuk maneh sing luwih waskitha, lan kebeg pangati-ati. Ora

ana simbok gething anak, anane simbok tresna anak. Sak galak-galake

macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe.‟ lain kali harus lebih

waspada, dan penuh kehati-hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada

anaknya, yang ada ibu cinta pada anak. Segalak-galaknya macan tidak

akan memakan anaknya sendiri.‟ Dalam tuturan ini P menasihati MT

agar lebih waspada dan berhati-hati dilain waktu, juga menasihati

bahwa tidak ada ibu yang membenci anaknya yang ada hanyalah ibu

yang mencintai anaknya.

3. Tindak Tutur meminta izin

Tindak tutur meminta ijin adalah tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan dengan tujuan agar permohonan penutur

dapat dikabulkan oleh mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada data berikut.

Data 13

S : ”Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan

ingkang kaperlokaken ing margi mangke..”

Page 68: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

‟Izinkanlah saya menyiapkan semua keperluan yang

diperlukan diperjalanan nanti..‟

ES : ”Ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula

ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.”

‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang

juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada sebagai P

dan Empu Sangkala sebagai MT. Pokok pembicaraan antara mereka

adalah Sembada meminta izin kepada Empu Sangkala untuk

menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa selama perjalanan

menuju pulau Jawa. Bentuk TTD Meminta izin terdapat dalam tuturan

Sembada keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan ingkang

kaperlokaken ing margi mangke.. ‟Izinkanlah saya menyiapkan semua

keperluan yang diperlukan diperjalanan nanti..‟ tuturan ini

disampaikan Sembada untuk meminta izin kepada Empu Sangkala

agar diizinkan menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam

perjalanan menuju pulau Jawa.

Penanda lingual TTD meminta izin dalam tuturan ini adalah kata

berkonfiks yaitu kata keparenga „izinkanlah‟ yang mendapat prefix

ka- dan sufiks -a. Dalam tuturan ini P meminta izin kepada MT untuk

menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk perjalanan

menuju pulau Jawa. MT menjawab permintaan izin P dengan tuturan

Page 69: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune awake

dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula ayo, saiki uga

enggal budhal tumuju pulo Jawa.‟Tidak perlu sembada, secukupnya

saja. Ketahuilah bila perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa.

Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟ Karena

menurut isyarat yang ia terima perjalanan yang akan mereka tempuh

akan mendapat perlindungan dari para dewa sehingga tidak perlu

menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Data 14

ES : “Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit,

pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo Dora!!”

„Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu aku minta

untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Ny. Sagopi daa : “Sing ngatos-atos Kisanak, ndang wangsul

ngriki..”

„Hati-hati Kisanak, cepat kembali kesini..‟

Pertuturan ini dlakukan oleh Empu Sangkala sebagai P dan Nyai

Sagopi, Niken Raras serta Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturan

yang terjadi adalah Empu Sangkala meminta izin untuk berangkat ke

Medhang Kamulan. Bentuk TTD Meminta Izin terdapat dalam tuturan

Empu Sangkala sebagai berikut. Nyai lan kowe nini sakeloron, aku

njaluk pamit, pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku,

Ayo Dora!! „Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu aku

minta untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Page 70: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Penanda lingual adanya TTD Meminta Izin adalah frase nyuwun

pamit „minta pamit‟. Dalam hal ini P meminta izin kepada MT untuk

berangkat menuju ke Medhang Kamulan. MT menanggapi permintaan

Izin P dan menjawab dengan tuturan Sing ngatos-atos kisanak, ndang

wangsul ngriki.. „hati-hati kisanak, cepat kembali kesini..‟.

4. Tindak Tutur Permisi

Tindak tutur permisi adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan kepada mitra tutur sebelum memasuki suatu ruangan.

Tindak Tutur Permisi dapat dilihat dari data berikut.

Data 15

Punggawa 1 : “Kula ingkang sowan kyaine..”

„Saya yang datang Kyai..‟

Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak buah Dewata Cengkar

yang tiba-tiba datang tanpa dipanggil untuk menghadap Sang Dewata

Cengkar. Pokok tuturan adalah memberitahukan bahwa ia yang datang

untuk menghadap. Bentuk TTD Permisi terdapat dalam tuturan kula

ingkang sowan kyaine..„saya yang datang Kyai..‟. kalimat Kula

ingkang sowan kyaine..„saya yang datang Kyai..‟ merupakan penanda

lingual adanya TTD permisi.

5. Tindak Tutur Meminta Restu

Tindak tutur meminta restu merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan dengan tujuan ingin mendapatkan restu

Page 71: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dari mitra tutur sebelum penutur melakukan suatu hal. Contoh tindak

tutur meminta restu dapat dilihat dari data berikut.

Data 16

ES : “Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit,

pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo

Dora!!”

„Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu aku minta

untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Ny. Sagopi daa : “Sing ngatos-atos Kisanak, ndang wangsul

ngriki..”

„Hati-hati Kisanak, cepat kembali kesini..‟

Pertuturan ini dlakukan oleh Empu Sangkala sebagai P dan Nyai

Sagopi, Niken Raras serta Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturan

yang terjadi adalah Empu Sangkala meminta restu untuk berangkat ke

Medhang Kamulan. Bentuk TTD Meminta restu terdapat dalam

tuturan Empu Sangkala sebagai berikut. Nyai lan kowe nini sakeloron,

aku njaluk pamit, pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi

lakuku, Ayo Dora!! „Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu

aku minta untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Penanda lingual adanya TTD Meminta restu adalah kalimat

Pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku. „doamu yang

aku minta untuk menemani perjalananku‟. Dalam hal ini P meminta

restu kepada MT untuk berangkat menuju ke Medhang Kamulan. MT

menanggapi permintaan Izin P dan menjawab dengan tuturan Sing

Page 72: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

ngatos-atos kisanak, ndang wangsul ngriki.. „hati-hati kisanak, cepat

kembali kesini..‟.

6. Tindak Tutur Mengingatkan

Tindak tutur mengingatkan adalah tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu tuturan dengan tujuan memberitahu kepada mitra

tutur agar mempertimbangkan sesuatu hal yang akan dilakukannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data-data berikut ini.

Data 17

ES : “Ditepungake wae, aranku Empu Sangkala. Aja pisan-

pisan kok bacutake patrapmu kang murang susila iku. Elinga menawa

wong nandur kuwi bakal ngundhuh.”

„Perkenalkan saja nama saya Empu Sangkala. Jangan

sekali-kali kamu lanjutkan sikapmu yang tidak baik itu. Ingatlah

bahwa orang yang menanam pasti akan memetik hasilnya.‟

Punggawa : “Kojah apa ra mudheng,, rasah suwe-suwe ndang

cekel Kiraka, dadekne tandhon badhogane kyaine.”

„Bicara apa aku tidak paham, tidak usah berlama-

lama cepat ditangkap saja Kiraka, jadikan makanan cadangan untuk

kyai..‟

Pertuturan ini dilakukan oleh Empu Sangkala sebagai P dan para

punggawa Dewata Cengkar sebagai MT. Pokok pertuturan ini adalah

Empu Sangkala mengingatkan Para punggawa bahwa apa yang

mereka lakukan akan mereka dapatkan. Bentuk TTD Mengingatkan

Page 73: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

terdapat dalam tuturan Empu Sangkala sebagai berikut. Elinga

menawa wong nandur kuwi bakal ngundhuh.„Ingatlah bahwa orang

yang menanam pasti akan memetik hasilnya.‟.

Kata bersufiks –a yaitu elinga „ingatlah‟ merupakan penanda

lingual adanya TTD Mengingatkan. Dalam hal ini P mengingatkan

MT bahwa apa yang sekarang mereka lakukan akan mereka dapatkan

dikemudian hari.

Data 18

N. Raras : “Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing

paling digethingi..”

„Nama saya Niken Raras, anaknya simbok yang

paling dibenci..‟

Margiyati : “Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana

dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing

kaya bocah cilik..”

„Dasar anak kurang waras, coba ingat peristiwa di

jalan tadi sebenarnya kamulah yang menyebabkan gara-gara sikapmu

yang seperti anak kecil..‟

ES : “Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogor‟e dhewe.

Terus Nyai, bacutna caritamu mau,,”

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh kehati-

hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu cinta

Page 74: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan anaknya

sendiri. Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟

Pertuturan ini dilakukan oleh Margiyati sebagai P dan Niken raras

sebagai MT. Pokok pertuturan ini adalah Margiyati mengingatkan

Niken raras bahwa apa yang telah terjadi di jalan tadi disebabkan oleh

sikap Niken Raras. Bentuk TTD Mengingatkan terdapat dalam tuturan

Margiyati sebagai berikut. mbok eling lelakon ana dalan mau jan-jane

sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya bocah cilik..„ coba

ingat peristiwa di jalan tadi sebenarnya kamulah yang menyebabkan

gara-gara sikapmu yang seperti anak kecil..‟

Frase mbok eling „coba ingat‟ merupakan penanda lingual adanya

TTD Mengingatkan. Dalam hal ini P mengingatkan MT bahwa apa

yang telah terjadi di jalan tadi disebabkan oleh sikap Niken Raras yang

masih seperti anak kecil.

7. Tindak Tutur Melerai

Tindak tutur melerai adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

suatu tuturan untuk menghentikan pertengkaran baik mulut maupun

pertengkaran fisik. Contoh tindak tutur melerai dapat dilihat pada data

berikut.

Data 19

N. Raras : “Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing

paling digethingi..”

Page 75: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

„Nama saya Niken Raras, anaknya simbok yang

paling dibenci..‟

Margiyati : “Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana

dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing

kaya bocah cilik..”

„Dasar anak kurang waras, coba ingat peristiwa di

jalan tadi sebenarnya kamulah yang menyebabkan gara-gara sikapmu

yang seperti anak kecil..‟

ES : “Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogor‟e dhewe.

Terus Nyai, bacutna caritamu mau,,”

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh kehati-

hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu cinta

pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan anaknya

sendiri. Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟

Tuturan ini disampaikan oleh Empu Sangkala. Pokok pertuturan ini

adalah Empu Sangkala melerai Margiyati dan Niken raras untuk tidak

lagi betengkar. Bentuk TTD Melerai terdapat dalam tuturan Empu

Sangkala sebagai berikut. Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih

waskitha, lan kebek pengati-ati. „sudahlah sudah, lain kali harus lebih

waspada, dan penuh kehati-hatian.‟

Page 76: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Frase Uwis ta uwis „sudahlah sudah‟ merupakan penanda lingual

adanya TTD Melerai. Dalam hal ini P melerai MT untuk menyudahi

pertengkaran yang terjadi dan untuk lebih waspada serta berhati-hati.

8. Tindak Tutur Menantang

Tindak tutur menantang merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu hal yang memancing emosi mitra tutur sehingga

menimbulkan pertengkaran, seperti pada data berikut.

Data 20

Kar. keleng : “Sapa kowe wani ngganggu marang aku hee?”

„Siapa kamu berani menggangguku?‟

ES : “Ditepungake wae, aranku Empu Sangkala. Aja pisan-

pisan kok bacutake patrapmu kang murang susila iku. Elinga menawa

wong nandur kuwi bakal ngundhuh.”

„Perkenalkan saja nama saya Empu Sangkala.

Jangan sekali-kali kamu lanjutkan sikapmu yang tidak baik itu.

Ingatlah bahwa orang yang menanam pasti akan memetik hasilnya.‟

Pertuturan ini dilakukan oleh Patih Karang Keleng sebagai P dan

Empu Sangkala sebagai MT. Pokok pertuturan ini adalah Patih karang

Keleng menantang Empu Sangkala yang belum ia ketahui asal usulnya

dengan jelas. Bentuk TTD Menantang terdapat dalam tuturan Patih

Karang Keleng sebagai berikut. sapa kowe wani ngganggu marang

aku hee?„siapa kamu berani menggangguku?‟

Page 77: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Kalimat Sapa kowe wani ngganggu marang aku hee?„siapa kamu

berani menggangguku?‟ merupakan penanda lingual adanya TTD

Menantang. Dalam hal ini P menantang MT yang sebenarnya belum ia

ketahui asal-usulnya dengan jelas.

9. Tindak Tutur Menyarankan

Tindak tutur menyarankan merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan sesuatu dengan tujuan memberitahukan kepada mitra

tutur agar mempertimbangkan apa yang sudah menjadi keputusannya.

Contoh tindak tutur menyarankan dapat dilihat pada data berikut.

Data 21

Punggawa 1 : “Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine,

rak luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog, mbadhog

penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali teng uwit niku sik pripun?”

„Menurut saya, sebelum dimakan Kyai kan lebih baik kita

dulu yang memakan, memakan enaknya anak cantik-cantik ini, kalau

ibunya ditali dipohon itu dulu bagaimana?‟

Ny. Sagopi daa : “Ampun den,, ampuuuun..”

„Jangan den, jangan..‟

Tuturan ini disampaikan oleh Punggawa. Pokok pertuturan ini

adalah Punggawa menyarankan kepada Karang Keleng sebaiknya

mendahului Dewata Cengkar untuk merasakan enaknya Niken Raras

dan Margiyati, sedangkan Nyai Sagopi akan diikat di pohon. Bentuk

TTD Menyarankan terdapat dalam tuturan Punggawa sebagai berikut.

Page 78: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine, rak luwih prayoga

awake dewe disik sing mbadhog, mbadhog penake cah ayu-ayu niki,

nek mboke ditali teng uwit niku sik pripun? „menurut saya, sebelum

dimakan Kyai kan lebih baik kita dulu yang memakan, memakan

enaknya anak cantik-cantik ini, kalau ibunya ditali dipohon itu dulu

bagaimana??‟

frase Karep kula, „Menurut saya‟ merupakan penanda lingual

adanya TTD Menyarankan. Namun saran dari Punggawa ditolak Nyai

Sagopi dan anak-anaknya yang mendengar dengan tuturan Ampun

den,, ampuuuun.. „Jangan den, jangan..‟

10. Tindak Tutur Mengharap

Tindak tutur mengharap adalah tindak pertuturan yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur atau kepada yang lain di luar

mitra tutur, dengan harapan mengabulkannya. Contoh tindak tutur

mengharap dapat dilihat dari data-data berikut.

Data 22

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru, pusaka

ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Page 79: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Dora : “Sing tenan lho dhi,, ora mung nggah-nggih ning ora

kepanggih..”

„Yang serius lho dik, jangan hanya iya-iya saja tapi tidak

dijalankan..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada sebagai P

dan Empu Sangkala serta Dora sebagai MT. Pokok pembicaraan

antara mereka adalah Sembada mengharap supaya bisa menjalankan

perintah dari Empu Sangkala untuk menjaga pusaka Empu Sangkala

yang dititipkan kepadanya. Bentuk TTD Mengharap terdapat dalam

tuturan Sembada mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula.. „semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya.‟

Penanda lingual TTD Mengharap dalam tuturan ini adalah

reduplikasi mugi-mugi „semoga‟. Dalam tuturan ini P mengharap

supaya bisa menjalankan perintah dari Empu Sangkala untuk menjaga

pusaka Empu Sangkala yang dititipkan kepadanya.

Data 23

Sembada : “Matur nuwun nini, kira-kira kepriye kahanane

sang Empu nini?”

„Terimakasih nini, kira-kira bagaimana ya keadaan Sang

Empu nini?‟

Ny. Sagopi : “Ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane

pun rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar.”

Page 80: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

„Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya sudah

selesai pasti cepat kembali atau member kabar.‟

Sembada : “Ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai..”

„Ya semoga saja tidak ada apa-apa nyai..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada sebagai P

dan Nyai Sagopi sebagai MT. Pokok pembicaraan antara mereka

adalah Sembada mengharap supaya tidak terjadi apa-apa dengan

Empu Sangkala. Bentuk TTD Mengharap terdapat dalam tuturan

Sembada ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.. „ya semoga saja

tidak ada apa-apa nyai..‟

Penanda lingual TTD Mengharap dalam tuturan ini adalah

reduplikasi muga-muga„semoga‟ . Dalam tuturan ini P mengharap

supaya tidak terjadi sesuatu kepada Empu Sangkala.

11. Tindak Tutur Mengajak

Tindak tutur mengajak adalah tindak pertuturan yang dilakukan

oleh penutur yang bertujuan menginginkan mitra tutur untuk bersama-

sama melakukan sesuatu, seperti pada data-data berikut ini.

Data 24

ES : “Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula

ayo. Saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.”

Page 81: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang

juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Dora+Sembada : “Suwawi kula dherekaken Gusti”

„Siap saya temani Gusti..‟

Pertuturan ini dilakukan oleh tiga orang, Empu Sangkala sebagai P

sedangkan Dora dan Sembada sebagai MT. Pokok pertuturan yang

terjadi adalah Empu Sangkala memberi tahu kepada Dora dan

Sembada bahwa perjalanan mereka ke pulau Jawa akan dilindungi

oleh para dewa sehingga mereka tidak perlu menyiapkan perlengkapan

yang berlebihan. Dalam tuturan tersebut ditemukan bentuk TTD

mengajak pada tuturan Empu Sangkala berikut. ora perlu sembada,

sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune awake dhewe mengko

kajangkung dening para dewa. Mula ayo, saiki uga enggal budhal

tumuju pulo Jawa. ‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah

bila perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo,

sekarang juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟ Tuturan ini

dilakukan Empu Sangkala untuk menyuruh Dora dan Sembada agar

mengetahui bahwa perjalanan mereka menuju pulau Jawa akan

dilindungi oleh para dewa.

Penanda lingual TTD mengajak yang terdapat pada tuturan tersebut

adalah kata ayo ‟mari‟. Dalam tuturan ini P mengajak MT untuk

segera berangkat menuju pulau Jawa. Dora dan Sembada sebagai mitra

Page 82: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

tutur menanggapi dengan berkata Suwawi kula dherekaken Gusti

„Segera kami mengikuti kepergian Gusti‟.

Data 25

Nyai Sagopi : “Wuk, ayo ta!! Mbok rada cepet sing mlaku,

mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu

tanggung lho ya.”

„Nak, ayolah!! Agak cepat jalannya, nanti kalau tertangkap

anak buahnya Dewata Cengkar Simbok tidak ikut menanggung.‟

Niken Raras : “Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit

ra menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik,

mengko yen aku semaput piye coba??”

„Tidak mungkin Mbok, tempat ini kan sudah tersembunyi

tidak nyaman begini kok. Panas ini Mbok, panas. Saya istirahat dulu,

nanti kalau saya pinsan bagaimana coba??‟

Pertuturan ini dilakukan oleh Nyai Sagopi sebagai P dan Niken

Raras sebagai MT. Pokok pertuturan yang terjadi adalah Nyai Sagopi

mengajak anak-anaknya untuk lebih cepat berjalan agar tidak

tertanggap oleh anak buah Dewata Cengkar. Bentuk TTD mengajak

terdapat pada tuturan Nyai Sagopi berikut. wuk, ayo ta!! Mbok rada

cepet sing mlaku, mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar

simbok ra melu tanggung lho ya.„nak, ayolah!! Agak cepat jalannya,

nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar Simbok tidak

ikut menanggung.‟

Page 83: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Penanda lingual TTD mengajak yang terdapat pada tuturan tersebut

adalah kata ayo ‟mari‟. Dalam tuturan ini P mengajak MT untuk

mempercepat jalannya agar tidak tertangkap oleh anak buah Dewata

Cengkar. Niken Raras sebagai MT menanggapi dengan berkata ora-

orane mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok.

Panas ki lho mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye

coba?? „tidak mungkin Mbok, tempat ini kan sudah tersembunyi tidak

nyaman begini kok. Panas ini mbok, panas. Saya istirahat dulu, nanti

kalau saya pinsan bagaimana coba??‟.

Data 26

Ny. Sagopi : “Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani

wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..”

„woo dasar anak setan ya kamu itu, dinasihati orang tua

tidak percaya, sudah Mar, ayo ditinggal saja..‟

Margiyati : “Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra

tanggung!”

„Lihat saja kalau ada apa-apa aku dan Simbok tidak

menanggung‟

Tuturan ini disampaikan oleh Nyai Sagopi. Pokok pertuturan yang

terjadi adalah Nyai Sagopi mengajak Margiyati untuk meninggalkan

Niken Raras. Bentuk TTD mengajak terdapat pada tuturan Nyai

Sagopi berikut woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..„wooo dasar

Page 84: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

anak setan ya kamu itu, dinasihati orang tua tidak percaya, sudah Mar,

ayo ditinggal saja..‟

Penanda lingual TTD mengajak yang terdapat pada tuturan tersebut

adalah kata ayo ‟mari‟. Dalam tuturan ini Nyai Sagopi mengajak

Margiyati untuk meninggalkan Niken Raras yang sulit untuk

diberitahu.

Data 27

ES : “Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit,

pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo Dora!!”

„Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu yang aku

minta untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Ny. Sagopi daa : “Sing ngatos-atos kisanak, ndang wangsul

ngriki..”

„Hati-hati Kisanak, cepat kembali kesini..‟

Pertuturan ini dlakukan oleh Empu Sangkala sebagai P dan Nyai

Sagopi, Niken Raras serta Margiyati sebagai MT. Pokok pertuturan

yang terjadi adalah Empu Sangkala meminta restu untuk berangkat ke

Medhang Kamulan dan mengajak Dora dalam perjalanannya. Bentuk

TTD Mengajak terdapat dalam tuturan Empu Sangkala sebagai

berikut. Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit, pandongamu

wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo Dora!! „Nyai dan

kalian berdua, aku minta pamit, doamu yang aku minta untuk

menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Page 85: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Penanda lingual adanya TTD Mengajak adalah kata ayo „mari‟.

Dalam tuturan ini Empu Sangkala Mengajak Dora untuk ikut serta

dalam perjalanannya menuju Medhang Kamulan.

12. Tindak Tutur Menegur

Tindak tutur menegur adalah tindak pertuturan yang disampaikan

penutur kepada mitra tutur, bahwa apa yang dilakukan atau diucapkan

mitra tutur tersebut adalah salah. Contoh tindak tutur menegur dapat

dilihat dari data berikut.

Data 28

Dora : “Kosik ta, crita durung rampung kok dipedhot.”

„Nanti dulu, cerita belum selesai kok sudah diputus‟

N. Raras : “Woo… durung rampung ta niki wau, tiwas lekku

purik jeblogne jogan.”.

„Woo… belum selesai ta ini tadi, saya terlanjur menangis

merusakkan ubin..‟

Pertuturan ini terjadi antara Dora dan Niken Raras. Dora sebagai P

dan Niken Raras sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Dora

menegur supaya cerita yang ia sampaikan jangan diputus dulu. Bentuk

TTD Menegur terdapat dalam tuturan Dora berikut ini kosik ta, crita

durung rampung kok dipedhot „nanti dulu, cerita belum selesai kok

sudah diputus‟.

Penanda lingual TTD Menegur yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah frase kosik ta „nanti dulu‟, dalam tuturan ini P menegur

Page 86: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

MT agar tidak memotong cerita yang sedang ia sampaikan. MT

menanggapi teguran P dan menjawab dengan tuturan woo… durung

rampung ta niki wau, tiwas lekku purik jeblogne jogan.. „woo… belum

selesai ta ini tadi, saya terlanjur menangis merusakkan ubin..‟

13. Tindak Tutur Memarahi

Tindak tutur memarahi adalah tindak pertuturan yang dilakukan

penutur kepada mitra tutur untuk mengungkapkan perasaan marahnya,

karena mitra tutur dianggap bersalah, seperti pada data-data berikut

ini.

Data 29

DC : “Ketiwasan piye?? Cangkirmu ki sing cetha yen

kandha!! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!!!”

„Gawat bagaimana?? Mulutmu itu yang jelas kalau bicara!!

Tidak usah memelas begitu, monyet kamu!!!‟

Pth. Kar.Keleng : “Lha tiba‟e niku, wewengkon ing Medhang

Kamulan ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha

minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar kyaine..”

„Ternyata wilayah Medhang Kamulan ini sudah sepi

manusia, yang masih bernafas pada pergi mengungsi karena takut bila

dimakan Kyai..‟

Pertuturan ini terjadi antara Dewata Cengkar sebagai P dan Patih

Karang Keleng sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Dewata

Cengkar memarahi Patih Karang Keleng karena tidak jelas dalam

Page 87: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

menyampaikan sesuatu Bentuk TTD Memarahi terdapat dalam tuturan

Dewata Cengkar berikut. ketiwasan piye?? Cangkirmu ki sing cetha

yen kandha!! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!!! „gawat

bagaimana?? Mulutmu itu yang jelas kalau bicara!! Tidak usah

memelas begitu, monyet kamu!!!‟

Penanda lingual TTD Memarahi yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah kalimat Cangkirmu ki sing cetha yen kandha!! Rasah

prembak-prembik, bedhes kowe!!! „Mulutmu itu yang jelas kalau

bicara!! Tidak usah memelas begitu, monyet kamu!!!‟, dalam tuturan

ini P memarahi MT karena tidak jelas dalam menyampaikan sesuatu.

MT menanggapi amarah P dan menjawab dengan tuturan lha tiba‟e

niku, wewengkon ing Medhang Kamulan ngriki mpun sepi menungsa.

Sing tesih ambegan, dha minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng

didhahar kyaine.. „Ternyata wilayah Medhang Kamulan ini sudah sepi

manusia, yang masih bernafas pada pergi mengungsi karena takut bila

dimakan Kyai..‟

Data 30

Ny. Sagopi : “Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani

wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.”.

„Woo dasar anak setan ya kamu itu, dinasihati orang tua

tidak percaya, sudah Mar, ayo ditinggal saja..‟

Tuturan ini disampaikan oleh Nyai Sagopi. Pokok pertuturan yang

terjadi adalah Nyai Sagopi memarahi Niken Raras karena sulit untuk

diberitahu olehnya dan mengajak Margiyati untuk meninggalkan

Page 88: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Niken Raras. Bentuk TTD memarahi terdapat pada tuturan Nyai

Sagopi berikut woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..„Woo dasar anak

setan ya kamu itu, dinasihati orang tua tidak percaya, sudah Mar, ayo

ditinggal saja..‟

Penanda lingual TTD memarahi yang terdapat pada tuturan

tersebut adalah kalimat Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani

wong tuwa kok malah ngeyel, „wooo dasar anak setan ya kamu itu,

dinasihati orang tua tidak percaya‟. Dalam tuturan ini Nyai Sagopi

memarahi Niken Raras yang sulit untuk diberitahu.

Data 31

Margiyati : “Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah

mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.”

„Kamu itu, anak kecil disayangi kok malah

memberontak. Simbok sudah kehilangan bapak karena dimakan

Dewata Cengkar, jangan sampai simbok kehilangan lagi.‟

Tuturan ini disampaikan oleh Margiyati. Pokok pertuturan yang

terjadi adalah Margiyati memarahi Niken Raras karena selalu

memberontak saat diberi nasihat. Bentuk TTD memarahi terdapat pada

tuturan Margiyati berikut kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah

mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan dewata

cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh. „Kamu itu, anak kecil

disayangi kok malah memberontak. Simbok sudah kehilangan bapak

Page 89: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

karena dimakan Dewata Cengkar, jangan sampai simbok kehilangan

lagi.‟

Penanda lingual TTD memarahi yang terdapat pada tuturan

tersebut adalah kalimat Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah

mbejijat. „Kamu itu, anak kecil disayangi kok malah memberontak.‟

Dalam tuturan ini Margiyati memarahi Niken Raras yang selalu

memberontak saat diberi nasihat.

14. Tindak Tutur Mempersilakan

Tindak tutur mempersilakan, adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur, untuk menyuruh, mengijinkan memasuki ruangan,

atau melanjutkan pekerjaan oleh penutur, seperti pada data-data

berikut ini.

Data 32

N. Raras : “Sing pidato pun sami rampung Den?? Mangga

lho nek tesih ajeng nyambung.”

„Pidatonya sudah selesai Den?? Silahkan lho kalau

masih mau diteruskan..‟

Ny. Sagopi : “Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani

wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..”

„Woo dasar anak setan ya kamu itu, dinasihati orang

tua tidak percaya, sudah Mar, ayo ditinggal saja..‟

Page 90: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Dalam pertuturan ini Niken Raras sebagai P dan Nyai Sagopi

sebagai MT, pokok pertuturan yang terjadi adalah P mempersilakan

MT untuk melanjutkan menasihatinya. Dalam tuturan P terdapat

bentuk TTD mempersilakan yaitu sebagai berikut. sing pidato pun

sami rampung den?? Mangga lho nek tesih ajeng nyambung.

„pidatonya sudah selesai den?? Silahkan lho kalau masih mau

diteruskan..‟

Kata mangga „silahkan‟ merupakan penanda lingual dari TTD

mempersilahkan dalam pertuturan ini. Dalam tuturan ini P

mempersilakan MT untuk melanjutkan menasihatinya tetapi dengan

konotasi pidato, dan Nyai Sagopi sebagai MT menanggapi tuturan P

dengan tuturan woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong

tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.. „wooo dasar

anak setan ya kamu itu, dinasihati orang tua tidak percaya, sudah Mar,

ayo ditinggal saja..‟

Data 33

Margiyati : “Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin..”

„Sang Empu, ini minumannya silahkan diminum dulu..‟

Sembada : “Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane

sang Empu Nini?”

„Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana ya keadaan

Sang Empu Nini?‟

Pertuturan ini terjadi antara Margiyati sebagai P dan Sembada

sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Margiyati mempersilakan

Page 91: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Sembada untuk meminum minuman yang telah ia bawakan. Bentuk

TTD mempersilahkan terdapat dalam tuturan Margiyati berikut. sang

empu, niki unjukane diunjuk riyin.. „Sang Empu, ini minumannya

silahkan diminum dulu..‟

Penanda lingual TTD mempersilakan yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah kalimat Niki unjukane diunjuk riyin.. „Ini minumannya

silahkan diminum dulu..‟ dalam tuturan ini P mempersilakan MT

untuk meminum minuman yang telah P bawakan. MT menanggapi P

dan menjawab dengan tuturan Matur nuwun nini, kira-kira kepriye

kahanane sang Empu nini? „terimakasih nini, kira-kira bagaimana ya

keadaan Sang Empu nini?‟

Data 34

Sembada : “Kakang Dora, lagi wae meneng dadi rerasan..

dipenakake sing lungguh Kakang.”

„Kakang Dora, baru saja selesai jadi bahan pembicaraan..

silahkan duduk dengan nyaman Kakang..‟

Dora : “Kaya wis prayoga Yayi, Nyai, nini, padha becik??”

„Sepertinya sudah baik Dik, Nyai, Nini semua baik??‟

Pertuturan ini terjadi antara Sembada sebagai P dan Dora sebagai

MT. Pokok pertuturannya adalah Sembada mempersilakan Dora untuk

duduk. Bentuk TTD mempersilakan terdapat dalam tuturan Sembada

berikut. kakang Dora, lagi wae meneng dadi rerasan.. dipenakake

sing lungguh kakang.. „kakang Dora, baru saja selesai jadi bahan

pembicaraan.. silahkan duduk dengan nyaman kakang..‟

Page 92: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Penanda lingual TTD mempersilakan yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah kalimat Dipenakake sing lungguh kakang.. „Silahkan

duduk dengan nyaman kakang..‟dalam tuturan ini P mempersilakan

MT untuk duduk dengan nyaman. MT menanggapi P dan menjawab

dengan tuturan kaya wis prayoga yayi, Nyai, nini, padha becik??

„sepertinya sudah baik dik, Nyai, Nini semua baik??‟

15. Tindak Tutur Mengusir

Mengusir adalah menyuruh orang lain untuk meninggalkan tempat

dengan cara paksa. Jadi tindak tutur mengusir adalah tindak pertuturan

yang dilakukan penutur dengan tujuan agar mitra tutur meninggalkan

tempat dengan cara paksa, seperti pada data berikut.

Data 35

DC : “Wedi karo aku?? Pa dha wedi kowe karo aku?? Saiki

piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne

kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa?? dha

njawaba..!!”

„Takut kepadaku?? Apa kalian takut kepadaku?? Sekarang

bagaimana caramu, manusia-manusia itu harus kamu tangkap,

masukkan kandang untuk santapanku, kenapa semua diam??

Jawablah..!!‟

Punggawa : “Nggih kyaine”

„Ya kyai..‟

Page 93: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

DC :“Nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha

minggata!”

„Iya iya, cepat pergilah!‟

Pertuturan ini terjadi antara Dewata Cengkar dan para punggawa.

Dewata Cengkar sebagai P dan para punggawanya sebagai MT. Pokok

pertuturannya adalah Dewata Cengkar mengusir para punggawa untuk

segera pergi menangkap para manusia untuk dijadikan santapan sang

Dewata Cengkar. Bentuk TTD Mengusir terdapat dalam tuturan

Dewata Cengkar berikut. nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha

minggata…!!! „Iya iya, cepat pergilah..!!‟

Penanda lingual TTD mengusir yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah klausa ndang dha minggata…!!! „cepat

pergilah..!!‟dalam tuturan ini P mengusir MT untuk segera pergi

menangkap manusia untuk dijadikan santapan.

16. Tindak Tutur Melarang

Melarang adalah mencegah orang lain untuk tidak melakukan

sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi tindak tutur melarang, adalah

tindak pertuturan yang disampaikan penutur, untuk mencegah mitra

tutur melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh penutur. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari data-data berikut ini.

Data 36

Ny. Sagopi daa : “Ampun Empu, ampun… mrika niku

mung ajeng setor nyawa..”

Page 94: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

„Jangan Empu, jangan.. kesana itu hanya akan

menyerahkan nyawa..‟

ES : “Ora papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi wis

ana sing nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. Dora,

Sembada..”

„Tidak apa-apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya

manusia itu sudah ada yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa

Agung. Dora, Sembada..‟

Pertuturan ini terjadi antara Nayi Sagopi sebagai P dan Empu

Sangkala sebagai MT. Pokok pertuturan diantara keduanya adalah P

melarang MT untuk berangkat ke Medhang Kamulan. Bentuk TTD

melarang terdapat dalam tuturan P yaitu sebagai berikut. ampun Empu,

ampun… mrika niku mung ajeng setor nyawa.. „jangan Empu, jangan..

kesana itu hanya akan menyerahkan nyawa..‟

Penanda lingual adanya TTD melarang dalam tuturan ini adalah

klausa ampun Empu, ampun…„jangan Empu, jangan..‟ Dalam hal ini P

melarang MT untuk berangkat ke Medhang Kamulan. Empu Sangkala

sebagai MT menanggapi tuturan P dan menjawab dengan tuturan ora

papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi wis ana sing

nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. Dora, sembada.. „tidak

apa-apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya manusia itu sudah ada

yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa Agung. Dora, Sembada..‟.

Page 95: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Data 37

ES : “Aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen kaya

nyawanira dewe. Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira menehake

pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun

pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut. Ngerti?”

„Aku titip pusaka ini terimalah, jagalah, rawatlah seperti

nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan

pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya

sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru, pusaka

ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Pertuturan ini terjadi antara Empu Sangkala sebagai P dan

Sembada sebagai MT. Pokok pertuturan yang terjadi adalah P

melarang MT untuk memberikan pusaka yang ia titipkan kepada

siapapun kecuali P sendiri yang mengambilnya. Bentuk TTD

Menyuruh terdapat dalam tuturan P sebagai berikut. aku titip pusaka

iki tampanana, jaganen, reksanen kaya nyawanira dewe. Welingku

Sembada, “aja pisan-pisan sira menehake pusaka iki menyang sapa

wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun pribadhi, yen dudu ingsun

pribadhi, sing teka mundhut. Ngerti? „aku titip pusaka ini terimalah,

jagalah, rawatlah seperti nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan

Page 96: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

sekali-kali kamu berikan pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa

saja, kalau bukan saya sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang

mengambil. Mengerti??‟

Penanda lingual TTD melarang yaitu kalimat Aja pisan-pisan sira

menehake pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu

ingsun pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut „Jangan

sekali-kali kamu berikan pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa

saja, kalau bukan saya sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang

mengambil.‟ Dalam tuturan ini P melarang MT untuk memberikan

pusaka yang ia titipkan kepada siapapun kecuali P sendiri yang

mengambilnya. Tuturan P ditanggapi oleh MT dengan tuturan mugi-

mugi kula saged ngestokaken dhawuh panjenengan guru, pusaka

menika badhe kula jagi nglangkungi gesang kula.. „semoga saya bisa

menjalankan perintahmu Guru, pusaka ini akan saya jaga melebihi

hidup saya..‟

Data 38

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Dora : “Sing tenan lho Dhi,, ora mung nggah-nggih ning ora

kepanggih..”

Page 97: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

„Yang serius lho Dik, jangan hanya iya-iya saja tapi tidak

dijalankan..‟

Sembada : “Iya Kakang, aja kuwatir”

„Iya Kakang, jangan kuwatir‟

Dalam pertuturan ini Sembada sebagai P dan Dora sebagai MT,

pokok pertuturan yang terjadi adalah P melarang MT untuk khawatir.

Dalam tuturan P terdapat bentuk TTD melarang yaitu sebagai berikut.

iya kakang, aja kuwatir „iya kakang, jangan kuwatir‟

Frase aja kuwatir „jangan kuwatir‟ merupakan penanda lingual dari

TTD melarang dalam pertuturan ini. Dalam tuturan ini P melarang MT

untuk khawatir.

Data 39

Ny. Sagopi : “Ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane

pun rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar.”

„Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya sudah

selesai pasti cepat kembali atau memberi kabar.‟

Sembada : “Ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai..”

„Ya semoga saja tidak ada apa-apa nyai..‟

Pertuturan ini terjadi antara Nyai Sagopi sebagai P dan Sembada

sebagai MT. Pokok pertuturannya adalah Nyai Sagopi melarang

Sembada untuk terlalu berat memikirkan keadaan. Bentuk TTD

melarang terdapat dalam tuturan Nyai Sagopi berikut. ampun dipikir

abot-abot, mengke yen urusane pun rampung rak ndang wangsul

Page 98: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

utawi paring kabar. „jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya

sudah selesai pasti cepat kembali atau memberi kabar.‟

Penanda lingual TTD melarang yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah frase ampun dipikir abot-abot, „jangan dipikir terlalu

berat‟ dalam tuturan ini P melarang MT untuk terlalu berat

memikirkan keadaan. MT menanggapi larangan P dan menjawab

dengan tuturan ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.. „ya

semoga saja tidak ada apa-apa nyai..‟

Data 40

Sagopi daa : “Inggih Empu, sedaya slamet.. lha pundi Sang

Sangkala??”

„Iya Empu, semua selamat,, mana Sang Sangkala??‟

Sembada : “Iya Kakang, kok si kakang mung dewean.

kanjeng gusti ana ngendi?”

‘Iya Kakang, kok kakang sendiarian saja, kanjeng

Gusti dimana?‟

Dora : “Aja padha kuwatir. Gatekna tak critani lelakon saka aku

budhal. Aku karo kanjeng gusti wis mlebu ing gone raja kanibal.

Kanjeng gusti masrahake supaya dipangan.”

„Jangan kuwatir. Perhatikanlah saya akan bercerita mulai

dari saya berangkat. Saya dan kanjeng gusti sudah masuk di tempat

Raja Kanibal, kanjeng Gusti menyerahkan diri agar dimakan.‟

Tuturan ini disampaikan oleh Dora. Pokok tuturan adalah melarang

Nyai Sagopi, Margiyati, Niken Raras dan Sembada untuk khawatir

Page 99: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

dengan keadaan Empu Sangkala. Bentuk TTD melarang terdapat

dalam tuturan Dora sebagai berikut aja padha kuwatir. Gatekna tak

critani lelakon saka aku budhal. Aku karo kanjeng gusti wis mlebu ing

gone raja kanibal. Kanjeng gusti masrahake supaya dipangan. „jangan

kuwatir. Perhatikanlah saya akan bercerita mulai dari saya berangkat.

Saya dan kanjeng gusti sudah masuk di tempat Raja Kanibal, kanjeng

Gusti menyerahkan diri agar dimakan.‟

Penanda lingual adanya TTD melarang dalam tuturan tersebut

adalah klausa aja padha kuwatir „jangan kuwatir‟ dalam tuturan ini

Dora melarang Nyai Sagopi, Margiyati, Niken Raras dan Sembada

untuk khawatir dengan keadaan Empu Sangkala.

Page 100: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

B. Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan

Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa

Tindak tutur direktif memiliki fungsi antara lain yaitu : menyuruh,

menasihati, meminta izin, permisi, meminta restu, mengingatkan, melerai,

menantang, menyarankan, mengharap, mengajak, menegur, memarahi,

mempersilakan, mengusir dan melarang. Setiap tindak tutur menghasilkan efek

dari mitra tutur yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tindak ilokusi dan

tindak perlokusi yang terdapat dalam masing-masing tuturan. Berikut ini

merupakan paparan tentang fungsi tindak tutur direktif yang terjadi dalam

pementasan ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa.

1. Tindak Tutur Menyuruh

Data 2

S(PI) : “Rama Pukulun, Sembah hamba mugi konjuk”

„Ayahanda, sembah saya kepadamu‟

BA : “Tak tampa kulup, pangestuku wae tampanana”

„Saya terima nak, restu saya terimalah‟

S(PI): “Sanget anggen hamba mundhi Rama.”

„Sangat saya junjung, Ayah‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu

Bathara Anggajali dan Suksma Prabhu Isaka. TTD dengan fungsi

menyuruh dilakukan oleh Bathara Anggajali ditemukan dalam

Page 101: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tuturan tak tampa kulup, pangestu ulun wae tampanana „saya

terima nak, restu saya terimalah‟, Bathara Anggajali menyuruh

Prabu Isaka agar menerima restu darinya setelah Prabhu Isaka

menghaturkan sembah baktinya. MT melakukan TP dengan

menjawab “sanget anggen hamba mundhi Rama.” „sangat saya

junjung, Ayah‟.

Data 5

DC : “Wedi karo aku?? Pa dha wedi kowe karo aku?? Saiki

piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne

kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa?? dha

njawapa..!!”

„Takut kepadaku?? Apa kalian takut kepadaku?? Sekarang

bagaimana caramu, manusia-manusia itu harus kamu tangkap,

masukkan kandang untuk santapanku, kenapa semua diam??

Jawablah..!!‟

Punggawa : “Nggih Kyaine”

„Ya kyai..‟

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata

Cengkar sebagai P dan para punggawa sebagai MT. TTD dengan

fungsi menyuruh ditemukan dalam tuturan Dewata Cengkar

sebagai berikut, wedi karo aku?? Pa dha wedi kowe karo aku??

Saiki piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel,

lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa?? dha

njawapa..!! „takut kepadaku?? Apa kalian takut kepadaku??

Page 102: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Sekarang bagaimana caramu, manusia-manusia itu harus kamu

tangkap, masukkan kandang untuk santapanku, kenapa semua

diam?? Jawablah..!!‟. Dewata Cengkar menyuruh para punggawa

untuk segera menjawab apa yang telah ia perintahkan. TP

dibuktikan oleh MT dengan tuturan nggih kyaine „ya kyai..‟.

Data 6

ES : “Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok

tresna anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan

gogor’e dhewe. Terus Nyai, bacutna caritamu mau..”

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh

kehati-hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu

cinta pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan

anaknya sendiri. Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟

Ny.Sagopi : “Ngeten Kisanak, prajurit-prajurit niku wau

Prajurite Dewata Cengkar saking tlatah Medhang Kamulan ngriki.

Dewata Cengkar niku panguwasa ning senengane mangan uwong,

sing dipangan nggih kawulane dhewe mula kawula Medhang niku meh

telas..”

„Begini Kisanak, prajurit-prajurit itu tadi adalah prajuritnya

Dewata Cengkar dari wilayah Medhang kamulan. Dewata Cengkar itu

Penguasa tapi selalu memakan manusia, yang dimakan ya rakyatnya

sendiri, oleh karena itu rakyat Medhang sudah mau habis..

Page 103: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Empu

Sangkala sebagai P dan Nyai Sagopi sebagai MT. TTD dengan

fungsi menyuruh ditemukan dalam tuturan Empu Sangkala sebagai

berikut, Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan kebek

pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogor‟e

dhewe. Terus Nyai, bacutna caritamu mau..„sudahlah sudah, lain

kali harus lebih waspada, dan penuh kehati-hatian. Tidak ada ibu

yang benci kepada anaknya, yang ada ibu cinta pada anak.

Segalak-galaknya macan tidak akan memakan anaknya sendiri.

Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟ Empu Sangkala menyuruh Nyai

Sagopi untuk melanjutkan ceritanya. Nyai Sagopi sebagai MT

menjawab dengan tuturan ngeten kisanak, prajurit-prajurit niku

wau Prajurite Dewata Cengkar saking tlatah Medhang Kamulan

ngriki. Dewata cengkar niku panguwasa ning senengane mangan

uwong, sing dipangan nggih kawulane dhewe mula kawula

Medhang niku meh telas.. „Begini Kisanak, prajurit-prajurit itu tadi

adalah prajuritnya Dewata Cengkar dari wilayah Medhang

kamulan. Dewata Cengkar itu Penguasa tapi selalu memakan

manusia, yang dimakan ya rakyatnya sendiri, oleh karena itu

rakyat Medhang sudah mau habis. Hal ini membuktikan bahwa MT

melakukan TP yaitu melanjutkan bercerita.

Page 104: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

2. Tindak Tutur Menasihati

Data 11

Ny. Sagopi : “Aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe

kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem

jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon..”

„Jangan bertengkar nak, kalian itu saudara. Kalian

aku harapkan supaya bisa membawa nama baik orang tua, walaupun

kalian anak perempuan.‟

Tuturan tersebut disampaikan oleh Nyai Sagopi. TTD

dengan fungsi menasihati ditemukan dalam tuturan Nyai Sagopi

sebagai berikut, aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe

kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem

jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon.. „jangan

bertengkar nak, kalian itu saudara. Kalian aku harapkan supaya

bisa membawa nama baik orang tua, walaupun kalian anak

perempuan.‟

Nyai Sagopi menasihati kedua anaknya supaya tidak lagi

bertengkar, karena sesungguhnya kedua anak itu dia harapkan bisa

membawa nama baik kedua orangtuanya, walaupun mereka adalah

anak perempuan.

3. Tindak tutur Meminta izin

Data 13

S : ”Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan

ingkang kaperlokaken ing margi mangke..”

Page 105: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

‟Izinkanlah saya menyiapkan semua keperluan yang

diperlukan diperjalanan nanti..‟

ES : ”Ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa.

Mula ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.

‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo,

sekarang juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, Sembada sebagai P ,

sedangkan Empu Sangkala sebagai MT. TTD dengan fungsi

meminta izin terdapat dalam tuturan Sembada keparenga pun

apatik nyawisaken sedaya kabetahan ingkang kaperlokaken ing

margi mangke..‟Ijinkanlah saya menyiapkan semua keperluan yang

diperlukan diperjalanan nanti..‟

Empu Sangkala menanggapi dan menjawab dengan tuturan

ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune

awake dewe mengko kajangkung dening para Dewa. Mula ayo,

saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. ‟Tidak perlu sembada,

secukupnya saja. Ketahuilah bila perjalanan kita nanti dilindungi

oleh para dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju

Pulau Jawa.‟

Page 106: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

4. Tindak Tutur Permisi

Data 15

Punggawa 1 : “Kula ingkang sowan kyaine..”

„Saya yang datang Kyai..‟

Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak buah Dewata Cengkar

yang tiba-tiba datang tanpa dipanggil untuk menghadap Sang Dewata

Cengkar. Pokok tuturan adalah memberitahukan bahwa ia yang datang

untuk menghadap. TTD dengan fungsi permisi ditemukan dalam

tuturan kula ingkang sowan kyaine..„saya yang datang Kyai..‟

5. Tindak Tutur Meminta Restu

Data 16

ES : “Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit,

pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo

Dora!!”

„Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu yang aku

minta untuk menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

Ny. Sagopi daa : “Sing ngatos-atos Kisanak, ndang wangsul

ngriki..”

„Hati-hati Kisanak, cepat kembali kesini..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh empat orang, yaitu Empu Sangkala

sebagai P , sedangkan Nyai Sagopi, Margiyati dan Niken Raras

sebagai MT. TTD dengan fungsi meminta restu terdapat dalam tuturan

Empu Sangkala Nyai lan kowe nini sakeloron, aku njaluk pamit,

Page 107: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

pandongamu wae sing tak jaluk kanggo ngiringi lakuku, Ayo Dora!!

„Nyai dan kalian berdua, aku minta pamit, doamu aku minta untuk

menemani perjalananku, Ayo Dora!!‟

TP memberi restu dibuktikan MT dengan tuturan Sing ngatos-atos

kisanak, ndang wangsul ngriki.. „hati-hati kisanak, cepat kembali

kesini..‟

6. Tindak Tutur Mengingatkan

Data 17

ES : “Ditepungake wae, aranku Empu Sangkala. Aja pisan-

pisan kok bacutake patrapmu kang murang susila iku. Elinga menawa

wong nandur kuwi bakal ngundhuh.”

„Perkenalkan saja nama saya Empu Sangkala. Jangan

sekali-kali kamu lanjutkan sikapmu yang tidak baik itu. Ingatlah

bahwa orang yang menanam pasti akan memetik hasilnya.‟

Punggawa : “Kojah apa ra mudheng,, rasah suwe-suwe ndang

cekel Kiraka, dadekne tandhon badhogane kyaine.”

„bicara apa aku tidak paham, tidak usah berlama-lama cepat

ditangkap saja Kiraka, jadikan makanan cadangan untuk kyai..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, Empu Sangkala sebagai

P, sedangkan Punggawa sebagai MT. TTD dengan fungsi

mengingatkan terdapat dalam tuturan Empu Sangkala Elinga menawa

wong nandur kuwi bakal ngundhuh. „Ingatlah bahwa orang yang

menanam pasti akan memetik hasilnya.‟

Page 108: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Punggawa sebagai MT menanggapi dengan tuturan kojah apa ra

mudheng,, rasah suwe-suwe ndang cekel kiraka, dadekne tandhon

badhogane kyaine. „bicara apa aku tidak paham, tidak usah berlama-

lama cepat ditangkap saja kiraka, jadikan makanan cadangan untu

kyai..‟. tuturan MT ini membuktikan adanya TP dari MT yang tidak

mengerti apa yang telah disampaikan P.

7. Tindak Tutur Melerai

Data 19

ES : “Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan

kebek pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna

anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogor‟e dhewe.

Terus Nyai, bacutna caritamu mau,,

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh kehati-

hatian. Tidak ada ibu yang benci kepada anaknya, yang ada ibu cinta

pada anak. Segalak-galaknya macan tidak akan memakan anaknya

sendiri. Lalu nyai, teruskan ceritamu tadi..‟

Tuturan tersebut disampaikan oleh Empu Sangkala. Dalam tuturan

Empu Sangkala terdapat TTD dengan Fungsi melerai yaitu Uwis ta

uwis, besuk meneh sing luwih waskitha, lan kebek pengati-ati.

„Sudahlah sudah, lain kali harus lebih waspada, dan penuh kehati-

hatian.‟ Empu Sangkala melerai Margiyati dan Niken Raras yang

sedang bertengkar dan juga menasihati bahwa tidak ada ibu yang

membenci anaknya.

Page 109: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

8. Tindak Tutur Menantang

Data 20

Kar. keleng : “Sapa kowe wani ngganggu marang aku hee??”

„Siapa kamu berani menggangguku??‟

ES : “Ditepungake wae, aranku Empu Sangkala. Aja pisan-

pisan kok bacutake patrapmu kang murang susila iku. Elinga menawa

wong nandur kuwi bakal ngundhuh.”

„Perkenalkan saja nama saya Empu Sangkala.

Jangan sekali-kali kamu lanjutkan sikapmu yang tidak baik itu.

Ingatlah bahwa orang yang menanam pasti akan memetik hasilnya.‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, yaitu Patih Karang

Keleng sebagai P, dan Empu Sangkala sebagai MT. Dalam tuturan

Patih Karang Keleng terdapat TTD dengan fungsi menantang, yaitu

sapa kowe wani ngganggu marang aku hee??„siapa kamu berani

menggangguku??‟

Empu Sangkala sebagai MT menanggapi dengan tuturan

ditepungake wae, aranku empu sangkala. Aja pisan-pisan kok

bacutake patrapmu kang murang susila iku. Elinga menawa wong

nandur kuwi bakal ngundhuh. „perkenalkan saja nama saya Empu

Sangkala. Jangan sekali-kali kamu lanjutkan sikapmu yang tidak baik

itu. Ingatlah bahwa orang yang menanam pasti akan memetik

hasilnya.‟. tuturan MT ini membuktikan adanya TP dari MT yang

menjawab tantangan dari P.

Page 110: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

9. Tindak Tutur Menyarankan

Data 21

Punggawa 1 : “Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine,

rak luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog, mbadhog

penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali teng uwit niku sik

pripun??”

„Menurut saya, sebelum dimakan Kyai kan lebih baik kita

dulu yang memakan, memakan enaknya anak cantik-cantik ini, kalau

ibunya ditali dipohon itu dulu bagaimana??‟

Ny. Sagopi daa : “Ampun den,, ampuuuun..”

„Jangan den, jangan..‟

Tuturan tersebut disampaikan oleh Punggawa. TTD dengan fungsi

menyarankan ditemukan dalam tuturan Punggawa sebagai berikut,

karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine, rak luwih prayoga

awake dewe disik sing mbadhog, mbadhog penake cah ayu-ayu niki,

nek mboke ditali teng uwit niku sik pripun?? „menurut saya, sebelum

dimakan Kyai kan lebih baik kita dulu yang memakan, memakan

enaknya anak cantik-cantik ini, kalau ibunya ditali dipohon itu dulu

bagaimana??‟

Nyai Sagopi dan kedua anaknya yang mendengar saran itu

bertutur Ampun den,, ampuuuun..„Jangan den, jangan..‟. tuturan ini

membuktikan adanya TP ketidaksetujuan dari tuturan P.

Page 111: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

10. Tindak Tutur Mengharap

Data 22

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan Guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru, pusaka

ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Dora : “Sing tenan lho Dhi,, ora mung nggah-nggih ning ora

kepanggih..”

„Yang serius lho Dik, jangan hanya iya-iya saja tapi tidak

dijalankan..‟

Tuturan ini disampaikan oleh Sembada. Dalam tuturan Sembada

terdapat TTD dengan fungsi mengharap, yaitu mugi-mugi kula saged

ngestokaken dhawuh panjenengan guru, „semoga saya bisa

menjalankan perintahmu Guru.‟

Dora menanggapi dengan tuturan sing tenan lho Dhi,, ora mung

nggah-nggih ning ora kepanggih.. „yang serius lho Dik, jangan hanya

iya-iya saja tapi tidak dijalankan..‟, tuturan Dora ini membuktikan

adanya TP yang masih meragukan tuturan P.

Page 112: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

11. Tindak Tutur Mengajak

Data 24

ES : “Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula

ayo. Saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.”

‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang

juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Dora+Sembada : “Suwawi kula dherekaken Gusti”

„Siap saya temani Gusti..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh tiga orang, yaitu Empu Sangkala

sebagai P, sedangkan Dora dan Sembada sebagai MT. TTD dengan

fungsi mengajak ditemukan dalam tuturan Empu Sangkala sebagai

berikut. Mula ayo. Saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. ‟Maka

ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Dora dan Sembada sebagai MT menanggapi dengan tuturan

Suwawi kula dherekaken Gusti „siap saya temani Gusti..‟. tuturan MT

ini membuktikan adanya TP dari MT yang menerima ajakan P.

Data 25

Nyai Sagopi : “Wuk, ayo ta!! Mbok rada cepet sing mlaku,

mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu

tanggung lho ya.”

„Nak, ayolah!! Agak cepat jalannya, nanti kalau tertangkap

anak buahnya Dewata Cengkar Simbok tidak ikut menanggung.‟

Page 113: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Niken Raras : “Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit

ra menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik,

mengko yen aku semaput piye coba??”

„Tidak mungkin Mbok, tempat ini kan sudah tersembunyi tidak

nyaman begini kok. Panas ini Mbok, panas. Saya istirahat dulu, nanti

kalau saya pinsan bagaimana coba??‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, yaitu Nyai Sagopi

sebagai P, dan Niken Raras sebagai MT. Dalam tuturan Nyai Sagopi

ditemukan TTD dengan fungsi mengajak, yaitu wuk, ayo ta!! Mbok

rada cepet sing mlaku, mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar

simbok ra melu tanggung lho ya. „nak, ayolah!! Agak cepat jalannya,

nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar Simbok tidak

ikut menanggung.‟

Niken Raras sebagai MT menanggapi dengan tuturan ora-orane

mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok. Panas ki

lho mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye coba??

„tidak mungkin Mbok, tempat ini kan sudah tersembunyi tidak nyaman

begini kok. Panas ini mbok, panas. Saya istirahat dulu, nanti kalau

saya pinsan bagaimana coba??‟ tuturan MT ini membuktikan adanya

TP dari MT yang menolak ajakan P.

12. Tindak Tutur Menegur

Data 28

Dora : “Kosik ta, crita durung rampung kok dipedhot.”

Page 114: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

„Nanti dulu, cerita belum selesai kok sudah diputus‟

N. Raras : “Woo… durung rampung ta niki wau, tiwas lekku

purik jeblogne jogan..”

„Woo… belum selesai ta ini tadi, saya terlanjur menangis

merusakkan ubin..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, yaitu Dora sebagai P,

dan Niken Raras sebagai MT. Dalam tuturan Dora ditemukan TTD

dengan fungsi menegur, yaitu kosik ta, crita durung rampung kok

dipedhot „nanti dulu, cerita belum selesai kok sudah diputus‟

Niken Raras sebagai MT menanggapi dengan tuturan woo…

durung rampung ta niki wau, tiwas lekku purik jeblogne jogan..

„woo… belum selesai ta ini tadi, saya terlanjur menangis merusakkan

ubin..‟tuturan MT ini membuktikan adanya TP dari MT yang

menanggapi teguran P.

13. Tindak Tutur Memarahi

Data 30

Ny. Sagopi : “Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani

wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..”

„Woo dasar anak setan ya kamu itu, dinasihati orang tua

tidak percaya, sudah Mar, ayo ditinggal saja..‟

Tuturan tersebut disampaikan oleh Nyai Sagopi. TTD dengan

fungsi memarahi ditemukan dalam tuturan Nyai Sagopi sebagai

berikut, woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa kok

Page 115: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.. „woo dasar anak setan ya

kamu itu, dinasihati orang tua tidak percaya, sudah Mar, ayo ditinggal

saja..‟

Data 31

Margiyati : “Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah

mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata

Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh.”

„kamu itu, anak kecil disayangi kok malah

memberontak. Simbok sudah kehilangan bapak karena dimakan

Dewata Cengkar, jangan sampai simbok kehilangan lagi.‟

Tuturan tersebut disampaikan oleh Margiyati. TTD dengan fungsi

memarahi ditemukan dalam tuturan Margiyati sebagai berikut, kowe

kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat. „kamu itu, anak kecil

disayangi kok malah memberontak.‟

14. Tindak Tutur Mempersilakan

Data 33

Margiyati : “Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin..”

„Sang Empu, ini minumannya silahkan diminum dulu..‟

Sembada : “Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane

Sang Empu Nini?”

„Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana ya keadaan

Sang Empu Nini?‟

Page 116: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, yaitu Margiyati sebagai

P dan Sembada sebagai MT. Dalam tuturan Margiyati ditemukan TTD

dengan fungsi mempersilahkan, yaitu sang empu, niki unjukane

diunjuk riyin..„Sang Empu, ini minumannya silahkan diminum dulu..‟

Sembada sebagai MT menanggapi dengan tuturan Matur nuwun

nini, kira-kira kepriye kahanane sang Empu nini? „terimakasih nini,

kira-kira bagaimana ya keadaan Sang Empu nini?‟ tuturan MT ini

membuktikan adanya TP dari MT yang menanggapi tuturan P.

15. Tindak Tutur Mengusir

Data 35

DC : “Wedi karo aku?? Pa dha wedi kowe karo aku?? Saiki

piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne

kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa?? dha

njawaba..!!”

„Takut kepadaku?? Apa kalian takut kepadaku?? Sekarang

bagaimana caramu, manusia-manusia itu harus kamu tangkap,

masukkan kandang untuk santapanku, kenapa semua diam??

Jawablah..!!‟

Punggawa : “Nggih kyaine”

„Ya kyai..‟

DC : “Nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha

minggata…!!!”

„Iya iya, cepat pergilah..!!‟

Page 117: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tuturan ini disampaikan oleh Dewata Cengkar yangmengusir anak

buahnya untuk segera berangkat menangkap manusia-manusia untuk

dijadikan santapan. TTD dengan fungsi mengusir ditemukan dalam

tuturan ndang dha minggata…!! „cepat pergilah..!!‟

16. Tindak Tutur Melarang

Data 36

Ny. Sagopi daa : “Ampun Empu, ampun… mrika niku

mung ajeng setor nyawa..”

„Jangan Empu, jangan.. kesana itu hanya akan

menyerahkan nyawa..‟

ES : “Ora papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi wis

ana sing nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. Dora,

Sembada..”

„Tidak apa-apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya

manusia itu sudah ada yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa

Agung. Dora, Sembada..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, Nyai Sagopi sebagai P

sedangkan Empu Sangkala sebagai MT. TTD dengan fungsi melarang

terdapat dalam tuturan Nyai Sagopi ampun Empu, ampun… mrika niku

mung ajeng setor nyawa.. „jangan Empu, jangan.. kesana itu hanya

akan menyerahkan nyawa..‟

Empu Sangkala menanggapi dan menjawab dengan tuturan ora

papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi wis ana sing

Page 118: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. Dora, sembada.. „tidak

apa-apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya manusia itu sudah ada

yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa Agung. Dora, Sembada..‟

tuturan ini membuktikan adanya TP dari MT yang menanggapi

larangan P.

Data 37

ES : “Aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen

kaya nyawanira dhewe. Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira

menehake pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen

dudu ingsun pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka

mundhut. Ngerti?”

„Aku titip pusaka ini terimalah, jagalah, rawatlah seperti

nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan

pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya

sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Tindak tutur ini dilakukan oleh dua orang, yaitu Empu Sangkala

sebagai P dan Sembada sebagai MT. TTD dengan fungsi melarang

ditemukan dalam tuturan Empu Sangkala sebagai berikut. aku titip

pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen kaya nyawanira dhewe.

Page 119: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira menehake pusaka iki

menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun pribadhi, yen

dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut. Ngerti? „aku titip pusaka ini

terimalah, jagalah, rawatlah seperti nyawamu sendiri. Pesanku

Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan pusaka ini kepada siapa

saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya sendiri, kalau bukan saya

sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada sebagai MT menanggapi dengan tuturan mugi-mugi kula

saged ngestokaken dhawuh panjenengan guru, pusaka menika badhe

kula jagi nglangkungi gesang kula.. „semoga saya bisa menjalankan

perintahmu Guru, pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

tuturan MT ini membuktikan adanya TP dari MT yang menanggapi

larangan P.

Page 120: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

C. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Direktif

dalam Pementasan Ketoprak Lakon

Mardhika Jawa Dwipa

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah tindak tutur

antara lain : 1. Penutur dan Mitra tutur, 2. Konteks tuturan, 3.Tujuan

tuturan, 4.Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, 5.Tuturan

sebagai produk tindak verbal.

1. Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur

adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat

keakraban, dan lain-lain.

Data 1

(BA) : ”Ngger, anakku Prabhu Isaka, wengakna korining

kalbumu! Ulun Sang Hyang Anggajali nedya medarake wisik

marang kita kulup.”

‟Nak, putraku Prabhu Isaka, bukalah pintu batinmu! Saya sang

Hyang Anggajali ingin memberitahukan suatu hal kepadamu

nak.‟

S(P.I) : ”Rama Pukulun, sembah hamba mugi konjuk.”

‟Ayahanda, sembah saya kepadamu.‟

Page 121: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tindak tutur yang terjadi pada data 1 adalah tindak tutur

direktif menyuruh. Tindak tutur tersebut terjadi antara P dengan

MT. Penggunaan ragam krama dalam tuturan MT menandakan

bahwa MT menghormati P, karena P berkedudukan sosial lebih

tinggi bila dibandingkan dengan MT. P adalah seorang dewa,

sedangkan MT hanya seorang pertapa. Kata “wengakna” „bukalah‟

dalam tuturan ini menjadi penanda lingual yang berfungsi untuk

menyuruh. Selain ragam krama terdapat juga penggunaan dialek

sosial yang ditandai dengan kata ulun, pukulun, kulup. Faktor yang

melatarbelakangi tindak tutur direktif pada data 1 adalah

kedudukan sosial yang berbeda antara P dan MT.

Data 30

DC : “Ketiwasan piye?? Cangkirmu ki sing cetha yen kandha!!

Rasah prembak-prembik, bedhes kowe!!!”

„Gawat bagaimana?? Mulutmu itu yang jelas kalau bicara!!

Tidak usah memelas begitu, monyet kamu!!!‟

Pth. Kar.Keleng : “Lha tiba‟e niku, wewengkon ing Medhang

Kamulan ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha

minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar kyaine..”

„Ternyata wilayah Medhang Kamulan ini sudah sepi

manusia, yang masih bernafas pada pergi mengungsi karena takut bila

dimakan Kyai..‟

Tindak tutur yang terjadi pada data 30 adalah tindak tutur

direktif memarahi. Tindak tutur tersebut terjadi antara P dengan

Page 122: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

MT. Penggunaan ragam krama dalam tuturan MT menandakan

bahwa MT menghormati P, karena P berkedudukan sosial lebih

tinggi bila dibandingkan dengan MT. P adalah seorang raja,

sedangkan MT hanya seorang patih. Selain ragam krama terdapat

juga penggunaan bahasa ngoko kasar yang digunakan oleh P. Hal

ini menandakan bahwa waktu itu belum ada peradaban yang

baik.Faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif pada data

30 adalah kedudukan sosial yang berbeda antara P dan MT.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks

dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan

dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada

hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang

dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Hal ini dapat

dilihat dari data-data berikut.

Data 9

ES : “Aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen kaya

nyawanira dhewe. Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira

menehake pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu

ingsun pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut.

Ngerti”

„Aku titip pusaka ini terimalah, jagalah, rawatlah seperti

nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan

Page 123: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya

sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula.”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Jawaban MT menandakan bahwa P dan MT sudah memahami

konteks tuturan, yaitu P akan menitipkan pusakanya kepada MT dan

berpesan kepada MT untuk menerima, menjaga dan merawat juga

tidak memberikan pusaka P kepada siapapun kecuali P sendiri yang

datang untuk mengambil. Karena setuju maka MT menjawab dengan

tuturan “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh panjenengan

guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi gesang kula.”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru, pusaka ini akan

saya jaga melebihi hidup saya..‟. tuturan ini disampaikan dengan

suasana serius. Latar belakang sosial yang berbeda antara P dan MT

menyebabkan adanya perbedaan ragam bahasa yang digunakan. P

menggunakan ragam ngoko karena P berkedudukan sosial lebih tinggi,

yaitu seorang Guru. MT menggunakan ragam krama karena

kedudukan sosialnya yang lebih rendah yaitu seorang murid, maka ia

harus menghormati P dengan bertutur menggunakan ragam krama. P

dan MT adalah laki-laki. P adalah seorang guru yang masih keturunan

Bathara Anggajali, sedangkan MT adalah murid dari P.

Page 124: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Data 21

Punggawa 1 : “Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine,

rak luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog, mbadhog

penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali teng uwit niku sik

pripun??”

„Menurut saya, sebelum dimakan Kyai kan lebih baik kita

dulu yang memakan, memakan enaknya anak cantik-cantik ini, kalau

ibunya ditali dipohon itu dulu bagaimana??‟

Ny. Sagopi daa : “Ampun den,, ampuuuun..”

„Jangan den, jangan..‟

Jawaban MT menandakan bahwa P dan MT sudah memahami

konteks tuturan, yaitu P akan mengambil enak dari anak-anak Nyai

Sagopi dan akan mengikat Nyai Sagopi di pohon. Karena tidak setuju

maka Nyai Sagopi dan anak-anaknya menjawab dengan tuturan

Ampun den,, ampuuuun.. „Jangan den, jangan..‟. tuturan ini

disampaikan dengan suasana serius, menakutkan bagi Nyai Sagopi dan

anak-anaknya karena mereka tertangkap oleh anak buah Dewata

Cengkar.

3. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh P

dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan

ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan

Page 125: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

untuk menyatakan satu maksud atau sebaliknya. Satu maksud dapat

disampaikan dengan beraneka ragam tuturan.

Data 13

S : ”Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan

ingkang kaperlokaken ing margi mangke..”

‟Izinkanlah saya menyiapkan semua keperluan yang

diperlukan diperjalanan nanti..‟

ES : ”Ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa

lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula

ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa.”

‟Tidak perlu sembada, secukupnya saja. Ketahuilah bila

perjalanan kita nanti dilindungi oleh para dewa. Maka ayo, sekarang

juga cepat berangkat menuju Pulau Jawa.‟

Data 13 merupakan contoh penggunaan tindak tutur direktif

meminta izin yang dilakukan P kepada MT. P meminta izin kepada

MT untuk menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa selama

perjalanan menuju pulau Jawa. Tujuan tuturan P adalah meminta izin

kepada MT untuk menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa

selama perjalanan menuju pulau Jawa , MT yang mengetahui

perjalanannya akan dilindungi oleh para dewa menjawab dengan

tuturan ora perlu sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune

awake dhewe mengko kajangkung dening para dewa. Mula ayo, saiki

uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. ‟Tidak perlu sembada,

secukupnya saja. Ketahuilah bila perjalanan kita nanti dilindungi oleh

Page 126: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

para dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat menuju Pulau

Jawa.‟

Data 26

Nyai Sagopi : “Wuk, ayo ta!! Mbok rada cepet sing mlaku,

mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu

tanggung lho ya.”

„Nak, ayolah!! Agak cepat jalannya, nanti kalau tertangkap

anak buahnya Dewata Cengkar Simbok tidak ikut menanggung.‟

Niken Raras : “Ora-orane mbok, wong panggonan wis nylempit

ra menakke ngene kok. Panas ki lho mbok, panas. Tak leren sik,

mengko yen aku semaput piye coba??”

„Tidak mungkin Mbok, tempat ini sudah tersembunyi tidak

nyaman begini kok. Panas ini mbok, panas. Saya istirahat dulu, nanti

kalau saya pinsan bagaimana coba??‟

Data 26 merupakan contoh penggunaan tindak tutur direktif

mengajak yang dilakukan P kepada MT. P mengajak MT untuk lebih

cepat berjalan karena takut akan tertangkap anak buah Dewata

Cengkar. Tujuan tuturan P adalah mengajak MT agar lebih cepat

berjalan karena takut ditangkap anak buah Dewata Cengkar tidak

begitu dihiraukan MT, sehingga MT menjawab dengan tuturan ora-

orane mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok.

Panas ki lho mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye

coba?? „tidak mungkin Mbok, tempat ini kan sudah tersembunyi tidak

Page 127: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

nyaman begini kok. Panas ini mbok, panas. Saya istirahat dulu, nanti

kalau saya pinsan bagaimana coba??‟.

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang

lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai

entitas yang konkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu

dan tempat pengutaraannya.

Data 38

ES : “Aku titip pusaka iki tampanana, jaganen, reksanen kaya

nyawanira dhewe. Welingku Sembada, “aja pisan-pisan sira

menehake pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu

ingsun pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut.

Ngerti?”

„Aku titip pusaka ini terimalah, jagalah, rawatlah seperti

nyawamu sendiri. Pesanku Sembada, “jangan sekali-kali kamu berikan

pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja, kalau bukan saya

sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang mengambil. Mengerti??‟

Sembada : “Mugi-mugi kula saged ngestokaken dhawuh

panjenengan guru, pusaka menika badhe kula jagi nglangkungi

gesang kula..”

„Semoga saya bisa menjalankan perintahmu Guru,

pusaka ini akan saya jaga melebihi hidup saya..‟

Page 128: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Tindak tutur tersebut diatas dilakukan P kepada MT agar

melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan P, yang dituturkan

disebuah dukuh Bakalan ketika P akan berangkat menuju Medhang

Kamulan. Data 38 merupakan contoh tindak tutur direktif melarang.

Hal itu dibuktikan dalam tuturan P aja pisan-pisan sira menehake

pusaka iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun

pribadhi, yen dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut. „jangan sekali-

kali kamu berikan pusaka ini kepada siapa saja, kepada siapa saja,

kalau bukan saya sendiri, kalau bukan saya sendiri yang datang

mengambil‟.

Data 38 diatas menjelaskan factor yang melatarbelakangi

tindak tutur direktif yang keempat, yakni tuturan sebagai bentuk

tindakan atau aktivitas. Terdapat penutur dan mitra tutur yang jelas,

serta waktu dan tempat pengutaraan tuturan tersebut.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatic, seperti

yang dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari

tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan

bentuk dari tindak verbal. Data berikut merupakan penjabaran dari

faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif yang kelima.

Data 36

Ny. Sagopi daa : “Ampun Empu, ampun… mrika niku mung

ajeng setor nyawa..”

Page 129: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

„Jangan Empu, jangan.. kesana itu hanya akan

menyerahkan nyawa..‟

ES : “Ora papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi wis

ana sing nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. Dora,

sembada..”

„Tidak apa-apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya

manusia itu sudah ada yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa

Agung. Dora, Sembada..‟

Tindak tutur yang terjadi pada data 36 adalah tindak tutur direktif

melarang. Tindak tutur tersebut terjadi anatara P dan MT. MT

bermaksud berangkat ke Medhang Kamulan untuk menumpas

keangkaramurkaan Dewata Cengkar. P yang sudah mengetahui bahaya

yang akan dihadapi MT bila berangkat ke Medhang Kamulan pun

melarang MT dengan tuturan ampun Empu, ampun… mrika niku mung

ajeng setor nyawa.. „jangan Empu, jangan.. kesana itu hanya akan

menyerahkan nyawa..‟. MT pun menanggapi larangan P tersebut

dengan tuturan ora papa nyai, ora papa, pati uripe manungsa kuwi

wis ana sing nggarisake, ya kuwi sang Panguwasa Agung. „tidak apa-

apa Nyai, tidak apa-apa, hidup dan matinya manusia itu sudah ada

yang menakdirkan, yaitu Sang Penguasa Agung‟.

Data 36 diatas merupakan hasil dari tindak verbal P yang sudah

mengetahui bahaya yang akan dihadapi MT bila berangkat ke

Medhang Kamulan. Namun larangan P dijawab MT dengan tuturan

Page 130: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

yang meyakinkan P bahwa MT akan baik-baik saja bila berangkat ke

Medhang Kamulan.

Page 131: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah, serta tujuan penelitian yang telah

ditetapkan dalam penelitian ini, maka dapat ditemukan tiga kesimpulan sebagai

berikut.

1. Bentuk tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa

Dwipa adalah tindak tutur menyuruh (ditandai dengan kata bersufiks -na,

berkonfiks, prefiks –ma dan sufiks –a, frase ndang nyangkema, klausa dha

njawapa, bersufiks –ana), menasihati (ditandai dengan kalimat Kowe kabeh

tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero jenenge

wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon. Besuk maneh sing luwih

waskitha, lan kebeg pangati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok

tresna anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogore

dhewe.), meminta izin (ditandai dengan kata berprefiks ka- dan bersufiks –a,

frase nyuwun pamit), permisi (ditandai dengan kalimat Kula ingkang sowan

kyaine.), meminta restu (ditandai dengan kalimat Pandongamu wae sing tak

jaluk kanggo ngiringi lakuku.), mengingatkan (ditandai dengan kata bersufiks

–a, frase mbok eling), melerai (ditandai dengan frase uwis ta uwis),

menantang (ditandai dengan kalimat Sapa kowe wani ngganggu marang aku

hee??), menyarankan (ditandai dengan frase Karep kula), mengharap

(ditandai dengan reduplikasi mugi-mugi, muga-muga), mengajak (ditandai

dengan kata ayo), menegur (ditandai dengan frase kosik ta), memarahi

Page 132: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

(ditandai dengan kalimat Cangkirmu ki sing cetha yen kandha!! Rasah

prembak-prembik, bedhes kowe!!!, Woo anak setan tenan kowe kuwi,

dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani

malah mbejijat.), mempersilakan (ditandai dengan kata mangga, kalimat Niki

unjukane diunjuk riyin. Dipenakake sing lungguh kakang.), mengusir

(ditandai dengan klausa ndang dha minggata), melarang (ditandai dengan

klausa ampun Empu, ampun, kalimat Aja pisan-pisan sira menehake pusaka

iki menyang sapa wae, menyang sapa wae, yen dudu ingsun pribadhi, yen

dudu ingsun pribadhi, sing teka mundhut, Frase aja kuwatir, frase ampun

dipikir abot-abot, klausa aja padha kuwatir). Sedangkan tindak tutur yang

tidak ditemukan antara lain yaitu memaksa, memohon, menyumpah,

memperingatkan, menagih janji.

2. Fungsi tindak tutur direktif dalam pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa

Dwipa yang dianalisis dengan kajian pragmatik, dapat diketahui secara tepat

setelah tuturan tersebut dipergunakan dalam peristiwa tutur, dengan

mempertimbangkan konteks dari tuturan tersebut. Peristiwa tutur dalam

pementasan ketoprak lakon Mardhika Jawa Dwipa yang dijadikan data dalam

penelitian ini terdiri dari tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin,

permisi, meminta restu, mengingatkan, melerai, menantang, menyarankan,

mengharap, mengajak, menegur, memarahi, mempersilakan, mengusir,

melarang. Setiap tindak tutur menghasilkan efek dari mitra tutur yang

berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tindak ilokusi dan perlokusi yang

terdapat dalam masing-masing tuturan.

3. Terjadinya sebuah tindak tutur sangat dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor, antara lain : (a) penutur dan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan

Page 133: TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PEMENTASAN …/Tindak...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF SURAKARTA commit to user i DALAM PEMENTASAN KETOPRAK LAKON MARDHIKA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

tuturan, (d) tuturan sebagai bentuk tidakan atau aktivitas, (e) tuturan sebagai

produk rindak verbal.

B. Saran

Dalam penelitian ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan. Untuk

itu, penulis sangat berharap kepada peneliti lain agar mengkaji lebih dalam hal

yang berkaitan dengan bahasa yang ada di dalam kesenian baik ketoprak maupun

kesenian yang lain. Penelitian Tindak Tutur Direktif dalam Pementasan ketoprak

lakon Mardhika Jawa Dwipa ini baru mengkaji bentuk tindak tutur direktif,

fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindak tutur direktif.

Sedangkan yang belum diteliti terkait objek yang sama yaitu ketoprak lakon

Mardhika Jawa Dwipa antara lain tentang tindak tutur asertif, deklaratif, komisif,

dan ekspresif terkait dengan penggunaannya dalam bahasa Jawa ketoprak. Oleh

karena itu, untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti jenis kajian tindak tutur pada

ketoprak dengan mengambil lakon yang berbeda, dan jenis tindak tutur yang lain

pada objek yang sama.